PENGGUNAAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNGDALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO
Oleh:
LILIS INDAYANI, S.PdNIP. 132145486
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGODINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 10 PROBOLINGGOTahun 2007
PENGGUNAAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNGDALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO
Abstrak
Masalah rendahnya motivasi belajar siswa telah lama menjadi bahan pikiran para guru, terutama pada mata pelajaran IPA, hal ini berdampak pada perolehan nilai mata pelajaran IPA yang juga rendah. Pada umumnya siswa menampakkan sikap kurang bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga suasana kelas kurang aktif, interaksi antara guru dan siswa sangat kurang apalagi antara siswa dengan siswa, siswa cenderung pasif, hanya menerima saja apa yang diberikan guru. Melalui penelitian ini, permasalahan tersebut dicoba untuk diubah dengan penggunaan model pengajaran langsung (Direct Instruction / DI). Penelitian dilakukan di SMP Negeri 10 Probolinggo menggunakan subyek siswa kelas IX C tahun pelajaran 2006-2007 pada sub pokok bahasan Gaya Lorentz. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode kasus. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan lapangan dan hasil evaluasi. Teknik analisa data dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA. Selain motivasi meningkat, prestasi belajar siswa juga meningkat.
Kata kunci: motivasi belajar, model pengajaran langsung
A. PENDAHULUAN
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau
tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga
memiliki arti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu
tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau
mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:
756) Motivasi pada diri seseorang dapat tumbuh dari dalam diri sendiri (intrinsik),
motivasi juga dapat tumbuh akibat adanya dorongan dari luar diri seseorang
(ekstrinsik).
Dimyati dan Mudjiono (2002) mengemukakan ada tiga komponen utama
dalam motivasi yaitu: (i) kebutuhan, (ii) dorongan, dan (iii) tujuan. Kebutuhan terjadi
bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang
diharapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam
rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi
pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada
tujuan tersebut merupakan inti dari motivasi. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai
oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku
belajar.
Rendahnya motivasi belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPA tampak
dari sikap kurang bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, sehingga suasana kelas kurang aktif, interaksi antara guru dan
siswa sangat kurang apalagi antara siswa dengan siswa, siswa cenderung pasif, hanya
menerima saja apa yang diberikan guru.
Rendahnya motivasi belajar ini banyak sekali penyebabnya, diantaranya masih
membudayanya belajar hafalan, pemberian catatan yang menumpuk, pada pelajaran
IPA banyak terdapat rumus-rumus yang susah dihafal, guru kurang memberi motivasi
pada siswa bagaimana cara belajar IPA yang mudah, menarik, dan menyenangkan.
Upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa telah dilakukan dengan
berbagai cara. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menggunakan berbagai model
pengajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan sifat
lingkungan belajarnya. Model-model pengajaran yang dimaksud adalah Pengajaran
Langsung, Pembelajaran Kooperatif, Pengajaran Berdasarkan Masalah, Diskusi
Kelas, Presentasi, dan Pengajaran Konsep.
Pengajaran langsung (Direct Instruction / DI) merupakan suatu model
pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher center yang memiliki lima langkah: (1)
menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menjelaskan dan/atau
mendemonstrasikan bahan yang dipelajari, (3) memberi latihan terbimbing, (4)
mengecek pemahaman siswa dan memberi umpan balik, dan (5) memberi kesempatan
latihan lanjutan dan penerapan.
Model pengajaran langsung dirancang untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan
baik. Dalam menerapkan model pengajaran langsung, guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau ketrampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah
demi langkah. Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan, maka guru
dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.
Pengajaran Langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat
hati-hati dari pihak guru. Agar efektif, Pengajaran Langsung mensyaratkan tiap detail
ketrampilan atau isi didefinisikan secara saksama. Demonstrasi dan jadwal pelatihan
juga harus direncanakan dan dilaksanakan secara saksama. Sistem pengelolaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa,
terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan tanya jawab yang terencana. Ini
tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti
bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa
mencapai hasil belajar dengan baik.
Model pengajaran langsung bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi perilaku
dan teori belajar sosial, khususnya tentang permodelan (modelling). Menurut Albert
Bandura (1986) pembelajaran melalui pengamatan atau observational learning itu
merupakan sebuah proses tiga langkah: (1) pebelajar harus menaruh perhatian pada
aspek-aspek penting dari apa yang akan dipelajarinya (atensi), (2) pebelajar harus
menyerap atau mengingat perilaku yang dipelajarinya itu (retensi), (3) pebelajar harus
dapat mengulang kembali atau melaksanakan perilaku tersebut (produksi). Belajar
yang dialami manusia sebagian besar diperoleh dari suatu pemodelan, yaitu meniru
perilaku dan pengalaman (keberhasilan dan kegagalan) orang lain.
Prinsip-prinsip pembelajaran sosial tersebut diterjemahkan ke dalam perilaku
pengajaran seperti berikut: (1) Gunakan strategi-strategi untuk membangkitkan
perhatian siswa, (2) Pastikan bahwa pengamatan tersebut tidak terlalu kompleks, (3)
Kaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal siswa, (4) Gunakan latihan
untuk memastikan penyerapan jangka panjan. Pastikan munculnya sebuah sikap
positif terhadap keterampilan baru sehingga siswa akan termotivasi untuk mengulang
kembali atau menggunakan perilaku baru itu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa kelas
IX C SMP Negeri 10 Probolinggo terhadap mata pelajaran IPA melalui penggunaan
model pengajaran langsung. Pada saat penelitian Kompetensi Dasar yang dipelajari
siswa adalah “Mendeskripsikan gejala kemagnetan dan pemanfaatannya dalam
teknologi” pada indikator “Menemukan penggunaan gaya Lorentz pada beberapa alat
listrik sehari-hari.”.
B. METODE PENELITIAN
Subyek penelitian adalah siswa kelas IX C SMP Negeri 10 Probolinggo yang
berjumlah 41 anak. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan
lapangan dan hasil evaluasi. Teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis
data kualitatif.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dengan menggunakan model Pengajaran Langsung motivasi belajar siswa
makin meningkat, hal ini terlihat dari sikap siswa pada saat berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar tampak aktif dan bergairah, interaksi guru dan siswa, juga siswa
dengan siswa sangat baik. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa saat mengerjakan soal
latihan mandiri juga baik yaitu 87,9.
Brown (1971) mengemukakan ada delapan ciri siswa yang mempunyai
motivasi belajar tinggi, yaitu: (1) tertarik pada guru artinya tidak bersikap acuh tak
acuh, (2) tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, (3) antusias tinggi serta
mengendalikan perhatian dan energi pada kegiatan belajar, (4) ingin selalu bergabung
dalam suatu kelompok, (5) ingin identitas diri diakui oleh orang lain, (6) tindakan
serta kebiasaannya serta moralnya selalu dalam kontrol diri, (7) selalu mengingat
pelajaran dan selalu mempelajarinya kembali di rumah, dan (8) selalu terkontrol oleh
lingkungan.
Model Pengajaran Langsung telah dirancang secara khusus untuk
membelajarkan siswa tentang pengetahuan prosedural yang dibutuhkan untuk
melaksanakan keterampilan kompleks dan sederhana serta pengetahuan deklaratif
yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara langkah demi langkah.
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan
sesuatu, sedangkan pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang dimiliki siswa
tentang sesuatu. Perolehan informasi dan ketrampilan dasar merupakan tujuan penting
dari setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Dalam hampir setiap bidang,
siswa harus belajar dasar-dasar tersebut sebelum mereka dapat terus melanjutkan pada
pembelajaran yang lebih lanjut.
Model Pengajaran Langsung dapat diterapkan bagi setiap mata pelajaran,
namun model ini paling cocok untuk mata pelajaran yang berorientasi pada kinerja,
misalnya pada mata pelajaran IPA. Pada sub pokok bahasan Gaya Lorentz siswa
belajar tentang bagaimana proses terjadinya gaya pada penghantar yang berada di
dalam medan magnet (pengetahuan prosedural), hingga menemukan penggunaan gaya
Lorentz pada beberapa alat listrik sehari-hari (pengetahuan deklaratif).
Untuk memperoleh pengetahuan prosedural tersebut guru mendemonstrasikan
dan menjelaskan bagaimana gaya Lorentz tersebut dapat terjadi, sedangkan siswa
mendengarkan penjelasan serta mengamati demonstrasi yang ditunjukkan oleh guru.
Namun sebelum melakukan demonstrasi guru harus memberikan rasional untuk
pelajaran tersebut, memotivasi siswa, dan mempersiapkan siswa untuk belajar.
Ada lima fase model pengajaran langsung yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa, (2) mempresentasikan pengetahuan atau mendemonstrasikan
ketrampilan, (3) memberi latihan terbimbing, (4) mengecek pemahaman dan memberi
umpan balik, (5) memberi latihan lanjutan dan transfer.
Menyampaikan tujuan dan motivasi. Tidak memandang model pengajaran yang
digunakan, guru yang baik mengawali pelajaran mereka, dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran mereka. Di samping itu, seharusnya dikatakan kepada siswa apa tujuan
pembelajaran hari ini berkaitan dengan tujuan pembelajaran pertemuan terdahulu.
Pemberian rasional dan tujuan umum untuk setiap pelajaran sangat penting,
khususnya untuk pelajaran-pelajaran yang berorientasi pada keterampilan.
Mengetahui rasional untuk belajar sebuah ketrampilan khusus akan membantu siswa
memotivasi diri dan mendatangkan komitmen yang dibutuhkan.
Melaksanakan Demonstrasi. Model pengajaran langsung berpijak kuat pada
proposisi bahwa sebagian besar dari apa yang dipelajari dan sebagian besar dari
koleksi perilaku siswa berasal dari mengamati perilaku orang lain. Teori pembelajaran
sosia, mengandung ide bahwa dengan memperhatikan perilaku tertentu itulah siswa
dapat belajar melakukan perilaku tersebut dan mengantisipasi konsekwensi-
konsekwensi yang akan diperoleh. Jadi perilaku orang lain, yang baik maupun yang
buruk akan menjadi panutan bagi perilaku siswa itu sendiri. Untuk
mendemonstrasikan secara efektif sebuah konsep atau ketrampilan tertentu diperlukan
guru yang menguasai tuntas atau pemahaman mendalam, atas konsep atau
ketrampilan tersebut sebelum mengadakan demonstrasi, dan secara seksama berlatih
tentang seluruh aspek dari demonstrasi tersebut, sebelum benar-benar berdiri di depan
kelas.
Memberi latihan terbimbing. Sebuah langkah penting dalam model pengajaran
langsung adalah cara bagaimana guru menyikapi latihan terbimbing. Ada beberapa
prinsip yang dapat memandu guru dalam memberikan latihan terbimbing yaitu:
memberi tugas latihan pendek dan bermakna, memberi latihan untuk meningkatkan
pembelajaran lebih.
Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik. Pada fase ini sering ditandai
dengan guru mengajukan pertanyaan kepada siswa dan siswa memberi jawaban yang
mereka yakini benar.Ini merupakan aspek yang sangat penting dari model pengajaran
langsung, karena tanpa mengetahui hasil, latihan hanya akan bermanfaat kecil bagi
siswa. Pada model pengajaran langsung, tugas guru yang terpenting adalah pemberian
umpan balik yang bermakna dan pengetahuan akan hasil belajar siswa. Guru dapat
memberi umpan balik dengan banyak cara, misalnya secara verbal, dengan
pengetesan atau melalui komentar tertulis.
Memberi latihan lanjutan dan penerapan. Latihan lanjutan merupakan latihan
mandiri yang dapat berupa pekerjaan rumah atau pekerjaan di sekolah, memberi
kesempatan kepada siswa untuk menerapkan sendiri ketrampilan-ketrampilan baru
yang diperolehnya. Latihan lanjutan bukan sebuah pengajaran lanjutan, namun
merupakan sebuah cara untuk memanjangkan waktu belajar siswa.
Model transaksional pengajaran langsung merupakan suatu adaptasi dari
model yang dikembangkan oleh Caldwell, Huitt & French (1981), disamping itu juga
memfokuskan pada interaksi guru dan siswa pada tiap langkah pengajaran. Model
transaksional pengajaran langsung yang dilakukan pada kegiatan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
Fase Perilaku Guru Perilaku Siswa
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Fase 2
Mempresentasikan penge-
tahuan atau mendemons-
trasikan ketrampilan
- Memberi kesempatan
kepada siswa untuk
mengingat dan meme-
riksa kembali materi
tentang medan magnet.
dalam rangka persia-
pan untuk mempelajari
Gaya Lorentz.
- Mengkomunikasikan
garis besar tujuan pela-
jaran, memberi infor-
masi latar belakang,
dan menjelaskan me-
ngapa pelajaran itu
penting . Mempersiap-
kan siswa untuk belajar
- Guru mendemonstra-
sikan dan mempresen-
tasikan bagaimana
proses terjadinya Gaya
Lorentz dengan benar
langkah demi langkah.
- Memandu siswa pada
- Fokus pada keteram-
pilan dan konsep pra-
syarat, telaah ulang pe-
lajaran terdahulu yaitu
materi medan magnet
- Membaca tujuan yang
ditetapkan, mende-
ngarkan apa topik
pelajaran dan mengeta-
hui apa yang akan
mereka dapat lakukan
pada akhir pelajaran
tersebut.
- Mendengarkan penje-
lasan dan mengamati
apa yang didemons-
trasikan oleh guru
- Meniru proses yang
Fase 3
Memberi latihan terbim-
bing
Fase 4
Mengecek pemahaman
dan memberi umpan balik
Fase 5
Memberi latihan lanjutan
dan penerapan
saat mereka berada
pada tahap pemahaman
awal konsep dan
ketrampilan
- Guru mengawasi seca-
ra ketat pada saat siswa
mulai mengembangkan
kemampuan mereka
dengan meminta siswa
menyelesaikan satu
atau dua tugas pendek
pada waktu tertentu.
- Guru mengecek untuk
mencari tahu apakah
siswa melakukan tugas
dengan benar
- Memberi umpan balik
dan penguatan .
- Guru mempersiapkan
kondisi untuk latihan
lanjutan dengan me-
musatkan perhatian
didemonstrasikan dan
melafalkan pemaha-
man
- Menyelesaikan satu
atau dua tugas yang
diberikan oleh guru di
tempat duduk mereka.
- Beberapa siswa me-
ngerjakan tugas di
depan kelas, sementara
yang lain mengamati
pekerjaan yang dilaku-
kan temannya
- Menyelesaikan kerja
mandiri pada tingkat
kemahiran tertentu,
dan menemukan
pada transfer keteram-
pilan tersebut ke
situasi-situasi lebih
kompleks.
penggunaan gaya
Lorentz pada beberapa
alat listrik sehari-hari.
:
Dari kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pengajaran
langsung menunjukkan adanya peningkatan motivasi siswa dalam belajar. Demikian
juga prestasi belajar siswa juga lebih baik jika dibandingkan dengan hanya
menggunakan metode ceramah dan latihan terbimbing tanpa demonstrasi.
Sebagai pembanding dalam penelitian ini penulis menggunakan kelas IX D
yang memiliki heterogenitas yang sama pada siswanya. Pada kelas IX D siswa belajar
materi Gaya Lorentz menggunakan metode ceramah dan latihan terbimbing saja.
Ternyata siswa memiliki motivasi belajar kurang, hal ini ditunjukkan dengan sebagian
siswa tidak mengumpulkan / mengerjakan soal latihan mandiri yang diberikan.
Demikian juga prestasi belajar siswa pada materi gaya Lorentz lebih rendah, rata-rata
kelas 64,5 dibandingkan dengan kelas IX C yang nilainya rata-rata 87,9.
Pada umumnya, model pengajaran langsung memiliki prinsip sebagai berikut ;
- pengajaran lebih berpusat pada guru, - penyajian informasi secara aktif (dapat oleh
guru, komputer, atau siswa), - pengorganisasian informasi secara jelas dan maju tahap
demi tahap, - penekanan pada ketuntasan materi ajar. Jadi model pengajaran langsung
belum tentu cocokdigunakan pada semua materi pelajaran.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pengajaran langsung
dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa. Materi yang cocok
menggunakan model pengajaran langsung adalah materi yang mengajarkan
ketrampilan-ketrampilan dasar dan informasi tingkat rendah.
Penggunaan model pengajaran langsung memerlukan ketrampilan pengelolaan
kelas yang unik, dalam mendapat perhatian seluruh siswa dalam periode waktu yang
cukup panjang. Guru harus dapat melakukan pengelolaan kelas dengan baik untuk
mendapat efek maksimum, mempertahankan kecepatan mengajar, mempertahankan
keterlibatan dan partisipasi siswa, serta penanganan perilaku siswa yang menyimpang
secara cepat dan tepat.
Model pengajaran langsung hanya merupakan salah saru pendekatan dari
beberapa pendekatan yang digunakan oleh guru yang efektif. Kunci sesungguhnya
untuk pengajaran yang efektif adalah kemampuan guru untuk memilih berbagai
pendekatan pengajaran yang memungkinkan guru untuk mencocokkan pendekatan
pengajarannya dengan tujuan-tujuan pembelajaran tertentu dan sesuai dengan
kebutuhan siswa tertentu.
Sebelum menggunakan model pengajaran langsung, guru harus membuat
perencanaan mengajar dengan sebaik-baiknya. Karena guru memjadi pusat perhatian
siswa, dan menjadi model yang ditiru perilakunya baik itu benar maupun perilaku
yang salah
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Nur, Mohammad, Prof. Dr. 2005. Guru yang berhasil dan model pengajaran langsung. Surabaya: PSMS Unesa
Saukah, Ali, M.A., Ph.D. 1993. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: IKIP Malang
Wartono. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi SAINS. Jakarta: Bagian Proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali
Top Related