1
MODUL MATERI KULIAH
KU 4182 KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Oleh:
Azwar Gani Sopian 15409019
Divlaa Garina 13709032
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
KELOMPOK KEAHLIAN SOSIOTEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2
DAFTAR ISI
BAB I KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT ........................................................................ 4
1.1. Pengertian Kebudayaan .................................................................................................... 4
1.2. Pengertian Masyarakat ...................................................................................................... 4
BAB II KOMUNIKASI ............................................................................................................. 6
2.1. Fungsi Komunikasi ........................................................................................................... 7
2.2. Teori-Teori Komunikasi ................................................................................................... 8
BAB III STRATEGI KOMUNIKASI ........................................................................................ 16
3.1. Strategi Komunikasi Efektif ........................................................................................... 17
BAB IV MEDIA KOMUNIKASI ............................................................................................. 21
BAB V TEORI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN ................................................................. 23
5.1. Definisi Konsep Pembangunan ....................................................................................... 23
5.2. Konsep Modernisasi ....................................................................................................... 24
5.2.1. Historis .................................................................................................................... 24
5.2.2. Relatif ...................................................................................................................... 24
5.2.3. Analisis .................................................................................................................... 25
5.3. Teori Pembangunan ........................................................................................................ 26
BAB VI PROSES PEMBANGUNAN ....................................................................................... 32
6.1. Makna, Ruang Lingkup dan Dinamika Pembangunan ..................................................... 32
6.2. Hambatan-Hambatan Dalam Pembangunan .................................................................... 34
6.3. Proses dan Perspektif Pembangunan Bangsa ................................................................... 35
6.4. Tentang Teori Pembangunan Nasional ............................................................................ 36
BAB VII PROSES PERUBAHAN MASYARAKAT ................................................................ 39
7.1. Pengertian Perubahan Sosial Masyarakat ........................................................................ 39
7.2. Hambatan-hambatan dalam Interaksi Bahasa dan Verbal................................................. 43
3
7.3. Teori-Teori Terkait Perubahan Masyarakat ..................................................................... 44
BAB VIIIPENELITIAN KUALITATIF .................................................................................... 53
8.1. Definisi Penelitian Kualitatif ...................................................................................... 53
8.2. Ciri-ciri penelitian kualitatif ....................................................................................... 54
8.3. Fungsi seorang peneliti kualitatif ................................................................................ 55
BAB IX PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ....................... 61
9.1. Masalah Sosial Indonesia ........................................................................................... 61
9.2. Aneka Ragam Pendekatan Pembangunan ................................................................... 62
9.3. Karakteristik Konsep Kesejahteraan Sosial ..................................................................... 64
9.4. Modal Sosial .................................................................................................................. 65
9.4. Manfaat Modal Sosial ..................................................................................................... 66
9.5. Pemetaan Sosial sebagai Dasar Analisis Sosial ................................................................ 66
BAB X PERENCANAAN PARTISIPATIF .............................................................................. 69
10.1. Participatory Rural Appraisal ........................................................................................ 70
BAB XI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ........................................................................ 74
11.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat .......................................................................... 74
11.2. Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Proses .................................................................... 76
11.3. Tingkatan Pemberdayaan Masyarakat ........................................................................... 76
11.4. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ................................................................................ 77
11.5. Partisipasi Masyarakat .................................................................................................. 77
11.6. Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat ............................................................... 80
4
BAB I
KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT
1.1. Pengertian Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat (1979), kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar. Ki Hajar Dewantara juga pernah menyebutkan bahwa kebudayaan itu adalah budi
manusia dalam hidup bermasyarakat.
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang
bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia
serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang
berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena
kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumber dari nilai-nilai moral tersebut
adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dipunyai oleh setiap manusia
(Geertz, 1973).
Di samping itu, dalam setiap kebudayaan juga terdapat ide-ide yang antara lain berisikan
pengetahuan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai sesuatu dengan
sebaik-baiknya, berbagai ukuran untuk menilai berbagai tujuan hidup dan menentukan mana yang
terlebih penting, berbagai cara untuk mengidentifikasi adanya bahaya-bahaya yang mengancam
dan asalnya, serta bagaimana mengatasinya (Spradley, 1972).
1.2. Pengertian Masyarakat
Manusia adalah makhluk sosial, sebagai makhluk sosial salah satu cirinya adalah berinteraksi
antar sesamanya. Masyarakat merupakan salah satu contoh bentuk interaksi yang terjadi dalam
kehidupan manusia.
5
Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi dalam
suatu sistem adat istiadat tertentu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Sebagai mana
telah dijelaskan dalam pengertian masyarakat, maka ciri-ciri masyarakat itu sendiri adalah:
1. Kesatuan antar individu (gabungan dari beberapa individu).
2. Menempati suatu wilayah tertentu.
3. Terdapat sistem yang berlaku dan telah disepakati bersama.
4. Terdapat interaksi antar sesamanya.
6
BAB II
KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu.
Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal. Secara ringkas, proses berlangsungnya
komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.
– Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang
lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang
disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat
simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
– Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran
baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung
melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.
– Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke
komunikan.
– Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi
pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu
sendiri.
– Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas
pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan
yang dimaksud oleh si pengirim.
7
2.1. Fungsi Komunikasi
William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi
menjadi empat, yaitu:
1. Sebagai komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa
komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan
ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk
hubungan hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota
masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, hingga negara
secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
2. Sebagai komunikasi ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-
perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan
sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat
disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat
perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala
anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan
tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara
atau penguasa kampus dengan melakukan demontrasi.
3. Sebagai komunikasi ritual
Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan
sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari
upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain.
Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang
bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca
8
kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara
wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka
yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau agama
mereka.
4. Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan,
mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.
2.2. Teori-Teori Komunikasi
1. Teori Model Lasswell
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold
Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang
sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says
what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan
pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
2. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa
dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa
proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian
menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon
tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus
informasi dan menentukan pendapat umum.
9
3. Teori Informasi atau Matematis
Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi
selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk
penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b),
Mathematical Theory of Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif:
komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan
media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang
mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya
(encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses.
Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia
mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang
ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung
berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi
tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga
cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan
cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.
Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di
Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah
insiyiur di sana yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui
telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada
semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di
mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut mereka,
saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang
radio.
Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak dalam
penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang terpenting dalam
keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang disampaikan-seperti
pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses
transmisi.
10
Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal yang lewat
melalui saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini sangat berguna pada
pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver, dan code
untuk memudahkan efisiensi informasi.
4. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori
uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai
expectance-value theory (teori pengharapan nilai). Dalam kerangka pemikiran teori ini,
kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media --
kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan
evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated
comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur,
Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan
sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan
hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari
untuk melihatnya.
5. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach
dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak
asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang
ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka
mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem
sosial yang lebih besar.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini
memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media
massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan
tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak
tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.
11
Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem
media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan
kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk
memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan
ketergantungan, melainkan kondisi sosial. Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media
massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset
eksperimen, survey dan riset etnografi.
• Riset Eksperimen
Riset eksperimen (experimental research) merupakan pengujian terhadap efek
media dibawah kondisi yang dikontrol secara hati-hati. Walaupun penelitian yang
menggunakan riset eksperimen tidak mewakili angka statistik secara
keseluruhan, namun setidaknya hal ini bisa diantisipasi dengan membagi obyek
penelitian ke dalam dua tipe yang berada dalam kondisi yang berbeda.
Riset eksperimen yang paling berpengaruh dilakukan oleh Albert Bandura dan
rekan-rekannya di Stanford University pada tahun 1965. Mereka meneliti efek
kekerasan yang ditimbulkan oleh tayangan sebuah film pendek terhadap anak-
anak. Mereka membagi anak-anak tersebut ke dalam tiga kelompok dan
menyediakan boneka Bobo Doll, sebuah boneka yang terbuat dari plastik, di
setiap ruangan. Kelompok pertama melihat tayangan yang berisi adegan
kekerasan berulang-ulang, kelompok kedua hanya melihat sebentar dan
kelompok ketiga tidak melihat sama sekali.
Ternyata setelah menonton, kelompok pertama cenderung lebih agresif dengan
melakukan tindakan vandalisme terhadap boneka Bobo Doll dibandingkan
dengan kelompok kedua dan ketiga. Hal ini membuktikan bahwa media massa
memiliki peran membentuk karakter khalayaknya.
Kelemahan metode ini adalah berkaitan dengan generalisasi dari hasil penelitian,
karena sampel yang diteliti sangat sedikit, sehingga sering muncul pertanyaan
mengenai tingkat kemampuannya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata
(generalizability). Kelemahan ini kemudian sering diusahan untuk diminimalisir
dengan pembuatan kondisi yang dibuat serupa mungkin dengan keadaan di dunia
12
nyata atau yang biasa dikenal sebagai ecological validity Straubhaar dan Larose,
1997 :415).
• Survey
Metode survey sangat populer dewasa ini, terutama kemanfaatannya untuk
dimanfaatkan sebagai metode dasar dalam polling mengenai opini publik.
Metode survey lebih memiliki kemampuan dalam generalisasi terhadap hasil riset
daripada riset eksperimen karena sampelnya yang lebih representatif dari
populasi yang lebih besar. Selain itu, survey dapat mengungkap lebih banyak
faktor daripada manipulasi eksperimen, seperti larangan untuk menonton
tayangan kekerasan seksual di televisi dan faktor agama. Hal ini akan diperjelas
dengan contoh berikut.
• Riset Ethnografi
Riset etnografi (ethnografic research) mencoba melihat efek media secara lebih
alamiah dalam waktu dan tempat tertentu. Metode ini berasal dari antropologi
yang melihat media massa dan khalayak secara menyeluruh (holistic), sehingga
tentu saja relatif membutuhkan waktu yang lama dalam aplikasi penelitian.
6. Teori Agenda Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini
adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan
mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting
media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki
efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan
dengan perubahan sikap dan pendapat.
7. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang
13
memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan
terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern,
diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting
dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok,
dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat
dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:
• Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap,
agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan
nilai-nilai.
• Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau
menurunkan dukungan moral.
• Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu
tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk
suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.
7. Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori
ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif
dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling
baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai
pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1)
Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra
dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media,
menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai
solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari
pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi
media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola
konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra
individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur
politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.
14
8. Teori The Spiral of Silence
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-
Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum.
Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses
saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi
individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain
dalam masyarakat.
10. Teori Konstruksi sosial media massa
Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas
yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social
construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas
kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang
konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu
satu dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses
sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.
11. Teori Difusi Inovasi
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para
koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran
dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi),
dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari
dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari
dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil
dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek,
namun seringkali memakan waktu lama.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk
dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian
difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah
15
terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin
mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers
dalam Littlejohn, 1996 : 336).
12. Teori Kultivasi
Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi
massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa karena
televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh
memberikan jalan bersama dalam memandang dunia. Televisi adalah bagian yang
menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara
lain membawa dunia yang relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke
setiap rumah. Televisi mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan
yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang turun temurun
yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan keberadaan televisi. Televisi telah
menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari (kebanyakan
dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya. Pola berulang dari pesan-
pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama dari
lingkungan simbolis umum.
Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), karena televisi dipercaya
dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan. Teori kultivasi sangat
menonjol dalam kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak. Bagi
Gerbner, dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan tempat yang
sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi “lingkungan
simbolik” kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman
pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254)
16
BAB III
STRATEGI KOMUNIKASI
Rogers mengatakan, komunikasi tetap dianggap sebagai perpanjangan tangan para perencana
pemerintah dan fungsi utamanya adalah untuk mendapatkan dukungan masyarakat dan
partisipasi mereka dalam pelaksanaan rencana-rencana pembangunan. Dari pendapat Rogers
ini jelas bahwa setiap pembangunan dalam suatu bangsa memegang peranan penting.
Karenanya pemerintah dalam melancarkan komunikasi perlu memperhatikan strategi apa
yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga efek yang diharapkan itu sesuai
dengan harapan.
Para ahli komunikasi terutama di negara-negara berkembang mempunyai perhatian yang
sangat besar terhadap strategi komunikasi dalam hubungannya dengan penggiatan
pembangunan nasional di negara-negara. Fokus perhatian ahli komunikasi ini memang
penting karena efektivitas komunikasi bergantung pada strategi komunikasi yang digunakan.
Effendy (1993) mengatakan strategi baik, secara makro (planned multimedia strategy)
mempunyai fungsi ganda yaitu :
• Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif
secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
• Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan
dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan
merusak nilai-nilai budaya.
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai
suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta
jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik
operasionalnya. Dengan demikian strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan
komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai
tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya
17
secara taktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda
tergantung pada situasi dan kondisi.
Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan
komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang dirumuskan, yaitu
who says what in which channel to whom with what effect. yaitu : 1. When (Kapan
dilaksanakannya). 2. How (Bagaimana melaksanakannya). 3. Why (Mengapa dilaksanakan
demikian) Atau dalam ilmu jurnalistik sering dikatakan dengan 5 W 1 H (What, Who, Whay,
When, Where dan How). Para ahli komunikasi sependapat bahwa dalam melancarkan
komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan yang disebut A-A Procedure atau from
Attention to Action Procedure.
• AA Procedure adalah penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA
(Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (kemauan/hasrat), Decision (keputusan),
Action (tindakan)). Jadi proses perubahan sebagai efek komunikasi melalui tahapan yang
dimulai dengan membangkitkan perhatian. Apabila perhatian komunikan telah
terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat, yang merupakan
derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang
merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat untuk melakukan suatu kegiatan yang
diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator
belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan, yakni
keputusan untuk melakukan tindakan. Selain melalui pendekatan di atas, maka seseorang
komunikator harus mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat,
dan tingkah laku apabila dirinya terdapat faktor-faktor kredibilitas dan attractiveness.
3.1. Strategi Komunikasi Efektif
Strategi komunikasi yang efektif dalam komunikasi pembangunan tidak hanya sekedar
membuat pesan-pesan yang bisa memberikan dampak bagi target atau audien. Tapi juga
mampu merefleksikan misi, tujuan dan sasaran organisasi yang terintegrasi dalam operasi
sehari-hari. Maka, stretegi itu butuh artikulasi yang jelas tentang audien, kejelasan pesan dan
pilihan media.
18
Adapun strategi yang efektif dalam penyampaian komunikasi antara lain :
a. Planning
Strategi komunikasi yang efektif selalu diawali oleh perencanaan yang solid dan matang
(planning) yaitu kunci bagi keberhasilan proyek tujuan. Perencanaan yang bagus bisa
dijadikan koridor kerja bagi orang-orang yang melaksanakan misi komunikasi. Strategi
akan membimbing kita kearah mana komunikasi digerakkan, mulai dari proses persiapan
hingga menyampaikan pesan pada publik.
Ada tiga jenis planning yang harus dipertimbangkan dalam strategi komunikasi di era
digital saat ini yaitu :
– Organizational Planning, yaitu terkait dengan siapa-siapa saja yang bertanggung
jawab melakukan tindakan-tindakan apa saja untuk misi komunikasi.
– Communications Planning yaitu terkait penentuan cara-cara yang digunakan
untuk mengkomunikasikan pesan. Apakah lewat media tertentu atau umum, serta
bagaimana isi pesannya.
– Technology Planning yaitu terkait alat bantu teknologis untuk menyampaikan
pesan. Apakah kita mengirim press release via e-mail, atau menyampakaian
undangan untuk konferensi pers dan dengan menggunakan teknologi lainnya.
b. Sasaran dan Tujuan
Pesan harus diciptakan sejelas-jelasnya demi sasaran yang dituju, lalu pesan disampaikan
dengan metode yang tertentu supaya bisa sampai ke publik yang kita bidik. Untuk
mencapai target ini, tentu dibutuhkan teknologi pembantu agar penyusunan planning jadi
lebih mudah.
Karenanya sasaran dan tujuan harus ditetapkan saat melakukan planning yaitu audien
siapa yang ingin dijangkau, bagaimana keadaan audien sasaran yang hendak dijangkau,
mengidentifikasi audien dan kemudian memahami keadaan audien. Ini adalah salah satu
kunci keberhasilan rencana komunikasi yang baik dan efektif. Karena komunikasi yang
efektif bukan berarti harus menjangkau semua target audien. Tapi lebih efektif jika kita
bisa membidik orang-orang tertentu yang sangat berpengaruh dalam pembuatan
keputusan publik.
19
c. Pembentukan Pesan
Pembentukan pesan dengan sedemikian rupa sehingga menjadi perhatian public juga
menjadi salah satu strategi efektif dalam komunikasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Kita harus bisa menyusun pesan yang cocok untuk berbagai kalangan audien
sasaran dan berbagai bentuk media yang digunakan. Karena cara kita
mengkomunikasikan pesan pada pers tentu berbeda dengan cara mengkomunikasikan
pesan langsung pada audien. Menulis di web juga jelas sangat berbeda dengan menulis
pesan untuk radio atau koran. Karenanya setelah kita berhasil mengidentifikasi audien
baru membentuk pesan-pesan yang akan disampaikan pada audien. Pesan-pesan ini harus
terkait kuat dengan misi organisasi dan tujuan komunikasi kita.
Dalam membentuk pesan, kita perlu mempertimbangkan hal-hal berikut : seberapa besar
audiens kita, pesan model apa yang lebih gampang direspon oleh audien, melalui audien
bisa dicapai (Internet, radio, TV, cetak), informasi apa yang audien butuhkan dari
organisasi kita, bahasa apa yang akan lebih gampang ditangkap audien, dan saat
merancang pesan kita juga harus perhatikan bahwa setiap media komunikasi (televisi,
cetak, email, Web) akan membutuhkan pendekatan berbeda.
d. Media Choices
Memilih jenis media yang paling cocok untuk menyampaikan pesan dan menjangkau
audien merupakan langkah yang harus diambil. Karena jika tepat, audien akan sangat
cepat memahami pesan yang diberikan. Jenis media yang dipilih akan berpengaruh pada
kemampuan audien menjangkau isi pesan. Jenis media tertentu mungkin bisa
menyampaikan pesan tertentu dan bisa dijangkau kelompok audien tertentu pula. Juga
patut kita perhatikan dalam mengemas pesan format harus disesuaikan bisa dikemas
dalam bentuk berita, hiburan, atau bahkan iklan.
e. Evaluasi
Strategi komuniksi yang efektif selalu mempertimbangkan evaluasi, namun yang satu ini
sering kali terabaikan. Bisa jadi pengabaian ini berdasarkan fakta bahwa sebagian besar
20
evaluasi berlangsung di bagian akhir dari suatu proses. Kalau hasilnya bagus, orang
cenderung tidak melakukan evaluasi, tapi kalau hasil akhirnya kurang bagus baru orang
berfikir tentang evaluasi.
Padahal evaluasi itu penting agar kita bisa mendapatkan feed back sesegera mungkin.
Hasil akhirnya bagus atau tidak, kita tetap butuh feed back, kalau hasil akhirnya bagus
feed back bisa digunakan untuk perumusan strategi komunikasi mendatang. Kalau hasil
akhirnya tidak bagus maka feed back bisa dijadikan rujukan agar tidak mengulanginya.
Untuk mengevaluasi strategi komunikasi, bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan
data kuantitatif dan informasi kualiatif. Untuk kuantitatif, pertanyaan yang harus kita
jawab adalah seberapa banyak target audien yang sudah dijangkau via media. Untuk
kualitatif, pertanyaan yang harus kita jawab adalah apakah pesan punya dampak yang
diharapkan terhadap target audien atau tidak. Ini bisa berlaku saat kita menggunakan
semua jenis media dan semua kondisi audien. Namun yang agak sulit adalah mengukur
perobahan perilaku pada target audien.
21
BAB IV
MEDIA KOMUNIKASI
Secara sederhana, media komunikasi ialah perantara dalam penyampaian informasi dari
komunikator kepada komunikate yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau
pesan tersebut.
Berikut adalah fungsi media komunikasi yang berteknologi tinggi (Burgon & Huffner, 2002);
– Efisiensi penyebaran informasi; dengan adanya media komunikasi terlebih yang
hi-tech akan lebih membuat penyebaran informasi menjadi efisien. Efisiensi yang
dimaksudkan di sini ialah penghematan dalam biaya, tenaga, pemikiran dan
waktu. Misalnya, kita memberikan ucapan selamat hari raya Idul Fitri atau Natal
cukup melalui SMS, MMS, e-mail, mailist dan media canggih lainnya. Hal ini
lebih disukai karena nilai praktisnya jika dibandingkan dengan mengirimkan
kartu lebaran atau kartu Natal dengan waktu yang lebih lama. Namun apakah
cukup efektif?
– Memperkuat eksistensi informasi; dengan adanya media komunikasi yang hi-
tech, kita dapat membuat informasi atau pesan lebih kuat berkesan terhadap
audience/ komunikate. Suatu contoh, dosen yang mengajar dengan multimedia
akan lebih efektif berkesan daripada dosen yang mengajar secara konvensional.
– Mendidik/ mengarahkan/ persuasi; media komunikasi yang berteknologi tinggi
dapat lebih menarik audience. Sebagaimana kita pelajari pada bab sebelumnya
tentang komunikasi persuasi maka hal yang menarik tentunya mempermudah
komunikator dalam mempersuasi, mendidik dan mengarahkan karena adanya
efek emosi positif.
– Menghibur/ entertain/ joyfull; media komunikasi berteknologi tinggi tentunya
lebih menyenangkan (bagi yang familiar) dan dapat memberikan hiburan
tersendiri bagi audience. Bahkan jika komunikasi itu bersifat hi-tech maka nilai
jualnya pun akan semakin tinggi. Misalnya, presentasi seorang marketing akan
lebih mempunyai nilai jual yang tinggi jika menggunakan media komunikasi hi-
tech daripada presentasi yang hanya sekedar menggunakan metode konvensional.
22
Media komunikasi yang berteknologi tinggi akan lebih mempunyai fungsi pengawasan
terhadap kebijakan sosial. Seperti misalnya, informasi yang disampaikan melalui TV dan
internet akan lebih mempunyai kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah sehingga
pemerintah menjadi cepat tanggap terhadap dampak kebijakan tersebut.
Berikut ini adalah beberapa contoh media komunikasi
• Koran
• Telepon
• Televisi
• Internet
23
BAB V
TEORI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Berikut akan dipaparkan penjelasan mengenai komunikasi pembangunan secara teoritis.
5.1. Definisi Konsep Pembangunan
� Seers (1977) Mendefinisikan pembangunan sebagai suatu istilah teknis, yang berarti membangkitkan
masyarakat di negara-negara berkembang dari kemiskinan, tingkat melek huruf (literacy
rate) yang rendah, pengangguran, dan ketidakadilan sosial.
� Rogers (1969 dan 1971)
Mendefinisikan pembangunan sebagai proses yang terjadi pada level atau tingkatan
system sosial, sedangkan modernisasi sebagai proses yang terjadi pada level individu.
� Inayatullah (1976)
Mendefinisikan pembangunan sebagai perubahan menuju pola-pola masyarakat yang
lebih baik dengan nilai-nilai kemanusiaan yang memungkinkan suatu masyarakat
mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungan dan tujuan politiknya, juga
memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri.
� Berger (1987)
Memandang modernisasi sebagai suatu rangkaian fenomena historis yang jauh lebih
spesifik, yang diasosiasikan dengan tumbuhnya masyarakat-masyarakat industrial.
� Dissaynake (1984)
Mendefinisikan pembangunan sebagai proses perubahan sosial yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup dari seluruh atau mayoritas masyarakat tanpa merusak
lingkungan alam dan cultural tempat mereka berada dan berusaha melibatkan sebanyak
24
mungkin anggota masyarakat dalam usaha ini dan menjadikan mereka penentu dari
tujuan mereka sendiri.
5.2. Konsep Modernisasi
Menurut Piotr Sztompka, konsep modernisasi dalam arti khusus yangdisepakati teoritisi
modernisasi di tahun 1950-an dan tahun 1960-an,didefinisikan dalam tiga cara, yaitu:
historis, relatif, dan analisis.
5.2.1. Historis
Menurut definisi historis, modernisasi sama dengan westernisasi atau amerikanisasi.
Dalam hal ini, modernisasi dilihat sebagai gerakan menuju ciri-ciri masyarakat yang
dijadikan model. Seperti pendapat tiga tokoh terkemuka, yakni sebagai berikut.
� Eisenstadt
Secara historis, modernisasi merupakan proses perubahan menujutipe sistem sosial,
ekonomi, dan politik yang telah maju di Eropa Baratdan Amerika Utara dari abad ke-
17 hingga 19 dan kemudian menyebarke negara Eropa lain dan dari abad ke-19 dan
20 ke negara AmerikaSelatan, Asia, dan Afrika.
� Wilbert Moore
Moore mengemukakan bahwa, modernisasi adalah transformasitotal masyarakat
tradisional atau pra-modern ke tipe masyarakatteknologi dan organisasi sosial yang
menyerupai kemajuan dunia Baratyang ekonominya makmur dan situasi politiknya
stabil.
� Chodak
Senada dengan Eisenstdadt dan Moore, Chodak menyatakanbahwa modernisasi
merupakan contoh khusus dan penting darikemajuan masyarakat.
5.2.2. Relatif
Dalam pengertian dan terminologi relatif, modernisasi berarti upayayang bertujuan untuk
menyamai standar yang dianggap modern baik olehrakyat banyak maupun oleh elit
penguasa. Tetapi, standar ini berbeda-beda,tergantung pada “sumber” atau “pusat
25
rujukan” tempat asal prestasi yang dianggap modern. Menurut Tiryakian, pusat
modernitas bergeser mulaidari bibitnya, yaitu masyarakat Yunani dan Israel melalui
Romawi, EropaUtara, dan Barat Laut di abad pertengahan, kawasan pengaruh
AmerikaSerikat, dan kini bergeser ke Timur Jauh, pinggiran Pasifik atau di masa
mendatang mungkin kembali ke Eropa.
5.2.3. Analisis
Beberapa konsep modernisasi menurut analisis para ahli adalah sebagai berikut.
� Neil Smelser
Smelser melukiskan modernisasi pada enam bidang utama, yakni sebagai berikut.
- Ekonomi, ditandai dengan mengakarnya teknologi dalam
ilmupengetahuan, bergerak dari pertanian subsistensi ke
pertaniankomersial, penggantian tenaga binatang dan manusia oleh
energi bendamati dan produksi mesin, serta berkembangnya bentuk
pemukimanurban dan konsentrasi tenaga kerja di tempat tertentu.
- Politik, ditandai dengan adanya transisi dari kekuasaan suatu
sistemhak pilih, perwakilan, partai politik, dan kekuasaan
demokratis.
- Pendidikan, meliputi penurunan angka buta huruf dan
peningkatanperhatian pada pengetahuan, keterampilan, dan
kecakapan.
- Agama, ditandai dengan adanya sekulerisasi.
- Kehidupan keluarga, ditandai dengan berkurangnya peran
ikatankekeluargaan dan makin besarnya spesialisasi fungsional
keluarga.
- Stratifikasi, ditandai dengan penekanan pada mobilitas dan
prestasiindividual daripada status yang diwarisi.
� Alex Inkeles dan Smith
Inkeles dan Smith menggambarkan adanya tipe kepribadian khususyang menurut
pandangannya sebagai ciri masyarakat modern. Adapun ciricirikepribadian modern
menurut kedua tokoh ini adalah sebagai berikut.
- Bebas dari kekuasaan tradisional, antidogmatis dalam berpikir.
26
- Memperhatikan masalah publik.
- Terbuka terhadap pengalaman baru.
- Yakin terhadap sains dan nalar.
- Berencana, tanggap berorientasi ke masa depan, mampu
menundakepuasan.
- Aspirasi tinggi, berpendidikan, berbudaya, dan profesional.
� Soerjono Soekanto
Syarat-syarat suatu modernisasi secara umum menurut SoerjonoSoekanto adalah
sebagai berikut.
- Cara berpikir ilmiah.
- Sistem administrasi negara yang baik dan benar-benar
mewujudkanbirokrasi modern.
- Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dan
terpusatpada suatu lembaga atau badan tertentu.
- Penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat
terhadapmodernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi
massa,dimana hal ini dilakukan secara bertahap karena berkaitan
dengan sistemkepercayaan masyarakat (belief system).
- Tingkat organisasi yang tinggi, di satu sisi berarti disiplin,
sementaradi sisi lain berarti pengurangan kemerdekaan.
- Sentralisasi wewenang dalam perencanaan sosial (social planning).
5.3. Teori Pembangunan
Teori Pembangunan, terbagi atas 3 teori, yakni antara lain teori modernisasi, dependensi dan
teori dunia. dan contoh Implementasi dari ketiga teori tersebut pada kehidupan dapat dilihat
pada privatisasi bulog sebagai implementasi dari teori pembangunan. tiga teori pembangunan
tersebut antara lain adalah:
a. Teori Modernisasi
Perspektif teori Modernisasi Klasik menyoroti bahwa negara Dunia Ketiga merupakan
negara terbelakang dengan masyarakat tradisionalnya. Sementara negara-negara Barat
dilihat sebagai negara modern. aliran modernisasi memiliki ciri-ciri dasar antara lain:
”Sumber perubahan adalah dari dalam atau dari budaya masyarakat itu sendiri (internal
27
resources) bukan ditentukan unsur luar”. Modernisasi diartikan sebagai proses
transformasi. Dalam rangka mencapai status modern, struktur dan nilai-nilai tradisional
secara total diganti dengan seperangkat struktur dan nilai-nilai modern. Modernisasi
merupakan proses sistematik. Modernisasi melibatkan perubahan pada hampir segala
aspek tingkah laku sosial, termasuk di dalamnya industrialisasi, diferensiasi, sekularisasi,
sentralisasi dsb. Ciri-ciri pokok teori modernisasi:
� Modernisasi merupakan proses bertahap.
� Modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi.
� Modernisasi terkadang mewujud dalam bentuk lahirnya, sebagai proses
Eropanisasi dan Amerikanisasi, atau modernisasi sama dengan Barat.
� Modernisasi juga dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.
� Modernisasi merupakan perubahan progresif
Modernisasi memerlukan waktu panjang. Modernisasi dilihat sebagai proses
evolusioner, dan bukan perubahan revolusioner.
Tokoh-tokoh teori modernisasi:
• Harrod-Domar
Bependapat bahwa masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah
menambahkan investasi modal. Prinsip dasar : kekurangan modal, tabungan dan investasi
menjadi masalah utama pembangunan.
• Walt .W. Rostow
Teori Pertumbuhan Tahapan Linear ( linear-stages-of growth- models) proses
pembangunan bergerak dalam sebuah garis lurus yakni masyarakat yang terbelakang ke
masyarakat yang maju dengan tahap-tahap sebagai berikut:
- Masyarakat Tradisional : masyarakat pertanian. Ilmu pengetahuan masih belum
banyak dikuasai.
- Prakondisi untuk Lepas Landas : masyarakat tradisional terus bergerak walaupun
sangat lambat dan pada suatu titik akan mencapai posisi pra-kondisi untuk lepas
landas. contoh adanya campur tangan untuk meningkatkan tabungan masyarakat
terjadi, dimana tabungan tsb dimanfaatkan u/ sektor2 produktif yang
menguntungkan. misal: pendidikan
28
- Lepas Landas : ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang
menghalangi proses pertumbuhan ekonomi. Tabungan dan investasi yg efektif
meningkat dari 5% - 10 %.
- Bergerak ke Kedewasaan : teknologi diadopsi secara meluas.
- Jaman Konsumsi Masal yang Tinggi : Pada tahap ini pembangunan sudah
berkesinambungan
• David McClelland
David McClelland merupakan pencetus Teori Need for Achievement (n-Ach), yang
menyatakan bahwa kebutuhan atau dorongan berprestasi, dimana mendorong proses
pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n.ach yang tinggi. Cara
pembentukanya melalui pendidikan individu ketika seseorang masih kanak-kanak di
lingkungan keluarga.
• Max Weber
Hasil analisis: salah satu penyebab utamanya adalah “Etika Protestan”. Etika Protestan:
- Lahir melalui agama Protestan yg dikembangkan oleg Calvin
- Keberhasilan kerja di dunia akan menentukan seseorang masuk surga/neraka.
- Berdasarkan kepercayaan tsb kemudian mereka bekerja keras u/ menghilangkan
kecemasan. Sikap inilah yg diberi nama “etika protestan”
• Bert F. Hoselit
Membahas faktor-faktor non ekonomi yg ditinggalkan Rostow yang disebut faktor
“kondisi lingkungan”. Kondisi lingkungan maksudnya adalah perubahan-perubahan
pengaturan kelembagaan yg terjadi dalam bidang hukum, pendidikan, keluarga, dan
motivasi.
• Alex Inkeles & David H. Smith
Ciri-ciri manusia modern:
- Keterbukaan thd pengalaman dan ide baru
- Berorientasi ke masa sekarang dan masa depan
- Punya kesanggupan merencanakan
- Percaya bahwa manusia bisa menguasai alam
29
Bila dalam teori Modernisasi Klasik, tradisi dianggap sebagai penghalang pembangunan,
dalam teori Modernisasi Baru, tradisi dipandang sebagai faktor positif pembangunan.
Teori Modernisasi, klasik maupun baru, melihat permasalahan pembangunan lebih
banyak dari sudut kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya.
b. Teori Dependensi
Teori Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan
pembangunan negara Dunia Ketiga. Munculnya teori dependensi lebih merupakan kritik
terhadap arus pemikiran utama persoalan pembangunan yang didominasi oleh teori
modernisasi. Teori ini mencermati hubungan dan keterkaitan negara Dunia Ketiga
dengan negara sentral di Barat sebagai hubungan yang tak berimbang dan karenanya
hanya menghasilkan akibat yang akan merugikan Dunia Ketiga. Negara sentral di Barat
selalu dan akan menindas negara Dunia Ketiga dengan selalu berusaha menjaga aliran
surplus ekonomi dari negara pinggiran ke negara sentral.
Teori ini berpangkal pada filsafat materialisme yang dikembangkan Karl Marx. Salah
satu kelompok teori yang tergolong teori struktiral ini adalah teori ketergantungan yang
lahir dari 2 induk, yakni seorang ahli pemikiran liberal Raul Prebiesch dan seorang
pemikir marxis yang merevisi pandangan marxis tentang cara produksi Asia yaitu, Paul
Baran.
• Raul Prebisch : industri substitusi import. Menurutnya negara-negara terbelakang
harus melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor.
• Paul Baran: sentuhan yang mematikan dan kretinisme. Baginya perkembangan
kapitalisme di negara-negara pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara
pusat. Di negara pinggiran, system kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme
yang membuat orang tetap kerdil.
Ada 2 tokoh yang membahas dan menjabarkan pemikirannya sebagai kelanjutan dari
tokoh-tokoh di atas, yakni:
• Andre Guner Frank : pembangunan keterbelakangan. Bagi Frank keterbelakangan
hanya dapat diatasi dengan revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.
30
• Theotonia De Santos : Membantah Frank. Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan,
yakni:
a. Ketergantungan Kolonial: hubungan antar penjajah dan penduduk setempat
bersifat eksploitatif.
b. b.Ketergantungan Finansial- Industri: pengendalian dilakukan melalui
kekuasaan ekonomi dalam bentuk kekuasaan financial-industri.
c. c.Ketergantungan Teknologis-Industrial: penguasaan terhadap surplus
industri dilakukan melalui monopoli teknologi industri.
c. Teori Sistem Dunia
Teori sistem dunia yang dikemukakan oleh Immanuel Wallerstein. Hal ini dikarenakan
bahwa dalam suatu sistem sosial perlu dilihat bagian-bagian secara menyeluruh dan
keberadaan negara-negara dalam dunia internasional tidak boleh dikaji secara tersendiri
karena ia bukan satu sistem yang tertutup. Teori ini berkeyakinan bahwa tak ada negara
yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia. Wallerstein
menyatakan sistem dunia modern adalah sistem ekonomi kapitalis. Menurut Wallerstein,
sistem dunia kapitalis dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu
� Negara core atau pusat
Mengambil keuntungan yang paling banyak, karena kelompok ini dapat
memanipulasikan sistem dunia sampai batas-batas tertentu
� Semi-periferi atau setengah pinggiran
Mengambil keuntungan dari negara-negara pinggiran yang merupakan pihak
yang paling dieksploitir
� Negara periferi atau pinggiran
Menurut Wallerstein negara-negara dapat “naik atau turun kelas,” misalanya dari
negara pusat menjadi negara setengah pinggiran dan kemudian menjadi negara
pinggiran, dan sebaliknya. Naik dan turun kelasnya negara ini ditentukan oleh
dinamika sistem dunia. Pernah suatu saat Inggeris, Belanda, dan Perancis adalah
negara pusat yang berperan dominan dalam sistem dunia, namun kemudian
Amerika Serikat muncul menjadi negara terkuat (pusat) seiring hancurnya
negara-negara Eropa dalam Perang Dunia II.
Wallerstein merumuskan tiga strategi bagi terjadinya proses kenaikan kelas, yaitu:
31
� Kenaikan kelas terjadi dengan merebut kesempatan yang datang. Sebagai misal
negara pinggiran tidak lagi dapat mengimpor barang-barang industri oleh karena
mahal sedangkan komiditi primer mereka murah sekali, maka negara pinggiran
mengambil tindakan yang berani untuk melakukan industrialisasi substitusi
impor. Dengan ini ada kemungkinan negara dapat naik kelas dari negara
pinggiran menjadi negara setengah pinggiran.
� Kenaikan kelas terjadi melalui undangan. Hal ini terjadi karena perusahaan-
perusahaan industri raksasa di negara-negara pusat perlu melakukan ekspansi ke
luar dan kemudian lahir apa yang disebut dengan MNC. Akibat dari
perkembangan ini, maka muncullah industri-industri di negara-negara pinggiran
yang diundang oleh oleh perusahaan-perusahaan MNC untuk bekerjasama.
Melalui proses ini maka posisi negara pinggiran dapat meningkat menjadi
setengah pinggiran.
� Kenaikan kelas terjadi karena negara menjalankan kebijakan untuk
memandirikan negaranya. Sebagai misal saat ini dilakukan oleh Peru dan Chile
yang dengan berani melepaskan dirinya dari eksploitasi negara-negara yang lebih
maju dengan cara menasionalisasikan perusahaan-perusahaan asing. Namun
demikian, semuanya ini tergantung pada kondisi sistem dunia yang ada, apakah
pada saat negara tersebut mencoba memandirikan dirinya, peluang dari sistem
dunia memang ada. Jika tidak, mungkin dapat saja gagal.
32
BAB VI
PROSES PEMBANGUNAN
Berikut adalah penjelasan mengenai proses-proses yang terjadi di dalam suatu pembangunan.
6.1. Makna, Ruang Lingkup dan Dinamika Pembangunan
Secara ilmu, pembangunan ekonomi, politik dapat diklasifikasi secara sosiologis ke
dalam tiga kategori. Pertama, masyarakat yang masih bersifat tradisional; kedua adalah
masyarakat yang bersifat peralihan; dan ke tiga adalah masyarakat maju. Ke tiga kategori
tersebut saling berkaitan, karena berada dalam satu negara. Semua negara di dunia masih
mempunyai tiga kategori tersebut, meskipun dalam negara modern sekalipun. Hanya
dalam negara maju lebih mempunyai kondisi sosial yang stabil, bila dibandingkan dengan
kategori dari yang pertama dan ke dua.
Pembangunan akan membawa masyarakat kepada modernisasi, dalam pengertian
mencapai kemandirian pribadi, melalui suatu proses interaksi yang terjadi dalam
masyarakat. Pembangunan harus dimulai dari proses perubahan-perubahan sosial yang
besar dan secara kontinu. Proses atau usaha perubahan sosial tersebut dapat berati suatu
proses dan usaha pembangunan. Perubahan sosial dimulai dari proses kemandirian atau
dimulai dari proses konsientisasi atau emansipasi diri. Proses ini harus dimulai dengan
adanya “the school of change” atau “educational of change”. Peranan pendidikan dalam
pembangunan atau proses perubahan sosial menuju proses pendewasaan merupakan
bagian dari proses yang sangat penting.
Dalam pembangunan, manusia secara pribadi atau masyarakat yang harus mengambil
keputusan. Melalui bantuan dari agen-agen pembangunan yang berada di dalam
masyarakat, mereka memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Pembangunan
tidak akan tercapai tanpa melibatkan secara langsung seseorang atau masyarakat yang
33
harus mengalami perubahan. Dalam hal ini, kekuatan-kekuatan pembaharuan yang
terdapat dalam masyarakat harus diperhitungkan secara matang. Dengan ikut sertanya
kekuatan-kekuatan pembaharuan dalam masyarakat, perubahan-perubahan sosial itu akan
mempunyai kemampuan berkembang secara dinamis. Faktor-faktor dominan di dalam
masyarakat harus diperhitungkan secara rinci dan bertanggung jawab. Kalau dilihat dan
dievaluasi secara menyeluruh, yang berkaitan dengan proses pembangunan sosial atau
politik, dapat disimpulkan karena kekuatan-kekuatan pembaharuan dalam masyarakat
masih sangat lemah. Hal itu disebabkan oleh karena tingkatan pendidikan di masyarakat
masih sangat rendah. Bahkan, staknasi dalam proses pembangunan telah mengakibatkan
frustrasi, alienasasi, kegoncangan dalam identitas, kemerosotan jati diri dan timbulnya
perilaku-perilaku aneh dalam masyarakat.
Kalau dilihat dari sebab dan akibat terhambatnya proses pembangunan, maka perlu
dipikirkan cara-cara pengembangan kekuatan-kekuatan pembaharuan dalam masyarakat
itu sendiri oleh setiap komponen yang bertanggung jawab dengan proses terjadinya
pembangunan yang bersifat holistik. Para ahli berpendapat bahwa pembarauan dan
pembangunan sangat tergantung dari sekelompok kecil unsur-unsur pembaharu.
Peranan “change agent” dalam proses pembangunan menjadi sangat penting.
Dalam negara-negara berkembang, pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan
ekonomi harus diutamakan. Ekonomi merupakan pusat jantung kehidupan masyarakat.
Pembangunan ekonomi merupakan pusat kegiatan masyarakat yang sedang berkembang.
Kestabilan ekonomi akan disusul dengan kestabilan sosial dan kestabilan politik.
Sebaliknya, ketidak adilan ekonomi adalah penyebab kesenjangan sosial dan
ketidakstabilan dalam bidang politik. Krisis ekonomi menyebabkan kerusuhan-kerusuhan
sosial, yang telah mengarah kepeda disintegrasi dalam masyarakat. Ketidakadilan
ekonomi, tidak mencerminkan kemajuan dan kualitas hidup suatu masyarakat.
Ketidakadilan ekonomi juga menyebabkan ketertinggalan masyarakat dalam memperoleh
pendidikan yang lebih tinggi. Dari nalisa ini diperlukan pendekatan terpadu,
pembangunan eknomi, sosial, politik dan pendidikan. Untuk proses perubahan-perubahan
tersebut diperlukan perubahan yang terencana. Perencanaan dipakai sebagai suatu alat
untuk mencapai tujuan-tujuan perubahan masyarakat tersebut secara lebih baik dan
teratur. Perencanaan perubahan harus melibatkan pemerintah, LSM dan masyarakat.
34
Seharusnya yang mengambil keputusan untuk terjadinya perubahan adalah masyarakat
sendiri. Pemerintah dan LSM-LSM hanya membantu masyarakat untuk mengambil
keputusan. Baik Pemerintah maupun LSM tidak diperbolehkan mengambil alih
masyarakat untuk mengambil keputusan. Pemerintah dan LSM hanya berfungsi sebagai
alat bantu agar masyarakat dimampukan untuk mengambil keputusan. Keputusan terakhir
dalam suatu perencanaan adalah masyarakat sendiri. Untuk ini kelompok-kelompok kecil
pembaharu yang sudah terlatih menjadi agen pembaharuan dan pembangunan.
Pembangunan ekonomi juga harus memperhatikan mekanisme pasar dan harga. Untuk
hal ini diperlukan sistem perencanaan terpadu, karena pembangunan harus melibatkan
semua komponen dan elemen yang ada dalam masyarakat. Pembanguan secara berencana
akan bersifat lebih rasional dan teratur bagi pembangunan masyarakat yang sedang
berkembang. Dalam hal ini peranan riset sangat penting. Melalui riset akan menolong
memahami kemampuan dan kebutuhan masyarakat secara rasional. Berdasarkan riset
tersebut, dibuat perencanaan terpadu, melibatkan semua komponen dan elemen yang ada
di dalam masyarakat, melibatkan pemerintah dan LSM-LSM untuk melaksanakan
pembangunan dan kemudian diadakan evaluasi secara berkala.
6.2. Hambatan-Hambatan Dalam Pembangunan
Masyarakat yang terbelakang masih sangat tradisional sekali. Mereka masih terikat
dengan nilai-nilai asli dan juga masih memiliki kerinduan untuk memelihara nilai-nilai
tersebut. Biasanya selalu dikaitkan dengan kebudayaan atau adat istiadat lokal. Dalam
masyarakat yang tradsional tidak memberikan peluang cukup untuk terjadinya
perubahan-perubahan serta tumbuhnya kekuatan-kekuatan pembaharuan dalam
masyarakat. Yang menyebabkan hal tersebut sangat kompleks sekali, seperti:
kolonialisme dan feodalisme. Kondisi keterbelakangan juga dapat dilihat dari bidang
ekonomi dan pendidikan. Penyebab utama untuk hal ini adalah adanya keterbatasan yang
amat parah dalam pendapatan, modal dan ketrampilan. Hal tersebut juga menyebabkan
kemiskinan masyarakat yang berkepanjangan. Di Indonesia, hal itu disebabkan karena
penyebaran penduduk yang tidak merata dan tingkat urbanisasi yang sangat tinggi.
Tingkat pendapatan buruh tani di pedesaan yang sangat rendah dan upah buruh di
masyarakat industri yang belum mencapai UMR. Gulungtikarnya perusahaan-perusahaan
besar telah menyebabkan angka pengangguran yang sangat tinggi. Ditambah lagi dengan
35
oportunisme di kalangan elit politik, telah menyebabkan ketidak stabilan di bidang
politik. Hal-hal ini telah menyebabkan terpuruknya ekonomi rakyat dan mempercepat
pemerataan kemiskinan masyarakat Indonesia. Untuk perubahan sosial-ekonomi
dibutuhkan aparatur negara yang bersih dan pendidikan masyarakat yang memadai.
6.3. Proses dan Perspektif Pembangunan Bangsa
Untuk menanggulangi kondisi-kondisi keterbelakangan tersebut, khususnya di bidang
ekonomi, pembaruan dan pembangunan berencana dirasakan sebagai alternatif yang
rasional. Konsep pembangunan yang terus menerus akan memberi inspirasi kepada
masyarakat untuk mencari solusi secara aktif dan dinamis bagaimana mengatasi
keterbelakangan dan ketertinggalan. Proses pembanguan harus bertumpu kepada
pembaharuan ekonomi rakyat melaui peningkatan pendidikan masyarakat. Peningkatan
dan arah perkembangan di bidang pendidikan misalnya akan sangat mempengaruhi
tingkat produktivitas masyarakat dalam berekonomi. Mengatasi ketertinggalan juga
melalui program pengembangan masyarakat. Masyarakatlah yang dididik agar dapat
meneyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk hal ini, hal-hal yang sangat peka dalam
masyarakat perlu dikaji dan diatasi, agar tidak menjadi penghambat bagi pembangunan
ekonomi kerakyatan. Sistem kolonialisme dan feodalisme harus dikikis habis dan
digantikan dengan sistem baru yang menekankan kepada program pengembangan
masyarakat. Tujuan usaha dalam bidang sosial-ekonomi adalah usaha mengembangkan
nilai-nilai dan sikap-sikap dalam masyarakat yang lebih kondusif bagai pembaharuan,
pembangunan, dan pembinaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Pendidikan yang
memadai akan memberikan motivasi kegairahan usaha yang bersifat produktif. Bila
ekonomi masyarakat menjadi baik maka akan memberikan kemungkinan terjadinya
kestabilan politik. Untuk hal ini, kekuatan-kekuatan pembaharuan dalam masyarakat
harus dihimpun, dibina, dikembangkan dan dimanfaatkan secara maksimal agar mencapai
pembangunan ekonomi masyarakat. Para motivator harus tetap berusaha
mengembangkan pemikiran kreatif dan kritis dalam kehidupan masyarakat. Hal strategis
yang tidak boleh dilupakan adalah pembinaan ketrampilan dan kewirausahaan. Salah satu
unsur penting dalam perspektif pembangunan ekonomi yang lebih terasa pada akhir-akhir
ini adalah orientasi keadailan sosialnya.
36
6.4. Tentang Teori Pembangunan Nasional
Pembangunan masyarakat sebagai suatu proses dinamis menuju keadaan sosial ekonomi yang
lebih baik, atau yang lebih modern. Untuk mencapai diperlukan perpaduan ilmu, seperti:
ekonomi, sosilogi, teologi dan antropologi. Dari pendekatan dan analisa kritis tentang
perkembangan ekonomi, maka harus didekati dari berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dimaksud, seperti ekonomi pembangunan, sosiologi
pembangunan, pembangunan politik, teknologi pembangunan, administrasi pembanguan dan
sebagainya.
Sebagai suatu proses, pembangunan nasional adalah merupakan rangkaian perubahan
majemuk dalam bidang politik, sosial dan ekonomi. Di Indonesia sendiri, kelihatannya
pembangunan ekonomi sangat tergantung dengan kestabilan politik. Hubungan antara
ekonomi dan politik sangat dekat dan sangat sulit dipisahkan, bahkan saling inter-dependen
yang sangat kuat sekali. Kalau diperhatikan dengan seksama, maka etika pembangunan tidak
dapat dipisahkan dari etika ekonomi dan etika politik. Untuk pembangunan ekonomi biasanya
syarat-syarat sosial politik sudah terpenuhi terlebih dahulu. Ke duanya dapat dijalankan
secara simultan, apabila suatu bangsa sudah mencapai tingkat kematangan tertentu dalam
bidang sosial dan politik.
Dua frase ini sangat penting proses suatu pembangunan, yaitu: “konsolidisasi politik” dan
“rekonsiliasi ekonomi”. Yang dimaksudkan dengan “konsolidasi politik” adalah kebersamaan
semua komponen politik, dengan menghargai perbedaan dan kesamaan mereka masing-
masing, dan bersama-sama membangun negara Indonesia berdasarkan sistem demokrasi.
Dalam hal ini tidak mengenal mayoritas dan minoritas dalam berpolitik. Tujuannya, adalah
membangun kesejahteraan masyarakat, dengan tidak memandang SARA. Yang dibangun
adalah nasionalisme Indonesia. Sedang “rekonsiliasi eknomi” bertujuan membangun ekonomi
rakyat, di atas dasar keadilan ekonomi. Rekonsiliasi ini berdiri di atas kedailan hukum.
Pemerintah, LSM-LSM dan Masyarakat Indonesia berusaha secara maksimal untuk
menjunjung tinggi supremasi hukum. Kalau hal ini terjadi, maka fondasi pembangunan
bangsa telah diletakkan pada tempatnya yang benar. Dengan sendirinya pembanguan
37
bangsa(sociocultural development) akan terwujud di atas dasar pembangunan politik(political
development) dan pembangunan ekonmi(economic development).
Yang paling ideal adalah pembangunan politik dan ekonomi dijalankan secara simultan.
Agar hal ini terjadi maka kedewasaan masyarakat dalam berpikir dan bertindak dimatangkan,
melalui hidup yang saling berbagi.
1. Pendekatan Pembangunan Bangsa (Sociocultural Development)
Pengertian pembangunan bangsa agaknya telah mengalami suatu perkembangan
penting, baik dalam pengertian maupun ruang lingkup. Dalam ruang lingkup tampak
dua aspek permasalahan: (1) mengenai pembangunan politik dan (2) mengenai
pembangunan sosial budaya. Masalah kebudayaan sangat penting untuk diperhatikan.
Karena budaya telah mengalir dalam hidup masyarakat. Secara antropologis manusia
telah dibelenggu oleh adat istiadatnya. Bahkan, kadang-kadang hal tersebut menjadi
penghambat proses pembangunan. Sering terjadi konflik antara kebudayaan dan
modernisasi. Hal lian yang perlu diperhatikan adalah agama. Agama dan kebudayaan
sering kali telah lebur dalam kehidupan manusia. Sehingga sangat membedakan
mana yang agama dan mana yang kebudayaan. Karena eratnya hubungan
pembangunan politik dan kebudayaan, maka berkembanglah aliran pemikiran dalam
ilmu politik yang disebut sebagai Kebudayaan Politik.
• Pembangunan Politik(Political Development)
Kestabilan politik yang dinamis antara lain diukur dengan terciptanya suatu
pemerintahan yang kuat, luasnya penyertaan masyarakat di dalam proses
pembangunan, dan hasil yang dicapai oleh pemerintah atas dukungan dan
partisipasi masyarakat.
• Pembangunan Sosial Budaya(Socio-cultural Development)
Sesungguhnya dalam mengusahakan pembangunan sosial budaya, agaknya
terdapat suatu kesepakatan bahwa bidang pendidikan merupakan suatu titik
strategis bagi penyelenggaraan pembangunan sosial itu. Walaupun modernisasi
bukanlah suatu pengertian yang jelas namun suatu tema terdapat dalam setiap
interpretasi tersebut: modernisasi hanya dapat dicapai dengan memperbarui dan
meluaskan pendidikan. Sebab itu perbaikan sistem pendidikan yang akan
melahirkan sikap dan pemikiran-pemikiran kreatif bagi kemajuan kebudayaan
dan peradaban dapat dipandang sebgai langkah strategis awal dari pembangunan.
38
Dengan demikian, tujuan pertumbuhan ekonomi memang hanya merupakan salah
satu dimensi saja bagi perspektif pembangunan sosial budaya suatu bangsa.
2. Pendekatan Pembangunan Ekonomi (Economic Development)
Permikiran perkembangan teori pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:
Dasar aliran ini adalah individualisme. Setiap produsen dan konsumen meredeka
bertindak, pembentukan harga didasarkan kepada hukum permintaan dan
penawaran di pasar, menjadi dasar pengambilan keputusan. Harga yang terbentuk
atas dasar mekanisme pasar tersebut, dengan sendirinya akan mempengaruhi
“produksi, alokasi, pendapatan dan konsumsi”. Mekanisme pembentukan harga
akan membawa segala hubungan ekonomi secara otomatis ke jurusan persesuaian
kepada keadaan seimbang.
39
BAB VII
PROSES PERUBAHAN MASYARAKAT
Berikut akan dipaparkan mengenai proses yang terjadi di dalam perubahan masyarakat.
7.1. Pengertian Perubahan Sosial Masyarakat
Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial
dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial itu selanjutnya
mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai,
pola-pola perilaku ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelompok-
kelompok sosial.
Masih banyak faktor-faktor penyebab perubahan sosial yang dapat disebutkan, ataupun
mempengaruhi proses suatu perubahan sosial. Kontak-kontak dengan kebudayaan lain yang
kemudian memberikan pengaruhnya, perubahan pendidikan, ketidakpuasan masyarakat
terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, penduduk yang heterogen, tolerasi terhadap
perbuatan-perbuatan yang semula dianggap menyimpang dan melanggar tetapi yang lambat
laun menjadi norma-norma, bahkan peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang bersifat
formal. Perubahan itu dapat mengenai lingkungan hidup dalam arti lebih luas lagi, mengenai
nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola keperilakuan, strukturstruktur, organisasi,
lembaga-lembaga, lapisan-lapisan masyarakat, relasi-relasi sosial, sistem-sistem komunikasi
itu sendiri. Juga perihal kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, kemajuan teknologi dan
seterusnya.
Ada pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial itu merupakan suatu respons
ataupun jawaban dialami terhadap perubahan-perubahan tiga unsur utama :
� Faktor alam
� Faktor teknologi
� Faktor kebudayaan
40
Kalau ada perubahan daripada salah satu faktor tadi, ataupun kombinasi dua diantaranya, atau
bersama-sama, maka terjadilah perubahan sosial. Faktor alam apabila yang dimaksudkan
adalah perubahan jasmaniah, kurang sekali menentukan perubahan sosial. Hubungan korelatif
antara perubahan slam dan perubahan sosial atau masyarakat tidak begitu kelihatan, karena
jarang sekali alam mengalami perubahan yang menentukan, kalaupun ada maka prosesnya itu
adalah lambat. Dengan demikian masyarakat jauh lebih cepat berubahnya daripada perubahan
alam. Praktis tak ada hubungan langsung antara kedua perubahan tersebut. Tetapi kalau
faktor alam ini diartikan juga faktor biologis, hubungan itu bisa di lihat nyata. Misalnya saja
pertambahan penduduk yang demikian pesat, yang mengubah dan memerlukan pola relasi
ataupun sistem komunikasi lain yang baru. Dalam masyarakat modern, faktor teknologi dapat
mengubah sistem komunikasi ataupun relasi sosial. Apalagi teknologi komunikasi yang
demikian pesat majunya sudah pasti sangat menentukan dalam perubahan sosial itu.
• Proses Perubahan Sosial Masyarakat
Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap barurutan : (1) invensi yaitu proses
di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan, (2) difusi, ialah proses di
mans ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam Sistem sosial, dan (3)
konsekwensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem social
sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika
penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunysi akibat. Karena itu perubahan
sosial adalah akibat komunikasi sosial.
Beberapa pengamat terutama ahli Anthropologi memerinci dua tahap tambahan
dalam urutan proses di atas. Salah satunya ialah pengembangan inovasi yang
terjadi telah invensi sebelum terjadi difusi. Yang dimaksud ialah proses
terbentuknya ide baru dari suatu bentuk hingga menjadi suatu bentuk yang
memenuhi kebutuhan audiens penerima yang menghendaki. Kami tidak
memasukan tahap ini karena ia tidak selalu ada. Misalnya, jika inovasi itu dalam
bentuk yang siap pakai. Tahap terakhir yang terjadi setelah konsekwensi, adalah
menyusutnya inovasi, ini menjadi bagian dari konsekwensi.
Yang memicu terjadinya perubahan dan sebaliknya perubahan sosial dapat juga
terhambat kejadiannya selagi ada faktor yang menghambat perkembangannya.
41
Faktor pendorong perubahan sosial meliputi kontak dengan kebudayaan lain,
sistem masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen serta masyarakat
yang berorientasi ke masa depan. Faktor penghambat antara lain sistem
masyarakat yang tertutup, vested interest, prasangka terhadap hal yang baru serta
adat yang berlaku.
Perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan dalam perubahan cepat dan
lambat, perubahan kecil dan besar serta perubahan direncanakan dan tidak
direncanakan. Tidak ada satu perubahan yang tidak meninggalkan dampak pada
masyarakat yang sedang mengalami perubahan tersebut. Bahkan suatu penemuan
teknologi baru dapat mempengaruhi unsur-unsur budaya lainnya. Dampak dari
perubahan sosial antara lain meliputi disorganisasi dan reorganisasi sosial,
teknologi serta kultural.
� Penyebab Perubahan Sosial Masyarakat
1. Dari Dalam Masyarakat
a. Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk ini meliputi bukan hanya perpindahan
penduduk dari desa ke kota atau sebaiiknya, tetapi juga bertambah
dan berkurangnya penduduk
b. Penemuan-penemuan baru (inovasi)
Adanya penemuan teknologi baru, misalnya teknologi plastik. Jika
dulu daun jati, daun pisang dan biting (lidi) dapat diperdagangkan
secara besar-besaran maka sekarang tidak lagi. Suatu proses sosial
perubahan yang terjadi secara besar-besaran dan dalam jangka
waktu yang tidak terlalu lama sering disebut dengan inovasi atau
innovation. Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya
perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian-
pengertian Discovery dan Invention. Discovery adalah penemuan
unsur kebudayaan baru baik berupa alat ataupun gagasan yang
diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para
individu. Discovery baru menjadi invention kalau masyarakat
sudah mengakui dan menerapkan penemuan baru itu.
42
c. Pertentangan masyarakat
Pertentangan dapat terjadi antara individu dengan kelompok atau
antara kelompok dengan kelompok.
d. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi
Pemberontakan dari para mahasiswa, menurunkan rezim Suharto
pada jaman orde baru. Munculah perubahan yang sangat besar
pada Negara dimana sistem pemerintahan yang militerisme
berubah menjadi demokrasi pada jaman refiormasi. Sistem
komunikasi antara birokrat dan rakyat menjadi berubah (menunggu
apa yang dikatakan pemimpin berubah sebagai abdi masyarakat).
2. Dari Luar Masyarakat
1. Peperangan
Negara yang menang dalam peperangan pasti akan menanamkan nilai-
nilai sosial dan kebudayaannya.
2. Lingkungan
Terjadinya banjir, gunung meletus, gempa bumi, dll yang mengakibatkan
penduduk di wilayah tersebut harus pindah ke wilayah lain. Jika wilayah
baru keadaan alamnya tidak sama dengan wilayah asal mereka, maka
mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan di wilayah yang baru
guna kelangsungan kehidupannya.
3. Kebudayaan Lain
Masuknya kebudayaan Barat dalam kehidupan masyarakat di Indonesia
menyebabkan terjadinya perubahan.
� Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Masyarakat
a. Intensitas hubungan/kontak dengan kebudayaan lain
b. Tingkat Pendidikan yang maju
c. Sikap terbuka dari masyarakat
d. Sikap ingin berkembang dan maju dari masyarakat
� Faktor-faktor Penghambat
a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat luar
b. Perkembangan pendidikan yang lambat
43
c. Sikap yang kuat dari masyarakat terhadap tradisi yang dimiliki
d. Rasa takut dari masyarakat jika terjadi kegoyahan (pro kemapanan)
e. Cenderung menolak terhadap hal-hal baru
7.2. Hambatan-hambatan dalam Interaksi Bahasa dan Verbal
� Polarisasi
Arti : Kecenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan-kata dan menguraikannya
dalam bentuk ekstrim
Kesalahan : banyak hal berada pada keadaan sedang bukan ekstrim.
Cara Memperbaiki: Selalu ingat bahwa ujung ekstrim tidak mencakup semua kelompok.
Ada kelompok yang berada di tengah kedua ujung ekstrim tersebut
� Orientasi Intensional
Arti : kecenderungan untuk melihat objek dari ciri yang melekat pada mereka.
Kesalahan : Memberi penilaian terlebih dahulu sebelum benar-benar melihat
Cara memperbaiki : Melakukan ekstensionalisasi yaitu memandang objek, mempelajari,
baru memperhatikan cirinya
� Salah menyimpulkan fakta
Kesalahan : Penyimpulan terkadang tidak berdasarkan fakta namun hanya pemikiran
yang menjadikan suatu informasi yang belum jelas sebagai fakta, kemudian
menyimpulkannya
Cara memperbaiki : Asah kemampuan untuk membedakan fakta dan kesimpulan
� Potong Kompas
Arti : Pola kesalah evaluasi orang gagal mengkomunikasikan makna yang mereka
maksudkan
Kesalahan : kata yang sama mungkin bermaksud berbeda atau sebaliknya
Cara memperbaiki : Mencari makna pada orang, bukan pada kata-kata
� Kesemuaan (Allness)
44
Arti : Menganggap sebagian yang kita liat atau ketahui merupakan gambaran dari
keseluruhan objek
Kesalahan : Sebagaian objek tidak menggambarkan keseluruhan objek
Cara memperbaiki : Gunakan kata ‘dan lain-lain’ untuk mencegah kesemuaan
� Evaluasi statis
Arti : membuat ringkasan atau abstraksi tentang seseorang dan tidak diubah (bersifat
statis)
Kesalahan : orang yang dibuat abstraksi pasti melakukan perubahan
Cara memperbaiki : Berilah tanggal pada setiap pernyataan dan evaluasi kita. Karena
keadaan akan berubah
� Indiskriminasi
Arti : Pemusatan perhatian pada suatu kelompok sehingga tidak mampu melihat
kekhasan dari tiap individu
Kesalahan : Tiap Individu itu unik
Cara Memperbaiki : Dibutuhkan indeks untuk mendiskriminasi orang tanpa perlu
mengeluarkannya dari kelompok
7.3. Teori-Teori Terkait Perubahan Masyarakat
Teori-teori yang terkait dengan perubahan masyarakat antara lain:
1. Teori Hubungan Sosial
Teori ini menyatakan bahwa dalam menerima pesan-pesan komunikasi yang disampaikan
oleh media, orang lebih banyak memperoleh pesan itu melalui hubugan atau kontak dengan
orang lain daripada menerima langsung dari media massa. Hubungan sosial yang informal
merupakan salah satu variabel yang turut menentukan besarnya pengaruh media.
2. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologihumanistik. Maslow percaya
bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin.
45
Teorinyayang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs
(Hirarki Kebutuhan).
Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk
merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri.
Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di
sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang
dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah
kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak
pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam
pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak
puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.
Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-
tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan
dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat
dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi.
Kebutuhan Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian
meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat
kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya. Lima
kebutuhan dasar Maslow, disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang
tidak terlalu krusial :
a. Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan
kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain
sebagainya.
b. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit,
bebas dari teror, dan lain sebagainya.
c. Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis,
dan lainlain.
46
d. Kebutuhan Penghargaan
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan
minatnya.
Pada perkembangannya, teori ini juga mendapatkan kritik. Hal ini dikarenakan adanya sebuah
loncatan pada piramida kebutuhan Maslow yang paling tinggi, yaitu kebutuhan mencapai
aktualisasi diri. Kebutuhan itu sama sekali berbeda dengan keempat kebutuhan lainnya, yang
secara logika mudah dimengerti. Seakan-akan ada missing link antara piramida ke-4 dengan
puncak piramida. Seolah-olah terjadi lompatan logika.
3. Teori Pelayanan Publik
Parameter kualitas pelayanan publik adalah transparan, akuntabilitas, kondisional,
partisipatif, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban. Acuan yang digunakan dalam
menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas perusahaan adalah model SERVQUAL
(Service Quality), dengan lima parameter sebagai berikut:
a. Tangibles. Representasi suatu perusahaankepada pihak eksternal baik secar fisik
maupun kesan.
b. Reliability.Kehandalan perusahaan dalam memberikan pelayanan.
c. Responsiveness.Kemampuan perusahaan dalam memberikan bantuan pelayanan yang
cepat dan tepat.
d. Assurance.Jaminan kualitas dan kemampuan perusahaan untuk menumbuhkan rasa
percaya pelanggan.
e. Emphaty.Pelayanan secara tulus yang diberikan kepada setiap individu pelanggan.
Simpulan dari teori pelayanan publik adalah pelayanan yang berkualitas tidak mengacu pada
pelayanan itu semata, juga menekankan pada proses penyelenggaraan pelayanan itu kepada
penerima layanan.
4. Teori Koordinasi
Menurut G. R. Terry dalam bukunya, Principle of Management: Koordinasi adalah suatu
usaha yang sinkron / teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan
47
mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis
pada sasaran yang telah ditentukan.
Menurut tinjauan manajemen, koordinasi menurut Terry meliputi :
a. Jumlah usaha baik secara kuantitatif, maupun secara kualitatif
b. Waktu yang tepat dari usaha-usaha tersebut
c. Directing atau penentuan arah usaha-usaha tersebut
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi di dalam koordinasi antara lain :
a. Sense of Cooperation, perasaan untuk saling bekerja sama, dilihat per bagian.
b. Rivalry, dalam perusahaan besar, sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling
berlomba untuk kemajuan.
c. Team Spirit, satu sama lain per bagian harus saling menghargai.
d. Esprit de Corps, bagian yang saling menghargai akan makin bersemangat.
Sifat-sifat di dalam koordinasi antara lain :
a. Koordinasi adalah dinamis, bukan statis.
b. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang manajer dalam kerangka
mencapai sasaran.
c. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Terdapat penggolongan jenis-jenis koordinasi yang dapat dibedakan atas :
a. Koordinasi vertikal, tindakan-tindakan atau kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dijalankan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan kerja yang ada di bawah
wewenang dan tanggung jawabnya.
b. Koordinasi horisontal, tindakan-tindakan atau kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dijalankan terhadap kegiatan dalam tingkat organisasi yang setingkat. Koordinasi
horisontal terbagi menjadi:
• Interdiciplinary: Koordinasi dalam rangka mengarahkan,
menyatukan tindakan, mewujudkan, menciptakan disiplin antara
unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun
ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya.
48
• Inter-Related: koordinasi antar badan (instansi). Unit-unit yang
fungsinya berbeda, tetapi instansinya saling berkaitan secara
intern-ekstern yang selevel.
Cara mengadakan Koordinasi :
1. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan mengenai
pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan yang tepat haru diambil untuk
menciptakan, menghasilkan koordinasi yang diharapkan.
2. Mensosialisasikan tujuan kepada para anggota, agar tujuan tersebut berjalan
secara bersama, tidak sendiri-sendiri.
3. Mendorong anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide, dll.
4. Mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan
penciptaan sasaran.
Perbedaan antara kooperasi dan koordinasi adalah bahwa koordinasi berhubungan
dengan sinkronisasi, jumlah, waktu, arah dan mempunyai arti lebih luas daripada
kooperasi. Adapun kooperasi adalah tindakan bersama oleh sejumlah orang
terhadap tujuan yang sama.
5. Teori Aktivitas Rutin
Teori aktvitas rutin adalah sebuh sub-bidang dari kriminologi pilihan rasional, yang
dikembangkan oleh Marcus Felson. Teori aktivitas rutin mengatakan bahwa kriminalitas
adalah normal dan tergantung pada kesempatan-kesempatan yang tersedia. Bila sebuah
target tidak cukup dilindungi, dan bila ganjarannya cukup berharga, maka kejahatan akan
terjadi. Kejahatan tidak membutuhkan pelangar-pelanggar kelas berat, pemangsa-
pemangsa super, para residivis atau orang-orang jahat. Kejahatan hanya membutuhkan
kesempatan.
Premis dasar dari teori aktivitas rutin ialah bahwa kebanyakan kejahatan adalah
pencurian kecil dan tidak dilaporkan kepada polisi. Kejahatan bukanlah sesuatu yang
spektakular ataupun dramatis. Semuanya itu kejadian yang umum dan terjadi setiap saat.
Premis lainnya ialah bahwa kejahatan itu relatif tidak dipengaruhi oleh penyebab-
penyebab sosial seperti kemiskinan, ketidaksederajatan, pengangguran. Misalnya, setelah
Perang Dunia II, ekonomi negara-negara Barat berkembang pesat dan negara-negara
49
Kesejahteraan meluas. Pada saat itu, kejahatan meningkat secara signifikan. Menurut
Felson dan Cohen, ini disebabkan karena kemakmuran dari masyarakat kontemporer
menawarkan begitu banyak kesempatan untuk kejahatan: ada lebih banyak barang yang
dapat dicuri.
Teori aktivitas rutin ini kontroversial di antara para sosiolog yang percaya akan sebab-
sebab sosial dalam kejahatan. Tetapi beberapa tipe kejahatan dapat dijelaskan dengan
baik sekali oleh teori aktivitas rutin, termasukpelanggaran hak cipta, yang terkait dengan
peer-to-peer file sharing, pencurian oleh pegawai, dan kejahatan korporasi.
6.Teori Pilihan Rasional
Teori ini berpendapat bahwa suatu tindakan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang
merupakan sebuah pilihan yang didasari oleh pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Menurut teori ini, kejahatan dilakukan berdasarkan pada prinsip manfaat melalui
pemikiran ekonomi. Artinya, seseorang akan memutuskan secara rasional berdasarkan
tingkatan pilihan yang diharapkan. Pilihan yang diambil adalah untuk memaksimalkan
manfaat dan meminimalkan kerugian.
7.Teori Tegang (Strain)
Teori ini berasumsi bahwa kelas sosial dan tingkah laku kriminal berhubungan, tetapi
berbeda dalam hal sifat hubungan tersebut. Anggapannya adalah bahwa seluruh anggota
masyarakat mengikuti satu set nilai-nilai budaya yaitu nilai-nilai budaya dari kelas
menengah. Satu nilai budaya terpenting adalah keberhasilan ekonomi, karena orang-
orang kelas bawah tidak mempunyai sarana-sarana yang sah untuk mencapai tujuan
tersebut, mereka menjadi frustasi dan beralih menggunakan sarana yang tidak sah.
8. Teori Kebutuhan Berprestasi McClelland
David Clarence McClelland (1917-1998) menjelaskan ada 3 latar belakang yang
mempengaruhi motivasi seseorang, yaitu :
a. Kebutuhan akan prestasi
Kebutuhan ini kebutuhan seseorang untuk bergulat dengan sukses dan ingin
mengungguli orang lain. Kebutuhan ini dapat mendorong seseorang mengembangkan
50
kreativitasnya dan mengerahkan semua kemampuan serta energinya untuk mencapai
prestasi yang optimal.
Orang yang memiliki kebutuhan ini memiki harapan yang sangat tinggi akan masa
depannya dan tidak melihat kegagalan akan tindakannya tersebut. Oleh karena itu,
biasanya orang yang memiliki prestasi yang ti nggi biasanya menjaga setiap tingkah
lakunya untuk dapat mencapai prestasi tersebut.
b. Kebutuhan akan kekuasaan
Kebutuhan akan kekuasaan, ingin berpengaruh terhadap orang lain dan untuk
meningkatkan status pribadi. Kebutuhan ini didasari akan ingin mengubah kebiasaan
seseorang tanpa paksaan orang tersebut, sehingga dia dapat menguasai orang-orang
disekitarnya.
Kebutuhan ini bertujuan untuk mendapat pengakuan orang lain sehingga harga dirinya
akan semakin tinggi dan pada akhirnya dia akan bisa mempengaruhi orang lain sesuai
dengan keinginannya.
c. Kebutuhan akan berafiliasi dan bersahabat
Kebutuhan dan hasrat untuk berhubungan dengan orang lain. Kebutuhan ini didasari
ingin merasa dimiliki dan diterima oleh orang lain. Biasanya kebutuhan ini datang
ketika seseorang berada pada satu kelompok atau satu lingkungan. Pada saat itu, dia
ingin bisa diterima oleh kelompok dan lingkungan tersebut.
9.Teori Model Lasswell, 1948
Harold Lasswell, seorang teoritikus komunikasi massa, di dalam artikel klasiknya tahun
1948, mengemukakan model komunikasi sederhana, yaitu Siapa (Who), berbicara apa
(Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan
pengaruh seperti apa (what that effect).
51
GAMBAR VII.1
TEORI MODEL LASWELL
10.Teori Mc Quaill, 1996
Menurut McQuail, ada 3 elemen dasar dalam penyampaian suatu pesan, yaitu :
1. Pesan.
2. Penerima.
3. Respon
Teori ini mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan secara sistematis dalam
skala besar sehingga secara serempak dapat diterima oleh sejumlah besar individu. Teori
ini terkait dengan media masa dimana informasi yang disampaikan dilakukan secara
massal dan penerimaan informasi tersebut tergantung bagaimana setiap individu
menilainya. Namun, media masa telah menyiapkan strategi penyampaian agar penerima
bisa tertarik dengan pesan yang disampaikan.
11.Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Frederick Herzberg (1923-2000) mengemungkakan teori motivasi berdasarkan “Teori dua
faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional (bersumber dari diri sendiri) serta faktor
“hygiene” atau pemeliharaan (bersumber dari lingkungan).
Faktor motivasional atau dari diri sendiri merupakan faktor intrinsik yang dapat
mempengaruhi kualitas aktivitas seseorang. Sedangkan Faktor Hygeiene merupakan
faktor ekstrinsik yang bersumber dari lingkungan. Kedua faktor inilah yang dapat
membuat seseorang memiliki motivasi dalam melakukan suatu tindakan.
Respon / Feedback
Komunikator Pesan Media Komunikan Efek
Kognitif
Afektif
Behaviour
52
Namun, ada satu masalah yang ditemukan ketika mengangkat teori ini, yaitu bagaimana
membedakan motivasi seseorang apakah berasal dari faktor intrinsik atau dari faktor
ekstrinsik. Seandainya seseorang mengetahui faktor-faktor tersebut, dapat dijamin bahwa
motivasi seseorang akan dapat terjaga walaupun situasinya dapat menggoyangkan
motivasinya tersebut.
53
BAB VIII
PENELITIAN KUALITATIF
Berikut akan dipaparkan penjelasan mengenai penelitian kualitatif.
8.1. Definisi Penelitian Kualitatif
Denzin dan Lincoln (1994)
Penelitian kualittatif lebih ditujukan untuk mencapai pemahaman mendalam mengenai
organisasi atau peristiwa khusus daripada mendeskripsikan bagian permukaan dari
sampel besar daros sebuah populasi. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyediakan
penjelasan tersirat mengenai struktur, tatanan, dan pola yang luas yang terdapat dalam
suatu kelompok partisipan. Penelitian kualitatif juga disebut etno-metedologi atau
penelitian lapangan. Penelitian ini juga menghasilkan data mengenai kelompok manusia
dalam latar atu latar sosial.
Cresswell
Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk
memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan
gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci
dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya
intervensi apapun dari peneliti.
Banister et al (1994)
Inti dari penelitian kualitatif, yaitu: sebagai suatu metode untuk menangkap dan
memberikan gambaran terhadap fenomena, sebagai metode untuk mengeksplorasi
fenomena, dan sebagai metode untuk memberikan penjelasan dari suatu fenomena yang
diteliti.
54
Moleong (2005)
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lainnya. Secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah.
8.2. Ciri-ciri penelitian kualitatif
Menurut pandangan Creswekkm Denzin & Lincoln, serta pandangan Guba & Lincoln:
1. Konteks dan setting alamiah.
2. Bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang suatu fenomena.
3. Keterlibatan secara mendalam serta hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang
diteliti.
4. Teknik pengumpulan data yang khas kualitatif, tanpa adanya perlakuan (treatment)
atau memanipulasi variabel.
5. Adanya penggalian nilai yang terkandung dari suatu perilaku.
6. Fleksibel
7. Tingkat akurasi data dipengaruhi oleh hubungan antara peneliti dengan subjek
penelitian.
Sebagai bahan perbandingan dan sebagai upaya memperluas wawasan, berikut ini
padangan Poerwandari (2007) yang mengacu pada pandangan Patton (1990) tentang ciri-
ciri penelitian kualitatif:
1. Studi dalam situasi alamiah (naturalistic inquiry)
2. Analisis induktif
3. Kontak personal langsung peneliti di lapangan
4. Perspektif holistic
5. Perspektif dinamus, perspektif “perkembangan”
6. Orientasi pada kasus unik
7. Netralitas empatik
8. Fleksibilitas rancangan
9. Peneliti sebagai instrument kunci
55
Mengapa dan Kapan Melakukan Penelitian Kualitatif?
� Creswell (1998)
1. Kita memilih untuk menggunakan penelitian kualitatif karena pertanyaan
penelitian yang kita ajukan � 5W 1H: what, when, where, why, who, how
2. Topik yang diangkat benar-benar perlu dieksplorasi secara mendalam. Ada
beberapa kemungkinan mengapa suatu topik harus dieksplorasi secara
mendalam:
• Topik tersebut tidak mudah untuk diidentifikasi
• Tidak tersedianya teori yang dapat dijadikan landasan untuk menjelaskan
suatu perilaku subjek atau sekelompok subjek.
• Untuk keperluan pengembangan suatu teori yang sudah ada sebelumnya.
3. Adanya kebutuhan untuk menyajikan suati topik atau fenomena secara lebih
detail atau terperinci.
4. Untuk mempelajari subjek dalam latar ilmiah.
Latar ilmiah yang dimaksud adalah lingkungan alami, normal, dan apa adanya.
5. Ketertarikan peneliti untuk menulis dalam bentuk yang lebih bebas (contohnya
bentuk narasai atau bentuk storytelling)
6. Memiliki waktu yang cukup dan sumber data yang memadai dalam mencari
subjek dengan “keunikan” tertentu dan mampu menggali informasi yang
dibutuhkan serta mampu untuk melakukan analisis data kualitatif secara tepat.
7. Karena keinginan pembaca itu sendiri.
8. Pendekatan ini menjadikan peniliti sebagai active learner yang menceritakan
fenomena yang dialami murni dari sudut pandang subjek daripada bercerita atas
nama dirinya sebagai seorang “ahli”.
Dapat disimpulkan bahwa esensi dari penelitan kualitatif adalah memahami yang
diartikan sebagai memahami apa yang dirasakan orang lain, memahami pola piker
dan sudut pandang orang lain, memahami sebuah fenomena berdasarlan sudut padang
sekelompok orang atau komunitas dalam latar ilmiah.
8.3. Fungsi seorang peneliti kualitatif
� Peneliti berfungsi sebagai alat
Salah satu fungsi utama bagi seorang peneliti ketika melakukan suatu penelitian
kualitatif adalah berperan sebagai instrument dalam penelitian yang
56
dikakukannya. Instrumen atau alat yang dimaksud adalah semenjak awal hinggal
akhir penelitian, peneliti sendiri yang berfungsi penuh atau peneliti sendiri yang
terlibat aktif dalam penelitian yang dilakukan, bukan orang lain ataupun asisten.
Jika pun memerlukan asisten, maka fungsi asisten tersebut sangatlah minim dan
hanya sebagai pengantar saja.
Padget (1998) mengatakan bahwa seorang peneliti kualitatif ketika melakukan
“petualangan” dalam penelitannya diibaratkan sebagai kapten kapan dan kapal
yang dikemudikannya. Pada awal penelitian, peneliti kualitatif harus mampu
menempatkan diri, mengambil posisi, serta dapat diterima oleh subjek penelitian
beserta lingkungan sosialnya.
� Peneliti berfungsi sebagai peneliti itu sendiri
Ketika seorang peneliti kualitatif berfungsi sebagai seorang peneliti, ia harus
tetap memiliki atribut-atribut peneliti, seperti:
• Menjunjung tinggi kode etik penelitian dan etika sebagai seorang peneliti
• Tujuan penelitian yang dilakukannya
• Idealisme yang mendasari pemikiran-pemikirannya
• Daya kritis dan analisisnya
• Pemahaman yang matang mengenai metedologi
Koentjoro (2004) menyatakan tujuh syarat untuk menjadi peneliti yang baik,
khususnya dalam konteks penelitian kualitatif. Ketujuh syarat tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Brain
• Kemampuan penalaran yang memadai
• Kreativitas yang mumpuni
• Logika
• Kemampuan menganalisis, dan
• Sintesis yang matang
2. Ability
57
Teknik meneliti yang didasari oleh pemahaman metodologi yang memadai.
3. Bravery atau keberanian
Baik keberanian memasuki kancah riset maupun keberanian menanggung
segala resiko yang mungkin terjadi
4. Honesty
Pembuktian mengenai hasil riset akan tampak pada reliabilitas hasil riset.
Honesty sangat mutlak dilakukan, tetapi hal tersebut tidak semudah yang
dibayangkan. Segala hasil penelitian meskipun hasil tersebut tidak sesuai,
tidak cukup spektakuler, ataupun justru bertentangan dengan keyakinan dan
norma yang berlaku di masyarakat, hal tersebut harus dijelaskan apa adanya
dan dengan sejujur-jujurnya secara alamiah keilmuan.
5. Ethics
Menjunjung tinggi kode etik agar tidak salah melangkah dalam melakukan
riset dan melaporkan hasilnya pada masyarakat.
Menjunjung tinggi kode etik merupakan bukti kepedulian peneliti tehadap
hak asasi manusia.
6. Relationship
• Membina hubungan adalah syarat penting bagi seorang peneliti.
• Membina rapport (hubungan baik yang membuka wilayah privat
menjadi wilayah public) adalah bagian penting dari peneliti.
• Dalam penelitian kualitatif, rapport dan relationship merupakan hal
penting yang mau tidak mau harus dilewati dan harus berhasil
dengan baik tidak hanya pada saat penelitian saja, tetpai sebelum
melakukan penelitian, bahkan setelah penelitian tersebtu berakhir.
7. Tidak hedonis
Artinya tidak melakukan riset hanya untuk kepentingan peneliti semata yang
ketika tujuan tercapai, daerah riset ditinggal begitu saja.
Relationship dan networking yang sudah terbina sesungguhnya dapat
dijadikan modal untuk kegiatan lain berikutnya.
58
� Peneliti berfungsi sebagai evaluator
Maksudnya adalah peneliti mengevaluasi jalannya penelitian yang dilakukan
untuk tetap pada jalur tujuan yang diinginkan dan tetap berpegang pada
ketentuan-ketentuan metedologis yang benar.
Peneliti sebagai evaluator mengevaluasi jalannya penelitian dari awal hingga
akhir penelitian. Di akhir penelitian, ia mendapatkan kesan apakah penelitian
tersebut berjalan dengan baik, sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dan tetap
berada pada jalur metodologis yang benar atau tidak.
Sebagai evaluator, ia mengetahui jika penelitiannya tetap berada pada tujuan
yang telah ditentukan atau justru melenceng dari jalur tersebut. Jika melenceng
dari jalur yang telah ditentukan, hendaknya ia memilki inisiatif yang tegas untuk
memperbaikinya dan mengembalikan pada jalurnya
Hal-hal yang umum terjadi yang mengakibatkan perubahan atau melenceng dari
jalur yang sudah ditentukan dapat dicontohkan sebagai berikut:
1. Terjadi perubahan hubungan antara peneliti dengan subjek yang diteliti
bersifat negatif atau merusak.
2. Terjadi pngurangan atau penambahan subjek penelitian.
3. Ketidaksesuaian antara teknik pengumpulan data dengan data yang
diperoleh.
4. Adanya reaksi negative dari masyarakat umum.
5. Adanya perizinan yang ditolak.
6. Penyebab lainnya.
Jika terjadi kondisi-kondisi yang diuraikan di atas, fungsi peneliti sebagai
evaluator sangat diperlukan. Dibutuhkan inisiatif dan kreativitas peneliti untuk
mengatasi permasalahan-permasalahn tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi
yang dimungkinkan dan mengusahakan agar penelitian yang dilakukan tetap
pada jalur yang benar.
59
� Tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian kualitatif
Beberapa ahli penelitian kualitatif mengemukakan bahwa setidaknya terdapat
lima tahapan umum yang dapat dijadikan sebagai patokan dalam
menyelenggaraka penelitian kualitatif. Kelima tahapan tersebut adalah:
1. Mengangkat permasalahan
Permasalah yang diangkat dalam penelitian kualitatif biasanya
merupakan permasalahan yang:
- Unik
- Khas
- Memiliki daya tarik tertentu
- Spesifik. dan
- Terkadang sangat bersifat individual (karena beberapa
penelitian kualitatif yang dilaksanakan memang bukan untuk
kepentingan generalisasi.
2. Memunculkan pertanyaan penelitian
Arah dari penelitian kualitatif yang dilakukan adalah untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan. Bahkan, dapat dikatakan selesainya penelitian
kualitatif yang dilakukan adalah ketika pernyataan penelitian yang
dilakukan terjawab.
3. Mengumpulkan data yang relevan
Semua penelitian pasti melibatkan data sebagai bahan baku utama.
Dalam penelitian kualitatif, bentuk data dapat berupa:
- Kata
- Kalimat
- Perrnyataan
- Uraian
4. Melakukan analisis data
60
Analisis data dalam penelitian kualitatif berarti menglah data agar dapat
diintepretasikan secara alamiah.
5. Menjawab pertanyaan penelitian
Terjawabnya pertanyaan penelitian yang diajukan merupakan akhir dari
penelitian kualitatif yang dilakukan.
61
BAB IX
PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Berikut akan dipaparkan mengenai pengorganisasian dan pengembangan masyarakat di
Indonesia.
9.1. Masalah Sosial Indonesia
Masalah atau problema adalah perbedaan antara das Sollen (yang seharusnya, yang
diinginkan, dan yang dicita-citakan) dengann das Sein (yang nyata dan yang terjadi).
Dengan kata lain masalah adalah sebuah perbedaan antara yang ideal dan yang real.
Menurut Horton dan Leslie, dalam Suharto (2000), masalah sosial adalah suatu kondisi
yang dirasakan banyak orang, tidak menyenangkan, serta pemecahan aksi sosial secara
kolektif. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari masalah
sosial, diantaranya:
1. Kondisi yang banyak dirasakan orang
Suatu masalah baru dapat dikatakan sebagai masalah sosial jika dirasakan
banyakorang, tidak perlu dipertimbangkan berapa jumlahnya. Jika masalah
tersebut menjadi perbincangan, masalah tersebut dapat disebut masalah sosial,
terutama jika muncul di berbagai media massa.
2. Kondisi yang tidak menyenangkan
Orang akan senantiasa menghindari masalah, karena masalah selalu tidak
menyenangkan. Suatu kondisi dapat dikatakan masalah sosial bagi suatu
kelompok namun belum tentu berlaku bagi kelompok lainnya. Ukuran nilai
“baik: atau “buruk” suatu kondisi sangat bergantung pada nilai dan norma yang
dianut oleh sekelompok masyarakat.
3. Kondisi yang menuntut pemecahan
Umumnya suatu kondisi dianggap perlu dipecahkan jika masyarakat merasa
bahwa kondisi tersebut memang dapat dipecahkan. Saat ini, ketika masyarakat
semakin memiliki pengetahuan, kemiskinan menjadi sering diperbincangkan
karena dianggap sebagai salah satu masalah sosial.
62
4. Pemecahan tersebut harus dilakukan melalui aksi sosial secara kolektif
Masalah sosial berbeda dengan masalah individual. Masalah sosial perlu diatasi
secara kolektif, melalui rekayasa sosial seoerti aksi sosial, kebijakan sosial, atau
perencanaan sosial, karena sebab dan akibatnya akan selalu melibatkan banyak
orang.
Masalah sosial menurut Soetarso terbentuk oleh kombinasi faktor-faktor internal yang
berasal dari dalam diri orang (akibat ketidakmampuan seperti kecacatan, gangguan jiwa,
dsb) yang dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang berasal dari lingkungan sosial (seperti:
keluarga, tetangga, dan lingkungan kerja). Masalah sosial akan memengaruhi kualitas
kehidupan masyarakat secara keseluruhan, terutama karena terkurasnya sumber daya
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat (Soetarso: 2007)
Beberapa akar masalah sosial di Indonesia saling berkaitan (Soetarso, 2007) adalah:
• Jumlah penduduk yang besar
• Semakin besarnya jumlah penduduk miskin
• Tingkat pendidikan dan kesehatan yang rendah
• Kesenjangan yang lebar antara: pemerintah dan masyarakat; pembangunan kota
dan desa; penduduk kaya dan miskin; retorika dan fakta; dll
• Pembangunan nasional yang sentralistik di masa orde baru.
• Kerusakan lingkungan hidup yang semakin parah
• Kerawanan terhadap bencana, baik bencana alam dan ulah manusia
• Kerusakan moral bangsa
• Semakin maraknya KKN
• Lemahnya penegakan HAM; dll.
9.2. Aneka Ragam Pendekatan Pembangunan
Development adalah proses sosial yang direncanakan atau direkayasa. Development
adalah perubahan sosial yang direncanakan atau sejenis rekayasa sosial , Secara umum
pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan
warganya (Budiman: 2001). Sementara menurut Weidner pembangunan adalah
63
pertumbuhan kearah modernisasi atau “nation building” dan kemajuan sosio ekonomi
yang meliputi “diferensiasi substansial dan koordinasi” (Weidner, 1970: 14).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pembangunan adalah suatu
proses perubahan nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat menuju kearah perubahan
yang lebih baik secara berencana dan berkesinambungan untuk kesejahteraan masyarakat.
Menurut Neil (1969: 5), Pembangunan memiliki multidimensi dalam pendekatannya,
a. Pendekatan Pertumbuhan Ekonomi
Konsep pembangunan pada tahun 1970-an bertumpu pada laju pertumbuhan
GNP per kapita yang cepat. Kenaikan GNP diharapkan dapat memberi trickling
down effect (pengaruh pada wilayah dibawahnya), yaitu kepada masyarakat luas
dalam bentuk lapangan pekerjaan dan kesempatan ekonomi lainnya guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun sejak tahun 1980-an disadari bahwa pembangunan ekonomi bukan hanya
diukur melalui tingkat pertumbuhan pendapatan atau pendapatan perkapita,
melainkan bagaimana pendapatan tersebut dapat didistribusikan secara seimbang
kepada penduduk sesuai kebutuhannya.
b. Pendekatan Kebutuhan Dasar
Kebutuhan dasar sendiri dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu pertama adalah
konsumsi bahan pokok seperti: pangan, sandang, dan papan; kedua adalah
pelayanan pokok berupa: pendidikan, kesehatan, air bersih, dimana setiap orang
seharusnya memiliki akses yang sama; dan ketiga adalah hak untuk berpartisipasi
dalam membuat dan melaksanakan program yang berpengaruh terhadap
pengembangan pribadi.
c. Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan
Menurut definisi Komisi Sedunia Lingkunagn Hidup dan Pembangunan, 1987,
definisi pembangunan Berkelanjutan sebagaimana dikutip Soemarwoto (2006)
adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa memenuhi kebutuhan
mereka. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, diperlukan berbagai syarat
diantaranya:
• Peningkatan potensi produksi dengan pengelolaan ramah lingkungan
• Menjamin terciptanya kesempatan yang merata dan adil
64
Menurut Soemarwoto (2006: 11), pembangunan berkelanjutan bertumpu pada
tiga pilar, yaitu: pilar ekologi, ekonomi, dan sosial yang merupakan ketentuan
yang dapat menentukan bentuk dan sifat ekosistem di Indonesia. Selain harus
memperhatikan ketiga pilar itu, pembangunan juga harus dibuat seimbang dan
terintegrasi.
d. Pendekatan Pembangunan Sosial
Pembangunan sosial berusaha membuat mata rantai antara usaha-usaha
pembangunan sosial dengan ekonomi. Terdapat tiga kategori makna
pembangunan sosial, yaitu:
• Pembangunan sosial sebagai pengadaan pelayanan masyarakat
• Pembangunan masyarakat sebagai upaya terencana dalam rangka
mencapai tujuan sosial yang kompleks dan bervariasi
• Pembangunan sosial sebagai upaya terencana untuk meningkatkan
kemampuan manusia untuk berbuat
Esensi dari pembangunan sosial adalah partisipasi sepenuhnya dari masyarakat
dalam membentuk keputusan yang memengaruhi kesejahteraan mereka serta
dapat mengimplementasikan keputusan-keputusan tersebut. Beberapa metode
dalam mengukur pembangunan sosial diantaranya: penduduk dan IPM (Indeks
Pembangunan Manusia) yang mempertimbangkan kualitas kesehatan,
pendidikan, dan pendapatan perkapita (Moeljarto dan Prabowo, 1997: 48-49).
9.3. Karakteristik Konsep Kesejahteraan Sosial
Pendapat Kendall mengenai tiga karakteristik Konsep Kesejahteraan Sosial (1993):
a. Development social welfare is positive, not remedial in its objectives.
b. Development social welfare is comprehensive in approach and related to all
sectors of need.
c. Development social welfare is relevant to all sectors of population and it is
able to meet the needs of target population as a whole, with desirable
consequences for national development.
65
Terdapat tiga cara yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial untuk memajukan pendekatan
KSP, diantaranya:
a. Membantu dalam memobilisasi modal manusia (human capital)
b. Membantu pembentukan modal sosial (social capital)
c. Membantu klien berpenghasilan rendah dan mempunyai kebutuhan khusus
terlibat dalam pekerjaan, yang produksi atau pekerjaan sendiri.
9.4. Modal Sosial
Modal sosial adalah jaringan hubungan sosial yang memengaruh perilaku individual dan
memengaruhi pertumbuhan ekonomi (Pennar). Menurut Woolcock modal sosial sebagai
“the information, trust, and norms of reciprocity inhering in one’s social networks”.
Sedangkan menurut Cohen dan Prusak adalah kumpulan dari hubungan yang aktif di
antara manusia: rasa percaya, saling pengertian, kesamaan nilai, dan perilaku yang
mengikat anggota jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama
(Ancok, 2005: vii-viii).
Modal sosial bukanlah konsep yang tunggal, melainkan konsep yang memiliki dimensi
yang cukup kompleks. Menurut Hasbullah (2006: 9) didalamnya terungkan beberapa
unsur seperti:
• Partisipasi dalam Suatu Jaringan
Modal sosial akan kuat bergantung pada kapasitas yang ada dalam kelompok
masyarakat untuk membangun sejumlah asosiasi berikut membangun
jaringannya.
• Reciprocity
Modal sosial senantiasa diwarnai kecenderungan saling tukar kebaikan
antarindividu dalam atau antar kelompok itu sendiri. Seseorang atau sekelompok
orang yang memiliki semangat membantu tanpa mengharap imbalan seketika.
• Trust
Menurut Fukuyama, trust adalah sikap paling memercayai di masyarakat yang
memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan
memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.
• Norma Sosial
66
Norma sosial sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, pada umumnya terinstitusionalisasi
dan mengandung sanksi sosial guna mencegah perilaku penyimpangan.
• Nilai-nilai
Nilai adalah suatu pilihan yang turun-temurun dianggap benar dan penting oleh
anggota kelompok masyarakat.
9.4. Manfaat Modal Sosial
Berbagai manfaat dari modal sosial adalah sebagai berikut:
• Manfaat pada masyarakat
Pertumbuhan ekonomi masyarakat akan baik apalagi memiliki hubungan yang
erat dengan anggota lainnya, dikarenakan adanya pemimpin yang jujur dan
egaliter sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri.
• Manfaat pada organisasi
Sebuah organisasi yang memiliki banyak anggota yang cerdas belum tentu
memiliki modal sosial yang kuat, hal ini akan berdampak pada semakin besarnya
kontribusi yang diberikan
• Manfaat pada individu
Individu yang memiliki modal sosial yang tinggi ternyata akan lebih mudah maju
dalam karier.
9.5. Pemetaan Sosial sebagai Dasar Analisis Sosial
Pemetaan sosial adalah tahapan awal dalam program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat yang harus dilakukan sebelum tindakan nyata. Menurut Suharto (2005:81-
82), pemetaan sosial adalah proses penggambaran masyarakat yang sistematik, dan
melibatkan pengumpulan sata dan informasi mengenai masyarakat; termasuk didalamnya
profil dan masalah sosial yang ada di masyarakat tersebut. Fungsi utama pemetaan sosial
adalah memasok data dan informasi bagi pelaksanaan program pengembangan
masyarakat. Ada pun tujuan dari pemetaan sosial ini adalah :
- Menjadi langkah awal pengenalan lokasi sasaran proyek dan pemahaman
fasilitator terhadap kondisi khalayak sasaran
- Untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat kelurahan
67
- Menjadi dasar pendekatan dan metode pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
melalui sosialisasi dan pelatihan
- Mennjadi dasar penyusunan rencana kerja yang bersifat taktis terhadap
permasalahan yang dihadapi
- Menjadi acuan dasar untuk mengetahui terjadinya proses perubahan sikap dan
perilaku dimasyarakat sasaran.
Output pemetaan sosial yang dihasilkan adalah diperolehnya data dan informasi tentang
kondisi sosial-budaya masyarakat setempat. Informasi yang perlu digali dalam pemetaan
sosial adalah aspek demografi, geografi, psikografi, dan pola komunikasi. Sementara
Christakopoulou et.al (2001 : dalam Hawtin dan Smith, 2007:6) merinci elemen-elemen
community profiling sebagai berikut :
- Area sebagai tempat tinggal
- Area sebagai komunitas sosial
- Area sebagai komunitas ekonomi
- Area sebagai komunitas politik
- Area sebagai ruang pribadi
- Area sebagai bagian dari kota tersebut.
Disamping itu, ada juga model asesmen masyarakat (a model for community assessment),
adalah lokasi, Karakteristik penduduk, Daya tarik komunitas, Perumahan, Sejarah,
Gorgrafi, Faktor-faktor lain seperti mobilitas penduduk dan sebagainya, Pendidikan,
Sistem sosial/budaya, Perdagangan dan insdutri, Agama, Tipe pemerintah, Faktor-faktor
politik, Sistem sosial dan kesehatan, Sumber informasi, Kualitas pendidikan, Distribusi
kekuasaan dan lain-lain.
Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah metode pengumpulan data sekunder
yang diambil dari kelurahan dan kecamatan, kemudian data dari pengumpulan data
primer yang dilakukan melalui wawancara dan pengamatan langsung. Ketika melakukan
pengamatan ada tiga hal yang menjadi fokus yaitu tempat, aktivitas, dan pelaku. Tetapi
jika peneliti sudah dapat beradaptasi dengan penduduk setempat, maka bisa saja
ditambakan dengan perasaan, waktu dan lainnya.
68
Proses pelaksanaan FGD menuntut adanya tim kerja yang bertugas melaksanakan proses
persiapan, pelaksanaan serta pelaporan hasil FGD. FGD merupakan sebuah diskusi yang
dirancang khusus untuk membicaakan suatu masalah secara terfokus yang diarahkan oleh
seorang moderator dan dibantu oleh seorang asisten serta dihadiri oleh peserta terpilih
dalam jumlah terbatas. Dalam konteks program kampanye publik misalnya data yang
perlu dikumpulkan sekitar :
- Masalah-masalah yang dihadapi dan kebutuhan yang diinginkan masyarakat
- Prioritas masalah dan kebutuhan masyarakat yang perlu diatasi dan dipenuhi
- Penyusunan langkah dan strategi rencana aksi
- Mekanisme dan strategi pengelolaan lingkungan sehat
Teknik analisis dan penyimpulan data dan informasi adalah dengan dilakukan analisis
dengan check dan cross check atas informasi yang diterima, membuat rangkuman secara
deskriptif dan kemudian pembuatan kesimpulan-kesimpulan.
69
BAB X
PERENCANAAN PARTISIPATIF
Perencanaan partisipatif adalah suatu proses perencanaan program dalam pengembangn
masyarakat yang dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat dan stakeholders seperti
tokoh masyarakat dan aparatur pemerintahan. Lima tahap perencanaan partisipatif, diantaranya:
1. Identifikasi Masalah dan Need Assesment
Identifikasi masalah erat kaitannya dengan penilaian kebutuhan. Kebutuhan adalah
kekurangan yang mendorong masyarakat untuk mengatasinya. Dalam melakukan suatu
asesmen kebutuhan, mengidentifikasi dan memberikan penilaian terhadap masalah
dengan melibatkan masyarakat setempat dan pihak terkait (stakeholders).
Profil kehidupan masyarakat juga perlu untuk diperhatikan dengan penilaian
menggunakan kondisi perekonomian, pekerjaan saat ini, pola keluarga (hubungan antar
kerabat dalam keluarga dan silsilah), pola pendidikan, perumahan, kesehatan fisik,
rekreasi, kriminalitas, dan kepuasan hidup.
Beberapa metode yang dugunakan dalam need assessment adalah:
• Brainstorming
Adalah metode untuk menampung aspirasi dari berbagai saran dan masukan para
peserta diskusi.
• Focus Group Discussion
Adalah sebuah diskusi yang dirancang khusus membicarakan suatu masalah yang
terfokus. Diskusi ini diarahkan oleh seorang moderator dan umumnya dengan
peserta yang terbatas.
• Participatory Decision Making
Metode pengambilan keputusan melalui populasi sasaran
• Stakeholder Analysis
Analisis terhadap peserta dalam suatu program dan membahas mengenaoi isu-isu
yang terjadi dilingkungan dengan melibatkan aktor-aktor terkait yang
berkepentingan sehingga tercapai kesepeakatan bersama yang menguntungkan
semua pihak.
• Beneficiary Assesment
70
Pengidentifikasisan masalah dengan melibatkan para penerima layanan.
2. Tujuan Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pembangunan bertujun untukmenumbuhkan pemahaman dan kesadaran
akan pentingnya partisipasi masyarakat dengan melalui berbagai pengambilan keputusan
guna memperlancar implementasi pembangunan.
3. Penyusunan dan Pengembangan Perencanaan Partisipatif
Para perencana bersama menyusun pola strategi intervensi yang komperhensif dan
penyusunan alternatif.
4. Pelaksanaan
Implementasi program merupakan proses penerapan metode dan pendayagunaan sumber-
sumber baik SDA maupun SDM guna memiliki manfaat sosial bagi kepentingan
masyarakat.
5. Monitoring dan Evaluasi (Monev)
Monitoring adalah oemantauan secara terus menerus yang dilaksanakan secara berkala.
Evaluasi adalah kegiatan menilai secara keseluruhan apakah suatu program berhasil atau
tidak.
10.1. Participatory Rural Appraisal
Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah konsep yang dikembangkan untuk
menjawab berbagai kritik terhadap pola pengembangan program pembangunan pedesaan.
PRA merupakan salah satu metode pendekatan pembangunan pedesaan dengan
melibatkan masyarakat perdesaan dalam keseluruhan kegiata n pembangunan sehingga
masyarakat bukan hanya dianggap sebagai objek pembangunan melainkan sebagai aktor.
Tujuan PRA dilakukan guna memberdayakan masyarakat supaya kebergantungannya
dengan pihak luar dapat semakin berkurang. PRA berorientasi dalam pemenuhan
kebutuhan sesuai tuntutan masyarakat. Aspek “appraisal” terletak pada penelitian, tetapi
bukan mengenai teknik pengumpulan data melainkan proses belajar masyarakat dalam
tujuan praktis pengembangan.
71
Metode dan Teknik Participatory Rural Appraisal (PRA)
1. Pendidikan Andragogy
Metode penyuluhan konvensional dinilai tidak cocok untuk PRA karena metode tdak
partisipatif dan dianggap tidak memberdayakan peserta didik. Oleh karen aitu perlu
konsep “consciousness” yaitu menumbuhkan kesadaran). Peserta (warga masyarakat)
diajak untuk melihat kenyataan dan keberadaan dirinya. Melalui proses refleksi diri
untuk menyadari kekurangan dan kelebihan dirinya. Jika terlalu banyak melihat
kekurangan yang terjadi adalahperasaan ketertindasan dan kemalasan.
Dengan adanya praxis atau aksi refleksi diri membentuk kemampuan warga
menyadari keberadaan dirinya melalui proses komunikasi. Andragogy (adult
education) adalah metode pendidikan bagi orang dewasa untuk menggerakkan proses
belajar secara mandiri dalam memecahkan masalah-masalah yang ada, berdasarkan
pengetahuan tentang dunia nyata. Peran guru disini bukan hanya sebagai transfer of
knowledge tapi juga fasilitator agar murid belajar mandiri.
2. Bidang Keilmuan dan Penelitian
Adanya kritik diharapkan dapat mengarahkan proses partisipatif terutama dalam
ilmu-ilmu sosial dan riset yang tidak lagi menggunakan metode konvensional yang
menetapkan masyarakat sebagai informan primer.
• Riset partisipasi oleh aktivis
Prinsipnya adalah setiap orang memiliki potensi untuk melakukan analisis
terhadap keberadaan diri mereka sendiri, asalkan ada yang menstimulasi.
Orang lain berfungsi sebagai stimulator: penyelenggara, perantara, dan
fasilitator.
• Analisis agro-ekosistem
Merupakan kombinasu analisis sistem dan sistem kepemilikian dengan analisis
pola ruang, waktu, alur, dan hubungan, nilai relative serta pengambilan
keputusan.
• Antropologi Terapan
Tekanannya pada pemahaman masyarakat sehingga ampu menilai dan
menjadikan pengetahuan masyarakat pedesaan “valid” Karena paham mereka
72
mampu membedakan karakte “orang luar (etnik)” dan karakter “orang dalam
(emik)”.
• Riset lapangan mengenai sistem pertanian
Dari riset ini ditemukan sifat kerumitan, keanekaragaman dan banyaknya
praktik pertanian yang dikerjakan secara kurang teratur dan sistematis. Riset
lapangan sangat berarti bagi pemahaman mengenai:
� Kesadaran akan tingkat kerumitan, keberagaman, dan kerentanan
terhadap resiko
� Pengakuan terhadap pengetahuan, profesionalitas, dan rasionalitas petani
kecil dn miskn, serta terhadap analisis sendiri
� Pengahrgaan pengalaman kejiwaan dan perilaku petani.
• Pengenalan perdesaan dalam waktu singkat
Rapid Rural Appraisal (RRA) adalah pendekatan yang terkenal karena
memberikan sumbangan besar kepada PRA. Penekanan RRA pada partisipasi
oleh pemberdayaan. Teknik ini digunakan karena dirasa lebih intensif dan
partisipatif.
Proses Umum Penerapan PRA
a) Kunjungan awal dan mengakrabkan diri dengan masyarakat
Tujuan kunjungan awal adalah:
� Membangun kepercayaan, keterbukaan, dan suasana antara etik dan emik
� Mengembangkan rencana pelaksaan PRA melalui diskusi bersama
masyarakat dengan pertemuan kecil
� Sebainya dilakukan oleh seluruh tim sebagai “pemberitahuan awal” guna
penyamarataan informasi
b) Waktu kunjungan awal
Waktu bisa disesuaikan dengan kebutuhan peneliti, tidak ada parameter
pengukuran, asalkan dirasa informasi sudah cukup didapatkan
c) Kunjungan awal menjelang pelaksanaan kegiatan PRA
Tim berada dilokasi 1-2 hari sebelum penelitian untuk menjalin keakraban yang
lebih dengan mastarakat lokal.
d) Langkah-langkah kunjungan awal
� Jika lokasi belum ditentukan maka tahap awal dimulai dari sini
73
� Laporkan kehadiran tim kepada pemerintahan setempat dan tokoh
masyarakat
� Datang dan kunjungi masyarakat berulang-uang
� Jika waktu pelaksanaan sudah ditetapkan buat kesepakatan dengan
masyarakat
� Tinggal menyatu dengan masyarakat selama proses berlangsung dan
lamanya harus lebih dari 1 hari.
74
BAB XI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Berikut akan dipaparkan penjelasan mengenai pemberdayaan masyarakat.
11.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan berasal dari Bahasa Inggris “empowerment” secara harfiah berarti
“pemberkuasaan”, pemberian atau peningkatan “kekuasaan” kepada wasyarakat yang
tidak beruntung (disadvantaged). “Empowerment to increase the power of
disadvantaged”, Jim Ife seperti dikutip Soeharto (1972: 214). Swift dan Levin
mengatakan pemberdayaan menunjuk pada usaha realocation of power melalui
pengubahan struktur sosial (Soeharto, 1972: 214).
Soetarso menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya mempunyai dua
pengertian yang saling berkaitan, yaitu:
1. Peningkatan kemampuan, motivasi, dan peran semua masyarakat agar menjadi
sumber yang mendukung semua bentuk usaha mencapai kesejahteraan sosial.
Unsur masyarakat yang dapat menjadi sumber seperti:
• Semua warga yang selama ini telah aktif mengabdikan diri diberbagai usaha
kesejahteraan sosial baik secara perseorangan maupun kelompok
• Semua warga yang selama ini belum/tidak aktif mengabdikan diri diberbagai
usaha kesejahteraan sosial baik secara perseorangan maupun kelompok,
karena alasan:
o Tidak mengerti tentang masalah sosial dan pengaruhnya dalam
masyarakat
o Tidak mengerti urusan kesejahteraan sosial, masalah sosial, dan
pengruhnya, serta mengerti tentang usaha kesejahteraan sosial, tetapi
tidak mengetahui dimana dan bagaimana cara ia memberikan bantuan
75
o Pernah membantu tapi kecewa atau dikecawakan dengan tidak adnya
pembimbing, hanya menjadi sapi perah dibidang keuangan atau akibat
adanya korupsi didalam organisasi.
2. Pemanfaatan sumber masyarakat yang telah ditingkatkan kemampuan, motivasi,
dan perannya, yang berkaitan dengan
a. Pemanfaatan Lingkungan
b. Pemberian informasi
c. Dramatisasi Masaah
d. Penggalangan Dukungan
e. Pengembangan Momentum
f. Penyediaan tempat atau lahan engabdian
g. Pelatihan dan pengembangan.
Menurut Ife, seperti di ikutip Soeharto (2005; 59), Pemberdayaan memiliki dua kunci
pembahasan, yakni kekuasaan dan kelopok lemah. Kekuasaan diartikan bukan hanya
menyangkut kekuasaan atau penguasaan klien atas:
• Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan dalam
membuat keputusan-keputusan mengenai hidup: kemampuan dalam membuat
keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, dan pekerja
• Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi
dan keinginannya
• Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempenagruhi
pranta-pranata sosial deperti lembaga kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan.
• Idea atau gagasan: kemampuan mengeskspresikan dan menyumbangkan gagasan
dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan
• Sumber-sumber: Kemampuan memobilisasi informal, formal, dan kemasyarakatan.
• Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi,
distribusi, dan pertukaran barang dan jasa
• Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya denngan proses kelahira, perawtan anak,
pendidikan, dan sosialisasi
76
11.2. Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Proses
Secara konseptual, pemberdayaan mencakup enam hal:
a) Learning by doing. Artinya pemberdayaan adalah sebagai proses belajar terus
menerus, tindakan konkrit yang dampaknya akan terlihat
b) Problem Solving. Pemberdayaan harus memberikan arti terjadinya pemecahan
maslah yang dirasa krusial dengan cara dan waktu yang cepat
c) Self Evaluation. Pemberdayaan harus mampu mendorong seseorang atau
kelompok tersebut untuk melakukan evaluasi secara mandiri.
d) Self-development and Coordination. Mendorong agar mampu melakukan
pengembangan diri dan melakukan hubungan koordinasi dnegan pihak lain
secara luas.
e) Self Selection, upaya pemilihan dan penilaian secara mandiri dalam menetapkan
langkah-langkah ke depan,
f) Self Decisim. Kepemilikan rasa percaya diri dalam memutuskan sesuatu secara
mandiri.
Keenam unsur tersebut merupakan pembiasaan untuk berdaya, sebagai penguat dan
pengait pemberdayaan jika dilakukan secara kontinyu, yang semakin lama akan semakin
menguat oengaruhnya. Jika sudah sangat kuat maka akan menggelinding (snow ball)
dengan sendirinya.
11.3. Tingkatan Pemberdayaan Masyarakat
Secara bertingkat, keberdayaan masyarajat neburut Susiladiharti (2002) sebagai berikut:
a) Tingkat keberdayaan pertama: Terpenuhinya kebutuhan dasar
b) Tingkat keberdayaan kedua: penguasaan dan akses terhadap berbagai sistem dan
sumber yang diperlukan
c) Tingkat keberdayaan ketiga: dimilikinya kesadaran penuh akan berbagai potensi,
kekuatan, dan kelemahan diri dan lingkungannya
d) Tingkat keberdayaan keempat: Kemampuan berpatisipasi secara aktif dalam
berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan yang lebih luas.
77
e) Tingkat keberdayaan kelima adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dan
lingkungannya. Dapat dilihat dari keikutsertaan dan dinamika masyarakat dalam
mengevaluasi dan mengendalikan berbagai program dan kebijakan institusi dan
pemerintahan.
11.4. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Dubois dan Milley mempelajari berbagai prinsip yang dapat menjadi pedoman dalam
pemberdayaan masyarakat, diantaranya:
a) Membangun relasi pertolongan yang: (1) merefleksikan respon empati; (2)
menghargai pilihan dank lien menentukan nasibnya sendiri (self determination);
(3) menghargai perbedaan dan keunikan individu; (4) menekankan kerjasama
klien.
b) Membangun komunikasi yang: (1) menghormati harga diri dan martabat klien;
(2) mempertimbangkan keragaman individu; (3) berfokus pada klien; (4)
menjaga kerahasiaan klien.
c) Terlibat dalam pemecahan masalah yang: (1) memperkuat partisipasi klien dalam
semua aspek pemecahan masalah; (2) menghargai hak-hak klien; (3) merangkai
tantangan sebagai kesempatan belajar; (4) melibatkan klien dalam pembuatan
keputusan dan evaluasi
d) Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui: (1) ketaatan
terhadap kode etik profesi; (2) keterlibatan dalam pengembangan professional;
riset, dan perumusan kebijakan; (3) penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi ke
dalam isu-isu publik; (4) penghapusan segala bentuk diskriminasi dan
ketidaksetaraan kesempatan (Soeharto, 2005: 68)
11.5. Partisipasi Masyarakat
Dalam melaksanakan tugas kehidupan dan pembangunan bangsanya manusia dituntut
untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan untuk mencapai keberhasilan
pembangunan, sehingga partisipasi masyarakat menjadi unsur yang tidak terpisahkan
dalam proses pembangunan.
Partisipasi masyarakat bukan hanya dalam pelaksanaannya saja seperti halnya yang
ditafsir oleh masyarakat awam pada umumnya,tetapi meliputi kegiatan pengambilan
78
keputusan, penyusunan program, perencanaan program, pelaksanaan program,
mengembangkan program, dan menikmati hasil dari pelaksanaan program tersebut.
konsep partisipasi masyarakat yang lebih jelas dan tegas dikemukan oleh Loekman
Soetrisno (1995:221-222) menguraikan ada dua jenis partisipasi:
a. Definisi yang diberikan oleh para perencana pembangunan formal di Indonesia
bahwa partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap
rencana atau proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh
perencana.Model perencanaan yang muncul atas definisi partisipasi rakyat sebagai
mobilisasi rakyat dalam pembangunan adalah Mechanistic Planning Model
b. Definisi ini berlaku universal adalah partisipasi rakyat dalam pembangunan dengan
kerja sama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan,
melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah
dicapai. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi masyarakat itu dapat dilihat dengan ada
tidaknya hak rakyat untuk menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun
diwilayahnya serta ada tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri melestarikan
dan mengembangkan hasil proyek itu. Model perencanaan yang muncul atas definisi
partisipasi rakyat ini adalah Human Action Planning.
Ada tiga konsep pertisipasi jika dikaitkan dengan praktik pembangunan masyarakat yang
demokratis (Gaventa dan Valderama dalam Suhirman 2003) yaitu : partisipasi politik
yang merepresentasikan dalam demokrasi, partisioasi sosial yang melibatkan masyarakat
dalam proses pembangunan dan partisipasi warga dalam mengambil keputusan langsung
dalam kebijakan publik. Sementara menurut Najib (2005) jika dilihat dari penggunaannya
partisipasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu partisipasi sebagai alat dan tujuan.
Pada dasarnya dua konsep partisipasi masyarakat sebetulnya memiliki satu kesamaan
bahwa setiap warga memiliki hak untuk terlibat dalam setiap kegiatan yang dapat
mempengaruhi hidupnya baik lembang formal maupun informal.
Menurut Cohen dan Uphoff menjelaskan sifat khas partisipasi yaitu partisipasi bottom up
yang lebih bersifat sukarela dan partisipasi top down ini dilakukan dengan melibatkan
tindakan paksaan atau dengan imbalan tertentu. Namun pada dasarnya seseorang
melakukan suatu kegiatan tertentu adanya motif yang menggerakkannya, begitu halnya
79
kesatuan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Menurut Billah seperti dikutip
Taher (1987:146-149) bisa dilihat lima motif yaitu:
- Motif psikologi
Kepuasaan pribadi terjadi pada pencapaian prestasi atau rasa telah mencapai sesuatu
menjadi motivasi yang kuat untuk melakukan kegiatan oleh sebab itu untuk
meningkatkan partisipsi memberikan kesempatan untuk setiap warga masyarakat agar
tidak merugikan anggota masyarakat yang lain
- Motif sosial
Ada dua sisi motif sosial yakni untuk memperoleh status sosial dan untuk
menghindarikan dari terkena pengendalian sosial. Pada sisi negatifnya orang akan
terpaksa karena takutt terkena sanksi sosial, motif seperti ini dikendalikan oleh norma
yang sangat kuat dimasyarakat
- Motif keagamaan
Agama sebagai ideologi sosial yang mempunyai banyak macam fungsi bagi
pemeluknya seperti inspiratif, normatif, integratif, identifikatif dan operatif/motivatif.
Melalui aktualisasi fungsi itu agama dapat meningkatkan peranannya dan peran para
pemeluknya dalam proses pembangunan.
- Motif ekonomi
Dengan menggunakan tata nalar ekonomi orang akan memutuskan berpartisipasi
dalam kegiatan dengan memperhatikan manfaat/keuntungan bagi dirinya atau bagi
kelompoknya.
- Motif politik
Dasar utama motif politik adalah kekuasaan, makin besar kekuasaan yang mungkin
diperoleh dari keterlibatannya dalam berbagai kegiatan (pembangunan) maka kuat
pula kemungkinan untuk ikut berpartisipasi
Keberhasilan partisipasi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal
mencakup kultural, politik, ekonomi, kepemimpinan dan sebagainya, sedangkan faktor
internal meliputi kemauan dan kemampuan masyarakat untuk merubahnya.
80
11.6. Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
Menurut Murray G.Ross PPM adalah suatu proses ketika suatu masyarakat berusaha
menentukan kebutuhan atau tujuannya, mengatur atau menyusun,
mengembangkannkepercayaan dan hasrat untuk memenuhi, menentukan sumber (dari
dalam dan atau dari luar masyarakat), mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan
dengan pemenuhan kebutuhannya dan dalam pelaksanaan keseluruhannya, memperluas
dan mengembangkan sikap dan praktik kooperatif dan kolaboratif didalam masyarakat.
Secara teoritis, suharto membagi prespektif kedalam dua bingkai, yakni pendekatan
profesional dan pendekatan radikal.Berikut ini dua perspektif Pengorganisasian dan
Pengembangan Masyarakat.
TABEL XI.1
DUA PERSPEKTIF PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Pendekatan Perspektif Tujuan/Asumsi
Profesional
(tradisional,
netral,
teknikal)
• Perawatan,
pengorganisasian,
pembangunan
masyarakat
• Meningkatkan inisiatif dan kemandirian
masyarakat
• Memeperbaiki pemberian pelayanan sosial
dalam kerangka relasi sosial yang ada
Radikal
(transformas
ional)
Aksi masyarakat
berdasarkan kelas,
jender dan ras
• Meningkatkan kesadaran dan inisiatif
masyarakat
• Memberdayakan masyarakat guna mencari akar
penyebab ketertindasan dan diskriminasi
• Mengembangkan strategi dan membangun
kerjasa sama dalam melakukan peruabajan
sosial sebagai bagian dari upaya mengubah
relasi sosial yang menindas, diskriminatif dan
eksploitatif
Sumber : Dikembangkan dari Mayo dalam Suharto (2005 :41)
81
Model Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (PMM) dalam tulisan yang
berjudul “Approaches to Community Intervention” oleh Jack Rothman (1995:27:34)
mengembangkan tiga model yang berguna dalam memahami konsep PPM yaitu
pengembangan masyarakat lokal, perencanaan sosial dan aksi sosial. Berikut tabel
penjelasan mengenai tiga model.
TABEL XI.2
TIGA MODEL PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Parameter Pengembangan
Masyarakat Lokal
Perencanaan
Sosial
Aksi Sosial
Orientasi tujuan Kemandirian,integrasi
dan kemampuan
masyaraat(tujuan
proses)
Pemecahan
masalah sosial
yang ada
dimasyarakat
(tujuan tugas/hasil)
Perubahan struktur
kekuasaan, lembaga
dan sumber
Asumsimengenai
struktur
masyarakat dan
kondisi masalah
Keseimbangan,kurang
kemampuan dalam
relasi dan pemecahan
masalah
Masalah sosial
nyata: kemiskinan,
pengangguran,
kenalan remaja
Ketidakadilan,keseng
saraan,
ketidakmerataan,
ketidaksetaraan
Asumsi mengenai
kepentingan
masyarakat
Kepentingan umum
atau perbedaan yang
diselaraskan
Kepentingan yang
dapat diselaraskan
atau konflik
kepentingan
Konflik kepentingan
yang tidak dapat
diselaraskan:ketiadaa
n sumber
Konsepsi
mengenai
kepentingan umum
Rationalist-unitary Idealist-unitary Realist-individualist
Orientasi
terhadap struktur
kekuasaan
Struktur kekuasaan
sebagai kolaborator,
perwakilan
Struktur kekuasaan
sebagai pekerja
dan sponsor
Struktur kekuasaan
sebagai sasaran aksi,
dominasi elit
kekuasaan harus
dihilangkan
82
Parameter Pengembangan
Masyarakat Lokal
Perencanaan
Sosial
Aksi Sosial
Sistem klien atau
sistem perubahan
Masyarakat secara
keseluruhan
Seluruh atau
sekelompok
masyarakat,
masyarakat
fungsional
Sebagian atau
kelompok anggota
masyarakat tertentu
Konsepsi
mengenai klien
dan penerima
pelayanan
Warga masyarakat atau
negara
Konsumen Korban
Peranan
Masyarakat
Partisipan dalam proses
pemecahan masalah
Konsumen atau
penerima
pelayanan
Pelaku, elemen,
anggota
Peranan Pekerja
sosial
Pemungkin, koordinator
pembimbing
Peneliti, analisis,
fasilitator,
pelaksanaan
program
Aktivis advokasi:
agitator, broker,
negotiator
Media Perubahan Mobilisasi kelompok
kecil
Mobilisasi
organisasi formal
Mobillisasi
organisasi masa dan
politik
Strategi
perubahan
Pelibatan masyarakat
dalam pemecahan
masalah
Penentuan masalah
dan keputusan
melalui tindakan
rasioal pada ahli
Katalisasi dan
pengorganisasian
masyarakat untuk
mengubah struktur
kekuasaan
Teknik perubahan Konsensus dan diskusi
kelompok, partisipasi,
brain storming, role
playing, bimbingan dan
Advokasi,
andragogy,
perumusan
kebijakan,
Konflik atau unjuk
rasa, konfrontasi atau
tindakan langsung,
mobilisasi massa,
83
Parameter Pengembangan
Masyarakat Lokal
Perencanaan
Sosial
Aksi Sosial
penyuluhan perencanaan
program
analisis kekuasaan,
mediasi, agitasi,
negosiasi, pembelaan
Sumber : Diadaptasi dan diedit dari Rothman, Ercich, dan Tropman oleh Suharto
(2005:43)
Pelaksanaan PPM sering kali terjebak oleh bias, miskonsepsi, atau kesalahan pemikiran,
menurut Robert Chambers yang dikutip olej Suharto (1996:4) ada lima bias yang sering
terjadi dalam pelaksanaan PPM yaitu spatial bias, person bias, dry season bias dan
professional bias, kemudian Suharto menambahlam tiga bias lagi adalah physical bias,
financial bias, dan indicator bias.
84
DAFTAR PUSTAKA
Burgon & Huffner. 2002. Human Communication. London: Sage Publication.
Deddy Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Denzin and Lincoln. 1994. Handbook of Qualitative Research.
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti.
Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures. New York.
Inayatullah, Mohmed. 1976. Reconsideration of Western Model.
Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Lasswell, Harold. 1948. Power and Personality. New York.
Littlejohn,, Stephen W. 1996. Theories of Human Communication. Belmont: Wadsworth Pub.Co.
Luckmann, Thomas. 1966. The Social Construction of Reality. Anchor Books.
McQuail, Denis. 1996. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar (terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya.
Poerwandari, K. 2007. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Lembaga
Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Univeritas
Indonesia.
Seers, Dudley. 1977. Statistical needs for Development
Spradley, James. 1972. Culture and Cognition Rules, Maps and Plans. Chandler Publishing
Company.
Straubhaar, Joseph. 1997. Communications Media in Information Society. Belmont.
Sztompka, Piotr. 1993. The Sociology of Social Change. Wiley-Blackwell
Terry, George R. 1968. Principle of Management. Illinois
Weaver, Warren. 1949. The Mathematical Theory of Communication. Urbana: University of
Illinois Press.