BAB I
KORELASI PANCASILA DENGAN AGAMA
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama. Sejak dari jaman
dahulu kehidupan beragama sudah ada di Indonesia. Ini dibuktikan dengan
adanya kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut masayarakat
indonesia dari jaman dahulu. Kepercayaan animisme dan dinamisme ada
jauh sebelum agama masuk ke Indonesia. Bahkan masuknya agama yang
pertama di Indonesia yaitu Hindu, animisme dan dinamisme masih lebih
dulu ada dan berkembang.
Di Indonesia sendiri ada beberapa agama yang diakui secara sah
yaitu Islam, Hindu, Kristen, Katolik, Budha dan Konghuchu. Saat ini
keberagaman agama di indonesia diwarnai dengan munculnya banyak
organisasi-organisasi atau aliran-aliran dari beberapa agama. Ada yang
ditentang dan ada pula yang disetujui. Hal tersebut memang tak lepas dari
faktor yang melatar belakanginya, yaitu perbedaan.
Setiap agama memeliki pedoman untuk mengatur penganutnya.
Pedoman tersebut berisi nilai-nilai yang akan membenarkan atau
menyalahkan tindakan manusia. Agama sebagai sesuatu yang bisa terlepas
dari bangsa Indonesia mempengaruhi perilaku manusia. Pedoman yang
dimiliki oleh setiap agama mengatur berbagai hal sebagai berikut :
mengatur kehidupan manusia dengan tuhan,manusia dengan manusia,dan
1
manusia dengan lingkungan. Tidak ada nilai keburukan yang dibawa oleh
suatu agama. Untuk itu, kita perlu mengetahui hubungan antara agama
dengan pancasila.
B. PEMBAHASAN
Dalam Bab ini, akan di bahas mengenai hubungan antara agama yang ada
di Indonesia dengan pancasila, yaitu :
1. HUBUNGAN ISLAM DENGAN PANCASILA
1. Sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa bermakna
bahwa bangsa Indonesia berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Warga
negara Indonesia diberikan kebebasan untuk memilih satu
kepercayaan, dari beberapa kepercayaan yang diakui oleh negara.
Dalam konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah hablun min Allah,
yang merupakan sendi tauhid dan pengejawantahan hubungan
antara manusia dengan Allah SWT. Al-Qur’an dalam beberapa
ayatnya menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya
2
untuk selalu mengesakan Tuhan. Di antaranya adalah yang
tercermin di dalam Al-Qur’an:
a. Q.S Al-Baqarah ayat 163.
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS
2:163). Dalam kacamata Islam, Tuhan adalah Allah semata,
namun dalam pandangan agama lain Tuhan adalah yang
mengatur kehidupan manusia, yang disembah.
b. Q.S Al-Ikhlas ayat 1.
“Katakan Muhammad bahwa Allah itu Esa”.
c. Q.S Asy-Syuura ayat 11.
“(Dia) pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari
jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan jenis binatang ternak
pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang
biak dengan jalan itu tidak ada sesuatupun yang serupa dengan
Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.
d. Q.S Saba’ ayat 1.
“Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa
yang di bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-
lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”
e. Q.S Al-Hasyr ayat 22 – 24.
“Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci,
3
Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang
Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang
Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang
mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang
Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-
Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di
langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. “
f. Q.S Al-Maa-idah ayat 73.
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:
“Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang
Esa.”
g. Q.S Al-Baqarah ayat 256.
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat.”
h. Q.S Al-Baqarah ayat 21-22
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu
dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah
yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu
Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai
rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-
sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
4
2. Sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab bermakna
bahwa bangsa Indonesia menghargai dan menghormati hak-hak yang
melekat pada pribadi manusia. Dalam konsep Islam, hal ini sesuai
dengan istilah hablun min al-nas, yakni hubungan antara sesama
manusia berdasarkan sikap saling menghormati. Al-Qur’an dalam
beberapa ayatnya menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada
umatnya untuk selalu menghormati dan menghargai sesama. Di
antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-Qur’an:
a. Q.S Al-Maa’idah ayat 8.
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adil lah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
b. Q.S Ar-Rahman ayat 8.
“Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu”.
Artinya tegakkanlah timbangan dengan keadilan dan jangan
sekali-kali kamu berlaku curang dalam timbangan.
c. Q.S At-Tin ayat 4.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya.”
d. Q.S Al-Israa’ ayat 70.
5
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan.”
e. Q.S Al-Hujuraat ayat 11.
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan
jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain
(karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan)
lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu
mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil
dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang
tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. “
f. Q.S Al-Maa’idah ayat 2.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
g. Q.S Al-Insaan ayat 8 – 9
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada
orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.
Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah
6
untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki
balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. “
h. Q.S Al-Baqarah ayat 224.
“Jangahlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu
sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan
mengadakan ishlah di antara manusia. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
i. Q.S Luqman ayat 18.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong lagi membanggakan diri.”
j. Q.S Al-Hujaraat ayat 10
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
k. Q.S Al-Hujaraat ayat 13
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
7
3. Sila ketiga berbunyi Persatuan Indonesia bermakna bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang satu dan bangsa yang menegara. Dalam
konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah ukhuwah Islamiah
(persatuan sesama umat Islam) dan ukhuwah Insaniah (persatuan
sesama umat manusia). Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya
menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu
menjaga persatuan. Di antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-
Qur’an:
a. Q.S Ali-Imron ayat 103.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahilliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.” Artinya berpegang teguhlah kamu dengan agama
Allah dan jangan kamu berpecah belah.
b. Q.S Al-Hujuraat ayat 13.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara
8
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. “
c. Q.S Al-Hujuraat ayat 9.
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang
maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua
golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka
perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan
itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah
kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara
keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
d. Surah Al-Hujuraat: 10
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena
itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah
kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. “
e. Surah Annisaa’: 59
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya. “
f. Q.S An-Nisaa’ ayat 59.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
9
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
g. Q.S Ali ‘Imran ayat 200.
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya
kamu beruntung.”
h. Q.S Al-Maa’idah ayat 35.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah
pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”
i. Q.S At-Taubah ayat 111.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri
dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau
terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam
Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati
janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual
beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang
besar.”
4. Sila keempat berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmad
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan bermakna bahwa
dalam mengambil keputusan bersama harus dilakukan secara
10
musyawarah yang didasari oleh hikmad kebijaksanaan. Dalam konsep
Islam, hal ini sesuai dengan istilah mudzakarah (perbedaan pendapat)
dan syura (musyawarah). Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya
menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu
selalu bersikap bijaksana dalam mengatasi permasalahan kehidupan
dan selalu menekankan musyawarah untuk menyelesaikannya dalam
suasana yang demokratis. Di antaranya adalah yang tercermin di dalam
Al-Qur’an:
a. Q.S Ali Imron ayat 159.
“Maka disebabka rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu
(urusan peperangan dan hal-hal duniawiah lainnya, seperti urusan
politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya). Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekat, maka bertawakallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya.”
b. Q.S An-Nahl ayat 125.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah (ialah
perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara
yang hak dengan yang batil) dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-
mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
11
jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” Artinya Ajaklah atau Dakwahilah itu kepada
agama Tuhanmu dengan penuh hikmah dan pengajaran yang
baik.
c. Q.S Asy-Syuura ayat 38.
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka.”
d. Q.S Al-Mujaadilah ayat 11.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu.”
e. Q.S Al-Mujaadilah ayat 9.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan
pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang
membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan
bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan
dikembalikan.”
f. Q.S Ali ‘Imron ayat 159.
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
12
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
g. Q.S An-Naml ayat 32.
“Berkata dia (Balqis): “Hai para pembesar berilah aku
pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan
sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku).”
h. Q.S Asy-Syuura ayat 38.
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka.”
5. Sila kelima berbunyi Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia bermakna
bahwa Negara Indonesia sebagai suatu organisasi tertinggi memiliki
kewajiban untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Dalam
konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah adil. Al-Qur’an dalam beberapa
ayatnya memerintahkan untuk selalu bersikap adil dalam segala hal, adil
terhadap diri sendiri, orang lain dan alam. Di antaranya adalah yang
tercermin di dalam Al-Qur’an:
a. Q.S An-Nahl ayat 90.
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
13
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamuj dapat mengambil pelajaran.”
b. Hadits sahih Al-Bukhari.
“Rasulullah SAW bersabda Setiap pemimpin itu diminta
pertanggungjawabannya.”
c. Q.S An-Nahl ayat 71.
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang
lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan
(rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada
budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan)
rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah? “
d. Q.S Ali ‘Imran ayat 180.
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang
Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu
adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan
Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. “
e. Q.S Al-Furqaan ayat 67.
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka
tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. “
f. Q.S Al-Hadiid ayat 11.
14
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang
baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu
untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak, “
g. Q.S Adz-Dzaariyaat ayat 19.
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian. “
h. Q.S Al-Maa’uun ayat 1, 2 & 3.
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang
yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi
makan orang miskin.”
i. Q.S An-Nisaa’ ayat 135.
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan.”
j. Q.S An-Nisaa’ ayat 58.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
15
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”
k. Q.S Al-Maa’idah ayat 8.
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”
l. Q.S An-Nahl ayat 90.
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
m. Q.S An-Nisaa’ ayat 36-37.
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat,
ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh
orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang
16
telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan
untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.”
2. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN AGAMA BUDHA
Agama Buddha biasanya lebih dikenal dengan sebutan Budha
Dhamma. Seluruh ajaran Sang Budha merupakan ajaran yang membahas
tentang hukum kebenaran mutlak, yang disebut Dhamma. Dhamma adalah
kata dalam bahasa Pali. Dhamma artinya kesunyataan mutlak, kebenaran
mutlak atau hukum abadi. Dhamma tidak hanya terdapat di dalam hati
sanubari atau di dalam pikiran manusia saja, tetapi juga terdapat di seluruh
alam semesta.
Agama Buddha adalah sebuah agama dan filsafat yang berasal dari
anak benua India dan meliputi beragam tradisi kepercayaan, dan praktik
yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan
Siddhartha Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang Budha
(berarti “yang telah sadar” dalam bahasa Sanskerta dan Pali). Sang Budha
hidup dan mengajar di bagian timur anak benua India dalam beberapa
waktu antara abad ke-6 sampai ke-4 SEU (Sebelum Era Umum). Beliau
dikenal oleh para umat Buddha sebagai seorang guru yang telah sadar atau
tercerahkan yang membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk
hidup mengakhiri ketidaktahuan/kebodohan (avidyā), kehausan/napsu
rendah (taṇhā), dan penderitaan (dukkha), dengan menyadari sebab
musabab saling bergantungan dan sunyatam dan mencapai Nirvana (Pali:
Nibbana).
17
Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan
utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang hyang Buddha
Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan
ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta Piṭaka (kotbah-kotbah Sang
Buddha),Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata tertib para bhikkhu)
dan Abhidhamma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).
Kebanyakan penganut agama Buddha berada di Jakarta walaupun
ada juga di lain provinsi seperti Riau,Sumatra Utara,dan Sumatra Selatan.
Pada tahun 2008, jumlah penganut agama Buddha sekitar 1.3 juta penduduk
dari 217,346,140 penduduk Indonesia atau sekitar 0.6%. Pada tahun 2010,
jumlah penganut agama Buddha sekitar 961.086 penduduk dari 240,271,522
penduduk Indonesia atau sekitar 0.4%.
1. Sila Ke- 1 Ketuhanan yang Maha Esa
Dalam setiap agama konsep Ketuhanan yang Maha Esa merupakan
sebuah bagian pokok. Tanpa adanya Tuhan maka tidak dapat disebut
sebagai agama. Semua agama mengajarkan bahwa Tuhan itu tunggal.
Konsep Ketuhanan yang Maha Esa mempunyai penafsiran berbeda diantara
satu agama dengan agama yang lain.
Pernyataan Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta pitaka, Udana
VIII: 3 “Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan,
Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta,Yang Mutlak .Duhai para Bikkhu,
apabila Tidak ada Yang Dilahirkan,Yang Tidak Menjelma,Yang Tidak
Diciptakan, Yang Mutlak,amaka tidak mungkin kita dapat bebas dari
kelahiran,penjelmaan,pembentukan,pemunculan dari sebab yang lalu.
18
Tetapi para bikkhu karena ada Yang Tidak Dilahitkan,Yang Tidak Menjelma,
Yang Tidak tercipta, Yang Tidak Mutlak maka ada kemungkinan untuk
bebeas dari kelahiran,penjelmaan, pembentukan, pememunculan dari sebab
yang lalu.”. Memberi penjelasan bahwa konsep Ketuhanan yang Maha Esa
dalam agama buddha adalah sebagai berikut : “Atthi Ajatang Abhutang
Akatang Asamkhatang” yang artinya “suatu Yang Tidak Dilahirkan,Tidak
Dijelmakan,Tidak Diciptakan,dan Yang Mutlak”. Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah suatu yang tanpa aku (Anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan
dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan
adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang
berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan
(samsara) dengan cara bermeditasi.
Dalam Kitab suci Tripitaka, Konsep Ketuhanan agama Buddha
berbeda dengan Konsep Ketuhanan dalam agama lain. Konsep agama
Buddha yang berlainan dengan agama lain antara lain mengenai : Alam
Semesta,Kejadian Bumi dan Manusia,Kehidupan Alam Semesta, Kiamat dan
Keselamatan atau Kebebasan.Perbedaan tersebut merupakan ciri khas yang
ada dalam agama Buddha. Segala keyakinan tersebut
bersumber Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya tercatat sabda
dan ajaran sang Hyang Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian
mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta
Pitaka (kotbah-kotbah Sang Buddha),Vinaya Pitaka (peraturan atau tata
tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma Pitaka (ajaran hukum metafisika dan
psikologi).
19
Berdasarkan Pernyataan Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta
pitaka, Udana VIII: 3 dapat ditarik kesimpulan bahwa pancasila khususnya
sila 1 mempunyai korelasi dengan ajaran agama buddha. Konsep Ketuhanan
Yang Maha Esa dalam pancasila tidak bertolak belakang dengan ajaran agam
Buddha.
2. Sila Ke-2 Kemanusian yang Adil dan Beradab
Salah satu sila dalam pancasila berisi tentang kemanusian. Berbicara
mengenai kemanusian maka kita akan melihat dari dua sisi,jasmani dan
rohani. Begitu pentingnya pengakuan dan perlindungan terhadap
kemanusiaan sehingga muncul istilah HAM ( Hak Asasi Manusia ). HAM
sering kali diterjemahkan menjadi perlindungan untuk kebebasan.
Dalam perumusan pancasila tentulah sudah dipikirkan secara matang
mengapa memasukan aspek kemanusian dalam dasar negara. Karena
sesungguhnya dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea 4 tujuan negara
Indonesia sendiri adalah untuk manusia. Sila ke-2 darpi pancasila
menekankan pada aspek kemanusian yang adil dan beradab.
Konsep penghormatan terhadap kemanusian dalam agama Buddha
ditandai dengan adanya lima aturan yaitu menjauhi diri dari
pembunuhan,pencurian,perilaku seks yang menyimpang,berbohong dan
mengkonsumsi bahan-bahan beracun.
Pertama adalah aturan menahan diri dari pembunuhan. Aturan ini
berkenaan dengan pembunuhan yang dilakukan secara langsung oleh diri
sendiri atau dilakukan secara tidak langsung dengan menyebabkan orang
lain membunuh. Aturan ini dibangun secara kuat atas dasar pengakuan
kesamaan hakiki dari semua makhluk hidup dan saling timbal balik
20
hubungan. Sang Buddha mengajarkan prinsip tanpa kekerasan dan
mendorong orang untuk meninggalkan niat jahat dan kemarahan.
Kedua adalah aturan menahan diri dari pencurian. Mencuri secara
langsung yaitu dilakukan oleh diri sendiri atau menyebabkan orang lain
mencuri.Umat buddha diperingati untuk menghindari keserakahan dan
keinginan untuk memiliki yang berlebihan.Aturan ini menjaga agar sikap ini
tidak diekspresikan dalam tindakan yang akan mengakibatkan
ketidakbahagiaan bagi semua orang.
Ketiga adalah aturan untuk menahan diri dari perilaku seksual yang
menyimpang. Perilaku seksual yang menyimpang pada dasarnya oleh hasrat
yang berlebihan atau keserakahan.
Keempat adalah aturan menahan diri dari kebohongan.Kebohongan
bisa karena niat jahat dan kemarahan karena ingin merusak nama baik
orang lain,atau karena nafsu atau keserakahan dalam rangka memperoleh
benda yang diinnginkan.
Kelima adalah aturan menahan diri dari mengkonsumsi ( makanan
atau minuman ) bahan-bahan beracun. Mengkonsumsi barang-barang
beracun mencuptakan keadaan yang dapat melanggar sila yang lain. Selain
itu, jika melanggar keempat aturan pertama secara langsung melukai orang
lain, melanggar aturan kelima secara langsung melukai diri sendiri.
Pelaksanaan kelima aturan tersebut membantu orang untuk
menanam lima kebaikan mulia yang berkaitan denngan masing-masing
aturan. Mengembangkan belas kasihan,kedermawanan dan
ketidakmelaratan,rasa puas,kebenaran, penuh dan kejernihan pikiran.
21
Dari lima aturan tersebut menggambarkan bahwa konsep
penghormatan terhadap kemanusian ada dalam aturan agama buddha
dimana fungsinya adalah melindungi individu tersebut sebagai manusia dan
melindungi manusia yang lain.
3. Sila Ke-3 Persatuan Indonesia
Semua agama termasuk budha mengajarkan kepada umatnya untuk
selalu bersatu dan menjaga kesatuan dan persatuan.Rasa saling
menghormati ini akan menciptakan kerukunan dan persatuan. Agama Budha
dalam Dhamma banyak dijumpai nasihat sebagai dukungan atas persatuan
dan. “ Kerukunan dalam kelompok memberikan kebahagian” ( Dhammpada
194 ). “Babi-babi hutan yang bersatu bahkan mampu membunuh
harimau,karena batinnya berpadu.” ( Angguttara Nikaya )
Selain dalam Dhamma nasihat persatuan yang diajarkan agama
budha juga terdapat dalam Angguttara Nikaya,Chakkanipita yaitu
Saraniyadhamma Sutta atau ‘Sutta tentang hal-hal yang membuat
dikenang,menyebutkan enam cara untuk mencapai kerukunan yaitu:
“Terdapat enam hal yang membuat saling dikenang,saling dicintai,saling
dihormati; menunjang untuk saling menolong untuk kecekcokan,kerukunan
dan kesatuan.” Enam hal tersebut adalah sebagai berikut : point 1-3,
memiliki perbuatan,ucapan,dan pikiran berdasarkan cinta kasih didepan
maupun dibelakang oarang lain; point 4, mau berbagi miliknya dengan orang
lain; point 5 ; melaksanakan kemoralan yang sama sewaktu ia sendirian
maupun di depan umum; point 6,memiliki pandangan yang benar dikala
sendirian maupun bersama.
22
Nasihat persatuan dalam agama Budda di terapkan oleh penganutnya
terselenggaranya kongres Umat Buddha di yogyakarta pada tanggal 7-8 Mei
1978. Dalam Kongres ini terbentuklah Perwalian Umat Budha Indonesia
( WALUBI ) sebagai wadah tunggal umat budha di Indonesia yang berbentuk
federasi.Nama Perwalian Umat Buddha sendiri diberikan oleh menteri
agama, Alamsyah Ratu Perwiranegara.
Dengan adanya dhamma yang menjelaskana tentang nasihat untuk
tetapa nersatu menjalin kerukunan dan terbentuknya WALUBI dapat
disimpulkan bahwa adanya nilai persatuan dan kesatuan yang diajarkan
agama Buddha.
4. Sila Ke-4 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Menurut Aganna Sutta, Buddha menunjukan bahwa fenomena
Demokrasi dam kedaulatan ditangan rakyat. Pada mulanya manusia
dilahirkan tanpa perbedakan kedudukan, semua masyarakat dapat
memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
tetapi kehidupan yang damai mulai terganggu ketika manusia yang serakah
mencuri, yang licik menipu, yang kuat menindas yang lemah.
Didalam khotbahnya sang Buddha mengajarkan atau menjelaskan
syarat-syarat kesejahteraan suatu bangsa, yang merupakan ciri dnegara
demokrasi yaitu :
a) Sering berkumpul mengadakan musyawarah
b) Dalam musyawarah selalu menganjurkan perdamaian.
c) Menetapkan peraturan baru dan menentukan pelaksanaan baru dan
peraturan-peraturan lam yang baik
23
d) Menunjukan rasa hormat dan bhakti kepada orang tua.
e) Melarang keras penculikan terhadap gadis-gadis dari keluarga baik-baik.
f) Menghargai dan menghormati tempat suci serta sering melaksanakan
puja bhakti.
g) Menghargai dan melindungi orang-orang suci dengan seyogyanya
(D.II.16).
Konsep musyawarah mufakat telah diajarkan waktu Buddha masih
hidup, upaya untuk menghindari terjadinya ketegangan hubungan antar
agama, dengan membina toleransi antar umat beragama di India, yakni
antar agama Buddha dengan agama Hindu, benar-benar diperhatikan oleh
Sang Buddha. Hal ini terbukti dengan adanya kotbah Sang Buddha dalam
Upali Sutta yang isinya:"Upali adalah seorang yang sangat terpandang
dalam masyarakatnya. Ia menjadi siswa dari Nighanta, Nataputta, guru
besar agama Jahina. Upali diutus oleh guru besar-Nya untuk berdialog
dengan Buddha tentang hukum Karma. Setelah dialog itu selesai, Upali
menyatakan dengan jujur, bahwa ajaran Buddha tentang hukum karma
adalah yang benar. Upali lalu memohon kepada Buddha untuk
menerimanya menjadi siswa dan penganut Buddha".Terbentuknya WALUBI
dapat dijadikan bukti bahwa umat buddha mengaplikasikan masihat Sang
Buddha tentang musyawarah.
5. Sila Ke-5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Kehidupan masyarakat akan berkembang bila ada kebebasan bagi
seluruh anggota masyarakat untyk menempatkan dirinya sederajat dan
mengambil peran masing-masing secara demokratis. Buddha memberikan
sejumlah petunjuk untuk mengembangkan masyarakat yang merdeka dan
24
sejahtera,yang menempatkan kesucian dan nilai-nilai luhur diatas kekuasaan
. Agama yang mengajarkan kebebbasan,persamaan derajat dan
persaudaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
( Mukti,2003:495 )
Prinsip-prinsip keadilan sosial menurut Agama Buddha.Di dalam
membicarakan mengenai keadilan sosial maka prinsip yang terkait erat
adalah mengenai penyelenggaraan pemerintahan.Pemerintah bertujuan
untuk mewujudkan keadilan sosial bagi rakyatnya.Di dalam berbagai Sutta
dan Sutra Sang Buddha banyak membahas mengenai hal ini.Di dalam
Kutadanta Sutta yang merupakan Sutta ke 5 dari Digha Nikaya dikatakan
demikian:"Brahmana yang baik, dengar dan perhatikanlah apa yang akan
Saya katakan.” "Baik," jawab Brahmana Kutadanta."Dahulu kala ada
seorang raja bernama Mahavijito yang memiliki harta dan kekayaan yang
besar sekali; memiliki gudang-gudang emas dan perak serta hal-hal yang
menyenangkan, barang-barang serta panen yang baik; lumbung dan
penyimpanan harta yang penuh.Pada suatu hari ia sedang duduk sendiri,
merenung dan berpikir:"Saya memiliki segala sesuatu yang dapat dinikmati
oleh manusia. Seluruh dunia menjadi milikku karena saya taklukkan. Suatu
hal yang baik jika saya melakukan upacara korban yang besar guna
memantapkan kesejahteraan dan kejayaanku saya untuk kemudian hari."
Raja memanggil brahmana penasehat spiritualnya dan mengatakan
apa yang telah dipikirkannya dengan berkata: "Saya akan senang
sekali melakukan upacara pengorbanan yang besar demi
kejayaan dan kesejahteraanku untuk masa yang lama. Katakan padaku
bagaimana caranya?"
25
Penasehat raja menjawab: "Kerajaan sedang dalam
kekacauan. Ada perampok yang merajalela di desa-desa dan kota-kota dan
mengakibatkan jalan-jalan tidak aman. Bilamana hal itu masih seperti itu,
lalu raja akan menarik pajak, maka raja akan bertindak salah. Namun
bilamana raja berpendapat, akan segera menghentikan perampok-
perampok itu dengan cara penangkapan, mendenda, mengikat dan
menghukum mati!' Tetapi kejahatan itu tidak akan lenyap dengan seperti
itu. Karena penjahat yang tak tertangkap akan tetap melakukan
kejahatan. Ada sebuah cara yang dapat dilakukan untuk menghentikan
kekacauan ini. Siapa saja dalam kerajaan yang hidup sebagai peternak dan
petani, Raja berikan makanan dan bibit kepada mereka.”
Orang-orang itu melaksanakan pekerjaan mereka masing-
masing, maka pendapatan negaraakan meningkat, kerajaan akan aman dan
damai, rakyat akan senang dan bahagia, mereka akan menari dengan anak-
anak mereka dan mereka hidup dengan rumah yang aman.Demikianlah,
rakyat hidup melaksanakan tugas mereka masing-masing, akibatnya
kejahatan lenyap.
Dari Kutadanta Sutta yang merupakan Sutta ke 5 dari Digha Nikaya
kita dapat melihat bahwa keadilan sosial telah diajarkan oleh Sang Budda.
26
3. HUBUNGAN KRISTEN PROTESTAN DENGAN PANCASILA
Di negara Indonesia terdapat suatu agama kepercayaan Kristen
masyarakatnya yaitu agam Kristen. Agama Kristen adalah sebuah
kepercayaan yang berdasarkan pada ajaran, hidup, sengsara, wafat dan
kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih. Agama Kristen pertama kali
dating ke Indonesia pada abad ke-7. Melalui gereja Assiria (Gereja Timur)
yakni berdiri di dua tempat : Pancuran (sekarang wilayah dari Deli Serdang)
dan Barus (sekarang wilayah Tapanuli Tengah) di Sumatera (645 SM).
Pancasila sebagai pemersatu bangsa Indonesia ternyata nilai-nilai yang
terkandung didalamnya tidak terlepas dari ajaran-ajaran yang ada pada
agama Kristen. Disini terdapat kolerasi antara nilai dalam ajaran Kristen dan
pancasila. Disini dijabarkan bahwa tiap butir pancasila terdapat kolerasi
yangdikatakan diatas tadi.
Butir demi butir dari kelima sila Pancasila dalam penjelasannya jelas
tidak bertentangan dengan Al-Kitab, dalam pelaksanaannya secara
keseluruhan dapat mendukung pengembangan kegiatan setiap agama yang
ada di Indonesia. Penjelasan butir demi butir dari kelima butir Pancasila yang
erat hubungannya dengan Al-Kitab adalah:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ini dapat memberikan suatu kebebasan ruang gerak bagi
kemerdekaan beragama, setiap orang harus meyakini adanya Tuhan Yang
maha Esa dan memberikan kebebasan untuk memeluk agamanya masing-
masing.
27
Penjelasan Al-Kitab: Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha
Kuasa, sebagai mana jelas dalam tindakannya Penciptaan langit dan bumi.
(Kejadian 1:1-27). Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Kasih (1
Yohanes 4:8). Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Penolong,
Tuhan Khalik Langit dan Bumi beserta segala isinya (Mazmur. 121:1-2)
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila ini menjelaskan bahwa Bangsa Indonesia harus meningkatkan
martabat manusia, dan dapat menikmati hak-haknya dan melaksanakan
tanggung jawabnya.
Penjelasan Al-Kitab:
Manusia itu agung dan mulia karena manusia adalah satu-satunya
mahluk hidup yang dibentuk atau diciptakan Allah (Kejadian: 1:22)
3. Sila Persatuan Indonesia
Sila ini menjelasakan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan
demi keselamatan bangsa dan negara, mendahulukan kepentingan
masyarakat dari kepentingan pribadi walaupun berbeda-beda kita tetap
satu.
Penjelasan Al-Kitab:
“Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya
sendiri…” (Roma 14:7a)
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Sila ini menjelaskan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain,
mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan, musyawarah
untuk mancapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
28
Penjelasan Al-Kitab:
“Kasih itu sabar, Kasih itu murah hati……” (I. Korintus. 13:14)
“Tidak mengambil keuntungan diri sendiri” (I. Korintus. 13:5)
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila ini menjelaskan, untuk bersikap adil, suka memberikan
pertolongan kepada orang lain.
Penjelasan Al-Kitab:
“Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim
belalah hak orang-orang yang sengsara dan orang yang kekurangan”.
(Mazmur 82:3)
Dengan demikian menurut orang Kristen sila-sila dalam Pancasila
tidak bertentangan dengan Al-Kitab bahkan dalam pelaksanaannya secara
konsekuen/mendukung apa yang terdapat dalam Al-Kitab.
4. KORELASI PANCASILA DENGAN AGAMA KONGHUCHU
Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu
Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao (儒
教 ) yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan
berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan
beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum
kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: “Aku bukanlah pencipta
melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut”.
Ajaran ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke
seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Cu disembah
sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia
sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong
29
Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan
diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu.
Korelasi Pancasila dengan Agama Konghuchu :
1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
- Dalam Ketuhanan Yang Maha Esa, Tentang Tuhan dalam budaya
Tionghoa atau mau digunakan kata Gaya Misterius (Istilah father Van
Schie). Dan konsep keTuhanan budaya Tionghoa itu seperti konsep
budaya India maupun Yunani pra penghancuran agamanya oleh agama
lain. Bahkan beberapa pandangan ada yang mirip-mirip dengan agama-
agama yang diyakini di sebagian Eropa. Buktinya adalah “Diempat
penjuru lautan semua manusia bersaudara” (SABDA SUCI XII : 5).
Artinya : semua manusia sederajat dan berkesempatan sama di hadapan
Tuhan, siapa saja mengamalkan kebaikan dan mengembangkan
kodratnya sebagai makhluk TUHAN pada dasarnya IA adalah seorang
KONGHUCU.
- Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan
antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita
melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian
Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di".
- Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
a. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
b. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
c. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
d. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
e. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
30
f. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu
Duo)
g. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing
Shu)
h. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
2. Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
- Dalam Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, Budaya Tionghoa mengenal
kata "ren" yang berarti adalah kemanusiaan. Bahkan kata keadilan dan
beradab sudah tertuang dalam banyak aliran filsafatnya.
- Lima Hubungan Sosial (Wu Lun):
a. Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan
b. Hubungan antara Suami dan Isteri
c. Hubungan antara Orang tua dan anak
d. Hubungan antara Kakak dan Adik
e. Hubungan antara Kawan dan Sahabat
- Berdasarkan kitab Zhong Yong agama adalah bimbingan hidup karunia
Tian/Tuhan Yang Maha Esa (Tian Shi) agar manusia mampu membina diri
hidup di dalam Dao atau Jalan Suci, yakni "hidup menegakkan Firman
Tian yang mewujud sebagai Watak Sejati, hakikat kemanusiaan". Hidup
beragama berarti hidup beriman kepada Tian dan lurus satya
menegakkan firmanNya.
- Budaya Tionghoa mengenal kata "ren" yang berarti adalah kemanusiaan.
Bahkan kata keadilan dan beradab sudah tertuang dalam banyak aliran
filsafatnya. Seorang umat KONGHUCU bercita–cita menjadi seorang
KONGHUCU, SUSILAWAN, INSAN KAMIL yang tidak menunjukkan
31
tentang suatu golongan atau kelompok atau suku, melainkan seorang
yang benar–benar bercita–cita senantiasa menjunjung tinggi kebajikan
(SABDA SUCI VI : 13).
3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia
- Dalam Persatuan Indonesia, adalah salah pandangan beberapa orang
Tionghoa yang kebetulan beragama lain ( Ini bukan bertujuan
meributkan agama, tapi fakta yang tertulis dalam sejarah ) pada masa
ORLA yang beranggapan bahwa agama Khong Hucu berkiblat pada negri
leluhur. Kong Zi tidak pernah mengatakan harus berkiblat pada negri
leluhur, tapi mengabdilah pada negara tempat kamu tinggal dan menjadi
warga negaranya dan jagalah. Arti kata guo yang berarti adalah tembok
wilayah, satu orang memegang tombak sudah bermakna harus menjaga
keutuhan wilayah atau negara. Jika anda perhatikan, jauh sebelum
konsep republik Indonesia sudah ada banyak tokoh-tokoh Tionghoa yang
berjuang bahu membahu dengan tokoh-tokoh suku lain menentang
penjajahan Belanda. Buktinya adalah “Tanah air harus dijaga dari
generasi ke generasi, tidak boleh ditinggalkan sekedar pertimbangan
pribadi, bersiaplah untuk mati, tetapi jangan pergi”. (BINGCU I B : 15 : 3)
4. Sila keempat: Kerakyatan Yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan
- Dalam Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, terdapat di konsep Ru Jiao terhadap
masalah negara dan masyarakat. Buktinya adalah “Di dalam menjalankan
5 perkara diatas nabi KONGHUCU memberikan 3 pusaka sebagai
32
kebajikan yang harus dilaksanakan yaitu KEBIJAKSANAAN, CINTA KASIH,
BERANI”. (Tengah Sempurna : XIX : 8).
- Mensius adalah seorang filsuf Tiongkok. Ia adalah penerus
ajaran Khonghucu/Kongzi yang hidup sekitar 300 tahun setelah wafatnya
Khonghucu sering melakukan pembicaraan dengan para Raja atau
penguasa pada masa itu untuk meyakinkan mereka agar supaya menjadi
pemimpin yang benar dan bermoral. Disamping itu pula beliau
mengajarkan tentang demokrasi dalam pemerintahan, karena seorang
Raja atau pemimpin itu dipercaya mendapatkan mandat dari Tian
(Langit) atau disebut dengan Tian Ming. Dia harus bertindak sebagai ayah
bunda rakyatnya. Ditegaskannya pula bahwa :"Tuhan melihat seperti
halnya rakyat melihat, dan Tuhan mendengar seperti halnya rakyat
mendengar".
5. Sila kelima: Kesejahteraan sosial bagi seluruh rahyat indonesia
- Dalam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia , bisa dilihat konsep
min yi shi wei tian, juga prinsip menghargai sesama yang diajarkan Kong
Zi. Buktinya adalah “Apa yang diri sendiri tiada inginkan, janganlah
diberikan kepada orang lain” (SABDA SUCI XII : 2), “Seorang yang berperi
Cinta Kasih ingin dapat tegak maka IA berusaha agar orang lainpun tegak,
IA ingin maju maka IA harus berusaha agar orang lainpun maju” (SABDA
SUCI VI : 20)
- Agama konghucu di Indonesia tidak hanya mengajarkan kepada
penganutnya bagaimana seseorng berbakti kepada Tian (Tuhan yang
maha esa) orang tua, orng yang lebih tua, para pemimpin, tapi juga
33
mengajarkan tata cara melakukan ibadah kepada Tian, Nabi, orang-orang
suci, leluhur dan lain-lain.
E. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN AGAMA HINDU
1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
a Eko Narayanad Na Dwityo 'Sti Kaccit artinya hanya satu Tuhan sama
sekali tidak ada duanya.
b Ekam Sat Viprah Bahuda Wadanti artinya hanya satu (Ekam) Hyang
Widhi (sat=hakekat) hanya orang yang bijaksana (Viprah)
menyebutkan (Wadanti) dengan banyak nama (Bahuda). Sesuai
dengan fungsinya Hyang Widhi Wasa juga disebut dengan Tri Sakti
yang terdiri dari Brahma adalah fungsinya sebagai pencipta
(Utpatti), Wisnu yang fungsinya sebagai pelindung, pemelihara
dengan segala kasih sayangnya (Shiti) dan Siwa fungsinya sebagai
melebur (Pralina) dunia beserta isinya dan mengembalikan dalam
peredarannya ke asal (sangkan paran) yaitu kembali ke asal.
2. Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
a Baba (1995 : 2) menekankan bahwa kebutuhan dan kewajiban
utama dalam hidup manusia adalah menjadi manusiawi. Apa pun
kesarjanaan, kedudukan atau wewenang kita, janganlah
mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.
b Konsep tri semaya yakni persepsi orang Bali terhadap waktu.
Menurut orang Bali masa lalu (athita), masa kini (anaghata) dan
masa yang akan datang (warthamana) merupakan suatu rangkaian
waktu yang perbuatan saat ini juga menentukan kehidupan di masa
yang akan datang.
34
c Dalam kutipan sloka suci ditegaskan bahwa melakukan sesuatu
yang terbaik, termulia, terhormat tidak dapt dipisahkan satu
dengan lainnya. Kehidupan manusia pada saat ini ditentukan oleh
hasil perbuatan di masa lalu, dan , terbijaksana dimulai dan diri
sendiri yang pada akhirnya untuk dipersembahkan selain untuk diri
sendiri tetapi juga untuk pihak lain, orang lain, warga lain, sesama
lain, suku lain, adat lain, negara lain, bangsa lain dan sebagainya
d Dalam agama Hindu hubungan-hubungan harmonis ini disebut Tri
Hita Karana. Hubungan yang harmonis antara manusia dengan
Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan
alam lingkungan dimana ia hidup dan mencari kehidupan.
Manusia yang manusiawi adalah manusia yang anti kekerasan.
"Ahimsa paramo dharmah" Ahimsa atau pantang-kekerasan adalah
agama atau kebenaran tertinggi.
3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia
a. Menghayati dan mengamalkan ideologi bangsanya serta tunduk
dan patuh menjalankan ketentuan konstitusional yang berlaku.
Ketentuan ini dinyatakan di dalam Veda Smrti adhyaya VII sloka 13,
14 dan 18 yang berbunyi sebagai berikut:
b "Tasmaddharmam anistesu sa vyavasyennaradhipah, anistam
capyanistesu
tam dharmam na vicalayet "
c Tasyarthe sarvabhutanam goptaram dharmamatmajam, brahma
tejomayam dandam asrjat purva isvarah "35
d "Dandah sasti prajah sarva danda evabhiraksati, danda suptesu jagarti
danda dharmam vidurbudhah "
Artinya :
a " Karena itu hendaknya jangan seorangpun melanggar undang-undang
yang dikeluarkan oleh raja baik karena menguntungkan seseorang
maupun yang merugikan pihak yang tidak menghendaki "
b " Demi untuk itu, Tuhan telah menciptakan Dharma, pelindung semua
mahluk, penjelmaannya dalam wujud undang-undang, merupakan
bentuk kejayaan Brahman Yang Esa"
c " Sangsi hukum itu memerintah semua mahluk, hukum itu yang
melindungi mereka, hukum yang berjaga selagi orang tidur, orang -
orang bijaksana menyamakannya dengan dharma "
d " Dalam lontar Sutasoma disebutkan juga bahwa Bhineka Tunggal Ika, tan
hana Dharma mangrwa, yang artinya berbeda-beda tetapi satu tidak ada
dharma yang dua.
4. Sila keempat: Kerakyatan Yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan
a "Semoga musyawarahmu mencapai mufakat, semoga sidangmu
mencapai tujuan bersama, bersama dalam pikiran, dan pikiran-pikiran itu
menjadi satu. Tujuan bersama Kuletakkan di depanmu. Dan memuja
dengan persembahan bersama. Semoga tujuanmu sama, dan hatimu
dalam satu pertujuan, dan semua kamu dalam satu pikiran. Dengan
demikian kamu akan hidup sejahtera bersama." Rig Veda 10.191., 2-4
b. "Marilah kita rukun dan damai dengan orang kita, dan damai dengan
orang asing di antara kita. Tuhan yang suci menciptakan di antara kita
36
dan orang-orang asing sebuah persatuan hati. Semoga kita bersatu
dalam pikiran, bersatu dalam tujuan-tujuan kita, dan tidak berperang
terhadap jiwa suci dalam diri kita. Semoga teriakan perang tidak muncul
di tengah-tengah orang yang terbunuh. Dan tidak ada anak panah jatuh
di fajar menyingsing." Atharva Veda 7. 53, 1-2.
5. Sila kelima: Kesejahteraan sosial bagi seluruh rahyat indonesia
Budaya Ngarap, berdasarkan Tattwa- Tattwa dalam Sarasamuçcaya dan
Itihasa Bharatayuda adalah suatu rangkaian kerja gotong royong dalam
upacara pitra yadnya yang dilakukan pada waktu pengusungan sawa /
jenazah dan balai ke tempat pembersihan / mepeningan, kemudian dari
tempat pembersihan ke balai, dan balai ke tempat pengusungan (wadah,
bade, papaga, dan lain- lain) kemudian pengangkatan sawa / jenazah dari
wadah ke tempat pembasmian / penguburan.
37
BAB II
KORELASI PANCASILA DENGAN BUDAYA INDONESIA
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri dari berbagai
budaya, karena adanya kegiatan dan pranata khusus. Perbedaan ini justru
berfungsi mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial
masyarakat tersebut. Pluralisme masyarakat, dalam tatanan sosial,
agama dan suku bangsa, telah ada sejak nenek moyang, keragaman
budaya yang dapat hidup berdampingan, merupakan kekayaan dalam
budaya Nasional. Kebudayaan dalam Pancasila dapat dimengerti dari sila
“PersatuanIndonesia” yang berarti sebuah pluralisme, dan teosentrisme
dari semangat sila yang pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Demokrasi Kebudayaan itu harus mampu memberikan masa depan
yang lebih baik. Menurut bahasa sansekerta Pancasila berasal dari dua kata
yakni “panca” yang berarti “lima” dan “sila” yang berarti “asas atau prinsip”.
Sehingga dapat disimpulkan pancasila mengandung arti lima buah prinsip
atau asas. Sedangkan kebudayaan menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan
cipta masyarakat.
Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang berdasarkan
pancasila. Karena dari segi Pancasila terkandung kebudayaan yang
menekankan persatuan. Selain itu, dari segi pengertian Pancasila juga
38
merupakan lima butir prinsip atau asas yang harus dijunjung tinggi
oleh kita sebagai bangsa Indonesia. Sedangkan kebudayaan merupakan
sarana hasil sebuah karya, rasa, dan cipta masyarakat. Sehingga Pancasila
tercipta berdasarkan Kebudayaan. Kaitan diantara keduanya begitu erat
sehingga timbal balik antara Pancasila dn Kebudayaan dapat terjadi
dengan signifikn karena keduanya saling berhubungan
SILA 1: Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Minang, Sumatera Barat
Indonesia jaman dahulu adalah untuk upacara keagamaan.
Menhir di gunakan sebagai pemujaan arwah nenek moyang. Pemujaan
arwah nenek moyang ini merupakan salah satu ibadah kepercayaan
animisme. Pada zaman dahulu nenek moyang orang minang menganut
kepercayaan animism. Dalam kepercayaan animism, mereka percaya
bahwa roh orang yang telah meninggal mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap kehidupan jalan masyarakat, termasuk kesejahteraan
dan kesejahteraan tanaman. Untuk pemujaan ini di bangunlah sebuah
menhir. Dengan begitu mereka menjadikan menhir tersebut untuk
menyembah para arwah nenek moyang.
Pada zaman sekarang, menhir tidak lagi di gunakan sebagai
sarana untuk menyembah para roh atau arwah nenek moyang, hal ini
disebabkan karena orang jaman sekarang terutama masyarakat
Minangkabau sangat wajib menganut agama islam. Masyarakat
Minangkabau telah maju. Sejak masuknya agama islam ke
Minangkabau, menhir sudah lama di tinggalkan. Masyarakat mulai
menyadari agama yang benar adalah agama islam.
39
Dan orang Minang wajib menyembah Allah swt. Meskipun
sekarang ini menhir tidak berguna lagi untuk beribadah, melainkan
menhir sekarang dugunakan untuk wisata juga sebagai penelitian
sejarah bagi para peneliti. Untuk menjaga nilai sejarah masyarakat
Minangkabau membiarakan menhir-menhir tersebut di tempatnya
berada sesuai yang telah di tempatkan oleh masyarakat atau nenek
moyang kita pada zaman dahulu. Dan juga membiarkan dalam bentuk
aslinya supaya mudah di pelajari.
2. Bima, NTT
Kepercayaan Makakamba – Makakimbi
Kepercayaan ini merupakan kepercayaan asli penduduk Dou
Mbojo. Sebagai media penghubung manusia dengan alam lain dalam
kepercayaan ini, diangkatlah seorang pemimpin yang dikenal dengan
nama Ncuhi Ro Naka. Mereka percaya bahwa ada kekuatan yang
mengatur segala kehidupan di alam ini, yang kemudian mereka sebut
sebagai “Marafu”. Sebagai penguasa alam, Marafu dipercaya
menguasai dan menduduki semua tempat seperti gunung, pohon
rindang, batu besar, mata air, tempat-tempat-tempat dan barang-
barang yang dianggap gaib atau bahkan matahari. Karena itu, mereka
sering meminta manfaat terhadap benda-benda atau tempat-tempat
tersebut. Selain itu, mereka juga percaya bahwa arwah para leluhur
yang telah meninggal terutama arwah orang-orang yang mereka
hormati selama hidup seperti Ncuhi, masih memiliki peran dan
menguasai kehidupan dan keseharian mereka. Mereka percaya, arwah-
40
arwah tersebut tinggal bersama Marafu di tempat-tempat tertentu
yang dianggap gaib.
Masyarakat asli juga memiliki tradisi melalui ritual untuk
menghormati arwah leluhur, dengan mengadakan upacara pemujaan
pada saat-saat tertentu. Upacara tersebut disertai persembahan
sesajen dan korban hewan ternak yang dipimpin oleh Ncuhi. Tempat-
tempat pemujaan tersebut biasa dikenal dengan nama “Parafu Ra
Pamboro”.
3. Batak
Sebelum Injil masuk, suku Batak adalah suku penyembah
berhala. Kehidupan agamanya bercampur, antara menganut
kepercayaan animisme, dinamisme dan magi. Ada banyak nama dewa
atau begu (setan) yang disembah, seperti begu djau (dewa yang tidak
dikenal orang), begu antuk (dewa yang memukul kepala seseorang
sebelum ia mati), begu siherut (dewa yang membuat orang kurus
tinggal kulit), dan lainnya.
Sebelum masuknya pengaruh agama
Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah
Batak, orang Batak pada mulanya
belum mengenal nama dan istilah
‘dewa-dewa’. Kepercayaan orang Batak
dahulu (kuno) adalah kepercayaan
kepada arwah leluhur serta
kepercayaan kepada benda-benda mati. Benda-benda mati dipercayai
memiliki tondi (roh) misalnya: gunung, pohon, batu, dll yang kalau
41
dianggap keramat dijadikan tempat yang sakral (tempat sembahan).
Orang Batak percaya kepada arwah leluhur yang dapat menyebabkan
beberapa penyakit atau malapetaka kepada manusia. Penghormatan
dan penyembahan dilakukan kepada arwah leluhur akan
mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi orang tersebut
maupun pada keturunan. Kuasa-kuasa inilah yang paling ditakuti dalam
kehidupan orang Batak di dunia ini dan yang sangat dekat sekali
dengan aktifitas manusia.
Sebelum orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India
dan istilah ‘Debata’, sombaon yang paling besar orang Batak (kuno)
disebut ‘Ompu Na Bolon’ (Kakek/Nenek Yang Maha Besar). Ompu
Nabolon pada awalnya bukan salah satu dewa atau tuhan tetapi dia
adalah yang telah dahulu dilahirkan sebagai nenek moyang orang
Batak yang memiliki kemampuan luar biasa dan juga menciptakan adat
bagi manusia. Tetapi setelah masuknya kepercayaan dan istilah luar
khususnya agama Hindu; Ompu Nabolon ini dijadikan sebagai dewa
yang dipuja orang Batak kuno sebagai
nenek/kakek yang memiliki kemampuan luar biasa. Untuk
menekankan bahwa ‘Ompu Nabolon’ ini sebagai kakek/nenek yang
terdahulu dan yang pertama menciptakan adat bagi manusia, Ompu
Nabolon menjadi ‘Mula Jadi Nabolon’ atau ‘Tuan Mula Jadi Nabolon’.
Karena kata Tuan, Mula, Jadi berarti yang dihormati, pertama dan yang
diciptakan merupakan kata-kata asing yang belum pernah dikenal oleh
orang Batak kuno. Selanjutnya untuk menegaskan pendewaan bahwa
Ompu Nabolon atau Mula Jadi Nabolon adalah salah satu dewa
42
terbesar orang Batak ditambahkanlah di depan Nabolon atau Mula Jadi
Nabolon itu kata ‘Debata’ yang berarti dewa (=jamak) sehingga
menjadi ‘Debata Mula Jadi Nabolon’.
4. Bali
Agama Hindu
berkembang ke seluruh
dunia dengan kitab
sucinya Weda,
disesuaikan dengan
budaya lokal (local
genius). Sebagai payung
dalam perkembangannya. Di Bali Agama Hindu berkembang sesuai
dengan pola kehidupan masyarakat Bali yang mayoritas sebagai petani.
Sebelum Agama Hindu masuk ke Bali, masyarakat Bali telah memiliki
kepercayaan yang disebut dengan Agama Nusantara atau
Agama nenek moyang. Agama nenek moyang ini meletakan
dasar pada hal-hal mistik yang mampu melindungi masyarakat Bali.
Sebagai wadah untuk meyakini kepercayaan ini dibuktikan dengan
adanya sekta-sekta yang berkembang di Bali. Sekta-sekta tersebut
adalah :
a. Sekta Pasupatya, ditandai dengan Lingga sebagai perlambang
Dewa Siva.
43
Lingga tersebut banyak dijumpai pada pura atau tempat-tempat
suci atau tempat-tempat yang sudah kuno. Dan Matahari sebagai
manifestasi Tuhan dan surya sewana sebagai penghayatannya.
b. Sekta Bairawa, pada umumnya ditandai dengan perwujudan Dewa
Siva yang berwajah angker yang menyeramkan. Penghayatannya
lebih ditujukan kepada Dewa Durga. Sering juga disebut
Tantrisme, selanjutnya kita kenal aliran Niwerti Marga atau
Tanrisme kiri dan Prawerti atau Tantrisme kanan. Tandanya suka
makan darah, tuak, daging (lawar), komoh (daging mentah
dicampur air darah mentah).
c. Sekta Waisnawa mempunyai ciri-ciri pemujaan terutama ditujukan
kepada Dewi Sri, Dewa Wisnu sebagai lambang kemakmuran,
sumber kehidupan Dewa Wisnu (Wisnu Padha).
d. Sekta Budha atau Sogatha ditandai dengan ciri-ciri suatu mantram
disebut Tipeyetha mantram, disimpan di Pejeng dalam bentuk
tulisan stupika. Juga ditemikan Bodhisatwa di Bedulu, di Pura
Genuruan, Arca Bodhisatwa di Pura Galang Sanja Pejeng, arca-arca
di Goa Gajah. Semua bukti-bukti itu sebagai tanda bahwa sekta
tersebut telah ada jauh sebelum Empu Kuturan
datang ke Bali.
e. Sekta Pertapa di Bali, tidak jelas lagi terlihat karena telah menyatu
dengan Sekta Siva Sidhiyanta dengan ditandai kitab Manawa
Dharma, Purwa Digama, Adigama, Kutara dan lainnya.
f. Sekta Rsi, pada umumnya pengikutnya berasal dari kesatria wangsa,
kemudian berdwijati menjadi Dewa Rsi, Raja Rsi atau raja-raja
44
yang kemudian berwanaprasta selanjutnya menjadi Rsi atau
Pandita. Kelompok ini semua disebut Brahmana karena telah
disumpah Sastra Weda.
g. Sekta Pasupateya, pada umumnya aliran ini memuja Surya.
Pemujaan ini dilakukan pada waktu matahari terbit dan matahari
terbenam, terkenal dengan istilah surya sewana, dan tata
aturannya termuat di dalam lontar, semua apa yang telah
dilakukan di dalam melakukan surya sewana tersebut merupakan
bukti bahwa seseorang telah melakukan yadnya menurut
Pasupatiya.
h. Sekta Ganapatya, pada umumnya pemujaan itu ditujukan pada
Ganesa atau Dewa Angin dan pada tempat-tempat yang sangat
berbahaya tersebut ditempatkan patung Ganesa (Ganesa = angin).
i. Sekta Budha Mahayana, dimana Empu Kuturan sebagai penganut
utamanya juga akan melebur kesatu bentuk yang dikenal dengan
paham Tri Murtinya, dimana semuanya tercakup di dalamnya dan
saling mengisi dengan yang lainnya. Ciri-ciri lainnya sudah tidak
tampak lagi. Demikianlah asal usul dari terciptanya paham ajaran Tri
Sakti hingga mengalami perkembangan dari masa ke masa hingga
saat ini (Manik Mas dkk., tt : 10-11). Empu Kuturan
mengharmoniskannya menjadi konsep Tri Murti yaitu Brahma
Wisnu, dan Siva yang distanakan pada desa adat dengan Tiga
Parahyangan yang disebut dengan Kahyangan Tiga yaitu Pura Puseh
untuk pemujaan Dewa Wisnu, Pura Desa untuk pemujaan Dewa
Brahma, dan Pura Dalem untuk pemujaan Dewa Siva.
45
5. Papua
A. Suku Asmat
Orang Asmat yakin
bahwa mereka
adalah keturunan
dewa yang turun dari
dunia gaib yang
berada di seberang
laut di belakang ufuk,
tempat matahari
terbenam tiap hari. Menurut keyakinan orang Asmat, dewa nenek-
moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di
pegunungan. Dalam perjalanannya turun ke hilir sampai ia tiba di
tempat yang kini didiami oleh orang Asmat hilir, ia mengalami
banyak petualangan.
Konsep tradisional orang Asmat tentang hidup
didasarkan pada keyakinan akan adanya suatu daerah di seberang
ufuk terurai tadi. Kerena itu apabila nenek-moyang mengendaki
kelanjutan keturunan, mereka mengirimkan suatu ruh tertentu ke
bumi melalui seberkas sinar matahari, yang mendarat di atas atap
rumah tempat tinggal wanita yang telah ditakdirkan menjadi ibu
anak asal ruh tadi. Wanita itu akan hamil dan kemudian melahirkan
bayi. Walaupun orang Asmat tahu bahwa hubungan seks berkaitan
dengan kelahiran bayi, fungsinya hanya untuk memberi bentuk
sebagai manusia kepada ruh yang masuk ke dalam kandungan ibu
46
itu. Dalam hal ini peranan ayah si bayi sama dengan seorang
pemahat patung yang memberi bentuk kepada kayu yang
disediakan oleh alam kepadanya (Zegwaard 1953).
Orang Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal
manusia juga diam berbagai macam ruh yang mereka bagi dalam
tiga golongan, yaitu:
yi-ow, atau ruh nenek moyang yang sifatnya pada dasarnya
baik, terutama bagi keturunannya.
osbopan, atau ruh jahat yang membawa penyakit dan bencana.
dambin-ow atau ruh jahat orang yang mati konyol (Zegwaard
1953)
Ruh-ruh yi-ow adalah penjaga hutan-hutan sagu, danau-
danau dan sungai-sungai yang penuh ikan dan hutan-hutan yang
penuh binatang buruan. Orang Asmat berkomunikasi secara
simbolis dengan para yi-ow dengan berbagai upacara sajian
berulang yang biasanya dipimpin oleh ndembero, atau pemuka
upacara.
Ruh-ruh ozbopan dianggap menghuni beberapa jenis
pohon tertentu, gua-gua yang dalam, batu-batu besar yang
mempunyai bentuk khusus, tetapi juga hidup dalam tubuh jenis-
jenis binatang tertentu. Sakit dan bencana biasanya disebabkan
oleh ruh jahat, yang juga harus dipuaskan oleh manusia dengan
berbagai macam upacara sajian. Berbeda dengan upacara-upacara
sajian untuk berkomunikasi dengan para yi-ow, upacara sajian
kepada para osbopan tak dilakukan secara berulang, tetapi hanya
47
kalau ada orang yang sakit dan bila terjadi bencana. Ruh-ruh itu
diupayakan agar tidak terlampau sering mendekati tempat tinggal
manusia, dengan melakukan serangkaian pantangan, dan kadang-
kadang dengan ilmu gaib protektif.
B. Suku Arso
Dasar religi orang
Arso adalah
penghormatan pada
roh-roh nenek
moyang yang
upacaranya
dipusatkan pada pesta dansa, atau yages. Orientasi, konsep-konsep
serta kegiatan-kegiatan keagamaan ditujukan kepada upacara terima
kasih atas keselamatan dan minta pertolongan untuk mengatasi
kegagalan-kegagalan dalam pelbagai segi kehidupan.
Konsep keagamaan orang Arso yang terpenting adalah
sebutan terhadap Tuhan utamanya, yang mereka puji dan sembah,
yaitu Chaimbo, dewa yang dianggap menciptakan dan memiliki langit,
bumi dan segala isinya, termasuk manusia dan pada fowor, atau roh.
Menurut hirarkinya, Tuhan membawahi tiga makhluk halus, yaitu
fowor, atau manusia ruh, keti dan yonggoway. Chaimbo menjelma
menjadi mata air, gunung, dan hutan, di samping menjaga agar hak
kekuasaannya tidak bisa pindah kepada orang lain. Orang Arso paling
48
takut akan yonggoway, karena roh itu bertugas untuk mencabut
nyawa orang.
6. Baduy-Banten
Dasar religi orang
Baduy ialah
penghoramatan ruh
nenek moyang dan
kepercayaan kepada
satu kuasa, Batara
Tunggal. Keyakinan
mereka itu disebut Sunda Wiwitan atau agama Sunda Wiwitan.
Orientasi, konsep-konsep dan kegiatan-kegiatan keagamaan
ditujukan kepada pikukuh agar supaya orang hidup menurut alur itu
dalam menyejahterakan kehidupan Baduy dan dunia ramai (orang
Baduy dari hirarki tua dan dunia ramai keturunan yang lebih muda).
Mereka bertugas menyejahterakan dunia melalui tapa (perbuatan,
bekerja) dan pikukuh apabila Kanekes sebagai inti jagat selalu
terbelihara baik, maka seluruh kehidupan akan aman sejahtera.
Gangguan terhadap inti bumi ini berakibat fatal bagi
seluruh kehidupan manusia di dunia. Konsep keagamaan dan adat
terpenting yang menjadi inti pikukuh Baduy tanpa perubahan apa
pun, seperti dikemukakan oleh peribahasa “lojor teu meunang
49
dipotong, pondok teu meunang disambung” (panjang tak boleh
dipotong, pendek tak boleh disambung). Konsep-konsep itu tidak
berada dalam diri orang Baduy sendiri yang kekuatannya tergantung
dari tindakan atau perbuatan seseorang. Konsep pikukuh merupakan
pengejawantahan dari adat dan keagamaan yang ditentukan oleh
intensitas konsep mengenai karya dan keagamaan. Dengan
melaksanakan semuanya itu orang akan dilindungi oleh kuasa
tertinggi, Batara Tunggal, melalui para guriang yang dikirim oleh
karuhun dan Batara Tunggal karena orang tidak patuh kepada
pikukuh, hakikat agama Sunda Wiwitan.
7. Kalimantan
A. Suku Dayak
Masyarakat
Dayak memiliki
keyakinan tentang
wujud tertinggi
dimana segala
kekuatan yang ada
di jagad raya berasal dari Yang Tunggal. Wujud tertinggi itu
menguasai manusia, dewa, roh halus, dan roh leluhur. Dewa dan
roh halus diberi tugas untuk menjaga dan menguasai suatu tempat
tertentu dalam dunia ini, sehingga untuk mewujudkan keyakinan
tersebut, orang Dayak senantiasa melakukan hubungan religius
dengan Jubata, roh leluhur, dan roh halus yang banyak memberikan
pertolongan dalam kehidupan mereka.
50
Kebanyakan orang Dayak tidak mengabdi kepada Tuhan
Yang Maha Esa (zaman dulu-penulis), namun sikap keyakinannya
tidak dapat dikategorikan dalam animisme, sebab agama justru
berkembang dari asumsi dasar bahwa di dalam alam terdapat daya
hidup atau kekuatan hidup dalam benda-benda tertentu atau
gejala-gejala alam, seperti sungai yang mengalir deras dan
bergemuruh, gunung yang tinggi, pohon besar, matahari yang
bersinar terang, kilat dan petir yang menyambar dahsyat. Daya
hidup atau kekuatan penghidup itulah yang dinamakan roh. Roh itu
kemudian dihubungkan dengan benda-benda dan kemudian dipuja.
Alam dipandang sebagai suatu kekuatan yang mengerikan,
sekaligus mempesonakan. Keindahannya bukan pertama yang
diperhatikan, melainkan kedahsyatan dan kekuasaan tertinggi yang
terkandung dalam fenomena alam tersebut. Setiap benda atau
beberapa benda tertentu dianggap mempunyai suatu kesakralan
yang dapat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Kekuatan
sakral tersebut dapat pula digunakan untuk membantu beberapa
kegiatan atau pekerjaan manusia, seperti digunakan pamaliatn
(dukun) untuk memanggil roh halus yang kemudian digunakan
untuk membantunya dalam ritual pengobatan. Kekuatan-kekuatan
seperti ini merupakan sebagian dari hierophany yang dimaksud.
Masyarakat Dayak menyebut Tuhan Yang Maha Kuasa
dengan sebutan Ene’ Daniang (sebagian masyarakat Dayak di
Kalbar-penulis) atau Jubata, yakni penguasa jagad raya beserta
isinya. Jubata berada di langit ketujuh. Ia mempunyai enam
51
bawahan, yaitu; Ne’ Pangedaong, Ne’ Patampa’ yang dipercaya
membuat patung-patung dari tanah liat bentuk menyerupai
manusia. Ne’ Amikng dan Ne’ Pamijar yang memberi napas kepada
manusia. Ne’ Taratatn memberi kesegaran jasmani maupun rohani.
Ne’ Pangingu memberikan berkat perlindungan, sedangkan Ne’
Pajaji dipercaya yang menjadikan manusia berbudi dan memelihara
hidupnya sampai pada semua keturunannya.4. Menurut kisah
penciptaan nama-nama bawahan itu adalah nama lain dari Jubata,
maksudnya satu pribadi pencipta dengan beberapa nama atau satu
nama dengan berbagai sifat-sifat kekuasaanNya. Hal ini sama hal
nya dengan nama Allah dalam agama Islam yang mempunyai 99
nama sesuai dengan kekuasaan dan kesempurnaannya.
8. Sulawesi Selatan
Suku Kajang adalah suku yang mendiami desa-desa di
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Desa suku Kajang yang utama
adalah desa Tana Toa. Selebihnya, mereka tersebar di desa Bonto Baji,
Malleleng, Pattiroang, Batu Nilamung, dan Tambangan.
Ajaran tentang menjaga lingkungan dan kesederhanaan hidup
tersebut tertuang dalam ajaran agama Patuntung, agama suku Kajang.
Patuntung, secara bahasa, berarti penuntun. Penuntun untuk mencari
sumber kebenaran.
Ajaran utama agama Patuntung adalah jika manusia ingin
mendapatakan sumber kebenaran maka manusia harus menyandarkan
diri pada tiga pilar utama: menghormati Turiek Akrakna (Tuhan), tanah
52
yang diberikan Turiek Akrakna (tana toa atau lingkungan secara umum),
dan nenek moyang (To Manurung atau Ammatoa).
Percaya pada Turiek Akrakna adalah hal mendasar dalam agama
Patuntung. Suku Kajang percaya bahwa Turiek Akrakna adalah sang
Maha Kekal, Maha Mengetahui, Maha Perkasa, dan Maha Kuasa.
Turiek Akrakna menurunkan perintahnya kepada masyarakat
Kajang melalui passang (pesan atau wahyu) yang diberikan kepada
manusia pertama yang diturunkan ke dunia, To Manurung atau yang
kemudian disebut Ammatoa.
SILA 2: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
1. Bangsa Indonesia terkenal ramah tamah, sopan santun, lemah lembut
dengan sesama manusia, bukti-buktinya misalnya bangunan padepokan,
pondok-pondok, semboyan aja dumeh, aja adigang adigung adiguna, aja
kementhus, aja kemaki, aja sawiyah-wiyah, dan sebagainya, tulisan
Bharatayudha, Ramayana, Malin Kundang, Batu Pegat, Anting Malela,
Bontu Sinaga, Danau Toba, Cinde Laras, Riwayat dangkalan Metsyaha,
membantu fakir miskin, membantu orang sakit, dan sebagainya,
hubungan luar negeri semisal perdagangan, perkawinan, kegiatan
kemanusiaan; semua meng-indikasikan adanya Kemanusiaan yang adil
dan beradab.
2. Saling menolong antarwarga
a. Jawa
Saling membantu antar warga di daerah Gamping, Yogyakarta sikap
saling membantu ini sering diterapkan apabila ada orang yang sedang
53
melaksanakan hajatan atau orang yang terkena musibah, selain
membantu dalam bentuk materi mereka juga membantu dalam bentuk
tenaga, misalnya ikut dalam membersihkan rumah orang yang terkena
musibah tersebut, membantu menyiapkan jamuan untuk para tamu,
mereka membantu sampai tuntas sehingga orang yang terkena
musibah tersebut tidak terlalu merasa keberatan. Selain itu
masyarakatnya juga kompak untuk membuat desanya terlihat bersih
dengan melaksanakan kerja bakti secara rutin.
b. Minang, Sumatera Barat
Orang minang identik dengan sifat saling tolong menolong
antar warganya, hal ini dibuktikan dengan Undang-Undang Nagari.
Barek samo dipikul, ringan samo dijinjing
Saciok bak ayam, sadanciang bak basi,
Sakik basilau, mati bajanguak
Salah batimbang, hutang babayie
Undang-undang dalam Nagari mengatur tata hubungan warga
masyarakat dalam sebuah nagari. Sistem yang dipakai adalah tipikal
masyarakat komunal, dengan ciri-ciri:
Setiap orang secara alami langsung menjadi warga Nagari
Demokrasi langsung, karena para Penghulu sangat dekat dengan
masyarakatnya, musyawarah dan mufakat dilaksanakan tanpa
diwakilkan.
Gotong royong. Kebersamaan dalam menghadapi segala masalah
dalam Nagari
54
Social safety net, semua warga Nagari, dapat mengandalkan bahwa
dirinya akan dibantu secara bersama-sama oleh masyarakat jika dia
mengalami kesusahan yang mendesak.
Untuk menjaga hubungan yang harmonis dan saling tolong
menolong antar semua warga, anggota masyarakat Nagari selalu
berusaha berkomunikasi dengan semua orang dengan bahasa yang
tidak langsung, disebut baso-basi.
Selain itu, pada rites of passage seperi kelahiran, khitanan,
perkawinan, dan kematian selalu diadakan acara adat dengan format
yang khusus dan baku, tetapi dapat sedikit berbeda antara satu Nagari
dengan Nagari lainnya, sesuai dengan prinsip adat selingkar Nagari.
SILA 3: Persatuan Indonesia
A. Ikatan Marga
1. Orang Batak Toba Sumatera Utara
Marga adalah istilah orang Batak
Toba untuk menyebut leluhur induk
dari silsilah keluarga dan
kekerabatan mereka. Sebagai
sebuah tradisi, marga telah menjadi
identitas dan status social orang
Batak Toba yang masih bertahan
hingga saat ini.
Orang Batak menganut falsafah kekeluargaan dan
kekerabatan yang disebut dengan Tungku nan Tiga (tungku tiga kaki).
55
Dalam bahasa Batak Toba, falsafah ini disebut Dalihan na Tolu (tungku
posisi duduk). Falsafah ini mengajarkan kepada orang Batak Toba
bahwa sejak lahir hingga meninggal kelak, orang Batak harus jelas
struktur hubungan kekeluargaan dan kekerabatannya. Falsafah
Dalihan na Tolu berisi tiga kedudukan penting orang Batak Toba
dalam kekerabatan, yaitu hula-hula, tondong, dongan tubu atau sinna
dan boru.
Orang Batak Toba meyakini bahwa bentuk kekerabatan
berdasarkan garis ketururunan ini didasarkan pada silsilah (Tamboro)
yang berujung pada si Raja Batak. Berdasarkan keyakinan ini maka
semua orang Batak diyakini pasti memiliki marga.
Kekerabatan orang Batak Toba yang ditentukan berdasarkan
wilayah pemukiman terlihat dari terbentuknya kesepakatan terhadap
tradisi adat-istiadat yang ada di setiap wilayah. Sebagai contoh, orang
Batak yang bermukim diwilayah Mandaililng, mereka akan
membentuk suatu tradisi adat-istiadat yang memiliki corak sendiri
dibandingkan dengan adat-istiadat suku Batak yang bermukim di
Toba. Hala ini dapat terjadi meskipun orang Batak yang bermukim ini
memiliki daya rekat yang sama kuat dengan kekerabatan yang
berdasarkan keturunan. Hal ini tergambar dalam peribahasa Batak
Toba yang berbunyi “jonok dongan partubu jonokan do dongan
parhundul” yang artinya semua orang menakui bahwa hubungn garis
keturunan adalah sudah pasti dekat, tetapi dalam system kekerabatan
Batak lebih dekat lagi hubungan karena bermukim di satu wilayah.
56
2. Papua Bagian Barat
Suku Biak merupakan suku
Melanesia terbanyak yang
menyebar di pantai utara Papua,
karena itu bahasa Biak juga
terbanyak digunakan dan dianggap
sebagai bahasa persatuan Papua.
Akibat hubungan daerah-daerah
pesisir Papua dengan Sultan-Sultan Maluku maka terdapat beberapa
kerajaan lokal (pertuanan) di pulau ini, yang menunjukkan masuknya
sistem feodalisme yang merupakan bukan budaya asli etnik Papua.
Kerajaan-kerajaan tersebut diantaranya :
a. Kerajaan Waigeo
b. Kerajaan Misool/Lilinta (marga Dekamboe)
c. Kerajaan Salawati (marga Arfan)
d. Kerajaan Sailolof/Waigama (marga Tafalas)
e. Kerajaan Fatagar/(marga Uswanas)
f. Kerajaan Rumbati (marga Bauw)
g. Kerajaan Atiati (marga Kerewaindżai)
h. Kerajaan Sekar (marga Rumgesan)
57
i. Kerajaan Patipi
j. Kerajaan Arguni
k. Kerajaan Wertuar (marga Heremba)
l. Kerajaan Kowiai/kerajaan Namatota
m. Kerajaan Aiduma
n. Kerajaan Kaimana
3. Seluruh Indonesia
Orang Indonesia memberikan nama Indonesia kepada anak-
anak mereka dengan berbagai cara. Dengan lebih dari 17.000 pulau
dan beragam budaya dan bahasa daerah, Indonesia tidak memiliki
satu aturan tertentu dalam pemberian nama. Beberapa suku tertentu
memiliki nama marga yang diturunkan dari orang tua ke anaknya.
Suku-suku lain tidak mengenal nama keluarga.
Konsep nama keluarga tidak dikenal dalam beberapa budaya
Indonesia, misalnya budaya Jawa. Karena itu, banyak orang sampai
saat ini hanya memiliki satu nama, yaitu nama pemberian. Apabila
mereka kemudian pergi atau menetap di negara-negara yang
mengharuskan setiap penduduknya untuk memiliki minimal dua nama
(nama pemberian dan nama keluarga), kesulitan dapat terjadi.
Pemecahan yang biasanya diambil adalah mengulang nama tersebut
dua kali.
Beberapa budaya lain memiliki peraturan mengenai nama
keluarga atau nama marga. Dalam budaya Batak dan Minahasa
misalnya, nama marga ayah diwariskan kepada anak-anaknya
(patrilineal) secara turun-temurun. Dalam budaya Minangkabau, pria
58
yang sudah menikah akan diberikan gelar di belakang namanya,
sedangkan untuk wanita pada umumnya tidak bergelar. Orang Arab-
Indonesia juga memberikan nama keluarga di belakang namanya,
misalnya Hambali, Shihab, Assegaf, dan lain-lain.
Kemudian orang Jawa, Bali, dan beberapa orang Madura,
serta Sunda juga sering menggunakan nama yang berasal dari bahasa
Sanskerta. Sejak kebijakan pemerintahan Soeharto di zaman Orde
Baru, orang-orang Tionghoa dilarang menggunakan nama Tionghoa
dalam administrasi negara. Sehingga mayoritas dari mereka memilki
nama Indonesia di samping nama Tionghoa. Dalam nama
Indonesianya, orang Tionghoa sering menyelipkan nama marga dan
keluarganya. Beberapa contoh: Sudono Salim (marga: Liem), Anggodo
Widjojo (marga: Ang)
SILA 4: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Sila ke empat yang berbunyi
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan” memiliki nilai hikmat dan
musyawarah mufakat. Bangsa Indonesia
sendiri jauh sebelum adanya Pancasila
sudah mengenal system pemecahan
masalah dengan musyawarah mufakat.
Mulai dari masyarakat Sumatera sampai bumi Papua.
59
1. Budaya Musyawarah Masyarakat Jawa
Dalam perspektif Jawa, sudah menjadi ketetapan adat manakala sedang
ada masalah, maka penyelesaian masalahnya didekati dengan pendekatan
kemanusiaan yang adil dan beradab. Leluhur orang Jawa mengajarkan “yen
ana dirembug, nanging olehe ngrembug nganti sareh”. Apabila diartikan ke
dalam Bahasa Indonesia yaitu jika sedang menyelesaikan masalah yang
menyebabkan perselisihan hendaknya dilaksanakan dengan hati tenang
dan kepala yang dingin (Tinarbuko, 2011)
2. Budaya Musyawarah Masyarakan Minangkabau
Produk budaya Minangkabau yang cukup menonjol ialah sikap demokratis
pada masyarakatnya. Sikap demokratis pada masyarakat Minang
disebabkan karena sistem pemerintahan Minangkabau terdiri dari banyak
nagari, dimana pengambilan keputusan haruslah berdasarkan pada
musyawarah mufakat. Selain itu tidak adanya jarak antara pemimpin dan
rakyat, menjadi faktor lain tumbuh suburnya budaya demokratis di tengah
masyarakat Minang. Hal ini terdapat dalam pernyataan adat bahwa
"pemimpin itu didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting".
Dalam budaya Minang juga terdapat pusat gelanggang yang disebut
pemedenan atau gelanggang. Pemedenan yaitu suatu lapangan luas yang
terletak di luar perkampungan, digunakan untuk menyelesaikan
persengketaan antara perorangan, antar kaum,, dan antara nagari yang
tidak dapat diputuskan oleh penghulu masing-masing.
3. Budaya Musyawarah masyarakat Lombok
Penduduk asli pulau Lombok adalah suku Sasak. Mereka berperawakan
seperti layaknya orang Indonesia, berkulit sawo matang (kalaupun sedikit
60
gelap itu karena pengaruh sinar matahari). Penduduk Sasak Asli masih
banyak ditemukan di pelosok-pelosok pulau Lombok, khususnya di kaki-
kaki Gunung Rinjani sebelah utara yang rimbun.
Masyarakat suku Sasak sudah menerapkan musyawarah mufakat sejak
sebelum Pancasila sila ke-4 diproklamirkan. Dalam memilih kepala dusun
masyarakat Sasak sudah mengenal musyawarah. Dari hasil musyawarah
dengan penduduk dusun maka kepala dusun terpilih akan menjabat selama
8 tahun kepengurusan. Selain itu adalah adanya tradisi begundem dan
sangkep yang bisa membuktikan jika masyarakat Sasak sudah mengenal
musyawarah sebelum lahirnya Pancasila. Begundem merupakan kegiatan
musyawarah yang dipimpin oleh seorang kepala dusun (jeroarah) yang
berguna untuk menyelesaikan masalah dalam wilayah dusun. Sedangkan
sangkep adalah kegiatan musyawarah yang dipimpin oleh kepala kampung
(keliang) yang berguna untuk menyelesaikan masalah dengan skala yang
lebih luas dari begundem.
4. Budaya Musyawarah Masyarakan Tana Toraja
Masyarakat Toraja memiliki lembaga dan organisasi sosial yang mengelola
kehidupan di lingkungan permukiman pedesaan. Setiap daerah adat besar
terdiri dari beberapa kelompok adat yang dikuasai oleh satu badan
musyawarah adat yang disebut Kombongan Ada’. Setiap Kombongan Ada’
memiliki beberapa penguasa adat kecil disebut Lembang. Di daerah
lembang masih terdapat penguada adapt wilayah yang disebut Bua’.
5. Budaya Musyawarah masyarakat Bali
Masyarakat Bali mengenal budaya banjar yaitu budaya musyawarah yang
dipimpin oleh ketua adat dan melakukan musyawarah rutin di aula atau
61
alun-alun di tiap desa. Kegiatan dalam setiap banjar yaitu pembicaraan
seputar upacara adat, ceramah agama, maupun sosialisasi kegiatan
lainnya. Orang-orang yang datang ke Banjar bukan hanya para tetua adat
tetapi seluruh penduduk yang tinggal dalam banjar tersebut.
6. Budaya Musyawarah Masyarakat Papua
Suku Asmat
Masyarakat Asmat mengenal sistem kemasyarakatan disebut Aipem.
Pemimpin Aipem biasanya mengambil prakarsa untukmenyelenggarakan
musyawarah guna membicarakan suatu persoalan atau pekerjaan.Syarat
untuk dapat dipilih menjadi pemimpin Aipem yaitu harus orang-orang
yangpandai berkelahi, kuat dan bijaksana.
SILA 5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Bukti-bukti adanya korelasi antara nilai sila kelima pancasila, Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dengan kebudayaan tradisional Indonesia
sudah tampak mulai jaman purba. Hal itu tercermin dari adanya upaya
menimbun hasil tani untuk kepentingan bersama dan bukti-bukti berupa
bangunan misalnya bendungan air, tanggul sungai, tanah desa, sumur
bersama, lumbung desa yang semuanya bisa dimanfaatkan dan digunakan oleh
seluruh penduduk desa dengan adil. Bukti-bukti berupa tulisan berisi karangan,
cerita sejarah misalnya sejarah kerajaan Kalingga, sejarah Raja Air Langga,
Sunan Kali Jaga, Ratu Adil, Jaka Tarub, Tiga Piatu, To Mampatawine To Kai
62
Langi Mai, dan lain-lain. Bukti-bukti berupa perbuatan misalnya menolong fakir
miskin, adat menerima tamu. Contoh bukti lainnya yaitu :
1. Batak
- Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah
dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan
marga. Setiap kelurga mendapat tanah tadi tetapi tidak boleh
menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki
perseorangan.
- Adanya nilai kebudayaan di Batak yang dikenal dengan uhum dan
ugari. Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam
menegakkan keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan
akan sebuah janji.
2. Bali
- Adanya sistem irigasi Subak di Bali yang mengatur pengairan
sawah para petani secara bergiliran, yang penentuan giliran
tersebut melalui proses musyawarah.
3. Jawa
- Menyediakan air kendi di muka rumah bagi orang yang
membutuhkan, selamatan waktu mengetam padi, selamatan
waktu mempunyai hajat tertentu,
4. Bugis, Kalimantan
Masyarakat Bugis memiliki tradisi khusus pada pola panen hasil
sawahnya. Mulai dari turun ke sawah, membajak, sampai tiba
waktunya panen raya. Ada upacara appalili sebelum pembajakan
tanah. Ada Appatinro pare atau appabenni ase sebelum bibit padi
63
disemaikan. Ritual ini juga biasa dilakukan saat menyimpan bibit padi
di possi balla, sebuah tempat khusus terletak di pusat rumah yang
ditujukan untuk menjaga agar tak satu binatang pun lewat di atasnya.
Lalu ritual itu dirangkai dengan massureq, membaca meong palo
karallae, salah satu epos Lagaligo tentang padi.
Dan ketika panen tiba digelarlah katto bokko, ritual panen raya yang
biasanya diiringi dengan kelong pare. Setelah melalui rangkaian ritual
itu barulah dilaksanakan Mapadendang. Di Sidrap dan sekitarnya ritual
ini dikenal dengan appadekko, yang berarti adengka ase lolo, kegiatan
menumbuk padi muda. Appadekko dan Mappadendang konon
memang berawal dari aktifitas ini.
Bagi komunitas Pakalu, ritual mappadendang mengingatkan kita pada
kosmologi hidup petani pedesaan sehari-hari. Padi bukan hanya
sumber kehidupan. Ia juga makhluk manusia. Ia berkorban dan
berubah wujud menjadi padi. Agar manusia memperoleh sesuatu
untuk dimakan, yang seolah ingin menghidupkan kembali mitos
Sangiyang Sri, atau Dewi Sri di pedesaan Jawa, yang diyakini sebagai
dewi padi yang sangat dihormati.
5. Minahasa, Maluku
Rumah nenek moyang masyarakat Minahasa dibangun dalam bentuk
rumah panggung dengan ukuran yang besar. Rumah panggung
tersebut dapat menampung lebih dari satu keluarga. Semua aktivitas,
mulai dari tidur, makan, dan memasak dilakukan di rumah panggung
ini. Semua keluarga yang tinggal dalam rumah panggung ini saling
membantu, mulai dari berbagi makanan, ruang tamu dan lain-lain.
64
Sikap tenggang rasa dan saling peduli sangat dibutuhkan agar tercipta
perasaan damai sehingga meminimalisir timbulnya konflik.
DAFTAR PUSTAKA
M.C. Ricklefs,(terj) 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta:
Serambi. hal, 314.
http://togadebataraja.blogspot.com/2012/04/kepercayaan-asli-kuno-suku-
batak.html
http://indonesia-life.info/kolom2/msgview/250/58199/no/58199.html
http://emzokombozo.freevar.com/index.php?page=berita_baru&data=36
http://uun-halimah.blogspot.com/2007/12/sistem-kepercayaan-orang-
baduy-jawa.html
Koentjaraningrat, dkk. (1993). Masyarakat Terasing di Indonesia. Jakarta.
Gramedia.
http://aligufron.multiply.com/journal/item/19/
Sistem_Kepercayaan_Orang_Asmat_di_Papua_Selatan
Referensi: Koentjaraningrat, dkk. 1993. Masyarakat Terasing di Indonesia.
Jakarta: Gramedia.
Sumber tulisan: http://uun-halimah.blogspot.com/2008/10/sistem-
kepercayaan-orangarso-papua.html
http://banuadayak.blogspot.com/2010/08/kepercayaan-dan-agama-orang-
dayak.html
http://sosbud.kompasiana.com/2011/05/16/mengenal-suku-kajang
65
http://research.amikom.ac.id/index.php/DTI/article/view/5630
http://almuzakky.blogspot.com/2011/10/penerapan-sila-kemanusiaan-yang-
adil.html
http://dc159.4shared.com/doc/A9eWDHOr/preview.html
BAB III
PANCASILA DAN IDEOLOGI-IDEOLOGI LAIN
A. Latar belakang
Sebagai dasar Negara Indonesia Pancasila memegang peranan
penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila pada
hakikatnya merupakan hasil penuangan atau pemikiran seseorang atau
sekelompok orang. Pancasila diangkat dari nilai – nilai adat istiadat
kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia. Melalui pendidikan Pancasila warga Negara Republik
Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisis dan menjawab
masalah – masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara
berkesinambungan dan konsisten dengan cita – cita dan tujuan nasional
seperti digariskan di dalam pembukaan UUD 1945.
Pancasila adalah ideologi Bangsa Indonesia. Dengan pedoman
Pancasila para pedahulu kita bisa mempersatukan berbagai golongan dan
kelompok. Selain ideologi Pancasila ada banyak ideologi lain yang
berkembang didunia yaitu ideologi Liberalisme, Kapitalisme, Komunisme
66
dan Sosialisme. Semua itu memiliki banyak perbedaan dengan ideologi
Pancasila. Maka dari itu makalah ini akan membahas berbagai perbedaan
ideologi Pancasila dengan beberapa ideologi yang berkembang didunia.
B. PEMBAHASAN
Ideologi berasal dari kata “iden” dan “logos”. Ideologi diartikan
sebagai ilmu tentang idea atau gagasan. Seperti dikemukakan oleh 1)
Destutt de Tracy seorang filsuf Prancis bahwa ideologi merupakan ilmu yang
mempelajari gagasan atau ide manusia beserta kadar kebenarannya. 2) W.
White merumuskan bahwa ideologi merupakan cita-cita politik atau
doktrin/ajaran dari suatu lapisan masyarakat atau sekelompok manusia yang
dapat dibeda-badakan. 3) Oetoyo Oesman dan Alfian mendefinisikan bahwa
ideologi berintikan serangkaian nilai/norma atau sistem nilai dasar yang
bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu
masyarakat/bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup.
Umumnya ideologi dianut oleh sekelompok masyarakat, bangsa atau
negara. Pengertian ideologi mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Ideologi
merupakan keseluruhan pemikiran, cita, rasa, serta segala upaya di bidang
politik.; 2. Ideologi merupakan falsafah hidup maupun pandangan hidup
suatu bangsa.; 3. Ideologi merupakan asas pendapat atau keyakinan yang
dicita-citakan sebagai dasar pemerintahan negara.; 4. Ideologi merupakan
merupakan sistem nilai sekaligus kebulatan ajaran yang memberikan
motivasi dalam kehidupan.; 5. Ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide,
keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang memberikan arah
67
dan menyangkut tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai
bidang kehidupan.
Dapat disimpulkan bahwa ideologi bangsa adalah suatu paham atau
ajaran yang dihasilkan dari pemikiran manusia. Ideologi melandasi cara berpikir,
bersikap dan bertindak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara guna
mewujudkan kehidupan yang dicita-citakan. Dalam sebuah ideologi terkandung
tiga unsur yaitu : 1. Adanya nilai-nilai yang diyakini.; 2. Adanya cita-cita; 3.
Adanya upaya mewujudkan ideologi tersebut dalam kenyataan.
Suatu negara yang berdiri tentu memiliki tujuan, cita-cita serta bentuk
kehidupan yang didambakan. Di samping adanya tujuan, setiap bangsa memiliki
kewajiban untuk menjaga keberadaan bangsa dan negara tersebut agar tetap
kokoh berdiri di tengah percaturan internasional.
Ideologi sebuah negara yang berisi rumusan atau konsep tentang
berbagai bidang kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial budaya, maupun
hankam, dapat menunjang keutuhan negara tersebut di dalam pergaulan
internasional. Rumusan tersebut diwujudkan dalam cara berpikir dan bertindak
dalam kehidupan bernegara.
Ideologi sangat penting bagi sebuah negara dalam rangka : 1) Memberi
landasan tentang cara berpikir dan bertindak bagi segenap bangsa dalam
mencapai tujuannya; 2) Membentuk identitas atau jati diri melalui nilai-nilai
yang diyakini sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh keadaan zaman; 3)
Memberi arah bagi negara dalam mewujudkan cita-cita dan kehidupan yang
diinginkan; 4) Memberi pegangan bagi bangsa dan negara agar tidak mudah
terpengaruh dan terbawa oleh arus negara lain; serta 5) Sarana mempersatukan
bangsa dan negara dalam rangka menjaga kedaulatan negara.
68
Tanpa ideologi yang jelas suatu bangsa akan mudah goyah dan
terombang-ambing oleh pengaruh dunia internasional. Bahkan, tanpa ideologi
bangsa tersebut tidak akan mampu bertahan dan berdiri kokoh.
a Ideologi Liberalisme
Ideologi Liberal adalah aliran pikiran perseorangan atau individualistic.
Ideologi ini tidak dibatasi oleh ajaran – ajaran filsafah.Ajarannya bertitik
tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak lahir, dan tidak dapat
diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa , kecuali atas
persetujuan yang bersangkutan.
Ciri – ciri Ideologi Liberal , antara lain adalah mempercayai adanya
Tuhan, mengakui persamaan dasar manusia dan menghargai pemikiran
manusia, lebih mengutamakan kepentingan individu. Berikut ciri-ciri negara
yang menganut ideologi liberalism, sekulerisme, artinya adanya negara
sama sekali tidak mengatur kehidupan beragama; masyarakat cenderung
individualistis; kegiatan ekonomi cenderung kapitalis yang mengutamakan
pengembangan modal sebesar-besarnya; kepemilikan alat produksi dan
kegiatan ekonomi diserahkan pada setiap individu; kekuasaan dalam
negara antara lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif dipisahkan secara
tegas; kegiatan koperasi sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat.;
paham liberalisme tidak melarang ateisme/tidak beragama.
Inti ajaran liberalisme adalah kebebasan individu, sehingga cenderung
terjadi free fight liberalisme atau persaingan bebas dalam segala bidang
kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Negara
69
liberal cenderung terbentuk masyarakat yang individualistis atau
mementingkan kepentingan sendiri dan kapitalis. Kapitalis artinya
mengutamakan pengembangan modal dan laba sebesar-besarnya.
Contoh negara yang menganut ideologi liberalisme, yaitu Inggris,
Prancis, Amerika Serikat, dan Kanada.
Jika dibandingkan dengan ideologi Pancasila yang secara khusus
norma-normanya terdapat di dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka
dapat dikatakan bahwa hal-hal yang terdapat di dalam Liberalisme terdapat
di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi Pancasila menolak Liberalisme
sebagai ideologi yang bersifat absolutisasi dan determinisme.
b Ideologi Komunisme
Ideologi Komunis merupakan penerapan ajaran sosialis radikal
marxisme-leninisme. Pokok-pokok ajaran ideologi ini adalah tidak
mempercayai adanya Tuhan(atheisme), menyanggah persamaan manusia
dan tidak terdapat pengakuan terhadap hak asasi manusia, legalitas
tindakan kekerasan, sistem perekonomian yang sentralistik (diatur oleh
pusat), kekuasaan dipegang oleh satu golongan, omunisme bersumber dari
ajaran Marxisme-Leninisme. Marxisme yang berasal dari gagasan Karl Marx.
Komunisme sebagai anti Kapitalisme menggunakan sistem Sosialisme
sebagai alat kekuasaan sebagai prinsip semua adalah milik rakyat dan
dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Komunisme
sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya sehingga Komunisme juga
disebut anti Liberalisme.
70
Ideologi komunisme merupakan kebalikan dari liberalisme. Segala
kegiatan ekonomi, alat produksi, sosial budaya sepenuhnya dikuasai oleh
negara. Setelah dikembangkan oleh Lenin, ide-ide komunisme berkembang
menjadi ajaran Leninisme. Leninisme berawal dari gerakan revolusi dengan
dukungan kaum buruh dan demokrat di Eropa Barat. Gerakan tersebut
kemudian berkembang di Rusia dan menyebar ke penjuru dunia. Semboyan
gerakan ideologi komunisme adalah proletar sedunia bersatulah. Dalam
ideologi komunisme, tidak ada jaminan kehidupan beragama. Penerapan
sistem pemerintahan dalam ideologi komunisme cenderung diktator.
Ideologi komunisme dianut oleh negara RRC, Rusia, Polandia, Hongaria,
Republik, Ceko dan Kuba. Negara yang menganut ideologi komunisme
memiliki ciri-ciri antara lain adalah penghapusan hak-hak individu; negara
tidak mengakui agama, kehidupan beragama diserahkan setiap individu.
bahkan negara membolehkan paham atiagama; penguasaan atas alat
produksi kegiatan ekonomi sepenuhnya dikuasai negara (etatisme), dan
tidak memberi kesempatan kepada peran swasta; berbagai bidang
kehidupan, pendidikan, sosial dan budaya dikuasai negara; sistem
pemerintah cenderung diktator; kekuasaan negara dikuasai satu partai
dominan, yaitu Partai Komunis; kurangnya jaminan perlindungan hak asasi
manusia dalam UUD Negara.
Dalam Komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai
Komunis. Jadi perubahan sosial dimulai dari buruh, namun
pengorganisasian buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah
dominasi partai.
71
c Ideologi Agama
Ideologi Agama adalah ideology yang bersumber pada falsafah agama
yang termuat dalam kitab suci suatu agama . Ciri-ciri ideologi agama antara
lain adalah urusan Negara dan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan
hukum agama, hanya ada satu agama resmi dalam suatu Negara, negara
berlandaskan agama.
Agama Sebagai Ideologi pada tataran individu, etika berfungsi sebagai
proses awal pembentukan indentitas. Konstruksi identitas akan
memberikan kesadaran untuk mempercayai segala kebenaran yang
disampaikan oleh suatu agama. Jika seorang penganut agama sudah punya
kesadaran tentang identitasnya dalam suatu agama, maka komitmennya
pada agama tidak akan diragukan lagi. Dapat dikatakan bahwa militansi
seorang penganut agama berawal dari pembentukan identitas pada dirinya.
Adanya identifikasi spesifik di antara anggota kelompok. Termasuk masalah
komitmen di antara mereka dapat kita lihat pada cerita kepahlawanan
ataupun perilaku yang menidentikan perlawanan antara yang baik dan
jahat. Tradisi keagamaan selalu menunjukkan bahwa Tuhan tidak suka pada
beberapa perilaku yang dianggap salah dan juga memberikan restu pada
perilaku yang dianggap benar. Konsep ini juga memberikan pemahaman
untuk memberikan reward pada pelaku agama, yang benar diberikan
pahala sedangkan yang salah diberikan dosa.
Identitas kelompok (agama) inilah yang menjadikan awal ideologisasi
agama bagi pemeluknya. Ideologi sendiri berfungsi untuk mempengaruhi
kehidupan suatu kelompok agar sesuai dengan apa yang telah digariskan
sejak awal oleh agama tersebut. Di sisi lain pada tingkat lebih lanjut
72
identitas agama memberikan harapan besar bagi masyarakat untuk maju,
karena membentuk moral personal dan juga solidaritas bagi masing-masing
pemeluk agama. Namun demikian, sebagaimana ideologi, agama tidak
akan serta-merta dipercaya oleh para penganutnya, dalam keadaan ini
konstruksi identitas memberikan pengamanan akan keraguan tersebut.
Hingga penerimaan akan sebuah kepercayaan mutlak dan mesti dilakukan.
Pada dataran inilah kebanyakan pemerhati keagamaan memetakan asal-
mula tindakan kekerasan atas nama agama muncul. Menurut penulis
sendiri agama sebagai Ideologi tidaklah menjadi pokok persoalan, ketika
ideologisasi ini mampu memberikan kenyamanan dan keamanan bagi
hidup di dunia dan akhir nanti. Karena memang setiap agama menawarkan
rasa aman kepada pengikutnya. Tentunya perasaan seperti inilah yang
dicari oleh setiap pengikut agama. Rasa aman memberikan ketenangan
kepada manusia akan kehidupan setelah mati, seperti apa yang selalu di
informasikan oleh setiap agama di dunia ini. Permasalahannya adalah
pembenaran tindak kekerasan terhadap kelompok lain.
Negara yang menganut ideologi berdasar agama dinamakan teokrasi
atau negara agama. Negara agama adalah negara yang dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan mendasarkan diri pada
hukum agama tertentu. Contohnya : Saudi Arabia berdasarkan Islam dan
Vatikan Roma berdasarkan Kristen. Negara teokrasi sulit dilaksanakan bila
dalam sebuah terdapat keanekaragaman agama.
d Ideologi Pancasila
73
Ideologi Pancasila adalah Ideologi yang bersumber dari seluruh nilai-
nilai Pancasila yang terdapat pada sila yang satu dengan sila yang lainnya.
Ciri-ciri Ideologi ini antara lain adalah percaya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, pemerintahan berdasarkan persetujuan rakyat, dan negara
berdasarkan atas hukum.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfian (BP7 Pusat,1991 : 192),
Pancasila telah memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka khususnya di
Negara Republik Indonesia. Sebagai ideologi terbuka Pancasila memberikan
orientasi ke depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari
situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama
menghadapi globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang.
Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki dimensi-dimensi idealitas,
normatif, dan realitas.
Ideologi yang dianut oleh bangsa Indonesia adalah ideologi Pancasila.
Pancasila digunakan sebagai landasan dalam berpikir, bersikap, dan
bertindak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi Pancasila
bersumber dan digali dari kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Prinsip
ideologi Pancasila adalah terwujudnya keselarasan, keserasian dan
keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bangsa dan
negara.
C. PENUTUP
a. Kesimpulan
74
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pancasila
adalah bagian dari Ideologi bangsa yang diangkat dari nilai – nilai adat
istiadat kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia. Ideologi dapat diartikan sebagai suatu
gagasan dan buah pikiran yang dikembangkan secara keseluruhan yang
tersusun secara sistematis untuk mewujudkan tujuan dan cita- cita suatu
Negara. Pancasila sebagai Ideologi bangsa menunjukkan adanya
keseimbangan ide dan gagasan serta tidak bersifat absolute dalam
memandang manusia dan kehidupan bernegara, sedangkan Liberalisme,
Komunisme lebih bersifat mutlak atau totaliter. Keduanya juga
cenderung menutup mata akan adanya dampak individualisme dan
persaingan. Selain itu, jika dibandingkan dengan Pancasila, Sosialisme
sering dikatakan sebagai antitesa Kapitalisme, yang tingkah laku ekonomi
dikuasai oleh kepentingan untuk memperoleh keuntungan maksimal
lewat persaingan bebas, sistem pasar, dan harga.
b. Saran
Pancasila sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian
dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Kerena Pancasila merupakan
ideologi dari negeri kita. Dengan adanya persatuan dan kesatuan tersebut
jelas mendorong usaha dalam menegakkan dan memperjuangkan
kemerdekaan. Ini membuktikan dan meyakinkan tentang Pancasila sebagai
suatu yang harus kita yakini karena cocok bagi bangsa Indonesia.
Jadi, Indonesia saat ini sangat membutuhkan sebuah idiologi
dalam menjalankan pemerintahan ini ke depan. Tidak lain ideologi itu
75
adalah Pancasila. Sebelumnya melangkah lebih jauh, sangat perlu kita
memahami apa arti dari ideologi dan apa itu Pancasila sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, Elly M. 2003.Pendidikan Pancasila. Jakarta : Gramedia
Purwastuti, L. Andriani.2002.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta : UNY Press
http://thehilmanscoy.blogspot.com,Perbandingan Ideologi Pancasila dengan
Ideologi lainnya
http://slowdownthing.blogspot.com,”Perbedaan Ideologi Pancasila, Komunis
dan Sosialis”
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2276673-ideologi-
bangsa/#ixzz2DWvWvskm
76
BAB V
PAPARAN TENTANG IDEOLOGI AGAMA MERUPAKAN POTENSI ANCAMAN
TERHADAP KEDERADAAN IDEOLOGI PANCASILA
DI PROVINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM
A. LATAR BELAKANG
Aceh yang terletak di posisi strategis (dekat dengan Selat
Malaka), menjadi pusat perdagangan dan wilayah pemeluk Islam yang
pertama di Nusantara. Masa kejayaan kesultanan tahun 1610 dan 1640
membawa Aceh menjadi bangsa yang masyur dan berdaulat. Pada
masa kejayaan kesultanan ini terjadi konflik menentang Belanda yang
ingin menguasai wilayah Aceh. Hal ini menimbulkan perlawanan rakyat
sehingga terjadi perang panjang (1873-1904) dan secara sporadis
hingga tahun 1942.
Di masa penjajahan Jepang, konflik sengaja diciptakan.
Belanda dengan politik devide et imperanya membuat kelompok
77
uleebalang (bangsawan tuan tanah) dan kaum ulama berseteru.
Kemenangan kaum ulama yang dipimpin Daud Beureurh menciptakan
masyarakat lebih religius, dengan menjalankan syariat Islam dan
mengembalikan Aceh pada masa kejayaan kesultanan.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, kuatnya gerakan
kemerdekaan Indonesia yang dipimpin Soekarno-Hatta, mendorong
rakyat Aceh mendukung gerakan tersebut. Bahkan, rakyat Aceh
bersedia menyumbangkan pesawat Dakota untuk kepentingan
perjuangan Republik pada tahun 1948; kemudian ini menjadi cikal
bakal perusahaan penerbangan Garuda.
Setelah penyerahan kedaulatan Belanda ke Republik, Aceh
digabungkan dengan Sumatera Timur. Walaupun Daud Beureueh
diangkat sebagai gubernur militer RI di daerah ini, Daud merasa
kecewa dengan penggabungan ini dan muncul konflik baru. Faktor lain
pemicu konflik adalah kecurigaan terhadap pemerintah pusat yang
menempatkan seorang komandan militer di Aceh yang dianggap
komunis dan terhadap kabinet baru (PNI) yang tidak menerima
permintaan Daud Beureueh untuk status khusus bagi Aceh dalam
penerapan syariat Islam.
Kekecewaan itu melahirkan gerakan perlawanan untuk
membentuk Negara Islam Indonesia/Darul Islam (NII/DI) yang dipimpin
langsung Daud Beureueh dan didukung sebagian rakyat Aceh.
Perlawanan ini diatasi oleh pemerintah dengan mengangkat perwira
asal Aceh untuk menjadi pimpinan militer tertinggi sekaligus berperan
sebagai penyebar gagasan pemerintah terhadap penyelesaian
78
perlawanan DII/NI, memberi status khusus pada Aceh sebagai daerah
otonomi luas terutama dalam urusan agama, pendidikan dan adat
istiadat serta terpisah dari Sumatera Timur. Pemberlakuan ini tidak
lama bertahan karena ketika Orde Lama diganti Orde Baru, kebijakan
pembangunan industrialisasi multinasional dilakukan. Ini mendorong
Aceh ke arah daerah yang sekuler. Peraturan syariat Islam dan lembaga
adat seperti Tuha Peut, Gampong, Keuchik, Sago dan Mukim dihapus,
diganti dengan peraturan yang diseragamkan dari pusat ke semua
daerah Aceh. Kebijakan yang sentralistis ini menimbulkan jurang lebar
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Situasi ini
mendorong beberapa kalangan di masyarakat Aceh berkeinginan untuk
menjadikan Aceh sebagai negara makmur, berdaulat dan islami.
Keinginan inilah sebagai cikal bakal berdirinya Gerakan Aceh Merdeka
yang dipimpin Hasan Tiro.
Pemerintah Orde Baru kemudian melakukan tindakan yang
sangat represif. Pemerintah menghancurkan gerakan ini melalui
operasi militer. Yang terjadi selanjutnya adalah pemberlakuan Aceh
sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) sejak 1989 hingga 1998. Selama
DOM berbagai pelanggaran HAM telah terjadi. Tercatat 534 korban
jiwa dan 114 yang diculik (YAPPIKA, Aceh). Pelanggaran HAM terjadi
dengan alasan bahwa korban adalah anggota Gerakan Aceh Merdeka
(GAM). Kekerasan demi kekerasan terjadi, pencabutan status DOM
tahun 1998 tidak berpengaruh pada berkurangnya berbagai
pelanggaran HAM di Aceh.
B. LANDASAN HUKUM
79
1. Islam secara expressiv verbis terdapat Eksistensi ideologi pada
Pembukaan UUD 1945 sekaligus sebagai Pancasila yaitu,
“Ketuhanan yang Maha Esa” yang terkesan mengutip ayat pada
Q.S. Al-Ikhlas ayat (1) yaitu: “Katakanlah bahwa Allah adalah
Tuhan Yang Maha Esa”.
2. Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 disebutkan yaitu “Negara berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa” sehingga dapat disimpulkan
bahwa UUD 1945 mempunyai nilai keislaman yan tinggi yang
berhubungan dengan aqidah (keyakinan) dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia.
3. Ketetapan MPR RI No. IV/MPR-RI/1999 tentang GBHN, Bab IV,
Arah Kebijakan, A. Hukum, butir 2, menetapkan bahwa hukum
Islam, hukum Adat, hukum Barat adalah sumber pembentukan
hukum nasional.
4. Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” mencerminkan sifat bangsa yang
percaya bahwa terdapat kehidupan lain di masa nanti setelah
kehidupan di dunia sekarang. Ini memberi dorongan untuk
mengejar nilai-nilai yang dianggap luhur yang akan membuka jalan
bagi kehidupan yang baik di masa nanti.
5. Undang-Undang nomor 44 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh.
6. UU No. 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Propinsi
Daerah Istimewa Aceh sebagai Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam (selanjutnya UU PNAD) membawa perkembangan
baru di Aceh dalam sistem peradilan. Pasal 25 –26 UU PNAD 80
mengatur mengenai Mahkamah Syar’iyah NAD yang merupakan
peradilan syariat Islam sebagai bagian dari sistem peradilan
nasional.
C. KEJADIAN-KEJADIAN PENTING DI ACEH
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) adalah propinsi
yang berdasarkan pada syariat Islam di Indonesia, mengingat mayoritas
penduduknya memeluk agama Islam. Keberadaan Aceh sebagai daerah
otonom yang bersyariat Islam tidak mudah di dalam negara kesatuan
Republik Indonesia yang pluralistik. Apalagi adanya konflik bersenjata
antara tentara Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Konflik
yang memporakporandakan ekonomi, politik, sosial dan budaya Negeri
Serambi Mekah ini belum juga berujung perdamaian.
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berjuang untuk
memisahkan diri dari Indonesia muncul pada tahun 1976 dan terus
berlanjut maju mundur hingga ditandatanganinya perjanjian
perdamaian di Helsinki pada tanggal 15 Agustus 2005. Pada pokoknya
pemberontakan tersebut selalu bersifat nasionalis dan pemimpin GAM
tidak pernah menunjukkan ketertarikan yang serius untuk bekerja
sama dengan sesama kelompok Muslim di tempat lain.
Lampu hijau untuk menerapkan hukum Islam pada tahun
1999 merupakan bagian dari sebuah upaya setelah jatuhnya Presiden
Soeharto untuk mendapatkan sebuah penyelesaian politik atas konflik
yang terjadi di Aceh. Hal ini lebih didasarkan atas penilaian dari elit
politis Jakarta dan Aceh mengenai apa yang dapat meredam sebuah
daerah yang menderita oleh konflik, pelanggaran HAM dan eksploitasi
81
ekonomi selama bertahun-tahun. Hukum Islam mendapatkan
dukungan, khususnya karena sistem peradilan biasa yang jarang sekali
memberikan keadilan bagi masyarakat Aceh, sudah tidak berfungsi
sama sekali akibat perang. Syariat dipromosikan sebagai sebuah obat
mujarab: banyak yang berharap syariat akan mampu menghapuskan
penyakit sosial, menghasilkan sebuah masyarakat yang egalitarian atau
sederajat, dan meminjam kata-kata yang dipakai oleh seorang
akademis, membuat rakyat Aceh menjadi "jujur, hemat, rajin belajar
dan bekerja, setia, cerdas serta matang secara emosi.“
Aceh adalah salah satu daerah dalam wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keistimewaan untuk menerapkan syariat Islam
secara kaffah. Legitimasi ini diberikan oleh pemerintah pusat untuk
memenuhi harapan masyarakat Aceh yang menginginkan daerah ini
berlaku hukum syariat sebagaimana dahulu kala di masa kesultanan
Aceh. Akhirnya pemerintah pusat menyetujui dengan membuat UU
No. 44 tahun 1999 yang antara lain mengatur tentang syariat Islam di
Aceh. Selanjutnya untuk mengatur tentang pelaksanaan syariat Islam
tersebut, dibuatlah Perda No. 5 tahun 2000.
Perda No. 5 tahun 2000 tentang Pelaksanaan Syariat Islam
menyatakan bahwa seluruh aspek syariat akan diterapkan, termasuk
yang berhubungan dengan ‘aqidah, ibadah, transaksi ekonomi, akhlak,
pendidikan dan dakwah agama; baitu al-mal; kemasyarakatan,
termasuk cara berbusana bagi Muslim; perayaan hari raya Muslim;
pembelaan Islam; struktur peradilan, peradilan pidana dan
warisan.Membentuk wilayatu al-hisbah (WH) sebagai badan
82
pengawasan dan penegakan syariat, tetapi tidak ada perincian
mengenai bagaimana ia berfungsi.
D. HIKMAH YANG DAPAT DIAMBIL
1. Negara Indonesia adalah termasuk sistem Negara yang ketiga,
yaitu yang mengakui syariat dan sistem hukum nasional berlaku
bersama-sama dalam suatu Negara. Sebagaimana diketahui,
Indonesia bukanlah negara yang berideologi Islam, melainkan
Pancasila. Berdasarkan hal tersebut, ada suatu pertanyaan yang
memerlukan analisis mendalam tentang kedudukan Daerah
Istimewa Aceh.
2. Ada semacam Negara di dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Hal ini dapat memicu timbulnya keinginan-keinginan
yang serupa di daerah lain, dengan mayoritas agama yang lain
pula.
3. Hukum positif yang berlaku di Indonesia agar tetap efektif dalam
menghadapi perubahan dan perkembangan dinamika masyarakat,
haruslah menjadi hukum yang hidup di masyarakat dengan
menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup
di masyarakat. Dengan kata lain, hukum positif baru akan berlaku
secara efektif apabila berisikan atau selaras dengan hukum yang
hidup dalam masyarakat. Hal ini berdasarkan dari tujuan hukum
itu sendiri, yaitu : 1. Kepastian (hukum harus ditegakkan: jika
hukum yang ditegakkan dibuat tidak bersumber dari aspirasi
masyarakat luas, maka penegakan hukum menjadi semu); 2.
Ketertiban (hukum harus dipaksakan: jika hukum yang dipaksakan
83
dibuat tidak berdasarkan aspirasi masyarakat luas, maka
pemaksaan menjadi otoriterisme); 3. Kedamaian (tolok ukur
kedamaian apabila kepentingan dan hak semua pihak terlindungi);
DAFTAR PUSTAKA
Apriansyah Bintang, http://diskursusislam.wordpress.com/tag/luar-
biasa-penduduk-aceh/, diakses tganggal 28 Nopember 2012
Rasyid Rizani KEDUDUKAN QANUN JINAYAT PROPINSI NANGGROE
ACEH DARUSSALAM DALAM SISTEM HUKUM NASIONAL
84
BAB V
KEGIATAN KENDURI DIKAITKAN DENGAN NILAI PANCASILA
A. Latar Belakang
Kenduri adalah suatu ritual selamaten yakni
berdoa bersama yang dihadiri para tetangga
yang dipimpin oleh pemuka adat atau tokoh
yang dituakan di satu lingkungan Biasanya
disajikan tumpeng lengkap dengan lauk
pauknya yang nantinya akan dibagikan kepada
yang hadir. Nasi tumpeng, atau yang banyak dikenal sebagai ‘tumpeng’
saja merupakan salah satu warisan kebudayaan yang sampai saat ini masih
dipercaya untuk dihadirkan dalam perayaan baik yang sifatnya simbolis
maupun ritual. Dimulai dari masyarakat di pulau Jawa, Madura dan Bali,
kini penggunaan tumpeng sudah menyebar ke bagian pelosok nusantara
lainnya bahkan ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura bahkan
Belanda. (dikenal dengan nama rijstafel).
85
Di balik tradisi tumpeng yang biasa dipakai dalam acara
‘selametan’, terdapat nilai-nilai yang sifatnya filosofis. Tumpeng
mengandung makna-makna mendalam yang mengangkat hubungan
antara manusia dengan Tuhan, dengan alam dan dengan sesama manusia.
Asal muasal bentuk tumpeng ini ada dalam mitologi Hindu Bentuk
tumpeng yang berupa kerucut dan mempunyai satu titik pusat pada
puncaknya dipercaya melambangkan Gunung. Gunung, dalam
kepercayaan Hindu adalah awal kehidupan, karenanya amat dihormati.
Acara-acara selamatan dimana tumpeng digunakan selalu dikaitkan
dengan wujud syukur, persembahan, penyembahan dan doa kepada
Tuhan. Kehidupan orang Jawa sangat lekat dengan alam, mereka sadar
bahwa hidup mereka bergantung dari alam. Nasi tumpeng yang berbentuk
kerucut ditempatkan di tengah-tengah dan bermacam-macam lauk pauk
disusun di sekeliling kerucut tersebut. Penempatan nasi dan lauk pauk
seperti ini disimbolkan sebagai gunung dan tanah yang subur di
sekelilingnya.
Puncak sebuah upacara dimana terdapat tumpeng didalamnya
ditandai dengan pemotongan bagian teratas atau terlancip kerucut nasi
tumpeng tersebut. Pemotongan ini biasanya dilakukan oleh orang yang
paling dituakan. Ini menyiratkan bahwa masyarakat Jawa adalah
masyarakat yang masih memegang teguh nilai nilai kekeluargaan dan
memandang orang tua sebagai figur yang sangat dihormati, kemudian
dibagikan kepada yg hadir.
B. KEGIATAN KENDURI DIKAITKAN DENGAN NILAI PANCASILA
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
86
Dengan kegiatan kenduri terdapat :
a. Mengakui bahwa berkah dan rejeki berasal dari tuhan
b. Kegiatan yang nyata berupa : memuji kebesaran Tuhan dan
memanjatkan do’a
(QS 112 Al-Ikhlas:1) “Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.”
(QS 2 Al Baqarah: 163) “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak
ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
(QS 2 Al Baqarah: 21-22) “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui.” (QS 2:)
(Surah Saba’: 1) “Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan
apa yang di bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang
Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”
(Surah Alhasyr: 22 – 24) “Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha
Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang
Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha
Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang
Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai
87
Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit
dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. “
(Al-Quran Al-Karim Surah An-Nahl [16]: ayat 18) “Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
a. Semua orang diajak, tanpa membedakan kaya dan miskin
b. Tidak membedakan status
c. Terdapat rasa menghargai dan menghormati
(QS 49:13) “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.”
(QS:al kafirun1-6) “Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah.dan kamu bukan penyembah Tuhan
yang aku sembah.dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku
sembah. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
(Q:S al-Hujurat ayat: 10, 11 dan 13)
88
10.orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang
buruk sesudah imandan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka
Itulah orang-orang yang zalim.
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal”.
3. Sila Persatuan Indonesia
Kegiatan melibatkan lingkungan sekitar sehingga dapat mempersatukan
setiap masyarakat
(Surat Ali Imron ayat 103 dan 105)
103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-
89
orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
105. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan
berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka
Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.
(surat ke-42 asy-Syura;13) “Dia Telah mensyari’atkan bagi kamu tentang
agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah
kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmad Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
a. Dalam pengadaan kenduri terdapat musyawarah antara anggota yang
mengadakan kenduri
b. Ada pembagian tugas pada pengadaanya : seperti konsumsi, undangan
c. Dalam kegiatan palaksanaannya di pimpin oleh tokoh masyarakat /
agama
d. Sebelum acara dimulai, dapat menjadi forum komunikasi antar
masyarakat
e. Dalam kondisi tertentu, maka ada gotong royong saat pengadaan
kenduri. Misalnya pada kegiatan kenduri pada selamatan rumah baru,
kelahiran anak, peringatan orang meninggal terdapat kegiatan masak
bersama, ada tetangga datang membawa sesuatu baik berupa barang
atau uang.
90
(surat Ali 'Imran (3): 159)
Maka disebabkan rahmat dari Allahlah, engkau bersikap lemah lembut
terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras,
niscaya mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu,
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (tertentu). Kemudian
apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-
Nya.
(QS. Asy-Syura: 38)
"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka (putuskan)
dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka”.
5. Sila Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Pembagian kenduri ada azas sama rata à tidak ada perbedaan bagi
setiap orang
b. Saat orang tidak datang tetap mendapatkan pembagian kenduri
(Surah Annahl: 71) “Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari
sebahagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang
dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada
budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezeki
itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah? “
91
(Surah Al-Imran:180) “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil
dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya
menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan
itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan
Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan. “
(Surah Al-Furqaan: 67) “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan
(harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. “
(Surah Al-Hadiid: 11) “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan)
pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak, “
(Surah Adz-dzaariyaat: 19) “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk
orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat
bahagian. “
(Surah Al-Maa’uun: 1, 2 & 3)
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin. “
92
BAB VI
KONSEP INFORMED CONCENT DALAM PANCASILA
A. Pengertian Informed Consent
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang
efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang
apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien.
Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai perjanjian
antara dua pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan
yang ditawarkan pihak lain.
Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang
berhak (yaitu pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau
persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan medik sesudah
orang yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya.
93
B. Tiga elemen Informed consent
1. Threshold elements
Elemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap sebagai elemen, oleh
karena sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah
seseorang yang kompeten (cakap). Kompeten disini diartikan sebagai
kapasitas untuk membuat keputusan medis. Kompetensi manusia
untuk membuat keputusan sebenarnya merupakan suaut kontinuum,
dari sama sekali tidak memiliki kompetensi hingga memiliki
kompetensi yang penuh. Diantaranya terdapat berbagai tingkat
kompetensi membuat keputusan tertentu (keputusan yang reasonable
berdasarkan alasan yang reasonable).
Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah
dewasa, sadar dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah
pengampuan. Dewasa diartikan sebagai usia telah mencapai 21 tahun
atau telah pernah menikah. Sedangkan keadaan mental yang dianggap
tidak kompeten adalah apabila mempunyai penyakit mental
sedemikian rupa sehingga kemampuan membuat keputusan menjadi
terganggu.
2. Information elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan
understanding (pemahaman). Pengertian ”berdasarkan pemahaman
yang adekuat membawa konsekuensi kepada tenaga medis untuk
memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa sehingga pasien
dapat mencapai pemahaman yang adekuat. Dalam hal ini, seberapa
94
”baik” informasi harus diberikan kepada pasien, dapat dilihat dari 3
standar, yaitu :
a. Standar Praktik Profesi
Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria ke-adekuat-
an informasi ditentukan bagaimana BIASANYA dilakukan dalam
komunitas tenaga medis.
Dalam standar ini ada kemungkinan bahwa kebiasaan tersebut di
atas tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial setempat, misalnya resiko
yang ”tidak bermakna” (menurut medis) tidak diinformasikan,
padahal mungkin bermakna dari sisi sosial pasien.
b. Standar Subyektif
Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut
oleh pasien secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan
harus memadai untuk pasien tersebut dalam membuat keputusan.
Kesulitannya adalah mustahil (dalam hal waktu/kesempatan) bagi
profesional medis memahami nilai-nilai yang secara individual
dianut oleh pasien.
c. Standar pada reasonable person
Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar
sebelumnya, yaitu dianggap cukup apabila informasi yang
diberikan telah memenuhi kebutuhan umumnya orang awam.
3. Consent elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan,
kebebasan) dan authorization (persetujuan).
95
Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi
ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas dari ”tekanan” yang
dilakukan tenaga medis yang bersikap seolah-olah akan ”dibiarkan”
apabila tidak menyetujui tawarannya.
Consent dapat diberikan :
a. Dinyatakan (expressed)
1) Dinyatakan secara lisan
2) Dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan
apabila dibutuhkan bukti di kemudian hari, umumnya pada
tindakan yang invasif atau yang beresiko mempengaruhi
kesehatan penderita secara bermakna. Permenkes tentang
persetujuan tindakan medis menyatakan bahwa semua jenis
tindakan operatif harus memperoleh persetujuan tertulis.
b. Tidak dinyatakan (implied)
Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis,
namun melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan
jawabannya.
Meskipun consent jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent
jenis inilah yang paling banyak dilakukan dalam praktik sehari-hari.
Misalnya adalah seseorang yang menggulung lengan bajunya dan
mengulurkan lengannya ketika akan diambil darahnya.
C. Proxy Consent
Adalah consent yang diberikan oelh orang yang bukan si pasien itu sendiri,
dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara
96
pribadi, dan consent tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan
diberikan oleh pasien, bukan baik buat orang banyak).
Umumnya urutan orang yang dapat memberikan proxy consent adalah
suami/istri, anak, orang tua, saudara kandung, dst.
Proxy consent hanya boleh dilakukan dengan pertimbangan yang matang
dan ketat.
D. Konteks dan Informed Consent
Doktrin Informed Consent tidak berlaku pada 5 keadaan :
1. Keadaan darurat medis
2. Ancaman terhadap kesehatan masyarakat
3. Pelepasan hak memberikan consent (waiver)
4. Clinical privilege (penggunaan clinical privilege hanya dapat dilakukan
pada pasien yang melepaskan haknya memberikan consent.
5. Pasien yang tidak kompeten dalam memberikan consent.
Contextual circumstances juga seringkali mempengaruhi pola
perolehan informed consent. Seorang yang dianggap sudah pikun, orang
yang dianggap memiliki mental lemah untuk dapat menerima kenyataan,
dan orang dalam keadaan terminal seringkali tidak dianggap “cakap”
menerima informasi yang benar – apalagi membuat keputusan medis.
Banyak keluarga pasien melarang para dokter untuk berkata benar kepada
pasien tentang keadaan sakitnya.
Sebuah penelitian yang dilakukan Cassileth menunjukkan bahwa dari
200 pasien pengidap kanker yang ditanyai sehari sesudah dijelaskan, hanya
60 % yang memahami tujuan dan sifat tindakan medis, hanya 55 % yang
dapat menyebut komplikasi yang mungkin timbul, hanya 40 % yang
97
membaca formulir dengan cermat, dan hanya 27 % yang dapat menyebut
tindakan alternatif yang dijelaskan. Bahkan Grunder menemukan bahwa dari
lima rumah sakit yang diteliti, empat diantaranya membuat penjelasan
tertulis yang bahasanya ditujukan untuk dapat dimengerti oleh mahasiswa
tingkat atas atau sarjana dan satu lainnya berbahas setingkat majalah
akademik spesialis.
Keluhan pasien tentang proses informed consent :
1. Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan terlalu teknis
2. Perilaku dokter yang terlihat terburu-buru atau tidak perhatian, atau
tidak ada waktu untuk tanya – jawab.
3. Pasien sedang dalam keadaan stress emosional sehingga tidak mampu
mencerna informasi
4. Pasien dalam keadaan tidak sadar atau mengantuk.
Keluhan dokter tentang informed consent
1. Pasien tidak mau diberitahu.
2. Pasien tak mampu memahami.
3. Resiko terlalu umum atau terlalu jarang terjadi.
4. Situasi gawat darurat atau waktu yang sempit.
E. Hubungan Informed consent dengan Pancasila
Sila 1: Ketuhanan Yang Maha Esa
Informed consent merupakan suatu kesepakatan kedua belah pihak,
dimana Allah sebagai saksi sebagaimana sesuai dengan
kepercayaannya.
Surah Saba’: 1
98
“Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di
bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”
Sila 2: Kemanusiaan yang adil dan beradab
Informed consent menempatkan pasien sesuai dengan martabat
kemanusiaan, yang dilayani sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional.
Surah Al-Israa’: 70
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Sila 3: Persatuan Indonesia
Informed consent menempatkan orang-orang yang berkaitan dalam
kedudukan yang sama.
Surah Alhujuraat: 10
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat rahmat. “
99
Sila 4: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan.
Informed consent mengandung persetujuan atau tidak setuju yang
sebelumnya sudah ada penjelasan dan pemahaman diantara kedua
belah pihak.
Surah Asysyuura: 38
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya
dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezeki yang Kami berikan kepada mereka. “
Surah Almujaadilah: 9
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan
pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang
membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan
bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan.”
Sila 5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Informed consent mengandung suatu keadilan bagi kedua belah pihak
yaitu penerima dan pemberi pelayanan.
Surah Al-Hadiid: 11
100
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya,
dan dia akan memperoleh pahala yang banyak, “
Daftar Pustaka
Yusuf Alam Romadhon. Informed Consent.
http://yusufalamromadhon.blogspot.com/2008/01/informed-
consent.html diakses tgl 29 nop 2012
101
BAB VI
NILAI – NILAI PANCASILA DI DUNIA
A. Latar Belakang
Eksistensi Indonesia beberapa tahun belakangan ini mulai tidak
diperhitungkan oleh negara-negara lain. Berbagai kebijakan (policy) dari
negara tetangga seringkali melukai perasaan masyarakatnya, yang dianggap
merendahkan, melecehkan, seperti kasus Ambalat, TKI di Malaysia, kasus
Sutiyoso di Australia, dan lainnya. Orang lalu mencoba melihat kelemahan
bangsa ini terletak pada lemahnya implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan pemerintah dan masyarakat, sehingga belakangan ini eksistensi
Pancasila mulai digugat. Penulis mencoba melihat prospek Pancasila dalam
102
menghadapi masa depan. Tawaran penulis adalah bahwa Pancasila itu
memang tidak sesuatu hal given, hal sudah jadi, melainkan sesuatu yang
diusahakan. Besar tidaknya pengaruh yang diberikan Pancasila bagi proses
kehidupan berbangsa akan ditentukan oleh sejauhmana rakyat ini mau
mengaplikasi nilai-nilai itu dalam kehidupan nyata.
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan
mempunyai peranan yang penting dalam proses kehidupan berbangsa.
Sebagai perawat materi yang sangat penting dan menentukan adalah
memahami konsep caring dan mampu menanamkan dalam hati, disirami
dan dipupuk untuk mampu memperlihatkan kemampuan soft skill sebagai
perawat, yaitu empati, bertanggung jawab dan tanggung gugat, dan mampu
belajar seumur hidup. Dan itu semua akan berhasil dicapai oleh perawat
kalau mereka mampu memahami apa itu caring. Saat ini, caring adalah isu
besar dalam profesionalisme keperawatan, dimana perawat akan
mendalami konsep sebagai dasar ilmu keperawatan. Diharapkan perawat
mampu memahami tentang pentingnya perilaku caring sebagai dasar yang
harus dikuasai oleh perawat / ners.
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care,
mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang
diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi
kesanggupan pasien untuk sembuh. Lebih lanjut Mayehoff
memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan
membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Mayehoff
juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, rendah hati.
103
Sedangkan Sobel mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat
dan menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari
kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak
dan berperasaan.
Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien,
seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat
adalah juga manusia. Perawat harus memperhatikan pasien dan bertindak
sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Ini harus dilakukan
karena perawat adalah membantu proses penyembuhan pasien bukan
memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang
perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien. Dengan
hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling menghormati dan
menghargai di antara keduanya.
Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan
dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran,
sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat
dan lingkungan perawatan. Dengan demikian, nilai pancasila sangat
mendunia, hal ini dibuktikan dengan adanya Theory Human Care yang
memiliki nilai – nilai dasar dari pancasila.
B. TEORI
1. Caring pada perawat
Perawat merupakan salah satu profesi yang mulia. Betapa
tidak, merawat pasien yang sedang sakit adalah pekerjaan yang tidak
104
mudah. Tak semua orang bisa memiliki kesabaran dalam melayani
orang yang tengah menderita penyakit. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian
sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan
intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku caring atau kasih sayang/cinta (Johnson, 1989) .
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan
cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan
dengan orang lain. Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai
macam filosofi dan perspektif etik .
Human care merupakan hal yang mendasar dalam
teori caring. Menurut Pasquali dan Arnold (1989) serta Watson
(1979), human care terdiri dari upaya untuk melindungi,
meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan
dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan,
dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengendalian diri .
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care,
mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang
diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan
dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian
mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Lebih lanjut
Mayehoff memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi
pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan
105
diri. Mayehoff juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar,
jujur, rendah hati. Sedangkan Sobel mendefinisikan caring sebagai
suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Artinya memberi
perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan
bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan
berperasaan. Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral)
sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik
dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang
mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang
manusia, bukan malah melakukan tindakan amoral pada saat
melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai
suatu affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas
kasih atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian
perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka
bisa merawat pasien .
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan
bahwa caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik
keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan semata-
mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan
memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang
bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999)
Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat
baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam
106
aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien
dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan
merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat
menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan,
memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan
bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele,
Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat dapat
diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk
memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring .
Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri
perawat dan berasal dari hati perawat yang terdalam. Spirit
caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang
bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh
karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berbeda
ketika memberikan asuhan kepada klien .
Beberapa ahli merumuskan konsep caring dalam beberapa
teori. Menurut Watson, ada tujuh asumsi yang mendasari
konsep caring. Ketujuh asumsi tersebut adalah
a. Caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan
secara interpersonal,
b. Caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam
membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien,
c. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan
keluarga,
107
d. Caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak
hanya saat itu saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah
seseorang tersebut nantinya,
e. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung
perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam
memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri,
f. Caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan
antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai
perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat
kesehatan dan membantu klien yang sakit,
g. Caring merupakan inti dari keperawatan (julia,1995).
h. Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin
sepuluh faktor karatif yang berasal dari perpaduan nilai-nilai
humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar. Faktor karatif
membantu perawat untuk menghargai manusia dari dimensi
pekerjaan perawat, kehidupan, dan dari pengalaman nyata
berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai kepuasan dalam
melayani dan membantu klien. Sepuluh faktor karatif tersebut
adalah sebagai berikut.
2. Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistic.
Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan
sesuatu kepada klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan
kemampuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada
klien.
108
Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan
meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu,
perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan
kesehatan
Menumbuhkan kesensitifan terhadap diri dan orang lain.
Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien,
sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap
wajar pada orang lain.
Mengembangkan hubungan saling percaya.
Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan
sikap empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien.
Sehingga karakter yang diperlukan dalam faktor ini antara lain
adalah kongruen, empati, dan kehangatan.
Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif
klien. Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan
semua keluhan dan perasaan klien.
Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk
pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses
keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada
klien.
Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal,
memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan
memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.
109
Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual
yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan
internal dan eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi
penyakit klien.
Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien.
Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih
ke tingkat selanjutnya.
Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai.
Kadang-kadang seorang klien perlu dihadapkan pada
pengalaman/pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah
agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri
sendiri (Julia, 1995).
Dari kesepuluh faktor karatif tersebut, Watson merumuskan
tiga faktor karatif yang menjadi filosofi dasar dari konsep caring. Tiga
faktor karatif tersebut adalah: pembentukan sistem
nilai humanistik dan altruistik, memberikan harapan dan kepercayaan,
serta menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain
(Julia, 1995).
Kesepuluh faktor karatif di atas perlu selalu dilakukan oleh
perawat agar semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga
asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan.
Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat
110
belajar untuk lebih memahami diri sebelum memahami orang lain
(Nurahmah, 2006).
Leininger (1991) mengemukakan teori “culture care diversity
and universality”, beberapa konsep yang didefinisikan antara lain
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik
dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien adalah hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan
penekanan pada bentuk interaksi aktif antara perawat dan klien.
Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan
memotivasi keinginan klien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi
kesehatannya.
3. Budi pekerti pada perawat sebagai pengamalan pancasila
Yang dimaksudkan dengan budi pekerti itu umumnya kelakuan
dan akhlak seseorang yang diterapkan oleh tradisi, adat, dan
kebiasaan. Budi pekerti dalam perawatan khususnya berarti tata
susila yang berhubungan dengan cita – cita adat dan kebiasaan yang
mempengaruhi seorang perawat dalam menunaikan pekerjaannya.
a. Manfaat Budi Pekerti Bagi Perawat
Dasar – dasar budi pekerti yang sehat sangat dibutuhkan untuk
kepribadian yang baik. Bagi anggota perawat, kepribadian yang baik
adalah penting, karena perawat adalah seorang yang memberikan
pelayanan / perawatan baik terhadap orang sakit maupun terhadap
orang sehat. Perawatan bukan saja merupakan keahlian untuk
111
sekedar mencari nafkah, akan tetapi mengingat tujuannya juga
merupakan pekerjaan yang suci.
b. Manfaat Budi Pekerti Yang Luhur Bagi Penderita
Seorang perawat yang mempunyai budi pekerti yang luhur dan
menjalankan pekerjaannya dengan baik, tak akan luput pengaruh
baiknya pada penderita yang dirawatnya. Amal jasmani dan rohani
yang diberikan dengan penuh kerelaan oleh perawat kepada
penderita, merupakan faktor penting untuk kesembuhan penderita
tersebut. Seringkali perawat diajukan pertanyaan – pertanyaan
yang bertalian dengan pengertian akhlak dan kerohanian oleh
penderita. Dalam hal ini, perawat bias menjadi penolong yang
berguna untuk memberi kekuatan jiwa terutama kepada mereka
yang tidak mempunyai harapan sembuh.
4. Senyum tulus perawat merupakan pengamalan pancasila.
a. Makna senyuman
Senyum merupakan sikap yang mudah, ceria, ringan dan
sederhana untuk dilakukan. Senyuman mengandung samudera
hikmah atau kemanfaatan yang luar biasa baik bagi pemberi
maupun penerimanya. Tanadi Santoso menyebutkan keluarbiasaan
senyuman sebagai sebuah kekuatan universal yang menarik sekali.
Disebutnya demikian, karena ia berpandangan bahwa senyuman
akan menunjukkan hal yang positif. Senyum yang tulus dengan hati
terbuka akan memancarkan sikap mental yang positif. Akan
memancar kehangatan dari orang tersebut. Sebuah perasaan
(feeling) yang mudah menular. Juga menunjukkan keterbukaan
112
dengan orang lain. Terasa sebuah perasaan keyakinan (confident)
akan hidup dan yang terasa lainnya, apapun yang dikatakan akan
terasa lebih manis, enak didengar dan menyenangkan bagi orang
lain.
Soejitno Irmim dan Abdul Rochim dalam bukunya
“Penampilan Pribadi yang Simpatik”, menyatakan bahwa disamping
senyum itu murah, tidak usah membeli dan persediannya luar biasa
banyaknya, senyum ternyata memiliki daya ajaib seperti senyum
dapat membangkitkan jiwa-jiwa yang lemah dan semangat yang
terkoyak-koyak. Senyum dapat mengubah impian menjadi
kenyataan.
Seorang perawat juga hendaknya memiliki senyuman yang
tulus yang mampu memotivasi pasien-pasien yang ditanganinya.
Selain itu senyuman merupakan modal utama bagi seorang
perawat dalam bersosialisasi dengan lingkungan rumah sakit atau
lingkungan kerja. Seyum seorang perawat terhadap pasiennya
sangat penting karena senyum perawat membuat pasien nyaman
dalam menjalani pengobatan.
Perhatian yang diberikan perawat merupakan salah satu
factor yang penunjang dalam bisnis dibidang pelayanan kesehatan.
Zig Zaglar mengatakan bahwa “bila kita cukup memberikan apa
yang diinginkan oleh orang lain, maka kita akan mendapatkan
apapun yang kita inginkan”. Memberikan apa yang diinginkan orang
lain berarti menciptakan nilai tambah bagi orang tersebut, siapapun
dan bagaimanapun rupanya, orang tersebut akan merasa sangat
113
dihargai. Bentuk pemenuhan kebutuhan ini tidak saja dengan terapi
medikamentosa, namun lebih dari itu adalah sikap yang ramah
tamah, penuh kesabaran dan perasaan serta senyum polos yang
tidak dibuat-buat.
b. Senyuman Perawat dalam Menangani Pasien sebagai Pengamalan
Pancasila
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang
terapeutik dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien adalah hubungan perawat-pasien yang
bersifat profesional dengan penekanan pada bentuk interaksi aktif
antara perawat dan pasien. Hubungan ini diharapkan dapat
memfasilitasi partisipasi pasien dengan memotivasi keinginan
pasien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
Salah satu motivasi seorang perawat maupun mahasiswa
keperawatan dalam menangani pasiennya, yaitu dapat mengambil
dari pengamalan Pancasila. Pancasila merupakan rumusan dan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Di dalam Pancasila terdapat butir-butir yang memuat
seluruh pedoman dalam menjalani kehidupan sebagai manusia
yang memiliki bangsa dan negara yang telah merdeka.
Setiap masyarakat Indonesia dituntut untuk dapat
mengamalkan beberapa dari butir-butir pengamalan Pancasila
tersebut. Salah satu profesi yang menuntut agar berpedoman pada
Pancasila dalam menjalankan tugasnya yaitu seorang perawat
maupun mahasiswa keperawatan. Perawat atau mahasiswa
114
keperawatan dituntut dapat mengamalkan beberapa pengamalan
Pancasila sebagai upaya dalam merawat pasien. Hal ini dikarenakan
seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan bekerja untuk
sosial, berkecimpung di bidang kesehatan masyarakat, serta
bersosialisasi dengan masyarakat. Perawat maupun mahasiswa
keperawatan dituntut mampu mengayomi masyarakat yang sedang
menjalani pengobatan (pasien).
Dalam butir pancasila sila kedua dalam pengamalannya
disebutkan “mengembangkan sikap saling mencintai sesama
manusia”. Ini berhubungan dalam bidang keperawatan. Karena
dalam keperawatan seorang perawat harus memiliki sifat saling
mencintai dalam penyembuhan pasien. Sifat saling mencintai dapat
menumbuhkan jati diri seorang perawat dalam menjalankan
tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dalam butir pancasila sila
kelima ’’mengembangkan sikap adil terhadap sesama’’. Jadi
seorang perawat harus dapat menerima keadaan setiap pasien
yang ditanganinya baik itu dari golongan bawah maupun golongan
atas.
c. Senyum Tulus Perawat untuk Penyembuhan Pasien
Keramah tamahan merupakan hal yang sangat utama
dalam pelayanan kesehatan. Impian masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang ramah dari pelaku kesehatan sangat
tinggi, Namun kondisi ini sangat bertentangan dengan kenyataan
dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal ini adalah pelayanan
115
kesehatan di rumah sakit. Dalam kenyataannya, pelaku kesehatan
telah menomorduakan pasien dan yang menjadi perhatian utama
adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya dari pelayanannya.
Sebagaimana dijelaskan bahwa Quality Assurance (QA)
adalah usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. QA
ini merupakan salah satu faktor penting dan fundamental bagi
manajemen rumah sakit itu sendiri dan para stakeholder. Dampak
dari QA menentukan hidup matinya sebuah rumah sakit. Bagi
rumah sakit, adanya QA yang baik tentu saja membuat rumah sakit
mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Mengacu
pada konsep ini, apabila para perawat yang merupakan jumlah
terbanyak dalam rumah sakit tersebut dalam pelayananannya
menunjukkan sikap tidak profesional dengan “tidak tersenyum”
saja maka sebenarnya rumah sakit tersebut sudah kalah bersaing
dengan rumah sakit lainnya.
Bagi pelaku kesehatan, dengan adanya QA para pelaku
kesehatan dituntut untuk semakin teliti, telaten, dan hati-hati
dalam menjaga mutu pelayanannya. Ternyata senyuman saja pun
membawa dampak yang sangat besar bagi sebuah rumah sakit.
Selain Djajendera (2008), yang mengatakan bahwa senyum tulus
Anda adalah mahakarya kebaikan, Purwodadi, S. H. (2008) juga
mengungkapkan beberapa hal tentang senyum. Diantaranya
adalah:
116
Senyum itu murah, tetapi menciptakan banyak hal yang
baik. Senyum itu menguntungkan bagi yang menerima, tanpa
merugikan yang memberiSenyum itu terjadi sekejap dan kesannya
kadangkala tidak akan pernah berakhir selamanya, artinya senyum
yang hanya sekejap diperlihatkan itu mempunyai kesan yang
mendalam seolah tidak akan bisa terlupakan. Agar suatu rumah
sakit terhindar dari sebutan rumah sakit yang tidak ramah, perlu
adanya beberapa langkah konkrit untuk mencapai QA dalam
hospitality in nursing services, seperti yang ditawarkan oleh
Purwodadi, S.H (2008), yaitu: Mulailah dengan Senyum.
Senyuman yang dimaksud adalah senyuman yang murni
dan tulus dari dalam lubuk hati, bukan senyum yang dibuat-buat.
Watson menekankan dalam sikap caring ini juga harus tercermin
sepuluh faktor kuratif yaitu: Pembentukan sistem nilai humanistic
dan altruistik. Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu
memberikan sesuatu kepada klien. Selain itu, perawat juga
memperlihatkan kemapuan diri dengan memberikan pendidikan
kesehatan pada klien.
Memberikan kepercayaan – harapan dengan cara
memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik.
Di samping itu, perawat meningkatkan prilaku klien dalam mencari
pertolngan kesehatan. Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan
orang lain. Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan
kepada klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif,
murni, dan bersikap wajar pada orang lain.
117
Mengembangan hubungan saling percaya. Perawat
memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap
empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien.Meningkatkan
dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat
memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan
perasaan klien. Penggunaan sistematis metoda penyalesaian
masalah untuk pengambilan keputusan. Perawat menggunakan
metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan
asuhan kepada klien.
Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal,
memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan
memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.
Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual
yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruhi lingkungan
internal dan eksternal klien terhadap kesehatan kondisi penyakit
klien.
Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan
manisiawi. Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri
dan klien. Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai
sebelum beralih ke tingkat selanjutnya. Mengijinkan terjadinya
tekanan yang bersifat fenomologis agar pertumbuhan diri dan
kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seseorang
klien perlu dihadapkan pada pengalaman atau pemikiran yang
bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan
pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri.
118
Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalu dilakukan oleh
perawat agar semua aspek dalam diri klien dapat tertangani
sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat
diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat
juga dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum mamahami
orang lain.
5. Peran dan manfaat keperawatan dari segi ideologi pancasila
Perawat profesional pemula mempunyai peran dan funsgi
sebagai berikut:
“Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu
sistem pelayanan kesehatan sesuai kebijakan umum pemerintah yang
berlandaskan pancasila, khususnya pelayanan atau asuhan
keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas
berdasarkan kaidah-kaidah” yaitu :
a. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam
mengelola asuhan keperawatan.
b. Berperan serta dalam kegiatan penelitian dalam bidang
keperawatan dan menggunakan hasil penelitian serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan
keperawatan.
c. Berperan secara aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam
kemandirian untuk hidup sehat.
119
d. Mengembangkan diri terus menerus untuk meningatkan
kemampuan profesional.
e. Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang
sesuai dengan etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya.
Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang reaktif, produktif,
terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi kemasa
depan, sesuai dengan perannya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Black M. Joyce&Jane H. Hawks. 2005. Medical Surgical Nursing : clinical
management for positive outcome. 7th edition. St Louis : Elseiver Inc.
Elly Nurachmah. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit.
http://pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=786&tbl=artikel.
(diakses 27 Agustus 2006).
120
Farland M&Leininger M. 2002. Transcultural Nursing, Concept, Theories,
Research & Practice. Mc. Grow-Hill Companies.
George B. Julia. 1995. Nursing Theories : The Base Professional Nursing Practice.
4th edition. Connecticut : Appleton&Lange.
Kidd Pamela Stinson. 2001. High Acuity Nursing. 3rd edition. New Jersey :
Prentice Hall.
Leininger M. Madeline. Culture Care Diversity and Universality : a theory of
nursing. 1991. New York : National league for nursing press.
M. Margaretha Ulemadja Wedho. Modalitas Perawat Adalah Empati (Refleksi
Memperingati Ulang Tahun Ppni).
http://www.indomedia.com/poskup/2005/03/16/edisi16/1603pin1.h
tm. (diakses 29 Agustus 2006).
Meidiana Dwidiyanti. 1998. Aplikasi Model Konseptual Keperawatan. Edisi 1.
Semarang : Akper Depkes Semarang.
Munir Kamarullah. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Perawat.
http://risetdua.tblog.com/. (diakses 27 Agustus 2006).
Nila Ismani. 2000. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika.
Potter A. Patricia&Anne G. Perry. 2001. Fundamentals of Nursing. 5th edition. St
Louis : Mosby, Inc.
Rawin. 2005. Action Research Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan
Perilaku Caring Perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang.
Universitas Diponegoro Semarang. Tidak dipublikasikan.
Rokiah Kusumapradja. Pelayanan Prima Dalam Keperawatan.
www.pdpersi.co.id/mukisi/hospex/rokiah.ppt. (diakses 29 Agustus
2006).
121
Roswita Hasan. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia.
http://www.pjnhk.go.id/asuhankeperawatan3.htm. (diakses 27
Agustus 2006).
BAB VIII
PROSPEK MASA DEPAN PANCASILA TETAP “ EKSIS” DENGAN ADANYA
PENDIDIKAN KARAKTER
A. Latar Belakang
Pengembangan karakter bangsa ialah rangkaian usaha
pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar
122
oleh seluruh warga suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Ada
beberapa karakter bangsa Indonesia akhir-akhir ini yang mulai berubah ke
arah yang memprihatinkan. Misalnya sikap religius, santun sabar, saling
menghormati, dan mengutamakan musyawarah. Sekarang cenderung ke
arah yang destruktif dalam melakukan aktivitas bermasyarakat.
Karakter menentukan tingkah laku manusia. Sehingga salah satu
faktor penyebab yang lazim dijadikan “kambing hitam” terjadinya tingkah
laku warga negara yang tak terpuji ialah karakter bangsa yang mulai
bergeser, bahkan menurun kualitasnya. Kondisi demikian dipengaruhi oleh
tren dunia yakni globalisasi, yang memungkinkan informasi dapat masuk
dengan tidak terbatas (borderless information). Di dalam situasi yang
seperti ini terjadilah proses lintas budaya (trans-cultural) dan silang
budaya (cross cultural) yang kemudian mempertemukan nilai-nilai budaya
satu dengan yang lainnya.
Pertemuan nilai - nilai budaya (cultural contact) dapat
menghasilkan dua kemungkinan, yaitu: (1) asimilasi, pertemuan tanpa
menghasilkan nilai-nilai baru yang bermakna; dan (2) akulturasi,
pertemuan yang membuahkan nilai-nilai baru yang bermakna. Pendidikan
123
merupakan faktor dominan dalam mengembangkan karakter bangsa.
Pendidikan sebagai proses transformasi budaya merupakan kegiatan
pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain (Tirtarahardja
dan Sulo, 2005:33).
Pendidikan merupakan proses pemanusiaan untuk menjadikan
manusia memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, dan
manusia seutuhnya agar mampu menjalankan dan mengembangkan
budaya. Kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup
bermasyarakat yang berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama anggota
manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat. Salah satu fungsi
dari pendidikan formal mencakup fungsi sosial. Pendidikan formal dalam
menjalankan fungsi sosial harus mampu mensosialisasikan peserta didik,
sehingga mereka nantinya bisa mengubah diri mereka dan masyarakatnya.
Eksistensi Indonesia beberapa tahun belakangan ini mulai tidak
diperhitungkan oleh negara-negara lain. Berbagai kebijakan (policy) dari
negara tetangga seringkali melukai perasaan masyarakatnya, yang
dianggap merendahkan, melecehkan, seperti kasus Ambalat, TKI di
Malaysia, kasus Sutiyoso di Australia, dan lainnya. Orang lalu mencoba
124
melihat kelemahan bangsa ini terletak pada lemahnya implementasi nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan pemerintah dan masyarakat, sehingga
belakangan ini eksistensi Pancasila mulai digugat. Penulis mencoba
melihat prospek Pancasila dalam menghadapi masa depan. Tawaran
penulis adalah bahwa Pancasila itu memang tidak sesuatu hal given, hal
sudah jadi, melainkan sesuatu yang diusahakan. Besar tidaknya pengaruh
yang diberikan Pancasila bagi proses kehidupan berbangsa akan
ditentukan oleh sejauhmana rakyat ini mau mengaplikasi nilai-nilai itu
dalam kehidupan nyata.
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan
mempunyai peranan yang penting dalam proses kehidupan berbangsa.
Sebagai perawat materi yang sangat penting dan menentukan adalah
memahami konsep caring dan mampu menanamkan dalam hati, disirami
dan dipupuk untuk mampu memperlihatkan kemampuan soft skill sebagai
perawat, yaitu empati, bertanggung jawab dan tanggung gugat, dan
mampu belajar seumur hidup. Dan itu semua akan berhasil dicapai oleh
perawat kalau mereka mampu memahami apa itu caring. Saat
ini, caring adalah isu besar dalam profesionalisme keperawatan, dimana
perawat akan mendalami konsep sebagai dasar ilmu keperawatan.
125
Diharapkan perawat mampu memahami tentang pentingnya
perilaku caring sebagai dasar yang harus dikuasai oleh perawat / ners.
Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam
menghadapi pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang
dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus memperhatikan
pasien dan bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien.
Ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses
penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang
baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab
dengan pasien. Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling
menghormati dan menghargai di antara keduanya.
Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan
dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran,
sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam
masyarakat dan lingkungan perawatan.
Dengan demikian, para perawat dapat mengusahakan kemajuannya
secara sadar dan seksama. Oleh karena itu dalam perawatan teori dan
126
praktek dengan budi pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak dapat
dipisah – pisahkan.
Selain dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa
nama baik rumah sakit antara lain ditentukan oleh pendapat / kesan dari
masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan dengan
baik, jika tingkatan sikap caring perawat dan pegawai-pegawai kesehatan
lainnya. Sebab akhlak yang teguh dan sikap caring merupakan dasar yang
penting untuk segala jabatan, termasuk bagi perawat.
B. TINJAUAN TEORI
1. Merekonstruksi Pendidikan
Pendidikan harus mengetahui dan mengembangkan potensi yang
dimiliki peserta didik yang beragam. Pendidikan memiliki tugas
mengembangkan potensi manusia secara maksimal yang terhimpun dalam
jasmani dan rohani. Apa saja potensi yang dimiliki manusia? Potensi
manusia telah terancang dengan baik di dalam otak. Otak merupakan pusat
berpikir. Manusia yang “berotak” akan selalu berpikir guna menyelesaikan
permasalahan kehidupan. Otak manusia terbagi menjadi empat bagian,
yakni: otak kanan, otak kiri, otak kecil, dan God Spot. Keempat bagian otak
itulah bermuara potensi-potensi manusia. Otak kanan merupakan pusat
127
emotional qoutient, berpikir acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Otak
kanan menyimpan potensi moral qoutient, adversity qoutient, mampu
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Emotional qoutient lebih
berpusat pada rekonstruksi hubungan yang bersifat horizontal (sosial). Otak
kiri merupakan pusat intelligence qoutient, berpikir logis, memecahkan
persoalan, linear, dan rasional. Otak kiri menyimpan potensi mengetahui
problem serta kondisi baru, berpikir abstrak, dan menerima hubungan yang
kompleks.
Otak kecil merupakan pusat penyeimbang, cerebellum qoutient,
dan taat. Otak kecil menyimpan potensi orang yang rendah hati, tawaduk,
sederhana, dan ketaatan. God Spot bagian otak yang menjadi pusat spiritual
qoutient, kebermaknaan. Potensi God Spot ialah pengembangan kejiwaan
yang berdimensi ketuhanan, hubungan yang bersifat vertikal atau sering
disebut spiritual qoutient. Manusia berbeda antara satu dengan lainnya,
hanya disebabkan perbedaan fisik, mental, dan kecerdasan, sehingga
manusia mampu menerima pengetahuan tentang alam semesta ini sesuai
dengan kemampuannya masing-masing. Pendidikan berupaya
menggabungkan emotional qoutient, intelligence qoutient, cerebellum
qoutient dan sehingga diharapkan dapat mengembangkan potensi menjadi
128
manusia yang moral qoutient, adversity qoutient, dan religious qoutient.
Bagaimana memproses keseluruhan domain dan segenap potensi agar
menjadi integral dalam dunia pendidikan?
Sebuah pedoman dalam mengembangkan segenap potensi
manusia yang merujuk pada Al Quran, merupakan sebuah upaya yang nyata
(Gunawan, 2011:32). Al Quran surat Al A’raaf ayat 205 merupakan “konsep
otak” dan prototipe tujuan pendidikan. Al Quran surat Al A’raaf ayat 205:
Artinya: Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan
diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. “Dan sebutlah
(nama) Tuhanmu”: menyebut berarti manusia sadar, ingat Tuhan, dzikir
menjadi kepribadiannya, merupakan intelligence qoutient yang “tertinggi”.
Keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia menjadi dasar pembentukan
kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun memungkinkan
semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman, takwa, dan
akhlak mulia. “Dalam hatimu”: merenungi di hati, berpikir hakikat
penciptaannya, dan melahirkan spiritual qoutient. Spiritual qoutient sebagai
potensi kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna. Hanya manusia
yang memiliki potensi spiritual qoutient.
129
“Dengan merendahkan diri”: rendah hati, tidak menyombongkan
diri, merupakan dampak dari “kesadaran” tujuan penciptaanya melalui
proses berpikir, “merenung dengan hati”, dan hasilnya ketaatan kepada
Tuhan. “Dan rasa takut”: membentuk emotional qoutient dan lebih rendah
hati. Manusia akan memiliki kejujuran dan integritas, bertanggung jawab,
hormat pada aturan dan hukum masyarakat, dan hormat pada hak
orang/warga lain. “Dengan tidak mengeraskan suara”: berbisik, hatinya
diam-diam berdoa, doanya diam-diam, penuh harapan, selalu optimis,
berserah diri, banyak ide, dan banyak pendapat. Manusia yang
“berbisik/bersuara” memiliki bahan untuk dibicarakan, dikaji, didiskusikan,
dan bertukar ilmu, ide, gagasan, dan pendapat. “Di waktu pagi dan petang”:
tanpa mengenal ruang dan waktu dalam berpikir, dan tidak terputus-putus.
Manusia berpikir setiap kejadian dan setiap kesempatan, tidak terbatas
ruang dan waktu. “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”:
tidak lalai, sadar secara jiwa dan raga, sadar diri. Manusia akan sadar secara
totalitas jiwa dan raganya, sehingga dalam bertindak sesuai dengan
tuntunan Tuhan. Manusia yang selalu “ingat Tuhan” dalam setiap langkah,
denyut jantung, dan helakan nafas; mengetahui hakikat penciptannya; selalu
rendah hati, tidak sombong akan ilmunya; memiliki rasa takut, kejujuran dan
130
integritas; selalu optimis, berserah diri, dan banyak pendapat; berpikir setiap
kejadian dan setiap kesempatan; dan sadar secara jiwa dan raga; maka akan
tercipta manusia seutuhnya. Manusia yang memiliki emotional qoutient,
intelligence qoutient, dan spiritual qoutient.
Pendidikan melalui kegiatan pembelajaran diharapkan
menggabungkan keseluruhan potensi otak peserta didik sehingga
membentuk kebermaknaan (GodSpot). Segenap potensi tersebut secara
fitrah dianugerahkan Tuhan kepada manusia dalam kedudukannya sebagai
insan, manusia seutuhnya, dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga.
Pendidikan perlu terus ditingkatkan, dioptimalkan, dan masih
memungkinkan untuk ditingkatkan. Sehingga perlu adanya perubahan
dalam pemikiran para pendidik yang cenderung pada transfer pengetahuan
belaka. Pendidikan pada akhirnya dapat kembali pada fitrahnya, yang
memanusiakan manusia dalam kedudukannya sebagai insan.
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah elemen penting dalam pembangunan bangsa
karena melalui pendidikan, dasar pembangunan karakter manusia dimulai.
Karakter merupakan sifat yang melekat pada setiap manusia, sebagai faktor
penentu seseorang untuk bersikap dan bertingkah laku, dengan dipengaruhi
131
oleh situasi, kondisi, dan yang dirasakan dalam hati seseorang. Karakter
lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap atau
melakukan perbuatan yang menyatu dalam diri manusia sehingga ketika
muncul tidak perlu dipikirkan lagi. Wynne berpendapat karakter merupakan
nilai kebaikan dalam bentuk tingkah laku (Zuhdi, 2009:10). Sementara itu
Kamus Bahasa Indonesia (2008:639) mengartikan karakter sebagai tabiat;
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain. Sedangkan Kemendiknas (2010) menyatakan karakter
sebagai suatu moral excellence atau akhlak dibangun di atas berbagai
kebajikan (virtues) yang pada gilirannya hanya memiliki makna ketika
dilandasi atas nilai-nilai yang berlaku dalam budaya (bangsa).
Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting untuk
membangun dan mempertahankan jati diri bangsa. Pendidikan karakter
memiliki makna yang luas daripada pendidikan moral, karena bukan sekedar
mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah,tetapi lebih dari itu.
Pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik,
sehingga peserta didik menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang
baik dan mana yang buruk, mampu merasakan dan menghayati (domain
afektif) nilai baik, dan biasa melakukannya (domain psikomotorik). Lickona
132
(1992) berpendapat adanya moral absolute, yang harus diajarkan kepada
generasi muda, agar mereka memahami dan melakukan mana yang baik dan
menjauhi yang buruk. Lebih lanjut Lickona tidak sependapat dengan cara
pendidikan moral reasoning dan value clarification yang diajarkan di
Amerika Serikat, karena sesungguhnya terdapat nilai moral universal yang
bersifat absolut yang bersumber dari ajaran agama-agama di dunia yang
disebut dengan the golden rule. Nilai moral tersebut seperti: saling
menghormati, jujur, bersahaja, saling menolong, adil, dan bertanggung
jawab. Sedangkan Wynne berpendapat karakter merupakan nilai kebaikan
dalam bentuk tingkah laku (Zuhdi, 2009:10). Karakter apa yang harus
ditanamkan kepada siswa?
Terdapat delapan karakter yang dapat dikaitkan dalam kegiatan
pembelajaran, yakni:
1. Cinta Allah dan Rasul
2. Cinta orangtua dan guru
3. Cinta sesama
4. Cinta keunggulan
133
5. Cinta diri sendiri
6. Cinta ilmu pengetahuan dan teknologi
7. Cinta alam sekitar
8. Cinta bangsa dan negara
Karakter pada manusia dikreasikan dan ditambahkan dengan nilai-
nilai (created). Setelah itu direkatkan, diinternalisasi, dan terdapat
pembiasaan dalam bertingkah laku seseorang (embedded). Karakter setelah
diinternalisasi, dikembangkan lagi (developed), hal ini terkait kedinamisan
budaya. Karakter yang terbentuk dan baik dipelihara (ultimately
manipulated), dipertahankan keberadaannya. Karakter yang telah terbentuk
tersebut diarahkan (managed), menjadi sebuah nilai budaya. Proses tidak
pernah selesai, dan begitu seterusnya.
Nilai – nilai tersebut berintegrasi dalam mata pelajaran,
antarpelajaran, dan kurikulum, sehingga tidak harus diajarkan dalam mata
pelajaran tersendiri. Proses ini harus menjadi daya tarik dan membangkitkan
rasa ingin tahu mahasiswa. Dosen menjadi inspirasi, pembelajaran harus
menyenangkan, penguatan isi, dan metode yang mencerahkan siswa.
Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa ialah interaksi edukatif, dialogis,
dengan prinsip-prinsip demokrasi, kesetaraan, keberagaman, dan
134
penghargaan. Nilai-nilai dasar kemanusiaan sebagai inti pendidikan karakter
dibangkitkan, ditanamkan, dipelihara, dan direfleksikan melalui sikap,
pemikiran, dan perilaku, sehingga menjadi budaya kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan Karakter Bangsa Berdasarkan Kearifan Lokal
Karakter sebagai suatu moral excellence atau akhlak dibangun di
atas berbagai kebajikan (virtues) yang pada gilirannya hanya memiliki makna
ketika dilandasi atas nilai-nilai yang berlaku dalam budaya bangsa
(Kemendiknas, 2010). Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang
dimiliki warga negara Indonesia berdasarkan tindakan-tindakan yang dinilai
sebagai suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di masyarakat dan
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai inti karakter bangsa Indonesia,
mengandung lima pilar karakter, yakni:
1. Transendensi, menyadari bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa. Dari-Nya akan memunculkan penghambaan semata-mata
pada Tuhan. Kesadaran ini juga berarti memahami keberadaan diri dan
alam sekitar sehingga mampu memakmurkannya;
2. Humanisasi, setiap manusia pada hakikatnya setara di hadapan Tuhan
kecuali ketakwaan dan ilmu yang membedakannya. Manusia diciptakan
sebagai subyek yang memiliki potensi;
135
3. Kebinekaan, kesadaran akan ada sekian banyak perbedaan di dunia. Akan
tetapi, mampu mengambil kesamaan untuk menumbuhkan kekuatan;
4. Liberasi, pembebasan atas penindasan sesama manusia. Oleh karena itu
tidak dibenarkan adanya penjajahan manusia oleh manusia;
5. Keadilan, merupakan kunci kesejahteraan. Adil tidak berarti sama, tetapi
proporsional. Nilai-nilai Pancasila digunakan sebagai parameter tingkah
laku pemerintah, masyarakat, dan individu. Pancasila memiliki
kedudukan yang jelas dan tegas. Inti sila-sila Pancasila menjadi norma
dan tolak ukur bagi kegiatan kenegaraan, kemasyarakatan, dan
perseorangan. Perbuatan manusia dianggap bermoral (beretika) atau
mempunyai nilai etik, jika memenuhi tolak ukur Pancasila. Pembangunan
karakter bangsa dengan demikian juga tidak lepas dari nilai-nilai dasar
Pancasila.
Kearifan lokal didefinisikan sebagai sintesis budaya yang
diciptakan oleh aktor-aktor lokal melalui proses yang berulang-ulang,
melalui internalisasi, dan interpretasi ajaran agama dan budaya yang
disosialisasikan dalam bentuk norma – norma dan dijadikan pedoman
dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat. Kearifan lokal merupakan
gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan
136
berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat dari
yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai dengan
yang profan (bagian keseharian dari hidup dan bersifat biasa-biasa saja).
Kearifan lokal ialah koleksi fakta, konsep, keyakinan, dan persepsi
masyarakat terhadap lingkungan mereka. Kearifan lokal dipahami
sebagai segala sesuatu yang didasari pengetahuan, diakui akal, dan
sesuai dengan ketentuan agama. Local genius adalah juga cultural
identity, merupakan identitas bangsa yang menyebabkan bangsa
tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai
dengan watak sendiri. Unsur budaya daerah potensial sebagai local
genius karena teruji kemampuannya untuk bertahan.
Karakteristik kearifan lokal ialah: (1) terbangun berdasarkan
pengalaman; (2) teruji setelah digunakan selama berabad-abad; (3)
dapat disesuaikan dengan budaya sekarang; (4) lazim dilakukan oleh
individu dan masyarakat; (5) bersifat dinamis; dan (6) sangat terkait
dengan sistem kepercayaan. Kearifan lokal berwujud tata aturan yang
menyangkut: (1) hubungan sesama manusia, seperti perkawinan; (2)
hubungan manusia dengan alam, sebagai upaya konservasi alam, seperti
hutan milik adat; dan (3) hubungan dengan yang gaib, seperti Tuhan dan
137
roh gaib. Kearifan lokal dapat berupa adat istiadat, institusi, kata-kata
bijak, dan pepatah. Seperti dalam kebudayaan Jawa terdapat parian dan
tembang.
Tembang Gugur Gunung yang diciptakan oleh Bapak Ki
Nartosabdo misalnya, dalam tembang ini terdapat nilai-nilai filosofis dan
kaya makna. Teks tembang Gugur Gunung seperti berikut ini.
Ayo (ayo) … kanca (kanca) …
Ngayahi karyaning praja
Kene (kene) … kene (kene) …
Gugur gunung tandang gawai
Sayuk-sayuk rukun bebarengan ro kancane
Lila lan legawa kanggo mulyaning negara
Siji (loro) telu (papat) … maju papat papat
Diulung-ulungake mesthi enggal rampunge
Holobis kuntul baris, holobis kuntul baris ( 2x )
Teks tembang Gugur Gunung mengajak semua orang untuk
melakukan tugas-tugas bangsa dan negara. Sejak kalimat pertama teks vokal
menunjukkan betapa pengarang memiliki kecintaannya yang besar terhadap
bangsa dan negara. Orang lain diajak untuk melakukan hal yang sama
138
dengan cara mengerjakan tugas dan membuat karya sesuai keahliannya.
Kehidupan masyarakat terorganisasi secara rapi, dalam masyarakat Jawa
tercermin dalam nilai-nilai budaya hormat dan rukun. Konsep keseimbangan
tercermin dalam terjaminnya pemerataan distribusi kesempatan dan
sumber daya ekonomi, sosial, politik, dan budaya secara adil, serta
terpeliharanya hubungan selaras dengan lingkungan alam.
Nilai budaya keserasian hidup bersama menjadi filosofi dasar
masyarakat Jawa, yaitu cita-cita yang berupa tatanan sosial terorganisasi
secara rapi dalam keseimbangan. Manusia dalam posisi hidup
bermasyarakat, tidak dapat bersifat individual yang di mana seseorang
tersebut dihadapkan pada pranata sosial yang berlaku pada kelompok
masyarakat tersebut. Seseorang hidup bermasyarakat tentunya harus
mengikuti dan menaati tatanan sosial yang berlaku dalam kelompok
masyarakatnya. Kegiatan gotong-royong terdapat proses timbal balik yang
merupakan hubungan sebab dan akibat dari aktivitas tersebut. Apabila
seseorang melakukan pekerjaan pribadinya secara gotong-royong, berarti
orang ini telah mengajak orang lain – masyarakat – untuk bekerja bersama-
sama menyelesaikan pekerjaan pribadinya. Dengan demikian orang yang
mengajak ini juga harus siap membantu pekerjaan orang lain yang diadakan
139
secara gotongroyong. Sehingga dalam proses ini terjadi saling membantu
dan dibantu antarwarga masyarakat. Kerja gotong-royong ini lazim sering
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan
sosial atau bersama.
Kearifan lokal bukan pada fokus budaya regional (kabupaten, kota,
provinsi), melainkan penerapan nilai. Misalnya orang Banjar yang lama
tinggal di Jawa akan terbawa budaya Jawa. Kearifan lokal dapat berubah
dalam aspek nilai, seiring kedinamisan masyarakat dan keyakinan. Guna
mengembangkan karakter bangsa berdasarkan kearifan lokal, perlu
melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengembangkan modal sosial untuk mengaktualisasikan nilai-nilai luhur
budaya bangsa dalam menghadapi derasnya arus budaya global, dengan
mendorong terciptanya ruang yang terbuka dan demokratis bagi
pelaksanaan dialog kebudayaan;
2. Mendorong percepatan proses modernisasi yang dicirikan dengan
terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia modern yang
berkelanjutan dan menguatnya masyarakat sipil;
3. Menyelesaikan peraturan perundang-undangan di bidang kebudayaan
dan peraturan pelaksananya;
140
4. Mendorong reaktualisasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai salah satu dasar
pengembangan etika pergaulan sosial untuk memperkuat identitas
nasional;
5. Mengembangkan kerja sama yang sinergis antarpihak terkait dalam upaya
pengelolaan kekayaan budaya;
6. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkepribadian, berbudi luhur,
dan mencintai kebudayaan Indonesia dan produk-produk dalam negeri.
4. PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter diterapkan pada sekolah – sekolah, salah satunya yaitu
SDIT, kurikulum SDIT :
Sebagai lembaga formal yang bernaung di bawah Depdiknas,
kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Nasional yang ditetapkan
Depdiknas yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Berdasarkan rambu-rambu yang ditetapkan Depdiknas tersebut
kemudian dijabarkan ke dalam program-program pembelajaran yang
disesuaikan dengan Visi dan Misi serta Strategi SDIT ATTAQWA PUSAT.
Sebagai sekolah Islam maka Kurikulum Agama menjadi bagian yang
terpenting dari proses pembelajaran dan menjadi program unggulan,
disusun secara terpisah dengan mengacu dan meramu beberapa model
141
kurikulum agama baik dari Depdiknas, Depag dan Pesantren Modern yang
ada di Indonesia sehingga menjadi KURIKULUM SDIT ATTAQWA PUSAT.
Untuk kurikulum Muatan Lokal, disamping menyesuaikan dengan
program pemerintah Propinsi Jawa Barat juga menyesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat di lingkungan SD Islam Terpadu ATTAQWA PUSAT
berada dan kebutuhan masyarakt era globalisasi.
Sebagai gambaran berikut ini disajikan tabel struktur program SD Islam Terpadu
ATTAQWA PUSAT:
KOMPONENKELAS DAN ALOKASI WAKTU
I II III IV V VI
A. Mata
PelajaranX X X X X X
1. Pendidikan
Agama IslamX X X X X 3
2. Pendidikan
Kewarganegara
an
1 1 2 2 2 2
3. Bahasa
Indonesia5 5 5 5 5 6
4. Matematika 7 7 7 7 6 6
5. Ilmu 2 2 4 4 5 6
142
Pengetahuan
Alam
6. Ilmu
Pengetahuan
Sosial
2 2 3 3 3 3
7. Seni Budaya
dann Sosial2 2 2 2 2 2
8. Penjaskes 2 2 2 2 2 2
9. Bahasa
SundaX X X X X 2
B. Muatan
LokalX X X X X X
1. Aqidah
Akhlak1 2 2 2 2 X
2. Qur’an
Hadist
(Kandungan
dan hadits)
X 2 2 2 2 X
3. Fiqih 1 1 2 2 2 Xk
4. Tarekh 1 1 2 2 2 Xm
5. Bahasa Arab 2 2 2 2 2 3
6. Bahasa
Inggris2 3 3 3 3 3
7. Tahfidz 2 2 3 3 3 3
143
8. Tahsin
(Tajwid)4 4 4 4 4 4
9. Komputer 1 1 2 2 2 2
Jumlah 35 39 47 47 47 47
SISTEM PEMBELAJARAN
Rutinitas
Setiap pagi diawali dengan pembiasaan Sholat Dhuha.
Berdoa sebelum dan sesudah belajar.
Tadarus selama 30 menit di pagi hari.
Penulisan/pengecekan buku penghubung.
Pembiasaan keberanian berbicara di depan orang banyak.
Pembiasaan menggunakan kalimat – kalimat thoyyibah untuk kejadian
sehari hari.
Metode Proses Pembelajaran
Menggunakan pendekatan lintas kurikulum dalam berbagai
penugasan.
Pengenalan dan pemanfaatan berbagai sumber belajar mulai dari yang
paling sederhana sampai yang kompleks baik di lingkungan rumah,
sekolah, maupun masyarakat.
Senantiasa berusaha membuat kegiatan belajar nyaman,
menyenangkan, dipahami.
144
Berusaha selalu menggunakan interaksi yang edukatif.
Menerapkan beragam cara menghargai dan menerima sesama
manusia sesuai usia perkembangan anak didik
Memberi kesempatan baik siswa maupun guru untuk
mengaktualisasikan diri dalam berbagai kompetensi pada setiap mata
pelajaran
Mengamati secara kontinyu perkembangan fisik anak didik.
Mencermati bentuk tulisan anak didik sebagai dasar tulisannya kelak
Menggunakan proses penulisan yang benar sebagai dasar pembiasaan
ekspresi tertulis
Memberi penugasan penelitian perpustakaan, wawancara,
pengamatan lingkungan dan penulisan laporan
Menekankan pembiasaan kemandirian melalui berbagai kesempatan di
kelas, memimpin upacara, memimpin do'a, membersihkan kelas,
berdiskusi, berdebat, bercerita secara individual, presentasi kelompok.
Memberi kesempatan leluasa untuk mengadakan percobaan IPA, IPS,
untuk mencapai pemahaman konsep tertentu.
Mencermati pembiasaan menulis dan kaidah-kaidah umum yang harus
ditaati bersama (huruf besar/kecil, jarak, tata penulisan dst)
Memberi kesempatan mendapatkan materi secara langsung melalui
karyawisata
Memberikan kesempatan anak didik untuk menemukan pemahaman
mengenai emosi diri dan lingkungan serta mengembangkan
kecerdasan emosi melalui berbagai kegiatan bersama
145
Memberikan informasi berantai pada guru kelas jenjang berikutnya
agar kemampuan murid bisa digali semaksimal mungkin.
Sarana dan Fasilitas Sekolah
Gedung milik sendiri 3 lantai
Masjid
Ruang kelas
Laboratorium komputer
Perpustakaan Sekolah
Sarana dan fasilitas olah raga (Futsal, Bola Basket, & Bulu Tangkis)
Toko sekolah dan kantin prasmanan
UKS (Unit Kesehatan Sekolah)
Kegiatan Ko Kurikuler
Kegiatan kokurikuler dilakukan sebagai kegiatan yang menunjang secara
langsung proses pembelajaran di kelas (intra kurikuler) dan sebagai aplikasi atau
penerapan hasil pembelajaran yang tidak dapat dipraktekkan di kelas atau
memerlukan waktu yang relatif lama, diantaranya :
Salat Berjamaah, Kegiatan ini dilakukan setiap hari Senin s.d. Kamis untuk salat
Zuhur dan hari Jumat untuk salat Jumat dengan tujuan :
Memupuk keimanan siswa.
Melatih dan membiasakan gerakan-gerakan salat yang benar.
Membiasakan diri untuk melaksanakan salat lima waktu.
Membiasakan sikap tertib/disiplin terhadap waktu.
Kebiasaan Beramal
146
Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa memiliki kepekaan terhadap
permasalahan di lingkungan sekitarnya. Kegiatan beramal dilakukan
pada hari Jumat atau peristiwa tertentu dalam bentuk, pengumpulan :
Dana amal, kurban, dan teman asuh.
Pakaian layak pakai.
Alat-alat belajar (buku pelajaran, alat tulis, dan lain-lain) layak pakai.
Orientasi Siswa Baru
Kegiatan ini dilakukan satu tahun sekali pada awal tahun pelajaran dalam
bentuk dinamika kelompok, pengenalan fasilitas sekolah, rutinitas yang
dilakukan siswa serta kesepakatan peraturan di kelas/sekolah.
Kunjungan Pustaka
Untuk menumbuhkan rasa kecintaan membaca pada siswa, sekolah
menjadwalkan satu minggu sekali kegiatan kunjungan pustaka dengan
mengaitkan pada jadwal pelajaran.
Siswa berkunjung ke perpustakaan untuk membaca serta bisa
meminjam buku-buku yang disukai untuk dibawa pulang. Dalam hal ini
dibutuhkan kerjasama dan bantuan orangtua untuk mengingatkan anak
mengembalikan buku yang dipinjamnya tepat waktu.
Pembiasaan ini dapat membantu siswa untuk menggunakan bahan
pustaka secara maksimal. Selain itu siswa bisa mengambil beberapa jawaban
dari tugas yang diberikan oleh guru. Kunjungan ke perpustakaan ini tidak hanya
dapat dilakukan seminggu sekali namun dapat dilakukan juga ketika ada
penugasan dari guru atau pada waktu - waktu lain.
147
Pentas Akhir Tahun
Pementasan diadakan dengan tujuan untuk memberi pengalaman pada murid,
baik pengalaman pementasan, menari, menyanyi, menghafal sesuatu, maupun
pengalaman menonton pentas itu sendiri. Dalam acara ini orang tua diharapkan
selalu hadir untuk memberikan apresiasi terhadap kreatifitas dan ekspresi diri
putra-putrinya.
Amaliah Ramadhan
Kegiatan ini dilakukan setiap awal bulan puasa Ramadhan untuk memperkaya
pemahaman keagamaan secara praktis (pelaksanaan ritual ibadah) dan
kontekstual (kegiatan kreatif). Pelaksanaannya dilakukan dengan pendekatan
kelompok dan minat, serta melibatkan seluruh siswa kelas I s.d VI.
Kegiatan Ekstra Kurikuler
Untuk memberikan wadah kepada anak didik dalam mengembangkan bakat
dan minatnya serta sebagai wujud dari program pengembangan Diri (Dalam
Struktur Program Kurikulum ekuivalen dengan 2 jam pelajaran), SDIT ATTAQWA
PUSAT memberikan banyak pilihan kegiatan ekstra kurikuler, diantaranya :
Ekstra kurikuler Wajib
Kegiatan ini berupa KEPRAMUKAAN /PANDU SIT yang wajib diikuti oleh seluruh
siswa kelas III – V. Bentuk kegiatannnya berupa latihan rutin seminggu sekali
dan setiap akhir periode untuk kenaikan tingkat diadakan semacam ujian
melalui kegiatan perkemahan.
148
Ekstra kurikuler Pilihan
Sebagaimana sifatnya, pelaksanaan kegiatan ini dikelola dengan beberapa
ketentuan keikutsertaan peserta sebagai berikut :
Setiap siswa memilih eks-kur sesuai dengan minat dan bakatnya.
Periode pemilihan berlaku untuk sekurang-kurangnya satu semester.
Macam Ekstra kurikuler :
Drumband
Sepak Bola/Futsal
Pencak Silat
Bulu Tangkis
Sanggar Seni
Qiroah dan Tilawah
Karate
149
ateri buku ini adalah kumpulan bahan mata kuliah yang diajarkan
selama satu semester di Universitas Diponegoro, Semarang.MBuku ini mengulas tentang Pancasila di Indonesia
150
Top Related