1
Respon Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Bawang Merah Akibat Penggunaan Dosis Biokompos Trichoderma Cair
I Made Sudantha1*, Suwardji1, IGP. Muliarta Aryana1, I Made Anggayuda Pramadya2, dan Irfan Jayadi2
1 Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62 Mataram NTB 2 Universitas Nahdlatul Wathan, Jl. Kaktus No. 1 – 3 Gomong Mataram NTB
* First Author: 0370-626394/ 0818362754, Email: [email protected]
ABSTRAK. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil beberapa varietas bawang merah akibat penggunaan beberapa dosis biokompos Trichoderma cair. Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di Desa Senteluk Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat mulai bulan Mei sampai dengan Agustus 2018. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi yang terdiri dari 2 faktor. Petak utama adalah varietas bawang merah terdiri atas lima aras, yaitu: Bali Karet, Ampenan, Keta Monca, Super Philip dan Super Cros. Anak petak adalah dosis biokompos richoderma cair terdiri atas lima aras, yaitu 0 ml/tanaman, 5 ml/tanaman, 10 ml/tanaman, 15 ml/tanaman dan 20 ml/tanaman. Perlakuan merupakan kombinasi antara varietas bawang merah dan dosis biokompos Trichoderma cair yang diulang tiga kali sehingga terdapat 75 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas Bali Karet, Keta Monca dan Ampenan lebih baik dibandingkan dengan varietas Super Philip dan Super Cros. Biokompos Trichoderma cair mulai dosis 5 ml/tanaman sampai dengan 20 ml/tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. _____________________________________________________
Kata Kunci: bawang merah, biokompos, cair, Trichoderma spp., varietas..
ABSTRACT. The purpose of the study was to determine the growth and yield response of several onion varieties due to the use of several doses of liquid Trichoderma biocompost. The study used an experimental method conducted in Senteluk Village, Batulayar District, West Lombok Regency from May to August 2018. The study used a Split Plot Design consisting of 2 factors. The main plot is the onion variety consisting of five levels, namely: Bali Karet, Ampenan, Keta Monca, Super Philip and Super Cros. The subplot is a liquid Trichoderma biocompost doses consisting of five levels, namely 0 ml / plant, 5 ml / plant, 10 ml / plant, 15 ml / plant and 20 ml / plant. The treatment was a combination of onion varieties and liquid Trichoderma biocompost doses which was repeated three times so that there were 75 experimental units. The results showed that the growth and yield of the onion varieties of Bali Karet, Keta Monca and Ampenan were better than those of Super Philip and Super Cros varieties. Liquid Biocompost Trichoderma starting from 5 ml / plant to 20 ml / plant can increase the growth and yield of onion ____________________________________________________________
Keywords: onion, biocompost, liquid, Trichoderma spp., varieties
PENDAHULUAN
Tanaman bawang merah (A. ascalonicum L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang
semakin mendapat perhatian baik dari masyarakat maupun pemerintah. Hal ini dikarenakan tanaman
bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang benilai ekonomi tinggi yang sudah sejak lama
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia sebagai penyedap masakan.
2
Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu sentra produksi bawang merah di Indonesia.
Produksi bawang merah di NTB dari tahun 2012-2014 mengalami peningkatan, Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2015 melaporkan produksi bawang merah tahun 2012 sebesar 100,990 ribu ton dengan luas
lahan 12,333 ha, tahun 2013 sebesar 101,628 ribu ton dengan luas lahan 9,277 dan tahun 2014 sebesar
117,513 ribu ton dengan luas lahan 11,518 ha. Meskipun produksi bawang merah di NTB dan beberapa
daerah lainnya mengalami peningkatan, namun sepanjang tahun 2014 impor bawang merah masih tinggi
yaitu sebesar 73,903 ribu ton (BPS, 2015).
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas bawang merah adalah penggunaan pupuk anorganik
yang berlebihan sehingga menurunkan kesuburan tanah. Salah satu cara untuk mengembalikan kondisi
kesuburan tanah untuk meningkatkan produktivitas bawang merah adalah dengan membenahi kondisi
tanah, dengan bahan pembenah tanah seperti Biokompos dan Bioaktivator Trichoderma spp.
Biokompos merupakan pupuk organik hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. yang dapat
berfungsi sebagai sumber unsur hara bagi tanaman dan sumber energi bagi mikroorganisme tanah, dapat
memperbaiki sifat-sifat tanah, memperbesar daya ikat tanah berpasir terhadap air, memperbaiki struktur
tanah berlempung sehingga lebih ringan, mempertinggi kemampuan tanah mengikat air, memperbaiki
drainase dan tata udara pada tanah berat sehingga suhu tanah lebih stabil, membantu tanaman tumbuh
dan berkembang lebih baik, sebagai substrat untuk meningkatkan aktivitas mikrobia antagonis, dan dapat
mencegah patogen tular tanah (Sudantha dan Suwardji, 2013). Trichoderma sp. adalah salah satu jamur
tanah yang dapat menghasilkan enzim β (1,3) glukonase dan kitinase yang dapat menyebabkan
degradasi dan lisis pada dinding sel Fusarium oxysporum. Cara kerja jamur Trichoderma sp. dalam
mengendalikan patogen yaitu proses kolonisasi dengan cepat mendahului pathogen kemudian
berkompetisi secara agresif atau menyerang tempat yang belum ditempati Fusarium oxysporum.
Pertumbuhan miselium Trichoderma sp. akan melilit dan memenuhi tempat di sekitar hifa dari jamur inang
dan menyebabkan hifa pathogen akan mudah sekali menjadi kosong, runtuh dan akhirnya hancur (Cook &
Backer, 1983).
Sudantha (2011) melaporkan bahwa jamur Trichoderma spp. selain bersifat antagonis terhadap
jamur patogenik juga dapat bertindak sebagai pengurai limbah organik. Menurut Sudantha, et al., (2011),
kemampuan jamur Trichoderma spp. sebagai agen pengurai serasah karena kemampuannya untuk
menghasilkan enzim chitinolitik dan selulase yang dapat menguraikan selulosa, hemiselulosa dan lignin
yang tinggi menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Menurut Sukmadi (1999), biokompos merupakan proses fermentasi bahan-bahan organik yang
melibatkan mikroorganisme untuk memacu laju proses pengomposan. Penggunaan biokompos pada
tanah dan tanaman akan meningkatkan keragaman mikroorganisme alami yang berperan dalam siklus
daur ulang hara tanah, sehingga kesuburan dan produktivitas tanah dan tanaman meningkat (Sudantha,
2013).
Sudantha (2011) melaporkan bahwa penggunaan biokompos jerami padi dan seresah daun
tanaman hasil fermentasi dari jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 dapat
3
meningkatkan ketahanan terinduksi tanaman kedelai terhadap penyakit layu Fusarium dan dapat memacu
waktu pembungaan tanaman kedelai lebih cepat dan meningkatkan jumlah polong isi.
Berdasarkan uraian di atas maka telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
respon pertumbuhan dan hasil beberapa varietas bawang merah akibat penggunaan beberapa dosis
biokompos Trichoderma cair.
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di Desa Senteluk Kecamatan
Batulayar Kabupaten Lombok Barat mulai bulan Mei sampai dengan Agustus 2018. Penelitian
menggunakan Rancangan Petak Terbagi yang terdiri dari 2 faktor. Petak utama adalah varietas bawang
merah terdiri atas lima aras, yaitu: Bali Karet, Ampenan, Keta Monca, Super Philip dan Super Cros. Anak
petak adalah dosis biokompos richoderma cair terdiri atas lima aras, yaitu 0 ml/tanaman, 5 ml/tanaman,
10 ml/tanaman, 15 ml/tanaman dan 20 ml/tanaman. Perlakuan merupakan kombinasi antara varietas
bawang merah dan dosis biokompos Trichoderma cair yang diulang tiga kali sehingga terdapat 75 unit
percobaan.
Pengolahan dilakukan dengan menggunakan cangkul guna meratakan tanah dan membuat
petak dengan ukuran 2m × 4m untuk setiap petak perlakuan. Setelah pengolahan tanah dilakukan
pemupukan dasar menggunakan Phonska 100 kg/ha dengan cara dibenamkan dilarikan pada larikan
yang telah dibuat. Selanjutnya setiap bedeng disungkup dengan mulsa plastic dan dibuatkan lubang
tanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm.
Penanaman dilakukan dengan cara memasukkan umbi bibit bawang kedalam lubang dengan
kedalaman 2 cm dan lubang ditutup kembali dengan tanah. Penanaman dilakukukan dengan jarak tanam
20 × 20 cm. Selanjutnya pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan susulan, pengairan, penyiangan,
dan pengendalian hama.
Pengamatan parameter pertumbuhan tanaman bawang merah meliputi tinggi tanaman dan
jumlah daun bawang merah pada umur 7 hari setelah tanam (hst), 21 hst dan 35 hst. Sedangkan
parameter hasil bawang merah meliputi jumlah anakan, bobot segar tanaman bawang merah dan bobot
kering tanaman bawang merah.
Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dengan taraf
nyata 5% menggunakan Minitab for Windows Rel. 13. Jika terdapat variasi maka dilakukan uji lanjut
dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata 5%.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Varietas Bawang Merah terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa varietas bawang merah berbeda nyata terhadap
tinggi tanaman bawang merah dan jumlah daun bawang merah pada pengamatan akhir vegetatif umur 35
hari setelah tanam (hst). Demikian pula penggunaan varietas bawang merah menunjukkan beda nyata
terhadap jumlah anakan bawang merah, bobot umbi panen dan bobot umbi kering. Hasil uji lanjut
menggunakan BNJ 5% pengaruh varietas bawang merah terhadap tinggi tanaman bawang merah dan
jumlah daun tanaman bawang merah, serta jumlah anakan bawang merah, bobot umbi panen dan bobot
umbi kering disajikan pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Pengaruh aplikasi varietas bawang merah terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun bawang
merah.
Varietas
Tinggi Tanaman Bawang Merah (cm) umur 35 hst
Jumlah Daun Bawang Merah (helai) umur 35 hst
Super Philip 30,34 a 1) 27,94 a 1)
Super Cross 30,82 a 27,99 a
Keta Monca 35,44 b 30,14 b
Ampenan 35,82 b 30,94 b
Bali Karet 36,82 b 30,94 b
BNJ 5% 1,63 1,02
Keterangan: 1) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata.
Pada Tabel 1 dan Tabel 2 terlihat penggunaan varietas bawang merah yang berbeda
menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun bawang merah yang berbeda pada umur 35
hst. Varietas Keta Monca, Ampenan dan Bali Karet menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan Super Philip dan Super Cross.
Adanya kenyataan bahwa varietas Keta Monca memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Super Philip disebabkan karena varietas Keta Monca lebih mudah beradaptasi terhadap
lingkungan dibandingkan dengan Super Philip, sehingga jumlah anakan, bobot segar tanaman, dan
bobot umbi segar tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan Super Philip. Berdasarkan SK Mentan No.
529/Kpts/PD.210/10/2003 bahwa varietas Keta Monca dideskrepsikan memiliki anakan 3 – 6 umbi, berat
umbi basah (panen) berkisar antara 8 – 25 gram per knoll, dan potensi hasil 10,70 ton umbi kering/ha.
Sementara itu varietas Super Philip merupakan varietas introduksi dari Philipine berdasarkan SK Mentan
No. 66/Kpts/TP.240/2/2000 dengan deskripsi jumlah anakan 9 – 18 umbi/rumpun dan potensi hasil 18,00
ton/ha umbi kering.
5
Tabel 2. Pengaruh aplikasi varietas bawang merah terhadap jumlah anakan bawang merah, bobot umbi panen dan bobot umbi kering
Varietas
Jumlah Anakan (umbi/rumpun)
Bobot Umbi Panen (ton/ha)
Bobot Umbi Kering (ton/ton)
Super Philip 8,82 a 1) 10,94 a 1) 9,28 a 1)
Super Cross 8,82 a 10,84 a 9,18 a
Keta Monca 12,95 b 13,84 b 12,34 b
Ampenan 12,82 b 14,94 b 13,28 b
Bali Karet 12,82 b 15,94 b 14,28 b
BNJ 5% 1,63 2,50 2,77
Keterangan: 1) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata.
Pengaruh Dosis Biokompos Trichoderma Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa dosis biokompos Trichoderma cair berbeda nyata
terhadap tinggi tanaman bawang merah dan jumlah daun bawang merah pada akhir fase vegetatif umur
35 hst. Demikian pula dosis biokompos Trichoderma cair menunjukkan beda nyata terhadap jumlah
anakan bawang merah, bobot umbi panen dan bobot umbi kering. Hasil uji lanjut menggunakan BNJ 5%
pengaruh dosis biokompos Trichoderma cair terhadap tinggi tanaman bawang merah dan jumlah daun
tanaman bawang merah, serta jumlah anakan bawang merah, bobot umbi panen disajikan pada Tabel 3
dan 4.
Tabel 3. Pengaruh dosis biokompos Trichoderma cair terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan
bawang merah
Dosis Biokompos Trichoderma Cair
Tinggi Tanaman Bawang Merah (cm) umur 35 hst
Jumlah Daun Bawang Merah (helai) umur 35 hst
0 ml/tanaman 30,82 a 1) 26,94 a 1)
5,0 ml/tanaman 35,80 b 30,94 b
10,0 ml/tanaman 35,90 b 31,14 b
15,0 ml/tanaman 35,92 b 31,94 b
20,0 ml/tanaman 36,90 b 32,94 b
BNJ 0,05 1,50 2,10
Keterangan: 1) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata.
6
Tabel 4. Pengaruh dosis biokompos Trichoderma cair terhadap jumlah anakan, bobot segar tanaman bawang merah, dan bobot umbi segar bawang merah.
Dosis Biokompos Trichoderma Cair
Jumlah Anakan (umbi/rumpun)
Bobot Umbi Panen (ton/ha)
Bobot Umbi Kering (ton/ha)
0 ml/tanaman 7,80 a 1) 6,48 a 1) 5,90 a 1)
5,0 ml/tanaman 12,85 b 13,80 b 12,60 b
10,0 ml/tanaman 12,95 b 13,90 b 12,27 b
15,0 ml/tanaman 12,85 b 14,10 b 13,27 b
20,0 ml/tanaman 13,10 b 15,00 b 14,27 b
BNJ 0,05 1,70 2,89 2,75
Keterangan: 1) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata.
Pada Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan bahwa penggunaan dosis biokompos Trichoderma cair
yang berbeda menunjukkan tinggi tanaman bawang merah dan jumlah daun yang berbeda.. Demikian
pula dosis biokompos Trichoderma cair berbeda menunjukkan jumlah anakan, bobot umbi panen, dan
bobot umbi kering bawang merah yang berbeda. Penggunaan biokompos Trichoderma cair mulai dosis
5,0 ml/tanaman sudah mampu memacu pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun bawang merah, dan
meningkatkan jumlah anakan, , bobot umbi panen, dan bobot umbi kering bawang merah.
Adanya kenyataan bahwa biokompos Trichoderma cair yang dapat meningkatkan pertumbuhan
dan hasil bawang merah disebabkan karena peran jamur T. koningii isolat Endo-02 dan T. harzianum
isolat Sapro-07 yang terkandung dalam Biokompos. Peneliti terdahulu seperti Sudantha (2007)
melaporkan bahwa peran jamur endofit T. koningii isolat ENDO-02 di dalam jaringan tanaman dapat
menstimulir etilen sehingga memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, sedangkan jamur saprofit T.
harzainum isolat SAPRO-07 di rhizosfer atau daerah perakaran tanaman mengeluarkan etilen yang
didifusikan ke tubuh tanaman melalui silem yang berperan memacu pertumbuhan generatif. Windham et
al. (1986) melaporkan bahwa jamur T. harzianum dapat meningkatkan perkecambahan benih dan
pertumbuhan tanaman. Tronsmo dan Dennis (1977 dalam Cook dan Baker, 1983) melaporkan bahwa
penyemprotan konidia jamur T. viride dan T. koningii untuk melindungi tanaman strawberi dari penyakit
busuk ternyata dapat memacu pembungaan lebih awal. Salisbury dan Ross (1995) mengatakan bahwa
dari empat macam auxin yaitu geberelin, sitokinin, asam absisat dan etilen, diduga etilen merupakan
hormon yang dihasilkan oleh jamur Trichoderma spp. yang dapat memacu pembungaan pada tanaman.
Latifah et al., (2014) bahwa aplikasi T.harzianum pada tanaman kedelai berperan sebagai agen hayati
dan stimulator pertumbuhan tanaman sehingga mampu meningkatkan komponen hasil dibandingkan
dengan perlakuan tanpa pemberian Trichoderma. Arianci (2014) juga menyebutkan bahwa Trichoderma
spp. dapat menghasilkan hormon tertentu untuk meningkatkan berat dan jumlah polong pada tanaman
kedelai di lahan gambut. Triyatno (2005) melaporkan bahwa Trichoderma spp. mampu merangsang
tanaman dalam memproduksi hormon asam giberelin (GA3), Asam Indolasetat (IAA), dan
benzylaminopurin (BAP) sehingga pertumbuhan tanaman lebih optimum, subur, sehat, kokoh, dan pada
7
akhirnya berpengaruh pada ketahanan tanaman. Hormon giberelin dan auksin berperan dalam
pemanjangan akar dan batang, dan pertumbuhan buah (umbi) serta meningkatkan pertumbuhan
tanaman.
Keberhasilan penggunaan biokompos Trichoderma telah dilaporkan oleh beberapa peneliti
terdahulu seperti Sudantha (2011) melaporkan biokompos Trichoderma dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Solihah, Sudantha dan Fauzi (2016) melaporkan bahwa aplikasi
teh kompos pada tanaman kedelai dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot biji lering
panen. Apzani, Sudantha, dan Fauzi (2015) melaporkan bahwa penggunaan biokompos stimulator
Trichoderma spp. dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung di lahan kering. Hasanah, Ernawati
dan Sudantha (2017) melaporkan bahwa penggunaan campuran jamur Trichoderma spp. dan ekstrak
kunyit dan sirih dapat mengendalikan penyakit layu Fusarium dan dapat meningkatkan hasil cabai.
Sudantha (1991) mengatakan bahwa penggunaan kompos dan jamur Trichoderma spp. dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tomat. Aplikasi biokompos pada bibit pisang dilaporkan oleh Jayadi,
Sudantha, dan Fauzi (2018). Prayoba, Sudantha dan Suwardji (2017) mengatakan bahwa biokompos
Trichoderma cair dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot biji kering
panen kedelai di lahan kering.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas Bali Karet
(15,94 ton/ha umbi panen), Keta Monca (14,94 ton/ha umbi panen) dan Ampenan (13,84 ton/ha umbi
panen) lebih baik dibandingkan dengan varietas Super Philip (10,94 ton/ha umbi panen) dan Super Cros
(10,84 ton/ha umbi panen). Biokompos Trichoderma cair mulai dosis 5 ml/tanaman sampai dengan 20
ml/tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Dengan dosis
biokompos Trichoderma cair 5 ml/tanaman memberikan hasil umbi panen 12,60 ton/ha, dan dengan dosis
20 ml/tanaman memberikan hasil umbi panen 15 ton/ha
UCAPAN TERIMA KASIH
Artikel ilmiah ini disusun menggunakan sebagian dari data hasil penelitian yang menggunakan
Sumber Dana PUSN DRPM Kemenristekdikti Tahun Anggara 2018, sehingga pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktur Riset Pengabdian Masyarakat, Rektor Universitas
Mataram, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Mataram, dan Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Mataram.
8
DAFTAR PIUSTAKA
Apzani, W., I M. Sudantha, dan M. T. Fauzi. 2015. Aplikasi Biokompos Stimulator Trichoderma spp. dan
Biochar Tempurung Kelapa Untuk Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering. Jurnal Agroteknologi 9 (1), 21-35
Arianci, R. 2014. Pengaruh Campuran Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit, Abu Boiler Dan
Trichoderma Terhadap Pertanaman Kedelai Pada Sela Tegakan Kelapa Sawit Yang Telah Menghasilkan Di Lahan Gambut. Jurnal Teknobiologi, 5(1), 21-2
Cook and Baker, 1983. The Nature and Practice of Biological Kontrol of Plant phatogens. The American Phytopathol Society Paul MN. 539 P.
Hasanah, U., N. M. L. Ernawati, I M. Sudantha. 2017. Uji campuran Trichoderma spp . Dengan ekstrak
fungisida (Kunyit Dan Daun Sirih) Terhadap Jamur Fusarium oxysporum f.sp. capsici Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Cabai. Jurnal Ekosains, 8 (3). pp. 91-100. http://eprints.unram.ac.id/4651/
Jayadi, I. I M. Sudantha, M. T. Fauzi. 2018. Potensi kompos hasil fermentasi jamur endofit dan saprofit
Trichoderma spp. dalam meningkatkan ketahanan terinduksi beberapa varietas pisang terhadap penyakit layu fusarium. J u r n a l S a n gka r e a n g M a t a r a m , 4 (1). pp. 29-35. ISSN 23 5 5 - 9 2 92. http://eprints.unram.ac.id/4661/
Latifah, A. Kustantinah, Loekas Soesanto. 2011. Pemanfaatan Beberapa Isolat Trichoderma
Harzianum Sebagai Agensia Pengendali Hayati Penyakit Layu Fusarium Pada Bawang Merah
In Planta. Eugenia Vol.17 No 2. Universitas Jenderal Soedirman.
Salisbury, F. B. and C. W. Ross, 1995. Fisiology Tumbuhan Jilid 3. Perkembangan tumbuhan
dan fisiologi Tumbuhan (Terjemahan D. R. Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB
Bandung. SK Mentan No. 66/Kpts/TP.240/2/2000. 2000. Pelepasan Bawang Merah Super Philip Sebagai Varietas
Unggul. Jakarta. SK. Mentan. No. 529/Kpts/PD.210/10/2003. 2013. Pelepasan Bawang Merah Keta Monca Sebagai Varietas Unggul. Jakarta. Triyatno, B. Y. 2005. Potensi beberapa Agensia Pengendali terhadap Penyakit Busuk Rimpang Jahe. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
SK. Mentan. No. 529/Kpts/PD.210/10/2003. 2013. Pelepasan Bawang Merah Keta Monca Sebagai
Varietas Unggul. Jakarta. Solihah, Z., I M. Sudantha, and M. T. Fauzi. 2016. Utilization Of Biomol And Tea Compost Solution
Fermented By The Fungus Trichoderma spp. On The Growth Of Soybean (Glycine Max (L.) Merr.) In Dry Land. JURNAL SIMBIOSIS, IV (2). pp. 46-49. ISSN ISSN: 2337-7224
Sudantha, I M. 1991. Penggunaan kompos dan jamur antagonis untuk menekan Fusarium oxysporum f.
sp. lycopersici (Sacc) Snya Hans penyebab penyakit layu pada tanaman tomat (Lycopersicon ecculentum Mill). Tesis Pascasarjana.
Sudantha, I. M. 2007. Karakterisasi dan Potensi Jamur Endofit dan Saprofit Antagonistik
Sebagai Agens Pengendali Hayati Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae Pada Tanaman Vanili di Nusa Tenggara Barat. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Brawijaya. http://prasetya.ub.ac.id/berita/I-Made-Sudantha-Karakterisasi-dan-Potensi-Jamur-Pengendali-Fusarium-7407-id.html. [Diakses 2 Pebruari 2016].
9
Sudantha, I M. 2011. Uji aplikasi beberapa jenis biokompos (hasil fermentasi jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolate SAPRO-07) pada dua varietas kedelai terhadap penyakit layu Fusarium. Agroteksos 21 (1), 39-46.
Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2013. Pemanfaatan Biokompos, Bioaktivator dan Biochar Untuk
Meningkatkan Hasil Jagung dan Brangkasan Segar Pada Lahan Kering Pasiran Dengan Sistem Irigasi Sprinkler Big Gun. Laporan Penelitian Strategis Nasional, Mataram
Prayoba, U. E., I M. Sudantha, dan Suwardji. 2017. Influence of Coconut Shell Biochar and Dose Biocompost (Granules and Liquid Form) Fermented with Trichoderma spp. Against Growth and Wilt Disease on Soybean. In: IThe 2nd International Conference on Science and Technology 2017 “Joint International Conference on Science and Technology in The Tropic”, August, 23th-24th 2017, Universitas Mataram. http://eprints.unram.ac.id/4495/
Triyatno, B. Y. 2005. Potensi beberapa Agensia Pengendali terhadap Penyakit Busuk Rimpang Jahe. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Windham, M., Y. Elad and R. Baker. 1986. A Mechanism of Increased Plant Growth Induced by Trichoderma spp. Phytopathology 76: 518 - 521.
Top Related