MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB
BUMIPUTERA SYARI’AH TERHADAP NASABAH
Oleh:
SHELLA C HIDAYAT
107053000513
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB
BUMIPUTERA SYARI’AH TERHADAP NASABAH
SKRIPSI
Diajukan sebagai tugas akhir dalam jenjang Strata Satu (S1) pada Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi guna mencapai gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
(S.Sos.I)
Oleh:
SHELLA C HIDAYAT
107053000513
Di bawah bimbingan:
Dr. H. Asep Usman Ismail, MA
NIP. 19600720 199103 1001
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU AJB
BUMIPUTERA SYARIAH TERHADAP NASABAH, telah diujikan dalam
sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 14 Juni 2011. Skripsi ini telah di
terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) pada
Jurusan Manajemen Dakwah.
Jakarta 14 Juni 2011
Sidang Munaqosah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Study Rizal LK, MA H. Mulkanasir, BA, Spd, MM
NIP: 19640428 199303 1 002 NIP: 19550101 198302 1 001
Anggota:
Penguji 1 Penguji 2
Drs. Sugiharto, MA Drs. M. Sungaidi, MA
NIP: 19660806 199603 1 001 NIP: 196000803 199703 1 006
Pembimbing
Dr. H. Asep Usman Ismail, MA
NIP: 19600720 199103 1 001
i
ABSTRAK
Bismillahirrahmanirrahim
Shella C Hidayat, Pengelolaan Dana Tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah
Terhadap Nasabah, dibawah bimbingan Dr. H. Asep Usman Ismail, MA
Masalah yang telah diteliti penulis adalah manajemen sistem dana yang ada di
dalam asuransi syari’ah. Asuransi diperlukan karena dalam kehidupan manusia
dihadapkan pada kemungkinan terjadinya musibah dan bencana yang dapat
menyebabkan hilang atau berkurangnya nilai ekonomi seseorang, baik terhadap diri
sendiri, keluarga, atau perusahaan. Di dalam asuransi terdapat hal yang disebut sebagai
tabarru’.
Dimana dana tabarru’ ini merupakan dana kebajikan yang diambil dari semua
peserta asuransi untuk disumbangkan kepada peserta lainnya sebagai bukti rasa tolong-
menolong sesame manusia juga sebagai umat muslim yang baik.
Metode penelitian dalam karya tulis ini menggunakan metode kualitatif dengan
cara analisis deskriptif yang digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara pelaku,
mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasi. Berdasarkan data-data yang
diperoleh dan sumber-sumber tertulis mengenai pokok permaslahan yang akan dikaji,
maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data
melalui metode wawancara dan dokumentasi. Untuk menunjang proses analisis data,
peneliti datang langsung kepada subjek penelitian yaitu, AJB Bumiputera Divisi
Syari’ah. Diharapkan dari pendekatan ini dapat menghasilkan data yang bersifat lebih
mendalam dan objektif.
AJB Bumiputera Divisi Syari’ah sebagai subjek dalam penulisan skripsi ini.
AJB Bumiputera merupakan lembaga non bank pertama milik negara kita sendiri.
Lembaga ini dimiliki banyak minat oleh nasabahnya, karena lembaga ini sebagai
asuransi jiwa pertama yang mengeluakan fatwa syari’ah di Indonesia.
Kita mengetahui dalam manajemen ada beberapa fungsi yaitu perencanaan
dimana suatu hal yang harus dipirkan terlebih dahulu, kemudian melaksanakan apa
yang sudah direncanakan, dan pada saat pelaksanaan harus dilakukan sebuah
pengawasan agar apa yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan apa yang
direncanakan. Dan terakhir adalah melakukan evaluasi, dimana kegiatan ini merupakan
penilaian dari apa yang telah direncanakan kemudian dilaksanakan berikut
pengawasannya.
Manajemen sistem pada dana tabarru’ disebutkan ke dalam beberapa hal seperti
Perencanaannya mendata umur calon peserta yang ingin ikut serta dalam asuransi dan
mendata masa perjanjian calon peserta ikut dalam asuransi. Kemudian pelaksanaannya
dihitung berdasarkan data yang didapat oleh perusahaan dan dihitung sesuai umur
ketika ia menjadi anggota asuransi. Disitulah akan ditemukannya hasil yang akan
menjadi dana tabarru’. Pada saat pelaksanaan dilakukan, dilakukan pula pengawasan
yang sesuai pada penempatan akidah syari’ah, asuransi disini adalah divisi syari’ah
kemudian akad yang digunakan adalah harus sesuai dengan syari’at Islam. Setelah itu
AJB Bumiputera Divisi Syari’ah mengadakan evaluasi pada Menteri Keuangan setiap
tiga bulan sekali, dan Menteri Keuangan akan memproses data tersebut melalui website
agar masyarakat (peserta dari asuransi itu sendiri) dapat langsung melihat keadaan
investasi dana miliknya.
ii
KATA PENGANTAR
�����א������א��א��� �
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Sang Maha Pencipta yang
senantiasa memberikan kekuatan dan kenikmatan kepada hamba dan semua umat-
Nya. Berangkat dari fitrah manusia yang tidak pernah luput dari dosa dan
kesalahan, oleh karena itu wajib kiranya kami memohon ampunan dan
perlindungan-Nya. Segala kelancaran dan kemudahan penulis dalam
merampungkan tugas akhir ini merupakan anugerah yang diberikan oleh-Nya.
Sanjungan shalawat dan salam penulis haturkan pula pada junjungan umat
manusia Rasulullah SAW, semoga kita semua bisa tetap istiqamah menjalankan
sunnah-nya sehingga ajarannya akan tetap membumi. Amien.
Pada dasarnya secara teknis seluruh penyelesaian tugas akhir ini tetap
tidak terlepas dari orang-orang yang berekecimpung di dalamnya, sehingga
dukungan mereka merupakan manfaat yang begitu besar bagi penulis. Oleh sebab
itu penulis layak menghaturkan rasa syukur dan ungkapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, beserta segenap jajarannya yang tanpa bosan-bosannya
membimbing kami dalam melaksanakan segala aktivitas perkuliahan.
2. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA. Selaku dosen pembimbing yang selalu
mengarahkan penulis pada kelancaran dan kesuksesan pemyelesaian tugas
iii
akhir ini, dengan memberikan bebarapa pengajaran tentang arti tekun dan
teliti yang sesungguhnya.
3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku ketua Jurusan Manajemen
Dakwah (MD) yang tidak pernah bosan membimbing penulis dan kawan-
kawan yang lain dalam segala urusan perkuliahan. Semoga kedepan
Jurusan MD semakin berkembang baik dari segi kuantitas maupun
kualitas.
4. H. Mulkan Nasir, BA, SPd, MM. Selaku sekertaris Jurusan Manajemen
Dakwah yang selalu membantu penulis dalam semua penyelesaian dan
urusan yang penulis butuhkan dalam aktivitas selama perkuliahan sampai
menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Drs. Sugiharto, MA. Selaku penguji I yang memberikan banyak masukan
agar skripsi penulis benar-benar menjadi skripsi yang bermanfaat bagi
pembaca.
6. Drs. M. Sungaidi, MA. Selaku penguji II yang memberikan banyak
masukan agar penulis berhati-hati dalam menulis.
7. Orangtua saya yang tercinta, ayahanda H. Saeful Hidayat serta
ibunda Hj. Cucu Zulaecha, atas segala pengajaran, bimbingan, kerja
keras, serta dukungan moril maupun materil yang tidak henti-hentinya
mereka berikan kepada penulis. Atas segala perjuangan dan pengorbanan
mereka serta do’anya yang dihaturkan untuk saya setiap waktu dalam
menjalani skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan mereka
kebahagiaan yang berlimpah.
iv
8. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, atas segala ilmu yang telah diberikan sehingga dapat
membentuk kesadaran penulis dalam bentuk intelektualitas dan
spiritualitas. Semoga apa yang telah diberikan menjadi penerang sekaligus
amal jariyah bagi penulis masyarakat luas lainnya. Penulis haturkan do’a
semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.
9. Guru saya Hj. Nunung Nurhayati, SH dan ayahanda Drs. H. Asep
Juhenda, SH. Terima kasih banyak untuk semua dorongan, masukan dan
semangat yang tidak henti-hentinya selalu terucap oleh mereka untuk
penulis agar penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan cepat.
10. Edwin Indra Kusuma, terima kasih sayang atas segala perhatian,
pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis, dengan sabar
dan pantang menyerah mendorong terus penulis dengan semangat yang
tinggi dalam menyelesaikan ujian akhir ini.
11. Mufidah Amalia, adikku tersayang terima kasih atas segala semangat dan
dorongan yang diberikan. Semoga semakin rajin belajar agar bisa
menyusul dengan cepat untuk segera mendapat gelar sarjana.
12. Sahabat tercintakku Ade, Shofa, Angel, Mia, Nadia yang telah banyak
memberikan dukungan dengan sabar kepada penulis sampai penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
13. Fika, Nani, Wahid, Ojan dan Ka Dede, terima kasih banget buat info dan
waktu yang disempatkan untuk penulis dalam memenuhi semua kebutuhan
penulis dalam penulisan skripsi ini.
v
14. Untuk segenap teman-teman kosan gaul, terima kasih banget Puji,
Mudah, Euis, Nurul, Ka Leni, Sofie, terutama Eliyana (sahabat dari
SMA) yang selalu memberikan dukungan sampai sekarang, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
15. Semua teman-teman angkatan MD 2007, wa bil khusus teman-teman
kelas B, yang telah memberikan semangat dari awal perkuliahan sampai
sekarang, selama kurang lebih 4 tahun kita belajar, diskusi, dan tertawa
bersama. Semoga kebersamaan ini dapat terjalin sampai seterusnya dan
teman-teman mendapatkan pekerjaan yang layak dan calon yang baik di
kehidupan mendatang.
16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis merampungkan tugas akhir ini.
Tanpa bosan-bosannya penulis haturkan terima kasih banyak kepada
orang-orang yang terlibat dalam pengerjaan skripsi ini, semoga Allah SWT
memberika rizki dan kasih sayang yang berlimpah untuk mereka. Harapan penulis
mudah-mudahan skripsi dapat bermanfaat bagi khalayak luas sekaligus menjadi
bukti eksistensi penulis di dunia ini.
Ciputat, 14 Juni 2011
Shella C Hidayat
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 5
C. Tujuan dan ManfaatPenelitian ............................................... 5
D. Metodologi Penelitian ................................................................. 6
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Manajemen .................................................................................. 11
1. Pengertian Manajemen .......................................................... 11
2. Fungsi-fungsi Manajemen ..................................................... 15
3. Unsur-unsur Manajemen ....................................................... 24
B. Dana Tabarru’ ............................................................................. 25
1. Pengertian Dana Tabarru’ ..................................................... 25
2. Tujuan dan Manfaat Dana Tabarru’ ...................................... 26
3. Ladasan Hukum Dana Tabarru’ ............................................ 27
4. Penetapan Dana Tabarru’ ...................................................... 29
vii
C. Nasabah ....................................................................................... 34
1. Pengertian Nasabah ............................................................... 34
2. Kriteria Umum Nasabah ....................................................... 37
BAB III PROFIL AJB BUMIPUTERA SYARI’AH
A. Latar Belakang AJB Bumiputera Syari’ah .................................. 41
B. Visi dan Misi AJB Bumiputera Syari’ah .................................... 46
C. Operasionalisasi AJB Bumiputera Syari’ah ................................ 48
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Mekanisme Dana Tabarru’ pada AJB Bumiputera Syari’ah....... 52
B. Analisis Manajemen Sistem Dana Tabarru’ AJB Bumiputera
Syari’ah terhadap Nasabah .......................................................... 53
1. Perencanaan Sistem Dana Tabarru’ ...................................... 53
2. Pelaksanaan Sistem Dana Tabarru’ ....................................... 56
3. Pengawasan Sistem Dana Tabarru’ ....................................... 58
4. Evaluasi Sistem Dana Tabarru’ ............................................. 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 63
B. Saran ............................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Asuransi Salah satu lembaga ekonomi yang ada sekarang ini adalah
lembaga keuangan non bank. Di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak
ditemukan ketentuan yang jelas yang mengatur secara eksplisit tentang
asuransi ini. Asuransi yang bahasa Arabnya adalah at-ta’min, merupakan jenis
akad kontemporer yang belum dikenal oleh generasi pertama, bahkan
diagendakan oleh para pakar fikih klasik. Hanya saja mayoritas pakar fikih
sepakat bahwa akad dalam koridor syar’i adalah fleksibel dan tidak terbatas.
Sebuah kaidah Ushul Fiqh mengatakan:
“Pada dasarnya semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya. “ 1
Asuransi dalam sistem ekonomi Islam disebut asuransi syari’ah.
Asuransi diperlukan karena dalam kehidupan manusia dihadapkan pada
kemungkinan terjadinya musibah dan bencana yang dapat menyebabkan
hilang atau berkurangnya nilai ekonomi seseorang, baik terhadap diri sendiri,
keluarga, atau perusahaan. Segala musibah dan bencana merupakan ketentuan
(Qadha dan Qadhar) Allah SWT., namun manusia (muslim) wajib berikhtiar
melakukan tindakan antisipasi untuk memperkecil resiko timbul. 2
1 Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 1:/DSN-MUI/2000
2 Suhawardi K. Lubis, Modul Pengetahuan Dasar Takaful, Bab ke-3, h. 10
2
Dalam menghadapi resiko ini manusia dapat berikhtiar dengan pilihan
alternatif antara lain : menanggung sendiri, membagi resiko dengan pihak lain,
dan menyerahkan resiko sepenuhnya kepada pihak lain. “Bila sebuah resiko
ditanggung sendiri, salah satu upayanya bisa dengan menabung, namun ikhtiar
ini sering kali tidak mencukupi, karena resiko yang terjadi melebihi dari yang
diperkirakan, padahal tabungan belum mencukupi. Sedangkan bila resiko
tersebut dibagi atau dialihkan, diharapkan pada saat terjadi musibah, maka
berkurangnya nilai ekonomi atau kesejahteraan keluarga dapat terjamin
(tergantikan), begitu juga dengan hilangnya fungsi sebuah benda dapat
tergantikan juga.” 3
Dalam hal ini, dana tabarru’ merupakan kumpulan dari premi tabarru’
(sejumlah uang yang diserahkan pemegang polis/peserta asuransi kepada
pemegang polis yang lain. Penyerahan itu diserahkan secara tulus ikhlas dan
tidak untuk diminta kembali, yang ditujukan untuk tolong menolong).
Sementara perusahaan asuransi berkewajiban untuk mengelola dana tabarru’
melalui aktivita investasi dan perusahaan mendapat ujrah (fee) atas
pengelolaan dana tersebut. Oleh karena itu, dana tabarru’ disimpan dalam satu
rekening khusus, dimana apabila ada yang mendapat musibah, dana klaim
yang diberikan adalah dari rekening dana tabarru’ yang sudah diniatkan oleh
semua peserta untuk kepentingan tolong-menolong. 4
Implementasi akad takafuli dan tabarru’ dalam sistem asuransi syariah
direalisasikan dalam bentuk pembagian setoran premi menjadi dua. Pertama,
3 Ibid, h. 10
4 Kuat Ismanto S.H.I, Asuransi Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 68
3
untuk produk yang mengandung unsur tabungan (saving), maka premi yang
dibayarkan akan dibagi ke dalam rekening dana peserta dan satunya lagi
rekening tabarru’. Kedua, untuk produk yang tidak mengandung unsur
tabungan (non saving), setiap premi yang dibayar akan dimasukkan
seluruhnya ke dalam rekening tabarru’. 5
Dalam tabarru’ orang yang menolong atau memberi tidak bermaksud
untuk mengharapkan penggantian dari apa yang telah ia berikan, tetapi dari
tabarru’ ini, para pesertanya mempunyai tujuan dan manfaat bagi peserta
lainnya, yaitu :
1. Untuk membayar klaim apabila terjadi musibah pada peserta lain.
2. Untuk menghindari sikap mementingkan diri sendiri pada peserta asuransi.
3. Saling tolong menolong antara peserta yang tertimpa musibah.
4. Mempererat tali silaturahmi antara peserta yang tertimpa musibah.
5. Menumbuhkan rasa bertanggung jawab sesama, dengan memberikan
sebagian kecil uang yang dniatkan untuk peserta lain apabila terjadi klaim.
Hal ini menghindari perasaan mementingkan diri sendiri.
6. Saling bantu-membantu antara peserta yang tertimpa musibah. 6
Sedangkan bagi perusahaan, dana tabarru’ ini mempunyai tujuan dan
manfaat sendiri, yaitu :
1. Mengelola kembali dana tabarru’ dengan menginvestaskan pada lembaga
keuangan syari’ah.
5 Ibid, h. 69
6 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di
Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004), h. 139
4
2. Dapat didayagunakan untuk membentuk dana bersama yang digunakan
sebagai santunan bagi santunan bagi peserta lainnya. 7
Keberadaan rekening tabarru’ menjadi sangat penting untuk menjawab
pertanyaan seputar ketidakjelasan asuransi dari sisi pembayaran klaim.
Misalnya, seorang peserta mengambil paket asuransi jiwa dengan masa
pertanggungan 10 tahun dengan manfaat 10 juta rupiah. Bila ia ditakdirkan
meninggal dunia di tahun ke-empat dan baru sempat membayar sebesar 4 juta,
maka ahli waris akan menerima sejumlah penuh 10 juta. Pertanyaannya, sisa
pembayaran sebesar 6 juta diperoleh dari mana. Disinilah kemudian timbul
gharar tadi sehingga diperlukan mekanisme khusus untuk menghapus hal itu,
yaitu penyediaan dana khusus untuk pembayaran klaim (yang pada
hakekatnya untuk tujuan tolong-menolong) berupa rekening tabarru’. 8
Selanjutnya, dana yang terkumpul dari peserta (shahibul maal) akan
diinvestasikan oleh pengelola (mudharib) ke dalam instrumen-instumen
investasi yang tidak bertentangan dengan syariat. Apabila dari hasil investasi
diperolah keuntungan (profit), maka setelah dikurangi beban-beban asuransi,
keuntungan tadi akan dibagi antara shahibul maal (peserta) dan mudharib
(pengelola) berdasarkan akad mudharabah ( bagi hasil ) dengan rasio (nisbah)
yang telah disepakati di muka. Akad tabarru’ telah diputuskan oleh FATWA
DEWAN SYARI’AH NASIONAL No: 53/DSN-MUI/III2006 Tentang
AKAD TABARRU’ PADA ASURANSI DAN REASURANSI
SYARI’AH.9
7 Ibid, h. 139
8 Kuat Ismanto S.H.I, Asuransi Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 69
9 Ibid, h. 70
5
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
membahas pengelolaan dana tabarru’ dalam penulisan skripsi ini, dengan
judul “Pengelolaan Dana Tabarru AJB Bumiputera Syari’ah terhadap
nasabah”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian karya tulis ini dibatasi dengan membahas pengelolaan
dana tabarru’ pada asuransi syari’ah yang mana dana ini diberikan secara
derma oleh nasabah untuk nasabah yang membutuhkan, dan tidak
membahas tentang dana asuransi yang lain, juga dibatasi oleh tenggang
waktu pelaksanaan dalam wawancaranya.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah tersebut, maka dalam karya tulis ini
dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme system dana tabarru’ pada AJB Bumiputera
Syari’ah?
2. Bagaimana perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi sistem
dana tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan ingin memperoleh gambaran tentang:
6
a. Untuk Mengetahui manajemen sistem dana tabarru’ yang digunakan
oleh AJB Bumpitera Divisi Syari’ah kepada nasabahnya.
2. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang bisa diberikan dari penyusun antara
lain sebagai berikut:
a. Bagi Penyusun
Bisa memberikan pengetahuan dan pengalaman yang bisa dijadikan
pelajaran
b. Bagi Akademik
Menambah buku-buku perpustakaan yang bisa dijadikan bacaan oleh
para mahasiswa sebagai bahan rujukan dan referensi untuk menambah
wawasan mereka.
c. Bagi pembaca
Bisa menambah wawasan cakrawala pengetahuan para pembaca
tentang disiplin ilmu yang bersangkutan.
d. Bagi AJB Bumiputera Divisi Syari’ah
Dijadikan sebagai alat evaluasi agar bisa menjadi lebih baik dan lebih
meningkatkan pengalaman.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian Kualitatif
Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif Menurut
Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Loxy Moleong adalah sebagai
7
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.10
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian ini adalah AJB Bumiputera Divisi Syari’ah
Harmoni-Jakarta Pusat
b. Objek Penelitian Ini adalah Manajemen Keuangan AJB Bumiputera
Divisi Syari’ah
3. Tempat dan Waktu Penelitian
c. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di AJB Bumiputera Divisi Syari’ah
Harmoni-Jakarta Pusat.
Waktu Penelitian ini berlangsung dari Bulan Mei 2011
4. Tehnik pengumpulan data
a. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti
dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab
dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden
merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.
b. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dimana
peneliti atau kolabolatornya mencatat informasi sebagaimana yang
mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwa-
10
Lexy J. Moeleong. Metode Penelitian kualitatif ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009) , h. 4.
8
peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan, merasakan, yang
kemudian dicatat seobyektif mungkin.11
c. Dokumentasi
Penulis mengumpulkan informasi berupa: data, hasil
wawancara.
d. Tehnik Pengelolaan data
Setelah data diperoleh, maka langkah-langkah selanjutnya penulis
mengelola data dengan cara editing, yaitu kegiatan mempelajari berkas-
berkas data yang telah terkumpul,sehingga keseluruhan berkas itu dapat
diketahui dan dapat dinyatakan baik.
5. Tehnik Analisis Data
Dalam menganalisis Data, penulis menggunakan metode deskriptif
analisis, yaitu suatu teknik analisis data; dimana penulis terlebih dahulu
memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan, kemudian
menganalisanya dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis.
6. Tehnik Penulisan
Penulisan Skripsi ini berpedoman pada “Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA
(Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Press Tahun 2007.
11
W. Gulo. Metodelogi Penelitian (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia ,
2002), h. 116.
9
E. Tinjauan Pustaka
Dalam Penyusunan Skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian
lebih lanjut kemudian menyusun menjadi karya ilmiah maka langkah awal
yang penulis lakukan adalah mengkaji terlebih dahulu dan melihat buku-buku
yang akan dijadikan reverensi oleh penulis. Setelah penulis melakukan kajian
kepustakaan penulis akhirnya menemukan beberapa skripsi yang membahas
tentang:
1. Karya Ainun Najiebah, Nim 102046225362, Program Studi Muamalat,
Konsentrasi Asuransi Syari’ah, Fakultas Syari’ah dan Hukum. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1430 H/2009 M. Pembahasan
Dalam Skripsinya adalah mengenai Tinjuauan Ekonomi Islam terhadap
Pengelolaan Dana Tabarru’ Pada Asuransi PT. BRIngin Life Syari’ah.
Melihat pada sebuah pengelolaan dana tabarru’ yang sesuai dengan akidah
islam.
Sedangkan judul skripsi penulis adalah Manajemen Sistem Dana
Tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah Terhadap Nasabah. Dalam hal ini dilihat
dari segi judul berbeda, baik itu dari segi pembahasan yang diteliti sungguh
jauh berbeda, yaitu, materi yang penulis bahas adalah tentang Bagaimana
Manajemen Sistem Dana Tabarru’ itu pada Asusransi Syari’ah.
F. Sistematika Penulisan
Berdasarkan penelitian di atas, maka sistematika penulisan dalam
pembahsan ini adalah sebagai berikut :
10
BAB I Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan argumentasi
mengenai signifikasi studi ini. Dalam bab ini peneliti
menguraikan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Metodelogi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II Merupakan kajian teoritis karya tulis ini, di dalamnya
membahas mengenai pengertian dari manajemen dana, dana
tabarru’ dan nasabah. Dalam kajian teoritis ini, selanjutnya
dijadikan pegangan sekaligus alat untuk menjelaskan
Manajemen Sistem Dana Tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah
terhadap Nasabah.
BAB III Membahas tentang profil perusahaan AJB Bumiputera Syari’ah
dengan aktifitas pengelolaan dana tabarru’ pada perusahaan
tersebut. Dan juga membahas profil lengkapnya sebagai wadah
asuransi para nasabah muslim di Indonesia yang ingin
menghilangkan rasa kecurigaannya terhadap produk-produk
yang dikeluarkan oleh AJB Bumiputera Syari’ah.
BAB IV Menjabarkan dan menganalisis manajemen sistem dana
tabarru’ dengan mengobservasi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi terhadap nasabah pada asuransi
syari’ah sebagai keihklasan dana dalam bershadaqah.
BAB V Merupakan penutup yang berisi kesimplan dan saran-saran
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata kerja bahasa inggris “to manage”
yang berarti mengatur.1 selain itu, kata “to manage” mempunyai sinonim
antara lain; To hand (mengurus), to control (memeriksa/mengawasi), to
guide (menuntun/mengemudikan). Jadi, manajemen berarti mengurus,
memeriksa, mengawasi, pengendalian, mengemudikan, membimbing.2
Secara etimologis Abdul Sani mengatakan bahwa manajemen
berasal dari kata “manage” yang berarti mengemudikan, memerintah,
memimpin atau dapat juga diartikan sebagai “pengurusan”. Dalam hal ini
pengurusan, memimpin, atau membimbing terhadap orang lain dalam
upaya mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.3
Sedangkan secara terminologis, dikatakan bahwa manajemen
merupakan proses kerja untuk menentukan , mengimpertrasikan dan hal
senada juga diungkapkan oleh Miftah Thoha yang mengatakan bahwa
manajemen merupakan pengelolaan suatu organisasi yang dibatasi dengan
tertib. dengan kata lain, manajemen harus menjalankan prinsip-prinsip
1 Melayu SP. Hasibuan, Manajemen Dasar : Pengertian dan Masalah (Jakarta : PT.
Gunung Agung, 1986), cet.II, h. 2. 2 Jhon M, Echols, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta : PT Gramedia, 1996), h.375.
3 Abdul Sani, Manajemen Organisasi (Jakarta : Bina Aksara, 1987 ), h.1.
12
perencanaan, pengaturan, motivasi, dan pengendalian dalam menjalankan
roda organisasi.4
Adapun pengertian menurut istilah manajemen ialah suatu proses,
dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan
diawasi. Sedangkan menurut Joseph L. Massie manajemen adalah
integrasi dan penerapan ilmu serta pendekatan analisis yang
dikembangkan oleh banyak disiplin.5
Banyak rumusan yang diberikan oleh para ahli dalam
mendefinisikan manajemen diantaranya:
a. Dalam buku karangan George R. Terry dan Laslie W. Rue.
Mendefinisikan manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja
yang melibatkan bimbingan suatu kelompok orang-orang kearah
tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.6
b. M. Manulang mendefinisikan manajemen pada 3 arti : pertama,
manajemen sebagai proses. Kedua, manajemen sebagai kolektifitas
orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen. Ketiga, manajemen
sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu pengetahuan.7
c. Manajemen dapat didefinisikan dari dua sudut pandang, yaitu sebagai
proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka penerapan
tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang
4 Miftah Thoha , Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku (Jakarta :
PT. RajaGrafindo Persada, 1993), cet. ke - 5, h.10. 5 Joseph L.Massie, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Erlangga, 1999), h. 9.
6 George R. Terry dan Laslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), cet. Ke-9, h.1. 7 M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Ghalla Indonesia, 1996), h. 2.
13
menduduki jabatan manajerial untuk melalui kegiatan-kegiatan orang
lain.8
d. J. Panglaykin dan Tanzil dalam karyanya Manajemen Suatu Pengantar
mengatakan bahwa manajemen adalah seni kemahiran untuk mencapai
hasil yang sebesar-besarnya dengan usaha yang sekecil-kecilnya untuk
memperoleh kemakmuran dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
serta memberi serius pelayanan yang baik kepada khalayak ramai.9
e. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan. Manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.10
Sedangkan pengertian manajemen didalam kamus besar
Bahasa Indonesia adalah proses penggunaan sumber daya secara
efektif untuk mencapai tujuan dan sasaran.11
f. Didalam buku karangan Yayat. M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen.
George Terry (1977) menyatakan. Manajemen adalah suatu proses
yang berbeda terdiri dari Planning, organizing, actuating, dan
Controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan
dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya.12
8 Sondang P. Siagian, M.P.A., Filsafat Administrasi edisi Revisi (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006), cet. Ke-3 h. 5. 9 Panglaykin dan Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999),
cet. Ke-15, h. 27. 10
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), cet. Ke-10. h. 1. 11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1. h. 695. 12
Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarat: PT. Grasindo, 2004), Cet. Ke-2.
h. 3.
14
g. Menurut Ahmad Fadli Hs dalam bukunya Organisasi dan
Administrasi. Definisi manajemen dapat diartikan sebagai berikut:
1) Keterlaksanaan proses penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran tertentu.
2) Kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil
dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan-kegiatan orang lain.
3) Segenap perbuatan menggerakan kelompok orang dan
menggerakan fasilitas dalam suatu usaha kerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu.13
h. Didalam Buku Karangan T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua.
Mary Parker Follet mendefinisikan Manajemen sebagai seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.14
i. Didalam Buku Karangan T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua.
Menurut Stoner Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya- sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.15
j. Menurut H. Koontz dan O’ Donnel, dalam bukunya: “Principles of
Managemen”, yang dikutif oleh Soewarno Handayaningrat, dalam
buku Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen.
mengemukakan definisi managemen sebagai berikut: “Management
13
Ahmad Fadli Hs, Organisasi dan Administrasi edisi Revisi (Jakarta: Man Halun
Nasyi-in Press, 2002), cet. Ke-3. h. 26. 14
T. Hani Handoko, M.B.A. Manajemen edisi Kedua (Yogyakarta: Bpfe, 1991 ), h. 8 15
T. Hani Handoko, M.B.A. Manajemen edisi Kedua , h. 8.
15
involes getting things done through and with people”. (Managemen
berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan
melalui dan dengan orang-orang lain).16
Setelah memaparkan beberapa pengertian arti dari berbagai para
ahli dalam karya-karyanya, jelas sekali terdapat banyak definisi-definisi
tentang manajemen. Menurut penulis kesimpulan yang dapat diambil dari
berbagai definisi-definisi tersebut. Manajemen adalah serangkaian
kegiatan yang didalamnya terdapat suatu proses pelaksanaan kegiatan
yang meliputi Perencanaan (Planning), Organisasi (Organizing),
Penggerakan (Actuating), dan Pengawasan (Controlling). sehingga bisa
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan dan sasaran
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi – fungsi Manajemen adalah sebagai berikut menurut Henry
Fayol ada:17
a. Planning
Menunjukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa
yang akan datang dan apa yang harus di perbuat agar dapat mencapai
tujuan-tujuan itu.
b. Organizing
Mengelompokan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan
memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
16
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management
(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1980), h.19. 17
Zaini Muhtarom, Dasar-Dasar Manajemen (Yogyakarta : Al Amin Press dan IKFA,
1996), h. 38.
16
c. Staffing
Menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan,
penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
d. Motivating
Mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-
tujuan.
e. Controlling
Mengukur Pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-
sebab penyimpangan- penyimpangan dan mengambil tindakan –
tindakan korektif dimana perlu.
Adapun Fungsi-fungsi manajemen menurut T. Hani Handoko adalah
sebagai Berikut:
a. Planning (perencanaan)
Adalah penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,
metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan
b. Organizing (penggorganisasian)
Adalah penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Staffing ( Penyusunan Personalia)
Adalah penarikan, pelatihan, pengembangan, serta penempatan dan
pembagian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang
menguntungkan dan produktif.
17
d. Pengarahan
Adalah membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa
yang diinginkan, dan harus mereka lakukan.
e. Controlling (pengawasan)
Adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin
bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah
ditetapkan.18
Sedangkan menurut Joseph L. Massie. Ada 7 fungsi-fungsi
manajemen diantaranya adalah:
a. Pengambilan keputusan (Decision Making) ialah proses pemilihan arah
langkah yang harus diambil dan alternative-alternatif yang ada untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
b. Pengorganisasian (Organizing) proses penentuan struktur dan alokasi
kerja.
c. Pengisian staf (Staffing) proses yang dilakukan para manajer untuk
menseleksi, melatih, mempromosikan, dan membebas tugaskan
bawahan.
d. Perencanaan (Planning) proses antisipasi seorang manajer akan masa
depan dan menemukan alternative-alternatif arah langkah yang terbuka
untuknya.
18
T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia (Yogyakarta :
PT. Liberty, 1985), h. 23-25.
18
e. Pengawasan (Controlling) proses mengukur pelaksanaan yang berlaku
sekarang dan memberikan panduan kearah sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
f. Komunikasi (Comunicating) ialah proses pengalihan ide-ide kepada
orang lain untuk keperluan mencapai hasil uang diinginkan.
g. Pengarahan (Directing) proses bimbingan pelaksanaan actual para
bawahan menuju kesasaran bersama. Pengawasan (supervising)
merupakan satu aspek fungsi ini pada tingkat bawah yang
memungkinkan pengawasan pekerjaan fisiknya.19
Menurut Hasibuan yang dikutif oleh Prof. Dr. Sondang. P.
Siagian, M. P. A. bahwa fungsi- fungsi manajemen mencakup :
a. Planning (perncanaan) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses
pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan
dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
b. Organizing (pengorganisasian) adalah keseluruhan proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab,
dan wewenang, sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi
yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan.
c. Motivating (penggerakan) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan
proses pemberiaan dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian
rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya
tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
19
Josep L.Massie, Dasar-Dasar Manajemen edisi Ketiga (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 7.
19
d. Controlling (pengawasan) adalah proses pengamatan pelaksanan
seluruh kegiatan organisasi untuk menajmin agar semua pekerjaan
yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.
e. Evaluation (penilaian) adalah fungsi organik administrasi dan
manajemen yang terakhir. Definisinya ialah proses pengukuran dan
perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya di capai dengan
hasil-hasil yang seharusnya dicapai.20
Menurut George R. Terry, dalam bukunya “Principles of
management”, yang dikutif oleh Soewarno Handayaningrat dalam Buku
Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen, menyatakan bahwa
proses manajemen terdiri atas empat fungsi yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan
waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan
merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh
keyakinan untuk tercapainya hasil yang dikehendakinya.21
Pada hakekatnya perencanaan adalah suatu maksud yang
didokumentasi secara khusus yang memuat tujuan dan tindakan.
Tujuan adalah akhir dari tindakan, sedangkan tindakan itu sendiri
adalah alat untuk sampai ke tujuan tersebut. Dengan perkataan lain
bahwa tujuan merupakan target yang menjadi sasaran manajemen,
20
H. Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi, h. 3. 21
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, h. 25.
20
sedangkan tindakan merupakan alat dan cara mencapai sasaran
tersebut.22
Adapun George R. Terry, dalam buku Zaini Muchtarom, lebih
rinci menyatakan : perencanaan adalah menyeleksi dan
menghubungkan fakta-fakta serta menyusun dan menggunakan
asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam bentuk
visualisasi dan formulasi dari kegiatan-kegiatan terarah yang diyakini
perlu untuk mencapai hasil yang dikehendaki.23
Dalam perencanaan diperlukan adanya langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Perkiraan dan perhitungan masa depan
2) Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangkaian pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3) Penetapan tindakan dan prioritas pelaksanaanya
4) Penetapan metode
5) Penetapan dan penjadualan waktu
6) Penempatan lokasi (tempat)
7) Penempatan biaya fasilitas dan faktor-faktor lain diperlukan
b. Penggorganisasian
Pengorganisasian berasal dari kata organisasi (Organum-
bahasa latin) yang berarti alat atau badan, pada dasarnya ada 3 (tiga
ciri khusus dari satu) organisasi yaitu : adanya sekelompok manusia
22
Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, h. 62. 23
Ibid., h. 63.
21
kerja sama yang harmonis dan kerja sama tersebut berdasarkan atas
hak kewajiban serta tanggung jawab masing-masing orang untuk
mencapai tujuan.24
Adapun pengorganisasian menurut G. R. Terry adalah
menentukan, mengelompokan dan pengaturan berbagai kegiatan yang
dianggap perlu untuk pencapaian tujuan, penugasan orang-orang dalam
kegiatan ini, dengan menetapkan faktor-faktor lingkungan fisik yang
sesuai, dan menunjukan hubungan kewenangan yang dilimpahkan
terhadap setiap individu yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut.25
Penggorganisasian adalah menentukan, mengelompokan dan
pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian
tujuan, penugasan orang-orang dalam kegiatan ini, dengan menetapkan
faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai, dan menunjukan hubungan
kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu yang
ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.26
c. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan adalah aktivitas pokok dalam manajemen yang
mendorong dan menjuruskan semua bawahan agar berkeinginan
bertujuan serta bergerak untuk mencapai maksud-maksud yang telah
24
Djati Juliatriasa dan Jhon Suprihanto, Manajemen Umum Sebuah Pengantar
(Yogyakarta : BPFF, 1998), Cet. Kr-2, h. 14. 25
Sowewarno Handayaningrat, Ilmu Administrasi dan Manajemen, h. 26. 26
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen,h. 26.
22
ditentukan dan merasa berkepentingan serta pada dengan rencana
usaha organisasinya.27
Penggerakan dapat didefinisikan pula sebagai keseluruhan
usaha, cara teknik dan metode untuk mendorong para anggota
organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi
tercapainya tujuan organisasi.28
Penggerakan pelaksanaan adalah usaha agar semua anggota
kelompok suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadarannya
dan berpedoman pada perencanaan (Planning) dan usaha
pengorganisasiannya.29
George R. Terry, dalam buku Sarwoto, memberikan pengertian
ini sebagai tindakan untuk mengusahakan agar semua angota
kelompok suka berusaha untuk mencapai sasaran agar sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha organisasi30
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah kegiatan manajer mengusahakan agar
pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil
yang dikehendaki.31
27
Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen (Jakarta: : Bina Aksara , 1998)
cet ke-2, h. 96. 28
Sondang P. Siagian. Fungsi-Fungsi Manajemen (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), cet ke-
2, h. 128. 29
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, h.
26. 30
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalian Indonesia, 1991)
, cet, ke-18, h. 89. 31
Ibid, h. 94.
23
Pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus
diselesaikan yaitu: pelaksanaan, penilaian pelaksanaan, bila perlu
melakukan tindakan korektif agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai
dengan rencana yaitu sesuai dengan standar.32
Pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih
menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai
rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai fungsi organik,
pengawasan merupakan salah satu tugas yang mutlak yang
diselenggarakan oleh semua orang yang menduduki jabatan manajerial,
mulai dari manajer puncak hingga para manajer rendah yang secara
langsung mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang
diselenggarakan oleh semua petugas operasional.33
Dari Beragamnya fungsi-fungsi manajemen di atas yang telah
diungkapkan oleh para ahli. Maka, Penulis mengambil fungsi
manajemen yang lebih Umum dilakukan dikalangan masyarakat.
Sehingga penulis lebih condong pada Fungsi Manajemen menurut
pandangan George R. Terry seorang ahli manajemen, yang
mengungkapkan empat fungsi Manajemen yaitu Perencanaan
(Planning), pengorganisasian (Organizing), Penggerakan
(Actuating),dan Pengawasan (Controlling). Atau yang biasa dikenal
dan disingkat dengan sebutan “POAC”. Fungsi Manajemen inilah yang
sangat popular dan fundamental dalam rangka untuk pencapaian
tujuan dalam setiap kegiatan.
32
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, h.
26. 33
Sodang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajemen, h. 169.
24
3. Unsur-Unsur Manajemen
Unsur atau komponen merupakan bagian terpenting yang harus
tersedia dalam suatu pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini Abdul Syani
membagi unsur alat manajemen (tool of manajemen) kedalam enam bagian
di antaranya :
a. Man, yakni tenaga kerja manusia, sumber daya manusia (SDM) yang
ada pada sebuah lembaga, SDM yang ada akan berpengaruh pada
lancer atau tidaknya manajemen lembaga dalam melaksanakan tujuan
yang dilaksanakan.
b. Money, yakni pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Dana tersebut dapat diperoleh dari pemerintah setempat atau dari
donator yang secara sukarela memberikan sumbangan demi kemajuan
sebuah proses dakwah. Disamping itu, dana juga dapat diperoleh dari
lembaga usaha yang dikembangkan.
c. Methods, yakni cara atau sistem untuk mencapai tujuan. Dalam
penentuan metode ini harus direncanakan secara matang sehingga tidak
terjadi kevakuman di tengah jalan.
d. Materials, yakni bahan-bahan yang diperlukan dalam mencapai tujuan
atau misi lembaga. Bahan ini harus mendukung proses pencapaian
tujuan yang direncanakan oleh sebuah lembaga.
e. Machines, yakni alat-alat yang diperlukan, dalam hal ini alat-alat yang
digunakan bertujuan untuk memaksimalkan bahan-bahan yang
tersedia.
25
f. Market, yakni tempat untuk menawarkan hasil produksi dalam hal ini,
misi lembaga dapat diterima oleh masyarakat yang pada gilirannya
mereka dapat menerima produk yang telah diciptakan.34
Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur terpenting
sehingga berhasil atau gagalnya suatu manajemen tergantung pada
kemampuan manajer untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang
kearah tujuan yang akan dicapai. Karena begitu pentingnya unsur manusia
dalam manajemen, melebihi unsur lainnya, maka boleh dikatakan bahwa
manajemen itu merupakan proses sosial yang mengatasi segala-galanya.35
B. Dana Tabarru’
1. Pengertian Dana Tabarru’
Dana tabarru’ terdiri dari kata dana dan tabarru’. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia kata dana adalah uang yang disediakan atau
sengaja dikumpulkan untuk suatu maksud, derma, sedekah, pemberian
atau hadiah.36
Sedangkan tabarru’ berasal dari kata tabarra’a
yatabarra’u-tabarru’an, artinya sumbangan hibah, dana kebijakan, atau
derma.37
Orang yang memberi sumbangan disebut mutabarri’
(dermawan). Tabarru’ merupakan pemberian sukarela seseorang kepada
orang lain, tanpa ganti rugi yang mengakibatkan berpindahnya
kepemilikan harta itu dari pemberi kepada orang yang diberi. 38
34
Abdul Sani, Manajemen Organisasi (Jakarta: Bina Aksara, 1987) , h. 28. 35
Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, h.43. 36
W.J.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,
2005), Ed. 3, h. 261 37
Abd Bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus Indonesia-Arab, Arab-Indonesia, (Jakarta, PT.
Bentara antar Asia, 1991), h. 75 38
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di
Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004), h. 138
26
Jumhur ulama mendefinisikan dana tabarru’ dengan akad yang
mengakibatkan pemilikan harta, tanpa ganti rugi yang dilakukan seseorang
dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela. Niat tabarru’
dalam akad asuransi syari’ah adalah alternatif uang sah yang dibenarkan
oleh syara’ dalam melepaskan diri dari praktik gharar (manipulasi) yang
diharamkan oleh Allah SWT. 39
Menurut jumhur ulama, dana tabarru’ digunakan untuk saling
membantu antar sesama manusia, oleh sebab itu Islam sangat menganjurkan
seseorang yang mempunyai kelebihan harta untuk menghibahkannya kepada
saudara-saudaranya yang memerlukan. Sedangkan dalam konteks akad dalam
asuransi syari’ah, tabarru’ memberikan dana kebijakan dengan niat ikhlas
untuk tujuan saling membantu diantara sesama peserta asuransi syari’ah
apabila ada diantaranya mendapat musibah. Dana klaim yang diberikan
diambil dari rekening dana tabarru’ yang telah diniatkan oleh semua peserta
ketika akan menjadi peserta asuransi syari’ah, untuk kepentingan atau dana
tolong-menolong. 40
2. Tujuan dan Manfaat Dana Tabarru’
a. Tujuan Dana Tabarru’
Tujuan dari dana tabarru’, yaitu :
1) Untuk membayar klaim apabila terjadi musibah pada peserta lain.
2) Untuk menghindari sikap mementingkan diri sendiri pada peserta
asuransi.
39
Ibid, h. 138 40
Ibid, h. 139
27
3) Saling tolong menolong antara peserta yang tertimpa musibah.
4) Mempererat tali silaturahmi antara peserta yang tertimpa musibah.
5) Menumbuhkan rasa bertanggung jawab sesama, dengan memberikan
sebagian kecil uang yang dniatkan untuk peserta lain apabila terjadi
klaim. Hal ini menghindari perasaan mementingkan diri sendiri.
6) Saling bantu-membantu antara peserta yang tertimpa musibah. 41
b. Manfaat Dana Tabarru’
Sedangkan manfaat dana tabarru’ bagi perusahaan itu sendiri,
yaitu:
1) Mengelola kembali dana tabarru’ dengan menginvestaskan pada
lembaga keuangan syari’ah.
2) Dapat didayagunakan untuk membentuk dana bersama yang digunakan
sebagai santunan bagi peserta lainnya. Dana bersama merupakan dana
kumpulan peserta asuransi yang digunakan untuk menutup kerugian
yang diderita nasabah ketika mengalami musibah atau bencana. Setiap
peserta memiliki hak yang sama dalam menerima ganti rugi yang sesuai
dengan proporsinya yang telah ditentukan diawal. 42
3. Landasan Hukum Dana Tabarru’
Asuransi syari’ah dalam AJB Bumiputera Divisi Syari’ah memakai
landasan hukum yang ditentukan oleh Dewan Syari’ah Nasional MUI dan
Peraturan Menteri Keuangan No.18/PMK.010/2010 tentang penerapan
prinsip dasar peneyelenggaraan asuransi dan reasuransi dengan prinsip
41
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di
Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004), h. 139 42
Ibid, h. 139
28
syari’ah. Kemudian Dewan Syari’ah Nasional MUI mengeluarkan fatwa
selanjutnya bersama Menteri Keuangan di Peraturan Menteri Keuangan
No.11/PMK.010/2011 tentang kesehatan keuangan usaha asuransi dan
reasuransi dengan prinsip syari’ah. Dan selanjutnya fatwa Dewan Syari’ah
Nasional MUI yang menjelaskan tentang akad tabarru’ dalam Dewan
Syari’ah Nasional MUI No. 53/ DSN-MUI/ III/ 2006 tentang akad tabarru’
pada asuransi syari’ah.43
Menurut Dewan Syari’ah Nasional MUI dalam akad tabarru’ tersebut,
harus disebutkan sekurang-sekurangnya :
a. Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan.
b. Hak dan kewajiban masing-masing dalam akun tabarru’ selaku peserta
dalam arti badan/kelompok.
c. Cara dan waktu pembayaran premi.
d. Syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang
diakadkan.44
Sedangkan kedudukan para pihak dalam akad tabarru’ :
a. Peserta, yaitu memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk
menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah.
b. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana
tabarru’ (mu’amman/ mutabarra’lahu) dan secara kolektif selaku
penanggung (mu’ammin/ mutabarri’).
43
Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari’ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 44
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI, Tentang Akad Tabarru’ Pada Asuransi Syari’ah,
(Jakarta, 23 Maret 2006), h. 6
29
c. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar
akad wakalah, mewakilkan atau tanggungan seseorang, dari peserta selain
pengelola investasi.45
Berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI No. 53/ DSN-MUI/
III/ 2006 tentang akad tabarru’ pada asuransi syari’ah, menjelaskan bahwa
dana tabarru’ boleh dikelola dan diinvestasikan sesuai dengan syari’at Islam.46
4. Penetapan Dana Tabarru’
Proses penetapan dana tabarru’ yang dijalankan oleh AJB Bumiputera
Divisi Syari’ah ditentukan berdasarkan rate tabarru’ AJB Bumiputera Divisi
Syari’ah yang mengacu pada tabel mortalita (tabel angka kematian), besarnya
tabarru’ masing-masing calon peserta berbeda-beda, hal ini ditentukan dari
usia masuk calon peserta dan lamanya perjanjian yang akan diambil, semakin
tua usia calon peserta dan lamanya perjanjian maka jumlah tabarru’nya
semakin besar.47
Proses penetapan dana tabarru’ dibagi menjadi dua sistem :
a. Untuk asuransi dengan unsur tabungan maka premi dibagi menjadi tiga
unsur yaitu : tabungan, biaya dan tabarru’. Premi tabarru’ diperhitungkan
dengan mengacu pada tabel mortalita (tabel angka kematian), besarnya
tabarru’ ditentukan dari usia masuk calon peserta dan lamanya perjanjian
asuransi yang akan diambil, semakin tua usia calon peserta dan lamanya
perjanjian maka jumlah tabarru’nya semakin besar.
45
Ibid, h. 6 46
Ibid, h. 6 47
Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari’ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB
30
b. Sedangkan asuransi non tabungan terdiri dari tabarru’ dan biaya, tabarru’
dihitung mengacu tabel mortalita (tabel angka kematian), besarnya
tabarru’ ditentukan dari usia masuk calon peserta dan lamanya perjanjian
asuransi yang akan diambil, semakin tua usia calon peserta dan lamanya
perjanjian maka jumlah tabarru’nya semakin besar.48
Muhammad Fadhli Yuzof, direktur Syarikat Takaful Malaysia, dalam
bukunya “Takaful Sistem Asuransi Islam” menjelaskan tentang manfaat dan
batasan penggunaan dana tabarru’ sebagai berikut : “Tabarru’ mempunyai
pengertian luas. Dana tabarru’ boleh digunakan untuk membantu siapa saja
yang mendapat musibah. Tetapi dibawah bisnis takaful karena telah melalui
akad khusus, maka penggunaan tabarru’ harus khusus pula yaitu hanya
sebatas pada kemanfaatan peserta takaful saja. Dengan kata lain bahwa
kumpulan dana tabarru’ hanya digunakan untuk kepentingan peserta takaful
yang mendapat musibah. Apabila dana tabarru’ tersebut digunakan untuk
kepentingan lain, berarti melanggar syarat akad.” 49
Sumber dana perusahaan dibutuhkan dari :
Dana pemegang saham yaitu dana yang disiapkan oleh para pemegang
saham sebagai modal setor bagi perusahaan, baik pada tahap awal berdiri
perusahaan maupun penambahan setelah perusahaan berjalan, serta hasil
investasi atas dana tersebut.
48
Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari’ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 49
Muhammad Fadzli Yusof, Takaful Sistem Asuransi Islam, (Kuala Lumpur:Tingi Press
SDN.BHD, 1996), h. 22
31
Dana dari peserta asuransi yaitu berupa premi. 50
Dalam melaksanakan perjanjian antara perusahaan dengan peserta
harus dilandasi dengan akad. Adapun akad yang melandasi asuransi syari’ah
adalah akad tijarah dan akad tabarru. Akad tijarah merupakan sebuah bentuk
akad yang dilakukan untuk tujuan komersial misalnya mudharabah, wadi’ah,
dan wakalah. Sedangkan akad tabarru’ merupakan semua bentuk akad yang
dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong menolong tidak untuk
komersial.51
Dalam asuransi syari’ah unsur premi terdiri dari unsur tabarru’ dan
tabungan (untuk asuransi jiwa), dan unsur tabarru’ saja (untuk asuransi
kerugian). Unsur tabarru’ pada asuransi jiwa perhitungannya berdasarkan
tabel mortalitas, angka rata-rata kematian seseorang di suatu wilayah, yaitu
dengan cara preusan harus mengetahui perkiraan “harapan hidup” orang yang
ditanggungnya, besarnya tergantung dari usia dan masa perjanjian. “Semakin
tinggi usia dan semakin tinggi masa perjanjiannya, maka semakin besar pula
nilai tabarru’nya. Besarnya premi asuransi jiwa pada asuransi syari’ah yang
berupa dana tabarru’ berada pada kisaran 0,75 sampai 12%”. Sedangkan
besarnya tabarru’ pada asuransi kerugian merujuk kepada Rate Standart yang
dibuat oleh DAI (Dewan Asuransi Indonesia).52
Penentuan bagian ini semata-mata demi perjalanan suatu usaha yang
transparan dan menghilangkan keraguan mengenani dari mana datangnya dana
50
Muhammad Syakir Sula, Asuransi syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema insani, 2004), h. 309 51
Ibid, h. 310 52
Muhammad Syakir sula, Asuransi syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema insani, 2004), hal. 311
32
yang digunakan untuk membayar klaim. Pada asuransi syari’ah, sejak awal
peserta sudah diminta untuk menghibahkan uang preminya yang dimasukkan
ke dalam rekening peserta khusus/tabarru’, guna membayar klaim bila terjadi
musibah pada sebagian peserta.53
Selain unsur tabarru’, premi juga terdiri dari unsur tabungan yaitu dana
titipan dari peserta yang dikelola oleh perusahaan dan akan mendapatkan
alokasi bagi hasil (mudharabah) dari pendapatan investasi bersih yang
diperoleh setiap tahun. Dana tabungan peserta yang dialokasikan untuk bagi
hasil akan dikembalikan atau diserahkan kepada para peserta, apabila peserta
yang bersangkutan mengajukan klaim. Seluruh premi akan disatukan kedalam
kumpulan dana peserta yang kemudian akan di investasikan oleh perusahaan.54
Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dan
investasi tersebut harus sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah. Investasi berarti
menanamkan sejumlah dana pada sektor tertentu (sektor keuangan/riil) dan
untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan.55
Selain untuk mendapatkan keuntungan dari perusahaan, tujuan utama
dari investasi adalah untuk memperkuat cadangan premi. Kedua alasan ini
tetap relevan dalam asuransi, namun ada alasan lain yang tidak kalah penting,
yakni untuk memperoleh nilai tambah yang hasilnya akan dibagi antara
perusahaan dengan pemegang polis. Dengan demikian perusahaan asuransi
53
Ibid, hal. 311 54
Ibid, hal. 311 55
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 311
33
selain berfungsi sebagai institusi untuk berta’awun, secara implisit juga
menjadi lembaga investasi.56
Ketentuan mengenai investasi perusahaan asuransi syari’ah telah diatur
dalam surat keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Departemen
Keuangan No. 4499/LK/2000 antara lain menyebutkan bahwa investasi
asuransi syari’ah dapat berupa penyertaan reksadana, penyertaan langsung
syari’ah, kepemilikan tanah dan bangunan, serta pembiayaan modal kerja
dengan sistem mudharabah. Investasi dalam konteks syari’ah sudah barang
tentu memperhatikan larangan gharar, maisir, dan riba. 57
Hasil keuntungan dari investasi dibagi dengan menggunakan prinsip
mudharabah (bagi hasil) sesuai dengan perjanjian pada kesepakatan awal.
Besar bagi hasil sangat tergantung pada kondisi perusahaan, semakin sehat dan
besar profit yang diperoleh perusahaan maka semakin besar pula porsi bagi
hasil yang akan diberikan kepada peserta.58
Dengan demikian peserta dan perusahaan tidak ada yang
terdzalimi, karena konsep dari asuransi syari’ah adalah tolong-menolong,
saling melindungi dan saling bantu-membantu. Bentuk tolong-menolong
dimasukkan ke dalam dana tabarru’. Apabila salah satu peserta mendapat
musibah, maka peserta yang lain tak ikut menanggung resiko, dimana
klaimnya dibayarkan dari akumulasi dana tabarru’ yang terkumpul. 59
56
Ibid, hal. 178 57
Ibid, hal. 178 58
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 178 59
Ibid, h. 142
34
C. Nasabah
1. Pengertian Nasabah
Nasabah adalah orang yang berhubungan dengan suatu lembaga
seperti bank, asuransi, dan lembaga keuangan lainnya, baik itu untuk
keperluannya sendiri maupun sebagai perantara bagi keperluan pihak lain.
Nasabah juga dapat disebut sebagai konsumen pada suatu lembaga. 60
http//:www.artikata.com
Suatu lembaga juga mementingkan hal yang terpenting yaitu
kepuasan pada nasabah (konsumen). Arti kepuasan konsumen itu sendiri
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk
atau hasil yang ia rasakan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasannya
merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang ia rasakan (perceived
performance) dan harapan (expected performance). 61
60
http://www.artikata.com 61
Philip Kotler, Marketing Management, The Millenium edition, Upper Sandle River
(New Jersey : Prentice – Hall, Inc, 2003), h. 40
35
Ada dua hal penting yang berkenaan dengan kepuasan konsumen,
yaitu : Metode pengukuran kepuasan konsumen atau nasabah dan strategi
pemasaran memuaskan konsumen atau nasabah. 62
a. Metode Pengukuran Kepuasan Konsumen/Nasabah
Lembaga harus melakukan pemantauan kepuasan pelanggan
atau nasabah agar selalu terjalin hubungan antara hubungan antara
lembaga dengan nasabah yang harmonis. Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengukur dan mengetahui kepuasan pelanggan,
yaitu:
1) Sistem Keluhan dan Saran
Lembaga harus menyediakan kotak saran ditempat yang mudah
dijangkau oleh nasabah. Bisa juga dengan menyediakan formulir
bagi nasabah yang ingin memberikan saran. Beberapa lembaga
yang berwawasan nasabah, menyediakan telepon bebas pulsa yang
memudahkan nasabah untuk melakukan kontak dengan lembaga.
2) Survei Kepuasan Nasabah
Lembaga yang responsif mengukur kepuasan nasabah dengan
mengadakan survei berkala atau mengirim daftar pertanyaan atau
juga menelpon para nasabah baru untuk mendengar reaksi mereka
terhadap kinerja lembaga dan kinerja pesaing lembaga.
62
Ibid, h. 40
36
3) Pembelanja Hantu (Ghost Shopper)
Lembaga dapat mengirim petugas untuk berpura-pura menjadi
nasabah suatu lembaga pesaing dan kemudian membandingkan
layanan lembaga pesaing dengan layanan lembaga sendiri.
4) Nasabah yang sudah tidak membeli lagi (Lost Customer Analysis)
Apabila lembaga kehilangan pelanggan, maka lembaga harus
berupaya untuk mengetahui mengapa mereka tidak loyal lagi
kepada lembaga. Apakah tarif jasa terlalu mahal, produk kurang
dapat diandalkan atau pelayanan kurang memuaskan. Selain
melakukan wawancara, lembaga perlu pula memantau tingkat
kehilangan konsumen (Customer Lost Rate) yang apabila
meningkat maka berarti lembaga gagal dalam memuaskan
nasabahnya.63
b. Strategi Pemasaran Untuk Memuaskan Konsumen/Nasabah
Kepuasan nasabah berhubungan erat dengan keandalan produk
jasa lembaga yang ditawarkan dan pelayanan yang diberikan lembaga.
Keandalan produk terkait dengan kualitas produk tersebut. Dalam hal
ini, kualitas merupakan jaminan terbaik kesetiaan nasabah. Kualitas
yang lebih tinggi dan juga biaya yang lebih rendah. Oleh karena itu,
program penyempurnaan kualitas (Quality Improvement Programs)
pada umunya meningkatkan profitabilitas. 64
63
Murti Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank, (Liberty, 2002), h. 228-229 64
Sadono Sukirno, Teori Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), Ed. Ke-3, h. 155
37
Strategi yang perlu dilakukan lembaga adalah :
1) Lembaga harus mendengarkan suara nasabah, sehingga kualitas
produk/jasa lembaga tepat seperti yang diinginkan nasabah.
2) Perbaikan kualitas memerlukan komitmen total dari para petugas
lembaga.
3) Melalui brench marketing, yaitu mengukur kinerja lembaga
dibandingkan dengan pesaing terbaik dikelasnya dan berupaya
meniru bahkan melampauinya, penyempurnaan kualitas
produk/jasa lembaga ditingkatkan. Jadi, kualitas tidak dapat
diperiksa saja tetapi harus direncanakan semenjak awal.65
2. Kriteria Umum Pelanggan/Nasabah Terhadap Penyedia Jasa
Ada beberapa tipe pelanggan atau nasabah terhadap penyedia jasa,
yaitu :
a. Stayers (Penetap)
Stayers adalah tipe konsumen yang menggunakan / mengkonsumsi
produk yang disediakan penyedia jasanya yang pertama kali hingga
sekarang. Mereka (konsumen) disebut stayers karena belum pernah
beralih ke penyedia jasa lainnya. Sehingga Blattberg dan Deighton
mengartikan stayers sebagai berikut: “costumer who have not switched
or first adopters service providers”
Artinya konsumen yang belum pernah berpindah ke penyedia jasa lain,
atau mereka baru pertama kali menggunakan penyedia jasa tersebut.
65
Ibid, h. 155
38
b. Switchers (Peralih)
Switchers adalah tipe konsumen yang telah berpindah pemakaian
produk yang sama kepada penyedia jasa yang lain. Sehingga menurut
Blattberg dan Deighton mengartikan switchers sebagai berikut:
“costumer who have switched from other service provider”
Artinya konsumen yang telah berpindah dari penyedia jasa yang
lain. Switchers berpindah dari penyedia jasa lain dapat disebabkan karena
banyak faktor, mulai dari faktor-faktor yang dapat dikendalikan sampai
yang tidak dap;at dikendalikan. 66
Switchers terbagi dalam dua kelompok
yaitu:
a. Peralih yang puas (satisfied switchers) :
Konsumen yang beralih dari penyedia jasa yang sekarang ke penyedia
jasa yang baru karena disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, yaitu:
1) Harga
Harga merupakan penyebab ketiga terbesar yang menyebabkan
konsumen beralih ke perusahaan lain.
2) Kenyamanan
Kategori kenyamanan menjadi hal yang kritis dimana ketika
konsumen tidak merasakan kenyamanan dalam bertransaksi.
3) Kompetitor
Daya tarik yang diberikan oleh kompetitor lain merupakan hal
yang termasuk menjadi penyebab konseumen beralih. Konsumen
66
Blattberg and Deighton; Reicheld (dalam Jaishankar Ganesh, Mark J. Arnold, dan
Kristy E Reynold, 2008,), h. 167
39
yang tidak puas dengan penyedia jasa yang sekarang, mencari
pengalaman baru dengan mencoba perusahaan jasa lain atau arti
laim mencoba menggunakan pelayanan jasa perusahaan lain.
b. Peralih yang tidak puas (dissatisfied switchers)
Konsumen yang beralih dari penyedia jasa yang sekarang ke penyedia
jasa yang baru karena disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, yaitu:
1) Kegagalan dalam penyampaian jasa
Penyebab terbesar konsumen yang beralih disebabkan karena
gagalnya penyampaian jasa tersebut. Hal ini berarti inti dari
pelayanan jasa yang tidak sampai yang disebabkan karena
kesalahan atau masalah teknis dalam penyampaian jasa itu sendiri.
2) Kegagalan dalam pelayanan jasa
Pelayanan jasa diartikan sebagai interaksi individu antara
konsumen dengan karyawan pada perusahaan jasa. Kegagalan
dalam pelayanan jasa merupakan hal kedua terbesar penyebab
konsumen beralih ke perusahaan lain. Kegagalan dari pelayanan
jasa tersebut lebih dilihat dari aspek tingkah laku atau siakp dari
karyawan perusahaan tersebut.
3) Respon karyawan
Respon karyawan yang tidak baik terhadap pelayanan jasa yang
gagal termasuk dalam kategori yang penting yang menjadi
penyebab perpindahan konsumen ke perusahaan lain. Bukan
disebabkan karena gagalnya penyampaian jasa, akan tetapi
40
dikarenakan perusahaan peyediaan jasa gagal dalam mengenai
situasi yang mendukung.
4) Masalah moral
Penerapan moral dari perusahaan penyedia jasa merupakan salah
satu penyebab lain dari peralihan konsumen kepada penyedia jasa
yang lain. Penerapan moral yang membuat konsumen beralih
kepada penyedia jasa yang dimaksud apabila penyedia jasa tersebut
menerapkan pelayanan yang tidak legal, tidak bermoral, tidak
aman dan yang terakhir tidak sehat atau tingkah laku lain yang
melanggar jalur dari norma-norma sosial.
5) Masalah lain yang tidak diduga
Faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan (tidak diduga)
merupakan faktor lain dan dapat dibilang faktor terkecil yang
membuat konsumen beralih ke perusahaan lain. Karena faktor ini
adalah faktor yang tidak bisa dikendalikan dari kedua belah pihak
yaitu dari sisi konsumen maupun dari sisi penyedia jasa.67
67
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, (Yogyakarta: Bayu Media Publishing, 2005), h. 102
41
BAB III
PROFIL AJB BUMIPUTERA SYARI’AH
A. Latar Belakang AJB Bumiputera Syari’ah
Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara dengan jumlah
operartor asuransi syari’ah yang cukup banyak di dunia. Berdasarkan data
Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), terdapat 49
pemain asuransi syari’ah di Indonesia yang telah mendapatkan rekomendasi
syari’ah. Mereka terdiri dari 40 operator Asuransi Syari’ah, 3 Reasuransi
Syari’ah dan 6 Broker Asuransi syari’ah dan Reasuransi Syari’ah.
Perkembangan industri syari’ah di negeri ini diawali dengan kelahiran
asuransi syari’ah pertama di Indonesia pada tahun 1994. 1
Saat itu PT. Syarikat Takaful Indonesia (STI) berdiri pada tanggal 24
Februari 1994 yang dimotori oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia
(ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT.
Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan RI serta beberapa
pengusaha Muslim Indonesia. Selanjutnya STI mendirikan 2 anak perusahaan
yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga pada tanggal 4 Agustus 1994 dan PT.
Asuransi Takaful Umum pada tanggal 2 Juni 1995. Maka setelah PT. Asuransi
Takaful berdiri, bermuncullah beberapa perusahaan asuransi karena menyadari
cukup besarnya potensi bisnis asuransi syari’ah di Indonesia.2
1 Wirdyaningsih, SH., MH, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada
Media, 2006), h. 202 2 Wirdyaningsih, SH., MH, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada
Media, 2006), hal. 202
42
Hal tersebut kemudian mendorong berbagai perusahaan untuk
beramai-ramai masuk kedalam bisnis asuransi syari’ah, di antaranya dilakukan
dengan langsung mendirikan perusahaan asuransi syari’ah penuh maupun
membuka divisi atau cabang asuransi syari’ah.3
Strategi pengembangan bisnis asuransi syari’ah melalui pendirian
perusahaan dilakukan oleh Asuransi Syari’ah Mubarakah yang bergerak
pada bisnis asuransi jiwa syari’ah. Sedangkan strategi pengembangan bisnis
melalui pembukaan divisi atau cabang asuransi syari’ah dilakukan sebagian
perusahaan asuransi, antara lain : PT. MAA Life Assurance, PT. MAA
General Assurance, PT. Great Eastern Life Indonesia, PT. Asuransi Tri Paksa,
AJB Bumiputera 1912, dan PT. Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera4
Sejumlah pemain asuransi besar dunia pun turut tertarik masuk dalam
bisnis asuransi syari’ah di Indonesia. Mereka menilai Indonesia sebagai
Negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, karena potensi pengembangan
bisnis cukup besar yang tidak dapat diabaikan. Di antara perusahaan asuransi
global yang masuk dalam bisnis asuransi syar’ah Indonesia adalah PT. Allianz
Life Indonesia dan PT. Prudential Life Assurance.5
Mengapa prospek pasar asuransi syari’ah berkembang dengan begitu
pesat dan cepat, jawabannya adalah karena adanya konsep dasar syari’ah yang
jelas yaitu terdapatnya unsur “tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa”,
sebagaimana dijelaskan Allah dalam firmannya pada (QS. Almaidah/5 : 2)
yang berbunyi :
3 Ibid, hal. 202-203
4 Ibid, hal. 204
5 Wirdyaningsih, SH., MH, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada
Media, 2006), hal. 204
43
Artinya : “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-
Nya.” (Al-Maidah;2) 6
AJB Bumiputera didirikan di Magelang tanggal 12 Februari 1912 yang
didirikan oleh M. Ng. Dwidjosewojo, M.K.H. Soebroto, dan M. Adimidjojo.
AJB Bumiputera di sini memulai bentuk usaha dengan usaha bersama atau
mutual atau pun dengan istilah Ondrelinge yang permodalannya tanpa uang
atau pun kapital. Modal AJB Bumiputera meliputi idealisme, patriotisme, dan
nasionalisme. Kemudian AJB Bumiputera disubsidi oleh pemerintah Belanda
sebesar £ 300 per bulan. Pemberian subsidi disertai ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
1. Perusahaan tidak hanya menerima anggota dari kalangan Guru Sekolah
Negeri, tetapi juga Pegawai Guber-nemen dan Pegawai Swaparja.
2. Tidak diijinkan untuk menerima anggota dari kalangan swasta.
3. Nama OL Mij. PGHB berubah namanya OL Mij. Boemi Poetra.7
Tahun 1915 didirikan perusahaan baru dengan nama OL Mij Boemi
Poetra Merdeka yang diperuntukkan bagi kalangan swasta, dipimpin oleh
Direksi, Kantor, Pegawai serta Agen yang sama, kecuali pengelolaan
administrasi dan keuangannya yang dipisahkan. Pada bulan Februari 1918
6 Imam bin Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Maghfirah Al-Bukhari,
Shohih Bukhari, Singapura, Sulaiman Mar’i 7 Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB
44
resmi R. Roeditjo menjadi Direktur OL Mij Boemi Poetra dan OL Mij Boemi
Poetra Merdeka. Bulan Juni 1921 Kantor Pusat dipindahkan ke Yogyakarta.
Kemudian, pada tahun 1923 subsidi sebesar £ 300 per bulan dicabut, dan
tahun 1924 kedua OL Mij tersebut menjadi satu dengan nama OL Mij Boemi
Poetra dan administrasinya digabung menjadi satu. 8
Peran dan fungsi AJB Bumiputera dilihat dari nilai ekonomi kehidupan
manusia, yaitu nilai sekarang dari seluruh penghasilan diharapkan diterima
oleh seseorang pada umurnva sekarang sampai pensiun (tidak produktif). Nilai
ekonomi tersebut pada dasarnya adalah kebutuhan ekonomi keluarga yang
dapat dilihat secara mikro dan makro.9
1. Peran AJB Bumiputera Syari’ah secara mikro
Bagi perorangan atau rumah tangga meliputi, proteksi, tabungan
(saving), agunan, dan warisan. Sedangkan bagi dunia usaha (bisnis)
meliputi asuransi orang penting, kelangsungan usaha dan program
kesejahteraan karyawan. 10
2. Peran AJB Bumiputera Syari’ah secara makro
Peran AJB Bumiputera secara makro yaitu : 1. Sebagai Lembaga
Keuangan yang memberi proteksi terhadap nilai ekonomi hidup
masyarakat. 2. Sebagai Lembaga Penghimpun Dana Masyarakat. 3.
Sebagai Lembaga Penyalur Dana untuk menunjang Pembangunan Negara.
8 Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 9 http://www.bumiputera.com
10 Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB
45
4. Sebagai Lembaga Usaha yang memberi kesempatan kerja. 5. Sebagai
Lembaga atau Perusahaan yang menghasilkan pajak.11
3. Prinsip AJB Bumiputera Syari’ah
a. Prinsip Ekonomi, alasan ekonomi yang mendorong manusia
menggunakan jasa.
b. Prinsip Hukum, polis merupakan suatu perjanjian yang memuat hak
dan kewajiban masing-masing pihak.
c. Utmost Good Faith (Prinsip Itikad Baik)
d. Insurable Interest : prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan12
Perkembangan ekonomi dan pembangunan dalam AJB Bumiputera
dilihat dari dua bentuk. Pertama, meningkatnya kesejahteraan
masyarakat. Keadaan perekonomian suatu masyarakat, berpengaruh
langsung pada kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Kedua,
peluang yang luas bagi industri asuransi jiwa dibanding jumlah penduduk.
Pendapatan per kapita penduduk Indonesia semakin meningkat, dengan
jumlah penduduk ±230 juta jiwa yang insurable sekitar 20% dan yang
sudah menutup polis baru ±10% adalah merupakan peluang bisnis asuransi
jiwa cukup besar.13
11
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 12
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 13
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Rachman, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB
46
B. Visi dan Misi AJB Bumiputera Syari’ah
Untuk memperoleh dan terciptanya organisasi yang handal, maka
setiap perusahaan menetapkan tujuan-tujuan tertentu yang ingin mereka capai.
Dan untuk mencapai tujuan tersebut, setiap organisasi tentunya “ingin
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti memenuhi
persyaratan kompetensi untuk didayagunakan dalam usaha merealisir visi,
misi dan pencapaian tujuan jangka pendek atau pun jangka panjang.”14
Begitu juga dengan AJB Bumiputera 1912 untuk mencapai tujuan
organisasinya, maka para pendiri telah menetapkan visi dan misi jauh kedepan
yang oleh generasi penerus visi dan misi tersebut telah dimodernisisr dan
disesuaikan dengan tuntutan jaman. Untuk lebih memperkokoh eksistensinya,
maka perusahaan telah menetapkan Visi dan Misi AJB Bumiputera yaitu :
1. Visi Syari’ah
Menjadikan Syari’ah Bumiputera sebagai Perusahaan Asuransi Jiwa
Syari’ah terkemuka di Indonesia.15
2. Misi Syari’ah
a. Menyediakan produk syari’ah dan layanan yang inovatif, berkualitas
tinggi dan memberikan nilai tambah yang optimal kepada para
pesertanya sebagai ibadah kepada Allah SWT.
b. Meningkatkan idealisme, mutualisme dan profesionalisme melalui
SDM yang memiliki sifat shiddiq, tabligh, amanah dan fathanah, bagi
karyawan/karyawatinya.
14
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 15
http://www.bumiputera.com
47
c. Mengembangkan sistem teknologi informasi yang efektif dan efisien
sesuai dengan nilai-nilai syari’ah.
d. Melakukan pengembangan dana sesuai dengan nilai-nilai syari’ah yang
menguntungkan bagi stake holder.
e. Turut berperan serta dalam kemaslahatan ummat.16
Visi dan Misi tersebut merupakan koridor yang harus dipahami
oleh seluruh jajaran insan bumiputera yang diimplementasikan kedalam
Grand Strategy meliputi :
a. Hasil operasi yang profit
b. Fokus pada peluang pasar
c. Mengembangkan organisasi berkinerja tinggi
d. Mengembangkan sistem berbasis teknologi informasi17
Untuk terciptanya keberhasilan visi dan misi tersebut, tentunya
diperlukan organisasi yang handal dan kunci keberhasilannya adalah :
“Optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya manusia yang dimiliki
yang berorientasi pada proses kerja yang benar melalui proses manajerial
yang mengacu pada pencapaian hasil, dimana Tahun 2009 sebagai tahun
maksimalisasi profit.”18
16
http://www.bumiputera.com 17
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 18
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB
48
C. Operasionalisasi AJB Bumiputera Sya
Top Related