MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN
PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
OLEH :
KELOMPOK 12 :
KETUA :
ANGGOTA :
Asriani sapo (A1K1 15 013) Irianto (A1K1 15 La ode asrafil fajrun (A1C1 13 101) Nawi arwin (A1C3 13 045) Nurmin (A1K1 15 Yuni (A1K1 I5
KELAS : A (GANJIL)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-NYA kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunn
makalah ini mengenai mata kuliah Pengantar Pendidikan tentang ”pengertian dan unsur-
unsur pendidikan”. yang saya susun dengan berpedoman pada 3 sumber buku.
Penulis menuliskan dengan mengambil dari beberapa sumber baik dari buku
maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Allah SWT. Dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul agar dalam pembuatan
makalah penulis yang selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi.
Kendari, 15 oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................................................
Daftar isi .......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar belakang .............................................................................................
1.2 Rumusan masalah ......................................................................................
1.3 Tujuan pembuatan makalah ........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian pendidikan ....................................................................................
2.2 status dan struktur pendidikan..........................................................................
2.3 hakikat pendidikan............................................................................................
2.4 unsur-unsur dalam pendidikan.........................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................
3.2 Saran ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang
lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.[1] Setiap pengalaman yang memiliki efek
formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan.
Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah
menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.
Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat
global, Pasal 13 PBB 1966 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
mengakui hak setiap orang atas pendidikan.[2] Meskipun pendidikan adalah wajib di
sebagian besar tempat sampai usia tertentu, bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah
sering tidak dilakukan, dan sebagian kecil orang tua memilih untuk pendidikan home-
schooling, e-learning atau yang serupa untuk anak-anak mereka.
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh
banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan
dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada
pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah
mengganggu pendidikan saya."[butuh rujukan]
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali
lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan
secara tidak resmi.
Rumusan Masaalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka timbul masaalah-masaalah sbb:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan ?
2. Bagaimana status dan struktur pendidikan ?
3. Apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan ?
4. Apa saja yang termaksud dalam unsur-unsur pendidikan ?
1.2 tujuan
Berdasarkan rumusan masaalah diatas, tujuan penyusunan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan2. Untuk mengetahui status dan struktur pendidikan3. Untuk mengetahui hakikat pendidikan4. Untuk mengetahui unsur-unsur dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau
kemajuan yang lebih baik. Secara etimologi atau asal asul kata. Kata pendidikan dalam
bahasa Inggris disebut education yang berasal dari bahas latin yaitu 'educatum' yang
tersusun atas dua kata yaitu 'E' dan "Duco". Kata E berarti sebuah perkembangan dari dalam
ke luar atau dari sedikit menjadi banyak, sementara 'Duco' berarti perkembangan atau
sedang berkembang. Hal ini secara etimologi, pengertian pendidikan adalah menjadi
berkembang atau bergerak dari dalam keluar, atau dengan kalimat lain, pendidikan berarti
proses mengembangkan kemampuan diri sendiri (inner abilities) dan kekuatan individu.
Kata Education sering juga dihubungkan dengan 'Educere' (Latin) yang berarti dorongan
(propulsion) dari dalam keluar. Artinya untuk memberikan pendidikan melalui perubahan
yang diusahakan melalui latihan ataupun praktik. Oleh karena itu definisi pendidikan
mengarahkan untuk suatu perubahan terhadap seseorang untuk menjadi lebih baik.
Pengertian pendidkan dibedakan menjadi 2 yaitu :
A. Pengertian Pendidikan Secara Luas
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempelajari pertumbuhan
individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia
lahir.
B. Pengertian Pendidikan Secara Sempit
Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga
pendidikan formal, segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja
yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran
penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka
Definisi Pendidikan Berdasarkan Fungsi
A. Pendidikan Sebagai Proses Transfarmasi Budaya
Sebagai proses transfarmasi budaya dari satu generasi ke generasi yang lain, nilai-
nilai budaya tersebut mengalami proses transfarmasi dari generasi tua ke generasi muda.
Ada tiga bentuk transfarmasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai
kejujuran, rasa tanggung jawab dan lain-lain.
B. Pendidikan Sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi pendidikan diartikan suatu kegiatan yang
sistematik dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses
pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum
dewasa dan oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas
usaha sendiri.
C. Pendidikan Sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar
menjadi warga negara yang baik.
D. Pendidikan Sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar
untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan dan
ketrampilan kerja pada calon luaran.
Definisi Pendidikan Menurut GBHN
GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 108) memberikan batasan tentang pendidikan
nasional sebagai berikut: pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa
indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk
meningkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Pendidikan Menurut Para Ahli
1) Plato (filosof Yunani yang hidup dari tahun 429 SM-346 M) mengatakan bahwa:
“pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal
dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan”.
2) Aristoteles (filosof terbesar Yunani yang lahir pada tahun 384SM-322 SM) mengatakan
bahwa: “ pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran”.
3) Ibnu muqaffa (salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H-143 H)
mengatakan bahwa: “pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan
sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman,
dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang
merupakan santaan akal dan rohani.”.
4) Rousseau (filosof Prancis, 1712-1778 M) mengatakan bahwa: “pendidikan ialah
pembekalan diri kita dengan sesuatu yang belum ada pada kita sewaktu masa kanak-
kanak, akan tetapi kita membutuhkannya diwaktu dewasa”.
5) James mill (filosof Inggris, 1773-1836) mengatakan bahwa: “pendidikan itu harus
menjadikan seseorang cakap, agar dia menjadi orang yang senantiasa berusaha
mencapai kebahagiaan untuk dirinya terutama dan untuk orang lain selainnya”.
6) John dewey (filosof Chicago, 1859 M-1952 M) mengatakan bahwa: “ pendidikan adalah
membentuk manusia baru melalui perantaraan karakter dan fitrah, serta dengan
mencontoh peninggalan-peninggalan budaya lama masyarakat manusia”.
7) Jean-jacques rousseau (filosof swiss 1712-1778) menurutnya: “pendidikan adalah
memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, tetapi kita
membutuhkannya diwaktu dewasa.”
8) Langeveld adalah seorang ahli pendidikan bangsa Belanda ahli ini merumuskan
pengertian pendidikan sebagai berikut: “pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan
yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya
sendiri tidak dangan bantuan orang lain”.
9) Ki hajar dewantara (bapak pendidikan nasional indonesia, 1889-1959) merumuskan
pengertian pandidikan sebagai berikut: “pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk
memajukan badi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran dan jasmani anak-anak
selaras dangan alam dan masyarakatnya”.
10) Darnelawati (1994) berpendapat bahwa pendidikan formal adalah pendidikan disekolah
yang berlangsung secara teratur dan bertingkat mengikuti syarat-syarat yang jelas dan
ketat. Tujuan pendidik adalah untuk memperkaya budi pekerti, pengetahuan dan untuk
menyiapkan seseorang agar mampu dan trampil dalam suatu bidang pekerjaan tertentu.
2. STATUS DAN STRUKTUR PENDIDIKAN
Untuk memahami hubungan antara pendidikan dan struktur sosial, dapat merujuk pada
dua teori makro :
Struktural Fungsionalisme:
perkembangan pemikirannya dapat dibagi menjadi dua babak :
sebelum Perang Dunia (PD) II;
setelah PD II
Struktural Konflik:
Marx
Max Weber
Struktural Fungsional (sebelum PD II)
Pertama kali dicetuskan oleh August Comte yang kemudian dikembangkan oleh Emile
Durkheim seiring dengan tumbuh dan berkembangnya ilmu Sosiologi Disebut juga
sebagai teori fungsionalisme struktural atau pendekatan model konsensus.
Asumsi dari pendekatan ini :
Masyarakat dianggap sebagai organisme hidup, memiliki sistem yang telah mantap dan
terlembaga analogikanya seperti berjalannya mekanisme tubuh manusia.
Masing-masing sistem memiliki peran, di mana kumpulan peran yang saling bekerja sama
itu disebut sebagai struktur.
Dalam kehidupan bermasyarakat, sistem yang terlembaga dan kemudian terbentuk menjadi
struktur itu adalah : keluarga, agama, pendidikan, ekonomi, politik dan sebagainya.
masing-masing mempunyai keterkaitan kooperatif untuk memenuhi kebutuhan anggota
masyarakat.
Fungsi utama dari suatu sistem adalah : sosialisasi, internalisasi, enkulturasi (pembudayaan).
fungsinya adalah untuk melestarikan pola-pola interaksi dan agar masyarakat tidak selalu
berada dalam kekacauan. melalui sosialisasi pula maka anggota masyarakat dipersiapkan
untuk mengisi berbagai peran di masyarakat.
PARA AHLI SOSIOLOGI YANG MENGEMBANGKAN STRUKTURAL FUNGSIONAL
Emile Durkheim:
Fungsi utama pendidikan:
Sebagai agen yang mentransmisikan norma-norma dan nilai-nilai masyarakat;
Fungsi/peran sekolah:
a. Menanamkan nilai-nilai dan keterampilan ‘baru’ yang tidak didapat anak-anak dari
lingkungan keluarga atau sosialnya.
b. Mengajarkan disiplin secara tegasagar murid terbiasa menaati norma dan nilai-nilai
masyarakat, melatih disiplin dirikesalahan yang diperbuatnya akan merusak
masyarakat secara keseluruhan (bukan karena menghindari hukuman)
c. Mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan di masa
datang tempat alih pengetahuan dan keterampilan seiring dengan meningkatnya
pembagian kerja yang kompleks dan terspesialisasi di masyarakat.
TALCOTT PARSONS
Fungsi/peran sekolah:
Sebagai agen sosialisasi yang cukup penting untuk:
a. Menyiapkan anak-anak dengan peran-peran dewasa yang kelak akan dijalaninya.
b. Mensosialisasikan nilai-nilai universalistik yang berbeda dengan nilai-nilai partikularistik
(yang didapat dari rumah).
o Melalui universalistik, anak harus mentaati peraturan sekolah; prestasi
belajarnya diukur dengan soal-soal yang belaku umum (general)
c. Mengoperasikan prinsip-prinsip meritokrasi
d. Menanamkan nilai-nilai berprestasi semua anak dianggap memiliki kesempatan yang
sama untuk bersaing & bekerja keras agar mendapatkan prestasi terbaik (equality of
opportunity)
e. Sebagai agen yang menyeleksi dan menempatkan individu sesuai dengan kapasitas
keahlian yang dimilikinya sehingga dapat mengisi struktur peran & okupasi di
masyarakat.
STURKTURAL FUNGSIONALISME (Setelah PD II)
• Berkembang karena adanya konflik (perang dingin) antara Amerika Serikat dan Uni
Soviet (Rusia).
• Kondisi tersebut memicu beberapa hal :
– Muncul perlombaan teknologi pemakaian senjata nuklir serta teknologi
transportasi modern;
– Ambisi dari masing-masing negara untuk menjadi adidaya, dan memiliki
keunggulan yang ditekankan pada tekonologi.
• Akibatnya Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting, dan
konsekuensinya:
– pendekatan fungsional dan pendekatan human capital berkembang pesat;
– dana pendidikan peningkatannya cukup besar, guna menciptakan teknologi-
teknologi baru, khususnya di AS;
– industri berbasis teknologi semakin berkembang pesat (berekspansi) disertai
dengan kebutuhan tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan yang
semakin tinggi;
• tujuan jangka panjangnya adalah meningkatkan kemampuan sumber daya
manusianya.
TEORI FUNGSIONALISME TEKNIS :
• sebagian pengembangan dari perspektif fungsionalisme struktural dan mengadopsi
pemikiran Talcott Parsons, khususnya pada konsep pemikiran tentang:
partikularisme vs universalisme dan askripsi vs prestasi.
• Asumsi dari perspektif fungsionalisme teknis:
– Ekspansi dan diferensiasi sistem pendidikan : akibat dari perubahan dalam
struktur profesi dan okupasi yang disebabkan oleh teknologi.
– Lembaga pendidikan adalah satu-satunya sarana untuk meningkatkan
keterampilan yang luas dan kompleks.
– Ada kesemaan kesempatan/peluang untuk memperoleh pendidikan bagi
berbagai lapisan masyarakat.
1. PROPOSISI DASAR DARI TEORI FUNGSI TEKNIS PENDIDIKAN
a. Meningkatnya jumlah tenaga ahli di berbagai bidang pekerjaan terutama disebabkan
oleh perubahan teknologi.
Proposisi tersebut didasari atas fenomena :
pekerjaan yang mensyaratkan keahlian rendah jumlahnya semakin menurun,
dan pekerjaan yang mensyaratkan keahlian tinggi semakin meningkat.
Banyak pekerjaan (di masa y.a.d) yang semakin membutuhkan tenaga
berkeahlian tingkat tinggi.
b. Pendidikan formal pada akhirnya harus menyediakan pelatihan keterampilan bagi
siswa-siswanya.
c. Oleh karena didorong oleh semakin tingginya tuntutan tenaga kerja yang
berpendidikan atau berkeahlian, maka pada akhirnya masyarakat akan menempuh
periode sekolah yang semakin lama/panjang.
KRITIK TERHADAP TEORI FUNGSI TEKNIS PENDIDIKAN :
a. melebih-lebihkan peran teknologi
b. kurang melihat adanya potensi konflik dalam memperebutkan kesempatan kerja di
antara para lulusan sekolah. Potensi konflik itu misalnya :
c. adanya proses tawar-menawar di antara para majikan dan pekerjanya.
d. Para majikan cenderung enggan memberi gaji yang lebih tinggi apabila kemampuan
dan tingkat pendidikan pekerjanya semakin baik.
e. Ada campur tangan faktor askriptif bagi mereka yang ingin meraih sukses pekerjaan.
TEORI KONFLIK DARI MAX WEBER
• Di dasarkan pada stratifikasi atau pengelompokkan yang terjadi di dalam kehidupan
masyarakat.
– Weber melihat bahwa perbedaan dalam stratifikasi tersebut disebabkan adanya
KELOMPOK-KELOMPOK STATUS.
– Suatu kelompok status biasanya memiliki nilai-nilai budaya yang sama, termasuk
gaya hidup; kesamaan bahasa; fashion style, upacara ritual yang sama, olah raga,
rasa seni yang sama, dan sebagainya.
Tiga Sumber Terbentuknya Kelompok Status:
1. perbedaan situasi atau keadaan ekonomi (Weber menyebutkan dengan kelas yang
berbeda)
2. perbedaan posisi kekuasaan atau politik
3. perbedaan kondisi sosial, budaya atau lembaga.
• PENDIDIKAN adalah bagian dari budaya kelompok status tertentu, konsekuensinya:
1. Sekolah bersifat elitis (sepanjang suatu kelompok status mampu melakukan
kontrol pendidikan, maka kontrol itu akan digunakan untuk membantu
anggota-anggotanya mempersiapkan orang-orang untuk masuk ke dalam
klik/lingkaran kelompok tersebut).
2. Pendidikan kemudian dianggap sebagai bagian dari mekanisme penempatan
tenaga kerja/alat seleksi (sebagai syarat formal untuk menyeleksi orang-
orang yang “berbudaya” sama) persaingan antar kelompok status
• Berdasarkan situasi yang demikian itu, maka menurut Randall Collins:
1. Ekspansi pendidikan bukan karena persyaratan teknis di mana dunia kerja
membutuhkan tenaga kerja berkeahlian tinggi, tetapi karena persaingan antar
kelompok status dalam memperebutkan kekayaan, kekuasan dan status.
2. Pendidikan justru semakin memperkuat keberadaan “kebudayaan kelompok
status”
3. Pendidikan juga mengajarkan perbedaan in group dan out group
4. Pasar kerja menjadi tempat yang paling menentukan dalam melakukan seleksi
anggota-anggotanyakualifikasi pendidikan digunakan sebagai alat untuk
melakukan seleksi terhadap tenaga kerja.
3. HAKIKAT PENDIKAN
Hakikat pendidikan diartikan sebagai kupasan secara konseptual terhadap
kenyataan-kenyataan kehidupan manusia baik disadari maupun tidak disadari manusia telah
melaksanakan pendidikan mulai dari keberadaan manusia pada zaman primitif sampai
zaman modern (masa kini), bahkan selama masih ada kehidupan manusia di dunia,
pendidikan akan tetap berlangsung. Kesadaran akan konsep tersebut diatas menunjukkan
bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan. Artinya sebagai pertanda bahwa manusia
sebagai makluk budaya yang salah satu tugas kebudayaan itu tampak pada proses
pendidikan (Syaifullah,1981).
Maka pembahasan tentang hakikat pendidikan merupakan tinjauan yang
menyeluruh dari segi kehidupan manusia yang menampakkan konsep-konsep pendidikan.
Karena itu pembahasan hakikat pendidikan meliputi pengertian-pengertian: pendidikan dan
ilmu pendidikan; pendidikan dan sekolah; dan pendidikan sebagai aktifitas sepanjang hayat.
Komponen-komponen pendidikan yang meliputi:
tujuan pendidikan
pendidik
peserta didik
kurikulum dan metode pembelajaran.
A. TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan Pendidikan (Kemdiknas): "Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada periode 2010-2014, Kementerian
Pendidikan Nasional menetapkan visi terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional
untuk membentuk insan indonesia cerdas komprehensif. Insan Indonesia cerdas
komprehensif adalah insan yang cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas
intelektual dan cerdas kinestetis.Untuk mewujudkan visi tersebut, Kementerian Pendidikan
Nasional menetapkan lima misi yang biasa disebut lima (5) K, yaitu; ketersediaan layanan
pendidikan; keterjangkauan layanan pendidikan; kualitas/mutu dan relevansi layanan
pendidikan; kesetaraan memperoleh layanan pendidikan; kepastian/keterjaminan
memperoleh layanan pendidikan.
B. PENDIDIK
Pendidik atau guru banyak diartikan orang, ada yang mengatakan di gugu lan ditiru
(Jawa), yaitu orang yang harus di gugu dan di tiru oleh semua muridnya. Artinya segala
sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan di yakini sebagai kebenaran
oleh semua muridnya dan sekaligus untuk diteladani. Adapun definisi guru menurut :
a. Zakiyah Daradjat
Mengartikan guru adalah pendidik professional, karena secara implisit ia telah
menerima dan memikul sebagian tanggung jawab orang tua murid ketika menyekolahkan
anaknya ke sekolah atau madrasah, berarti telah melimpahkan sebagian tanggung jawab
pendidikan anaknya kepada guru.
b. Poerwadarminta
Mengartikan guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Guru dalam islam adalah
orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan
seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif maupun potensi psikomotorik dan mampu
mandiri secara makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial dalam memenuhi tugasnya
sebagai makhluk Allah.
Firman Allah dalam Al-Qur’an :
“Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa mereka dan mengajarkan kepada
mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu, mereka
dalam kesesatan yang nyata (Ali Imran : 3)”.
Petikan ayat tersebut mengandung makna yang utama bahwa Rasulullah SAW selain
sebagai Nabi ia juga sebagai pendidik (Guru). Makna lain yang terkandung dalam ayat
tersebut adalah :
a. Penyucian, yakni pembersihan, pengembangan dan pengangkatan jiwa kepada
pencipta-Nya, menjauhkan diri dari kejahatan dan menjaga diri agar tetap berada pada
fitrah.
b. Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan aqidah kepada akal dan nurani
kaum muslimin agar mereka merealisasikannya dalam tingkah laku kehidupannya.
Pekerjaan Guru adalah mendidik. Mendidik itu merupakan suatu usaha yang amat
kompleks, mengingatkan banyaknya kegiatan yang harus diantisipasi untuk membantu anak
didik menjadi orang yang dewasa. Kecakapan mendidik mutlak diperlukan, agar tujuan
pendidikan itu dapat tercapai, untuk itu seorang guru benar-benar dituntut untuk bekerja
secara profesional. Dengan kata lain guru adalah pekerjaan profesional.
C. PESERTA DIDIK
Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik ditinjau dari
segi fisik maupun dari segi perkembangan mental. Setiap individu memerlukan bantuan dan
perkembangan pada tingkat yang sesuai dengan tugas perkembangan setiap anak didik.
Peserta didik berbeda menurut kodratnya di mana ia sedang mendapatkan pendidikan.
Dalam keluarga yang berfungsi sebagai peserta didik adalah anak, di sekolah-sekolah adalah
murid, di masyarakat yaitu anak-anak yang mebutuhkan bimbingan dan pertolongan
menurut lembaga yang mengasuh pendidikan tersebut. Dengan demikian pendidikan harus
memahami irama perkembangan setiap peserta didik pada tiap-tiap tingkat perkembangan
sehingga memungkinkan memberikan bantuan yang tepat dan berdaya guna. Adapun
hubungan antara pendidik dan peserta didik itu dalam proses belajar mengajar itulah yang
merupakan faktor yang sangat menentukan.
Setiap kegiatan pendidikan sudah pasti memerlukan unsur anak didik sebagai
sasaran dari pada kegiatan tersebut. Yang dimaksudkan dengan anak didik di sini adalah
anak yang belum dewasa yang memerlukan bimbingan dan pertolongan dari orang lain yang
sudah dewasa, guna dapat melaksankan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai warga
negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu yang mandiri.
Sudah di jelaskan bahwa anak pada waktu lahir mendapkan bekal berupa perbuatan
sikap yang di sebut insting. Insting tidak banyak berperan dalam kehidupan manusia. Selain
itu, juga mendapatkan bekal berupa benih dan potensi yang mempunyai kemungkinan
berkembang pada waktunya dan apabila ada kesempatan dan stimulusnya melalui kegiatan
pendidikan yang diberikan padanya. Benih atau potensi tersebut dinamakan pembawaan.
Setiap anak didik mempunyai pembawaan yang berlainan. Karena itu pendidik wajib
senantiasa berusaha untuk mengetahui pembawaan masing-masing anak didiknya, agar
layanan pendidikan yang diberikan itu sesuai dengan keadaan pembawaan masing-masing.
D. Kurikulum
Banyak para ahli yang mendifinisikan kurikulum, yaitu antara lain:
a. Lewis dan Meil
Kurikulum adalah seperangkat bahan pelajaran, merumuskan hasil belajar, penyediaan
kesempatan belajar, kewajiban peserta didik.
b. Taba
Kurikulum adalah tak peduli bagaimana rancangan detailnya. Suatu kurikum biasanya
mengandung suatu kenyataan mengenai maksud dan tujuan tertentu. Ia memberi petunjuk
tentang beberapa pilihan dan susunan isinya. Ia menyuratkan pola-pola belajar dan
mengajar tertentu, baik karena dikehendaki oleh tujuannya maupun oleh susunan isinya.
Akibatnya ia memerluakn suatu program pengevakuasian hasil-hasilnya.
c. Stratemayer Sc
Dewasa ini kurikulum dianggap sebagai hal yang meliputi bahan pelajaran dan kegiatan
kelas yang dilakukan anak dan pemuda; keseluruhan pengalaman di dalam dan diluar
sekolah atau kelas yang di sponsori oleh sekolah: dan seluruh pengalaman hidup murid.
Adapun batasan yang di terima pedidikan harus menetapkan ke arah ilmu pengetahuan,
pengertian-pengertian, kecakapan-kecakapan yang manakah pengalaman-pengalaman yang
baru akan dibimbing. Kebijaksanaan ini menentukan kurikulum berhasil diterapkan di
sekolah apa tidak.
d. Webster
Dalam kamusnya, kurikulum diartikan dalam dua macam, yaitu yang pertama, sejumlah
mata pelajaran yang harus di tempuh atau di pelajari murid di sekolah atau perguruan tinggi
untuk memperolah ijazah tertentu. Yang kedua, sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan
oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu departeman.
e. Pasal 1 butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, definisi
kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk tujuan pendidikan tertentu.
f. Kurikulum secara sederhana kita sebut program pendidikan adalah jalan terdekat untuk
sampai kepada tujuan pendidikan.
Menurut Brubecher, dengan tujuan atau arah proses pendidikan yang ditetapkan,
langkah selanjutnya sesudah jelas yaitu cara-cara dan alat-alat untuk mencapai tujuan
tersebut. Diantara semua itu maka kurikulum meminta perhatian pertama. Sesuai dengan
asal pengertiannya, menurut bahasa latin, kurikulum ialah suatu landasan terbang, suatu
arah yang dilalui orang untuk mencapai tujuan, seperti dalam suatu perlombaan, kurikulum
atau kadang-kadang di sebut bahan pelajaran. Apapun namanya, namun kurikulum itu
menggambarkan landasan di atas, maka murid dan guru berjalan bersama mencapai tujuan
dari pendidikan.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat di simpulkan sebagai berikut: kurikulum
merupakan rumusan, tujuan mata pelajaran, garis besar pokok bahasan penilaian dan
perangkat lainnya. Sedangkan pokok pikiran penting yang biasa dalam kurikulum adalah
tujuan pendidikan, bahan pelajaran, pengalaman dan aspek perencanaan.
Isi dari program pendidikan adalah segala sesuatu yang di berikan kepada peserta
didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi
jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang tersebut,
jenis-jenis bidang studi yang di tentukan atas dasar tujuan instruksional lembaga pendidikan
yang bersangkutan. Isi program suatu bidang studi yang diajarkan sebenarnya adalah isi
kurikulum itu sendiri, atau ada juga yang menyebut dengan nama silabus bagi pendidikan di
perguruan tinggi. Silabus biasanya dijabarkan kedalam bentuk pokok-pokok bahasan dan
sub-sub pokok bahasan, serta uraian bahan pelajaran. Uraian bahan pelajaran inilah yang di
jadikan dasar pangambilan bahan dalam setiap kegiatan belajar mengajar di kelas oleh pihak
pendidik. Penentuan pokok-pokok dan sub-sub pokok bahsan didasarkan pada tujuan
intruksional.
Ada dua tujuan yang terdapat dalam kurikulum dalam suatu pendidikan yaitu :
a. Tujuan yang ingin di capai secara keseluruhan
Tujuan ini biasanya meliputi aspek-aspek ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang di harapkan dimiliki oleh para lulusan lembaga pendidikan yang
bersangkutan. Itulah sebabnya tujuan ini disebut tujuan intruksional atau kelembagaan.
b. Tujuan yang ingin di capai oleh setiap bidang studi/mata kuliah.
Tujuan ini adalah penjabaran tujuan intuksional diatas yang meliputi tujuan
kurikulum dan intruksional yang terdapat dalam GPP (Garis- garis Besar Pengajaran) tiap
bidang studi/mata kuliah. Baik kuirkulum maupun intruksinal juga mencakup aspek-aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki oleh setiap
peserta didik setelah mempelajari tiap bidang studi dan pokok bahasan dalam proses
pengajaran.
Suatu tujuan tidak akan tercapai dengan mudah tanpa melalui hambatan-hambatan.
Hambatan-hambatan dalam pengembangan kurikulum dikelas antara lain yaitu:
a) Guru
Guru dalam berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal ini di sebabkan
beberapa hal, pertama: kurang waktu, kedua: perbedaan pendapat antara guru dan kepala
sekolah dalam kurikum yang akan diterapkan dan administatornya, ketiga: kemampuan guru
yang terbatas.
b) Masyarakat
Untuk mengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan dari masyarakat baik dalam
pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidik atau
kurikulum yang sedang berjalan.
c) Biaya
Untuk mengembangan kurikulum, apalagi yang berbentuk eksepimen baik metode,
ini atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang sering tidak sedikit.
E. METODE-METODE PEMBELAJARAN.
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan
oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam Al Qur’an
Surat Yunus ayat 23 yang artinya:
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di
muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu
akan menimpa dirimu sendiri (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi,
kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. (Q.S. Yunus : 23)
b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan
beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau
bacaan yang telah mereka baca.
c. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana
pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan menganalisis
secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun
berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawi menyebut
metode ini dengan sebutan hiwar (dialog).
d. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru
memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa
oleh guru dan murid harus mempertanggung jawabkannya.
e. Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukan
tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
f. Metode Amsal/perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui
contoh atau perumpamaan.
g. Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan
menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta
didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
h. Metode pengulangan (tikror)
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-
ngulang materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang
disampaikan.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau
praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya
melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara
nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang
yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk
berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga
dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku dan
kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah
pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu
yang penting untuk diingat para sahabat.
4. UNSUR-UNSUR DALAM PENDIDIKAN
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
Subyek yang dibimbing (peserta didik).
Orang yang membimbing (pendidik).
Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).
Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).
Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).
Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).
Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).
Penjelasan:
a) Peserta didik
Peserta didik berstatus sebagai subyek didik. Pandangan modern cenderung
menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subyek atau pribadi yang otonom,
yang ingin diakui keberadaannya. Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik
ialah:
Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang
unik.
Individu yang sedang berkembang.
Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
b) Orang yang membimbing (pendidik)
Yang dimaksud pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam
tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin
program pembelajaran, latihan dan masyarakat.
c) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik
dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan
secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi,
metode, serta alat-alat pendidikan.
d) Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
Alat dan metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan
dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya
sedangkan metode melihat efesiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat
yang preventif dan yang kuratif.
Tempat peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Suatu pendidikan di mulai dari keberadaan manusia pada zaman primitif sampai
zaman modern (masa kini), bahkan selama masih ada kehidupan manusia didunia
pendidikan akan tetap berlangsung karena itu adalah hakikat manusia dalam kehidupannya.
Dalam pendidikan ada 1). Tujuan pendidikan yaitu: mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. 2). Pendidik atau guru banyak diartikan orang, ada yang
mengatakan di gugu lan ditiru (Jawa), yaitu orang yang harus di gugu dan di tiru oleh semua
muridnya. Artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan di
yakini sebagai kebenaran oleh semua muridnya dan sekaligus untuk diteladani.3). Peserta
didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik ditinjau dari segi fisik maupun
dari segi perkembangan mental.4). kurikulum adalah rumusan, tujuan mata pelajaran, garis
besar pokok bahasan penilaian dan perangkat lainnya.5). metode pembelajaran.
Pendidikan adalah suatu konsep dasar yang bersifat atau bertujuan mengarahkan
membimbing dan membina dari suatu hal yang tidak diketahui menjadi suatu hal yang
diketahui baik secara umum maupun pribadi. Dengan struktur, arahan, sarana dan
prasarana yang telah terencana sehingga mendukung proses pendidikan tersebut dan dapat
dihasilkan suatu serapan materi yang penting. Biasanya hal ini berkaitan dengan landasan
dan ketulusan hati sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami secara terbuka. Jadi
pendidikan itu adalah suatu hal yang dibutuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan
menguatkan semua imdera kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita
butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan
rohani.batasan pendidikan yang dibuat oleh para ahli yang beraneka ragam dan
kandungannya berbeda yang satu dangan yang lain. Perbedaan tarsebut mungkin karena
orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan atau karena
falsafah yang melandasinya, dan unsur-unsurnya:
1). Subjek yang dibimbing (peserta didik). 2) Orang yang membimbing (pendidik). 3)
Interaksi antarapeserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).Kearah mana bimbingan
ditujukan (tujuan pendidikan). 4) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi
pendidikan). 5) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).Tempat dimana
peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).
3.2 SARAN
“Tak ada gading yang tak retak” begitu pula dengan makalah ini yang jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat mengharapkan
masukan-masukan atau saran baik dari Bapak/ibu dosen serta dari rekan-rekan mahasiswa/i
jika didalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan-kesalahan demi kebaikan serta
kemajuan kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mudyahardjo, Redja. 2004. Filsafat Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
2. Saifullah, Ali. 2004. Antra Filsafat dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Offset
Printing.
3. Jalaluddin. 2002. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
4. Ahmadi, Abu dan Joko Triprasetyo, 2005, Strategi Belajar Mengajar, Bandung :
Pustaka setia.
5. Al Syaibani, Omar Mohammad, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan
Bintang.
6. Horne Herman Harrell. http://ncpedia.org/biography/horne-herman-harrell
7. Philosophy Of Education. http://plato.stanford.edu/entries/education-philosophy/
8. Definition of Education. http://dictionary.reference.com/browse/education