1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjutan dari program Repelita I sampai dengan Repelita V adalah program
tinggal landas. Inilah salah satu program pemerintah yang telah digalakkan pada era
Orde Baru. Pemerintahan pada era ini menitipberatkan pembangunan nasional pada
sektor pertanian. Pertanian telah berusaha melaksanakan program pembangunan
jangka panjang selain pembangunan jangka pendek.
Salah satu langkah pemerintah yang ditempuh guna mencapai tujuan
pembangunan nasional adalah memperbaiki sistem dalam dunia pertanian. hal yang
harus dibenahi adalah bagaimana produksi pertanian kita dapat bersaing dalam pasar
internasional. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arief Daryanto (2006)
menyatakan bahwa ketika kita ingin bersaing dengan Negara lain maka kata yang
pantas kita perhitungkan adalah daya saing.
Dengan penerapan teknologi usaha tani jagung (Zea mays) spesifik lokasi,
meliputi penggunaan varietas unggul, perbaikan cara tanam, pemupukan dengan cara
dan dosis yang tepat, pengelolahan tanah yang sesuai dengan kondisi lahan,
pengendalian hama dan penyakit, deteksi musim tanam yang cocok memberikan
peluang untuk meningkatkan produktifitas jagung (Zea mays) yang cukup tinggi
(Setijati Sastrapratja, 1981).
1
2
Terkadang teknik budidaya terlaksana sesuai dengan rencana, namun serangan
hama atau penyakit yang datang secara tiba-tiba dapat menjatuhkan nilai produksi
tanaman termasuk di dalamnya hasil panen dan merosotnya kualitas pohon atau kerdil
dan bahkan bisa mengalami kematian.
Hama atau penyakit saat ini memang menjadi kendala besar pada
pembudidayaan tanaman jagung. Problem ini mestinya menjadi sebuah wacana yang
harus dibenahi oleh pemerintah melalui dinas yang terkait bersama dengan
pemerintah (Dinas Pertanian RI,2009).
IKB (Instalasi Kebun Benih) Palawija Batukaropa merupakan salah satu tempat
penanaman jagung yang digunakan sebagai Instalasi Kebun Benih di Indonesia.
Begitu banyak hamparan perkebunan tanaman jagung tersebar di Negara kita
termasuk Sulawesi Selatan. Semua itu masih dalam bentuk pertanian rakyat, artinya
perkebunan itu milik rakyat. Dalam hal ini, IKB Palawija berperan dalam
memproduksi benih unggul tanaman palawija.
Usaha peningkatan produksi tanaman jagung di Indonesia telah dan akan terus
dikembangkan dan dilaksanakan, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
maupun ekspor. Usaha peningkatan produksi tersebut diikuti pula dengan usaha
peningkatan mutunya. Salah satunya yang perlu diamati adalah pengendalian
penyakit tanaman jagung.
Umumnya serangan penyakit dapat menurungkan produktifitas tanaman
jagung, yang akan berdampak pada turunnya kualitas dan kuantitas produksi. Hal ini
merupakan petunjuk bahwa penyakit tanaman perlu mendapat perhatian besar. Di
3
samping pengaruh merugikan terhadap pertumbuhan dan penurunan hasil tanaman,
pengendalian penyakit juga dapat menyerap biaya dan tenaga kerja yang cukup
tinggi. Hingga kadang-kadang para petani mengeluarkan anggaran untuk penanganan
penyakit paling tinggi dibandingkan dengan biaya lain.
Sebagai langkah awal yang harus ditempuh dalam pengendalian penyakit
adalah identifikasi penyakit. Dengan adanya identifikasi penyakit akan dijumpai jenis
penyakit apa yang menyerang tanaman jagung, sehingga akan ditetapkan tindakan
yang akan dilakukan. Salah satu langkah yang diterapkan untuk mengendalikan dan
mencegah serangan penyakit adalah penggunaan pestisida seperti fungisida secara
teratur.
Berdasarkan pada uraian di atas maka akan dilakukan penelitian mengenai
Identifikasi Jenis Penyakit Pada Tanaman Jagung Komposit Varietas Lamuru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas penulis menentukan rumus masalah
yaitu jenis penyakit apa yang teridentifikasi pada tanaman jagung komposit varietas
lamuru?.
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penulis adalah untuk mengetahui
jenis penyakit pada tanaman jagung komposit varietas lamuru.
4
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penulis di atas, peneliti berharap
agar penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa:
1. Sebagai sumber informasi bagi petani tentang teknik pengendalian penyakit pada
tanaman jagung.
2. Sebagai informasi tentang teknis budidaya tanaman jagung.
3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi
a. Menjelajahi areal penanaman tanaman jagung yang ada di Instalasi Kebun Benih
Palawija Desa Tanaharapan Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.
b. Mengidentifikasi penyakit pada tanaman jagung berdasarkan gejala yang timbul.
c. Melakukan pengendalian penyakit pada tanaman jagung di IKB Palawija.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil gambar tanaman
jagung yang terserang yang ditemukan untuk untuk dijadikan bahan dokumentasi
pada lampiran.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Umum Jagung
1. Klasifikasi tanaman jagung
Klasifikasi tanaman jagung dalam sistematika tumbuhan tinggi menurut
Indriani (2002) adalah sebagai berikut:
Regnum : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatopyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledonae (berbiji satu)
Ordo : Graminae( rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays
2. Morfologi Tanaman Jagung
Jagung (Zea mays) merupakan tanaman semusim, satu siklusnya diselesaikan
dalam 80-150 hari. Paru pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif
dan paru kedua untuk tahap pertumbuhan generative. Tinggi tanaman jagung sangat
bervariasi, tergantung pada jenis varietas.
2
6
a. Akar
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat menembus tanah dan mampu
menyerap air dan mineral dari dalam tanah dan disalurkan kebagian yang
membutuhkan. Akar jagung pada tingkat kesuburan tertinggi akan mencapai panjang
15-40 cm. pada tanaman yang suda cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-
buku batang bagian bawah yang membantu menyanggah tegaknya tanaman.
b. Batang
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, beruas-ruas, dan setiap ruas
terbungkus oleh pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh
dan tidak banyak mengandung lignin.
c. Daun
Daun jagung adalah daun sempurna, bentuknya memanjang, antara palepah dan
helai terdapat higula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun
ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun yang berbentuk halter, yang
khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk
kipas, ( Danarti dan Sri Najiati, 1995).
d. Bunga
Jagung memiliki bunga jantang dan bunga betina yang terpisah( diklin) dalam
satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari
suku Poaceae yang disebut floret. Bunga jantang tumbuh dibagian puncak tanaman,
berupa karangan bunga (inflorescense).
7
Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun atas
tongkol, tongkol tumbuh dari buku, diantara batang dan pelepah daun. Pada
umumnya satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun
memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih
dari satu tongkol produktif, yang disebut sebagai varietas prolifik, (Sukirno
Harjodonoto, 1983).
Bunga betina jagung berupa tongkol yang terbungkus oleh semacam pelepah
dengan rambut, rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik, (Sukirno
Harjodonoto, 1983).
e. Buah
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya,
satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki
sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu
tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung
cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri).
3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan:
a) Tumpang sari (intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman
(umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan
kedelai: tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
8
b) Tumpang gilir (Multiple Cropping, dilakukan secara beruntun sepanjang tahun
dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan
maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dan lain-
lain.
c) Tanaman Bersisipan (Relay Cropping), yaitu pola tanam dengan menyisipkan
satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam
yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang
tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d) Tanaman Campuran (Mixed Cropping) , penanaman terdiri beberapa tanaman
dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi
satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh:
tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Jagung
Hama dan penyakit pada tanaman jagung dikendalikan dengan cara
menggunakan musuh alami, cara fisik, cara mekanis, dan penggunaan pestisida.
Penggunaan pestisida dilakukan jika serangan hama dan penyakit tinggi.
B. Tinjauan Umum Penyakit
Tanaman dikatakan sakit jika ada perubahan atau sebagian organ-organ
tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara
singkat, sakit adalah penyimpangan dari keadaan normal dan biasanya orang
mengatakan sakit. Penyebab sakit itu bermacam-macam seperti cendawan, bakteri,
virus, kekurangan air, dan kekurangan/ kelebihan unsur hara.
9
Dalam percakapan sehari-hari jika ada tanaman sakit, dikatakan bahwa tanaman
terkena penyakit, misalnya penyakit blendok, penyakit jamur upas, penyakit CVPD,
penyakit kerdil rumput, penyakit cacar, dan penyakit panama. Kadang ada suatu
penyimpangan yang dikira sakit, tetapi sebenarnya serangan hama. Kekeliruan
penyebab tanaman itu terserang baik oleh hama maupun penyakit akan
mengakibatkan kekeliruan dalam pengobatannya sehingga tanaman tetap dalam
keadaan tidak sehat dan akhirnya mati.
1. Definisi Atau Istilah
Tanaman yang merupakan tumbuhan yang diusahakan dan diambil manfaatnya,
dapat ditinjau dari dua sudut (pandangan):
a. Sudut biologi yang berarti organisme yang melakukan kegiatan fisiologis seperti
tumbuh, berpihak dan lain-lain.
b. Sudut ekonomi yang berarti penghasil bahan yang berguna bagi manusia seperti
buah, biji, bunga, daun, batang dan lain-lain.
Sedang penyakit sendiri sebenarnya berarti proses di mana bagian-bagian
tertentu dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya.
Patogen atau penyebab penyakit dapat berupa organisme, yang tergolong dalam dunia
tumbuhan, dan bukan organisme yang biasa disebut fisiophat. Sedangkan organisme
dapat dibedakan menjadi parasit dan saprofit.
Sumber inokulum atau sumber penular adalah tempat dari mana inokulum atau
penular itu berasal dan sesuai dengan urutan penularannya dibedakan menjadi sumber
penular primer, sumber penular sekunder, sumber penular tertier dan seterusnya.
10
Selama perkembangan penyakit dapat kita kenal beberapa peristiwa yaitu :
a. Inokulasi adalah jatuhnya inokulum pada tanaman inangnya.
b. Penetrasi dalah masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman inangnya.
c. Infeksi adalah interaksi antara patogen dengan tanaman inangnya.
d. Invasi adalah perkembangan patogen di dalam jaringan tanaman inang.
Akibatnya adanya infeksi dan invasi akan timbul gejala, yang kadang-kadang
merupakan rangkaian yang disebut syndrom. Pada gejala itu sering kita jumpai
adanya tanda, misalnya tubuh buah atau konidi. Sehubungan dengan peristiwa-
peristiwa di atas terjadilah :
1) Periode (masa) inkubasi yaitu waktu antara permulaan infeksi dengan timbulnya
gejala yang pertama. Namun demikian di dalam praktek sering dihitung mulai
dari inokulasi sampai terbentuknya sporulasi pada gejala pertama tersebut hingga
waktunya menjadi jauh lebih panjang.
2) Periode (masa) infeksi adalah waktu antara permulaan infeksi sampai reaksi
tanaman yang terakhir, untuk inipun biasanya dihitung mulai saat inokulasi.
Siklus atau daur penyakit adalah rangkaian kejadian selama perkembangan
penyakit. Di samping itu ada yang disebut siklus hidup patogen yaitu perkembangan
patogen dari suatu stadium kembali ke stadium yang sama. Siklus ini biasanya dapat
dibedakan menjadi:
a. Stadium Patogenesis adalah stadium patogen di mana berhubungan dengan
jaringan hidup tanaman inangnya.
11
b. Stadium Saprogenesis adalah stadium patogen di mana tidak berhubungan
dengan jaringan hidup tanaman inangnya .
Berdasarkan kondisi sel yang dipakai sebagai sumber makanannya maka parasit
atau patogen dapat dibedakan menjadi :
a. Patofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang masih hidup.
b. Pertofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang dibunuhnya
lebih dahulu.
Faktor yang mempengaruhi dapat tidaknya tanaman diserang oleh pahtogen,
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Predisposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikan kerentanan atau
penurunan ketahanan itu berupa faktor luar seperti suhu, kelembaban dan lain-
lain.
b. Disposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikkan kerentanan itu berasal dari
dalam artinya bersifat genetis atau bawaan.
Berdasarkan ekspresinya penyakit dapat dibedakan menjadi :
a. Endemi (Enfitosis) yaitu penyakit yang selalu timbul dan menyebabkan kerugian
yang cukup berarti.
b. Epidemi (Epifitosis) yaitu penyakit yang timbulnya secara berkala dan
menimbulkan kerugian yang cukup berarti.
c. Sporadis yaitu penyakit yang timbulnya tidak menentu dan tidak menimbulkan
kerugian yang berarti.
12
Tanggapan tanaman inang terhadap patogen dapat merupakan sifat dari
tanaman inang tersebut dan dapat dibedakan menjadi :
a. Tahan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut tidak dapat diserang oleh
patogen.
b. Rentan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut dapat diserang oleh
patogen, jadi merupakan lawan dari tahan.
c. Toleran apabila dalam keadaan biasa dapat menyesuaikan diri dengan patogen
yang berada dalam jaringan tubuhnya sehingga tidak mempengaruhi kemampuan
produksinya.
Bentuk yang ekstrem dari ketahanan tersebut disebut Kekebalan sedang bentuk
ekstrem dari toleran disebut Inapparency, artinya dalam keadaan yang bagaimanapun
juga tetap memiliki sifat tersebut.
2. Gejala Penyakit Tumbuhan
Di dalam mempelajari ilmu penyakit tumbuhan (Fitopatologi) sebelum
seseorang melangkah lebih lanjut untuk menelaah suatu penyakit secara mendalam,
terlebih dahulu harus bisa mengetahui tumbuhan yang dihadapi sehat ataukah sakit.
Untuk keperluan diagnosis, maka pengertian tentang tanda dan gejala perlu diketahui
dengan baik.
Gejala dapat setempat (lesional) atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat
dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian yang
terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di
13
tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang
menunjukkan gejala primer.
Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi
menjadi tiga tipe pokok yaitu :
a. Gejala-gejala Nekrotis: meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya
kerusakan pada sel atau matinya sel.
b. Gejala-gejala Hypoplastis: meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena
terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).
c. Gejala-gejala Hyperplastis: meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena
pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).
Berdasarkan penyebabnya penyakit dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
a. Fitosesidia (phytocecidia): bila penyebabnya tergolong dalam dunia tumbuhan.
b. Zoosesidia (zoocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia hewan atau
binatang.
C. Penyakit-Penyakit Pada Tanaman Jagung
1. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P.
philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab.
Gejala: a. umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang
terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan
warna putih; b. umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah
warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; c. pada tanaman
14
dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: a. penanaman
menjelang atau awal musim penghujan; b. pola tanam dan pola pergiliran tanaman,
penanaman varietas tahan; c. cabut tanaman terserang dan musnahkan; d. Preventif
diawal tanam dengan fungsisida.
2. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak
bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak
berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak
tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan,
kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna
coklat. Pengendalian: a. pergiliran tanaman. b. Mengatur kondisi lahan tidak lembab;
c. Prenventif diawal dengan Fungisida.
3. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala:
pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan
seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini
berkembang dan memanjang. Pengendalian: a. mengatur kelembaban; b. menanam
varietas tahan terhadap penyakit; c. sanitasi kebun; d. semprot dengan insektisida.
4. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung,
Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji
pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall),
15
pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar.
Pengendalian: a. Mengatur kelembaban, b. Memotong bagian tanaman dan dibakar,
c. Benih yang akan ditanam dicampur fungisida.
5. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae
(Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui
setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau
merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang.
Pengendalian: a. Menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak
tanam, perlakuan benih, b. Fungisida di awal tanam.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di IKB (Instalasi Kebun Benih)
Palawija Batukaropa Bulukumba telah ditemukan beberapa penyakit yang menyerang
tanaman jagung antara lain:
1. Penyakit karat
2. Penyakit Bercak Daun
3. Penyakit Bercak Kering
Penyakit tersebut di atas merupakan penyakit yang ditemukan pada areal
perkebunan tanaman jagung di IKB (Instalasi Kebun Benih) Palawija. Penyakit yang
banyak ditemukan dan menyerang tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 1 berikut
ini:
Tabel 2: Daftar Penyakit Yang Menyerang/Ditemukan Pada Areal Penaman Tanaman
Jagung di IKB (Instalasi Kebun Benih) Palawija
No Nama Penyakit Penyebab Jumlah
1
2
3
Penyakit karat
Penyakit Bercak Daun
Penyakit Bercak Kering
Uredineles
Cercospora apii Fres
Alternaria solani
6 pohon
10 pohon
7 pohon
16
17
B. Pembahasan
1. Penyakit karat
Penyakit karat ditemukan pada areal penaman tanaman jagung di IKB (Instalasi
Kebun Benih) Palawija Batukaropa Bulukumba dengan jumlah tanaman yang
terserang 6 pohon.
Gejala Penyakit Karat berdasarkan struktur morfologi tanaman jagung yang
terserang penyakit karat yaitu terdapat bercak-bercak pada sisi bawah daun yang
mula-mula berwarna kuning muda, kemudian menjadi kuning oranye. Bercak-bercak
ini besarnya berubah-ubah, bercak tersebut tertutup dengan tepung berwarna oranye
(Uredospora). Seluruh permukaan daun tertutup oleh bercak ini. Jika dilihat dari sisi
atas, daun seperti tampak bercak minyak dan akhirnya daun akan gugur sebelum
waktunya, seluruh pohon akan habis daunnya bahkan pohon ini akan mati jika
terserang penyakit ini.
Menurut Pyacaya (1991), penyakit karat disebabkan oleh cendawan karat
Uredineles. Cendawan ini masih dapat tetap hidup dimusim kering pada bagian
tanaman yang terserang. Pada waktu mulai musim hujan, serangan akan terus
bertambah dan akan menyebar selama musim hujan. Daun yang terkena infeksi terus
bertambah walaupun musim hujan telah berhenti. Daun yang lebih muda mudah
terserang dari pada yang tua. Undespora tersebar dengan jalan terhembus angin,
percikan air, aliran air, serangga dan ikut bersama-sama dengan pengangkutan bibit
sambungan atau semai ke lain daerah yang belum terkena penyakit ini. Daya hidup
18
spora antara 728 hari, tergantung keadaan sekelilingnya. Infeksi melalui mulut daun
akan terjadi jika keadaan basah selama 3,5-12 jam. Temperatur optimum 21-250C.
Pengendalian penyakit karat pada tanaman jagung adalah sebagai berikut:
a. Menanam varietas unggul
b. Penyemprotan dengan menggunakan fungisida tembaga 3 minggu sebelum
tanam
c. Tanaman yang terserang, sebaiknya dibongkar dan dibakar.
2. Penyakit Bercak Daun
Penyakit Bercak daun ditemukan pada areal penaman tanaman jagung di IKB
(Instalasi Kebun Benih) Palawija Batukaropa Bulukumba dengan jumlah tanaman
yang terserang 10 pohon.
Gejala Penyakit bercak daun berdasarkan struktur morfologi tanaman jagung
yang terserang penyakit karat yaitu yang terlihat pada IKB (Instalasi Kebun Benih)
Palawija yaitu pada daun terdapat bercak-bercak bulat kecil yang berwarna cokelat
kekuningan dan bercak tersebut dapat meluas. Mula-mula pada bagian tengah daun
tanaman kacang tanah berwarna cokelat kekuningan, pelan-pelan berubah menjadi
cokelat kekuningan dikelilingi pita berwarna kuning. Cendawan ini menyerang semua
daun dalam tingkatan pertumbuhan, tetapi yang umumnya terserang adalah daun yang
lebih tua.
Menurut Pracaya (1991), penyakit bercak daun disebabkan oleh cendawan
Cercospora apii Fres. Penyakit ini menyerang masuk melalui stomata dan
berkembang pesat jika udara panas.
19
Pengendalian pada penyakit Bercak daun adalah sebagai berikut:
a. Sanitasi, jika tampak gejala serangan, potonglan daun yang terkena penyakit dan
jika serangan sedah berat cabut dan bakarlah tanaman yang terserang tersebut.
b. Pemupukan, tanaman sebaiknya dipupuk dengan menggunakan kapur sulfat,
kapur atau larutan yang lemah dari lithium nitrat atau klorida. Jangan memupuk
dengan pupuk yang menyebabkan Suculent (menambah gemuk dengan banyak
air), misalnya pupuk NPK.
c. Perlakuan pada biji: 1) Pilihlah biji yang sehat dari lapangan, 2) Pakailah biji
yang telah lama disimpan lebih dari dua tahun, 3) Dengan cara perendaman biji
dengan desinfektasi.
4. Penyakit Bercak Kering
Penyakit Bercak Kering ditemukan pada areal penaman tanaman jagung di IKB
(Instalasi Kebun Benih) Palawija Batukaropa Bulukumba dengan jumlah tanaman
yang terserang 7 pohon.
Gejala Penyakit bercak kering berdasarkan struktur morfologi tanaman jagung
yang pada daun terlihat ada bercak-bercak cokelat tua sampai hampir hitam.
Bentuknya bulat dengan lingkaran-lingkaran yang konsentris. Jika bercak ini
membesar, maka akan bergabung menjadi satu. serangan dimulai dari bawah daun
kemudian naik ke atas. Daun yang terserang tepinya menjadi tidak rata, bergerigi,
atau pecah tidak teratur. Kadang-kadang daun berlubang karena bercak bercak itu
mengering lalu jatuh. Daun kadang menggulung atau keriting. Penyakit ini
20
menyerang biji. Kulit biji yang terserang terlihat ada bercak berwarna lebih tua
daripada kulit yang tidak diserang.
Menurut Jones dan Grout, dalam Pracaya (1991) mengatakan bahwa penyakit
bercak kering disebabkan oleh Cendawan Alternaria solani dengan gejala terlihat ada
bercak-bercak cokelat tua sampai hampir hitam pada daun berbentuk bulat dengan
lingkaran-lingkaran yang konsentris.
Spora pada cendawan Alternaria solani banyak dibentuk pada waktu musim
hujan dan embun. Konidia tersebar karena angin, lebah, atau serangga pemakan daun.
Infeksi terjadi melalui kulit epidermis dan bercak-bercak akan terlihat dalam waktu 2-
3 hari. Setelah 3-4 hari, spora akan terbentuk.
Pengendalian bercak kering pada tanaman kacang tanah adalah sebagai berikut:
a. Penyemprotan dengan bubur Bordaeux atau dengan Kalsium Arsenat
b. Dengan rotasi tanaman
c. Tanaman yang sakit dicabut dan dibakar
d. Penanaman dilakukan dengan jenis yang resisten.
21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang penyakit yang menyerang jagung (Zea mays) di
IKB (Instalasi Kebun Benih) Palawija maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tanaman jagung (Zea mays) yang terserang penyakit karat yaitu terdapat bercak-
bercak pada sisi bawah daun yang mula-mula berwarna kuning muda, kemudian
menjadi kuning oranye.
2. Tanaman jagung (Zea mays) yang terserang penyakit Bercak Daun yaitu terdapat
bercak-bercak bulat kecil yang berwarna cokelat kekuningan dan bercak tersebut
dapat meluas.
3. Tanaman jagung (Zea mays) yang terserang penyakit Bercak Kering yaitu daun
terlihat ada bercak-bercak cokelat tua sampai hampir hitam.
4. Pengendalian penyakit yang menyerang tanaman jagung (Zea mays) yaitu dengan
penanaman benih unggul, pencabutan dan pembakaran tanaman yang terserang
penyakit serta penggunaan fungisida.
B. Saran
1. Agar para petani memperhatikan benih atau biji tanaman jagung (Zea mays) yaitu
sebelum penanaman atau penyemaian sebaiknya di desinfekta, caranya dengan
merendam benih ke dalam fungisida agar mikroorganisme yang menimbulkan
berbagai macam penyakit mati.
21
22
2. Para petani yang akan melakukan pengendalian penyakit pada tanaman jagung
(Zea mays) lebih dahulu dilakukan identifikasi penyakit agar dapat dibedakan
antara penyakit dan adaptasi tanaman.
3. Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar mengadakan penelitian tentang musuh
alami (predator) vertor penyakit yang menyerang tanaman jagung (Zea mays)
karena pengendalian dengan menggunakan musuh alami lebih menguntungkan
daripada pengendalian secara kimia.
23
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2005. Budidaya dengan pemupukan yang efektif. Bogor: Penebar
swadaya.
Anonim, 1996. Sweet baby corn. Bogor: Penebar swadaya.
Aribawa, I.B.2000. Bioteknologi Pertanian. Jakarta: Balai pustaka.
Cahyono. 2008. Budidaya Tanaman Jagung. Yogjakarta.
Hanafiah, Keimas Ali. 1991. Rancangan percobaan teori dan aplikasi edisi ketiga.
Jakarta: Raja grapindo Persada.
Herminanto, dan Setiadji, 1998. Fisiologi tumbuhan. Bandung: Diektorat Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Indriani, 2000. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Bandung: Dasuki. Ltd.
Semangun, H. 1994. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Semangun, H. 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Di Indonesia .Yogyakarta,
Gajah Mada University Press.
Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia
.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Soemdi, Mutahilla Abdul. 1996. Teknik pemupukan pada tanaman. Jakarta: Rineka
cipta.
Sukirno Harjodonoto 1983, Pertanian Organik, Yogyakarta: Kanisius.
Mahmud,Mahdi. M.M, 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka cipta
24
25
Lampiran 1:
Daftar Penyakit Yang Menyerang/Ditemukan Pada Areal Penaman Tanaman
Jagung di IKB (Instalasi Kebun Benih) Palawija
No Nama Penyakit Penyebab Jumlah
1
2
3
Penyakit karat
Penyakit Bercak Daun
Penyakit Bercak Kering
Uredineles
Cercospora apii Fres
Alternaria solani
6 pohon
10 pohon
7 pohon
26
Lampiran 2
Foto-Foto Dokumentasi
Gambar 01 :tanaman jagung yang bebas penyakit di IKB Palawija
Gambar 02: Tanaman jagung yang terserang penyakit karat
27
Gambar 03: Penyakit bercak daun pada jagung
Gambar 04: Bercak daun basah