MATERIALITAS DAN RESIKO
By:1.Dewi Rahmawati (309422423743)2.Aulia Norma N. (309422423738)3.Ratnasari M. (309422425453)4.Richa Anzala P. (309422427147)5.Nur Oktavia (309422427149)
Materialitas
Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam penentuan utama dalam penentuan jenis laporan audit yang tepat untuk diterbitkan.
FASB 2
Besarnya nilai penghapusan atau kesalahan informasi keuangan, yang dalam hubungannya dengan sejumlah situasi yang melingkupinya, membuat hal itu memiliki kemungkinan besar
bahwa pertimbangan yang dibuat oleh seorang yang mengandalkan informasi
tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau kesalahan penyajian
tersebut.
Perbedaan Konsep Materialitas dan Konsep
Resiko auditKonsep Materialitas: Berkaitan dengan seberapa salah saji yg terdapat
dalam asersi dapat diterima auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep Resiko audit:Berkaitan dengan resiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
Materialitas dibagi menjadi 2 golongan :
1. Materialitas pada tingkat laporan keuangan. 2. Materialitas pada tingkat saldo akun.
Tanggung jawab AuditorMenentukan apakah laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian yang material.
Secara Umum:1.Menerima Klien dan melakukan perencanaan audit
awal2.Memahami bisnis dan industri klien3.Menilai resiko bisnis klien4.Melaksanakan prosedur analitis awal5.Menetapkan Materialitas dan menilai resiko
akseptibilitas audit dan resiko inheren6.Memahami pengendalian intern dan menilai resiko
pengendalian7.Menyusun seluruh rencana serta program audit
Tahap-tahap dalam Penentuan Materialitas
perencanaan tentang
rentang uji audit
evaluasi hasil
Menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
Mengalokasikan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas ini ke dalam segmen-
segmenMengestimasi total kesalahan penyajian yang
terdapat dalam segmen
Mengestimasikan kesalahan penyajian gabungan
Membandingkan antara estimasi gabungan dan pertimbangan awal atau pertimbangan yang telah
direvisi tentang tingkat materialitas
Menetapkan Pertimbangan Awal tentang Tingkat Materialitas
• Pertimbangan ini merupakan suatu pertimbangan profesional dan dapat berubah selama masa pnguasaan jika ternyata situasi-situasi yang melingkupinya berubah.
• Alasan penetapan: untuk membantu auditor merencanakan bukti audit yg memadai yg harus dikumpulkan.
• Revisi atas pertimbangan tentang materialitas adalah pengubahan kembali pertimbangan awal tentang tingkat materialitas selama berlangsungnya proses audit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertimbangan tersebut
1. Materialitas lebih merupakan konsep yang relatif bukannya absolut.
2. Sejumlah dasar pertimbangan diperlukan untuk mempengaruhi tingkat materialitas.
3. Faktor-faktor kualitatif.
Faktor-faktor kualitatif
• Nilai-nilai yg melibatkan kecurangan• Kesalahan penyajian yg kecil dapat bersifat
material, jika timbul konsekuensi atas sejumlah kewajiban kontrak.
• Kesalahan penyajian yg sebenarnya tidak material dapat berubah material, jika pendapatan tsb mempengaruhi tren pendapatan.
Mengalokasikan Pertimbangan Awal Tingkat Materialitas ke Dalam Segmen (salah saji yg masih dapat ditoleransi)
• Merupakan hal yg wajib dilakukan karena bukti-bukti audit terkumpul berdasarkan segmen, bukannya terkumpul berdasarkan laporan keuangan secara keseluruhan.
• Pada saat auditor mengalokasikan pertimbangan awal tingkat materialitas ini ke saldo akun-akun, maka tingkat materialitas yg dialokasikan ke saldo akun tertentu dibahas dalam SAS 39 (AU 350) dinyatakan dalam Salah saji yg masih dapat ditoleransi (trouble misstantement).
3 (tiga) kesulitan utama dalam upaya mengalokasikan tingkat materialitas ke
akun-akun neraca:
1. Auditor memiliki ekspektasi, sejumlah akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji dari pada akun-akun lainnya.
2. Salah saji lebih (overstatement) atau salah saji kurang (understatement).
3. Biaya-biaya audit secara relatif.
Pendekatan Alokasi
Pendekatn Alokasi yg dilakukan Fran Moore bagi Hillsburg Hardware Co. adalah dengan mempergunakan pertimbangan profesional dalam pengalokasian pada akun-akun, dengan mengacu pada dua batasan ketentuan yang dikembangkan oleh KAP Berger dan Anthony.
Alasan Nilai total salah saji dapat Ditoleransi:
1. Tidak mungkin bahwa semua akun akan mengandung salah saji dengan nilai sebesar nilai salah saji yg masih dapat ditoleransinya
2. Beberapa akun cenderung mengandung salah saji lebih (overstated) , sementara beberapa akun lainnya cenderung mengandung salah saji kurang (understated) yg mengakibatkan dalam suatu nilai bersih yg cenderung lebih rendah daripada nilai total materialitas.
Mengestimasi nilai salah saji serta membandingkan denagn nilai
pertimbangan awal
Berbagai salah saji digunakan untuk melakukan estimasi atas total salah saji yang terkandung dalam persediaan.
Nilai total disebut juga “proyeksi”, karena hanya sejumlah sampel aja yg di-audit dan bukan berasal dari seluruh populasi.
Perhitungan dari proyeksi langsung atas estimasi salah saji
(direct projection estimate of misstatement)
Ilustrasi
• Diasumsikan bahwa dalam melakukan adit atas persediaan, auditor menemukan nilai salah saji bersih sebesar $3,500 dalam sebuah sampel yang berukuran $50,000 atas total populasi sebesar $450,000. Perhitungan dari proyeksi langsung estimasi salah saji adalah:
RESIKO
Resiko(ketidakpastian dalam melaksanakan fungsi audit) adalah resiko yang terjadi di dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Resiko audit, digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Resiko Audit Keseluruhan.2. Resiko Audit Individual.
Ilustrasi perbedaan bukti berbagai siklus
Siklus Penjualan dan Penagihan
Siklus Pengadsaan dan Pembayaran
Sikllus Pengupahan dan Personalia
Siklus Persediaan dan Pergudangan
Siklus Penghimpunan Modal dan Pembayarannya kembali
Resiko inheren (Salah saji)
Sedang Tinggi Rendah Tinggi Rendah
resiko pengendalian (Tingkat efektifitas)
Sedang Rendah Rendah Tinggi Sedang
resiko akseptibilitas audit (Tingkat kesediaan)
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
resiko deteksi terencana
Sedang Sedang Tinggi Rendah Sedang
Model Resiko Audit (audit risk model)
Literatur:SAS 39 (AU 350) ttg samplingSAS 47 (AU 312) ttg materialitas dan resiko
Model Resiko Audit (audit risk model)
Model Resiko audit digunakan untuk mengidentifikasikan lebih jauh potensial untuk kesalahan saji dan dimana hal ini paling sering terjadi.
Model Resiko audit digunakan bagi berbagai tujuan perencanaan untuk memutuskan berapa banyak bukti audit yang akan dikumpulkan pada setiap siklus.
Model Resiko Audit (audit risk model)
Dinyatakan sebagai berikut:
Dimana:PDR = planed detection risk (resiko deteksi
terencana)AAR = acceptable audit risk (resiko akseptabilitas
audit)IR = inheren risk (resiko inheren)CR = control risk (resiko kontrol)
Jenis-jenis Resiko
1. Planned detection risk (Resiko deteksi terencana)
2. Inheren risk (Resiko inheren)3. Control risk (Resiko kontrol)4. Acceptable audit risk
(Resiko akseptabilitas audit)
Planned detection risk (Resiko deteksi terencana)
Merupakan ukuran resiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal mendeyeksi keberadaan salah saji yg melebihi suatu nilai salah saji yg masih dapat ditoleransi.
Resiko deteksi terencana:-Resiko ini tergantung pada ketiga faktor lainnya
yg terdapat pada model-Resiko ini menentukan nilai bukti subtantif yg
direncanakan auditor
Inheren risk (Resiko inheren)
Merupakan suatu ukuran yg dipergunakan oleh auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji yg material dalam suatu segmen sebelum mempertimbangkan keefektifan dari pengendalian intern yg ada.
Resiko inheren:-Resiko ini saling berlawanan dg resiko deteksi
terencana serta memiliki hubungan yg searah dg bukti audit.
Control risk (Resiko Kontrol)
Merupakan ukuran yg dipergunakan oleh auditor untuk menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji material yg melebihi nilai salah saji yg masih dapat ditoleransi atas segmen tertentu akan tidak terkadang atau tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yg dimiliki klien.
Resiko kontrol:
-Resiko ini memiliki hubungan yg saling berlawanan terhadap resiko deteksi terencana dan memiliki hubungan yg searah dengan bukti yg substantif.
Acceptable audit risk (Resiko akseptabilitas audit)
Merupakan ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan keuangan mungkin masih mengandung salah saji yang material setelah audit selesai dilaksanakan serta suatu laporan audit wajar tanpa syarat telah diterbitkan.
Resiko akseptabilitas audit:-Resiko ini berhubungan searah dg resiko deteksi
terencana dan hubungan saling berlawanan dg bukti audit yg direncanakan.
Menilai Resiko Akseptabilitas Audit:
1. Pengaruh Resiko perjanjian pada Resiko Akseptabilitas Audit.
2. Faktor-faktor yg mempengaruhi Resiko Akseptabilitas Audit.
Resiko Perjanjian (enggagement risk)
Resiko Perjanjian adalah resiko yg akan diderita oleh auditor atau firma audit akibat hubungan dg klien, walaupun laporan audit yg dibuat bagi klien tsb telah dibuat dg benar.
Faktor-faktor yg mempengaruhi Resiko
Akseptabilitas Audit1. Derajat kebergantungan para pengguna
ekternal pada laporan keuangan.2. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami
kesulitan keuangan setelah penerbitan laporan audit.
3. Integrasi pihak manajemen.
Metode-metode yg digunakan untuk menilai:
-Menelaah laporan keuangan;-Membuat notulen rapat dewan direksi untuk
menentukan berbagai rencana masa depan;-Menelaah formulir 10K bagi sebuah perusahaan
publik;-Membahas rencana-rencana keuangan dg pihak
manajemen.-Indikatornya adalah:1. Ukuran usaha klien2. Ditribusi kepemilikan3. Sifat dan nilai kewajiban
Metode-metode yg digunakan untuk menilai:
-Melakukan analisa atas laporan keuangan-Menelaah laporan arus kas historis maupun
laporanproyeksi arus kas Indikatornya adalah:1. Posisi likuiditas2. Laba (rugi) pada tahun-tahun sebelumnya3. Metode pembiayaan pertumbuhan4. Sifat operasi klien5. Kompetensi manajemen
Metode-metode yg digunakan untuk menilai:
-Mengikuti sejumlah prosedur yang telah di bahas pada bab sebelumnya yaitu tentang perencanaan audit dan prosedur analisis.
Menilai Resiko InherenFaktor-Faktor yang mempengaruhi:1. Sifat bisnis klien2. Temuan audit yg diperoleh dari audit-audit
sebelumnya3. Penugasan awal versus penugasan ulangan4. Pihak-pihak terkait5. Berbagai transaksi nonrutin6. Pertimbangan yg diperlukan untuk mengoreksi
pencatatan berbagai saldo dan transaksi akun7. Penyusun populasi
Menilai Resiko Kecurangan
- Tiga kondisi salah saji yang disebabkan oleh kecurangan:1.Insentif / Tekanan2.Kesempatan3.Perilaku / Rasionalisasi
Contoh Faktor Resiko karena Penggelapan Aktiva
PENDORONG / PENEKAN PELUANG SIKAP/RASIONALISASI
Manajemen atau karyawan bisa terdorng atau tertekan untuk penggelapan aktiva
Keadaan memberikan peluan kepada manajemen atau karyawan untuk menggelapkan aktiva
Sikap, watak atau nilai etika memungkinkan manajemen atau karyawan secara sadar maupun tidak melakukan tindakan tidak terpuji
CONTOH FAKTOR RESIKO:
CONTOH FAKTOR RESIKO:
CONTOH FAKTOR RESIKO:
Kewajiban keuangan menekan orang-orang yang memiliki akses terhadap kas atau aktiva lain yang patut dicurigai bisa dicuri melalui penggelapan aktiva
Keberadaan sejumlah kas yang besar atau barang persediaan kecil tetapi nilainya tinggi, atau barang yang banyak diinginkan orang
Mengendalikan kebutuhan untuk memonitor atau mengurangi resiko karena penggelapan
Informasi yang mempengaruhi Resiko Kecurangan
1. Faktor resiko khusus yg berhubungan dg pelaporan keuangan yg curang dan penyalahgunaan aktiva.
2. Informasi yg diperoleh dari anggota tim audit yg berpengalaman ttg pengetahuan mengenai perusahaan dan industri.
3. Respon untuk pertanyaan auditor dari manajemen ttg pandangan mereka mengenai resiko kecurangan dan ttg program serta pengendalian yg sudah ada.
4. Hasil prosedur analitis yang diperoleh selama perencanaan yg menunjukkan kemungkinan tidak jujur/tidak sesuai harapan.
5. Pengetahuan yg diperoleh dari berbagai sumber.
Respon auditor dengan adanya resiko kecurangan
1. Merencanakan dan melakukan prosedur audit untuk mengarah kepada resiko kecurangan yang teridentifikasi;
2. Mengubah keseluruhan perilaku dari audit untuk merespon resiko kecurangan yang teridentifikasi;
3. Melakukan prosedur untuk mengarahkan resiko manajemen menguasai kontrol.
2 cara lain, dimana auditor bisa mengubah audit untuk merespon
resiko:1. Perjanjian itu mungkin membutuhkan staf
yang lebih berpengalaman.2. Perjanjian akan ditelaah kembali lebih teliti
dari biasanya.
Hubungan antara Resiko, Materialitas dan Bukti Audit
Konsep materialitas dan resiko dalam auditing saling terkait erat dan tidak terpisahkan. Resiko merupakan suatu pengukuran atas
ketidak pastian, sedangkanMaterialitas merupakan suatu pengukuran
atas ukuran atau besaranSecara bersama-sama keduanya mengukur
tingkat ketidakpastian suatu nilai pada suatu besaran tertentu.
Hubungan antara Nilai Saji yang masih bisa ditoleransi dan Resiko dengan Bukti Audit yang
direncanakanNilai salah saji masih dapat Bukti Audit yangditoleransi dan resiko-resiko direncanakan
D D I I I
I D I
D = hubungan searah; I = hubungan terbalik
Resiko Akseptabilitas
Audit
Nilai Salah Saji yang Masih
dapat ditoleransi
Resiko Pengendalian
Resiko Inheren
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas,
bukti audit dan risiko audit sebagai berikut:
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit.
3 cara untuk mengurangi risiko audit, yaitu:
(a) menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahakan jumlah bukti audit yang dikumpulkan,
(b) menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan, dan
(c) menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama-sama.
3 cara untuk mengurangi tingkat resiko audit yang tercapai hingga
mencapai suatu tingkat resiko yang dapat diterima:
1. Mengurangi tingkat resiko inheren. 2. Mengurangi tingkat resiko pengendalian.3. Mengurangi tingkat resiko deteksi yang
tercapai dengan meningkatkan uji-uji audit yang subtantif.
Penggabungan ketiganya dilakukan secara subjektif, untuk mencapai suatu tingkat resiko audit yang dapat diterima yang rendah membutuhkan pertimbangan yang matang.
MENGEVALUASI HASILModel Resiko Audit untuk mengevaluasi hasil
audit, dinyatakan sebagai berikut:
Dimana: = Achieved Audit RiskIR = Inherent RiskCR = Control Risk
= Achieved Detection Risk
ACAR = IR X CR X ACDR
ACAR
ACDR
Merevisi Resiko dan Bukti Audit
1. Mengumpulkan bukti audit2. Mengevaluasi hasil audit dengan model
Perencanaan3. Melakukan revisi atas faktor-faktor resiko ketika
hasil audit yang secara aktual diperoleh tidak sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya
4. Auditor menyimpulkan penilaian atas setiap resiko
5. Membuat Keputusan berdasarkan bukti audit dan penilaian resiko
2 langkah auditor dalam situasi pengambilan
keputusan:1. Auditor harus merevisi penilaian awal
tentang tingkat resiko yang tepat.2. Auditor harus mempertimbangkan pengaruh
revisi tersebut terhadap kebutuhan akan bukti audit, tanpa mempergunakan model resiko audit.
Thanks for your attention ...
TERIMAKASIH SEMUA……..
MATUR NUHUN SEDAYAK Berbagi Senyum Ceria ……
Top Related