MODUL 5 WORK MEASUREMENT
BAB IPENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Ketika akan melakukan analisis terhadap suatu sistem kerja, terdapat
beberapa alternatif metode kerja yang digunakan. Dari beberapa metode
tersebut dipilih satu alternatif terbaik dengan mempertimbangkan beberapa
kriteria yaitu waktu, biaya, beban fisiologis, dan sebagainya. Waktu merupakan
salah satu kriteria yang paling sering digunakan sebab kriteria ini memiliki
sejumlah kelebihan dibandingkan dengan kriteria lainnya. Setelah proses
pemilihan alternatif perancangan dan perbaikan sistem kerja dilakukan, tahap
berikutnya adalah melakukan pengukuran waktu kerja.
Work measurement adalah sebuah teknik yang dilakukan untuk mengetahui
waktu yang dibutuhkan oleh operator dalam melakukan pekerjaannya. Namun,
tidak hanya pekerja saja yang dapat diukur, aktivitas mesin juga dapat diukur
waktunya. Tujuan pengukuran waktu kerja adalah untuk mendapatkan waktu
baku yang harus dicapai oleh pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Waktu baku dapat digunakan untuk menentukan insentif, perencanaan
pengalokasian jumlah tenaga kerja, menghitung output, penjadwalan produksi
dan lainnya. Work measurement juga digunakan untuk mengurangi ineffective
time. Ineffective time adalah waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
yang tidak produktif.
Proses pengukuran waktu baku dapat dilakukan dengan menggunakan 2
cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung, dapat
dilakukan dengan menggunakan pengukuran jam henti (Stopwatch Time Study)
dan sampling kerja (Work Sampling). Sedangkan pengukuran data tidak langsung
dapat dilakukan dengan menggunakan data waktu baku (Standard Data) dan
data waktu gerakan (Predetermined Time System).
Dalam suatu proses produksi yang berurutan, waktu yang dibutuhkan dari
setiap stasiun kerja perlu diperhatikan. Apabila stasiun kerja yang ada sudah
berada pada posisi seimbang, maka fasilitas kerja yang tersedia akan dapat
bekerja secara optimal sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Sebaliknya,
apabila waktu proses tidak seimbang dalam salah satu stasiun kerja, maka
proses produksinya belum optimal dan dapat menimbulkan bottle neck problem.
Oleh karena itu dalam suatu proses produksi yang berurutan, masalah
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
keseimbangan lintasan juga perlu dikaji ulang karena perannya yang sangat
penting dalam aktivitas tersebut.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
1.2Tujuan Praktikum
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan praktikum secara umum:
1. Mampu melakukan pengukuran kerja dengan metode jam henti, work
sampling, serta pengukuran kerja tidak langsung dengan data waktu
gerakan.
2. Mampu melakukan perbaikan dalam metode perancangan dan pengukuran
kerja sehingga diperoleh waktu baku yang lebih efisien.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan praktikum secara khusus:
1. Dapat membuat peta proses operasi, peta aliran proses dan diagram alir
produksi,
2. Mampu menganalisis distribusi pemakaian waktu kerja oleh pekerja atau
kelompok kerja.
3. Mampu menganalisis kondisi atau fasilitas kerja yang diamati berdasarkan
besarnya persentase delay atau idle dari kondisi atau fasilitas yang
bersangkutan.
4. Mampu menganalisis masalah keseimbangan lintasan dalam suatu proses
produksi.
5. Dapat membuat peta tangan kiri dan kanan berdasarkan video.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengukuran Kerja
Pengukuran kerja merupakan usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja
yang dibutuhkan oleh seorang pekerja atau operator dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam
lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Pengukuran waktu kerja
berhubungan dengan usaha-usaha untuk menentukan waktu baku yang
dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tujuan pengukuran waktu kerja adalah
untuk mendapatkan waktu baku yang harus dicapai oleh pekerja dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengukuran waktu yang dilakukan terhadap
beberapa alternatif sistem kerja, maka yang terbaik dilihat dari waktu
penyelesaian tersingkat. Pengukuran waktu juga ditujukan untuk mendapatkan
waktu baku penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar,
normal, dan terbaik.
Proses pengukuran dan pembakuan waktu dapat dilakukan dengan
menggunakan dua cara yaitu langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara
langsung dapat dilakukan dengan menggunakan metode Pengukuran Jam Henti
(Stop-watch time study) dan Sampling Kerja (Work sampling). Sedangkan
pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan metode Data
Waktu Baku (Standart Data) dan Data Waktu Gerakan (Predetermined Time
System).
2.2 Metode Pengukuran Kerja
Waktu baku merupakan waktu yang diperlukan oleh pekerja normal untuk
menyelesaikan pekerjaannya secara wajar dengan sistem kerja terbaik, ada
beberapa teknik dalam pengukuran kerja kerja, yaitu metode pengukuran
langsung dan pengukuran tidak langsung.
2.2.1 Metode Pengukuran Langsung
Yang dimaksud dengan metode kerja langsung yaitu dengan mengamati
secara langsung pekerjaan yang dilakukan oleh operator dalam melakukan
pekerjaannya dengan terlebih dahulu membagi operasi kerja dengan elemen-
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
elemen sedetail mungkin dengan syarat masih bisa diamati dan diukur.
Kemudian dari hasil pengamatan dan pengukuran tersebut akan didapatkan
waktu baku ataupun distribusi waktu operator untuk mengerjakan
pekerjaan tersebut. Adapun metode yang dilaksanakan dalam praktikum work
measurement ini adalah metode Stop-watch time study.
2.2.1.1 Metode Jam Henti (Stop-watch Time Study)
Stop-watch time study ini merupakan salah satu cara pengukuran kerja
langsung. Stop-watch time study diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W.
Taylor. Metode ini baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka
akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang
mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standar penyelesaian pekerja bagi
semua pekerja yang akan melaksanaan pekerjaan yang sama seperti itu.
Dalam pengukuran kerja, hal-hal penting yang harus diketahui dan
ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran (dalam hal ini tentu saja waktu
baku) tersebut digunakan dalam kaitannya dengan proses produksi. Biasanya,
penetapan waktu baku akan dikaitkan dengan maksud-maksud pemberian
insentif/bonus pekerja langsung (direct labour). Apabila memang dikaitkan
dengan maksud ini, maka ketelitian dan tingkat keyakinan tentang hasil
pengukuran ini harus tinggi karena menyangkut pendapatan serta prestasi
seseorang. Di lain pihak, apabila waktu baku akan dikaitkan dengan upah
perangsang, maka segala pihak yang akan terlibat dalam masalah ini, seperti
operator, supervisor, dan lain-lainnya haruslah ikut bertanggung jawab untuk
menyukseskan pelaksanaan pengukuran kerja tersebut. Supervisor harus benar-
benar bertanggung jawab dan bertugas memberitahukan agar operator mengerti
maksud dan tujuan dari pengukuran kerja yang dilaksanakan. Operator sendiri
juga harus bersikap wajar (normal) pada saat diteliti dan mengikuti segala
prosedur dan metode kerja yang telah distandarkan sebelumnya.
Ada tiga metode yang umum digunakan untuk mengukur elemen-elemen
kerja dengan menggunakan jam-henti (stop watch) yaitu:
1. Pengukuran waktu secara terus menerus (continous timing)
Pada continous timing, pengamat kerja akan menekan tombol stop watch
pada saat elemen kerja pertama dimulai dan membiarkan jarum petunjuk
stop watch berjalan secara terus menerus sampai periode atau siklus kerja
selesai berlangsung.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
2. Pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing)
Untuk metode repetitive timing (sering disebut sebagai snap-back method),
jarum penunjuk stop watch akan selalu dikembalikan (snap-back) lagi ke
posisi nol pada setiap akhir dari elemen kerja yang diukur. Setelah dilihat dan
dicatat waktu kerjanya kemudian tombol ditekan kembali dan segera jarum
penunjuk bergerak untuk mengikuti dan segera jarum penunjuk bergerak
untuk mengukur elemen kerja berikutnya. Keuntungan
metode ini adalah pengamat akan dapat mengetahui variasi data waktu
selama proses kerja berlangsung untuk setiap elemen kerja.
3. Pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing)
Sedangkan untuk metode pengukuran waktu secara akumulatif
memungkinkan pembaca data waktu secara langsung untuk masing-masing
eleman kerja yang ada. Metode ini memberikan keuntungan pembacaan
yang lebih mudah dan lebih teliti.
Stop-watch time study memiliki keuntungan serta kerugian. Keuntungan
metode ini adalah pengamat akan dapat mengetahui variasi data waktu selama
proses kerja berlangsung untuk setiap elemen kerja. Waktu yang dihasilkan pada
stopwatch time study akan lebih akurat dan spesifik karena waktu diukur pada
setiap elemen kerja terkecil. Sedangkan untuk metode pengukuran waktu secara
akumulatif memungkinkan pembaca data waktu secara langsung untuk masing-
masing eleman kerja yang ada, sehingga memberikan keuntungan pembacaan
yang lebih mudah dan lebih teliti. Kerugiannya membutuhkan waktu dan biaya
yang mahal, pekerjaan yang melelahkan karena melakukan pengamatan secara
keseluruhan, memerlukan alat ukur khusus seperti stopwatch, dan memerlukan
ketelitian lebih saat pengamatan dilakukan.
2.2.1.1.1 Prosedur Pelaksanaan dan Peralatan yang Digunakan
Langkah-langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam
henti.
1. Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan
maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati
dan supervisor yang ada.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
2. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan
seperti layout, karakteristik atau spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain
yang digunakan dan lain-lain.
3. Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetail-detailnya tapi masih
dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
4. Amati, ukur, dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk
menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut.
5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah
jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak.
Tes pula keseragaman data yang diperoleh.
6. Tetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja
yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of performance ini
ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk
performance operator. Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh
mesin maka performance dianggap normal (100%).
7. Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance yang ditunjukkan
oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.
8. Tetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan fleksibilitas.
Waktu longgar yang akan diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi
sepeti kebutuhan personil yang bersifat pribadi, faktor kelelahan,
keterlambatan material, dan lain-lainnya.
9. Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antar waktu
normal dan waktu longgar.
2.2.1.1.2 Cara Pengukuran dan Pencatatan Waktu Kerja
Ada dua metode yang umum digunakan untuk mengukur elemen-elemen
kerja dengan menggunakan jam henti, yaitu pengukuran waktu secara terus
menerus (continuous timing) dan pengukuran waktu secara berulang-ulang
(repetitive timing atau metode snap back).
Pada pengukuran waktu secara terus menerus, maka pengamat kerja akan
menekan tombol jam henti pada saat elemen pertama dimulai dan membiarkan
jam henti berjalan terus menerus sampai periode atau siklus kerja selesai. Waktu
dari masing-masing elemen kerja akan diperoleh dari pengurangan antar waktu
elemen kerja akhir dengan waktu elemen-elemen kerja sebelumnya, pada saat
pengukuran waktu selesai dilaksanakan.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Untuk pengukuran waktu secara berulang-ulang, jam henti selalu
dikembalikan ke posisi nol pada setiap akhir elemen kerja diukur. Setelah
pencatatan dikalukan, jam henti dijalankan kembali untuk pengukuran
berikutnya. Pada metode ini, pengukur waktu tidak perlu melakukan
pengurangan seperti yang dijumpai pada metode pengukuran waktu secara terus
menerus.
1. Langkah-langkah sebelum melakukan pengukuran waktu kerja
Untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat
dipertanggungjawabkan maka tidaklah cukup sekedar melakukan
beberapa kali pengukuran dengan menggunakan jam henti. Banyak
faktor yang harus diperhatikan agar pada akhirnya dapat diperoleh waktu
yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan
dengan kondisi kerja, kerja sama yang ditunjukkan pekerja untuk mau
bekerja secara wajar pada saat diukur, cara pengukuran, jumlah siklus
kerja yang pada saat diukur, cara pengukuran, jumlah siklus yang diukur
dan lain-lain. Sebagian dari hal-hal tersebut dilakukan sebelum melakukan
pengukuran. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diikuti agar
maksud di atas dapat dicapai.
2. Obyektivitas Pengukuran
Sebagaimana dengan aktivitas-aktivitas yang lain tujuan untuk
melakukan suatu kegiatan haruslah dapat diidentifikasikan dan
ditetapkan terlebih dahuIu. Dalam penelitian ini penetapan waktu baku
akan dikaitkan dengan maksud pemberian upah sehingga ketelitian dan
tingkat keyakinan tentang hasil pengukuran waktu kerja harus tinggi
karena menyangkut prestasi dan pendapatan dari pekerja.
3. Persiapan Awal Pengukuran
Tujuan utama dari aktivitas pengukuran waktu kerja adalah waktu
yang harus dicapai seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Waktu baku yang ditetapkan untuk suatu pekerjaan tidak akan benar
apabila metode untuk melaksanakan pekerjaan tersebut berubah, material
yang digunakan sudah tidak lagi sesuai dengan spesifikasi semula,
kecepatan kerja mesin atau proses produksi lainnya berubah pula, dan
kondisi-kondisi kerja lainnya sudah berbeda dengan kondisi kerja pada
saat waktu baku tersebut ditetapkan. Jadi waktu baku pada dasarnya
adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu kerja yang dijalankan
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
pada saat pengukuran berlangsung sehingga waktu penyelesaian tersebut
juga hanya untuk sistem kerja tersebut. Adanya penyimpangan terhadap
sistem tersebut dapat memberikan waktu penyelesaian yang berbeda
dengan apa yang telah ditetapkan.
Selain mempersiapkan kondisi dan cara kerja dalam langkah awal ini
adalah langkah untuk memilih operator yang akan melakukan pekerjaan
yang diukur. Operator atau pekerja ini harus memenuhi persyaratan tertentu
agar pengukuran waktu kerja dapat diandalkan hasilnya yaitu dia harus
memiliki kemampuan (skill) yang normal dan mau diajak bekerja sama didalam
kegiatan pengukuran waktu kerja nantinya. Disini sengaja memilih pekerja
yang berkemampuan normal bukan yang berkemampuan tinggi (diatas normal)
agar supaya nantinya waktu baku yang akan ditetapkan mampu diikuti oleh
rata-rata pekerja yang ada.
Sebaliknya, tidak akan memilih pekerja yang berkemampuan rendah karena
kalau hal ini dilakukan maka bisa dipastikan bahwa rata-rata pekerja akan
mampu melampaui waktu baku yang ditetapkan. Dengan demikian dicari
pekerja yang memenuhi hal tersebut.
2.2.1.2 Metode Sampling Kerja (Work sampling)
Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, ratio delay
study ,atau random observation method adalah salah satu teknik untuk
mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin,
proses atau pekerja/operator. Pengukuran kerja dengan cara ini juga
diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung. Karena pelaksanaan
kegiatan pengukuran harus dilakukan secara langsung ditempat kerja yang
diteliti (Sritomo, 1989).
Metode sampling kerja dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas atau
sampling. Oleh karena itu pengamatan terhadap suatu obyek yang ingin diteliti
tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan cukup
dilaksanakan secara mengambil sampel pengamatan yang diambil secara acak
(random) (Sritomo, 1989).
Banyaknya pengamatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan sampling
kerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1. Tingkat kepercayaan (confidence level).
2. Tingkat ketelitian (degree of accuracy).
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Dengan asumsi bahwa terjadinya keadaan operator atau sebuah fasilitas
yang akan menganggur (idle) atau produktif mengikuti pola distribusi normal,
maka jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan dapat dicari didasarkan
formulasi (Sritomo, 1989):
N=K2(1−p)
S2 p (2-1)
Sumber : Wignjosoebroto (1995:219)
Keterangan:
P = Prosentase kejadian yang diamati (prosentase produktif) dalam angka
desimal.
K = Tingkat kepercayaan
S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki dalam angka desimal
Secara garis besar metode sampling kerja ini dapat digunakan untuk
(Sritomo, 1995):
1. Mengukur ratio delay dari sejumlah mesin, operator / karyawan atau fasilitas
kerja lainnya.
2. Menetapkan performance level dari seseorang selama waktu kerja
berdasarkan waktu-waktu dimana orang itu bekerja atau tidak bekerja,
terutama sekali untuk pekerjaan manual.
3. Menentukan waktu baku untuk suatu proses operasi kerja.
2.2.1.2.1 Langkah-langkah Sebelum Melakukan Work sampling
Sebelum melakukan work sampling, ada beberapa langkah persiapan awal
yaitu:
1. Mencatat segala informasi dari semua fasilitas yang ingin diamati.
2. Merencanakan jadwal waktu pengamatan berdasarkan prinsip randomisasi
(aplikasi tabel angka random).
3. Melaksanakan pengamatan awal sejumlah pengamatan tertentu secara acak
(N pengamatan).
4. Menghitung pengamatan awal (%) untuk N pengamatan tersebut.
Untuk mengetahui variasi atau perbedaan data waktu yang ada dan untuk
menghitung ukuran data yang diperlukan, maka dilakukan :
1. Pengujian Keseragaman Data
Pengujian keseragaman data dilakukan sebelum menggunakan data yang
diperoleh untuk menetapkan waktu standar. Pengujian keseragaman data
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
bisa dilaksanakan dengan visual atau mengaplikasikan peta kontrol.
Pengujian keseragaman data pada tugas khusus ini dilakukan dengan peta
kontrol x.
Prosedur yang harus dilakukan adalah :
a. Menghitung nilai rata-rata dari keseluruhan data
b. Menghitung standar deviasi
c. Menentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah (BKA dan BKB)
dengan formulasi sebagai berikut :
BKA = x + k (SD) (2-2)
BKB = x - k (SD)
Sumber : Wignjosoebroto (1995:219)
d. Cek apakah nilai rata-rata dari setiap grup berada dalam batas kontrol
diatas. Jika ada nilai yang diluar batas maka buang data tersebut dan
lakukan pengambilan data lagi sehingga keseluruhan nilai berada dalam
batas kontrol.
2. Penentuan Jumlah Sampel Pengamatan yang Dibutuhkan
Apabila semua nilai rata-rata berada dalam batas kontrol maka semua harga-
harga yang ada dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengukuran
yang diperlukan.
N=k 2 (1−p )S2 p
(2-3)
Sumber : Wignjosoebroto (1995:219)
Data telah cukup bila N’<N, bila N’>N maka uji ketelitian pengamatan
N’ = Jumlah pengamatan yang diperlukan
N = Jumlah pengamatan
K = Tingkat kepercayaan
S = Tingkat ketelitian
3. Penentuan Tingkat Ketelitian untuk Pengamatan yang Diharuskan
Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat ketelitian.
s'=k √ p (1−p )N
(2-4)
Sumber: Wignjosoebroto (1995:219)
Dimana N adalah jumlah pengamatan
4. Penggunaan Tabel Acak dalam Sampling Kerja
Untuk melakukan pengamatan dalam sampling kerja maka disini masing-
masing kejadian yang diamati selama aktivitas kerja berlangsung harus
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
memiliki kesempatan yang sama untuk diamati. Dengan kata lain
pengamatan haruslah dilaksanakan secara acak atau random. Untuk maksud
ini, maka penggunaan tabel angka acak (random number tabel) barangkali
merupakan metode yang terbaik guna menjamin bahwa sampel pengamatan
yang diambil benar-benar dipilh secara acak. Tabel angka acak ini akan bisa
ditemui atau dilihat dalam setiap lampiran dari buku-buku teks statistik.
Tabel angka acak terutama sekali dapat dipakai sebagai alat untuk
menetapkan waktu setiap harinya dimana pengamatan harus dilaksanakan.
Sebagai contoh, kalau suatu saat kita dapatkan angka acak dari tabel
sebagai berikut 95 06 22, maka angka pertama dapat kita asumsikan sebagai
penunjuk jam, angka kedua dan ketiga sebagai penunjuk menit dimana
pengamatan harus dilaksanakan. Dengan demikian, 950 disini akan kita
artikan 09.50 WIB, yaitu waktu dimana kita harus melakukan pengamatan,
sedangkan 622 selanjutnya juga akan berarti 06.22 WIB dimana waktu ini
akan kita abaikan karena berada diluar jam kerja dari pabrik yang kita teliti.
Demikian seterusnya, dengan cara yang sama maka waktu-waktu
pengamatan akan dapat kita pilih secara acak sehingga cara statik hasil yang
akan kita peroleh nantinya akan dapat dipertanggungjawabkan. Jika 50 kali
pengamatan harus dilaksanakan setiap harinya setelah dilakukan proses
penyeleksian dengan sebaik-baiknya, maka angka-angka petunjuk waktu
pengamatan ini harus diatur menurut kronologis waktu yang akan
memberikan jadwal yang terncana dan mudah diikuti oleh pengamat kerja
yang akan melaksanakan penelitian. Sebagai catatan tambahan,
pengamatan biasanya tidak akan dilaksanakan pada jam-jam istirahat formal
(istirahat makan siang, cofee-break, dll) yang secara periodik telah
ditetapkan. Demikian pula pengamatan tidak harus dilaksanakan apabila
diketahui fasilitas kerja yang diamati dan lain-lain. Prinsipnya sampling kerja
ini harus dilakukan untuk mengamati kondisi-kondisi normal dari suatu
proses yang sedang berlangsung.
5. Penetapan Frekuensi Pengamatan
Frekuensi pengamatan pada hakekatnya tergantung pada jumlah
pengamatan yang diperlukan dan waktu yang tersedia untuk pengumpulan
data yang direncanakan. Sebagai contoh apabila diketahui bahwa 3.600 kali
pengamatan harus dikerjakan dan kemudian studi direncanakan untuk
diselesaikan dalam waktu 30 hari,maka setiap hari kerja akan diperlukan
3.600 / 30 yaitu sebesar 120 kali pengamatan. Dengan demikian maka
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
pengamat kerja yang harus melaksanakan pengamatan sebanyak 120 kali
per hari kerja (secara random), dimana waktu pengamatan ini dipilih dari
daftar angka random. Apabila frekuensi ini dianggap terlalu padat dan tidak
bisa tidak banyaknya pengamatan per hari bisa dikurangi dengan
konsekuensi penyelesaian studi akan berlangsung lebih
lama lagi. Pekerjaan sampling kerja ini memang suatu kegiatan yang
membutuhkan kesabaran dan biasanya harus diselesaikan dalam waktu yang
cukup lama.
6. Penyesuaian Waktu dengan Rating Performance Kerja
Kegiatan evaluasi kecepatan dan performance kerja operator pada saat
pengukuran kerja berlangsung merupakan bagian yang paling sulit dan
penting dalam pengukuran kerja. Aktivitas untuk menilai atau mengevaluasi
kecepatan kerja operator dikenall sebagai rating performance. Tujuannya
adalah untuk menormalkan waktu kerja yang disebabkan oleh
ketidakwajaran operator dalam bekerja.
2.2.1.2.2 Aplikasi dari Metode Sampling Kerja
Metode sampling kerja pada umumnya merupakan salah satu cara yang
sederhana, mudah dilaksanakan, serta tidak memerlukan biaya yang besar.
Dengan menggunakan metode ini maka waktu kosong atau menganggur dari
mesin atau fasilitas produksi lainnya akan dapat segera diatasi. Hasil studi ini
akan dapat dipakai pula sebagai dasar penetapan tugas dan jadwal kerja yang
lebih efektif dan efesiensi bagi operator maupun mesin. Berikut akan disajikan
beberapa aplikasi dari metode sampling kerja untuk berbagai macam kegiatan
dan kebutuhan, yaitu :
1. Aplikasi sampling kerja untuk penetapan waktu baku
Seperti telah diketahui bahwa studi sampling kerja akan dapat menjawab
beberapa hal antara lain:
a. Prosentase/proporsi antara aktivitas dan idle
b. Penetapan waktu baku kegiatan
Seperti halnya dalam stop-watch time study maka di sini juga harus
diestimasikan terlebih dahulu performance rating dari operator yang diukur
dan waktu longgar yang ada sehingga waktu baku penyelesaian suatu produk
dapat dinyatakan dalam rumus:
Standart time per unit produk=¿
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
TotalTime xWorkingTime x Performance RatingTotal Number of pieces produced
x100%
100%−% allowance(2-
5)
Sumber: Wignjosoebroto (1995:225)
2. Aplikasi sampling kerja untuk penetapan waktu tunggu (Delay Allowance)
Apabila metode sampling kerja digunakan untuk menetapkan waktu
longgar (allowance), maka satu hal penting yang harus ditetapkan terlebih
dahulu adalah membakukan metode kerja yang digunakan. Hal ini perlu
dilakukan seperti halnya pada
aktivitas stopwatch time study. Pada dasarnya metode sampling kerja adalah
mengamati fakta yang sebenarnya ada di atas area kerja. Sebagai bagian dari
aktivitas pengukuran kerja, maka metode sampling kerja juga harus dikaitkan
dengan proses penyederhanaan kerja.
Dengan mengetahui waktu-waktu menganggur, baik yang dialami oleh
mesin, peralatan produksi, maupun pekerjaan, maka tujuan utama dari
aktivitas ini adalah berusaha menekan aktivitas-aktivitas yang diklasifikasikan
sebagai “non-productive” sampai prosentase yang terkecil. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan cara memperbaiki metode kerja, alokasi pembebanan
mesin atau manusia secara tepat, dan lain-lain.
Berikut ini cara untuk menetapkan waktu tunggu:
a. Membakukan metode kerja yang digunakan sebelum menetapkan waktu
longgar (allowance)
b. Melakukan proses penyederhanaan kerja (work simplification)
c. Tujuan utama berusaha menekan aktivitas yang sifatnya ”non-productive”
sampai prosentase terkecil, misalnya dengan cara: perbaikan metode
kerja, alokasi pembebanan mesin/manusia secara tepat dan lain
sebagainya.
3. Aplikasi sampling kerja untuk aktivitas maintenance
Dengan sampling kerja banyak diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan
maintenance yang bisa dijumpai dalam suatu industri/perusahaan untuk
menentukan proporsi aktivitas yang umum dijumpai dalam suatu aktivitas
maintenance, maka terlebih dahulu dilakukan penjabaran elemen-elemen
kerja secara lebih detail yaitu antara lain terdiri dari elemen-elemen:
a. Pekerja tidak ada ditempat
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
b. Mengambil order penugasan kerja
c. Mempelajari perintah kerja
d. Bersiap-siap melakukan tindakan pemeliharaan
e. Personal dan idle time
f. Ketidakseimbangan beban kerja
g. Kegiatan menunggu (delay)
h. Berbicara dengan supervisor tentang hal yang terkait pekerjaan
Untuk kegiatan-kegiatan pemeliharaan (ataupun bisa juga kegiatan kerja
lainnya) pengelompokan kerja bisa dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Kegiatan langsung (Direct Work)
Adalah kegiatan kerja sesungguhnya yang dilakukan terhadap mesin atau
peralatan produksi lainnya yang akan dipelihara atau diperbaiki.
b. Kegiatan tak langsung (Indirect Work)
Adalah kegiatan perencanaan sebelum aktivitas maintenance dilakukan.
Misal: mempelajari manual mesin, menyiapkan peralatan, dan lain
sebagainya.
c. Kegiatan berjalan/bergerak (Travel)
Kegiatan dimana pekerja tampak bergerak, berjalan mondar-mandir dari
satu tempat ke tempat lain dalam kaitannya dengan proses kerja yang
harus dilakukan.
4. Aplikasi sampling kerja untuk kegiatan perkantoran (Office work)
Sampling kerja pertama kali dilaksanakan pada lingkungan pabrik,
walaupun selanjutnya diterapkan pula untuk aktivitas perkantoran (office).
Disini dipergunakan untuk mengamati kegiatan dan perilaku pekerja-pekerja
kantor (clerical workers). Elemen-elemen kerja perkantoran antara lain:
a. Menerima dan mempelajari instruksi-instruksi (informasi).
b. Kegiatan diskusi dengan pekerja lain.
c. Kegiatan menghitung, menulis, mengetik, dan lain-lain.
d. Aktivitas yang mengarah ke pemenuhan kebutuhan pribadi/personil.
e. Kegiatan menelepon.
f. Idle, delay, absen, dan lain-lain.
Secara menyeluruh aktiivitas sampling kerja adalah menyederhanakan
metode / prosedur kerja dengan harapan hal ini akan mengarah ke
peningkatan efisiensi kerja dan mengurangi biaya overhead. Selain itu tentu
saja aktivitas ini berguna untuk:
a. Mengidentifikasikan kegiatan yang produktif dan tidak produktif.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
b. Memperbaiki aktivitas supervise.
c. Mengidentifikasikan saat-saat kegiatan puncak (aktivitas sibuk) dan
kegiatan menganggur (idle atau delay) yang terjadi.
d. Menopang usulan penambahan jumlah personil yang ada dan sebaliknya.
e. Mengidentifikasikan macam kegiatan yang seharusnya dilasksanakan
dalam suatu jabatan dan menghilangkannya apabila dianggap perlu (job
content atau job description)
5. Aplikasi sampling kerja untuk kegiatan perkantoran (Office work)
Dari suatu kegiatan sampling kerja terhadap seorang pimpinan
perusahaan diperoleh suatu kesimpulan bahwa seorang pimpinan/eksekutif
seringkali melaksanakan aktivitas yang sama sekali tidak efisien, yaitu:
a. Membiarkan “interupsi” atau hal-hal lain yang mengganggu jadwal
kerjanya.
b. Bekerja terlalu keras sehingga lupa waktu dan istirahat.
c. Berbicara panjang lebar di telepon dimana sebenarnya banyak kegiatan
lainnya yang menanti.
d. Cenderung memonopoli kerja, wewenang, tanggung jawab, tanpa mau
mendelegasi kepada orang lain.
e. Memberi konsultasi, pengarahan, penjelasan yang berlebihan dan diulang-
ulang.
f. Tidak pernah melakukan perncanaan kerja untuk kerja yang akan
dilaksanakan.
g. Tidak tegas dan terlalu demokratis dengan membiarkan orang lain untuk
ikut menetapkan yang seharusnya diambil oleh dia sendiri.
Perbandingan work sampling dengan metode jam henti:
Tabel 2.1 Perbandingan work sampling dengan metode jam hentiWork sampling Jam henti (stopwatch)
Pekerjaan bervariasi dan tidak rutin Pekerjaan rutin dan monotonDapat mengamati beberapa orang Umumnya mengamati 1 orang
Berdasarkan proporsi Perhitungan berdasarkan waktuSiklus tidak jelas Siklus pekerjaan pendek dan jelas
Pengamatan diskrit Pengamatan kontinyu
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Work Sampling http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 26 November 2011)
2.2.2 Metode Pengukuran Tidak Langsung
Pengukuran waktu jenis ini disebut tidak langsung, karena pengamat tidak
berada secara langsung di lokasi (obyek) pengukuran dari awal hingga akhir.
Pengukuran waktu kerja dilakukan dengan melakukan analisis berdasarkan
perumusan serta berdasarkan data waktu yang telah tersedia.
2.2.2.1 Metode Data Waktu Baku
Dalam pemakaiannya, metode data waktu baku merupakan cara pengukuran
waktu tak langsung yaitu dengan menggunakan tabel-tabel, grafik-grafik dan
atau rumus-rumus yang diperoleh dengan pengukuran langsung.
Metode data waktu baku terdiri dari tiga bagian, yaitu waktu siklus, waktu
normal, dan waktu baku. Manfaat data waktu baku adalah:
1. Perencanaan terhadap keperluan SDM pekerja.
2. Perkiraan terhadap upah karyawan.
3. Penyusunan jadwal produksi dan anggaran.
4. Incentive plan atau perencanaan insentif.
5. Memperlihatkan hasil atau output yang dapat diberikan oleh pekerja.
2.2.2.2 Metode Data Waktu Gerakan (Predetermined Time System)
Berbeda dari metode data waktu baku yang sistemnya dikembangkan sendiri
oleh perusahaan yang bersangkutan. Para ahli berusaha untuk mendapatkan
data waktu baku pekerjaan yang dapat berlaku lebih umum. Hal ini dilakukan
dengan memperhatikan elemen-elemen gerakan sebagai perincian dari suatu
pekerjaan. Jadi bukan lagi bagian pekerjaan memindahkan benda kerja ke mesin
yang dilihat, tetapi elemen-elemen gerakan apa yang menjalankannya. Cara ini
dikenal sebagai penentuan waktu baku dengan data waktu gerakan.
Metode data waktu gerakan menggunakan tabel-tabel yang telah dikembangkan
oleh berbagai lembaga. Pengukuran faktor kerja dan pengukuran waktu metode
adalah beberapa contoh sistem yang dimaksud.
Kelebihan predetermined time system adalah:
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
1. Karena setiap elemen gerakan diketahui waktunya (dalam tabel-tabel), maka
waktu penyelesaian suatu operasi dapat ditentukan sebelum operasi tersebut
dijalankan.
2. Waktu baku untuk setiap operasi dapat ditentukan dalam waktu yang singkat
karena hanya menyintesa waktu-waktu dari elemen-elemen gerakannya.
3. Karenanya pula biaya untuk menentukan waktu baku dengan cara ini sangat
murah.
Metode yang dikenal pada predetermined time system adalah:
1. Pengukuran faktor kerja
Pada faktor kerja, suatu pekerjaan dibagi atas elemen-elemen gerak
menjangkau, membawa, pegang, mengarahkan sementara, merakit,
lepas rakit, memakai, melepas, dan proses mental, sesuai dengan
pekerjaan yang bersangkutan. Dalam menentukan waktu penyelesaian,
yang diperhatikan adalah bagian badan yang menggerakkannya.
Umumnya bagian badan yang bergerak adalah jari atau telapak tangan,
putaran lengan, lengan, badan atas, telapak kaki, dan kaki. Selain itu
diperhatikan pula faktor-faktor lain yang mempengaruhi lamanya waktu
gerakan yaitu jarak, berat atau hambatan, keadaan perhentian,
pengarahan, kehati-hatian gerakan dan perubahan arah gerakan, yang
semuanya ini disebut sebagai faktor-faktor kerja.
2. Pengukuran waktu metode
Pengukuran waktu metode atau Methods Time Measurement (MTM)
adalah suatu sistem penerapan awal waktu baku (predetermined time
standard) yang dikembangkan berdasarkan studi gambar gerakan-
gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri yang direkam dalam film.
Sistem ini didefinisikan sebagai suatu prosedur untuk menganalisa setiap
operasi atau metode kerja (manual operation) ke dalam gerakan-gerakan
dasar yang diperlukan untuk melaksanakan kerja tersebut, dan kemudian
menetapkan standart waktu dari masing-masing gerakan tersebut
berdasarkan macam gerakan dan kondisi-kondisi kerja yang ada.
Pengukuran waktu metode dibagi atas gerakan-gerakan kerja yaitu :
a. Menjangkau (Reach)
Ada lima kelas menjangkau, yaitu:
1) Menjangkau kelas A: adalah gerakan menjangkau kearah
suatu tempat yang pasti atau ke suatu obyek ditangan lain.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
2) Menjangkau kelas B: adalah gerakan menjangkau ke arah
suatu sasaran yang tempatnya berada pada jarak “kira-kira” tapi
tertentu dan diketahui.
3) Menjangkau kelas C: adalah gerakan menjangkau kearah suatu
obyek yang tercampur aduk dengan banyak obyek lain.
4) Menjangkau kelas D: adalah gerakan menjangkau kearah suatu
obyek yang sangat kecil sehingga diperlukan suatu pegangan
(grasping yang teliti).
5) Menjangkau kelas E: adalah gerakan menjangkau ke arah suatu
sasaran yang tempatnya tidak pasti.
Tabel 2.2 Tabel Gerakan Kerja Mengangkut Reach - R
Distance Moved Inchies
Time TMUHand in Motion
Case and DescriptionA B
Cor D
A B
¾ or less 2.0 2.0 2.0 1.6 1.6 A. Reach the object in fixed location, or to other hand or
on which other hand rest1 2.5 2.5 3.6 2.3 2.32 4.0 4.0 5.9 3.5 2.73 5.3 5.3 7.3 4.5 3.6
B. Reach to single object in location which may very
slightly from cycle to cycle.
4 6.1 6.4 8.4 4.9 4.35 6.5 7.8 9.4 5.3 5.06 7.0 8.6 10.1 5.7 5.77 7.4 9.3 10.8 6.1 6.5
C. Reach to objects in a group so that search and select
occur.
8 7.9 10.1 11.5 6.5 7.29 8.3 10.8 12.2 6.9 7.910 8.7 11.5 12.9 7.3 8.612 9.6 12.9 14.2 8.1 10.1
1410.5
14.4 15.6 8.9 11.5
D. Reach to a very small object or where accurate
grasp is required.
1611.4
15.8 17.0 9.7 2.9
1812.3
17.2 18.4 10.5 14.4
2013.1
18.6 19.8 11.3 15.8
2214.0
20.1 21.2 12.1 17.3
E. Reach to indefinite location to get hand in position for
body balance or next motion or out of way.
2414.9
21.5 22.5 12.9 18.8
2615.8
22.9 23.9 13.7 20.2
2816.7
24.4 25.3 14.5 21.7
3017.5
25.8 26.7 15.3 23.2
Additional 0.4 0.7 0.7 TMU per inch over 30 inchiesSumber : Wignjosoebroto (1995:262)
b. Mengangkut (Move)
Ada tiga kelas mengangkut, yaitu:
1) Mengangkut kelas A: adalah bila gerakan mengangkut merupakan
pemindahan obyek dari suatu tangan ke tangan lain, atau berhenti
karena suatu penahan.LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
2) Mengangkut kelas B: adalah bila gerakan mengangkut merupakan
pemindahan obyek ke suatu sasaran yang terletak tidak pasti.
3) Mengangkut kelas C: adalah bila gerakan mengangkut merupakan
pemindahan obyek ke suatu sasaran yang letaknya pasti.
Tabel 2.3 Tabel Gerakan Kerja Mengangkut Move - M
Distance Moved Inchies
Time TMUWt.(lb.)
Up to
Dynamic Faktor
Static Constant
TMU
Case and DescriptionA B C
Hand in Motion
B¾ or less 2.0 2.0 2.0 1.7
2.5 1.00 0 A. Move object to other hand or against stop.
1 2.5 2.9 3.4 2.32 3.6 4.6 5.2 2.9
7.5 1.06 2.23 4.9 5.7 6.7 3.64 6.1 6.9 8.0 4.3
12.5 1.11 3.9A. Move object to
other hand or against stop.5 7.3 8.0 9.2 5.0
6 8.1 8.910.3
5.717.5 1.17 5.6
B. Move objects to approximate or in definite location.
7 8.9 9.711.1
6.5
8 9.710.6
11.8
7.222.5 1.22 7.4
910.5
11.5
12.7
7.9
Lanjutan Tabel 2.3 Tabel Gerakan Kerja Mengangkut Move - MDistance Moved Inchies
Time TMU Wt.(lb.)
Up to
Dynamic Faktor
Static Constant
TMU
Case and DescriptionA B C
Hand in Motion B
1011.3
12.2
13.5
8.627.5 1.28 9.1
B. Move objects to approximate or in definite location.
1212.9
13.4
15.2
10.0
1414.4
14.6
16.9
11.432.5 1.33 10.8
1616.0
15.8
18.7
12.8
1817.6
17.0
20.4
14.237.5 1.39 12.5
C. Move object to exact location.
2019.2
18.2
22.1
15.6
2220.8
19.4
23.8
17.042.5 1.44 14.3
2422.4
20.6
25.5
18.4
2624.0
21.8
27.3
19.847.5 1.50 16.0
2825.5
23.1
29.0
21.2
3027.1
24.3
30.7
22.7
Additional 0.8 0.60.85
TMU per inch over 30 inchies
Sumber : Wignjosoebroto (1995:264)
c. Memutar (Turn)
Memutar adalah gerakan yang dilakukan untuk memutar tangan baik
dalam keadaan kosong atau membawa beban. Gerakan di sini berputar
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
pada tangan, pergelangan, dan lengan sepanjang sumbu lengan tangan
yang ada. Waktu yang dibutuhkan tergantung pada dua variabel yaitu
derajat putaran dan faktor berat yang harus dipikul.
Tabel 2.4 Tabel Gerakan Kerja Memutar Turn - T
WeightTime TMU for Degrees Turned
30˚
45˚ 60˚ 75˚ 90˚105
˚120
˚135˚
150˚
165˚
180˚
Small-0 to 2 Pounds
2.8 3.5 4.1 4.8 5.4 6.1 6.8 7.4 8.1 8.7 9.4
Medium-2.1 to 10 Pounds
4.4 5.5 6.5 7.5 8.5 9.610.6
11.612.7
13.7 14.8
Large-10.1 to 35 Pounds
8.410.5
12.3
14.4
16.2 18.320.4
22.224.3
26.1 28.2
Sumber : Wignjosoebroto (1995:264)
d. Menekan (Apply Pressure)
Untuk gerakan menekan diberikan siklus waktu penuh dari komponen-
komponen yang berkaitan dengan gerakan-gerakan yang lain.
Tabel 2.5 Tabel Gerakan Kerja Menekan Apply - ApFull Cycle Components
Symbol TMU Description Symbol TMU DescriptionAPA
APB
10.6
16.2
AF + DM + RLF
APA + G2
AFDMRLF
3.4 4.23.0
Apply ForceDwell, MinimumRelease Force
Sumber : Wignjosoebroto (1995:264)
e. Memegang (Grasp)
Memegang adalah elemen gerakan dasar yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk menguasai atau mengontrol sebuah atau beberapa obyek
dengan baik dengan jari-jari maupun tangan untuk memungkinkan
melaksanakan gerakan dasar berikutnya. Diantara hal-hal yang
mempengaruhi lamanya gerakan ini adalah mudah atau sulitnya obyek
ini dipegang, bercampur tidaknya obyek dengan obyek lainnnya dengan
bentuk obyek.
Tabel 2.6 Tabel Gerakan Kerja Memegang Grasp - GType of Grasp
Case Time TMU Description
Pick-up
1A1B
1C11C2
1C3
2.03.57.38.7
10.8
Any sude object by itself, easily graspedObject very small or lying close against a flat surfaceDiameter larger than ½” Interference with
Grasp on bottom and one side of nearly cylinder.
Diameter ¼” to ½”
Diameter less than ¼”
Regrasp 2 5.6 Change grasp without reliquishing controlTransfe
r 3 5.6 Control transferred from one hand to the other
Select
4A4B4C
7.39.112.9
Large than 1” x 1” x 1” Object jumbled with other objects so that search and select occur.
¼” x ¼” x 1/8 to 1” x 1” x 1” Smaller than ¼” x ¼” x 1/8
Contact 5 0 Contact, Sliding, or Hook Grasp Sumber : Wignjosoebroto (1995:264)
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
f. Mengarahkan (Position)
Mengarahkan adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan untuk
menggabungkan, mengarahkan, atau memasangkan satu obyek dengan
obyek lainnya.waktu untuk gerakan mengarahkan dipengaruhi oleh
derajat kesesuain, bentuk simetris, dan kemudahan untuk ditangani.
Tabel 2.7 Tabel Gerakan Kerja Mengarahkan Position – P
Class of Fit SymmetryEasy to Handle
Difficult to Handle
1—Loose No pressure requiredS
SSNS
5.69.1
10.4
11.214.716.0
2—CloseLight pressure
required
SSSNS
16.219.721.0
21.825.326.6
3—ExactHeavy pressure
required
SSSNS
43.046.547.8
48.652.153.4
Supplementary Rule for Surface AlignmentP1SE per alignment : > 1/16” ≤ ¼” P2SE per alignment : ≤ 1/16”
Sumber : Wignjosoebroto (1995:265)
g. Melepas (Release)
Melepas adalah elemen gerakan dasar untuk membebaskan kontrol atas
suatu obyek oleh jari atau tangan. Ada dua klasifikasi gerakan melepas
ialah gerakan melepas normal yaitu secara sederhana jari-jari tangan
membuka dan yang kedua adalah gerakan melepas sentuhan yaitu
dimulai dan diselesaikan penuh sesaat elemen gerakan menjangkau
dimulai tanpa ada waktu menunggu sesaatpun.
Tabel 2.8 Tabel Gerakan Kerja Melepas Release – RLCase
Time TMU Description
12
2.00
Normal release performed by opening finger as independent motionContact release
Sumber : Wignjosoebroto (1995:265)
h. Lepas Rakit (Disasessemble)
Lepas rakit adalah elemen gerak dasar yang digunakan untuk
memisahkan kontak antara satu obyek dengan obyek lainnya. Hal ini
termasuk gerakan memaksa yang dipengaruhi oleh mudah atau
tidaknya pada saat gerakan memaksa yang
dipengaruhi oleh mudah atau tidaknya pada saat gerak lepas rakit
dilaksanakan. Waktu yang digunakan untuk gerakan lepas rakit
dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu tingkat sambungan dari obyek-obyek
yang dipasangkan, kemudian di dalam proses handling, dan faktor kehati-
hatian yang perlu dipertimbangkan.
Tabel 2.9 Tabel Gerakan Kerja Lepas Rakit Disengage - D
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Class of FitHeight of
recoil
Easy to
Handle
Difficult to
Handle
1-Loose
Very slight, blends with subsequent move
Up to 1” 4.0 5.7
2-Close
Normal effort, slight recoilOver 1” to
5”7.5 11.8
3-Tight
Considerable effort, hand recoil markedly
Over 5” to 12”
22.9 34.7
Sumber : Wignjosoebroto (1995:265)
i. Gerakan Mata (Eye Times)
Pada sebagian besar aktivitas kerja, waktu yang dibutuhkan untuk
menggerakkkan dan memfokuskan mata bukanlah faktor-faktor yang
menghambat konsekuensinya dalam hal ini tidak akan mempengaruhi
waktu untuk melaksanakan operasi kerja itu sendiri kecuali eyes focus
time dan eyes travel time. Eyes focus time akan memerlukan waktu
untuk melakukan gerakan fokus suatu obyek dan melihatnya cukup lama
untuk menentukan karakteristik-karakteristik dari obyek tersebut.
Sedangkan eyes travel time dipengaruhi oleh jarak diantara obyek-obyek
yang harus dilihat dengan jalan menggerakkan mata.
Tabel 2.10 Tabel Gerakan Kerja Eye Travel and Eye Focus—ET and EF
Eye Travel Time = 15.2 x TD
TMU, with a maximum value of 20 TMU
Where T = the distance between points from and which the eye travels D = the perpendiculars distance from the eye to the line of travel TEye Focus Time = 7.3 TMU
Supplementary Information- Area of Normal Vision = Circle 4” in Diameter 16” from Eyes- Reading Formula = 5.05 N Where N = The Number of Words
Sumber : Wignjosoebroto (1995:265)
j. Gerakan-gerakan badan lainnya: yang dimaksud pada bagian-bagian lainnya
adalah kaki, telapak kaki, serta bagian-bagian lain seperti lutut, pinggang,
dan lain-lain.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Tabel 2.11 Tabel Gerakan-Gerakan Badan Lainnya(Body, Leg, and Foot Moions)Type Symbol TMU Distance Description
Leg-FootMotion
FM 8.5 To4” Hinged at ankleFMP 19.1 To 4” With heavy pressure
LM_7.11.2
To 6”Ea. Add1’
inchHinged at knee or hip in any direction
Hori
zonta
l M
oti
on
SideStee
p
SS_C1
* < 12”Use Reach or Move time when less
than 12”. Complete when leading leg contacts floor
17.0 12”
0.6Ea. Add’1
inch
SS C_234.11.1
12”Ea. Add’1
inch
Lagging leg must contact floor before next motion can be made
TurnBody
TBC1 18.6 -Complete when leading leg contacts
floor
TBC2 37.2 -Lagging leg must contact floor before
next motion can be made
WalkW_FT 5.3 Per Foot UnobstructedW_P 15.0 Per Foot Unobstructed
W_PO 17.0 Per Foot When onstructed or with weight
VerticalMotion
SIT 34.7 - From standing positionSTD 43.4 - From sitting position
B.S.KOK 29.0 - Bend,Stoop, Kneel on One KneeAB.AS.A
KOK31.9 -
Arise from Bend, Stoop, Kneel on One Knee
KBK 69.4 - Knee on both KneesAKBK 76.7 - Arise from Kneel on both Knees
Sumber : Wignjosoebroto (1995:266)
Waktu untuk setiap elemen gerak ini ditentukan menurut beberapa kondisi
yang disebut dengan “kelas-kelas”. Kelas-kelas ini dapat menyangkut keadaan-
keadaan perhentian, keadaan obyek yang ditempuh atau dibawa, sulit mudahnya
menangani obyek atau kondisi-kondisi lainnya.
Unit waktu yang digunakan dalam tabel-tabel ini adalah sebesar perkalian
0.00001 jam dan unit satuan ini dikenal sebagai TMU (Time-Measurement Unit).
Disini 1 TMU adalah sama dengan 0.00001 jam atau 0.0006 menit.
Gerakan yang berhubungan tubuh manusia dan gerakannya (Wignjosoebroto,
1995:288):
1. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri secara bersamaan.
2. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur secara bersamaan kecuali sedang
istirahat.
3. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris
dan berlawanan arah gerakannya.
4. Gerakan tubuh atau tangan sebaiknya dihemat dan memperhatikan alam
atau natural dari gerakan tubuh atau tangan.
5. Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk membantu
pekerjaannya, pemanfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam
bekerja.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
6. Gerakan yang patah-patah bayak perubahan arah akan memperlambat
gerakan tersebut.
7. Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan teliti dari pada gerakan
yang dikendalikan.
8. Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika memungkinkan
irama kerja harus mengikuti irama alamiah bagi si pekerjanya.
9. Usahakan sedikit mungkin gerakan mata.
1.2.1.1.1 Macam-macam Gerakan Therbligs
Frank dan Lilian Gilberth menciptakan simbol/ kode dari gerakan-gerakan
dasar kerja yang dikenal dengan nama Therbligs. Disini diuraikan gerakan-
gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar therbligs.
Tabel 2.12 Macam-macam Elemen Gerakan Therbligs
Nama TherbligsLambang
HurufKode
WarnaLambang Gambar
Mencari (Search)Sh
Black
Memilih (Select)Sl
Gray, Light
Menjangkau/Membawa tanpa beban (Transport Empty)
TEOlive Green
Memegang (Grasp)G
Lake Red
Membawa dengan Beban (Transport Loaded)
TLGreen
Memegang (Hold)H
Gold Ochre
Melepas (Release Load)RL
Carmine Red
Mengarahkan (Position)P
Blue
Mengarahkan Awal (PrePosition) PP
Sky Blue
Memeriksa (Inspection)I
Burn Ochre
Merakit (Assemble)A
Violet, Heavy
Mengurai Rakit (Diassembly) DA
Violet
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Memakai (Use)U
Purple
Keterlambatan yang tak
Terhindarkan
(Unavoidable Delay)
UD
Yellow
Ochre
Lanjutan Tabel 2.12 Macam-Macam Gerakan TherbligsKeterlambatan yang
dapat Dihindarkan
(Avoidable Delay)
ADLemon
Yellow
Merencanakan (Plan) Dn Brown
Istirahat untuk
menghilangkan lelah
(Rest to Overcome
Fatigue)
R Orange
Sumber: Verheye, Thomas. 2010.Gerakan Therbligs http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)Dari ke-17 elemen Therbligs yang telah diuraikan, dapat diklasifikasikan
menjadi efektif atau inefektif therbligs. Elemen Therbligs yang efektif adalah
semua elemen dasar yang berkaitan langsung dengan aktivitas kerja. Sedangkan
elemen Therbligs yang tidak efektif tidak berkaitan langsung dengan
penyelesaian aktivitas kerja secara langsung.
Berikut pembagian kelompok-kelompok tersebut:
1. Effective therblig
a. Physical Basic Divisions
1) Menjangkau (reach)
Therblig ini adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik
gerakan mendekati maupun menjauhi obyek. Gerakan ini didahului
dengan gerakan melepas (release) dan diikuti oleh gerakan memegang.
Gerakan ini dimulai pada saat tangan mulai berpindah dan berakhir bila
tangan berhenti.
2) Membawa (move)
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Elemen gerak ini merupakan gerakan perpindahan tangan, hanya
dalam gerakan ini tangan terbebani. Gerakan ini didahului oleh gerakan
memegang dilanjutkan dengan gerakan melepas atau juga pengarahan
(position). Therblig ini mulai dan berakhir pada saat yang sama dengan
menjangkau. Faktor yang mempengaruhi adalah jarak pindah dan berat
beban yang dibawa.
3) Melepas (release)
Elemen ini terjadi bila seseorang pekerja melepaskan obyek yang
dipegangnya. Gerakan ini dibandingkan therblig lainnya, merupakan
gerakan yang relatif singkat. Therblig ini dimulai pada saat pekerja
mulai melepaskan tangannya dari obyek dan berakhir bila seluruh
jarinya sudah tidak menyentuh obyek lagi.
4) Memegang (grasp)
Therblig ini adalah gerakan untuk memegang obyek, biasanya
didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan gerakan
membawa. Gerakan ini merupakan gerakan efektif dari suatu pekerjaan
dan meskipun sulit dihilangkan dalam beberapa keadaan masih dapat
dikurangi.
5) Mengarahkan awal (pre-position)
Gerakan mengarahkan pada suatu tempat sementara. Tujuannya
menempatkan sementara agar memudahkan dalam pemegangan
apabila obyek tersebut akan dipakai kembali.
b. Objective Basic Divisions
1) Memakai (use)
Yang dimaksud memakai ini bila satu tangan atau kedua-duanya
dipakai menggunakan alat.
2) Merakit (assemble)
Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu obyek dengan
obyek yang lain sehingga menjadi satu kesatuan. Gerakan ini biasanya
didahului gerakan membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan
melepas. Pekerjaan perakitan dilakukan bila obyek sudah siap dipasang
dan berakhir bila obyek telah digabung dengan sempurna.
3) Mengurai rakit (diassemble)
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Therblig ini kebalikan dari perakitan, disini 2 obyek dipisahkan dari satu
kesatuan. Gerakan ini didahului dengan gerakan memegang lalu
membawa, dilanjutkan dengan melepas. Gerakan ini dimulai pada saat
pemegangan atas obyek telah selesai dan dilanjutkan dengan obyek
memisahkan dan berakhir bila kedua obyek terpisah secara sempurna.
2. Ineffective therblig
a. Mental Atau Semi-Mental Basic Divisions
1) Mencari (search)
Elemen ini merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan
lokasi. Yang bekerja adalah mata. Gerakan ini dimulai saat mata
bergerak mencari obyek dan berakhir ketika obyek sudah ditemukan.
Tujuan dari analisis therblig adalah untuk menghilangkan sedapat
mungkin gerak yang tidak perlu. Misalnya : menyimpan bahan atau
peralatan pada tempat yang tetap sehingga proses mencari dapat
dihilangkan.
2) Memilih (select)
Memilih merupakan gerakan untuk menemukan suatu obyek yang
tercampur, tangan dan mata adalah dua anggota badan yang
digunakan untuk melakukan gerakan ini. Therblig ini dimulai pada saat
tangan dan mata mulai memilih dan berakhir bila obyek sudah
ditemukan. Batas antara mulai memilih dan akhir mencari agak sulit
ditentukan, karena membauran pekerjaan antara dua gerakan bagian
badan. Gerakan ini tidak efektif sedapat mungkin elemen gerak ini
dihindarkan. Misalnya memilih pulpen hitam ditempatnya, sedangkan
ditempat tersebut terdapat pensil dan pulpen warna-warni yang
bercampur.
3) Mengarahkan (position)
Elemen ini merupakan gerakan mengarahkan suatu obyek pada lokasi
tertentu. Mengarahkan biasanya didahului oleh gerakan mengangkut
dan biasa diikuti oleh gerakan merakit. Gerakan ini dimulai sejak
tangan mengendalikan obyek. Waktu mengarahkan juga terpengaruh
oleh kerja mata, karena selama tangan mengarahkan, mata terus
mengontrol agar obyek dapat dengan mudah ditempatkan pada lokasi
yang telah ditentukan.
4) Memeriksa (inspect)
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Elemen ini merupakan pemeriksaan obyek untuk mengetahui apakah
obyek telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Elemen ini dapat berupa
gerakan melihat seperti memeriksa warna, meraba untuk tekstur,
mencium untuk bau, mendengarkan dan kadang-kadang mencicipi.
Biasanya pemeriksaan membandingkan obyek dengan standar.
Sehingga banyak atau sedikit waktu yang dihabiskan tergantung
operator yang menemukan perbedaan obyek dengan standar yang ada.
5) Merencanakan (plan)
Merupakan proses mental, di mana operator berpikir untuk
menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. Elemen ini lebih
sering terjadi pada seorang pekerja baru.
b. Delay
1) Kelambatan yang tak terhindarkan (unavoidable delay)
Yang dimaksud adalah kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang
terjadi diluar kemampuan pengendalian pekerja. Ditimbulkan karena
ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan menganggur
sedangkan tangan yang lainnya bekerja. Kelambatan ini dapat
dikurangi dengan mengadakan perubahan atau perbaikan pada proses
operasi
2) Kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay)
Kelambatan ini ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerjanya itu
sendiri baik disengaja atau tidak. Untuk mengurangi kelambatan ini,
maka diadakan perbaikan oleh pekerja itu sendiri tanpa harus
mengubah proses operasinya
3) Istirahat untuk menghilangkan lelah (rest to overcome fatigue)
Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara
periodik.
4) Memegang untuk memakai (hold)
Memegang untuk memakai adalah memegang tanpa menggerakkan
obyek yang dipegang, perbedaan dengan memegang adalah perlakuan
pada obyek yang dipegang. Therblig ini gerakan tidak efektif, maka
sedapat mungkin dihilangkan atau dikurangi. Gerakan ini dijumpai pada
pekerjaan perakitan, satu tangan memegang untuk memakai dan satu
tangan lagi melakukan pekerjaan memasang.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
b.3Analisis Pengukuran Kerja
Analisis pengukuran kerja yang dilakukan adalah uji kecukupan data dan uji
keseragaman data.
1. Uji kecukupan data
Langkah awal yang dilakukan setelah pengambilan data adalah menguji
kecukupan data. Uji ini dilakukan untuk mengetahui jumlah data minimal
yang dapat diambil untuk melakukan pengujian selanjutnya.
Rumus yang digunakan adalah:
N '=k2 (1−p )S2 p
(2-6)
Sumber : Wignjosoebroto (1995:266)
S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (desimal)
P = Prosentase terjadinya kejadian yang diamati (desimal)
N = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja.
K = Tingkat Kepercayaan
2. Uji keseragaman data
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menguji keseragaman data.
Untuk melakukan uji ini, bisa dilakukan dengan membuat peta kontrol. Untuk
membuat peta control harus diketahui rata-rata (mean), batas control atas
(BKA) dan batas control bawah (BKB) dengan menggunakan tingkat
kepercayaan 95%. Data yang berada diluar BKA dan BKB berarti tidak
seragam dan harus dihapus.
Rumus yang digunakan adalah:
BKA = X+k .σ (2-7)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Uji keseragaman data http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)
BKB = X−k .σ (2-8)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Uji keseragaman data http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)Dengan:
X = rata-rata
k = tingkat keyakinan
σ = standard deviasi
1.4Performance Rating
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Bagian yang paling penting namun paling sulit dalam pelaksanaan
pengukuran kerja adalah kegiatan evaluasi kecepatan atau tempo kerja operator
pada saat pengukuran kerja
berlangsung. Kecepatan, usaha, tempo maupun performance kerja akan
menunjukkan kecepatan gerakan operator pada saat bekerja. Aktivitas untuk
menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator ini dikenal sebagai rating
performance. Secara umum, kegiatan ini dapat didefinisikan sebagai “A process
during which the time study analyst compare the performance (speed or tempo)
of the operator under obesrvation with the observer’s own concept of normal
performance”.
Dengan melakukan Rating diharapkan waktu kerja yang diukur bisa
dinormalkan kembali. Ketidaknormalan dari waktu kerja ini diakibatkan oleh
operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu bekerja dalam tempo atau
kecepatan yang tidak sebagaimana mestinya (bisa terlalu cepat atau terlalu
lambat). Rating adalah satu persoalan penilaian yang merupakan bagian dari
aktivitas pengukuran kerja dan untuk menetapkan waktu baku penyelesaian
kerja lebih cenderung bersifat subyektif.
Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan, maka
dilakukan penyesuaian yaitu dengan cara mengalikan waktu pengamatan rata-
rata (bisa waktu siklus ataupun waktu untuk tiap-tiap elemen) dengan faktor
penyesuaian/Rating p. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja di atas batas
kewajaran (normal) maka Rating faktor ini akan lebih besar dari 1 (p > 1 atau
p > 100%).
2. Apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dengan kecepatan di
bawah kewajaran (normal) maka Rating faktor ini akan lebih kecil dari satu (p
< 1 atau p < 100%).
3. Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka Rating faktor ini
diambil sama dengan satu (p = 1 atau p = 100%). Untuk kondisi kerja
dimana operasi secara penuh dilaksanakan oleh mesin (operating atau
machine time) maka waktu yang diukur dianggap merupakan waktu yang
normal.
Ketika pekerjaan dilaksanakan secara normal maka operator tersebut
dianggap cukup berpengalaman pada saat bekerja tanpa usaha-usaha yang
berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan
menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Berikut ini merupakan beberapa sistem untuk memberikan rating yang
umumnya diaplikasikan di dalam aktivitas pengukuran kerja:
1. Skill dan Effort Rating
Sekitar tahun 1916, Charles E. Bedaux memperkenalkan suatu sistem
untuk pembayaran upah atau pengendalian tenaga kerja. Sistem yang
diperkenalkan oleh Bedaux ini berdasarkan pengukuran kerja dan waktu baku
yang ada dan dinyatakan dalam satuan Bs. Prosedur pengukuran kerja yang
dibuat Bedaux meliputi juga penentuan rating terhadap kecakapan (skill) dan
usaha-usaha yang ditunjukkan operator pada saat bekerja, selain juga
mempertimbangkan kelonggaran (allowance) waktu lainnya. Di sini Bedaux
menetapkan angka 60 Bs sebagai standard performance yang harus dicapai
oleh seorang operator. Dengan lain kata, yang harus dicapai oleh seorang
operator yang bekerja dalam kecepatan normal diharapkan akan mampu
mencapai angka 60 Bs per jam dan pemberian intensif dilakukan pada tempo
kerja rata-rata sekitar 70 sampai 85 Bs per jam.
Sebelum Bedaux memperkenalkan sistemnya, performance rating
biasanya dilaksanakan dengan menganalisa langsung dari data waktu yang
diperoleh dari pengukuran stopwatch. Sehingga apabila seorang operator
bekerja dengan tempo yang cepat, maka waktu kerjanya akan tercatat di
atas waktu rata-rata yang ada dan sebaliknya. Jelas bahwa sistem Bedaux ini
akan memperbaiki metode yang umum dipakai sebelumnya.
2. Westing House System’s Rating
Westing House Company (1927) juga ikut memperkenalkan sistem yang
dianggap lebih lengkap dibandingkan dengan sistem yang dilaksanakan oleh
Bedaux. Di sini selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang telah
dinyatakan oleh Bedaux sebagai faktor yang mempengaruhi performance
kerja manusia, Westing house menambahkan lagi dengan kondisi kerja
(working condition) dan keajegan (consistency) dari operator dalam
melakukan kerja. Untuk ini Westing house telah berhasil membuat suatu
tabel performance rating yang berisikan nilai-nilai angka berdasarkan
tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Untuk
menormalkan waktu yang ada maka hal ini dilakukan dengan mengalikan
waktu yang diperoleh dari pengukuran kerja dengan jumlah keempat rating
faktor yang dipilih sesuai dengan performance yang ditunjukkan operator.
Tabel dari i tersebut adalah seperti pada Tabel 2.13.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Tabel 2.13 Performance rating Menurut WestinghouseFaktor Kelas Lambang Penyesuaian
Skill
SuperskillA1 0,15A2 0,13
ExcellentB1 0,11B2 0,08
GoodC1 0,06C2 0,03
Average D 0
FairE1 -0,05E2 -0,1
PoorF1 -0,16F2 -0,22
Effort
ExcessiveA1 0,3A2 0,12
ExcellentB1 0,1B2 0,08
GoodC1 0,05C2 0,02
Average D 0
FairE1 -0,04E2 -0,08
PoorF1 -0,12F2 -0,17
Condition
Ideal A 0,06Excellent B 0,04
Good C 0,02Average D 0
Fair E -0,03Poor F -0,07
Consistency
Ideal A 0,04Excellent B 0,03
Good C 0,01Average D 0
Fair E -0,02Poor F -0,04
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Performance Rating http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)
Sebagai contoh, apabila diketahui bahwa waktu rata-rata yang diukur
terhadap suatu elemen kerja adalah 0,50 menit dan rating performance operator
adalah memenuhi klasifikasi berikut:
1. Excellent Skill (B2) : + 0,08
2. Good Effort (C2) : + 0,02
3. Good Condition (C) : + 0,02
4. Good Consistency (C) : + 0,01
---------- +
Total : + 0,13
Maka waktu normal untuk elemen kerja ini adalah:
0,50 x 1,13 = 0,565 menit
Kriteria masing-masing kelompok adalah:
a. Super skill
1) Bekerja bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya
2) Bekerja dengan sempurnaLABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
3) Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik
4) Gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti
5) Kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin
6) Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak
terlampau terlihat karena lancarnya
7) Tidak terkesan adanya gerakan berpikir dan merancanakan tentang
apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis)
8) Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan
adalah pekerja yang baik
b. Excellent skill
1) Percaya pada diri sendiri
2) Tampak cocok dengan pekerjaannya
3) Terlihat telah terlatih dengan baik
4) Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-
pengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan
5) Gerakan kerjanya beserta urutan-urutan dijalankan tanpa kesalahan
6) Menggunakan peralatan yang baik
7) Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu
8) Bekerjanya cepat tetapi halus
9) Bekerja berirama dan terkoordinasi
c. Good Skill
1) Kualitas hasil baik
2) Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerjaan pada
umumnya
3) Dapat memberi petunjuk pada pekerja lain yang ketrampilannya lebih
rendah
4) Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap
5) Tidak memerlukan banyak pengawasan
6) Tidak keragu-raguan
7) Bekerjanya “Stabil”
8) Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik
9) Gerakan-gerakannya cepat
d. Average Skill
1) Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri
2) Gerakannya cepat tapi tidak lambat
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
3) Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang perencanaan
4) Tampak sebagai pekerja yang cakap
5) Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya keragu-raguan
6) Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik
7) Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk
pekerjaanya
8) Bekerjanya cukup teliti
9) Secara keseluruhan cukup memuaskan
e. Fair Skill
1) Tampak terlatih tapi belum cukup baik
2) Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya
3) Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan
gerakan
4) Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup
5) Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaanya tetapi tampak
tidak selalu yakin
6) Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri
7) Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah
8) Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya
f. Poor Skill
1) Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran
2) Gerakan-gerakannya kaku
3) Kelihatan ketidakyakinannya pada urut-urutan gerakan
4) Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan
5) Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya
6) Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja
7) Sering melakukan kesalahan-kesalahan
8) Tak adanya kepercayaan pada diri sendiri
9) Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri
Maka dapat disimpulkan yang membedakan kelas ketrampilan adalah
keragu-raguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri, koordinasi, irama
gerakan, “bekas-bekas” latihan, dan hal-hal lain yang serupa.
Sedangkan usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan
operator ketika melakukan pekerjaannya. Terdapat enam kelas usaha
dengan ciri-cirinya:
a. Excessive effort
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
1) Kecepatannya sangat berlebihan
2) Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan
kesehatannya
3) Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang
hari kerja
b. Excellent Effort
1) Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi
2) Gerakan lebih “ekonomis” daripada operator-operator biasa
3) Penuh perhatian pada pekerjaannya
4) Banyak memberi saran-saran
5) Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang
6) Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran waktu
7) Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari
8) Bangga atas kelebihannya
9) Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali
10) Bekerjanya sistematis
11) Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain
tidak terlihat
c. Good Effort
1) Bekerja berirama
2) Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang tidak ada
3) Penuh perhatian pada pekerjaanya
4) Senang pada pekerjaanya
5) Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari
6) Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu
7) Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang
8) Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja
9) Tempat kerjanya diatur baik dan rapi
10) Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik
11) Memelihara dengan baik kondisi peralatan
d. Average Effort
1) Tidak sebaik good, tapi lebih baik daripada poor
2) Bekerja dengan stabil
3) Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya
4) Set-up dilaksanakan dengan baik
5) Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
e. Fair Effort
1) Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal
2) Kadang-kadang perhatian tidak ditujukkan pada pekerjaannya
3) Kurang sungguh-sungguh
4) Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya
5) Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku
6) Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik
7) Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya
8) Terlampau hati-hati
9) Sistematika kerjanya sedang-sedang saja
10) Gerakan-gerakannya tidak terencana
f. Poor Effort
1) Banyak membuang-buang waktu
2) Tidak memperhatikan adanya minat bekerja
3) Tidak mau menerima saran-saran
4) Tampak malas dan lambat bekerja
5) Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-
alat dan bahan-bahan
6) Tempat kerjanya tidak diatur rapi
7) Tidak peduli pada cocok atau baik tiddaknya peralatan yang dipakai
8) Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur
9) Set-up kerjanya terlihat tidak baik
3. Synthetic Rating
Synthetic Rating adalah metode untuk mengevaluasi tempo kerja
operator yang berdasarkan niai waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulu
(predetermined time value). Prosedur yang dilakukan adalah dengan
melaksanakan pengukuran kerja seperti biasanya dan membandingkan
waktu yang diukur ini dengan waktu penyelesaian elemen kerja yang
sebelumnya sudah diketahui data waktunya. Perbandingan ini merupakan
indeks performance atau rating faktor dari operator untuk melaksanakan
elemen kerja tersebut.
R= PA
(2-9)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Performance Rating http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)
Dimana :
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
R = Indeks performance rating faktor
P = Predetermined time untuk elemen kerja yang diamati (menit)
A = Rata-rata waktu dari elemen kerja yang diukur (menit)
4. Performance rating atau Speed Rating
Didalam praktek pengukuran kerja maka metode penetapan rating
performance kerja operator adalah didasarkan pada satu faktor tunggal yaitu
operator speed, space atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai “Performance
Rating” atau “Speed Rating”. Rating
faktor ini umumnya dinyatakan dalam persentase (%) atau angka desimal,
dimana performance kerja normal akan sama dengan 100% atau 1,00.
Penetapan besar kecilnya angka akan dilakukan oleh time study analyst,
sehingga untuk ini dibutuhkan pengalaman yang cukup di dalam
mengevaluasi ataupun menilai performance kerja yang ditunjukkan oleh
operator.
5. Kelonggaran (Allowance)
Sehubungan dengan penggunaan sampling pekerjaan untuk
mendapatkan kelonggaran, ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Sifat kegiatan dari kegiatan-kegiatan kelonggaran yang tidak selalu
tampak sebagai kegiatan yang berdiri sendiri
2. Operator yang diukur harus seorang yang melakukan kegiatan-kegiatan
kelonggaran secara wajar
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu:
1. Kebutuhan pribadi
2. Menghilangkan rasa fatique
3. Hambatan-hambatan yang tak dapat dihindarkan
Ketiga hal tersebut merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan
oleh pekerja sehingga setelah mendapatkan waktu normal kelonggaran perlu
ditambahkan.
2.5 Allowance
Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata
menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja
menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan/tempo kerja yang normal. Walaupun
demikian, pada prakteknya kita akan melihat bahwa operator tersebut tidak
mungkin akan mampu bekerja secara terus - menerus
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
sepanjang hari tanpa adanya interupsi sama sekali. Di sini kenyataannya
operator akan sering menghentikan kerja dan membutuhkan waktu-waktu dan
alasan-alasan lain yang di luar kontrolnya. Waktu longgar yang dibutuhkan dan
akan menginterupsi proses produksi ini bisa diklasifikasikan menjadi:
a. Kelonggaran Waktu untuk Kebutuhan Personal (Personal Allowance)
Pada dasarnya setiap pekerja haruslah diberikan kelonggaran waktu
untuk keperluan yang bersifat kebutuhan pribadi (personal needs). Jumlah
waktu longgar untuk kebutuhan personal dapat ditetapkan dengan cara
melaksanakan aktivitas time study sehari kerja penuh atau dengan metode
sampling kerja. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang relatif ringan ―dimana
operator bekerja selama 8 jam per hari tanpa jam istirahat yang resmi―
sekitar 2 sampai 5% (atau 10 sampai 24 menit) setiap hari akan digunakan
untuk kebutuhan-kebutuhan yang bersifat personal ini.
Meskipun jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personal yang diperlukan
akan bervariasi tergantung pada pekerjanya dibandingkan dengan jenis
pekerjaan yang dilaksanakan, akan tetapi kenyataannya untuk pekerjaan-
pekerjaan yang berat dan kondisi kerja yang tidak enak (terutama untuk
temperatur tinggi) akan menyebabkan kebutuhan waktu untuk personal ini
lebih besar lagi. Allowance untuk hal ini bisa lebih besar dari 5%.
b. Kelonggaran Waktu untuk Melepaskan Lelah (Fatigue Allowance)
Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab di
antaranya adalah kerja yang membutuhkan pikiran banyak (lelah mental)
dan kerja fisik. Masalah yang dihadapi untuk menetapkan jumlah waktu yang
diijinkan untuk istirahat melepas lelah ini sangat sulit dan kompleks. Waktu
yang dibutuhkan untuk keperluan istirahat akan sangat tergantung pada
individu yang bersangkutan, interval waktu dari siklus kerja dimana pekerja
akan memikul beban kerja secara penuh, kondisi lingkungan fisik pekerjaan,
dan faktor-faktor lainnya.
Periode istirahat untuk melepaskan lelah (di luar istirahat makan siang
dimana semua pekerja dalam suatu departemen tidak diijinkan untuk
bekerja) akan bisa menjawab permasalahan yang ada. Lama waktu periode
istirahat dan frekuensi pengadaannya akan tergantung pada jenis pekerjaan
yang ada tentunya. Barangkali yang paling umum dilakukan adalah
memberikan satu kali periode istirahat pada pagi
hari dan sekali lagi pada saat siang menjelang sore hari lama waktu periode
istirahat untuk melepaskan lelah sudah banyak berkurang karena di sini
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
sudah mulai diaplikasikan penggunaan peralatan atau mesin yang serba
mekanis dan otomatis secara besar-besaran sehingga mengurangi peranan
manusia. Sebagai konsekuensinya, maka kebutuhan waktu longgar untuk
istirahat melepaskan lelah ini dapat pula dihilangkan.
c. Kelonggaran Waktu karena Keterlambatan-Keterlambatan (Delay Allowance)
Keterlambatan atau delay bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang sulit
untuk dihindarkan (unavoidable delay), tetapi bisa juga disebabkan oleh
beberapa faktor yang sebenarnya masih bisa untuk dihindari. Keterlambatan
yang terlalu besar / lama tidak
akan dipertimbangkan sebagai dasar untuk menetapkan waktu baku. Untuk
avoidable delay di sini terjadi dari saat ke saat yang umumnya dsebabkan
oleh mesin, operator, ataupun hal-hal lain yang di luar kontrol. Mesin dan
peralatan kerja lainnya selalu diharapkan tetap pada kondisi siap pakai/
kerja. Apabila terjadi kerusakan dan perbaikan berat terpaksa harus
dilaksanakan, operator biasanya akan ditarik dari stasiun kerja ini sehingga
delay yang terjadi akan dikeluarkan dari pertimbangan-pertimbangan untuk
menetapkan waktu baku untuk proses kerja tersebut.
2.6Waktu Siklus, Waktu Normal, Waktu Baku dan Output Standar
Berikut ini merupakan penjelasan dari waktu siklus, waktu normal, waktu
baku, dan output standar :
1. Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan oleh proses usaha dalam
pemenuhan kebutuhan dan harapan pelanggan mulai dari saat pelanggan
menyatakan keinginannya terhadap produk atau jasa sebuah perusahaan
sampai dengan pelanggan mendapatkan produk dan jasa tersebut dengan
memuaskan. Bila perusahaan tersebut bergerak dalam ekspedisi pengiriman
barang atau dokumen maka pelanggan akan menginginkan setidaknya dua
hal utama, yaitu: paket sampai di tujuan dalam kondisi baik (tidak ada cacat)
dan dalam waktu yang singkat sampai di penerima.
Waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan baku diproses
di tempat tersebut. Waktu siklus ini merupakan jumlah waktu tiap elemen job
hasil pengamatan secara langsung yang tertera dalam (stop watch).
WS=∑i=0
nXiN
(2-10)
Sumber: Sutalaksana (1979:39)
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Dimana : X i= jumlah waktu penyelesaian yang teramati
N = jumlah pengamatan yang dilakukan
2. Waktu Normal
Waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam
kondisi wajar dan kemampuan rata-rata. Waktu normal merupakan waktu
kerja telah mempertimbangkan faktor penyesuaian.Rumusnya adalah
sebagai berikut :
W N=W S×p (2-11)
Sumber: Sutalaksana (1979:39)
Dimana : Ws = waktu siklus
P = faktor penyesuaian
Maksud dimasukkannya faktor penyesuaian adalah untuk menjaga
kewajaran kerja, sehingga tidak akan terjadi kekurangan waktu karena terlalu
idealnya kondisin kerja yang diamati. Faktor penyasuaian dalam pengukuran
waktu kerja dibutuhkan untuk menentukan waktu normal dari operator yang
berada dalam sistem kerja tertentu. Beberapa cara menentukan faktor
penyesuaian yaitu antara lain, (Sutalaksana; 1979):
a. Cara Persentase
Cara ini merupakan cara yang paling awam untuk digunakan dalam
melakukan penyesuaian. Besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya
ditentukan oleh pengukuran melalui pengamatan selama melakukan
pengukuran. Setelah mengukur pengamat menentukan faktor
penyesuaian (harga p) yang menurutnya akan menghasilkan waktu
normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus. Bila p = 110%, waktu
siklus (Ws) suatu pekerjaan telah dihitung sama dengan 14,6 menit,
maka waktu normal pekerjaan tersebut sama dengan:
Wn = Ws x P = 14,6 menit x 110% = 16,6 menit
Penentuan faktor penyesuaian tersebut dilakukan dengan sangat
sederhana. Di lain pihak kekurangan ketelitian hasil sebagai akibat dari
kasarnya cara penilaian.
b. Cara Shumard
Cara ini memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas
performance kerja diri sendiri. Seorang yang dipandang bekerja diberi
nilai 60, nilai ini digunakan sebagai patokan untuk memberikan
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
penyesuaian bagi performance kerja lainnya. Misalnya ada seorang
tenaga kerja yang bekerja dengan performance excellent, maka nilai
tenaga kerja tersebut adalah 80, sehingga faktor penyesuaian adalah
80:60= 1,33. Jika waktu siklus pekerjaan terhitung 14,6 menit, maka
waktu normalnya:
Wn = 14,6 menit x 1,33 = 19,42 menit
c. Cara Westinghouse
Cara ini berbeda dengan cara Shumard, cara tersebut mengarahkan
penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau
ketidakwajaran dalam bekerja yaitu ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan
konsistensi.
Yang dimaksud dengan kondisi kerja atau condition pada cara
Westing House adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan
pencahayaan, temperature dan kebisingan ruangan. Bila tiga faktor
lainnya yaitu ketrampilan, usaha dan konsisten merupakan apa yang
dicerminkan operator, maka kondisi kerja merupakan sesuatu di luar
operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak
kemampuan merubahnya.
Oleh sebab itu faktor kondisi sering disebut sebagai faktor
manajemen, karena pihak inilah yang dapat dan berwenang merubah
atau memperbaikinya.
d. Cara Objektif
Cara ini memperlihatkan dua faktor, yaitu kecepatan kerja dan
tingkat kesulitan kerja. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam
menyelesaikan pekerjaan. Jika operator bekerja terlalu cepat,
penyesuaian untuk kecepatan besarnya > 1, jika operator bekerja lambat
penyesuaian kecepatan kerja < 1, dan jika operator bekerja normal
penyesuaiannya = 1. Besarnya penyesuaian untuk tingkat kesulitan kerja
ditentukan dengan memperhatikan kesulitan-kesulitan dalam bekerja.
e. Cara Bedaux
Cara ini merupakan pengembangan untuk lebih mengobyektifkan
penyesuaian. Pada dasarnya cara ini tidak berbeda dengan cara
Shumard, hanya saja nilai-nilai pada Bedaux dinyatakan dalam “B”
seperti misalnya 60B, 70B dan sebagainya.
f. Cara Sintesa
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Cara ini lebih berbeda dengan cara yang lainnya, dalam waktu
penyesuaian setiap elemen gerakan dibandingkan dengan beebrapa
harga yang diperoleh dari tabel-tabel data waktu gerakan, untuk
kemudian dihitung harga rata-rata. Harga rata-rata inilah yang dinilai
sebagai faktor penyesuaian untuk elemen-elemen pekerjaan pertama,
kedua dan ketiga bagi suatu siklus pekerjaan adalah 17,10 detik dan 32
detik. Dari beberapa tabel data waktu gerakan didapat untuk beberapa
elemen yang sama masing-masing pada beberapa elemen tersebut,
perbandingannya adalah 12:10 dan 29:10, rata-ratanya yaitu 1,05. Harga
rata-rata ini menjadi nilai faktor penyesuaian untuk ketiga elemen
pekerjaan tersebut oleh siklus yang bersangkutan. Perhitungan waktu
normal sama dengan cara-cara lainnya.
WN=WS× p
Keterangan :
p = faktor penyesuaian, jika :
p = 1 ; bekerja wajar
p < 1 ; bekerja terlalu lambat
p > 1 ; bekerja terlalu cepat
3. Waktu Baku
Waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk
menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja terbaik saat
itu. Waktu baku merupakan waktu kerja dengan mempertimbangkan faktor
penyesuaian dan faktor kelonggaran (allowance ).
Pemberian kelonggaran ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan
kepada operator untuk melakukan hal - hal yang harus dilakukannya,
sehingga waktu baku yang diperoleh dapat dikatakan data waktu kerja yang
lengkap dan mewakili sistem kerja yang diamati. Kelonggaran yang diberikan
antara lain :
a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah ( fatigue )
c. Kelonggaran yang tidak dapat dihindarkan
Pemberian faktor kelonggaran dan penyesuaian secara bersama - sama,
selayaknya dapat dirasakan adil (fair), baik dari sisi operator maupun dari sisi
manajemen.
Rumus dari waktu baku adalah :
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
W B=W N×100%100%−%allowance
(2-12)
Sumber: Sutalaksana (1979:40)
Dimana : Wn = waktu normal
Ws = waktu siklus
Allowance = kelonggaran
2.7 Peta Kerja
Ada berbagai macam peta kerja yang umum dipakai untuk menganalisa
proses kerja keseluruhan, antara lain:
1. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)
2. Peta Proses Produk Banyak (Multi Product Process Chart)
3. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)
4. Diagram Aliran (Flow Diagram atau Strig Diagram)
Di dalam pembuatan peta-peta kerja tersebut maka di sini akan
dipergunakan simbol-simbol standar ASME. Khusus untuk Peta Proses Operasi
tidak semua simbol akan diaplikasikan, sedangkan untuk diagram aliran
selain aplikasi dari simbol-simbol ASME juga diperlukan gambar lay out dari
pabrik atau area kerja yang akan dianalisa.
2.7.1 Lambang-lambang yang Digunakan
Peta kerja/proses secara umum bisa didefinisikan sebagai gambar grafis yang
menjelaskan setiap proses manufacturing ataupun proses kerja lainnya yang
terjadi di dalam pelaksanaan suatu operasi kerja. Di sini tahapan proses harus
dianalisa secara sistematis dan logis berdasarkan langkah-langkah proses yang
seharusnya hampir semua langkah atau kejadian dalam suatu proses kerja akan
terdiri dari elemen-elemen kerja seperti operasi, transportasi, inspeksi,
menunggu, dan menyimpan (storage).
Untuk maksud tersebut di atas perlu digunakan berbagai macam simbol
untuk menggambarkan masing-masing aktivitas. Simbol-simbol aktivitas yang
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
dalam hal ini dilakukan oleh ASME (American Society of Mechanical Engineers)
dapat dilihat dalam Gambar 2.1, beserta definisinya berikut ini:
Gambar 2.1 Simbol-simbol ASME yang digunakan untuk pembuatan peta prosesSumber: Sritomo Wignjosubroto,(2008:128)
Selanjutnya masing-masing simbol tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut
sebagai berikut:
1. Operasi
Kegiatan operasi apabila suatu proyek (material) akan mengalami
perubahan sifat –baik fisik maupun kimiawi – dalam suatu proses
transformasi. Kegiatan merakit atau
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
mengurai rakit juga dipertimbangkan sebagai suatu operasi kerja. Menerima
informasi maupun memberikan informasi, membuat suatu rencana (planning)
atau melaksanakan kegiatan kalkulasi pada suatu keadaan juga
diklasifikasikan sebagai suatu operasi kerja. Kegiatan–kegiatan kerja di sini
juga dilakukan manusia (operator) mesin, atau kedua-duanya. Operasi
merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi di dalam suatu proses kerja.
Beberapa contoh operasi kerja adalah sebagai berikut:
a. Material Process Chart
Berikut merupakan contoh penggunaan material process chart:
1) Sebuah material dikerjakan dalam proses permesinan misalnya
dengan engine lathe, milling machine, dan grindling machine.
2) Sebuah billet dipanaskan dalam suatu furnace.
3) Selembar kertas diketik dengan mesin ketik dalam kegiatan
administrasi.
b. Man-Process Chart
Berikut merupakan contoh penggunaan man-process chart:
1) Gerakan tangan operator untuk pemakanan feeding dalam proses
membubut, mengebor, dan lain-lain. Memasang mur dan baut pada
proses merakit.
2) Memukul palu.
Jumlah pekerja yang bisa digambarkan oleh sebuah simbol akan
tergantung dengan derajat ketelitian yang dikehendaki dari penggambaran
suatu peta kerja. Sebagai contoh, kegiatan transfer material dari dan ke
mesin bisa dianggap sebagai bagian dari kegiatan operasi akan tetapi bisa
pula dipandang sebagai kegiatan transportasi sehingga penggambaran
simbolnya dalam peta kerja juga akan berbeda. Secara umum bila
maksud utama dari penggambaran peta kerja adalah untuk menunjukkan
urutan langkah dari aktivitas sejumlah operasi kerja, maka kegiatan transfer
yang kecil (jarak perpindahan relatif pendek) dari material yang terjadi dalam
suatu stasiun kerja bisa diasumsikan sebagai bahan dari kegiatan operasi.
2. Transportasi
Kegiatan transportasi terjadi bila fasilitas kerja lainnya―yang
dianalisa―bergerak berpindah tempat yang bukan merupakan bagian dari
suatu operasi kerja. Suatu pergerakan yang merupakan bagian dari suatu
operasi atau disebabkan oleh pekerja pada tempat kerja sewaktu operasi
atau pemeriksaan berlangsung bukanlah merupakan kegiatan transportasi.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Contoh kegiatan transportasi di sini adalah:
a. Memindahkan material dengan tangan, holist, truck, conveyor, dan lain-
lain.
b. Bergerak, berjalan, dan membawa objek dari suatu lokasi kerja ke lokasi
kerja yang lain.
c. Meledakkan/memindahkan material menuju atau dari mesin, container,
conveyor, dan lain-lain.
d. Membuat gambar kerja dari bagian desain ke bagian produksi.
3. Inspeksi
Kegiatan inspeksi atau pemeriksaan terjadi apabila suatu objek diperiksa,
baik pemeriksaan pada segi kualitas maupun kuantitas. Hal ini dilakukan
untuk menjawab pertanyaan “Apakah sudah sesuai dengan karakteristik
performansi yang telah distandarkan?” Pemeriksaan ini bisa termasuk
kegiatan mengukur besaran dengan memakai peralatan ukur atau sekedar
membandingkan secara visual dengan objek lain yang sudah diklasifikasikan
standar. Dalam beberapa kasus tertentu kegiatan ini bisa dilaksanakan
bersama dengan kegiatan kerja lainnya seperti operasi atau transportasi.
Beberapa contoh pemeriksaan adalah sebagai berikut:
a. Meneliti dimensi benda kerja dengan menggunakan alat ukur.
b. Membaca dial indikator atau instrumen-instrumen pengukur lainnya.
c. Menghitung jumlah benda yang diterima dari hasil pembelian.
4. Menunggu (Delay)
Proses menunggu terjadi apabila material, benda kerja, operator atau
fasilitas kerja dalam kondisi berhenti dan tidak terjadi kegiatan apapun selain
menunggu. Contoh-contoh untuk keadaan menuggu ini antara lain seperti:
a. Material atau benda kerja diletakkan di container, menunggu untuk
dipindahkan ke stasiun kerja berikutnya.
b. Obyek menunggu untuk diproses atau diperiksa.
c. Material menunggu diproses karena adanya kerusakan teknis pada
mesin.
5. Menyimpan (Storage)
Proses penyimpanan terjadi apabila obyek disimpan dalam jangka waktu
yang cukup lama. Jika obyek itu akan kembali diambil, biasanya akan
memerlukan prosedur perijinan khusus. Simbol ini digunakan untuk
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
menyatakan bahwa suatu obyek mengalami proses penyimpanan permanen,
yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa ijin tertentu.
Prosedur perijinan dan lamanya waktu adalah dua hal yang membedakan
antara kegiatan menyimpan (storage) dan menunggu (delay). Contoh yang
sesuai dengan kegiatan menyimpan ini adalah antara lain seperti :
a. Bahan baku, supplies, dan lain-lain yang disimpan dalam gudang pabrik.
b. Dokumen atau arsip yang disimpan dalam rak atau lemari khusus.
c. Uang atau surat berharga lainnya yang disimpan dalam brankas.
6. Aktivitas ganda
Seringkali dijumpai kondisi-kondisi dimana dua elemen kerja harus
dilaksanakan secara bersamaan. Sebagai contoh disini adalah kegiatan
operasi yang harus dilaksanakan bersama dengan kegiatan pemeriksaan
pada stasiun kerja yang sama pula. Untuk ini penggambaran simbol yang
digunakan adalah dengan meletakkan simbol kerja yang satu diatas symbol
kerja yang lainnya.
2.7.2 Macam-macam Peta Kerja
Peta kerja dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu peta kerja keseluruhan dan
setempat.
2.7.2.1 Peta Kerja Keseluruhan
Peta kerja keseluruhan digunakan apabila proses produksi melibatkan
sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat produk
yang bersangkutan.
1. Peta Proses Operasi
Peta proses operasi yang sering dikenal dengan nama operation process
chart (OPC) adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah
proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan operasi dan
pemeriksaan sejak awal sampai menjadi produk jadi utuh/komponen. Peta
proses operasi ini juga memuat informasi tentang waktu yang diperlukan,
material yang digunakan, dan alat yang dipakai dalam proses.
Kegunaan dari peta proses operasi yaitu :
a. Dapat mengetahui tingkat kebutuhan akan mesin dan bahan baku.
b. Menentukan tata letak pabrik yang optimal.
Prinsip-prinsip pembuatan dari peta proses operasi adalah sebagai
berikut:
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
a. Pada baris paling atas diberi judul “Peta Proses Operasi yang diikuti
dengan identifikasi lain seperti nama objek, nomor peta, nama pembuat
peta, dan tanggal pembuatan peta.
b. Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horizontal, yang
menunjukkan bahwa meterial tersebut masuk ke dalam proses produksi.
c. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan
terjadinya perubahan proses.
d. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberkiakn secara berurutan
sesuai dengan nomor urut operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan
produk tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi.
e. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara
berurutan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran
untuk kegiatan operasi.
Gambar 2.2 Langkah-langkah sistematis pembuatan peta proses operasiSumber: Wignjosoebroto (2008:134)
2. Peta Aliran Proses
Peta aliran proses adalah sebuah diagram yang menggambarkan
tahapan-tahapan operasi, inspeksi, transportasi, delay, dan penyimpanan
dari satu komponen perakitan atau produk. Kegunaan peta aliran proses
antara lain:
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
a. Mengetahui aliran bahan dari awal sampai akhir.
b. Mengetahui waktu penyelesaian.
c. Mengetahui jumlah kegiatan.
d. Dapat digunakan sebagai alat untuk memperbaiki metode kerja.
e. Menghilangkan ongkos tersembunyi.
Prinsip-prinsip yang bisa digunakan untuk membuat suatu peta aliran
proses yang lengkap, sebagai berikut:
a. Harus memiliki judul yang kemudian diikuti dengan pencatatan beberapa
identifikasi.
b. Disebelah atas kertas, dicatat mengenai ringkasan yang memuat, jumlah
total dan waktu total dari setiap kegiatan yang terjadi.
c. Setelah bagian “kepala” selesai maka dikerjakan bagian “badan”
diuraikan proses yang terjadi secara lengkap beserta lambang dan
informasi mengenai jarak perpindahan, jumlah yang dilayani, waktu yang
dibutuhkan dan kecepatan produksi, juga ditambah dengan kolom
analisa, catatan dan tindakan yang diambil berdasarkan analisa tersebut.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Gambar 2.3 Peta aliran proses (Flow Process Chart)Sumber: Wignjosoebroto (2008:140)
Pada prinsipnya peta aliran proses (flow process chart) hamper sama dengan
peta proses operasi (operation process chart). Perbedaan yang pokok adalah
dalam penggunaan simbol-simbol ASME dimana untuk peta aliran proses semua
simbol akan digambarkan dengan jelas untuk menggambarkan aliran proses
kerja saat awal sampai akhir proses. Dengan demikian disini aka nada tiga
tambahan simbol yang digunakan yaitu simbol panah (transportasi), simbol
setengah lingkaran atau huruf “D” (delay) dan simbol segitiga terbalik (storage)
yang digambarkan baik untuk awal proses maupun akhir proses.
3. Diagram Aliran
Diagram aliran adalah suatu gambaran menurut skala dari susunan lantai
dan gedung, yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi
dalam peta aliran proses.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Kegunaan dari diagram alir ini adalah untuk:
a. Memperjelas peta aliran proses.
b. Perbaikan tata letak tempat kerja.
Prinsip pembuatan diagram aliran yaitu:
a. Pertama dibuatkan judul peta dengan identifikasi lainnya.
b. Penganalisa harus mengidentifikasikan setiap aktivitas dengan lambang
dan nomor yang sesuai dengan yang digunakan peta aliran proses.
c. Arah gerakan dinyatakan oleh anak panah kecil yang dibuat secara
periodik sepanjang garis aliran.
d. Apabila dalam ruangan itu terjadi lintasan lebih dari satu orang atau
barang, maka tiap lintasan dibedakan dengan warna bermacm-macam.
Gambar 2.4 Diagram aliran proses no 25Sumber: Wignjosoebroto (2008:141)
2.7.2.2 Peta Kerja Setempat
Peta kerja setempat digunakan jika kegiatan tersebut terjadi di dalam suatu
stasiun kerja yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah
terbatas. Peta kerja setempat ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Peta Pekerja dan Mesin
Peta pekerja dan mesin merupakan suatu peta atau grafik yang
menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur
dari pekerja dan mesin. LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Kegunaan dari peta pekerja dan mesin ini adalah:
a. Menata tata letak kerja.
Tata letak tempat kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan
lamanya waktu penyelesaian suatu pekerjaan.
b. Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja.
Penataan kembali gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pekerja akan
sangat membantu meningkatkan efektivitas kerjanya dan sekaligus
mempengaruhi efisiensi penggunaan tenaga.
c. Merancang mesin atau peralatan.
Misalnya untuk mengurangi waktu mengangkut dan sekaligus
menghemat tenaga pekerja, maka pekerjaan memindahkan barang
terutama barang berat yang tadinya menggunakan gerobak pendorong.
d. Menambah/mengurangi pekerja/mesin.
Prinsip pembuatan peta pekerja dan mesin:
a. Nyatakan identifikasi peta yang dibuat, kemudian diikuti oleh informasi
pelengkapnya.
b. Langkah terakhir setelah semua aktivitas digambarkan, dibuat
kesimpulan dalam bentuk ringkas yang memuat waktu menganggur,
waktu kerja, dan akhirnya dapat mengetahui waktu penggunaan dari
pekerja atau mesin tersebut.
Informasi penting yang diperoleh melalui peta pekerja dan mesin ialah
hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin
yang ditanganinya. Peningkatan efektifitas penggunaan dan perbaikan
keseimbangan kerja dapat dilakukan, misalnya dengan cara:
a. Merubah tata letak tempat kerja.
b. Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja.
c. Merancang kembali mesin dan peralatan.
d. Menambah pekerja bagi sebuah mesin atau sebaliknya.
Contoh peta proses manusia- mesin dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut
ini:
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Gambar 2.5 Peta proses manusia – mesinSumber: Sritomo, (2008:146)
2. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Peta kerja ini menggambarkan semua gerakan saat bekerja dan waktu
menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan. Selain itu,
peta kerja ini juga dapat menunjukkan perbandingan tugas antara
dibebankan pada tangan kanan dan tangan kiri.
Kegunaan Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan adalah:
a. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan
b. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan
tidak produktif, sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja.
c. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja
d. Sebagai alat untuk melatih pekerja baru, dengan cara kerja yang ideal
Prinsip pembuatan peta tangan kiri dan tangan kanan prinsip tersebut
diuraikan sebagai berikut:
a. Berbeda dengan peta yang lain, untuk membuat peta ini, lembaran kertas
dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian “kepala”, bagian yang memuat
bagan stasiun kerja, dan bagian “badan”.
b. Pada bagian “kepala”, dituliskan judulnya dengan identifikasi lainnya, pada
bagan digambarkan sketsa dari stasiun kerja yang memperlihatkan
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
tempat alat-alat dan bahan, pada bagian “badan” dibagi dalam dua
pihak. Sebelah kiri untuk tangan kiri dan sebelah kanan untuk tangan
kanan.
c. Selanjutnya kita perhatikan urutan gerakan yang dilaksanakan operator,
kemudian operasi tersebut diuraikan menjadi elemen gerakan.
Pada dasarnya peta tangan kiri dan tangan kanan berguna untuk
memperbaiki suatu stasiun kerja. Sebagaimana peta-peta yang lain, peta ini
mempunyai kegunaan yang lebih khusus, diantaranya adalah untuk
menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan menghindari kelelahan,
menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan
tidak produktif, sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja serta
sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru, dengan cara kerja yang baik.
Tabel 2.14 Elemen-Elemen Gerakan pada Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
ElemenLamban
gMenjangkau ReMemegang GMembawa MMengarahkan PMenggunakan UMelepas RIMenganggur DMemegang untuk memakai H
Sumber: Sritomo, (2008:150)
Contoh peta tangan kiri dan tangan kanan ditampilkan dalam Gambar 2.6
berikut ini:
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Gambar 2.6 Pembuatan peta operator untuk menganalisa gerakan tangan kanan dan tangan kiri
Sumber: Sritomo, (2008:152)
2.8Ekonomi Gerakan (Motion Economy)
Dalam proses analisa dan evaluasi metode kerja guna mendapatkan metode
kerja yang lebih efisisen, maka perlu dipertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi
gerakan (the principles of motion economy). Prinsip ekonomi gerakan ini bisa
dipergunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi
dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang
berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang
lainnya.
Dalam buku Motion and Time Study: Improving Productivity, Marvin E. Mundel
membahas dan mensistematisasikan mengenai prinsip-prinsip ekonomi gerakan
seperti berikut ini:
1. Eliminasi gerakan
a. Dalam upaya untuk mendapatkan metode kerja yang efisisen, gerakan-
gerakan dalam sebuah kerja dapat dieliminasi. Pengeliminasian gerakan-
gerakan ini dapat dilakukan dengan cara berikut ini: Mengeliminasi semua
kegiatan atau aktivitas yang memungkinkan, langkah-langkah atau
gerakan-gerakan (dalam hal ini banyak berkaitan dengan aplikasi anggota
badan, kaki, lengan, tangan, dan bagian tubuh yang lain).
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
b. Mengeliminasi kondisi yang tidak beraturan dalam setiap kegiatan dan
meletakkan segala fasilitas kerja dan material atau komponen pada lokasi
yang tetap (hal ini dapat menyebabkan gerakan-gerakan kerja yang
otomatis).
c. Mengeliminasi penggunaan tangan (baik satu tangan maupun keduanya)
sebagai holding device karena hal ini merupakan aktivitas tidak produktif
yang menyebabkan kerja kedua ttangan tidak seimbang.
d. Mengeliminasi gerakan-gerakan yang tidak semestinya, abnormal, dan lain-
lain. Selain itu, juga menghindari gerakan-gerakan yang membahayakan
dan melanggar prinsip-prinsip keselamatan atau kesehatan kerja.
e. Mengeliminasi penggunaan tenaga otot untuk melaksanakan kegiatan
statis atau fixed position dan sebisa mungkin menggunakan tenaga mesin
atau mekanisasi seperti power tools, power feeds, dan material handling
untuk menggantikan tenaga otot.
f. Mengeliminasi waktu kosong (idle time) atau waktu menunggu (delay time)
dengan membuat perencanaan untuk penjadwalan kerja sebaik-baiknya.
Idle time atau delay time ini dapat ditolerir apabila hal tersebut terencana
dan digunakan sebagai waktu untuk melepas lelah.
2. Kombinasi gerakan atau aktivitas kerja
Pengombinasian dua atau lebih gerakan juga dapat dilakukan sebagai upaya
mengefisienkan kerja. Pengombinasian ini dapat dilakukan dengan cara
berikut ini:
a. Mengombinasikan gerakan-gerakan kerja yang berlangsung pendek atau
terputus-putus dan cenderung berubah-ubah arahnya dengan sebuah
gerakan yang kontinyu, tidak patah-patah, dan cenderung membentuk
suatu kurva.
b. Mengombinasikan beberapa aktivitas atau fungsi yang mampu ditangani
oleh sebuah peralatan kerja dengan membuat desain yang multipurpose.
c. Mendistribusikan kegiatan dengan membuat keseimbangan kerja antara
kedua tangan. Pola gerakan kerja yang simultan dan simetris akan
memberikan gerakan yang paling efektif. Apabila kegiatan dikerjakan
secara kelompok, maka diupayakan agar beban kerja dibebankan secara
merata pada seluruh anggota kelompok.
3. Penyederhanaan kegiatan
Selain eliminasi dan kombinasi gerakan, prinsip ekonomi gerakan adalah
penyederhanaan kerja, yaitu:
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
a. Melaksanakan setiap aktivitas dengan prinsip kebutuhan energi otot yang
minimal.
b. Mengurangi kegiatan mencari-cari obyek kerja dengan meletakkannya
pada tempat yang tetap. Meletakkan fasilitas kerja dalam jangkauan
tangan yang normal sehingga gerakan tangan berada pada jarak yang
paling pendek.
c. Menyesuaikan button-button control mesin dengan memperhatikan dimensi
tubuh manusia.
Prinsip-prinsip ekonomi gerakan ini dapat dihubungkan dengan beberapa
komponen pada sebuah stasiun kerja, antara lain:
1. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan anggota tubuh
manusia
2. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung
3. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja yang
digunakan
2.8.1 Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Penggunaan
Anggota Tubuh Manusia
Berikut merupakan prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan
penggunaan anggota tubuh manusia:
1. Manusia memiliki kondisi fisik dan struktur tubuh yang memberi keterbatasan
dalam melaksanakan gerakan kerja.
2. Bila mungkin kedua tangan memulai dan mengakhiri gerakannya dalam waktu
yang bersamaan.
3. Kedua tangan tidak menganggur dalam waktu bersamaan kecuali pada waktu
istirahat.
4. Gerakan tangan harus simetris dan berlawanan arah.
5. Untuk menyelesaikan pekerjaan, maka hanya hanya bagian-bagian tubuh yang
memang diperlukan saja yang bekerja agar tidak terjadi penghamburan
tenaga dan kelelahan yang tidak perlu.
6. Menghindari gerakan patah-patah karena akan cepat menimbulkan kelelahan.
7. Mengatur pekerjaan dengan sedemikian rupa sehingga gerak mata terbatas
pada bidang yang menyenangkan tanpa perlu sering mengubah fokus.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
2.8.2 Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Tempat Kerja
Berlangsung
Berikut merupakan prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat
kerja berlangsung:
1. Tempat-tempat tertentu yang tidak sering dipindah-pindah harus disediakan
untuk semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap
atau gerak rutin.
2. Meletakkan bahan dan peralatan pada jarak yang dapat dengan mudah dan
nyaman dicapai oleh pekerja sehingga mengurangi usaha mencari-cari.
3. Tata letak bahan dan peralatan kerja dirancang sedemikian rupa sehingga
memungkinkan urutan gerakan yang terbaik.
4. Merancang fasilitas kerja sesuai dengan dimensi tubuh pekerja.
5. Merancang kondisi ruang kerja yang ergonomis.
2.8.3 Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Desain Peralatan
Kerja yang Digunakan
Berikut merupakan prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain
peralatan kerja yang digunakan:
1. Mengurangi sebanyak mungkin pekerjaan tubuh apabila pekerjaan tersebut
dapat dilaksanakan dengan peralatan kerja.
2. Menggunakan alat yang multifungsi.
3. Meletakkan fasilitas kerja pada tempat yang tetap agar tidak memerlukan
gerakan-gerakan untuk mencari.
4. Jika tiap jari melakukan kegiatan tertentu, maka beban untuk masing-masing
jari harus seimbang dan sesuai dengan kekuatan yang dimiliki oleh masing-
masing jari.
2.9Line Balancing
Line balancing merupakan metode untuk memecahkan masalah penentuan
jumlah orang dan/atau mesin beserta tugas-tugas yang diberikan dalam suatu
lintasan produksi. Definisi lain dari line balancing yaitu, sekelompok orang atau
mesin yang melakukan tugas-tugas sekuensial dalam merakit suatu produk yang
diberikan kepada masing-masing sumber daya secara seimbang dalam setiap
lintasan produksi, sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi disetiap stasiun
kerja. Fungsi dari line balancing adalah membuat suatu lintasan yang seimbang.
Tujuan pokok dari penyeimbangan lintasan adalah mengurangi delay untuk
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
menghindari work in process (WIP) antar departemen sehingga dapat
memaksimalkan
kecepatan di tiap stasiun kerja dan dapat mencapai efisiensi kerja yang tinggi di
tiap stasiun kerja tersebut. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
menyeimbangkan lintasan, antara lain:
1. Metode Kilbridge-Wester Heuristic
Metode Kilbridge-Wester Heuristic dikembangkan oleh sesuai dengan
namanya, yaitu Kilbridge dan Wester. Langkah-langkah metode ini:
a. Buat precedence diagram dari precedence data yang ada, berilah tanda
daerah-daerah yang memuat elemen-elemen kerja yang tidak saling
bergantung.
b. Tentukan waktu siklus dengan cara mencoba-coba (trial) faktor dari total
elemen kerja yang ada. Setelah CT ditentukan, kemudian tentukan jumlah
stasiun kerja yang mungkin terbentuk menggunakan rumus :
N=∑ t iCT
(2-
13)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)
Dimana:
N = jumlah stasiun kerja
ti = waktu elemen kerja ke-i
c. Mendistribusikan elemen kerja pada setiap stasiun kerja dengan aturan
bahwa total waktu elemen kerja yang terdistribusikan pada sebuah stasiun
kerja tidak boleh melebihi waktu siklus yang ditetapkan.
d. Keluarkan elemen kerja yang telah didistribusikan pada stasiun kerja dan
mengulangi 3 langkah sampai semua elemen kerja yang ada
terdistribusikan ke stasiun kerja.
2. Metode Helgeson-Birnie
Metode Ranked Positioning Weight atau disebut juga metode Helgeson-Birnie,
merupakan heuristik yang paling awal dikembangkan. Metode ini
dikembangkan oleh W.B Helgeson dan D.P Birnie. Langkah-langkah
penyelesaian dengan menggunakan metode ini:
a. Hitung waktu siklus yang diinginkan. Waktu siklus aktual adalah waktu
siklus yang dinginkan atau waktu terbesar.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
b. Buat matrik pendahulu berdasarkan jaringan kerja perakitan.
d. Hitung bobot posisi tiap operasi yang dihitung berdasarkan jumlah waktu
operasi waktu tersebut dan operasi-operasi mengikutinya.
e. Urutkan operasi-operasi mulai dari bobot posisi terbesar sampai dengan
yang terkecil.
f. Lakukan pembebanan operasi pada stasiun kerja mulai dari operasi
dengan bobot terbesar sampai terkecil dengan kriteria total waktu
operasi lebih kecil dari waktu siklus.
g. Hitung efisiensi rata-rata stasiun kerja yang terbentuk.
3. Metode Moodie Young
Metode Moodie-Young terdapat 2 fase. Fase pertama adalah membuat
pengelompokkan stasiun kerja. Elemen kerja ditempatkan pada stasiun kerja
dengan aturan. Pada fase ini pula, precedence diagram dibuat matriks P dan
F, yang menggambarkan elemen kerja pendahulu (P) dan elemen kerja yang
mengikuti (F) untuk semua elemen kerja yang ada.
Pada fase kedua dilakukan redistribusi elemen kerja ke setiap stasiun kerja
hasil dari fase. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada fase dua:
a. Mengidentifikasi waktu stasiun kerja terbesar dan waktu stasiun kerja
terkecil.
b. Tentukan GOAL, dengan rumus:
GOAL=(waktuSK max−waktuSK min)
2 (2-
14)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)c. Mengidentifikasi sebuah elemen kerja yang terdapat dalam stasiun kerja
dengan waktu yang paling maksimum, yang mempunyai waktu lebih kecil
dari GOAL.
d. Pindahkan elemen kerja tersebut.
e. Ulangi evaluasi sampai tidak ada lagi elemen kerja yang dapat dipindah.
4. Metode Immediate Updater First-Fit Heuristic
Pengelompokan elemen kerja dilakukan dengan melibatkan sebuah fungsi
score. Penggolongan fungsi score, adalah:
a. Bobot posisi (Helgeson dan Birnie)
b. Kebalikan bobot posisi
c. Jumlah pengikut
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
d. Jumlah pengikut langsung
e. Jumlah predecessor
f. Waktu elemen kerja
g. Berat posisi mundur yang berulang
h. Tepi mundur yang berulang
Langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan metode ini adalah:
a. Berikan fungsi score n(x) untuk setiap elemen kerja x.
b. Perbaharui sekumpulan elemen kerja yang tersedia (elemen kerja yang
mempunyaii elemen kerja pendahulu yang sudah dikelompokkan pada
sebuah stasiun kerja).
c. Untuk elemen kerja yang tersisa, kelompokkan elemen kerja berurutan
dari yang mempunyai fungsi score tertinggi kemudian kembali lagi ke
langkah b.
5. Metode Rank and Assign Heuristic
Pada metode ini, setelah fungsi score setiap elemen kerja dihitung, kemudian
elemen kerja di rangking berdasar fungsi scorenya. Elemen kerja yang
mempunyai fungsi score tertinggi diberi rangking 1, dan seterusnya. Langkah-
langkah penyelesaian dengan menggunakan metode ini:
a. Hitung fungsi score setiap elemen kerja berdasarkan fungsi yang ada
pada metode IUFF.
b. Buat perangkingan untuk semua elemen kerja berdasarkan nilai fungsi
scorenya.
c. Kelompokkan elemen kerja-elemen kerja pada stasiun kerja dengan
memperhatikan precedence diagram dan batasan CT.
Definisi dari istilah-istilah yang sering digunakan dalam keseimbangan
lintasan (line balancing):
1. Precedence diagram
Precedence diagram merupakan gambaran secara grafis dari urutan operasi
kerja, serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk
memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di
dalamnya.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Gambar 2.7 Precedence diagramSumber: Saryones, Frengky. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?
page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)
Tanda-tanda yang dipakai memiliki arti:
a. Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk
mempermudah identifikasi dari suatu proses operasi.
b. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi.
Dalam hal ini, operasi yang berada pada pangkal panah berarti
mendahului operasi kerja yang ada pada ujung anak panah.
c. Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan
untuk menyelesaikan setiap operasi.
2. Assemble Product
Assemble product adalah produk yang melewati urutan work station dimana
tiap work station (WS) memberikan proses tertentu hingga selesai menjadi
produk akhir pada perakitan akhir.
3. Work Element (Elemen Kerja/Operasi)
Work element (Elemen Kerja/Operasi) merupakan bagian dari seluruh proses
perakitan yang dilakukan.
4. Waktu operasi (TI)
Waktu operasi (TI) adalah waktu standar untuk menyelesaikan suatu operasi.
5. Work Station (WS)
Work station (WS) adalah tempat pada lini perkitan di mana proses perakitan
dilakukan.
6. Cycle Time (CT)
Cycle time (CT) merupakan waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit
produk per satu stasiun. Apabila waktu produksi dan target produksi telah
ditentukan, maka waktu siklus dapat diketahui dari hasil bagi waktu produksi
dan target produksi, waktu siklus harus sama atau lenih besar dari waktu
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
operasi terbesar yang merupakan penyebab terjadinya bottle neck
(kemacetan).
CT= TD
(2-15)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)
Dimana :
CT : Cycle Time
T : Waktu 1 periode produksi
D : Jumlah produk/output
7. Station Time (ST)
Station Time (ST) adalah Jumlah waktu dari elemen kerja yang dilakukan
pada suatu stasiun kerja yang sama.
8. Idle Time
Idle Time adalah waktu menganggur yang terkandung dalam lini perakitan.
Besarnya idle time dapat dihitung dengan cara mengurangi waktu yang
tersedia dengan waktu yang digunakan (selisih perbedaan antara CT dan ST)
IT =CT-ST (2-16)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)
Dimana :
IT : Idle Time
CT : Cycle Time
ST : Station Time
Perhitungan idle time dibagi menjadi dua, yaitu idle time lini perakitan
sebelum diseimbangkan dan idle time lini perakitan setelah diseimbangkan.
Rumus untuk idle time lini perakitan sebelum diseimbangkan:
Idle time = R x T – Σ ti (2-
17)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)
Dimana :
ti : waktu proses elemen kerja yang ada di jalur terpanjang.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
R : jumlah daerah yang terbentuk dari precedence diagram
T : waktu terbesar dari semua elemen kerja
Rumus untuk idle time lini perakitan sesudah diseimbangkan:
Idle Time = CT x N – Σ ti (2-
18)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)
Dimana :
n : jumlah elemen kerja yang ada
CT : cycle time atau waktu siklus
N : jumlah stasiun kerja yang terbentuk
9. Line efficiency (LE)
Line efficiency (LE) yaitu rasio dari total waktu di stasiun kerja dibagi dengan
waktu siklus dikalikan jumlah stasiun kerja.
¿=( ∑ tiCTxN ) x100% (2-19)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)
Dimana :
LE : Line Efficiency
Σ ti : Total waktu operasi
N : Jumlah stasiun kerja
CT : Cycle Time
10. Balance Delay (D)
Balance Delay (D) adalah ukuran dari ukuran ketidak efisiensian lintasan
yang dihasilakan dari waktu menganggur sebenarnya yang disebabkan
karena pengalokasian yang kurang sempurna diantara stasiun-stasiun kerja.
BD=( (CT X N )−∑ t iCT x n ) x100% (2-20)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)
Dimana :
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
D : Balance Delay
N : Jumlah stasiun kerja
CT : Cycle Time
Σ ti : Total waktu operasi
11. Smoothing Index (SI)
Smoothing Index (SI) yaitu suatu index yang menunjukan kelancaran relatif
dari penyeimbangan lini perakitan tertentu.
SI=√∑ (STimax−STi)2 (2-21)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)
Dimana :
SI : Smoothing Index
STimax : Waktu operasi terlama
STi : Waktu operasi tiap stasiun
2.10 Proses Belajar (Learning Process)
Dalam beberapa pabrik sering dijumpai adanya operator yang tidak pernah
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan keahliannya sampai tingkatan
yang tinggi. Dalam kasus ini maka suatu learning allowance bisa diberikan secara
tetap dan dimasukkan dalam penetapan standar waktunya. Selanjutnya agar bisa
diperoleh beberapa pengaturan yang obyektif dari learning allowance ini maka
diperlukan eksperimen yang menghasilkan sebuah
kurva belajar (learning curve) untuk operasi-operasi kerja tertentu. Kurva belajar
tersebut sebagai contoh bisa digambarkan secara umum sebagai berikut :
Gambar 2.8 Kurva belajarSumber: Sritomo, (2008:310)
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Dari eksperimen yang dilakukan telah berhasil disimpulkan bahwa model
matematis dari kurva belajar tersebut bisa digambarkan dalam bentuk
persamaan :
Tq = T1qn (2-24)
Sumber: http://wordpress.com/2006/learningcurve.pdf
Keterangan :
Tq = waktu siklus setelah sejumlah siklus kerja dilakukan
T1qn= bilangan konstan yang ditetapkan secara empiris.
Persamaan tersebut diatas menunjukkan bahwa harga T , bisa pula
diasumsikan sebagai waktu siklus percobaan yang pertama kali dilakukan dan
disini dicari dalam bentuk konstan tertentu yang nilainya terbesar pada harga q
yang rendah.
Persamaan tersebut diatas juga ditunjukkan sebagai “the cummulative average
time per cycle”.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir
3.1.1 Work Sampling
Berikut ini adalah diagram alir praktikum work sampling:
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Gambar 3.1 Diagram Alir Work SamplingSumber: Pengolahan Data
3.1.2 Metode Jam Henti
Berikut merupakan diagram alir pengukuran kerja langsung dengan metode
jam henti:
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TidakTidak
Ya
Ya
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Gambar 3.2 Diagram Alir Pengukuran Langsung Metode Jam HentiSumber: Pengolahan Data
3.1.3 Diagram Alir Metode Tangan Kanan dan Kiri
Berikut ini adalah diagram alir metode tangan kanan dan kiri :
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Ya
TidakTidak
Ya
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Gambar 3.3 Diagram Alir Pengukuran Kerja Tidak LangsungSumber: Pengolahan Data
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Alat-alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain:
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
1. Tabel Bilangan Random
Digunakan untuk mendapatkan angka random yang selanjutnya dimodifikasi
untuk menentukan jadwal waktu pengamatan.
2. Lembar waktu pengamatan
Digunakan untuk menentukan data pengukuran yang diperoleh.
3. Stopwatch
Digunakan untuk menghitung waktu pengerjaan masing-masing stasiun
kerja.
4. Video
5. Karton kuning
6. Plastik mika
Digunakan untuk melapisi bagian depan pigura.
7. Kertas sokong
Digunakan untuk menghias pigura sebagai tahap finishing.
8. Lem rajawali
9. Gunting
10. Cutter
11. Plastik
Digunakan untuk mengemas pigura yang telah dirakit.
12. Kawat emas
Digunakan untuk mengikat plastik kemasan.
13. Pita kain
Digunakan untuk menghias pigura sebagai tahap finishing.
14. Penggaris besi
15. Foto (1 kelompok besar) ukuran 2R sebanyak empat (4) lembar.
3.3 Prosedur Pelaksanaan Praktikum
3.3.1 Jam Henti
Berikut merupakan prosedur pelaksanaan praktikum jam henti:
1. Terdapat lima (5) stasiun kerja yang telah disiapkan sebelumnya.
2. Pada setiap stasiun kerja terdiri dari tiga (3) praktikan. Satu praktikan
bertindak sebagai operator, satu praktikan sebagai pengamat waktu kerja,
dan yang lainnya sebagai pencatat waktu kerja.
3. Praktikan yang bertindak sebagai operator melakukan pekerjaan sesuai
dengan stasiun kerjanya masing-masing, pengamat waktu kerja menghitung
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut, waktu
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
allowance, dan waktu material handling, sedangkan pencatat waktu menulis
jumlah waktu yang diberitahukan oleh pengamat waktu kerja.
4. Setiap bagian pigura selesai dikerjakan, dibawa ke stasiun kerja assembly.
5. Operator pada stasiun kerja assembly bertugas untuk merakit setiap bagian
pigura yang telah diberikan dan dilakukan pencatatan waktu kerja perakitan.
6. Pigura yang telah dirakit dibawa ke stasiun kerja finishing. Pada stasiun ini,
operator bertugas untuk menghias pigura yang telah dirakit dan
mengemasnya pada plastik yang telah disediakan.
3.3.2 Work Sampling
Berikut merupakan prosedur pelaksanaan praktikum Work Sampling:
1. Tiap kelompok mengobservasi suatu sistem kerja yang tempatnya telah
disetujui oleh asisten.
2. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan berupa lembar pengamatan (tabel
bilangan random), alat tulis dan stopwatch.
3. Melakukan pre-working sampling untuk menentukan jumlah pengamatan
yang harus dilakukan (dengan konsultasi ke asisten) sekaligus menghitung λ
(tingkat kedatangan rata-rata).
4. Menggunakan tabel bilangan random dan mengkonversinya dalam waktu
pada lembar pengamatan.
5. Membagi konsep menjadi tiga bagian. Satu untuk mengamati jumlah aktivitas
yang terjadi pada waktu tertentu (sesuai tabel bilangan random), satu untuk
mencatat waktu kedatangan pelanggan, sedangkan yang lain untuk
mengamati keadaan petugas pengukuran (denggan menggunakan tabel
bilangan random yang sama).
6. Melaksanakan pengamatan terhadap objek yang ditentukan sebelumnya dan
mengamati dengan baik objek yang diteliti dalam kondisi kerja beserta
jumlah aktivitas yang terjadi.
a. Untuk bagian petugas pengukuran
Mencatat waktu persiapan dan waktu pengukuran yang sesuai dengan
kondisi yang diamati dalam lembar pengamatan yang telah dipersiapkan
terlebiih dahulu.
b. Untuk bagian antrian
Menghitung atau mencatat banyak customer yang menunggu untuk
dilayani pada waktu sesuai tabel bilangan random.
c. Untuk bagian waktu kedatangan
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Mencatat waktu kedatangan pelanggan.
7. Melakukan pengujian data
8. Membuat laporan praktikum dan analisa data
3.3.3 Tidak Langsung
Berikut merupakan prosedur pelaksanaan praktikum pengukuran tidak
langsung:
1. Melihat video perakitan yang telah diberikan atau disediakan.
2. Mengamati hand motion.
3. Mengukur waktu dari setiap gerakan.
4. Analisa waktu kerja menggunakan peta tangan kiri-tangan kanan.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 ...................................................................................Work
Sampling
4.1.1 Pre Work Sampling
Berikut adalah rekap data pengamatan Pre Work Sampling :
Tabel 4.1 Data Pre Work Sampling Hari INo .
Waktu
OPERATOR 1 OPERATOR 2A B C D E F A B C D E F
119,0
0 √ √
219,0
7 √ √
319,1
5 √ √
419,2
3 √ √
519,2
7 √ √
619,3
2 √ √
719,4
1 √ √
819,4
5 √ √
919,5
4 √ √
1020,0
0 √ √
1120,0
3 √ √
1220,1
0 √ √
1320,1
4 √ √
1420,1
9 √ √
1520,2
6 √ √
1620,3
2 √ √
1720,4
3 √ √
1820,4
7 √ √
1920,5
1 √ √
2020,5
8 √ √
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
2121,0
5 √ √
2221,1
3 √ √
2321,1
8 √ √
2421,2
5 √ √
2521,3
3 √ √
2621,4
0 √ √
2721,4
6 √ √
2821,4
9 √ √ √
2921,5
5 √ √
3022,0
0 √ √ Sumber : Pengolahan Data
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Tabel 4.2 Data Pre Work Sampling Hari II
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
No .
Waktu
OPERATOR 1 OPERATOR 2A B C D E F A B C D E F
114,0
0 √
√
214,0
8 √ √
314,1
2 √ √
414,2
0 √
√
514,2
7 √ √
614,3
4 √ √
714,4
2 √ √
814,4
9 √
√
914,5
2 √
√
1014,5
8 √ √
1115,0
3 √
√
1215,1
1√ √
√
1315,1
6 √ √
1415,2
2√
√
1515,2
9 √ √
1615,3
4 √ √
1715,4
6√ √ √
1815,5
0 √ √
1915,5
4 √ √
2016,0
1 √ √
2116,0
5 √
√
2216,1
1 √ √ √
2316,2
0 √ √
2416,2
8 √
√
2516,3
3√ √ √
2616,3
9 √
√
2716,4
5 √
√
2816,5
1 √ √
2916,5
5 √ √
3017,0
0 √ √ √
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Sumber: Pengolahan Data
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Tabel 4.3 Data Pre Work Sampling Hari IIINO.
WAKTU
OPERATOR 1 OPERATOR 2A B C D E F A B C D E F
1 16,00 √ √2 16,06 √ √ 3 16,12 √ √ 4 16,15 √ √ 5 16,21 √ √6 16,24 √ √ √ 7 16,29 √ √ √ 8 16,33 √ √9 16,41 √ √10 16,48 √ √ 11 16,54 √ √ 12 17,01 √ √ 13 17,06 √ √14 17,07 √ √ 15 17,14 √ √ √ 16 17,22 √ √ 17 17,30 √ √ √ 18 17,43 √ √ √19 17,49 √ √20 17,52 √ √21 18,03 √ √ √ 22 18,05 √ √ √23 18,11 √ √ 24 18,17 √ √ 25 18,25 √ √ 26 18,33 √ √ √ 27 18,40 √ √ 28 18,42 √ √29 18,50 √ √ √30 18,58 √ √
Sumber: Pengolahan Data
Pada data work sampling, dilakukan penambahan data dari pre work
sampling. Hal ini dikarenakan data yang dikumpulkan pada pre work sampling
tidak mencukupi analisa work sampling, sehingga menambah data pengamatan
sebanyak dua hari. Data pre work sampling yang sebanyak tiga hari pengamatan
tetap digunakan pada data work sampling ini, sehingga total data yang
digunakan pada work sampling adalah lima hari pengamatan.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Berikut ini adalah data penambahan dua hari pengamatan:
Tabel 4.4 Data Penambahan Pre-Work Sampling Hari IV
NO WaktuOPERATOR I OPERATOR II
A B C D E F A B C D E F1 9:01:41 √ √ 2 9:02:35 √ √ 3 9:02:37 √ √ 4 9:03:00 √ √ 5 9:04:44 √ √ 6 9:08:51 √ √ 7 9:11:18 √ √ 8 9:16:09 √ √9 9:16:37 √ √ 10 9:18:03 √ √ 11 9:20:14 √ √ 12 9:20:23 √ √ 13 9:23:53 √ √ 14 9:27:33 √ √ 15 9:27:41 √ √ 16 9:27:53 √ √ 17 9:31:40 √ √18 9:32:00 √ √19 9:34:31 √ √ 20 9:36:37 √ √ 21 9:38:19 √ √ 22 9:39:53 √ √ 23 9:40:33 √ √ 24 9:40:54 √ √ 25 9:43:24 √ √ 26 9:45:49 √ √ 27 9:49:25 √ √ 28 9:52:03 √ √ 29 9:52:20 √ √ 30 9:53:03 √ √ 31 9:53:05 √ √ 32 9:53:10 √ √33 9:53:24 √ √34 9:53:42 √ √35 9:53:42 √ √36 9:54:46 √ √37 9:56:33 √ √
3810:01:1
9 √ √
3910:01:2
7 √ √
4010:01:3
3 √ √
4110:03:2
8 √ √
4210:03:3
4 √ √
4310:05:2
4 √ √
4410:06:1
0 √ √
4510:07:1
9 √ √
4610:08:3
7 √ √
4710:08:5
1 √ √
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
NO WaktuOPERATOR I OPERATOR II
A B C D E F A B C D E F
4810:08:5
3 √ √
4910:11:0
5 √ √
5010:12:0
7 √ √ Sumber : Pengolahan Data
Lanjutan Tabel 4.4 Data Penambahan Pre-Work Sampling
NO WaktuOPERATOR I OPERATOR II
A B C D E F A B C D E F
5510:30:
20 √ √
5610:33:
02 √ √
5710:33:
42 √ √
5810:35:
48 √ √
5910:38:
27 √ √
6010:41:
15 √ √ √
6110:41:
26 √ √
6210:42:
03 √ √
6310:43:
28 √ √
6410:45:
09 √ √
6510:48:
15 √ √
6610:48:
58 √ √
6710:52:
14 √ √
6810:53:
28 √ √
6910:55:
27 √ √
7010:57:
51 √ √
7111:02:
04 √ √
7211:04:
27 √ √
7311:08:
23 √ √
7411:09:
58 √ √
7511:10:
39 √ √ 76 11:11: √ √
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
37
7711:13:
27 √ √
7811:13:
50 √ √
7911:18:
17 √ √
8011:21:
25 √ √
8111:22:
09 √ √
8211:23:
48 √ √
8311:26:
27 √ √
8411:31:
10 √ √
8511:33:
38 √ √
8611:33:
46 √ √
8711:35:
04 √ √
8811:35:
37 √ √
8911:41:
14 √ √ √
9011:41:
25 √ √
9111:44:
51 √ √
921150:1
4 √ √
9311:50:
51 √ √
9411:55:
56 √ √
9511:56:
10 √ √
9611:56:
10 √ √
9811:58:
12 √ √
9911:58:
45 √ √ 100
11:59:04 √ √
Sumber : Pengolahan Data
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Tabel 4.5 Data Penambahan Pre-Work Sampling Hari V
NO WaktuOPERATOR I OPERATOR II
A B C D E F A B C D E F
110:01:5
0 √ √
210:03:1
3 √ √
310:05:4
2 √ √
410:08:2
4 √ √
510:11:0
7 √ √
610:11:5
9 √ √
710:19:2
3 √ √
810:19:2
4 √ √
910:19:3
1 √ √
1010:20:2
7 √ √
1110:22:2
0 √ √
1210:27:0
2 √ √
1310:27:0
6 √ √
1410:32:5
4 √ √
1510:33:2
4 √ √
1610:34:5
7 √ √
1710:35:4
0 √ √
1810:35:4
7 √ √
1910:35:5
0 √ √
2010:37:5
3 √ √
2110:39:3
2 √ √
2210:43:2
3 √ √
2310:45:2
9 √ √
2410:47:4
1 √ √
2510:48:1
6 √ √
2610:48:2
2 √ √
2710:50:2
9 √ √
2810:57:1
3 √ √
2910:57:5
7 √ √
3010:59:5
2 √ √ 31 11:01:4 √ √
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
0
3211:01:4
3 √ √
3311:08:5
6 √ √
3411:09:1
0 √ √
3511:09:1
3 √ √
3611:09:3
9 √ √
3711:10:2
1 √ √
3811:11:5
8 √ √
3911:12:0
1 √ √
4011:12:5
6 √ √
4111:13:4
0 √ √
4211:14:5
7 √ √
4311:14:5
9 √ √
4411:19:3
6 √ √
4511:19:5
7 √ √
4611:22:2
8 √ √
4711:25:0
0 √ √
4811:26:0
6 √ √
4911:26:1
5 √ √
5011:26:2
6 √ √
5111:27:2
9 √ √
5211:27:5
2 √ √
5311:28:0
3 √ √
5411:29:4
5 √ √ Sumber : Pengolahan Data
Lanjutan Tabel 4.5 Data Penambahan Pre-Work Sampling Hari V
NO WaktuOPERATOR I OPERATOR II
A B C D E F A B C D E F
5511:30:2
0 √ √
5611:33:0
2 √ √
5711:33:4
2 √ √
5811:35:4
8 √ √
5911:38:2
7 √ √
6011:41:1
5 √ √ √
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
6111:41:2
6 √ √
6211:42:0
3 √ √
6311:43:2
8 √ √
6411:45:0
9 √ √
6511:48:1
5 √ √
6611:48:5
8 √ √
6711:52:1
4 √ √
6811:53:2
8 √ √
6911:55:2
7 √ √
7011:57:5
1 √ √
7112:02:0
4 √ √
7212:04:2
7 √ √
7312:08:2
3 √ √
7412:09:5
8 √ √
7512:10:3
9 √ √
7612:11:3
7 √ √
7712:13:2
7 √ √
7812:13:5
0 √ √
7912:18:1
7 √ √
8012:21:2
5 √ √
8112:22:0
9 √ √
8212:23:4
8 √ √
8312:26:2
7 √ √
8412:31:1
0 √ √
8512:33:3
8 √ √
8612:33:4
6 √ √
8712:35:0
4 √ √
8812:35:3
7 √ √
8912:41:1
4 √ √ √
9012:41:2
5 √ √
9112:44:5
1 √ √
9212:50:1
4 √ √
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
9312:50:5
1 √ √
9412:55:5
6 √ √
9512:56:1
0 √ √
9612:56:1
0 √ √
9812:58:1
2 √ √
9912:58:4
5 √ √ 100
12:59:04 √ √
Sumber : Pengolahan Data
Keterangan:
A: Memberikan Menu
B: Menanyakan Pesanan
C: Mengantarkan Minuman
D: Mengantarkan Makanan
E: Membersihkan Meja
F: Idle
Rekap data dalam tabel :
Tabel 4.5 Rekap dataoperat
or1 2 3 4 5
total produktif
idle
1 36 36 3624
18 150,00 23
2 34 34 3424
18 144,00 24
total 70 70 7048
36 294,00 47
rata-rata 35 35 35
24
18 147,00 24
std.dev
1,41
1,41
1,41 0 0 4,24 1
Sumber : Pengolahan Data
Analisis data pre work sampling dilakukan dengan beberapa pengujian, yaitu:
1. Uji Keseragaman Data
Menghitung BKA dan BKB untuk aktivitas 1
BKA=p+k √ p (1−p)n
=0.87+3×√ 0.87(1−0.87)180=0.433
BKB=p−k √ p (1−p)n
=0.87−3×√ 0.87 (1−0.87)180=0.222
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Tabel 4.6 Uji Keseragaman dataakt
ivit
as
hari 1 hari 2 hari 3
jum
lah
p
rod
ukt
ifju
mla
h
peng
am
at
an p
p bar
BKA
BKBop
1op 2
op 1
op 2
op 1
op 2
1 1713
9 8 8 964,0
0180,0
00,3
6 0,330,4
30,2
2
2 1915
9 10 8 970,0
0180,0
00,3
9 0,330,4
30,2
2
3 1915
9 10 8 970,0
0180,0
00,3
9 0,330,4
30,2
2
4 1010
5 9 9 548,0
0180,0
00,2
7 0,330,4
30,2
2
5 68
6 7 6 942,0
0180,0
00,2
3 0,330,4
30,2
2Sumber: Pengolahan data
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
1 2 3 4 50.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
UJI KESERAGAMAN DATA
pp-barBKABKB
AKTIVITAS
Prod
uktiv
itas
Gambar 4.1 Grafik Keseragaman DataSumber: Pengolahan data
2. Uji Kecukupan Data
k = 95% = 2
s = 0,05
N '=( k2 (1−p )s2 p )
❑
N '=(22 (1−0,87 )0,052×087 )
❑
N '=266,67
Untuk memenuhi uji kecukupan data diperlukan pengamatan sebanyak
267 kali. Jadi dapat disimpulkan bahwa data yang diambil adalah kurang,
maka perlu dilakukan pengamatan lagi sebanyak 2 kali.
Tabel 4.8 Rekap Data Pengamatan Aktivitas 5 Hari
Hari
Akt
ivit
as
aktivitas 1
aktivitas 2
aktivitas 3
aktivitas 4
aktivitas 5
Akti
vit
as
Idle
Total Aktivitas Produktif
opera
tor
1
opera
tor
2
opera
tor
1
opera
tor
2
opera
tor
1
opera
tor
2
opera
tor
1
opera
tor
2
opera
tor
1
opera
tor
2
1 17 13 19 15 19 15 10 10 6 8 9 132
29 8 9 10 9 10 5 9 6 7
20 82
38 9 8 9 8 9 9 5 7 9
18 81
49 9 9 8 9 8 7 8 9 9
11 85
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
517 9 19 9 19 9 10 8 7 7
11 114
Sumber: Pengolahan Data
Analisis data work sampling selama 5 hari dilakukan dengan beberapa
pengujian, yaitu:
1. Uji Keseragaman Data
Tabel 4.9 Uji Keseragaman Data Pengamatan
akti
vit
as
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5
jum
lah
p
rod
ukt
if
jum
lah
p
en
gam
a-t
an
p p bar BKA BKBO1 O
2 O1 O2 O1 O
2 O1 O2 O1 O2
1 17 13 9 8 8 9 9 9 17 9 108 5800,18
60,170 0,217 0,124
2 19 15 9 10 8 9 9 8 19 9 115 5800,19
80,170 0,217 0,124
3 19 15 9 10 8 9 9 8 19 9 115 5800,19
80,170 0,217 0,124
4 10 10 5 9 9 5 7 8 10 8 81 5800,14
00,170 0,217 0,124
5 6 8 6 7 7 9 9 9 7 7 75 5800,12
90,170 0,217 0,124
Sumber: Pengolahan Data
1 2 3 4 50
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25UJI KESERAGAMAN
pp - barBKABKB
AKTIVITAS
PRODUKTIVITAS
Gambar 4.2 Peta Kontrol Data 5 HariSumber: Pengolahan Data
2. Uji Kecukupan Data
s=0,05
N '=k2(1−p)s2 . p
=32(1−0,852)0,052 .0,852
=278
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Dari perhitungan uji kecukupan data diperoleh nilai 278. Sehingga jumlah
pengamatan yang telah dilakukan sebanyak 580 pengamatan sudah lebih dari
kecukupan data yang harus diamati.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
4.1.2 Perhitungan Waktu Baku
Untuk menghitung waktu baku maka dibutuhkan data waktu longgar
(allowance) yang dilakukan oleh operator:
Tabel 4.11 %AllowanceKriteria Allowance %Allowance
A. Tenaga yang dikeluarkan 19B. Sikap Kerja 5C. Gerakan Kerja 0D. Kelelahan Mata *) 17E. Keadaan Temperatur **) 4F. Keadaan Atmosfer ***) 0G. Keadaan Lingkungan yang Baik 2Total 47
Sumber: Pengolahan data
Perhitungan nilai allowance pada masing – masing kriteria besarnya tidak
sama, tergantung dari jenis pekerjaan dan beban kerja operator. Setelah
ditentukan besarnya allowance, maka selanjutnya dapat ditentukan besarnya
waktu baku dari masing- masing aktivitas.
Waktubaku=waktunormal x100%
100%−%allowance
Waktubaku=0,775 x 100%100%−47%
Waktubaku=1,463menit
4.2 Stopwatch Time Study
4.2.1 Diagram Alir
Di bawah ini merupakan diagram alir dari semua Work Station :
Gambar 4.2 Diagram alir Work StationSumber: Pengolahan data
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Keterangan:
Work Station I: Pemotongan badan pigura bagian depan
Work Station II : Pemotongan badan pigura bagian belakang dan penyangga
badan pigura
Work Station III: Pemotongan hiasan pigura bagian atas dan bawah, hiasan
pigura bagian kanan dan kiri, dan mika plastik
Work Station IV :Perakitan pigura
Work Station V : Finishing (Pemasangan hiasan pita pada pigura)
Work Station I mengerjakan pemotongan badan pigura bagian depan, 1
operator sebagai pemotong dan dua praktikan lainnya sebagai pengamat.
Setelah pengerjaan selesai, operator memberikan hasilnya kepada Work Station
IV. Work Station II mengerjakan pemotongan badan pigura bagian belakang dan
penyangga badan pigura, 1 operator sebagai pemotong dan dua praktikan
lainnya sebagai pengamat. Setelah pengerjaan selesai, operator memberikan
hasilnya kepada Work Station IV. Work Station III mengerjakan pemotongan
hiasan pigura bagian atas dan bawah, hiasan pigura bagian kanan dan kiri, dan
mika plastik, 1 operator sebagai pemotong dan dua praktikan lainnya sebagai
pengamat. Setelah pengerjaan selesai, operator memberikan hasilnya kepada
Work Station IV. Setelah pengumpulan semua bagian dari Work Station I-III, maka
Work Station IV melakukan perakitan pigura, 1 operator sebagai perakit, 2
praktikan sebagai pengamat, dan 1 praktikan sebagai orang yang merekam
gambar. Setelah Work Station IV selesai perakitannya, maka hasilnya diberikan
ke Work Station V. Work Station V melakukan finishing yaitu pemasangan hiasan
pita pada pigura.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
4.2.2 Peta Proses Operasi
Dalam pengamatan Stopwatch Time Study dapat digambarkan peta proses
operasi dalam pembuatan pigura tersebut
OPERATION PROCESS CHART
Company :
Product : Bingkai Foto Ukuran 2R
Prepared By : KELOMPOK 10
Date : November
27th,2011
Gambar 4.3 Peta Proses OperasiSumber: Pengolahan data
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
4.2.3 Peta Aliran Proses
4.2.3.1. Peta Aliran Proses WorkStation 1
PETA ALIRAN PROSES
Company :
Product : Bingkai Foto Ukuran 2R
Prepared By: KELOMPOK 10
Date : November
27th,2011
Tabel 4.12 Peta Aliran Proses Work Station 1
Dekripsi Kegiatan OrangJarak
(m)
Waktu
(detik)
1. Membaca alur pengerjaan
2. Membuat desain pigura bag.depan
3. Memotong desain pigura
4. Mengantarkan ke work station 4
0
0
0
8,2
4.2.3.2. Peta Aliran Proses WorkStation 2
PETA ALIRAN PROSES
Company :
Product : Bingkai Foto Ukuran 2R
Prepared By: KELOMPOK 10
Date : November
27th,2011
Tabel 4.12 Peta Aliran Proses Work Station 2
Dekripsi Kegiatan OrangJarak
(feet)
Waktu
(detik)
Membaca alur
pengerjaan
Membuat desain
pigura bag
belakang dan
penyangga
pigura
Memotong
desain pigura
0
0
0
8,2
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Mengantarkan
ke work station 4
4.2.3.3. Peta Aliran Proses WorkStation 3
PETA ALIRAN PROSES
Company :
Product : Bingkai Foto Ukuran 2R
Prepared By: KELOMPOK 10
Date : November
27th,2011
Tabel 4.12 Peta Aliran Proses Work Station 3
Dekripsi Kegiatan OrangJarak
(m)
Waktu
(detik)
1. Membaca alur pengerjaan
2. Memotong desain pigura bag. Samping kiri-kanan
3. Memotong desain pigura bag. Atas-bawah
4. Mengantarkan ke work station 4
0
0
0
3,2
4.2.3.4. Peta Aliran Proses WorkStation 4
PETA ALIRAN PROSES
Company :
Product : Bingkai Foto Ukuran 2R
Prepared By: KELOMPOK 10
Date : November
27th,2011
Tabel 4.13 Peta Aliran Proses Work Station 4
Dekripsi Kegiatan OrangJarak
(m)
Waktu
(detik)
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
1. Membaca alur
pengerjaan
2. Menempelkan
desain pigura
bagian depan
dan belakang
3. Memasang
penyangga
pigura
4. Mengantarkan
ke work station 5
0
0
0
3,2
4.2.3.5. Peta Aliran Proses WorkStation 5
PETA ALIRAN PROSES
Company :
Product : Bingkai Foto Ukuran 2R
Prepared By: KELOMPOK 10
Date : November
27th,2011
Tabel 4.13 Peta Aliran Proses Work Station 5
Dekripsi Kegiatan OrangJarak
(m)
Waktu
(detik)
1. Memasukkan foto
2. Menempelkan pita
3. Memasukkan
pigura kedalam
plastik
0
0
0
4.2.4 Uji Keseragaman
4.2.4.1 Uji Keseragaman Work Station 1
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 1, kemudian
data diolah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.14 Pengolahan Waktu Normal
Elemen Kerja
Pengulangan Ke - (detik) x
x-bar
st dev
BKA BKB1 2 3 4
A 451 415 353 324154
3385,7
5 57,73501,2
1270,2
9 Sumber : Pengolahan Data
Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada
di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.
1 2 3 40
100
200
300
400
500
600
Uji Keseragaman
Elemen ABKA BKB
Pengulangan Ke-
Wak
tu (d
etik)
Gambar 4.4 Grafik Keseragaman Work Station 1Sumber : Pengolahan Data
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semua data berada dalam batas
control, yang berarti waktu pengerjaan pada Elemen A Work Station 1 seragam.
4.2.4.2 Uji Keseragaman Work Station 2
Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 2, kemudian
data diolah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.18 Pengolahan Waktu Normal Work Station 2
ELEMEN KERJA
PENGULANGAN KE- x
x-bar
st dev
BKA BKB1 2 3 4
A 101 69 49 5127
0 67,524,07
6115,6
5319,34
7
B 137 93 84 8640
0 10024,96
7149,9
3350,06
7 Sumber : Pengolahan Data
Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada
di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
1 2 3 40
20
40
60
80
100
120
140
Uji Keseragaman Elemen A pada WS 2
Pengulangan Ke-
Wak
tu (d
etik)
Gambar 4.5 Grafik Keseragaman Elemen A pada Work Station 2Sumber : Pengolahan Data
1 2 3 40
20
40
60
80
100
120
140
160
Uji Keseragaman Elemen B pada WS 2
Elemen BBKABKB
PENGULANGAN KE-
WA
KTU
(deti
k)
Gambar 4.6 Grafik Uji Keseragaman Elemen B pada Work Station 2Sumber : Pengolahan Data
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semua data berada dalam batas
control, yang berarti waktu pengerjaan pada Elemen A dan B pada Work Station
2 seragam.
4.2.4.3 Uji Keseragaman Work Station 3
Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 3, kemudian
data diolah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.19 Pengolahan Waktu Normal Work Station 3ELEM
EN KERJA
PENGULANGAN KE-x-bar
st dev
BKA BKB1 2 3 4
A 3,73 3,50 3,52 2,83203,5
0023,86
8251,2
35155,7
65
B 3,02 3,03 2,80 2,90176,0
00 6,683189,3
67162,6
33
C 1,52 1,15 1,03 0,9870,00
014,72
099,43
940,56
1 Sumber : Pengolahan Data
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada
di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.
1 2 3 40
50
100
150
200
250
300
Uji Keseragaman Elemen A WS 3
Elemen ABKABKB
Pengulangan Ke -
Wak
tu (d
etik)
Gambar 4.7 Grafik Keseragaman Elemen A pada Work Station 3Sumber : Pengolahan Data
1 2 3 40
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Uji Keseragaman Elemen B WS 3
Elemen BBKABKB
Gambar 4.8 Grafik Keseragaman Elemen B pada Work Station 3Sumber : Pengolahan Data
1 2 3 4-20
0
20
40
60
80
100
120
140
Uji Keseragaman Elemen C WS 3
Elemen CBKABKB
Gambar 4.9 Grafik Keseragaman Elemen C pada Work Station 3Sumber : Pengolahan Data
Dari grafik 4.7, grafik 4.8, dan grafik 4.9 di atas dapat disimpulkan bahwa
semua data berada dalam batas control, yang berarti waktu pengerjaan pada
Elemen A, Elemen B, dan Elemen C Work Station 3 seragam.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
4.2.4.4 Uji Keseragaman Work Station 4
Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 4, kemudian
data diolah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.20 Pengolahan Waktu Normal Work Station 4
ELEMEN
KERJA
PENGULANGAN KE-
x
standar
deviasi
BKA BKB1 2 3 4
A482,0
0399,0
0408,0
0375,0
0416
46,15192
508,3038
323,6962
Sumber : Pengolahan Data
Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada
di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.
1 2 3 40
100
200
300
400
500
600
Uji Keseragaman Elemen A WS 4
Elemen ABKABKB
Pengulangan Ke-
Wak
tu (d
etik)
Gambar 4.10 Grafik Uji Keseragaman elemen A pada Work Station 4Sumber : Pengolahan Data
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semua data berada dalam batas
control, yang berarti waktu pengerjaan pada Elemen A Work Station 4 seragam.
4.2.4.5 Uji Keseragaman Work Station 5
Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 5, kemudian
data diolah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.21 Pengolahan Waktu Normal Work Station 5
ELEMEN
KERJA
PENGULANGAN KE-
X-bar
Standar
Deviasi
BKA BKB1 2 3 4
A 115,00 101,00 88,00 98,00100,5
011,15
122,80
78,20
Sumber : Pengolahan Data
Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada
di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
1 2 3 40
20
40
60
80
100
120
140
Uji Keseragaman Elemen A WS 5
Elemen ABKABKB
Pengulangan Ke-
Wak
tu (d
etik)
Gambar 4.11 Uji Keseragaman Elemen A pada Work Station 5Sumber : Pengolahan Data
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semua data berada dalam batas
control, yang berarti waktu pengerjaan pada Elemen A Work Station 5 seragam.
4.2.5 Uji Kecukupan Data
4.2.5.1 Uji Kecukupan Data Work Station 1
N '=¿¿
N '=¿¿
N '=26,878
Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena
keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup.
4.2.5.2 Uji Kecukupan Data Work Station 2
Elemen A
N '=¿¿
N '=¿¿
N '=152,669
Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena
keterbatasan waktu praktikum, maka data di asumsikan cukup.
Elemen B
N '=¿¿
N '=¿¿
N '=74,8LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun dikarenakan
keterbatasan praktikum, maka data diasumsikan cukup.
4.2.5.3 Uji Kecukupan Data Work Station 3
Elemen A
N '=¿¿N '=¿¿N '=16,507
Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena
keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup.
Elemen B
N '=¿¿N '=¿¿N '=1,73
Maka dapat disimpulkan bahwa data cukup.
Elemen C
N '=¿¿N '=¿¿N '=53,06
Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena
keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup.
4.2.5.4 Uji Kecukupan Data Work Station 4
Elemen A
N '=¿¿N '=¿¿N '=14,77
Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena
keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup.
4.2.5.5 Uji Kecukupan Data Work Station 5
Elemen A
N '=¿¿
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
N '=¿¿
Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena
keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup.
4.2.6 Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Normal, Waktu Baku
4.2.6.1 Work Station 1
1. Waktu Siklus = 385,75
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 385,75 x 0,98
= 378,035
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=378,035×100%
100%−21%=398,615
4.2.6.2 Work Station 2
Elemen A
1. Waktu Siklus = 67,5
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 67,5 x 0,98 = 66,15
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=66,15×100%
100%−5,75%=71,785
Elemen B
1. Waktu Siklus = 100
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 100 x 0,96 = 96
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=96×100%
100%−5,25%=101,04
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
4.2.6.3 Work Station 3
Elemen A
1. Waktu Siklus = 203,5
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 203,5 x 0,86
= 195,865
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=195,865×100%
100%−24,25%=180,225
Elemen B
1. Waktu Siklus = 176
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 176 x 0,9 = 175,01
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=158,4×100%
100%−16,75%=180,225
Elemen C
1. Waktu Siklus = 70
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 70 x 0,95 = 66,5
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=66,5×100%
100%−16,75%=82,41
4.2.6.4 Work Station 4
1. Waktu Siklus = 416
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 416 x 0,98 = 407,68
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=407,68×100%
100%−36,5%=443,45
4.2.6.5 Work Station 5
1. Waktu Siklus = 100,5
2. Waktu Normal = Ws x Perfomance Rating
= 100,5 x 0,96 = 96,48
3. Waktu Baku
W B=W N×100%100%−%allowance
W B=96,48×100%
100%−9,25%=105,36
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
4.2.7 Analisis Perhitungan Waktu Siklus dengan Menggunakan MTM
PETA PROSES OPERATOR
No. Komponen : No. Gambar :
Operasi : Perakitan Bingkai Foto Ukuran 2R
Tanggal : 27/11/2011 Departemen :
Digambarkan Oleh : Kelompok 10
Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan KiriTangan Kiri Tangan Kanan
GerakanWaktu TMU
(detik)
Kode
GerakanWaktu TMU
(detik)
Kode
Menjangkau Pelapis Bingkai A 4.0 R2A Menjangkau Stick Lem 4.0 R2A
Memegang Pelapis Pertama 2.0 G1A Memegang Pelapis Pertama 2.0 G1A
Melipat Pelapis Pertama 4,2 DMMelipat Pelapis Pertama 4,2 DM Memutar Pelapis Pertama 9.4 T180S
Memutar Pelapis Pertama 9.4 T180S Manjangkau Stick Lem 4.0 R2A
Menyimpan Pelapis Pertama 0 RL Mengangkut Stick Lem 5.2 M2C
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Mengelem Bingkai A 43.0 P5SEMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMelepaskan 0 RL
Menjangkau Pelapis Pertama 4.0 R2A Memegang Pelapis Pertama 2.0 G1A
Memegang Pelapis Pertama 2.0 G1A Memegang Pelapis Pertama 2.0 G1A
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Menempelkan Pelapis Pertama 3.4 AFMemposisikan Bingkai (memutar) 5.6 P1SE
Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMemegang Pelapis Pertama 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2C
Memposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SE
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Memindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RL
Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan Kiri
GerakanWaktu TMU
(detik)
Kode
GerakanWaktu TMU
(detik)
Kode
Menempelkan Bagian Belakang Pelapis Pertama 3.4 AF
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Memposisikan Bingkai (memutar) 5.6 P1SE
Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RL
Menjangkau Pelapis Kedua 4.0 R2A Melipat Pelapis Kedua 4,2 DM
Melipat Pelapis Kedua 4,2 DM Menempelkan Pelapis Kedua 3.4 AF
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Memposisikan Bingkai (memutar) 5.6 P1SE
Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMemegang Pelapis Kedua 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2C
Mengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RLMenempelkan Bagian Belakang Pelapis Kedua 3.4 AF
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Menjangkau Pelapis Ketiga 5.2 M2CMemposisikan Bingkai (memutar) Melipat Pelapis Ketiga 4,2 DM
Melipat Pelapis Ketiga 4,2 DM Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMemegang Bingkai A 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2C
Mengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RL
Menjangkau Pelapis Ketiga 4.0 R2A Menempelkan Pelapis Ketiga 3.4 AF
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Memposisikan Bingkai A 5.6 P1SEManjangkau Stick Lem 4.0 R2A
Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan KiriMemegang Pelapis Ketiga 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2C
Mengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RLMenempelkan Bagian Belakang Pelapis Ketiga 3.4 AF
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Memegang Bingkai A 2.0 G1AMemposisikan Bingkai (memutar) 9.4 T180
S Manjangkau Stick Lem 4.0 R2A
Memegang Pelapis Keempat 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2C
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Mengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RL
Memegang Pelapis Keempat 2.0 G1A Melipat Pelapis Keempat 4,2 DM
Melipat Pelapis Keempat 4,2 DM Mengangkut Bingkai A 2.0 G1AMengangkut Bingkai A 5.2 M2C Menempelkan Bingkai A 3.4 AFMemegang Bingkai A 2.0 G1A Memposisikan Bingkai 5.6 P1SE
Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMemegang Pelapis Keempat 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2C
Mengelem Bingkai A 43.0 P5SE
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Memposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RLMenempelkan Bagian Belakang Pelapis Keempat 3.4 AF
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Memegang Bingkai A 2.0 G1A
Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan KiriMenjangkau Mika 4.0 R2A Memegang Mika 2.0 G1A
Memegang Mika 2.0 G1A Mengarahkan Mika ke Bingkai A 5.6 P1SE
Mengarahkan Mika ke Bingkai A 5.6 P1SE Manjangkau Stick Lem 4.0 R2A
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RLMenempelkan Bagian Belakang Pelapis Pertama 3.4 AF
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SE
Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan KiriMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RLMenempelkan Bagian Belakang Pelapis Kedua 3.4 AF
Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RLMenempelkan Bagian Belakang Pelapis Ketiga 3.4 AF
Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6B
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Memposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RLMenempelkan Bagian Belakang Pelapis Keempat 3.4 AF
Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMenjangkau Mika 4.0 R2A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2CMeletakkan Mika 0 RL Mengelem Bingkai A 43.0 P5SE
Memposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6B
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai A 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemegang Bingkai A 2.0 G1A
Menjangkau Mika 4.0 R2A Memegang Mika 2.0 G1A
Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan KiriMemegang Mika 2.0 G1A Menempelkan Mika 3.4 AFMenempelkan Mika 5.6 P1SE Menjangkau Bingkai B 4.0 R2AMemegang Bingkai B 2.0 G1A Memegang Bingkai B 2.0 G1A
Mengangkat Bingkai B 5.6 P1SE Mengarahkan Bingkai B untuk Direkatkan ke Bingkai A 5.6 P1SE
Mengarahkan Bingkai B untuk Direkatkan ke Bingkai A
5.6 P1SE Meletakkan Bingkai B 0 RL
Memegang Bingkai A 2.0 G1A Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMemegang Bingkai 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2C
Mengelem Bingkai 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMengangkut Stick Lem 5.2 M2CMengelem Bingkai 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMelepaskan 0 RL
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
180,225
82,41
A1
A3
A2 WS5
WS4
B3
B2
C3
398,615
71,785 101,04
180,225
443,45 105,36
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Menjangkau Bingkai B 4.0 R2A Memegang Bingkai B 2.0 G1AMemegang Bingkai B 2.0 G1A Menempelkan Bingkai B 3.4 AFMenempelkan Bingkai B 5.6 P1SE Menjangkau Kaki Bingkai 4.0 R2A
Memegang Bingkai 2.0 G1A Mengarahkan Kaki Bingkai Ke Bingkai 5.6 P1SE
Memegang Bingkai 2.0 G1A Memegang Kaki Bingkai 2.0 G1AMelepaskan Bingkai 0 RL Manjangkau Stick Lem 4.0 R2AMemegang Kaki Bingkai 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem 5.2 M2C
Mengelem Kaki Bingkai 43.0 P5SEMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemposisikan Lem Bingkai A 43.0 P5SEMemindahkan Lem 8,9 M6BMemegang Kaki Bingkai 2.0 G1AMenempelkan Kaki Bingkai 3.4 AF
Memegang Bingkai 2.0 G1A Memegang Bingkai 2.0 G1A
Total TMU (dalam menit) 4,69Total TMU 7669,1
Sumber: Pengolahan Data
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa total waktu yang diperlukan untuk
merangkai bingkai foto tersebut adalah 4,69 menit atau 7669,1 detik.
4.3 Line Balancing
4.3.1 Metode Bobot Posisi (Ranked Positional Weight)
1. Presedence diagram1
WS 1
WS 2
WS 3
2. Balance delay Lintasan Lama
n : jumlah work station = 5 buah
C : Wbwork station terbesar = 458,5 detik (work station 3)
∑ti : total Wbwork station = 1.578,75 detik
D=n .C−∑ t i
n .C.100%
¿ 5. 458,5−1578,755 .458,5
.100%
¿31,1%LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
1. Efisiensi Lintasan Lama
100% - balance delay = 100% - 28,79% = 68,9%
2. Waktu Siklus
Diasumsikan bahwa waktu kerja perhari (P) = 7 jam = 25200 detik
Diasumsikan bahwa jumlah output/ hari (Q) = 18 buah pigura
T C=PQ
=2520018
=1400detik
3. Selisih Antar Waktu Siklus
Ws : waktu siklus = 1400 detik
c : Wb elemen terbesar = 443,45 detik (elemen A work station 4)
n : jumlah work station = 5 buah
ΔT C=W s−c
n=1400−443,45
5=191,31detik
4. Batas Waktu Siklus
a. TC 1 : 443,45 detik
b. TC 2 : 443,45 + 191,31 = 634,76 detik
c. TC 3 : 634,76 + 191,31 = 826,07 detik
d. TC 4 : 826,07 + 191,31 = 1017,38 detik
e. TC 5 : 1017,38 + 191,31 = 1208,69 detik
f. TC 6 : 1208,69 + 191,31 = 1400 detik
5. Matriks Pendahuluan
Tabel 4.23 Perhitungan Matrik PendahuluPendahulu
Operasi1 2 3 4 5 6 7 8
1 - - - - - - 1 12 - - 1 - - - 1 13 - - - - - - 1 14 - - - - 1 1 1 15 - - - - - 1 1 16 - - - - - - 1 17 - - - - - - - 18 - - - - - - - -
Sumber: Pengolahan Data
6. Pembobotan Operasi
Tabel 4.24 Perhitungan Pembobotan Operasi
Operasi
Bobot PosisiOperasi
Pendahulu
Ranking
(1) 398,615+443,45+105,36 = 947,425 7, 8 2(2) 71,785+101,04+443,45+105,36 =
721,6353, 7, 8 4
(3) 101,04+443,45+105,36 = 649,85 7, 8 5(4) 180,225+180,225+82,41+443,45+105,3 5, 6 7, 8 1
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
6=991,67 (5) 180,225+82,41+443,45+105,36 =
811,4456, 7, 8 3
(6) 82,41+443,45+105,36 = 631,22 7, 8 6(7) 443,45 + 105,36 =548,81 8 7(8) 105,36 - 8
Sumber: Pengolahan Data
Susunan aktivitas elemen berdasarkan peringkat:
(4) (1) (5) (2) (3) (6) (7) (8)
7. Perhitungan Metode RPW:
a. Untuk waktu siklus 1 (538,09 detik)
Tabel 425 .Perhitungan Metode RPWStasiun Kerja I II III IV V
Elemen Aktivitas
(1) (4),(5)
(2), (3), (6)
(7) (8)
Waktu Baku (detik)
398,615
376,09
225,235 443,45
105,36
Sumber: Pengolahan Data
n : 5work station
C : 443,45 detik
∑ti : 1578,75 detik
1) Balance Delay
D=n .C−∑ t i
n .C.100%=5 .443,45−1578,75
4 .443,45.100%=28,8%
2) Efisiensi Lintasan
100% - balance delay = 100% - 28,16 = 71,2%
b. Untuk waktu siklus 2 (634,76 detik)
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1
5
3
4 87
2 6
78
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Tabel 426 .Perhitungan Metode RPWStasiun Kerja I II III
Elemen Aktivitas
(1), (4)
(5), (2), (3), (6)
(7),(8)
Waktu Baku (detik)
578,84
435,46 548,81
Sumber: Pengolahan Data
n : 3 work station
C : 578,84 detik
∑ti : 1578,75 detik
1) Balance Delay
D=n .C−∑ t i
n .C.100%=3 .578,84−1578,75
3 .578,84.100%=9,09%
2) Efisiensi Lintasan
100% - balance delay = 100% - 9,09% = 90,91%
c. Untuk waktu siklus 3 (826,07 detik)
Tabel 4.27 Perhitungan Metode RPWStasiun Kerja I II III
Elemen Aktivitas (4), (1), (5)
(2), (3), (6)
(7)(8)
Waktu Stasiun (detik)
759,065 255,235 548,81
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
4
5 2 3
1
4 1 5
62 3
7 8
6
4 1 5 2
3 6 7 8
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Sumber: Pengolahan Data
n : 3 work station
C : 759,065 detik
∑ti : 1578,75 detik
1) Balance Delay
D=n .C−∑ t i
n .C.100%=3 .795,057−1578,75
3 .795,057.100%=30,67%
2) Efisiensi Lintasan
100% - balance delay = 100% - 18,96% = 69,33%
d. Untuk waktu siklus 4 (1017,38 detik)
Tabel 4.28 Perhitungan Metode RPWStasiun Kerja I II
Elemen Aktivitas (4), (1), (5), (2)
(3), (6) (7), (8)
Waktu Stasiun (detik)
830,85 732,26
Sumber: Pengolahan Data
n : 2work station
C : 1018,3327 detik
∑ti : 1578,75 detik
1) Balance Delay
D=n .C−∑ t i
n .C.100%=2 .1018,3327−1578,75
2 .1018,3327.100%=5,09%
2) Efisiensi Lintasan
100% - balance delay = 100% - 5,09% = 94,9%
e. Untuk waktu siklus 5 (1208,69 detik)
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
4 1 5 32
1 73 2 85 4 6
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
Tabel 4.29 Perhitungan Metode RPWStasiun Kerja I II
Elemen Aktivitas (1), (3), (2),(5), (4)
(6) ,(7), (8)
Waktu Stasiun (detik)
931,89 631,22
Sumber: Pengolahan Data
n : 2work station
C :931,89 detik
∑ti : 1578,75 detik
1) Balance Delay
D=n .C−∑ t i
n .C.100%=2 .931,89−1578,75
2 .931,89.100%=15,29%
2) Efisiensi Lintasan
100% - balance delay = 100% - 16,88% = 84,71%
f. Untuk waktu siklus 6 (1400 detik)
Tabel 4.29 Perhitungan Metode RPWStasiun Kerja I II
Elemen Aktivitas (1), (3), (2),(5), (4), (6)
(7), (8)
Waktu Stasiun (detik)
1014,3 548,81
Sumber: Pengolahan Data
n : 2work station
C : 1014,3 detik
∑ti : 1578,75 detik
1) Balance Delay
D=n .C−∑ t i
n .C.100%=2 .1014,3−1578,75
2 .1014,3.100%=22,18%
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
86 7
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
2) Efisiensi Lintasan
100% - balance delay = 100% - 23,55% = 77,82%
10. Rekapan Efisiensi Lintasan Work Station
Tabel 4.30 Perhitungan Efisiensi Lintasan Work Station
Waktu Siklus Efisiensi Lintasan Efisiensi Work Station Lama
Waktu Siklus 1 71,20% 68,89%Waktu Siklus 2 90,91% 68,89%Waktu Siklus 3 69,33% 68,89%Waktu Siklus 4 95,01% 68,89%Waktu Siklus 5 84,71% 68,89%Waktu Siklus 6 77,82% -
Sumber: Pengolahan Data
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa waktu siklus 4 lebih efisien yaitu
95,01% dibandingkan dengan waktu siklus lainnya, sehingga waktu siklus 4 bisa
digunakan sebagai model stasiun kerja dengan efisiensi waktu terbaik.
4.4 Pengolahan Data Learning Curve
Berikut adalah rekap data waktu pengerjaan dengan jumlah error :
Tabel 4.25 Data Waktu PengerjaanPengulangan
Ke-Waktu Pengerjaan
(detik)Jumlah Error
1 1:47:00 12 0:50:00 03 0:57:00 04 0:54:00 05 0:49:00 06 0:46:00 07 0:48:00 08 0:47:00 09 0:44:00 010 0:52:00 011 0:42:00 012 0:39:00 0
Sumber : Pengolahan Data
panjang pita = 20 cm
panjang kawat emas = 5 cmTabel 4.26 Perhitungan Waktu Pengerjaan
Pengulangan Ke-
Waktu Pengerjaan (detik)
1 1072 503 574 545 49
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
6 467 488 479 44
10 5211 4212 39
Sumber : Pengolahan Data
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 120
20
40
60
80
100
120 Learning Curve
Waktu Pengerjaan
Pengulangan
Wak
tu P
enge
rjaan
(det
)
Gambar 4.12 Learning CurveSumber : Pengolahan Data
Dengan melihat grafik pada gambar 4.12, dapat disimpulkan bahwa data
pengamatan memiliki kecenderungan seiring dengan bertambahnya replikasi
yang dilakukan, maka bertambah singkat pula waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan sebuah hiasan pita yang memiliki panjang 20 sentimeter dengan
lilitan kawat emas sepanjang 5 sentimeter. Pada analisis learning curve diatas
diperoleh suatu grafik yang menunjukkan kecenderungan operator semakin
cepat dalam menyelesaikan tugasnya pada setiap replikasi, dan akan secara
perlahan-lahan kembali membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
menyelesaikan tugas tersebut akibat dari rasa bosan yang ditimbulkan dari
rutinitas aktivitas tersebut. Pada pengamatan praktikum modul 5 ini, banyaknya
replikasi sejumlah 12 data yang diamati kurang dapat menunjukkan keseluruhan
bagian kurva yang diharapkan. Data pengamatan hanya dapat menunjukkan
bagian kurva dimana operator membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk
menyelesaikan hiasan pita seiring bertambahnya replikasi.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 5 WORK MEASUREMENT
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Work Measurement adalah usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja
yang dibutuhkan oleh seorang pekerja atau operator dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal
dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu.
2. Ada dua macam teknik untuk melakukan work measurement, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Work measurement secara langsung adalah
melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan atau operator yang
akan diukur. Sedangkan work measurement secara tidak langsung adalah
pengukuran dimana pengamat tidak harus berada di tempat pekerjaan yang
diukur.
3. Pada praktikum kali ini menggunakan metode pengukuran langsung dan
tidak langsung. Untuk pengukuran langsung digunakan metode jam henti
(stopwatch time study) dan work sampling. Sedangkan untuk pengukuran
tidak langsung menggunakan method time measurement (MTM).
5.2Saran
Dalam pelaksanaan praktikum ini disarankan untuk:
1. Memahami materi lebih dulu tentang Work Measurement sehingga dapat
melakukan analisis dan pembahasan modul dengan tepat dan cepat.
2. Lebih teliti pada saat melakukan pengamatan.
3. Meningkatkan konsentrasi saat melakukan pengamatan waktu kerja dan
melaksanakan praktikum.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Top Related