LAPORAN OBSERVASI PERANAN GURU MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN
KONSELING DI SEKOLAH
Disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah umum
Bimbingan dan Konseling
Dosen pengampu: Dr. Awalya, M.Pd, Kons., dan Sigit Hariyadi, S.Pd
Disusun oleh:
Bunga Mahardhika A(4301413105)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan hidayah dan karunia-Nya sehingga “Laporan Observasi Peranan
Guru Mata Pelajaran bahasa Indonesia dalam Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah”dapat terselesaikan. Laporan ini disusun sebagai tugas
mandiri mata kuliah umum Bimbingan dan Konseling dari hasil kegiatan
observasi dengan salah satu Guru Mata Pelajaran bahasa Indonesia di SMA
Negeri 1 Keramat.
Namun, penulis menyadari laporan ini tidak dapat tersusun dan terselesaikan
dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Awalya, M.Pd, Kons., dan Bapak Sigit Hariyadi, S.Pd., selaku
dosen pengampu yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan
sehingga penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Ibu Diah Eko Adi Kristianti S.pd., M.pd selaku narasumber.
3. Keluarga yang telah mendukung penulis untuk makalah ini.
4. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sehingga penulisan ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
Semarang, 13 Juni 2014
Penulis,
Bunga Mahardhika A
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan.................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI............................................................... 4
BAB III HASIL WAWANCARA DAN ANALISIS...........................
BAB III PENUTUP............................................................................... 10
A. Simpulan................................................................................. 10
B. Saran....................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 11
LAMPIRAN...........................................................................................
Lampiran 1. Biodata Narasumber...........................................................
Lampiran 2. Dokumentasi.......................................................................
Lampiran 3. Surat Keterangan Wawancara.............................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu faktor yang menunjang
dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bimbingan dan konseling
merupakan terjemahan dari istilah “Guidance and Counseling”. Secara istilah
bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan (Awalya,
2013). Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bidang pelayanan
yang perlu dilaksanakan di dalam program pendidikan, suatu program
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak mungkin akan berjalan
dengan baik tanpa adanya dukungan dari para personil sekolah seperti kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator guru pembimbing, guru
pembimbing wali kelas, TU, dan guru mata pelajaran.
Dalam kedudukannya sebagai personil pelaksana proses pembelajaran
di sekolah, guru mata pelajaran memiliki posisi yang strategis, dibandingkan
dengan guru pembimbing atau konselor, misalnya, guru mata pelajaran lebih
sering berinteraksi dengan siswa secara langsung, sehingga dapat mengamati
secara rutin perkembangan kepribadian siswa, kemajuan belajarnya, dan
bukan tidak mungkin guru mata pelajaran akan langsung berhadapan dengan
permasalahan siswa.
Tugas dan tanggung jawab utama guru mata pelajaran di sekolah adalah
melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Meskipun demikian, bukan
berarti guru tersebut sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan
dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat
diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisiensi pelayanan Bimbingan
dan Konseling di sekolah. Oleh karena itu guru mata pelajaran ditempatkan
sebagai mitra utama konselor dalam memberikan pelayanan Bimbingan dan
Konseling, begitu juga dengan guru wali kelas. (Awalya, 2013).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis paparkan diatas, muncul beberapa
permasalahan, yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana peranan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah?
2. Bagaimana kerja sama antara guru mata pelajaran bahasa Indonesia
dengan konselor dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah?
3. Bagaimana kerjasama antara guru mata pelajaran bahasa Indonesia dengan
wali murid dalam membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi
siswanya?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui dan memahami peranan guru mata pelajaran bahasa Indonesia
dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
2. Mengetahui dan memahami kerja sama antara guru mata pelajaran bahasa
Indonesia dengan konselor dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah.
D. Pelaksanaan Observasi
Observasi dilakukan selama satu hari dengan yaitu pada:
Hari, tanggal : Minggu, 15 Juni 2014
Waktu : Pukul 8.00-10.00 WIB
Tempat : Rumah Ibu Diah Eko Adi Kristanti, S.Pd., M.Pd
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan laporan observasi ini, penulis menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut.
1. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data
pustaka yang dilakukan dengan cara membaca sumber-sumber tertulis
yang berkaitan dengan masalah pendidikan baik buku, e-book, maupun
artikel yang di-share di internet.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan informasi
dengan tanya jawab secara bertatap muka dengan responden. Penulis
melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
narasumber yang berkaitan dengan peranan guru mata pelajaran dalam
bimbingan dan konseling kepada Ibu Diah Eko Adi Kristianti S.pd., M.pd
sebagai narasumber.
F. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca
tentang “Peranan Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah” sehingga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya. Diharapkan pembaca
dapat mengetahui fungsi dan peran guru mata prlajaran dalam pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata, yaitu bimbingan dan konseling.
Pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli memberikan pengertian
yang saling melengkapi satu sama lain.Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan
beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli:
1. Pengertian Bimbingan
Menurut Chiskolm “Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali
berbagai informasi tentang dirinya sendiri. Pengertian ini menitikberatkan pada
pemahaman terhadap potensi diri yang dimiliki.
Menurut Bernard dan fullmer, 1969 “Bimbingan merupakan kegiatan yang
bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu. Dari pengertian tersebut
dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan
diri dengan lingkungannya.
Menurut Mathewson, 1969 “Bimbingan merupakan pendidikan dan
pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik. Pengertian ini
menekankan bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan diri,
tujuan yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.
Dalam peraturan pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan,
dan merencanakan masa depan.”
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa bimbingan pada
prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri,
menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih,
menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan
lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
2. Pengertian Konseling
Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004: 105) konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang
ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (disebut klien)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu,
Winkel (2005: 34) mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling
pokok dari bimbingan dalam usaha membantu klien secara tatap muka dengan
tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai
persoalan atau masalah khusus.
Dari beberapa pengertian diatas bimbingan dan konseling yang
dikemukakan oleh para ahli, dapat dinyatakan bahwa bimbingan dan konseling
adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan
sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus
untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkunganya,
serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk
mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan
masyarakat.
B. Peran Guru Mata Pelajaran dalam Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru mata pelajaran adalah
melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia
sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling dan
menyerahkan sepenuhnya kepada guru BK. Peran dan konstribusi guru mata
pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien
pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas
tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya.
Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh
guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing yang baik, guru
harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu,
berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S.
Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan
pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong,
konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat. Prayitno (2003)
memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam
bimbingan dan konseling adalah :
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa
2. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang
siswa-siswa tersebut.
3. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing/konselor
4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa
yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar
/latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan
dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh
karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting
dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam
kegiatan BK, yaitu:
1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun
umum.
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan
serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan
swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di
dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam
pendidikan dan pengetahuan.
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.
8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik
dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat
menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin
dengan mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam
proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup :
1. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang
akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;
2. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi,
memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber
(resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik
& humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching
problems).
3. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa,
menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas
tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan,
baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.
Dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan
aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan
dari sudut pandang psikologis.Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran
dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai :
1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan;
2. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa
suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan;
3. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus
diajarkannya;
4. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik
melaksanakan disiplin;
5. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar
pendidikan dapat berlangsung dengan baik;
6. Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk
mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan
menjadi pewaris masa depan; dan
7. Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk
menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada
masyarakat.
Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan
sebagai :
1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat;
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara
terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya;
3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap
peserta didik di sekolah;
4. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus
dicontoh oleh mpara peserta didik; dan
5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan
akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.
Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :
1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang
memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;
2. seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations),
artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana
hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat
mencapai tujuan pendidikan;
3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk
menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan
pendidikan;
4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang
mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik; dan
5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru
bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.
BAB III
HASIL WAWANCARA DAN ANALISIS
A. Hasil Wawancara
Dalam pelaksanaan observasi yang dilaksanakan dengan wawancara
kepada seorang guru Mata Pelajaran bahasa Indonesia di SMAN 1 Keramat,
adalah sebagai berikut.
Saya : “Assalamualaikum Ibu, sebelumnya terima kasih atas waktu
yang sudah bapak berikan kepada saya.”
“Langsung saja Ibu, terlebih dahulu saya akan menanyakan
biodata mengenai Ibu yang meliputi nama lengkap, alamat
rumah, mengajar bidang studi apa, pendidikan terakhir, dan
pengalaman mengajar?”
Narasumber : “Nama lengkap saya Diah Eko Adi Kristianti, alamat saya
Jalan Melati II Nomor 1 Ds.Bongkok Kabupaten Tegal. Saya
mengajar bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Keramat,
pendidikan terakhir Magister Managemen Pendidikan,
pengalaman saya mengajar sudah hamper 15 tahun nak.”
Saya : “Baik terima kasih banyak untuk biodatanya, saya langsung ke
pertanyaan pertama, menurut Ibu apa pengertian dari BK?”
Narasumber : Menurut saya, BK adalah sebuah badan yang memberikan
pelayanan kepada siswanya. Pelayanan tersebut antara lain
berupa membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi
siswanya, membantu membentuk karakter siswa yang baik
dan berbudi pekerti, membantu memberikan pelayanan
informasi tentang sekolah atau universitas setelah lulus, serta
menasehati dan memberikan solusi ketika ada siswa yang
melakukan kesalahan.
Saya : “Menurut Ibu, pentingkah BK dalam kegiatan persekolahan? JIka
penting, apakah alasannya?”
Narasumber : Jelas sangat penting. BK sangat wajib dalam kegiatan
persekolahan. Alasannya tentu saja karena BK merupakan
badan khusus yang melayani siswanya. Tugas guru BK
tersebut tidak dapat digantikan sepenuhnya oleh guru mata
pelajaran atau yang lainnya, guru mata pelajaran tentu saja
memiliki tugas pokok yaitu memberikan materi. Sedangkan
guru BK memang dikhususkan untuk memberikan berbagai
pelayanan terhadap siswanya. Jika tidak ada guru BK maka
siapa yang akan menjadi tempat para siswa untuk
mencurahkan permasalahan, tempat para siswa untuk
memperoleh pelayanan informasi, dan masih banyak lagi
peran seorang guru BK yang sangat penting sehingga
keberadaan BK sangat wajib dalam kegiatan persekolahan.
Saya : “Apakah Ibu menerapkan bimbingan konseling kepada siswa
walaupun Ibu bukan merupakan seorang guru BK? Metode seperti
apa yang digunakan?”
Narasumber : Sebagai seorang guru mapel, saya tentu tidak dapat
memberikan pelayanan BK semaksimal guru BK. Karena
saya memiliki tugas pokok untuk memberikan materi kepada
para siswa. Namun ada kalanya saya menerapkan BK kepada
siswa. Sebagai contoh, apabila ada seorang siswa yang
nilainya menurun atau semangat belajarnya berkurang, maka
saya akan mencoba mendekati siswa tersebut dan
menanyakan apakah ia sedang ada masalah. Kemudian saya
akan berkonsultasi dengan guru BK dan memberikan solusi
kepada siswa tersebut agar semangat belajarnya kembali
meningkat dan nilainya juga meningkat.
Saya : “Biasanya masalah apa saja yang sering ditimbulkan oleh anak
didik Ibu?”
Narasumber : “Banyak nak, siswa sekarang sudah berbeda dengan siswa
waktu jaman Ibu dulu. Siswa sekarang sudah sangat maju
dalam teknologi, handphone slalu digenggam dan kurang
memperhatikan pelajaran. Selain itu, handphone juga
dijadikan sarana untuk mencontek. Nah hal inilah yang dapat
membuat nilai siswa menurun. Saat pelajaran dimulai, saya
selalu menyuruh siswa untuk mematikan hp, kemudian dapat
dihidupkan lagi saat jam istirahat. Tidak sampai disitu, siswa
membolos juga masih banyak saja. Sering ada siswa yang
pergi ke kantin saat pelajaran Ibu dan sengaja membolos,
siswa seperti ini harus mendapatkan pelayanan BK.”
Saya : “Bagaimanakah sikap Ibu dalam menanggapi siswa yang
bermasalah tersebut?”
Narasumber : “Sikap Ibu ya seperti tadi nak, mencoba mendekati siswa tersebut
dan menasehati secara perlahan, siswa tersebut jangan dinasehati
secara keras, jika dimarahi dan dinasehati dengan keras justru dia
akan benci dengan Ibu dan lebih sering membolos saat jam
pelajaran Ibu. Tentu saja Ibu juga bekerja sama dengan guru BK,
dan meminta solusi dengan guru BK dalam mengatasi siswa yang
bermasalah tersebut. Jadi, disini terjalin kerjasama antara guru
mapel dan guru BK.”
Saya : “Ketika anak tersebut tetap saja melakukan hal tersebut, apakah
Ibu akan mengalihtangankan si anak kepada BK?”
Narasumber : “Bukan mengalihtangankan nak, tetapi menjalin kerja sama antara
guru mapel dan guru BK. Mungkin memang peran guru BK disini
lebih dominan dibanding Ibu, namun Ibu tidak lepas tangan begitu
saja dengan siswa tersebut.
Saya : “Apakah ada kerjasama dari guru mata pelajaran dan guru BK
mengenai pengidentifikasian siswa yang membutuhkan layanan
BK?”
Narasumber : “Tentu saja ada nak seperti yang Ibu jelaskan tadi, guru mapel dan
guru BK bekerja sama untuk membantu menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi siswanya. Disini guru mapel akan
berkonsultasi dan meminta pendapat serta saran kepada guru BK.”
Saya : “Apakah ada kerjasama dari guru mata pelajaran dan wali murid
dalam membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi
siswanya?”
Narasumber : “Sangat perlu nak, jadi antara guru dan wali murid memang harus
saling mendukung dan memiliki hubungan yang baik. Seorang
guru harus mengetahui karakter si anak lebih mendalam dengan
cara menanyakan dan berkonsultasi kepada orang tua. Karena
dalam menyampaikan nasehat antara anak satu dengan anak lain
caranya berbeda-beda. Ada yang harus diberitahu secara perlahan,
ada yang diberitahu dengan sedikit menekan, dan sebagainya.
Harus disesuaikan dengan karakter siswa tersebut. Jadi, harus lebih
sering diadakan pertemuan antara orangtua dan guru agar terjalin
komunikasi yang baik diantara keduanya.”
Saya : “Pada saat ini banyak siswa yang menganggap bahwa Guru BK
adalah guru killer dan ditakuti siswanya, padahal seharusnya Guru
BK menjadi tempat yang nyaman bagi para siswa untuk
mencurahkan segala permasalahan yang dialami siswa. Bagaimana
pendapat Ibu mengenai hal tersebut?”
Narasumber : “Iya, para siswa memang sudah banyak yang kliru tentang
pengertian dan fungsi dari BK itu sendiri, mereka menganggap
bahwa fungsi BK semata-mata hanyalah mengatasi dan mencari
siswa nakal yang kemudian siswa tersebut akan dimarahi dan
diberi sanksi. Hal tersebut membuat para siswa takut dengan guru
BK, dan enggan untuk menceritakan dan mencurahkan masalah
maupun meminta pendapat dan saran kepada guru BK. Disini
bukan sepenuhnya salah siswa, guru BK harus lebih memiliki
sikap terbuka dan dekat dengan siswanya. Apabila ada siswa yang
melanggar dan melukakn kesalahan juga harus diberi tahu dan
dinasehati secara perlahan jangan dimarahi begitu saja. Guru BK
harus membuat para siswa nyaman sehingga siswa dapat lebih
terbuka dan mau meceritakan masalahnya, serta tidak menganggap
guru BK sebagai guru yang ditakuti.”
Saya : “Apakah Ibu selalu melakukan monitoring pada setiap siswa yang
anda ampu?
Narasumber : “Iya, Ibu selalu berusaha memperhatikan anak didik Ibu satu
persatu, Ibu berusaha mengenali karakter mereka masing-masing.
Apablia ada salah satu dari siswa yang terlihat berbeda seperti
sering melamun dan konsentrasi belajar menurun, maka Ibu akan
mendekati siswa tersebut dan membuat siswa tersebut nyaman dan
mau menceritakan masalahnya. Kemudian Ibu akan memberikan
solusi dan berkonsultasi terlebih dahulu dengan guru BK.”
Saya : “Sebagai mitra seprofesi, apakah Ibu juga melakukan berbagai
jenis pelayanan orientasi informasi, misalnya apa Ibu?”
Narasumber : “Kalau mengenai pelayanan orientasi informasi, Ibu kurang
memberikan secara detail kepada siswa Ibu. Karena Ibu rasa guru
BK sudah sangat lengkap dan detail dalam memberikan pelayanan
orientasi informasi kepada para siswanya.”
Saya : “Apakah Ibu sering memberikan motivasi di kelas terhadap para
siswa?”
Narasumber : “Tentu saja nak, Ibu slalu memotivasi anak didik Ibu agar mereka
lebih bersemangat dalam belajar dan meraih cita-cita mereka. Ibu
sering menceritakan perjuangan orang tua dalam menyekolahkan
anaknya, agar mereka lebih tekun belajar dan jangan sampai
mengecewakan orang tua mereka yang sudah susah payah
menyekolahkan mereka.”
Saya : “Bagaimanakah usaha Ibu dalam mengatasi kesulitan belajar yang
dialami siswa?”
Narasumber : “Jika siswa mengalami kesulitan belajar, maka Ibu akan mendekati
siswa tersebut dan memotivasi mereka agar lebih dan lebih giat
lagi untuk belajar. Jika mereka masih mengalami kesulitan, maka
Ibu akan memberikan bimbingan belajar kepada mereka di rumah
Ibu. Gratis lho nak tentunya, hehehe. ”
Saya : “Pertanyaan yang terakhir Ibu, saran Ibu untuk saya sebagai calon
guru, bagaimana baiknya mendukung kegiatan BK di sekolah?”
Narasumber : “Iya dik, para guru harus mendukung kegiatan BK di sekolah.
Karna BK memiliki peranan yang sangat penting bagi siswanya.
Jika adik sudah menjadi seorang guru mata pelajaran sesuai
dengan jurusan adik, maka sebaiknya juga dapat melakukan
kegiatan konseling kepada siswanya, seperti memberikan
motivasi.Jangan lupa untuk melakukan kerjasama dengan guru BK
dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami
siswa.”
Saya : “Baik Ibu terimakasih atas waktu dan kesediaan Ibu untuk saya
wawancara, saya mengucapkan terimakasih banyak.”
Narasumber : “Iya dik Bunga, sama-sama.”
B. Analisis
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber,
dapat dilihat bahwa Ibu Diah Eko Adi Kristanti, S.Pd., M.Pd sebagai guru bahasa
Indonesia di SMA Negeri 1 Keramat telah melakukan kegiatan konseling terhadap
anak didiknya. Meskipun tugas utama seorang guru mata pelajaran adalah
menyampaikan materi terhadap muridnya, namun demikian, seorang guru mapel
tidak lepas tangan begitu saja terhadap kegiatan konseling dan menyerahkan
semua urusan tersebut terhadap guru BK. Hal ini tercermin dari sikap Ibu Diah
Eko. Beliau selalu memberikan motivasi kepada muridnya agar tetap tercipta
semangat belajar. Ketika ada muridnya yang terlihat berubah seperti sering
melamun, nilai menurun, dan menyendiri, maka Beliau mencoba mendekati siswa
tersebut dan menanyakan masalah apa yang sedang dihadapi oleh siswa tersebut
dan kemudian memberika solusi. Hal tersebut merupakan salah satu weujud
kegiatan konseling yang perlu diapresiasi.
Ibu Diah Eko juga menjalin kerjasama yang baik terhadap guru BK dalam
melakukan kegiatan konseling. Jika ada siswanya yang mengalami suatu masalah,
maka Beliau berkonsultasi terlebih dahulu kepada guru BK untuk memberikan
solusi yang terbaik terhadap masalah yang dialami siswanya tersebut. Beliau tidak
lepas tangan begitu saja dan mengalihtangankan masalah tersebut kepada guru
BK. Keerjasama antara guru dan orang tua juga harus terjalin dengan sangat baik.
Seorang guru sangat memerlukan peran orang tua dalam mengatasi maslah
siswanya, karena orang tua tentu saja lebih mengenali karakter anaknya lebih
mendalam dibanding dengan guru yang hanya bertatap muka di sekolah.
Sebaliknya, orang tua juga sangan memerlukan peran guru dalam mengatasi
maslah anaknya. Misalnya jika anak mengalami kesulitan belajar, maka orangtua
akan berkonsultasi dengan gurunya untuk meminta cara yang terbaik agar
semangat belajar anak bisa kembali meningkat. Jadi disini, orang tua dan guru
harus memiliki komunikasi yang baik. Menurut Ibu Diah Eko, pertemuan antyara
orang tua dan guru harus lebih sering diadakan agar terjalin kerjasama yang baik
antara keduanya.
Pada kenyataannya, orangtua dan guru sangat jarang sekali dipertemukan
jika tidak ada urusan yang penting dan mendesak. Mungkin pertemuan tersebut
hanya diadakan ketika pemngambilan raport dan ketika ada administrasi atau
masalah keuangan yang perlu dibicarakan dan diketahui oleh wali murid. Sangat
jarang sekali ada pertemuan antara guru dan wali murid dengan agenda khusus
untuk saling berkonsultasi dan membicarakan anak didik. Oleh karena itu,
sebaiknya pertemuan antara guru dan walimurid harus lebih sering dilakukan agar
terjalin kerjasama yang baik antara guru dan wali murid. Wali murid juga
sebaiknya tidak cangggung untuk berkonsultasi kepada guru mengenai masalah
yang dihadapi anaknya, begitu juga dengan guru yang harus terbuka kepada orang
tua si anak.
Selain perlunya kerja sama antara guru dan orang tua, yang paling penting
adalah kesediaan si anak tersebut dalam menyampaikan apa yang dirasakan
kepada guru BK maupun guru mapel. Yang terjadi pada saat nii, banyak sekali
anak yang tertutup dan merasa canggung untuk ‘curhat’ kepada guru. Seorang
anak tentu saja lebih merasa nyaman jika bercerita kepada teman sekaligus
meminta solusi dengan permasalahan yang ia hadapi. Padahal, seorang remaja
masih labil dan mungkin belum terlalu bijak jika dimintai solusi. Guru BK yang
merupakan seorang ‘ahli’ tentu saja merupakan tempat yang paling tepat untu
memberikan solusi kepada permasalahan yang dialami siswa. Namun pada
kenyataanya, pada saat ini para siswa mengalami kesalahan pengertian terhasdasp
guru BK. Mereka menganggap guru BK adalah guru killer yang galak dan
ditakuti. Karena menurut pandangan mereka, tugas guru BK hanyalah mencari-
cari siswa yang nakal dan memberikan hukuman. Hal ini membuat siswa enggan
berdekatan dengan guru BK apalagi untuk menceritakan masalahnya dan meminta
solusi terhadap guru BK.
Menurut guru Ibu Diah Eko selaku narasumber, kesalahan persepsi tentang
pengertian guru BK tersebut tidak sepenuhnya kesalahan dari siswa.. Guru BK
juga harus lebih mendekatkan diri kepada siswanya, sehingga siswa merasa
nyaman dan akhirnya terbuka untuk menceritakan masalah yang dialami. Jika ada
siswa yang melakukan kesalahan, seorang guru BK juga jangan langsung
menghukum berat dan memarahi siswa tersebut, karena hal itu dapat membuat
siwa semakin tidak menyukai dan tidak meerasa nyaman terhadap guru BK. Jika
siswa melakukan kesalahan, maka sebaiknya dinasehati dan diberitahu
kesalahannya dengan perlahan dan tidak dengan nada meninggi. Namun jika
siswa tyersebut mengulang-ulang kesalahannya, barulah diberi sanksi sesuai
dengan peraturan yang berlaku di sekolanya.
Sebagi seorang guru mata pelajaran tentu saja kewajiban untuk
menyampaikan materi harus tetap menjadi tugas pokok yang harus dilaksanakan.
Seorang guru mapel harus menyampaikan materi kepada siswanya sampai siswa
benar-benar paham dan mendapatkan nilai yang bagus. Jika ada siswa yantg
mengalami kesulitan belajar dalam pelajaran bahasa Indonesia, maka Ibu Diah
Eko selaku guru bahasa Indonesia akan memberikan bimbingan belajar khusus
kepada muridnya tanpa dipungut biaya. Beliau ikhlas memberikan ilmu kepada
muridnya, karena baginya, kesuksesan murid-murdinya adalah kesuksesan Beliau
pula. Siswa yang pintyar dan cerdas akademik, tentu saja harus diimbangi dengan
karakter dan budi pekerti yang baik pula. Oleh karena itu, bimbingan dan
konseling sangat diperlukan di sekolah untuk memberntuk karakter dan
kepribadian siswa yang baik dan mulia. Selain sebagai tempat untuk mencurahkan
masalah dan memberikan solusi terhadap siswa, BK juga memberikan berbagai
pelayanan seperti pelayanan informasi. Pelayanan informasi ini sangat penting
bagi siswa. Jika siswa sudah kelas 6 SD, 3 SMP, maupun 3 SMA, tentu saja
mereka memerlukan berbagai informasi mengenai sekolah maupun universitas
yang baim agar mereka tidak salah memilih. Nah disini, peran guru BK sangatlah
diperlukan. Guru BK tentu saja menguasi dan berpengalaman mengenai
informasi-informasi tentang sekolah dan universitas dibanding dengan guru mata
pelajaran. Disini guru BK juga kan mengarahkan siswanya agar memilih jurusan
sesuai dengan bakat dan kemampuan siswanya, tidak asal pilih begitu saja.
Pada intinya, Ibu Diah Eko Adi Kristianti S.pd., M.pd sebagai guru bahasa
Indonesia di SMA Negeri 1 Keramat sangat mewajibkan adanya guru BK di
sekolah. Karena guru BK memiliki tugas dan peran yang sangat penting yang
tidak dapat digantikan dengan guru lain. Namun demikian, guru mata pelajaran
tidak lepas tangan begitu saja mengenai kegiatan konseling, serta menyerahkan
segala urusan konseling terhadap guru BK. Guru mata pelajaran seharusnya juga
dapat memberikan pelayanan konseling kepada siswanya, seperti memberikan
motivasi, mendekati siswa yang terlihat mengalami perubahan, membuat siswa
tersebut merasa nyaman dan terbuka untuk menceritakan masalahnya, kemudian
memberikan solusi yang terbaik dengan terlebih dahulu berkonsultasi terhadap
guru BK. Jadi, guru BK dan guru mata pelajaran harus menjalin kerjasama yang
baik dalam melakukan kegiatan konseling terhadap siswanya. Selain kerjasama
antara guru BK dan guru mapel, kerja sama antara guru dan walimurid juga sangat
dibutuhkan. Guru dan walimurid harus saling terbuka dan menjalin komunikasi
yang baik. Oleh karena itu, pertemuan antara guru dan walimurid dengan agenda
khusus untuk membicarakan siswa harus lebih sering diadakan. Sehingga tidak
ada rasa canggung antara kedua belah pihak untuk saling berkonsultasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penelitian dan hasil penyusunan laporan ini penulis dapat menyimpulkan
bahwa peran guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling di SMA Negeri 1 Keramat sudah sesuai dengan peran, tugas dan
tanggungjawab yang dimiliki oleh setiap guru mata pelajaran terhadap
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
Dari narasumber yang menjadi objek penelitian, dapat disimpulkan bahwa
peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA
Negeri 1 Keramat sudah sesuai dengan pendapat Sardiman (2001:142) yang
menyatakan bahwa ada sembilan peran guru mata pelajaran dalam kegiatan BK,
yaitu:
1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun
umum.
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan
serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan
swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di
dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam
pendidikan dan pengetahuan.
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.
8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik
dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat
menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
B. Saran
Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis hanya mengambil sampel
seorang guru mata pelajaran sebagai sampel, yaitu guru mata pelajaran bahasa
Indonesia. Yang diharapkan dari penulis adalah seluruh guru mata pelajaran lain
yang ada di sekolah juga melaksanakan perannya sebagai guru mata pelajaran
sekaligus melaksanakan kegiatan konseling di sekolah dan menjalin kerjasama
yang baik dengan guru BK.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis sangat berterimakasih bila ada saran dan kritik yang
membangun demi sempurnanya penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Awalya, M.Pd, Kons.,dkk. 2013 . Bimbingan dan Konseling.
Semarang : UPT UNNES Press
2. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta :
Depdiknas.
4. Sofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual; Teori dan Praktek.
Bandung: Alfabeta
5. Wina Senjaya. 2006. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
6. Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT
Rosda Karya Remaja.
7. Makalah Peran Guru Kelas Dalam Bimbingan Konseling. http://makalah-
di.blogspot.com/2013/11/makalah-peran-guru-kelas-dalam.html diakses
tanggal 17 Juni 2014
8. Rustanti. Peranan Personil Sekolah dan Guru Mata Pelajaran dalam
Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.
http://amikorniawati.blogspot.com/2013/02/peranan-personil-sekolah-dan-
guru-mata.html diakses tanggal 17 Juni 2014
LAMPIRAN
Lampiran 1
BIODATA NARASUMBER
Nama lengkap : Diah Eko Adi Kristianti S.pd., M.pd
Usia : 44 tahun
Alamat : Jalan Melati II Nomor 1 Ds.Bongkok Kabupaten Tegal
Pekerjaan : Guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Keramat
Pengalaman kerja : Menjadi seorang guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Keramat selama 15 tahun
Pendidikan terakhir : Magister Managemen Pendidikan (M.Pd)
Hobby : Membaca
Pesan Motivasi : Jangan takut untuk bermimpi, dan jadikan mimpi tersebut ` sebagai tujuan yang harus dicapai
Lampiran 2
DOKUMENTASI
Lampiran 3
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Alamat :
Menerangkan bahwa :
Nama : Bunga Mahardhika A
NIM : 4301413105
Fak/ Jur : MIPA/Pendidikan Kimia
Mahasiswi yang bersangkutan telah melakukan wawancara dalam rangka
memenuhi tugas observasi mata kuliah umum bimbingan dan konseling.
Surat keterangan ini diberikan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Tegal, 15 Juni 2014
Narasumber,
Diah Eko Adi Kristianti S.pd., M.pd
Top Related