BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Epidemiologi
Kata Epidemiologi berasal dari bahasa yunani yaitu Epi (Pada / di antara),
Demos (Penduduk/Rakyat) dan Logos (Ilmu/Doktrin) sehingga epidemiologi
berarti ilmu pada penduduk. Jika menurut asal katanya epidemiologi berarti ilmu
yang digunakan untuk mencari pemecahan masalah yang terjadi pada
penduduk/masyarakat.
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat
yang menekankan perhatiannya terhadap masalah kesehatan baik penyakit
maupun non penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Epidemiologi diartikan
sebagai ilmu tentang frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan
(faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan
perencanaan (development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi
masalah kesehatan (Maryani, 2010).
2.2 Sejarah Epidemiologi
Epidemiologi tidak berkembang dalam ruang hampa. Banyak ilmu dan
peristiwa, seperti kedok-teran, kedokteran sosial, revolusi mikrobiologi,
demografi, sosiologi, ekonomi, statistik, fisika, kimia, biologi molekuler, dan
teknologi komputer, telah mempengaruhi perkembangan teori dan metode
epidemiologi. Demikian pula peristiwa besar seperti The Black Death (wabah
sampar), pandemi cacar, revolusi industri (dengan penyakit okupasi), pandemi
Influenza Spanyol (The Great Influenza) merupakan beberapa contoh peristiwa
epidemiologis yang mempengaruhi filosofi manusia dalam memandang penyakit
dan cara mengatasi masalah kesehatan populasi (Perdiguoero et al., 2001).
Ilmu epidemiologi merupakan disiplin ilmu epidemiolgi yang sesungguhnya
sudah dimulai sejak zaman kedokteran kuno Yunani, ada dua teori yang
mendasarinya, yaitu klasik dan modern (Bhisma, 2010).
3
4
a. Klasik
Pertama kali diutarakan > 2000 tahun yg lalu oleh Hippocrates, Mempelajari
tentang penyebaran penyakit menular/wabah serta terjadinya penyakit menurut
konsep epidemiologi klasik. Menjadi sebuah alat yg sangat bermanfaat unt
membuktikan hubungan antara kondisi lingkungan dgn penyebab penyakit yg
spesifik. Adapun tokoh-tokoh epidemiologi klasik adalah sebagai berikut:
1. Empedocles (490–430 SM) : Empedocles adalah penggagas teori
Kosmogenik Empat Elemen/ Akar Klasik (Classical Roots) yaitu bumi,
api, air, dan udara.
2. Hippocrates (377-260 SM): Epidemiologi dewasa bahwa penyakit terjadi
karena interaksi antara = host-agent-environment (penjamu-agen-
lingkungan), merupakan bapak epidemiologi pertama.
3. Edward Jenner (1749–1823): Kejadian-kejadian masalah kesehatan besar
yang mendorong berkembangnya ilmu epidemiologi seperti:
-The black death(abad 13-14)
-Pandemi cacar(10.000 SM)
-Pandemi kolera(1816-18260)
-Influenza besar(1918-1919)
-Perkembangan Statistik Vital (1620-1674).
b. Modern
Tidak terbatas pda kajian penyakit menular/ KLB/wabah, tapi meluas
ke berbagai bidang kajian unt peny menular bukan wabah, penyakit tidak menular
serta pengetahuan kesehatan & kedokteran. Sekumpulan konsep yg digunakan
dalam studi epidemiologi, terutama bersifat analitik. Epidemiologi modern dibagi
Epid Lapangan, Epid Komunitas dan Epid Klinik, tokoh tokohnya terdiri dari:
1. John Snow (1813-1858) & William Farr (1807-1883): "On the Mode of
Communication of Cholera“ pada 1849 dan 1855 Mengembangkan sistem.
Surveilans kesehatan masyarakat, dan klasifikasi penyakit yang seragam.
5
2. Anton van Leeuwenhoek (1632-1723): Dikenal sebagai Bapak
Mikrobiologi Orang yang pertama kali menemukan bakteri, Parasit yang
hidup bebas bernama protista nematoda dan rotifera mikroskopis, sel
sperma, sel darah.
3. Louis Pasteur (1822 – 1895): Bukan Pertumbuhan Spontan melainkan
proses biogenesis (omne vivum ex ovo) melalui reproduksi.
4. Robert Koch (1843-1910): Koch menerapkan postulat itu untuk
menentukan etiologi antraks, tuberkulosis, dan penyakit lainnya. Postulat
ini masih digunakan dewasa ini untuk membantu menentukan apakah
suatu penyakit yang baru ditemukan disebabkan oleh mikroorganisme.
5. Ilya Ilyich Mechnikov (1845 – 1916): Mechnikov dikenal sebagai perintis
riset sistem imun dan penerima hadiah Nobel bidang Kedokteran pada
1908 bersama dengan Paul Ehrlich untuk karyanya dalam riset imunologi,
khususnya penemuan fagositosis (Bhisma, 2010).
2.3 Tujuan Epidemiologi
Di dalam definisi-definisi epidemiologi yang diutarakan para ahli diatas, tersirat
beberapa tujuan epidemiologi, yaitu :
1) Mengumpulkan fakta dan data tentang berbagai masalah yang ada dalam
masyarakat.
2) Menjelaskan sifat dan penyebab masalah kesehatan tersebut.
3) Menemukan/merencanakan pemecahan masalah serta mengevaluasi aktivitas
pelaksanaanya.
4) Menggambarkan status kesehatan penduduk, untuk menetapkan prioritas masalah
dalam perencanaan.
5) Mempelajari riwayat alamiah suatu penyakit atau masalah kesehatan, petunjuk
bagi upaya pencegahan dan mekanisme pengendalian.
6) Mempelajari penyebab / faktor risiko suatu penyakit / masalah kesehatan.
7) Mengembangkan system pengendalian dan pemberantasan penyakit dalam suatu
system administrasi.
6
2.4 Elemen Epidemiologi
Di dalam batasan epidemiologi sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :
a. Masalah Kesehatan
Epidemiologi mempelajari semua masalah kesehatan termasuk penyakit,
baik penyakit infeksi, seperti TBC, Flu burung, maupun penyakit non
infeksi, seperti kanker. Selain itu epidemiologi juga mempelajari non
penyakit, secara kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit
jiwa. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi mencakup juga
kegiatan pelayanan kesehatan.
b. Populasi
Epidemiologi memusatkan perhatiannya pada distribusi masalah kesehatan
pada populasi (masyarakat)atau kelompok.
c. Pendekatan ekologi
Pendekatan ekologi dalam epidemiologi mengkaji frekuensi dan distribusi
masalah kesehatan berdasarkan keseluruhan lingkungan manusia baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal ini karena masalah
kesehatan pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya
(Maryani, 2010).
2.5 Jenis-jenis Epidemiologi
Epidemiologi menekankan upaya menerangkan bagaimana distribusi penyakit
dan bagaimana berbagai komponen menjadi faktor penyebab penyakit tersebut.
Untuk mengungkapkan dan menjawab masalah tersebut, epidemiologi melakukan
berbagai cara yang selanjutnya menjadikan epidemiologi dapat dibagi dalam
beberapa metode.
Pada dasarnya metode epidemiologi dibagi 3, yaitu :
1) Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif mempelajari tentang frekuensi dan distribusi suatu
masalah kesehatan dalam masyarakat. Keterangan tentang frekuensi dan distribusi
suatu penyakit atau masalah kesehatan menunjukan tentang besarnya masalah itu
dalam pertanyaan mengenai faktor who (siapa), where (dimana),dan when
(kapan).
7
a. Siapa
Merupakan pertanyaan tentang faktor orang yang akan di jawab dengan
mengemukakan perihal mereka yang terkena masalah. Bisa mengenai variable
umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Faktor-
faktor ini biasa disebut sebagai variable epidemiologi/demografi. Kelompok orang
yang potensial atau punya peluang untuk menderita sakit atau mendapatkan
resiko, biasanya disebut population at risk (populasi berisiko).
b. Dimana
Pertanyaan ini mengenai faktor tempat dimana masyarakat tinggal atau bekerja
atau dimana saja ada kemungkinan mereka menghadapi masalah kesehatan.
Faktor tempat ini dapat berupa kota (urban), dan desa (rural), pantai dan
pegunungan, daerah pertanian, industry, tempat bermukim atau bekerja.
c. Kapan
Kapan kejadian penyakit berhubungan juga dengan waktu. Faktor waktu ini dapat
berupa jam, hari, minggu, bulan, dan tahun, musim hujan dan musim kering.
Contoh :
“Banyaknya penderita TBC di daerah Sulawesi selatan adalah 25.000 lelaki pada
tahun 1992. ” (Noor, 2002).
2) Epidemiologi Analitik
Epidemiologi Analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis
faktor penyebab (determinant) msalah kesehatan. Disini diharapkan epidemiologi
mampu menjawab pertanyaan kenapa (why) apa penyebab terjadinya masalah itu.
Contoh :
“setelah ditemukan secara deskriptif bahwa banyak perokok yang menderita
kanker paru , maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah rokok itu merupakan
faktor determinant/penyebab terjadinya kanker paru.”(Noor, 2002).
3) Epidemiologi Eksperimental
Salah satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor
sebagai penyebab terjadinya suatu luaran (output = penyakit), adalah diuji
kebenaranya dengan percobaan (eksperimen).
Contoh :
8
“jika rokok dianggap sebagai penyebab kanker paru maka perlu dilakukan
eksperimen jika rokok dikurangi maka kanker paru akan menurun atau sebaliknya.
Untuk ini dilakukan perbandingan antara kelompok orang yang merokok dengan
orang yang tidak merokok,kemudian dilihat jumlah penderita penyakit kanker
paru untuk masing-masing kelompok. Dari perbedaan yang ada dapat disimpulkan
ada atau tidaknya pengaruh rokok terhadap penyakit kanker paru tersebut.
Ketiga jenis epidemiologi ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainya
saling berkaitan dan mempunyai peranan masing-masing sesuai tingkat
kedalaman pendekatan epidemiologi yang dihadapi. Secara umum dapat dikatakan
bahwa pengungkapan dan pemecahan masalah epidemiologi dimulai dengan
epidemiologi deskriptif, lalu diperdalam dengan epidemiologi analitik dan disusul
dengan melakukan epidemiologi eksperimental.
Jenis-jenis epidemiologi dapat juga dilihat dari aspek lain sehingga ditemukan
berbagai jenis epidemiologi lainya . misalnya ada epidemiologi penyakit menular,
kependudukan, kesehatan reproduksi, statistik, farmasi,dll (Noor, 2002).
2.6 Ruang Lingkup Epidemiologi
Ruang Lingkup epidemiologi dalam masalah kesehatan meliputi 6E
berdasarkan Maryani dan Muliani (2010) :
a. Etiologi
Hal ini berkaitan dengan identifikasi penyebab penyakit dan masalah
kesehatan lain.
b. Efikasi (Efficacy)
Hal ini berkaitan dengan efek atau daya optimal, yang diperoleh dari
pemberian interfensi kesehatan. Efikasi dimaksud untuk melihat hasil
atau efek suatu intervensi.
c. Efektifitas (Evectiveeness)
Host
LingkunganAgen
9
Efektifitas adalah besarnya hasil yang diperoleh dari suatu tindakan
(intervensi) dan besarnya perbedaan, dari suatu tindakan yang satu
dengan yang lain. Evektivitas ini ditunjukan untuk mengetahui efek
inteverensi atau pelayanan, dalam berbagai kondisi lapangan yang
sebenarnya yang sangat berbeda-beda.
d. Efisiensi (Efficiency)
Efisiensi adalah suatu konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang
dapat diperoleh berdasarkan besarnya biaya yang diberikan, atau yang
ditunjukan untuk mngetahui kegunaan dan hasil yang diperoleh,
berdasarkan besarnya pengeluaran ekonomi atau biaya yang dilakukan.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu
pengobatan, atau program kesehatan masyarakat, atau melihat dan
member nilai keberhasilan program seutuhnya.
f. Edukasi
Edukasi merupakan intervensi berupa peningkatan pengetahuan, tentang
kesehatan masyarakat sebagai bagian dari upaya preventif penyakit
(Maryani dan Muliani, 2010).
2.7 Trias Epidemiologi
2.7.1 Segitiga Utama Epidemiologi
Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias
epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran
10
tentang hubungan antara 3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya
penyakit dan masalah masalah lainnya yaitu host (tuan rumah/ penjamu),
agent (faktor penyebab), dan environment (lingkungan). Hubungan
antara penjamu, agen dan lingkungan ini merupakan suatu kesatuan yang
dinamis yang berada dalam keseimbangan (disequilibrium) pada
seseorang yang sehat. Jika terjadi gangguan terhadap keseimbangan
hubungan segitiga inilah yang akan menimbulkan status sakit. Hubungan
keseimbangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut (Maryani,
2010):
Komponen pada segitiga epidemiologi adalah (Maryani, 2010):
a. Faktor Penjamu (Host atau tuan rumah)
Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang
menjadi tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit.
Berikut yang termasuk dalam faktor penjamu adalah (Maryani, 2010):
1. Genetika
Faktor keturunan dapat mempengaruhi status kesehatan,
misalnya buta warna, asma, hemofilia, sickle cell disease.
2. Umur
c. manusia menderita penyakit karena kemampuan bibit penyakit meningkat
penjamu bibit penyakitlingkungan
d. manusia menderita penyakit karena perubahan lingkungan
penjamu
penyakitlingkungan
11
Umur juga mempengaruhi status kesehatan karena ada
kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu misalnya usia
balita dan usia lanjut rentan terhadap penyakit karena usia balita
sistem pertahanan tubuhnya belum stabil, sedangkan usia lanjut
sistem pertahanannya sudah menurun.
3. Jenis Kelamin (gender)
Jenis kelamin mempengaruhi status kesehatan karena ada
penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya ditemukan
mungkin pada wanita atau hanya pada laki-laki, misalnya pada
wanita terjadi kanker serviks, pada laki-laki kanker prostat.
4. Etnis/ ras/ warna kulit
Etnis/ ras mempengaruhi status kesehatan karena terdapat
perbedaan antara ras kulit putih dengan orang kulit hitam,
misalnya ras kulit putih memiliki risiko lebih tinggi terkena
kanker kulit dibandingkan orang ras kulit hitam.
5. Keadaan Fisiologis tubuh
Keadaan Fisiologis tubuh merupakan keadaan tubuh yang
berfungsi normal. Keadaan Fisiologis tubuh mempengaruhi status
kesehatan misalnya kelelahan, kehamilan, pubertas, stress,
keadaan gizi.
6. Keadaan Imunologis
Keadaan imonologis merupakan keadaan pertahanan tubuh
atau kekebalan tubuh, dimana kekebalan didapat secara aktif
maupun pasif, misalnya kekebalan yang diperoleh karena adanya
infeksi sebelumnya, memperoleh antibodi dari ibu atau pemberian
vaksinasi.
7. Perilaku/ kebiasaan; gaya hidup, persional hygiene, hubungan
antar pribadi, rekreasi.
8. Penyakit sebelumnya
12
Penyakit sebelumnya mempengaruhi status kesehatan
karena ada penyakit yang jika sudah pernah terkena maka ketika
terjadinya serangan kedua menimbulkan kondisi yang lebih parah
atau ada juga jika penyakit sebelumnya telah sembuh maka resiko
terjadinya kekambuhan relatif lebih kecil atau tidak terjadi
(Maryani, 2010).
b. Faktor Agen
Agen (faktor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup
atau kuman infektif yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau
masalah kesehatan lainnya. Berkiut yang termasuk faktor agen adalah
(Maryani, 2010):
1. Faktor nutrisi (gizi)
Nutrisi dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk
kelebihan gizi dan kekurangan gizi. Bentuk kelebihan gizi
misalnya tingginya kadar glukosa, kolesterol, kelebihan konsumsi
vitamin tertentu. Bentuk kekurangan gizi misalnya keadaan
kurang gizi seperti defisiensi lemak, protein, vitamin.
2. Faktor Kimia
Dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk keracunan
zat-zat berbahaya bagi tubuh, misalnya karbon monoksida, asbes,
kobalt atau zat alergen.
3. Faktor Fisik
Dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk fisik atau
benda yang dapat terlihat oleh mata juga terdefinisi oleh pikiran,
misalnya suhu, debu, radiasi, trauma mekanik (jatuh, tabrakan,
pukulan).
4. Faktor Biologis
Dapat menyebabkan penyakit, dimana faktor biologis ini
terdiri dari berbagai jenis, seperti (Maryani, 2010):
a. Metazoa, seperti cacing tambang, cacing gelang, Schistomiasis.
13
b. Protozoa, seperti disentri amoebae, plasmodium malariae.
c. Bakteri, seperti treponema pallidum, streptococus pneumoniae,
mycobacterium tuberculosis.
d. Fungi (jamur), seperti Histoplasma capsulatum, Taeia pedis
e. Virus, seperti measels, mumps, smaallpox, polio.
Dari segi epidemiologi selain menggunakan konsep agen sebagai
penyebab penyakit juga menggunakan terminologi faktor resiko. Dimana
agen merupakan penyebab pasti suatu penyakit, sedangkan faktor resiko
merupakan seluruh faktor yang dapat memberikan kemungkinan
menyebabkan terjadinya penyakit. Hal yang termasuk faktor resiko
terjadinya penyakit diantaranya adalah faktor gaya hidup, gangguan gizi,
kemiskinan, perilaku tidak sehat, kurang olah raga, dan lain-lain
(Maryani, 2010).
c. Faktor lingkungan
Lingkungan adalah semua faktor di luar individu yang dapat
berupa lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi. Berikut yang
termasuk faktor lingkungan adalah (Maryani, 2010):
1. Lingkungan fisik, misalnya air, tanah, iklim, struktur bumi, dan
sebagainya.
2. Lingkungan biologis, misalnya orang yang tinggal di lingkungan
yang padat, flora (sebagai bahan makanan) dan fauna (sebagai
sumber protein).
3. Lingkungan sosial, misalnya a-sosial, urbanisasi, lingkungan
kerja, keadaan perumahan, keadaan sosial masyarakat
(kekacauan, bencana alam, perang, banjir).
4. Lingkungan ekonomi, misalnya status ekonomi, kemakmuran.
2.8 Pengukuran Sumber Kesehatan
14
2.8.1 Secara Umum
a. Ukuran Epidemiologis
Ukuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi
mencakup angka (rate), rasio dan proporsi. Ketiga bentuk
perhitungan ini digunakan untuk mengukur dan menjelaskan
peristiwa kesakitan, kematian dan nilai statistik vital lainnya.
Mislanya kesakitan bisa diukur dengan angka insidensi,
prevalensi, dan angka serangan, sedangkan kematian bisa diukur
dengan angka kematian (Maryani, 2010).
Ukuran epidemiologis selalu dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya faktor person atau orang, yang dinilai disini
adalah dari aspek jumlah atau frekuensi orang yang berkaitan
dengan suatu peristiwa, selain itu faktor place atau tempat
adalah faktor yang berkaitan dengan darimana orang-orang yang
mengalami peristiwa tersebut berasal. Faktor time atau waktu
adalah periode atau waktu kapan oarang-orang tersebut
mengalami suatu peristiwa (Maryani, 2010).
b. Angka (Rate)
Angka (rate) adalah suatu jumlah kejadian dihubugkan
dengan populasi yang bersangkutan. Peristiwa yang biasanya
diukur dalam bentuk angka diantaranya adalah kesakitan,
dimana yang digunakan untuk perhitungan kasus adalah
insidence rate, prevalence rate (point prevalence rate), periode
prevelence rate, attack rate dan dalam hubungan dengan
kematian akan dibicarakan crude death rate, age specific death
rate, cause disease specific death rate (Maryani, 2010).
1. Incidence Rate (Angka Insidensi)
Incidence Rate (Angka Insidensi) adalah jumlah kasus
baru penyakit tertentu yang terjadi di kalangan penduduk
pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun)
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan tahun
15
jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil
(Maryani, 2010).
Rumus:
Incidencerate=
Jumlah kasus barusuatu penyakitselama periode tertentu
populasi yangmempunyai resikox K
Untuk pengukuran incidenci diperlukan penentuan
waktu atau saat timbulnya penyakit. Penentuan incidence
rate ini tidak begitu sulit berhubung terjadinya dapat
diketahui pasti atau mendekati pasti, tetapi jika penyakit
timbulnya tidak jelas, disini waktu ditegakkan diagnosis
dapat diartikan sebagai waktu mulai penyakit.Kegunaan
incidence rate adalah dapat mempelajari faktor-faktor
penyebab dari penyakit yang akut maupun kronis. Incidence
rate adalah suatu ukuran langsung dari kemungkinan atau
probalitas untuk menjadi sakit (Maryani, 2010).
2. Attack Rate (Angka Serangan)
Angka serangan adalah jumlah penderita baru
suatu penyakit yang ditemukan pada satu saat tertentu
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit tersebut pada saat yang sama dalam persen
atau permil. Angka serangan diterapkan terhadap populasi
yang sempit dan terbatas pada suatu periode, misalnya
dalam suatu wabah (Maryani, 2010).
Rumus :
Attack Rate= jumlah kasus selamaepidemipopulasi yangmempunyai resiko−resiko
x K
28
16
3. Sekunder Attack Rate (Angka Serangan Sekunder)
Sekunder Attack Rate (Angka Serangan Sekunder)
adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang mendapat
serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk
dikurangi jumlah orang yang telah pernah terkena pada
serangan pertama dalam persen atau permil (Maryani,
2010).
Rumus :
Sekunder Attack Rate= jumlah penderitabaru pada serangan keduajumlah penduduk yang terkena serangan pertama
x K
4. Point Prevalence Rate
Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi
penderita lama dan baru yang ditemukan pada waktu jangka
tertentu disekelompok masyarakat tertentu. Point
Prevalence Rate mengukur jumlah penderita lama dan baru
yang ditemukan di sekelompok masyarakat tertentu pada
satu titik waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk
saat itu dalam persen atau permil. Point Prevalence Rate
biasa juga disebut Prevalence Rate saja (Maryani, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi prevalence rate,
yaitu (Maryani, 2010):
a. Frekuensi orang atau person yang telah sakit pada
waktu yang lalu.
b. Frekuensi orang atau person yang sakit yang baru
ditemukan
c. Lamanya atau time menderita sakit.
Rumus :
Point Prevelence Rate=
jumlahkasus penyakit yang adapada satu titik waktu
jumlah penduduk seluruhnyax K
17
5. Periode Prevalence Rate
Periode Prevalence Rate adalah jumlah penderita
lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
waktu jangka tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam persen
atau permil. Periode Prevalence terbentuk dari Periode
Prevalence Rate ditambah incidence rate dan kasus-kasus
yang kambuh selama periode observasi (Maryani, 2010).
Period Prevalence Rate= jumlah penderita lama dan barujumlah penduduk pertengahan
x K
6. Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar)
Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar) adalah
jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka
waktu tertentu (satu tahun) dibandingkan dengan jumlah
penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan
dalam persen atau permil. Crude Death Rate digunakan
untuk perbandingan angka kematian antar berbagai
penduduk yang mempunyai susunan umur yang berbeda-
beda tetapi tidak dapat secara langsung melainkan harus
melalui prosedur penyesuaian (adjusment). Crude Death
Rate digunakan secara luas karena sifatnya yang merupakan
summary rate dan dapat dihitung dengan adanya informasi
yang minimal (Maryani, 2010).
Crude Death Rate=
jumlah kematiandi kalangan pendudukdi suatu daerah dalam1 tahun
jumlah penduduk rata−rata ¿¿
¿
18
7. Cause Disease Specific Death Rate (Angka Kematian
Penyebab Khusus)
Cause Disease Specific Death Rate adalah jumlah
keseluruhan kematian karena suatu penyebab khusus dalam
satu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk
pada pertengahan waktu yang bersangkutan dalam persen
atau permil (Maryani, 2010).
Cause Specific DeathRate=
Jumlahkematian karenapenyebab khusus
jumlah penduduk pertengahanx K
8. Age Specific Death Rate (Angka Kematian Pada Umur
Tertentu)
Age Specific Death Rate adalah jumlah
keseluruhan kematian pada umur tertentu dalam satu
jangka waktu tertentu (satu tahun) dibagi dengan jumlah
penduduk pada umur yang bersangkutan pada daerah dan
tahun yang bersangkutan dalam persen atau permil
(Maryani, 2010).
Age Specific Death Rate=
jumlah kematianantara umur 1−5tahundi suatu daerahdalam waktu1tahun
jumlah penduduk berumur antara1−5 tahun pada daerah
dan tahun yang sama
x K
c. Proporsi
Proporsi merupakan hubungan antar jumlah kejadian
dalam kelompok data yang mengenai masing-masing kategori
dari kelompok itu atau hubungan antara bagian dari kelompok
dengan keseluruhan kelompok yang dinyatakan dalam persen.
19
Proporsi umumnya digunakan jika tidak mungkin menghitung
angka indensi, karena itu proporsi tidak dapat menunjukkan
perkiraan peluang keterpaparan atau infeksi, kecuali jika
banyaknya orang dimana peristiwa dapat terjadi adalah sama
pada setiap sub kelompok (Maryani, 2010).
d. Rasio
Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi perbandingan
peristiwa atau orang yang memiliki perbedaan antara suatu
kejadian terhadap kejadian lainnya. Dalam hal ini pernyataan
yang penting dalam epidemiologi adalah jumlah orang sakit
dibandingkan dengan jumlah orang sehat, misalnya rasio orang
sakit kanker dibandingkan dengan orang sehat (Maryani, 2010).
2.9 Penyakit Menular dan Tidak Menular
1.HIV AIDS
AIDS disebabkan salah satu kelompok virus yang disebuat dengan
retroviruses yang sering disebut dengan HIV. Seseorang yang terkena atau
terinfeksi HIV AIDS sistejm kekebalan tubuhnya akan menurun drastic. Virus
AiDS menyerang sel darah putih khusus yang disebut dengan T-lymphocytes.
Tanda pertama penderita HIV biasanya akan mengalami demam selama 3 sampai
6 minggu tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang
terinfeksi HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan secara perlahan
kekebalan tubuhnya akan menurun karena serangan demam yang berulang.
Gejala-gejala penyakit HIV AIDS adalah :
1. Demam tinggi berkepanjangan
2. Penderita akan mengalami napas pendek, batuk, nyeri dada dan demam
3. Hilangnya nafsu makan, mua dan muntah
4. Mengalami diare yang kronis
5. Penderita akan kehilangan berat badan tubuh hingga 10% di bawah normal.
6. Batuk berekepanjangan
20
7. Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan
8. Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh (dibawah telinga, leher,
ketiak, dan lipatan paha)
9. Kurang ingatan
10. Sakit kepala
11. Sulit berkonsentrasi
12. Respon anggota gerak melambat
13. Sering nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki
14. Mengalami tensi darah rendah
15. Reflek tendon yang kurang
16. Terjadi serangan virus cacar air dan cacar api
17. Infeksi jaringan kulit rambut
18. Kulit kering dengan bercak-bercak.
Penularan HIV AIDS adalah :
1. Hubungan seks kelamin
2. Hubungan seks oral
3. Hubungan seks melalui anus
4. Transfusi darah
5. Penggunaan jarum bersama (akupuntur, jarum tattoo, harum tindik).
6. Antara ibu dan bayi selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui.
Obat - Obatan Penyakit HIV AIDS :
1. NRTI (nucleoside atau nucleotide reverse transcriptase inhibitor)
2. NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor)
3. PI (protease inhibitor) Fusion Inhibitor
Cara Mencegahnya adalah dengan :
1. Jangan melakukan hubungan seksual diluar nikah
2. Jangan berganti-ganti pasangan seksual
3. Abstrinensi (tidak melakukan hubungan seks)
4. Gunakan kondom, terutama untuk kelompok perilaku resiko tinggi jangan
menjadi donor darah
5. Seorang ibu yang didiagnosa positif HIV sebaiknya jangan hamil.
21
6. Penggunaan jarum suntik sebaiknya sekali pakai
2.CHIKUNGUNYA
Chikungunya merupakan jenis demam yang disebabkan oleh alphavirus
yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti (nyamuk yang juga dapat
menularkan penyakit demam berdarah dengue). Penyakit chikungunya disebabkan
oleh sejenis virus yang disebut virus chikungunya.
Penyakit yang juga dikenal dengan demam tulang atau flu tulang ini
memiliki gejala yang sepertii tubuh yang tiba – tiba mengalami demam diikuti
dengan linu di persendian, serta timbul juga rasa ngilu dan sakit pada tulang.
Gejala yang dialami sedikit mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit
berbeda pada hal – hal tertentu.
Pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan.
Ruam – ruam merah muncul setelah 3 – 5 hari. Mata pun terlihat merah dan
disertai tanda–tanda seperti flu. Sering dijumpai anak kejang demam. Sedangkan
pada anak yang lebih besar, demam diikuti dengan rasa sakit pada otot dan sendi,
serta pembesaran kelenjar getah bening. Pada umumnya demam yang terjadi pada
anak berlangsung selama tiga hari. Dan pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan
otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa
sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah.
Belum obat khusus untuk menyembuhkan penyakit chikungunya.
Walaupun sama-sama disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegypti, penyakit chikungunya ini berbeda dengan penyakit demam berdarah
dengue karena pada penyakit chikungunya tidak terjadi pendarahan hebat dan
tidak bisa menyebabkan kematian. Penyakit ini cukup diobati dengan cara
istirahat yang cukup, mengkonsumsi obat demam bila perlu karena sudah merasa
tidak nyaman, serta antisipasi terhadap kejang demam bila terdapat riwayat kejang
pada keluarga. Penyakit chikungunya akan sembuh sendiri dalam kurun waktu
kurang lebih 7 hari sejak merasakan gejala nyeri dan ngilu tulang.
22
3.FLU BURUNG
Virus Flu Burung yang pada awalnya diketahui hanya bisa menular antar
sesama unggas, menciptakan mutasi baru yang dapat juga menyerang manusia.
Mutasi virus ini dapat menginfeksi manusia yang berkontak langsung dengan
sekresi unggas yang telah terinfeksi. Manusia yang memiliki resiko tinggi tertular
adalah anak-anak, karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah, pekerja
peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas, serta pemilik unggas peliharaan
rumahan.
Tanda gejala flu burung pada manusia biasanya menimbulkan gejala
seperti berikut ini :
1. Menderita ISPA.
2. Timbulnya demam tinggi (> 38 derajat Celcius).
3. Batuk, mengeluarkan ingus, nyeri otot.
4. Sakit tenggorokan yang tiba-tiba.
5. Timbulnya radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak mendapatkan
penanganan tepat dapat menyebabkan kematian.
6. Lemas mendadak.
7. Sakit kepala.
Karena mengingat gejala Flu burung mirip dengan flu biasa, maka tidak
ada yang bisa membedakan flu burung dan flu biasa. Jika ada penderita yang
batuk, pilek dan demam yang tidak kunjung turun, maka disarankan untuk segera
mengunjungi dokter atau pun rumah sakit terdekat untuk menegakkan diagnosa
yang sebenarnya sedang terjadi. Pemerintah dalam hal ini telah melakukan 8
strategi utama dalam pengendalian virus H5N1 yaitu dengan melakukan :
Biosekuriti.
Depopulasi.
Surveilans.
Vaksinasi.
23
Pengawasan lalu lintas unggas.
Restrukturisasi usaha pengunggasan.
Kesadaran publik dan penegakan peraturan.
Penerapan prosedur operasi standar. Dan inipun termasuk dalam
langkah pencegahan flu burung atau pun mencegah wabah flu burung
terjadi lagi.
Penyebab flu burung ini adalah tipe virus Avian Influenza yang paling
berbahaya. Dikenal sebagai penyebab utama flu unggas. H5N1 adalah virus yang
sangat berbahaya. Berdasarkan penelitian para ahli, pasien yang terjangkiti virus
H5N1 hanya memiliki kemungkinan sembuh kurang dari 20 persen. Meskipun
hanya ditularkan lewat unggas, H5N1 merupakan pembunuh yang efektif. Daya
bunuhnya 12 kali lebih dahsyat dibanding sub tipe virus avian influenza yang lain.
Penanganan dan pengobatan flu burung adalah dengan pemberian obat flu
seperti Tamiflu atau jenis lainnya, tapi harus tetap dalam pengawasan dokter atau
pihak rumah sakit yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan RI.
Pencegahan flu burung dapat dilakukan dengan beberapa langkah yang
perlu kita terapkan dalam mengantisipasi menyebarnya flu burung ini. Tips
Untuk Mecegah flu burung dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti berikut
ini :
1. Gunakan pelindung (Masker, kacamata renang, sarung tangan) setiap
berhubungan dnegan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas.
2. Setiap hal yang berasal dari saluran cerna unggas seperti sekresi harus
ditanam/dibakar supaya tidak menular kepada lingkungan sekitar.
3. Cuci alat yang digunakan dalam peternakan dengan desinfektan.
4. Kandang dan Sekresi unggas tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan.
5. Memasak daging ayam dengan benar pada suhu 80 derajat dalam 1 menit dan
membersihkan telur ayam serta dipanaskan pada suhu 64 derajat selama 5
menit.
6. Menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri.
24
3. MALARIA
Plasmodium Protista Eukariotik yang ditularkan oleh nyamuk adalah
penyebab utama dari Penyakit Malaria. Di dalam tubuh manusia parasit ini
bersembunyi dan berkembang biak di dalam hati (liver) kemudian menginfeksi sel
darah merah sehingga menyebabkan gejala seperti demam dan sakit kepala, yang
mana pada kasus yang parah akan megarah ke koma(tidak sarkan diri) dan
kematian. Diperkirakan pada tahun 2009 dari 225 juta kasus malaria di seluruh
dunia 781.000 ribu diantaranya berakhir dengan kematian.Nyamuk dengan
Plasmodium ini tersebar luas di belahan dunia khususnya daerah tropis dan sub-
tropis seperti sebagian besar daerah Asia (khususnya Asia Tenggara), Amerika
(khususnya Amerika Selatan) dan Sub-Sahara Afrika.
Ada empat jenis plasmodium yaitu plasmodium vivax, plasmadium ovale,
malariae plasmodium dan plasmodium falciparum yang menyebabkan penyakit
malaria. Khusus untuk plasmodium falciparum sering menjurus kepada sakit
malaria berat yang sangat sering menyebabkan kematian (pada tahun 2010
diperkirakan 90% angka kematian akibat malaria terjadi di Sub-Sahara Afrika
dimana plasmodium falciparum bertanggung jawab atas sebagian besar kasus
malaria yang terjadi), sedangkan tiga jenis plasmodium lainnya adalah penyakit
ringan yang sangat jarang menjurus pada Penyakit Malaria akut. Selain itu
adapula plasmodium knowlesi yang umumnya menyebabkan malaria pada spesies
hewan kera tetapi dapat juga menginfeksi manusia walaupun sangat kecil
kemungkinannya.
Diperkirakan oleh para ahli selama lebih dari 50.000 tahun manusia telah
diinfeksi oleh Penyakit malaria. Menurut rekaman sejarah demam periodik
penyakit malaria telah ditemukan pada tahun 2700 SM di China dan kekaisaran
Romawi, dan rekaman sejarah abad 19 mencatat bahwa pada perang pasifik
diperkirakan sekitar 500.000 tentara AS terinfeksi, dimana 60.000 diantaranya
terbunuh karenanya.
25
Parasit malaria yang ditemukan pada jenis hewan mamalia orang utan dan
gorila sangat mirip dengan parasit malaria yang ditemukan pada manusia.
Diperkirakan berdasarkan bukti-bukti terkini bahwa penyakit malaria pada
manusia mungkin berasal dari gorila. Kata Malaria berasal dari bahasa Italia
“Mala Aria” yang berarti “bad air” atau dalam bahasa Indonesia “udara buruk”.
Penyakit ini pernah juga disebut penyakit demam rawa. Penyakit malaria pernah
mewabah di Eropa dan Amerika Utara walaupun saat ini penyakit ini semakin
jarang ditemukan di belahan dunia tersebut, dikarenakan oleh perubahan geografi
yang telah menyingkirkan rawa rawa tempat sebagian besar nyamuk penyebar
malaria tinggal dan berkembang biak.
5.TBC
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,
perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian
terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara
ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-
1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 –
0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru.
Penyebab Penyakit TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama
kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk
26
mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit
TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Cara Penularan Penyakit TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC
batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ
tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah
bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena
yaitu paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka
dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha
dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi
jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-
bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada
pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap
dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan
sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk
sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber
produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat
diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif
terinfeksi TBC.
27
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak
dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial
ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,
meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan
adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang
lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang
peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum
1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak.
2. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
28
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi
kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50%
anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji
tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan � 5 tahun yang tinggal serumah
dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30%
terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
6.Diare
Penyakit Diare dapat menjangkit pada siapa saja. Tidak hanya anak- anak,
namun juga pada orang dewasa. Penyebab terjangkitnya penyakit ini biasanya
dikarenakan kurangnya kebersihan akan lingkungan tempat tinggal yang kita huni.
Bila seseorang terkena diare akan mempunyai masalah pada bagian usus terutama
adanya sindrom iritasi di daerah usus besar hingga anus. Diare sendiri merupakan
penyakit dimana seseorang akan mengalami buang air besar berualang kali
dengan keadaan tinja berair ( osmotik / sekretori / eksudatif).
Penyebab
Pada umumya penebab diare adanya virus yang menyerang dan
menginfeksi pada bagian usus. Adapun penyebab yang lain sebagai berikut:
1. Keracunan makanan, sehingga bakteri menginfeksi usus.
2. Infeksi yang terjadi akibat adanya organisme lain yang masuk ke tubuh.
3. Memakan makanan yang dapat menganggu pencernaan.
4. Alergi makanan.
5. Alergi obat-obatan.
29
6. Penyakit yang terjadi pada bagian usus.
7. Penyalagunaan alkohol, laksatif dan lain sebagainya.
8. Dan ganguan lainya yang menginfeksi bagian usus.
Penderita yang mengalami diare biasanya akan mengalami buang air
besar secara terus menerus. Kebanyakan terjadi masalah buang air besar setiap
harinya paling sedikit 3 kali dalam waktu satu kali dua puluh empat jam. Kejadian
ini akan berulang dan diikuti adanya rasa mulas, muntah, hingga dehidrasi. Dan
apapun gejala lain yang dapat timbul berupa rasa nyeri pada bagian punggung dan
bunyi perut.
2.10 Pencegahan dan Penanggggulangan dalam Epidemiologi
Ada 3 tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu :
a. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan melakukan
tindakan pencegahan khusus. Pencegahan tingkat ini meliputi :
1) Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Merupakan upaya kesehatan untuk menghindari kemunculan dari atau
adanya faktor resiko. Upaya promosi kesehatan meliputi :
a) penyuluhan kesehatan
b) perbaikan perumahan
c) penyediaan sanitasi yang baik
d) perbaikan gizi
e) konsultasi genetik
f) pengendalian faktor lingkungan (Maryani dan Muliani, 2010).
2) Pencegahan Khusus (Specific Protection)
30
Merupakan upaya untuk mengurangi atau menurunkan pengaruh
penyebab serendah mungkin. Upaya pencegahan khusus meliputi :
a) pemberian imunisasi dasar
b) pemberian nutrisi khusus
c) pemberian vitamin A, tablet zat besi
d) perlindungan kerja terhadap bahan berbahaya (hazard protection)
e) perlindungan terhadap sumber-sumber pencemaran (Maryani dan
Muliani, 2010).
b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan ini bertujuan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin,
sehingga mendapatkan pengobatan yang tepat. Pencegahan tingkat ini
meliputi :
1) Diagnosis Awal dan Pengobatan Tepat (Early Diagnosis and Prompt
Treatment)
Merupakan upaya yang ditujukan untuk diagnosis dini penderita, atau
dianggap menderita suatu penyakit, sehingga dapat diberikan
pengobatan tepat dan segera. Upaya ini meliputi :
a) melakukan general check-up secara rutin
b) melakukan berbagai survey seperti Screning (penyaringan)
c) pencarian kasus (case finding)
d) pemeriksaan khusus (laboratorium dan test)
e) monitoring dan surveilans epidemiologi
f) pemberian obat yang rational dan efektif (Maryani dan
Muliani, 2010).
2) Pembatasan Kecacatan (Disability Limination)
31
Merupakan upaya untuk mencegah penyakit tidak bertambah parah,
tidak mati atau timbul cacat atau kronik. Upaya ini meliputi :
a) operasi plastik pada bagian atau organ yang cacat
b) pemasangan pin pada tungkai yang patah (Maryani dan Muliani,
2010).
3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Yang termasuk upaya pencegahan ketiga adalah rehabilitasi yang
merupakan upaya untuk memulihkan kedudukan, kemampuan atau fungsi
setelah penderita sembuh. Pada keadaan ini kerusakan patologis sudah
bersifat irreversible, tidak bisa diperbaiki lagi, karena itu upaya
rehabilitasi yang dapat dilakukan, seperti. :
a) rehabilitasi fisik, misalnya rehabilitasi cacat tubuh dengan pemberian
alat bantu atau protese
b) rehabilitasi sosial, misalnya mendirikan tempat pendidikan untuk tuna
netra, tuna rungu, anak cacat dan terbelakang.
c) rehabilitasi kerja (vocational services), misalnya rehabilitasi masuk ke
tempat kerja sebelumnya, mengaktifkan optimum orang yang cacat.
d) rehabilitasi mental, misalnya mengembalikan kepercayaan diri
seseorang yang terkena narkoba (Maryani dan Muliani, 2010).
EPIDEMIOLOGI
LingkunganHostAgen
Seimbang Tidak Seimbang
Penyakit
Menular Tidak Menular
Data
Insidens Prevalens
Masalah Kesehatan
Program Puskesmas
Promotif Preventif Kuratif Rehabilitatif
Frekuensi Penyebaran Determinan
32
BAB III
KONSEP MAPPING
33
BAB 4
PEMBAHASAN
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Kesehatan
Masyarakat yang menekankan perhatianya terhadap masalah kesehatan baik
penyakit maupun non penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Secara etimologis,
epidomiologi berarti ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk.
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, di mana Epi = upon (pada/tentang),
demos = people (penduduk/masyarakat), logia = knowledge (ilmu pengetahuan).
(Maryani, 2010).
Epidemiologi dibutuhkan untuk menjelaskan etiologi (studi tentang
penyebab penyakit) satu penyakit atau sekelompok penyakit, kondisi, gangguan,
defek, ketidakmampuan, sindron atau kematian melalui analisis terhadap data
medis dan yang berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk
ilmu sosial / perilaku.
Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias
epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran tentang
hubungan antara 3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan
masalah masalah lainnya yaitu host (tuan rumah/penjamu), agent (faktor
penyebab), dan environment (lingkungan). Hubungan antara penjamu, agen dan
lingkungan ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam
keseimbangan (disequilibrium) pada seseorang yang sehat. Jika terjadi gangguan
terhadap keseimbangan hubungan segitiga inilah yang akan menimbulkan status
sakit (Maryani, 2010).
34
Masalah kesehatan pada dasarnya tersebar mengikuti pola distribusi
epidemiologis karena secara umum penyakit tersebar menurut faktor penjamu,
agen dan lingkungan. Oleh karena itu, penjelasan penyebaran penyakit dilakukan
dengan menyatakan karakteristik penderita, tempat kejadian dan waktu
kejadiaanya (Maryani, 2010). Untuk mengetahui masalah kesehatan dilakukan
pengukuran jika secara umum ada rate, rasio dan proporsi, sedangkan di bidang
kedokteran gigi terdapat indeks dan macam-macamnya.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan faktor-faktor yang
menentukan keadaan yang berhubungan dengan kesehatan atau kejadian-kejadian
pada kelompok penduduk tertentu. Segitiga epidemiologi merupakan gambaran
tentang hubungan 3 faktor, yaitu host, agent, dan environment. Ketiganya harus
seimbang agar tidak terjadi gangguan keseimbangan yang menyebabkan status
sakit, selain itu epidemiologi juga memiliki study dan pengukuran secara umum
dan di bidang kedokteran gigi.
5.2 Saran
1. Sebagai calon dokter gigi, diharapkan mahasiswa mengerti dan
memahami mengenai epidemiologi kesehatan.
2. Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat
meningkatkan derajad kesehatan.
3. Setelah membaca makalah ini, diharapkan masyarakat dapat
mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, 2007, Epidemiologi Kedokteran dan Gigi. Buku panduan. UGM.
Yogyakarta.
Bhisma Mutu. 2010. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Maryani, Lidya dan M. Rizki. 2010. Epidemiologi Kesehatan, Yogyakarta: Graha
Ilmu. Hal: 12; 25-30; 47-50; 89-95; 178-180; 250.
Noor, Nur Nasri. 2000. Dasar epidemiologi. Jakarta: Rinika Cipta.
Perdiguero E, Bernabeu J, Huertas R, Rodriguez-Ocana E. 2001. History of
health, a valuable tool in public health. J Epidemiolo Community
Health. Page: 55.
Top Related