2.1 Pengertian Bimbingan2.1.1 Arti Bimbingan Secara Umum
Bimbingan merupakan suatu proses bantuan psikologis dan kemanusiaan secara ilmiah
dan profesional yang dibekali oleh pembimbing kepada yang dibimbing (peserta didik) agar
ia dapat berkembang secara optimal.
Bimbingan itu dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan, baik secara
individual maupun secara kelompok tanpa memandang keadaan umur. Bimbingan hendaknya
merupakan bantuan yang dapat menyadarkan orang itu akan pribadinya sendiri (bakat, minat,
kecakapan, dan kemampuannya) sehingga ia sanggup memecahkan sendiri masalah-masalah
yang dihadapinya.
Bimbingan itu bukanlah pemberian arah/tujuan yang telah ditentukan oleh si
pembimbing, bukan suatu paksaan pandangan kepada seseorang, bukan pula suatu
pengambilan keputusan yang diperuntukkan bagi seseorang. Akan tetapi, pembimbing
membantu menetapkan suatu pilihan, tetapi tidak berarti bahwa pembimbing itu sendiri yang
memilih, yang dibimbinglah yang harus menetapkan dan menentukan sikapnya.
Jadi pengertian bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus
menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar
tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya, menerima dirinya, mengarahkan
dirinya, dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam
mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik di dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat.
2.1.2 Arti Bimbingan Dalam Lingkup Sekolah
Bimbingan disini fokus sasarannya adalah peserta didik yang dididik dalam sekolah oleh
guru, dengan harapan peserta didik sendiri dapat berkembang maksimal mencapai dewasa
dan matang, sehingga dia lebih berdaya guna bagi diri dan lingkungan sekitarnya.
Konsep penting khusus bagi pengertian bimbingan dalam lingkungan sekolah adalah :
a. Bimbingan merupakan suatu proses. Ini berarti bahwa bimbingan itu dilaksanakan dalam
rentang waktu yang relatif panjang. Proses mengandung arti bahwa bimbingan dilakukan
secara sistematis dan metodis dalam sifatnya yang berencana, berprogram dan evaluatif.
b. Bimbingan mengandung arti bantuan atau pelayanan. Ini berarti bahwa bimbingan itu
tercipta atas kesukarelaan subyek bimbing yang diwujudkan dalam sifat dan perilaku yang
tidak memaksakan kehendaknya untuk membimbing individu.
c. Kelancaran pelaksanaan bimbingan dan pencapaian hasil bimbingan diperlukan adanya
subyek pelaksana bimbingan yang kompeten.
d. Bantuan diperuntukkan bagi semua individu, semua peserta didik yang berada dalam kondisi
tertentu yang memerlukan bantuan.
e. Bimbingan mempunyai tujuan. Pencapaian tujuan-tujuan bimbingan yang efektif akan
memudahkan/menunjang pencapaian kesejahteraan mental dan kebahagiaan yang
dimaksudkan.
2.2 Fungsi Bimbingan dalam PendidikanBimbingan di sekolah berfungsi untuk :
1. Memahami individu (understanding-individu)
Fungsi pokok dari bimbingan dan konseling adalah untuk menolong individu-individu
yang mencari dan membutuhkan bantuan. Bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak
pemahaman diri anak secara keseluruhan.
2. Preventif dan pengembangan individual
Preventif berusaha mencegah kemerosotan perkembangan anak dan minimal dapat
memelihara apa yang telah dicapai dalam perkembangan anak melalui pemberian pengaruh-
pengaruh yang positif. Sedangkan pengembangan individual adalah memberikan bantuan
untuk mengembangkan sikap dan pola perilaku yang dapat membantu setiap individu untuk
mengembangkan dirinya secara optimal.
3. Membantu Individu untuk menyempurnakan cara-cara penyelesaiannya
Bimbingan dapat memberikan pertolongan pada anak untuk mengadakan pilihan dan
pengamalan untuk memecahkan masalahnya sendiri. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka
membantu siswa untuk mengidentifikasi, memahami, menghadapi, dan memecahkan
masalah-masalahnya.
4. Mendekatkan hubungan sekolah dengan masyarakat
Maksud bimbingan dan konseling di sekolah ialah untuk mengadakan pelayanan
terhadap peserta didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Pelayanan tersebut
meliputi :
Personal Guidance, yaitu bimbingan yang bertujuan agar peserta didik dapat menyesuaikan
dengan perkembangan pribadi.
Educational Guidance, yaitu bimbingan terhadap peserta didik agar mencapai penyesuaian
dan kemajuan pendidikan.
Vocational Guidance, yaitu bimbingan terhadap peserta didik agar ia mampu memahami
perkembangan pekerjaan.
Follow-up, sesudah keluar dari sekolah.
Itulah sebabnya, maka dalam rangka pelaksanaan bimbingan, diperlukan suatu
hubungan saling mengerti dan saling membantu antar sekolah dengan orang tua peserta didik,
lembaga-lembaga, organisasi masyarakat dan sebagainya.
2.3 Pengertian KonselingKonseling adalah suatu proses yang berorientasikan belajar, yang dilaksanakan dalam
suatu lingkungan sosial, antara dua orang individu yang disebut konselor dan klien, dimana
seorang konselor harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan
pengetahuan psikologis. Konselor berusaha membantu klien sehingga ia dapat memecahkan
masalahnya berdasarkan penentuan diri sendiri.
2.4 Hubungan Bimbingan dengan KonselingKonseling merupakan salah satu teknik pelayanan dalam bimbingan secara keseluruhan,
yaitu dengan memberikan bantuan secara individual. Dalam prakteknya, bimbingan dan
konseling saling menyangkut dan isi mengisi. Bimbingan menyangkut konseling, dan
sebaliknya, tetapi bimbingan bukan bagian konseling sedangkan konseling sebagai bagian
dari bimbingan.
2.5 Tujuan Bimbingan dan KonselingSecara umum bahwa bimbingan dan konseling itu dilaksanakan dengan tujuan
memberikan pertolongan kepada individu.
Agar dapat tercapai tujuan tersebut, maka setiap individu yang mendapatkan layanan
bimbingan itu hendaknya memperoleh kesempatan sebagai berikut :
1. Mengenal dan melaksanakan tujuan hidupnya serta merumuskan rencana hidupnya yang
didasarkan atas tujuan itu.
2. Mengenal dan menanggulangi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
3. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara optimal.
4. Mampu memilih, memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara bijaksana.
5. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungannya.
2.6 Prinsip-Prinsip Bimbingan dan KonselingPrisip-prinsip bimbingan dan konseling secara garis besar dikelompokkan menjadi dua
kelompok, prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus:
A. Prinsip-prinsip Umum
1. Dasar bimbingan dan konseling tidak dapat terlepas dari dasar pendidikan dan dasar negara,
yaitu Pancasila.
2. Perlu dikenal dan dipahami karakteristik individual dari individu yang dibimbing.
3. Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang bersangkutan
mampu membantu dirinya sendiri daloam menghadapi kesulitannya.
4. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin
oleh seseorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan.
5. Program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian teratur untuk mengetahui hasil dan
manfaat yang diperoleh.
B. Prinsip-prinsip Khusus
1. Program bimbingan harus berpusat kepada siswa.
2. Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing.
3. Pembimbing harus selalu menghormati dan menjaga kerahasiaannya informasi tentang
individu yang dibimbingnya.
4. Pembimbing hendaknya menggunakan berbagai jenis metode dan teknik yang tepat dalam
melakukan tugasnya.
5. Bimbingan harus dilaksanakan secara kontinu.
2.7 Asas-asas Bimbingan dan KonselingAsas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan.
Menurut Prayitno ada beberapa asas yang harus diperhatikan:
1. Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan siswa kepada guru pembimbing tidak boleh
disampaikan kepada orang lain. Asas ini akan mendasari kepercayaan peserta didik kepada
guru pembimbing.
2. Keterbukaan
Bimbingan dan konseling dapat berhasil dengan baik jika siswa yang bermasalah mau
menyampaikan masalah yang dihadapi kepada guru pembimbing dan guru pembimbing
bersedia membantunya.
3. Kekinian
Masalah yang ditangani dalam bimbingan dan konseling adalah masalah sekarang.
Hendaknya pembimbing sesegera mungkin menangani masalah siswa.
4. Kemandirian
Bimbingan dan konseling membantu agar siswa dapat mandiri atau tidak bergantung
kepada pembimbing maupun orang lain.
5. Kedinamisan
Bimbingan dan konseling hendaknya membantu terjadinya perubahan yang lebih baik ke
arah pembaharuan pada diri siswa.
6. Kenormatifan
Usaha layanan tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlalu sehingga tidak
terjadi penolakan dari pihak yang dibimbing. Asas ini berkaitan dengan proses dan saran atau
keputusan yang dibahas dalam konseling.
7. Keahlian
Bimbingan dan konseling harus dilakukan dengan profesional dan oleh orang yang
profesional yang menuntut ketrampilan khusus dan terlatih untuk melakukan tugas ini.
8. Alih tangan
Jika usaha yang dilakukan telah optimal tetapi belum berhasil atau masalahnya di luar
kewenangannya, maka penanganannya dapat dialihtangankan kepada pihak lain yang
berwenang.
9. Tut wuri handayani
Bimbingan dan konseling hendaknya secara keseluruhan dapat memberi rasa aman,
mengembangkan keteladanan, memberi rangsangan dan dorongan serta kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa.
2.8 Bimbingan dan Konseling di Sekolah DasarBimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan
yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di
sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin.
Di Sekolah Dasar, kegiatan Bimbingan Konseling tidak diberikan oleh Guru
Pembimbing secara khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Guru kelas harus
menjalankan tugasnya secara menyeluruh, baik tugas menyampaikan semua materi pelajaran
(kecuali Agama dan Penjaskes) dan memberikan layanan bimbingan konseling kepada semua
siswa tanpa terkecuali.
Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:35-36)
mengatakan bahwa pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi,
informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan
kelompok, dan konseling kelompok.
Guru Sekolah Dasar harus melaksanakan ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut
agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga
tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai
prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran
yang cukup berarti.
Realitas di lapangan, khususnya di Sekolah Dasar menunjukkan bahwa peran guru kelas
dalam pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat
tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga tugas memberikan
layanan bimbingan konseling kurang membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi
belajar siswa.
A. Perlunya Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelangi
perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis. Secara
umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan
pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan
terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh
komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan. Bila dicermati
dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap
dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk
yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.
B. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
1. Membantu anak didik memahami diri sendiri dan yang berkaitan dengan kebutuhan
lingkungannya.
2. Agar anak dapat membantu dirinya sendiri untuk mengadakan penyesuaian pribadi dan
sosial.
3. Agar anak mampu melewati masa transisi, dari lingkungan keluarga di rumah ke lingkungan
teman sebaya dan guru / sekolah.
4. Membantu proses perubahan dari kanak – kanak sebagai makhluk individu yang menonjol
keunikannya, menjadi makhluk sosial, dengan jalan optimasi perkembangan penyesuaian
pribadi dan sosial yang memadai.
5. Menguasai bahan ajaran tuntutan kurikuler.
6. Memecahkan masalah-masalah belajar yang dihadapi murid.
7. Memahami anak usia sekolah dasar.
C. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling,
yaitu:
a. Fungsi penyaluran ( distributif )
Fungsi ini meliputi bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain
membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
b. Fungsi penyesuaian ( adjustif )
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh
penyesuaian pribadi yang sehat, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-
masalah dan kesulitan-kesulitannya.
c. Fungsi adaptasi ( adaptif )
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya
guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi
siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan
minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru
berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa
memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat
(Sugiyo, 1987:14)
D. Pentingnya Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang
dihadapi anak, tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak sebagai
pribadi dengan segala kebutuhan, minat, dan kemampuannya yang harus berkembang.
Pandangan ini menitikberatkan bimbingan yang bersifat preventif dan kesehatan mental serta
pengembangan diri. Pelaksanaannya dilakukan sejak awal di sekolah dasar atau pengalaman
awal anak dalam pendidikan.
1. Tindakan preventif di sekolah dasar
Tuntutan untuk mengadakan identifikasi secara awal diakui kebenarannya oleh para ahli
bimbingan karena:
a. Kepribadian anak mudah terbentuk dan masih akan mengalami banyak perubahan dalam
proses perkembangannya.
b. Hubungan orang tua murid dengan sekolah masih sangat mudah dibentuk di sekolah dasar
daripada di sekolah lanjutan.
c. Anak masih mempunyai waktu terbuka untuk masa depannya, sehingga di sekolah dasar
anak dapat belajar mengenali diri sendiri dan menemukan cara-cara pendekatan untuk
menghadapi suatu persoalan dan cara memecahkannya di kemudian hari.
2. Kesiapan (readiness) di sekolah dasar
Hambatan pendidikan dapat timbul jika kurikulum diberikan kepada anak terlalu cepat
atau terlalu lambat. Konsep ini mengharuskan identifikasi perkembangan anak secara tepat
dan awal serta membutuhkan sistem pencatatan sebaik mungkin. Pengalaman sangat
diperlukan oleh setiap pembimbing di sekolah dasar maupun sekolah menengah untuk
menghadapi perubahan dan perkembangan pendidikan yang terus-menerus.
E. Kegiatan BK dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
Berdasarkan Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling
(2004) dinyatakan bahwa kerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu program
BK yang dijabarkan dalam 4 kegiatan utama, yakni:
1. Layanan Dasar Bimbingan
Bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan
keterampilan-keterampilan hidup yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan siswa SD.
2. Layanan Responsif
Bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh
peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif.
3. Layanan Perencanaan
Bertujuan membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan rencana-rencana
pendidikan, karir, dan kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk
membantu siswa, memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan sendiri.
4. Dukungan sistem
Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh.
F. Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di Sekolah Dasar
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat
menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam
pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan
BK, yaitu:
a) Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi
lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b) Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-
lain.
c) Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement
untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta
(kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d) Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.
e) Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f) Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan.
g) Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h) Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i) Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang
akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak.
2.9 Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar mengacu pada perkembangan siswa
SD yang tengah beradaptasi dengan lingkungan yang lebih luas dan belajar bersosialisasi
dengan mengenal berbagai aturan, nilai, dan norma-norma. Materi bimbingan dan konseling
di SD termuat ke dalam empat bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar,
dan karier.
Dalam bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD
menemukan dan memahami, serta mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, aktif, dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani.
Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa
SD dalam proses sosialisasi untuk mengenal serta berhubungan dengan lingkungan sosial
yang dilandasi budi pekerti luhur dan rasa tanggung jawab.
Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa
SD mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan
keterampilan, serta menyiapkannya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih
tinggi. Dalam bidang bimbingan karier, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa
SD mengenali dan mulai mengarahkan diri untuk karier masa depan.
Layanan bimbingan dan konseling di SD meliputi layanan orientasi, informasi,
penempatan/penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan
konseling kelompok. Layanan orientasi di SD ditujukan untuk siswa baru guna memberikan
pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki. Hasil
yang diharapkan dari layanan orientasi ialah dipermudahnya penyesuaian siswa terhadap pola
kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan kegiatan di sekolah lain yang mendukung
keberhasilan siswa. Fungsi utama bimbingan ini ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.
Layanan informasi bertujuan untuk membekali siswa dengan berbagai pengetahuan dan
pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenali diri, merencanakan, dan
mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. Layanan
ini digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar,
mengembangkan cita-cita, dan mengambil keputusan. Fungsi utama layanan ini ialah fungsi
pemahaman dan pencegahan.
Layanan penempatan dan penyaluran memungkinkan siswa berada pada posisi dan
pilihan yang tepat, yaitu berkenaan dengan posisi duduk dalam kelas, kelompok belajar
kegiatan ekstra kurikuler, program latihan, serta kegiatan-kegiatan lainnya sesuai dengan
kondisi fisik dan psikisnya. Fungsi utama layanan ini ialah fungsi pencegahan dan
perkembangan/pemeliharaan.
Layanan pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan siswa memahami serta
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang
cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang berguna
dalam kehidupan dan perkembangan dirinya. Fungsi utama layanan ini ialah fungsi
pemeliharaan dan pengembangan.
Layanan konseling perseorangan memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung
secara tatap muka dengan guru kelas dalam pembahasan permasalahannya. Fungsi utama
layanan ini ialah fungsi pengentasan.
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara
bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber yang bermanfaat untuk
kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan
masyarakat. Fungsi utama layanan ini ialah fungsi pemahaman dan pengembangan.
Layanan konseling kelompok memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi
pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok. Fungsi
utama layanan ini ialah fungsi pengentasan.
BAB 3
PENUTUP3.1 Kesimpulan
Bimbingan dan Konseling merupakan suatu proses bantuan psikologis dan kemanusiaan
secara ilmiah dan profesional yang dibekali oleh pembimbing kepada yang dibimbing
( peserta didik ) agar ia dapat berkembang secara optimal.
Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses
bimbingan dan konseling adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan.
Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada
tiga hal utama yang melatar belakangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio
kultural dan aspek psikologis. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar, Sugiyo
dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:
a.Fungsi penyaluran (distributif)
b. Fungsi penyesuaian (adjustif)
c. Fungsi adaptasi (adaptif)
Pelayanan bimbingan dan konseling perlu diselenggarakan di SD agar pribadi dan
segenap potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Bimbingan dan
konseling di SD dilaksanakan oleh guru kelas. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam
pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang dirumuskan. Peran guru dalam kegiatan BK, yaitu sebagai informator,
organisator, motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator.
DAFTAR PUSTAKA
http://diganovensa.wordpress.com/2012/01/07/pentingnya-layanan-bimbingan-konseling-di-
sekolah-dasar/
http://makalah-di.blogspot.com/2009/11/makalah-peran-guru-kelas-dalam.html
http://www.slideshare.net/khoituddin/layanan-bk-di-sekolah-dasar-13158786#btnPrevious
http://www.psychologymania.com/2011/09/bimbingan-dan-konseling-di-sekolah.html
Ahmadi, Abu & Rohani, Ahmad. (1991). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Aqib, Zainal. Ikhtisar Bimbingan & Konseling di Sekolah. Bandung: Yrama Widya.
Gunawan, Yusuf. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Juntika Nurihsan, Achmad. (2005). Strategi Layanan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Pentingnya Bimbingan Konseling di Sekolah
TUJUAN pendidikan menengah acap kali dibiaskan oleh pandangan umum; demi mutu keberhasilanakademis seperti persentase lulusan, tingginya nilai Ujian Nasional, atau persentase kelanjutan ke perguruan tinggi negeri. Kenyataan ini sulit dimungkiri, karena secara sekilas tujuan kurikulum menekankan penyiapan peserta didik (sekolah menengah umum/SMU) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau penyiapan peserta didik (sekolah menengah kejuruan/SMK) agar sanggup memasuki dunia kerja. Penyiapan peserta didik demi melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi akan melulu memperhatikan sisi materi pelajaran, agar para lulusannya dapat lolos tes masuk perguruan tinggi. Akibatnya, proses pendidikan di jenjang sekolah menengah akan kehilangan bobot dalam proses pembentukan pribadi. Betapa pembentukan pribadi, pendampingan pribadi, pengasahan nilai-nilai kehidupan (values) dan pemeliharaan kepribadian siswa (cura personalis) terabaikan. Situasi demikian diperparah oleh kerancuan peran di setiap sekolah. Peran konselor dengan lembaga bimbingan konseling (BK) direduksi sekadar sebagai polisi sekolah. Bimbingan konseling yang sebenarnya paling potensial menggarap pemeliharaan pribadi-pribadi, ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil, memarahi, menghukum adalah proses klasik yang menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan kata lain, BK diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal.Penulis merujuk pada rumusan Winkel untuk menunjukkan hakikat bimbingan konseling di sekolah yang dapat mendampingi siswa dalam beberapa hal. Pertama, dalam perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis). Kedua, mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak. Ketiga, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Keempat, mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah dan terlalu mempersukar hubungan dengan orang lain, atau yang mengaburkan cita-cita hidup. Empat peran di atas dapat efektif, jika BK didukung oleh mekanisme struktural di suatu sekolah.
Proses cura personalis di sekolah dapat dimulai dengan menegaskan pemilahan peran yang saling berkomplemen. Bimbingan konseling dengan para konselornya disandingkan dengan bagian kesiswaan. Wakil kepala sekolah bagian kesiswaan dihadirkan untuk mengambil peran disipliner dan hal-hal yang berkait dengan ketertiban serta penegakan tata tertib. Siswa mbolosan, berkelahi, pakaian tidak tertib, bukan lagi konselor yang menegur dan memberi sanksi. Reward dan punishment, pujian dan hukuman adalah dua hal yang mesti ada bersama-sama. Pemilahan peran demikian memungkinkan BK optimal dalam banyak hal yang bersifat reward atau peneguhan. Jika tidak demikian, BK lebih mudah terjebak dalam tindakan hukum-menghukum.
Mendesak untuk diwujudkan, prinsip keseimbangan dalam pendampingan orang-orang muda yang masih dalam tahap pencarian diri. Orang-orang muda di sekolah menengah lazimnya dihadapkan pada celaan, cacian, cercaan, dan segala sumpah-serapah kemarahan jika membuat kekeliruan. Namun, jika melakukan hal-hal yang positif atau kebaikan, kering pujian, sanjungan atau peneguhan. Betapa ketimpangan ini membentuk pribadi-pribadi yang
memiliki gambaran diri negatif belaka. Jika seluruh komponen kependidikan di sekolah bertindak sebagai yang menghakimi dan memberikan vonis serta hukuman, maka semakin lengkaplah pembentukan pribadi-pribadi yang tidak seimbang.
BK dapat diposisikan secara tegas untuk mewujudkan prinsip keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa untuk datang membuka diri tanpa waswas akan privacy-nya. Di sana menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan. Bahkan orangtua siswa dapat mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di sekolah, sejauh mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak mereka.
Tantangan pertama untuk memulai suatu proses pendampingan pribadi yang ideal justru datang dari faktor-faktor instrinsik sekolah sendiri. Kepala sekolah kurang tahu apa yang harus mereka perbuat dengan konselor atau guru-guru BK. Ada kekhawatiran bahwa konselor akan memakan “gaji buta”. Akibatnya, konselor mesti disampiri tugas-tugas mengajar keterampilan, sejarah, jaga kantin, mengurus perpustakaan, atau jika tidak demikian hitungan honor atau penggajiannya terus dipersoalkan jumlahnya. Sesama staf pengajar pun mengirikannya dengan tugas-tugas konselor yang dianggapnya penganggur terselubung. Padahal, betapa pendampingan pribadi menuntut proses administratif dalam penanganannya.
BK yang baru dilirik sebelah mata dalam proses pendidikan tampak dari ruangan yang disediakan. Bisa dihitung dengan jari, berapa jumlah sekolah yang mampu (baca: mau!) menyediakan ruang konseling memadai. Tidak jarang dijumpai, ruang BK sekadar bagian dari perpustakaan (yang disekat tirai), atau layaknya ruang sempit di pojok dekat gudang dan toilet. Betapa mendesak untuk dikedepankan peran BK dengan mencoba menempatkan kembali pada posisi dan perannya yang hakiki. Menaruh harapan yang lebih besar pada BK dalam pendampingan pribadi, sekarang ini begitu mendesak, jika mengingat kurikulum dan segala orientasinya tetap saja menjunjung supremasi otak. Untuk memulai mewujudkan semua itu, butuh perubahan paradigma para kepala sekolah dan semua pihak yang terlibat dalam proses kependidikan.
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku (SK
Mendikbud No. 025/D/1995)
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam
memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal,
pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan
fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku
tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara
individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan
dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk
mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan
lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan
memperbaiki perilaku.
Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks
adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi,
melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. (Naskah
Akademik ABKIN, Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, 2007).
Merujuk pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan
untuk guru pembimbing dimantapkan menjadi ’Konselor.” Keberadaan konselor
dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi
pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara,
fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6). Pengakuan secara
eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan yang lainnya
tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki
konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting layanan spesifik yang mengandung
keunikan dan perbedaan.
Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan
konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak
adanya landasan hukum, undang-undang atau ketentuan dari atas, namun yang
lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya
secara optimal (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-
spiritual).
Dalam konteks tersebut, hasil studi lapangan (2007) menunjukkan bahwa
layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan, karena
banyaknya masalah peserta didik di Sekolah/Madrasah, besarnya kebutuhan
peserta didik akan pengarahan diri dalam memilih dan mengambil keputusan,
perlunya aturan yang memayungi layanan bimbingan dan konseling di
Sekolah/Madrasah, serta perbaikan tata kerja baik dalam aspek ketenagaan
maupun manajemen.
Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik dalam
pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan, serta
memberikan arahan terhadap perkembangan peserta didik; tidak hanya untuk
peserta didik yang bermasalah tetapi untuk seluruh peserta didik. Layanan
bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik tertentu atau yang perlu
‘dipanggil’ saja”, melainkan untuk seluruh peserta didik.
ke menu utama
Tujuan layanan bimbingan ialah agar siswa dapat :
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupan-nya di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik
secara optimal.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat
serta lingkungan kerjanya.
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan
untuk :
1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas
perkembangannya.
2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya,
3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana
pencapaian tujuan tersebut
4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan
lembaga tempat bekerja dan masyarakat.
6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.
7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara
optimal.
Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa)
agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, siswa
diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini,
konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari
perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat
digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa
masalah yang perlu diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah
terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman
keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free
sex).
3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari
fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan
personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi
atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara
sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-
tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah
layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming),
home room, dan karyawisata.
4. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih
kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-
ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja
sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan
siswa (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa
secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih
metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai
dengan kemampuan dan kecepatan siswa.
7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa) agar
dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat
ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.
1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut
dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang
menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak
layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh
memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya
benar-benar terjamin.
2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (konseli) mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing
berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersifat terbuka dan
tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban
mengembangkan keterbukaan peserta didik (konseli). Keterbukaan ini amat terkait
pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri
peserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar peserta didik dapat
terbuka, guru pembimbing terlebih dahuu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-
pura.
4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di
dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru
pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada
tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik (konseli) sebagai
sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi siswa-siswa yang
mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru
pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan
konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek
sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik
(konseli) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “masa
depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan
kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
isi layanan terhadap sasaran layanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
Koordinasi segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak
boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama,
hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan
norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (konseli)
memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.
10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-
kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam
penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan
konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (konseli)
mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru
pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau
ahli lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus
kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.
Kegiatan Pokok Bimbingan dan Konseling
Macam-macam layanan bimbingan dan konseling :
1. Layanan Orientasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang
baru itu.
2. Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan
jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan
keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien).
3. Layanan Penempatan dan penyaluran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan
penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program
latihan, magang, kegiatan ektrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, minat erta
kondisi pribadinya.
4. Layanan pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai meteri
pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya, serta berbagai
aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
5. Layanan Konseling Individual
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru
pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi
yang dideritanya.
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari
nara sumber tertentu (teruama dari guru pembimbing) dan/atau membahas secara
bersama-ama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjanguntuk
pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari dan/atau untuk pengembangan
kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, serta untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.
7. Layanan Konseling Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang
dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah maalah-
masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
Kegiatan Pendukung diantaranya :
1. Aplikasi Instrumentasi
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan
keterangan tentang diri peserta didik (klien), keterangan tentang lingkungan peserta
didik dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan denagn
berbagai cara melalui instrumen baik tes maupun nontes.
2. Himpunan Data
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data
dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik
(klien). Himpunan data perlu dielenggarakan secara berkelanjutan, sistematik,
komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup.
3. Konferensi Kasus
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan
yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri
oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan,
kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan
ini dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk memperoleh data,
keteranang, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta
didik (klien) melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama
yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga klien yang lainnya.
5. Alih tangan kasus
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk mendapatkan
penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik
(klien) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya.
Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat dan amntap antara berbagi pihak
yang dapat memberikan bantuan dan atas penanganan masalah tersebut (terutama
kerjasama dari ahli lain tempat kasus itu dialihtangankan).
Kegiatan layanan dan pendukung bimbingan dan konseling ini, kesemuanya
saling terkait dan saling menunjang baik langsung maupun tidak langsung. Saling
keterkaitan dan tunjang menunjang antara layanan dan pendukung itu menyangkut
pula fungsi-fungi yang diemban oleh masing-masing layanan/kegiatan pendukung .
Kegiatan bimbingan dan konseling ini berbeda dengan kegiatan mengajar, karena itu sangatlah perlu adanya bimbingan dan konseling ini untuk tiap-tiap sekolah. Perbedaannya yaitu kegiatan mengajar sudah dirumuskan terlebih dahulu dan target pencapaiannya sama untuk seluruh siswa, akan tetapi kegiatan bimbingan dan konseling target dan pencapaiannya lebih bersifat individual atau kelompok, pembicaraan dalam kegiatan mengajar lebih banyak diarahkan pada pemberian informasi, atau pembuktian dalam satu masalah, sedangkan dalam konseling lebih ditujukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien, kemudian dalam kegiatan mengajar, para siswa belum tentu mempunyai masalah yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, sedangkan dalam bimbingan dan konseling pada umumnya klien telah/sedang menghadapi masalah. Juga dalam melaksanakan bimbingan konseling, bagi konselor dituntut suatu keterampilan khusus dan berbeda dengan tuntutan bagi seorang guru /pengajar. Beberapa ahli juga menyatakan bahwa bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaanya disetiap sekolah. Hal ini didukung oleh beberapa factor, seperti yang dikemukakan oleh Koestoer Parwisastro (1982) sebagai berikut : 1.) Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak dalam waktu sekian jam (kurang lebih 6 jam) hidupnya berada disekolah. 2.) Para siswa yang usianya relative masih muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagai ,macam kesulitan. Selain itu kehadiran konselor disekolah juga dapat meringankan tugas guru seperti mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya, mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru dll. Oleh karena itu konselor dan guru/ pengajar merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan. Karena keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Itu sebabnya kegiatan bimbingan dan konseling sangat perlu dilakukan karena keduanya tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan sekolah. Saya rasa hanya ini yang bisa saya tuangkan dalam tulisan ini, kurang dan lebihnya, harap di maklumi, karena saya masih dalam proses belajar :) mohon kritik dan saran yang membangun.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/analathifah/pentingnya-peranan-bimbingan-konseling-terhadap-peserta-didik_5520b4e2813311c87619f71a
BIMBINGAN KONSELING (Pengertian, Tujuan, Manfaat, Fungsi, Asas) BIMBINGAN KONSELING
A. DEFINISI
a. Bimbingan
Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada
individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara
optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna
menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan
Erman Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang
yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang
dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau
mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam
kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti (1994: 94),
mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih
mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendir
b. Konseling
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang dalam
mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya,
menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya
sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli
dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan
yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional
antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau
seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk
membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya,
sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
c. Kesimpulan
Jadi disini saya simpulkan bahwa pengertian bimbingan dan konseling yaitu suatu bantuan yang
diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya
B. TUJUAN
a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah:
Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,
Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara
hak dan kewajibannya masing-masing.
Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan
(anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), sertadan mampu meresponnya secara positif
sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan
keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan
martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk
komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk
hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri
sendiri) maupun dengan orang lain.
Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan
yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam
belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan
belajar yang diprogramkan.
Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku,
mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat
jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran
tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan
wawasan yang lebih luas.
Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
c. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah :
Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan
kompetensi karir.
Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun,
tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan
keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan,
kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan
kesejahteraan kerja.
Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk
memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial
ekonomi.
Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-
cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-
kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir
amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.
C. FUNGSI
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki
pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma
agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya
secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya
tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli
tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari
fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah
lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan
melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya
membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat
digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain
storming),home room, dan karyawisata.
d. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini
berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah,
baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah
konseling, dan remedial teaching.
e. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih
kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau
jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam
melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di
luar lembaga pendidikan.
f. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan
staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang
memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam
memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah,
memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan konseli.
g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat
menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
h. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat
memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor
melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang
sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada
tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
i. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
j. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat
menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini
memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan
produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik,
rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.
D. MANFAAT
a. Bimbingan konseling akan membuat diri kita merasa lebih baik, merasa lebih bahagia, tenang dan
nyaman karena bimbingan konseling tersebut membantu kita untuk menerima setiap sisi yang ada di
dalam diri kita.
b. Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan menghilangkan tingkat tingkat stress dan
depresi yang kita alami karena kita dibantu untuk mencari sumber stress tersebut serta dibantu pula
mencari cara penyelesaian terbaik dari permasalahan yang belum terselesaikan itu.
c. Bimbingan konseling membantu kita untuk dapat memahami dan menerima diri sendiri dan orang
lain sehingga akan meningkatkan hubungan yang efektif dengan orang lain serta dapat berdamai
dengan diri sendiri.
d. Perkembangan personal akan meningkat secara positif karena adanya bimbinga konseling.
E. ASAS
a. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan
keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang
tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor)
berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya
benar-benar terjamin,
b. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan
peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan
baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan
kesukarelaan seperti itu.
c. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang
menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik
dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta
didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor)
terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini
bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.
d. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan
bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta
didik untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
e. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan
konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan
dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri
mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor)
hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik.
f. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan
dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi
sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan
memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada
saat sekarang.
g. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran
layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan
terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak
lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan
koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling
menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
i. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma
agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan –
kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik
(klien) dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
j. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini,
para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya
tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru
pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
k. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan
tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-
tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat
menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian
pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus
kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah
maupun di luar sekolah.
l. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan
memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya
kepada peserta didik (klien) untuk maju.
F. PRINSIP
a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti
bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak
bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-
anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam
bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan
(kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan
(individual).
b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat
unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk
memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti
bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan
bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli
yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan
dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan
pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang
menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara
untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan
dorongan, dan peluang untuk berkembang.
d. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya
tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala
Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka
bekerja sebagai teamwork.
e. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan
konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan
pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk
memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat
penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh
tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan,
menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan
keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan
kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan
utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk
memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
f. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan)
Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di
Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri,
lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang
pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi,
sosial, pendidikan, dan pekerjaan.