i
MAKALAH
BAYI TABUNG DALAM SUDUT
PANDANGAN ISLAM
KELOMPOK 4
Di susun oleh:
1. HIDAYATUL IQBAL
2. IKA USWATUN HASANAH
3. IKKA ESWA AYUNDA
4. KETI SUGIARTI
5. LOLITA SARI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2014/2015
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada sumber dari segala sesuatu yang bersifat
mulia. Sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, sang Maha Cahaya,
penabur cahaya ilham, pilar nalar kebenaran dan kebaikan, sang kekasih tercinta
yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat, Allah SWT. Shalawat serta
salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan serta
menyampaikan kepada kita semua ajaran Islam yang telah terbukti kebenarannya,
serta makin terus terbukti kebenarannya. Dengan ini pula kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan inspirasi
kepada kami sehingga makalah yang berjudul “Bayi Tabung dalam Sudut
Pandang Agama Islam” ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan apa
yang diharapkan. Dengan penuh kesadaran diri dan kerendahan hati, kami
menyadari bahwa hanya Allah-lah yang memiliki kesempurnaan, sehingga tentu
masih banyak lagi rahasia-Nya yang belum tergali dan belum kita ketahui. Oleh
karenanya kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran membangun dari
teman-teman dan pembaca sekalian sehingga mampu menjalin sinergi yang pada
akhirnya akan membuat pemikiran ini bisa lebih disempurnakan lagi dimasa yang
akan datang, bukan hanya untuk Islam namun juga untuk kemajuan umat
manusia.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 20
A. Kesimpulan ................................................................................... 20
B. Saran .............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasangan suami-istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum
dapat dikaruniai anak. Mereka pun gelisah. Usia sudah semakin tua, tetapi
belum mempunyai anak. Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak
boleh berputus asa dan menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha)
serta bertawakkal dalam menggapai karunia Allah SWT.
Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi.Termasuk
kesulitan dalam mempunyai keturunan (anak). Pada dasarnya pembuahan
yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami pula (hubungan
seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia.
Akan tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena
rusaknya atau tertutupnya saluran indung telur (tuba Fallopii) yang membawa
sel telur ke rahim, serta tidak dapat diatasi dengan cara membukanya atau
mengobatinya.
Atau karena sel sperma suami lemah atau tidak mampu menjangkau
rahim isteri untuk bertemu dengan sel telur, serta tidak dapat diatasi dengan
cara memperkuat sel sperma tersebut, atau mengupayakan sampainya sel
sperma ke rahim isteri agar bertemu dengan sel telur di sana.Semua ini akan
meniadakan kelahiran dan menghambat suami isteri untuk mempunyai anak.
Padahal Islam telah menganjurkan dan mendorong hal tersebut dan kaum
muslimin pun telah disunnahkan melakukannya.
Namun dengan teknologi Sekarang ini sudah muncul berbagai
kecanggihan yang dapat di gunakan untuk mengatasi kendala-kendala
kehidupan terkhusus pada kesulitan mempunyai anak dengan berbagai faktor
penyebab, baik penyebab yang telah dipaparkan sebelumnya ataupun yang
dipengaru oleh faktor usia ataupun faktor-faktor penyebab lainnya.
Dengan kemajuan teknologi yang telah diciptakan oleh manusia itu
sendiri pada bidang kedokteran dan ilmu biologi moderen yang telah berhasil
2
menciptakan teknologi yang disebut bayi tabung/inseminasi buatan. Dengan
cara inseminasi butan inilah pasangan yang telah menikah bertahun-tahun
dapat menggunakan inseminasi sebagai solusi untuk mendapatkan keturunan
(anak). Pada dasarnya orang-orang memuji pada bidang teknologi tersebut.
Namum mereka belum tahu pasti apakah produk-produk teknologi
yang dipergunakan tersebut dapat dibenarkan menurut pandangan islam. Oleh
karena hal tersebut diatas, untuk mengetahui lebih banyak mengenai bayi
tabung/inseminasi menurut pandangan islam. Maka akan disajikan
pembahasan bayi tabung tersebut dalam bentuk karya tulis ilmiah (makalah)
yang di beri judul Bayi Tabung dalam Sudut Pandang Agama Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka
permasalahan yang muncul berkaitan dengan bayi tabung/inseminasi ini
yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan bayi tabung/inseminasi buatan?
2. Bagaimanakah pandangan islam megenai bayi tabung/inseminasi buatan?
3. Apakah hukum bayi tabung menurut pandangan islam?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian bayi tabung/inseminasi.
2. Untuk mengetahui pandangan islam megenai bayi tabung/inseminasi
buatan.
3. Untuk mengetahui hukum bayi tabung menurut pandangan islam.
4. Untuk menambah pengetahuan tentang bayi tabung/inseminasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bayi Tabung
1. Pengertian Bayi Tabung
Bayi tabung merupakan terjemahan dari artificial insemination.
Artificial artinya buatan atau tiruan, sedangkan insemination berasal dari
bahasa latin “inseminatus” yang artinya pemasukan atau penyimpanan.
Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro
Fertilization (IVF) adalah suatu upaya memperoleh kehamilan dengan
jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur dalam suatu wadah khusus
tanpa melalui senggama (sexual intercourse). Pada kondisi normal,
pertemuan ini berlangsung di dalam saluran tuba.
Dalam proses bayi tabung atau IVF, sel telur yang sudah
matang diambil dari indung telur lalu dibuahi dengan sperma di dalam
sebuah medium cairan. Setelah berhasil, embrio kecil yang terjadi
dimasukkan ke dalam rahim dengan harapan dapat berkembang menjadi
bayi. Proses yang berlangsung di laboratorium ini dilaksanakan sampai
menghasilkan suatu embrio yang akan ditempatkan pada rahim ibu.
Embrio ini juga dapat disimpan dalam bentuk beku dan dapat digunakan
kelak jika dibutuhkan.
Bayi tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi
ibu- ibu yang memiliki gangguan pada saluran tubanya. Pada kondisi
normal, sel telur yang telah matang akan dilepaskan oleh indung telur
(ovarium) menuju saluran tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnya menunggu
sel sperma yang akan membuahi. Jika terdapat gangguan pada saluran tuba
maka proses ini tidak akan berlangsung sebagaimana mestinya.
Bayi tabung pertama lahir ke dunia ialah Louise Brown. Ia lahir di
Manchester, Inggris, 25 Juli 1978 atas pertolongan Dr. Robert G. Edwards
dan Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik untuk bayi tabung berkembang
pesat. Teknik bayi tabung ini telah menjadi metode yang membantu
4
pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada organ
reproduksi anak pada wanita.
Pengambilan sel telur dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Cara pertama: Indung telur di pegang dengan penjepit dan dilakukan
pengisapan. Cairan folikel yang berisi sel telur di periksa di mikroskop
untuk ditemukan sel telur.
b. Cara kedua: (USG) folikel yang tampak di layar ditusuk dengan jarum
melalui vagina kemudian dilakukan pengisapan folikel yang berisi sel
telur seperti pengisapan laparoskopi.
2. Jenis-Jenis Proses Bayi Tabung
a. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri.
Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami-istri dari
pembuahan bakal anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat
dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan perkawinan kepada
kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi.
Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai
hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita.
Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka
bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari
kemajuan ilmu kedokteran di bidang pro-kreasi manusia.
b. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak.
Ada kemungkinan bahwa benih dari suami-istri tidak bisa
dipindahkan ke dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan
kesehatan atau alasan-alasan lain. Dalam kasus ini, maka diperlukan
seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi
pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak
persyaratan untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait.
Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang
sangat besar. Suami-istri bisa memilih wanita sewaan yang masih
muda, sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik
5
seperti ini biasanya belum ada ketentuan hukumnya, sehingga kalau
muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin mempertahankan bayi itu
dan menolak uang pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan.
c. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri
mandul; dalam arti bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak
mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang
mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor.
Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru,
yaitu benih dari orang lain. Pertama, apakah pembuahan yang
dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain sebagai
pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau
wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan
pribadi dengan orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu
kepada siapa benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah lain
lagi yang bisa muncul.
d. Munculnya Bank Sperma Praktik bayi tabung membuka peluang pula
bagi didirikannya bank-bank sperma.
Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari
bank-bank tersebut. Bahkan orang bisa menjual-belikan benih-benih
itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih dari
seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan
lain-lain. Praktek bank sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik
bayi tabung. Kini bank sperma malah menyimpannya dan
memperdagangkannya seolah-olah benih manusia itu suatu benda
ekonomis.
3. Proses Pembuahan Bayi Tabung
Bayi tabung merupakan pilihan terakhir bagi mereka yang ingin
mendapatkan keturunan namun sampai saat ini belum juga mendapatkan
kehamilan. Di bawah ini akan dijelaskan proses dalam pembuatan bayi
tabung :
6
a. Perjuangan Sperma Menembus Sel Telur
Langkah pertama dalam proses pembuatan bayi tabung ini
diperlukan adanya sperma. Untuk mendapatkan kehamilan, satu sel
sperma harus bersaing dengan sel sperma yang lain. Sel Sperma yang
kemudian berhasil untuk menerobos sel telur merupakan sel sperma
dengan kualitas terbaik saat itu.
b. Perkembangan Sel telur
Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel
telur. Sel telur tersebut akan berjalan melewati saluran telur dan
kemudian bertemu dengan sel sperma pada kehamilan yang normal.
c. Injeksi
Dalam IVF, dokter akan mengumpulkan sel telur sebanyak-
banyaknya. Dokter kemudian memilih sel telur terbaik dengan
melakukan seleksi. Pada proses ini pasien disuntikkan hormon untuk
menambah jumlah produksi sel telur. Perangsangan berlangsung 5 – 6
minggu sampai sel telur dianggap cukup matang dan siap dibuahi.
Proses injeksi ini dapat mengakibatkan adanya efek samping.
d. Pelepasan Sel telur
Setelah hormon penambah jumlah produksi sel telur bekerja
maka sel telur siap untuk dikumpulkan. Dokter bedah menggunakan
laparoskop untuk memindahkan sel-sel telur tersebut untuk digunakan
pada proses bayi tabung (IVF) berikutnya.
e. Sperma beku
Sebelumnya suami akan menitipkan sperma kepada
laboratorium dan kemudian dibekukan untuk menanti saat ovulasi.
Sperma yang dibekukan disimpan dalam nitrogen cair yang dicairkan
secara hati-hati oleh para tenaga medis.
f. Menciptakan Embrio
Dalam menciptakan embrio ini, dokter akan menyatukan
sperma dan ovum yang telah dipilih sebelumnya. Pada sel sperma dan
sel telur yang terbukti sehat, akan sangat mudah bagi dokter untuk
7
menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab. Namun bila sperma
tidak sehat sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi sel telur,
maka akan dilakukan teknik ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection).
Pada teknik ICSI ini dokter akan menyuntikkan satu sperma hidup ke
dalam sel telur.
g. Embrio Berumur 2 hari
Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan
dihasilkan sel telur yang telah dibuahi (disebut dengan nama embrio).
Embrio ini kemudian akan membelah seiring dengan waktu. Embrio
ini memiliki 4 sel, yang diharapkan mencapai stage perkembangan
yang benar.
h. Pemindahan Embrio
Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer
yang diinjeksikan ke sistem reproduksi pasien (rahim ibu).
i. Implanted fetus
Setelah embrio memiliki 4 – 8 sel, embrio akan dipindahkan
kedalam rahim wanita dan kemudian menempel pada rahim.
Selanjutnya embrio tumbuh dan berkembang seperti layaknya
kehamilan biasa sehingga kehadiran bakal janin dapat dideteksi
melalui pemeriksaan USG
4. Manfaat Dan Akibat Bayi Tabung
Bisa membantu pasangan suami istri yang keduanya atau salah
satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri,
menghalangi bertemunya sel sperma dan sel telur. Misalnya karena tuba
falopii terlalu sempit atau ejakulasinya terlalu lemah.
Akibat(mafsadah) dari bayi tabung
Percampuran Nasab,padahal Islam sangat menjaga kesucian /
kehormatan kelamin dan kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan
kemahraman (siapa yang halal dan haram dikawini) dan kewarisan.
a. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
8
b. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi
percampuran sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.
c. Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik
didalam rumah tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor
merupakan anak yang sangat unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan
sifat-sifat fisik dan karakter/mental si anak dengan bapak ibunya.
d. Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya
terselubung dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek
daripada anak adopsi yang pada umumnya diketahui asal dan
nasabnya.
e. Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada
bayi tabung lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada
pasangan suami istri yang punya benihnya, sesuai dengan kontrak,tidak
terjalin hubungan keibuan anatara anak dengan ibunya secara alami.
Surat Al-Lugman ayat 14 Mengenai status anak hasil inseminasi
dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam adalah tidak sah
dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi. UU Perkawinan pasal 42
No.1/1974:”Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau
sebagai akibat perkawinan yang sah”maka memberikan pengertian bahwa
bayi tabung dengan bantuan donor dapat dipandang sah karena ia terlahir
dari perkawinan yang sah.Tetapi inseminasi buatan dengan sperma atau
ovum donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan Pancasila,UUD
1945 pasal 29 ayat 1. Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat
Indonesia termasuk kalangan agama nantinya bias menerima bayi tabung
seperti halnya KB.Namun harus diingat bahwa kalangan agama bias
menerima KB karena pemerintah tidak memaksakan alat/cara KB yang
bertentangan dengan agama.
Contohnya : Sterilisasi,Abortus.Oleh karena itu pemerintah
diharapkan mengizinkan praktek bayi tabung yang tidak bertentangan
dengan agama.
9
5. Efek Samping/komplikasi Bayi Tabung
Proses bayi tabung merupakan sebuah proses yang tidak alami dan
biasanya sesuatu yang tidak alami itu ada efek sampingnya.
a. Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS), merupakan komplikasi
dari proses stimulasi perkembangan telur dimana banyak folikel yang
dihasilkan sehingga terjadi akumulasi cairan di perut. Cairan bisa
sampai ke rongga dada dan yang paling parah harus masuk rumah
sakit karena cairan harus dikeluarkan dengan membuat lubang
dibagian perut. Kalau tidak dikeluarkan bisa menggangu fungsi tubuh
yang lain. Jangan takut dulu, OHSS yang parah ini hanya dialami oleh
sekitar 1% dari pasien.
b. Kehamilan kembar, bukan merupakan rahasia lagi kalau proses bayi
tabung bisa menghasilkan lebih dari satu bayi. Kelihatannya enak
punya anak kembar, tapi katanya resiko melahirkannya lebih tinggi
dari kalau hanya satu bayi. Tidak jarang bayinya bisa masuk ICU
karena prematur.
c. Keguguran. Ini memang bisa juga terjadi pada kehamilan normal.
Tingkat keguguran kehamilan bayi tabung sekitar 20%.
d. Kehamilan diluar kandungan atau kehamilan ektopik, kemungkinan
terjadi sekitar 5%.
e. Resiko pendarahan pada saat pengambilan sel telur (Ovum Pick Up),
sangat jarang terjadi. Karena prosedurnya menggunakan jarum khusus
yang dimasukkan ke dalam rahim, resiko pendarahan bisa terjadi yang
tentunya membutuhkan perawatan lebih lanjut.
6. Bayi Tabung dalam Pandangan Islam
Masalah bayi tabung (Athfaalul Anaabib) ini menurut pandangan
Islam termasuk masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat
hukumnya secara spesifik di dalam AlQur’an dan As-Sunnah bahkan
dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Oleh karena itu, dalam menyelesaikan
masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam dengan menggunakan
metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin),
10
agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum Islam.
Namun, kajian masalah mengenai bayi tabung ini sebaiknya
menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan
cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat
diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar proporsional dan
mendasar. Misalnya menggunakan ahli kedokteran, peternakan, biologi,
hukum, agama dan etika. Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini,
para ulama di Tanah Air telah menetapkan fatwa tentang bayi
tabung/inseminasi buatan.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwany pada tanggal 13
Juni 1979 menetapkan 4 keputusan terkait masalah bayi tabung,
diantaranya :
a. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang
sah hukumnya mubah (boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang
berdasarkan kaidah-kaidah agama. Asal keadaan suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri
tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih
حا ا ةج او ةا لج ر و ةال لج ر و ة او ا ا ةا ر و
“Hajat (kebutuhan yang sangat penting) diperlakukan seperti
dalam keadaan terpaksa. Padahal keadaan darurat/terpaksa itu
membolehklan melakukan hal-hal yang terlarang”.
b. Sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung
dari pasangan suami-istri yang dititipkan di rahim perempuan lain
dan itu hukumnya haram, karena dikemudian hari hal itu akan
menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan
(khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai
ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan
sebaliknya).
11
c. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah
meninggal dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-
zari’ah. Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik baik
kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.
d. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan
suami-istri yang sah hal tersebut juga hukumnya haram. Alasannya,
statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis diluar
pernikahan yang sah alias perzinahan.
Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait
masalah dalam Forum Munas di Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981.
Ada 3 keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah Bayi
Tabung, diantaranya :
a. Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita
tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung
hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada sebuah hadist yang
diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada
dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT,
dibandingkan dengan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan
spermanya (berzina) didalam rahim perempuan yang tidak halal
baginya.”
b. Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara
mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram.
Mani Muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara
yang tidak dilarang oleh syara’. Terkait mani yang dikeluarkan secara
muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul
Akhyar II/113. “Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan
spermanya (dengan beronani) dengan tangan istrinya, maka hal
tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana
yang diperbolehkan untuk bersenang-senang.”
12
c. Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara
mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam
rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).
Dalil-dalil syar’i yang dapat dijadikan landasan menetapkan
hukum haram bayi tabung adalah :
a. Firman Allah SWT dalam surat Al-Isra:70 dan AT-Tin:4. Ayat-ayat
tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai
makhluk yang mempunyai keistimewaan sehingga melebihi
makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dalam hal ini bayi tabung dengan
donor pada hakikatnya dapat merendahkan harkat manusia sejajar
dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan.
b. Hadits Nabi SAW yang mengatakan, “Tidak halal bagi seseorang
yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya
(sperma) pada tanaman orang lain (istri orang lain).” (HR. Abu
Daud, Tirmidzi, dan dipandang Shahih oleh Ibnu Hibban).
Dalil lain untuk syarat kehalalan bayi tabung bagi manusia harus
berasal dari sperma dan ovum pasangan yang sah menurut syariah adalah
kaidah hukum fiqih yang mengatakan “Dar’ul mafsadah muqaddaam
‘ala jaibil mashlahah” (menghindari mafsadah atau mudharat) harus
didahulukan daripada mencari atau menarik maslahaan/kebaikan.
Pendapat Ulama
a. Ulama Yusuf Qardawi mengatakan dalam keadaan darurat atau hajat
melihat atau memegang aurat diperbolehkan dengan syarat keamanan
dan nafsu dapat dijaga. Hal ini sejalan dengan kaidah ushul fiqih:
“ Kebutuhan yang sangat penting itu diperlakukan seperti
keadaan terpaksa (darurat). Dan keadaan darurat itu membolehkan
hal-hal yang dilarang”.
Menurut hemat penulis adalah keadaan seperti ini di sebut
dengan keadaan darurat , dimana orang lain boleh melihat dan
memegang aurat besar wanita. Karena belum ditemukan cara lain dan
kesempatan unutuk melihat dan memegang aurat wanita itu ditujukan
13
semata- mata hanya untuk kepentingan medis yang tidak
menimbulkan rangsangan.
b. Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, Zaidiyah, mengharamkan secara
multak berdasarkan Al-Qur’an surat Al- Mu’minun ayat 5-7,
“dimana Allah telah memerintahkan manusia untuk menjaga
kehormatan kelamin dalam setiap keadaan, kecuali terhadap istri
dan budak’’.
c. Ulama Hanabilah mengharamkan onani, kecuali khawatir berbuat
zina atau terganggu kesehatannya, sedang ia tidak punya istri atau
tidak mampu kawin. Yusuf Qardawi juga sependapat dengan ulama
Hanabilah.
d. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa istimna’ pada prinsipnya
diharamkan, namun istimna’ diperbolehkan dalam keadaan
tertentubahkan wajib, jika dikhawatirkan jatuh kepada perbuatan
zina. Hal ini didasari oleh kaidah ushul adalah:
“Wajib menempuh bahaya yang lebih ringan diantara dua bahaya”.
7. Bayi Tabung yang di Halalkan dan di Hramkan
Ada 2 hal yang menyebutkan bahwa bayi tabung itu halal, yaitu:
a. Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil
dari istrinya kemudian disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim
istrinya.
b. Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran
rahim istrinya atau langsung ke dalam rahim istrinya untuk
disemaikan.
Hal tersebut dibolehkan asal keadaan suami isteri tersebut benar-
benar memerlukan inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami
isteri tersebut memperoleh keturunan.
Ada 5 hal yang membuat bayi tabung menjadi haram yaitu:
a. Sperma yang diambil dari pihak laki-laki disemaikan kepada indung
telur pihak wanita yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke
dalam rahim istrinya.
14
b. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada
sperma yang diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.
c. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari
sepasang suami istri, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita
lain yang bersedia mengandung persemaian benih mereka tersebut.
d. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan
wanita lain kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
e. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari
seorang suami dan istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim
istrinya yang lain.
Jumhur ulama menghukuminya haram.Karena sama hukumnya
dengan zina yang akan mencampur adukkan nashab dan sebagai akibat,
hukumnya anak tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan
dengan ibu yang melahirkannya.Sesuai firman Allah dalam surat At-tin
ayat 4, yaitu :
Surat At-tin ayat 4
ا خةقا اال ا اأ ت خ اق و خ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya”.
Dan hadist Rasululloh Saw:
ا جا ا ي اا ا خ قال اا و ةأا يال ا ا ج أ ا غ ا
“Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Alloh dan hari
akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina
istri orang lain). (Hadits Riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan hadits ini
dipandang shahih oleh Ibnu Hibban)”
Menurut sejumlah ahli, inseminasi buatan atau bayi tabung secara
garis besar dibagi menjadi dua menurut al-Majma' al-Fiqhi al- Islami (
Rabitahoh a l'Alam al Islami ) , Daurah ke 7, tanggal 11-16 Rabi ul Akhir
1404, dan Daurah ke-8 di Mekkah, tanggal 28 Rabi' ul Awal – 7 Jumadal
Ula 1405 / 19-27 Januari 1985
15
Pertama : Pembuahan di dalam rahim. Bagian pertama ini
dilakukan dengan dua cara :
Cara pertama : Sel sperma laki-laki diambil, kemudian disuntikan
pada tempat yang sesuai dalam rahim sang istri sehingga sel sperma
tersebut akan bertemu dengan sel telur istri kemudian terjadi pembuahan
yang akan menyebabkan kehamilan. Cara seperti ini dibolehkan oleh
Syari'ah, karena tidak terjadi pencampuran nasab dan ini seperti kehamilan
dari hubungan seks antara suami dan istri.
Cara kedua : Sperma seorang laki-laki diambil, kemudian
disuntikan pada rahim istri orang lain, atau wanita lain, sehingga terjadi
pembuahan dan kehamilan. Cara seperti ini hukum haram, karena akan
terjadi percampuran nasab. Kasus ini serupa dengan adanya seorang laki-
laki yang berzina dengan wanita lain yang menyebabkan wanita tersebut
hamil.
Kedua : Pembuahan di luar rahim. Bagian kedua ini dilakukan
dengan lima cara :
Cara pertama : Sel sperma suami dan sel telur istrinya diambil dan
dikumpulkan dalam sebuah tabung agar terjadi pembuahan. Setelah dirasa
cukup, maka hasil pembuahan tadi dipindahkan ke dalam rahim istrinya
yang memiliki sel telur tersebut Hasil pembuahan tadi akan berkembang di
dalam rahim istri tersebut, sebagaimana orang yang hamil kemudian
melahirkan ana yang dikandungnya. Bayi tabung dengan proses seperti di
atas hukumnya boleh, karena tidak ada percampuran nasab. ( Dar al Ifta' al
Misriyah, Fatawa Islamiyah : 9/ 3213-3228 )
Cara kedua : Sel sperma seorang laki-laki dicampur dengan sel
telur seorang wanita yang bukan istrinya ke dalam satu tabung dengan
tujuan terjadinya pembuahan. Setelah itu, hasil pembuahan tadi
dimasukkan ke dalam rahim istri laki-laki tadi. Bayi tabung dengan cara
seperti ini jelas diharamkan dalam Islam, karena akan menyebabkan
tercampurnya nasab.
16
Cara ketiga : Sel sperma seorang laki-laki dicampur dengan sel
telur seorang wanita yang bukan istrinya ke dalam satu tabung dengan
tujuan terjadinya pembuahan. Setelah itu, hasil pembuahan tadi
dimasukkan ke dalam rahim wanita yang sudah berkeluarga. Ini biasanya
dilakukan oleh pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak, tetapi
rahimnya masih bia berfungsi. Bayi tabung dengan proses seperti ini jelas
dilarang dalam Islam.
Cara keempat : Sel sperma suami dan sel telur istrinya diambil dan
dikumpulkan dalam sebuah tabung agar terjadi pembuahan. Setelah dirasa
cukup, maka hasil pembuahan tadi dipindahkan ke dalam rahim seorang
wanita lain. Ini jelas hukumnya haram. Sebagian orang menamakannya "
Menyewa Rahim ".
Cara kelima : Sperma suami dan sel telur istrinya yang pertama
diambil dan dikumpulkan dalam sebuah tabung agar terjadi pembuahan.
Setelah dirasa cukup, maka hasil pembuahan tadi dipindahkan ke dalam
rahim istri kedua dari laki-laki pemilik sperma tersebut. Walaupun istrinya
pertama yang mempunyai sel telur telah rela dengan hal tersebut, tetap saja
bayi tabung dengan proses semacam ini haram, (Majma' al Fiqh Al Islami,
Munadhomah al Mu'tamar al Islami, Mu'tamar ke-3 di Amman tanggal 8-
13 Shofar 1407 – Majalah Majma' al Fiqh al Islami, edisi : 3 : 1/515-516 )
hal itu dikarenakan tiga hal :
a. Karena bisa saja istri kedua yang dititipi sel telur yang sudah dibuahi
tersebut hamil dari hasil hubungan seks dengan suaminya, sehingga
bisa dimungkinkan bayi yang ada di dalam kandungannya kembar, dan
ketika keduanya lahir tidak bisa dibedakan antara keduanya, tentunya
ini akan menyebabkan percampuran nasab yang dilarang dalam Islam.
b. Seandainya tidak terjadi bayi kembar, tetapi bisa saja sel telur dari istri
pertama mati di dalam rahim istri yang kedua, dan pada saat yang sama
istri kedua tersebut hamil dari hubungan seks dengan suaminya,
sehingga ketika lahir, bayi tersebut tidak diketahui apakah dari istri
yang pertama atau istri kedua.
17
c. Anggap saja kita mengetahui bahwa sel telur dari istri pertama yang
sudah dibuahi tadi menjadi bayi dan lahir dari rahim istri kedua, maka
masih saja hal tersebut meninggalkan problem, yaitu siapakah
sebenarnya ibu dari bayi tersebut, yang mempunyai sel telur yang
sudah dibuahi ataukah yang melahirkannya ? Tentunya pertanyaan ini
membutuhkan jawaban. Dalam hal ini Allah swt berfirman : " Ibu-ibu
mereka tidaklah lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka " ( Qs
Al Mujadilah : 2 )
Kalau kita mengikuti bunyi ayat di atas secara lahir, maka kita
akan mengatakan bahwa ibu dari anak yang lahir tersebut adalah istri
kedua dari laki-laki tersebut, walaupun pada hakekatnya sel telurnya
berasal dari istrinya yang pertama.
Dari ketiga alasan di atas, bisa disimpulkan bahwa proses
pembuatan bayi tabung yang sel telurnya berasal dari istri pertama dan
dikembangkan dalam rahim istri kedua, hukumnya tetap haram karena
akan menyebakan percampuran nasab sebagaimana yang dijelaskan di
atas.
8. Hukum Bayi Tabung
Jika benihnya berasal dari suami istri Jika benihnya berasal dari
suami istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan
diimplantasikan ke dalam rahim istri maka anak tersebut baik secara
biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan
genetik)dari pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewaris
dan hubungan keperdataan lainnya. Jika embrio diimplantasikan ke dalam
rahim wanita lain yang bersuami, maka secara yuridis status anak itu
adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang
mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250
KUHPer. Dalam hal ini suami dari istri penghamil dapat menyangkal anak
tersebut sebagai anak sahnya melalui tes golongan darah atau dengan jalan
tes DNA. · Jika salah satu benihnya berasal dari donor Jika suami mandul
dan istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer
18
embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri akan dibuahi
dengan sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi
pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim istri. Jika embrio
diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak
yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut.
Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. · Jika semua
benihnya dari donor Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari
orang yang tidak terikat pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke
dalam rahim seorang wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak
yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan suami istri tersebut
karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan
yang sah.
Undang-Undang Bayi Tabung Salah satu aturan tentang bayi
tabung terdapat dalam pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
yang berbunyi: Ayat 1 Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan
sebagai upaya terakhir untuk membantu suami istri mendapat keturunan
Ayat 2 Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 hanya dapat dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang sah,
dengan ketentuan:
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
ditanamkan dalam rahimistri darimana ovum itu berasal 2
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu
c. Ada sarana kesehatan tertentu Ayat 3 Ketentuan mengenai persyaratan
penyelenggaraan kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) ditentukan dengan P.P G. Inseminasi
Buatan di Pandang dari Aspek Medis, Legal,Etik dan HAM Aspek
Medis Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundang-
undangan yang menyinggung masalah ini. Dalam Undang-Undang No.
23 /1992 tenang Kesehatan, pada pasal 16 disebutkan, hasil
pembuahan sperma dan sel telur di luar cara alami dari suami atau istri
19
yang bersangkutan harus ditanamkan dalam rahim istri dari mana sel
telur itu berasal. Hal ini menjawab pertanyaan tentang kemungkinan
dilakukannya pendonoran embrio. Jika mengacu pada UU No.23/1992
tentang Kesehatan, upaya pendonoran jelas tidak mungkin. Aspek
Legal Jika salah satu benihnya berasal dari donor Jika Suami mandul
dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer
embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan
dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah
terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang
dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris
dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak
menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA.
Dasar hukum ps. 250 KUHPer. Jika embrio diimplantasikan ke dalam
rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan
merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum
ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer Permasalahan mengenai
inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang lain atau
orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada
penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan
perundangundangan yang secara khusus mengatur penerapan teknologi
fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal
apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang dilarang.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Inseminasi adalah teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami
dan sel telur isteri yang masing-masing diambil kemudian disatukan di luar
kandungan (in vitro) – sebagai lawan “di dalam kandungan” (in vivo). Secara
hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki dua macam yakni
diperbolehkan dengan catatan sperma yang diambil merupakan sperma yang
berasal dari suami istri yang sah, dan ditanam dalam rahim istri tersebut
(bukan rahim orang lain) dan tidak diperbolehkan, jika seperma yang diambil
berasal dari laki-laki lain begitu pula dari wanita lain.
B. Saran
Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nuthfah / Sperma
dan Bank Ovum untuk pembuatan bayi tabung, karena selain bertentangan
dengan Pancasila dan UUD 1945, juga bertentangan dengan norma agama dan
moral,serta merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan yang
diinseminasitanpa perlu adanya perkawinan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman, Roli. Khamza H. 2007. Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Fauziyah R.A, lilis. Setyawan, Andi. 2007. Kebenaran Al-qur’an dan hadis. Solo:
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/05/13/pandangan-islam-terhadap-
bayitabung/
http://keperawatanreligionnovihermawati.wordpress.com/
Ibrahim, Tatang. 1994. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO.
Rahman, Abdul H. Rofiq, Ahmad. 1988. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO .
Top Related