8/17/2019 Metodologi Leger GIS
1/80
METODOLOGI2 METODOLOGI
E.1. U M U M
Layanan Jasa Penyedia Jasa dalam melaksanakan Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan
Penyusun an Ledger Jalan Berbasis GIS di Kota Tangerang diharapkan dapat memenuhiharapan dari pihak Pengguna Jasa dan memberikan hasil pekerjaan yang sesuai denganKerangka Acuan Kerja (KAK) serta Dokumen Kontrak yang diberikan.
Dinas Bina Marga Dan Sumber Daya Air Bidang Perencanaan Teknis Kota Tangerang,merupakan salah satu instansi yang memiliki kewenangan dalam pelaksanaan perencanaanpembangunan melalui penerbitan administrasi khususnya di bidang kebinamargaan,sehingga kegiatan fisik pembangunan di lapangan akan lebih terarah sesuai dengan arahanRencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Pendataan leger jalan mencakup pengumpulan data perkerasan jalan, bangunan pengamandan pelengkap jalan, perlengkapan jalan, dan utilitas publik sekitar badan jalan sampai padadaerah pengawasan jalan baik utilitas publik di atas permukaan jalan maupun yang ada di
bawah permukaan jalan, data luas rumija dan harga/nilai nya (NJOP), nilai perwujudan jalanserta rincian lainnya.
Untuk menjamin agar pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan mutu seperti yangdisyaratkan, konsultan dalam melaksanakan pekerjaan yang dimaksud akan melakukankoordinasi dengan Project Officer atau instansi terkait dengan tetap mengacu pada lingkupkegiatan yang telah ditetapkan.
Pekerjaan Penyusunan Ledger Jalan Berbasis GIS di Kota Tangerang terdiri dari 267ruas jalan, terletak di Kota Tangerang Provinsi Banten.
E.2. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI
Rencana pendekatan teknis dan metode pelaksanaan pekerjaan sangat diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, agar dapat dicapai suatu hasil analisis yang cermat, teliti danoptimal. Rencana pendekatan teknis dan metode pelaksanaan ini disusun berdasarkanKerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan oleh Dinas Bina Marga Dan Sumber Daya AirBidang Perencanaan Teknis Kota Tangerang Tahun Anggaran 2016.
Secara umum lingkup pekerjaan ini terdiri dari:
a) Persiapan dan koordinasi.
b) Pengumpulan data jalan dan identifikasi lapangan meliputi : data as-bulit drawing datapenanganan jalan terakhir, rumija, jalan, jembatan, gorong-gorong, guard rail, rambu,lampu penerangan, utilitas dan reklame, dan data lainnya sesuai petunjuk kepalasatker.
c) Pemetaan ruas jalan dalam skala 1:1000 meliputi pengikatan koordinat dengan JaringKontrol Horizontal Nasional (JKHN) dan perapatan JKHN dengan memasang patokleger setiap 5 Km. Pemasangan patak rumija setiap maks. 100 m, pengukuran situasiobyek yang akan dipetakan dan pengukuran cross section jalan setiap maks. 100 m,pengolahan data dan penggambaran peta.
d) Penyajian dalam ringkasan data dan kartu keger meliputi alinyemen horizontal,alinyemen vertikal, penampang melintang, dan data numerik, dan foto dokumentasi.
e) Persetujuan dan penetapan leger jalan.
Bagan alir tahapan pekerjaan adalah sebagai berikut :
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
2/80
Kegiatan Penyusunan Leger Jalan dan Jembatan diawali dengan pengumpulan data jalanpada Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Lampung, selain itu diperlukankoordinasi dengan P2JN untuk memperoleh data survei IRMS/BMS, dan Koordinasi denganPT. PLN, PDAM, Telkom untuk data utilitas yang tertanam pada badan jalan. Berikutnyaadalah melakukan identifikasi lapangan atas jalan dan bangunan meliputi perkerasan, bahu,
saluran, jembatan, gorong-gorong, batas rumija, guard rail, rambu, lampu penerangan, danutilitas.
Pengumpulan data dan identifikasi di lapangan, harus mendapat persetujuan Kasatker/PPK,baru kemudian dillakukan pengukuran. Salah satu persetujuan adalah mengenai jumlah danlokasi pemasangan patok rumija (RMJ) dan patok leger jalan (LJ). Setelah dilakukanpemasangan patok rumija (RMJ) dan patok leger jalan (LJ) di lapangan, dilakukanpengukuran koordinat patok LJ dan memetakannya ke dalam peta skala 1:1000. Koordinatpeta harus mengacu pada koordinat Jaring Kontrol Horizontal Nasional (JKHN) atau TitikDasar Teknik yang dibangun oleh Bakosurtana II Badan Informasi Geospasial atau BPNminimum orde 3. Dalam pengukuran diperlukan perapatan JKHN disepanjang ruas jalandengan memasang patok leger jalan setiap 5 km. Pengikatan Patok Leger Jalan dengan Titik
Dasar Teknik dilakukan dengan alat ukur GPS Geodetic. Pengukuran situasi atas obyek yangakan dipetakan dan pengukuran cross section selebar ruwasja dilakukan dengan alat ukurGPS Geodetic metode stop and go, atau Total Station. Peta yang sudah bergeorefernsi dandata yang disajikan dalam format kartu leger, sesuai dengan Pedoman Leger. Pekerjaan inidilaksanakan oleh pelaksana kegiatan survey dan pemetaan dengan Team Leader adalahTenaga Ahli Teknik Geodesi dan dibantu oleh Tenaga Ahli Teknik Sipil Jalan dan Jembatan.Leger jalan yang sudah dibuat harus disetujui oleh Satker PJN dan memperoleh penetapandari Kepala Balai Besar, Balai Pelaksanaan Jalan Nasional.
Adapun secara garis besarnya tahapan pelaksanaan pekerjaan ini mencakup kegiatan -kegiatan sebagai berikut :
1. Persiapan, bertujuan untuk :
Konsolidasi ke dalam (Internal)
Koordinasi keluar (Ekstenal)
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
3/80
2. Pengumpulan Data Sekunder/Survey Institusional, bertujuan untuk mengumpulkandata-data sebagai berikut :
No Instansi Data Sekunder yang Dikumpulkan
1 Balai Penyelenggaraan Jalan
Nasional/Satker
■ Data perkerasan jalan (jenis, tebal, umur, dst.).
■ Data lalu lintas (lintas harian rata-rata)■ Data perwujudan jalan/jembatan (jenis, biaya,pelaksana, tahun, volume, lokasi dst.)
■ Data riwayat longsoran/kerusakan/kebanj iran (blackspot)
■ Data kepemilikan tanah (sertifikat, SPH dll.), dan
■ Data referensi lainnya.
2 Pemerintah Daerah Perda yang berlaku pada ruas-ruas jalan yang dilegerkan
3 Kantor Pelayanan Pajak Bumi danBangunan (KPPBB) setempat
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) untuk tanah jalan yangdilegerkan
4 PT Telkom, PLN, PDAM, dlsb Utulitas publik (di atas dan di bawah tanah) yang tersebar disekitar ruang milik jalan (Rumija) dan ruang pengawasan jalan(Ruwasja) pada ruas-ruas jalan yang dilegerkan.
3. Pengumpulan Data Primer/Survey lapangan, bertujuan untuk :
Jenis survei lapangan yang dilakukan untuk mengumpulkan data primer adalahsebagai berikut :
No Jenis Survei Lapangan yang Dilakukan Data Primer yang Diperoleh
1 Survey pengukuran/penentuan lokasi titik ikat padaawal dan akhir ruas jalan serta pada tiap intervalsepanjang 5 Km yang ditandai dengan patok betonsebagai kontrol leger jalan (Bench Mark) denganukuran dan bentuk serta cara pemancangan sesuai
ketentuan pada buku 3 Pedoman Leger Jalan No.011/BM/2008. Titik-titik ikat tersebut dikaitkan padaJaringan Kontrol Horisontal dalam datum WGS 1984dan Jaringan Kontrol Vertikal Nasional. Untuk jarakmaksimal 2 Km antar patok leger jalan, dilakukanpengukuran poligon. Sedangkan untuk jarak lebih dari2 Km, dilakukan pengukuran GPS geodetic dualfrequency secara diferensial.
Daftar koordinat titik kontrol leger jalan (X,Y)dalam sistem koordinat UTM datum WGS1984 dan data titik tinggi (h) elevasi dalamsatuan meter (m)
2 Survey pengukuran alinyemen horizontal dan vertikal jalan
Peta alinyemen horizontal dan vertikal jalandalam skala 1:2.000 atau skala 1:1.000
3 Survey pengukuran, pengumpulan data danpengamatan bangunan pelengkap jalan, terutama jembatan
Peta dan jumlah bangunan pelengkap jalan
4 Survey pengukuran dan pengumpulan data konstruksi jalan dan jembatan
Sketsa / desain konstruksi jalan dan jembatan
5 Survey pengukuran dan pengumpulan dataperlengkapan jalan Peta dan jumlah perlengkapan jalan
6 Survey pengukuran dan pengumpulan data bangunanpengaman jalan
Peta dan jumlah bangunan pengaman jalan
7 Survey pengukuran dan pengumpulan data utilitaspublik
Peta dan jumlah utilitas publik
8 Pemasangan patok rumija setiap maks. 100m Data koordinat patok Rumija dan gambarluas Rumija
9 Survey pengukuran/pengumpulan data luas dan hargalahan ruang milik jalan (Rumija)
Luas dan harga Rumija
10 Dokumentasi awal dan akhir setiap ruas jalan untuksetiap kelipatan 750 m (jalan luar kota) atau 375 m(jalan dalam kota) serta bangunan pelengkap jalanyang diukur
Foto-foto awal dan akhir ruas jalan dansetiap kelipatan 750 m (jalan luar kota) atau375 m (jalan dalam kota) serta bangunanpelengkap jalan yang diukur
4. Pengolahan Data Leger Jalan
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
4/80
Pengolahan data titik ikat peta leger jalan.
Pengolahan objek peta hasil pengukuran teristris.
Penggambaran peta leger jalan.
Pemotongan segmen ruas jalan untuk dimasukkan ke dalam kartu leger jalan.
Memasukkan peta leger jalan ke dalam kartu leger jalan.
Cetak draft kartu leger jalan.
Pembuatan Peta Digital Jaringan Jalan, terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
Pengumpulan data dan peta jaringan jalan.
Konversi ke format digital.
Transformasi ke system koordinat nasional (GPS).
5. Pelaporan Data Leger Jalan
Pencetakan dan penggandaan laporan.
Pencetakan dan penggandaan kartu leger jalan dan jembatan. Updating data/pemutakhiran data leger jalan.
Dokumentasi survey data leger jalan.
Semua kegiatan dan tahapan pelaksanaan survey leger jalan yang akan dilaksanakan padapekerjaan survey leger jalan adalah seperti yang terlihat pada Bagan Al i r ProsedurPenyusun an Leger Jalan/Jembatan .
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
5/80
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
6/80
E.2.1 PERSIAPAN
Kiatan ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengenal lingkup pekerjaan dankondisi lapangan berikut permasalahan yang ada. Setelah Surat Perintah Kerja diberikan olehPihak Pengguna Jasa, konsultan akan langsung melakukan koordinasi dan persiapanpelaksanaan pekerjaan, diantaranya :
Memobilisasi personil sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan dalam
Kerangka Acuan Kerja.
Koordinasi semua tenaga ahli yang terlibat.
Mempersiapkan kelengkapan Adminstrasi (Surat Penugasan, Surat pengantar keInstansi terkait).
Mempersiapkan daftar pemeriksaan ruas jalan yang akan disurvey dari komputerdata base jalan.
Menetapkan Identitas Jalan
Hal yang penting untuk di ingat bahwa hanya satu kali diadakan pendataan jalan. Hindarilahpencatatan ulang dengan memulai setiap pemeriksaan dari titik kilometer referensi yang
sudah diketahui (penghubung atau kota asal) dan periksalah secara sistematis semua ruas jalan pada satu wilayah tersebut. Pada lokasi ruas jalan, sesuaikanlah data inventarisasi jalan(nomor ruas, lokasi, panjang dan lain-lain) untuk menetapkan identitas jalan.
Mempersiapkan peta topographi skala 1 : 25.000
Pengecekan alat yang akan dipergunakan
Mempersiapkan format leger / buku ukur untuk dibawa ke lapangan
a. Untuk setiap data yang ada pada “Formulir Pemeriksaan” harus dicek dandiperiksa ulang informasi hasil cetakan komputer, dimulai dari kiri hingga sebelahkanan formulir.
b. Koreksi harus dibuat di lembar formulir dengan mencoret data yang yang salahdan tulislah data yang betul dengan balpoint merah. Data yang betul tidak bolehditulis ulang karena : Akan dapat membuat kesalahan baru.
c. Koreksi data komputer lebih cepat dan lebih akurat bila menggunakan formulirhasil cetakan komputer inventarisasi yang kosong dengan tulisan tangan.
Dalam menunjang pekerjaan dan untuk memperoleh hasil yang maksimal perlu kiranyamempelajari berbagai sumber terkait. Dengan demikian diharapkan hasil kajian studi yangdilakukan sinergis dengan program lain yang sudah ditetapkan dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan untuk mempelajari :
a. Studi terdahulu yang terkait dengan kegiatan ini.
b. Undang-undang, peraturan-peraturan pemerintah baik pusat maupun daerahterutama mengenai jalan dan leger jalan.
c. Sistem manajemen jalan perkotaan dan sistem manajemen jembatan yang sudahada.
d. Sistem transportasi di wilayah yang akan di survey.
e. Rencana tata ruang dan tata guna lahan.
f. Program rencana pengembangan kota.
g. Studi literature yang terkait.
E.2.2 PENGUMPULAN DATA SEKUNDER/SURVEY INSTITUSIONAL
Segera setelah diterimanya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja), agar tim pelaksana kegiatanmempunyai gambaran tentang kondisi jalan yang akan disurvey, maka tim menyiapkan data-data sekunder, antara lain berupa :
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
7/80
a. Buku leger jalan yang ada untuk ruas jalan yang akan disurvey, sesuai dengan yangdisebutkan dalam kerangka acuan kerja. Buku leger jalan dimaksud berupa :Ringkasan Data, Kartu Jalan, dan Kartu Jembatan.
b. Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 141/KPTS/M//2012 tentangPelimpahan Wewenang Menteri Pekerjaan Umum Kepada Para Kepala BalaiBesar/Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Untuk Mendatangani Penetapan Leger
Jalan Nasionalc. Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 369/KPTS/M/2005 tentang Rencana
Umum Jaringan Jalan, untuk melihat kemungkinan terjadi adanya perubahan system jaringan yang bersangkutan.
d. Surat Keputusan Menteri Kimpraswil No. 375/KPTS/M/2004 tanggal 19 Oktober 2004tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Jalan Primer MenurutPeranannya Sebagai Jalan Arteri, Jalan Kolektor 1, Jalan Kolektor 2, dan JalanKolektor 3, untuk melihat kemungkinan terjadi adanya perubahan fungsi jalan yangbersangkutan.
e. Surat Keputusan Menteri Kimpraswil No. 376/KPTS/M/2004 tanggal 19 Oktober 2004tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional.
f. Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 55 Tahun 1999 tentang Kelas Jalan diPulau Jawa.
g. Peta topografi skala 1: 25 000.
Selain pengumpulan data sekunder, tim pelaksana kegiatan, juga akan melaksanakankunjungan/wawancara untuk mendapatkan masukan/informasi tambahan tentangkemungkinan adanya perubahan beberapa aspek fisik yang ada pada leger jalan, yaitudengan menghubungi beberapa Instansi, antara lain :
a. Ditjen Bina Marga cq. instansi yang menangani leger jalan, untuk mengetahuikemungkinan adanya data hasil pemantauan terhadap leger jalan yang bersangkutan.
b. Instansi-instansi pemilik bangunan utilitas publik yang biasanya menggunakan ruangmilik jalan dan ruang pengawasan jalan sebagai sarana pemasangan jaringanpendistribusiannya, baik yang sudah tercantum pada ringkasan data/kartu leger yangada maupun yang belum tercantum, dalam rangka untuk melakukan pemeriksaanterhadap kemungkinan adanya perubahan (penambahan jaringan, lokasi) dan/ataupemasangan jaringan baru di atas dan/atau di bawah tanah pada ruang tersebut.Instansi dimaksud antara lain : PT. Telkom, PT. PLN, PT. Gas, PDAM dan lainsebagainya.
c. Pemerintah Daerah setempat, untuk mendapatkan informasi bila ada PERDA yangberlaku pada ruas-ruas jalan yang akan dilegerkan.
d. Instansi-instansi dilingkungan Penyelenggara Jalan, baik di tingkat pusat maupun
daerah setempat untuk mendapatkan data aspek fisik pada ruas jalan yangbersangkutan, meliputi:
1) Data perkerasan jalan (jenis, tebal, umur, dst)
2) Data lalu-lintas (LHR)
3) Data perwujudan jalan/jembatan (jenis, biaya (bila ada), pelaksana, tahun,volume, lokasi, dst.)
4) Data riwayat longsoran/kerusakan
5) Data sertifikat tanah/foto copynya
6) Data referensi lainnya.
Kegiatan ini meliputi pengumpulan data sekunder untuk mendapatkan data yang digunakanuntuk mendukung kelengkapan data leger jalan yang dimaksud, antara lain seperti terlihatpada tabel berikut ini :
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
8/80
NO. JENIS DATA SEKUNDER INSTANSI SUMBER DATA
1. SK dan Daftar Ruas Jalan Bina Marga
2. Peta Jaringan Jafan Bina Marga
3. Peta Jaringan Utilitas Publik PDAM. PLN. Gas &Telkom
4. Daftar Ruas Jalan yang sudah dilegerkan Bina Marga
5. Daftar Riwayat Perkerasan Bina Marga
6. Sertifikat Tanah BPN Setempat7. Gambar Terlaksana Jalan Bina Marga
8. Data Perwujudan Jalan* Bina Marga
9. Data LHR Ruas Jalan Bina Marga
10. Data NJOP KP-PBB Setempat
11. Data Riwayat Longsoran/Banjir (Blackspot) Bina Marga
*Data perwujudan ja lan mel iput i jenis konstruks i , biaya, pelaksana, tahun, volume
peker jaan, lokas i dan Iain- la in.
Data-data sekunder tersebut diatas akan sangat membantu didalam memberikan gambarankondisi jalan dan masukan/data tambahan pada waktu analisa / pengolahan data lapangan.
E.2.3 PENGUMPULAN DATA PRIMER/SURVEY LAPANGAN
Untuk ruas jalan nasional/tol, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota menggunakan dasarpengukuran yang sama dilaksanakan dengan maksud untuk memetakan dan mencatatsituasi pada tapak Badan Jalan, Ruang Manfaat Jalan (Rumaja), Ruang Milik Jalan (Rumija)dan Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja).
Tata cara pengumpulan data primer mengacu pada Pedoman Pengukuran Topografi UntukPekerjaan Jalan dan Jembatan No. 010-B/PW/2004 yang telah disesuaikan dengankebutuhan pengumpulan data primer survey leger jalan, kegiatan ini meliputi antara lainsebagai berikut :
A. Datum dan Sistem Proyeksi
Data yang disajikan merupakan data yang sangat diperlukan dalam kaitannya
dengan pekerjaan lainnya, sebelumnya ditentukan dahulu system proyeksikarena data berupa ukuran, jarak, koordinat dan ini merupakan data spatial.Sistem proyeksi yang digunakan Universal Tranverse Mercator (UTM) umumdigunakan pada pemetaan rupa bumi di Indonesia dari jaring titik kontrolhorizontal banyak tersebar ditempat-tempat yang telah ditentukan, ini berupapatok beton dengan tanda khusus sebagai titik ikat pengukuran dalam pekerjaanpemetaan lainnya. Adapun data yang digunakan untuk menghitung koordinatdalam system proyeksi tersebut adalah elipsoida yang mempunyai harga sbb:
a = 6378137 mf = 0,00335281
dimana :
a = radius semi major bumif = penggepengan bumi/flattened yang dinamai WGS-84Koordinat-koordinat yang merupakan jaring titik kontrol horizontal juga bisa
digunakan pada pekerjaan leger jalan apabila sebarannya masih didalam/berada pada jangkauan sebagai titik ikat pengukuran. Jika diluar jangkauan terlebih dahulu dilakukanpengukuran jaringan titik kontrol dengan alat GPS yang diikatkan dengan jaringan titikkontrol yang telah ada/tersedia sebelumnya.
Dalam operasionalnya dengan alat GPS disetup terlebih dahulu datum yangdigunakan dan offset waktu setempat terhadap universal time (UT), zone danmeridian sentral tempat pengukuran GPS, unit/satuan yang dipakai.
B. Ruas jalan
Pada penentuan ruas jalan harus disepakati terlebih dahulu awal titik ruas jalan. Awal titik ruas jalan dilapangan bisa berupa titik perpotongan antara dua ataulebih as ruas jalan dimana masing-masing ruas mulai diukur. panjangnya sesuaidengan awal titik tentunya. Pengukuran panjang/jarak ruas jalan dilakukan
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
9/80
dengan metoda gelembung waterpas ditengah dengan menggunakan pitabaja/meteran baja yang dilengkapi bandul/unting-unting dan jalon/anjir.Sebaiknya dihindari pemakaian bahan/material meteran yang bermoduluspanjang AL > 0,G001L; panjang meteran minimal 50m.
Pada dasarnya jarak yang diukur sesuai dengan panjang yang kedudukannyamendatar yang ditunjukkan oleh gelembung waterpas terletak ditengah.
Demikian juga jarak yang diukur dengan EDM kedudukan nivo harus ditengahdengan akurasi jarak datar adalah (±3 + 3ppm x D) mm. Pada pengukuranpanjang/jarak suatu ruas jalan harus mengikuti topografi dimana ruas jalanberada, sehingga panjangnya mengikuti bentuk as badan jalan dan permukaan jalan. Hal tersebut dapat mengakibatkan perbedaan panjang ruas jalan karenadisebabkan oleh metoda yang digunakan da!am melakukan pengukuran dantanda awal titik pengukuran. Untuk itu perlu disepakati/ditetapkan tanda “fix”mulai pengukuran panjang ruas jalan.
Keadaan fisik ruas jalan di lapangan mempunyai kelandalan/grade dan bentuk (lurus,belok dan
lengkungperalihan) secarageometrik. Untuk
menentukanpanjang fisik ruas jalan di lapangandari hasilpengukuran harusdireduksi denganmenghitung darielemen kelandaiandan elemengeometrik jalan.
Bentuk ruas jalan diperoleh dengan mengukur koordinat as jalan setiap 50muntuk jalan lurus dan 25m untuk jalan belok dan lengkung peralihan. Panjang jalan diperlihatkan oleh profil memanjang jalan terhadap bidang datum/MSL.
C. Lingkup Pekerjaan Survey lapangan
1) Ketentuan-ketentuan umum yang perlu diperhatikan pada kegiatan
pengukuran, perhitungan dan penggambaran adalah :
Ruas Jalan
BIDANG PROYEKSI
PROFIL MEMANJANG/PANJANG RUAS
BIDANG GEOID/MSL
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
10/80
a. Peralatan yang dibutuhkan
Pengukuran patok LJ yang diikatkan ke JKHN menggunakanreceiver GPS Geodetik dual frequency, sebanyak 3 buah secara
simultan.
Pengukuran topografi/situasi jalan dan jembatan di sepanjang ruang
milik jalan (rumija) menggunakan GPS Geodetic dual frequencydengan ketelitian ± 10 mm + 1 ppm x panjang base line, dan atau
Total Station dengan ketelitian minimum 7“ (tujuh detik).
Pengukuran posisi Vertikal menggunakan GPS Geodetic DualFrequency.
Untuk peralatan dan software lainnya seperti CAD dan postprocessing jumlah unitnya disesuaikan dengan jumlah tim dan
kapasitas kerja.
Software yang digunakan berlisensi.
b. Perhitungan
Perhitungan kordinat polygon dibuat setiap seksi, Koreksi suduttidak boleh diberikan atas dasar nilai ratarata, tapi harus diberikan
berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan harus dilakukan
dilokasi pekerjaan.
Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian0,5 mm) dan harus dilakukan control perhitungan pada setiap
lembar perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya.
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yangdipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara
tachimetris.
Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan sistemkomputerisasi.
c. Penggambaran
Penggambaran polygon harus dibuat dengan skala 1 : 1000.
Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm
Kordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis(x) dan ordinat (y) nya.
Pada setiap lembar gambar dan atau setiap 1 meter panjanggambar harus dicantumkan petunjuk arah utara.
Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungandan tidak boleh dilakukan secara grafis.
Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilaiX, Y, Z-nya dan diberitanda khusus.
d. Titik kontrol horizontal diukur dengan menggunakan metode penentuan
posisi Global Positioning System (GPS) secara diferensial. GPS atau
nama lengkapnya NAVSTAR GPS merupakan singkatan dari
Navigation Satelite Timing and Ranging Global Positioning System.
Metode yang digunakan adalah metode diferensial dengan
menggunakan lebih dari satu receiver GPS dimana minimal satu titik
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
11/80
digunakan sebagai titik referensi (base station) dan lainnya ditempatkan
pada titik yang akan diukur. Titik referensi yang digunakan adalah titik
referensi Bakosurtanal ataupun Badan Pertanahan Nasional. Untuk
merapatkan titik control horizontal dapat dilakukan pengukuran
menggunakan metode polygon dengan menggunakan alat Total Station.
e. System kordinat proyeksi yang digunakan adalah sebagai systemkordinat proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM), dengan
ketentuan proyeksi UTM sebagai berikut :
Proyeksi adalah Transverse Mercator
Lebar zona adalah 6 º
Titik awal setiap zona adalah perpotongan meridian tengah danequator
Faktor skala pada meridian tengah ko = 0,9996
Timur (T) didefinisikan dengan penambahan 500.000 meter kepadanilai x yang dihitung dari equator selatan
Utara (U) didefinisikan dengan penambahan 10.000.000 meterkepada nilai Y yang dihitung dari equator selatan
Zona 1 dimulai dari bujur 180º barat sampai dengan bujur 174ºbarat dan seterusnya ke arah Timur sampai zona 60 untuk bujur
174º timur sampai dengan 180º timur
Satuan dalam meter
Batas lintang 84 º Utara dan lintang 80 º selatan
Notasi kordinat UTM, Timur (T) diletakkan di depan Utara (U)
Datum DGN-95
Tabel penomoran Zona dalam UTM di wilayah Indonesia
f. Pengukuran dengan menggunakan GPS dilakukan setiap interval
5000m (setiap 5 Km).
g. Pengukuran Titik Kontrol Hosizontal Harus menggunakan jenis Total
Station (TS) dengan ketelitian 10√n untuk sudut serta 10√D untuk jarak.
h. Pengukuran untuk titik kontrol Vertikal harus menggunakan peralatan
waterpass jenis auto level dengan ketelitian 2 mm Semua hasil
perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang melintang
harus digambarkan pada gambar polygon, sehingga membentuk
gambar situasi dengan interval garis ketinggian (contour) 1 meter.
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
12/80
Proses pengambilan data untuk Topografi mengacu pada Pedoman
Pengukuran Topografi No.010/PW/2004, atau Pedoman yang
dipersyaratkan.
2) Penentuan Titik Ikat Leger Jalan dan Pemasangan Patok Leger Jalan
a. Persiapan
Siapkan perlengkapan survey, yaitu peta jaringan jalan, petakerja/Survey, formulir-formulir survey, papan penjepit formulir,
ballpoint, pylox/cat putih dan pita baja EDM.
Tetapkan ruas jalan yang akan disurvey pada peta kerja/survey danpeta dasar yang telah dilengkapi dengan nomor-nomor titik ikat dan
nama-nama jalan.
Siapkan patok-patok leger jalan dalam jumlah yang diperlukan,dengan spesifikasi sebagai berikut :
Terbuat dari beton bertulang dengan ukuran telapak 70 x 70 x15 Cm dan batang patok ukuran 20 x 20 x 70 Cm.
Patok ditanam pada kedalaman 45 Cm.
Campuran beton IPC: 2PS: 3KRI.
Tulangan baja berdiameter 8 mm dan 6 mm.
Titik ikat di atas permukaan patok dari baut diameter ½ inchi.
Cat dasar warna kuning.
Cat huruf warna merah dengan ukuran tinggi (h) 4 Cm, tebal (t)1 Cm, lebar (L) 3 Cm.
Logo PU warna hitam dengan ukuran 10x10 Cm. Huruf, angka dan logo tercetak tenggelam.
Untuk lebih jelasnya mengenai patok leger jalan dapat dilihat pada
gambar Standar Patok Leger Jalan berikut ini.
Gambar Standar Patok Leger Jalan
b. Penentuan Lokasi titik ikat dan pemasangan patok leger jalan.
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
13/80
Lokasi-lokasi yang diperlukan sebagai titik ikat leger jalan, sebagai
berikut:
1 (satu) titik ikat pada awal ruas jalan.
1 (satu) titik ikat pada akhir ruas jalan.
1 (satu) titik ikat pada setiap interval sepanjang 5 (lima) kilometer
menggunakan pengukuran jarak pita baja EDM. Penempatan patok leger jalan pada tempat yang mudah terlihat di
ruang milik jalan.
Membaca hasil dari theodolit dan waterpass kemudian diberi tandacat (patok non permanen) pada tepi ruas jalan dan pencatatan
jumlah patok non permanen yang telah dipasang.
Pencatatan jumlah patok beton kontrol yang telah dipasang.
Proses ini dilakukan terus sepanjang ruas jalan yang diamati darititik awal sampai dengan titik akhir ruas jalan tersebut.
Identifikasi secara jelas situasi lapangan seperti persimpangan/
perpotongan jalan, bangunan-bangunan dan/atau tanda-tanda fisik
lainnya.
Lokasi titik ikat, selalu diusahakan agar :
Terletak/tertanam diatas tanah yang stabil.
Di tempat terbuka dan aman dari gangguan lalu lintas.
Mudah diikatkan dengan titik-titik lainnya dan mudahdiidentifikasi.
Titik-titik ikat tersebut melingkupi seluruh lokasi pengukuran.
Pemasangan Monumen
Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu dilakukan pemasangan
titik-titik leger jalan berupa bench mark, titik kontrol point (CP) dan patok
kayu pengukuran. Yang perlu diperhatikan dalam pemasangan monumen
antara lain :
1. Batas wilayah wewenang ruas jalan sesuai UU OTDA pasal 9 ayat (1)
dan (2) No. 32 tahun 2004 yang diketahui bersama oleh instansi terkait
masing-masing.
2. Spesifikasi BM berupa patok beton bertulang dengan ukuran 20 x 20 x100 Cm dicat kuning, diberi nomor pada samping bagian atas diberi
lambang PU, dibagian atas patok beton diberi baut/neut.
3. Spesifikasi CP adalah patok paralon diameter 0.1m bertulang
dengan ukuran panjang 0.80m dicat warna kuning, diberi nomor, bagian
atasnya diberi baut berupa neut.
4. Bench Mark (BM) dipasang (ditanam sedalam 70 cm sehingga yang
muncul diatas permukaan tanah ±30 cm) diawal dan diakhir ruas jalan
selain itu pada CP dan patok kayu.
5. Setiap pemasangan BM harus disertai pemasangan patok CP/kontrolpoint sebagai pasangannya untuk mendapatkan azimuth pada
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
14/80
pekerjaan leger jalan. Pemasangan BM sebaiknya diletakkan di sebelah
kiri jalan dan CP disebelah kanan jalan.
6. BM dan CP dipasang pada lokasi yang aman dari gangguan dan tidak
mengganggu aktifitas sehari-hari dan bisa digunakan sebagai tanda
pemantauan leger jalan secara berkala, dipasang kuat dan mudah
dicari.7. Setiap BM dan CP didokumentasikan dan dibuat deskripsinya.
3) Penentuan Lokasi dan Pemasangan Patok Rumija
a. Persiapan
Siapkan
Siapkan perlengkapan survey, yaitu peta (data lokasi koordinat) daripatok-patok Rumija yang akan dipasang, peta jaringan jalan, peta
kerja/Survey, formulir-formulir survey, papan penjepit formulir,
ballpoint, pylox/cat putih dan pita baja EDM.
Siapkan patok-patok Rumija dalam jumlah yang diperlukan, denganspesifikasi sebagaimana tertera pada gambar berikut :
Gambar Standar Patok Rumija
b. Penentuan Lokasi dan pemasangan patok Rumija
Kegiatan ini harus didampingi oleh pihak Direksi Pekerjaan. Agartidak ada kendala sosial (dengan masyarakat setempat).
Penempatan patok Rumija sesuai dengan data (koordinat) yangada.
Setelah dipasang, langsung diukur/dibaca posisi terpasangmenggunakan alat TS.
Proses ini dilakukan terus sepanjang ruas jalan yang diamati darititik awal sampai dengan titik akhir ruas jalan tersebut.
Semua titik Patok Rumija ini dijadikan sebagai batas akhir (terluar)pengukuran dan akan digunakan untuk menentukan luas Rumija.
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
15/80
4) Pengukuran kerangka Horizontal
Pengukuran kerangka kontrol horizontal dilakukan dengan metode poligon
terikat sempurna, yaitu terikat pada dua titik referensi yang koordinatnya
sudah diketahui.
Pengukuran kerangka kontrol horizontal dapat dilakukan dengan beberapa
metode antara lain :
Pengukuran poligon dengan sistem koordinat lokalPengukuran kerangka kontrol horizontal dengan
sistem koordinat lokal dilakukan jika tidak terdapat
titik referensi di sekitar lokasi proyek, tidak
dilakukan pengukuran posisi dengan GPS. Jika
kondisinya demikian maka dilakukan pengukuran
poligon dengan sistem koordinat lokal.
Koordinat titik poligon sebagai titik kontrol horizontal dihitung
berdasarkan hasil pengukuran teristeris yaitu pengukuran diatas
permukaan bumi. Pada kondisi ini dianggap permukaan bumi adalah
datar sehingga hasil ukuran langsung dihitung koordinatnya dengan
hitungan poligon terbuka. Kelebihan cara ini adalah perhitungan lebih
mudah karena tidak ada reduksi dan koreksi proyeksi jika akan
dilakukan pengukuran stake out maka koordinat titik pengukuran dapat
langsung dipakai sebagai titik referensi. Kekurangan cara ini adalah
koordinat hasil pengukuran tidak dapat dimasukkan dalam sistem
koordinat nominal seperti sistem koordinat UTM atau TM3.
Pengukuran Poligon dengan Sistem Poligon Terikat SepihakJika hanya ada satu koordinat referensi yang ada di
lapangan maka dilakukan pengukuran poligon terikat
sepihak diatas kerangka horizontal. Karena hanya
terdapat satu titik referensi yang diketahui koordinatnya
maka pengukuran poligon dilakukan dengan sistem
poligon kring/loop tertutup, yaitu pengukuran dimulai
dan diakhiri pada titik yang sama. Hal ini dilakukan
sebagai kontrol sudut dan jarak pengukuran.
Pada kondisi ini dianggap permukaan bumi adalah datar sehingga hasilukuran langsung dihitung koordinatnya dengan perhitungan poligon
tertutup. Kelebihan cara ini adalah perhitungan lebih mudah karena
tidak ada reduksi dan koreksi proyeksi. Jika akan dilakukan pengukuran
stake out maka koordinat titik pengukuran dapat langsung dipakai
sebagai titik referensi. Kekurangan cara ini adalah koordinat hasil
pengukuran tidak dimasukkan dalam sistem koordinat nominal seperti
sistem koordinat UTM atau pun TM3 karena hanya terikat pada satu titik
referensi maka referensi arah azimutnya tidak terkontrol (tidak kuat).
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
16/80
Pengukuran Poligon terikat pada Dua Titik Referensi GPS
Pengukuran kerangka kontrol horizontal dengan cara ini adalah yang
paling disarankan, karena hasil pengukurannya dapat dikontrol dengan
adanya dua titik referensi.
Pengukuran poligon sebagai cara untuk pengukuran kerangka kontrol
horizontal dilakukan diatas bumi fisik (diatas bidang geoid) sedangkan
titik referensinya diukur dengan alat GPS. Pengukuran posisi dengan
alat GPS menggunakan ellipsoida sebagai referensinya, sehingga
referensi antara pengukuran poligon dengan pengukuran GPS tidak
terletak pada bidang referensi yang sama.
Kondisi demikian diperlukan reduksi hasil pengukuran poligon yang
berupa sudut, jarak dan azimut ke bidang referensi ellipsoida. Karena
penggambaran dilakukan diatas bidang datar sedangkan bidang
referensi ellipsoida adalah bidang lengkung roaka diperlukan koreksi
proyeksi. Karena jarak antar poligon kerangka kontrol horizontal kurangdari 2 (dua) Km maka reduksi jarak, sudut dan azimutnya sangat kecil
dan dapat diabaikan, sehingga hasil ukuran dapat dianggap sebagai
data ukuran di ellipsoid.
Koreksi proyeksi meliputi koreksi konvergensi grid, koreksi
kelengkungan garis dan koreksi faktor skala. Jika disampaikan dalam
sistem UTM maka dilakukan koreksi proyeksi dengan besaran dalam
sistem UTM. Demikian juga jika disampaikan dalam sistem TM3 maka
dilakukan koreksi proyeksi dengan besaran dalam sistem TM3.
Setelah dilakukan koreksi terhadap hasil ukuran poligon selanjutnyadilakukan perhitungan dengan perataan Bouwditch Kelebihan cara ini
adalah sistem koordinatnya dalam sistem national. Kelemahan cara ini
adalah perhitungannya rumit, jika akan dilakukan rekonstruksi titik
dengan cara stake out maka koordinatnya harus dikembalikan lagi ke
koordinat dipermukaan bumi fisik (geoid). Pengukuran kerangka kontrol
horizontal metode poligon meliputi pengukuran sudut titik poligon,
pengukuran jarak sisi poligon dan pengukuran azimut arah.
Persamaan Bouwdicth
akhir -
awal = + (n x 180
0) ±
Xakhir – Xawal = d Sin ± fx
Xakhir – Xawal = d Cos ± fx
2
d dd
BCP
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
17/80
(f )2 + (fy )2
Kesalahan jarak linear : fl = ≤ 1/10000
d
dij
Koreksi Sudut : f = x f
d
X1 = XBM0 + dBM1-1 Sin A1 X2 = X1 + d12 Sin
12
Y1 = XBM0 + dBM1-1 Cos
1 Y2 = Y1 + d12 Cos
12
5) Pengukuran kerangka Vertikal
Pengukuran kerangka kontrol vertikal dilakukan dengan metode sifat datar
di sepanjang ruas leger jalan melewati BM, CP dan semua patok kayu.
Selain dalam pemilihan alat yang tepat, pemilihan metode pengukuran dan
teknik-teknik pengukuran sangat mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran
sifat datar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran kerangka kontrol
vertikal dengan metode sifat datar adalah sebagai berikut:
a. Pengukuran sifat datar dilakukan pergi-pulang secara kring/loop pada
setiap seksi. Panjang seksi ± 1-2 Km dengan toleransi ketelitian
pengukuran sebesar 10 mm √D Km. Dimana D = Jumlah jarak dalamKM. Pengukuran dilakukan 4 (empat) kali sebagai kontrol pengukuran,
hasil pengukuran satu dengan yang lainnya tidak boleh lebih dan 5
(lima) kali ketelitian alat, dari 4 (empat) kali pengukuran dirata-rata
sebagai hasil pengukuran.
b. Pengukuran sifat datar harus menggunakan alat sifat datar otomatis
atau yang sederajat, alat ukur sifat datar sebelum digunakan harus
dikalibrasi dan hasilnya dicatat dalam formulir kalibrasi, yang telah
diperiksa oleh pihak yang berwenang.
c. Perubahan rambu harus dilakukan pada 3 benang silang yaitu benang
atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb) sebagai kontrol
bacaan.
d. Rambu ukur harus dilengkapi nivo kotak untuk pengecekan vertikalnya
rambu perlu dipegang bergantian muka dan belakang dan dengan slag
genap. Hal ini untuk mengurangi kesalahan akibat titik nol rambu yang
tidak sama.
e. Alat sifat datar diupayakan terletak di tengah-tengah antara dua rambu
yang diukur. Hal ini untuk mengurangi kesalahan akibat garis bidik tidak
sejajar garis arah nivo.
f. Pengukuran harus dihentikan jika terjadi Induksi udara (biasanya padatengah hari) yang diakibatkan oleh pemuaian udara oleh panasnya
matahari ataupun bila turun hujan.
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
18/80
Prosedur/tahapan yang dilakukan pada pengukuran kerangka kontrol
vertical metode sifat adalah :
a. Siapkan formulir pengukuran
sifat datar.
b. Pasang alat sifat datar pada statif
terletak diantara titik BM0 (yang
diketahui ketinggiannya) dengan
patok kayu titik 1, atau sumbu I
vertical alat ukur sifat datar
dengan mengatur sekrup pendatar.
c. Pasang rambu secara vertical (rambu dilengkapi dengan nivo rambu)
pada titik BM0 dan titik 1.
d. Arahkan teropong pada rambu di titik BM0, kencangkan klem, tepatkan
benang silang pada rambu dengan penggerak halus horizontal, baca
dan catat bacaan benang atas (ba) benang tengah (bt) dan benang
bawah (bb). Untuk kontrol bt = ½ (ba+bb).
e. Buka klem horizontal, tepatkan benang silang pada rambu di titik 1,
kencangkan klem, tepatkan benang silang pada rambu dengan
penggerak halus horizontal, baca dan catat bacaan benang atas (ba),
benang tengah (bt) dan benang bawah (bb).
f. Pindahkan alat sifat datar diantara patok kayu berikutnya (antara titik 1
dan titik 2), atur sumbu I vertikal.
g. Arahkan teropong pada rambu di titik 1, kencangkan klem, tepatkan
benang silang pada rambu dengan penggerak halus horizontal, baca
dan catat bacaan benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang
bawah (bb).
h. Buka klem horizontal, arahkan teropong ke rambu di titik 2, kencangkan
klem, tepatkan benang silang pada rambu dengan penggerak halus
horizontal, baca dan catat bacaan benang atas (ba), benang tengah (bt)
dan benang bawah (bb).
i. Ulangi pekerjaan diatas untuk titik-titik berikutnya dengan pertimbangandalam sehari dapat mengukur satu kring pulang-pergi, usahakan
pengukuran pulang tidak dilakukan dengan formulir sama dengan
formulir pengukuran pergi.
j. Apabila karena kondisi topografinya yang curam alat ukur sifat datar
tidak dapat mengamat rambu di dua titik tersebut maka lakukan
pengukuran sifat datar berantai dengan menggunakan titik bantu.
6) Penentuan Azimuth
a. Sarana Penentuan Azimuth
Azimuth suatu garis dapat ditentukan dengan menggunakan, antara
lain:
2 3
1
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
19/80
Azimuth magnetis (kompas)
Azimuth astronomis (matahari dan bintang)
Dengan perhitungan dari dua buah titik tetap yang sudah diketahuikoordinatnya.
1. Azimuth Magnetis Azimuth magnetis adalah besar sudut
horizontal yang dimulai dari ujung
magnet (ujung Utara) sampai pada ujung
garis bidik titik amat. Azimuth yang
dimaksud adalah azimuth yang diukur
dengan menggunakan alat ukur sudut
theodolit yang menggunakan kompas.
Azimuth dimulai dari ujung Utara jarum magnet, berputar ke
Timur dan seterusnya searah jarum jam sampai ke Utara lagi.Besaran azimuth dimulai dari Utara magnetis sebagai azimuth
nol, arah Timur sebagai azimuth 90°, Selatan sebagai 180°, dan
Barat sebagai azimuth 270°.
Prosedur pengukuran azimuth magnetis dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
Dirikan alat theodolit yang ada azimuth magnetisnya tepatdiatas titik yang akan diukur azimuth jurusannya.
Atur sumbu I vertical dengan mengatur sekrup pendatar.
Arahkan teropong ke titik target yang sisinya akan diukurazimuthnya, kencangkan klem horizontal, tepatkan pada
target dengan penggerak halus horizontal.
Buka klem piringan magnet.
Baca dan catat bacaan sudut horizontal yang merupakanbacaan azimuth jurusan.
2. Azimuth Astronomis
Azimuth astronomis adalah azimuth yang diukur berdasarkanpengamatan benda langit seperti matahari atau bintang. Yang
dimaksud dengan penentuan azimuth dengan pengamatan
matahari ialah penentuan azimuth arah dari titik pengamat ke
titik sasaran tertentu dipermukaan bumi.
270 90
0
180
0
0
00
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
20/80
Azimuth titik target S dapat dicari dengan persamaan, sebagai
berikut:
As = Am + Ψ
Dimana :
Am = Azimuth ke matahari
Ψ = sudut horizontal ke matahari ke target
Besaran azimuth matahari atau sudut As diatas dapat
ditentukan apabila diketahui tiga unsur dari segitiga astronomis
UMZ.
Ketiga unsur segitiga astronomis yang digunakan untuk
perhitungan adalah (90° - q>), (90° - 5 ) dan (90° - h) untuk
penentuan azimuth metoda tinggi matahari dan (90°-
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
21/80
Metoda sudut waktu, data yang diperlukan adalah: dekiinasi
matahari, lintang dan bujur tempat pengamat (ϕ, λ ), petunjuk waktu
(arloji), sudut horizontal waktu pengamatan matahari dan sudut
horizontal titik amat, bila alat theodolit yang digunakan mempunyai
tipe sudut heling, maka rumus dasar yang digunakan untuk mencari
azimut adalah:
- Sin t
Tan A =
(Cos Tan - Sin Cos t)
Sudut waktu (t) besarnya = GMT + PW + λ – 12 jam
Dengan pengertian
GMT = Waktu Wilayah Indonesia Barat (WIB) +7jam
PW = Perata waktu (dari tabel almanak matahari)
λ = Bujur pengamat
3. Cara Pengamatan Matahari
Pengamatan matahari dapat dilakukan dengan beberapa cara,
tergantung dari peralatan yang digunakan, yaitu:
Memakai filter gelap di okuler, sehingga dapat langsungmembidik matahari.
Ditadah dengan kertas dibelakang okuler, dengan caramenyinggungkan tepi-tepi bayangan matahari pada benang
silang mendatar dan tegak. Memakai prisma roelof yang dipasang dimuka lensa objektif,
sehingga dapat langsung dibidik pusat matahari.
4. Koreksi Data Pengamatan
Koreksi (koreksi astronomis) yang memberikan pada data
pengamatan adalah koreksi refraksi, paralaks, tinggi tempat. Untuk
pengamatan dengan sistem tadah maka ditambah dengan koreksi
½ diameter matahari.
5. Cara Pengamatan Matahari Setiap Seksi
Cara pengamatan matahari pada titik awal dan akhir setiap seksi
pengukuran (5km) adalah sebagai berikut:
a) Atur alat ukur theodolit pada titik yang akan dilakukan
pengamatan, kemudian catat lintang () pengamatan,temperatur (bila diperlukan).
b) Arahkan teropong pada posisi normal (Biasa) ke target, baca
dan catat horizontalnya.
c) Arahkan teropong ke matahari, dan tepatkan dengan bantuan
vizier teropong. Posisikan benang silang teropong pada tengah-
tengah matahari bila pengamatan dengan prisma roelof, atau
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
22/80
singgungkan benang silang teropong ketepi matahari posisi I
bila pengamatan dilakukan dengan sistem tadah.
d) Catat waktu pengamatan, baca vertikal dan horizontal ke
matahari.
e) Ulangi langkah c dan d dengan posisi benang silang teropong
normal (Biasa) dengan posisi benang silang pada posisi 2.
f) Ulangi langkah c dan d dengan posisi teropong terbalik (luar
biasa) dan pada posisi benang silang pada posisi 2.
g) Ulangi langkah c dan d dengan posisi teropong terbalik (luar
biasa) dengan posisi benang silang pada posisi 1.
h) Kemudian arahkan kembali teropong tetap pada posisi luar
biasa ketitik target kemudian catat bacaan horizontalnya.
i) Pengamatan matahari diulang 4 (empat) kali sebagai kontrol
pengamatan, hasil pengamatan matahari antara pengamatansatu dengan lainnya tidak boleh 5 (lima) kali lebih besar dari
ketelitian alat yang digunakan dan hasil 4 (empat) kali
pengamatan matahari hasilnya dirata-rata sebagai hasil
pengukuran matahari.
Pengamatan dgn Prisma Roelof Pengamatan dgn Sistem
tadah
7) Alat GPS Geodesi
a. Pada alat GPS type geodesi dapat diperoleh data :
Real time (data posisi).
Post processing (koordinat geocenter, koordinat geografi, koordinatsystem proyeksi (UTM,TM3°).
b. Konstruksi Alat GPS Geodesi
Komponen perangkat keras : receiver dan antenna.
Komponen perangkat lunak : beberapa alogaritma hitungan untukpemrosesan data satelit, modul program untuk komunikasi dengan
pengguna.
c. Cara Pengoperasian alat GPS Geodesi
Secara umum prosedur baku yang harus dilakukan sebelum
pengamatan dilakukan terdiri dari :
Dirikan antenna pada statip diatas titk yang akan diamati dan ukurtinggi Antenna.
Hubungkan antenna dengan receiver melalui kabel penghubungkemudian GPS dihidupkan.
Atur/pilih system koordinat yang akan dipakai.
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
23/80
Atur/pilih datum yang dipakai atur sudut tutupan (angel masuk)dengan persyaratan minimal 15°.
Atur/pilih sistem waktu.
Atur/pilih unit satuan jarak dan kecepatan.
Atur/pilih system koneksi dengan PC.
Lakukan pengamatan sesuai jawal yang telah diprogram. Lakukan perekaman data.
Transfer (download) data pengamatan dari alat GPS ke personalcomputer.
d. Untuk pengolahan data secara teliti dilakukan metoda pengolahan data
pasca pengamatan (post processing) dengan menggunakan perangkat
lunak. Post processing terdiri dari :
Modul pengolahan data baseline.
Modul program perencanaan pengamatan.
Modul program perataan jarring (network adjustment).8) Pengolahan Data
Pada Survey GPS, pemrosesan data GPS untuk menentukan koordinat
dari titik-titik dalam jaringan pada umumnya akan mencakup tiga tahap
utama perhitungan, yaitu :
a. Pengolahan data dari setiap baseline dalam jaringan.
b. Perataan jaringan yang melibatkan semua baseline untuk menentukan
koordinat dari t itik jaringan.
c. Transformasi koordinat titik-titik tersebut dari datum WGS-84 ke datumyang diperlukan oleh pengguna.
Pengolahan data dari setiap baseline pada dasarnya bertujuan menentukan
nilai estimasi vector baseline atau koordinat relative (dx, dy, dz).
Hasil pemrosesan pengamatan GPS berbeda-beda satu sama lain
disebabkan oleh antara lain:
Software yang dipakai
Jenis receiver yang digunakan
Beberapa karakteristik perangkat lunak/software pemrosesan baselinesehingga pemrosesan dapat berjalan optimal, yaitu:
Mampu mengolah/memproses data carrier beat phase danpseudorangae.
Mampu memecahkan cycle slips dan cycle ambiguity.
Mampu memproses data dalam single dan dual frequency.
Mampu menghitung besarnya koreksi troposfer untuk data pengamatan.
Mampu menghitung besarnya koreksi ionofer untuk data pengamatan.
Pemrosesan menyertakan tinggi antenna diatas titik (BM) dan dapat
dikonversi ke dalam komponen vertical. Dapat melakukan pemrosesan untuk semua metoda pengukuran.
Mudah digunakan.
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
24/80
Tahap pengolahan data dilakukan setelah tahap pengukuran atau
pengambilan data selesai dilaksanakan.
Tujuan pengolahan data adalah untuk mendapatkan koordinat titik-titik GPS
dalam jaringan.
Dalam proses perhitungan baseline diatas terdapat tiga tahap proses, yaitu:
a. Tahap triple-difference yaitu membentuk persamaan pengamatan triple
– difference untuk mendeteksi, melokalisasi serta sekaligusmengeliminasi cycle slips sehingga dapat ditentukan besar parameter
interger-ambiguity. Selain itu, solusi hitungan parameter posisinya
digunakan sebagai harga koordinat pendekatan untuk tahap hitungan
selanjutnya.
b. Tahap float double-difference adalah menghitung parameter posisi dan
semua interger-ambiguity berdasarkan persamaan pengamatan double-
difference, yang pada dasarnya posisi baseline dihitung dengan
menggunakan nilai interger-ambiguity dalam bentuk botangan real.
c. Tahap fix double-difference, besaran parameter yang dihitung adalah
parameter posisi saja, dengan terlebih dahulu mengintergerkan nilai
interger-ambiguity yang diperoleh dari tahap sebelumnya (float double-
difference).
Keluaran dari pemrosesan baseline adalah parameter koordinat baik dalam
system kartesian maupun lintang bujur geodetic pada datum WGS-84 dan
komponen baseline. Selain itu dihasilkan estimasi standard deviasi dan
matriks korelasi parameter dan indicator dari kualitas hasil hitungan.
9) Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam proses pengolahan data,
antara lain :
a. Reduksi Baseline
1. Seluruh reduksi baseline dilakukan dengan menggunakan GPS
Survey software, post processing software.
2. Koordinat pendekatan (approksimasi) dari titik referensi yang
digunakan dalam reduksi baseline tidak lebih dari 10 meter dari
sebenarnya.
3. Dalam proses reduksi baseline untuk menghitung besarnya koreksi
troposfer untuk data pengamatan digunakan model Hopfield atau
model saastamoinen.
4. Model klobuclar digunakan dalam proses reduksi baseline untuk
menghitung besarnya koreksi ionofer.
5. Jika bias double-difference tidak dapat dipecahkan, akan dilaporkan
dengan menyebutkan situasi dimana resolusi dari bias tersebut
tidak dapat dipecahkan.
b. Peralatan jaringSebagai pemrosesan akhir untuk mendapatkan hubungan antara satu
titik dengan titik yang lainnya dilakukan perataan jaring (network
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
25/80
adjustment). Sebagai masukan pada perataan jarring adalah baseline
yang telah memenuhi kontrol kualitas yang telah ditetapkan pada
pemrosesan baseline.
Penilaian interger pengamatan jarring berdasarkan pada analisis dari
baseline yang diamati dua kali (penilaian keseragaman), analisis
terhadap perataan kuadrat terkecil jarring bebas (untuk menilai)konsistensi data dan analisis perataan kuadrat terkecil untuk jarring
terikat dengan titik berorde lebih tinggi (untuk menilai konsistensi
terhadap titik kontrol).
Perangkat lunak yang digunakan adalah GP Survey. Perataan jarring
bebas dan terikat dari seluruh jaring dilakukan dengan GPS Survey
software dan GEOLAB.
Infomasi yang dihasilkan dari setiap perataan adalah:
Hasil dari test chi-square atau variance ratio pada residual setelah
perataan (tes ini harus melalui confidence level 68%, yang berarti
bahwa data tersebut konsisten terhadap model matematik yang
digunakan).
Daftar koordinat hasil perataan.
Daftar baseline hasil perataan, termasuk koreksi dari komponen-komponen hasil pengamatan.
Analisis statistic mengenai residual baseline termasuk jikaditemukan koreksi yang besar (outlier) pada confidence^ level yang
digunakan.
Elips kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik elips kesalahan garis.c. Transformasi Koordinat
Tranformasi koordinat untuk setiap stasiun dalam jarring dilakukan
dengan hasil-hasil sebagai berikut:
Lintang, Bujur dan tinggi terhadap spheroid pada datum WGS-84.
Koordinat dengan menggunakan proyeksi UTM/TM30 pada datumWGS-84.
d. Analisa pengukuran GPS
Analisis atau kontrol kualitas dilakukan untuk mengetahui kualitas dari
pengukuran serta konsistensinya terhadap ketentuan ataupun toleransi
yang telah diberikan. Kontrol kualitas dilaksanakan dalam tiga
parameter, yaitu:
Berdasarkan standard deviasi dari setiap baseline
Common baseline (baseline yang diukur dua kali)
Semi major axis dari elips kesalahan hasil perataan dengan geolab.
1. Analisis Standard deviasi dari reduksi baseline.
2. Berdasarkan hasil reduksi baseline dan nilai toleransi yangdiberikan, standard deviasi untuk masing-masing komponen
lintang, bujur dan tinggi dapat dihitung.
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
26/80
3. Analisis terhadap common baseline dapat dianaltsis dari beda
jarak yang dihasilkan oleh kedua base line.
4. Analisis terhadap elips kesalahan dari perataan jaring. Kriteria
yang ditetapkan untuk mengetahui akurasi dari hasil perataan
jarring baik bebas maupun terikat adalah:
Elips kesalahan garis lurus dihasilkan untuk setiap base lineyang diamati dan untuk setiap pasang stasiun.
Semi-major axis dari elips kesalahan garis yang dihasilkanharus lebih kecil dari harga parameter yang dihitung
sebagai berikut:
r = 15 (d + 0,2)
dimana :
r = Panjang maksimum untuk semimajor axis (mm)
d = Jarak dalam Km
10) Reduksi ukuran teritis ke bidang elipsoid referensi
Besaran hasil pengukuran teritris seperti sudut mendatar jarak mendatar
dan azimuth astronomis yang akan digunakann untuk menghitung koordinat
titik dalam sistem nasional (seperti UTM ataupun TM3) terlebih dahulu harus
diberi koreksi reduksi dan koneksi proyeksi. Reduksi diberikan karena
pengukuran dilakukan diatas permukaan bumi fisik (geoid), sedangkan
perhitungan dan penggambaran dilakukan diatas bidang referensi yaitu
elipsoid.
Koreksi proyeksi diberikan karena hitungan koordinat dilakukan pada bidang
datar/bidang proyeksi (seperti UTM ataupun TM3) sehingga besaran-
besaran pada elipsoid rerferensi harus diberi koreksi proyeksi.
Reduksi hasil ukuran teretrik ke permukaan elipsoid meliputi pengaruh
penyimpangan vertikal, bersilangannya garis normal pada elipsoid referensi,
tidak berhimpitnya garis irisan normal dengan garis geodesik serta tinggi
terhadap elipsoid. Reduksi tersebut hanya diperhitungkan pada
penyelenggaraan triangulasi primer.
Untuk penyelenggaraan titik dasar orde 2, 3, 4 dengan teknologi GPS danorde 4 yang diukur dengan pengukuran poligon reduksi-reduksi tersebut
tidak diperlukan. Karena pengukuran kerangka horizontal pada pekerjaan
jalan dan jembatan di lakukan dengan pengukuran poligon termasuk kategori
orde 4 poligon maka dengan demikian tidak diperlukan reduksi hasil ukuran
sudut, jarak dan azimuth.
Setelah besaran ukuran jarak, azimuth dan sudut mendatar direduksi ke
elipsoid referensi, tahap selanjutnya adalah memberikan koreksi proyeksi
sesuai dengan sistem proyeksi yang digunakan.
Di Indonesia sistem proyeksi yang digunakan antara lain :
Sistem proyeksi TM3, instansi BPN berdasarkan pasal 3 PMNA Tahun1997.
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
27/80
Sistem proyeksi UTM, instansi Bakosurtanal berdasarkan SK KetuaBakosurtanal No.019.202/1/1975.
Koreksi-koreksi Bidang Proyeksi, antara lain :
Sistem Proyeksi UTM Sistem Proyeksi TM3
Kovergensi Grid
(XII)p = (XIII)P3 + (C5)p5
Y” = (p) B” 10-3 atau
Y” = (q) . X . 10-3
12 = 8.507.10-10 {(Y1-Y2)(2X1+X2)}
Koreksi kelengkungan garis
Tmt12 = (2T’1 + T’2).C.(XVIII).SV 21 = 8.507.10-10 {(Y2-Y1)(2X2+X1)}
Koreksi proyeksi faktor skala
K = K0 {1 + (XVIII)q
2
+ (XIX).q
4
} k = 0,9999 + 1.237 (X.10
-7
)
2
q = 0,000001 x jarak titik tsb m = 0,9999 + 0,4124 {(X.10-7)2 +
dari meridian tengah (X.10-7) (X2.10-7)}
D. Penentuan Posisi Horizontal dan Vertikal
1) Penentuan Posisi horizontal
Gunakan alat ukur Theodolit T2 atau sejenisnya yang lebih presisidengan ketelitian alat
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
28/80
Dari hasil pengukuran (Gambar tersebut diatas) lakukan perhitunganuntuk mengetahui koordinat suatu titik poligon dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Xn = X (n – 1) + d (n – 1, n) Sin (n – 1, n)
Yn = Y(n – 1) + d(n – 1, n) Cos (n – 1, n)
Dengan persyaratan ketelitian penutup sudut adalah sebagai berikut :
akhir - awal = sudut ukuran + (n x 180) ± f
Dimana kesalahan penutup (f ) adalah ≤ 10 √n
Toleransi kesalahan jarak linier dihitung dengan persamaan :
Xakhir – Xawal = d Sin
+ f X
Yakhir – Yawal = d Cos + F y
fx 2 + fy 2
fl =
d
Dimana kesalahan jarak linier yang dipersyaratkan adalah (fl ) ≤ 1/15000
Keterangan :
α = sudut jurusan
β = sudut poligon
d = jarak antar poligon (total)
f x = kesalahan absis
f y = kesalahan ordinat
f l = kesalahan linier
f β = kesalahan sudut
Sebelum melaksanakan kegiatan pengukuran, terlebih dahulu lakukan
pengecekan semua alat ukur agar alat layak operasional, bila sumbuvertikal tegak lurus bidang nivo, benang silang diafragma tegak lurus
sumbu vertikal, garis bidik tegak lurus sumbu mendatar dan kesalahan
indeks vertikal sama dengan nol.
2) Penentuan Elevasi
Menentukan elevasi menggunakan alat ukur sifat datar seperti Nl, NA2dan NAK atau sejenisnya.
Menentukan elevasi dilakukan dengan cara pengukuran sifat datarmemanjang dan suatu titik tinggi ke titik berikutnya yang akan dicari
ketinggiannya dengan prinsip beda tinggi.
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
29/80
Pengukuran sifat datar menggunakan metode double stand pada setiapseksi (± 5 Km) dengan selisih bacaan ≤ 2 mm untuk setiap slagmenggunakan ORDE II, yaitu (8√D Km) mm.
Pengukuran sifat datar harus diikat pada elevasi/ketinggian yangtetap/permanen seperti BM atau triangulasi.
Pengukuran dengan sifat datar dapat dilihat pada Gambar PengukuranSifat Datar.
Gambar Penentuan Elevasi dengan Metode Penomoran Sifat Datar
Cara menentukan Posisi Vertikal (tinggi titik B)
Dasar pengikatan tinggi titik B adalah pada titik A menggunakanrumus :
ZB = ZA – Z
Dimana Z adalah beda tinggi antara titik A ke B, dengan
persamaan : Z = Σb – Σm
Bila pengukuran
stand I : Z1=Σb1 – Σm1 dan
Stand II : ZII=ΣbII – ΣmII
Maka kesalahan pengukuran beda tinggi antara Stand I dan Stand
II dalam satu seksi adalah :
FZ = ZI - Z II
Kesalahan yang disyaratkan dalam pengukuran beda tinggi FZadalah ≤ (10 VD Km) mm.
Keterangan :
ZA = tinggi titik A
ZB = tinggi titik B
Z = beda tinggi titik A dan titik B (= Σb – Σm)
Σb = jumlah bacaan benang tengah rambu belakang
Σm = jumlah bacaan benang tengah rambu muka
FZ = kesalahan pengukuran beda tinggi antara Stand I dan Stand II
Sebelum alat ukur sifat datar digunakan terlebih dahulu lakukan
pengecekan alat ukur baik operasional, bila garis arah nivo tegak lurussumbu vertikal, benang silang horizontal tegak lurus sumbu vertikal
dan garis bidik sejajar garis arah nivo.
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
30/80
3) Pengukuran Situasi
a. Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit 30" (Theodolit Kompas).
b. Theodolit ditempatkan pada titik-titik poligon dengan membidik obyek-
obyek yang diperlukan untuk pembuatan leger jalan, dengan metode
tachymetri.
c. Koordinat polar menggunakan argumen sudut dan jarak.
Gambar Pengukuran Situasi Metode Koordinat Polar
Menggunakan Argumen Sudut dan Jarak
Keterangan : A = tempat berdiri alat
dAb…dAa = jarak dari tempat berdiri alat ke obyek yang diperolehdari pengukuran jarak tachymetri
AzAa..AzAa = sudut berdasarkan hasil pengukuran sudut horizontal
d. Koordinat polar menggunakan argumen azimut dan jarak
Gamba Pengukuran Situasi Metode Koordinat Polar
Menggunakan Argumen Azimuth dan jarak
Keterangan :
A = tempat berdiri alat
U = arah utara kompas
dAb…dAa = jarak dan tempat berdiri alat ke obyek yang diperolehdari pengukuran jarak tachymetri
AzAb..AzAa = Azimuth dari arah utara berdasarkan hasil
pengukuran sudut horizontal
e. Pengukuran jarak dan beda tinggi metode tachymetri
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
31/80
Besarnya jarak optik dapat dihitung dengan rumus :
D = (a-b) x 100
Dimana :
D = jarak dari alat ke rambu
a = bacaan benang atasb = bacaan benang bawah
100 = bilangan konstanta alat
Gambar Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi
metode Tachymetri
Cara Menentukan jarak datar dan beda tinggi antara titik A dan titikB metode Tachymetri :
Jarak datar
D = L1. 100 = 100 L Cos β (1)
Beda Tinggi (∆h)
∆h = D Sin β = 100 L Cos β Sin β (2)
Maka Beda Tinggi antara titik A dan titik B (∆H)
∆H = I + ∆h – Z = ∆h + (I – Z)
Dimana :
∆h = beda tinggi antara teropong dengan titik sasaran (benang
tengah)
∆H = beda tinggi antara titik A dan titik B
D1 = jarak miring antara titik A dan titik B
D = jarak datar antara titik A dan titik B
I = tinggi alatZ = tinggi sasaran (benang tengah)
L1 = panjang bacaan mistar
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
32/80
L = panjang bacaan yang tereduksi
Β = sudut miring antara arah teropong dengan garis bidik
f. Sebelum melaksanakan kegiatan pengukuran terlebih dahulu lakukan
pengecekan semua alat ukur dalam keadaan baik operasional guna
mendapatkan hasil yang maksimal dan akurat.
4) Pengukuran Penampang Melintang
a. Penampang melintang menampakkan melintang jalan dari as jalan
(center line) sampai batas Ruang Milik Jalan (Rumija), dengan
mengambil data pada setiap perubahan muka tanah/jalan.
b. Cara pengukuran penampang melintang jalan dilakukan dengan cara
yang sama pada pengukuran situasi.
c. Titik-titik detail yang diukur/diambil datanya adalah segaris dan
posisinya tegak lurus arah/badan jalan (lihat gambar berikut ini).
Gambar Pengukuran Penampang melintang jalan
Keterangan :
A = tempat berdiri
P = titik poligon
1-9 = obyek-obyek yang dibidik penampang melintang sampai ruang
pengawasan jalan (Ruwasja)
5) Pengukuran Secara Digital dan Bagan Alir
a. Pengukuran Situasi dengan alat Total Station
Pengukuran ini merupakan pengukuran secara digital/ elektronik, ada beberapa alat
theodolit digital yang digunakan antara lain:
TipeBacaan Terkecil
PerbesaranJenis
AlatHorizontal Vertikal
DT 600
DTM 801
D-50
7”
10”
10”
7”
20”
10”
30x
33x
26x
Digital
Digita
Digital
Langkah-Langkah pengukuran :
1. Alat ukur yang digunakan adalah theodolit total station dengan bacaan skala terkecilladalah 7"- 20".
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
33/80
2. Theodolit TS ditempatkan diatas statip pada titik-titik polygon yang diketahuikoordinatnya, input datanya pada theodolit antara lain: absis X, ordinat Y, elevasi H/E,tinggi alat TA, tinggi target TT.
3. Letakkan alat ukur theodolit TS pada statip tepat diatas patok titik polygon yangdiketahui koordinatnya.
4. Atur sumbu I vertical alat theodolit TS dengan mengatur skrup pendatar theodolit TS,
ukur tinggi alat TT.
5. Pasang reflector diatas statip yang telah diatur sumbu tepat diatas titik target yangdiukur diatur sebagai backside. Pada alat ukur theodolit TS diset bacaan horisontalHz dengan bacaan nilai/harga azimuth antara kedua titik tersebut, ukur tinggi targetTT.
6. Bidik objek-objek yang diperlukan melalui target reflector dengan tinggi target tertentuuntuk pembuatan leger jalan secara digital dengan membaca koordinat pada displaydari hasil bidikan dari theodolit TS.
7. Arahkan teropong pada target yang akan diamat kencangkan klem horizontal danklem vertical theodolit TS, tepatkan bidikan pada target dengan sekerup penggerak
halus vertical dan penggerak halus horizontal. Sekali lagi arahkan teropong padapusat reflector diatas statip dengan sekerup penggerak halus vertical, input dataazimuth dengan memilih menu pada alat theodolit TS. (“COORD" - ( OBS - DATA -HORISONTAL AZIMUTH).
8. Hidupkan tombol ON pada alat theodolit TS, maka display monitor pada alat TS akanmenampilkan angka koordinat objek yang diukur dengan memilih menu yang adapada alat theodolit Total Station.
Pada display ditampilkan seperti contoh dibawah ini :
X : , m
Y : , m
Elv : , m
D : , m
Hz : o ‘“
a. Pengukuran penampang melintang secara digital
1. Alat yang digunakan seperti pada pengukuran situasi secara digital.
2. Penampang melintang menampakan melintang Jalan dari as jalan (center line)sampai batas ruang milik jalan (RUMIJA), dengan mencatat data koordinat danelevasi pada setiap perubahan muka tanah/jalan yang dilihat/terbaca pada displaydan catat atau direcord.
3. Titik-titik detail yang diukur/diambil data koordinat dan elevasi secara digital adalahsegaris dan posisinya tegak lurus arah badan jalan.
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
34/80
4. Biasanya penampang melintang diukur setiap 50 meter untuk jalan yang lurus dan 25meter untuk jalan yang melengkung yang diambil dari titik polygon.
b. Pengukuran leveling digital/elektronik
Ini merupakan teknologi modern yang mutakhir. Dengan teknologi sinar laser yangdipancarkan dari alat elektronik level dapat terbaca bacaan rambu ukur diatas titikyang diamat, rambu ini dilengkapi dengan system pembacaan xxbar code" yang
diperoleh secara otomatis, bacaan rambu ukur dan jarak antara alat dan rambu ukurditampilkan pada display, demikian juga beda tinggi antara dua titik yang diamat jugabias ditampilkan pada display dengan menekan tombol atau pilihannya pada alat.Keuntungan alat ini antara lain :
• Dapat dioperasikan pada pagi, siang dan sore hari tanpa henti.
• Pada pencahayaan dengan sinar yang lemah, minimal 20 lux.
• Bekerja dengan magnetic kompensator, Jika gelembung nivo tidak ketengah adasensor yang akan memberi peringatan yang tertera di display.
• Kesalahan garis bidik < 2 milimeter √D Km, untuk pengukuran pulang -pergi.
• Mudah dibawa-bawa, berat alat ± 2,5Kg.• Baterai yang digunakan jenis alkalin AA 4 x 1,5volt
c. Peralatan Ukur
Persyaratan peralatan yang dibutuhkan adalah :
1. Pengukuran patok LJ yang diikatkan ke JKHN menggunakan receiver GPS Geodetiksingle frequency atau dual frequency, sebanyak minimum 2 buah secara simultan.
2. Pengukuran topografi / situasi jalan dan jembatan di sepanjang ruang milik jalan(rumija) menggunakan GPS Geodetic Single atau dual frequency dengan ketelitian ±10 mm + 1 ppm x panjang base line, dan atau Total Station dengan ketelitianminimum 7” (tujuh detik).
3. Pengukuran posisi vertikal menggunakan GPS Geodetic Single atau dual frequency.
4. Untuk peralatan dan software lainnya seperti CAD, dan post processing jumlahunitnya disesuaikan dengan jumlah tim dan kapasitasnya.
5. Software yang digunakan berlisensi.
Peralatan yang digunakan leger jalan terdiri dari theodolit dan waterpas termasukperalatan pendukungnya.
Theodolit :
Tipe Bacaan
Terkeci
l Perbesaran Jenis Alat
MacamSurvey
Horizontal Vertikal
T2
DT2E
NT-2D
NT-2S
DT600
1”
2”
20”
20”
7”
1”
2”
20”
20”
7”
30x
30x
30x
30x
Manual
Digital
Manual
Manual
Digital
Poligon
Poligon
Situasi
Situasi
Situasi
Total Station :
Tipe Bacaan Terkeci Perbesaran Jenis Macam
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
35/80
l Alat Survey
Horizontal Vertikal
GTS300
SET230R
SET210
5601
5602
NET21003D
DTM-801
D-50
1”
2”
2”
1”
2”
2”
10”
10”
1”
2”
2”
1”
2”
2”
20”
10”
30x
30x
30x
26x
26x
30x
33x
26x
Digital
Digital
Digital
Digital
Digital
Digital
Digital
Digital
Poligon
Poligon
Poligon
Poligon
Poligon
Poligon
Situasi
Situasi
Waterpas/Alat Ukur Sifat datar :
Tipe JenisPerbesaran
Lensa
Minimum
Fokus
Ketelitian
Per Km
SDL 30
Leica
Sprinter
100/100M200/200M
NA 2
NAK 2
PL 1
NK 2
Digital
DigitalDigital
Otomatis
Otomatis
Ungkit
Otomatis
32x
32x
40x
42x
30x
0.9m
0.5m0.5m
1.6m
1.6m
2.0m
1.6m
1.0mm
2.0mm
2.0mm0.7mm
0.7mm
0.2nn
1.0mm
1.0mm
1. Alat ukur ETS (Electronic Total Station) atau Total Station (TS)
Alat ukur ETS (Electronic Total Station) adalah alat ukur jarak elektronik yang telahdilengkapi dengan bacaan sudut horizontal dan vertical. ETS selain dapat
digunakan untuk mengukur jarak secara elektronis, juga dapat digunakan untukmengukur sudut horizontal maupun vertical secara elektronik, yang padaakhirnya dapat menentukan posisi suatu objek secara cepat dan teliti. Alat inidilengkapi pencatat data elektronik (electronic data recorder) sehinggapengukuran dengan ETS dapat langsung dihitung dan digambar dengan caradigital.
Konstruksi alat ukur ETS terdiri dari perangkat keras berupa teropong untukmengamati objek yang dilengkapi dengan piringan vertical, piringan horizontalserta pengukur jarak elektronik, serta perangkat lunak yang berupa pengolahdata yang dapat digunakan untuk menyimpan data ukuran baik secara internalmaupun eksternal. Alat ini dilengkapi dengan prisma yang berfungsi sebagai
reflector.Pada alat ETC hasil pengukuran jarak, bacaan piringan horizontal dan bacaan sudut
vertical, koordinat maupun beda tinggi dapat langsung diketahui dilayar monitor.
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
36/80
2. Alat ukur EDM (Electronic Distance Measure)
EDM adalah sebuah alat ukur jarak dengan menggunakan gelombangelektromagnetik. Jarak yang dihitung dari waktu tempuh gelombangelektromagnetik dari alat EDM ke target yang berupa prisma reflector dankembali lagi ke alat dikalikan kecepatan rambat gelombang.
Alat ukur jarak EDM terdiri dari alat EDM yang dilengkapi dengan teropong pengarah,
power supply/baterai, monitor, rangkaian elektronik dan microprocessor. Untukmendapatkan sinyal balik, alat ukur EDM dilengkapi dengan reflector yangdiletakan pada target yang akan diamati.
Konstruksi pada alat EDM tidak dilengkapi dengan system pembacaan piringanhorizontal maupun vertical, sehingga jarak yang diperoleh masih berupa jarakmiring yang kemudian harus dirubah kejarak datar. Untuk kegiatan pengukuran jarak, alat EDM ditempatkan diatas alat ukur theodolit. Jarak miring kemudiandihitung menjadi jarak datar dengan memasukan bacaan sudut vertical daritheodolit.
Pengoperasian alat ukur EDM :
• Letakkan alat ukur theodolit pada statip tepat diatas patok yang akan diukur jaraknya.
• Atur sumbu I vertical alat theodolit dengan mengatur skrup pendatar alat ukurtheodolit.
• Pasang alat ukur jarak EDM diatas theodolit yang telah disiapkan tempatnya.
• Catat temperature dan tekanan udara untuk melakukan koreksi terhadap refraksibila diperlukan.
• Pasang reflector diatas statip yang telah diatur sumbu I tepat diatas target yangakan diamati.
• Arahkan teropong pada target yang akan diamati kemudian kencangkan klemhorizontal dan klem vertical theodolit. Tepatkan bidikkan pada target dengansekrup penggerak halus vertical dan penggerak halus horizontal sekali lagiarahkan teropong pada pusat reflector diatas target dengan sekrup penggerakhalus vertical.
• Hidupkan saklar pada alat EDM, maka display monitor pada EDM akanmenampilkan besaran jarak yang terukur dan tepat arah. Catat bacaan padapiringan pembacaan sudut vertical.
a. Hasil penggambaran diplot/dipindahkan pada format leger jalan
1. Untuk memindahkan hasil penggambaran ditentukan skalanya terlebih dahulu,kemudian dipotong sesuai dengan ukuran kertas sehingga penampilan panjang
ruas jalan bisa dipilih menurut pemotongannya pada setiap lembar gambar,dengan menggunakan menu sheet manager.
2. Setetah pemotongan yang sesuai dengan panjangnya kemudian di insert padaform kertas leger jalan.
3. Kemudian bisa ditampilkan juga sebagai profil ruas jalan menurutpemotongannya sesuai dengan elevasi permukaan jalan.
4. Demikian juga cross section/penampang melintang tiap 50m dari ruas jalan bisaditampilkan.
a. Bagan Alir
1. Titik Kontrol Digital
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
37/80
2. Situasi Digital
A. Pengukuran Geometrik Jalan
Untuk mendapatkan peta situasi jalan, dilakukan pengukuran geometrik jalan berupaalinyemen horizontal dan alinyemen vertikal jalan, yang harus mempunyai titik ikatyang koordinatnya adalah sistem koordinat jalan.
1) Alinyemen Horizontal
• Menggambarkan apakah jalan tersebut merupakan jalan lurus, menikung kekiri atau ke kanan.
• Sumbu jalan merupakan rangkaian garis lurus, lengkung berbentuk lingkaran
dan lengkung peralihan dari bentuk garis lurus ke bentuk busur lingkaran.2) Alinyemen Vertikal
• Menggambarkan perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaanperkerasan jalan melalui sumbu jalan.
• Menggambarkan kelandaian positif (tanjakan) dan kelandaian negatif(turunan), sehingga kombinasinya berupa (lengkung cembung atau lengkungcekung.
• Menggambarkan permukaan perkerasan yang datar atau kelandaian samadengan nol (= 0).
B. Pengukuran, Pengumpulan data Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
Lakukan inventarisasi/pengumpulan data yang diperlukan Kartu Leger Jalan meliputi :
1) Bangunan Pelengkap Terdiri dari :
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
38/80
Gorong-gorong pipa/bulat Bak panampung/main hole
Bangunan penahan tanah Kerb
Penutup lereng Bronjong/pasangan batu kosong
Saluran permanen Gorong-gorong kotak/box
Drainase bawah tanah
2) Perlengkapan Jalan, terdiri dari :
Pagar pengaman Lampu lalu lintas
Patok pemandu Lampu penerangan
Patok kilometer Jembatan penyebrangan
Patok hektometer Penyebrangan bawah tanah
Patok leger jalan Shelter bis
Patok Rumija Cermin jalan
Marka Jalan Lain-lainnya
Rambu lalu lintas
3) Bangunan Utilitas publik, terdiri dari sarana dan prasarana sebagai berikut :
Jaringan air minum Jaringan minyak
Jaringan dan tiang listrik Jaringan pipa gas
Jaringan listrik dalam tanah Hidran
Jaringan dan tiang telepon Rumah kabel
Jaringan telepon dalam tanah Lain-lainnya
C. Pengukuran/Pengumpulan Data Luas dan harga Lahan Ruang Milik Jalan
1) Ruang Milik Jalan (Rumija) atau Right of Way dibatasi oleh lebar tertentu yangdikuasai oleh jalan dalam hal tertentu.
2) Rumija ditandai dengan patok RMJ berwarna kuning dalam jarak 1 (satu)kilometer sepanjang ruas jalan.
3) Rumija dimaksud untuk memenuhi persyaratan keluaan kenyamanan pengguna jalan dan terutama untuk keperluan pelebaran Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) dikemudian hari.
4) Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) dimaksud untuk menjadi pengawasanpenyelenggara jalan dalam hal kenyamanan dan jarak pandang pengemudi,serta pengamanan terhadap konstruksi bangunan jalan.
5) Pendataan harga dan luas lahan ruang milik jalan dimaksud untuk memudahkanperencanaan perluasan dan pelebaran badan jalan.
6) Data Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) dapat diperoleh dan instansi terkait (KP-PBB) atau melakukan wawancara langsung dengan warga penduduk setempatmengenai harga (pasar) tanah di sekitar lokasi.
Gambar Penampang Melintang RUMAJA dan RUMIJA
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
39/80
D. Pengukuran dan Pengumpulan Data Konstruksi jalan
1) Cara Destruktif
Pemeriksaan dengan cara destruktif yaitu membuat Atest pit" pada perkerasan jalan untuk mengambil contoh dan mengukur ketebalan tiap-tiap lapisanperkerasan. Pemeriksaan dan pengukuran konstruksi jalan yang meliputi :
• Lapisan permukaan mencakup lebar, tebal, jenis, kondisi dan Indeks KondisiPermukaan.
• Lapisan pondasi atas mencakup lebar, tebal dan jenis.
• Lapisan pondasi bawah mencakup lebar, tebal dan jenis.
• Median/jalur pemisah mencakup lebar, tebal dan jenis.
• Bahu jalan mencakup lebar, tebal dan jenis.
• Trotoar mencakup lebar, tebal dan jenis.
2) Cara Non-Destruktif
Pemeriksaan dengan cara non-destruktif yaitu suatu cara menggunakan alatyang diletakkan diatas permukaan jalan memiliki kemampuan merekam setiap jenis lapisan perkerasan sampai pada lapisan pondasi bawah tanpa merusakkonstruksi perkerasan jalan.
3) Lain-lain
• Nilai kondisi permukaan jalan yang diamati dalam survey ini pada dasarnyabersifat subyektif. Untuk itu, perlu ada kesepakatan dalam menentukan nilai
kondisi permukaan jalan agar riwayatnya tetap konsisten /berkelanjutan biladilakukan secara periodik oleh pengamat yang sama (pengulanganpengamatan).
• Hasil pemeriksaan dicocokkan dengan cara dikonfirmasikan dan diklarifikasiterhadap data dokumen berupa gambar terlaksana atau dengan data yangdimiliki oleh instansi terkait antara lain SNVT P2JN, Dinas Dinas Bina MargaProvinsi atau Dinas Bina Marga Kabupaten.
E. Pengukuran dan Pengumpulan Data Konstruksi Jembatan
1) Peta situasi jembatan dilakukan dengan cara yang sama dalam pengukuransituasi jalan.
2) Pengukuran harus mempunyai titik ikat yang koordinatnya satu sistem dengansistem koordinat jalan.
3) Pengamatan dan pengukuran jembatan yang harus dilakukan adalah sebagaiberikut :
• Tipe, bahan dan kondisi bangunan atas serta ukurannya.
• Tipe, bahan dan kondisi bangunan bawah serta ukurannya.
• Tipe, bahan dan kondisi pondasi serta ukurannya.
• Tipe dan bahan landasan serta ukurannya.
• Macam dan bahan bangunan pengaman dan pelengkap bangunan bawah
jembatan serta ukurannya.
• Panjang bentang dan lebar jembatan dan panjang total.
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
40/80
• Jumlah bentang jembatan.
4) Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan antara lain :
• 2 (dua) buah pita ukur baja masing-masing- dengan kapasitas ukur 50 meterdan 3 meter.
• Tambang plastik.
• Benang nyilon.• Bandul pemberat.
• Bambu/kayu persegi untuk patok ikat.
• Waterpass, bak ukur Yalon, rakit/perahu.
• 1 (satu) unit pesawat Theodolit (tipe TO).
• 1 (satu) unit pesawat Waterpass.
• 1 (satu) buah kamera/handycam.
• 1 (satu) roda pengukur jarak.
• Peta ruas jalan.
• Buku ukur.
• Formulir lapangan data teknik dan formulir jembatan.
• 1 (satu) buah mesin hitung/calculator.
• Kertas kalkir/milimeter blok.
• Alat-alat tulis (pensiI, segitiga, ballpoint dan penghapus, dan Lain-lain).
• Payung dan jas hujan.
• Palu pemukul dan paku (baja), palu slink dan parang.
• Sepatu lapangan.
• Cat putih/kuning (tahan air).
• Radio komunikasi/handytalkie lengkap dengan baterai 24 buah dalamkeadaan di-charge penuh.
• Kendaraan roda 4 siap operasi dan bahan bakar yang cukup.
F. Pengambilan Foto Dokumentasi
1) Tujuan
Pengambilan foto dokumentasi bertujuan agar dapat memberikan gambaransecara visual tentang kondisi dari ruas jalan yang sedang disurvey.
2) Persiapan
• Siapkan kamera/handycam, peta lokasi, buku formulir survey, clip board,ballpoint, meteran pita baja dan cat/pylox.
• Mengisi data pada formulir survey yang meliputi nama jalan, nama surveyordan tanggal survey.
3) Pelaksanaan
• Pengamatan dan pengambilan foto terhadap setiap segmen untuk interval750 meter untuk jalan luar kota dan 375 meter untuk jalan dalam kota mulaidari titik awal sampai akhir ruas.
• Pengamatan dan pengambilan foto terhadap bangunan pelengkap jalanuntuk interval 750 meter untuk jalan luar kota dan 375 meter untuk jalandalam kota.
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
41/80
• Pengambilan foto disesuaikan perpotongan segmen gambar dan diambil dariarah kilometer (KM) terkecil dengan mengambil posisi pada sumbu jalanagar situasi gambar terekam sampai dengan ruang pengawasan jalan.
• Pengambilan foto dokumentasi jembatan dari arah KM terkecil (arah depanJembatan) dan dari arah hulu/hilir (dipilih yang paling memungkinkan).
E.2.3 PENGOLAHAN DATA LEGER JALAN
A. Verifikasi dan Validasi Data
Tujuan melakukan verifikasi dan validasi data untuk memeriksa apakah data yangdiperoleh telah memenuhi persyaratan dan kecukupan data yang diperlukan antaralain:
• Nama ruas jalan.
• Nama pengenal jalan.
• Titik pangkal dan titik ujung serta jurusan jalan lain.
• Peranan jalan.• Sistem jaringan jalan.
• Status jalan menurut wewenang pembinaan.
• Lebar Ruang Manfaat Jalan (Rumaja).
• Lebar Ruang Milik Jalan (Rumija).
• Lebar Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja).
• Data survey lapangan yang mencakup: jumlah BM beserta data koordinatnya,hasil pengukuran (pengukuran kerangka horizontal, vertikal, potongan melintangdan pengukuran situasi).
• Data inventarisasi jalan (jenis perkerasan, lebar perkerasan, bahu jalan, saluransamping, trotoar, dan Iain-lain).
• Data jembatan (dimensi dan jenis struktur jembatan) dan gorong-gorong.
• Data bangunan pelengkap (marka jalan, rambu, km post patok hektometer, guarddrill, guard post, dan Iain-Iain).
• Data hasil inventarisasi jaringan utilitas publik (di atas maupun di bawahpermukaan tanah) yang mencakup jaringan air minum, gas, PLN, Telkom, danIain-Iain.
• Data riwayat perkerasan (As-Built Drawing, Dokumen Kontrak Fisik).
• Data Lalu-lintas Harian Rata-rata.• Data kepemilikan (sertifikat).
• Nilai NJOP.
B. Perhitungan dan Penggambaran Topografi (Data Spatial)
Hasil pengukuran disajikan dalam bentuk peta situasi skala 1:1000 dalam format .dwg(2004) dalam ( sistem koordinat nasional UTM) dan dikaitkan ke Jaring KontrolHorizontal Nasional dan setiap elemen / objek harus dibuat dalam layer tersendiridengan ketebalan garis mengikuti ketentuan berikut ini, dan legenda mengikutigambar dibawah.
Daftar Tebal Garis Dalam Pembuatan Peta :
1. Garis rumija : 0.20 mm
2. Saluran samping : 0.13 mm
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
42/80
3. Tepi perkerasan : 0.30 mm
4. As Perkerasan/Median : 0.25 mm
5. Batas Gambar/Batas Leger : 0.30 mm
6. Kabel Listrik : 0.09 mm
7. Tiang Listrik : 0.25 mm
8. Kabel Telepon : 0.09 mm
9. Tiang Telepon : 0.25 mm
10. Radius Tiang Telepon : 1 m
11. Radius Tiang Listrik : 1 m
12. Jarak 2 garis kabel listrik : 1 m
13. Patok LJ : 2 m x 2 m
14. Patok Rumija : 1.5 m x 1.5 m
15. Penampang Melintang : 0.30 mm
16. Penampang Memanjang : 0.30 mm
17. Garis Ruwasja : 0.30 mm
18. Bangunan dalam Ruwasja : 0.30 mm
19. Arsiran : 0.05 mm
20. Utilatas bawah tanah : 0.09 mm
• Perhitungan dan penggambaran dilakukan oleh surveyor dan draftman / jurugambar CAD dengan arahan dari Ahli Teknik Geodesi/Ketua Tim dan Ahli TeknikGeodesi.
• Perhitungan dapat dilakukan dengan sistem computerized yang dihitung denganprogram spread sheet.
• Penggambaran kasar dilakukan pada saat survey sedangkan penggambaranhalus dilakukan dengan menggunakan program Computer Aided Design (CAD).
• Hasil penggambaran kemudian diplot / dipindahkan pada format leger jalan.
C. Input Data Hasil Pengamatan ke Dalam Form Isian (Data Tabulator)
• Data yang di-input adalah hasil survey institusional / data sekunder dan datasurvey lapangan / data primer.
• Tata cara pengisian format dan/atau Kartu Leger Jalan mengikuti PedomanPengisian Formulir / Kartu Leger Jalan.
D. Kompilasi Data Tabulator dan Data Spatial
Lakukan kompilasi atau penggabungan data isian (data tabulator) dengan gambar jalan dan jembatan (data spatial) dengan cara melakukan pengisian data (insert data)gambar hasil penggambaran dengan CAD ke dalam form leger jalan.
E. Kajian dan Analisis Leger Jalan
Dalam pembuatan leger jalan dilakukan melalui proses sebagaimana digambarkanpada Bagan Alir Penyusunan Leger Jalan dan Jembatan berikut ini.
E.2.4 PEMBUATAN KARTU LEGER JALAN
Kartu Leger yang diserahkan memenuhi kriteria Permen PU no. 78/PRT/2005 dibawah ini:
8/17/2019 Metodologi Leger GIS
43/80
a. Dokumen leger jalan yang dibuat yang dibuat pada kertas seri A3 berukuran 297 x420 mm atau 11,75 x 16,5 inchi dari bahan kertas tidak tembus cahaya dan tidakmemuai atau menyusut oleh pengaruh cahaya.
b. Dokumen Leger teridiri Ringkasan Data, Kartu Jalan dan Kartu Jembatan.
c. Foto dokumentasi obyek yang akan dilegerkan dilaporkan dalam buku laporanterpisah.
d. Satu leger memuat satu ruas jalan.
e. Dalam kartu leger jalan dan kartu jembatan penggambaran dilakukan sebagai berikut.
I. Alinyemen horizontal menggunakan skala sebagai berikut :
Untuk jalan dalam kota menggunakan skala 1:1000
Untuk jalan luar kota menggunakan skala 1:2000
II. Alinye
Top Related