GAYA KEPEMIMPINAN
Disusun untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Manajemen dan
Kepemimpinan dalam Keperawatan
Oleh :
KELOMPOK 3
Dewi Sarah P17320113085
Diana Nurfahmi Rahma Jauhari P17320113001
Faringga Ismail Al Hafez P17320113027
Fathurahman Pangestu Suardi P17320113036
Hanny Septiani P17320113039
Mutia Ainur Rahmah P17320113051
Sutra Septiva Lendri P17320113093
Yeni Nuraeni P17320113018
Tingkat : II B
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
Jl. Dr. Otten No.32 Bandung No. Telp/Fax (022) 40231057
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Gaya
Kepemimpinan” dengan lancar. Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat
masukan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada dosen koordinator mata kuliah Manajemen dan
Kepemimpinan dalam Keperawatan bapak Dr. H. Asep Setiawan, SKp., Mkes dan
dosen pembimbing kami bapak Yosep Rohyadi, SKp., Mkep yang sudah
membimbing dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang pengertian gaya kepemimpinan serta
penerapannya dalam sebuah kasus. Mohon maaf apabila dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, sehingga kami sangat mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca khususnya kami
sebagai penyusun makalah ini.
Bandung, 19 Oktober 2014
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai
berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih
dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya
literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai sudut
pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dilihat dari bak saja,
akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat
melatih calon-calon pemimpin.
Sejarah timbulnya kepemimpinan, sejak nenek moyang dahulu kala,
kerjasama dan saling melindungi telah muncul bersama-sama dengan
peradapan manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial
masyarakat atau kelompok-kelompok manusia dalam rangka untuk
mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang dan menghadapi
alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi
kerjasama antar manusia dan mulai unsur-unsur kepemimpinan. Orang yang
ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok tersebut ialah orang-orang yang
paling kuat dan pemberani, sehingga ada aturan yang disepakati secara
bersama-sama misalnya seorang pemimpin harus lahir dari keturunan
bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan lain-
lain. Hingga sampai sekarang seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat
yang tidak ringan, karena pemimpin sebagai ujung tombak kelompok.
Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain
untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok,agar dapat mencapai suatu tujuan
umum. Kemampuan memimpin diperoleh melalui pengalaman hidup sehari-
hari. Pengertian lain tentang kepemimpinan ialah segala hal yang
bersangkutan dengan pemimpin dalam menggerakkan,membimbing,dan
4
mengarahkanorang lain agar melaksanakan tugas dan mewujudkan sasaran
yang ditetapkan. (LAN RI, 1996).
Kepemimpinan yang timbul dalam diri seseorang dapat timbul dari diri
sendiri atau merupakan tuntutan dari lingkungannya. Kepemimpinan juga
perlu dilatih pada diri sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut disimpulkan
bahwa setiap pemimpin dalam kepemimpinannya mempunyai kewajiban
untuk mencapai tujuan organisasi atau institusi dan memberikan pengertian
terhadap kebutuhan karyawan dan bawahannya. Untuk mencapai suatu tujuan
tersebut perlu adanya suatu pengintegrasian antara tujuan organisasi dan
tujuan individu melalui gaya kepemimpinan. Oleh sebab itu dalam makalah
ini kami membahas tentang macam-macam gaya kepemimpinan yang
diaplikasikan dalam kasus gaya kepemimpinan kepala ruangan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
b. Apa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan?
c. Bagaimana gaya kepemimpinan menurut para ahli?
1.3 Tujuan
Memahami pengertian kepemimpinan, gaya kepemimpinan serta
penerapan gaya kepemimpinan seorang perawat di ruang rawat inap.
5
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain
untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu
tujuan umum. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007)
Hersey dan Blanchand (1977) dalam Nursalam (2002) mengartikan
kepemimpinan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan melalui individu dan
kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Fleishman (1973) dalam Nursalam (2002) mengartikan kepemimpinan
sebagai suatu kegiatan yang menggunakan proses komunikasi untuk
memengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok ke arah pencapaian tujuan
dalam situasi tertentu.
LAN RI (1996) dalam S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007) mengartikan
kepemimpinan ialah segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin dalam
menggerakkan, membimbing dan mengarahkan orang lain agar
melaksanankan tugas dan mewujudkan sasaran yang ditetapkan.
Stogdill dalam S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007) yaitu kepemimpinan
sebagai suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi
dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Definisi kepemimpinan dari
Strogdill dapat diterapkan dalam keperawatan.
Gardnerdalam Nursalam (2002) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (atau pemimpin
kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai
dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Mertondalam Nursalam (2002) menguraikan kepemimpinan sebagai suatu
transaksi masyarakat dimana seorang anggota mempengaruhi yang lainnya.
2.2 Pengertian Gaya Kepemimpinan
Gaya diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik atau tersendiri.
Menurut Follet (1940), gaya didefinisikan sebagai hak istimewa yang
6
tersendiri dari ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan isu
sampingan. Gillies (1970), menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat
diidentifikasikan berdasarkaan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku
seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun dalam
kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian seseorang akan memengaruhi
gaya kepemimpinan yang digunakan. Gaya kepemimpinan seseorang
cenderung sangat bervariasi dan berbeda-beda.
2.3 Gaya Kepemimpinan Menurut Para Ahli
Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat
diterapkan dalam suatu organisasi antara lain :
a. Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui
dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan
kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh
faktor manajer, faktor karyawan, dan faktor situasi. Jika pemimpin
memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika
dibanding dengan kepentingan individu, maka pemimpin akan lebih
otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik
dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya
partisipasinya.
b. Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert dalam Nursalam (2002) mengelompokkan gaya kepemimpinan
dalam empat sistem yaitu :
1) Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah
terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau
hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).
2) Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat tertentu,
memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu
7
dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide
bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam
pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
3) Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan terhadap bawahan cukup besar.
Pemimpin menggunakan balasan (intensif) untuk memotivasi bawahan
dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi
dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
4) Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,
selalu memanfaatkan ide bawahan, menggunakan intensif ekonomi
untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan
bawahan sebagai kelompok kerja.
c. Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
Teori ini dikemukakan oleh Douglas Mc. Gregor dalam bukunya The
Human Side Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku
seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub
utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa
bawahan itu tidak menyukai pekaryaan, kurang ambisi, tidak mempunyai
tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin
daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa bawahan
itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri,
mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini,
gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu :
1) Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan
serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari
pelaksanaan teori X.
2) Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya
kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan
8
berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah
dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari teori X.
3) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan sebuah
keputusan yang dilakukan dengan cara musyawarah. Gaya
kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai dengan teori Y.
4) Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan
diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan teori
Y (Azwar, 1996).
d. Gaya kepemimpinan Menurut Robert House
Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam
(2002) mengemukanan empat gaya kepemimpinan yaitu :
1) Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana
melaksanakan suatu tugas, Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin
selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.
2) Suportif
Pemimpin berusaha mendekati diri kepada bawahan dan bersikap ramah
terhadap bawahan.
3) Partisipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan
dan saran dalam rangka pengambilan suatu keputusan.
4) Berorientasi tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal
mungkin (Sujak, 1990).
e. Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard
Ciri-ciri gaya kepemimpinan menurut Harsey dan Blanchard (1997) meliputi :
1) Instruksi
Tinggi tugas dan rendah hubungan
9
Komunikasi searah
Pengambilan keputusan berada pada pimpinan dan peran bawahan
sangat minimal
Pemimpin banyak memberikan banyak pengarahan atau instruksi
yang spesifik serta mengawasi dengan ketat
2) Konsultasi
Tinggi tugas dan tinggi hubungan
Komunikasi dua arah
Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan cukup besar, bawahan diberi kesempatan untuk memberi
masukan, dan menampung keluhan
3) Partisipasi
Tinggi hubungan tapi rendah tugas
Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan dalam
pengambilan keputusan
4) Delegasi
Rendah hubungan dan rendah tugas
Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan
dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk
mengambiul keputusan
f. Gaya Kepemimpin Menurut Lippits dan K.White
Menurut Lippits dan K.White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu :
otoriter, demokrasi, dan liberal yang mulai dikembangkan di Universitas Iowa.
1) Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Wewenang mutlak berada pada pimpinan
Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan
para bawahan dilakukan secara ketat
10
Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat.
Tugas – tugas bawahan diberikan secara instruktif
Lebih banyak kritik daripada pujian
Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman
Kasar dalam bersikap
Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh
pimpinan
2) Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam
memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditentukan bersama antara pemimpin dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Wewenang pimpinan tidak mutlak
Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada
bawahan
Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
Komunikasi berlangsung timbal balik
Pengawasan dilakukan secara wajar
Prakarsa dapat dating dari bawahan
Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan
pertimbangan
Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat
permintaan daripada insruktif
Pujian dan kritik seimbang
Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
masing-masing
11
Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar
Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindakan
Terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati, dan
saling menghargai
Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-
sama.
3) Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah kemampuan
memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaannya dilakukan
lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut :
Pemimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan
Prakarsa selalu berasal dari bawahan
Hampir tiada pengarahan dari pemimpin
Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan
g. Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan
kekuasaan dibedakan menjadi 4 yaitu :
1) Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekaryaan.
Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin.
Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam
pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya pada kepentingan
tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.
12
2) Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan
setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk
mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan
tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam
penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
3) Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin
yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan
tindakan tersebut pada bawahannya. Staf diminta saran dan kritiknya
serta mempertimbangkan respons staf terhadap usulnya, dan keputusan
akhir ada pada kelompok.
4) Bebas Tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukansendiri kegiatan
tanpa pengarahan, supervise dan koordinasi. Staf/bawahan
mengevaluasi pekaryaan sesuai dengan cara sendiri. Pimpinanan hanya
sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
2.4 Pendekatan Kepemimpinan
Secara umum, ada tiga pendekatan kepemimpinan untuk memimpin
suatu unit organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan sifat (traits theory),
pendekatan berdasarkan perilaku kepemimpinan (behaviour theory), dan
pendekatan berdasarkan situasi (contingency theory). S. Suarli dan Yanyan
Bahtiar (2007).
1. Berdasarkan Sifat (traits theory)
Pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat seseorang dapat dilakukan
dengan cara :
a. Membandingkan sifat-sifat dari mereka yang menjadi pemimpin dan
mereka yang bukan pemimpin.
b. Membandingkan sifat-sifat dari pemimpin yang efektif dan pemimpin
yang tidak efektif.
13
Sifat-sifat pemimpin yang diharapkan dari pendekatan ini antara lain :
a. Selalu antusias
b. Mengenal dirinya sendiri
c. Waspada
d. Mempunyai rasa percaya diri yang kuat
e. Merasa bertanggung jawab
f. Mempunyai rasa humor
2. Berdasarkan Perilaku Kepemimpinan (behaviour theory)
Intisari dari pendekatan kepemimpinan berdasarkan perilaku seperti di
bawah ini :
a. Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang
menjadi pemimpin yang efektif
b. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan cara-cara
yang dapat mewujudkan sasarannya. Misalnya, dengan
mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif,
memotivasi bawahannya, dan melaksanakan kontrol.
3. Berdasarkan Situasi (contingency theory).
Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan situasi.
Terdapat tiga variabel situasional yang dapat membantu gaya
kepemimpinan yang efektik, yaitu :
a. Hubungan atasan dengan bawahan
b. Struktur tugas yang harus dikerjakan
c. Posisi kewenangan seseorang
Pendekatan berdasarkan situasi dapat dimanifestasikan sebagai berikut :
a. Dapat memberi perinah yang akan dilaksanakan
b. Menggunakan saluran yang sudah ditetapkan
c. Menaati peraturan
d. Disiplin
e. Mendengarkan informasi dari bawahan
f. Tanggap terhadap situasi
14
g. Membantu bawahan.
2.5 Tugas Kepemimpinan dalam Keperawatan
Tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah: Swansburg,
Russel C (2000)
a. Selalu siap menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat
harus mampu bersikap proaktif dalam setiap perubahan yang terjadi,
berperan dalam setiap aspek kehidupan berorganisasi, serta mengkaji
setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu yang baru serta
mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu tantangan yang dapat
menghasilkan.
b. Mengatasi konflik yang terjadi sebagai dampak dari kegiatan, kebijakan,
ataupun hubungan yang terkait dengan atasan, bawahan atau pasien dan
keluarganya.
c. Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya
pemimpin untuk memotivasi bawahan
d. Meningkatkan komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan sejawat dan
konsumen lainnya. Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat
memperlancar proses pelaksanaan kegiatan sehingga akan mempermudah
pencapaian tujuan.
e. Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan
berbagai cara untuk membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu
masih dapat dihargai oleh bawahan.
f. Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam
rangka memperlancar pencapaian tujuan.
g. Menatalaksanakan waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang baik
mencerminkan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia digunakan
dengan baik pula sehingga produktivitas kerja menjadi meningkat.
2.6 Penerapan Kepemimpinan dalam Keperawatan
Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan
yang kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan
15
tercapai diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan
kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi : Swansburg,
Russel C (2000)
1. Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan
diorganisasikan. Semua kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat
dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Sebagai
seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan kegiatan di
ruangan.
2. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan
Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para
perawat tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan
jelas. Dalam memberi pengarahan, seorang pemimpin harus mampu
membuat seseorang memahami apa yang diarahkan dan juga mempunyai
tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan
dengan benar.
3. Pemberian bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan
berarti menunjukkan cara menggunakan berbagai metode mengajar dan
konseling. Bimbingan yang diberikan meliputi pengetahuan dan
keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan membantu bawahan dalam
melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan bagi
perawat dan klien.
4. Medorong Kerjasama dan Partisipasi
Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan
keperawatan. Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan
bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau dibawah pimpinan.
Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap
individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan
mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan perlu
mengetahui bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka.
16
Hubungan antar manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama.
Disamping itu setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk
berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasa dihargai
termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau yang pasif. Partisipasi
setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.
5. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang
penting dalam kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu
mengusahakan agar setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah
melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan.
Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu
perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap individu dan
sumber-sumber yang ada.
6. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap
staf dan pekerjaan mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan
untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan staf sehingga dapat
mendorong mereka mempertahankan pekerjaan yang baik dan
memperbaiki kekuranngan yang ada. Agar seorang pemimpin dapat
menganalisa perawat lain secara efektif, ia juga harus dapat menilai diri
sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin secara jujur.
Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang kepala ruangan dapat
melakukan tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang efektif.
Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan, kepala ruangan
sebagai seorang pemimpin bertanggung jawab dalam :
a. Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan
b. Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan
c. Tanggungjawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Pelaksanaan keperawatan berdasarkan standar
17
e. Penyelesaian pekerjaan dengan benar
f. Pencapaian tujuan keperawatan
g. Kesejahteraan bawahan
h. Memotivasi bawahan
18
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Data
Disalah satu rumah sakit di Jakarta, terdapat ruang rawat inap
bedah bernama ruang Lavender meiliki visi menjadikan ruang
lavender sebagai ruang rawat yang aman dan nyaman berlandaskan
pada pemberian asuhan keperawatan yang holistik dengan misi
sebagai berikut :
- Meningkatkan kebersihan dan kerapihan ruangan
- Meningkatkan kualitas kerja pada setiap perawat
- Melindungi klien, pengunjung dan tenaga medis dari resiko
infeksi nosokomial (INOS)
- Meningkatkan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan
keperawatan
- Memberikan asuhan keperawatan yang optimal dari tahap
preinteraksi, interaksi, terminasi dan dokumentasi
- Mengutamakan kepentingan pasien
Didalam ruang rawat inap tersebut terdapat kepala ruangan yang
berpendidikan S1 Ners, beserta seluruh perawat yang berpendidikan
D3 dan S1 Ners. Kepala ruangan disana memiliki aturan yang ketat
terhadap perawat yang berdinas, apabila ada yang tidak dinas tanpa
ada pemberitahuan yang jelas, mendapat teguran langsung. Kepala
ruangan selalu mengecek pekerjaan yang dilakukan oleh seluruh
perawat atas apa yang ia instruksikan dan demi meningkatkan kualitas
pelayanan. Sering kali adanya isu-isu yang tidak mengenakan
mengenai kepala ruangan yang di bincangkan oleh perawat lainnya.
Dan setiap ada hal-hal yang ingin dibicarakan dengan seluruh perawat,
kepala ruangan selalu mendominasi yang ditandai dengan perawat
tidak bisa memberikan saran atau pendapatnya sehingga hubungan
19
antara perawat dan kepala ruangan tidak terlalu bersahabat. Pada
perubahan jadwal dinas yang mendadak pun sering ditemukan adanya
perawat yang salah dinas, akibat dari miss comunication dari perawat
dan kepala ruangan karena hanya ada komunikasi satu arah.
Terkadang ada beberapa konflik mengenai tugas yang diberikan oleh
kepala ruangan yang tidak melihat situasi dan kondisi setiap perawat,
akibatnya terkadang ada pasien yang tidak diganti lakennya akibat
perawat lupa karena saking banyaknya tugas yang di emban.
3.2 PEMBAHASAN
Ruang rawat inap bedah Lavender mempunyai visi dan misi
sebagai tujuan yg ingin dicapai. tetapi dalam kasus diatas kepala
ruangan kepala ruangan bergaya kepemimpinan otoriter yang ditandai
dengan :
Memiliki aturan yang ketat dan sanksi yang tegas
Kepala ruangan selalu mengawasi sikap, tingkah laku,
perbuatan secara ketat terhadap perawat-perawat dengan
cara mengecek pekerjaan yang dilakukan oleh seluruh
Selalu mendominasi dalam berpendapat
Komunikasi arah
Dari gaya kepemimpinan kepala ruangan tersebut terlihat
ketidak efektifan yang ditandai dengan adanya, isu-isu yang tidak
mengenakan mengenai kepala ruangan yang di bincangkan oleh
perawat lainnya, hubungan antara perawat dan kepala ruangan tidak
terlalu bersahabat, kekacauan pelayanan perawat akibat beratnya tugas
yang dipegangnya.
Lebih baik kepala ruangan memakai gaya kepemimpinan
demokratis adalah kemampuan dalam memengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara
20
pemimpin dan bawahan. sehingga tidak ada lagi isu-isu yang tidak
mengenakan, dan hubungan antara perawat dan kepala ruangan
bersahabat. yang mengakibatkan kinerja kerja perawat dirunag
tersebut menjadi efektif.
21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ada beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli. Dan
salah satu dari pendapat ahli itu yang dapat diterapkan di dalam
keperawatan pendapat dari Stogdill dalam S. Suarli dan Yanyan
Bahtiar (2007) yaitu suatu proses yang mempengaruhi aktivitas
kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan.
Dalam kepemimpinan terdapat beberapa gaya kepemimpinan. Dan
ada beberapa pendapat dari para ahli,sehingga dapat disimpulkan
bahwa gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat bervariasi dan
berbeda-beda. Sehingga kepribadian seseorang akan memengaruhi
gaya kepemimpinan yang digunakan.
Dari kasus yang dibahas,dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan kepala ruangan di ruang rawat inap bedah tersebut
tidak efektif dibuktikan dengan adanya perasaan tidak suka terhadap
kepala ruangan, perawat malas bekerja, dan kinerja perawat yang
tidak maksimal. Oleh karena itu, seharusnya kepala ruangan merubah
gaya kepemimpinnanya menjadi partisipatif menurut Gillies (1996).
22
DAFTAR PUSTAKA
C. Swansburg, Russel. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan untuk Perawat Klinis. (Samba Suharyati, et.al, Penerj.) Jakarta:
EGC
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan : penerapan dalam praktik
keperawatan profesional. Jakarta : Salemba Medika
S. Suarli, Yanyan Bahtiar. 2009. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
23