Taman
Taman merupakan sebuah areal yang berisikan komponen material keras dan lunak yang
saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja direncanakan dan dibuat oleh manusia
dalam kegunaanya sebagai tempat penyegar dalam dan luar ruangan. Taman dibuat dengan
berbagai tujuan,digunakan sebagai tempat rekreasi ataupun penambah nilai estetika sebuah
bangunan.
Sungguh tidak nyaman ketika melihat sebuah taman yang seharusnya dihiasi tanaman hijau
dan bunga malah disesaki oleh sampah. Bukan hanya sampah, bahkan perabotan rumah
tangga seperti sapu dapat ditemukan di tenga-tengah taman dari bangunan ini.
Gambar 1
Keterangan Gambar :
Sapu pada gazebo di tengah taman memberikan kesan yang kotor dan tidak rapi.
Gambar 2
Keterangan Gambar :
Jalan Pengubung antar gedung tidak memiliki atap, sehingga tidak dapat melintas ketika
hujan dan menyebabkan jalan menjadi licin.
Gambar 3
Keterangan Gambar :
1. Gazebo pada taman tidak memiliki payung,sehingga tidak dapat dipakai ketika
matahari terik dan saat hujan
2. Sampah plastik bertebaran, memberi kesan kotor dan tidak terawat
Gambar 4
Keterangan gambar :
Selain plastik, banyak juga ditemukan sampah botol
Sampah-sampah kecil yang terkumpul, kemudian menjadi banyak. Apabila sampah organik
maka akan menjadi biological hazard, dimana banyak bakteri akan berkembang didalamnya.
Adapun sampah anorganik sepeti botol, kaleng dan plastik terisi oleh air hujan yang akan
menjadi tempat tumbuh kembangnya jentik-jentik nyamuk.
Keberadaan sampah pada setiap tempat sendiri bertentangan dengan konsep 5S
1. SEIRI/SISIH/RINGKAS
2. SEITON/SUSUN/RAPI
3. SEISO/SASAP/RESIK
4. SEIKETSU/SOSOH/RAWAT
5. SHITSUKE/SULUH/RAJIN
Standar untuk taman yang baik :
Ilustrasi
Sebuah Taman Kota yang baik seharusnya dapat memenuhi 5 fungsi dasar, yaitu :
1. Fungsi Hidrologi : berperan dalam hal penyerapan air dan mereduksi potensi banjir
sebuah kawasan perkotaan.
Adanya pepohonan dalam taman kota mampu meresapkan air ke dalam tanah melalui
perakarannya yang dalam, sehingga pasokan air dalam tanah (water saving) semakin
meningkat dan jumlah aliran limpasan air juga berkurang. Sehingga dapat mengurangi
terjadinya banjir dalam kota tersebut. Menurut perkiraan, untuk setiap hektar ruang
terbuka hijau, setidaknya mampu menyimpan 900 m3 air tanah per tahun. Sehingga
kekeringan sumur penduduk di musim kemarau pun dapat diatasi.
2. Fungsi Ekologi : sebagai habitat flora dan fauna dan pengendali iklim mikro.
Sebuah taman yang penuh dengan pepohonan dapat berfungsi sebagai produsen
oksigen, penyaring polusi dan debu, pengikat karbon, sekaligus pendingin udara bagi
warga kota. Pepohonan yang rimbun, dan rindang, terus-menerus menyerap dan
mengolah gas-gas beracun yang mencemari kota seperti karbondioksida (CO2),
karbon monoksida (CO), timbal (Pb) dan gas-gas beracun lainnya, kemudian
merubahnya menjadi oksigen segar yang siap dihirup warga kota setiap saat. Suhu di
sekitar taman pun menjadi lebih sejuk, karena mampu mengurangi suhu lima sampai
delapan derajat Celsius. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pohon,
berarti semakin banyaknya supplai O2, semakin tinggi biodiversitas, dan semakin
baik kualitas udara di tempat tersebut.
3. Fungsi Kesehatan : sebagai penjaga kualitas lingkungan kota.
Berkaitan dengan fungsi ekologis taman, banyaknya pepohonan juga berdampak
positif pada kualitas udara dan kesehatan warga kota. Bagaimana tidak? Setiap jam,
sekitar satu hektar daun-daun hijau dapat menyerap delapan kilogram CO2 yang
setara dengan CO2 yang diembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang dalam
waktu yang sama. Dan diperkirakan mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen guna
dikonsumsi oleh 1.500 penduduk perhari. Ini tentunya membuat kita dapat bernafas
dengan lega dan feel comfort.
Pepohonan juga dapat menyaring berbagai cemaran gas berbahaya dan polutan.
Dengan tereduksinya polutan di udara maka masyarakat kota akan terhindar dari
resiko yang berupa kemandulan, infeksi saluran pernapasan atas, stres, mual, muntah,
pusing, kematian janin, keterbelakangan mental anak- anak, dan kanker kulit. Kota
menjadi indah, warga kota pun sehat.
3. Fungsi Rekreasi : sebagai tempat berolah raga dan rekreasi bagi keluarga yang
mempunyai nilai sosial, ekonomi, dan edukatif.
Dari fungsi ini, taman dapat di bedakan menjadi 2, yaitu taman aktif dan taman pasif.
Dikatakan sebagai taman aktif apabila di dalamnya di bangun berbagai fasilitas yang
menunjang berbagai kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman dapat
menggunakan fasilitas di dalamnya secara aktif seperti olahraga, jalan-jalan dan
bermain. Dalam taman aktif juga memungkinkan adanya penjual makanan dan
minuman, serta berbagai cindera mata yang terwujud karena adanya kebutuhan dari
pemakai taman. Contohnya, Taman Raya Kota, Alun-alun, dan taman-taman rekreasi.
Dan disebut sebagai taman pasif apabila suatu taman dibuat cukup sederhana, dengan
fasilitas yang minim, dan sangat mengutamakan keindahan visualnya. Sehingga
pemakai taman cenderung menikmati taman tersebut sebagai suatu aksen keindahan
yang menarik, tanpa ada aktivitas yang aktif di dalamnya. Contohnya seperti taman
yang berada di pertigaan, di perempatan, di samping jalan, taman meredian di
perkotaan dan lainnya
4. Fungsi Estetika : sebagai elemen visual keindahan kota.
Dengan terpeliharanya dan tertatanya taman kota dengan baik akan meningkatkan
kebersihan dan keindahan lingkungan, sehingga akan memiliki nilai estetika. Taman
kota yang indah, dapat juga digunakan warga setempat sebagai sarana rekreasi dan
tempat anak-anak bermain dan belajar. Bahkan taman kota yang indah dapat
mempunyai daya tarik dan nilai jual bagi pengunjung. Berbagai macam tanaman dan
bunga-bungaan yang ada ditaman yang ditata dengan sangat rapi bisa menjadi daya
tarik tersendiri dan membuat pengunjung betah berlama-lama ditaman tersebut
.
Ilustrasi
Untuk memenuhi kelima fungsi diatas, perlu adanya perencaan lebih lanjut tentang
luas taman yang dibutuhkan dalam sebuah kota. Hingga saat ini, masih belum ada
standar luas taman kota yang baku. Ada yang berpendapat berdasar pada kebutuhan
per orang, yaitu sekitar 7-11,5 m2 per orang. Ada juga yang berdasar pada luas dan
jarak jangkauan dari tempat tinggal :
Taman kecil yang luasnya < 2 ha diletakkan tidak jauh dari lingkungan rumah.
Sehingga dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
Taman menengah luasnya 20 ha, terletak sejauh 1,5 km dari perumahan.
Taman besar yang luasnya minimal 60 ha terletak sejauh 8 km dari perumahan.
Namun menurut pendapat saya, luas ideal untuk taman kota dapat dipertimbangkan
berdasarkan fungsi utama taman (sebagai taman rekerasi aktif atau sebagai penghias
kota), jumlah penduduk yang tinggal dikota tersebut, berapa taman kota atau ruang
terbuka hijau yang ada, dan jarak antar taman.
Parking Area
Kemajuan teknologi pada bidang transportasi, mau tak mau menuntut hidup orang banyak
untuk memiliki kendaraan guna bermobilisasi. Kendaraan tersebut makin lama makin
meningkat kuantitasnya. Seiring peningkatan jumlah kendaraan, maka harus diiringi pula
dengan area parkir disetiap pusat-pusat keramaian dan institusi.
Keadaan lahan parkir yang aman dan nyaman dibutuhkan agar si pemilik kendaraan dapat
tenang menitipkan kendaraannya di area parkir tersebut.
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Keterangan Gambar :
Gambar 1-3 menunjukan baha keadaan parkir yang berantakan, beberapa motor menutupi
jalan. Selain tidak rapi keadaan ini membuat akses pengendara lain menjadi terganggu.
Gambar 4
Keterangan Gambar :
Sampah daun yang tidak dibersihkan , menumpuk dan mengganggu area parkir
Standar untuk sebuah lahan parkir :
Tempat rekreasi, kawasan perkantoran, permukiman dan kegiatan lainnya menuntut
tersedianya tempat parkir. Hampir semua aktivitas di ruang terbuka, memerlukannya. Tempat
parkir dalam perancangan lanskap termasuk prasarana lingkungan. Lokasi tempat kendaraan
diparkir disebut fasilitas parkir. Fasilitas parkir dalam sistem transportasi berfungsi
menyimpan kendaraan di tujuan perjalanan. Fasilitas parkir berfungsi baik jika tidak terjadi
konflik pada ruas jalan di sekitar lokasi parkir tersebut. Masalah timbul jika kebutuhan parkir
melebihi kapasitas parkir yang tersedia sehingga mengganggu kelancaran lalu lintas pada
ruas jalan sekitarnya.
Kriteria peletakan fasilitas parkir ;
Tempat parkir diusahakan di permukaan yang datar agar kendaraan tidak
menggelinding. Jika tanah miring lakukan grading dengan sistem cut and fill.
Tempat parkir dengan bangunan ( tempat kegiatan ) diusahakan tak jauh. Jika cukup
jauh, buat sirkulasi yang jelas dan terarah menuju area parkir.
Ditinjau dari penggunaannya, tempat parkir terbagi atas :
Parkir kendaraan roda lebih dari 4, misalnya bus ( lebar 3 meter, panjang 8 m ), bus
kecil ( lebar 2,4 m, panjang 6 m ) dan truk.
Parkir kendaraan roda 4, misalnya sedan besar ( lebar 1,765 m, panjang 4,82 m ), sedan
sedang ( lebar 1,4 m, panjang 3,8 m ), sedan kecil ( lebar 1,4 m, panjang 2,9 m ), MPV (
lebar 1,6 m, panjang 4,8 m ), jeep ( lebar 1,6 m, panjang 4 m ) dan minibus ( lebar 1,5
m, panjang 5 m ).
Parkir kendaraan roda 3, misalnya bemo ( lebar 1.05 m, panjang 2,5 m ) dan motor
sisipan. Becak ( lebar 90 cm, panjang 2 m ).
Parkir kendaraan roda 2, misalnya sepeda ( lebar 45 cm, panjang 1,5 m ) dan sepeda
motor ( lebar 90 cm, panjang 2 m ), motor besar ( lebar 1,05 m, panjang 2,5 m ).
Dari sudut desain, kriteria dan prinsip tempat parkir secara garis besar harus memperhatikan ;
Waktu penggunaan dan pemanfaatan tempat parkir. Untuk kegiatan yang berlangsung
sepanjang waktu, tempat parkir perlu dilengkapi penerangan yang cukup. Bisa
menggunakan lampu taman setinggi 2 meter atau penempatan lampu jalan merkuri.
Jumlah kendaraan yang akan ditampung sehingga diketahui perkiraan luas yang
dibutuhkan.
Ukuran dan jenis kendaraan yang akan ditampung. Perhatikan standarnya.
Aman dan terlindung dari panas matahari. Berikan tanaman peneduh di antara pembatas
parkir. Pilih tanaman berbentuk pohon atau perdu, cukup kuat, tidak mudah patah, tidak
mengeluarkan getah yang merusak cat kendaraan, mempunyai tajuk yang cukup padat
dan lebar, mempunyai sistem perakaran yang tidak merusak perkerasan ( pelataran
parkir ) dan tidak menggugurkan dahan dan ranting. Contoh, Biola cantik ( Ficus
benyamina ) dan Kiara payung ( Filicium desifiens ).
Cukup penerangan cahaya di malam hari.
Tersedia sarana penunjang parkir, misalnya tempat tunggu sopir dan tempat sampah.
Pada tempat tertentu dilengkapi pengeras suara untuk memanggil sopir. Karena
merupakan area umum, tempat parkir perlu gardu jaga untuk petugas keamanan.
Tempat parkir bisa berbentuk ; parkir tegak lurus, parkir sudut, parkir paralel dan parkir
khusus bagi penderita cacat ( lihat gambar ).
Parkir tegak lurus jalan.
Parkir sudut ( miring ).
Perkerasan tempat parkir dengan aspal kedap air. Area bergaris miring putih, tempat kursi
roda bergerak keluar masuk mobil.
Perkerasan tempat parkir dengan paving atau grass block. Ada bantalan pasir dan landasan di
bawahnya. Meski didesain menyerap air, sistem drainase tetap diperlukan.
Kantin
Efisiensi waktu sangat dibutuhkan bagi orang-orang yang sibuk. Meskipun jawdal padat,
namun kebutuhan tubuh akan asupan gizi dari makanan. Untuk memperoleh makanan yang
sehat dan bersih serta layanan yang baik guna menciptakan pikiran dan konsentrasi
mahasiswa / petugas yang lain, merupakan permasalahan yang harus dipecahkan, berkenaan
dengan ini keberadaan kafetaria disebuah institusi merupakan salah satu alternatif untuk
memecahkan permasalahan yang ada disekolah.
Kafetaria merupakan pelayanan khusus yang menyediakan makanan dan minuman untuk para
mahasiswa dan staf sekolah lainnya. Dengan harapan orang-orang tidak akan keluar komplek
selama waktu istirahat.
Gambar 1
Keterangan Gambar :
Lantai terlihat kotor dan basah, dapat menyebabkan orang yang melintas terpeleset dan
terjatuh
Gambar 2
Keterangan Gambar :
Barang-barang diletakan sembarangan, sehingga ruang kantin menjadi tidak rapi
Gambar 3
Keterangan Gambar :
Tabung Gas 12 Kg yang diletakan sangat dekat dengan sumber api tanpa pembatas. Selain
menyebabkan lingkungan kantin menjadi panas, maka juga dapat mnyebabkan ledakan dan
kebakaran.
Gambar 4
Keterangan Gambar :
Kabel listrik dan stopkontak diletakan sembarangan, mengganggu aktifitas dan memberi
kesan tidak rapi.
Gambar 5
Keterangan Gambar :
Bagian Belakang kantin, pekerja meletakkan barang di atas tembok yang tidak bersih.
Kriteria Kantin / Cafetaria / Jasaboga :
Menurut :
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR : 715/Menkes/SK/V/2003
TANGGAL : 23 Mei 2003
PERSYARATAN HYGIENE SANITASI, LOKASI, BANGUNAN,PENGOLAHAN DAN
PENYIMPANAN.
A. PERSYARATAN UMUM
1. Lokasi :
Jarak jasaboga harus jauh minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti
tempat sampah umum, wc umum, bengkel cat dan sumber pencemaran lainnya.Pengertian
jauh adalah sangat relatif tergantung kepada arah pencemaran yangmungkin terjadi seperti
aliran angin dan air. Secara pasti ditentukan jarak minimal adalah 500 meter, sebagai batas
terbang lalat rumah.
2. Bangunan dan fasilitas :
a. Halaman :
1) Mempunyai papan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha serta Sertifikat Laik
Hygiene Sanitasi.
2) Halaman bersih, tidak banyak lalat dan tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat
hygiene sanitasi, tidak terdapat tumpukan barang-barang yang dapat menjadi sarang
tikus.
3) Pembuangan air kotor (limbah dapur dan kamar mandi) tidak menimbulkan sarang
serangga, jalan masuknya tikus dan dipelihara kebersihannya.
4) Pembuangan air hujan lancar, tidak menimbulkan genangan-genangan air.
b. Konstruksi :
Bangunan untuk kegiatan jasaboga harus memenuhi persyaratan teknis konstruksi bangunan
yang berlaku. Konstruksi selain kuat juga selalu dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas
dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan sembarangan.
c. Lantai :
Permukaan lantai rapat air, halus, kelandaian cukup, tidak licin dan mudah dibersihkan.
d. Dinding :
1) Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering / tidak menyerap air dan mudah
dibersihkan.
2) Bila permukaan dinding kena percikan air, maka setinggi 2 (dua) meter dari lantai dilapisi
bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak menahan debu dan berwarna terang.
e. Langit-langit :
1) Bidang langit-langit harus menutup atap bangunan.
2) Permukaan langit-langit tempat makanan dibuat, disimpan, diwadahi dan tempat
pencucian alat makanan maupun tempat cuci tangan dibuat dari bahan yang
permukaannya rata mudah dibersihkan, tidak menyerap air dan berwarna terang.
3) Tinggi langit-langit tidak kurang 2,4 meter diatas lantai.
f. Pintu dan Jendela :
1) Pintu-pintu pada bangunan yang dipergunakan untuk memasak harus membuka ke
arah luar.
2) Jendela, pintu dan lubang ventilasi dimana makanan diolah dilengkapi kassa yang
dapat dibuka dan dipasang.
3) Semua pintu dari ruang tempat pengolahan makanan dibuat menutup sendiri atau
dilengkapi peralatan anti lalat, seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain.
g. Pencahayaan :
1) Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan pemeriksaan dan pembersihan
serta melakukan pekerjaan-pekerjaan secara efektif.
2) Di setiap ruangan tempat pengolahan makanan dan tempat mencuci tangan intensitas
pencahayaan sedikitnya 10 fc(100 lux) pada titik 90 cm dari lantai.
3) Semua pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya sedemikian sehingga
sejauh mungkin menghindarkan bayangan.
4) Cahaya terang dapat diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle meter) :
Cahaya silau bila mata terasa sakit bila dipakai melihat obyek yang mendapat
penyinaran. Perbaikan dilakukan dengan cara menempatkan beberapa lampu dalam
satu ruangan.
Mengukur 10 fc dengan lux meter pada posisi 1x yaitu pada angka 100, atau pada
posisi 10x pada angka 10. Catatan : 1 skala lux = 10, berarti 1 foot candle = 10 lux
Untuk perkiraan kasar dapat digunakan angka hitungan sebagai berikut: 1 watt
menghasilkan 1 candle cahaya sebagai sumber atau 1 watt menghasilkan 1 foot candle
pada jarak 1 kaki (30 cm) atau1 watt menghasilkan 1/3 foot candle pada jarak 1 meter
atau 1 watt menghasilkan 1/3 x 1/3 = 1/9 foot candle pada jarak 3 meter. Maka lampu
40 watt menghasilkan 10/6=6,8 foot candle pada jarak 2 meter atau 40/9 = 4,5 foot
candle pada jarak 3 meter.
h. Ventilasi / Penghawaan :
1) Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi
dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman.
2) Sejauh mungkin ventilasi harus cukup (+ 20% dari luas lantai) untuk :
a). Mencegah udara dalam ruangan terlalu panas.
b). Mencegah terjadinya kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding
atau langit-langit.
c). Membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan.
i. Ruangan pengolahan makanan :
1) Luas untuk tempat pengolahan makanan harus cukup untuk bekerja pada
pekerjaannya dengan mudah dan efisien agar menghindari kemungkinan
kontaminasi makanan dan memudahkan pembersihan.
2) Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan sedikitnya 2 (dua) meter persegi
untuk setiap orang bekerja.
3) Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung dengan
jamban, peturasan dan kamar mandi.
4) Untuk kegiatan pengolahan dilengkapi sedikitnya meja kerja, lemari /tempat
penyimpanan bahan dan makanan jadi yang terlindung dari gangguan tikus
dan hewan lainnya.
j. Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan :
1) Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih / deterjen.
2) Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak harus menggunakan larutan
Kalium Permanganat 0,02% atau dalam rendaman air mendidih dalam
beberapa detik.
3) Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat
yang terlindung dari kemungkinan pencemaran oleh tikus dan hewan lainnya.
k. Tempat cuci tangan :
1) Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci peralatan
maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran pembuangan
tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering.
2) Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan banyaknya karyawan
3) Tempat cuci tangan diletakkan sedekat mungkin dengan tempat bekerja.
l. Air bersih :
1) Air bersih harus tersedia cukup untuk seluruh kegiatan penyelenggaraan
jasaboga.
2) Kualitas air bersih harus memenuhi syarat sesuai dengan keputusan Menteri
Kesehatan.
m. Jamban dan Peturasan :
1) Jasaboga : harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuh syarat hygiene
sanitasi serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia.
2) Jumlah jamban harus mencukupi sebagai berikut :
Jumlah karyawan : 1 – 10 orang = 1 buah
11 – 25 orang = 2 buah
26 – 50 orang = 3 buah
dengan penambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 25 orang.
3) Jumlah peturasan harus mencukupi sebagai berikut :
Jumlah karyawan : 1 – 30 orang = 1 buah
31 – 60 orang = 2 buah
dengan penambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 30 orang.n. Kamar mandi :
1). Jasaboga harus dilengkapi kamar mandi dengan air kran mengalir dan saluran
pembuangan air limbah yang memenuhi pedoman plumbing Indonesia.
2). Jumlah harus mencukupi kebutuhan paling sedikit 1 (satu) buah untuk 1 – 10
orang dengan penambahan 1 (satu) buah setiap 20 orang.
o. Tempat sampah :
Tempat-tempat sampah seperti kantong plastik / kertas, bak sampah tertutup harus tersedia
dalam jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat mungkin dengan sumber produksi sampah,
namun dapat menghindari kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah. Penanggung
jawab jasaboga harus memelihara semua bangunan dan fasilitas / alat-alat dengan baik untuk
menghindari kemungkinan terjadinya pencemaran terhadap makanan, akumulasi debu atau
jasad renik, meningkatnya suhu, akumulasi sampah, berbiaknya serangga, tikus dan
genangan-genangan air.
Top Related