Maloklusi SkeletalYuriesty Azalia160110130072
Maloklusi Skeletal
• Maloklusi skeletal disebabkan oleh abnormalitas pada maksila atau mandibula, atau kelainan pada struktur skeletal itu sendiri. • Hubungan antara maksila dan mandibula terdapat pada bidang
anteroposterior. • Maloklusi skeletal juga dapat terjadi dalam 3 arah yaitu sagital,
vertikal, dan transversal. • Pada arah sagital berupa rahang yang mengalami prognasi ataupun
retrognasi. • Pada arah vertikal berupa tinggi wajah. • Pada arah transversal berupa rahang sempit ataupun lebar.
Klasifikasi Maloklusi Skeletal
• Salzmann membagi maloklusi skeletal menjadi 3 Kelas
Kelas I
• Mandibula berada pada 2-3 mm di belakang maksila. • Maloklusi skeletal Klas I disebut dengan orthognathic. • Maloklusi yang terjadi murni pada gigi, dimana tulang wajah dan
rahang berada pada posisi yang harmonis. • Salzmann membagi maloklusi skeletal Klas I menjadi beberapa divisi,
yaitu: • divisi 1, lokal malrelasi dari insisivus, kaninus, dan premolar• divisi 2, protrusi gigi insisivus maksila• divisi 3, insisivus maksila dalam posisi linguoversi• divisi 4, protrusi bimaksila
Skeletal Pattern I, II, III
Salzmann membagi maloklusi skeletal Klas I menjadi beberapa divisi
divisi 1, lokal malrelasi dari insisivus, kaninus, dan premolar
divisi 2, protrusi gigi insisivus maksila
divisi 3, insisivus maksila dalam posisi linguoversi
divisi 4, protrusi bimaksila
Skeletal Class I division 1; local malrelations of incisors, canine and premolars
Skeletal Class I division 2; maxillary incisor protrusion
Skeletal Class I division 3; maxillary anteriors in linguo-version
Skeletal Class I division 4 malocclusion, bimaxillary protrusion
Kelas II
•Mandibula pada posisi retruded dalam hubungannya dengan maksila.• Maloklusi skeletal Kelas II dibagi menjadi 2 divisi, yaitu: • divisi 1, dengan ciri khas lengkung gigi maksila sempit dengan gigi
berjejal pada regio kaninus, crossbite mungkin terjadi, tinggi vertikal wajah berkurang, gigi anterior maksila protrusi, dan profil retrognasi; • divisi 2, dengan ciri khas gigi insisivus maksila inklinasi ke lingual,
gigi insisivus lateral normal atau labioversi.
Skeletal Pattern I, II, III
Kelas III
• Mandibula pada posisi protruded dalam hubungannya dengan maksila. • Terjadi pertumbuhan berlebihan pada mandibula dengan sudut
bidang mandibula yang tumpul. • Profil pada maloklusi skeletal Klas III adalah prognasi pada mandibula.
Skeletal Pattern I, II, III
Analisis Steiner
• Analisis Steiner merupakan analisis sefalometri yang tidak hanya menekankan pada ukuran individual saja tetapi juga hubungan dengan pola tersebut. • Analisis Steiner membedakan hubungan skeletal maksila dan mandibula
terhadap basis kranial. • Steiner memperhatikan posisi sagital dari insisivus atas dan bawah
berdasarkan perkiraan perubahan dari sudut ANB dan posisi dari dagu (pogonion). • Sudut yang digunakan pada analisis Steiner untuk menentukan
hubungan skeletal maksila dan mandibula yaitu sudut SNA, SNB, dan ANB.
Sudut SNA (Sella turcica-titik biru, Nasion- titik biru, A-titik kuning)
Sub-spina (A) : titik paling cekung di antara spina nasalis anterior dan prosthion. Supra-mental (B) : titik paling cekung di antara infra dental dan pogonion.
Sudut SNB (Sella turcica-titik biru, Nasion-titik merah, B-titik hijau)
Sudut ANB (A-titik kuning, Nasion-titik merah, B-titik hijau)
• menunjukkan relasi anteroposterior maksila terhadap basis kranial dengan nilai normal SNA 820 ±20 (800 -840). Bila SNA di atas nilai normal menunjukkan maksila mengalami prognasi dan bila SNA di bawah nilai normal menunjukkan maksila mengalami retrognati.
SNA
• nilai normal SNB 800 ±20 (780 - 820). Bila SNB di atas nilai normal menunjukkan mandibula mengalami prognasi dan bila SNB di bawah nilai normal mandibula mandibula retrognati.
SNB
• Nilai ANB dapat diperoleh melalui pengukuran dan juga pengurangan antara sudut SNA dan SNB. Nilai normal ANB yaitu 20 ±20 (00 -40). Bila ANB bernilai positif menunjukkan posisi maksila lebih ke depan dari mandibula. Sedangkan bila nilai ANB negatif menunjukkan posisi maksila lebih ke belakang dari mandibula.
ANB
Maloklusi Skeletal Steiner
Kelas I• nilai ANB normal (00 -40) dan profil wajah cembung.
Kelas II• nilai ANB lebih besar dari nilai normal (ANB > 4O) dan profil wajah cembung. • Nilai ANB yang lebih besar ini dapat disebabkan oleh 3 hal, yaitu maksila yang mengalami
prognati, mandibula yang mengalami retrognati, dan kombinasi keduanya.
Klas III• nilai ANB lebih kecil dari nilai normal ( ANB < 0O) dan profil wajah cekung. • Nilai ANB yang lebih kecil ini dapat disebabkan oleh 3 hal, yaitu maksila yang mengalami
retrognati, mandibula yang mengalami prognati, dan kombinasi keduanya.