PENGOLAHAN SAMPAH BOTOL PLASTIK MENJADI MINYAK
PELUMAS
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Seminar Pendidikan Kimia
Dosen pembimbing:
Dra. Rilia Iriani,M.Si
Oleh:
Enny Widyastuti
NIM: AIC305015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
NOVEMBER 2008
1
SEMINAR PENDIDIKAN KIMIA
PENGOLAHAN SAMPAH BOTOL PLASTIK MENJADI MINYAK PELUMAS
Oleh:
Enny Widyastuti
NIM: A1C305015
Disahkan Oleh:
Kepala Program Studi Pendidikan Kimia
Drs. Rusmansyah,M.Pd
Dosen Pembimbing Seminar
Dra. Rilia Iriani,M.Si
2
NIP: 132 046 790
NIP: 131 971 772
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadhirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami diberi kekuatan
dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Seminar Pendidikan Kimia (ACHE 471). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dra. Rilia Iriani,M.Si selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Seminar Pendidikan
Kimia yang telah memberikan bimbingan dan arahan pada saat praktikum.
2. Dan teman-teman pengikut matakuliah seminar ini, makasih banyak telah
membantu sedikit-banyak dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan
isi makalah ini sangatlah diharapkan.
Akhirnya penulis berharap agar makalah yang sederhana ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi siapa saja yang membaca
makalah ini pada umumnya.
Banjarmasin, November 2008
penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. I
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. II
KATA PENGANTAR ............................................................................ III
DAFTAR ISI .......................................................................................... IV
BAB I: PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.............................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................. 3
1.4 Metode Penulisan................................................................. 3
BAB II: PENGOLAHAN SAMPAH BOTOL PLASTIK MENJADI
MINYAK PELUMAS................................................................ 4
2.1 Sampah Plastik..................................................................... 4
2.2 Kandungan Senyawa Kimia Dalam Botol Plastik................ 6
2.3 Pengolahan Sampah Botol Plastik Menjadi Minyak
Pelumas................................................................................ 9
BAB III: PENUTUP................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan........................................................................... 16
3.2 Saran-Saran.......................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 17
LAMPIRAN............................................................................................ 18
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah adalah kumpulan berbagai material buangan yang merupakan sisa
proses dan kegiatan kehidupan manusia sebagai suatu produk yang tidak lagi
mempunyai nilai ekonomis. Penanganan sampah jelas harus dilakukan dan dikelola
secara baik, jika tidak dilakukan penanganan terhadap sampah-sampah yang ada
maka akan menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan sekitar.
Saat ini penanganan sampah masih sebatas pada penanganan yang
konvensional yaitu sampah ditaruh ditempat terbuka untuk dibiarkan membusuk
dengan sendirinya. Walaupun sudah diusahakan bahwa tempat pembuangan ini
disentralisasi disatu kawasan tertentu dengan metode sanitary landfill
(Justiana,2006).
Namun kenyataannya permasalahan sampah masih tidak kunjung selesai,
artinya bahwa sampah yang masih terkondisi seperti di atas khususnya untuk sampah
organik seperti sisa-sisa makanan, masih menjadikan sumber polusi udara karena
baunya, dan polusi air yang dikarenakan penanganan air lindinya (leacheate) kurang
bagus sehingga meresap kemana - mana, serta menjadi penyebab terjadinya wabah
penyakit dan juga sebagai salah satu penyebab terjadinya banjir. Inilah salah satu
5
bentuk masalah yang ditimbulkan apabila penanganannya tarlambat dan tidak
sistematis. Sedangkan untuk sampah-sampah anorganik yaitu sampah-sampah yang
tidak bisa dihancurkan oleh mikroba seperti sampah yang terbuat dari logam-logam
misalnya kaleng-kaleng susu dan makanan dan sampah plastik yang tidak bisa
dihancurkan semakin menumpuk(Irawati,2006).
Oleh karena itu agar permasalahan sampah ini dapat terselesaikan
khususnya pada sampah-sampah anorganik yang tidak bisa dihancurkan oleh mikroba
maka diadakan penelitian-penelitian yang membahas tentang pengolahan sampah
anorganik ini baik sampah dari logam-logam maupun dari sampah plastik bekas
minuman ataupun sisa plastik dari kemasan makanan menjadi sesuatu yang bisa
dimanfaatkan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mencoba memaparkan
pengolahan sampah anorganik khususnya sampah plastik yaitu sampah dari botol
plastik bekas minuman untuk dijadikan sebagai minyak pelumas pada mobil dan
kendaraan bermotor(Justiana,2006).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
dikemukakan dalam makalah ini adalah:
1. Apa saja kandungan senyawa kimia yang ada pada sampah botol plastik.?
2. Bagaimana cara pengolahan sampah botol plastik menjadi minyak pelumas?
6
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui kandungan senyawa kimia apa saja yang ada pada sampah botol
plastik.
2. Mengetahui cara pengolahan sampah botol plastik menjadi minyak pelumas.
1.4 Metode Penulisan
Metode pada penulisan makalah ini menggunakan metode berdasarkan
kajian kepustakaan dimana pemakalah menguraikan hasil penelitian para peneliti
terdahulu yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
7
BAB II
PENGOLAHAN SAMPAH BOTOL PLASTIK MENJADI
MINYAK PELUMAS
2.1 Sampah Plastik
Sebagian besar penduduk di dunia memanfaatkan plastik dalam
menjalankan aktivitasnya. Karena hampir setiap barang-barang yang digunakan
dalam kehidupan kita sehari-hari terbuat dari plastik. Contoh plastik yang banyak
digunakan dalam kehidupan kita adalah polietilena (bahan pembungkus, kantong
plastik, mainan anak, botol), teflon (pengganti logam, pelapis alat-alat masak),
polivinilklorida (untuk pipa, alat rumah tangga, cat, piringan hitam), polistirena
(bahan insulator listrik, pembungkus makanan, styrofoam, mainan anak), dan lain-
lain(Nugroho,2008).
Bukan suatu yang mengherankan jika plastik banyak digunakan. Karena
plastik memiliki banyak kelebihan dibandingkan bahan lainnya. Secara umum, plastik
memiliki densitas yang rendah, bersifat isolasi terhadap listrik, mempunyai kekuatan
mekanik yang bervariasi, ketahanan suhu terbatas, serta ketahanan bahan kimia yang
bervariasi. Selain itu, plastik juga ringan, mudah dalam perancangan, dan biaya
pembuatan murah.
8
Di balik segala kelebihannya, limbah plastik menimbulkan masalah bagi
lingkungan. Penyebabnya tak lain sifat plastik yang tidak dapat diuraikan dalam
tanah. Untuk mengatasinya, para pakar lingkungan dan ilmuwan dari berbagai
disiplin ilmu telah melakukan berbagai penelitian dan tindakan. Salah satunya dengan
cara mendaur ulang limbah plastik. Namun, cara ini tidaklah terlalu efektif. Hanya
sekitar 4% yang dapat didaur ulang, sisanya menggunung di tempat penampungan
sampah.
Saat ini, sekitar 129 juta ton plastik setiap tahunnya diproduksi, dan 60%
dari jumlah itu diproduksi dari bahan minyak bumi. Jika dari jumlah tersebut dapat
diolah kembali maka akan diperoleh sebesar 69 juta minyak bumi yang dapat
dimanfaatkan(Justiana,2006).
Sebagian besar plastik yang digunakan masyarakat merupakan jenis plastik
polietilena. Ada dua jenis polietilena, yaitu high density polyethylene (HDPE) dan
low density polyethylene (LDPE). HDPE banyak digunakan sebagai botol plastik
minuman, sedangkan LDPE untuk kantong plastik. Gambar dibawah merupakan
tumpukan sampah botol plastik bekas yang mengandung HDPE ( Justiana,2006).
9
Gambar 1:Tumpukan sampah botol plastik.
Sumber: Situs Web Kimia Indonesia _ Artikel - Minyak Pelumas dari Botol Plastik Bekas.htm
2.2 Kandungan Senyawa Kimia Pada Botol Plastik
Plastik merupakan senyawa polimer sintetik hasil olahan, selain itu plastik
juga dikembangkan polimer sintetik untuk industri tekstil. Nilon juga merupakan
hasil dari pengolahan bahan yang terbuat dari plastik, sehingga didalam plastik
terdapat kandungan nilon.
Biasanya plastik yang banyak digunakan mengandung PE(Polyethylen)
digunakan untuk/ bahan untuk membuat palstik”kresek”, botol minyak goreng, sampo
dan lain-lain, PP(Polypropylen) biasanya digunakan untuk plastik snack, tupperware,
casing CD, Capbotol, dan PS(Polystyrene) biasanya digunakan untuk stereofoam, cup
mie, tempat bento dan lainnya.
10
Gambar 2: Struktur Nilon Yang Terkandung Pada Botol-Botol Plastik
Sumber : Anti Sampah Plastik dan Bahaya Kandungan Pembungkus Plastik Pada Makanan.
Polimer sintetik lain yang perkembangannya sangat pesat adalah plastik.
Kemudahan dan keistimewaan plastik sedikit banyak telah dapat menggantikan
bahan-bahan seperti logam dan kayu dalam membantu kehidupan
manusia(Nugroho,2008).
Sebagian besar plastik yang digunakan masyarakat merupakan jenis
plastik polietilena. Ada dua jenis polietilena, yaitu high density polyethylene (HDPE)
dan low density polyethylene (LDPE). HDPE banyak digunakan sebagai botol plastik
minuman, sedangkan LDPE untuk kantong plastik (Justiana,2006).
HDPE (high density polyethylene) memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras,
buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Kode 2 ini biasa dipakai untuk botol susu yang
berwarna putih susu, tupperware, galon air minum dan lain-lain. HDPE merupakan salah satu
bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia
antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. Selain
menggunakan plastik jenis HDPE, jenis PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang juga
sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan
botol-botol(Asriana,2008).
11
Kebanyakan plastik seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh
ditambahkan dengan suatu bahan pelembut (plasticizers). Beberapa contoh pelembut
adalah epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA), dan bifenil
poliklorin (PCB) yang digunakan dalam industri pembuatan botol minuman,
pengepakan dan pemrosesan makanan(Asriana,2008).
Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem
peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati.
Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita terkontaminasi
oleh DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang
tidak mengandung bahan pelembut, yaitu menggunaka bahan alami misalnya daun
pisang (Nugroho,2008).
Bahan pelembut ESBO (epoxidized soybean oil) juga biasa digunakan
sebagai insektisida. Sejauh ini, bahaya bahan pelembut ini bagi kesehatan manusia
belum ada/dalam penelitian. Sedangkan bagi lingkungan, ESBO mampu membunuh
zooplankton, dan hal ini berakibat pada terganggunya rantai makanan hewan-hewan
laut. Hal tersebut pun akan berdampak pada terganggunya sumber protein, khususnya
ikan, bagi manusia.(Asriana,2008)
Ketika sampah botol plastik yang mengandung polietilena ini dipanaskan
akan terbentuk suatu senyawa hidrokarbon cair. Senyawa ini mempunyai bentuk
mirip lilin (wax) adanya cairan yang mirip seperti lilin ini disebabkan kandungan
12
pelembut pada plastik. Struktur kimianya juga mirip dengan hidrokarbon yang
terkandung dalam minyak mentah yang dimiliki senyawa hidrokarbon dari hasil
pemanasan plastik sehinggga memungkinkan diolah menjadi minyak pelumas
(Irawati,2006).
Sekedar informasi Minyak mentah (crude oil) hasil pengeboran minyak
bumi di dasar bumi mengandung berbagai senyawa hidrokarbon dengan titik didih
yang berbeda-beda. Kemudian, berbagai senyawa hidrokarbon yang terkandung
dalam minyak mentah ini dipisahkan menggunakan teknik distilasi bertingkat
(penyulingan) berdasarkan perbedaan titik didihnya. Selain bahan bakar, seperti
bensin, solar, dan minyak tanah, penyulingan minyak mentah juga menghasilkan
minyak pelumas. Seperti sekarang ini minyak pelumas yang saat ini beredar di
pasaran berasal dari pengolahan minyak bumi.(Sandri Justiana,2006)
2.3 Pengolahan Sampah Botol Plastik Menjadi Minyak Pelumas
Menurut Sandri Justiana(2006) pada penelitian dalam mengubah limbah
plastik menjadi minyak pelumas telah terbukti berhasil dari penelitian yang dilakukan
oleh Stephen J. Miller, Ph.D., seorang ilmuwan senior dan konsultan peneliti di
Chevron. Bersama rekan-rekannya di Pusat penelitian Chevron Energy Technology
Company,Richmond, California, Amerika Serikat dan University of Kentucky.
Dalam penelitiannya yang dipublikasikan dalam Jurnal American Chemical
Society bagian Energi dan Bahan Bakar (Energy and Fuel) edisi 20 Juli 2005 , Miller
13
ia memanaskan polietilena menggunakan metode pirolisis. lalu menyelidiki zat hasil
pemanasan tersebut. Ternyata, ketika polietilena dipanaskan telah terbentuk suatu
senyawa hidrokarbon cair. Pengubahan hidrokarbon cair hasil pirolisis limbah plastik
menjadi minyak pelumas menggunakan metode hidroisomerisasi.
Sifat kimia senyawa hidrokarbon cair dari hasil pemanasan limbah plastik
mirip dengan senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak mentah sehingga
dapat diolah menjadi minyak pelumas.
Menurut Hyndrine Irawati (2006) dari penelitian yang dilakukan oleh
Miller, proses pengolahan limbah plastik menjadi minyak pelumas dasar ini meliputi
beberapa tahapan / proses, yaitu :
1. Proses Pirolisis
Teknologi pirolisis ini adalah teknik pembakaran sampah (limbah plastik)
tanpa O2 dan dilakukan pada suhu tinggi (800-1000 oC). Teknik ini mampu
menghasilkan gas pembakaran yang berguna dan aman bagi lingkungan. Teknik
pirolisis adalah proses pemanasan dan penyulingan bahan organik dalam sampah
(limbah plastik) menggunakan sedikit O2 atau tidak sama sekali. Gambar alat
dibawah ini merupakan contoh alat pirolisis pada proses pengolahan sampah plastik.
14
Gambar 3: Alat Pirolisis Yang Biasa Digunakan Pada Pengolahan Sampah Plastik
Sumber : Project collaborator:University of Georgia (UGA) River Basin Center and Bio/Ag Engineering
Pembakaran plasik selalu menimbulkan bahaya yang dapat mengancam
kesehatan. Seperti kita ketahui, plastik memiliki tekstur yang kuat dan tidak mudah
terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Jika sampah plastik dibakar dapat
mendatangkan masalah tersendiri bagi kita.
Plastik yang dibakar akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup
dapat menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan.
Pembakaran PVC akan mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan
hormon estrogen manusia. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan kromosom
dan menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat(Nugroho,2008).
15
Namun lain halnya pembakaran limbah plasik dengan metode pirolisis,
Teknologi pirolisis dapat dikatakan sebagai suatu metode yang ramah lingkungan
sebab produk akhirnya menghasilkan CO2 dan H2O, yang bukan merupakan gas
toksik . Kadar dioksin yang dilepaskan dari teknologi pirolisis ini juga amat rendah.
Pada proses pirolisis ini dapat dihasilkan senyawa-senyawa hidrokarbon cair mulai
dari C1 hingga C4, dan diperoleh juga senyawa rantai panjang (oligomer) lainnya
seperti parafin dan olefin(Irawati,2006).
2. Proses Hydrotreating/Hydrocracking
Pada proses ini hasil dari proses pirolisis dimasukkan ke dalam tungku
penyulingan pada tekanan atmosfir dan kemudian di vakum untuk mepisahkan unsur-
unsur yang dihasilkan dari proses awal. Proses ini berguna dalam
mengurangi/menghilangkan aromatik dan komponen polar yang dihasilkan dari
proses pirolisis. Gambar alat dibawah ini merupakan contoh alat hidrocraking.
16
Gambar 4: Alat Yang Digunakan Pada Proses Hidrocraking
Sumber:www.xytelcorp.com/petroleumrefining.htm
3. Proses hidroisomerisasi
Pada proses Hidro-Isomerisasi berfungsi untuk menjadikan molekul-
molekul isomer mempunyai viskosistas yang tinggi, tingkat titik beku yang rendah
dan menjadikan pelumas dasar yang Iso-Paraffinik. Pada proses ini indeks
viskosistas mencapai 156-160 oC.
Tingginya viskositas yang dihasilkan dari Proses hidroisomerisasi ini
menandakan tingginya kualitas minyak pelumas yang dihasilkan dari limbah plastik.
Kekentalan merupakan salah satu unsur kandungan minyak pelumas paling rawan
karena berkaitan dengan ketebalan minyak pelumas itu sendiri atau seberapa besar
17
Artikel-Industries Served: Petroleum Refining
resistensinya untuk mengalir (Hyndrine Irawati,2006). Gambar dibawah ini adalah
hasil pengolahan minyak pelumas dari plastik
Gambar 5: Hasil Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Minyak Pelumas
Sumber : Dari artikel-Corn Stover Tar from Pyrolysis by Microwave
Heating.jpg
Sumber: Artikel-Monitoring Kualitas Minyak Pelumas
18
Tabel 1: Sifat Kimia Dan Fisika Pada Sampel minyak Pelumas
Hasil pengukuran sifat kimia fisika (properties) keempat sampel terdapat
pada tabel diatas. Viskositas Indeks untuk keempat sampel cukup tinggi yaitu >100.
Hal ini menunjukkan bahwa keempat sampel adalah pelumas multigrade. Pelumas
dengan VI > 100 adalah relative stabil terhadap perubahan temperature dan
merupakan persyaratan bagi pelumas modern. Pelumas ini diharapkan mempunyai
viskositas cukup rendah pada temperature yang sangat rendah sehingga masih dapat
mengalir dam mudah dalam menstarter mesin. Sebaliknya pada suhu tinggi,
viskositas harus cukup tinggi agar tetap dapat melapisi permukaan logam (Siti
Yubaidah,2008).
Kekentalan minyak pelumas langsung berkaitan dengan sejauh mana
minyak tersebut berfungsi sebagai pelumas sekaligus pelindung benturan antar
permukaan logam. Tingginya kualitas minyak pelumas yang dihasilkan dari limbah
plastik berdasarkan penelitian Stephen.J.Miller, menandakan bahwa penelitian ini
cukup berhasil dan sangat berguna bagi kelangsungan energi dan bahan bakar dunia
di masa yang akan datang.(Sandri Justiana,2006)
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar plastik yang digunakan masyarakat merupakan jenis plastik
polietilena. Ada dua jenis polietilena, yaitu high density polyethylene (HDPE)
digunakan untuk bahan pembuatan botol-botol plastik dan low density
polyethylene (LDPE) biasanya digunakan sebagai bahan pembuatab kantong
plastik.
2. Metode pengolahan sampah botol plastik bekas menjadi minyak pelumas melalui 3
tahapan yaitu:
1. Metode pirolisis
2. Metode hidrocracking
3. Metode hidroisomerisasi
3.2 Saran-Saran
Pada makalah ini perlu diadakan penelitian atau peninjauan kembali
untuk mengetahui kandungan apa saja lagi yang terdapat pada sampah-sampah plastik
khususnya sampah pada botol plastik bekas minuman yang bisa dimanfaatkan
kembali untuk menjadi bahan yang lebih berguna.
20
DAFTAR PUSTAKA
Asriana,W. 2008. Perhatikan Kode Plastik Mulai Dari Sekarang. http://www.widyaasriana.com
Giwangkara, S. 2006. Komposisi Minyak Bumi (II) http://persembahanku.wordpress.com/2006/09/29/komposisi-minyak-bumi-ii
Irawati, H. 2006. Rekayasa Minyak Pelumas Dari Botol Plastik. http://www.chem.ui.ac.id/new/sub/september.pdf
Justiana, S dan . 2006. Rekayasa Sampah Botol Plastik Menjadi Minyak Pelumas. http://www.tepatgunatek.com/BBM%20dari%20sampah.pdf
Nugroho, S. 2008. Anti Sampah Plastik dan Bahaya Kandungan Pembungkus Plastik Pada Makanan. http://www.chem-is-try.org/sect=halamanutama
Yubaidah, S. 2008. Aditif Pada Senyawa Minyak Pelumas. http://ccitonline.com/mekanika/tiki-indeks.php?page=cfd-flomerics
Yubaidah, S. 2008. Monitoring Kualitas Pelumas Mesin Otomotif Komersial. http://ccitonline.com/mekanika/tiki-indeks.php?page=cfd-flomerics
21
LAMPIRAN
A. PERTANYAAN-PERTANYAAN
1) Bagaimana kualitas minyak pelumas hasil dari pengolahan limbah sampah
botol plastik dibandingkan dengan minyak pelumas yang ada dipasaran?
Pendapat pemakalah: (dari literatur yang ada)
Menurut literatur yang saya baca jika dilihat dari visikositas dari minyak
pelumas, untuk visikositas minyak pelumas yang yang terbuat dari
pengolahan sampah botol plastik lebih tinggi dari pada visikositas dari minyak
pelumas yang ada dipasaran yaitu untuk visikositas minyak pelumas dari
sampah botol plastik 156-160 oC sedangkan visikositas untuk minyak pelumas
yang ada dipasaran dari hasil pengujian yang dilakukan (lihat pada tabel
dibawah) berkisar dari 126-1144 oC. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
minyak pelumas yang terbuat dari sampah botol plastik kwalitasnya lebih
bagus dibandingkan dengan minyak pelumas yang ada dipasaran, tetapi jika
dilihat dari segi yang lain saya belum mendapatkan literatur yang lengkap
karena peneliti baru meneliti dari segi visikositasnya saja, teapi yang
menetukan kualitas dari suatu minyak pelumas adalah visikositasnya, semakin
tinggi visikositas dari suatu minyak pelumas berarti semakin bagus pula
minyak pelumas tersebut jika digunakan pada kendaraan bermotor atau
mobil.
22
Sumber: Artikel-Monitoring Kualitas Minyak Pelumas
2) Bagaimana cara mengetahui atau membedakan bahwa suatu plastik
mengandung PE(Polyethylen), PP(Polypropylen), dan PS(Polystyrene)?
Pendapat pemakalah: (dari literatur yang ada)
Biasanya PE(Polyethylen) digunakan untuk/ bahan untuk membuat
palstik”kresek”, botol minyak goeing, sampo dan lain-lain, PP(Polypropylen)
biasanya digunakan untuk plastik snack, tupperware, casing CD, Capbotol,
dan PS(Polystyrene) biasanya digunakan untuk stereofoam, cup mie, tempat
bento dan lainnya.
3) Bagaimana harga produksi dari pengolahan minyak pelumas ini?
Pendapat pemakalah: (dari literatur yang ada)
Karena dalam pengolahan minyak pelumas ini alat-alat yang digunakan cukup
besar misalnya seperti alat pirolisis, alat hidroisomerisasi dan hidrocraking
23
1
yang mahal maka otomatis harga produksi yang dibutuhkan sangat besar.
Tetapi untuk negara berkembang misalnya USA belum memproduksi minyak
pelumas yang terbuat dari sampah botol plastik ini, karena dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Miller, dia baru meneliti untuk visikositasnya
saja sedangkan bagian yang lain belum, tetapi dilihat dari visikositasnya yang
cukup tinggi maka minyak pelumas dari sampah botol plastik ini dapat saja
digunakan.
4) Mengapa pada saat proses pirolisis udara yang digunakan hanya sedikit aatu
tidak ada sama sekali?
Pendapat pemakalah: (dari literatur yang ada)
Teknologi pirolisis ini adalah teknik pembakaran sampah (limbah plastik)
tanpa O2 disebut juga penbakaran kering dan dilakukan pada suhu tinggi (800-
1000 oC). Teknik ini mampu menghasilkan gas pembakaran yang berguna dan
aman bagi lingkungan dimana produksi akhirnya akan menghasilkan CO2 dan
H2O. Teknik pirolisis adalah proses pemanasan dan penyulingan bahan
organik dalam sampah (limbah plastik) menggunakan sedikit O2 atau tidak
sama sekali karena jika menggunakan oksigen seperti halnya pembekaran
biasa gas yang dihasilkan bersifat toksik yaitu berbahaya bagi lingkungan
sekitar.
24
5) Bagaimana pengaruh atau ketahanan pada mesin kendaraan bermotor atau
mobil jika menggunakan minyak pelumas dari sampah botol plastik ini?
Pendapat pemakalah: (dari literatur yang ada)
Karena visikositas minyak pelumas dari sampah botol plastik ini cukup tinggi
maka pengaruhnya untuk kendaraan bermotor atau mobil baik/bisa saja
digunakan. Dilihat dari kekentalan (visikositas) minyak pelumas langsung
berkaitan dengan sejauh manaminyak tersebut berfungsi sebagai pelumas
sekaligus pelindung benturan antar permukaan logam karena semakin kental
semakin bagus digunakan pada kendaraan.
6) Bagaimana cara mengentalkan minyak pelumas dari pengolahan sampah
plastik menjadi minyak pelumas ini?
Pendapat pemakalah: (dari literatur yang ada)
Pada proses Hidro-Isomerisasi berfungsi untuk menjadikan molekul-molekul
isomer mempunyai viskosistas yang tinggi, tingkat titik beku yang rendah dan
menjadikan pelumas dasar yang Iso-Paraffinik. Pada proses ini indeks
viskosistas mencapai 156-160 oC. Tingginya viskositas yang dihasilkan dari
Proses hidroisomerisasi ini menandakan tingginya kualitas minyak pelumas
yang dihasilkan dari limbah plastik.
25
7) Menurut anda bagaimana peluang hasil penjualan yang diperoleh jika minyak
pelumas dari sampah botol plastik ini diproduksi?
Pendapat pemakalah: (dari literature yang ada)
Jika kita lihat dari visikositas yang dihasilkan minyak pelumas dari sampah
botol lastik ini yaitu memeliki kekentalan yang bagus maka otomatis orang
akan membelinya karena kualitasnya untuk mesin motor dan mobil dapat
dipercaya.
8) Menurut anda minyak pelumas apa yang cocok yang ada dipasaran sekarang
dan untuk kendaraan bermotor yang seperti apa yang sesuai dengan minyak
pelumas tersebut?
Pendapat pemakalah: (dari literatur yang ada)
Satahu saya, Misalnya untuk kendaraan jenis kendaraan bermotor yang empat
tak ada khusus minyak pelumas untuk kendaraan jenis tersebut lain halnya
untuk kendaraan jenis matic/sekuter/vespa ada oli khusus juga untuk jenis
motor tersebut. Misal kendaraan dari produksi Yamaha dapat menggunakan
oli Yamalut.
9) Dilihat dari warna minyak pelumas hasil dari pengolahan sampah botol plastik
yang berwarna hitam. Bagaimana cara mengetahui kapan saatnya minyak
pelumas tersebut saatnya untuk diganti?
26
Pendapat pemakalah: (dari literature yang ada)
Karena dari literatur yang saya baca tidak dijelaskan kapan saatnya menganti
minyak pelumas yang terbuat dari sampah botol plastik , maka menurut
pendapat saya sebaiknya kita mengganti sesuai dengan pemakaian atau setiap
1000 km sebaiknya kita mengganti minyak pelumas yang digunakan agar
mesin kendaraan bermotor atau mobil tetap terjaga kualitasnya.
27
Top Related