41
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125
Diterima 3 Januari 2019 Direvisi 31 Januari 2019 Disetujui 22 April 2019
Dede Hidayatullah
MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR
HEALING MANTRA IN BANJARESE MANUSCRIPT
Balai Bahasa Kalimantan Selatan; Jalan A. Yani km. 32,2 Loktabat Banjarbaru Kalimantan Selatan; posel: [email protected]
PENDAHULUAN
Kajian terhadap naskah yang memuattentang pengobatan di Kalimantan Selatan,selama ini, belum menjadi perhatian para penelitidan pengkaji naskah. Salah satu kendala yangmenyebabkan kajian terhadap naskahpengobatan ini jarang dilakukan karenakeberadaan naskah yang berisi tentang
pengobatan baik itu pengobatan herbal, maupundengan media mantra atau bacaan, sangat rahasia.Hal ini karena naskah pengobatan itu sendiri,biasanya memuat tentang pengobatan herbal danpengobatan secara magis yang menggunakanbacaan atau isim dan hanya bisa berfungsi sebagaiobat apabila dilakukan oleh orang-orang tertentuseperti tuan guru dan tabib.1 Selain itu, sistempewarisan mantra dan bacaan biasanya dilakukan
Abstrak. Sedikitnya studi naskah pengobatan ini karena keberadaan naskah pengobatan sulit ditemukan. Naskah pengobatanadalah naskah rahasia yang disembunyikan dari orang lain karena bacaannya bersifat magis, dan tidak semua orang dapatmembacanya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi penelitian lain yang membahas tentang mantra pengobatanyang bersumber dari naskah lama. Selain itu, penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk melestarikan manuskrip lamayang memuat informasi tentang kehidupan dan budaya masa lampau, melestarikan tradisi lisan mantra dan pengobatantradisional Banjar yang mulai punah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menerapkan kodikologidan menganalisis isi teks mantra pengobatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naskah mantra pengobatan ditulisdengan bahasa Banjar berbentuk prosa dan beraksara Arab Melayu. Naskah ini memuat keterangan tentang kumpulanobat-obatan herbal, termasuk bacaan, mantra, wafak, isim, dan azimat. Lebih lanjut, bacaan dalam naskah ini diklasifikasikandalam empat bentuk, yaitu doa, ayat Alquran, selawat, dan syahadat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakatBanjar sejak zaman dulu sudah menggunakan berbagai media dalam melakukan pengobatan.
Kata kunci: naskah pengobatan, bahasa Banjar, mantra, ramuan herbal, kodikologi, tradisi lisan
Abstract. The lack of study on healing manuscripts is due to the difficulties in finding such texts. A healing manuscript is asecret text that is kept hidden from others because it contains magic script, and not everyone is able to read it. This researchis proposed as basis for other studies on healing mantra originating from old manuscripts. Further, this research isconducted as an effort to preserve old manuscripts that contain information concerning life and culture of the past, preservethe oral traditions of mantra, and traditional Banjarese healings that are becoming extinct. The research method used wasdescriptive by applying codicology and analyzing the contents of healing mantra. Results of this research indicate that thetexts of healing mantra was written as proses in Banjarese using Arabic-Malay letters. The text contains information of acollection of herbal concoctions, including scripts, incantations, wafak, isim, and amulets. Furthermore, the literatures in thismanuscript are classified into four structures, i.e. prayer, verses of the Koran, selawat, and shahada. Results of this studyindicate that the Banjar community has used various media to conduct healing treatment since ancient times.
Keywords: Healing manuscript, Banjarese, mantra, herbal concoction, codicology, oral tradition
1 Menurut Sunarti dkk. (1978: 162) Urang Banjar mengistilahkan mantra dengan bacaan, tiupan, isim, penawar, dan sumpah. Kelima istilahini merupakan sinonim dari mantra, karena itu, istilah kata mantra sebetulnya tidak dikenal oleh masyarakat Banjar.
42
Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)
secara lisan dan tertutup. Hal ini membuat naskahini menjadi naskah rahasia dan disembunyikandari orang lain. Padahal naskah pengobatan itumempunyai peranan dan fungsi yang penting bagimasyarakatnya, sebagai pengobatan alternatif.Oleh karena itu, kajian terhadap naskah yangmemuat tentang pengobatan, baik menggunakantanaman maupun media lainnya, sangat pentingdilakukan.
Kajian naskah di Kalimantan Selatan selamaini, biasanya pada naskah keagamaan dan naskahsyair saja. Untuk naskah agama, kajian dilakukanterhadap naskah-naskah yang ditulis Al-Banjariyang masih terdokumentasi dan tersimpandengan baik di Desa Dalam Pagar dan juga diMuseum Lambung Mangkurat (Hidayatullah 2015:59; 2016: 117). Selain itu, kajian naskah jugadilakukan terhadap naskah tasawuf seperti padanaskah Negara, seperti yang dilakukan olehMunadi dkk. (2011: 93) yang meneliti salah satubagian dari naskah Negara, yaitu Ini Pasal padaMenyatakan Sembahyang yang membahastentang konsep salat menurut IhsanuddinSumatrani; Humaydi dkk. (2011: 2) yang menelitiisi naskah Syarâb Al-‘Âsyiqîn karya HamzahFansuri. Naskah Negara ini merupakan kitab yangberisi tentang tasawuf dan tauhid yang merupakanhasil karangan beberapa pengarang. Mayoritaspengarang dalam naskah ini berasal dari Acehseperti Hamzah Fansuri, Nûr al-Dîn Al-Rânîrî danIhsân Al-Dîn ibn Muhammad Syamamaranî(Hidayatullah 2014b: 451). Adapun kajian terhadapnaskah syair biasanya berkaitan dengan tema,penokohan, dan amanat yang terdapat dalamsyair itu.
Selama ini, objek penelitian tentangpengobatan, terutama berkaitan dengan mantrayang ada di masyarakat dan dituturkan turuntemurun secara lisan. Ada beberapa penelitianyang telah dilakukan terhadap mantra, misalnyaYulianto (2011: 140) meneliti kompromi budayadan kepercayaan dalam mantra; Burchett (2008:807) tentang fenomena kemagisan mantra; Daod(2010: 181) tentang mantra dan dukun di Malaysia;Saputra (2007: 42) tentang struktur mantra Using,konvensi, konsep kelisanan dan fungsinya;Maknuna dkk. (2013: 2) tentang struktur, formula,
dan fungsi mantra pemanggil hujan di Situbundo;Kasmilawati dan Effendi (2012: 4) tentang strukturmantra Dayak Deyah; Suwarno (2012: 323)tentang bentuk dan isi mantra; dan Hermansyah(2010:3-4) tentang mantra di Kalimantan Barat.Adapun penelitian tentang mantra Banjar yangdilakukan oleh Sunarti, dkk. (1978: 54); Tim Penelitidari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan(Mugeni dkk. 2005: 1—82); Ganie (2007: 276—281); Sulistyowati dan Ganie (2016: 12); Rohim(2014: 206); dan mendeskripsikan tentang mantraBanjar berdasarkan fungsinya dan nilai budaya;Hidayatullah (2009: 33; 2014: 280) mendeskrip-sikan jenis mantra Banjar berdasarkan penggu-naannya dan revitalisasi mantra Banjar.
Adapun kajian tentang naskah yang memuatpengobatan di Kalimantan Selatan belum pernahdilakukan. Kajian naskah terpusat pada dua fokuspenelitian, yakni naskah keagamaan dan naskahsastra. Kajian tentang mantra yang terkait denganpengobatan, yaitu penawar, biasanya berupakajian tentang tuturan yang telah ditradisikan.Akibatnya kajian naskah pengobatan seakan-akanterabaikan. Penelitian naskah yang berisi mantrapernah dilakukan oleh Hidayatullah yangmembahas tentang kodikologi dan isi naskahmantra mistik (2016: 120—121), dan suntingannaskah doa wirid tolak bala (2017: 124). Naskahmantra mistik memuat tentang kagancangan(kesaktian), kewibawaan, dan kedigjayaan,sedangkan naskah doa wirid tolak bala memuatsembahyang, bacaan jual beli, dan bagian yangketiga tentang bacaan pintu rezeki.
Penelitian ini akan membahas tentang naskahpengobatan. Objek penelitian ini adalah naskahMantra Pengobatan (MP). Naskah MP merupakannaskah yang dimiliki oleh Najib secara turuntemurun yang beralamat di Rumah Adat Banjar,Teluk Selong, Jalan Martapura Lama No. 28,Kecamatan Martapura Barat, Kalimantan Selatan.
Dipilihnya naskah MP sebagai objek dalampenelitian ini, karena naskah ini memuat tentangpengobatan-pengobatan herbal dan ‘penawar’,yaitu pengobatan yang menggunakan mediaseperti bacaan, mantra, azimat ataupun rajah.Secara filologis, kajian terhadap naskah MP inijuga belum pernah dilakukan.
43
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125
Naskah MP yang memuat mantra, bacaan,azimat, dan pengobatan herbal yang biasanyahanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja.Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan isinaskah MP yang memuat mantra, bacaan, azimat,dan pengobatan herbal. Dengan adanyapenelitian ini diharapkan dapat menjadi landasanbagi penelitian lain yang membahas tentangmantra pengobatan yang bersumber dari naskahlama. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapatmelestarikan manuskrip lama yang memuattentang kehidupan dan budaya masa lampau,melestarikan tradisi lisan mantra dan pengobatanBanjar yang sudah dalam masa menujukepunahan. Selain itu, mantra dan pengobatandalam naskah MP ini merupakan produk budayayang memiliki efek positif untuk pengobatanalternatif.
Menurut Zaidan, dkk. (2000: 127) mantraadalah puisi Melayu lama yang dianggapmengandung kekuatan gaib, yang biasadiucapkan pawang atau dukun untuk mempeng-aruhi kekuatan alam semesta atau binatang.Adapun Kosasih (2012: 14) mendefinisikan mantrasebagai bentuk puisi atau gubahan bahasa yangdiresapi oleh kepercayaan akan dunia gaib. Iramabahasa sangatlah dipentingkan dengan maksuduntuk menciptakan nuansa magis, mantra timbuldari hasil imajinasi atas dasar kepercayaananimisme. Mantra bertujuan utama untukmenimbulkan tenaga gaib (1996: 20). Hermansyah(2010: 47-50) mengistilahkan mantra dengan ilmu.Menurutnya ilmu terbagi kepada beberapabentuk, yaitu bentuk mantra, bentuk azimat, danbentuk lain. Bentuk mantra terbagi atas tawar,cuca, ilmu, dan pelias. Azimat terbagi ke dalambuntat, kain, rambut, keris, dan kertas. Adapunyang termasuk dalam bentuk lain adalah minyaktampang keladi, minyak dilah, dan darah urangmati bunuh.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh timpenyusun Balai Bahasa Provinsi KalimantanSelatan (Mugeni: 2005:5-15), mantra Banjarberdasarkan penggunaannya dikelompokkanmenjadi empat jenis, yaitu pitua, pirunduk,tatamba, dan tutulak. Namun, menurut pendapatSunarti dkk. (1978: 54) mantra Banjar berdasarkan
penggunaannya dibagi ke dalam lima jenis, yaitukekebalan (ketaguhan), pirunduk, penawar,sangga (penahan), dan papujaan (puja-pujaan).Secara umum keduanya tidak berbeda jauh, pituasama dengan kekebalan (ketaguhan), penawardan tatamba juga sama. Hanya papujaan saja yangberbeda. Sulistyowati dan Ganie (2016: 12)mengklasifikasikan mantra menjadi lebihterperinci, yaitu kariau, kasumbi, mamang,pakasih, pambanci, pambungkam, panangkal,panawar, panulak, panyangga, papikat, pikaras,pirunduk, dan sumpah serapah.
Adapun teori yang digunakan dalam kajianpernaskahan berasal dari filologi. Filologi menurutBaried dkk. (1994: 1—6) adalah ilmu yangberkaitan dengan naskah dan pernaskahan.Sementara itu Nabilah Lubis (dalamTjandrasasmita 2006: 8) mendefinisikan filologisebagai ilmu pengetahuan tentang sastra, yangdalam arti luas mencakup bahasa, sastra, dankebudayaan. Filologi merupakan disiplin ilmuyang berguna untuk meneliti bahasa suatu karyamelalui kajian linguistik, makna kata-kata, danpenilaian terhadap ungkapan bahasa sastra.Menurut Yudiafi dan Mu’jizah (2010: 1-5) filologiadalah suatu disiplin ilmu tentang teks yangterekam dalam tulisan masa lampau. Studi teksini didasari oleh adanya informasi tentang hasilbudaya manusia pada masa lampau yangtersimpan di dalamnya. Filologi dapatdisandingkan dengan ilmu tahqiq, yaitu men-tahqiq teks-teks. Men-tahqiq teks berartimengetahui secara yakin tentang naskah,penulisnya, mengetahui bagaimana naskah itubisa disandarkan kepada penulisnya, melakukankegiatan kritik teks yang nantinya bisa mengetahuikeaslian dari dan kedekatannya dengan naskahyang pertama dibuat (1998: 42). Mentahqiq adalahmengetahui secara substansi tentang suatu teks(Diyab 1993: 133—134). Dalam tradisi penelitianmodern, filologi dipandang sebagai studi yangmelakukan penelaahan dengan mengadakankritik teks. Filologi juga digunakan sebagaiperangkat pengetahuan dengan studi teks sastraatau budaya yang dikaitkan dengan latar belakangkebudayaan yang didukung oleh teks(Tjandrasasmita 2006: 16-17).
44
Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)
Adapun kodikologi ialah ilmu tentang kodeks(naskah) yang mengkaji sejarah naskah, kertas,tulisan, iluminasi, perdagangan naskah, dan lain-lain. Kodikologi merupakan ilmu yang meng-uraikan dan mempelajari bahan tulisan tangan,seluk beluk semua aspek naskah, termasuk didalamnya bahan, umur, tempat penulisan, danperkiraan penulisan naskah. Kodikologi bertujuanuntuk mendapatkan pengetahuan yangmenyeluruh mengenai proses pembuatan danpemakaian naskah, termasuk di dalamnyamengetahui orang-orang yang berkaitan dengannaskah (Mulyadi dan Rujiati 1994:5; Mu‘jizah 2005:3).
METODE PENELITIAN
Penelitian tentang naskah MP merupakanpenelitian filologis. Adapun langkah-langkahpenelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Pertama, melakukan deskripsi fisik naskahatau kodikologi terhadap naskah MP dan membuatformulir yang memuat elemen-elemen yang akanditeliti. Elemen-elemen yang dimaksud adalahkode dan nomor naskah (kalau ada), judul,pegarang, penyalin, tahun salinan, tempatsimpanan, asal naskah, pemilik naskah, jenis alat,kondisi fisik, penjilidan, watermarks, garis tebal/tipis, jarak antargaris tebal, jarak antartipis garisdengan tinta, skrip pensil, jumlah kuras, jumlahhalaman, dan jumlah isi.
Kedua, menyunting teks dalam naskah MP.Ketiga, melakukan analisis untuk menguraikan isiteks MP, berdasarkan pasal dan/atau bab yangada dalam naskah MP, kemudian menjelaskantentang isi setiap pasal dan bab tersebut yangdikomparasikan dengan penelitian-penelitiantentang mantra khususnya, mantra tawar ataupenawar yang sudah dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan ini diawali suntinganteks awal dan akhir naskah MP, kemudian diuraikantentang kodikologi naskahnya, dan analisis isinyayang dibandingkan dengan penelitian-penelitiantentang obat dan pengobatan terdahulu.
Deskripsi Naskah Mantra Pengobatan (MP)
Naskah MP ini bersampul kertas tebalberwarna abu-abu. Alas naskah kertas Eropaberukuran 17 cm x 13,5 cm, ukuran teks 21 cm x17 cm, tebal naskah 33 halaman.
Naskah ini berbahasa Arab dan Melayudengan aksara Arab dan Jawi berbentuk prosa.Naskah ini tidak mempunyai penomoran.Jumlah baris setiap halaman ada sebelas. Teksdalam naskah ini ditulis dengan tinta warna hitamdan merah. Setiap awal kalimat dan katapenghubung (kata ‘dan,’ ‘maka’) ditulis dengantinta merah, dan setiap akhir kalimat ditulisdengan tinta merah. Untuk membedakan antarateks yang berbahasa Banjar dan bahasa Arab,penulis menyertakan syakal atau baris tatkalamenuliskan teks yang berbahasa Arab.Sebaliknya, ketika menulis teks yang berbahasaBanjar, tidak disertai syakal atau baris. Teksditulis dengan khat Naskhi atau khat standar.
Keadaan naskah sudah dalam kondisi lapuk,bahkan ada beberapa halaman yang terpotong-potong. Hal ini disebabkan penulis naskah inimenulisnya dengan tinta yang tebal. Ketebalantinta ini menyebabkan kerusakan pada kertas.Secara rinci dapat diuraikan bahwa halaman yangbisa terbaca karena naskahnya masih baik, dantintanya tidak hilang adalah halaman 1—5, 17—22, 23—26, 29—34, 36—55, 60, dan halaman63—66. Adapun halaman 6—16, 27—28, 35, 56—59, dan 61—62 naskahnya rusak dan tidak bisadibaca sama sekali. Pada halaman 34, sebagiannaskahnya rusak, terutama pada bagian atas,tetapi pada bagian bawah naskah ini masih bisadibaca. Selain itu, pada halaman 34, 44, 46—47,dan 49—51 tinta merahnya sudah hilang,sedangkan tinta hitamnya masih ada dan masihbisa dibaca.
Penamaan naskah ini dengan judul ‘MantraPengobatan’ (MP) karena melihat awal naskahyang memuat tentang obat bengkak dan barah.Pada naskah tidak tercantum judul besar dandiduga naskah belum masuk dalam katalognaskah manapun. Naskah ini juga belumtermasuk dalam katalog Kalimantan yangditerbitkan pada tahun 2010. Untuk mengetahui
45
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125
lebih lanjut tentang keberadaan naskah tersebut,penulis melakukan inventarisasi melalui berbagaikatalog, antara lain (1) Catalogus Der MaleischeHandscriften (Ronkel P. v., 1909); (2)KatalognSupplement Catalogus Der Maleise enMinangkabause Handschriften in the LeidseUniversiteis Bibliotheek (Ronkel P. 1942); (3)Khazanah Naskah: Panduan Koleksi Naskah-Naskah Indonesia Sedunia-World Guide toIndonesian Manuscript Collections. (Chambert-Loir1999); (4) Katalog Induk Naskah-naskah NusantaraJilid 2: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia(Lindsay dkk. 1994); (5) Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3-A: PerpustakaanNasional Republik Indonesia (Behrend danPudjiastuti 1997); (6) Katalog Induk Naskah-naskahNusantara Jilid 4 (Behrend 1998); (7) Catalogueof Malay, Minangkabau, and South SumatranManuscript in Netherlands (Iskandar 1999); (8)Catalogue of Acehnese Manuscripts in The Libraryof Leiden University and other Collections OutsideAceh (Voorhove dan Iskandar 1994)
Naskah MP berada pada lemari kedua yangdisimpan di rumah adat Banjar, Teluk Selong,Martapura. Menurut sejarahnya, naskah dimilikioleh H. Muhammad Toha. Naskah ini kemudiandiwariskan kepada anaknya yang bernama H.Syahrani. Selanjutnya, naskah ini diwariskankepada cucunya yang bernama Iwan yangberalamat di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.Naskah ini tidak dibawa ke Bangil, tetapi tetapdisimpan di rumah adat Banjar, Teluk Selong,Martapura. Naskah tidak memuat kolofon yangmenjelaskan tentang waktu penulisan dan siapapenulisnya. Namun, dari usia kertas yang dipakaisebagai alas tulisan dapat diperkirakan bahwanaskah ini telah berumur lebih dari 100 tahun.2
Berdasarkan tulisannya, dapat disimpulkanbahwa naskah ini ditulis oleh satu orang saja.Dalam penulisannya, penulis selalu memisahkan‘ (nya)’ dari kata sebelumnya, seperti‘ (obatnya)’. Biasanya dalam naskah yanglain, huruf ‘ (nya)’ ini selalu disambung dengan
kata sebelumnya yang bisa di dalampenulisannya. Hal ini menunjukkan kekhasandalam teks kumpulan obat-obatan ini. Naskah initidak mempunyai daftar isi. Penulisan naskahpada halaman satu dimulai dengan tulisan tentangbacaan penawar yang dibaca dan ditiupkan lukayang bengkak. Pada awal penulisan, setiap kalipergantian tema ditulis pada baris baru. Namun,pada bagian pertengahan sampai akhir,pergantian tema ini ditulis menyambung sajadengan tema sebelumnya pada baris yang sama.Pergantian ini di mulai dengan kata ‘Ini Bab…’atau ‘Ini Obat…’ yang ditulis dengan tinta merah.
Suntingan Teks Naskah MP
Suntingan teks ini hanya memuat teks awaldan teks akhir dari naskah MP. Kalimat awalberbunyi:
“Ini lagi kata jangkang barah3 atau bisul.4 kitatiupkan kepada barah dan bisul. Inilah katanya,’Tawarnya ‘Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm. Bumiputih tawar langit putih kalam putih tawar saurangmembawa tawar Allah tawar Muhammad beribu-ribu tawar Muhammad aha tawar si anu berkat Lâilâ ha illa l_Lâh Muhammaddu r-rasûlullâh. Adanya.”
Terjemahan:Ini lagi kata untuk mengobati bisul. Kita tiupkanke barah atau bisul. Inilah kata obatnya. ’Tawarnya‘Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm. Bumi putih tawarlangit putih kalam putih tawar saurang membawatawar Allah tawar Muhammad beribu-ribu tawarMuhammad aha tawar si anu berkat Lâ ilâ ha illal_Lâh Muhammaddu r-rasûlullâh. Adanya.
“Ini dibaca ketika handak mangunci lawang ataulalungkang tiap-tiap petang hari niscaya/disatukan Allah ta ala akan dirinya dan sekalianisi rumahnya daripada sekalian bala dan dari padapenyakit. Inilah yang dibaca ‘Bismi l-Lâh siqatanbillah watawaqqala alaih. Adanya.
2 Wawancara dengan Najib tanggal 2 November 2018 di Teluk Selong Martapura3 Bengkak yang mengandung nanah4 Tertulis biyul
46
Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)
Terjemahan:Ini dibaca ketika hendak mangunci pintu atauJendela setiap petang hari niscaya diselamatkanAllah Ta‘ala akan dirinya dan semua isi rumahnyadari bala dan penyakit inilah yang dibaca ‘Bismil-Lâh siqatan billah watawaqqala alaih.’ Adanya.
Kalimat teks akhir berbunyi:
“Ini tawar sekalian penyakit atau sakit penat awakatau sakit kepala atau sakit barangpenyakit.Tiupkan pada air, minumkan pada yangsakit atau tiup kepalanya. Inilah tawarnya,
“Tawar Allah, ah tawar Allah ampunya tawar Jibrailmembawanya. Nabi Muhammad nangmenawarnya. Ah aku tawar, ah aku tawar, ah, akutawar. Berkatlilha illallh Muhammadu r-rasûlullhadanya.
Ini doa terlalu baik diamalkan pada tiap-tiapkemudian dari pada sembahyang lima waktu,supaya di[a]nugerahi Allah taala rezeki dan ilmuyang manfaat, dan disampaikan Allah taala akansegala hajat. Inilah doanya.
Allhumma rzuqni ‘ilman nafi‘an wa fikran sabiganwa safiyan wa yaqinan khalisan ila malûtiiazaliyyatika/ wa an tamlau qalbi nûran bima‘rifatika,lailaha illa anta ya ma‘bûdu lailaha illa antamatlûbu lailaha illa anta maqsûdu iqdi5 hajati6
kullaha7 birahmatika ya Arham r-rahimin.
Terjemahan:Ini obat segala penyakit atau sakit pegal linu atausakit kepala atau sakit segala penyakit. Tiupkanpada air, minumkan pada yang sakit atau tiupkepalanya. Inilah tawarnya,
“Tawar Allah, ah tawar Allah ampunya tawar Jibrailmembawanya. Nabi Muhammad nangmenawarnya. Ah aku tawar, ah aku tawar, ah, akutawar. Berkat lilha illallh Muhammadu r-rasûlullhadanya.
Ini doa yang sangat baik diamalkan pada setiap-tiap habis sembahyang lima waktu, supayadianugerahi Allah taala rezeki dan ilmu yangbermanfaat dan dikabulkan Allah Ta‘ala akansegala keinginan. Inilah doanya.
Allhumma rzuqn ‘ilman nfi‘an wa fikran sbigan wacafiyan wa yaqnan khlican il malûtii azaliyyatika/wa an tamlau qalb nûran bima‘rifatika, lilha illa antay ma‘bûdu lilha illa anta mamlûbu lilha illa antamaqcûdu iqdi hjat kullah birahmatika y Arham r-rhimn.)
Isi Naskah
Secara umum, ditemukan ada tujuh puluhenam pengobatan. Enam puluh enam diantaranya merupakan mantra/bacaan/wafak yangberisi tentang pengobatan, dua bacaan untukmenutup jendela, satu bacaan penjaga diri, satubacaan ilmu laduni, satu azimat untuk tanaman,satu azimat untuk menyatukan yang tercerai, duabacaan untuk meluaskan rezeki, satu bacaanpengasihan, dan satu doa keluar rumah. Isinaskah MP bisa di bagi ke dalam beberapabagian sebagai berikut.1. Obat berupa mantra untuk penyakit, seperti
yang dijelaskan sebelumnya, mantra di siniadalah jenis pengobatan yang menggunakankata-kata berbahasa Banjar dan akhirnyamemakai kredo dalam bahasa Arab yangdimulai dengan kata “berkat’. Misalnya obattawar yang pertama yang berbunyi, “Ini lagikata jangkang barah11 atau bisul12 kita tiupkankepada barah dan bisul. Inilah kata tawarnya
Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm. Bumi putihtawar langit putih kalam putih tawar saurangmembawa tawar Allah tawar Muhammadberibu-ribu tawar Muhammad aha tawar si anuberkat Lâ ilâ ha illa l_Lâh Muhammaddu r-rasûlullâh.’ Adanya.” (MP: 1)
5 Tertulis aqdi6 Tertulis hajati7 Tertulis kulliha, seharusnya kullah karena menjadi naat kepada kata sebelumnya. Kata sebelumnya ada pada posisi objek yang mansub
47
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125
Terjemahan:Ini adalah mantra untuk mengobati barah ataubisul. Kita tiupkan (mantra ini) kepada barahdan bisul. Inilah katanya tawarnya
‘Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm. Bumi putihtawar langit putih kalam putih tawar saurangmembawa tawar Allah tawar Muhammad beribu-ribu tawar Muhammad aha tawar si anu berkatLâ ilâ ha illa l_Lâh Muhammaddu r-rasûlullâh.Adanya. (MP: 1)
Mantra ini merupakan mantra pengobatan yangdigunakan untuk mengobati bengkak atau bisulyang bernanah. Mantra ini dibacakan satu kalikemudian ditiupkan pada bengkak atau bisul.Mantra ini banyak menggunakan kata ‘tawar’,seperti tawar langit putih, tawar Allah, tawarMuhammad, dan diakhiri dengan kredosyahadat.
“Bab ini penawar barang sebagainya atau lukatawar urang sakit panas awaknya ditiupkanpada air, minumkan insya Allah ta’ala.Inilahdoanya. ‘Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm turunli bayanullah8 turun menawar hamba Allah. Akutahu asalnya9 tawar, turun pada ibu bapak. Akutahu asalnya tawar habang, darahnya rasulullah.Aku tahu asalnya kuning, kampadu rasulullah.Aku tahu asalnya hijau, ampadu rasulullah.Ilahu10 l-haq Ilahu l-mutlak. Kun awal zat Allah,kun awal sifatullah alif Allah Ilahu l-haq. Adanya.”(MP: 19).
Terjemahan:Bab ini merupakan penawar segala macampenyakit, penawar luka, penawar sakit panas.Ditiupkan pada air, kemudian diminumkaninsya Allah ta’ala.Inilah doanya. ‘Bismi l-Lâhir-rahmâni r-rahîm turun li bayanullah turun
8 Tertulis li ba ya nû l-Lahi.9 Tertulis asyalnya10 Tertulis ila hulhaq seharusnya
menawar hamba Allah. Aku tahu asalnyatawar, turun pada ibu bapak. Aku tahuasalnya tawar habang, darahnya rasulullah.Aku tahu asalnya kuning, kampadu rasulullah.Aku tahu asalnya hijau, ampadu rasulullah.Ilahu l-haq Ilahu l-mutlak. Kun awal zat Allah,
kun awal sifatullah alif Allah Ilahu l-haq.Adanya.) (MP: 19
Mantra ini merupakan mantra pengobatandari segala penyakit. Mantra ini dibacakankemudian ditiupkan ke air putih dandiminumkan kepada orang yang sakit. Mantraini merupakan tawar sapuhun. Tawar sapuhunmerupakan pengobatan yang sangat manjurterhadap penyakit. Ini terlihat dari kalimatyang digunakan dalam mantranya, sepertiasal segala tawar itu dari orang tua, asalnyatawar kuning, tawar hijau yang berasal darinabi Muhammad. Selain itu, mantra ini jugamenggunakan kredo yang berbeda dariyang biasanya, yaitu Ilahu l-haq Ilahu l-mutlak.Kun awal zat Allah kun awal sifatullah alif AllahIlahu l-haq. Kredo ini bermakna bahwa Allah-lah yang sebenarnya Tuhan, dan dialah satu-satunya yang Maha mutlak. Kalimat ‘Ilahu l-haq Ilahu l-mutlak. Kun awal zat Allah, kunawal sifatullah alif Allah Ilahu l-haq’ merupakankalimat ‘rahasia’ yang sangat mujarab dandigunakan pada saat tertentu saja.
2. Obat berupa bacaan untuk penyakit. Obatjenis ini terbagi ke dalam tiga bagian.Bacaan yang diambil dari ayat Alquran;bacaan yang diambil dari selawat,danbacaan yang diambil dari doa.
“Ini tawar orang kena penyakit panas.Bacakan tiga kali serta ditiupkan pada yangsakit. Inilah doanya.
48
Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)
Wa l-Lahu galibun `al amarihi.11 Qad syagafahubba. Innahû lihubbi l-khairi lasyadid.12” (MP:21)
Terjemahan:Ini obat untuk orang yang menderita penyakitpanas.Dibacakan tiga kali kemudian ditiupkanpada orang yang sakit. Inilah doanya.
Wa l-Lahu galibun ‘al amrihi. Qad syagafahubba. Innahû lihubbi l-khairi lasyadid. (MP:21)
Bacaan ini merupakan bacaan dari ayatAlquran.
“Ini dibaca atas orang yang sakit serta dijabatyang sakit itu dengan izin Allah ta ala sembuhberkat doa ini,
“Alla humma salli `ala sayyidina wa mau13
[lana] uhammadin al-fatihi t-tayyibi14 t-taharirahmatu l-Lahi robbi l-`alamin wa ala alihi t-tayyibna t-tahirna wa sallimû taslima adanya.”(MP: 4)
Terjemahan:Ini dibaca untuk orang yang sakit sambilmenjabat tangannya. Dengan izin Allah ta alasembuh berkat doa ini,
“Alla humma salli ̀ ala sayyidina wa mau [lana]Muhammadin al-fatihi t-tayyibi t-tahiri rahmatul-Lahi robbi l-`alamin wa ala alihi t-tayyibna t-tahirna wa sallimû taslima adanya. (MP: 4)
Bacaan ini merupakan bacaan selawatkepada nabi Muhammad yang berfungsisebagai penawar.
“Bab ini tawar Jibrail15 tatkala rasulullahdemam di mekkah16. Inilah tawar itu. ‘Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm, urqika min kulli dainyu zi ka min syarri kulli nafsin aw ainin hasidin.Allahu yasyfika, Allahu yasyifka, Allahuyasyifka, Bismi l-Lâhi urqika. Adanya.”(MP:22—23)
Terjemahan:Bab ini bacaan penawar yang dibacakan olehJibrail tatkala rasulullah demam di Mekkah.Inilah penawar itu. ‘Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm, urqika min kulli dain yu`zi ka min syarrikulli nafsin aw ainin hasidin. Allahu yasyfika,Allahu yasyfika, Allahu yasyfika, Bismi l-Lâhiurqika.Adanya. (MP: 22—23)
3. Pengobatan secara herbal yang dilakukandengan cara-cara tertentu. Obat ini murniherbal, tanpa ada tambahan bacaan dan hallainnya,misalnya obat sakit kepala dan flu.
“Ini obat sakit mata sama berair hidung dansakit kepala. Cuka dan dipupukan diadikepala dan janar dipilaskan dikuliling matadan dijarang airnya buati asam sama guladiminumakan airnya adanya.’”(MP: 2).
Terjemahan:Ini obat untuk sakit mata, flu dan sakit kepala.Cuka dibuat bedak kemudian diletakkan diubun-ubun dan kunyit dioleskan di sekelilingmata, kemudian direbus dicampur airnyadengan asam Jawa dan gula, diminumkankepada orang yang sakit. Adanya (MP: 2).
4. Obat herbal untuk penyakit dan mendapattambahan bacaan atau wafak,seperti obat sakitperut.
11 Bacaan ini merupakan gabungan dari tiga potongan ayat Alquran, yaitu QS. Yusuf (12): 111, ayat 12, dan Al-Adiyat (100): 812 Tertulis Innahu lihubbi l-khairi lasyadd13 Tertulis di naskah hanya ‘mau’14 Tertulis at-tayyibu. Seharusnya am-mayyibi karena dalam ilmu nahwu dia mengikuti baris dari kata sebelumnya atau sering disebut dengan
naat.15 Jibril16 Tertulis meqkah
49
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125
“Ini obat sakit perut, maka ambil bawang putihsatu, maka rajah seperti ini.” (Gambar 1).
Terjemahan:Ini obat untuk sakit perut. Maka ambil bawangputih satu biji kemudian ditulis seperti ini (MP:42).
Sumber: Dok. PribadiGambar 1 Rajah untuk Sakit Perut
sampai akhir membaca tiga kali, kemudianbaca ‘Alam tara kai/fa fa`ala rabbuka sampaiakhir tiga kali, kemudian baca, ‘min alfisyahtiga kali. Kemudian membaca
‘Qul huwa l-Lahu ahad’sampai [akhir] tiga kali.Langsung Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm. Manhin, rakin, `an hin, lakin, ah lakin, asyabin,durhan kali akh lin, naqiyyin, malûin, lau samlu`luin, ladamlin, masbalin, halqin, lamhin,akhlawin, awh lawkin. Adanya.) (MP: 41—42)
5. Pengobatan bentuk wafak atau rajah dapat dibagike dalam beberapa jenis, yaitu wafak yangbersumber dari ayat Al-quran, wafak yang terdiridari huruf-huruf hijaiyyah yang disusunsedemikian rupa dan wafak yang berasal daridoa. Wafak ini biasanya dituliskan pada piringatau mangkuk, kemudian diminum. Contohnyaadalah
“Bab ini panawar iya surat di piring putih …18
buati nasi. Inilah doanya.‘Balhum fi labsi m-min khalkin jadidin.19 wa huwa ma akum ainamakuntum. Wa l-Lahu bima ta’malûna basir .20
Adanya.(MP: 18—19)
Terjemahan:Bab ini penawar ditulis di piring putih …kemudian dibuati nasi. Inilah doanya.”Balhumfi labsi m-min khalkin jadidin. wa huwa maakum ainama kuntum. Wa l-Lahu bimata’malûna basir”. Adanya. (MP: 18—19)
“Bab ini obat batuk. Disurat pada piring putih,diminum setiap hari insya Allah Ta‘ala. Inilahrajahnya (Gambar 2).
Terjemahan:
Bab ini obat batuk. Di tulis di piring putih dandiminum setiap hari insya Allah Ta‘ala. Inilahrajahnya (MP: 28).
17 Tertulis ‘Alam tara kai/ fafa`a rabbuka18 Tidak terbaca19 QS. Qaf (50): 1520 Tertulis nasir. QS. Al-Hadd (57): 29
“Dan beras, maka giling lumat-lumat, campuridengan air inilah ayatnya, ‘Inna anzalnahusampai akhir membaca tiga kali, kemudianbaca ‘Alam tara kai/fa fa`ala rabbuka17 sampaiakhir tiga kali, kemudian baca, ‘min alfisyahtiga kali. Kemudian ini lagi dibaca‘Qul huwa l-Lahu ahad’ sampai [akhir] tiga kali.Langsung Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm. Manhin, rakin, `an hin, lakin, ah lakin, asyabin,durhan kali akh lin, naqiyyin, malûin, lau samlu`luin, ladamlin, masbalin, halqin, lamhin,akhlawin,awha lawkin. Adanya.” (MP: 41—42)
Terjemahan:Beras digiling sampai halus dicampurdengan air. Inilah ayatnya, ‘Inna anzalnahu’
50
Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)
21 QS. 56: 5—6, ayat yang tertulis salah semua tulisannya22 QS. 69: 14, ayat yang tertulis salah secara harfiahnya23 pintu24 jendela
Sumber: Dok. PribadiGambar 4 Azimat Penolak Segala Penyakit
Terjemahan:Ini azimat untuk menolak semua penyakit.Azimat ini ditulis pada kertas kemudiandiletakkan di dalam bantal. Inilah rajahnya(MP: 28).
Sumber: Dok. PribadiGambar 2 Rajah untuk Obat Batuk
“Bab ini obat disurat di piring pinggan putihbagi menolakkan dari pada sakit kemih.Diminum airnya adanya. Inilah doanya.“Wa bussati l-jiblau bass O fakanat haba`anmun bassa.21 Wa humilati l-aru wa l-jibalufadukkata dakkata w-wahidah.”22 (MP: 34)
Terjemahan:Bab ini obat ditulis di piring putih yang besaruntuk menolak penyakit saluran kencing.Diminum airnya adanya. Inilah doanya.“Wa bussati l-jibalu bassa O fakanat haba anmun bassa. Wa humilati l-ardu wa l-jibalufadukkat”.) (MP: 34)
6. Pengobatan yang menggunakan mediaberupa azimat. Azimat ini hampir samadengan wafak, tetapi azimat ini tidakdiminumkan atau dimakan, hanya diletakkandi badan atau tempat tertentu. Hal ini bisadilihat pada contoh di bawah ini.
“Ini azimat tatulak sekalian penyakit. (Penolaksegala penyakit) disurat pada kertas, makaditaruh di dalam botol inilah rajahnya.”(Gambar 3)
Terjemahan:Ini azimat untuk menolak semua penyakit.Azimat ini ditulis pada kertas kemudiandiletakkan di dalam botol. Inilah rajahnya (MP:28).
“Ini azimat tutulak sekalian penyakit makadisurat pada kertas, maka di taruh di dalambantal. Inilah rajahnya.” (Gambar 4).
Sumber: Dok. PribadiGambar 3 Azimat Penolak Segala Penyakit
7. Bacaan atau mantra untuk berbagai tujuanseperti menjaga diri dan harta dari marabahaya. Contoh mantranya adalah sebagaiberikut.
“Ini dibaca ketika handak mangunci lawang23
atau lalungkang24 tiap-tiap petang hari niscayadisatukan Allah ta ala akan dirinya dansekalian isi rumahnya daripada sekalian baladan daripada penyakit.Inilah yang dibaca‘Bismi l-Lâh siqatan billah watawaqqala alaih’.Adanya.” (MP: 1)
Terjemahan:Bacaan ini dibaca ketika hendak menguncipintu atau jendela setiap petang hari. Niscayadipelihara Allah ta ala dirinya dan isi rumahnyadari semua bala dan penyakit.Inilah yangdibaca ‘Bismi l-Lâh siqatan billah watawaqqalaalaih’. Adanya. (MP: 1)
51
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125
8. Isim ini berupa asma Allah, seperti Isim mintatolong kepada Allah dibawah ini.
“Isimnya dibacakan minta tolong kepada Allahtaala. Inilah yang dibaca doanya. “Bismi l-Lâhir-rahmâni r-rahîm. ya ni`ma l-mujib25, ya ni`mat-tayyibu, ya ni`ma l-qaribu, ya ni`ma l-srfb,ya ni`ma l-qadimu, ya ni`ma l-wakilu, ya ni`mal-maula wa n-nasiru. subhanaka ya [la] ilahailla anta khallisni26 mina n-nar.” (MP: 54)
Terjemahan:Isim ini dibaca sambil memohon pertolongankepada Allah taala. Inilah yang dibacadoanya. “Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm. yani`ma l-mujib41, ya ni`ma t-tayyibu, ya ni`ma l-qaribu, ya ni`ma l-srfb, ya ni`ma l-qadimu, yani`ma l-wakilu, ya ni`ma l-maula wa n-nasiru.subhanaka ya [l] ilaha illa anta khallisni minan-nar.) (MP: 54)
Analisis Mantra, Bacaan, Azimat, dan Rajahdalam Naskah MP
Naskah ini diperkirakan ditulis sekitar seratustahun yang lalu di Teluk Selong. Teluk Selongmerupakan kampung yang berseberangandengan kampung Dalam Pagar dan setanahdengan kampung Pekauman. Ketiga kampungini, terutama kampung Dalam Pagar, sejak SyekhMuhammad Arsyad Al-Banjari (1710-1812)membuka kampung ini dan berdiam di sana,merupakan pusat ilmu agama seperti fikih,tasawuf, dan juga pusat ilmu pengobatan sertailmu kedigjayaan seperti ilmu kebal (Daudi 1980:32-36)
Abdurrahman Siddiq (1857-1930), sebelummenjadi mufti di Kerajaan Safat, Indragiri Riau,merupakan orang yang mempunyai ilmu yangsangat mumpuni, baik dalam ilmu agama maupundalam ilmu kedigjayaan. Sebelum berangkat ke
Safat, Abdurrahman menyerahkan wilayahnyakepada guru Zainal Ilmi (1886—1956). Setelah guruZainal Ilmi meninggal, posisi itu digantikan olehguru Najhan, kemudian Abah Said. Sekarang dikampung Dalam Pagar masih ada beberapaorang yang menguasai baik ilmu agama maupunilmu kedigjayaan seperti guru Afif dan guru Daudi.27
Dari dulu sampai sekarang masyarakat Martapuradan sekitarnya kalau ada masalah dalamkehidupannya seperti dagangan tidak laku, mauberlayar dan sakit, sering bertanya kepada alimulama untuk menghilangkan masalah tersebut.
Demikian juga di kampung Pekauman, duludi kampung ini ada seorang guru yang biasadiminta orang untuk mengobati berbagai penyakitdan juga untuk mendapatkan kekebalan tubuh,namanya guru Lukman. Pengobatan yangdilakukan biasanya dengan menggunakantanaman-tanaman yang ada di sekitar rumahnya.Namun sayang, setelah guru Lukman inimeninggal tahun 2010, tidak ada lagi yangmenjadi pengganti beliau.28
Dari deskripsi naskah MP dan kondisimasyarakat ketika naskah ini dibuat dapatdisimpulkan bahwa masyarakat Banjar terutamayang berada di Martapura masih memegangteguh cara-cara pengobatan tradisional denganmenggunakan tanaman atau herbal seperti sirihbertemu urat, akar-akar kayu yang direndam didalam air dan majun yang dibuat dari beberaparempah dikentalkan, kemudian dibulatkan sepertiyang diungkapkan oleh Daud (1997: 425). Daudmengklasifikasikan bentuk obat yang dikenaldalam masyarakat Banjar menjadi beberapabentuk, yaitu; (1) majun yang dibuat beberaparempah-rempah dikentalkan, dibulatkan kemudiandimakan; (2) wadak yang dibuat beberaparempah dikentalkan, dibulatkan kemudiandigosokkan ke beberapa bagian badan; (3)pupuk, sejenis dengan wadak, tetapi ditempelkandi ubun-ubun yang berkhasiat untuk menurunkan
25 Tertulis mujib, tanpa mad.26 Tertulis khailsna27 Wawancara dengan Daudi di kampung Dalam Pagar, tanggal 5 Januari 201928 Wawancara dengan guru Nasai, anak guru Lukman kampung Pekauman, 20 Februari 2019
52
Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)
panas atau meringan sakit kepala; (4) lungsur yangberupa akar-akar kayu yang direndam di air dingindan diminumkan; dan (5) obat dengan mediabenda yang sudah dibacakan bacaan, isim, ataumantra.
Dari data yang telah diuraikan di atasditemukan bahwa jenis pengobatan menurutklasifikasi Daud, ada dalam naskah pengobatanini, kecuali jenis lungsur. Namun, dapatditambahkan juga jenis lain dalam klasifikasiDaud, yaitu pengobatan dengan menggunakanbacaan, wafak, dan tumbuhan yang sudahdibacakan. Jenis yang terakhir ini hampir samadengan jenis pengobatan kelima menurut Daud,tetapi letak perbedaannya adalah bahwapengobatan ini lebih khusus pada benda yangbisa dimakan atau minum.
Jenis pengobatan yang menggunakan mediamantra dan bacaan ini disebut juga dengantatamba atau penawar. Hermansyah (2010: 50)memasukkan pengobatan ini dalam tawar.Sunarti dkk. (1978: 183—187) mengklasifikasikanobat-obatan yang bersumber dari mantra danbacaan ini sebagai penawar. Demikian jugadengan Ganie (2007: 276—281); serta Sulistyowatidan Ganie (2016: 12) menamakan jenispengobatan ini dengan penawar, sedangkanMugeni dkk. (2005: 54—64) menamakannyadengan tatamba. Menurut Daud (1997: 416)penawar itu bisa berbentuk mantra, bacaan, danisim.
Dari 18 penawar yang ditemukan Sunarti, dkk.(1978: 183—187) tidak ditemukan adanya penawaryang berbentuk isim atau bacaan. Demikian jugadengan tulisan Ganie (2007), Sulistyowati danGanie (2016), dan Mugeni, dkk. (2005) yangsumber mantranya sebagian besar dari tulisanSunarti, dkk. tidak ditemukan adanya bacaan,kecuali pada Mugeni dkk. (2005: 56; 63)memasukkan selawat sebagai ‘Penawar PenyakitCacar’ dan ‘Tawar Dingin’. Daud (1997: 426)mencatat ada beberapa penawar yang berwujudmantra-mantra dan ada juga beberapa bacaanatau doa yang berasal dari ayat Alquran, sepertiQS. 21: 69 sebagai bacaan penyakit panas. Disini penulis membedakan antara bacaan, mantra,
dan isim. Bentuk bacaan biasanya bersumber daribahasa Arab dan biasanya tidak dibaca berulang-ulang. Kalaupun dibaca berulang-ulang,jumlahnya tidak terlalu banyak. Adapun bentukmantra menggunakan bahasa Banjar dan akhirnyamemakai kredo dalam bahasa Arab yang dimulaidengan kata ‘berkat’. Bentuk isim biasanyamenggunakan asmaul husna seperti ya Ganiyyudan ya Mugni, dan dilakukan dengan berulang-ulang dengan jumlah yang sangat banyak.
Sunarti dkk. (1978: 183—187) serta Ganie(2007: 276—281); Sulistyowati dan Ganie (2016:12); dan Mugeni dkk. (2005: 1—82) tidakmenguraikan adanya obat dan pengobatan yangbersumber dari rajah atau wafak. Daud (1997: 489)merumuskan fungsi wafak bukan untukpengobatan, tetapi untuk kekebalan, kesaktian,disukai orang, pelaris dagangan, dan mudahberurusan dengan pejabat.
Dalam naskah pengobatan ini ditemukan adaenam belas mantra untuk pengobatan, yaitu tawarsegala bengkak dan bisul, tawar sakit panas,tawar panas dan sesak nafas, tawar segalapenyakit, obat sakit pinggang, doa Qarun, bacaanpengasihan, obat segala penyakit, bacaan obatsakit pinggang, obat segala penyakit, obat oranggila, obat gigi kuat, obat tatamba gigi, obat sakitpinggang, penawar luka, tawar penat, sakitkepala, dan lainnya. Selain itu, dalam naskah iniditemukan ada 25 bacaan. Tujuh belas bacaanuntuk pengobatan, lima bacaan untuk pintu rezeki,dua bacaan untuk penjaga diri dan rumah, dansatu bacaan untuk mendapatkan ilmu laduni. Tujuhbelas bacaan untuk pengobatan, yaitu bacaanmenutup pintu atau jendela, obat segala penyakit,obat sakit kepala, obat sakit panas, bacaansupaya tidak lupa, penawar, tawar segalapenyakit, tawar panas, tawar Jibril, tawar segalapenyakit, tawar luka dan panas, doa segalapenyakit, bacaan obat mata Nabi Khaidir, obatmata Imam Syafii, bacaan untuk orang sakit sambildijabat tangannya, obat sakit kepala, dan obatsakit mata Imam Syafii. Lima bacaan untuk pinturezeki, yaitu bacaan agar mudah rezeki, bacaanpintu rezeki, bacaan menutup pintu atau jendela,bacaan pembuka rezeki, dan doa luas rezeki.
53
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125
Dua bacaan untuk penjaga diri dan rumah, yaitudoa keluar rumah, bacaan penjaga diri. Satubacaan untuk mendapatkan ilmu laduni, yaitu doailmu laduni.
Adapun bacaan yang digunakan dalam duapuluh lima (25) bacaan di dalam naskah MP inidapat diklasifikasi dalam empat bentuk, yaitu doa,ayat, selawat, dan syahadat. Bacaan yangberbentuk doa ada tiga belas yang bersumberdari ayat ada empat, yang berbentuk campurandoa, ada satu bacaan yang bersumber dariselawat, ada dua yang bersumber syahadat dandoa ada dua.
Dalam naskah ini juga ditemukan 22pengobatan yang menggunakan buah dantumbuh-tumbuhan sebagai obat. Tujuh dari duapuluh dua (22) pengobatan herbal ini mendapattambahan dengan bacaan. Adapun lima belaspengobatan yang menggunakan buah dantumbuh-tumbuhan sebagai obat herbal, yaitu untuksakit mata, flu, sakit kepala, sakit pinggang, nyeritulang, badan sakit, mulas, bengkak, sakitpinggang, sakit perut, sakit mata, mata 3, sakitmata 4 dan flu, bacaan obat sakit pinggang,bacaan obat sakit pinggang, obat bengkak, dankhasiat majum. Tujuh pengobatan yangmenggunakan bahan herbal ditambah denganbacaan, yaitu untuk nyeri haid (singgugut), obatkuat, sakit perut, sakit mata, memperbanyak airmani, dan pedih di hati.
Pengobatan yang menggunakan wafak dalamnaskah ini ada sebelas wafak. Delapan wafakdigunakan untuk pengobatan, baik itu dengandituliskan di piring atau mangkuk, kemudian diberiair (pada beberapa mantra) dan diberi nasi,kemudian diminum atau dimakan. Ada dua wafakyang sama yang diulang penulisannya yangmerupakan campuran antara herbal, wafak danbacaan, dan satu wafak untuk menjaga agartanaman tidak dimakan hama, seperti tikus.Kedelapan wafak pengobatan itu, yaitu wafak kata‘Allah’, obat batuk, obat batuk, obat batuk 2, obatsakit saluran kencing, obat sakit manggah, obatsegala penyakit, dan penawar segala penyakit.Satu wafak untuk menjaga agar tanaman tidakdimakan hama adalah wafak kata Ar-Rahman’.
Adapun yang merupakan merupakan campuranantara herbal, wafak dan bacaan adalah obat sakitperut.
Ada lima azimat yang ditemukan dalamnaskah pengobatan. Empat azimat untukpengobatan atau penangkal segala penyakit,untuk obat batuk, dan perempuan belum punyaanak. Sisanya satu azimat untuk pengumpul yangtercerai (azimat). Penggunaan azimat itu biasanyadiletakkan, baik itu di badan maupun di sekitarbadan. Selain itu, ada satu isim dalam naskahini, isim itu adalah minta tolong kepada Allah (isim).
PENUTUP
Naskah Mantra Pengobatan (MP) merupakannaskah lama yang berisi tentang pengobatan.Naskah ini berbahasa Arab dan Melayu denganaksara Arab dan Jawi berbentuk prosa. Jumlahbaris setiap halaman ada sebelas dan keadaannaskah sudah dalam kondisi lapuk.
Isi naskah MP milik Najib memuat tentangmantra dan pengobatan yang lengkap. Mantradan pengobatan yang tertulis dibagi dalambeberapa bagian, yaitu (1) obat berupa mantra;(2) obat berupa bacaan untuk penyakit yangterbagi ke dalam tiga bagian; bacaan yangdiambil dari ayat Alquran; bacaan yang diambildari selawat, dan bacaan yang diambil dari doa;(3) pengobatan secara herbal; (4) obat herbaluntuk penyakit yang mendapat tambahan bacaanatau wafak; (5) obat yang berbentuk tulisan wafakatau rajah yang terbagi beberapa jenis, yaitu wafakyang bersumber dari ayat Alquran, wafak yangterdiri dari huruf-huruf hijaiyyah yang disusunsedemikian rupa, wafak yang berasal dari doa;(6) pengobatan yang berupa azimat; (7) bacaanatau mantra untuk berbagai tujuan seperti menjagadiri dan harta dari marabahaya; dan (8) isim.
Mantra-mantra pengobatan dan pengobatansecara tradisional melalui media tanaman sepertisirih bertemu urat, akar-akar kayu, majun, wadak,pupuk, lungsur, serta obat dengan media bendayang sudah dibacakan bacaan, isim, atau mantra,serta wafak merupakan warisan leluhur yang harustetap dilestarikan.
54
Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)
Baried, S. Baroroh, Siti Chamamah Soeratno,Sawoe, Sulastin Sutrisno, dan MohammadSyakir. 1994. Pengantar Teori Filologi.Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM.
Behrend, T. E. 1998. Katalog Induk Naskah-naskahNusantara Jilid 4: Perpustakaan NasionalRepublik Indonesia. Jakarta: Yayasan OborIndonesia dan EFEO.
Behrend, T. E., dan Pudjiastuti, Titik. 1997. KatalogInduk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3-A.Jakarta: Fakultas Sastra UniversitasIndonesia.
Burchett, Patton. E. 2008. “The ‘Magical’Language Of Mantra.” Journal of theAmerican Academy of Religion 76 (4): 807-843.
Chambert-Loir, Harry. 1999. Khazanah Naskah:Panduan Koleksi Naskah-Naskah IndonesiaSedunia-World Guide to IndonesianManuscript Collections. Jakarta: YayasanObor Indonesia.
Daod, Haron. 2010. Oral Traditions In Malaysia: ADiscussion Of Shamanism. Jurnal Wacana.12 (1): 181—200.
Daud, Alfani. 1997. Islam dan Masyarakat Banjar.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Daudi, Abu. 1980. Maulana Syekh MuhammadArsyad al-Banjari Tuan Haji Besar.Martapura: Sullamul Ulum.
Diyab, AbdulMajid.1993. Tahqiq al-Turast al-Arabi,Manhajuhu Wa Tatawuruhu. Cairo: Dar al-ma’arif.
Djamaris, Edward, Muhamad Jaruki, NikmahSunardjo, Mujizah, dan Yeni Mulyani. 1996.Nilai Budaya dalam Beberapa Karya SastraNusantara: Sastra Daerah di Kalimantan.Jakarta: Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa, DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.
Ganie, Tajuddin. Noor. 2007. Jatidiri Puisi RakyatEtnis Banjar di Kalsel: Pribahasa Banjar,Pantun Banjar, Syair Banjar, Madihin, danMantra Banjar. Banjarmasin: RumahPustaka Folklor Banjar.
Harun, Abdussalam.1998. Tahqiqun an-nusus wanasyruha. Cairo: Maktabah al-Khaniji bilQahirah.
Hermansyah. 2010. Ilmu Gaib di Kalimantan Barat.Jakarta: KPG (Kepustakaan PopulerGramedia) École Francaise d’Extreme-Orient bersama STAIN Pontianak KITLV.
Hidayatullah, Dede. 2009. Jenis dan fungsi mantradalam masyarakat Banjar. Hlm 33-58 dalamBunga Rampai Sastra Hasil Penelitian.Banjarbaru: Balai Bahasa KalimantanSelatan.
Hidayatullah, Dede. 2014. Revitalisasi MantraBanjar. Hlm. 279—294 dalam SeminarNasional Bahasa Daerah (Sembada) tanggal10—11 Sepetember 2014 di Martapura.Yogyakarta: FAMILIA.
Hidayatullah, Dede. 2014b. Naskah Ini Fasal PadaMenyatakan Jalan yang Benar karyaNuruddin Ar-Raniry dalam Naskah Negara:Edisi Suntingan Teks. Hlm 451--474 dalam
DAFTAR PUSTAKA
Penelitian lanjutan tentang naskah MP iniharus dilakukan agar pengetahuan yang ada didalamnya dapat tetap lestari, baik itu berhubungandengan medis maupun magis. Selain itu, upaya
restorasi naskah harus segera dilakukan karenanaskah sudah mengalami kerusakan yang parahakibat korosi tinta.
55
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125
Lokakarya Hasil Penelitian Kebahasaan danKesasteraan. Yogyakarta 29 September—10 Oktober 2014). Yogyakarta: Azzagarfika.
Hidayatullah, Dede. 2015. “Naskah Martabat Tujuh:Edisi Kodikologi dan Isi Naskah.” Undas11 (2): 58-67.
Hidayatullah, Dede. 2016. “Naskah Mantra Mistik:Kodikologi, Suntingan dan Isi Teks.” Undas12 (1): 117—133.
Hidayatullah, D. (2017). “Mantra dalam Naskah“doa wirid tolak bala”: Deskripsi, isi, dansuntingan teks.” Jurnal Kandai 13 (1): 121-136.
Humaidy, Muhajir, dan Fathullah Munadi,. 2011.Studi Naskah Syarâb al-‘Âsyiqîn KaryaHamzah Fansuri dalam Naskah Negara.Banjarmasin: Puslit IAIN Antasari.
Iskandar, Teuku. 1999. Catalogue of Malay,Minangkabau, And South SumatranManuscript in Netherlands. Leiden:Universiteit Laiden, Faculteit derGodgeleerdheid, DocumentatiebureauIslam-Cristendom.
Kasmilawati, Isna danRustam Effendi. 2012.Struktur Dan Fungsi Mantra MasyarakatDayak Deah Desa Pangelak KecamatanUpau Kabupaten Tabalong. Jurnal BahasaDan Sastra 1 (1): 126-138.
Kosasih. 2012. Dasar-dasar keterampilanbersastra. Bandung: Yrama Widya.
Lindsay,Jennifer, Soetanto, R. M., Alan HFeinstein dan Behren T. E.1994. KatalogInduk Naskah-naskah Nusantara Jilid 2:Keraton Yogyakarta. Jakarta: Yayasan OborIndonesia dan EFEO.
Maknuna, Laksari lu‘lui, Sunarti Mustamar, SriNengsih. 2013. Mantra Dalam TradisiPemanggil Hujan di Situbondo: KajianStruktur, Formula, dan Fungsi. JurnalPublika Budaya 1 (1): 1—15.
Mu‘jizah. 2005. Martabat Tujuh: Edisi Teks danpemaknaan Tanda serta Simbol. Jakarta:Djambatan.
Mugeni, Muhammad, Abdul Hayat, Rissari Yayuk,Yuliati Puspita Sari, Sudirwo, Rodisa EdwinAbdinie, dan Erwan Wibowo. 2005. Mantra
Banjar. Banjarbaru: Balai BahasaBanjarmasin.
Mulyadi, dan Rujiati, S. W. 1994. KodikologiMelayu di Indonesia. Jakarta: FakultasSastra Universitas Indonesia.
Munadi, Fathullah dan Humaydi 2011. KonsepShalat Menurut Ihsanuddin Sumatrani DalamAsrâr Al-balât. Banjarmasin: Puslit IAINAntasari.
Rohim, Khairur dan Rustam Effendi.2014. NilaiBudaya Dalam Mantra Banjar. JurnalBahasa dan Sastra I (1): 204-214.
Ronkel, Ph. SVan. 1942. Supplement CatalogusDer Maleische en MinangkabauscheHandschriften in the Leidsche UniversiteisBibliotheek. Leiden: EJ Brill.
Ronkel, Ph. SVan. 1909. Catalogus Der MaleischeHandscriften (Batavia dan ‘s Gravenhage).Leiden: Albrecth dan Nijhoff.
Saputra, Heru Setya Puji. 2007. Memuja Mantra:Sabuk Mangir dan Jaran GoyangMasyarakat Suku Using Banyuwangi.Yogyakarta: LkiS.
Sulistyowati, Endang dan Tajuddin Noor Ganie.2016. Sastra Banjar: Genre Lama BercorakPuisi. Banjarmasin: Tuas Media.
Sunarti, Abdul Jebbar Hapip, Purlansyah,Syamsiar Seman, Syukrani Maswan, danMuhammad Saperi. 1978. Sastra LisanBanjar. Jakarta: Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa.
Suwatno, Edi. 2012. “Bentuk dan Isi Mantra.” JurnalHumaniora 16 (3): 320—331.
Tjandrasasmita, Uka. 2006. Kajian Naskah-naskahKlasik dan Penerapannya bagi KajianSejarah Islam di Indonesia. Jakarta:Pusdiklat Lektur Keagamaan DepartemenAgama RI.
Voorhovedan Iskandar, Teku. 1994. Catalogue ofAcehnese Manuscripts in The Library ofLeiden University and other CollectionsOutside Aceh. Leiden: Leiden Universitydan Indonesian Linguistics DevelopmentProject (ILDEP).
Yudiafi, Siti Zahradan Mu‘jizah. 2010. Filologi.Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
56
Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)
Yulianto, Agus. 2011. “Mantra Banjar: SuatuKompromi Budaya.” Naditira Widya 5 (2):133—140.
Zaidan, Abdur Rozak, Anita K. Rustapa, Hani’ah.2000. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: BalaiPustaka.
Top Related