BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan komponen lingkungan alam yang bersama-sama
dengan komponen alam lainnya, hidup bersama dan mengelola
lingkungan dunia. Karena manusia adalah makhluk yang memiliki akal
dan pikiran, peranannya dalam mengelola lingkungan sangat besar.
Manusia dapat dengan mudah mengatur alam dan lingkungannya sesuai
dengan yang diinginkan melalui pemanfaatan ilmu dan teknologi yang
dikembangkannya. Akibat perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat
pesat, kebudayaan manusia pun berubah dimulai dari budaya hidup
berpindah-pindah, kemudian hidup menetap dan mulai mengembangkan
buah pikirannya yang terus berkembang sampai sekarang ini. Hasilnya
berupa teknologi yang dapat membuat manusia lupa akan tugasnya
dalam mengelola bumi. Sifat dan perilakunya semakin berubah dari
zaman ke zaman. Sekarang ini manusia mulai bersifat boros, konsumtif
dan cenderung merusak lingkungannya.
Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh berbagai faktor, antara lain oleh
pencemaran. Pencemaran ada yang diakibatkan oleh alam, dan ada pula
yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Pencemaran akibat alam
antara lain letusan gunung berapi. Bahan-bahan yang dikeluarkan oleh
gunung berapi seperti asap dan awan panas dapat mematikan tumbuhan,
hewan bahkan manusia. Pencemaran akibat manusia adalah akibat dari
aktivitas yang dilakukannya. Lingkungan dapat dikatakan tercemar jika
dimasuki atau kemasukan bahan pencemar yang dapat mengakibatkan
gangguan pada mahluk hidup yang ada didalamnya. Gangguan itu ada
yang segera nampak akibatnya, dan ada pula yang baru dapat dirasakan
oleh keturunan berikutnya. Kerusakan lingkungan akibat aktivitas
manusia di mulai dari meningkatnya jumlah penduduk dari abad ke abad.
Populasi manusia yang terus bertambah mengakibatkan kebutuhan
manusia semakin bertambah pula, terutama kebutuhan dasar manusia
seperti makanan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk
kebutuhan itu semakin banyak yang diambil dari lingkungan. Disamping
itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memacu
proses industrialisasi, baik di negara maju ataupun negara berkembang.
Untuk memenuhi kebutahan populasi yang terus meningkatkan, harus
diproduksi bahan-bahan kebutuhan dalam jumlah yang besar melalui
industri. Kian hari kebutuhan-kebutuhan itu harus dipenuhi. Karena itu
mendorong semakin berkembangnya industri, hal ini akan menimbulkan
akibat antara lain:
1. Sumber Daya Alam (SDA) yang diambil dari lingkungan semakin
besar, baik macam maupun jumlahnya.
2. Industri mengeluarkan limbah yang mencemari lingkungan.
Populasi manusia mengeluarkan limbah juga, seperti limbah rumah
tangga yang dapat mencemari lingkungan.
3. Muncul bahan-bahan sintetik yang tidak alami (insektisida, obat-
obatan, dan sebagainya) yang dapat meracuni lingkungan.
Akibat selanjutnya lingkungan semakin rusak dan mengalami
pencemaran. Pencemaran lingkungan terbagi atas tiga jenis, berdasarkan
tempat terjadinya, yaitu pencemaran udara, pencemaran air dan
pencemaran tanah. Di Indonesia, kerusakan lingkungan akibat
pencemaran udara, air dan tanah sudah sangat kritis. Pernah terjadi
bencana lingkungan seperti sampah, banjir dan masih banyak lagi. Dalam
makalah ini akan dibahas tentang jenis-jenis pencemaran dan
penyebabnya serta solusi yang ditawarkan agar kerusakan lingkungan
akibat pencemaran dapat diminimalisasi.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk untuk memperluas pengetahuan tentang pencemaran lingkungan beserta dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
C. Manfaat
Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah kita dapat mengetahui lebih dalam tentang masalah pencemaran lingkungan beserta dampak yang ditimbulkannya dan kita dapat mengetahui bahwa sebagian besar pencemaran lingkungan disebabkan oleh ulah manusia sendiri.
D. Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran udara?2. Apa saja penyebab dari pencemaran udara ?3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran udara pada lingkungan dan kesehatan manusia?4. Adakah cara untuk mencegah dan menaggulangi terjadinya pencemaran udara?.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Pencemaran Udara
Menurut UU No. 32 tahun 2009, pencemaran lingkungan hidup adalah
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalamlingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Menurut Salim yang dikutip oleh Utami (2005) pencemaran udara
diartikan sebagai keadaan atmosfir, dimana satu atau lebih bahan-bahan
polusi yang jumlah dan konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan
mahluk hidup, merusak properti, mengurangi kenyamanan di udara.
Berdasarkan definisi ini maka segala bahan padat, gas dan cair yang ada
di udara yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman disebut polutan
udara.
Sedangkan menurut Mukono (2006), yang dimaksud pencemaran udara
adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam
lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga
dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta
dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material
karena ulah manusia (man made).
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat
asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi)
udara dari keadaan normalnya (Wisnu, Dampak pencemaran lingkungan :
27)
Jadi, Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-
unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum
serta menurunkan kualitas lingkungan.
Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi
di dalam
rumah, di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-ruang perkantoran maka
disebut sebagai
pencemaran dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila
pencemarannya terjadi di
lingkungan rumah, perkotaan, bahkan regional maka disebut sebagai
pencemaran di luar
ruang (outdoor pollution).
Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan
asap tersebut
berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna,
yang dihasilkan oleh
mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor. Selain
itu, gas dan asap
tersebut merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan
bakar, yaitu: CO2
(karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx
(nitrogen oksida).
B. Penyebab Pencemaran Udara
Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini, khususnya dalam
industri dan teknologi, serta meningkatnya jumlah kendaraan bermotor
yang menggunakan bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang
kita hurup di sekitar kita menjadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil
pembakaran.
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu :
a. Karena faktor internal (secara alamiah), contoh:
1. Debu yang beterbangan akibat tiupan angin.
2. Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-
gas vulkanik.,
3. Proses pembusukan sampah organik, dll
b. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh:
1. Hasil pembakar bahan bakar fosil.
2. Debu/serbuk dari kegiatan industri
3. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
C. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara
Banyak faktor yang dapat menyebabkan pencemaran udara, diantaranya
pencemaran yang ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun
kegiatan manusia atau kombinasi keduanya. Pencemaran udara dapat
mengakibatkan dampak pencemaran udara bersifat langsung dan lokal,
regional, maupun global atau tidak langsung dalam kurun waktu lama.
Pencemar udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar
sekunder :
1. Polutan primer
Polutan primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung
dari sumber pencemaran udara atau polutan yang dikeluarkan langsung
dari sumber tertentu, dan dapat berupa:
a. Polutan Gas terdiri dari:
· Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan
karbon oksida (CO atau CO2) karena ia merupakan hasil dari pembakaran
· Senyawa sulfur, yaitu oksida.
· Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hydrogen klorida, hidrokarbon
terklorinasi, dan bromin.
b. Partikel
Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat
berupa zat padat maupun suspense aerosol cair sulfur di atmosfer.
Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses
(misalnya proses menyemprot/ spraying) maupun proses erosi bahan
tertentu.
2. Polutan Sekunder
Polutan sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi
pencemar-pencemar primer di atmosfersekunder biasanya terjadi karena
reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto
kimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O
radikal.
Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain:
a) Konsentrasi relative dari bahan reaktran
b) Derajat fotoaktivasi
c) Kondisi iklim
d) Topografi lokal dan adanya embun.
.
D. Zat-zat Pencemaran Udara
Ada beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara,
antara lain:
Karbon monoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida, Partikulat,
Hidrokarbon, CFC,
Timbal dan Karbondioksida.
1. Karbon monoksida (CO)
Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun. Dihasilkan dari
pembakaran
tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya gas buangan kendaraan
bermotor.
2. Nitrogen dioksida (NO2)
Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara di pabrik,
pembangkit
energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.
3. Sulfur dioksida (SO2)
Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi.
Dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara.
Batubara ini biasanya
digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit tenaga listrik.
4. Partikulat (asap atau jelaga)
Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan
dari cerobong
pabrik berupa asap hitam tebal.
Macam-macam partikel, yaitu :
a. Aerosol : partikel yang terhambur dan melayang di udara/td>
b. Fog (kabut) : aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di
udara
c. Smoke (asap) : aerosol yang berupa campuran antara butir padat dan
cair dan melayang berhamburan di udara
d. Dust (debu) : aerosol yang berupa butiran padat dan melayang-layang
di udara
5. Hidrokarbon (HC)
Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
yang tidak
sempurna.
6. Chlorofluorocarbon (CFC)
Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di
atmosfer bumi.
Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas, AC, alat
pemadam kebakaran,
pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum dan hair spray.
7. Timbal (Pb)
Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran
pada kendaraan
bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal oksida yang
berbentuk debu atau
partikulat yang dapat terhirup oleh manusia.
8. karbon dioksida (CO2)
Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan
bermotor dan
pabrik serta gas hasil kebakaran hutan
E. Dampak Pencemaran Udara
Terhadap Lingkungan Alam
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan
alam, antara lain:
hujan asam, penipisan lapisan ozon dan pemanasan global.
1. Hujan Asam
Istilah hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia
menulis tentang polusi industri di Inggris. Hujan asam adalah hujan yang
memiliki kandungan pH (derajat keasaman) kurang dari 5,6. Pencemar
udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam
dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
Mempengaruhi kualitas air permukaan
Merusak tanaman
Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga
mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang menguap ke udara akan bercampur
dengan embun. Dengan bantuan cahaya matahari, senyawa tersebut
akan diubah menjadi tetesan-tetesan asam yang kemudian turun ke bumi
sebagai hujan asam. Namun, bila H2SO2 dan HNO2 dalam bentuk butiran-
butiran padat dan halus turun ke permukaan bumi akibat adanya gaya
gravitasi bumi, maka peristiwa ini disebut dengan deposisi asam.
SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang dihasilkan dari proses pembakaran
bahan bakar fosil (kendaraan bermotor) dan pembakaran batubara
(pabrik dan pembangkit energi listrik) akan menguap ke udara. Sebagian
lainnya bercampur dengan O2 yang dihirup oleh makhluk hidup dan
sisanya akan langsung mengendap di tanah sehingga mencemari air dan
mineral tanah.
2. Penipisan Lapisan Ozon
Ozon (O3) adalah senyawa kimia yang memiliki 3 ikatan yang tidak stabil.
Di atmosfer, ozon terbentuk secara alami dan terletak di lapisan stratosfer
pada ketinggian 15-60 km di atas permukaan bumi. Fungsi dari lapisan ini
adalah untuk melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang
dipancarkan sinar matahari dan berbahaya bagi kehidupan.
Namun, zat kimia buatan manusia yang disebut sebagai ODS (Ozone
Depleting Substances) atau BPO (Bahan Perusak Ozon) ternyata mampu
merusak lapisan ozon sehingga akhirnya lapisan ozon menipis. Hal ini
dapat terjadi karena zat kimia buatan tersebut dapat membebaskan atom
klorida (Cl) yang akan mempercepat lepasnya ikatan O3 menjadi O2.
Lapisan ozon yang berkurang disebut sebagai lubang ozon (ozone hole).
Diperkirakan telah timbul adanya lubang ozon di Benua Artik dan
Antartika. Oleh karena itulah, PBB menetapkan tanggal 16 September
sebagai hari ozon dunia dengan tujuan agar lapisan ozon terjaga dan
tidak mengalami kerusakan yang parah.
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan
pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari
matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3)
terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan
bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon
lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang
pada lapisan ozon. Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B
matahari tidak terfilter dan dapat mengakibatkan kanker kulit serta
penyakit pada tanaman.
3. Pemanasan Global
Kadar CO2 yang tinggi di lapisan atmosfer dapat menghalangi pantulan
panas dari bumi ke atmosfer sehingga permukaan bumi menjadi lebih
panas. Peristiwa ini disebut dengan efek rumah kaca (green house effect).
Efek rumah kaca ini mempengaruhi terjadinya kenaikan suhu udara di
bumi (pemanasan global). Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-
rata di seluruh dunia dan menimbulkan dampak berupa berubahnya pola
iklim.
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon,
dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang
dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam
lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
Pencairan es di kutub
Perubahan iklim regional dan global
Perubahan siklus hidup flora dan fauna
Proses terjadinya efek rumah kaca
Permukaan bumi akan menyerap sebagian radiasi matahari yang masuk
ke bumi dan memantulkan sisanya. Namun, karena meningkatnya CO2 di
lapisan atmosfer maka pantulan radiasi matahari dari bumi ke atmosfer
tersebut terhalang dan akan kembali dipantulkan ke bumi. Akibatnya,
suhu di seluruh permukaan bumi menjadi semakin panas (pemanasan
global). Peristiwa ini sama dengan yang terjadi di rumah kaca. Rumah
kaca membuat suhu di
dalam ruangan rumah kaca menjadi lebih panas bila dibandingkan di luar
ruangan. Hal ini dapat terjadi karena radiasi matahari yang masuk ke
dalam rumah kaca tidak dapat keluar
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Manusia
1. Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh
melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam
tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar
dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat
berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat
pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh
tubuh. Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai
adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di
antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya.
Partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, manusia,
tanaman, dan hewan. Udara yang telah tercemar oleh partikel dapat
menimbulkan berbagai penyakit saluran pernapasan atau pneumokoniosis
yang merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh
adanya partikel yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru akan
menentukan letak penempelan atau pengendapannya. (Wardhana, Wisnu
Arya 1999)
Penyakit pneumoconiosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel
yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Adapun jenis-jenis
penyakit pneumoniosis seperti :
a. Penyakit Antrakosis
Merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh
pencemaran debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja
tambang batubara atau pekerja yang banyak mlibatkan penggunaan
batubara seperti power plant (pembangkit listrik tenaga uap. Masa
inkubasi penyakit ini antara 2-4 tahun yang ditandai dengan sesak napas
b. Penyakit Silikosis
Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran debu silica bebas, berupa
SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian
mengendap. Debu silica ini banyak terdapat di industry besi baja,
keramik, pengecoran beton, proses permesinan seperti mengikir,
menggerinda. Di samping itu debu silica juga terdapat di penambangan
bijih besi, timah putih, dan tambang batu bara.
Penyakit silikosis akan lebih buruk lagi, kalau penderita sebelumnya
sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis kronis, astma
broonchiale dan penyakit pernapasan lainnya. Pada awalnya, penyakit
silikosis ditandai dengan sesak napas yang disertai dengan batuk-batuk
tanpa dahak.
c. Penyakit Asbestosis
Merupakan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat
asbes yang mencemari udara. Asbes merupakan campuran berbagai
macam silikat terutama
Selain mempengaruhi keadaan lingkungan alam, pencemaran udara juga
membawa dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup (organisme),
baik hewan, tumbuhan dan manusia
Dampak pencemaran udara bagi manusia, antara lain:
1. Karbon monoksida (CO)
Mampu mengikat Hb (hemoglobin) sehingga pasokan O2 ke jaringan
tubuh terhambat. Hal tersebut menimbulkan gangguan kesehatan berupa;
rasa sakit pada dada, nafas pendek, sakit kepala, mual, menurunnya
pendengaran dan penglihatan menjadi kabur. Selain itu, fungsi dan
koordinasi motorik menjadi lemah. Bila keracunan berat (70 – 80 % Hb
dalam darah telah mengikat CO), dapat menyebabkan pingsan dan diikuti
dengan kematian.
2. Nitrogen dioksida (SO2)
Dapat menyebabkan timbulnya serangan asma.
3. Hidrokarbon (HC)
Menyebabkan kerusakan otak, otot dan jantung.
4. Chlorofluorocarbon (CFC)
Menyebabkan melanoma (kanker kulit) khususnya bagi orang-orang
berkulit terang, katarak dan melemahnya sistem daya tahan tubuh
5. Timbal (Pb)
Menyebabkan gangguan pada tahap awal pertumbuhan fisik dan mental
serta
mempengaruhi kecerdasan otak.
6. Ozon (O3)
Menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan terasa terbakar dan
memperkecil paru-paru.
7. NOx
Menyebabkan iritasi pada paru-paru, mata dan hidung.
Dampak pencemaran udara bagi kehidupan hewan, antara lain:
1. Penipisan lapisan ozon
Menimbulkan kanker mata pada sapi, terganggunya atau bahkan
putusnya rantai makanan pada tingkat konsumen di ekosistem perairan
karena penurunan jumlah fitoplankton.
2. Hujan asam
Menyebabkan pH air turun di bawah normal sehingga ekosistem air
terganggu.
3. Pemanasan global
Penurunan hasil panen perikanan. Selain membawa dampak negatif pada
kehidupan hewan, pencemaran udara juga mampu merusakkan bangunan
dan candi-candi. Iklim dunia yang berubah polanya mengakibatkan
timbulnya kemarau panjang, bencana alam dan naiknya permukaan laut.
Kemarau panjang memicu terjadinya kebakaran hutan dan menurunnya
produksi panen, bencana alam (banjir, gempa, tsunami) banyak terjadi
dan permukaan laut yang meninggi akan mengakibatkan tenggelamnya
pulau-pulau kecil dan daerah-daerah pesisir pantai.
Dampak Pencemaran Udara Bagi Tumbuhan
Dampak pencemaran udara terhadap kehidupan tumbuhan, antara lain:
.1 Hujan Asam
- Merusak kehidupan ekosistem perairan, menghancurkan jaringan
tumbuhan (karena
memindahkan zat hara di daun dan menghalangi pengambilan Nitrogen)
dan
mengganggu pertumbuhan tanaman.
- Melarutkan kalsium, potasium dan nutrient lain yang berada dalam
tanah sehingga tanah akan berkurang kesuburannya dan akibatnya pohon
akan mati.
2 Penipisan Lapisan Ozon
Merusak tanaman, mengurangi hasil panen (produksi bahan makanan,
seperti beras,
jagung dan kedelai), penurunan jumlah fitoplankton yang merupakan
produsen bagi rantai makanan di laut.
3 Pemanasan global
Penurunan hasil panen pertanian dan perubahan keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati dapat berubah karena kemampuan setiap jenis
tumbuhan untuk bertahan hidup berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhannya.
4 Gas CFC
Mengakibatkan tumbuhan menjadi kerdil, ganggang di laut punah, terjadi
mutasi genetik (perubahan sifat organisme).
F. Pencegahan Pencemaran Udara
Pencegahan yang ditempuh terhadap pencemaran udara
tergantung dari sifat dan sumber polutannya. Pencegahan yang paling
sederhana dan mudah dilakukan yaitu menggunakan masker sebagai
pelindung untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan.
Tindakan yang dilakukan untuk mencegah pencemaran udara
seperti mengurangi polutan, bahan yang mengakibatkan polusi dengan
peralatan, mengubah polutan, melarutkan polutan, dan mendispersikan-
menguraikan polutan.
1. Mencegah pencemaran udara berbentuk gas
a. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan proses melekatnya molekul polutan atau ion pada
permukaan zat padat-adsorben-seperti karbon aktif dan silikat. Adsorben
mempunyai sifat dapat menyerap zat lain sehingga menempel pada
permukaannya tanpa reaksi kimia serta memiliki daya kejenuhan yang
bersifat disposal (sekali pakai buang) atau dibersihkan dulu, kemudian
digunakan lagi.
b. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses penyerapan yang memerlukan solven yang
baik untuk memisahkan polutan gas dengan konsentrasinya. Metoe
absorbs ini pada prinsipnya hampir sama dengan metode adsorbsi, hanya
bedanya bahwa emisi hidrokarbon mengalami kontak dengan cairan di
mana hidrokarbon akan larut atau tersuspensi.
c. Kondensasi
kondensasi merupakan proses perubahan uap air atau bendda gas
menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun. Polutan gas
diarahkan mencapai titik kondensasi tinggi dan titik penguapan yang
rendah, seperti hidrokarbon dan gas organic lainnya.
d. Pembakaran
pembakaran merupakan proses untuk menghancurkan gas hidrokarbon
yang terdapat di dalam polutan dengan mempergunakan proses oksidasi
panas yang disebut inceneration. Iceneration merupakan salah satu
metode dalam pengolahan limbah padat dengan menggunakan
pembakaran yang menghasilkan gas dan residu pembakaran.
2. Mencegah pencemaran udara berbentuk partikel
a. Filter
Filter udara dimaksudkan untuk menangkap debu atau polutan partikel
yang ikut keluar pada cerobong atau stack pada permukaan filter, agar
tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih saja yang
keluar dari cerobong. Penggunaan filter udara seharusnya disesuaikan
dengan sifat gas buangan yang keluar seperti berdebu banyak, besifat
asam, bersifat alkalis dan sebagainya. Beberapa contoh jenis filter yang
banyak digunakan seperti cotton, nylon, orlon, Dacron, fiberglass,
polypropylene, wool, nomex, Tefloyn.
b. Filter basah
Cara kerja filter basah atau scrubbers/wat collectors adalah
membersihkan udara kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian
atas alat, sedangakan udara yang kotor dari bagian bawah alat.
c. elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik dapat digunakan untuk membersihkan udara
kotor dalam jumlah yang relative besar. Alat ini menggunakan arus
searah (DC) yang mempunyai tegangan antara 25-100 kv, berupa tabung
silinder di mana dindingnya diberi muatan positif sedangkan di tengah
ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding silinder,
diberi muatan negative.
d. Kolektor Mekanik
Mengendapkan polutan partikel yang ukurannya relative besar dapat
dengan menggunakan tenaga gravitasi. Pengendap siklon atau cyclone
Separators adalah pengendap debu yang ikut dalam gas buangan atau
udara dalam ruang pabrik yang berdebu.
e. Program penghijauan
Tumbuh-tumbuhan menyerap hasil pencemaran udara berupa karbon
dioksida (CO2) dan melepaskan oksigen (O2). Tumbuh-tumbuhan akan
menghisap dan mengurangi polutan, dengan melepaskan gas oksigen
maka akan mengurangi jumlah polutan di udara.
Semakin banyak tumbuh-tumbuhan ditanam sebagai paru-paru kota maka
kualitas udara akan semakin sehat sehingga akan mendukung program
langit biru (prolabir). Program penghijauan ini seharusnya merupakan
gerakan nasional agar semua pihak dapat berpartisipasi aktif.
f. ventilasi udara
Penggunaan dan penempatan ventilasi udara seharusnya disesuaikan
dengan kebutuhan. Perhatian utama yaitu tercukupnya kebutuhan gas
oksigen (O2) dalam ruangan serta menjadikan udara dalam ruangan
bebas dari berbagai polutan. Bila akan menggunakan exhaust fan, maka
usahakan dekat dengan sumber pencemaran, agar polutan segera dapat
keluar dalam ruangan.
G. Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara
Upaya penanggulangan dilakukan dengan tindakan pencegahan
(preventif) yang dilakukan sebelum terjadinya pencemaran dan tindakan
kuratif yang dilakukan sesudah terjadinya pencemaran.
a. Usaha Preventif (sebelum pencemaran)
1. mengembangkan energi alternatif dan teknologi yang ramah
lingkungan.
2. mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (PLH) di sekolah dan
masyarakat.
3. mewajibkan dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) bagi industri atau usaha yang menghasilkan limbah.
4. tidak membakar sampah di pekarangan rumah.
5. tidak menggunakan kulkas yang memakai CFC (freon) dan membatasi
penggunaan AC dalam kehidupan sehari-hari.
6. tidak merokok di dalam ruangan.
7. menanam tanaman hias di pekarangan atau di pot-pot.
8. ikut berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan.
9. ikut memelihara dan tidak mengganggu taman kota dan pohon
pelindung.
10. tidak melakukan penebangan hutan, pohon dan tumbuhan liar secara
sembarangan.
11. mengurangi atau menghentikan penggunaan zat aerosol dalam
penyemprotan ruang.
12. menghentikan penggunaan busa plastik yang mengandung CFC.
13. mendaur ulang freon dari mobil yang ber-AC.
14. mengurangi atau menghentikan semua penggunaan CFC dan CCl4.
b. Usaha kuratif (sesudah pencemaran)
Bila telah terjadi dampak dari pencemaran udara, maka perlu dilakukan
beberapa usaha untuk memperbaiki keadaan lingkungan, dengan cara:
1. menggalang dana untuk mengobati dan merawat korban pencemaran
lingkungan.
2. kerja bakti rutin di tingkat RT/RW atau instansiinstansi untuk
membersihkan lingkungan dari polutan.
3. melokalisasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) sebagai
tempat/pabrik daur ulang.
4. menggunakan penyaring pada cerobongcerobongi di kilang minyak
atau pabrik yang menghasilkan asap atau jelaga penyebab
pencemaran udara.
5. mengidentifikasi dan menganalisa serta menemukan alat atau
teknologi tepat guna yang berwawasan lingkungan setelah adanya
musibah/kejadian akibat pencemaran udara, misalnya menemukan bahan
bakar dengan kandungan timbal yang rendah (BBG).
c. Program pemerintah
Selain usaha preventif dan kuratif, Pemerintah juga perlu mencanangkan
programprogram yang bertujuan untuk mengendalikan pencemaran,
khususnya pencemaran udara, yaitu;
1. PROGRAM LANGIT BIRU yang dicanangkan sejak Agustus 1996.
Bertujuan untuk meningkatkan kembali kualitas udara yang telah
tercemar, misalnya dengan melakukan uji emisi kendaraan bermotor.
2. Keharusan membuat cerobong asap bagi industri/ pabrik.
3. Imbauan mengurangi bahan bakar fosil (minyak, batu bara) dan
menggantinya dengan energi
Alternatif lainnya.
4. Membatasi beroperasinya mobil dan mesin pembakar yang sudah tua
dan tidak layak pakai.
5. Larangan menggunakan gas CFC.
6. Larangan beredarnya insektisida berbahaya seperti DDT (dikhloro
difenil trikhloro etana).
7. Melarang penggunaan CFC pada produksi kosmetika.
8. Menetapkan undang-undang dan hukum tentang pelaksanaan
perlindungan lapisan ozon
d. Secara nasional dan internasional
Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada
pembenahan sektor transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain.
Hal ini kita perlu belajar dari kota-kota besar lain di dunia, yang telah
berhasil menurunkan polusi udara kota dan angka kesakitan serta
kematian yang diakibatkan karenanya :
1. Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi,
sementara kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api,
diperbanyak.
2. Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu
dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua
kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk
memberi kontribusi polutan udara.
3. Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan
lalu lintas dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu,
dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu
mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
4. Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-
gang yang sering diistilahkan dengan “polisi tidur” justru merupakan
biang polusi. Kendaraan bermotor akan memperlambat laju
5. Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum
maupun pribadi meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan
dan dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas
untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan
kelengkapan kendaraan yang lain.
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Mukono (2006), yang dimaksud pencemaran udara adalah
bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan
udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi
oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat
memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material karena
ulah manusia (man made).
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat
asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi)
udara dari keadaan normalnya (Wisnu, Dampak pencemaran lingkungan :
27)
Jadi, Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-
unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum
serta menurunkan kualitas lingkungan.
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu : Karena
faktor internal (secara alamiah), contoh: debu yang beterbangan akibat
tiupan angin, Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi
berikut gas-gas vulkanik., Proses pembusukan sampah organik, dll. Dan
karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh: hasil pembakar
bahan bakar fosil, debu/serbuk dari kegiatan industri, pemakaian zat-zat
kimia yang disemprotkan ke udara
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan
alam, antara lain: hujan asam, penipisan lapisan ozon dan pemanasan
global.
Selain mempengaruhi keadaan lingkungan alam, pencemaran udara juga
membawa dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup (organisme),
baik hewan, tumbuhan dan manusia
Dampak pencemaran udara bagi manusia, antara lain: mampu mengikat
Hb (hemoglobin) sehingga pasokan O2 ke jaringan tubuh terhambat. Hal
tersebut menimbulkan gangguan kesehatan berupa; rasa sakit pada dada,
nafas pendek, sakit, kepala, mual, menurunnya pendengaran dan
penglihatan menjadi kabur. Selain itu, fungsi dan koordinasi motorik
menjadi lemah. Bila keracunan berat (70 – 80 % Hb dalam darah telah
mengikat CO), dapat menyebabkan pingsan dan diikuti dengan kematian.
Dampak pencemaran udara terhadap kehidupan tumbuhan, antara lain: -
Merusak kehidupan ekosistem perairan, menghancurkan jaringan
tumbuhan (karena memindahkan zat hara di daun dan menghalangi
pengambilan Nitrogen) dan mengganggu pertumbuhan tanaman.
- Melarutkan kalsium, potasium dan nutrient lain yang berada dalam
tanah sehingga tanah
Pencegahan yang ditempuh terhadap pencemaran udara
tergantung dari sifat dan sumber polutannya. Pencegahan yang paling
sederhana dan mudah dilakukan yaitu menggunakan masker sebagai
pelindung untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan.
Tindakan yang dilakukan untuk mencegah pencemaran udara
seperti mengurangi polutan, bahan yang mengakibatkan polusi dengan
peralatan, mengubah polutan, melarutkan polutan, dan mendispersikan-
menguraikan polutan.
Upaya penanggulangan dilakukan dengan tindakan pencegahan
(preventif) yang dilakukan sebelum terjadinya pencemaran dan tindakan
kuratif yang dilakukan sesudah terjadinya pencemaran.
Usaha Preventif (sebelum pencemaran)
1. mengembangkan energi alternatif dan teknologi yang ramah
lingkungan.
2. mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (PLH) di sekolah dan
masyarakat.
3. mewajibkan dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) bagi industri atau usaha yang menghasilkan limbah.
Usaha kuratif (sesudah pencemaran)
Bila telah terjadi dampak dari pencemaran udara, maka perlu dilakukan
beberapa usaha untuk memperbaiki keadaan lingkungan, dengan cara:
1. menggalang dana untuk mengobati dan merawat korban pencemaran
lingkungan.
2. kerja bakti rutin di tingkat RT/RW atau instansiinstansi untuk
membersihkan lingkungan dari polutan.
3. melokalisasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) sebagai
tempat/pabrik daur ulang.
Selain usaha preventif dan kuratif, Pemerintah juga perlu mencanangkan
programprogram yang bertujuan untuk mengendalikan pencemaran,
khususnya pencemaran udara, yaitu; PROGRAM LANGIT BIRU yang
dicanangkan sejak Agustus 1996. Bertujuan untuk meningkatkan kembali
kualitas udara yang telah tercemar, misalnya dengan melakukan uji emisi
kendaraan bermotor.
B. Saran
Pencemaran udara memiliki dampak yang sangat menbahayakan
kehidupan di bumi, dampak yang terjadi tidak hanya bagi manusia,
hewan dan tumbuhan saja tetapi juga kepada lapisan ozon bumi.
Jika melihat besarnya dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran udara
maka sebaiknya perlunya pengetahuan yang mendalam terhadap
pencemaran udara. Perlunya pengetahuan tentang cara – cara mencegah
serta menganggulangi efek dari pencemaran lingkungan perlu dipelajari
dengan seksama. Hal ini dilakukan agar dampak yang terjadi akibat
pencemaran udara dapat di tanggulangi dan di cegah sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Mukono. 2006. Prinsip dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua, Surabaya : Airlangga University Press
Sunu, Pramudya. 2011. Melindungi Lingkungan ISO 14001, Jakarta : PT Grasindo
Wardhana, Arya Wisnu. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : Andi Yogyakarta
http://oerleebook.files.wordpress.com/2009/10/polusi-udara.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21023/4/Chapter%20II.pdf