MILESTONE PERTUMBUHAN DAN GIZI SEIMBANG PADA ANAK
Upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita merupakan tindakan
skrining atau deteksi secara dini (terutama sebelum berumur 3 tahun) atas adanya penyimpangan
termasuk tindak lanjut terhadap keluhan orang tua terkait masalah pertumbuhan dan
perkembangan bayi, anak balita dan anak prasekolah, kemudian penemuan dini serta intervensi
dini terhadap penyimpangan kasus tumbuh kembang akan memberikan hasil yang lebih baik.
Upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita dilakukan melalui
kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak yang menyeluruh dan
terkoordinasi antar sektor dan program. Tindakan koreksi dilakukan untuk mencegah masalah
agar tidak semakin berat dan apabila anak perlu dirujuk, maka rujukannya harus dilakukan sedini
mungkin sesuai dengan pedoman yang berlaku. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan
jumlah sel serta jaringan, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0 – 6 tahun agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini
mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dapat
dilakukan oleh ibu, ayah, pengganti orang tua/pengasuh anak, anggota keluarga lain atau
kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-
hari.
TUMBUH KEMBANG PSIKOMOTOR
Tumbuh kembang psikomotor merupakan salah satu proses yang harus dilalui dalam
kehidupan anak. Psikomotor secara harfiah berarti sesuatu yang berkenaan dengan gerak fisik
yang berkaitan dengan proses mental (kamus besar bahasa Indonesia). Kemampuan psikomotorik
adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan bagian tubuh dengan otak untuk mampu berfungsi
secara harmonis. Kemampuan psikomotorik ini sangat berkembang pesat di usia dini. Dalam
keadaan normal psikomotor meningkat sesuai dengan umur.
Adapun tahapan perkembangan motorik adalah sebagai berikut:
1. Tahap gerakan refleks (0- 1 tahun)
Bentuk gerakan pada tahapan ini tidak direncanakan, merupakan dasar dari
perkembangan motorik. Melalui gerak refleks bayi memperoleh informasi tentang
lingkungannya, seperti reaksi terhadap sentuhan, cahaya, suara. Gerakan ini berkaitan dengan
meningkatnya pengalaman anak untuk mengenal dunia pada bulan-bulan pertama mengenal
kehidupan setelah kelahiran. Oleh karena itu kegiatan bermain sangat penting untuk menolong
anak belajar tentang dirinya dan dunia luar. Perkembangan motorik pada tahap refleks terdiri
pula dalam dua tingkatan yang saling bertindihan, yaitu tingkat encoding (mengumpulkan)
informasi dan decoding (memproses) informasi.
2. Tahap gerakan permulaan (lahir-2 tahun)
Gerak permulaan ini merupakan bentuk gerak sukarela yang pertama. Dimulai dari lahir
sampai usia 2 tahun. Gerakan permulaan membutuhkan kematangan dan berkembang berurutan.
Urutan ini terbentuk alami. Rata-rata kemampuan ini didapat dari anak ke anak, meskipun secara
biologis, dan lingkungan sangat berperan. Gerakan ini ada sebagai kemampuan untuk bertahan
hidup dan merupakan gerakan yang mempersiapkan anak untuk memasuki tahap gerakan dasar.
Beberapa gerakan keseimbangan seperti mengontrol kepala, leher, dan otot badan. Gerakan
manipulative seperti menggapai, menggenggam, dan melepaskan; dan gerakan lokomotor
seperti, merayap, merangkak, dan berjalan.
3. Tahap gerakan dasar (2-7 tahun)
Gerakan ini muncul ketika anak aktif bereksplorasi dan bereksperimen dengan potensi
gerak yang dimilikinya. Tahap ini merupakan tahap menemukan bagaimana menunjukkan
berbagai gerak keseimbangan, lokomotor dan manipulative, maupun penggabungan ketiga
gerakan tersebut. anak mengembangkan gerakan dasar ini untuk belajar bagaimana merespon
kontrol motorik dan kompetensi gerakan dari berbagai rangsangan. Gerakan dasar ini juga
digunakan sebagai dasar pengamatan tingkah laku anak. Beberapa kegiatan lokomotor seperti
melempar dan menangkap, dan kegiatan keseimbangan seperti berjalan lurus dan keseimbangan
berdiri dengan satu kaki merupakan gerakan yang dapat dikembangkan semasa kanak-kanak.
Tahap ini terbagi atas 3 tingkat, yaitu;
1. Tingkat permulaan (2-3 tahun)
Tingkatan ini menunjukkan orientasi tujuan pertama anak pada kemampuan permulaan. Gerakan
ini dicirikan dengan kesalahan dan kegagalan bagian gerakan secara berurutan, kelihatan
membatasi atau berlebihan menggunakan anggota tubuh, tidak mampu mengikuti ritmik dan
koordinasi. Gerakan keseimbangan, lokomotor, dan manipulative benar-benar pada tingkat
permulaan.
2. Tingkat elementary (4-5 tahun)
Tingkatan ini menunjukkan kontrol yang lebih baik dan gerakan permulaan koordinasi ritmik
yang lebih baik pula. Gerak spasial dan temporal lebih meningkat, namun secara umum masih
kelihatan membatasi atau berlebihan, meskipun koordinasi lebih baik. Intelegensi dan fungsi
fisik anak semakin meningkat melalui proses kematangan.
3. Tingkat mature (6-7 tahun)
Tingkatan ini dicirikan oleh efisiensi secara mekanik, koordinasi dan penampilan yang
terkontrol. Keahlian manipulative semakin berkembang dalam mengkoordinasi secara visual dan
motorik, seperti menangkap, menendang, bermain voli, dsb).
4. Tahap gerakan keahlian (7-14 tahun)
Tahapan ini merupakan tahap gerakan yang semakin bervariasi dan kompleks, seperti gerakan
sehari-hari, rekreaasi dan olahraga baru. Periode ini merupakan tahap dimana keahlian
keseimbangan dasar, gerak lokomotor dan manipulative meningkat, berkombinasi, dan
terelaborasi dalam berbagai situasi. Misalnya gerakan dasar melompat dan meloncat,
dikombinasikan kedalam kegiatan menari atau lompat-jongkok-berjalan dalam mengikuti jejak.
Tahapan ini terbagi atas 3 tahap, yaitu;
1. Tahap transisi (7-10 tahun)
Tahap ini indivdu mulai mengkombinasi dan mengunakan kemampuan dasarnya dalam kegiatan
olahraga. Misalnya, berjalan mengikuti garis lurus, lompat tali, bermain bola, dll. Keahlian pada
tahap ini lebih kompleks dan spesifik.
2. Tahap aplikasi (11-13 tahun)
Pada tahap ini anak memiliki keterbatasan dalam kemampuan kognitif, afektif dan pengalaman,
dikombinasikan dengan keaktifan anak secara alami mempengaruhi semua aktivitasnya.
Peningkatan kognitif dan pengalaman anak dipengaruhi oleh kemampuan individu untuk belajar
dan peran anak dalam berbagai jenis aktifitas, individu dan lingkungan. Keahlian kompleks
dibentuk dan digunakan dalam pertandingan, kegiatan memimpin dan memilih olahraga.
3. Tahap lifelong utilisasi (14 tahun sampai dewasa)
Tahapan ini merupakan puncak proses perkembangan motorik dan dicirikan dengan gerakan
yang sering dilakukan sehari-hari. Minat, kompetensi, dan pilihan mempengaruhi, selain faktor
uang dan waktu, peralatan dan fasilitas, fisik dan mental, bakat, kesempatan, kondisi fisik dan
motivasi pribadi.
Pemantauan perkembangan psikomotor anak adalah penting untuk mengetahui penyimpangan
secara dini sehingga mendukung upaya pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan
serta pemulihan dalam pelayanan kesehatan anak.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan psikomotor, antara lain :
Faktor pola asuh orang tua
Gen dari orang tua
Pengaruh lingkungan.
Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus
1. Perkembangan Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit,
melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini
diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia
4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang menantang baginya, seperti melompat dari
tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun
keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut bertambah. Anak pada masa ini menyenangi
kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung
bahaya.
2. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi
gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu
objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus
anak sangat berkembang, bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih
mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan
oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang
meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus
berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik,
seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara
bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar (Anonim, 2011).
Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang.
Seperti anak merasa senang memiliki ketrampilan memainkan boneka, melempar bola dan
memainkan alat alat mainan.
a) Dengan keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan
bulan pertama dalam kehidupannya menjadi kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari
satu tempat ketempat yang lain, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya sendiri. Kondisi ini akan
menunjang perkembangan rasa percaya diri.
b) Melalui peningkatan potensi perkembangan psikomotorik anak dapat menyesuaikan dengan
lingkungan sekolah. Pada masa pra sekolah atau pada masa awal sekolah dasar, anak sudah dapat
berlatih menulis, menggambar, melukis dan baris berbaris.
c) Melalui peningkatan potensi perkembangan psikomotorik yang normal memungkinkan anak
dapat bermain dan bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan
menghambat untuk anak akan bergaul dengan teman sebayanya, bahkan dia akan terkucilkan
atau menjadi anak yang finger (terpinggirkan)
d) Peningkatan potensi perkembangan psikomotorik sangat penting bagi perkembangan self
concept (kepribadian anak) (Dwi, 2010).
Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak Secara Umum
Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa.
Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non verbal yaitu dengan tulisan, bacaan
dan tanda atau symbol. Manusia berkomunikasi lewat bahasa memerlukan proses yang
berkembang dalam tahap-tahap usianya. Bagaimana manusia bisa menggunakan bahasa sebagai
cara berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang menarik untuk dibahas sehingga
memunculkan banyak teori tentang pemerolehan bahasa.
Bahasa adalah simbolisasi dari sesuatu idea atau suatu pemikiran yang ingin dikomunikasikan
oleh pengirim pesan dan diterima oleh penerima pesan melalui kode-kode tertentu baik secara
verbal maupun nonverbal. Bahasa digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan
lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa
diekspresikan melalui bicara yang mengacu pada simbol verbal.
Selain itu, bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural, dan musik. Bahasa
juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim.
Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna wicara.
Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang
mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan
makna yang berbeda beda.
Tahapan-tahapan Umum Perkembangan Kemampuan Berbahasa Seorang Anak, Yaitu:
Reflexsive Vocalization
Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeuarkan suara tangisan yang masih berupa refleks. Jadi,
bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia
sadari.
Babling
Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan
suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan
sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.
Lalling
Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai
dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku
kata yang diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….”
Echolalia
Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang di dengar
dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika
ingin meminta sesuatu.
True Speech
Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa disebut
batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.
B. Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak Menurut Beberapa Ahli
Lundsteen, membagi perkembangan bahasa dalam 3 tahap, yaitu:
1. Tahap pralinguistik
Pada usia 0-3 bulan, bunyinya di dalam dan berasal dari tenggorok
Pada usia 3-12 bulan, banyak memakai bibir dan langit-langit, misalnya ma, da, ba.
2. Tahap protolinguitik
Pada usia 12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia
mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-300)
3. Tahap linguistic
Pada usia 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan
perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah.
Bzoch membagi tahapan perkembangan bahasa anak dari lahir sampai usia 3 tahun
dalam empat stadium, yaitu:
1. Perkembangan bahasa bayi sebagai komunikasi prelinguistik
Terjadi pada umur 0-3 bulan dari periode lahir sampai akhir tahun pertama. Bayi baru
lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa baik isi, bentuk, dan pemakaian bahasa. Selain
belum berkembangnya bentuk bahasa konvensional, kemampuan kognitif bayi juga belum
berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif daripada terencana. Periode ini disebut
prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa
konvensional, mereka mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik.
Klinisi harus menentukan apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini
merupakan indikasi untuk evaluasi fisik dan audiologi.
Selanjutnya, intervensi direncanakan untuk membangun lingkungan yang menyediakan banyak
kesempatan untuk mengamati dan bereaksi terhadap suara.
2. Kata – kata pertama : transisi ke bahasa anak
Terjadi pada umur 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama milestone adalah
pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun pertama, berlanjut sampai satu
setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga tanda dimulainya
pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif, adanya kontrol, dan
interpretasi emosional di periode ini akan memberi arti pada kata-kata pertama anak.
Arti kata-kata pertama mereka dapat merujuk ke benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian di
seputar lingkungan awal anak.
3. Perkembangan kosa kata yang cepat-Pembentukan kalimat awal.
Terjadi pada umur 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi banyak dan dimulainya
produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung cepat pada
sekitar umur 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda dengan kata kerja yang
kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya dengan orang dewasa, anak mulai belajar
mengkonsolidasikan isi, bentuk, dan pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan semakin
berkembangnya kognisi dan pengalaman afektif, anak mulai bisa berbicara memakai kata-kata
yang tersimpan dalam memorinya. Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi
bentuk kata benda dan kata kerja.
4. Dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang
dewasa.
Terjadi pada umur 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat memiliki
akses ke jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi semakin dalam.
Anak mulai berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang, dan peristiwa serta dapat
menyelesaikan masalah fisik. Anak terus mengembangkan pemakaian bentuk fonem dewasa
Perkembangan bahasa pada anak dapat dilihat juga dari pemerolehan bahasa menurut
komponen-komponennya, yaitu:
1. Perkembangan Pragmatik
Perkembangan komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini, pertama-tama
dari tangisannya bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena lapar, popok basah. Dari sini
bayi akan belajar bahwa ia akan mendapat perhatian ibunya atau orang lain saat ia menangis
sehingga kemudian bayi akan menangis bila meminta orang dewasa melakukan sesuatu buatnya.
-Pada usia 3 minggu, bayi tersenyum saat ada rangsangan dari luar, misalnya wajah seseorang,
tatapan mata, suara, dan gelitikan. Ini disebut senyum sosial.
-Pada usia 12 minggu, mulai dengan pola dialog sederhana berupa suara balasan bila ibunya
memberi tanggapan.
-Pada usia 2 bulan, bayi mulai menanggapi ajakan komunikasi ibunya.
-Pada usia 5 bulan, bayi mulai meniru gerak gerik orang, mempelajari bentuk ekspresi wajah. -
Pada usia 6 bulan, bayi mulai tertarik dengan benda-benda sehinga komunikasi menjadi
komunikasi ibu, bayi, dan benda-benda.
-Pada usia 7-12 bulan, anak menunjuk sesuatu untuk menyatakan keinginannya. Gerak-gerik ini
akan berkembang disertai dengan bunyi-bunyi tertentu yang mulai konsisten. Pada masa ini
sampai sekitar 18 bulan, peran gerak-gerik lebih menonjol dengan penggunaan satu suku kata. -
Pada usia 2 tahun, anak kemudian memasuki tahap sintaksis dengan mampu merangkai kalimat
dua kata, bereaksi terhadap pasangan bicaranya dan masuk dalam dialog singkat. Anak mulai
memperkenalkan atau merubah topik dan mulai belajar memelihara alur percakapan dan
menangkap persepsi pendengar. Perilaku ibu yang fasilitatif akan membantu anaknya dalam
memperkenalkan topik baru.
-Lewat umur 3 tahun, anak mulai berdialog lebih lama sampai beberapa kali giliran. Lewat umur
ini, anak mulai mampu mempertahankan topik yang selanjutnya mulai membuat topik baru.
Hampir 50 persen anak 5 tahun dapat mempertahankan topik melalui 12 kali giliran. Sekitar 36
bulan, terjadi peningkatan dalam keaktifan berbicara dan anak memperoleh kesadaran sosial
dalam percakapan.
Ucapan yang ditujukan pada pasangan bicara menjadi jelas, tersusun baik dan teradaptasi baik
untuk pendengar. Sebagian besar pasangan berkomunikasi anak adalah orang dewasa, biasanya
orang tua. Saat anak mulai membangun jaringan sosial yang melibatkan orang diluar keluarga,
mereka akan memodifikasi pemahaman diri dan bayangan diri serta menjadi lebih sadar akan
standar sosial. Lingkungan linguistik memiliki pengaruh bermakna pada proses belajar
berbahasa. Ibu memegang kontrol dalam membangun dan mempertahankan dialog yang benar.
Ini berlangsung sepanjang usia pra sekolah. Anak berada pada fase mono dialog, percakapan
sendiri dengan kemauan untuk melibatkan orang lain. Monolog kaya akan lagu, suara, kata-kata
tak bermakna, fantasi verbal dan ekspresi perasaan.
2. Perkembangan Semantik
Karena faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantik, maka pada
umur 6-9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya. Leksikal dan
pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa prasekolah. Terdapat indikasi bahwa anak
dengan kosa kata lebih banyak akan lebih popular di kalangan teman-temannya. Diperkirakan
terjadi penambahan lima kata perhari di usia 1,5 sampai 6 tahun. Pemahaman kata bertambah
tanpa pengajaran langsung orang dewasa. Terjadi strategi pemetaan yang cepat diusia ini
sehingga anak dapat menghubungkan suatu kata dengan rujukannya. Pemetaan yang cepat adalah
langkah awal dalam proses pemerolehan leksikal. Selanjutnya secara bertahap anak akan
mengartikan lagi informasi-informasi baru yang diterima. Definisi kata benda anak usia pra
sekolah meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran dan warna, properti fungsi, properti
pemakaian, dan lokasi. Definisi kata kerja anak prasekolah juga berbeda dari kata kerja orang
dewasa atau anak yang lebih besar.
Anak prasekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan
apa, tapi biasanya mereka belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau
menjelaskan proses. Anak akan mengembangkan kosa katanya melalui cerita yang dibacakan
orang tuanya. Begitu kosa kata berkembang, kebutuhan untuk mengorganisasikan kosa kata akan
lebih meningkat dan beberapa jaringan semantik atau antar relasi akan terbentuk.
4. Perkembangan Sintaksis
Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa
anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya berupa kalimat dua kata.
Rangkaian dua kata, berbeda dengan masa “kalimat satu kata” sebelumnya yang disebut masa
holofrastis. Kalimat satu kata bisa ditafsirkn dengan mempertimbangkan konteks
penggunaannya. Hanya mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita
menangkap makna dari kalimat satu kata tersebut. Peralihan dari kalimat satu kata menjadi
kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama
terbentuk yaitu penggabugan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada
jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata memberi makna lebih dari satu maka anak
membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda. Perkembangan pemerolehan
sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun dan mencapai puncaknya pada
akhir usia 2 tahun.
4. Perkembangan Morfologi
Periode perkembangan ditandai dengan peningkatan panjang ucapan rata-rata yang
diukur dalam morfem. Panjang rata-rata ucapan, mean length of utterance (MLU) adalah alat
prediksi kompleksitas bahasa pada anak yang berbahasa Inggris. MLU sangat erat berhubungan
dengan usia dan merupakan prediktor yang baik untuk perkembangan bahasa. Dari usia 18 bulan
sampai 5 tahun MLU meningkat kira-kira 1,2 morfem per tahun. Penguasaan morfem mulai
terjadi saat anak mulai merangkai kata sekitar usia 2 tahun. Beberapa sumber yang membahas
tentang morfem dalam kaitannya dengan morfologi semuanya merupakan Bahasa Inggris yang
sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia.
5. Perkembangan Fonologi
Perkembangan fonologi melalui proses yang panjang dari dekode bahasa. Sebagian besar
konstruksi morfologi anak akan tergantung pada kemampuannya menerima dan memproduksi
unit fonologi. Selama usia prasekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem
fonologi tapi juga mengembangkan kemampuan menentukan bunyi mana yang dipakai untuk
membedakan makna. Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang
terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. Bahkan dalam babbling, anak menggunakan
konsonan-vokal (KV) atau konsonan-vokal-konsonan (KVK). Proses lainnya berkaitan dengan
asimilasi dan substitusi sampai pada persepsi dan produksi suara.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anak dalam Berbahasa
Ada tiga faktor paling signifikan yang mempengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu biologis,
kognitif,dan linkungan
1. Evolusi Biologi
Evolusi biologis menjadi salah satu landasan perkembangan bahasa. Mereka menyakini
bahwa evolusi biologi membentuk manusia menjadi manusia linguistik. Noam Chomsky (1957)
meyakini bahwa manusia terikat secara biologis untuk mempelajari bahasa pada suatu waktu
tertentu dan dengan cara tertentu. Ia menegaskan bahwa setiap anak mempunyai language
acquisition device (LAD), yaitu kemampuan alamiah anak untuk berbahasa. Tahun-tahun awal
masa anak-anak merupakan periode yang penting untuk belajar bahasa (critical-period). Jika
pengenalan bahasa tidak terjadi sebelum masa remaja, maka ketidakmampuan dalam
menggunakan tata bahasa yang baik akan dialami seumur hidup. Selain itu, adanya periode
penting dalam mempelajari bahasa bisa dibuktikan salah satunya dari aksen orang dalam
berbicara. Menurut teori ini, jika orang berimigrasi setelah berusia 12 tahun kemungkinan akan
berbicara bahasa negara yang baru dengan aksen asing pada sisa hidupnya, tetapi kalau orang
berimigrasi sebagai anak kecil, aksen akan hilang ketika bahasa baru akan dipelajari (Asher &
Gracia, 1969).
2. Faktor kognitif
Individu merupakan satu hal yang tidak bisa dipisahkan pada perkembangan bahasa anak.
Para ahli kognitif juga menegaskan bahwa kemampuan anak berbahasa tergantung pada
kematangan kognitifnya (Piaget,1954). Tahap awal perkembangan intelektual anak terjadi dari
lahir sampai berumur 2 tahun. Pada masa itu anak mengenal dunianya melalui sensasi yang
didapat dari inderanya dan membentuk persepsi mereka akan segala hal yang berada di luar
dirinya. Misalnya, sapaan lembut dari ibu/ayah ia dengar dan belaian halus, ia rasakan, kedua hal
ini membentuk suatu simbol dalam proses mental anak. Perekaman sensasi nonverbal
(simbolik) akan berkaitan dengan memori asosiatif yang nantinya akan memunculkan suatu
logika. Bahasa simbolik itu merupakan bahasa yang personal dan setiap bayi pertama kali
berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa simbolik. Sehingga sering terjadi hanya
ibu yang mengerti apa yang diinginkan oleh anaknya dengan melihat/mencermati bahasa simbol
yang dikeluarkan oleh anak. Simbol yang dikeluarkan anak dan dibahasakan oleh ibu itulah yang
nanti membuat suatu asosiasi, misalnya saat bayi lapar, ia menangis dan memasukkan tangan ke
mulut, dan ibu membahasakan, “lapar ya.. mau makan?”
3. lingkungan luar
Sementara itu, di sisi lain proses penguasaan bahasa tergantung dari stimulus
dari lingkungan. Pada umumnya, anak diperkenalkan bahasa sejak awal perkembangan mereka,
salah satunya disebut motherse, yaitu cara ibu atau orang dewasa, anak belajar bahasa melalui
proses imitasi dan perulangan dari orang-orangdisekitarnya.
Bahasa pada bayi berkembang melalui beberapa tahapan umum:
mengoceh (3-6 bulan)
kata pertama yang dipahami (6-9 bulan)
instruksi sederhana yang dipahami (9-12 bulan)
kata pertama yang diucapkan (10-15 bulan)
penambahan dan penerimaan kosa kata (lebih dari 300 kata pada usia 2 tahun).
tiga tahun ke depan kosa kata akan berkembang lebih pesat lagi
Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh ketrampilan bahasa
yang baik. Tiga faktor diatas saling mendukung untuk menghasilakan kemampuan berbahasa
maksimal. Orang tua, khususnya, harus memberikan stimulus yang positif pada pengembangan
keterampilan bahasa pada anak, seperti berkomunikasi pada anak dengan kata-kata yang baik
dan mendidik, berbicara secara halus, dan sebisa mungkin membuat anak merasa nyaman dalam
suasana kondusif rumah tangga yang harmonis, rukun, dan damai. Hal tersebut dapat
menstimulus anak untuk bisa belajar berkomunikasi dengan baik karena jika anak distimulus
secara positif maka akan mungkin untuk anak merespon secara positif pula.
Milestone perkembangan anak
Fine Motor/Adaptive Mean Normal Range
Unfisted 3 months 0 to 4 months
Bats at objects 3 months 2 to 5 months
Objects to midline 4 months 3 to 6 months
Transfers objects 5 months 4 to 7 months
Raking grasp 7 months 5 to 10 months
Finger feeds 7 months 5 to 10 months
Primitive pincer 8 months 6 to 10 months
Neat pincer 9 months 7 to 10 months
Voluntary release 12 months 10 to 15 months
Helps with dressing 12 months 10 to 16 months
Spoon feeds 15 months 12 to 18 months
Uses cup open/sippy 15 months 10 to 18 months
Imitates housework 18 months 14 to 24 months
Handedness 24 months 18 to 30 months
Helps with undressing 24 months 22 to 30 months
Undresses self 36 months 30 to 40 months
Toilet training 24 to 36 months
Language Mean Normal Range
Cooing 3 months 1 to 4 months
Laugh 4 months 3 to 6 months
Turns to voice 4 months 3 to 6 months
Razzing 5 months 4 to 8 months
Babbling 6 months 5 to 9 months
Dada/mama non-specifically 8 months 6 to 10 months
Gesture games 9 months 7 to 12 months
Understands no, 10 months 9 to 18 months
Mama/dada specifically 10 months 9 to 14 month
One step command with a gesture 12 months 10 to 16 months
Immature jargoning 13 months 10 to 18 months
One step command w/out a gesture 15 months 12 to 20 months
Points to body parts 18 months 12 to 24 months
Mature jargoning 18 months 16 to 24 months
Puts two words together 24 months 20 to 30 months
Pronouns inappropriately 24 months 22 to 30 months
Two step command 24 months 22 to 30 months
States first name 34 months 30 to 40 months
Pronouns appropriately 36 months 30 to 42 months
Social/Emotional Mean Normal Range
Social smile 5-6 weeks 1 to 3 months
Object permanence 9 months 6 to 12 months
Stranger anxiety 9 months 6 to 12 months
Affective sharing 10 months 9 to 18 months
Uses mother as secure base 12 months 9 to 18 months
Separation distress 12 months 9 to 24 months
Independence 18 months 12 to 36 months
Parallel play 24 months 12 to 30 months
Associative play 30 months 24 to 48 months
Cooperative play 36 months
Sumber : dr. Nury Nurdwinuringtyas, SpRM, M.Epid. Milestone – Perkembangan Anak
NUTRISI SESUAI TUMBUH KEMBANG ANAK
1. Kebutuhan nutrisi pada bayi
Bayi (0 sampai 24 bulan) memerlukan jenis makanan air susu ibu (ASI), susu formula, dan
makanan padat. Kebutuhan kalori bayi antara 100–200 kkal/kgBB. Pada 4 bulan pertama, bayi
lebih baik hanya mendapatkan ASI saja (ASI eksklusif) tanpa diberikan susu formula. Usia lebuh
dari 4 bulan baru dapat diberikan makanan pendamping ASI atau susu formula, kecuali pada
beberapa kasus tertentu ketika anak tidak bias mendapatkan ASI, seperti ibu dengan komplikasi
postnatal, wanita hamil, menderita penyaki menular dan sedang dalam terapi steroid atau morfin.
(Yupi Supartini, 2004)
Berikut ini adalah pemberian nutrisi sesuai umur pada bayi dari lahir sampai12 bulan
( Menurut : FKUI, 1985 ):
1. Bayi baru lahir sampai umur 4 bulan
Bayi mulai disusukan sedini mungkin, langsung setelah lahir. Waktu dan lama menyusui
disesuaikan dengan kebutuhan bayi (on demand). Hindarkanlah pemberian makanan tambahan
seperti madu, air, larutan glukosa dan makanan prelakteal lainnya. Jika setelah disusukan
kemidian ternyata bayi menjadi kebiruan dan sesak nafas, perlu difikirkan terhadap kemungkinan
adanya kelainan seperti obstruksi atau fistula esophagus.
Selanjutnya bayi dapat diberikan buah–buahan (pisang) atau biscuit sejak usia 2 bulan sedangkan
pemberian makanan lumat sampai lembik (bubur susu) pada usia 3 – 4 bulan, sesuai keperluan
bayi masing – masing. Bayi akan lapar dan menangis terus bila ASI kurang dan hal ini juga akan
terlihat dari pertumbuhan bayi yang tidak memuaskan.
Untuk mengatasi pertumbuhan, bayi perlu ditimbang secara berkala, yaitu bila mungkin
dilakukan stiap hari pada munggu pertama, selanjutnya setiap minggu sampai akhir bulan
pertama, kemudian setiap 2 minggu dalam bulan kedua dan ketiga dan seterusnya setiap bulan.
Pada bulan keempat biasanya dimulai pemberian makanan padat, yaitu makanan lumat, misalnya
bubur susu yang dapat dibuat dari tepung (beras, jagung atau havermouth), susu dan gula.
Waktu yang untuk memberikan makanan lumat dapat dipilih yang sesuai, misalnya sekitar jam
09.00 dengan memperhatikan bahwa kira – kira 2 jam sebelumnya tidak diberikan apa – apa.
Dengan demikian bayi menyusui dengan kebutuhannya, diberi bubur susu satu kali dan buah –
buahan satu kali. Pada umur ini dapat pula diberikan telur ayam, akan tetapi perlu waspada
terhadap kemungkinan alergi dengan gejala urtikaria. Bila terjadi hal ini, pemberian telur
ditangguhkan. Biasanya setiap bayi sudah tahan terhadap telur pada usia 7 bulan keatas.
2. Bayi umur 5 – 6 bulan
Dapat diberikan 2 kali makanan bubur susu sehari, buah – buahan dan telur.
3. Bayi umur 6 – 7 bulan
Bayi dapat mulai diberikan nasi tim yang merupakan makanan lunak dan juga merupakan
makanan campuran yang lengkap karena dapat dibuat dari beras, bahan makanan sumber protein
hewani (hati, daging cincang, telur atau tepung ikan) dan bahan makanan sumber protein nabati
yaitu tahu, tempe, sayuran hijau (bayam), buah tomat dan wortel. Dengan demikian nasi tim
merupakan makanan yang mengandung nutrien yang lengkap bila dibuat dengan bahan – bahan
tersebut.
Selama masa bayi makan nasi tim harus disaring terlebih dahulu untuk memudahkan menelannya
dan tidak banyak mengandung serat – serat yang dapat mempersulit pencernaan.
4. Bayi umur 8 – 12 bulan
Bubur susu sudah dapat diganti seluruhnya dengan nasi tim, yaitu, pada pagi hari sebagai makan
pagi, misalnya jam 09.00, pada siang hari sebagai makan siang sekitar jam 13.00 dan pada sore
hari sebagai makan malam sekitar jam 17.00 – 18.00.
Bila bayi disusukan sesuai dengan anjuran yaitu melebihi masa 1 tahun, perlu diperhatikan
kemingkinan timbulnya anoreksia terhadap makanan lin, sehingga anak akan kekurangan protein
dan kalori, dan pada akhirnya menderita penyakit Malnutrisi Energi Protein (MEP). Pengaturan
makan bayi yang berhasil pada masa bayi akan mempermudah kelancaran pengaturan makan
pada usia selanjutnya.
Pada akhir masa bayi telah dibiasakan bayi menerima makanan 3 kali sehari,m yaitu pada waktu
pagi (makan pagi), siang (makan siang), dan sore atau malam (makan malam). Selama masa bayi
telur cukup diberikan sekali sehari, bila bayi tidak alergi. Telur dapat dimakan tersendiri setelah
dimasak matang atau setengah matang atau dimakan bersama – sama dengan nasi tim.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada masa bayi meliputi Air Susu Ibu (ASI), susu formula, dan
MP – ASI :
1) Air susu ibu (ASI)
Dalam ASI terkandung antibody, pemberiannya mudah, murah dan praktis. Dengan pemberian
ASI maka kebutuhan psikologis anak sekaligus terpenuhi karena saat memberikan ASI ibu dapat
memelu dan mendekap anak sehingga anak merasa dan nyaman dalam pelukan ibunya.
Manfaat ASI untuk bayi adalah melindungi dari penyakit infeksi, diare, dan alergi, mempererat
hubungan dengan ibu, dan meningkatkan daya tahan ibu, sedangkan manfaat untuk ibu adalah
memberikan kepuasan, lebih praktis, murah dan dapat menunda masa subur. Walaupun
demikian, ada beberapa kendala dalam pemberian ASI, yaitu putting susu masuk ke dalam dan
perasaan nyeri yang hebat karena putting susu terluka.
Kandungan zat gizi ASI (setiap 100 gram) :
Kalori : 68 kalori
Protein : 1,4 gram
Lemak : 3,7 gram
Karbohidrat : 7,2 gram
Zat kapur : 30 gram
Fosfor : 20 gram
Vitamin A : 60 gram
Tiamin : 30 gram
Zat kekebalan yang terdapat dalam ASI :
Immunoglobulin yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi.
Losozim yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri.
Laktoperiksidase yang dapat membunuh Streptococcus.
Laktoferin yang dapat membunuh beberapa jenis organisme.
Sel darah putih yang dapat berfungsi sebagai fagositosis.
Zat anti staphylococcus yang dapat manghambat pertumbuhan staphylococcus.
Cara menilai kecukupan ASI dalam tubuh adalah dengan menilai komponen sebagai berikut :
a. Berat badan lahir telah tercapai kembali sekurang – kurangnya pada akhir minggu
kedua setelah lahir dan selama itu tidak terjadi penurunan berat badan lebih dari
10%.
b. Kurva pertumbuhan berat badan memuaskan dan menunjukkan kenaikan sebagai
berikut :
Triwulan I : 150 – 250 gr/bulan
Triwulan II : 500 – 600 gr/bulan
Triwulan III : 350 – 450 gr/bulan
Triwulan IV : 250 – 350 gr/bulan
Atau usia 4 – 5 bulan : dua kali berat badan lahir dan pada usia 1 tahun tiga kali berat
badan lahir.
c. Penilaian subjektif, yaitu bayi tampak puas dan tidur nyenyak setelah disusui dan
ibu merasakan tegangan payudara sebelum dan sesudah menyusui serta
merasakan aliran ASI cukup deras. (Yupi Supartini, 2004)
2) Susu formula
Walaupun ASI adalah makanan utama pada bayi teritama usia 0 – 6 bulan, susu formula dapat
dianjurkan untuk diberikan pada bayi di atas 6 bulan. Ada 4 klasifikasi susu formula, yaitu :
d. Starting formula. Formula ini diberikan pada 6 bulan pertama usia bayi sampai
dengan usia 1 tahun tahun sebagai pelengkap jenis makanan lain.
e. Formula adaptasi. Formula ini diberikan dengan kompssosisi mendekati ASI
sebagai adaptasi.
f. Formula lanjutan. Formula ini diberikan setelah bayi berusia di atas 6 bulan
sebagai makanan tambahan.
g. Medical formula (formula khusus). Formula ini khusus diberikan untuk bayi
dengan kondisi khusus, seperti bayi premature, bayi dengan kelainan metabolik
kongenital atau bayi dengan intoleransi terhadap formula biasa.(YupiSupartini,
2004)
3) Makanan Pendamping – ASI
Saat mulai diberikan MP – ASI tersebut harus disesuaikan dengan maturitas saluran pencernaan
bayi dan kebutuhannya. Sebaiknya MP – ASI mulai diberikan pada umur 4 – 6 bulan. Pada bulan
pertama sebaiknya bayi hanya mendapat ASI (Exclusive Breast Feeding = ASI ekslusif). Hal ini
erat dengan 4 – 6 bulan, abyi sudah mampu malakukan koordinasi mengisap, menelan, dan siap
mengisap makanan yang cair saja. Disamping itu ASI masih mencukupi kebutuhan bayi asampai
4 – 6 bulan pertasma kehidupan.
Alasan pemberian MP – ASI dimulai sejak pada umur 4 – 6 bulan (menurut : Soetjiningsih,
2002), adalah :
1. Kebutuhan energi bayi untuk pertumbuhan dan aktivitas dan aktivitas makin beratambah,
sedangkan produiksi ASI relative tetap. Sehingga diperlukan tambahan makanan selain
ASI yang dumulai pada umur 4 – 6 bulan untuk membiasakan bayi makan makanan lain
selain ASI.
2. Pada umur 4 bulan tersebut, bayi sudah mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi
enzim amilase lebih banyak pula. Sehingga bayi siap menerima makanan lain selain ASI.
3. Bayi sudah bisa menutup mulutnya dengan rapat dan menggerakkan lidah ke muka
belakang. Apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya, maka lidah bayi dapat
memindahkan makanan tersebut ke arah belakang dan menelannya. Pada saat bayi diberi
kesempatan mempraktekkan kepandaiannya tersebut dengan memberikan makanan
lumat.
Dengan bertambah matangnya kemampuan oromotor, bayi umur 6 – 9 bulan mulai belajar
mengunyah dengan menggerakkan rahang ke atas dan kebawah, sehingga dapat diberikan
makanan yang lebih kasar. Dengan kemampuan motorik halus dimana pada awalnya bayi
memegang dengan kelima jari tangannya kemudian umur 9 bulan bayi sudah dapat menjimpit,
maka untuk mengembangkan kemampuan tersebut, bayi dapat diberikan makanan yang dapat
dipegang sendiri atau makanan kecil yang dapat dijimpit.
Pada umur 6 – 7 bulan bayi sudah dapat duduk, sehingga dapat diberikan makanan dalam posisi
duduk. Pada umur 6 – 9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir, sehingga
dapat dilatih minum memakai cangkir/ gelasyang dipegang oleh orang lain.
4) Pengaturan makanan untuk bayi dan anak sehat
Berikut ini adalah beberapa pengaturan makanan untuk bayi dan anak sehat :
1. Untuk bayi, makanan utama adalah ASI ditambah makanan pelengkap.
Pada usia 0 – 4 bulan, ASI harus langsung diberikan sesaat setelah melahirkan hindari
pemberian makanan tambahan seperti madu, glukosa dan makanan pralakteal lainnya.
Pada usia di atas 4 bulan boleh diberikan makanan luamat berupa bubur susu 1 kali dan
buah 1 kali.
Untuk bayi usia 5 – 6 bulan diberikan 2 kali bubur susu, buah – buahan dan telur.
Untuk bayi usia 6 – 7 bulan dapat dimulai dengan pemberian nasi tim dengan campuran
antara beras, sayuran dan daging atau ikan.
Bayi umur 8 – 12 bulan diberikan nasi tim dengan frekuensi 3 kali sehari, dan bubur susu
tidak diberikan lagi.
2. Makanan padat. Makanan padat mulai diberikan pada usia di atas 4 bulan, saat bayi mulai
belajar duduk, kuat menahan leher dan kepalanya, serta dapat menyatakan keinginannya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan padat :
Bayi telah siap menerima makanan dalam bentuk padat
Berikan makanan padat sesuai dengan kemampuan anak mengunyah.
Observasi tanda alergi makanan (misalnya : kulit merahflatus terus, perubahan
konsistensi feses).
Kenalkan jenis makanan untuk satu waktu.
Bila bayi berasal dari keluarga vegetarian atau hanya memakan sayuran saja, maka
tambahkan zat besi (Fe).
Apabila jumlah makanan yang dikonsumsi lebih banyak, asupan susu harus dikurangi.
Biarkan bayi mencoba mengenal cara makan (misalnya memainkan sendoknya)
Jangan terburu – buru dalam memberikan makanan, terutama makanan padat.
Berikan makanan secara bertahap (misalnya 1 atau 2 sendok di hari pertama kemudian
meningkat menjadi 3 – 4 sendok pada hari berikutnya dan seterusnya).
Berikan makanan pada saat anak lapar.
2. Kebutuhan nutrisi pada anak usia toddler
Anak usia toddler mempunyai karakteristik yang khas, yaitu bergerak terus, tidak bisa diam dan
sulit untuk diajak duduk dalam waktu yang relatif lama. Selain itu, pada usia 12 sampai 18 bulan
pertumbuhan sedikit lambat sehingga kebutuhan nutrisi dan kalori. Kebutuhan kalori kurang
lebih 100 kkal per kg berat badan (BB).
Karakteristik terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak usia toddler :
a. Anak sukar atau kurang mau makan.
b. Nafsu makan anak sering kali berubah yang mungkin pada hari ini makannya
cukup banyak dan pada hari berikutnya makannya sedikit.
c. Biasanya anak menyukai jenis makanan tertentu.
d. Anak cepat bosan dan tidak tahan makan sambil duduk dalam waktu lama.
Anjurkan untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut :
1. Ciptakan lingkungan makan yang menyenangkan, misalnya memberi makan
sambil mengajaknya bermain.
2. Beri kesempatan anak untuk belajar makan mandiri. Jangan berharap anak dapat
makan dengan rapi sebagaimana anak yang lebih besar karena usia toddler belum
mampu melakukannya.
3. Jangan menuruti kecenderungan anak untuk hanya menyukai satu jenis makanan
tertentu. Kenalkan selalu dengan jenis makanan baru.
4. Berikan makanan pada saat masih hangat dengan porsi yang tidak terlalu lancer.
5. Kurangi frekuensi minum susu. Dianjurkan untuk memberikan 2 kali sehari saja.
Top Related