“FRANCHISE”
(WARALABA)
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar BisnisDosen Pengampu : Hasan, SE, MM
Oleh :
HUSENHASAN
FAJAR YOGA SUSANTO.HERI MARWOTONUNU NUGRAHA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MH. THAMRINJalan Raya Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati – Jakarta Timur 13550
Telp. 021-8906411 Fax. 021-80922352014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Franchise (waralaba) sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengantar Bisnis di
Fakultas Ekonomi Universitas MH. Thamrin. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, Amin.
Jakarta, 03 Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
1.4 Manfaat.........................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Sejarah Franchise.........................................................................................3
2.2 Pengertian Franchise ...................................................................................3
2.3 Jenis Franchise.............................................................................................5
2.4 Keuntungan dan Kekurangan Franchise.......................................................6
2.5 Penyebaba Kegagalan Franchisor dan Franchisee.......................................7
2.6 Kriteria Franchise.........................................................................................8
2.7 Poin-poin yang harus diperhatikan dalam memilih bisnis Franchise
makanan Tradisional ...................................................................................9
2.8 Langkah-langkah membuat bisnis Franchise ……………………………. 11
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.......................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Franchise atau yang sering dikenal dengan waralaba adalah hak-hak untuk
menjual produk atau jasa maupun layanan. Menurut pemerintah Indonesia,
waralaba merupakan perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk
memanfaatkan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual. Franchise pada
hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran dalam memperluas jaringan usaha
secara tepat. Dengan demikian, franchise bukanlah sebuah alternatif bisnis
melainkan salah satu cara yang sama kuatnya, sama strategisnya dengan cara
konvensional dalam mengembangkan usaha. Sistem bisnis franchise memiliki
banyak kelebihan, seperti halnya pada pendanaan, sumber daya manusia (SDM),
manajemen dan tingkat kesulitan dalam pemasaran kecuali jika pemilik usaha
tersebut mau berbagi dengan pihak lain. Di Indonesia, sistem bisnis franchise
sangat diminati oleh pebisnis franchise asing dimana mereka memberikan izin
kepada pengusaha lokal untuk mengelola franchise asing tersebut dan tentunya
akan berakibat menimbulkan saingan yang berat bagi pengusaha kecil lokal yang
bergerak di bidang usaha bisnis.
Bisnis franchise juga dikenal dengan jalur distribusinya yang sangat efektif
untuk mendekatkan produk kepada konsumennya melalui tangan-tangan
franchisee. Satu hal yang menarik dari bisnis franchise yang semakin kesini
semakin maju adalah banyaknya bisnis atau usaha yang ditawarkan kepada para
konsuen dengan berbagai jenis produk barang maupun jasa. Begitu menarik dan
menguntungkannya jenis bisnis franchise ini, maka pemerintah berkepentingan
pula untuk mengembangkan bisnis di Inonesia guna terciptanya iklim kemitraan
usaha melalui pemanfaatan lisensi sistem bisnis franchise. Di Indonesia, kini
mulai banyak menjual aneka makanan dan minuman modern yang pemasarannya
dilakukan di pusat-pusat pertokoan atau di pinggir-pinggir jalan perkotaan yang
sangat mudah dijangkau oleh masyarakat. Beberapa contoh bisnis franchise yang
sangat mudah ditemukan tersebut, yaitu Pizza Hut, Mc. Donal, Dunkin’ donuts,
Rocket Chiken dan lain-lain.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian yang dijelaskan dalam latar belakang, maka makalah ini akan
difokuskan pada permasalahan tentang
1.2.1 Bagaimana sejarah tentang bisnis franchise?
1.2.2 Apa pengertian franchising?
1.2.3 Apa saja jenis bisnis franchise?
1.2.4 Apa saja keuntungan dan kekurangan bisnis franchise?
1.2.5 Apa saja penyebab kegagalan franchisor dan franchise?
1.2.6 Apa saja kriteria bisnis franchise?
1.2.7 Apa saja poin-poin yang harus diperhatikan dalam memilih bisnis franchise
makanan tradisional?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah
1.3.1 Untuk mengetahui sejarah tentang bisnis franchise.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian franchising
1.3.3 Untuk mengetahui jenis bisnis franchise.
1.3.4 Untuk mengetahui keuntungan dan kekurangan bisnis franchise.
1.3.5 Untuk mengetahui penyebab kegagalan franchisor dan franchise.
1.3.6 Untuk mengetahui kriteria bisnis franchise.
1.3.7 Untuk mengetahui poin-poin yang harus diperhatikan dalam memilih bisnis
franchise makanan tradisional.
1.4 Manfaat
Berdasarkan pada tujuan makalah, maka hasil makalah ini diharapkan dapat
menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi pembaca dalam bidang bisnis
khususnya tentang bisnis franchise.
.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Sejarah Franchise
Franchise pertama kali dimulai di Amerika oleh Singer Sewing Machine
Company, produsen mesin jahit Singer pada 1851. Pola itu kemudian diikuti oleh
perusahaan otomotif General Motor Industry yang melakukan penjualan
kendaraan bermotor dengan menunjuk distributor franchise pada tahun 1898.
Selanjutnya, diikuti pula oleh perusahaan-perusahaan soft drink di Amerika
sebagai saluran distribusi di AS dan negara-negara lain. Sedangkan di Inggris
waralaba dirintis oleh J Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg pada
dekade 60an. Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70an ketika masuknya
Shakey Pisa, KFC, Swensen dan Burger King. Perkembangannya terlihat sangat
pesat dimulai sekitar 1995. Data Deperindag pada 1997 mencatat sekitar 259
perusahaan penerima waralaba di Indonesia. Setelah itu, usaha franchise
mengalami kemerosotan karena terjadi krisis moneter. Para penerima waralaba
asing terpaksa menutup usahanya karena nilai rupiah yang terperosok sangat
dalam. Hingga 2000, franchise asing masih menunggu untuk masuk ke Indonesia.
Hal itu disebabkan kondisi ekonomi dan politik yang belum stabil ditandai dengan
perseteruan para elit politik. Barulah pada 2003, usaha franchise di tanah air
mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Franchise Indonesia dimulai dengan hadirnya brand franchise asing seperti
KFC, Mc. Donald, Dunkin Donuts dan brand lainnya. Dan kemudian terjadilah
proses perbandingan (benchmarking). Lalu timbulah franchise lokal dan tumbuh
sampai saat ini dan mengalami kejayaan. Pertumbuhan franchise di Indonesia
yang ternyata mempunyai sejarah yang cukup panjang dan berliku.
Berawal dari sebuah pemikiran bahwa franchise sukses dapat memacu
perekonomian di Negara maju seperti Amerika dan di Negara maju lainnya.
Franchise juga dapat memberikan lapangan pekerjaan untuk para tenaga kerja.
Maka dimulailah sebuah usaha untuk mendata usaha franchise yang ada di
Indonesia usaha franchise yang ada di Indonesiayang menggandeng International
Labour Organization (ILO).
Untuk proses di lapangannya sendiri berupa pelaksanaan pengumpulan dan
pengelolaan data-data dilaksanakan oleh LPPM (Lembaga Pengembangan dan
Pendidikan Managemen dengan melakukan“BaselineStudy.” Sementara dari ILO
sendiri mendatangkan seorang pakar franchise dari Amerika Mr. Martin
Mendelsohn, untuk mempelajari, menganalisa situasi dan kondisi untuk
merekomendasikan jalan/cara yang akan ditempuh. “Saya pertama kali datang ke
Indonesia sekitar tahun 1999 atas permintaan dari ILO untuk memberikan saran
kepada pemerintah tentang bagaimana mendorong pertumbuhan franchising dan
membantu membentuk sebuah asosiasi franchise,” ujar orang yang sudah dua kali
berkunjung ke Indonesia ini. Semenjak kedatangannya ke Indonesia, telah
melibatkan banyak usaha local dalam pertemuan-pertemuan koordinasi maupun
dalam diskusi bilateral untuk selalu melibatkan pihak swasta di Indonesia.
Dasar hukum franchise:
1. Perjanjian sebagai dasar hukum KUH Perdata pasal 1338 (1), 1233 s/d 1456
KUH Perdata, para pihak bebas melakukan apapun sepanjang tidak
bertentangan dengan hukum yang berlaku, kebiasan, kesopanan atau hal-hal
lain yang berhubungan dengan ketertiban umum, juga tentang syarat-syarat
sahnya perjanjian.
2. Hukum keagenan sebagai dasar hukum; KUH Dagang (Makelar &
Komisioner), ketentuan-ketentuan yang bersifat administratif seperti berbagai
ketentuan dari Departemen Perindustrian, Perdagangan dan lain-lain.
Seringkali ditentukan dengan tegas dalam kontrak franchise bahwa di antara
pihak franchisor dengan franchisee tidak ada suatu hubungan keagenan.
3. Undang-undang Merek, Paten dan Hak Cipta sebagai dasar hukum;
berhubung ikut terlibatnya merek dagang dan logo milik pihak franchisor
dalam suatu bisnis franchise, apalagi dimungkinkan adanya suatu penemuan
baru oleh pihak franchisor, penemuan dimana dapat dipatenkan. UU No.19
(1992) Merek, UU No 6 (1982) Paten, UU No.7 (1987) Hak Cipta.
4. UU Penanaman Modal Asing sebagai dasar hukum; Apabila pihak franchisor
akan membuka outlet di suatu Negara yang bukan negaranya pihak franchisor
tersebut maka sebaiknya dikonsultasi dahulu kepada ahli hukum penanaman
modal asing tentang berbagai kemungkinana dan alternatif yang mungkin
diambil dan yang paling menguntungkannya. Franchise justru dipilih untuk
mengelak dari larangan-larangan tertentu bagi suatu perusahaan asing ketika
hendak beroperasi lewat direct investment.
2.2 Pengertian Franchising
Franchising (pewaralabaan) adalah pemberian sebuah lisensi oleh seseorang
kepada pihak lain. Lisensi tersebut dapat memberikan hak kepada franchise untuk
menggunakan merek dagang franchisor dan seluruh elemen yang diperlukan
untuk menjalankan bisnisnya dengan dasar-dasar yang telah ditentukan. Selain itu,
ada yang menyebutkan bahwa definisi Franchising berasal dari kata wara yang
berarti istimewa dan laba yang berarti keuntungan, yang berarti suatu usaha akan
memberikan keuntungan yang istimewa. Franchising merupakan suatu konsep
pemasaran untuk memperluas jaringan usaha secara cepat. Jadi, franchising bukan
suatu alternatif melainkan suatu cara yang sama kuat, sama strategsi dengan cara
konvensional untuk pengembangan usaha.
Sistem franchise memiliki banyak kelebihan terutama dalam pendanaan,
SDM dan managemen, kecuali kerelaan pemilik merek untuk berbagi dengan
pihak lain. Franchising juga dapat di artikan sebagai hak-hak untuk menjual suatu
produk atau jasa maupun layanan. Franchising juga dikenal sebagai jalur
distribusi yang sangat efektif untuk mendekatkan produk kepada konsumennya
melalui tangan-tangan franchise.
Setiap negara memiliki definisi sendiri tentang franchise. Amerika melalui
International Franchise Association (IFA) mendefinisikan franchise sebagai
hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchise, franchisor
berkewajiban menjaga kepentingan secara continue pada bidang usaha yang
dijalankan oleh franchise misalnya lewat pelatihan, di bawah merek dagang yang
sama, format dan standar operasional atau kontrol pemilik (franchisor), dimana
franchise menamankan investasi pada usaha tersebut dari sumber dananya sendiri.
Berbeda halnya dengan British Franchise Association yang mengemukakan
bahwa garansi lisensi kontraktual oleh satu orang (franchisor) ke pihak lain
(franchise).
Menurut Campbell Black dalam bukunya Black’s Law Dict menjelaskan
franchise sebagai sebuah lisensi merek dari pemilik yang mengijinkan orang lain
untuk menjual produk atau servis atas nama merek tersebut.
David J.Kaufmann memberi definisi franchising sebagai sebuah sistem
pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil (franchise)
yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh
franchisor dengan standar operasi yang mapan dibawah asistensi franchisor.
Tidak jauh berbeda dengan definisi Campbell Black, menurut Reitzel, Lyden,
Roberts & Severance, franchise adalah sebuah kontrak atas barang yang
intangible yang dimiliki oleh seseorang (franchisor) seperti merek yang diberikan
kepada orang lain (franchise) untuk menggunakan barang (merek) tersebut pada
usahanya sesuai dengan teritori yang disepakati.
Selain definisi menurut kacamata asing, di Indonesia juga berkembang
definisi franchise. Salah satunya seperti yang diberikan oleh LPPM (Lembaga
Pendidikan dan Pembinaan Manajemen), yang mengadopsi dari terjemahan kata
franchise. LPPM mengartikannya sebagai usaha yang memberikan laba atau
keuntungan sangat istimewa sesuai dengan kata tersebut yang berasal dari wara
yang berarti istimewa dan laba yang berarti keuntungan.
Sementara itu, menurut PP No.16/1997 waralaba diartikan sebagai perikatan
dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha
yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang
ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan atau penjualan
barang dan atau jasa. Definisi inilah yang berlaku baku secara yuridis formal di
Indonesia.
Beberapa istilah dasar dalam franchise, yaitu:
1. Franchise
Franchise (waralaba) adalah suatu strategi pengembangan produk, jasa atau
teknologi yang saling berkerjasama secara erat antara perusahaan baik secara
hukum maupun financial dan independen yaitu franchisor (pemberi waralaba) dan
franchisee (penerima waralaba).
2. Franchisor
Franchisor (pemberi waralaba) memberikan kepada franchisee hak untuk
menggunakan kekayaan intelektual yang dimilik franchisor dan berkewajiban
mematuhi peraturan yang berlaku. Franchisor sebagai pemimpin perusahaan yang
harus memiliki keahlian dan kompeten dan menghindari tindakan tanpa
pertimbangan matang. Franchisor juga memberikan teknik secara
berkesinambungan, sesuai dengan kontrak franchise tertulis.
3. Franchisee
Franchisee, dalam memberikan kontribusi keuangan/finansial, baik secara
langsung dan tidak langsung, metode dan teknik komersial, prosedur, dsb.
4. Initial service
Jasa-jasa pendahuluan
5. Continuing service
Jasa terus-menerus
6. Initial fee
Biaya keseluruhan item untuk membuka bisnis
7. Frenchise fee
Biaya yang menutupi jasa franchisor
8. Continiung fee
Biaya akan jasa frenchisor nantinya yg secara terus-menerus
2.3 Jenis Bisnis Franchise
Franchise atau waralaba dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas,
merek sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.
2. Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-
orang yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan
cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik
waralaba.
2.4 Keuntungan dan Kekurangan Bisnis Franchise
2.4.1 Keuntungan Bisnis Franchise
Beberapa keuntungan bisnis franchise, yaitu:
1. Bagi para wiraswastawan yang ingin memulai usaha baru akan mendapatkan
rencana operasi bisnis dengan arah yang jelas dari pemberi franchise.
Penerima franchise diberikan nasihat atau sebuah lokasi usaha yang telah
ditetapkan.
2. Pemberi hak bisa mendapatkan manfaat dari ekspansi cepat dan luas tanpa
meminjam atau menanggung resiko finansial penting.
3. Tiap-tiap penerimaan hak berdasarkan volume penjualan, organisasi
keseluruhan bisa mengadakan pengiklanan besar-besaran untuk memperkuat
nama franchise.
4. Penerima franchise individu dapat melakukan promosi di daerah mereka
sesuai dengan persetujuan yang ada.
5. Mendapatkan bantuan modal.
6. Profit tinggi karena telah teruji.
7. Standarisasi mutu.
8. Mendapatkan bantuan manajemen.
2.4.2 Kekurangan bisnis franchise
Beberapa kekurangan dari bisnis franchise, yaitu:
1. Menjadi Independen, terdominasi.
2. Tidak mandiri.
3. Kreativitas tidak berkembang.
4. Rentan terhadap perubahan franchisor.
2.5 Penyebab Kegagalan Franchisor dan Franchise
2.5.1 Penyebab Kegagalan Franchisor
Beberapa penyebab kegagalan franchisor, yaitu:
1. Uji coba yang tidak memadai.
2. Penyeleksian franchise secara sembrono.
3. Pembuatan struktur yang buruk.
4. Franchise kekurangan modal
5. Franchisor menjalankan bisnisnya dengan buruk
2.5.2 Penyebab Kegagalan Franchise
Beberapa penyebab kegagalan franchise, yaitu:
1. Franchise yang puas dengan dirinya sendiri
2. Franchise yang penakut
3. Franchise yang tidak mengikuti sistem
4. Franchise yang berharap terlalu banyak
5. Franchise yang tdk memiliki bakat
6. Campur tangan dari orang lain yang bermain curang
2.6 Kriteria Bisnis Franchise
1. Franchise Industrial
Hubungan yang terjalin antara perusahaan manufaktur dan pedagang besar.
2. Franchise generasi pertama
Hubungan yangg terjalin antara perusahaan manufaktur dan pedagang eceran.
3. Bisnis Franchise yang terjalin antara pedagang besar dan pedagang eceran.
4. Bisnis Franchise yang terjalin antara sesama pedagang eceran.
2.7 Poin-poin yang Harus Diperhatikan Dalam Memilih Bisnis Franchise
Makanan Tradisional
Poin-poin yang harus diperhatikan dalam memilih bisnis franchise makanan
tradisional antara lain:
1. Punya Hasrat
Memiliki hasrat untuk menjual makanan yang diinginkan juga menjadi modal
penting. Untuk berbisnis retail (perdagangan eceran), harus menyukai bidang
yang akan digeluti. Sehingga, kondisi usaha sedang naik maupun turun, dan tetap
tekun menjalaninya.
2. Riset dan berunding
Teliti dulu pihak yang menjual waralaba, yang disebut juga franchisor, yang
diinginkan. Bandingkan dengan terwaralaba lain yang sejenis. Jangan membeli
usaha dari terwaralaba yang tak jelas identitasnya. Jika perlu, cek ke lembaga
waralaba yang ada di Indonesia. Jika terwaralaba tersebut resmi dan bagus, bisa
dipastikan akan terdaftar di sana. Bila memang suka, barulah berunding untuk
mendapatkan kesepakatan.
3. Cek
Tak ada salahnya mengecek usaha terwaralaba yang diinginkan ke orang
yang sudah lebih dulu menjadi pewaralabanya, baik yang masih berjualan maupun
yang tidak.
4. Hak cipta
Teliti lebih dulu hak cipta makanan milik terwaralaba yang sudah diincar
untuk dibeli. Jangan sampai hak cipta yang diklaim olehnya, ternyata milik pihak
lain dan akhirnya bisa bermasalah.
5. Lama dan kuat
Jika tidak suka risiko tinggi dan kurang berjiwa bisnis, pilih terwaralaba yang
sudah lama berjalan, setidaknya lima tahun, memiliki sistem kuat, misalnya
memiliki banyak cabang dan manajemen bagus, serta bermodal besar. Usaha yang
masih baru, belum cukup teruji menghadapi siklus roda bisnis.
6. Kondisi keuangan
Sebelum memutuskan membeli, periksa dulu kondisi keuangan terwaralaba.
Jika perlu, minta bantuan akuntan publik atau pakar keuangan untuk membaca
laporan keuangan terwaralaba.
7. Bayar dimuka
Hati-hati bila terwaralaba meminta seluruh modal harus disetorkan di muka.
Cari penyebabnya. Bukan tidak mungkin kondisi keuangan terwaralaba tidak
bagus. Selain itu, kini banyak terwaralaba yang baru muncul, meminta modal di
muka hanya karena ingin menarik initial fee (biaya yang diperlukan untuk
memulai bisnis) dari pewaralaba, lalu kabur. Lebih baik, cari terwaralaba yang
pembayarannya fleksibel, artinya bahwa pembayarannya bisa dilakukan bertahap.
2.8 Langkah-langkah membuat bisnis Franchise
1. Membuat Ciri Khas Usaha
Buatlah usaha atau bisnis yang memiliki jati diri. Bisnis yang memiliki jati
diri itu adalah bisnis yang memiliki ciri khas atau daya pembeda dibandingkan
dengan bisnis lain. Ini syarat utamanya. Meskipun kita latah dengan
mengembangkan bisnis franchise, bukan berarti kita bebas meniru begitu saja.
Mengeluarkan produk ayam goreng yang digoreng dengan menggunakan minyak
goreng adalah tindakan yang tidak bijaksana. Mungkin lebih baik mengeluarkan
produk ayam goreng yang digoreng dengan pasir, misalnya.
2. Membuat Standar Operasi Bak
Supaya dapat dikembangbiakkan dimana-mana dalam waktu cepat, kita
harus memiliki standar operasi baku. Kelemahan mayoritas pengusaha UKM
adalah membuat standar operasi ini. Tidak sulit membuat standar operasi baku itu.
Asalkan kita memahami prosesnya dan mau menuliskan proses itu diatas kertas,
jadilah standar operasi baku dalam bentuk yang paling sederhana. Selebihnya kita
tinggal mengemas standar operasi baku itu dalam bentuk buku (bisa minta
bantuan kepada penulis atau penyusun sistem).
3. Membuat Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
Salah satu kelemahan pengusaha UKM adalah jarang yang memproteksi
hak intelektualnya, baik karena faktor ketidaktahuan maupun anggapan bahwa
mengurus HAKi itu mahal bin ribet karena berkaitan dengan birokrasi. Padahal
bisnis franchise itu yang diperjualbelikan adalah HAKI-nya. Jadi segeralah
daftarkan merek, paten, hak cipta, tau disain industri pada Ditjen HAKI
Depkumham. Biayanya lumayan terjangkau. Anda bisa minta bantuan pada
konsultan HAKI yang ada di tiap perguruan tinggi.
4. Membuat Cara Duplikasi Yang Mudah & Praktis
Salah satu kunci supaya bisnis kita mudah dikembangbiakkan adalah cara
duplikasi yang mudah dan praktis. Kita harus menyusun cara supaya orang lain
mampu menduplikasi usaha kita secara mudah. Sistem duplikasi ini biasanya
terangkum dalam sistem training. Cara membuatnya mudah. Tuliskan saja
bagaimana cara orang lain mampu melakukan bisnis kita secara cepat dan tepat.
5. Membuat Keuntungan Yang Bertumbuh
Bisnis tidak layak dikembangbiakkan jika masih merugi, sehingga satu-
satunya cara supaya bisnis tersebut layak dikembangbiakkan adalah dengan
membuat keuntungan yang bertumbuh. Keuntungan bertumbuh didapat jika dalam
jangka waktu tertentu bisnis kita memiliki kecenderungan mencetak untung terus
menerus. Oleh karena itu, jangan segan-segan tetapkan target pendapatan,
upayakan selalu mencapai target tersebut, dan selalu naikkan target untuk periode
waktu selanjutnya. Begitu seterusnya. Usahakan bisnis tidak mengalami kerugian.
6. Membuat Supporting Management Yang Berkelanjutan
Salah satu kewajiban franchisor yang sangat penting dalam
mengembangbiakkan usahanya adalah memberikan supporting management
berkelanjutan selama masa kontrak kepada para franchisee-nya. Begitu usaha kita
mulai berkembang, segera benahi internal perusahaan kita. Gunakan organisasi
bisnis yang profesional untuk menangani usaha. Tingkatkan terus ketrampilan
mereka supaya dapat memberikan supporting management yang dibutuhkan oleh
para franchisee.
7. Membuat Prospektus Bisnis
Jika pada bisnis konvensional kita terbiasa menjual jasa atau barang, maka
pada bisnis franchise kita menjual bisnisnya. Disini diperlukan lebih dari sekedar
brosur. Kita memerlukan prospektus bisnis supaya calon mitra bisnis kita mampu
melihat prospek cerah bisnis tersebut. Cara membuatnya hampir sama dengan
membuat proposal bisnis, hanya saja dalam prospektus bisnis biasanya dilampiri
dengan laporan keuangan selama beberapa periode tertentu yang menunjukkan
perusahaan kita untung. Jika tidak mampu menyusun sendiri prospektus bisnis,
kita dapat menggunakan jasa konsultan dengan biaya terjangkau.
8. Membuat Perjanjian Franchise
Indonesia menganut sistem kebebasan berkontrak. Kita bebas membuat
dan menyusun perjanjian kerjasama bisnis. Membuat perjanjian franchise sama
seperti membuat perjanjian kerjasama biasa. Dalam perjanjian franchise ada
beberapa hal yang khusus diatur, yakni apa jenis HAKI yang di-franchise-kan, apa
saja kegiatan usahanya, bagaimana supporting management dilakukan, mana saja
wilayah usaha yang diperjanjikan, bagaimana tata cara pembayaran biaya
franchise, serta bagaimana kepemilikan, perubahan kepemilikan dan hak ahli
waris jika franchisee meninggal dunia sebelum kontrak franchise berakhir.
9. Membuat Badan Usaha atau Badan Hukum
Bisnis franchise itu kompleks sehingga membutuhkan organisasi bisnis
dalam bentuk badan usaha atau badan hukum. Bentuklah badan usaha atau badan
hukum ini. Bisa dalam bentuk CV atau PT. Kita tidak dapat lagi menjalankan
bisnis secara perorangan jika ingin difranchisekan.
Sembilan langkah diatas mudah dilakukan oleh siapapun pelaku bisnis di
Indonesia. Hanya dibutuhkan sedikit kecermatan untuk persiapannya dan
kesanggupan untuk bertahan dalam jangka panjang. Jadi, kita tidak perlu pesimis
menghadapi krisis. Bisnis kita dapat dikembangbiakkan secara cepat dengan
sistem franchise, asalkan mampu memenuhi ke-9 syarat diatas. Semoga tulisan ini
memberi inspirasi Anda. Salam sukses!
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Setiap orang dalam melakukan bisnis franchise memiliki pengetahuan dan
wawasan tentang pewaralabaan, termasuk didalamnya sejarah franchise.
Franchise pertama kali dimulai di Amerika oleh Singer Sewing Machine
Company, produsen mesin jahit Singer pada 1851. Di Indonesia sendiri franchise
mulai berkembang pesat sejak tahun 2003, dimulai dengan hadirnya brand
franchise asing seperti KFC, Mc. Donald, Dunkin Donuts dan brand lainnya. Dari
beberapa defisini franchise yang telah dipaparkan dalam kajian teori, bahwa
franchising merupakan salah satu konsep dari pemasaran untuk memperluas
jaringan usaha secara tepat. Franchise bukan satu-satunya alternatif bisnis,
melainkan suatu cara yang sama kuat, sama strategis dengan cara konvensional
untuk mengembangkan usaha yang telah dibuat. Franchise memiliki banyak
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan franchise terutama dalam pendanaan, SDM,
dan managemen. Begitupula dengan kekuranganya yaitu tidak mandiri, kreativitas
tidak berkembang, rentan dalam perubahan franchisor, menjadi independen, dan
terdominasi. Beberapa istilah yang terdapat di dalam usaha Franchising yaitu:
Franchise, Franchisor, Franchisee, Initial service, Continuing service, Initial fee,
Frenchise fee, Continiung fee. Adapun poin-poin yang harus diperhatikan dalam
memilih bisnis franchise makanan tradisional, yaitu punya hasrat, riset dan
berunding, cek, hak cipta, lama dan kuat kondisi keuangan, dan bayar dimuka.
3.2 Saran
Berhati-hatilah dalam memilih usaha franchise, artinya harus waspada dalam
memutuskan rencana bisnis, berpikiran cermat dan tepat memilih usaha waralaba
agar dapat memaksimalkan keberhasilan. Sesuai dengan kondisi pasar,
masyarakat yang konsumtif merupakan keuntungan tersendiri bagi para
pengusaha waralaba. Di Indonesia usaha waralaba tumbuh dan berkembang
sangat maju dari tahun ke tahun bertambah, sehingga memungkinkan orang untuk
menekuni usaha ini.
DAFTAR PUSTAKA
Trisetianing. Tanti http://tantisetianing.blogspot.com/2011/11/makalah-
franchising.html, diakses tanggal 2 Februari 2014.
Ramli. http://ramli88bombana.blogspot.com/2013/02/makalah-franchise-
oleh-ramli-normal-0.html, diakses tanggal 2 Februari 2014.
http://salamfranchise.com/2008/04/08/franchise-dalam-perspektif-hak-
kekayaanintelektual/
http://salamfranchise.com/2008/03/03/franchise-di-indonesia-dan-
pengertiannya/ Pramono, Peny R. 2007.
Top Related