NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN KADAR SGOT DAN SGPT PADA TIKUS (Rattus norvegicus) YANG
DIBERI PAPARAN ASAP ROKOK HERBAL DAN ASAP ROKOK
KONVENSIONAL
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh :
RICKY FERDIAN
J 500 110 114
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ABSTRACT
Differences levels of AST and ALT in rats (Rattus norvegicus) Given
exposure to Herbal and Conventional Cigarette.
Ricky Ferdian1, Retno Sintowati
2, Ratih Pramuningtyas
3, 2015
Background : Cigarettes were sources of free radicals, if it taken into the body
continuously body cells will undergo oxidative stress ended cell damage with no
exception for liver cells. Damage to liver cells will lead to increased levels of
AST and ALT.
Objective : This study was to determine differences in the levels of AST and ALT
in rats (Rattus norvegicus) were given exposure to herbal and conventional
cigarette.
Methodology : Experimental laboratory, study design with pretest-posttest
control group design. Samples ware 18 male rats were randomly divided into 3
groups. Negative control group, the conventional treatment group 1 cigarette
smoke exposure and treatment 2 herbal cigarette smoke exposure. The results of
each group were calculated using Oneway ANOVA and Post Hoc test continued.
Results : Based on the ANOVA test results obtained significant probability value,
the value of the levels of SGPT and SGOT p = 0.00 p = 0.001 thus p <0.05 then
the three groups have different levels of SGOT and SGPT significantly. Then the
LSD test to compare each group showed ALT levels K - P1, K - P2, P1 - K, P1 -
P2 and P2 - K there is a significant difference. While comparisons between groups
were not significant P2 - P1. LSD test for the data obtained SGOT K - P1, P1 - K,
P1 - P2 and P2 - P1 there is a significant difference. While K - P2, P2 - K
insignificant.
Conclusion : There were differences increasing levels of AST and ALT in rats
(Rattus norvegicus) that given to herbal and conventional cigarette smoke. Which
was the increasing levels of AST and ALT from conventional were higher than
herbal cigarette.
Keywords : AST, ALT, Cigarettes, Smoke Exposure
ABSTRAK
Perbedaan Kadar SGOT dan SGPT pada Tikus (Rattus norvegicus) Diberi
Paparan Asap Rokok Herbal dan Asap Rokok Konvensional.
Ricky Ferdian1, Retno Sintowati
2, Ratih Pramuningtyas
3,2015
Latar Belakang : Rokok merupakan sumber radikal bebas, jika masuk kedalam
tubuh secara terus menerus sel tubuh akan mengalami stres oksidatif yang
berakhir pada kerusakan sel tak terkecuali sel hati. Kerusakan sel hati akan
menyebabkan peningkatan kadar SGOT dan SGPT
Tujuan Penelitian : Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kadar SGOT dan
SGPT pada tikus (Rattus norvegicus) yang diberi paparan asap rokok herbal dan
asap rokok konvensional.
Metode Penelitian : Ekperimental laboratorik, rancangan penelitian pretest-
posttest with control group design. Sampel 18 tikus putih dibagi secara random
menjadi 3 kelompok. Kelompok kontrol negatif, kelompok paparan asap rokok
konvensional dan paparan asap rokok herbal. Hasil setiap kelompok dihitung
menggunakan Oneway ANOVA dan uji Post Hoc.
Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil uji ANOVA diperoleh nilai probabilitas
signifikan, nilai kadar SGPT p = 0,000 dan SGOT p = 0,001 dengan demikian p <
0,05 maka pada 3 kelompok tersebut memiliki perbedaan kadar SGOT dan SGPT
secara signifikan. Kemudian uji LSD untuk perbandingan tiap kelompok
didapatkan hasil Kadar SGPT K – P1, K – P2, P1 – K, P1 – P2 dan P2 – K
terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan perbandingan antar kelompok
yang tidak signifikan P2 – P1. Uji LSD untuk kadar SGOT didapatkan data K –
P1, P1 – K, P1 – P2 dan P2 – P1 terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan
K – P2, P2 – K tidak signifikan.
Kesimpulan : Terdapat perbedaan kenaikan kadar SGOT dan SGPT pada tikus
(Rattus norvegicus) yang diberi paparan asap rokok herbal dan asap rokok
konvensional dimana kenaikan SGOT dan SGPT pada rokok konvensional lebih
tinggi dibandingkan rokok herbal.
Kata Kunci : SGOT, SGPT, Rokok, Paparan Asap
1
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman saat ini, Indonesia menjadi konsumen
terbesar dalam konsumsi rokok yang dibuktikan dengan Indonesia menduduki
peringkat pertama sebagai negara perokok terbanyak. Indonesia untuk beberapa
sponsor di dominasi oleh produk rokok seperti sponsor pengecetan lapangan
basket dengan logo merek rokok dan beberapa konser musik di Indonesia
disponsori oleh perusahan rokok ( WHO, 2013 ). Menurut Global Adults Tobacco
Survey (GATS) tahun 2011, Indonesia memiliki perokok aktif terbanyak dengan
prevalensi 67 % laki- laki dan 2,7 % pada wanita atau dengan jumlah keseluruhan
sebesar 34,8 % penduduk (sekitar 59,9 juta orang Indonesia), yang mana perokok
didominasi oleh laki – laki yaitu 14 % sejak 17 tahun.
Telah diketahui bahwa sebatang rokok memiliki berbagai macam bahan
kimia yang terkandung di dalamnya. Apabila rokok tersebut dibakar, akan
menghasilkan sekitar 4.800 jenis senyawa bahan kimia, di antaranya adalah
nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hydrogen cyanide, tar, ammonia,
akrolein, benzene, dan etanol. Beberapa kandungan rokok tersebut dapat
memberikan dampak buruk terhadap kesehatan (Unitly et al., 2014). Asap yang
ditimbulkan dari pembakaran (sidestream smoke) tersebut memiliki kadar oksidan
bebas yang tinggi, setiap asap rokok yang terhirup mengandung 1015
-1018
molekul
oksidan. Radikal bebas dari asap rokok ini merupakan zat toksik bagi tubuh yang
berpotensi merusak sel, tidak terkecuali sel hati (Apreliantino et al., 2012).
Beberapa produsen rokok mengeluarkan sebuah produk rokok yang
berbeda yang disebut dengan rokok herbal, dimana rokok herbal dalam
pembuatannya menggunakan bahan herbal seperti kayu siwak, daun sirih, daun
teh hijau, srigunggu, madu dan ditambahkan sedikit tembakau. Pada rokok herbal
didapatkan kadar tar lebih sedikit dibandingkan rokok konvensional yaitu 33,95
mg, berbeda dengan rokok konvensional kandungan tar sekitar 38 mg. Tar
merupakan salah satu sumber radikal bebas, karena tar mengandung ion besi,
semiquinol dan hidroquinol. Ketiga bahan tersebut akan menghasilkan radikal
peroksil dan hidrogen peroxida. Jika radikal bebas masuk ke dalam tubuh secara
terus menerus akan membahayakan bagi kesehatan, dikarenakan sel tubuh akan
2
mengalami stres oksidatrif yang akhirnya sel akan mengalami kerusakan tak
terkecuali sel hati (Muliartha et al., 2009).
Hati sangat rentan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh asap rokok
yang bisa memicu terjadinya stres oksidatif. Salah satu fungsi lain dari hati
sebagai detoksifikasi senyawa-senyawa toksik. Enzim pelaku detoksifikasi pada
hati ini dapat digunakan sebagai parameter kerusakan hati. Dua macam enzim
aminotransferase yang sering digunakan dalam diagnosis klinik kerusakan sel hati
seperti Serum Glutamic-Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic-
Pyruvic Transaminase (SGPT) (Pradana et al., 2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui perbedaan
peningkatan kadar SGOT dan SGPT pada tikus (Rattus norvegicus), dengan cara
memasukkan tikus kedalam sebuah kotak pengasapan yang diberi asap rokok.
Tikus yang sudah diberi paparan, selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan SGOT
dan SGPT di dalam darah tikus.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian eksperimental laboratoris
dengan menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest with control group
design.
Subyek penelitian berupa rokok herbal, merk herbal Nano®
dan rokok
konvensional, merk djarum 76®. Jenis rokok yang digunakan yaitu kretek. Obyek
yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan ini menggunakan tikus putih
jantan galur Wistar (Rattus norvegicus), dengan berat badan obyek antara 150-200
gram, dan berumur antara 2-3 bulan
Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sampling
yaitu pengambilan yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh penelitian sendiri dengan melihat berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi.
Rancangan penelitian ini adalah pretest – posttest with control group
design. Teknik pengelompokan yang digunakan peneliti adalah secara random.
Hewan uji coba dibagi menjadi 3 kelompok terdiri dari 6 tikus.
3
Gambar 1
HASIL PENELITIAN
Hasil dari penelitian rerata kadar SGPT sesudah diberi perlakuan seperti di
Tabel 1 dan kadar SGOT sesudah diberi perlakuan seperti di Tabel 2.
Tabel 1 Rerata kadar SGPT
Kelompok SGPT (U/L)
Pretest Posttest
Kontrol Negatif 11,5 14,67
Rokok konvensional 14,67 62,33
Rokok herbal 17,33 37,5
Tabel 2 Rerata kadar SGOT
Kelompok SGOT (U/L)
Pretest Posttest
Kontrol Negatif 6,5 11,83
Rokok konvensional 4,67 105,67
Rokok herbal 9 28,67
Dari data tersebut, nilai rerata SGPT dan SGOT kelompok perlakuan 1
(asap rokok konvensiona) nilai SGPT mengalami kenaikan rerata yaitu 47,66 U/L
dan SGOT kenaikan rerata 101 U/L dibandingkan dengan kelompok perlakuan 2
(asap rokok herbal) dengan kenaikan nilai rerata yaitu 20,17 U/L untuk SGPT dan
19,67 U/L kanaikan SGOT.
4
Uji distribusi data dilakukan pada ketiga kelompok dengan Uji Saphiro-
Wilk untuk mengetahui distribusi data dalam kelompok kecil yang kurang dari 50
sampel. Hasil analisis Saphiro-Wilk untuk kadar SGPT didapatkan probabilitas
pretest p = 0,068 dan posttest p = 0,205 (p > 0,05) dan kadar SGOT dalam
distribusi data dibutuhkan transformasi dikarenakan distribusi data awal
probabilitas pretest p = 0,002 dan posttest p = 0,000 (P < 0,05) distribusi data
tersebut tidak normal, dilanjutkan transformasi didapatkan probabilitas pretest p =
0,007 (p < 0,05) dan posttest p = 0,675 (p > 0,05). Nilai p secara keseluruhan >
0,05 maka disimpulkan distribusi data yang ada normal kecuali pada probabilitas
pretest SGOT p < 0,05.
Uji homogenitas varian dilakukan pada ketiga kelompok dengan Uji Test of
Homogenecity of Variance. Hasil dari analisis untuk Kadar SGPT pretest p =
0,729 dan posttest p = 0,277 dan Kadar SGOT pretest p = 0,899 dan posttest p =
0,532 dimana p > 0,05 maka varian data yang ada homogen. Karena syarat uji
ANOVA terpenuhi yaitu data harus homogen, maka analisis data dapat
dilanjutkan ke uji ANOVA.
Hasil Uji ANOVA
Tabel 3 Hasil Uji ANOVA Kelompok Kadar Pretest
Uji Kelompok N Mean Sig
SGPT
Kontrol Negatif 6 3 ± 27
0,525 Perlakuan 1 6 3 ± 26
Perlakuan 2 6 6 ± 26
SGOT
Kontrol Negatif 6 0 ± 1,11
0,503 Perlakuan 1 6 0 ± 1,20
Perlakuan 2 6 0 ± 1,34
Hasil uji ANOVA didapatkan kadar pretest SGPT dan SGOT tidak berbeda
secara bermakna dengan p = 0,525 dan p = 0,503 (> 0,05). Dari hasil tersebut
disimpulkan bahwa semua kelompok data SGOT dan SGPT tidak bermakna maka
dapat dilanjutkan ke penelitian.
5
Tabel 4 Hasil Uji ANOVA Kelompok Kadar Posttest
Uji Kelompok N Mean Sig
SGPT
Kontrol Negatif 6 4 ± 32
0,000 Perlakuan 1 6 42 ± 101
Perlakuan 2 6 33 ± 54
SGOT
Kontrol Negatif 6 48 ± 1,3
0,001 Perlakuan 1 6 1,34 ± 2,34
Perlakuan 2 6 1,08 ± 1,84
Hasil uji ANOVA didapatkan kadar posttest SGPT dan SGOT berbeda
secara bermakna dengan p = 0,000 (<0,05) dan p = 0,001 (< 0,05).
Hasil uji ANOVA menunjukan adanya perbedaan setiap kelompok
perlakuan. Pengambilan keputusan dari uji ANOVA berdasarkan nilai probabilitas
jika hasil dari uji ANOVA p < 0,05 berarti H1 diterima apabila p > 0,05 berarti H1
ditolak.
Uji LSD (Least Significant Difference)
Tabel 5 Hasil Uji LSD Kelompok Posttest Kadar SGPT
Kelompok P Keterangan
K – P1 0,000 Perbedaan bermakna
K – P2 0,012 Perbedaan bermakna
P1 – K 0,000 Perbedaan bermakna
P1 – P2 0,007 Perbedaan bermakna
P2 – K 0,012 Perbedaan bermakna
P2 – P1 0,007 Perbedaan bermakna
6
Tabel 6 Hasil Uji LSD Kelompok Posttest Kadar SGOT
Kelompok P Keterangan
K – P1 0,000 Perbedaan bermakna
K – P2 0,057 Perbedaan tidak bermakna
P1 – K 0,000 Perbedaan bermakna
P1 – P2 0,014 Perbedaan bermakna
P2 – K 0,057 Perbedaan tidak bermakna
P2 – P1 0,014 Perbedaan bermakna
Uji LSD digunakan bertujuan untuk membandingkan rata – rata kadar enzim
SGPT dan SGOT antar perlakuan. Pengambilan keputusan ditentukan nilai
probabilitas. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka H1 diterima. Sedangkan untuk
nilai probabilitas > 0,05 maka H1 ditolak. Dari data yang didapat perbandingan
antar kelompok Kadar SGPT K – P1, K – P2, P1 – K, P1 – P2, P2 – K dan P2 –
P1 terdapat perbedaan yang signifikan. Uji LSD untuk kadar SGOT didapatkan
data K – P1, P1 – K, P1 – P2 dan P2 – P1 terdapat perbedaan yang signifikan.
Sedangkan K – P2, P2 – K tidak signifikan.
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kenaikan kadar
SGOT dan SGPT pada tikus Rattus norvegicus yang diberi paparan asap rokok
herbal dan rokok konvensional. Obyek dalam penelitian ini menggunakan tikus
putih jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) dengan berat antara 150 – 200 gram
dengan rentang umur antara 2-3 bulan yang berjumlah sebanyak 18 ekor tikus,
selanjutnya dibagi menjadi 3 kelompok dimana tiap kelompok terdapat 6 ekor
tikus. Tiap kelompok diberikan perlakuan yang berbeda antara lain kelompok
kontrol negatif yang diperlakukan hanya diberi makan dan minum, kelompok
perlakuan 1 diberi perlakuan paparan asap rokok konvensional dan kelompok
perlakuan 2 diberi perlakuan paparan asap rokok herbal.
7
Perlakuan untuk paparan asap rokok konvensional dan rokok herbal sama
yaitu diberikan paparan asap rokok sebanyak 2 kali dalam 1 hari. Dalam
pemberiannya menghabiskan 1 batang rokok lama paparan yaitu selama 20 menit
dilakukan selama 15 hari. Pengambilan sampel darah pada tikus diambil di bagian
ekor tikus sebanyak 1 ml selanjutnya dilakukan pengukuran kadar SGOT dan
SGPT pada serum darah tikus dengan menggunakan alat Spektrofotometer.
Selanjutnya untuk mengetahui nilai probabilitas perbedaan kadar SGOT dan
SGPT pada tikus (Rattus norvegicus) dilakukan uji statistik dengan program SPSS
versi 21. Sebelum melakukan uji ANOVA dan LSD dilakukan uji distribusi data
terlebih serta uji homogenitas varian. Uji distribusi data dengan data < 50 maka
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil analisis Saphiro-Wilk untuk kadar SGPT
didapatkan p = 0,205 dan kadar SGOT p = 0,675. Nilai p tersebut > 0,05 maka
disimpulkan distribusi data yang ada normal. Kemudian Uji homogenitas varian
dilakukan pada ketiga kelompok dengan Uji Test of Homogenecity of Variance.
Hasil dari analisis untuk Kadar SGPT p = 0,277 dan Kadar SGOT p = 0,532
dimana p > 0,05 maka varian data yang ada homogen. Karena syarat uji ANOVA
terpenuhi yaitu data harus homogen, maka analisis data dapat dilanjutkan ke uji
ANOVA untuk mengetahui perbandingan kelompok data.
Berdasarkan analisis varian satu arah (one way ANOVA) nilai didapatkan p
< 0,05 menunjukan rata-rata perubahan kadar SGPT dan SGOT ketiga kelompok
berbeda nyata. Dapat disimpulkan bahwa pemberian perlakuan paparan asap
rokok herbal dan konvensional dapat mempengaruhi kadar SGOT dan SGPT.
Kenaikan tertinggi kadar SGPT dan SGOT pada kelompok tikus yang mendapat
perlakuan 1 yaitu 42 ± 101 dan 1,34 ± 2,34.
Hasil Uji LSD pada kelompok kadar SGPT untuk kontrol negatif (K)
yang tidak dilakukan perlakuan khusus pada uji statistik, K dengan P1 (p = 0,000)
dan K dengan P2 (p = 0,012) didapatkan perbedaan yang bermakna. Kelompok
perlakuan satu (P1) yang dipapar asap rokok konvensional , P1 dengan K (p =
0,000) dan P1 dengan P2 (p = 0,007) didapatkan perbedaan yang bermakna.
Kelompok perlakuan dua (P2) yang dipapar asap rokok herbal, P2 dengan K (p =
0,012) dan P2 dengan P1 (p = 0,007) didapatkan perbedaan yang bermakna.
8
Sedangkan kadar SGOT untuk K dengan P1 (p = 0,000) didapatkan perbedaan
yang bermakna dan K dengan P2 (p =0,057) tidak didapatkan perbedaan yang
bermakna. Kelompok P1 dengan K (p = 0,000) dan P1 dengan P2 (p = 0,014)
didapatkan hasil yang bermakna. P2 dengan K (p = 0,057) tidak didapatkan
perbedaan bermakna dan P2 dengan P1 (p = 0,014) didapatkan perbedaan
bermakna.
Berdasarkan uji statistik, menujukkan ada perbedaan peningkatan kadar
dari SGOT dan SGPT yang dipapar asap rokok konvensional dan asap rokok
herbal. Perbedaan peningkatan kadar dari SGOT dan SGPT ini dikarenakan
jumlah yang berbeda dari aldehida, epoxida, peroxida nitro oksida didalam
Sidestream smoke dan tar. Untuk jumlah kandungan tar didalam rokok
konvensional yaitu 38 mg dan rokok herbal 33,95 mg komponen tar ini
mengandung hidroquinol dan semiquinol yang akan melepaskan protein feritin
dan banyak melepaskan ion besi yang bebas. ion besi ini dapat mengkatalisa
pembentukan radikal peroksil dan hidrogen peroksida yang merupakan komponen
radikal bebas.
Kenaikan kadar SGOT tidak selalu bermakna kerusakan dari sel hati. Hal
ini dikarenakan SGOT terdapat di otot rangka, otak, ginjal dan terbanyak di
jaringan jantung dibandingkan hati. Hasil untuk kenaikan SGOT pada perlakuan 2
tidak menunjukan perbedaan yang bermakna. Hal ini dikarnakan organ jantung
tidak mengalami kerusakan yang bermakna. Berbeda dengan kenaikan kadar
SGPT, apabila SGPT mengalami kenaikan menandakan bahwa hati mengalami
kerusakan, ini dikarenakan konsentrasi kadar SGPT terbanyak berada di jaringan
hati (Sakidin, 2002).
Sidestream smoke adalah radikal bebas yang merupakan molekul yang
tidak stabil yang dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh seperi paru-paru,
hepar dan jantung yang berawal dari stres oksidatif. Jumlah radikal bebas yang
berbeda mengakibatkan kerusakan dari jumlah makromolekul, protein, DNA dan
lipid yang disebabkan stres oksidatif akan berbeda pula tak terkecuali kerusakan
sel hepatosit yang dapat dideteksi dari peningkatan kadar dari SGOT dan SGPT
yang disebabkan radikal bebas akan berbeda (Arief, 2007).
9
Pada kelompok perlakuan 1 (asap rokok konvensional) mengalami kenaikan
tertinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan 2 (asap rokok herbal). Hal ini
dikarnakan bedanya jumlah kandungan radikal bebas yang terdapat pada
kandungan masing masing rokok. Sehingga kerusakan pada sel hepatosit yang
disebabkan stres oksidatif oleh radikal bebas akan berbeda, maka hasil dari kadar
SGOT dan SGPT dalam pemeriksaan didapatkan hasil yang berbeda antara
paparan asap rokok herbal dan asap rokok konvensional.
Radikal bebas dan berbagai macam senyawa lain yang terdapat di
Sidestream smoke masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas tak terkecuali
kandungan karbon monoksida, karbon monoksida sangat mudah berikatan dengan
hemoglobin dari pada O2 dan dapat mengakibatkan gangguan jantung dan
penyempitan pembuluh darah yang akhirnya bisa terjadi iskemia. Dari keadaan
iskemi mungkin akan terjadi kerusakan ringan pada hepatosit yaitu
pembengkakan sel disebabkan kerusakan dari sitoskeletal dan kerusakan membran
sel (Apreliantino et al., 2012).
Kerusakan dari membran sel mengakibatkan masuknya radikal bebas ke
dalam sel, sehingga sel akan mengalami kerusakan intraseluler seperti organel,
sitoskeleton, enzim-enzim, protein non membran dan DNA. Radikal bebas akan
menyerang komponen enzim terutama ATPase yang tersusun dari rangkaian asam
amino yang mengandung gugus dari sulfhidril, akhirnya ATPase menjadi inaktif
dan sebagian fungsi pengendali Ca2+
sitosol terganggu. Terganggunya Ca2+
maka
terjadi peningkatan Ca2+
di dalam sitosol dan menyerang mitokondria dan ER.
Karena Ca2+
yang ada di dalam mitokondria dan ER akan lebih tinggi, dan
diperburuk dengan tidak berfungsi baiknya ATPase dan 1,4,5 inositol tri
phosphate (IP3) sehingga akan terjadi efluks Ca2+
ke dalam sitosol. Berakibat
perubahan konformasi dari reseptor IP3 yang memicu terjadinya pembukaan kanal
ion pada membran plasma dan berakhir influks Ca2+
ekstraseluller ke dalam
sitosol yang semakin meningkatkan dari C2+
sitosol. Peningkatan ini berakibat
terjadi peningkatan aktifitas fosfolipase, endonuklease dan protease. Peningkatan
fosfolipase akan merusak membran lipid, peningkatan aktifitas endonukleae akan
merusak DNA dan aktifitas protease akan merusak komponen protein. Hal ini
10
menyebabkan perubahan biokimia secara kompleks dan akhirnya dapat berakibat
kerusakan sel hati (Muliartha et al., 2009).
KESIMPULAN
Terdapat perbedaan kenaikan kadar SGOT dan SGPT pada tikus (Rattus
norvegicus) yang diberi paparan asap rokok herbal dan asap rokok konvensional
di mana kanaikan SGOT dan SGPT pada rokok konvensional lebih tinggi
dibandingkan rokok herbal.
SARAN
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang kadar radikal bebas yang dihasilkan
oleh asap rokok herbal.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang kadar nikotin pada rokok herbal.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang histopatologi hati tikus (Rattus
norvegicus) yang diberi paparan asap rokok herbal.
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut kerusakan hati akibat paparan asap rokok
herbal dan asap rokok tembakau yang memiliki kadar tar yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Apreliantino, Nur Pradana, et al., 2012. Pengaruh Sidestream Smoke pada Kadar
SGPT Tikus wistar Jantan (Rattus norvegicus). Jember : UNEJ Jurnal. Vol 1:
1-4.
Arief, S., 2007. Radikal Bebas. Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya : FK UNAIR.
Atessahin, A., Yilmaz, S., Karahan, I., Pirincci, I., Tasdemir, B., 2005. The
Effects of Vitamin E and Selenium on Cypermethrin Induced Stres oksidatif
in Rats. Turkey Journal Veteriner Animal Science. Vol. 29: 385-391.
Bustan, M.N., 2013. Smokers Vs Sportsman Other Benefits For Cigarette
Smokers And Risk For Sportsman. Jurnal AKK. Vol. 2: 48-53.
11
GATS., 2011. Global Adult Tobacco Survay : Indonesia Report 2011.
www.who.int.
Glanzt, S.A., Benowitz, N.L., Goniewicz, M., Yang, G., Gan, Q., 2009. Chinese
“Herbal” Cigarettes are as Carcinogenic and Addictive as Regular Cigarettes.
Cancer Epidemiol Biomarkers Prev. Vol 18: 3497–3501.
Guyton C.A., John E.H ., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : BAB 70 Hati
Sebagai Suatu Organ Edisi 11. Jakarta : Kedokteran EGC.
Malole, M.B.M., Pramono C.S.U., 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan
di Laboratorium. Bogor : PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Muliartha, K.I.G., Sriwahyuni, E., Yuliawati., 2009. Pemberian Kombinasi
Vitamin C dan E Peroral Memperbaiki Kerusakan Hepar Akibat Paparan
Rokok Kretek Sub Kronik. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol. 26.
Patel, JJ., 2014. Clerodendrum serratum (L.) Moon. - A review on traditional
uses, phytochemistry and pharmacological activities. Journal of
Ethnopharmacology. Vol. 154: 268-285.
Sadikin M., 2002. Biokimia Enzim. Jakarta: Widya Medika.
Unitly, A.J.A., Kusumorini, N., Agungpriyono, S., Satyaningtijas, A.S., Boediono
A., 2014. Perubahan Kualitas Spermatozoa Dan Jumlah Sel-Sel
Spermatogenik Tikus Yang Terpapar Asap Rokok. Jurnal Kedokteran
Hewan. Vol. 8.
WHO., 2013. Enforcing bans on tabacco advertising promotion and sponsorship.
Yueniwati, Y., Mulyohadi, A., 2004. Pengaruh paparan asap rokok kretek
terhadap peroksidasi lemak dan system proteksi superoksid dismutase hepar
tikus wistar. Jurnal Kedokteran YARSI. Vol.12: 89.
Top Related