MAKALAH
Candida Albicans suatu jenis jamur penyebab penyakit Candidiasis pada
Rongga Mulut
Disusun Oleh:
Satriana Mustika Wijaya
081610101023
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat, taufik serta hidayahnya
sehingga penyusunan makalah dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini merupakan tugas
yang diberikan pada Blok Kedokteran Gigi Pencegahan sebagai syarat untuk memenuhi tugas
dari dosen yang bersangkutan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Ristya Widi Endah Yani, M.Kes selaku tutor atas masukan dan bimbingan yang telah diberikan pada penulis selama ini.
2. Para dosen pemateri blok Kedokteran Gigi Pencegahan yang telah memberikan ilmu.3. Teman-teman angkatan 2008 dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan dalam penyusunan yang akan datang. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Jember, September 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Candida Albicans merupakan bagian dari bentuk candida yakni salah satu jenis
mikroorganisme atau mikroflora oral yang berupa jamur yang terdapat di dalam rongga
mulut. Adapun macam dari Candida tersebut antara lain candida albicans, candida tropikalis,
candida glabrata, candida krusei, candida parapilosis. Dari kelima spesies candida tersebut
candida albicans merupakan spesies yang paling umum menyebabkan infeksi di rongga
mulut. Sebab rongga mulut merupakan salah satu tempat yang mengandung mikroorganisme
atau mikroflora oral dengan populasi dan keanekaragaman paling tinggi dibanding ditempat
lain. Rongga mulut tersebut mengandung banyak populasi mikroorganisme yang begitu
beragam dan terdapat di antara tubuh manusia. Mikroorganisme atau mikroflora oral yang
berasal dari udara, air, makanan dan dari lingkungan secara teratur akan masuk ke rongga
mulut. Keberadaan Candida Albicans memang sudah ada sebelumnya pada permukaan
rongga mulut.
Candida Albicans tersebut merupakan jenis jamur yang sering menimbulkan
penyakit di dalam rongga mulut yang disebut dengan Candidiasis. Jenis penyakit ini secara
klinis berupa lesi putih atau lesi eritematus pada daerah rongga mulut.(Silverman S,2001).
Pada pemeriksaan klinis dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe yaitu akut pseudomembran
kandidiasis (thrush), kronik hiperplastik candidiasis, kronis atrofik kandidiasis (denture
stomatitis), akut atrofik kandidiasis dan angular sheilitis. (Nolte,1982)
1.2 Rumusan masalah
1. Benarkah bahwa Candida Albicans salah satu jenis jamur yang paling banyak
menyebabkan penyakit di dalam rongga mulut?
2. Bagaimana perkembangan Candida Albicans di dalam rongga mulut?
3. Bagaimana upaya penanggulangannya?
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Candida adalah salah satu spesies yang paling umum ditemukan didalam rongga
mulut dan merupakan flora normal. Telah dilaporkan spesies candida mencapai 40-60% dari
seluruh populasi mikroorganisme rongga mulut (Silverman,2001).
Terdapat lima spesies candida yaitu candida albicans, candida tropikalis, candida
glabrata, candida krusei, candida parapilosis. Dari kelima spesies candida tersebut candida
albicans merupakan spesies yang paling umum menyebabkan infeksi di rongga mulut.
(Nolte,1982).
Struktur Candida Albicans terdiri dari dinding sel,sitoplasma nukleus,membran
golgi, dan endoplasmic retikuler. Dinding sel terdiri dari beberapa lapis dan dibentuk oleh
mannoprotein, gulkan, gulkan chitin.(Farlane M,2002). Tes aglutinasi dengan serum yang
tereabsorbsi menunjukkan bahwa semua strain Candida albicans terbagi dalam dua kelompok
besar serologik A dan B. Kelompok A termasuk C.tropicalis. Ekstrak Candida untuk tes
serologik dan kulit tampak terdiri atas campuran antigen. Antibodi ini dapat diketahui melalui
presipitasi, imunodifusi, imunoelektroforesis balik, aglutinasi lateks, dan tes-tes lain. Tetapi
pengenalan antibodi ini tidak selalu membantu dalam mendiagnosis penyakit akibat Candida.
Pada Candidiasis yang tersebar, sering terdapat antigen mannan dari Candida yang
beredar,dan kadang-kadang dapat ditemukan antibodi presipitasi terhadap antigen
nonmannan.Sebenarnya semua serum manusia normal akan mengandung antibodi Ig G
terhadap C.mannan.(Jawetz et al,1996)
Candida Albicans dapat tumbuh pada media yang mengandung sumber karbon
misalnya glukosa dan nitrogen biasanya digunakan ammonium atau nitrat dan kadang-kadang
memerlukan biotin. Pertumbuhan jamur ditandai dengan pertumbuhan ragi yang berbentuk
oval atau sebagai elemen filamen hyfa/pseudohypha (sel ragi yang memanjang) dan suatu
masa filamen hyfa yang disebut mycelium. Spesies ini tumbuh pada temperatur 20-40 derajat
celcius(Farlane M,2002) Faktor virulensi Candida yang menentukan adalah dinding sel.
Dinding sel merupakan bagian yang berinteraksi langsung dengan sel penjamu. Dinding sel
Candida mengandung zat yang penting untuk virulensinya, antara lain turunan , mannoprotein
yang mempunyai sifat imunosupresif sehingga mempertinggi pertahanan jamur terhadap
imunitas penjamu. Candida tidak hanya menempel, namun juga penetrasi ke dalam mukosa.
Enzim proteinase aspartil membantu Candida pada tahap awal invasi jaringan untuk
menembus lapisanmukokutan yang berkeratin (Chaffin et al dalam Anne, 2000). Faktor
virulensi lain adalah sifat dimorfik Candida. Sifat morfologis yang dinamis merupakan cara
untuk beradaptasi dengan keadaan sekitar. Dua bentuk utama Candida adalah bentuk ragi dan
bentuk pseudohifa yang juga disebut sebagai miselium. Perubahan dari komensal menjadi
patogen merupakan adaptasi terhadap perubahan lingkungan sekitarnya. Dalam keadaan
patogen, Candida albicans lebih banyak ditemukan dalam bentuk miselium atau pseudohifa
atau filamen dibandingkan bentuk spora (Winarto dan Wibowo.,dalam Anne,2000).
Kemampuan Candida berubah bentuk menjadi pseudohifa merupakan salah satu faktor
virulensi. Bentuk hifa mempunyai virulensi yang lebih tinggi dibanding bentuk spora,
karena : (Vazque dan Balish dalam Anne, 2000)
1. Ukurannya lebih besar dan lebih sulit difagositosis oleh sel makrofak,
sehingga mekanisme diluar sel untuk mengeliminasi hifa dari jaringan
terinfeksi sangatlah penting.
2. Terdapatnya titik-titik blastokonidia multipel pada satu filamen sehingga
jumlah elamen infeksius yang ada lebih besar.
Candida albicans biasanya disebut sebagai agen infeksiusoportunistik yang jika ada
kesempatan dapat berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakkan
jaringan (Jawetz, 1996). Candidiasis adalah suatu infeksi pada kulit dan mukosa yang
disebabkan oleh jamur Candida. Terjadinya candidiasis dipengaruhi oleh beberapa faktor
terutama pengguna protesa, serostomia, penggunaan radio therapy, obat-obatan sitotoksis,
konsentrasi gula dalam darah (diabetes),penggunaan antibiotik atau kortikosteroid, penyakit
keganasan (neoplasma), kehamilan,defisiensi nutrisi, penyakit kelainan darah dan penderita
Immunosupresi (AIDS) sehingga pada penggunaan protesa menyebabkan kurangnya
pembersihan oleh saliva dan pengelupasan epitel. Hal ini menyebabkan perubahan pada
mukosa.(Silverman S,2001) Pertumbuhan Candida lebih subur bila disertai kortikosteroid,
antibiotik, kadar glikosa tinggi, dan imunodefisiensi (Jawetz et al,1996).
Pada pemeriksaan klinis dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe candidiasis yaitu
akut pseudomembran candidiasis (thrush), kronik hiperplastik candidiasis, kronis atrofik
kandidiasis (denture stomatitis), akut atrofik kandidiasis dan angular sheilitis. (Nolte,1982)
Pada umumnya penyakit tersebut dapat ditanggulangi dengan menggunakan obat
anti jamur baik secara topikal maupun sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau
penyakit-penyakit yang menyertainya.(Boedihardjo,1985)
Antiseptik merupakan suatu zat kimia yang mempunyai kemampuan untuk
membunuh bentuk vegetatif dari mikroorganisme atau menghambat pertumbuhannya yang
diaplikasikan pada jaringan hidup. Mekanisme kerja antiseptik ada beberapa macam yaitu
merusak dinding sel mikroorganisme dengan mengganggu atau megubah struktur dinding sel
hilang sehingga sifat-sifat khasnya hilang, mengubah permeabilitas membran sel,
mengganggu mekanisme pembentukan protein dalam sel, dan merintangi kerja enzim yang
berada dalam sel mikroorganisme. (Jackson &Craword,1992).
Obat-obat anti jamur diklasifikasikan menjadi menjadi beberapa golongan yaitu:
(Tripathi M.D,2001)
1. Antibiotik
a) Polyenes: Amfotericin B, Nystatin, Hamycin, Nalamycin.
b) Hetericyclinbenzofuan: Griseofulvin
2. Anti metabolite:Flucytosine(5-Fe)
3. Azoles
a) Imidazole (topical): Clotrimazol, Econazol, Miconazole (sistemik):
Ketokonazol
b) Triazoles (sistemik): Flukonazole, Itrakonazole.
4. Allylamine Terbinafine
5. Anti jamur lainnya: Tolnaftate, Benzoid Acid, Sodiumtiosulfat.
Dari golongan anti jamur diatas yang efektif untuk kasus-kasus rongga mulut yang
sering digunakan antara lain: Amfotericin B, Nystatin, Miconazole, Clotrimazol,
Ketokonazol, Flukonazole, Itrakonazole.(Mccullough,2005)
Amfotericin B dihasilkan oleh Streptomyces nodusum, mekanisme kerja obat ini
yaitu dengan cara merusak membran sel jamur namun mempunyai efek pada ginjal yaitu
menimbulkan nefrositik. Sediaan berupa lozenges (10ml) dapat diginakan sebanyak 4
kali/hari. Amfoterisin B yang dsuntikkan secara intravena, merupakan usaha pengobatan
efektif yang telah diterima untuk sebagian besar bentuk candidiasis yang mengenai organ
dalam. Amfoterisin B yang disuntikkan secara intravena, merupakan usaha pengobatan
efektif yang telah diterima untuk sebagian besar bentuk candidiasis yang mengenai organ
dalam. Nistatin sering dipakai untuk merawat candidiasis mukokutan seperti thrush dan
vaginitis. Lesi pada candidiasis dirawat dengan suspensi nistatin tetes oral yang mengandung
100.000 unit/ml atau tablet nistatin vaginal peroral yang mengandung 100.000 unit 3 atau 4
kali sehari. Obat tidak langsung ditelan tetapi ditahan dulu dalam mulut ( Wood dan
goaz.,dalam Anne,2000)
Nistatin sering dipakai untuk merawat candidiasis mukokutan seperti thrush dan
vaginitis. Lesi pada candidiasis dirawat dengan suspensi nistatin tetes oral yang mengandung
100.000 unit/ml atau tablet nistatin vaginal peroral yang mengandung 100.000 unit 3 atau 4
kali sehari. Obat tidak langsung ditelan tetapi ditahan dulu dalam mulut ( Wood dan
goaz.,dalam Anne,2000).
Nistatin merupakan antibiotik polien yang dihasilkan oleh Streptomyces noursei.
Nistatin menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan ragi, tetapi tidak aktif terhadap
bakteri, protozoa, dan virus. Mekanisme kerja obat ini dengan cara merusak membran sel
yaitu terjadi perubahan permeabilitas membran sel. Sediaan berupa suspensi oral 100.000 U/
5ml dalam bentuk cream 100.000 U/g yang digunakan untuk kasus denture stomatitis.Nistatin
hanya akan diikat oleh jamur atau ragi yang sensitif. Cara kerjanya melibatkan ikatan nistatin
dengan sterol membran jamur, terutama ergosterol. Akibat terbentuknya ikatan antara sterol
dengan nistatin akan mengganggu permeabilitas membran sel dan mengganggu proses
transport, mungkin dengan membentuk pori. Hal ini menyebabkan hilangnya kation dan
makromolekul dari dalam sel (Siswandono dan Soekardjo; Katzung, Ganiswarna,G
Sulistia,dalam Anne,2000).
Miconazole mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzim cytochrome P 450
sel jamur, lanosterol 14 demethylase sehingga terjadi kerusakan sintes ergosterol dan
selanjutnya terjadi ketidaknormalan membran sel. Sediaan dalam bentuk gel oral (20mg/ml)
digunakan 4 kali/hari setengah sendok makan yang ditaruh diatas lidah kemudian dikumurkan
dahulu sebelum ditelan.
Clotrimazole mekanisme kerjanya sama dengan miconazole sediaannya berupa
troche 10mg sehari 3-4 kali.
Ketokonazol adalah anti jamur broad spectrum. Mekanisme kerjanya dengan cara
menghambat Cytochrome P450 sel jamur sehingga terjadi perubahan permeabilitas sel. Obat
ini dimetabolisme di hepar. Efek sampinnya berupa mual atau muntah, sakit kepala,
parestesia dan rontok. Sediaan dalam bentuk tablet 200mg dosis satu kali sehari dan
dikonsumsi pada saat makan.
Itrakonazole,efektif ntuk mengobati Candidiasis penderita immunocompromised
sediaan dalam bentuk tablet 200mg/hari selama 3 hari sedangkan yang berbentuk susupensi
(100-200mg) per hari selama 2 minggu(Greenberg,2003). Efek samping obat berupa rasa
gatal-gatal, sakit kepala, sakit di bagian perut (abdomen) dan hypokalemi.
Flukonazole efektif untuk pengobatan seluruh penderita Candidiasis termasuk pada
penderita immunosupresiv. Efek sampinya mual, sakit di bagian perut, sakit kepala dan
eritme pada kulit. Mekanisme kerjanya dengan cara mempengaruhi cytochrome P 450 sel
jamur sehingga terjadi perubahan pada membran sel. Absorbsi tidak dipengaruhi oleh
makanan. Sediaan dalam bentuk kapsul 50mg, 100mg,150mg, 200mg single dose dan intra
vena. Kontra indikasi pada wanita hamil dan menyusui.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Terjadinya penyakit Candidiasis
Terjadinya Candidiasis di dalam rongga mulut diawali dengan adanya kemapuan
Candida untuk melekat pada mukosa mulut. Hal ini yang menyebabkan awal terjadinya
infeksi. Sel ragi atau jamur tidak melekat apabila mekanisme pembersihan oleh
saliva,pengunyahan dan penghancuran oleh asam lambung berjalan normal. Perlekatan jamur
pada mukosa mulut menyebabkan proliferasi, kolonisasi tanpa atau dengan gejala infeksi.
Penderita Candidiasis akan merasakan gejala seperti rasa terbakar dan perubahan rasa kecap.
Pada pemeriksaan klinis dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe yaitu akut pseudomembran
kandidiasis (thrush), kronik hiperplastik candidiasis, kronis atrofik kandidiasis (denture
stomatitis), akut atrofik kandidiasis dan angular sheilitis. (Nolte,1982)
Thrush merupakan bentuk candidiasis yang paling sering timbul pada bayi dan orang
yang sangat lemah. Pada bayi, keadaan tersebut timbul pada hari ke 2-5 kehidupan dan
tampak berupa bercak putih pada pipi,bibir,palatum dan lidah. Mukosa disekitarnya tidak
meradang dan pseudomembran sulit dikelupas sehingga terlihat daerah mukosa yang tererosi.
Penyebaran dapat terjadi ke pharynx dan oesophagus yang mempersulit pemberian
makanan,muntah,dan menurunnya berat badan. Sedangkan pada orang dewasa, thrush timbul
pada orang yang lemah dengan kelainan seperti penyebaran tumor ganas,operasi atau
perawatan dengan antimiotik,steroid atau antibiotik dan kombinasi keadaan-keadaan tersebut.
Kronis hiperplastik candidiasis disebut juga candidiasis leuplakia. Pada jenis ini
akan terlihat bercak putih yang berhubungan dengan infeksi candida pada lapisan epitelnya.
Tetapi setelah jamur dihilangkan, bercak hiperplastik epitelium (leuplakia) akan tetap ada..
Candidiasis jenis ini sering ditemukan pada daerah bukal, bibir dan lidah.
Kronis atropik candidiasis atau sering disebut dengan denture stomatitis dan denture
sore mouth merupakan manifestasi candidiasis yang paling sering terjadi yang disebabkan
oleh infeksi candida pada mukosa mulut yang dipengaruhi oleh protesa yang menutupi daerah
tersebut. Daerah yang sering terserang adalah palatum di bawah gigi tiruan sebagian atau
penuh atas tetapi lebih jarang terjadi pada daerah jaringan di bawah gigi tiruan sebagian
bawah dan sangat jarang timbul pada gigi tiruan penuh bawah. Dengan adanya gigi tiruan
yang longgar, hubungan oklusi yang tidak tepat dan permukaan jaringan gigi tiruan yang
kasar (mungkin dipengaruhi oleh bahan cetak alginat) maka penyebaran infeksi oleh Candida
Albicans akan menyebar pada daerah lipatan pada sudut mulut yang terendam air ludah yang
mengandung koloni ragi.
Akut Atropik Candidiasis disebut juga antibiotik sore mouth. Secara klinis
permukaan mukosa akan terlihat kasar dan merah, biasanya disertai gejala sakit atau terbakar,
dan rasa kecap berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan selama
pengobatan.
Agular cheilitis disebut juga perleche yang berhubungan dengan denture
stomatitis.Gambaran klinisnya berupa lesi agak kemerahan karena terjadi inflamasi pada
sudut mulut (commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat pecah-pecah atau berfissure. Faktor
nutrisi akan memegang peranan penting dalam ketahanan jaringan inang seperti defisiensi
vitamin B12,asam folat dan zat besi. Candida albicans merupakan mikroorganisme yang
normal dijumpai di rongga mulut.
Dalam rongga mulut 50% populasi orang sehat dijumpai Candida albicans. Biasanya
Candida albicans sering ditemukan di permukaan lidah bagian belakang. Candida albicans
lebih sering ditemukan pada:
a) Wanita
b) Golongan darah O
c) Pengkonsumsi diet tinggi karbohidrat
d) Serostomia (mulut kering)
e) Penggunaan obat antibiotika spektrum luas
f) Pemakai gigi palsu
g) Perokok
h) Pasien dengan gangguan pertahanan tubuh
i) Pasien yang sedang dirawat inap
2.Perkembangan Candida Albicans di dalam Rongga Mulut
Adanya jamur di lidah adalah karena infeksi dari jamur jenis Candida. Sebetulnya
setiap orang mempunyai jamur Candida di mulut. Jamur ini langsung menjadi penghuni
rongga mulut begitu bayi dilahirkan karena penyebaran dari genitalia ibu atau kontak dengan
kulit dan benda lainnya yang terkontaminasi jamur. Namun infeksi terjadi apabila
keseimbangan kuman-kuman di mulut terganggu, sehingga jumlah jamur Candida menjadi
berlebihan.
Ketidakseimbangan mikroflora di dalam rongga mulut sebagai pemicu keadaan
oportunistik bagi jamur Candida albicans. Hal ini dapat terjadi karena faktor lokal maupun
faktor sistemik. Dalam bidang kedokteran gigi Candida albicans dapat menyebabkan
kelainan pada jaringan mukosa mulut salah satunya yaitu pada lidah. Kelainan pada lidah ini
dapat terjadi karena berbagai faktor seperti pada pasien dengan kelainan sistemik yang harus
mengkonsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama, infeksi, terapi radiasi, perokok berat,
kebersihan mulut yang buruk, dan genetik . Beberapa faktor seperti kurangnya kemampuan
pergerakan lidah, berkurangnya produksi saliva, dan gangguan pernafasan dapat menambah
parahnya kelainan ini. Apabila seseorang menkonsumsi antibiotik dalam jangka waktu yang
lama disatu sisi kuman akan mati namun justru perkembangan Candida Albicans semakin
meningkat.
Pada umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan
infeksi baru terjadi bila terdapat faktorpredisposisi pada tubuh pejamu. Faktor-faktor yang
dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidosis antara lain disebabkan oleh :
a) Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk, misalnya: bayi
baru lahir, orang tua renta, penderita penyakit menahun, orang-orang dengan
gizi rendah.
b) Penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus.
c) Kehamilan.
d) Rangsangan setempat pada kulit oleh cairan yang terjadi terus menerus,
misalnya oleh air, keringat, urin atau air liur.
3.Upaya penanggulangan
Untuk mencegah adanya pertumbuhan Candida Albicans di dalam rongga mulut
usaha yang dilakukan adalah dengan pengembalian keseimbangan lingkungan rongga mulut.
Hal yang paling penting adalah menjaga kesehatan tubuh kita agar sistem pertahanan tubuh
agar tetap terjaga dan tidak mudah terserang penyakit. Salah satunya menghindari
penggunaan antibiotik secara berlebihan dan jangka waktu yang lama. Karena dengan
penggunaan antibiotik tersebut tanpa disadari akan memicu keberadaan Candida Albicans.
Antibiotika merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroba, terutama fungi yang dapat
menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotika juga dapat dibuat
secara sintesis. Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme,
khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik dan kortikosteroid akan
menghambat pertumbuhan bakteri komensal sehingga mengakibatkan pertumbuhan candida
lebih banyak dan menurunkan daya tahan tubuh karena kortikosteroid mengakibatkan
penekanan sel mediated immune.
Selain hal itu kita juga melakukan pemeliharaan kebersihan mulut dengan
menggosok gigi Dengan menggosok gigi, kebersihan gigi dan mulut pun akan terjaga selain
menghindari terbentuknya lubang-lubang gigi, penyakit gigi dan gusi.
Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat menjaga supaya Candida tetap seimbang.
Bakteri yang biasa ada di tubuh juga dapat membantu mengendalikan kandida. Beberapa
antibiotik membunuh bakteri ini dan dapat menyebabkan kandidiasis. Pada umumnya
penyakit tersebut dapat ditanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara
topikal maupun sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang
menyertainya.(Boedihardjo,1985). Mengobati kandidiasis tidak dapat memberantas jamur itu.
Pengobatan akan mengendalikan jamur agar tidak berlebihan. Pengobatannya dapat berupa
lokal atau sistemik.
Pengobatan lokal diberikan pada tempat infeksi. Pengobatan sistemik mempengaruhi
seluruh tubuh. Obat lokal menimbulkan lebih sedikit efek samping dibanding pengobatan
sistemik. Juga risiko Candida menjadi resistan terhadap obat lebih rendah. Obat yang dipakai
untuk memerangi kandida adalah obat antijamur. Hampir semua namanya diakhiri dengan ‘-
azol’. Obat tersebut termasuk klotrimazol, nistatin, flukonazol, dan itrakonazol. Yang
termasuk dalam pengobatan lokal seperti olesan; supositoria yang dipakai untuk mengobati
vaginitis; cairan; dan lozenge yang dilarutkan dalam mulut. Namun pengobatan lokal dapat
menyebabkan rasa pedas atau gangguan setempat. Sedangkan pengobatan yang paling murah
untuk Candidiasis mulut adalah gentian violet. Obat ini dioleskan di tempat ada lesi (jamur)
tiga kali sehari selama 14 hari.
Pengobatan sistemik diperlukan jika pengobatan lokal tidak berhasil atau jika infeksi
menyebar pada tenggorokan (esofagitis) atau bagian tubuh yang lain. Beberapa obat sistemik
tersedia dalam bentuk pil. Efek samping yang paling umum adalah mual, muntah dan sakit
perut.
Hal tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan atau penyembuhan.
Heksetidin adalah salah satu antiseptik yang dipakai sebagai obat kumur dengan konsentrasi
sebesar 0,1%. Heksetidin adalah derivat pirimidin yang bersifat antibakteri, antiprotozoa dan
mempunyai efek terhadap jamur Candida albicans. Cara kerja heksetidin untuk
menghancurkan bakteri adalah dengan mengganggu metabolisme bakteri, yaitu dengan
mengambil vitamin B1 yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme bakteri tersebut.
Beberapa terapi non-obat tampaknya membantu adalah dengan terapi alam. Terapi
tersebut belum diteliti dengan hati-hati untuk membuktikan hasilnya. Namun beberapa terapi
alam tampaknya memberi manfaat untuk mengendalikan infeksi kandida, misalnya dengan
cara:
a) Mengurangi penggunaan gula.
b) Minum teh Pau d’Arco. Ini dibuat dari kulit pohon Amerika Selatan.
c) Memakai bawang putih mentah atau suplemen bawang putih. Bawang putih
diketahui mempunyai efek anti jamur dan antibakteri. Namun bawang putih
dapat mengganggu obat protease inhibitor.
d) Kumur dengan minyak pohon teh (tea tree oil) dapat dilarutkan dengan air.
e) Memakai kapsul laktobasilus (asidofilus), atau makan yoghurt dengan bakteri
ini. Pastikan produk mengandung biakan yang hidup dan aktif. Mungkin ada
manfaat memakai ini setelah memakai antibiotik.
f) Memakai suplemen gamma-linoleic acid (GLA) dan biotin. Dua suplemen
ini tampaknya membantu memperlambatkan penyebaran kandida. GLA
ditemukan pada beberapa oli yang dipres dingin. Biotin adalah jenis vitamin
B.
.
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
1. Candidiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur candida albicans.
Candidiasis muncul karena adanya faktor predisposisi atau pada kondisi tertentu.
Ditandai dengan lesi putih kekuningan dan bercak-bercak di mukosa mulut dan
bisa meluas disekeliling mulut. Bercak ini biasanya tidak sakit dan sukar
diangkat. Apabila diangkat akan meninggalkan permukaan merah, kasar, dan
berdarah.
2. Diagnosa dapat ditegakkan dari gambaran klinis dan dapat dipastikan dengan
pemeriksaan langsung dengan mikroskop serta dapat dengan biakan yang
menggunakan media agar dekstrosa saboraud.
3. Perawatan pada penyakit ini dengan cara menghindari obat antibiotik dan
kortikosteroid, pemeriksaan adanya diabetes mellitus. Pemberian aplikasi
nystatin atau mikostatin, ampothericyn B, clotrimazole, dan miconazole.
4.2Saran
1. Sebagai dokter gigi hendaknya mengetahui infeksi yang berasal dari jamur khususnya
Candidiasis karena infeksi ini paling sering terjadi di rongga mulut.
2. Dalam penatalaksanaan atau pengobatan sebaiknya harus mengetahui faktor
predisposisi untuk keberhasilan pengobatan tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Burt BH, Eklund, S A, Lewis W. Dentristry, Dental Practise, and The Community, 4th Ed; Philadelphia, WB. Saunders Co, 1992
Boedihardjo. Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga.Surabaya:Airlangga University Press, 1985
Scully C, Oral and Maxillofacial Medicine The Basis of Diagnosis and Treatment, Edinburgh: Wright, 2004
Jainkittvong,el al 2007, Candidiasis in OLP Patient Under going Topical Steroid Therapy, Triple O,104:61-66
MC Cullough, Savage, N.W,2005,Australia Oent.J.Medication Suplement,50,4
MC Farlane et al,2002, Essential of Microbiology for dental Student,Oxfort,New York,h.287
Nolte.A.W 1982,Oral Microbiology,4 ed, The C.V Mosby Co,St Louis, Toronto, London,h. 523-32
Silverman, S Jr at al,2001, Essential of Oral Med, BC.Decker Inc Hamilton,London,h.170-177
Tripathi.K.D,2001, Essential of Medical Pharmacology, Jaypee Brothers h 771-2,778-8
www.google.com..Keanekaragaman mikroflora dalam rongga mulut. 2009
http://www. self-healthy.com/healthy/karakteristik-candida-albicans.html
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………
1.1 Latar Belakang1.2 Rumusan Masalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………
3.1 Terjadinya penyakit Candidiasis
3.2 Perkembangan Candida Albicans di dalam Rongga Mulut
3.3 Upaya penanggulangan
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………….4.1 Kesimpulan4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
Top Related