i
ABSTRAK
Nely Rahmawati
NIM. 1110051100020
Wacana Perang Ideologi Pada Konflik Suriah di Media Umat
Konflik Suriah yang berlangsung dari tahun 2011 hingga hari ini telah
menarik perhatian dunia internasional. Adanya perlawanan dari pelbagai
kelompok masyarakat Suriah terhadap tindakan represif rezim pemerintahan telah
menimbulkan gejolak di tengah-tengah masyarakat. Turut sertanya negara asing
dengan segala kepentingannya dalam konflik ini menambah pelik situasi di
Suriah. Masing-masing pihak yang terlibat konflik mencoba mempertahankan
kepentingan mereka terhadap Suriah. Perbedaan ideologi yang diusung oleh
masin-masing aktor yang terlibat konflik ini dibangun oleh media massa sebagai
perang ideologi yang tercermin dari wacana serta teks berita yang dihasilkan.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah (1) Bagaimana wacana perang
ideologi pada konflik Suriah dikonstruksi oleh Media Umat? Tujuan penelitian
Untuk mengetahui bagaimana wacana perang ideologi pada konflik Suriah
dikonstruksi lewat oleh Media Umat.
Teori Utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah hirarki pengaruh
yang diperkenalkan oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese yang
mengemukakan bahwa ada pelbagai faktor yang mempengaruhi isi media atau
agenda media. Kemudian untuk menganalisis objek penelitian dengan
menggunakan analisis framing Gamson dan Modigliani.
Metodologi Penelitian dalam skripsi ini antara lain menggunakan:
paradigma kronstruktivis, pendekatan kualitatif, dan metode penelitian
menggunakan analisis framing Gamson dan Modigliani. Sedangkan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan dokumentasi
sebagai sumber referensi melakukan penelitian.
Hasil penelitian menunjukan, Tabloid Media Umat sebagai media
komunikasi yang berideologi Islam mengkonstruksi wacana perang ideologi
dengan menampilkan dan menonjolkan kebengisan rezim pemerintah, masuknya
negara asing yang ingin membajak revolusi Suriah, dan para pejuang Islam
(mujahidin) di Suriah yang tak bergeming dengan kebrutalan rezim Asad serta
ide-ide revolusi negara asing.
Keyword: Konflik, Ideologi, Suriah, Media Umat, Wacana, Framing Gamson
dan Modigliani
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat
dan magfirah-Nya yang selalu tercurahkan. Berkat pertolongan dan karunia-Nya,
akhirnya peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang berjudul
“Wacana Perang Ideologi Pada Konflik Suriah Di Media Umat”.
Shalawat serta salam terlantunkan kepada kekasih Allah, Nabi
Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan umatnya. Semoga kita semua
mendapatkan syafaatnya kelak di yaumil akhir.
Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih banyak
kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suprapto, M.Ed selaku Pembantu Dekan Bidang
Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Pembantu Dekan Bidang
Administrasi Umum, dan Dr. Sunandar, M.A selaku Pembantu Dekan
Bidang Kemahasiswaan.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si beserta Sekertaris
Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfiroh Nurlaily, M.A atas dukungan
dan bantuannya dalam administrasi maupun segala hal dalam proses
penulisan skripsi.
iii
3. Dr. Rulli Nashrullah, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, petunjuk, dan pemikirannya kepada peneliti. Juga
menyemangati untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mendidik serta memberikan beragam ilmu. Semoga pengorbanan para
dosen dibalas dengan kebaikan yang tak terhingga dari Allah.
5. Seluruh Staf Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi selama
perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
6. Kepada pihak Tabloid Media Umat yang turut berperan dalam selesainya
penelitian, khususnya kepada Ust. Farid Wadjdi selaku Pimpinan Redaksi,
dan Ust. Mujiyanto selaku Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat
sebagai narasumber yang sudah meluangkan waktunya dan memberikan
kesempatan untuk wawancara terkait penelitian ini.
7. Orangtua tercinta, Ibundo Neny Nizam dan Baba Sumardi. Terimakasih
atas cinta, kasih sayang, perhatian, kepercayaan, kesabaran, ketulusan doa
yang tak ada hentinya, serta dukungan moril dan materil selama ini.
Terimakasih selalu memberikan dan mengorbankan yang terbaik ditengah
segala keterbatasan.
8. Makdang Syabnikmat dan Makwo Vidriani, Uni Resti, Ilham, Uni Dina,
Devi solehah, dan seluruh keluarga besar Nizam. Hanya Allah yang
mampu segala kebaikan dan ketulusan cinta kalian dengan yang lebih
baik.
iv
9. Kak Wiwit, Umi Atik, Kak Wini, Kak Wita, Teh Sely, Kak Aminah, Kak
Tirta, Kak Deci, dan teman-teman seperjuangan Muslimah Hizbut Tahrir
Indonesia (MHTI) Kampus Ciputat yang tak kenal peluh memberikan
semangat untuk terus berjuang hingga akhir. Benar, Allah akan menolong
apapun kesulitan kita saat kita bersedia menolong agama-Nya. Semoga
hati kita semakin dikuatkan, langkah kita semakin diteguhkan, segala
pengorbanan dibalas dengan kebaikan, dan berkumpulnya kita karena
ikatan akidah kembali dipesatukan dalam Jannah-Nya. Aamiin.
10. Keluarga Jurnalistik A angkatan 2010, perhatian dan semangat yang kalian
berikan sejak awal pertemuan tak pernah terlupakan. Semoga ilmu dan
pengalaman kita semua bermanfaat dunia dan akhirat.
Akhirnya teriring salam dan doa, semoga segala motivasi dan kebaikan
kepada peneliti dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang lebih baik dan
berlipat ganda. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
wacana keilmuan dan ke-Islaman. Kepada-Nya lah segala urusan kembali dan
kepada-Nya lah kita memohon hidayah dan taufiq serta ampunan.
Jakarta, 25 Agustus 2014
Nely Rahmawati
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ ......5
D. Metodologi Penelitian ................................................................ 6
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Media dan Ideologi
1. Pengertian Media................................................................ 15
2. Media dan Ideologi............................................................. 16
3. Teori Hirarki Pengaruh....................................................... 19
B. Media Islam ............................................................................. 29
C. Analisis Wacana
1. Konsep Analisis Wacana .................................................... 33
2. Konstruksi Realitas Sosial di Media Massa........................ 34
vi
D. Analisis Framing
1. Konsep Analisis Framing................................................... 39
2. Jenis Framing ..................................................................... 40
3. Analisis Framing Model William A. Gamson dan Andre
Modigliani .......................................................................... 41
E. Konseptualisasi Berita
1. Pengertian Berita ................................................................ 44
2. Nilai-Nilai Berita ................................................................ 46
3. Jenis-Jenis Berita ................................................................ 47
4. Sumber Berita ..................................................................... 48
BAB III SURIAH DAN PEMBERITAANNYA
A. Suriah
1. Syam dan Suriah................................................................. 49
2. Suriah “Pra Islam-Islam” ................................................... 51
3. Kondisi Geografis Suriah ................................................... 55
B. Konflik Suriah .......................................................................... 57
C. Konstruksi Pemberitaan Konflik Suriah .................................. 63
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Profil Tabloid Media Umat ...................................................... 68
B. Hirarki Pengaruh Dalam Pemberitaan Konflik Suriah Di Media
Umat ......................................................................................... 72
C. Konstruksi Wacana Perang Ideologi Pada Konflik
vii
Suriah Di Media Umat ............................................................ 75
1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi ............................... 79
2. Tahap Sebaran Konstruski .................................................. 80
3. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas ........................... 81
3.1 Analisis Teks Berita I .................................................. 86
3.2 Analisis Teks Berita II ................................................ 94
3.3 Analisis Teks Berita III ............................................... 99
3.4 Analisis Teks Berita IV .............................................106
3.5 Analisis Teks Berita V ..............................................112
3.6 Analisis Teks Berita VI .............................................118
3.7 Analisis Teks Berita VII ............................................125
4. Tahap Konfirmasi ............................................................. 132
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………....133
B. Saran………………………………………………………..134
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...135
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Tabel 1. 1: Perangkat Framing Model William Gamson dan Andre
Modigliani ............................................................................................... 9
Tabel 1.2: Daftar Narasumber ................................................................................ 11
Tabel 4.1: Daftar Judul Berita Mengenai Konflik Suriah di Tabloid
Media Umat ........................................................................................... 76
Tabel 4.2: Analisis Berita 1 “Bashar Asad, Rezim Keji Menanti Mati”................ 92
Tabel 4.3: Analisis Berita 2 “Rezim Jahat Bashar Asad” ..................................... 97
Tabel 4.4: Analisis Berita 3 “Pertarungan Barat dan Timur” .............................. 104
Tabel 4.5: Analisis Berita 4 Suriah Mulia dengan Khilafah” ............................. 111
Tabel 4.6: Analisis Berita 5 “Upaya Amerika Menagborsi Perjuangan
Umat Islam” ......................................................................................... 116
Tabel 4.7: Analisis Berita 6 “Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah” ............... 123
Tabel 4.8: Analisis Berita 7 “Revolusi Syam, Revolusi Islam: Peperangan
Antara Keimanan dan Kekufuran” .................................................... 130
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Skema Hierarchy of Influence ......................................................... 20
Gambar 4.1 : Berita 1 “Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati” ....................... 87
Gambar 4.2 : Berita 2 “ Rezim Jahat Bashar Assad” ............................................. 94
Gambar 4.3 : Berita 3 “Pertarungan Barat dengan Timur” .................................... 99
Gambar 4.4 : Berita 4 “Suriah Mulia Dengan Khilafah” ..................................... 106
Gambar 4.5 : Berita 5 “Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan
Umat Islam”.................................................................................. 112
Gambar 4.6 : Berita 6 “Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah” ........................ 118
Gambar 4.7 : Berita 7 “Revolusi Syam, Revolusi Islam: Peperangan
Antara Keimanan dan Kekufuran” ............................................ 125
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Pengesahan Proposal Skripsi
Lampiran 2 Surat Keterangan Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Surat Keterangan Permohonan Penelitian/Wawancara
Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 5 Transkrip Wawancara Narasumber
Lampiran 6 Company Profile Media Umat
Lampiran 7 Curriculum Vitae Narasumber
Lampiran 8 Dokumentasi Cover dan Teks Berita Konflik Suriah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media massa merupakan sarana dari komunikasi massa, media
massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk
memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tapi juga bagi masyarakat
dan kelompok secara kolektif, media menyuguhkan budaya yang juga
dibaurkan dengan informasi dan hiburan.1 Melalui media massa, baik
cetak maupun elektronik, masyarakat bisa mendapatkan pelbagai
informasi mengenai fenomena kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
mulai dari aspek sosial, ekonomi, budaya, maupun politik.
Media massa di antaranya tabloid berperan menampilkan berbagai
realitas sosial yang terjadi di tengah-tengah kehidupan lewat penyajian
berita dan informasi. Dengan menyajikan realitas inilah masyarakat
memperoleh gambaran tentang kondisi kehidupan yang ada.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tabloid merupakan surat
kabar ukuran kecil (setengah dari ukuran surat kabar biasa) yang banyak
membuat berita secara singkat, padat dan bergambar, mudah dibaca
umum, selain itu tabloid merupakan tulisan dalam bentuk ringkas dan
padat (tentang kritik, paparan dan sebagainya).2
1 Dennis Mc Quail, Teori Komunikasi Mass (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 3.
2 Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 987.
2
Dari sekian banyak tabloid yang beredar di Indonesia, Media Umat
merupakan salah satu media cetak Islam yang fokus menyajikan informasi
tentang keadaan kaum Muslim di seluruh dunia. Adanya konflik di
negeri-negeri Muslim tentu tak luput dari perhatian Media Umat, termasuk
konflik yang sedang berkecamuk di Suriah hingga hari ini. Dalam
penyajian informasinya, media yang memiliki tagline: “Melanjutkan
Kehidupan Islam” ini berupaya mengarahkan para pembaca untuk melihat
konflik Suriah sebagai pertarungan ideologi antara Islam dan Barat.
Fenomena revolusi negara-negara Timur Tengah yang dikenal
dengan Arab Spring telah membawa pengaruhnya hingga ke Suriah.
Perlawanan rakyat Suriah yang selama ini dipimpin oleh rezim diktator
direspon brutal oleh pemerintah, sehingga membuat rakyat Suriah berani
untuk mengangkat senjata. Perlawanan bersenjata ini terus berlangsung
dan menarik perhatian dunia internasional. Pihak-pihak asing yang
mempunyai kepentingan terhadap Suriah pun terjun dalam konflik ini.
Yang membuat menarik, ternyata perlawanan rakyat ini bukan hanya
sekedar ingin menumbangkan rezim Assad, tapi juga perjuangan atas
nama Islam, perjuangan yang ingin mengembalikan kehidupan Islam
dengan terbentuknya Khilafah3.
Gejolak konflik di Suriah semakin menggeliat dan
mengkhawatirkan tatkala awal Maret 2011 seorang anak berusia 11 tahun
3 “Kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan
hukum-hukum perundang-undangan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia”,
dijelaskan dalam Thesis Muhammad Muhsin Rodhi, “Tsaqafah dan Metode Hizbut Tahrir Dalam
Mendirikan Negara Khilafah Islamiyah”
3
telah memperlihatkan kebenciannya terhadap pemerintahan rezim Suriah
dengan menulis dan membuat gambar-gambar di tembok jalanan yang
mencerminkan tuntutan untuk mengganti pemerintahan Assad di kota
Dar’a. Tuntutan perubahan ini akhirnya memercikan api konflik yang luar
biasa, rezim pimpinan Assad pun meresponnya dengan brutal.4
Presiden Suriah, Bashar Assad yang menganut sekte Syiah
Alawiyah/ Nusairiyah yang dari awal sering bergesekan dengan mayoritas
Sunni di Suriah menambah pelik konflik ini. Aksi protes dan demonstrasi
muncul dimana-mana. Rezim Assad menangkapi dan menculik para
pemrotes, membunuh mereka, memotong bagian tubuh mereka, bahkan
menyiksa sampai mati anak-anak yang ikut dalam demonstrasi.5
Menurut kelompok aktivis yang berpusat di Inggris, Syrian
Observatory for Human Rights (SOHR), dalam bulan Maret 2013 saja,
291 wanita, 298 anak-anak, 1486 pejuang pemberontak dan pembelot
militer, serta 1464 pasukan pemerintahan tewas terbunuh. PBB mencatat
lebih dari 70 ribu orang telah tewas di Suriah sejak pemberontakan
dimulai. Sementara kelompok anti pemerintahan yang memonitori
pelanggaran hak asasi manusia di kedua pihak mengatakan, jumlah korban
jauh lebih tinggi dari 62.554 orang.6
4 http://majalah.hidayatullah.com/?=3636 diakses pada 29 Desember 2013, pkl. 20:05
wib. 5 http://hizbut-tahrir.or.id/2013/04/16/assad-mengirim-para-geriliyawan-suriah-untuk-
pelatihan-di-iran/ diakses pada 29 Desember 2013, pkl. 17:20 wib. 6http://politik.pelitaonline.com/news/2013/04/02/krisis-suriah-konflik-paling-
berdarah#.UXCLOfV11YE diakses pada 17 Desember 2013, pkl. 15:38 wib.
4
Tindakan represif rezim Assad ini mendapat perhatian dunia
internasional. Rusia, China serta Iran secara terang-terangan mendukung
tindakan pemerintahan Assad untuk menghakimi warganya yang
memberontak, berbagai jenis senjata, dan serta pasukan dikirim ke Suriah
untuk menyelamatkan pemerintahan Assad. Sementara Amerika dan
sekutunya menyeru agar Assad mundur dan berusaha mengganti para elit
politik di Suriah dengan orang-orang pilihannya yang lebih mampu
menjalankan pemerintahan Suriah dengan demokratis. Amerika pun
bersikukuh untuk membuat koalisi dan Dewan Keamanan Suriah untuk
menekan aksi pemberontakan.
Tapi pada faktanya, masyarakat Suriah dengan segala
perjuangannya menolak solusi yang ditawarkan dari Amerika beserta
sekutunya, masyarakat Suriah juga dengan tegas melawan gempuran
Assad yang dibantu dan dimonitori oleh Rusia, China, dan Iran.
Perlawanan sengit yang sesungghnya hanyalah dirasakan masyarakat
Suriah sendiri, penderitaan atas berlangsungnya kekuasaan Assad yang
selama ini memimpin telah membangkitkan rasa perjuangan mereka.
Perjuangan masyarakat Suriah inilah yang sebenarnya jarang
diungkapakan oleh media. Masyarakat Suriah yang memegang senjata
hanya dikatakan sebagai pemberontak, tanpa melihat lebih dalam bahwa
sebenarnya mereka bukan hanya memberontak atas kepemimpinan Assad,
tapi juga memberontak terhadap sistem pemerintahan yang selama ini
diterapkan di atas kehidupan mereka. Masyarakat Suriah ingin
5
menerapkan sistem yang sesuai dengan ideologi yang mereka inginkan.
Ideologi yang berbeda dengan yang ditawarkan oleh Amerika, dan
ideologi ini pula berbeda dengan ideologi yang dipaksakan oleh Rusia.
Hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis untuk mengangkat
dan menganalisis sejauh mana Tabloid Media Umat mengungkapakan,
menyajikan, dan mengulas wacana perang ideologi pada konflik Suriah,
maka penelitian ini berjudul “Wacana Perang Ideologi pada Konflik
Suriah di Media Umat”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian ini dikhususkan pada satu masalah dari sekian banyak
masalah yang diangkat di Media Umat, yakni perang ideologi pada konflik
Suriah. Adapun penulis membatasi permasalahan pada wacana
pemberitaan konflik Suriah di Media Umat pada edisi 87, 93, 96, dan 100.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana wacana perang ideologi pada konflik Suriah
dikonstruksi oleh Media Umat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana wacana perang ideologi pada konflik
Suriah dikonstruksi oleh Media Umat.
6
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pada pengembangan keilmuan komunikasi, khususya bagi peneliti
yang bersifat konstruktivis.
b. Manfaat Praktis
Manfaat konstruktivis penelitian ini adalah diharapkan
penelitian ini dapat digunakan oleh praktisi di bidang jurnalistik,
khususnya penelitian yang terkait dengan telaah berita-berita konflik
ideologi.
Penelitian ini juga diharapakan memberikan inspirasi media
(media percetakan khususya) maupun media industri lainnya untuk
menciptakan keberimbangan, netralisasi, dan akulturasi tanpa ada bias
keberpihakan secara lebih baik, proporsional, profesional dan
bermanfaat bagi orang banyak.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitan
Dalam studi mengenai bahasa, ada beberapa paradigma analisis.
Yakni positivis, kontruktivis, dan kritis. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan paradigma konstruktivis. Dalam paradigma konstruktivis,
bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objek
belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan.
7
Konstruktivis justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam
kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya.7
Paradigma konstrukstivis melihat realitas pemberitaan media
sebagai aktivitas konstruksi sosial. 8 Analisis yang disampaikan menurut
pandangan ini adalah suatu analisis yang membongkar maksud-maksud
dan makna-makna tertentu yang disampaikan oleh sang subjek yang
mengemukakan suatu pernyataan.9
2. Pendekatan Penelitian
Analisis berlandaskan paradigma konstruktivis yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal tersebut
tercermin dari usaha paradigma konstruktivis untuk mendapatkan
pemahaman yang bersifat umum yang diperoleh setelah melakukan
analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian,
kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang
kenyataan-kenyataan tersebut.10
Penerapan pendekatan kualitatif
menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat
nonkualitatif, seperti penggunaan instrumen wawancara mendalam dan
pengamatan.11
7 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, Cet VII
Februari 2009), h.5 8 Burhan Bungin, Metodologi Peneltian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo 2004), cet.
Ketiga, h.204 9 Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), h. 83. 10
Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2003), h. 215. 11
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi (Yogyakarta: Gintanyali, 2004),h. 2.
8
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, landasan
yang dinilai tepat menyusun disain riset dengan demikan adalah analisis
framing Model William A. Gamson dan Andre Modigliani. Analisis
framing Gamson dan Modigliani dapat menjelaskan susunan-susunan ide
yang terdapat dalam berita. Ide-ide tersebut didapat dari cara pandang
wartawan dalam menyeleksi isu, menonjolkan isu mana yang diungkapkan
dan isu mana yang tidak diungkapkan. Sehingga terbentuklah apa yang
disebut sebagai kemasan (package).
9
Tabel 1. 1: Perangkat framing model William Gamson dan Andre
Modigliani12
Frame (Media Package)
Seperangkat gagasan atau ide
sentral ketika seseorang atau media
memahami dan memaknai suatu isu
(central organizing idea of making
sense of relevant events, suggesting
what is at issues). Frame ini akan
didukung oleh perangkat wacana
lain, seperti kalimat, kata, dan
sebagainya. Secara umum,
perangkat ide sentral ini
dikelompokkan menjadi dua, yaitu
framing devices dan reasoning
devices.
Framing Devices (Perangkat
Framing):
Berkaitan langsung dengan ide
sentral atau bingkai yang
ditekankan dalam teks berita.
Perangkat ini antara lain: pemakaian
kata, kalimat, grafik/gambar, dan
metafora tertentu.
Reasoning Devices (Peangkat
Penalaran):
Berhubungan dengan kohesi dan
kohorensi dari teks yang merujuk
pada gagasan tertentu. Artinya ada
dasar pembenar dan penalaran alas
an tertentu sehingga membuat
gagasan yang disampaikan media
atau seseorang tampak benar,
alamiah, dan wajar.
Methapors:
Perumpamaan atau pengandaian Roots:
Analisis kausal atau sebab akibat
Catchphrases:
Frase yang menarik, kontras,
menonjol dalam suatu wacana. Ini
umumnya berupa jargon atau
slogan.
Appeats to Principle:
Premis dasar, klaim-klaim moral.
Exemplaar
Mengaitkan bingkai dengan contoh,
uraian (bisa teori, perbandingan)
yang memperjelas bingkai.
Consequences
Efek atau konsekuensi yang didapat
dari bingkai.
Depiction
Penggambaran atau pelukisan suatu
isu yang bersifat konotatif.
Depiction ini umumnya berupa
kosakata, leksikon untuk melabeli
sesuatu.
12
Eriyanto, Analisis Framing (Yogyakarta: LkiS, 2002), h.262.
10
Visual Images
Gambar, grafik, citra yang
mendukung bingkai secara
keseluruhan. Bisa berupa foto,
kartun atau grafik untuk
menekankan dan mendukung pesan
yang ingin disampaikan.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Media Umat.
Objek yang digunakan ialah pemberitaan mengenai perang
ideologi pada konflik yang terjadi di Suriah.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ialah kantor redaksi Media Umat, dan waktunya
ialah pada bulan July 2014.
6. Teknik Pengumpulan Data
Berpijak pada penggunaan analisis framing Gamson dan
Modigliani sebagai metodologi penelitian, maka teknik pengumpulan data
yang akan dilakukan mengacu pada teknik pengumpulan data pada analisis
framing Gamson dan Modigliani.
a) Wawancara Mendalam (Indept Interview)
Wawancara dilakukan sebagai metode pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.13
Teknik wawancara (interview) adalah teknik pencarian data/informasi
mendalam yang diajukan kepada responden/informan dalam bentuk
13
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Rosda Karya, 2006), h. 35.
11
pertanyaan.14
Wawancara ini dilakukan sebagai pendukung bagi cara
pandang wartawan serta rekonstruksi ide dalam analisis framing Gamson
dan Modigliani.
Dalam hal ini, wawancara dilakukan kepada dua bagian yang
berkepentingan dalam skripsi ini, yaitu:
Tabel 1. 2
Daftar Narasumber
Nama Jabatan Tujuan
Farid Wajdi Pimpinan Redaksi
Tabloid Media Umat
Perihal proses produksi
berita dan teks yang
berhubungan dengan
objek penelitian
Mujiyanto Redaktur Pelaksana
TabloidMedia Umat
Perihal teks berita yang
berhubungan dengan
objek penelitian
b) Dokumentasi
Digunakan karena merupakan sumber yang stabil, berguna sebagai
bukti untuk suatu pengujian, hasil pengkajian dokumen akan membuka
kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap suatu yang
diselidiki. Dokumen-dokumen yang terkumpul seperti kumpulan
pemberitaan Tabloid Media Umat dari 1 Januari 2013 – 30 Desember
2013.
14
Mahi M.Hikmat, Metode Penelitian; Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h.79.
12
7. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, untuk melihat bagaimana Media Umat
membingkai pemberitaan mengenai perang ideologi dalam konflik di
Suriah, maka peneliti menggunakan analisis framing model William A.
Gamson dan Andre Modigliani sebagai alat untuk membedah teks pada
kelima artikel tersebut. Dalam membedah teks dalam kelima berita
tersebut, peneliti melakukan analisis melalui tiga perangkat framingnya
yaitu media package, core frame, dan condensing symbol. Sehingga akan
terlihat apa yang ingin dibingkai atau ditonjolkan oleh Media Umat.
Selain itu, karena penelitian ini ingin mengetahui bagaimana
Media Umat dalam mengkonstruksi perang ideologi pada konflik Suriah,
maka peneliti menggunakan teori hirarki pengaruh dan teori konstruksi
realitas sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckman.
8. Teknik Penulisan
Pada teknik penulisan penelitian ini penulis mengacu pada
Pedoman Penulisan Karya Ilmih (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN
Syahid, terbitan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
13
E. Tinjauan Pustaka
Sedangkan dalam penyusunan skripsi ini, sebelum peneliti
menyusunnya lebih lanjut maka terlebih dahulu peneliti melakukan
literatur dalam penulisan ini di beberapa perpustakaan. Maksud pengkajian
ini adalah agar data diketahui bahwa apa yang diteliti sekarang tidak sama
dengan skripsi-skripsi sebelumnya.
Dalam pengkajian literatur yang telah peneliti lakukan, peneliti
mengkaji literatur analisis framing model William Gamson dan Andre
Modigliani. Untuk itu, Adapun beberapa tinjauan pustaka berupa skripsi
yang dijadikan penulis sebagai referensi yang membantu penelitian,
meskipun sejauh ini belum ada skripsi yang mirip dan mampu dijadikan
konsep dasar, skripsi-skripsi tersebut ialah:
1. Skripsi “Citra Perempuan dan Korupsi (Konstruksi Realitas Sosial
dalam Pemberitaan Kasus Korupsi Suap Daging Impor di
www.metrotvnews.com)” oleh Septinia Antika Fasya, Jurusan
Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014. Pada level teks, teknik analisis data
sama-sama menggunakan teknik analisis framing Gamson dan
Modigliani. Perbedaannya terletak pada subjek dan objek yang diteliti.
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini ialah
www.metrotvnews.com, sedangkan peneliti menjadikan Media Umat
sebagai subjeknya. Objek yang diamati dalam penelitian ini ialah citra
14
perempuan dan korupsi, sedangkan peneliti menggunakan perang
ideologi pada konflik di Suriah sebagai objek yang diamati.
2. Skripsi “Diskursus dan Implementasi Jurnalisme Damai dalam
Pemberitaan Konflik Suriah di Kabar Dunia TVOne” oleh Puti Buana,
Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Perbedaannya terletak pada
subjek yang diteliti serta metode penelitian yang digunakan. Subjek
yang digunakan dalam penelitian ini ialah TVOne, sedangkan peneliti
menggunakan Media Umat. Penelitian ini menggunakan metode
analisis wacana kritis Norman Fairclouugh, sedangkan peneliti
menggunakan metode analisis framing Gamson dan Modigliani.
15
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Media dan Ideologi
1. Pengertian Media
Secara etimologi, media adalah jamak dari bahasa latin yaitu
―Median‖ yang berarti alat perantara. Sedangkan secara terminologi media
berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk
mencapai tujuan tertentu.1
Dalam kamus istilah Telekomunikasi BC. TT. Ghazali menyatakan
bahwa media berarti sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai
saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan apabila
komunikan jauh tempatnya dna banyak jumlahnya. Jadi segala sesuatu
yang dapat dipergunakan sebgaia alat bantu dalam berkomunikasi disebut
media komunikasi, sedangkan bentuknya beragam.2
Menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah "sarana
penyampai pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas
misalnya radio, televisi, dan surat kabar".3
Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang digunakan
untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan
1 Asmuni Syukri. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
104-105. 2 Asmuni Syukri. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 104-105.
.
16
pengertian media massa sendiri alat yang digunakan dalam penyampaian
pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat
komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi.4
Media massa merupakan sarana yang paling efektif untuk
menyampaikan informasi kepada publik, baik oleh individu, kelompok,
maupun instansi pemerintah. Melalui media, baik secara perorangan
maupun kolektif dapat membangun persepsi kepada pihak lain. Di
samping sebagai alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau
gambaran umum tentang banyak hal, media massa juga mampu berperan
sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, bahkan menjadi
kelompok penekan atas suatu gagasan yang harus diterima pihak lain.5
Dari berbagai penjelasan definisi diatas, dapat disimpulkan
bahwa media massa merupakan sarana aktivitas penyampaian pesan-
pesan dari sumber (komunikator) kepada khalayak (komunikan) dengan
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, baik melalui media cetak
(koran, majalah, buku, tabloid), media elektronik (televisi, radio, film,
video), maupun melalui media online (media berbasis internet).
2. Media dan Ideologi
Ideologi merupakan pemikiran mendasar yang sebelumnya tidak
ada lagi pemikiran lain. Pemikiran mendasar ini ialah pemikiran yang
menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan. Salah satu
4 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, ( Jakarta:Rajawali Press, 2006), h. 122.
5 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 31.
17
karakter ideologi adalah bisa melahirkan sistem untuk memecahkan
permasahan manusia.6
Sebuah ideologi terdiri dari fikrah (ide) dan thariqah (metode).
Fikrah (ide) ialah akidah, yaitu pemikiran menyeluruh tentang alam
semesta, manusia dan kehidupan ditambah dengan sistem dengan berbagai
solusi pemecahan masalah kehidupan. Sementara thariqah (metode) ialah
tata cara penerapan ideologi tersebut di dalam negeri yang mengadopsinya
maupun cara penyebarannya ke luar negeri, serta pemeliharaan ideologi
tersebut. 7
Dalam hal pemeliharaan serta penyebaran sebuah ideologi,
kumpulan nilai-nilai atau ide-ide ini haruslah mampu diarahkan,
dikembangkan dengan cara membuat setiap individu terikat dan taat pada
ideologi tersebut. Disinilah media massa sebagai saluran komunikasi
masyarakat mempunyai andil besar untuk mempengaruhi persepsi publik.
Televisi, buku, film, koran, majalah, selebaran, video serta sosial media
bisa dikatakan memiliki peran yang sangat efektif dan strategis dalam
propaganda sebuah ideologi.
Kesuksesan media dalam melestarikan ideologi melalui
penyampaian pesan serta gagasan inilah yang akan membuat sebuah
ideologi menjadi dominan ditengah-tengah masyarakat. Tentunya
kesuksesan media tak akan terlepas dari kekuasaan yang besar serta
dominan pula. Sebagaimana dinyatakan John Fiske, kerja ideologi selalu
6 Ahmad ‗Athiyat, Jalan Baru Islam (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2013), h. 84.
7 Ahmad ‗Athiyat, Jalan Baru Islam, h. 86.
18
mendukung status quo melalui mana kelompok yang mempunyai
kekuasaan lebih besar dan menyebarkan gagasan serta pesannya.8
Media membantu kelompok dominan menyebarkan gagasannya,
mengontrol kelompok lain, dan membentuk konsensus antaranggota
komunitas. Lewat medialah, ideologi dominan, apa yang baik dan apa
yang buruk dimapankan9. Tak hanya itu, media juga dipandang sebagai
wujud dari pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada
dalam masyarakat..
Media bukan sarana yang netral yang menampilkan
kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa adanya, tetapi
kelompok dan ideologi yang dominan itulah yang akan tampil dalam
pemberitaan.10
Menurut Louis Althusser (1971, dalam Al Zastrouw, 2000), sebuah
media dalam hubungannnya dengan kekuasaan, menempati posisi yang
sangat strategis, karena kemampuannya sebagai sarana legimitasi. Media
masa merupakan bagian alat kekuasaan negara yang bekerja secara
ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang
berkuasa (Ideological States Apparatus).11
Pendapat Althusser ini dianggap oleh Gramsci (1971 dalam Al
zastrouw, 2000) mengabaikan resistensi ideologis dari kelas tersub-
ordinasi dalam ruang media. Bagi Gramsci media masa merupakan arena
pertarungan ideologi yang saling berkompetisi (the battle ground for
8 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: Lkis, 2008), h.
108. 9 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 36.
10Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media., h. 37.
11 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 30.
19
competing ideologies). Hal ini, berarti, di satu sisi media bisa menjadi
sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legimitasi, sekaligus sebagai
kontrol wacana publik. Namun, pada sisi lain media masa juga bisa
menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk
membangun kultur dan ideologi yang dominan bagi kepentingan kelas
dominan, sekaligus bisa juga menjadi instrumen perjuangan bagi kaum
tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan.12
3. Teori Hirarki Pengaruh
Dalam buku hasil karyanya, Mediating The Message: Theories of
Influence on Mass Media Control, Pamela J Shoemaker dan Stephen D.
Reese (1996) mengemukan bahwa isi pesan media atau agenda media
merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi
media.13
Dengan kata lain, isi atau konten media merupakan kombinasi
dari program internal, keputusan manajerial dan editorial, serat pengaruh
eksternal yang berasal dari sumber-sumber nonmedia, seperti individu-
individu berpengaruh secara sosial, pejabat pemerintah, pemasang iklan
dan sebagainya.14
Dalam buku itu pula Shoemaker dan Reese membuat skema
Hierarchy of Influence yang menunjukkan adanya lima faktor yang
mempengaruhi isi media. Kelima faktor itu ialah pengaruh individu
pekerja media (Individual Level), pengaruh dari rutinitas media (Media
12
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 30. 13
Stephen D. Reese, Setting the media’s Agenda: A Power Balance Perspective (Beverly
Hills: Sage, 1991), h. 324. 14
Stephen W. Littlejohn dan Karen A Foss, Theories of Human Communication, 8th
ed.
(Belmont: Thomson Wadsworth, 2005), h. 281.
20
Routines Level), pengaruh dari organisasi media (Organizational Level),
pengaruh dari luar media (Outside Media Level), dan yang terakhir adalah
pengaruh ideologi (Ideology Level).15
Gambar 2.1
Skema “Hierarchy of Influence” Shoemaker dan Reese16
Antara satu faktor pengaruh dengan faktor pengaruh yang lain
tentunya memiliki keteriktan yang tak dapat dikesampingkan. Pada level
organisasi (kepemikikan media) misalnya, walupun terlihat dominan tetapi
pengaruh pada level ideologi tanpa disadari mampu memaksa dan
bergerak di luar kesadaran organisasi media.
15
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan
Terapan di Dalam Media Massa (Jakarta:Kencana, 2007), h. 226. 16
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan
Terapan di Dalam Media Massa, h.226
21
1. Level Individual - Tingkat Pengetahuan dan Pengalaman Penulis
Para pekerja komunikasi alias komunikator individu media
seperti jurnalis, pembuat film, fotografer, dan periklanan dan
praktisi PR berada pada level ini. Karakteristik komunikator
meliputi karakteristik individu (seperti jenis kelamin, etnis, dan
orientasi seksual), latar belakang dan pengalaman (seperti
pendidikan, agama dan status sosial ekonomi) tidak hanya
membentuk sikap, pribadi, nilai-nilai, dan keyakinan , tetapi juga
mengarahkan kepada latar belakang dan pengalaman
profesionalnya. Peran etika profesional ini memiliki efek langsung
terhadap isi media massa, sedangkan sikap, nilai dan kepercayaan
pribadi mempunyai efek tidak langsung karena bergantung kepada
kedudukan individu sendiri dalam organisasi media yang dapat
memungkinkannya untuk mengesampingkan nilai profesional dan
atau rutinitas organisasi.17
Faktor intrinsik seorang pekerja media berupa latar belakang,
pengalaman, peran etika profesional, sikap serta kekuatan
komunikator inilah yang sangat bekaitan erat dengan pembentukan
konten media massa yang akan dimunculkannya di tengah-tengah
khalayak. Walaupun pada akhirnya Shoemaker dan Reese
mengungkapkan bahwa level individu seiring waktu tidak terlalu
berpengaruh terhadap isi media, tapi setidaknya seorang jurnalis
17
Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of
Influence on Mass Media Content (New York, USA: Longman Publishers, 1996), h. 61.
22
memiliki orientasi serta pengaruh nilai tertentu saat menciptakan
konstruksi sosial.
2. Level Kerutinan Media – Standar Kegiatan
Setiap pekerjaan tentu memiliki praktik kerja berulang dan
rutin yang harus dikerjakan sesuai standar atau prosedur yang telah
ditetapkan, tak terkecuali para pekerja media. Apa yang diterima
oleh media masa dipengaruhi oleh praktek-praktek komunikasi
sehari-hari, termasuk deadline atau batas waktu dan kendala waktu
lainnya, kebutuhan ruang dalm penerbitan, nilai berita standar
objektifitas, dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber
berita.18
Rutinitas Media terbentuk oleh tiga unsur yang saling
berkaitan yaitu sumber berita ( suppliers ), organisasi media
( processor ), dan audiens ( consumers ) yang akhirnya membentuk
pemberitaan pada sebuah media.19
Sumber berita atau suppliers adalah sumber berita yang
didapatkan oleh media untuk sebuah pemberitaan. Sumber berita
tersebut dapat berupa pidato, wawancara , laporan perusahaan ,
atau dengar pendapat pemerintah. Adapun sumber penting seperti
18
Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of
Influence on Mass Media Content, h. 105. 19
Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of
Influence on Mass Media Content, h. 104.
23
para informan yang secara khusus dihubungi oleh pihak media
biasanya memiliki pengaruh besar pada konten media. 20
Media mengembangkan pola organisasi, kebiasaan, dan cara
melakukan suatu kerja guna menemukan cara-cara efektif dalam
mengumpulkan dan mengevaluasi pesan-pesan informasi yang
masuk. Rutinitas media dikembangkan sesuai kebutuhan sistem
dan dijadikan standar, dilembagakan serta dipahami oleh setiap
pekerjanya.21
Organisasi media atau processor ini bisa dikatakan
sebagai redaksi sebuah media yang memang bertugas mengemas
pemberitaan dan selanjutnya dikirim kepada audiens.
Konsumen sebuah berita di media yaitu bisa jadi pendengar,
pembaca atau penonton. Unsur audiens (consumers) turut
berpengaruh pada level rutinitas media. Keuntungan materi
merupakan salah satu penyebab adanya kebutuhan serta
ketergantungan media terhadap audiens. Hal ini memicu media
untuk selalu memperhatikan unsur audiens dalam pemilihan dan
penyampaian berita/ pesan komunikasi, sehingga target audiens
mampu dijangkau sebanyak dan seluas mungkin.
20
Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of
Influence on Mass Media Content, h. 122. 21
Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of
Influence on Mass Media Content, h. 112.
24
3. Level Organisasi – Tujuan Media
Level organisasi berkaitan dengan struktur manajemen
oraganisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan
sebuah media. Fokus pada level ini ialah tujuan, disamping
menghasilkan produk yang berkualitas, melayani masyarakat, dan
mencapai pengakuan profesional, tujuan utama kebanyakan
organisasi media adalah memperoleh keuntungan materi. Orientasi
keuntungan inilah yang akan mengikat pekerja media untuk
mencari pemberitaan yang menguntungkan organisasi media.
Pemberitaan pada media bukanlah sebuah hasil kerja yang
bersifat perseorangan, melainkan kerja kelompok yang
menunjukkan aspek kolektivitas. Terdapat tiga tingkatan struktur
dalam organisasi media. Tingkatan pertama diisi oleh pekerja
lapangan seperti penulis, wartawan dan staf kreatif, yang bertugas
mengumpulkan dan mengemas informasi. Tingkat menengah
terdiri dari manajer, editor, produser dan orang lain yang
mengkoordinasi proses dan memediasi komunikasi antara level
bawah dan level atas. Yang terakhir sekaligus tertinggi ialah
eksekutif tingkat atas perusahaan atau korporasi media yang
membuat kebijakan organisasi, menetapkan ditetapkan, membuat
keputusan penting, melindungi kepentingan komersial dan politik
25
perusahaan serta mempertahankan karyawan organisasi dari
tekanan luar.22
Karena penentu kebijakan pada sebuah media dalam
menentukan sebuah pemberitaan dipegang oleh pemilik media,
maka rutinitas pekerja media harus tunduk pada struktur organisasi
yang lebih tinggi. Beberapa dampaknya ialah banyaknya pekerja
media yang tak mampu bekerja secara idealis.
4. Level Ekstramedia – Lingkungan Politik
Dalam level ini, faktor ekstrinsik organisasi media yang
memiliki peran untuk mempegaruhi konten media. Faktor
ekstrinsik itu termasuk sumber informasi yang menjadi konten
media (kelompok, kepentingan dalam masyarakat), sumber-sumber
pendapatan dalam media (pengiklan dan khalayak), lembaga atau
intuisi sosial (pemerintah), lingkungan ekonomi, dan teknologi.23
Sumber berita memiliki efek yang sangat besar pada konten
sebuah media massa, karena seorang jurnalis tidak bisa
menyertakan pada laporan beritanya apa yang mereka tidak tahu.
Pengiklan atau khalayak menjadi sangat berpengaruh tatkala
mereka mampu bertindak sebagai penentu kelangsungan sebuah
media dengan membiayai jalannya roduksi yang sekaligus
berfungsi sebagai sumber keuntungan dari sebuah media. Sebagian
22
Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of
Influence on Mass Media Content, h.145. 23
Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of
Influence on Mass Media Content, h. 166.
26
besar media komersial menganggap penting penonton karna
perhatian mereka dapat dijual kepada pengiklan yang menyediakan
sebagian besar pendapatan untuk media. Sementara pengiklan
menginginkan media menyediakan dan mengubah konten sesuai
keinginan mereka. Dengan teknologi baru, pengiklan mampu
melakukan menyuguhkan konten yang lebih menjual ke
masyarakat. Pengaruh lain yang sering mempengaruhi konten pada
media berasal dari pemerintah. Meskipun beberapa negara tidak
melakukan kontrol yang begitu ketat terhadap media massanya,
setidaknya semua pemerintah bersepakat untuk mengontrol media
massa sampai pada batas tertentu. Tak hanya itu, setiap media
massa komersial yang beroperasi dalam pasar terkadang juga
mampu mempengaruhi konten. Misalnya, besarnya pasar media
memiliki peluang keuntungan untuk mempengaruhi konten.24
Hal diatas jelas menggambarkan adanya berbagai kekuatan
dan juga keuasaan (power) dari pihak luar (outsiders) yang sangat
mempengaruhi kerja media.
24
Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of
Influence on Mass Media Content, h. 210.
27
5. Level Ideologi Media
Level ini merupakan tataran yang secara menonjol lebih
berhubungan dengan tuntunan dan kepentingan sosial masyarakat
secara lebih luas. Di sini dengan mudah kita dapat mendeteksi pers
mengikuti gagasan (ideologi) dominan yang sedang berjalan atau
diberlakukan oleh negara atau masyarakat.25
Ideologi yang diartikan sebagai kerangka berpikir tertentu
yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana
mereka menghadapinya pada media bersifat abstrak seperti ide
mempengaruhi sebuah media terutama ide kelas yang berkuasa.
Hal ini terjadi karena ideologi berhubungan dengan konsepsi atau
posisi seseorang dalam menafsirkan realitas dalam sebuah media.
Media sebagai salah satu agen perubahan sosial, juga
memiliki kemampuan untuk memberikan penafsiran atau dapat
mendefinisikan situasi yang membuatnya memiliki kekuatan
ideologi. Ini sangat berkaitan dengan hubungan media dengan
kekusaan, karena media dapat mentransmisikan bahasa yang dapat
melanggengkan kelompok yang berkuasa. Hegemoni dari ide-ide
pun hanya dapat berjalan efektif dan menemukan kekuatannya
tatkala ia menggunakan bahasa hanya sebagai alat dominasi,
25
Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana (Yogyakarta: Lkis, 2006), h. 7.
28
sekaligus alat represif.26
Media memilki kekuasaan ideologis
sebagai mekanisme ideologi sosial dan fungsi kontrol sosial.
Disamping itu, media juga memiliki andil besar dalam
menyalurkan gagasan-gagasan kelas yang dominan sebagai cara
untuk mengusai kelas yang tertindas. Situasi ini terjadi karena
media memiliki kuasa di balik media yang mempengaruhi sebuah
pemberitaan. Media sebagai sebuah organisasi ekonomi pun
memiliki struktur yang mendominasi masyarakat. Menurut Little
John ekonomi politik media memandang bahwa isi media
merupakan komoditas untuk dijual di pasaran, dan informasi yang
disebarkan diatur oleh apa yang akan akan diambil oleh pasar.
Sistem ini merujuk pada operasi yang konservatif dan tidak
berbahaya, menjadikan jenis program tertentu dan saluran media
tertentu dominan dan yang lainnya terpinggirkan.27
Walaupun idealnya media seharusnya bebas dari intervensi
atau kontrol kelompok apapun. Namun pada kenyataannya isi
media terkadang merefleksikan ideologi dari kelompok yang
membiayainya atau yang menjalankannya. Dari kelompok-
kelompok ini tentunya memiliki agenda atau kepentingan.
Tentunya kepentingan-kepentingan bersifat subyektif, hanya untuk
kepentingan kelompoknya masing-masing. Kepentingan-
kepentingan yang menjadi tujuan-tujuan kelompok tersebut pun
26
Listiyono Santoso, dkk., Epistemologi kiri (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 24. 27
Littlejohn dan Foss, Theories of Human Communication, h. 433.
29
bersifat ideologis, yaitu untuk menanamkan pemahaman-
pemahaman atau ide-ide yang bertujuan untuk melanggengkan
kekuasaan kelompok yang membiayai media.
B. Media Islam
Secara epistemologis, perkataan da‘wah berasal dari bahasa Arab
dengan akar kata huruf dal, ‗ain dan waw yang berarti dasar
kecenderungan kepada sesuatu disebabkan suara dan kata-kata.28
Menyampaikan informasi massal kepada masyarakat menuntut
gerakan dakwah harus mamapu memanfaatkan hasil sains, teknologi, dan
informasi modern untuk mencapai tujuan dakwah, yaitu memperluas
jangkauan pengaruh dakwah.29
Dengan kata lain, di masa yang kian
mengalami kemajuan teknologi ini diperlukan sebuah media komunikasi
untuk menyampaikan pesan, begitu pula dengan kegiatan berdakwah,
Sebagai salah satu alat penghubung komunikasi antar individu maupun
masyarakat inilah, keberadaan media massa tentunya memiliki peranan
penting untuk mensyiarkan, memperjuangkan serta menegakkan ide atau
nilai-nilai yang dibawa dan dimiliki oleh Islam.
Dakwah yang disampaikan dalam surat-surat kabar, majalah,
brosur dan buku-buku, misalnya bukan hanya sampai pada orang-orang
yang hidup sekarang, tetapi sampai pada masyarakat yang hidup berabad-
abad sampai pada zaman yang akan datang. Dakwah yang disampaikan
28
Abu Husain Muhamad ibn Faris Zakariya, Mu’jam Al-Maqayis Al-Lughah, juz 2
(Mesir: Mustafa Al- Babi Al—halabi wa Awladuh, 1471), h.279. 29
Suf Kasman, Jurnalisme Universal- Menelususri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam
dalam Al-Quran (Jakarta: Teraju, 2004), h. 127.
30
dengan radio bukan haya didengar oleh orang-orang setempat, tetapi pada
saat itu juga dapat menembus luar angkasa dan didengar bukan hanya
diseluruh Indonesia, tetapi diseluruh dunia. Lain pula dengan film dan
televisi, disini dawah itu berbentuk audio visual, sehingga panca indera
mata dan telinga serta emosi manusia seklaigus menerima dan menanggapi
maksud-maksud dan tujuan dakwah yang diharapkan.30
Media dakwah ialah alat obyektif yang menjadi saluran, yang
menghubungkan ide dengan ummat, suatu elemen yang vital dan
merupakan urat nadi dalam totaliteit dakwah. Dalam hubungan ini biasa
juga dikenal dengan metode dakwah menurut bentuk penyampainnya,
yang dapat digolongkan menjadi lima golongan, antara lain lisan, tulisan,
lukisan, audio visual dan akhlak. Adapun dakwah melalui tulisan ialah
dakwah yang dilakukan denagn perantara tulisan, umpamanya : buku-
buku, majalah-majalah, surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis,
pamplet, pengumuman-pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan
sebagainya. 31
Ada beberapa media komunikasi dakwah yang dapat digolongkan
menjadi lima golongan besar, yaitu :
1. Lisan: termasuk dalam bentuk ini adalah khutbah, pidato, diskusi,
seminar, musyawarah, nasihat, ramah tamah dalam suatu acara,
obrolan secara bebas setiap ada kesempatan yang semuanya
dilakukan dengan lisan atau bersuara.
2. Tulisan: dakwah yag dilakukan dengan perantara tulisan
umpamanya; buku-buku, majalah, surat kabar, buletin, risalah,
30
Abdul Munir Mulkan, Ideologisasi Gerakan Dakwah (Yogyakarta : SIPERS, 1996),
hal. 58. 31
Dr. H. Hamzah Ya‘qub, Publistik Islam: Teknik Da,wah dan Leadership, h. 47.
31
kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk-
spanduk dan lain sebgainya.
3. Lukisan: yakni gambar-gambar dalam seni lukis, foto dan lain
sebgaianya. Bentuk lukisan ini banyak menarik perhatian orang
banyak dan dipakai untuk menggambarkan suatu maksud yang
ingin disampaikan kepada orang lain termasuk umpamanya komik-
komik bergambar Islami untuk anak-anak.
4. Audio visual: yaitu suatu cara menyampiakna sekaligus
merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan
dalam televisi, radio, film dan sebagainya.
5. Akhlak: yaitu suatu cara yang menyampaikan langsung
ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata.32
Akan kebutuhan media untuk menyampaikan pesan dakwah sangat
penting sekali, seperti yang diungkapkan oleh M. Bahri Ghazali
―kepentingan dakwah terhadap media atau alat yang sangat penting sekali,
sehingga dapat dikatakan dengan menggunakan media, dakwah akan
mudah dicerna dan diterima oleh komunikan (mad‘unya).33
Dalam mengembangkan dakwah Islam, Rasulullah Muhammad
saw. telah memanfaatkan risalah sebagai media komunikasi. Meskipun
Rasulullah termasuk manusia yang tak dapat membaca atau buta huruf
(ummi), namun dakwah secara risalah (surat-menyurat) pada awal
kedatangan Islam tetap terwujud, hal ini tak lain karena bantuan para
sahabat yang pandai menulis.
Berdakwah melalui tulisan adalah salah satu metode dakwah
Rasulullah SAW. Hal ini pernah dilakukan dengan mengirim surat kepada
sejumlah penguasa Arab saat itu, atau yang mungkin lagi karena pesan
pertama Al-Qur‘an adalah membaca, tentu perintah membaca ini erat
32
Dr. H. Hamzah Ya‘qub, Publistik Islam: Teknik Da,wah dan Leadership, h. 47- 48. 33
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah (Jakarta: Media Dakwah, 1984), h. 225.
32
kaitannya dengan perintah menulis.34
Bahkan sejahrawan Muhammad bin
Sa‘ad (w. 230 H) dalam kitabnya, Al-Thabaqat Al-Kubra, menuliskan satu
persatu surat Rasulullah saw. yang berjumlah tidak kurang dari 105 surat
yang lengkap dengan sanadnya.35
Dengan melihat kepada banyaknya
jumlah surat yang pernah dikirim oleh Nabi, hal tersebut menunjukkan
adanya kesibukan Rasulullah berdakwah khususnya di bidang risalah,
disamping bidang-bidang lainnya. Dari kegiatan dakwah tertulis itulah
terlihat bahwa landasan jurnalistik telah diletakkan oleh beliau selaras
dengan kondisi dan kemajuan ummat pada waktu itu.
Jika sekarang ini kita ketahui adanya wartawan yang mahir meng-
cover suatu berita atau kejadian, kemudian menuliskannya lewat koran,
maka di zaman Rasulullah saw. sesungguhnya para sahabat itu telah
melaksanakan fungsi kewartawanan yang suci. Para sahabat Nabi telah
mensponsori pemberitaan mengenai diri pribadi Nabi. Dan tidaklah begitu
berlebih-lebihan jika dikatakan bahwa sahabat-sahabat Nabi ialah
wartawan-wartawan (reporter) yang demikan mahirnya meng-cover berita-
berita kejadian di zaman Nabi terutama yang menyangkut langsung
kegiatan Rasululllah saw. baik perbuatan-perbuatan (af’al) beliau
maupun perkataan-perkataan (sabda-sabda) beliau. Diantara para sahabat
yang selalu mengikuti dan meng-cover berita-berita Nabi ada Aisyah bin
Abu Bakar, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi
34
Asep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, (Bandung : Mujahid, 2004), h. 5. 35
Muhammad ibn Sa‘ad, Al-Tabaqat Al-Kubra (Beirut: Dar Beirut, 1980), h. 258.
33
Thalib, Abi Hurairah, Anas, dan Ibnu Umar.36
Para sahabat inilah yang
mengindahkan berita-berita itu kepada sahabat lainnya, kemudian kepada
tabi’in, lalu kepada tabi’it-tabi’in. Ratusan ribu Hadits yang berhasil
dicatat oleh para ahli-ahli Hadits adalah berkat jasa-jasa reportase para
sahabat.
C. Analisis Wacana
1. Konsep Analisis Wacana
Menurut Eriyanto, dalam bukunya Analisis Wacana, Pengantar
Analisis Media mengatakan bahwa bahasa adalah hal utama dalam kaitan
dengan pembuatan suatu wacana. Bahasa mampu menggambarkan suatu
subyek yang berhubungan dengan pemakaian ideologi dalam suatu teks.37
Melalui bahasa inilah kelompok sosial yang ada di masyarakat akan saling
menunjukkan eksistensinya masing-masing.
Bahasa adalah suatu sistem kategorisasi, dan kosakata tertentu
dapat dipilih yang akan menyebabkan makna tertentu. Selain bahasa, ada
pula peran dari pemikiran atau ideologi. Kerja ideologi, sebagai mana
dinyatakan John Fiske yang tertulis dalam buku Eriyanto, selalu
mendukung status quo melalui mana kelompok yang mempunyai
kekuasaan lebih besar dan menyebarkan gagasan serta pesannya.38
Posisi
pembacaan dominan (dominant-hegemonic position) yaitu saat
36
Dr. H. Hamzah Ya‘qub, Publistik Islam:Teknik Da,wah dan Leadership, h. 86. 37
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, hal. 94.
38 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 154
34
digunakannya suatu tanda/kode terhadap pembaca agar pembaca memiliki
persepsi yang sama sehingga pesan yang tersembunyi pada penulisan teks
mampu tersalurkan dengan baik.
2. Konstruksi Realitas Sosial di Media Massa
Menurut Crigler (1996:7-9), setidaknya ada dua karakteristik
penting dari pendekatan konstruksionis di dalam analisis wacana.
Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan pada politik
pemaknaan dan proses bagaimana seseorag membuat gambaran
tentang realitas politik. kata makna merujuk kepada sesuatu yang
diharapkan untuk ditampilkan, khususnya melalui bahasa. Kedua,
pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai
proses yang terus-menerus dan dinamis.39
Istilah konstruksi sosial (social construction of reality)
didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi
dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang
dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.40
Menurut Peter L.
Berger dan Thomas Luckman, realitas tidak dibentuk secara ilmiah.
Tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk dan
dikonstruksi. Dengan pemahaman ini realitas berwujud ganda atau
prural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas
39
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 72 40
Margareth Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 301.
35
suatu realitas, berdasarkan pengalaman, preferensi, pendidikan dan
lingkungan sosial, yang dimiliki masing-masing individu.41
Burhan Bungin dalam bukunya Konstruksi Sosial Media Massa
menjelaskan bahwa media memiliki kekuatan untuk mengkonstruksi
realitas sosial, melalui pemindahan pesan kepada media dengan atau
setelah dirubah citranya, kemudian media tersebut memindahkan atau
mentransfer kembali citra yang dikonstruksinya kepada masyarakat,
seolah sebagai realitas yang sebagaimana mestinya.42
Dalam hal ini berita yang diproduksi oleh media massa tak
dapat lepas dari cara media mengkonstruksi isu-isu yang ada menjadi
sebuah berita. Sebuah peristiwa yang sama dapat dikonstruksikan
berbeda-beda melalui cara pandang dan konsepsi pada masing-masing
wartawan. Mulai pada teks melalui bahasa, foto, dan sebagainya yang
berkaitan dengan penulisan berita.
Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan
fakta yang riil. Berita adalah produk interaksi wartawan dengan fakta.
Realitas sosial tidak begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses.
Diantaranya proses internalisasi dimana wartawan dilanda oleh realitas
yang ia amati dan diserap dalam kesadarannya. Kemudian proses
selanjutnya adalah eksternalisasi. Dalam proses ini wartawan
41
Eryanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media ( LkiS, Yogyakarta:
2002), h.15. 42
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Tekhnologi
Komunikasi Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. Ke-2, h.2.
36
menceburkan diri dalam memaknai realitas. Hasil dari berita adalah
produk dari proses interaksi dan dialektika ini43
.
Menurut Berger dan Luckman yang dikutip Burhan Bungin
mengenai realitas sosial ada 3 macam, yaitu :
1. Realitas Subjektif yaitu realitas yang terbentuk sebagai
proses penyerangan realias objektif dan simbolik ke dalam
individu melalui proses internalisasi.
2. Realitas Objektif yaitu realitas yang terbentuk dari
pengalaman di dunia objektif yang berada di luar diri
individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan.
3. Realitas Simbolik yaitu merupakan ekspresi simbolik dari
realitas objektif dalam berbagai bentuk.44
Dalam melakukan kegiatan jurnalistik, pekerjaan media pada
hakikatnya ialah mengkonstruksi realitas. Meskipun memiliki tema
pemberitaan yang sama, akan tetapi setiap media massa akan
menghasilkan makna yang berbeda dari hasil konstruksi realitas yang
dilakukan.
Proses kelahiran konstruksi sosial media massa berlangsung
dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut45
:
43
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Tekhnologi
Komunikasi Masyarakat, h. 17. 44
Burhan Bungin, Sosial Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus eknologi
Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta, 2007), h.5. 45
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi
(Jakarta: Kencana, 2007), h. 204.
37
1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi
Pada tahap ini isu-isu penting dimunculkan. Isu-isu ini
dipilih berdasarkan isu yang paling menjadikan pembaca
tertarik. Misalnya isu mengenai harta, tahta, dan perempuan.
Selain itu, isu yang sifatnya menyentuh atau memiliki
kedekatan (proximity) dengan pembaca juga dimunculkan.
Misalnya isu konflik, isu kriminalitas, dan human interest.
2. Tahap Sebaran Konstruksi
Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa
adalah semua informasi harus sampai pada pemirsa atau
pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda
media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi
penting pula bagi pemirsa atau pembaca.46
3. Pembentukan Konstruksi Realitas
a. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas
Setelah terjadinya sebaran konstruksi, di mana
pemberitaan telah sampai pada pemirsa atau pembaca,
selanjutnya yaitu terjadinya tahap pembentukan konstruksi di
masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung secara generic.
Pertama, konstruksi realitas pembenaran; kedua,kesediaan
46
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi ,
h. 208.
38
dikonstruksi oleh media massa; ketiga, sebagai pilihan
konsumtif.47
b. Pembentukan Konstruksi Citra
Pembentukan konstruksi citra adalah bangunan yang
diinginkan oleh tahap konstruksi. Di mana bangunan konstruksi
citra yang dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam dua
model; model good news dan model bad news.
4. Tahap Konfirmasi
Konfirmasi adalah tahap ketika media massa maupun
pembaca atau pemirsa memberikan argumentasi dan
akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap
pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai
bagian untuk member argumentasi terhadap alasan-alasan
konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca,
tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia
terlibat dan bersedia hadir pada proses konstruksi sosial.48
47
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi ,
h. 208. 48
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi ,
h. 212
39
D. Analisis Framing
1. Konsep Analisis Framing
Analisis framing adalah salah satu metode yang bertujuan untuk
melihat cara pandang wartawan dalam mengemas berita. Dalam analisis
framing, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari
teks. Framing, terutama, melihat bagaimana pesan atau peristiwa
dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa
dan menyajikannya kepada khalayak pembaca.49
Framing, seperti dikatakan Todd Gitlin adalah sebuah strategi
bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian
rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Frame adalah prinsip
dari seleksi, penekanan, dan presentasi dari realitas.50
Pada dasarnya
framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media
atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada ―cara melihat‖ terhadap
realitas yang dijadikan berita. ―Cara melihat‖ ini berpengaruh pada hasil
akhir dari konstruksi realitas.51
Dengan menggunakan analisis framing dalam menganalisis berita,
maka akan diketahui apa saja yang direkonstruksikan oleh wartawan.
Yakni berupa realitas apa yang ditonjolkan dan apa saja yang
disembunyikan yang tersusun menjadi sebuah frame atau peristiwa yang
dibingkai.
49
Eriyanto, Analisis Framing (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 11. 50
Eriyanto, Analisis Framing, h.79. 51
Eriyanto, Analisis Framing, h. 11.
40
2. Jenis Framing
Para sarjana komunikasi dan pakar politik sepakat bahwasanya
istilah framing biasanya lekat dengan dua istilah sebagai berikut:
a. Framing media (media frames)
Merupakan bingkai yang dilakukan oleh wartawan yang
berkaitan dengan bagaimana perspektif atau cara pandang
wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Gamson dan
Modigliani menyebut cara pandang ini sebagai kemasan (package)
yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan
diberitakan.52
b. Framing Individu (Individu Frames)
Merupakan kegiatan penyimpanan ide yang membimbing
proses informasi secara individu.53
Framing ini menjadi dasar bagi
khalayak untuk melakukan interpretasi selektif dari pesan yang
disampaikan berita. Dari framing inilah khalayak menngkap wacana
yang disampaikan wartawan.54
52
AlexSobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, Dan Analisis Framing, h.162. 53
Eriyanto, Analisis Framing, h. 162. 54
Gitlin dalam Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah
Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik, Pengantar: Prof. Dr.
HarsonoSuwardi, (Jakarta: Granit, 2004), h.22.
41
3. Analisis Framing Model William A. Gamson dan Andre
Modigliani
Model framing yang dikembangkan oleh William A. Gamson yang
memberikan konsep bahwa framing adalah sebuah cara bercerita atau
gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan
konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu
wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package).
Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan
individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan,
serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.55
Dalam analisis framing model William A. Gamson dan Andre
Modigliani membagi struktur analisis menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Media package merupakan asumsi bahwa berita memiliki konstruksi
makna tertentu
2. Core frame merupakan gagasan sentral. Pada dasarnya berisi elemen-
elemen inti untuk memberikan pengertian yang relevan terhadap
peristiwa dan mengarahkan makna pada isu yang dibangun condensing
symbol (symbol yang dimampatkan).56
3. Condensing symbol merupakan hasil pencermatan terhadap perangkat
simbolik (framing device/perangkat framing dan reasoning
devices/perangkat penalaran).
55
Eriyanto, Analisis Framing, h. 78. 56
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 177.
42
Ada dua perangkat bagaimana ide sentral diterjemahkan dalam teks
berita. Pertama, framing device (perangkat framing). Perangkat ini
berhubungan dan berkaitan langsung dengan ide sentral atau bingkai yang
ditekankan dalam teks berita. Perangkat framing ini ditandai dengan
pemakaian kata, kalimat, grafik atau gambar, dan metafora tertentu.57
Perangkat framing terbagi menjadi lima bagian atau struktur:
Pertama, Methapors adalah perumpamaan dan pengandaian. Secara literal,
methapors dipahami sebagai cara memindah makna dengan merelasikan
dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan
kata-kata seperti, ibarat, bak, umpama, laksana. 58
Kedua, Catcphrase
adalah perangkat berupa jargon-jargon atau slogan. Yakni berupa istilah,
bentukan kata, atau frase khas cerminan fakta yang merujuk pemikiran
atau semangat tertentu.
Ketiga, Exemplaar adalah uraian untuk membenarkan perspektif.
Yaitu mengemas fakta secara mendalam agar satu sisi memiliki bobot
makna lebih untuk dijadikan rujukan/ pelajaran. Posisinya menjadi
pelengkap bingkai inti dalam kesatuan berita untuk membenarkaan
perspektif.59
Keempat, Depiction adalah leksikon untuk melabeli sesuatu.
Merupakan penggambaran fakta dengan memakai kata, istilah kalimat
konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu. Asumsinya, pemakaian
57
William A. Gamson, Media Discourse as a Framing Resource dalam Ann N. Crigler
(ed.) (The University of Michigan Press,1996), h. 120-121 58
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing, h.179 59
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing, h.179-180.
43
kata khusus diniatkan untuk membangkitkan prasangkaa, menyesatkan
pikiran dan tindakan, serta efektif sebagai bentuk aksi politik. Depiction
dapat berbentuk stigmatisasi, eufimisme, serta akroniminasi. Kelima,
Visual image adalah perangkat dalam bentuk gambar, grafis, dan
sebagainya. Gunther Kress dan Theo van Leewen menyatakan, penataan
visual images halaman surat kabar bukan sekedar alas an estetika
perwajahan, tetapi lebih merupakan proses mempengaruhi lewat efek dan
fungsi pesan agar menancap di benak khalayak, termasuk aspek ideology,
pengaruh dan subjektivitas yang bersatu padu. Secara ideologis, Van Dijk
menandaskan, fungsi visual images adalah untuk memanipulasi fakta agar
bermakna legitimate.60
Kedua, reasioning devices (perangkat penalaran). Perangkat ini
merujuk pada kohesi dan koherensi dari teks tersebut yang merujuk pada
gagasan tertentu. Dalam suatu teks, perangkat penalaran bertujuan untuk
memberikan asumsi pembenaran akan teks atau perangkat framing yang
ada. Sehingga terlihat bahwa teks yang diungkapkan tersebut wajar dan
benar dalam realitasnya.
Perangkat penalaran terbagi menjadi tiga bagian: Pertama, Roots
merupakan analisis kausal atu sebab akibat. Roots merupakan pembenaran
isu dengan menghubungkan suatu objek atau lebih yang dianggap menjadi
sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain. Tujuannya, membenarkan
penyimpulan fakta berdasar hubungan sebab-akibat yang digambarkan
60
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing, h.179-180.
44
atau dibeberkan.61
Kedua, Appeals to principles merupakan premis dasar,
klaim-klaim moral. Yaitu berupa pemikiran, prinsip, klaim moral sebagai
argumentasi pembenar membangun berita, berupa pepatah, cerita rakyat,
mitos, doktrin, ajaran dan sejenisnya. Appeals to principle yang apriori,
dogmatis, simplistik, dan monokausal (nonlogis) bertujuan membuat
khalayak tak berdaya menyanggah ke sifat, waktu, tempat, cara tertentu,
serta membuatnya tertutup/ keras dari bentu penalaran lain.62
Ketiga,
Consequences merupakan efek atau konsekuensi63
. Artinya dalam bingkai
dibuat oleh media dalam pemberitaannya memiliki efek dan konsekuensi
tersendiri. Efek tersebut dapat berupa konstruksi apa yang ingin dibingkai
oleh media maupun efek untuk menampilkan citra tertentu dalam berita.
E. Konseptualisasi Berita
1. Pengertian Berita
Cahrles A. Dana mengungkapkan sebuah pameo yang terkenal
mengenai berita. Dia mengatakan ― When a dog bites a man, that is not
news, but when a man bites a dog, that news‖ (―Bila seekor anjing
menggigit orang, itu bukan berita, tetapi bila orang menggigit anjing, itu
baru berita‖).64
Pameo tersebut ternyata tidak bisa dikatakan benar
seutuhnya. Seekor anjing yang menggigit orang-orang penting/
61
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing, h.180. 62
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing, h.179-180. 63
Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006),
Cet ke-I, h. 94. 64
Mondry, M.Sos, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h.
130.
45
berpengaruh atau karna gigitan anjing tersebut banyak korban yeng
terifeksi virus mematikan tentulah merupakan hal yang layak untuk
diinformasikan kepada khalayak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa berita
ialah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang
hangat.65
Adapun dalam buku Leksikon komunikasi, berita didefinisikan
sebagai berikut:
a) Fakta atau gagasan yang dapat menarik perhatian orang banyak
dan tepat waktunya disiarkan.
b) Pernyataan yang bertujuan untuk memeberitahu.
c) Laporan tentang peristiwa atau pendapat yang disiarkan atau
untuk diketahui umum. 66
Definisi lainnya menyatakan bahwa berita ialah pernyataan yang
bersifat umum dan aktuil, dibuat oleh wartawan dan disiarkan oleh surat
kabar untuk dihidangkan kepada para pembaca. Disini ada macam-macam
berita. Ada berita yang benar, ada berita sensasi dan ada berita yang
obyektif. Selain daripada berita, surat kabar diisi oleh komentar, tajuk
rencana, pokok, tinjauan, renungan, analisa dan sebagainya yang pada
pokonya mengambil berita sebagai landasan.67
Definisi berita dari beberapa pakar jurnalistik.
- Willard C. Bleyer: Berita aalah suatu kejadian aktual yang
diperoleh wartawan untu dimat dalam surat kabar karena menarik
65
http://kbbi.web.id/berita, diakses pada 30 April 2014, pkl. 09.49 wib. 66
Hari Mukti Kridalaksana, Leksikon Komunikasi (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1984),
h.20. 67
Dr. H. Hamzah Ya‘qub, Publistik Islam- Teknik Da,wah dan Leadership (Bandung: CV
Dipenogoro, 1981), h. 84.
46
atau mempunyai makna bagi pembaca (Newspaper Writing and
Editing)
- William S. Maulsby: Berita adalah suatu penuturan secara benar
dan tidak memihak dari fakta-faktayang mempunyai arti penting
dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian para pembaca surat
kabar yang memuat berita tersebut. (Getting The News)
- Chilton R. Bush: Berita adalah laporan menegenai peristiwa yng
penting diketahui masyarakat dan juga laporan peristiwa yang
semata-mata menarik karena berhubungan dengan hal yang
menarik dari seseorang atau sesuatu dalam situasi yang meneari
(Newspaper Reporting of Public Affairs, 1940).
- Djafar H. Assegaf: Berita adalah laporan tentang fakta atau ide
yang terkini, yang dipilih oleh wartawan untuk disiarkan, yang
dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah
karena pentingnya atau karena akiabt yang ditimbulkannya, atau
karena mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi
dan ketegangan. (Jurnalistik Masa Kini).68
Dari beberapa definisi berita yang telah dikemukakan, jelas bahwa
berita merupakan segala informasi aktual yang sedang terjadi dan penting
untuk diketahui oleh khalayak. Karena penting untuk diketahui oleh
khalayak, maka informasi ini harus disiarkan lewat media, baik secara
lisan, cetak, ataupun elektronik.
2. Nilai-nilai Berita
Suatu kejadian memiliki nilai berita jika memiliki unsur-unsur:
- Penting (Significance): mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kehidupan orang banyak atau kejadiannya mempunyai akibat atau
dampak yang luas terhadap kehidupan khalayak pembaca.
- Besaran (Magnitude): sesuatu yang besar dari segi jumlah, nilai,
atau angka yang besar hitungannya sehinga pasti menjadi sesuatu
yang berarti dan menarik untuk diketahui oleh orang banyak.
- Kebaruan (Timeliness): memuat peristiwa yang baru saja terjadi.
Karena kejadiannya belum lama, hal ini menjadi aktual atau masih
hangat dibicarakan umum. Aktual (terkini) berkaitan dengan
68
Sedia Willing Barus, Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2010), h. 26.
47
tenggat waktu bahwa kejadian tersebut bukan berita basi atau
terlamabtt memenuhi waktu pemuatan yang sudah ditetapkan
pemimpin redaksi.
- Kedekatan (Proximity): memiliki kedekatan jarak (geografis)
ataupun emosional dengan pembaca. Termasuk kedekatan karena
profesi, minat, bakat, hobi dna perhatian pembaca.
- Ketermukaan (Prominence): hal-hal yang mencuat dari diri
seseorang atau sesuatu benda, tempat atau kejadian. Suatu
peristiwa yang menyangkut orang terkenal atau sesuatu yang
dikenal masyarakat menjadi berita penting untuk diketahui oleh
pembaca. Cuatan ini adalah hal-hal yang menonjol dari sesuatu
atau seseorang dan karenanya sesuatu atau seseorang itu menjadi
dikenal oleh orang banyak, populer, sangat disukai, atau justru
sangat dibenci.
- Sentuhan Manusiawi (Human Interest): sesuatu yang menyentuh
rasa kemanusiaan, menggugah hati dan minat. 69
Dja‘far H. Assegaf juga menyebutkan beberapa unsur yang harus
ada dalam sebuah berita, yaitu:
1. Aktual (Terkini, Kebaruan).
2. Jarak.
3. Penting (Interest).
4. Luar biasa (Extraordinary).
5. Akiabat yang ditimbulkannya.
6. Ketegangan (Suspence).
7. Mengandung konflik.
8. Seks.
9. Kemajuan-kemajuan yang dimiliki (progress).
10. Emosi.
11. Humor.70
3. Jenis-jenis Berita
Berdasarkan sifat kejadiannya, Dja‘fat Assegaf dalam buku
Jurnalistik Masa Kini (1985) membagi berita menjadi dua hal pokok.
1. Berita yang dapat diduga: peristiwa atau kejadian yang dapat
diperkirakan sebelumnya, seperti perayaan HUT RI, munas
organisasi politik, konferensi, seminar, dan sebagainya
69
Sedia Willing Barus, Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita, h. 31. 70
Sedia Willing Barus, Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita, h. 32.
48
2. Berita yang tidak dapat diduga: peristiwa atau kejadian yang
memnag sulit dan tidak dpaat dipekirakan kapan terjadinya
(happening), seperti bencana alam, kecelakaan, pembunuhan,
kematian orang-orang penting, dan sebagainya.71
Adapun pembagian berita berdasarkan jarak geografisnya meliputi
berita lokal, regional, nasional, dan internasional. Sedangkan berita yang
didasarkan pada topik masalah mencakup berbagai bidnag yanga sanagt
kompleks. Secara besarnya biasa dikelompokkan menjadi berita politik,
ekonomi, sosila budaya, hukum olahraga, militer, kriminal atau kejahatan,
pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. 72
4. Sumber Berita
Sumber-sumber berita dapat dikategorikan kedalam tiga bentuk :
1. Sumber Berita Atas Nama Pribadi: mencakup orang-orang biasa
(Ordinary Man) yangjuga biasa disebut dengan man in the street
(seperti pengunjung pameran, preman terminal, orang berlalu-
lalang di pasar, petugas parkir, dan lainnya); pakar di bidang
keahlian masing-masing (seperti pakar hukum, olahraga, politik,
ekonom, musisi, kriminolog, sastrawan/budayawan); atau
berdasarkan profesi seperti polisi, pegawai kantor pengadilan,
sopir, penjaga kamar mayat, dna sebagainya.
2. Sumber Berita Pribadi Atas Nama Kelompok atau Golongan:
mencakup tokoh masyarakat (Opinion Leader), pimpinan
organisasi bisnis, anggota parlemen, pemuka agama, dan para
pemimpin yang mewakili komunitas tertentu (suku, bangsa,
pemuda, anak, remaja, kaum ibu, dan lainnya).
3. Sumber Berita Organisasi/Lembaga/Instansi: mencakup partai
politik, pejabat pemerintahan atau lembaga publik (pejabat humas-
PR), anggota parlemen, lembaga swasta, lembaga swadaya
masyarakat (organisasi nonpemerintah), asosiasi dagang, asosiasi
industri, dinas penerangan polisi, dan dinas penerangan militer. 73
71
Sedia Willing Barus, Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita, h. 39. 72
Sedia Willing Barus, Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita, h. 40-41. 73
Sedia Willing Barus, Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita, h. 56.
49
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Suriah
1. Syam dan Suriah
Syam, menurut Ibn Muqaffa‟ disebut demikian berdasarkan nama
Sam bin Nuh. Sam adalah nama putra Nuh, yang dalam bahasa
Suriyaniyyah disebut dengan menggunakan huruf “Syin”, bukan “Sin”.
Silsilah lengkapnya adalah Syam bin Nuh bin Lamik bin Metusyalih bin
Khanukh bin Yazid bin Mahlail bin Qainan bin Anusyi bin Syits bin
Adam.1
Syam kemudian digunakan untuk menyebut tempat (negeri). Al-
Kalabi menjelaskan, disebut Syam, karena posisinya terletak di bagian
kiri/utara bumi (Syimal al-Ardh), sebagaimana Yaman, untuk menyebut
bagian kanan bumi (Yaman al-Ardh). Negeri Syam merupakan tempat dari
agama samawi, yaitu Yudaisme (Yahudi), Nasrani (Kristen), dan Islam.
Menurut kaum Muslim, negeri Syam dianggap sebagai “Negeri
Kebaikan“. Pada masa kerasulan Nabi Isa as., dikatan bahwa Syam bin
Nuh pernah dibangkitkan kembali oleh Isa, ketika ada permintaan dari
Bani Israel.2
1Hafiz Abdurrahman, Kembalinya Suriah Bumi Khilafah yang Hilang (Bogor: Al Azhar
Freshzone, 2013), h. 25. 2 Hafiz Abdurrahman, Kembalinya Suriah Bumi Khilafah yang Hilang, h. 26.
50
Negeri Syam, sebelum dibagi-bagi oleh penjajah Inggris dan
Prancis, melalui Perjanjian Sykes Pyco, terdiri dari sejumlah tempat di
Timur Tengah, yaitu Lebanon, Palestina, Suriah dan Yordania. Setelah
terjadi pembagian, Syam kemudian diidentikkan dengan Suriah, kemudian
dipersempit lagi dengan Damaskus. Padahal, Syam bukan hanya Suriah
dan Damaskus.3
Adapun penyebutan nama Suriah atau Syiria, menurut sebuah
sumber, pertama kali digunkana oleh seorang ahli ilmu bumi dan
sejarawan Yunani bernama Strabo (63SM- 24 M). Menurut Strabo, dahulu
Suriah meliputi wilayah Timur dekat antara Asia Kecil dan Mesir yang
dikuasai Kerajaan Romawi.4
Al-Bakari (w. 487 H) menyatakan, “Suriah, dengan didhammah
huruf awalnya (Sin), dikasrah huruf Ra‟, dan huruf Ya‟ yang dibaca
ringan (tidak disyiddah) adalah nama untuk Syam.” Dalam kitab Futuh
al-Buldan, karya al-Baladzuri, disebutkan ketika Heraklius mendengar
berita Yarmuk telah jatuh ke tangan kaum Muslim, dia lari bersama
pasukannya dari Antiokia ke Konstantinopel. Begitu meninggalkan pintu
gerbang Syam, dia berkata, “Salam untukmu, wahai Suriah.” Maksudnya
adalah Syam.5
Dari catatan yang lain, ada pula yang menyamakan nama Suriah
dengan kata Surya yang berasal dari kata Sur. Pengertian kata Sur disini
3 Hafiz Abdurrahman, Kembalinya Suriah Bumi Khilafah yang Hilang, h. 27.
4Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam-Damaskus (Jakarta: Tazkia
Publishing, 2012), h.5. 5 Hafiz Abdurrahman, Kembalinya Suriah Bumi Khilafah yang Hilang, h. 141-142.
51
adalah tanah berpagar atau kubu pertahanan atau kota yang dikelilingi
dinding atau tembok pertahanan.6
2. Suriah “Pra Islam-Islam”
Letaknya yang strategis dan bernilai ekonomis, serta
bersinggungan dengan sejarah yang panjang membuat negeri ini wajar
jika dikatakan sebagai pintu gerbang sejarah (Gateway to History). Di
wilayah inilah, manusia mulai menegmbangkan pertanian dan
pengetahuan tentang metalurgi dan alfabet pertama. Tempat ini juga
menjadi tempat berkembangnya agama, filsafat, perdaganagn, bahasa,
sistem tata kota, hubungan diplomasi dan budaya.
Sejak sekitar tahun 9000 SM, penduduk Suriah mulai mengenal
pertanian, hidup menetapsera perdagangan yang sebagian aktivitasnya
sudah tercatat dalam catatan-catatan peninggalan sejarah. Hal ini
membuktikkan bahwa kegiatan dan budaya tulis-menulis telah ada sejak
dulu disana, terutama pada tahun 3000-2000 SM. Pada masa itu, kerajaan
negara kota Ebla dan Mari berkuasa, sebagaimana terungkap dari
lembaran tulisan-tulisan kuno berbentuk baji.7
Sejak tahun 5000 M, orang-orang Arab Semit (Samiyah) telah
mendiami Suriah. Di sana telah berdiri peradaban-peradaban kuno dan
selama milenium kedua sebelum Masehi, Suriah diduduki berturut-turut
oleh bangsa Kan‟an, Funisia, Arm, Mesir Sumeria, Assyria, Babilonia, dan
6Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam-Damaskus, h.5.
7 Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam-Damaskus, h.17.
52
Het. Peradaban yang paling terkenal ialah Akkadiyah, Amuriyah, Assyria,
dan Aramiyah (Ara-maik). Suriah tunduk pada kekaisaran Akhmidiyah
Persia, lalu kepada Alexander dari Makedonia pada tahun 333 M. Lalu
pada tahun 64 SM, Romawi menyerbu Suriah dan terhjadilah perang di
palestina utara. Sekitar tahun 300 M, Suriah menjadi bagian dari
kekaisaran Bizantium (Romawi Timur).
Pembebasan Suriah oleh pasukan Muslim bermula dari ekspedisi
ke selatan Suriah pada tahun 629 M, di saat Nabi Muhammad masih
hidup. Dari situlah perang Mut‟ah yang merupakan perang pertama antara
Islam dan Romawi terjadi. Perang ini memiliki nilai sangat strategis dan
politis bagi umat Islam dan bangsa Arab karena untuk pertama kalinya
dalam sejarah suku-suku Arab berhadapan dengan negara adidaya. Perang
ini merupakan pintu gerbang menuju penakhlukan-penakhlukan ke negeri-
negeri Kristen. Mut‟ah merupakan sebuah daerah di dekat Palestina, yang
pada masa itu termasuk wilayah Syam atau Suriah.
Pembebasan Negeri Suriah dari kekuasan Romawi Timur
dilanjutkan kaum Muslim pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar
as-Shiddiq (11-13 H/632-634 M). Pertempuran antara pasukan Muslim
yang dipimpin oleh Khalid bin Walid dengan pasukan Romawi Timur
yang dipimpin oleh Teodor ini dikenal dengan nama Perang Yarmuk.
Walaupun tentara ummat Islam tidak lebih dari 50.000 sedangkan Roma
lebih dari seperempat juta, tapi pasukan Muslim akhirnya mampu
memenangkan pertempuran yang sengit itu dengan pertolongan Allah.
53
Setelah kemenangan berhasil diraih, pasukan Muslim dipimpin oleh Abu
Ubaidah bin Jarrah pada masa Khalifah „Umar bin al-Khattab (13-23
H/634-644M) akhirnya mampu memasuki kota-kota di tanah Syiria
(Damaskus, Hims, Mu‟arrah Nu‟man, Qinsirien, Helba, Lazikiya, Baniyas,
Thartus, Inthakia) serta meneranginya dengan cahaya Islam.8 Dalam
perang ini Musim berhasil memukul mundur pasukan Bizantium dan
mengakhiri kekuasaan Biznatium di Asia kecil tengah bagian selatan yang
akhirnya membuat Kaisar Heraklius dan pengawalnya melarikan diri ke
konstantinopel.
Kedua perang itulah yang menenukan eksistensi kekuatan Islam
pada masa itu. Dengan dikalahkannya kekuatan super power Bizantium
dan Persia serta dibebaskannya negeri Suriah dan Damaskus, para
pemimpin kerajaan di masa tersebut mulai kian memperhitungkan Islam
sebagai kekuatan baru yang sangat berpotensi untuk menguasai dunia.
Saat Muawiyah di bai‟at menjadi Khalifah pada tahun 41 H/ 661,
Suriah (Syam) dijadikan sebagai ibukota Negara Islam dengan Damaskus
sebagai ibukota Negara Khilafah. Kekhalifahan Umayyah menjadi masa
transisi dari masa Khalafaur Rasyidin ke daulah Bani Umayyah. Walaupun
demikian, khalifah-khalifah diera Kekhalifahan Umayyah adalah
pemimpin-pemimpin Islam yang cerdas, bijaksana dan revosioner
dizamannya, meski dalam perjalanan sejarahnya diwarnai sejumlah
pemberontakkan dan peperangan sengit.
8 Shabir Abdouh Ibrahim, Abu Ubaidah-Sahabat Rasulullah saw, Penakhluk Negeri Syam
(Jakarta: Bulan Bintang: 1976), h. 45.
54
Dalam jangka waktu 90 tahun dari tahun 661-750 M Kekhalifahan
Umayyah mampu menciptakan pemerintahan Islam revolusioner yang
melakukan ekspansi wilayah demikian luas mulai daerah Mesir, Yunani,
Spanyol, Italia, Cyprus, Perancis, Libya, Aljazair, Maroko, Turki, Albania,
Irak, Sicilia, Tunis, Malta dan Portugal.
Kemajuan peradaban Islam di Syiria semasa Dinasti Umayyah juga
berkembang pesat. Studi Bahasa Arab, Ilmu Qiraat, Ilmu Tafsir, Ilmu
Hadits, Ilmu Fiqh, Ilmu Nahwu, Ilmu Geografi dan Sejarah,
penerjemahan, sistem irigasi, percetakan uang logam mengalami
perkembangan dan kemajuan yang luar biasa di masa itu. Tak hanya itu,
fasilitas rumah sakit tersedia lengkap dan gratis. Dijadikannya Kota
Marbad sebagai pusat kegiatan ilmiah juga menambah catatan
keberhasilan sistem Islam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pada masa ini dikenal pula pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul
Aziz (717 H) yang mampu menghilangkan kemiskinan di Negara Islam,
sehingga fakta yang tertorehkan mengabarkan bahwa pada saat itu tidak
ada orang yang layak menerima zakat dari Baitul Mal.
55
3. Kondisi Geografis Suriah
Republik Arab Suriah (bahasa Arab: الجمهورية العربية السورية al-
jumhūriyyaħ al-ʕ arabiyyaħ as-sūriyyaħ; bahasa Inggris: Syria), adalah
negara yang terletak di Timur Tengah. Suriah terletak di ujung timur Laut
Mediterania . Hal ini berbatasan dengan Lebanon dan Israel di sebelah
barat, Turki di utara , Irak di timur , dan Yordania di selatan .
Daerah pesisir Suriah adalah dataran yang sempit, dengan berbagai
pegunungan pesisir, dan lebih jauh ke pedalaman ialah daerah padang
rumput . Di timur adalah gurun Suriah dan di selatan adalah Jebel Druze
Range. Titik terendah daratan Suriah ada di lokasi dekat Danau Tiberias,
yang mencapai minus 200 meter. Sedangkan titik tertinggi di Suriah
adalah Gunung Hermon ( 9232 ft; 2.814 m ) di perbatasan Lebanon.9
Sebagian besar wilayah Suriah terdiri dari dataran tinggi kering,
meskipun bagian barat laut yang berbatasan dengan Mediterania cukup
hijau dan subur. Sungai Eufrat merupakan sungai yang paling penting
yang melintasi wilayah Suriah sebelah timur. Sepanjang barat gunung
pantai, Suriah beriklim ekstrem mediteranian, sebagaimana di sana ada
musim kering yang panjang dari bulan Mei ke bulan Oktober. Frekuensi
hujan pada musim panas sangatlah sulit karena hanya muncul di arah
Utara-Barat. Di pantai, musim panas sangat panas dan lembap, dengan
suhu rata-rata 29°C, dan ketika musim salju suhu minimal harian
mencapai 10 °C.
9 http://hikmat.web.id/sejarah-dunia/sejarah-negara-suriah/ diakses pada 12 April 2014
pkl. 12:34 wib.
56
Angka kelahiran di Suriah masih tinggi dengan jumlah penduduk
berdasarkan sensus tahun 2004 adalah 18.018.116 juta jiwa. Terdiri dari
74% Sunni, Alawi 12%, Kristen 9%, dan Druze 3%. Jika dikombinasikan,
maka 90% dari populasi Suriah adalah Muslim. Sedangkan 9% lainnya
adalah Kristen, yang mencakup Kristen Arab, Assyria dan Armenia.
Mayororitas populasi Suriah adalah etnis Arab (90%), sedangkan
minoritas terdiri dari etnis Kurdi, Asiria, Armenia dan Turkmens
Circassians.10
Di Suriah juga terdapat sedikit pengembara Badui yang
hidup di gurun pasir di wilayah selatan dan timur.11
Bahasa resmi Suriah ialah bahasa Arab, sehingga sebagian besar
kelompok minoritas yang ada pandai berbahsa Arab dan keberagaman
bahasa tentunya tidak menjadi penyebab disintegrasi di Suriah. Negeri
Suriah memiliki 14 kota, yaitu Dara, Dimashq, Dayr az-Zawr, Al Hasakah,
Hims, Halab, Hamah, Idlib, Al Ladhiqiyah, Al Qunaytirah, Rif Dimashq,
As Suwayda, Ar Raqqah, Tartus.
Sektor pertanian masih tetap dominan dalam perekonomian di
Suriah. Sedikitnya, sepertiga dari daratan Suriah diolah menjadi lahan
pertanian. Sumber perekonomian lainnya ialah pertambangan (minyak
fospat, krom, garam batu, marmer, gipsum, aspal, bijih besi, bijih
mangan), dan minyak tanah merupakan sumber devisa yang mencapai
70% dari total ekspor.
10
http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/02/11/miris-mengapa-arab-ramai-ramai-
memusuhi-suriah-438416.html diakses pada 12 April 2014, pkl. 12:46 wib. 11
Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam-Damaskus, h.11.
57
Umumnya, industri di Suriah berhubungan dengan pertanian dan
kebutuhan–kebutuhan pokok seperti kulkas dan televisi yang terus
mengalami peningkatan per tahun. Potensi pariwisata pun sangat
melimpah di kota bersejarah ini. Di Suriah terdapat berbagai kota yang
melekat degan nilai-nilai dan situs-situs sejarah yang merupakan aset yang
berharga bagi kemajuan pariwisatanya. Adanya kota kuno yang terkenal
dengan peninggalan-peninggalan sejarahnya, sepeti seperti Aleppo,
Bushra, dan Hamah membuat Suriah seringkali disebut-sebut sebagai
“pintu gerbang sejarah” atau ibu kandung peradaban (Cradle of
Civilization).
B. Konflik Suriah
Adanya faktor nasionalisme yang dihembuskan negara-negara kafir
di tengah-tengah umat mendorong etnis Arab untuk melepaskan diri dari
pemerintahan Turki. Revolusi Arab Raya yang menuntut berdirinya negara
Arab (Jazirah Arab, Syam dan Irak) yang merdeka dari Khilafah Utsmani
pun mulai dipersiapkan dan Sharif Husain bin Ali, emir Makkah kala itu
terlibat dalam revolusi ini. Kontak antara Sharif Husain bin Ali dengan
pihak Inggris mencapai kesepakatan bahwa bangsa Arab harus berpihak
pada Inggris pada Perang Dunia I. Sebagai kompensasinya, Inggris akan
mengakui kemerdekaan wilayah Timur Arab dan Sharif Husain sebagai
penguasanya. Tanpa disangka, bangsa Arab dikejutkan dengan konspirasi
antara Inggris dan Perancis dengan perjanjian rahasia Sykes-Pyco (1916)
yang mereka buat. Perjanjian ini membagi kawasan Arab menjadi
58
beberapawilayah. Suriah dan Libanon di bawah kekuasaan Prancis
(France Mandate), sementara Irak, Yordania, dan Palestina di bawah
kekuasaan Inggris (British Mandate). Semua simbol Arab diturunkan dari
pemerintahan, dan bangsa Arab marah karena telah dikhianati.
Meskipun Daulah Khilafah Utsmaniyah belum runtuh, tapi di
bawah Mandat Perancis (1922-1936) serta berdasarkan perjanian Sykes-
Pyco, Suriah ditetapkan sebagai kerajaan, penguasa boneka pilihan
Perancis pun silih berganti memimpin Suriah.
Kemerdekaan Suriah dari Perancis dideklarasikan pertama kali
pada September 1936 M, dan diikuti deklarasi kedua 1 Januari 1944 M.
Namun, tanggal 17 April 1946 ditetapkan sebagai Hari Kemerdekaan
Suriah, dan Suriah menganut sistem Republik Arab Suriah (Jumhuriyyah
al-„Arabiyyah as-Suriah).
Kemudian antara periode 1958-1961, Suriah bergabung dengan
Mesir membentuk perserikatan yang dikenal dengan RPA (Republik
Persatuan Arab). Perserikatan itu berakhir karena terjadinya kudeta militer
di Suriah. Sejak tahun 1963 hingga 2011, Suriah terus memberlakukan UU
Darurat Militer, sehingga dengan demikian sistem pemerintahannya pun
dianggap oleh pihak barat tidak demokratis.12
Hampir seluruh pemimpin Suriah memperoleh kekuasaan melalui
kudeta militer. Secara berurutan, selain Hasyim al-Attassi, Suriah pernah
dipimpin oleh Syukri al-Qutali, Husni az-Zalim, Sami al- Hanawi, Adib
12
http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/02/11/miris-mengapa-arab-ramai-ramai-
memusuhi-suriah-438416.html diakses pada 12 April 2014, pkl. 12:46.
59
Syiksyikli, Faisal al-Atassi, Syukri al-Qutali, Nazim al-Qudsi, Amin al-
Hafiz, dan Nuruddin al-Attasi.
Pada masa pemerintahan Nuruddin al- Attasi, Hafiz al-Assad
memimpin revolusi menentangnya. Revolusi ini berhasil mengantarkan
Hafiz al-Assad menjadi presiden Suriah sejak tahun 1970. Pada tahun
1995, untuk ke-5 kalinya, Hafiz al-Assad memimpin Suriah. Namun,
sebelum berakhir masa jabatannya dia meninggal dunia.
Hafiz al-assad dengan rezim Partai Ba‟athnya memerintah Suriah
secara otriter dan totaliter. Pemerintah Suriah paa masa itu bertindak
represif terhadap gerakan-gerakan Islam yang dianggap sebagai nacaman
utama terhadap kekuasaanya. Ketika terjadi serangan terhadap sekolah
kader militer di Aleppo dan kantor Partai Ba‟ath pada tahun 1979, pihak
yang dituduh melakukannya ialah kelompok Ikhwanul Muslimin.
Kelmpok gerakan Islam ini kemudian berdemo besar-besaran dan
melakukan aksi boikot di Hamah, Hims, dan Aleppo pada Maret 1980,
dengan alasan inilah Assad lebih ketat dalam melaksanakan kebijakan
presifnya, terutama terhadap kelompok dakwah Islam seperti Ikhwanul
Muslimin juga Hizbut Tahrir. Tindakan represif ini memuncak dalam
peristiwa pembantaian Hamah di awal 1980-an.
Saat revolusi meledak di dunia Arab (Arab Spring), rakyat Suriah
yang berada di bawah pemerintahan represif ini mulai menunjukkan geliat
revolusinya. Awal Februari, sejumlah tuntutan “malu-malu” di Damaskus
dan Aleppo mendesak agar rakyt berdemo. Beberapa kesepakatan berhasil
60
dibuat, namun para aktivis tidak mendapat respon yang memedai. Hingga
pada tanggal 17 Februari, seorang polisi di pusat ibukota bertindak
sewenang-wenang kepada seorang pedagang di pasar tua Huraiqah.
Dalam waktu singkat, ribuan orang di pasar berkumpul dan protes
untuk pertama kalinya setelah hampir setengah abad lamanya memendam
penderitaan. Rakyat meneriakkan yel-yel, “Rakyat Suriah tidak Boleh
Dihinakan”. Melihat situasi ini, Menteri Dalam Negeri beserta “Shabiba”,
pasukan bersenjata rezim Bashar langsung turun tangan. Mereka
menerobos ke tengah dmeonstrasi dan merebut kendali.
Beberapa hari menjelang akhir Februari, seorang anak di Dar‟a
membuat coretan di dinding dengan slogan yang mereka contek dari Arab
Spring (Musim Semi Arab) di negeri Arab lainnya, “Rakyat ingin
menurukan pemerintah”. Belasan anak yang usianya tidak lebih dari 15
tahun diseret dari rumah mereka pada malam hari itu juga. Mereka
digiring ke tahanan dan disiksa hingga tewas.orang tua anak-anak yang
datang untuk memohon dan memelas agar anak mereka dilepasakan
ditanggapi dengan jawaban yang menghinakan, “Lupakan mereka, dan
lahirkanlah anak-anak lain! Atau bawa kemari istri-istri kalian agar kami
hamili bila kalian tidak mampu!”. Jawaban itulah yang akhirnya
mendorong Revolusi Suriah meledak di berbagai penjuru negeri.
Tuntutan demonstrasi terus berlangsung dan tersebar melalui situs-
situs jejaring sosial pada hari Selasa (15/3/2011). Para demonstran
berteriak, “Kemana engkau rakyat Suriah?” pada aksi demonstrasinya di
61
Damaskus, Aleppo, Dar‟a dan Dirzur. Esok harinya, sekitar 100 pemuda
berdemonstrasi di jantung kota Damaskus. Mereka berkumpul di depan
kantor kementrian dalam negeri untuk menuntut kebebasan, reformasi
politik, dan agar tawanan politik dibebaskan dari penjara. Ratusan aparat
membubarkan aksi ini dan menangkap sebagian aktivis. Para pengunjuk
rasa juga menuntut pengunduran diri Presiden Bashar al-Assad,
penggulingan pemerintahannya, dan mengakhiri hampir lima dekade
pemerintahan Partai Ba'ath dan mengganti dengan sistem Islam yang
kaffah di bawah naungan Khilafah.
Mogok massal dan berkumpul di tempat terbuka juga dilakukan
oleh masyarakat di Dar‟a (23/3/2011) dengan berkumpul di mesjid Jamik
al-Amru. Hal ini merupakan “dosa besar” di mata rezim Bashar, hingga
tentara loyalis rezim memulai serangannya dengan menembak dan
melempar bom. Rakyat yang ingin bergabung ke mesjid Jamik al-amru
dihadang dengan tembakan, dan ambulans dilarang masuk. Akibatnya
puluhan korban tewas sebagai syuhada dan ratusan lainnya terluka barat
pada aksi itu.
Suriah pada hari-hari berikutnya semakin memanas, setiap hari
terjadi demonstrasi dan mogok massal nasional. Sementara jawaban yang
diberikan rezim Bashar tidak berubah, tetap pada peluru panas dan senjata
berat. Walaupun para pejabat tinggi Suriah dan Bashar tampil silih
berganti di layar televisi dengan pernyataan kamuflase, tapi itu semua tak
membuat rakyat Suriah untuk mundur dan menghentikan tuntutannya.
62
Rakyat telah sadar bahwa rezim yang ada memilih jalan kekerasan dan
darah. Rezim siap membantai rakyatnya sendiri, pasukan keamanan dan
aparat intelejen, ratusan ribu loyalis partai Ba‟ats, pemuda partai dan
Shabiha (geng bayaran piaraan rezim), tentara dengan semua perlengkapan
perangnya telah dikerahkan rezim untuk menghentikan perlawanan rakyat.
Bahkan pada waktu terakhir rezim Bashar dikabarkan menggunakan
senjata kimia untuk menghabisi rakyatnya secara licik.
Saat konflik ini mulai mengguncang negara-negara yang memiliki
kepetingan di kawasan Suriah. Berbagai strategi politik pun digencarkan.
Kelompok Hizbullah Libanon turut serta mengirim milisinya untuk
memerangi rakyat Suriah. Begitu pula milisi Syiah Iran juga mengirim
pasukan, bantuan logistik, dan persenjataan untuk memepertahankan rezim
sektarian Bashar. Rusia pun berdiri di samping rezim Suriah dengan
mengirim bantuan senjata, teknologi dan dukungan politik dunia. Amerika
sebagai negara yang paling sering mengagung-agungkan nilai perdamain
dunia di sisi lain tak banyak bertindak karena adanya kepentingan untuk
menjaga entitas Yahudi di perbatasan utara. Amerika berusaha untuk
menyesatkan dan menghancurkan kelompok revolusi dengan merajut
konspirasi keji. Oposisi politik agen yang mencampur konsep sekuler
dengan Islam moderat seperti Dewan Nasional Suriah yang berada di
bawah kendali Turki dan Badan Koordinasi yang berada di bawah kendali
Iran dibentuk.
63
Tak hanya itu, beberapa pertemuan tingkat dunia juga
diselenggarakan oleh negara-negara besar di dunia untuk mencari solusi
untuk menghentikan konflik Suriah. Namun, lagi-lagi pertemuan itu hanya
usaha yang sia-sia, karena pada faktanya apapun yang direncakan dan
dilakukan oleh mereka tak berpengaruh sedikit pun terhadap semangat
rakyat Suriah untuk terus melanjutkan dan memenangkan revolusi Islam
hingga rezim Bashar jatuh, dan Khilafah berdiri di bumi Syam, „Uqru Dar
al-Islam.
Sementara, Turki dan bangsa Arab yang semula diharapkan
berpihak pada rakyat Suriah dan mencegah rezim Bashar membantai
rakyat nyatanya tak memeberikan bantuan apapun.
Hingga awal April 2014, kelompok pemantau HAM Suriah, Syrian
Observatory for Human Rights, seperti yang dilansir Chanel News Asia,
Selasa (1/4/2014) melaporkan bahwa setidaknya 150 ribu orang telah
tewas di perang Ideologi ini. Dari jumlah itu, 51 ribu orang di antaranya
adalah warga sipil, termasuk 7.985 anak-anak.13
C. Konstruksi Pemberitaan Konflik Suriah
Sejak dimulainya demonstrasi hingga konflik berdarah berkecamuk
di Suriah, media lokal maupun internasional banyak yang melaporkan
peristiwa ini. Media lokal Suriah seperti Al-Watan dan Kantor berita
pemerintah Suriah SANA yang pro terhadap pemerintah Assad tak henti-
13
http://international.sindonews.com/read/2014/04/01/43/849620/konflik-suriah-sudah-
telan-korban-150-ribu-jiwa diakses pada 06 mei 2014, pkl. 09:26 wib.
64
hentinya melaporkan bahwa konflik yang terjadi disebabkan oleh para
teroris. Adapun media-media internasional seperti Reuters, Agence
France-Presse (AFP), Associated Press (AP), British Broadcasting
Corporation (BBC), Cable News Network (CNN), dan Al Jazeera juga
rutin melakukan pelaporan perihal konflik yang telah berlangsung dari
tahun 2011 dan telah merenggut tidak kurang dari 150 ribu orang ini.
Pemberitaan konflik yang melanda salah satu negeri di Timur
Tengah yang sebagian besar rakyatnya beragama Islam ini ini tentu tak
luput dari perhatian media-media di Indonesia. Dengan mengambil
informasi dari berbagai sumber media internasional, pelbagai media di
Indonesia (cetak, elektronik, dan internet) yang berasas sekuler atau Islam
turut serta mengkonsumsi, memproduksi hingga mempublikasikan
kembali berita konflik ini.
Masing-masing media tentunya memiliki ciri khas konsep bahasa
tertentu untuk mendeskripsikan sebuah peristiwa dan keadaan kepada
khalayak. Konsep bahasa itulah yang akan berpengaruh terhadap
konstruksi realitas, terutama dalam makna dan citranya. Salah satu faktor
yang menyebabkan adanya perbedaan konsep bahasa ialah faktor ideologi
yang dimiliki oleh media. Jika diamati, faktor ideologi itulah yang
menyebabkan media sekuler dan media Islam yang ada di Indonesia
memiliki konsep bahasa yang berbeda dalam menyampaikan pemberitaan
tentang konflik Suriah.
65
Koran nasional seperi Kompas misalnya, istilah teroris lebih
banyak dipakai, istilah ini ditujukan kepada pihak oposisi yang berperang
melawan rezim Damaskus dan para aktivisnya disebut sebagai oposan.
Sedangkan Media Indonesia, satu waktu media ini melaporkan bahwa
konflik Suriah merupakan perang saudara, tapi di waktu lain media ini
melaporkan bahwa konflik Suriah merupakan perjuangan rakyat yang
memberontak terhadap rezim pemerintah Suriah yang berkuasa. Tak hanya
itu, adanya istilah pemberontak, aktivis oposisis, kelompok bersenjata,
pejuang oposisi pemberontak, kelompok pejuang Islam, kelompok milisi
oposisi Barat, atau kelompok teroris bersenjata merupakan istilah beragam
yang digunakan oleh media ini untuk melaporkan kubu anti-pemerintah
yang menurut penulis istilah tersebut bias dan mampu mengaburkan siapa
sebenarnya kubu anti-pemerintah itu sendiri.
Tak berbeda jauh dengan Media Indonesia, antaranews.com
sebagai sebuah situs kantor berita resmi Indonesia juga menggunakan
banyak istilah untuk kelompok masyarakat yang melakukan
pemeberontakan. Ada yang disebut sebagai kelompok garis keras,
pemebrontak, pelaku teror bersenjata, gerilyawan, oposisi moderat Suriah,
pemberontak moderat, gerilyawan Islam, pemberontak Suriah non-jihad,
pemberontak garis keras, dan milisi bersenjata.
Di sisi lain, media Islam seperti koran Republika, istilah
pemeberontak dan teroris jarang dimunculkan. Pemberitaan lebih fokus
menggunakan dan menampilkan kata oposisi atau aktivis oposisi untuk
66
menggambarakan kelompok yang menentang pemerintah dan pro terhadap
Barat. Sementara itu, situs-situs berita Islam online menampilkan
penggunaan bahasa yang jauh berbeda dengan kebanyakan media lainnya.
Arrahmah.com melaporkan bahwa perang yang terjadi di Suriah ialah
perang agama antara Syiah (bukan Islam) dan Muslim Sunni, media ini
juga menggunakan istilah kelompok anti rezim Al Assad dengan
kelompok jihad dan mujahidin Islam. Kesamaan penyebutan istilah
revolusi rakyat, pejuang pembebasan, mujahid, milisi pembebasan,
kelompok oposisi, kelompok jihad juga ditemui di situs hidayatullah.com.
Media ini juga meyebutkan bahwa Al-Assad ialah teroris yang sebenarnya,
pasukan pemerintah juga disebut sebagai pasukan rezim otoriter Bashar al
Assad.
Dari beberapa media di Indonesia yang disebutkan diatas, jelas
bahwa penggunaan bahasa dan istilah memiliki makna atau citra tersendri
terhadap sebuah berita. Istilah teroris dan pemberontak yang banyak
digunakan oleh media sekuler terhadap kelompok anti pemerintah
misalnya memiliki stigma yang lebih buruk dan brutal dibandingkan
dengan kata aktivis oposisi, milisi pembebasan atau bahkan mujahidin.
Pilihan kata dan bahasa yang digunakan ini tentu tak hanya mampu
mencerminkan realitas, tapi juga dapat menciptakan realitas.
Meskipun perbedaan konsep bahasa tak dapat dihindari, ada
sebuah benang merah yang dapat ditarik dari informasi yang dilaporkan
oleh media-media yang tersebut. Hal tersebut ialah adanya tiga kelompok
67
besar yang sedang bertarung dalam konflik di Suriah. Pertama adalah
rezim pro pemerintah Al- Assad yang mendapat dukungan dari Rusia dan
Iran, kedua ialah pihak oposisi yang mendapat dukungan Barat, dan yang
ketiga ialah kelompok militan Islam yang berjuang diluar kedua kubu
sebelumnya serta memilih untuk memperjuangkan kembalinya
pemerintahan dan ideologi Islam berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah.
Tak khayal hingga kini konflik terus berlanjut, karena memang ketiga
kelompok ini memiliki tujuan dan kepentingan yang sangat jauh berbeda.
68
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Profil Tabloid Media Umat
Di tengah maraknya media massa sekuler yang beredar di
Indonesia, lahirlah sebuah media massa Islam berupa tabloid sebagai
media alternatif rujukan dan representasi umat Islam.
Tabloid Media Umat lahir pada 23 Dzulqaidah 1429 H/ 21
Nopember 2008 M di Jakarta. Tabloid ini didirikan oleh Yayasan Halqah
Islam dan Peradaban, Akta Notaris Sarinandhe DJ, SH, No 14 tanggal 20
Januari 2009.1 Tabloid Media Umat resmi launching pada tanggal 20
November 2008 dalam acara Halqah Islam dan Peradaban Hizbut Tahrir
Indonesia, sekitar 300 eksemplar Tabloid Media Umat edisi perdana
dibagikan gratis kepada para peserta.2 Tabloid dwimingguan ini
berkomitmen untuk menyuarakan Islam ke tengah-tengah masyarakat
Indonesia dengan menghadirkan pemberitaan yang mencerdaskan umat
dan menjaga kemurnian Islam. Dakwah untuk melanjutkan kehidupan
Islam dan menegakkan Khilafah merupakan fokus media ini.
―Media Umat lahir untuk mengisi kekosongan media-media Islam,
karna kita melihat media-media massa yang ada secara mainstream
dikuasai oleh kelompok-kelompok liberal. Sementara media yang
benar-benar menyuarakan umat Islam itu tidak ada. Atau kalaupun
ada jumlahnya sedikit atau kita melihat kurang ideologis dan
1 Wawancara Pribadi dengan Mujiyanto, Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat
2 http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/21/launching-tabloid-media-umat diakses pada 23 Juni
2013 pkl. 20:45 wib
69
kurang tajam pemberitannya. Atas dasar itu kita melihat
pentingnya media ini hadir. ―3
Tabloid ini hadir untuk ikut serta mencerdaskan umat mengingat
media massa saat itu didominasi oleh media mainstream yang berideologi
sekuler. Di sisi lain, keberadaan media Islam sangat minim dan biasanya
tidak berumur panjang. Dalam kondisi seperti itu sedikit sekali media
massa yang menyuarakan Islam dan kepentingan umat Islam.
―Ceruk yang masih terbuka ini menjadi kesempatan Media
Umat untuk mengisinya sekaligus memperkaya khasanah media
massa Islam yang sudah ada. Lebih dari itu, ada tuntutan dakwah
yang sangat besar karena kerusakan masyarakat akibat penerapan
ideologi kapitalisme sekuler.‖4
Atas dasar hal itulah, maka sekelompok aktivis Islam membangun
sebuah tabloid yang memiliki rasa Islam yang kental. Di antaranya adalah
juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia Ismail Yusanto, Farid Wadjdi
(pengelola website HTI), dan Mujiyanto (mantan wartawan Republika).
Mereka juga kemudian mendirikan sebuah Yayasan untuk menaungi
tabloid ini.
Tabloid ini mengambil tagline: ―Melanjutkan Kehidupan Islam”.
Maknanya, tabloid ini sebagai sarana menyadarkan umat agar mereka
bersama-sama melanjutkan kehidupan Islam dengan menerapkan syariah
Islam secara kaffah dalam naungan khilafah.
3 Wawancara Pribadi dengan Farid Wadjdi, Pimpinan Redaksi Tabloid Media Umat
4 Wawancara Pribadi dengan Mujiyanto, Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat
70
Tabloid yang pertama kali dicetak sebanyak 25.000 eksemplar
dengan pembaca sebanyak 100.000 pembaca ini memiliki sejumlah rubrik,
yaitu Editorial, Media Utama, Wawancara, Aspirasi, Telaah Wahyu,
Media Nasional, Lintas Nasional, Ekonomi, Fokus, Siyasah Syar‘iyyah,
Potrait, Cermin, Mercusuar, Sosok, Anjangsana, Muslimah, Ustadz
Menjawab, Opini, Mancanegara, dan Hikmah.
Memasuki tahun kelima, pembaca Media Umat sudah lebih dari
260.000 orang per bulan. Penyebaran tabloid yang terbit setiap
dwimingguan (sebulan dua kali) ini dilakukan ke seluruh Indonesia, dari
Sabang sampai Merauke.
―Pemasaran tabloid ini menggunakan sistem peragenan dan
lebih mengedepankan penjualan bagi pelanggan. Sedangkan
penjualan ritel, jumlahnya masih sedikit. Selain melalui agen,
pemasaran juga dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya
dengan mengadakan bedah Media Umat, dan mengikuti
pameran.‖5
Seperti namanya, Media Umat yang memiliki nilai-nilai keumatan
dalam pemberitaannya merupakan media yang bisa dikonsumsi oleh umat
Islam secara keseluruhan, tidak melihat perbedaan partai, kelompok,
mazhab.
Untuk model tampilan berita, tim redaksi Tabloid Media Umat
masih mempertahankan gaya penyajian informasi seperti penyajian awal
terbit. Hanya terjadi sedikit modifikasi pada cover di tahap-tahap awal.
Tabloid Media Umat memiliki Dewan Redaksi yang melakukan
rapat dalam pengangkatan sebuah tema pemberitaan. Penentuan tema
5 Wawancara Pribadi dengan Mujiyanto, Redaktur Tabloid Media Umat
71
untuk tiap kali terbit ini ditentukan dalam rapat redaksi yang dilaksanakan
setiap dua minggu sekali. Ada tiga pendekatan yang diadopsi oleh tim
redaksi Media Umat untuk menentukan isu utama apa yang dapat diangkat
menjadi sebuah tema. Pendekatan tersebut yakni:
1. Pendekatan Aktual
Pendekatan yang merespon isu-isu aktual yang berkembang di
tengah-tengah masyarakat.
2. Pendekatan Hasil Ciptaan Tim Redaksi
Pendekatan yang tidak melihat aktual atau tidaknya sebuah isu,
karena isu yang diangkat ialah isu yang dibuat sendiri oleh tim
redaksi. Misalnya, ketika ada survey yang mengatakan ada
73% rakyat Indonesia yang inginkan penerapan Syariat Islam.
Maka survey itu akan diangkat.
3. Pendekatan Advokasi
Pendekatan yang dilakukan untuk melakukan pembelaan
terhadap persoalan-persoalan umat, dan pendekatan ini
biasanya dilakukan dengan investigasi langsung. Seperti contoh
kasus terorisme.
Ketiga pendekatan itulah yang dijadikan pertimbangan dalam
setiap rapat redaksi untuk menentukan dan mengangakat sebuah tema
pemberitaan.
72
Adapun kebijakan dalam hal mengkonsumsi pemberitaan, terutama
pemberitaan luar negeri, Media Umat merujuk kepada tiga sumber utama,
yaitu :
1. Informasi yang dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir, baik berupa
Nashrah maupun Press Relase.
2. Media-media massa umum yang dari segi profesionalismenya
bisa dipertanggung jawabkan. Baik Reuters, CNN, BBC, Al
Jazeera maupun media yang lainnya. Media Umat selalu
melakukan pemilahan antara fakta dan opini yang ada di
media-media tersebut. Yang diambil sebagai data ialah
faktanya saja, itupun setelah ada proses analisis keakuratan
data. Sedangkan opini hanya dijadikan bahan analisis untuk
pertimbangan saja.
3. Kontak personal langsung kepada perwakilan Hizbut Tahrir
(dalam kasus-kasus tertentu)
B. Hirarki Pengaruh dalam Pemberitaan Konflik Suriah di Media Umat
Teori Hirarki Pengaruh (Hierarchy of Influence) yang dicetuskan
oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese yang mengemukakan
bahwa isi atau konten media dipengaruhi oleh individu pekerja media,
rutinitas media, organisasi media, ekstramedia, dan ideologi berperan
dalam pembentukkan konten di Media Umat.
73
1. Level Individual - Tingkat Pengetahuan dan Pengalaman Penulis
Di level individual, sikap, kepribadian, nilai-nilai keyakinan, latar
belakang serta pengalaman yang dimiliki oleh jurnalis Media Umat
memiliki efek terhadap isi atau konten media yang dihasilkan.
Keseluruhan jurnalis Media Umat yang merupakan anggota Hizbut Tahrir,
sebuah partai politik internasional yang berideologi Islam dan
memperjuangkan kehidupan Islam dalam sebuah institusi negara Islam
(Khilafah) telah mempengaruhi isi media. Wajar jika semua isi atau
konten di Media Umat selalu mengarahkan kepada perjuangan untuk
mewujudkan kehidupan Islam dalam Khilafah.
2. Level Kerutinan Media – Standar Kegiatan
Setiap media pasti memiliki standar atau prosedur kerja untuk para
pekerja medianya. Redaksi Media Umat telah menetapkan standar untuk
digunakan dalam praktek komunikasi sehari-hari. Standar itu ialah standar
profesionalisme kerja jurnalistik yang berlandaskan Islam. Ketentuan
untuk menyelesaikan deadline, nilai berita, sumber berita harus dilakukan
dan disesuaikan dengan standar profesionalisme kerja jurnalistik yang
berlandaskan ketentuan Islam.
3. Level Organisasi – Tujuan Media
Pada level organisasi, keuntungan materi bukanlah hal utama dan
pertama yang dikejar oleh Media Umat. Dakwah Islam untuk melakukan
penyadaran kepada seluruh elemen masyarakat guna melanjutkan
kehidupan Islam merupakan fokus tujuan Media Umat. Adanya kesadaran
74
akan kewajiban menyampaikan kebenaran Islamlah yang mengikat para
jurnalis untuk terus menghadirkan pemberitaan yang berideologi Islam.
4. Level Ekstramedia – Lingkungan Politik
Sumber berita, pengiklan, dan teknologi termasuk dalam level
ekstramedia yang memiliki peran untuk mempengaruhi konten media.
Informasi yang dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir, seperti Press release dan
nashrah, kontak personal berupa wawancara khusus dengan narasumber
yang terlibat, serta melakukan pemilahan dan pemilihan antara fakta dan
data dari media massa umum yang profesionalismenya bisa
dipertanggungjawabkan merupakan sumber berita yang digunakan oleh
Media Umat. Terkait pengiklan, mereka bukanlah prioritas yang
menentukan kelangsungan keberadaan Media Umat, karena kuntungan
materi bukanlah tujuan utamanya.
5. Level Ideologi Media
Tataran yang paling menonjol dan lebih berhubungan dengan
media menurut peneliti ialah level ideologi media, karena Media Umat
begitu merefleksikan ideologi Islam dalam setiap infomasi yang
disajiaknnya. Meskipun Islam belum menjadi ideologi dominan di tengah-
tengah masyarakat, Media Umat dengan konsisten terus menyampaikan
gagasan (ideologi) Islam. Apapun yang disuguhkan Media Umat dalam
tidak terlepas dari ide-ide Islam, baik berupa syariat Allah maupun
institusi negara Islam (Khilafah), negara dimana seluruh kaum Muslim
bersatu dan menerapakan syarait Allah secara totalitas.
75
C. Konstruksi Wacana Perang Ideologi Pada Konflik Suriah
Istilah konstruksi sosial (social construction of reality)
didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana
individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki
dan dialami bersama secara subjektif.6 Realitas yang dibangun tersebut
bukan berdasarkan hasil alamiah, melainkan realitas yang dibentuk
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki setiap individu. Sehingga realitas
yang dibangun atau dikonstruksikan tersebut dapat mengasilkan citra yang
diinginkan oleh media massa. Inilah yang disebut Burhan Bungin sebagai
pembentukan konstruksi citra.7
Revolusi (tsaurah) Suriah merupakan dampak dari Arab Spring
yang melanda Timur Tengah. Keinginan rakyat Suriah untuk
menggantikan rezim Assad yang mereka anggap selama ini diktator
ternyata direspon sangat keras dari pihak Bashar Assad. Hal ini menarik
perhatian masyarakat dunia dan menjadi isu penting yang layak untuk
diketahui oleh Muslim di seluruh dunia.
Berdasarkan pengamatan terhadap pemberitaan pada konflik Suriah
di Tabloid Media Umat, maka penulis menyeleksi tujuh berita untuk
dijadikan objek penelitian. Berikut adalah ketujuh berita tersebut.
6 Margareth Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 301. 7 Lihat Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Tekhnologi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 204.
76
Tabel 4. 1
Daftar Judul Berita Mengenai Konflik Suriah di Tabloid
Media Umat
Edisi/ Tanggal Judul Berita Isi Berita
Edisi 87, 3 Agustus-
6 September 2012
Bashar Assad, Rezim
Keji Menanti Mati
Tuntutan awal
masyarakat Suriah yang
tak ingin dipimpin
secara diktator
ditanggapi secara keras
oleh rezim pemerintah.
Perlawanan rakyat
berubah menjadi
perlawanan bersenjata.
Peran PBB yang
mengutus Kofi Annan
serta menjatuhkan dua
resolusi untuk Suriah
tidak berhasil.
Edisi 87, 3 Agustus-
6 September 2012
Rezim Jahat Bashar
Assad
Rezim Bashar Assad
semakin beringas untuk
memerangi perlawanan
dari rakyatnya. Korban
jiwa semakin banyak,
dan rakyat Suriah yang
berhasil selamat
mencoba mencari
pertolongan dengan
mengungsi ke negara
tetangga. Pemerintah
Suriah memiliki senjata
kimia dan biologis yang
penggunaannya
dikhawatirkan untuk
menghabisi rakyatnya
sendiri.
Edisi 87, 3 Agustus-
6 September 2012
Pertarungan Barat dan
Timur
Negara-negara Barat
kesulitan menundukkan
para pejuang Suriah.
Amerika, Rusia, China
dan Iran memiliki
kepentingan di tengah
konflik Suriah.
77
Kepentingan-
kepentingan tersebut
membuat mereka saling
mengeluarkan strategi
politiknya untuk bisa
mengontrol masyarakat
Suriah.
Edisi 87, 3 Agustus-
6 September 2012
Suriah Mulia dengan
Khilafah
Assad kian hari kian
terjepit dan semakin
ganas. Berbagai skenario
yang ditempuh Barat
menemui jalan buntu,
kini Amerika tengah
mempersiapkan
pengganti Assad.
Faktanya, Strategi
tersebut tak bisa
menggoyahkan para
pejuang Islam dan
orientasi mereka untuk
mendirikan Daulah
Khilafah.
Edisi 93,
16 November-
6 Desember 2012
Upaya Amerika
Mengaborsi
Perjuangan Umat
Islam
Kekhawatiran Amerika
terhadap para pejuang
Islam yang semakin
menguat. Strategi
Amerika untuk
mengontrol konflik
Suriah dengan
mengaktifkan Dewan
Nasional Suriah.
Tokoh-tokoh petinggi
yang ditunjuk oleh
Amerika di dewan
tersebut ternyata orang-
orag binaan Bashar
Assad.
Edisi 96, 4-17 Januari
2013
Revolusi
Menyongsong Fajar
Khilafah
Kebengisan pasukan
Assad tak membuat
luntur semangat para
pejuang Islam Suriah
untuk
menumbangkannya.
Para pejuang Islam yang
tak mau berkompromi
dengan Barat diberi
78
label teroris. Perjuangan
mulai menunjukkan
hasil saat Aleppo
berhasil diduduki oleh
para pejuang Islam.
Komitmen para pejuang
untuk mendirikan
Daulah Khilafah
tercermin dari
penandatanagan sebuah
perjanjian (mitsaq) oleh
komandn dari 12 brigade
pasukan Islam.
Edisi 100, 8-21 Maret
2013
Revolusi Syam,
Revolusi Islam:
Peperangan Antara
Keimanan dan
Kekufuran
Kehidupan kaum
Muslimin Suriah yang
selam ini hidup dibawah
peindasan dan
penderitaan di bawah
rezim Assad. Skenario
Amerika yang membuat
Assad masih mampu
bertahan melawan
rakyatnya sendiri. Meski
berbagai keberhasilan
dan kemenangan para
pejuang Muslim telah
dicapai, namun situasi
sulit masih ada
mengingat adanaya
konspirasi Amerika,
China, Rusia dan Ingris.
Revolusi Suriah di
Suriah adalah Revolusi
Islam yang bertujuan
untuk menegakkan
khilafah.
Ketujuh berita di atas masing-masing membahas bagaimana
konflik yang terjadi di Suriah merupakan perlawanan masyarakat terhadap
rezim pemerintahan yang bengis, dan konflik ini bertambah pelik dengan
ikut campurnya negara-negara Barat dan negara-negara regional dengan
79
kepentingannya masing-masing. Negara Barat yang dengan segala solusi
yang ditawarkan kepada masyarakat Suriah pada faktanya mengalami
kegagalan. Rakyat Suriah tak menginginkan revolusi yang mereka
perjuangkan dari awal diarahkan oleh Barat, mereka menginginkan Islam
meskipun hingga kini perjuangan itu tak kunjung berakhir, tapi mereka
tetap pada keyakinannya atas kemenangan Islam di Suriah.
Ketujuh berita yang dimuat di Media Umat dari lima edisi tersebut
mencoba meyakinkan masyarakat Muslim bahwa rezim Bashar sudah tak
memiliki kekuatan, dan Barat juga tak mampu berbuat banyak untuk
menguasai masyarakat Suriah. Media Umat begitu menojolkan bahwa
pertarungan yang terjadi sejatinya merupakn pertarungan ideologi antara
ideologi sosialis-komunis yang diemban oleh rezim pemerintah Suriah,
ideologi sekuler yang juga turut ditawarkan oleh negara Barat yang ikut
campur dalam konflik Suriah, dan ideologi Islam yang tengah
diperjuangkan oleh masyarakat Muslim Suriah.
Merujuk pada tahapan proses konstruksi sosial media massa,
peneliti ingin menjabarkan bagaimana konstruksi yang dilakukan Media
Umat pada ketujuh berita (secara umum) sehingga menampilkan wacana
tertentu pada koflik di Suriah. Berikut adalah proses tahapannya:
1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi
Pemilihan materi ini sangat beralasan, Suriah merupakan
bagian dari negeri Muslim, sudah sewajarnya jika sebagai Muslim
80
harus menunjukkan kepeduliannya terhadap nasib sesama saudara
Muslim di berbagai belahan dunia. Adanya pemberitaan tentang
gejolak konflik Suriah itu penting untuk menggugah kesadaran
pembaca terhadap tindak kedzaliman penguasa setempat terhadap
kaum Muslim.
―Kita ingin tunjukkan siapa sebenarnya penguasa Suriah
dan siapa di balik pemerintahannya selama ini. Konflik ini pun
menjadi momentum untuk menyadarkan umat/pembaca tentang
pentingnya persatuan dan kesatuan umat dalam satu negara
Islam. Mereka perlu sadar bahwa nasionalisme/perpecahan
mengundang bencana dan melemahkan umat Islam. Bersama
dengan itu, pemberitaan itu penting juga untuk mengimbangi
pemberitaan media mainstream yang tidak pro terhadap nasib
kaum Muslim.‖ 8
2. Tahap Sebaran Konstruski
Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah
semua informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya
dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang
penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.9
Pada tahap ini, Media Umat berusaha menyampaikan informasi yang
merupakan materi konstruksi kepada para pembaca dengan
menerbitkan beberapa edisi khusus yang membahas lebih banyak
tentang perang ideologi pada konflik d Suriah. Ulasan berita terkait
konflik Suriah ini dibuktikan dengan adanya berita yang
bereksinambungan terdapat di edisi 87, 93, 96, dan 100.
8 Wawancara Pribadi dengan Mujiyanto, Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat
9 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi
(Jakarta: Kencana, 2007), h. 208.
81
3. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas
Pada tahap melakukan konstruksi realitas, Media Umat melakukan
konstruksi pemaknaan lewat penggunaan bahasa dan teks yang tercermin
dari isi-isi beritanya. Konstruksi yang terbentuk ialah adanya penolakan
terhadap adanya istilah konflik sektarian yang terjadi di Suriah. Media
Umat mengkonstruksi konflik yang terjadi di Suriah ialah pertarungan
sekuler dengan Islam, bukan antara Sunni dan Syiah.
―Pemunculan konflik Sunni-Syiah adalah sebuah cara
kanalisasi agar konflik ini tidak melibatkan Muslim secara
internasional. Selain itu dengan mengedepankan konflik sektarian,
Barat mendapat amunisi baru yakni adanya pertolongan Iran dan
Hizbullah dari Lebanon untuk menahan serangan pejuang dan
rakyat terhadap penguasa.Pembenturan secara sektarian ini paling
tidak bisa memalingkan perjuangan yang utama yakni menjatuhkan
penguasa dan menegakkan khilafah di sana.‖10
Untuk analisis di tahap pembentukan konstruksi realitas, peneliti
menggunakan analisis framing model Gamson dan Andre Modigliani.
Framing merupakan suatu bentuk analisis penelitian yang mencermati
strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih
bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk
menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.11
Penonjolan berita
dapat dilakukan pada angle yang diambil, narasumber yang diangkat yang
dikonstruksikan melalui bahasa atau teks berita sehingga terjadi
pembingkaian berita. Analisis framing model William Gamson dan Andre
10
Wawancara Pribadi dengan Mujiyanto, Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat 11
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 162
82
Modigliani merupakan salah satunya. Dalam analisis ini pembingkaian
dilakukan dengan ‗cara bercerita‘ yang menggunakan perangkat-perangkat
framingnya. William A.Gamson dan Andre Modigliani membagi struktur
analisisnya menjadi tiga bagian:
a. Media Package
Yakni merupakan asumsi bahwa berita memiliki makna
tertentu.12
Pada keseluruhan berita, Tabloid Media Umat memiliki
agenda pada revolusi Islam di Suriah yang dituntun ke arah berdirinya
sebuah negara Islam atau yang dikenal dengan nama Daulah Khilafah
Islamiyah. Hal ini dapat dibuktikan dari berita yang dipublikasikan di
Tabloid Media Umat terkait berita konflik Suriah merupakan berita
yang lebih condong terhadap ide-ide perang ideologi antara Barat yang
sekuler dan para pejuang dengan Islamnya. Seperti pernyataan berikut
ini:
―Kita tidak ingin mengangkat ini kasus Suni-Syah,
persoalannya kan bukan disitu, ini tentang perlawanan terhadap
Rezm Bashar Assad yang didukung oleh Barat, dengan kaum
Muslimin yang inginkan Daulah Islam. Pertarungan ini ialah
pertarungan sekuler dnegan Islam. Bukan antara Sunni dan Syah.
Kalo ditarik ke konflik Suni-Syah ini ga kan menyelesaikan
permaslaahan, karena ini hanya akan membuat timur Tengah ini
berlarut-larut dalam konflik Suni-Syah ini, seperti yang terjadi
hingga sekarang. Yang kita serukan itu bagaimana supaya umat itu
sama-sama menyuarakan Khilafah itu.‖13
12
Eriyanto, Analisis Framing, h. 79. 13
Wawancara Pribadi dengan Farid Wadjdi, Pimpinan Redaksi Tabloid Media Umat
83
Adapun, agenda ingin adanya pembingkaian dalam
keseluruhan artikel terlihat dari pernyataan Redaktur Pelaksana
Tabloid Media Umat, Mujiyanto, sebagai berikut:
“Mereka sangat paham bahwa pola-pola Barat yang
dipaksakan di negara-negara Timur Tengah yakni demokrasi
ternyata tak membawa perubahan ke arah Islam. Makanya mereka
meneriakkan ‗Nahnu Nurid Khilafah Islamiyah’. Inilah yang
membedakan Suriah dengan negara Timteng yang lain. Ini
dibuktikan dengan penolakan terhadap lahirnya kelompok-
kelompok sekuler yang ingin mewakili mereka dalam koalisi.
Semua tak laku dan tak diakui rakyat karena terbukti pro Barat.
Media Package yang dibingkai Tabloid Media Umat pada
keseluruhan artikel berpengaruh terhadap perjuangan para pejuang
Islam di Suriah yang ditampilkan. Para pejuang di Suriah dianggap
bukan berperang untuk menegakkan demokrasi di Suriah, para
pejuang juga tidak berperang sesuai dengan arahan Barat. Hal ini
misalnya dapat dilihat dari kutipan berita yang membingkai
perjuangan para mujahidin berikut ini :
―Barat pun menyadari bahwa orang-orang yang melakukan
revolusi di dalam Suriah didominasi oleh orientasi islami. Ini
berbeda dengan oposisi luar negeri sekuler yang tidak memiliki
popularitas yang memungkinkannya untuk memegang
kepemimpinan pada periode yang akan datang demi kepentingan
Barat.‖14
14
Suriah Mulia dengan Khilafah, Media Umat edisi 87
84
b. Core Frame
Merupakan gagasan sentral yang berisi elemen-elemen inti
untuk memberikan pengertian yang relevan terhadap peristiwa dan
mengarahkan makna pada isu yang dibangun condensing symbol
(symbol yang dimampatkan).15
Pada bagian kedua dalam analisis framing model ini, materi
pembingkaian yang terdapat dalam media package seolah-olah
mendapat dukungan dari core frame. Bagian ini juga merupakan inti-
inti yang ingin disampaikan dalam bagian berikutnya yaitu condensing
symbol yang terdiri atas perangkat framing (framing devices) dan
perangkat penalaran (reasoning devices). Dari keseluruhan berita, core
frame yang diangkat yaitu Tabloid Media Umat ingin menegaskan
betapa konflik ideologi di Suriah yang sarat multi kepentingan ini
bukanlah konflik seperti konflik yang terjadi pada Arab Spring
sebelumnya. Dari sini, Tabloid Media Umat ingin memperlihatkan
bahwa Barat, yang biasanya mampu membajak revolusi masyarakat
Timur Tengah yang bergejolak, seperti Libya, Mesir ataupun Tunisia,
dibuat pusing dengan perjuangan para pejuang Islam Suriah. Meskipun
berbagai cara telah ditempuh, dari kompromi, pembentukan pasukan
oposisi sekuler, hingga pengalihan isu ke konflik sektarian, tetap saja
tindakan Barat tersebut gagal untuk mengendalikan situasi di Suriah.
Akhirnya, kini Barat masih mencari-cari strategi apa yang tepat untuk
15
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing, h. 177.
85
membungkam perjuangan kaum Muslimin. Hal ini ditunjukan dari
pernyataan narasumber Mujiyanto berikut ini:
―Dalam banyak hadits disebut bahwa suatu saat nanti
Syams (termasuk di dalamnya Suriah) adalah pusatnya
khilafah. Maka mereka (para pejuang) tak mau tertipu dengan
ajakan Barat untuk negosiasi dan sejenisnya karena mereka
paham bahwa Barat akan mengarahkan mereka sesuai
skenarionya. Rakyat sendiri sangat paham akan titik akhir
perjuangannya. Mereka ingin khilafah. Mereka tak ingin seperti
negara Teluk yang lain yang melakukan revolusi tapi kemudian
tertipu karena mereka yang memimpin negeri tersebut ternyata
adalah antek Barat yang lain.‖16
Melalui pernyataan tersebut dapat diasumsikan bahwa Tabloid
Media Umat melalui pemberitaan mengenai konflik di Suriah serta
perjuangan ideologi yang terus diperjuangkan oleh para pejuang Islam
yang ingin menegakkan Islam dalam sebuah negara Khilafah tersebut
memanglah fakta yang harus diungkapkan oleh media massa dan relevan
bagi pembaca untuk diinformasikan karena penting untuk diketahui
publik.
c. Condensing Symbol
Condensing symbol merupakan bagan ketiga dari analisis
framing model William A. Gamson dan Andre Modigliani. Bagian ini
merupakan hasil pencermatan terhadap perangkat simbolik. Dalam
condensing symbol berisi perangkat-perangkat yang digunakan untuk
menganalisis satu per satu artikel. Perangkat tersebut adalah perangkat
framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices).
16
Wawancara Pribadi dengan Mujiyanto, Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat
86
Berikut merupakan penjabaran dari perangkat framing yang digunakan
pada masing-masing artikel yang menjadi objek penelitian:
3.1 Analisis Teks Berita “Bashar Assad, Rezim Keji Menanti
Mati” - Edisi 87, 3 Agustus - 6 September 2012
Berita ―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖
merupakan berita pertama yang menjadi objek penelitian dalam
skripsi ini. Berikut berita ―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti
Mati‖ selengkapnya:
Gambar 4.1
Berita 1 “Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati”
87
Berikut merupakan perangkat framing dan perangkat penalaran
berdasarkan analisis framing model William A. Gamson dan Andre
Modigliani dalam artikel berita berikut ini:
Perangkat Pembingkai (Framing Devices)
Pemikiran dan gagasan sentral dari Tabloid Media Umat itu
didukung oleh pemakaian simbol-simbol untuk memberi penekanan dan
penonjolan atas apa yang ingin disampaikan. Simbol-simbol itu berfungsi
sebagai ikon yang memberikan penekanan dan penonjolan agar penafsiran
dan pemaknaan akan peristiwa lebih diterima dan dihayati oleh kelompok
pembaca.
Pada berita yang dipublikasikan di Tabloid Media Umat edisi 87
ini, rezim Assad yang berhaluan sosialis digambarkan sebagai rezim yang
kejam karna telah memperlakukan rakyatnya selama ini dengan buruk,
terlebih dengan merespon secara brutal perlawanan rakyat Suriah. Adanya
penggunaan istilah yang berbentuk stigmatisasi (depictions) terhadap
rezim Assad dapat dilihat dari kutipan berita berikut:
―Mesin pembunuh Assad ini bekerja siang malam mencari
warga negara yang menentang sang presiden. Mesin ini digerakkan
oleh militer dan milisi yang dikenal sebagai Shabiha. Kebrutalan
milisi yang dulunya gangster ini terkenal seantero negeri sehingga
menimbulkan ketakutan. Siapa yang tidak mau menyembah foto
Assad bisa dibunuh oleh milisi dan militer.‖17
(Baris 20-31)
Asumsi Tabloid Media Umat tersebut juga didukung oleh judul
berita ―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖ serta adanya aksentuasi
17
―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖, Tabloid Media Umat edisi 87
88
gambar yang ditampilkan (visual images). Gambar yang ditampilkan
dalam berita tersebut menggambarkan Bashar Assad dan Perdana Menteri
Rusin, Vladimir Putin yang sedang bergandengan tangan dengan tangan
yang berlumuran darah.
Amerika juga dicitrakan sebagai pembajak revolusi Arab Spring
yang sengaja membiarkan berlangsungnya kebiadaban rezim Assad hingga
kini. Gagalnya PBB dengan proposal perdamaian dan resolusinya untuk
Suriah membuat Amerika mengubah strateginya, mencari pengganti Assad
dan menunggu waktu yang tepat untuk memunculkannya adalah strategi
yang dimiliki Amerika saat ini. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
penggunaan kata-kata yang berbentuk kiasan (metaphors) yang dapat
dilihat dari kutipan berita berikut ini :
―Tak heran seorang penulis Amerika menyebut bahwa
perubahan yang terjadi di Suriah ini sebenarnya hanya sekadar
mencari boneka pengganti Assad. Sampai sekarang boneka itu
belum ditemukan sehingga Amerika terlihat mengulur-ulur waktu
dan membiarkan kebiadaban di Suriah terus terjadi.‖18
(Baris
135-144)
Untuk memperjelas bingkai, terdapat pula penjelas yang mampu
membenarkan perspektif (exemplar). Hal ini dapat dilihat dari kutipan
berikut:
―Namun banyak pengamat menilai, konflik kepentingan itu
sebenarnya hanyalah sebuah skenario Amerika. Dengan tekanan
rakyat dan dunia internasional, rezim Assad pasti jatuh. Hanya
persoalannya, siapa yang akan naik sebagai penguasa baru negeri
itu. Itulah yang kini sedang dicari oleh Amerika. Kalau pun sudah
18
―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖, Tabloid Media Umat edisi 87
89
ada, mungkin Amerika sedang mempersiapkan untuk muncul.‖19
(Baris 167-179)
Dalam hal ini, asumsi yang terjadi adalah Tabloid Media Umat
ingin menekankan setidaknya ada empat hal yang terjadi pada konflik di
Suriah. Pertama, rezim Bashar Assad digambarkan sebagai rezim bengis
yang dari awal telah merespon perlawanan rakyat Suriah dengan tindakan
yang brutal. Penjelasan mengenai jumlah korban tewas dalam kalimat
―Hingga Juli ini Perserikatan Bangsa Bangsa mencatat lebih dari 20 ribu
orang ...‖ (Baris 12-14) memperlihatkan kebiadaban rezim Assad yang tak
mau berhenti mengakhiri konflik dengan jalur damai.
Kedua, bahwa PBB sebagai lembaga yang mengusung agenda
perdamain dunia tak mampu menghadirkan solusi atas konflik Suriah ini.
Ketiga, meski Amerika tak berhasil masuk dengan cara diplomasi,
Amerika berusaha untuk tetap mengontrol konflik melalui oposisi. Pihak
oposisi sekuler hasil bentukkan Amerika inilah yang berusaha
mempersiapkan pengganti Assad. Keempat, konflik antara rakyat Suriah
yang melawan rezim pemerintah, serta adanya campur tangan Amerika
memperlihatkan bahwa konflik ini sarat akan pertarungan ideologi yang
masing-masing aktornya memiliki kepentingan terhadap Suriah.
19
―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖, Tabloid Media Umat edisi 87
90
Perangkat Penalaran (Reasoning Devices)
Ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita itu
didukung dengan seperangkat penalaran untuk menekankan bahwa ―versi
berita‖ yang disajikan dalam teks itu adalah benar.
Dalam teks berita ―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖,
perangkat penalaran disajikan dengan beberapa pola. Strategi wacana
pembenaran terhadap frame yang diangkat Tabloid Media Umat akan
wacana perang ideologi pada konflik Suriah yang ditekankan melalui
perangkat penalaran roots:
“Proposal perdamaian disiapkannya. Namun proposal itu
akhirnya kandas.‖ 20
(Baris 75-77)
“Lagi-lagi rencana itu gagal. Rusia dan Cina menghadang
resolusi tersebut dengan cara menjatuhkan hak vetonya.‖21
(Baris
84-85)
Kutipan berita tersebut seolah menjadi pembenaran bahwa frame
perang ideologi memang ada pada konflik Suriah. Keputusan PBB
dibawah Amerika yang berideologi kapitalis, penolakan resolusi dari
Rusia dan China yang sebagai negara sosialis, serta komitmen para
pejuang Suriah yang memilih perjuangan Islam dan menolak dikontrol
Barat merupakan bentuk adanya tarik-menarik ideologi antar pihak-pihak
yang berlainan kepentingan ini.
20
―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖, Tabloid Media Umat edisi 87 21
―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖, Tabloid Media Umat edisi 87
91
Perangkat penalaran juga dipakai untuk meyakinkan masyarakat,
bahwa para pejuang Suriah tidak boleh tertipu dengan revolusi yang
dibajak oleh Barat dengan segala strateginya. Selain itu, prinsip pemikiran
bahwa perjuangan revolusi haruslah perjuangan ideologi Islam untuk
menegakkan Khilafah sebagai satu-satunya jalan untuk menyelamatkan
Suriah didukung oleh teks-teks berita Tabloid Media Umat. Ini dapat
dilihat dari perangkat penalaran berupa Appeal to Principle berikut:
―Khilafah akan menghancurkan rezim Assad dan antek-
anteknya serta mengembalikan Suriah, wilayah Syam, menjadi
wilayah yang mulia, mercusuar peradaban Islam sebagaimana
dahulu pernah terjadi di sana.‖22
(Baris 220-226)
Untuk melihat bagaimana wacana yang terbangun dalam
pemberitaan perang ideologi di konflik Suriah pada berita ini, digunakan
perangkat framing (framing devices) dan perangkat penalaran (reasoning
devices).
22
―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖, Tabloid Media Umat edisi 87
92
Tabel 4.2
Analisis Berita 1 “Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati”
- Edisi 87, 3 Agustus - 6 September 2012
Framing Devices Temuan Data
Methapors
1. Kota demi kota remuk redam oleh senjata
berat. (b. 52-53)
2. Tokoh-tokoh yang muncul kemudian tak lain
adalah boneka-boneka Barat. (b. 121-122 )
3. sekadar mencari boneka pengganti Assad.(b.
139 )
4. Sampai sekarang boneka itu belum (b. 140)
Catchphrases
1. Kebiadaban rezim (b. 32)
2. Mesin pembunuh (b. 20)
3. konflik kepentingan. (b. 168)
4. Khilafah Islam (b. 209)
Exemplar
Namun banyak pengamat menilai, konflik
kepentingan itu sebenarnya hanyalah sebuah skenario
Amerika. Dengan tekanan rakyat dan dunia
internasional, rezim Assad pasti jatuh. Hanya
persoalannya, siapa yang akan naik sebagai
penguasa baru negeri itu. Itulah yang kini sedang
dicari oleh Amerika. Kalau pun sudah ada, mungkin
Amerika sedang mempersiapkan untuk muncul. (b.
167-179)
Depiction
1. Kebrutalan milisi (b.25-26)
2. bentuk kolonialisme dan model penjajahan.
(b. 211)
Visual Images
Gambar yang ditampilkan sebagai background pada
judul menunjukkan Presiden Suriah, Bashar Assad
yang sedang bergandengan tangan dengan Perdana
Menteri Rusia, Vladimir Putin. Tangan yang
bergandengan tersebut berlumuran darah, hal itu
mengindikasikan bahwa mereka adalah para
pembunuh yang bekerjasama untuk menghabisi
rakyat Suriah.
Reasoning
Devices Temuan Data
Roots
1. Proposal perdamaian disiapkannya. Namun
proposal itu akhirnya kandas. (b. 76)
2. Lagi-lagi rencana itu gagal. Rusia dan Cina
menghadang resolusi tersebut dengan cara
menjatuhkan hak vetonya. (b. 84-85)
93
3. Sampai sekarang boneka itu belum ditemukan
sehingga Amerika terlihat mengulur-ulur
waktu dan membiarkan kebiadaban di
Suriah terus terjadi. (b. 140-141)
Appeats to
Principles
1. Khilafah Islam akan menjadikan Suriah
terbebas dari segala bentuk kolonialisme dan
model penjajahan. (b. 209)
2. Khilafah akan menghancurkan rezim Assad
dan antek-anteknya serta mengembalikan
Suriah, wilayah Syam, menjadi wilayah yang
mulia, mercusuar peradaban Islam
sebagaimana dahulu pernah terjadi di sana.
(b. 209-212)
3. Sehingga akan memerdekakan manusia
dengan semerdeka-merdekanya,
memerdekakan manusia dari penghambaan
kepada sesama manusia, dan akan
mengarahkannya kepada penghambaan
kepada sang Pencipta semata. (b.212-216)
Consequences:
Rezim Bashar Assad terus merespon tuntutan
perubahan dengan brutal, dan Barat mencoba
membajak revolusi masyarakat Suriah.
94
1. Analisis Teks Berita “Rezim Jahat Bashar Assad” – Edisi 87, 3
Agustus - 6 September 2012
Berita‖Rezim Jahat Bashar Assad‖ merupakan berita kedua
yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini. Berikut berita
―Rezim Jahat Bashar Assad‖ selengkapnya:
Gambar 4.2
Berita 2 “ Rezim Jahat Bashar Assad”
95
Berikut merupakan perangkat framing dan perangkat penalaran
berdasarkan analisis framing model William A. Gamson dan Andre
Modigliani dalam berita berikut ini:
Framing Devices
Dalam teks berita frame yang ingin dibangun masih seputar
pertarungan ideologi yang terjadi di konflik Suriah. Penonjolan berita
lebih terfokus pada tindakan yang dilakukan rezim Assad untuk
mempertahankan kekuasaan dan pengaruhnya di Suriah. Perangkat
Pembingkai (Framing Devices) dalam teks ini dibagi menjadi beberapa
pola yang mendukung bingkai Tabloid Media Umat terhadap kebiadaban
rezim Assad. Dalam memperkuat bingkai, media kerap memberikan
penjelasan-penjelasan atas isu yang dibingkai (exemplar). Sehingga dapat
lebih memberikan penekanan terhadap bingkai. Bingkai Tabloid Media
Umat terhadap buruknya rezim Assad dapat dilihat dari penjelasan-
penjelasan isu dari teks berita berikut ini:
―Rezim Bashar al-Assad menggunakan cara-cara kotor
dalam melakukakan operasi militer, yang tidak mengenal
perikemanusiaan. Pembantaian dengan cara yang sangat kejam,
selalu dipertontonkan kepada rakyat. Seperti pembantaian di kota
Houla. Lebih 100 orang tewas, dan banyak diantara mereka yang
mati dalam kondisi yang mengerikan, seperti tubuh mereka
disayat-sayat, dan dipotong-potong...‖23
(Baris 123-135)
Untuk memberikan penekanan terhadap sebuah isu, perangkat
framing model William A. Gamson dan Andre Modigliani juga dilengkapi
oleh depiction. Di mana teks berupa pernyataan yang bertujuan untuk
23
“Rezim Jahat Bashar Assad‖, Tabloid Media Umat edisi 87
96
membangkitkan prasangka yang berbentuk stigmatisasi. Depiction pada
teks berita ini dapat dilihat pada:
―...aksi kejahatan itu dilakukan oleh mesin pembunuh yang
dikenal sangat biadab bernama: Shabiha.‖24
(Baris 96-98)
Kutipan tes berita tersebut memberikan asumsi akan aksi kejahatan
rezim Assad dengan bantuan mesin pembunuhnya yang begitu kejam
membunuh masyarakat Suriah.
Reasoning Devices
Perangkat penalaran (Reasoning Devices) dalam berita ini selain
dalam memperkuat frame juga menjadi strategi wacana bahwa frame yang
dibentuk Tabloid Media Umat terhadap citra rezim Assad yang keji lagi
biadab yang tak hanya membunuh menggunkan mesin pembunuh berupa
Shabiha, tapi juga bersiap membunuh dengan senjata kimianya tampak
benar dan nyata. Melaui perangkat roots dalam berita ini, yaitu:
―Suatu yang tidak bisa dikesampingkan jika Assad akan
menggunakan senjata pemusnah massal ini meski harus
mengorbankan rakyatnya sendiri. Ini yang dikhawatirkan. Apalagi
kondisi Assad kian terdesak sejak tewasnya empat orang yang
paling dekat dengan lingkaran kekuassaan ...‖ (Baris 206-214)
Perangkat penalaran juga terdapat dalam bentuk klaim-klaim moral
yang hadir dalam teks berita (Appeats to Princples). Misalya pada teks
berita berikut:
―…lebih 100 orang tewas, dan banyak diantara mereka
yang mati dalam kondisi yang mengerikan, seperti tubuh mereka
disayat-sayat, dan dipotong-potong, dan mayat mereka dibuang di
24
―Rezim Jahat Bashar Assad‖, Tabloid Media Umat edisi 87
97
depan rumah para penentang rezim Bashar al-Assad...‖25
(Baris
131-138)
Klaim-klaim moral seperti kutipan berita di atas ingin memberikan
pembenaran adanya perlakuan yang tak manusiawi yang dilakukan oleh
rezim Assad terhadap rakyat Suriah.
Untuk melihat bagaimana wacana yang terbangun dalam
pemberitaan perang ideologi di konflik Suriah pada berita ini, digunakan
perangkat framing (framing devices) dan perangkat penalaran (reasoning
devices).
Tabel 4.3
Analisis Berita 2 “Rezim Jahat Bashar Assad” –
Edisi 87, 3 Agustus - 6 September 2012
25
―Rezim Jahat Bashar Assad‖, Tabloid Media Umat edisi 87
Framing Devices Temuan Data
Methapors
1. rezim Assad menumpahkan peluru
tajam di jalan-jalan utama kota. (b. 15-
16)
2. tentara mengoyak kota Salahudin
dengan persenjataan… (b.20)
3. pasukan Assad secara membabi buta
meluluhlantakkan Kota Houla. (b. 73)
4. bertindak dengan darah dingin,
membunuhi para aktivis dan
keluarganya. (b. 108-109)
5. dihujani dengan senjata berat, sesudah
itu (b. 117)
6. mesin pembunuh yang dikenal sangat
biadab bernama: Shabiha. (b. 96-97)
Catchphrases 1. Mesin pembunuh (b. 89)
2. Senjata kimia (b. 142)
98
1. A
n
a
Exemplar
―Rezim Bashar al-Assad menggunakan cara-
cara kotor dalam melakukakan operasi militer,
yang tidak mengenal perikemanusiaan.
Pembantaian dengan cara yang sangat kejam,
selalu dipertontonkan kepada rakyat. Seperti
pembantaian di kota Houla. Lebih 100 orang
tewas, dan banyak diantara mereka yang mati
dalam kondisi yang mengerikan, seperti
tubuh mereka disayat-sayat, dan dipotong-
potong, dan mayat mereka dibuang di depan
rumah para penentang rezim Bashar al-
Assad,‖ ujar Jeff White, pengamat pertahanan
dari Institute Washington untuk Kebijakan
Timur Dekat. (b. 123-139)
Depiction
1. beringas membombardir Kota Aleppo...
(b. 11)
2. keganasan pasukan pemerintah Suriah
bakal melakukan tindakan brutal di
Aleppo (b. 34)
3. Pembantaian dengan cara yang sangat
kejam (b. 127-128)
Visual Images
Ada dua gambar yang ditampilkan pada
pemberitaan ini. Yang pertama ialah gambar
mayat-mayat korban kebiadaban rezim Assad
yang diletakkan berjejer di tanah, dan gambar
seorang bapak yang menggendong seorang
anak yang terluka dan berlumuran darah.
Reasoning Devices Temuan Data
Roots
Suatu yang tidak bisa dikesampingkan jika
Assad akan menggunakan senjata pemusnah
massal ini meski harus mengorbankan
rakyatnya sendiri. Ini yang dikhawatirkan.
Apalagi kondisi Assad kian terdesak sejak
tewasnya empat orang yang paling dekat
dengan lingkaran kekuassaan. (b.204-214)
Appeats to Principles
lebih 100 orang tewas, dan banyak diantara
mereka yang mati dalam kondisi yang
mengerikan, seperti tubuh mereka disayat-
sayat, dan dipotong-potong, dan mayat mereka
dibuang di depan rumah para penentang rezim
Bashar al-Assad (b. 131-138)
Consequences Kebiadaban Rezim Bashar Assad harus segera
dihentikan.
99
2. Analisis Teks Berita “Pertarungan Barat dan Timur”- Edisi
87, 3 Agustus – 6 September 2012
Berita ―Pertarungan Barat dan Timur‖ merupakan berita
ketiga yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini. Berikut
berita ―Suriah Mulia dengan Khilafah‖ selengkapnya:
Gambar 4.3
Berita 3 “Pertarungan Barat dengan Timur”
100
Untuk menganalisis teks berita di atas dapat dilihat dari
penjabaran perangkat framing dan perangkat penalaran yang terdapat
dalam konsep framing model William A. Gamson dan Andre
Modigliani berikut:
Framing Devices
Perangkat Framing (Framing Devices) merupakan seperangkat
alat yang digunakan untuk memperkuat gagasan media terhadap
bingkai yang diangkat. Pada teks ini perangkat framing berupa
methapors dapat dilihat melalui teks berikut:
―…Barat hingga kini masih kesulitan 'menundukkan'
Suriah.‖26
(Baris 4-5)
Perumpamaan pada kata ―menundukkan‖ seolah-olah
mengasumsikan bahwa keadaan di Suriah selama ini masih begitu kuat
dikendalikan oleh rezim Bashar yang ditopang oleh negara Rusia,
China, dan Iran. Di sisi lain, rakyat Suriah yang melakukan perjuangan
revolusi Islam ternyata tak banyak yang mau menerima tawaran dan
arahan perjuangan ala Barat. Asumsi tersebut berbanding lurus dengan
frame yang dibentuk Tabloid Media Umat bahwa pertempuran yang
terjadi di Suriah bukanlah sekedar pertempuran sipil atau pertempuran
sektarian, tapi ini merupakan pertempuran antara pihak-pihak yang
berbeda ideologi dan kepentingan.
Perangkat framing lain dalam mendukung bingkai adalah
Catchphrases, yang terlihat di teks berita berikut:
26
―Pertarungan Barat dan Timur‖, Tabloid Media Umat edisi 87
101
―Berebut kepentingan.‖27
(Baris 48)
Dengan menggambarkan adanya rebutan antara
kepentingan-kepentingan masing-masing negara terhadap Suriah
memberikan penekanan bahwa negara-negara yang memiliki
kepentingan tersebut berusaha untuk terus menjaga pengaruhnya agar
segala kepentingan dapat terus terwujud. Frase yang dibentuk tersebut
semakin memperkuat adanya bentuk konflik ideologi antar negara
sebagai akibat dari rebutan kepentingan yang berbeda tersebut.
Selain itu, uraian akan bentuk-bentuk kepentingan negara-
negara yang turut campur dalam konflik Suriah menguatkan frame
tentang adanya konflik ideologi. Misalnya pada teks berita berikut:
―Di pihak lain, Amerika berusaha menyingkirkan
pengaruh Rusia, Cina, dan Iran dari Suriah. Bagaimana pun
secara ekonomi, Amerika menginginkan sumber-sumber
ladang minyak seperti yang didapatkannya dari Libya dan
Irak—dan pasar bagi produk-produknya. Lebih dari itu,
Amerika ingin menancapkan kukunya dengan lebih tajam
di kawasan ini. Ini demi hegemoni ideologi kapitalismenya.
Yang lebih penting lagi, ini demi mengokohkan posisi
Israel karena Suriah adalah halaman depan negara Zionis
tersebut.‖28
(Baris 131-147)
Kata-kata ―hegemoni ideologi kapitalis‖ menekankan pada
pembentukan bingkai ideologi. Dalam menonjolkan pada suatu bingkai,
teks berita juga memuat kalimat ungkapan kasar yang ditampilkan menjadi
lebih halus-eufemisme (depiction). Yakni pada teks berikut:
27
―Pertarungan Barat dan Timur‖, Tabloid Media Umat edisi 87 28
―Pertarungan Barat dan Timur‖, Tabloid Media Umat edisi 87
102
―Jatuhnya Suriah ke tangan Barat berarti bunuh diri politik bagi
Iran dan ini sangat membahayakan posisi Iran di kawasan
tersebut.‖29
(Baris 114-118)
Teks tersebut ingin menggambarkan bahwa Iran sebagai
pendukung rezim Bashar Assad tak mau Suriah sebagai negara sekutunya
tersebut jatuh ke tangan Barat, karena hal itu akan membuat eksistensi
perpolitikan Iran di mata Timur Tengah dan dunia menurun.
Reasoning Devices
Sebagai penalaran, Tabloid Media Umat juga menggunakan
strategi wacana agar frame yang diangkatnya seolah-olah benar dengan
perspektif dan pandangan tertentu. Roots dalam teks berita ini terlihat dari
pernyataan berikut:
―Sebuah lembaga riset internasional, Stockholm
International Peace Research Institute (SIPRI), melaporkan pada
Senin (19/3) bahwa Suriah telah mengimpor enam kali lebih
banyak senjata dalam kurun waktu 2007–2011 dibandingkan
dengan lima tahun sebelumnya.‖30
(Baris 74-82)
Pembenaran dalam teks berita di atas mengindikasikan bahwa
Rusia, negara yang dikenal sebagai pesaing Amerika memiliki
kepentingan ekonomi yang besar dalam jalur perdagangan senjata di
Suriah. Secara tidak langsung itu mengisyaratkan bahwa ikut campurnya
Rusia dalam konflik Suriah dengan membela rezim Assad mengisyaratkan
bahwa Rusia tak mau kehilangan sumber penghasilannya dari Suriah,
untuk itu Rusia terus memaksakan keberlangsungan rezim Assad di
Suriah.
29
―Pertarungan Barat dan Timur‖, Tabloid Media Umat edisi 87 30
―Pertarungan Barat dan Timur‖, Tabloid Media Umat edisi 87
103
Sedangkan klaim-klaim moral yang dilihat Tabloid Media Umat
atas frame yang dibentuk adalah bagaimana negara-negara yang ikut
campur dalam konflik Suriah berlaku rakus. Negara-negara tersebut sibuk
mempertahankankan pengaruhnya di Suriah agar Suriah dengan segala
sumber dayanya selalu menguntungkan mereka masing-masing. Meskipun
korban kian hari kian bertambah, tapi mereka terlihat tak peduli dengan
tuntutan dan perjuangan rakyat Suriah. Hal itu dapat dilihat lewat teks
berikut ini:
―Dengan kondisi demikian, kaum Muslimin terus dibantai
tanpa perlindungan. Negara-negara besar terus berebut 'kue'
Suriah. Ujung-ujungnya yang jadi korban adalah kaum Muslimin.
Sampai kapan penderitaan kaum Muslimin ini akan berakhir di
tangan rezim bengis dan rakus dunia?‖31
(Baris 184-193)
Untuk melihat bagaimana wacana yang terbangun dalam
pemberitaan perang ideologi di konflik Suriah pada berita ini, digunakan
perangkat framing (framing devices) dan perangkat penalaran (reasoning
devices).
31
―Pertarungan Barat dan Timur‖, Tabloid Media Umat edisi 87
104
Tabel 4.4
Analisis Berita 3 “Pertarungan Barat dan Timur” –
Edisi 87, 3 Agustus - 6 September 2012
Framing Devices Temuan Data
Methapors:
1. Barat hingga kini masih kesulitan
'menundukkan' Suriah. (b.4-5)
2. anak emas Amerika di Timur Tengah.
(b. 129-130)
3. Amerika ingin menancapkan kukunya
dengan lebih tajam… (b. 140-141)
4. pihak oposisi untuk dijadikan boneka
seperti (b. 159)
5. Negara-negara besar terus berebut
'kue' Suriah (b. 187)
Catchphrases: 1. Assad tak bergeming. (b.29)
2. Berebut Kepentingan. (b. 48)
Exemplar
1. Namun tuntutan itu kandas di tengah
jalan. Rusia dan Cina menjatuhkan
vetonya atas rancangan resolusi dan
sanksi tersebut. (b. 15-16)
2. Assad merasa cukup kuat untuk
bertahan karena mendapat dukungan
negara-negara yang cukup kuat yakni
Rusia, Cina, dan Iran, serta
Hizbullah. (b.42-45)
3. Begitu dekatnya hubungan itu hingga
Rusia memiliki pangkalan angkatan
laut di Pelabuhan Tartus, Suriah. (b.
64-66)
Depiction bunuh diri politik bagi Iran (b. 116)
Visual Images
Sebuah gambar yang merupakan hasil editan
penggabungan dari dua gambar merupakan
visual image yang ditampilkan pada
pemberitaan ini. Seorang pria Timur Tengah
yang menatap dua orang tentara pasukan
Barat yang siap untuk menembak.
Reasoning Devices Temuan Data
105
Roots
Sebuah lembaga riset internasional,
Stockholm International Peace Research
Institute (SIPRI), melaporkan pada Senin
(19/3) bahwa Suriah telah mengimpor enam
kali lebih banyak senjata dalam kurun waktu
2007–2011 dibandingkan dengan lima tahun
sebelumnya. (b. 74-82)
Appeats to Principles
Dengan kondisi demikian, kaum Muslimin
terus dibantai tanpa perlindungan. Negara-
negara besar terus berebut 'kue' Suriah.
Ujung-ujungnya yang jadi korban adalah
kaum Muslimin. Sampai kapan penderitaan
kaum Muslimin ini akan berakhir di tangan
rezim bengis dan rakus dunia? (b. 184-193)
Consequences
Negara-negara yang turuut campur dalam
konflik Suriah hanya mementingkan
kepentingan mereka masing-masing.
106
4. Analisis Teks Berita “Suriah Mulia dengan Khilafah” – Edisi
87, 3 Agustus - 6 September 2012
Berita ―Suriah Mulia dengan Khilafah‖ merupakan berita
keempat yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini. Berikut
berita ―Suriah Mulia dengan Khilafah‖ selengkapnya:
Gambar 4.4
Berita 4 “Suriah Mulia Dengan Khilafah”
107
Berikut merupakan perangkat framing dan perangkat penalaran
berdasarkan analisis framing model William A. Gamson dan Andre
Modigliani dalam artikel berita berikut ini:
Framing Devices
Dalam berita tersebut, frame yang ingin disampaikan Tabloid
Media Umat sudah dapat dilihat dari lead yang mengungkapkan bahwa
perjuangan rakyat Suriah adalah perjuangan Islam, yang mereka inginkan
adalah Islam, kemenangan atas ideologi Islam, bukanlah ide-ide yang
ditawarkan oleh Barat. Pada paragraf selanjutnya teks berita lebih
ditekankan dengan usaha Amerika yang begitu gencar untuk
mengendalikan revolusi. Dari strategi diplomasi melalui PBB hingga
berusaha menguasai pihak-pihak oposisi di bawah kendali Amerika. Hal
ini dapat dilihat dalam teks berita berupa methapors berikut:
―Obama sekarang terus berusaha memperkuat gerilyawan
dalam upaya menggulingkan Presiden Suriah, Bashar al-Assad.‖32
(Baris 49-53)
Metaphors merupakan kata-kata yang dianalogikan atau yang
ditampilkan dengan memakai kiasan, perumpamaan atau pengandaian
yang mampu menciptakan sense tertentu.
Teks berita ini juga memberikan penekanan bingkai pada
perangkat framing (framing devices) berupa contoh-contoh (exemplar).
Berikut merupakan contoh-contoh yang memperkuat bingkai:
"Para pejabat AS berkeras tidak berencana mengirim
senjata pada gerilyawan Suriah. Namun Washington bersiap
32
“Suriah Mulia Dengan Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 87
108
menyediakan perangkat komunikasi tambahan dan pelatihan guna
membantu oposisi meningkatkan kemampuan komando dan
kendali mereka guna mengoordinasikan petempur mereka.‖33
(Baris 78-87).
Dari teks berita tersebut, menjelaskan bahwa berbagai strategi
terus direncanakan oleh Amerika. Ini mengasumsikan bahwa Amerika
dengan segala kekuatannya tak mau begitu saja mundur dari konflik
Suriah. Meskipun beralasan ingin membantu rakyat Suriah untuk terbebas
dari rezim bengis Asad, tapi tindakan Amerika dibalik segala kepentingan
besarnya tersebut tidak mampu disembunyikan dari para pejuang Islam
Suriah yang telah berkaca dari revolusi Arab Spring sebelumnya.
Sejalan dengan frame yang ingin ditampilkan oleh Tabloid Media
Umat, visual image yang disuguhkankan pun menggambarkan keinginan
masyarakat untuk segera menumbangkan Bashar Asad dan memenangkan
Islam sebagai ideologi yang akan diterapkan di negara Islam Khilafah di
Suriah. Adapun gambar yang ditampilkan pada pemberitaan ini ialah poto
dari aksi Muslim Indonesia yang tergabung dalam Organisasi Hizbut
Tahrir yang mengecam tindakan brutal rezim Asad. Para peserta aksi juga
terlihat mengibarkan panji Allah dan membentangkan poster yang
bertuliskan ―Tumbangkan Thagut Bashar al-Asad, Tegakkan Khilafah‖.
Reasoning Device
Dalam suatu teks, perangkat penalaran bertujuan untuk
memberikan asumsi pembenaran akan teks atau perangkat framing yang
ada. Sehingga terlihat bahwa teks yang diungkapkan tersebut wajar dan
33
―Suriah Mulia Dengan Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 87
109
benar dalam realitasnya.34
Perangkat penalaran dibagi menjadi roots,
appeats to principles, dan consequences.
Melalui roots, Tabloid Media Umat mencoba memberikan teks
yang relevan dengan isu yang dibingkainya. Adanya kegagalan diplomasi
PBB dengan rezim Suriah serta kurangnya dukungan dari masyarakat
Suriah kepada oposisi sekuler bentukan Amerika menjadi hal yang relevan
dengan isu yang dibingkai oleh Tabloid Media Umat. Analisis kausal
(sebab-akibat) tersebut memperkuat frame yang ingin dibentuk. Berikut
kutipan beritanya:
―Barat pun menyadari bahwa orang-orang yang melakukan
revolusi di dalam Suriah didominasi oleh orientasi islami.‖35
(Baris
172-175)
Perangkat penalaran lainnya yang dapat mendukung perangkat
framing yaitu appeals to principle. Di mana argumentasi pembenar yang
membangun berita yang disampaikan kepada para pembaca ditonjolkan
dalam teks. Pada teks berita ini, Tabloid Media Umat berusaha
menampilkan tidak ada jalan lain lagi selain Islam, yang bukan hanya
agama ritual, tapi juga ideologi bagi kehidupan yang mampu
menyelamatkan dan memuliakan masyarakat Suriah. Hal tersebut ingin
memperlihatkan bahwa ide-ide sekuler maupun komunis tak memiliki
popularitas dalam opini revolusi Suriah. Terbukti dengan tidak berhasilnya
upaya pembelotan revolusi ke arah yang diinginkan oleh Barat. Berikut
kutipan beritanya:
34
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing, h.180. 35
―Suriah Mulia Dengan Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 87
110
―Hanya dengan Khilafah, Suriah akan kembali menjadi
negeri yang mulia sebagaimana hadits Nabi SAW: Wilayah terbaik
dan pusat dari dar al-Islam di Syam.”36
(Baris 210-215)
Berbanding lurus dengan appeats to principles, perangkat
penalaran berupa consequences yakni efek yang didapat dari bingkai dapat
mendukung pada frame yang ingin dibangun. Melalui consequences,
keseluruhan artikel ini memberikan efek kepada perjuangan para pejuang
revolusi Islam di Suriah yang merupakan perjuangan yang tak akan pernah
tunduk pada rezim Assad dan tak akan tunduk pula pada arahan revolusi
ala Barat. Para pejuang menginginkan Islam sebagai ideologi mereka, dan
Khilafah sebagai negaranya.
Untuk melihat bagaimana wacana yang terbangun dalam
pemberitaan perang ideologi di konflik Suriah pada berita ini, digunakan
perangkat framing (framing devices) dan perangkat penalaran (reasoning
devices).
36
―Suriah Mulia Dengan Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 87
111
Tabel 4.5
Analisis Berita 4 “Suriah Mulia dengan Khilafah” –
Edisi 87, 3 Agustus - 6 September 2012
Framing Devices Temuan Data
Methapors
1. Tangan berlumuran darah yang
mengontrol konflik.. (b. 30)
2. dalam upaya menggulingkan
Presiden Suriah. (b. 52)
3. membeli senjata di pasar gelap.
(b.118)
4. apalagi di bawah ketiak Amerika..
(b.150)
Catchphrases Hanya dengan Khilafah (b.210)
Exemplar
Para pejabat AS berkeras tidak berencana
mengirim senjata pada gerilyawan Suriah.
Namun Washington bersiap menyediakan
perangkat komunikasi tambahan dan
pelatihan guna membantu oposisi
meningkatkan kemampuan komando dan
kendali mereka guna mengoordinasikan
petempur mereka. (b. 78-87)
Depiction Media bajingan (b.17)
Visual Images
Gambar yang ditampilkan ialah poto dari
aksi Muslim Indonesia yang tergabung
dalam Organisasi Hizbut Tahrir yang
mengecam tindakan brutal rezim Asad. Para
peserta aksi juga terlihat mengibarkan panji
Allah dan membentangkan poster yang
bertuliskan ―Tumbangkan Thagut Bashar al-
Asad, Tegakkan Khilafah‖.
Reasoning Devices Temuan Data
Roots
Barat pun menyadari bahwa orang-orang
yang melakukan revolusi di dalam Suriah
didominasi oleh orientasi Islami. (b. 172-
175)
Appeats to Principles Hanya dengan Khilafah, Suriah akan
kembali menjadi negeri yang mulia
sebagaimana hadits Nabi SAW: Wilayah
112
5. Analisis Teks Berita “Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan
Umat Islam” – Edisi 93, 16 November-6 Desember 2012
Berita ―Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan Umat
Islam‖ merupakan berita kelima yang menjadi objek penelitian
dalam skripsi ini. Berikut berita ―Upaya Amerika Mengaborsi
Perjuangan Umat Islam‖ selengkapnya:
Gambar 4.5
Berita 5 “Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan Umat Islam”
terbaik dan pusat dari dar al-Islam di
Syam. (b.210-215)
Consequences Islam dan Khilafah ialah solusi yang akan
memuliakan Suriah
113
Berikut merupakan perangkat framing dan perangkat penalaran
berdasarkan analisis framing model William A. Gamson dan Andre
Modigliani dalam artikel berita berikut ini:
Framing Devices
Perangkat Framing (Framing Devices) merupakan
seperangkat alat yang digunakan untuk memperkuat gagasan media
terhadap bingkai yang diangkat.
Pada berita yang dipublikasikan di Tabloid Media Umat edisi 93
ini, pembingkaian terhadap Amerika sebagai pihak Barat yang turut serta
dalam konflik Suriah yang menginginkan revolusi Suriah berada dibawah
pengaruhnya begitu ditonjolkan. Asumsi tersebut didukung dengan adanya
penggunaan istilah yang berbentuk kiasan atau perumpamaan dalam teks
berita (metaphors). Hal itu telah terlihat sejak awal dari judul yang
disematkan pada berita, yakni ―Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan
Umat Islam.
Meskipun berusaha keras membajak perlawanan dan revolusi
masyarakat Suriah dengan berbagai cara, dan salah satunya ialah
menggunakan negara-negara regional yang selama ini mendukungnya
untuk membuat pemerintahan transisi di Suriah , tapi tetap saja rencena
tersebut tak pernah terwujud. Untuk memperjelas bingkai ini, terdapat
pula penjelas yang mampu membenarkan perspektif (exemplar). Hal ini
dapat dilihat dari kutipan berikut:
114
―…pasukan perlawanan rakyat Suriah di lapangan
didominasi kelompok-kelompok mujahidin yang menyerukan
penegakan syariah dan khilafah di Suriah dan menolak sistem
demokrasi yang ditawarkan Amerika.‖37
(Baris 10-16)
Dalam hal ini, asumsi yang terjadi adalah Tabloid Media Umat
ingin menekankan bahwa strategi Amerika, terutama langkahnya yang
berusaha untuk mengaktifkan Dewan Nasional Suriah serta menundukkan
kelompok-kelompok oposisi agar berada di bawah kontrolnya hanyalah
usaha yang sia-sia. Adanya tokoh-tokoh yang diusung Barat sebagai calon
pemimpin Suriah semakin membuat para pejuang Islam menolak arahan
perubahan dari Barat, karena tokoh-tokoh tersebut ternyata adalah orang-
orang yang tak asing dari rezim Asad dan orang-orang yang sejak awal tak
menginginkan proyek Islami rakyat Suriah.
Perangkat framing lain yang memperkuat bingkai terlihat dari
visual image yang ditampilkan. Barisan para pejuang Islam berbaju hitam
yang berdiri menantang sambil memegang senjata, dan dibelakang mereka
berkibar bendera hitam yang bertuliskan ―Laa ilaha illallah, Muhammad
Rasulullah‖ menggambarkan betapa siapnya mereka untuk
memperjuangkan Islam ditengah pihak-pihak yang tak mengingankannya.
Perangkat Penalaran (Reasoning Devices)
Ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita itu
didukung dengan seperangkat penalaran untuk menekankan bahwa ―versi
berita‖ yang disajikan dalam teks itu adalah benar.
37
―Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan Umat Islam‖, Tabloid Media Umat edisi 93
115
Dalam teks berita ini, perangkat penalaran disajikan dengan
beberapa pola. Melalui penalaran roots, strategi wacana pembenaran
terhadap frame yang diangkat Tabloid Media memberikan penalaran yang
sejalan dengan isu yang diangkat. Analisis kausal (sebab-akibat) melalui
perangkat penalaran roots ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
―Seif sejak awal menentang proyek Islami rakyat Suriah
untuk menegakkan pemerintahan berdasarkan Islam. Tampak
dalam ucapannya pada tanggal 1 November 2012 yang
menegaskan pentingnya berdiri negara sipil Suriah yang pluralis
demokratis.‖38
(Baris 133-141)
Kutipan berita tersebut seolah menjadi pembenaran bahwa Barat
melalui Seif ingin menjadikan Suriah sebagai negara pluralis demokratis,
sama halnya seperti arahan Amerika terhadap negara-negara Timur
Tengah yang telah lebih dahulu mengalami gejolak. Amerika sama sekali
tidak pernah menyetujui perjuangan para pejuang Islam untuk mendirikan
Khilafah. Hal ini dilakukan Amerika agar ia dan ideologi kapitalisnya tak
kehilangan pengaruh dan kepentingan di Timur Tengah.
Perangkat penalaran juga dipakai untuk meyakinkan masyarakat,
bahwa semua tindakan Barat menunjukkan betapa Barat ketakutan dengan
terus bertambahnya para pejuang revolusi Islam yang menginginkan
berdirinya negara Khilafah di Suriah. Karena itulah, meskipun terus
mengalami kegagalan, Amerika terus mengatur strategi agar bisa masuk
dan menempatkan Suriah dibawah kontrol politiknya. Hal ini dapat dilihat
dari perangkat penalaran berupa Appeal to Principle berikut:
38
―Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan Umat Islam‖, Tabloid Media Umat edisi 93
116
―Perkembangan terakhir di Suriah tampaknya membuat
Ameika Serikat sangat khawatir. Menguatnya pasukan perlawanan
dan semakin melemahnya Bashar Assad menjadi faktor
kekhawatiran tersebut. Apalagi pasukan perlawanan rakyat Suriah
di lapangan didominasi kelompok-kelompok mujahidin yang
menyerukan penegakan syariah dan khilafah di Suriah dan
menolak sistem demokrasi yang ditawarkan Amerika.‖39
(Baris 1-
16)
Untuk melihat bagaimana wacana yang terbangun dalam
pemberitaan perang ideologi di konflik Suriah pada berita ini, digunakan
perangkat framing (framing devices) dan perangkat penalaran (reasoning
devices).
Tabel 4.6
Analisis Berita 5 “Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan
Umat Islam” - Edisi 93, 16 November-6 Desember 2012
39
―Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan Umat Islam‖, Tabloid Media Umat edisi 93
Framing Devices Temuan Data
Methapors
1. Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan
Umat Islam (Judul)
2. Berkaca dari solusi Libya... (b.91)
Catchphrases 1. membajak perlawanan rakyat (b.19)
2. presiden antek Amerika Bashar (b. 69)
Exemplar
…pasukan perlawanan rakyat Suriah di lapangan
didominasi kelompok-kelompok mujahidin yang
menyerukan penegakan syariah dan khilafah di
Suriah dan menolak sistem demokrasi yang
ditawarkan Amerika. (b. 9-16)
Depiction
1. semakin beringas (b.28)
2. dengan rezim bengis Suriah (b.40)
3. berpaham komunis (b. 15-146)
117
Visual Images
Gambar yang ditampilkan ialah barisan para
pejuang Islam berbaju hitam yang memegang
senjata, dan dibelakang mereka berkibar bendera
yang bertuliskan ―Laa ilaha illallah, Muhammad
Rasulullah”
Reasoning Devices Temuan Data
Roots
Seif sejak awal menentang proyek Islami rakyat
Suriah untuk menegakkan pemerintahan
berdasarkan Islam. Tampak dalam ucapannya pada
tanggal 1 November 2012 yang menegaskan
pentingnya berdiri negara sipil Suriah yang
pluralis demokratis. (b. 135-141)
Appeats to Principles
Perkembangan terakhir di Suriah tampaknya
membuat Ameika Serikat sangat khawatir.
Menguatnya pasukan perlawanan dan semakin
melemahnya Bashar Assad menjadi faktor
kekhawatiran tersebut. Apalagi pasukan
perlawanan rakyat Suriah di lapangan didominasi
kelompok-kelompok mujahidin yang menyerukan
penegakan syariah dan khilafah di Suriah dan
menolak sistem demokrasi yang ditawarkan
Amerika. (b.1-16)
Consequences
Upaya Barat untuk mencegah dan menekan
perjuangan revolusi Islam mengalami kesulitan.
Barat tak bisa diharapkan menghadirkan solusi
bagi perubahan.
118
6. Analisis Teks Berita “Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah” –
Edisi 96, 4-17 Januari 2013
Berita ―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖ merupakan
berita keenam yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini.
Berikut berita ―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖
selengkapnya:
Gambar 4.6
Berita 6 “Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah”
119
Berikut merupakan perangkat framing dan perangkat
penalaran berdasarkan analisis framing model William A. Gamson
dan Andre Modigliani dalam artikel berita berikut ini:
Framing Devices
Perangkat Framing (Framing Devices) merupakan seperangkat
alat yang digunakan untuk memperkuat gagasan media terhadap
bingkai yang diangkat. Pada teks ini perangkat framing berupa
methapors dapat dilihat melalui teks berikut:
―Barangkali inilah revolusi yang memakan waktu paling lama
di Timur Tengah.‖40
(Baris 1-3)
Perumpamaan pada kata ―memakan waktu‖ seolah-olah
mengasumsikan bahwa revolusi di Suriah bukanlah sekedar revolusi
biasa. Perlawanan awal rakyat terhadap rezim pemerintah yang
kemudian juga berkembang menjadi perlawanan terhadap asing terjadi
semakin pelik tatkala Barat dan negara-negara regional Timur Tengah
ada yang berusaha utuk turut serta dalam revolusi ini. Wajarlah jika
revolusi ini tak akan berakhir dengan cepat, karena keterlibatan pihak-
pihak asing yang berusaha mengendalikan revolusi tersebut membuat
situasi menjadi semakin kacau.
Asumsi tersebut berbanding lurus dengan frame yang dibentuk
Tabloid Media Umat bahwa lamanya revolusi yang berjalan
menandakan adanya sesuatu yang besar dibalik konflik ini. Sesuatu
40
―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 96
120
yang membuat rezim pemerintah tak mau mundur, rakyat pejuang
Islam yang tak mau kalah, dan asing yang tak ingin berhenti
mengendalikan revolusi. Kekuatan Ideologi yang dimiliki masing-
masing pihak yang menginginkan kemenangan ialah kuncinya.
Penjelas yang mampu membenarkan perspektif (exemplar) terdapat
dalam kutipan teks berikut ini:
―Mereka menyepakati pembentukan negara Islam
berdasarkan prinsip: (1) kedaulatan di tangan syara'; (2)
kekuasaan milik umat; (3) mengangkat satu khalifah hukumnya
fardlu bagi seluruh kaum Muslimin; (4) Hanya khalifah yang
berhak melakukan tabanni (adopsi) terhadap hukum-hukum
syara'.‖41
(Baris 129-138)
Kutipan tersebut semakin menekankan bahwa para pejuang
Islam serius untuk memenangkan Islam sebagai sebuah ideologi dan
menerapkan ideologi Islam di negara Khilafah. Perangkat framing lain
dalam mendukung bingkai adalah Catchphrases, dimana Tabloid Mdia
Umat ingin mengangkat jargon-jargon yang mendukung frame yang
dibentuknya. Hal ini terlihat dalam teks berita berikut:
―Mereka hanya ingin Suriah diterapkan syariah secara
kaffah dalam naungan khilafah.‖42
(Baris 39-41)
Selain itu, uraian akan tidak sukanya Amerika terhadap tindakan
tegas para pejuang Islam yang menolak tawaran Amerika untuk
memperjuangkan demokrasi dapat menguatkan frame bahwa Amerika dan
41
―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 96 42
―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 96
121
paar pejuang Islam berada pada jalur ide perjuangan yang berbeda.
Misalnya pada teks berita berikut:
―Sikap tegas inilah yang kemudian memicu Amerika dan
Barat mencap mereka sebagai kelompok teroris.‖43
(Baris 42-45)
Kata-kata ―kelompok teroris‖ menekankan adanya stigma
(depictions) yang diberikan oleh Amerika dan Barat untuk para pejuang
Islam. Padahal yang sedari awal bersikap teroris karena mengancam jiwa
dan nyawa rakyat Suriah ialah rezim Asad, bukan para pejuang Islam.
Stigma tersebut berupaya merendahkan dan menghina perjuangan para
pejuang Islam yang ingin mendirikan Khilafah di Suriah.
Reasoning Devices
Sebagai penalaran, Tabloid Media Umat juga menggunakan
strategi wacana agar frame yang diangkatnya seolah-olah benar dengan
perspektif dan pandangan tertentu. Karena itu, fakta yang dipilih secara
tidak langsung dapat memperkuat bangunan perspektif yang dibentuk.
Roots dalam teks berita ini terlihat dari pernyataan berikut:
―Jatuhnya Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah,
menambah rentetan jumlah kekalahan rezim militer pemerintah
Assad. Sebelumnya Bandara Militer penting di wilayah Aqraba
juga jatuh ke tangan para pejuang. Mereka juga menguasai
Batalyon Pertahanan 22 di Gouta, sebelah timur ibukota,
Damaskus.‖44
(Baris 84-95)
Pembenaran dalam teks berita di atas terlihat pada keberhasilan
yang diraih para pejuang Islam. Berbagai keberhasilan yang telah dicapai
semakin memperlihatkan kekuatan para pejuang Islam. Hal itu juga
43
―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 96 44
―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 96
122
mengisyaratkan bahwa kemenangan Islam atas revolusi ini akan semakin
mendekat.
Sedangkan argumentasi pembenar yang dibangun Tabloid Media
Umat atas frame yang dibentuk adalah bagaimana para pejuang dengan
yakinnya berjuang atas nama Islam dan tetap berpegang teguh pada untuk
mendirikan Khilafah dapat dilihat lewat teks berikut ini:
―...gaung kembalinya khilafah sudah meluas di tengah
masyarakat. Mereka pun tahu adanya hadits yang menyebut
Syams—termasuk Suriah di dalamnya—sebagai tempat tegaknya
khilafah.‖45
(Baris 163-169)
Teks berita ini juga masih menekankan wacana perang ideologi
antara ide-ide sosialis, kapitalis dan Islam dalam konflik Suriah.
Keegoisan rezim Assad untuk terus melangsungkan pemerintahan
diktatornya sudah jelas mengalami perlawanan senjata dari rakyat Suriah.
Arahan perubahan yang ditawarkan oleh Barat juga mengalami kegagalan.
Dengan penalaran tersebut Tabloid Media Umat ingin menonjolkan bahwa
harapan sejati perubahan hanya ada di para pejuang Islam yang dengan
keteguhan hati dan pikiran, mereka berusaha menjaga arah revolusi
menuju kemenangan Islam yang hakiki. Hal ini dapat dilihat dari teks
berita berikut:
―Cinta mereka kepada Islam dan keimanan mereka yang tak
tergoyahkan kepada Allah SWT meninggalkan saya kepada
kerinduan untuk ada di antara mereka karena mereka
mengingatkan Anda kepada sahabat dan surga.46
(Baris 154-161)
45
―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 96 46
―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 96
123
Untuk melihat bagaimana wacana yang terbangun dalam
pemberitaan perang ideologi di konflik Suriah pada berita ini, digunakan
perangkat framing (framing devices) dan perangkat penalaran (reasoning
devices).
Tabel 4.7
Analisis Berita 6 “Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah” –
Edisi 96, 4-17 Januari 2013
Framing Devices Temuan Data
Methapors
1. ...revolusi yang memakan waktu
paling lama. (b. 2-3)
2. kota Aleppo sudah jatuh ke tangan
pejuang Islam. (b. 81)
Catchphrases syariah secara kaffah dalam naungan khilafah
(b. 133)
Exemplar
Mereka menyepakati pembentukan negara
Islam berdasarkan prinsip: (1) kedaulatan di
tangan syara'; (2) kekuasaan milik umat; (3)
mengangkat satu khalifah hukumnya fardlu
bagi seluruh kaum Muslimin; (4) Hanya
khalifah yang berhak melakukan tabanni
(adopsi) terhadap hukum-hukum syara'. (b.
129-138)
Depiction
1. kelompok teroris (b. 45)
2. membantai rakyat (b. 11-12)
3. kebengisan rezim Assad (b. 15)
4. pemberontak (b. 104-105)
Visual Images
Gambar yang ditampilkan ialah kumpulan
para pejuang Islam (muda dan tua) yang
berdiri dengan seragamnya, di barisan tengah
terliha adanya senjata rudal yang mengarah
keatas, bendera hitam bertuliskan syahadat,
dan di barisan terdepan beberapa pejuang
memegang kertas besar yang bertuliskan Al
Khilafah dan Liwa Khilafah.
124
7. A
n
a
l
i
Reasoning Devices Temuan Data
Roots
Jatuhnya Aleppo, kota terbesar kedua di
Suriah, menambah rentetan jumlah kekalahan
rezim militer pemerintah Assad. Sebelumnya
Bandara Militer penting di wilayah Aqraba
juga jatuh ke tangan para pejuang. Mereka
juga menguasai Batalyon Pertahanan 22 di
Gouta, sebelah timur ibukota, Damaskus.
(b.84-95)
Appeats to Principles
...gaung kembalinya khilafah sudah meluas di
tengah masyarakat. Mereka pun tahu adanya
hadits yang menyebut Syams—termasuk
Suriah di dalamnya—sebagai tempat
tegaknya khilafah. (b. 163- 169)
Consequences
Barat tak berhasil menancapkan pengaruhnya
ditengah perjuangan para pejuang Islam.
Perjuangan untuk menegakkan Khilafah di
Suriah telah disepakati beberapa kelompok
pejuang.
125
7. Analisis Teks Berita “Revolusi Syam, Revolusi Islam:
Peperangan Antara Keimanan dan Kekufuran” – Edisi 100
Berita ―Revolusi Syam, Revolusi Islam: Peperangan Antara
Keimanan dan Kekufuran‖ merupakan berita ketujuh yang menjadi
objek penelitian dalam skripsi ini. Berikut berita ―Revolusi Syam,
Revolusi Islam: Peperangan Antara Keimanan dan Kekufuran‖
selengkapnya:
Gambar 4.7
Berita 7 “Revolusi Syam, Revolusi Islam: Peperangan Antara
Keimanan dan Kekufuran”
126
Berikut merupakan perangkat framing dan perangkat penalaran
berdasarkan analisis framing model William A. Gamson dan Andre
Modigliani dalam artikel berita berikut ini:
Framing Devices
Gambar (visual images) yang digunakan Tabloid Media Umat
dalam teks berita ini dapat dikatakan melengkapi frame yang diangkat
Tabloid Media Umat. Sesuai dengan judul berita ―Revolusi Syam,
Revolusi Islam : Peperangan antara Keimanan dan Kekufuran‖47
, Tabloid
Media Umat menampilkan tiga sosok lelaki yang berdiri di atas tank baja.
Masing-masing mereka memegang bendera hitam dan putih yang
bertuliskan kalimat ―La illaha Illallah, Muhammadar Rasulullah‖.
Dimulai dari lead dan paragraf-paragaraf di awal teks, Tabloid
Media Umat ingin menekankan bahwa penderitaan rakyat Suriah tak
hanya dimulai dari konflik yang pecah pada tahun 2011, tapi jauh dari
sebelum hal itu terjadi. Hal ini dapat dilihat dari slogan-slogan
(catchphrases) yang dikumandangkan oleh rakyat Suriah berikut ini:
“Ma lana ghairaka ya Allah” (Kami tidak mempunyai
siapa-siapa ya Allah, kecuali Engkau) – Jeritan Umat Islam
Suriah.48
Dalam pernyataan Tabloid Media Umat tersebut memberikan
penjelasan bahwa selama ini rakyat Muslim Suriah hanya berharap
47
―Revolusi Syam, Revolusi Islam : Peperangan antara Keimanan dan Kekufuran‖,
Tabloid Media Umat edisi 100 48
―Revolusi Syam, Revolusi Islam : Peperangan antara Keimanan dan Kekufuran‖,
Tabloid Media Umat edisi 100
127
pertolongan dari Allah atas segala penderitaan yang mereka alami,
terlebih saat rezim Asad terus membombardir mereka yang menentangnya.
Frame Methapors yang mengungkapkan fakta melalui
perumpamaan, kiasan atau pengandaian dalam teks ini ditampilkan
Tabloid Media Umat melalui kutipan berikut:
―Mereka pun berusaha siang dan malam untuk menggagalkan
lahirnya janin Khilafah itu ke dunia.‖49
(Baris 270-274)
Kutipan ―menggagalkan lahirnya janin‖ tersebut menjelaskan
bahwa Revolusi Islam yang sedang diusahakan oleh para pejuang Islam di
Suriah akan mengalami hambatan yang cukup besar dari pihak-pihak yang
tak menginginkannya. Pihak-pihak asing tersebut tak mengingkan
kemengan atas Islam di Suriah, makanya mereka saling bersekutu dan
mencoba berbagai cara agar revolusi sesuai dengan arahan dan
kepentingan mereka untuk kedepannya.
Selain itu, depiction sebagai hal yang memunculkan stigma
terhadap rezim Asad juga terus dimunculkan. Hal tersebut terlihat pada
penggunaan depiction pada teks berikut:
―Sekte sesat ini telah menghalalkan zina dan kehormatan
wanita, serta darah kaum Muslim.‖50
(Baris 9-11)
Melalui kutipan kalimat tersebut jelas mengasumsikan bahwa
Tabloid Media Umat ingin menonjolkan betapa kufurnya rezim
pemerintahan Asad selama ini. Hal itu juga membuat Tabloid Media Umat
49
―Revolusi Syam, Revolusi Islam : Peperangan antara Keimanan dan Kekufuran‖,
Tabloid Media Umat edisi 100 50
“Revolusi Syam, Revolusi Islam : Peperangan antara Keimanan dan Kekufuran‖,
Tabloid Media Umat edisi 100
128
mampu menggiring para pembaca untuk membenarkan perlawanan para
pejuang Islam. Jelaslah bahwa revolusi yang terjadi ialah revolusi Islam.
Reasoning Devices
Seperti pada keenam berita sebelumnya, pada perangkat penalaran
(reasoning devices) dalam teks berita ketujuh ini, peneliti melihat adanya
strategi Tabloid Media Umat dalam teks beritanya untuk meyakinkan
masyarakat bahwa konflik Suriah ialah konflik yang dari awal merupakan
perlawanan menantang kekufuran.
Penggunaan penalaran kausalitas (sebab-akibat) yang digunakan
dalam teks (Roots) dijumpai pada kutipan berikut:
―Namun, skenario Amerika ini tidak akan bisa terwujud,
kalau tidak ada kaki tangan Amerika dan Inggris yang
menjalankannya. Amerika, Rusia, Cina dan Inggris, meski berbeda
kepentingan, tetapi ketika mereka menghadapi umat Islam, terlebih
ketika mereka bercita-cita menegakkan syariah dan khilafah, maka
mereka pun kompak.‖51
(Baris 236-246)
Kutipan tersebut semakin memperkuat pernyataan bahwa
peperangan antara keimanan dan kekufuran itu benar adanya. Amerika
dengan segala strategi politiknya hingga kini terus mencari kawan untuk
menghentikan perjuangan revolusi Islam di Suriah. Hal ini juga semakin
memperlihatkan bahwa wacana perang ideologi yang melibatkan para
pejuang Islam dan Barat semakin jelas. Kalau bukan karena kuatnya
mereka mempertahankan ideloginya masing-masing, tentu perang ini
telah berakhir.
51
“Revolusi Syam, Revolusi Islam : Peperangan antara Keimanan dan Kekufuran‖,
Tabloid Media Umat edisi 100
129
Perangkat penalaran juga terdapat dalam argumentasi pembenar
yang hadir dalam teks berita (Appeats to Princples). Misalya pada teks
berita berikut:
―Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah
dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak
menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun
orang-orang yang Kafir tidak menyukai.‖ (TQS at-Taubah [9]:
32)”. (Baris 274-281)
Tabloid Media Umat menjadikan salah satu ayat suci Al-Quran
sebagai bukti bahwa pihak-pihak yang tak menginginkan kebangkitan
Islam itu pasti ada. Tapi, walaupun pihak-pihak tersebut berusaha dengan
susah payah untuk meyingkirkan Islam, tetap saja Allah akan menjadikan
Islam sebagai pemenangnya. Dalam konteks berita ini, hal itu pulalah yang
ingin disampaikan oleh Tabloid Media Umat. Konflik yang melibatkan
para pejuang Muslim, pasukan rezim Asad serta negara-negara kufur yang
hingga kini masih bergejolak itu tentu saja akan dimengkan oleh Islam,
dengan ijin Allah cepat atau lambat.
Untuk melihat bagaimana wacana yang terbangun dalam
pemberitaan perang ideologi di konflik Suriah pada berita ini, digunakan
perangkat framing (framing devices) dan perangkat penalaran (reasoning
devices).
130
Tabel 4.8
Analisis Berita 7 “Revolusi Syam, Revolusi Islam:
Peperangan Antara Keimanan dan Kekufuran” – Edisi 100
Framing Devices Temuan Data
Methapors
1. kepanjangan tangan Amerika (b. 57-58)
2. berhasil menduduki istana di Raif
Damaskus (b. 67-68)
3. Bashar pun sudah sangat-sangat terjepit
4. anjing pudel Iran (b.148)
5. kalau tidak ada kaki tangan Amerika
dan Inggris yang menjalankannya (b.
238-239)
6. untuk menggagalkan lahirnya janin
Khilafah itu ke dunia (b.271-273)
Catchphrases
1. rezim Kufur (b.5)
2. antek Amerika (b. 55)
3. penyembah Assad (b.
Exemplar
Perlu dicatat, ini hanyalah dalih, agar masuknya
milisi Hizbullah ke wilayah Suriah tampak
masuk akal. Setelah sebelumnya keberadaan
milisi ini bersama Garda Republik Iran di sana
untuk mendukung Assad terbongkar.(b. 157-
163)
Depiction Sekte sesat ini (b. 9)
Visual Images
Tabloid Media Umat kali ini menampilkan tiga
sosok lelaki yang berdiri di atas tank baja.
Masing-masing mereka memegang bendera
hitam dan putih yang bertuliskan kalimat ―La
ilaha Illallah, Muhammadar Rasulullah”.
Reasoning Devices Temuan Data
Roots
Namun, skenario Amerika ini tidak akan bisa
terwujud, kalau tidak ada kaki tangan Amerika
dan Inggris yang menjalankannya. Amerika,
Rusia, Cina dan Inggris, meski berbeda
kepentingan, tetapi ketika mereka menghadapi
umat Islam, terlebih ketika mereka bercita-cita
131
Berdasarkan ketujuh analisis teks berita diatas, terlihat bahwa
Media Umat ingin menggiring para pembacanya untuk menyetujui dan
mendukung konsep negara Islam (Khilafah) yang mereka usung. Konflik
Suriah yang terus berkepanjangan dan telah menelan ratusan ribu korban
jiwa diangkat Media Umat sebagai sebuah pertarungan ideologi, dimana
Barat sebagai salah satu aktornya ingin menyingkirkan kaum Muslim
dengan ideologinya (Islam).
Adanya agenda khusus Media Umat untuk menancapkan
pemahaman akan ide pentingnya keberadaan negara Islam (Khilafah) yang
terefleksi dalam teks yang terwujud, tentu tak terlepas dari pelbagai faktor
yang mempengaruhinya.
menegakkan syariah dan khilafah, maka mereka
pun kompak. (b. 236-246)
Appeats to Principles
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya
(agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan)
mereka, dan Allah tidak menghendaki selain
menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun
orang-orang yang Kafir tidak menyukai.” (TQS
at-Taubah [9]: 32). (b. 274-281)
Consequences
Revolusi Islam di Suriah yang berusaha ditekan
oleh pihak asing ialah perjuangan menantang
kekufuran dan perjuangan untuk mendirikan
khilafah.
132
4. Tahap Konfirmasi
Konfirmasi adalah tahap ketika media massa maupun pembaca
atau pemirsa memberikan argumentasi dan akuntabilitas terhadap
pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi
media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi
terhadap alasan-alasan konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan
pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia
terlibat dan bersedia hadir pada proses konstruksi sosial.52
Pada tahap ini
Media Umat sebagai media berbasis cetak dapat mengetahui apakah
berita-berita terkait konflik ideologi di Suriah mendapat tanggapan atau
tidak melalui penjualan setiap edisi yang temanya berkaitan dengan
konflik Suriah tersebut.
52
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
(Jakarta: Kencana, 2007),h. 212.
133
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis terhadap tujuh berita terkait wacana perang
ideologi pada konflik Suriah di Tabloid Media Umat, penulis memperoleh
kesimpulan yang ditemukan melalui analisis framing William A.Gamson dan
Andre Modigliani. Kesimpulannya sebagai berikut:
Sebagai salah satu media Islam yang ada di Indonesia, Media Umat
mengkonstruksi wacana konflik yang terjadi di Suriah sebagai perang yang
melibatkan pemerintah Suriah, pejuang Islam dan negara Barat. Berdasarkan
teks yang terwujud, ketujuh berita tersebut selalu menampilkan dan
menonjolkan kebrutalan rezim Asad yang berhaluan sosialis karena kian hari
kian tak segan-segan untuk membombardir negeri dan rakyatnya sendiri,
negara asing (Barat dengan ideologi sekuler) yang ikut serta dalam konflik di
Suriah yang ditampilkan sebagai pembajak revolusi yang mencoba
mengarahkan perubahan ala Barat, serta perjuangan para pejuang Islam
(mujahidin) yang hanya inginkan Islam di Suriah yang tak bergeming dengan
kebrutalan rezim Asad serta acuh dengan bujukan asing. Selain itu, Media
Umat juga menggeser wacana konflik sektarian yang selama ini berkembang
terkait konflik di Suriah menjadi perang yang sudah memasuki tataran
pertempuran ideologi kehidupan.
134
B. Saran
Terkait wacana perang ideologi pada konflik Suriah di Tabloid Media
Umat, dalam penelitian ini penulis ingin memberikan saran kepada pihak
Tabloid Media Umat untuk terus menyajikan informasi rutin tentang
perkembangan konflik di Suriah tersebut. Selalu mempertahankan
profesionalisme dalam kegiatan jurnalistik agar informasi yang disajikan
selalu akurat dan mampu dipertanggungjawabkan di dunia hingga akhirat.
135
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosda Karya, 2006.
Mc Quail, Dennis. Teori Komunikasi Mass. Jakarta: Erlangga, 1996.
Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka, 1995
Wodak, Ruth dan Meyer, M. (Eds.), Methods of Critical Discourse Analysis,
London: Sage Publications, 2001.
Titscher, dkk, Methods of Text and Discourse Analysis. London: Sage
Publications, 2000.
M.Hikmat, Mahi. Metode Penelitian; Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan
Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Syukri, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:Rajawali Press, 2006
„Athiyat, Ahmad. Jalan Baru Islam. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2013.
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media.Yogyakarta: Lkis,
2008.
D. Reese, Stephen. Setting the media’s Agenda: A Power Balance Perspective
Beverly Hills: Sage, 1991
W. Littlejohn, Stephen dan A Foss, Karen. Theories of Human Communication,
8th
ed. Belmont: Thomson Wadsworth, 2005.
J. Severin, Werner dan W. Tankard, James. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode
dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta:Kencana, 2007.
J. Shomaker, Pamela dan D. Reene, Stephen. Mediating The Message, Theories of
Influence on Mass Media Content. New York, USA: Longman Publishers,
1996. Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: Lkis, 2006.
Santoso, Listiyono dkk.. Epistemologi kiri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
136
Schiffrin, Deborah, ed. Ibrahim, Abd. Syukur. Ancangan Kajian Wacana/PPL.
Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006.
Jumroni. Metode-Metode Penelitian Komunikasi.Ciputat: UIN Jakarta Press,
2006.
Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia,
2008.
Kridalaksana, Hari Mukti. Leksikon Komunikasi. Jakarta: PT Pradnya Paramita,
1984. Ya‟qub, Hamzah. Publistik Islam- Teknik Da,wah dan Leadership. Bandung: CV
Dipenogoro, 1981.
Barus, Sedia Willing. Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2010.
Kasman, Suf. Jurnalisme Universal- Menelususri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-
Qalam dalam Al-Quran. Jakarta: Teraju, 2004.
Mulkan, Abdul Munir. Ideologisasi Gerakan Dakwah . Yogyakarta : SIPERS,
1996.
Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah. Jakarta: Media Dakwah, 1984.
Kusnawan, Asep. Berdakwah Lewat Tulisan. Bandung : Mujahid, 2004.
Abdurrahman, Hafiz. Kembalinya Suriah Bumi Khilafah yang Hilang. Bogor: Al
Azhar Freshzone, 2013.
Antonio, Muhammad Syafii. Ensiklopedia Peradaban Islam-Damaskus. Jakarta:
Tazkia Publishing, 2012.
Ibrahim, Shabir Abdouh. Abu Ubaidah-Sahabat Rasulullah saw, Penakhluk
Negeri Syam. Jakarta: Bulan Bintang: 1976.
137
LAMAN WEB
http://www.hupelita.com/baca.php?id=28037 diakses pada 11 Desember 2013 ,
pkl. 21:03 wib.
http://majalah.hidayatullah.com/?=3636 diakses pada 29 Desember 2013, pkl.
20:05 wib.
http://hizbut-tahrir.or.id/2013/04/16/assad-mengirim-para-geriliyawan-suriah-
untuk-pelatihan-di-iran/ diakses pada 29 Desember 2013, pkl. 17:20 wib.
http://politik.pelitaonline.com/news/2013/04/02/krisis-suriah-konflik-paling-
berdarah#.UXCLOfV11YE diakses pada 17 Desember 2013, pkl. 15:38
wib.
http://kbbi.web.id/berita, diakses pada 30 April 2014, pkl. 09.49 wib.
http://hikmat.web.id/sejarah-dunia/sejarah-negara-suriah/ diakses pada 12 April
2014 pkl. 12:34 wib.
http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/02/11/miris-mengapa-arab-ramai-ramai-
memusuhi-suriah-438416.html diakses pada 12 April 2014, pkl. 12:46 wib.
http://international.sindonews.com/read/2014/04/01/43/849620/konflik-suriah-
sudah-telan-korban-150-ribu-jiwa diakses pada 06 mei 2014, pkl. 09:26 wib.
JURNAL
Ika Putriana, “Peran Gender Perempuan Militer dalam Majalah Korps Wanita
Angkatan Darat – Melati Pagar Bangsa”, Jurnal Komunikasi Vol.1, No.1
(April 2012).
Noor Irfan (Dosen STIKOM Semarang), “Pemberitaan Pers atas RUU
Keistimewaan Yogyakarta (Analisis Wacana Berita Harian Umum
Kompas)”, Jurnal Semai Komunikasi, Vol. III, No. I (Desember 2012).
Idris Aman, “Bahasa, Kuasa, dan Ideologi: Analisis Wacana Kritis Sebutan Baku
Bahasa Melayu” Jabatan Linguistik, Fakulti Sains Kemasyarakatan dan
138
Kemanusiaan Universitas Kebangsaan Malaysia. Jurnal Akademika 56
(Januari 2000).