1LONTAR - #3 - 2011
Belajar dariKeberhasilan PetaniFilipina
BB uu ll ee tt ii nn TT rr ii ww uu ll aa nn VV EE CC OO II nn dd oo nn ee ss ii aa #3201 1
Foto: VECO Indonesia
2 LONTAR - #3 - 2011
AGUSTUS lalu, staf lapangan dan
mitra VECO Indonesia melakukan kun-
jungan belajar ke negara tetangga, Fi l i -
pina. Selama lima hari di sana, 28
peserta kunjungan belajar dari petani di
Davao, Fi l ipina tentang koperasi, organ-
isasi tani, juga pengolahan hasi l pertani-
an.
Kunjungan belajar tersebut meru-
pakan bagian dari upaya VECO Indone-
sia untuk mengajak mitra dan stafnya
agar terus belajar. Hal ini sesuai dengan
salah satu tujuan VECO Indonesia, yaitu
menjadi organisasi belajar. Media untuk
Berbagi Cerita Petani Negeri
Tetangga
belajar ini antara lain melalui Sekolah
Lapang, kunjungan si lang, maupun pub-
l ikasi.
Selain staf, kami juga mengharuskan
petani dan LSM mitra, VECO Indonesia
untuk menulis hasi l kunjungan belajar.
Kami menjadikan hasi l kunjungan terse-
but sebagai laporan utama LONTAR
edisi ini . Semua tul isan dan foto kami di
rubrik Reportase merupakan hasi l kerja
staf kami yang mengikuti kunjungan.
Kami berharap pembaca juga bisa bela-
jar meski tak ikut kunjungan tersebut.
[Redaksi]
2 Dari Redaksi
3 Editorial
4 Reportase
Belajar dari Keberhasilan
Petani Fi l ipina
1 1 Kelompok Tani
1 2 Kabar VECO
1 4 Kabar Mitra
1 6 Kabar Internasional
1 8 Profil
1 9 Resensi
20 Poster
Lontar (n) daun pohon lontar (Borassus
flabellifer) yang digunakan untuk menulis
cerita; (n) naskah kuno yang tertul is pada
daun lontar; (v) melempar. Maka LONTAR
bagi kami adalah kata kerja (v) sekaligus
kata benda (n). Lontar adalah media
informasi untuk menyampaikan informasi
tentang pertanian yang memperhatikan
ni lai-ni lai lokal, sesuatu yang terus VECO
Indonesia perjuangkan.
Tim Redaksi
Penanggung jawab : Rogier Ei jkens
Redaksi : Anton Muhajir
Kontributor : Staf dan Mitra VECO
Indonesia
Layout : Syamsul "Isul" Arifin
Alamat Redaksi
VECO Indonesia
Jl Kerta Dalem No 7 Sidakarya Denpasar
Telp: 0361 - 7808264, 727378,
Fax: 0361 - 72321 7
Email: [email protected],
Website www.vecoindonesia.org
Twitter @vecoindonesia
Redaksi menerima berita kegiatan,
profil , maupun tips terkait praktik
pertanian berkelanjutan terutama yang
terkait dengan mitra VECO Indonesia di
berbagai daerah. Tulisan bisa dikirim
lewat email ataupun pos ke alamat di
atas.
THIS past August VECO Indonesia
field staff and partners went on a study
tour to our neighbouring country, the
Phil l ipines. Over the course of five days,
the 28 participants in the study tour
learned from farmers in Davao, the Phi-
l ippines about farmer cooperatives and
organisations and agricultural product
processing.
Study tours form part of VECO In-
donesia's efforts to encourage partners
and staff to engage in continuous learn-
ing. This is in keeping with one of the ob-
jectives of VECO Indonesia, which is to
be a learning organisation. Media for
learning include field schools and ex-
change visits as well as publications.
VECO Indonesia requires its farmer
and NGO partners as well as its staff to
write up their study tour findings: we
have made the results of the Phil ippines
visit the focus of the feature report in this
edition of LONTAR. All the writing and
photos in the Reportage rubric are the
work of staff who took part in the tour.
We hope that our readers too can learn
– even without coming along on the visit.
[Editor]
2 LONTAR - #3 - 2011
Sharing Stories ofFarmers
from a Neighbouring Country
Dari Redaksi Daftar Isi
Foto: VECO Indonesia
3LONTAR - #3 - 2011
Mendukung Petani Belajar Langsung dari Lapangan
THEY explain the reason why. The
campus environment where research is
conducted is designed to support results
that fol low from hypotheses. Well , as
soon as they are brought into the field,
such results come face to face with the
real environment – something that can-
not be managed, let alone control led.
Of course, this is only a joke; my
friends are just kidding. Yet there is
some truth to it, even if i t is not entirely
true. The point I want to make here is
that sometimes research findings on pa-
per diverge from the results that come
out of practice in the field.
That is why, rather than inviting part-
ners, whether farmers or non-govern-
mental organisations (NGOs) to learn in
a classroom, VECO Indonesia is more
interested in encouraging them to learn
MEREKA memberikan alasan.
Lingkungan tempat penelitian di
kampus biasanya dibuat agar men-
dukung hasi l penelitian sesuai hi-
potesis. Nah, begitu dibawa ke
lapangan, hasi l penelitian itu akan
menghadapi l ingkungan sebe-
narnya, sesuatu yang tak bisa
mereka atur atau bahkan kendali-
kan.
Tentu saja ini hanya joke, ber-
canda. Tapi, ada juga benarnya
meski tidak sepenuhnya. Poin yang
ingin saya sampaikan, kadang-kadang
hasi l penelitian di atas kertas bisa ber-
beda hasi l dibandingkan dengan praktik
di lapangan.
Karena itulah, daripada mengajak
mitra, baik petani maupun lembaga
swadaya masyarakat (LSM), belajar di
kelas, VECO Indonesia lebih tertarik
mengajak mereka belajar langsung dari
lapangan. Menurut kami, kunjungan
lapangan jauh lebih berguna bagi petani.
Sebab, ketika di lapangan, peserta bela-
jar bisa melihat langsung praktik produk-
si pertanian maupun pasca-panen ter-
masuk cara berorganisasi oleh petani di-
lakukan.
VECO Indonesia menerapkan me-
tode sekolah lapangan petani (farmer
field school) bersama petani mitra.
Melalui metode ini , petani bisa belajar
langsung dari petani lainnya tak hanya
teori tapi juga praktik di lapangan. Tak
hanya mendengar, petani juga menerap-
kan i lmu yang baru dia pelajari . Sekolah
lapangan kami terapkan di semua lokasi
program, untuk komoditi padi, kakao,
kopi, kacang mete, dan seterusnya.
Selain melalui sekolah lapangan,
kunjungan belajar (study visit) juga
metode lain bagi petani untuk bela-
jar dari lapangan. Jika dalam seko-
lah lapangan kami mengundang
narasumber, maka dalam kunjungan
belajar, kami mengajak petani
mendatangi narasumber tersebut.
Tak hanya setahun sekali ketika ikut
dalam Pertemuan Mitra Tahunan
(Annual Partner Meeting) tapi juga
oleh organisasi petani sendiri .
Kunjungan ke Davao, Fi l ipina 8-1 2
Agustus 201 1 lalu merupakan bagian
dari upaya VECO Indonesia mengajak
petani agar bisa belajar langsung dari
lapangan.
Catatan perjalanan tersebut, meski
tak bisa mewakil i semua pelajaran di
Fi l ipina, kami tul is dalam Reportase
LONTAR edisi ini . Dengan demikian,
kami berharap, mereka yang tak ikut
kunjungan pun bisa belajar dari keber-
hasi lan petani Fi l ipina.
[Anton Muhajir]
Teman-teman saya, pendamping petani di lapangan, punya anekdot tentang dunia kampus dan dunia
pertanian. “Hasil penelitian mahasiwa di kampus biasanya malah diketawain petani karena tidak bisa
diterapkan petani di lapangan,” kata beberapa teman.
Support Direct Farmer Learning from the Field
directly from the field. In our opinion,
field visits are far more useful to farmers.
This is because in the field, learners can
see firsthand the agricultural production
and post-harvest practices, as well as or-
ganisational methods that farmers use.
VECO Indonesia employs farmer
field school methods in partnership with
farmers. Through these methods, farm-
ers can learn directly from other farmers,
not only theory but also practice in the
field. Rather than simply l istening, farm-
ers also apply the new knowledge they
learn. We conduct field schools in al l
program locations, for rice, cocoa, cof-
fee, cashew and other commodities.
Aside from field schools, study tours
are another method for farmers to learn
from the field. I f, in the field schools, we
bring the resource persons in, then in
study visits, we invite the farmers to go
visit the resource people. Such visits not
only happen once a year when farmers
attend the Annual Partner Meeting, but
are also made by farmer organisations
themselves.
The visit to Davao, the Phil ippines on
8-1 2 August 201 1 formed part of VECO
Indonesia's efforts to encourage and en-
able farmers to engage in direct learning
in the field.
Although it would be impossible to re-
flect al l of the lessons learned in the Phi-
l ippines, we have published some of the
notes on the journey in this edition of
LONTAR Reportage. So we expect that
even those who did not get to come
along can learn from the successes of
the Fil ipino farmers.
[Anton Muhajir]
My friends, who work side by side with farmers in the field, have an anecdote about the world ofacademia and
the world ofagriculture: ‘The research findings ofuniversity students on campus,’ they tell me, ‘are usually a
laughing stock among farmers, because the farmers can't apply them in the field.’
Editorial
4 LONTAR - #3 - 2011
MMEELLAALLUUII kkuu nn jj uu nn gg aann bbeell aajj aarr ii nn ii ,, VVEE CCOO II nn dd oonn e-e-
ss ii aa bbeerrhh aarraapp mm ii ttrraann yyaa bbii ssaa bbeell aajj aarr ll aann gg ssuu nn gg dd aarrii
ppeettaann ii nn eegg eerrii tteettaann gg gg aa,, FFii ll ii ppii nn aa.. HH aall ii nn ii sseessuu aaii ssa-a-
ll aahh ssaattuu dd aarrii eemm ppaatt ttuu jj uu aann VVEE CCOO II nn dd oonn eessii aa,, yyaaii ttuu
mm eenn jj aadd ii oorrgg aann ii ssaassii bbeell aajj aarr ((lleeaarrnniinngg oorrggaanniizzaattiioonn)) ..
KKaarreenn aa ii ttuu ,, hh aamm ppii rr sseemm uu aa ll ookkaassii kkuu nn jj uu nn gg aann aadd aall aahh
oorrgg aann ii ssaassii dd aann kkooppeerraassii ppeettaann ii ..
BBeerrii kkuu tt ll ookkaassii -- ll ookkaassii kkuu nn jj uu nn gg aann tteerrsseebbuu tt dd aann
aappaa hh aall yyaann gg kkaamm ii ppeell aajj aarrii dd aarrii ll ookkaassii tteerrsseebbuu tt..
FFEEDDCCOO
FFeedd eerraatt ii oonn ooff AARRBB//BBaann aann aa bbaasseedd CCooooppeerraatt ii vvee
ii nn MM ii nn dd aann aaoo ((FFEE DD CCOO)) mm eerruu ppaakkaann oorrgg aann ii ssaassii ppaa--
yyuu nn gg 2200 kkooppeerraassii ppii ssaann gg dd eenn gg aann aann gg gg oottaa sseekkii ttaarr
33 .. 6600 00 ppeettaann ii .. FFEE DD CCOO bbeerrdd ii rrii sseejj aakk 66 JJ uu ll ii 11 999999
yyaann gg dd ii ii nn ii ss ii aassii eenn aamm kkooppeerraassii ppii ssaann gg dd ii sseekkii ttaarr
DD aavvaaoo sseerrttaa PP rroovvii nn ss ii DD aavvaaoo dd eell NN oorrttee dd aann CCoom-m-
ppoossttee ll aa VVaall ll eeyy.. SSeekkii ttaarr 55.. 00 00 00 hh eekkttaarr ll aahh aann aann gg gg oottaa
dd ii ttaann aamm ii ppii ssaann gg jj eenn ii ss ccaavveenn dd ii sshh ..
SSeebbaagg aaii oorrgg aann ii ssaassii ppaayyuu nn gg ,, ttuu gg aass FFEE DD CCOO
aadd aall aahh mm eemm aassaarrkkaann ppii ssaann gg dd aarrii aann gg gg oottaa kkooppeerraassii ..
FFEE DD CCOO bbeerrttuu gg aass mm eemm bbuu kkaa ppaassaarr eekkssppoorr ppii ssaann gg
ccaavveenn dd ii sshh kkee ll uu aarr nn eegg eerrii ,, sseeppeerrtt ii JJ eeppaann gg ,, KKoorreeaa
SSeell aattaann ,, TTii mm oorr TTeenn gg aahh ,, dd aann CChh ii nn aa.. KKooppeerraassii ii nn ii
jj uu gg aa mm eell aakkuu kkaann kkoonn ttrroo ll pprroodd uu kkssii sseerrttaa mm eewwaakkii ll ii
AAgguussttuuss llaalluu,, VVEECCOO IInnddoonneessiiaa bbeerrssaammaa mmiittrraannyyaa,, bbaaiikk oorrggaanniissaassii ppeettaannii mmaauuppuunn lleemmbbaaggaa sswwaaddaayyaa mmaassyyaarraakkaatt,,
mmeellaakkuukkaann kkuunnjjuunnggaann bbeellaajjaarr kkee FFiilliippiinnaa.. KKuunnjjuunnggaann bbeellaajjaarr lliimmaa hhaarrii ppaaddaa 88--1122 AAgguussttuuss iinnii ddiiiikkuuttii 2288 oorraanngg tteer-r-
mmaassuukk ssttaaffVVEECCOO IInnddoonneessiiaa ddaarrii sseelluurruuhh wwiillaayyaahh pprrooggrraamm,, yyaaiittuu JJaakkaarrttaa,, JJaawwaa,, SSuullaawweessii,, ddaann NNuussaa TTeennggggaarraa TTiimmuurr
((NNTTTT))..
Belajar dari KeberhasilanPetani Filipina
Foto-foto: VECO Indonesia
5LONTAR - #3 - 2011
melakukan negosiasi kontrak langsung
dengan pembeli . Pada tahun 201 0,
mereka berhasi l menaikkan harga jual
sampai 1 0 kali dari harga sebelumnya.
Koperasi pisang di Fi l ipina merupa-
kan hasi l Reforma Agraria, program dis-
tribusi tanah untuk petani penggarap.
Setelah program ini di lakukan, perusa-
haan pun memberikan lahan kepada
karyawannya. Petani berhak memil iki la-
han tersebut meski harus membeli dari
pemerintah dengan mencici l selama 35
tahun.
Pelajaran yang bisa dipetik dari
FEDCO adalah bahwa dalam memper-
juangkan sebuah usaha, perlu mem-
bangun usaha efektif mulai dari produksi
sampai pemasaran. Usaha ini juga perlu
didukung dengan koordinasi dari semua
anggota. Untuk mengembangkan bisnis
yang sehat, juga perlu ada komitmen
dari manajer. Mereka tidak boleh memi-
l iki usaha yang sama dengan anggo-
tanya.
DABCO
Dabco Agrarian Reform Beneficiaries
Cooperative (DABCO) merupakan kope-
rasi primer anggota FEDCO di Desa
Dabco Barangay, Kota Panabo, Provinsi
Davao Del Norte. Koperasi ini memil iki
anggota sebanyak 1 47 petani. Tiap ang-
gota rata-rata memil iki lahan seluas 1 ,02
hektar. Dalam perjalanan ke lokasi, di
kiri dan kanan jalan sepanjang sekitar 3
km terhampar tanaman pisang. Kami
juga hampir selalu berpapasan dengan
truk kontainer berpendingin membawa
pisang segar siap diekspor ke negara
tujuan.
Tanaman pisang yang banyak
ditanam jenis cavendish dan abaca. La-
han untuk bercocok tanam adalah parit
sedalam sekitar 1 meter dan gundukan
tanah seluas 2 meter memanjang. Parit
untuk mengatur al iran air karena pada
tahap awal pisang membutuhkan banyak
air. Pisang yang ditanam merupakan
hasi l dari kultur jaringan sehingga ukur-
an tanaman seragam dan bisa dipanen
serentak. Setiap tanam terdapat dua po-
hon saja. Apabila terdapat anakan,maka
harus dimatikan supaya tidak
mengganggu pertumbuhan pisang
dewasa.
Almacen
Alternative Marketing Center (Alma-
cen) adalah lembaga pemasaran alter-
natif yang didirikan The Josefa Segovia
Foundation (JSF) di Catalunan, Pequ-
eno, Davao. Lembaga ini membantu
memasarkan produk pertanian 1 4 desa
di sekitar Davao. Melalui koperasi mil ik
petani ini , Almacen menghubungkan
petani dengan berbagai pihak, termasuk
pemerintah. Salah satu koperasi yang
bekerja sama adalah Koperasi Serba
Usaha Subasta yang memasarkan
kakao. Koperasi di Desa Carmelitan
Ericta yang berdiri sejak tahun 2008 ini
memil iki 26 anggota.
Mereka mengumpulkan modal 30
Learning from the Successes ofFilipino Farmers
Last August, VECO Indonesia, togetherwith its partners, both
farmers and non-governmental organisations, went on a study tour
study to the Philippines. This five-day study tour from August 8 to 12
involved 28 people, including VECO Indonesia stafffrom all program
areas, namely Jakarta, Java, Sulawesi and East Nusa Tenggara (NTT).
THROUGH this study tour, VECO
Indonesia expected that its partners
could learn directly from farmers in
our neighbouring country, the Phil ip-
pines. This is in keeping with one of
VECO Indonesia's four main objec-
tives, that is, to be a learning organ-
isation. Nearly al l of the sites we
visited were farmer organisations and
cooperatives.
Following are the sites we visited and
the things that we learned on each site.
FEDCO
The Federation of ARB/Banana
based Cooperatives in Mindanao (FED-
CO) is an umbrella organisation of 20
banana cooperatives with a member-
ship of approximately 3,600 farmers.
FEDCO was founded on 6 July 1 999
at the initiative of six banana coope-
ratives in the vicinity of Davao and the
provinces of Davao del Norte and
Compostela Valley. Approximately
5,000 hectares of members' land are
planted with Cavendish bananas.
As an umbrella organisation, FED-
CO's job is to market the bananas of
the cooperative's members. FEDCO
is in charge of opening Cavendish ba-
nana export markets abroad, in
Reportase
6 LONTAR - #3 - 2011
ribu peso per orang untuk membeli
kakao basah dari petani anggota.
Dengan modal tersebut, mereka mem-
buat tempat pengeringan bersumber dari
sinar matahari . Selama kunjungan, pe-
serta melihat model pengeringan Kope-
rasi Subasta sehingga bisa belajar cara
pengeringan kakao yang baik.
Pelajaran dari Almace adalah perlu-
nya pengeringan terpusat untuk menda-
patkan mutu kakao yang bagus. Jika
pengeringan di lakukan sendiri-sendiri
oleh petani, maka kualitas kakao akan
berbeda karena setiap petani meni lai
kualitas produknya sendiri . Tingkat keke-
ringan kakao pun tidak sama. Melalui
sistem pengeringan terintegrasi, kualitas
kakao akan seragam. Model ini juga
membantu petani belajar bagaimana
membuat rumah plastik untuk penge-
ringan. Hal ini bisa diterapkan dengan
biaya murah di sentra produksi kakao di
Indonesia.
FEDDAFCI
Federation of Davao Dairy Farmers
Coop (FEDDAFCI) terletak di Distrik
Baguio, Kota Davao. Federasi koperasi
susu ini merupakan bantuan pemerintah
untuk membangun pabrik susu di
wilayah Davao. Saat ini orang Fil ipina
tidak suka minum susu, padahal banyak
petani yang memelihara sapi susu
perah. Karena itu pemerintah berusaha
membangun pabrik susu untuk mema-
sarkan produk petani. Federasi ini memi-
l iki 1 3 anggota koperasi primer.
Proyek ini adalah model bantuan pe-
6 LONTAR - #2 - 2011
merintah di mana petani mendapat ban-
tuan sapi perah dan wajib mengembali-
kan sapi perah dalam keadaan hamil
setelah 5 tahun. Perjanj ian yang dibuat
adalah petani wajib memelihara sapi
tersebut. Apabila sapi mati , maka petani
wajib membayar angsuran dari harga
sapi yang diberikan. Setiap petani
mendapat bantuan 3 ekor sapi betina.
Dalam 287 hari kemudian, sapi tersebut
sudah bisa menghasi lkan susu seba-
nyak 1 0 l iter per ekor per hari . Saat ini
jumlah susu yang ditampung sebanyak
1 .500 liter per hari . Federasi membeli
seharga 20 peso, sekitar Rp 4.000, per
l i ter susu dari koperasi primer.
MBRLC
Mindanao Baptist Rural Life Center
places such as Japan, South Korea,
the Middle East, and China. The co-
operative also does production con-
trol and represents members in
negotiating contracts directly with
buyers. In 201 0, they succeeded in
raising the sell ing price up to 1 0 times
the former price.
Banana cooperatives in the Phil i -
ppines are the result of Agrarian
Reform, a program to redistribute
land to tenant farmers. After the pro-
gram was implemented, companies
gave land to their employees. The
farmers were entitled to the land, al-
though they sti l l had to buy it from the
government in instal lments over a 35-
year period.
The lesson to be learned from
FEDCO is that in striving to bui ld a
business, it is necessary to bui ld its
effectiveness in al l areas from pro-
duction through to marketing. The
business must also be supported by
coordinating all i ts members. The de-
velopment of a sound business also
requires commitment from its mana-
gers. They must not own businesses
of the same kind as that of the mem-
bers.
DABCO
The Dabco Agrarian Reform Be-
neficiaries Cooperative (DABCO) is a
FEDCO member primary cooperative
in the vi l lage or barangay of Dabco,
Panabo city, Davao Del Norte
province. The membership of this co-
operative is 1 47 farmers. Members
have an average 1 .02 hectares of
land. On the way to the location, banana
groves l ined both sides of the road for a
stretch of 3 ki lometres. We were also
constantly crossing paths with 40-foot
container refigerator trucks carrying
fresh bananas ready for export to destin-
ation countries.
The varieties of bananas most widely
grown here are Cavendish and Abaca.
The arable land is worked into 1 -metre
deep pits and 2-metre long mounds. The
pits are to regulate the flow of water,
since at the early stage, banana plants
require a lot of water. The plants are tis-
sue-culture grown so that they wil l be
uniform in size and can be harvested
simultaneously. Each seedling produces
only two plants. When there are un-
wanted offshoots or suckers, these must
be cut so they do not interfere with the
growth of the mother plant.
Almacen
The Alternative Marketing Center
(Almacen) is an alternative marketing
organisation that was established by
The Josefa Segovia Foundation (JSF)
in Catalunan, Pequeno, Davao. This
organisation helps to market agricul-
tural products of farmers from 1 4 vi l-
lages around Davao. Through the
cooperatives owned by these far-
mers, Almacen links the farmers with
various parties, including the govern-
ment. One of the cooperatives it
works with is the Subasta Multi-Busi-
ness Cooperative, which markets co-
coa. This cooperative, which is based
in the vi l lage of Carmelitan Ericta and
was founded in 2008, has 26 mem-
Reportase
7LONTAR - #3 - 2011
(MBRLC) berada di Kinuskusan, Ba-
salan, Kota Davao del Sur. Konsep
MBRLC ini dimulai pada tahun 1 960an
dan mulai beroperasi tahun 1 971 .
Pendiri pusat pelatihan ini adalah Harold
Ray Watson bersama istrinya, El izabeth
Joyce, dan tiga anak laki-lakinya. Tanah
mil ik pusat pelatihan ini awalnya seluas
1 0 hektar dan kemudian berkembang
menjadi 1 9 hektar. Dari semula gersang,
kawasan ini kemudian dikembangkan
menjadi pusat pelatihan. Strategi orga-
nisasi ini adalah riset, penyuluhan, pe-
ngembangan, pendidikan, evangelis dan
misi . Mereka menyebutnya Research,
Extension, Development, Education,
Evangelism andMission (REDEEM).
Presiden MBRLC Roy C. Alimoane
menerima kunjungan kami. Dia men-
jelaskan metode Sloping Agricultural
Land Technology (SALT) atau teknologi
pertanian model terasering. Dengan
pembuatan terasering, wilayah ini seka-
rang menjadi hi jau kembali . Model SALT
ini banyak diminati oleh berbagai pihak
sehingga pelatihan berkembang. Mereka
memil iki kelas Asian Rural Life Training
Center di mana petani dari berbagai
wilayah di Asia belajar tentang SALT.
USPD – SCC
United Sugarcane Planters of Davao
– Saving & Credit Cooperative (USPD –
SSC) merupakan koperasi simpan pin-
jam petani tebu di San Jose Hiway, Kota
Digos, Provinsi Davao Del Sur. Di
wilayah ini banyak perkebunan tebu ka-
rena sebelumnya merupakan wilayah
pabrik tebu. Petani mendapat tanah dari
program Reforma Agraria dan tetap
melanjutkan penanaman tebu.
Model koperasi ini sebenarnya bisa
kita lakukan di Indonesia. Saat ini keba-
nyakan koperasi petani adalah simpan
pinjam, tetapi masih dikelola secara
tradisional dan tertutup. Koperasi simpan
pinjam apabila bisa diperluas akan mem-
bantu petani mendapatkan akses modal
lebih besar. Kombinasi dari model kope-
rasi di sini dengan usaha FEDCO seba-
gai payung organisasi dari beberapa
koperasi bisa membangun sebuah mo-
del bisnis yang bagus. Tinggal ba-
gaimana merumuskan lebih dalam dari
kombinasi ini .
MIEDECO
Malabog Integrated Enterprises De-
velopment Cooperative (MIEDECO) di
Desa Malabog, Distrik Paquibato, Da-
bers.
They raised capital amounting to
30 thousand pesos per person to
purchase wet cocoa from member
farmers. With this capital, they bui lt a
solar drying place. During the visit,
participants went to see the drying
model of the Subasta Cooperative so
they could learn about the proper
way to dry cocoa.
The lesson of Almacen is the
need for central ised drying to obtain
good quality cocoa. I f the drying is
done by farmers individually, then the
quality of the cocoa wil l vary, since
each farmer assesses product quality
on their own. Levels of dryness wil l
differ too. Through an integrated dry-
ing system, the quality of the cocoa
wil l be uniform. This model also
helped farmers learn how to make a
plastic house for drying. This can be
done at low cost in cocoa production
centres in Indonesia.
FEDDAFCI
The Federation of Davao Dairy Far-
mers Cooperative (FEDDAFCI) is situ-
ated in Baguio district, Davao city. This
dairy cooperative federation is a govern-
ment-assisted project to bui ld a dairy
plant in the Daveo region. Currently,
Fi l ipinos do not l ike drinking milk, even
though many farmers raise dairy cows.
Therefore, the government is trying to
bui ld a dairy plant to market the farmers'
products. The federation has 1 3 member
primary cooperatives.
The project is a model for govern-
ment aid, in which the farmers receive
assistance in the form of cows and are
obliged to return pregnant dairy cows in
five years' time. The agreement made
obliges the farmer to take care of the
cows. I f a cow dies, the farmer must
pay the price of the cow in instal l-
ments. Each farmer gets three fe-
male cows. Within 287 days, these
cows can produce as much as 1 0
l itres of milk per cow per day. At
present the amount of milk that can
be accommodated is up to 1 ,500
l itres per day. The federation buys
the milk for 20 pesos, (Rp. 4,000)
per l i tre from the primary cooperat-
ives.
MBRLC
The Mindanao Baptist Rural Life
Center (MBRLC) is in Kinuskusan,
Basalan, Davao del Sur city. The
MBRLC concept was born in the
1 960s and became operational in
1 971 . The founders of this training
centre are Harold Ray Watson, his
wife Elizabeth Joyce, and their three
Jika pengeringandilakukan sendiri-sendiri oleh petani,maka kualitas kakaoakan berbeda....
8 LONTAR - #3 - 2011
sons. The land belonging to the
training centre was initial ly 1 0 hec-
tares and later expanded to 1 9 hec-
tares. Barren at first, the area was
developed into a training centre. The
strategies of the organisation are re-
search, extension, development, edu-
cation, evangelism and mission,
which they refer to by the acronym
REDEEM.
MBRLC President Roy C. Ali-
moane received us on our visit there.
He explained the method known as
Sloping Agricultural Land Technology
(SALT), a model agricultural techno-
logy for terracing. Through the cre-
ation of terraces, this region, once
barren, has become green again. The
SALT model was of great interest to a
variety of different parties, so the
training was expanded. They hold
Asian Rural Life Training Center
classes in which farmers from various
regions in Asia learn about SALT.
USPD – SCC
United Sugarcane Planters of
Davao – Saving & Credit Cooperative
(USPD – SSC) is a sugarcane farmer
savings and loans cooperative in San
Jose Hiway, Digos city, Davao Del Sur
province. In this region there are many
sugarcane farms because it was once a
sugar mil l region. The farmers obtained
the land through the Agrarian Reform
program and continued to cultivate sug-
arcane.
This cooperative model is actual ly
quite applicable for us in Indonesia. Cur-
rently, most farmer cooperatives include
savings and loans but they are sti l l
managed in a traditional, closed manner.
I f such savings and loans cooperatives
could be expanded, it would help farm-
ers to gain access to greater amounts
of capital. By combining the coopera-
tive model observed here with that of
the FEDCO enterprise as an umbrella
organisation for several cooperatives,
a good business model can be de-
veloped. How to make this combina-
tion remains to be formulated in
greater depth.
MIEDECO
Due to the remote location of
Malabog Integrated Enterprises De-
velopment Cooperative (MIEDECO)
in Malabog vi l lage, Paquibato district,
Davao, member farmer A.L. Montajes
came to Davao to tel l us about the
activities of this cooperative.
The MIEDECO ccoperative was
founded in 1 986 with a membership
of 48 farmers. The startup capital of
the members was 1 ,480 pesos,
around Rp 296,000. Based on their
first year of activities, the members
then received a grant of 1 5,000
pesos, around Rp 3 mil l ion, to carry
out their joint activities. In 1 988, the
cooperative secured a loan of
200,000 pesos, around Rp 40 mil l ion,
to buy a bui lding and vehicle, and to
conduct a series of seminars to de-
velop the cooperative.
Members of this cooperative were
obliged to pay membership fees of
1 50 pesos, or Rp 30,000. In 1 996 the
membership fee was raised to 200
pesos (Rp 40,000). This was be-
cause currency value and the cost of
basic necessities had gone up, so
membership dues were also raised.
The discussion of the MIEDECO
marked the conclusion of the learning
activities in the Phil ippines.
[Nana Suhartana, VECO Indonesia
Field Coordinator in Java, Philippines
StudyTourParticipant. ]
vao. Karena jauhnya lokasi, maka petani
anggota, AL Montajes, datang ke Davao
untuk memberikan gambaran kegiatan
koperasi.
Koperasi MIEDECO berdiri pada
tahun 1 986 dengan anggota 48 petani.
Modal awal dari anggota sebesar 1 .480
peso, sekitar Rp 296.000. Dari kegiatan
selama satu tahun, kemudian mendapat
bantuan hibah sebesar 1 5.000 peso,
sekitar Rp 3 juta, untuk melakukan kegi-
atan bersama anggota. Pada tahun
1 988, koperasi ini mendapat pinjaman
dana sebesar 200.000 peso, sekitar Rp
40 juta, untuk membeli rumah, kenda-
raan, dan melakukan beberapa kali sem-
inar membangun koperasi.
Dari koperasi ini , anggota diwajibkan
membayar keanggotaan sebesar 1 50
peso, Rp 30.000. Pada tahun 1 996 biaya
keanggotaan dinaikkan menjadi 200
peso (Rp 40.000). Hal ini karena ni lai
mata uang dan harga kebutuhan me-
ningkat, sehingga iuran anggota juga
ikut dinaikkan.
Diskusi tentang koperasi MIEDECO
ini menjadi penutup dari seluruh kegi-
atan belajar selama di Fi l ipina.
[Nana Suhartana, Koordinator Lapan-
gan VECO Indonesia di Jawa, Peserta
Kunjungan Belajar ke Filipina. ]
If such savings andloans cooperatives
could be expanded, itwould help farmers togain access to greateramounts of capital.
Reportase
9LONTAR - #3 - 2011
FEDCO berdiri pada 5 Jul i 1 999. Dia
koperasi sekunder dengan sekitar 20
anggota koperasi dan 3.600 petani per-
orangan yang mengelola hampir 5.000
hektar tanah dengan komoditi tunggal
pisang. Mereka mengekspor pisang ca-
vendish hingga Jepang, Cina, Korea dan
Timur Tengah.
Kehadiran FEDCO secara perlahan
memperbaiki nasib petani pisang. Petani
anggota mampu mengembangkan pi-
sangnya secara lebih baik. Petani juga
lebih bebas melakukan negosiasi harga
dengan pembeli melalui FEDCO se-
hingga perusahaan besar pun tidak lagi
mendikte proses produksi yang di laku-
kan oleh petani pisang. Hal ini
merupakan keberhasi lan besar bagi
petani.
Sukses terbesar pada 201 0 adalah
ketika FEDCO mampu meningkatkan
harga penjualan hingga 1 0 kali lebih
tinggi dari harga penjualan sebelumnya.
Di bawah kepemimpinan Ireneo, FEDCO
melakukan misi perdagangan interna-
sional dan membuat kontrak secara
langsung dengan para pembeli buah
tingkat global seperti di Jepang, Cina,
Korea, dan Timur Tengah. Harga pisang
KKeeppeerrccaayyaaaann,, KKuunnccii KKeebbeerrhhaassiillaannKKooppeerraassii PPeettaannii PPiissaanngg
di Jepang saat ini bahkan bisa mencapai
US$ 5-6 per kotak. Sedangkan di Timur
Tengah bisa mencapai US$ 7 tiap kotak.
Sebelum itu, petani hanya bisa men-
jangkau pasar lokal.
Prinsip
Kesuksesan FEDCO sebagaimana
tergambar di atas bukanlah tanpa sebab.
Banyak prinsip dan strategi yang dipe-
gang teguh FEDCO. Prinsip ini lah pe-
nentu keberhasi lan FEDCO saat ini
hingga menembus pasar internasional.
Pertama, menjaga kepercayaan mit-
ra dagang (pembeli) . Kesuksesan FED-
CO karena mereka mampu menjaga
kepercayaan pembelinya dari Cina, Je-
pang,dan Timur Tengah. Komitmen dan
keseriusan FEDCO dalam meladeni ke-
butuhan konsumen baik volume maupun
mutu membuat para pembeli tidak sul it
mengeluarkan uang muka untuk pem-
belian pisang dari FEDCO. Segala hal,
terutama volume dan mutu barang, har-
ga, serta penanggung risiko bi la tidak
memenuhi standar mutu yang diminta,
dituangkan dalam kontrak kerja sama.
Kedua belah pihak, FEFCO dan pembeli
mematuhinya secara maksimal.
Kedua, manajemen, kepemimpinan
dan demokrasi internal. Hal prinsipi l di
FEDCO, setiap jabatan di isi orang yang
tepat dan berpengalaman di bidangnya.
FEDCO saat ini memil iki 7 pengurus di
mana 4 orang memil iki masa kerja 2
tahun sedangkan 3 orang selama 1
tahun yang berpengalaman dalam mem-
bangun koperasi bisnis. FEDCO juga
mengatur seorang manajer tidak boleh
menjalankan bisnis yang sama karena
bisa menjadi pesaing dari koperasi yang
dipimpinnya.
Ketiga, manajemen sumber daya
manusia. Bagi FEDCO, pendidikan ada-
lah unsur penting dalam pengembangan
koperasi agar berhasi l . I tu sebabnya
FEDCO memfasi l i tasi berbagai pelatihan
anggota. Dana ini dibayar oleh petani
anggota tapi dalam jumlah keci l melalui
mekanisme dana untuk pelatihan ang-
gota. FEDCO juga memfasi l i tasi kun-
jungan petani anggota untuk bertemu
pembeli di Jepang dan Cina. Wawasan
petani pun terbuka dan tahu kondisi atau
kebutuhan pasar. Proses perekrutan staf
FEDCO benar-benar mengikuti standar
umum seperti di perusahan multinasio-
nal.
Banyak pelajaran dari kunjungan ke organisasi dan koperasi petani di Davao, Filipina Agustus lalu. Salah satu
pelajaran bisa diambil dari Koperasi Petani Pisang Mindanao atau Federation ofARB/Banana Based Cooperative
ofMindanao (FEDCO), koperasi skunder petani pisang di Davao City serta Provinsi Davao Del Norte, Davao Del
Sur dan Compostela Valley, Filipina.
10 LONTAR - #3 - 2011
Keempat, manajemen keuangan. Se-
bagaimana umumnya koperasi, FEDCO
juga tumbuh dari kemampuan sendiri .
Dari aspek permodalan di lakukan peng-
galangan dana anggota melalui meka-
nisme CTF yaitu biaya untuk pendidikan
anggota dan iuran serta saham (Capital
Build Up/CBU). Iuran terakhir akan
dipakai untuk biaya operasional internal
organisasi dan modal usaha. Untuk bis-
FEDCO was founded on 5 July
1 999. I t is a secondary cooperative
comprising around 20 member co-
operatives and 3,600 individual far-
mers, who cultivate nearly 5,000
hectares of land with bananas as
their sole commodity. They export
Cavendish bananas to Japan, China,
Korea and the Middle East.
The presence of FEDCO has
gradually improved the fates of the
banana farmers. I t has enabled mem-
ber to develop their banana
Trust – A Banana FarmerCooperative's Key to Success
Many lessons emerged from our visits to farmer organisations and
cooperatives in Davao, the Philippines, this past August. One ofthese
lessons was drawn from the Mindanao Banana Farmer Cooperative or
Federation ofARB/Banana Based Cooperatives ofMindanao (FEDCO),
a secondary banana farmer cooperative covering Davao City and the
provinces ofDavao Del Norte and Davao Del Sur and the Compostela
Valley in the Philippines.
production better. They have also gained
more freedom to negotiate prices with
buyers through FEDCO, so that big com-
panies no longer dictate their production
processes. This constitutes a huge suc-
cess for the farmers.
The greatest success came in 201 0
when FEDCO managed to increase their
sale price ten times higher than it was
before. Under the leadership of Mr.
Ireneo, FEDCO undertook international
trade missions and made direct con-
tracts with global fruit buyers for places
such as Japan, China, Korea and the
Middle East. The current price for
bananas in Japan may be as high as
US$ 5-6 per box. Whereas in the
Middle East it may rise to US$ 7 per
box. Previously, the farmers could
only reach local markets.
Principles
FEDCO's success, as described
above, is not without cause. FEDCO
holds firm to a number of principles
and strategies. These principles are
the determinants of FEDCO's
present success in penetrating the
international market.
First, is maintaining credibi l i ty
with trading partners (buyers).
FEDCO has succeeded because it
has managed to maintain credibi l i ty
with its buyers from China, Japan,
and the Middle East. FEDCO's com-
mitment and seriousness in serving
consumer needs, both in terms of
volume as well as quality, have
made it easy for buyers to issue ad-
vances on banana purchases from
10 LONTAR - #2 - 2011
nis pisang, modal diperoleh dari pembeli .
Biasanya pembeli memberi panjar ke-
pada FEDCO. Dengan uang ini FEDCO
bisa membeli dan bayar tunai ke petani
saat proses pengumpulan pisang.
Kelima, pengembangan pelayanan
kepada anggota. Sejauh ini , belum
ditemukan satu hambatan mendasar
yang mengancam masa depan FEDCO.
Satu-satunya tantangan yang dihadapi
FEDCO adalah bagaiamana menjaga
agar kesukesesan bisnis ini tetap terjaga
dan pelayanan FEDCO ke anggota se-
makin luas. Oleh karena itu, saat ini
FEDCO secara perlahan memperluas
layanannya bagi anggota dan aktif
dalam program pengembangan pisang.
Saat ini , FEDCO terl ibat dalam pro-
gram penguatan kerja sama petani pi-
sang dan pedagang di Mindanao.
Reportase
11LONTAR - #3 - 2011
FEDCO. Everything – especial ly re-
garding the volume and quality of
goods, prices, as well as guarantors
of risk in case the required quality
standards are not fulfi l led – is spe-
cified in cooperative contracts. Both
parties, FEFCO and buyer adhere to
them to the maximum.
Second, is internal management,
leadership and democracy. As a
matter of principle, every position at
FEDCO is fi l led by appropriate
people who are experienced in their
fields. FEDCO currently has a man-
agement board of seven people who
have experience in developing busi-
ness cooperatives – four of them
have tenure for two years, and three
of them, for one year. FEDCO also
has a regulation that a manager may
not conduct a similar business, since
it could become a competitor of the
cooperative that he or she heads.
Third, is human resource mana-
gement. For FEDCO, education is a
crucial element in developing the co-
operative to succeed. To this end,
FEDCO faci l i tates various trainings for
members. The training fees are paid by
the member farmers, but in small
amounts through the mechanism of a
fund for member training. FEDCO also
faci l i tates member farmer visits to meet
buyers in Japan and China. This
broadens farmers' insights and know-
ledge of market conditions and needs.
FEDCO staff recruiting processes also
adhere strictly to common standards l ike
those found in multinational companies.
Fourth, is finance management. As is
common among cooperatives, FEDCO
has developed based on its own capaci-
ties. In terms of capital isation, funds are
raised from the membership through the
mechanisms of the Capital Training
Fund (CTF), that is, member education
fees, as well as dues and shares, or
Capital Bui ld Up (CBU). The remaining
contributions are used to cover internal
operating costs of the organisation and
as business capital. In the banana busi-
ness, capital is obtained from the buyers.
The buyer usually gives a down payment
to FEDCO. Using this money FEDCO
can buy and pay cash to farmers
during the process of col lecting the
bananas.
Fifth, is the development of ser-
vices to members. So far, no basic
obstacles have been encountered
that threaten FEDCO's future. The
only challenge FEDCO faces is how
to ensure that its business success
continues to be maintained, and in-
creasingly broaden its services to
members. Therefore, right now
FEDCO is slowly expanding the area
and services for members and is an
active player in banana development
programs.
Currently, FEDCO is involved in a
program to strengthen cooperation
between banana farmers and mer-
chants in Mindanao. They They are
implementing more environmental ly-
friendly agriculture, producing high-
quality bananas for fair prices, as
well as carrying out social responsib-
i l i ties and developing human re-
sources. All in the spirit of real ising
fair competition for al l actors in the
banana trade.
FEDCO also faci l i tates member-
level development of commodities
other than bananas, such as cocoa
and oi l palm. This is an enterprise di-
versification strategy that FEDCO
employs to avoid risks in the event of
big problems with bananas, such as
disease, low prices, and so on.
FEDCO collaborates with a variety
of partners and their networks, inclu-
ding the government and NGOs. One
of these collaborations, which came
through cocoa development, is with
ACDI VOCA. But the basic principle
sti l l holds, that it must continue to be
an independent cooperative to deve-
lop its business for sustainabil ity.
[Henderikus AM Gego, VECO In-
donesia NTT Field Coordinator 1,
Davao, Philippines Study Tour Parti-
cipant. ]
Mereka menerapkan pertanian lebih
ramah lingkungan, memproduksi pisang
berkualitas tinggi dengan harga adi l ,
serta melakukan tanggung jawab sosial
dan pengembangan sumber daya
manusia. Semangatnya mewujudkan
kompetisi yang adi l bagi semua aktor
perdangangan pisang.
FEDCO juga memfasi l i tasi pengem-
bangan komoditi selain pisang di tingkat
anggota, yaitu kakao dan kelapa sawit.
Hal ini adalah salah satu strategi diversi-
fikasi usaha FEDCO untuk menghindari
risiko kalau ada masalah besar dengan
pisang, speerti penyakit, harga rendah,
dan seterusnya.
FEDCO bekerja sama dengan berba-
gai mitra dan jaringannya antara lain pe-
merintah maupun LSM. Salah satunya
melalui pengembangan kakao bekerja-
sama dengan ACDI VOCA. Namun
prinsip dasarnya tetap dipegang yaitu
tetap menjadi koperasi mandiri untuk
mengembangkan bisnisnya demi keber-
lanjutan.
[Henderikus AM Gego, Koordinator
Lapangan VECO Indonesia NTT 1,
Peserta Kunjungan Belajar ke Davao,
Filipina. ]
Reportase
12 LONTAR - #3 - 2011
kemampuannya memadukan gereja, a-
dat dan pemerintah. Pendekatan awal
di lakukan melalui lembaga adat, gereja
dan pemerintah. Petani wilayah ini
memandang adat dan agama sesuatu
yang “sakral”. Aturan adat dan gereja
bisa mengalahkan aturan dari mana pun.
Orang lebih takut adat dan gereja dari-
pada aturan pemerintahan.
Terbantu
Dengan kekuatan tersebut, petani
yang bergabung pun terus bertambah.
Saat ini anggota asosiasi mencapai 1 8
desa atau lopotani (gabungan kelompok
tani) dengan jumlah anggota 2.595 o-
rang. Mereka tergabung dalam 1 47
kelompok tani. Wilayah kerja asosiasi
pun bertambah mencakup empat keca-
matan, yaitu Miomaffo Timur, Bikomi
Utara, Bikomi Tengah, dan Naibenu.
Setelah bergabung pemasaran ber-
sama, petani mengaku mendapat man-
faat. Beatrix Taus dari Desa Fatusene
mengaku terbantu karena dulu dia men-
jual kacang tanah seharga Rp 4.000 –
Rp 5.000 per ki logram namun sekarang
Rp 8.500 per ki logram. Pendapatannya
pun bertambah. “Dengan jual kacang ta-
nah, saya beli sapi tiga ekor dan sele-
bihnya untuk biaya anak sekolah dan
perbaiki rumah,” ujar Beatrix.
PADA 30 November 2006 di Desa
Fatusene, petani bersama pemerintah
desa, tokoh adat dan masyarakat, serta
Badan Perwakilan Desa (BPD) memben-
tuk Asosiasi Bituna. Nama asosiasi di-
ambil dari nama wilayah di Bikomi,
Tunbaba dan Naibenu (Bituna). Jumlah
anggota pada saat itu 1 1 desa di Keca-
matan Miomaffo Timur, Kabupaten
Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Teng-
gara Timur (NTT).
Bermodalkan Rp 1 1 .000.000 dari
anggota, asosiasi mulai mengorganisir
pemasaran komoditi di setiap desa.
Pada awalnya petani hanya menjual
produk kemiri . Namun, asosiasi kemudi-
an menjual komoditi lain, yaitu asam,
kacang tanah dan sapi. Jumlah anggota
juga bertambah terus.
Program utama Asosiasi Bituna ada-
lah pemasaran bersama. Kader pema-
saran menjadi ujung tombak program ini.
Baik pengurus maupun kader pemasar-
an belajar agar mengetahui seluk-beluk
bisnis. Keduanya dengan sadar mere-
lakan waktu, tenaga meskipun tidak per-
nah diberi insentif. Berdasarkan
ni lai-ni lai ini lah, pengurus dengan suka
rela membesarkan asosiasi. Pengurus
asosiasi juga selalu memperrtangung-
jawabkan keuangan dalam setiap
kesempatan. “Uang ini mil ik banyak o-
rang. Saya takut kalau ada tekor se-
hingga saya lapor setiap saat,” ujar
Yoventa Salu, Bendahara Asosiasi.
Kekuatan Asosiasi Bituna adalah
Dengan kapasitas terbatas, asosiasi
terus berupaya meningkatkan volume
komoditi . Sampai tahun 201 0, asosiasi
telah menjual 433.1 75 ton asam, kemiri
dan kacang tanah. Mereka juga telah
menjual 1 .002 ekor sapi. Total
pendapatan pada tahun 201 0 sebesar
Rp 1 .336.555.050 dengan total fee se-
besar Rp 39.782.750. Fee dari pengusa-
ha tersebut di luar ni lai transaksi antara
petani dan pengusaha sehingga tidak
ada potongan dari anggota asosiasi.
Keberhasi lan tersebut merupakan
buah jerih payah dan kerja sama mereka
meskipun dengan sumber daya terbatas.
Asosiasi Bituna menunjukan, pemasaran
bersama mampu mengangkat posisi
tawar petani di depan pengusaha. Petani
mendapat harga lebih tinggi dibanding
harga umum. Timbangan yang digu-
nakan juga mil ik asosiasi sehingga lebih
menguntungkan petani. “Kalau dulu, pe-
ngusaha datang bawa timbangan sendiri
sehingga kita sul it dikontrol petani, ” ung-
kap Servas Koa, petani di Desa Benus.
Pengusaha pun mengaku senang
dengan kerja sama dengan Asosiasi Bi-
tuna. “Saya senang bekerja sama
dengan asosiasi karena produknya ba-
nyak. Saya juga tidak repot lagi
menyortir di gudang. Karena biaya se-
makin keci l , maka saya tidak rugi kalau
memberikan harga tinggi bagi anggota
asosiasi, ” kata Haji Nasir, pemil ik UD.
Mulia Jaya di Kefamenanu.
Asosiasi tidak hanya memberikan ke-
untungan untuk petani tetapi juga pengu-
saha sehingga dulu pengusaha sebagai
lawan sekarang telah menjadi kawan.
[Agustinus Bria, staf Yayasan Mitra
Tani Mandiri TTU, Pendamping Asosiasi
Bituna]
MMeennjjaaddii TTuuaann AAttaass KKoommooddiittii SSeennddiirriiAAssoossiiaassii BBiittuunnaa
Dengan sumber daya terbatas,
petani Bituna memperoleh
pendapatan lebih dari Rp 1
milyar per tahun.
Foto-foto: Agustinus Bria
Kelompok Tani
13LONTAR - #3 - 2011
VECO Indonesia bersama PT Mars Symbioscience dan
Rainforest All iance mengadakan pelatihan Sistem Penjaminan
Internal atau Internal Control System (ICS) untuk petani mitra
VECO Indonesia di kantor lapangan Nusa Tenggara Timur
(NTT) 2. Pelatihan diadakan di Dusun Wolorona, Desa Hokeng
Jaya, Kecamatan Wulang Gitan, Kabupaten Flores Timur.
Kegiatan di ikuti 40 peserta dari kelompok produsen kakao ang-
gota Jaringan Petani Wulan Gitan (Jantan), Asosiasi Petani
Kakai Nangapenda (Sikap), Asosiasi Petani Bituna, serta LSM
mitra di wilayah NTT 2.
Selama tiga hari pelatihan, peserta belajar menyusun struk-
tur ICS di lembaga masing-masing sesuai kebutuhannya.
Peserta juga belajar tentang kebijakan PT. Mars Symbio-
science dalam pemasaran kakao. Dengan demikian mereka
akan memperoleh informasi tentang kebijakan pembelian
kakao oleh perusahaan tersebut. Materi lain adalah tentang
standar kualitas kakao serta peran ICS dalam penjaminan
mutu. Pada hari terakhir, peserta mempraktikkan teori tersebut
ke lapangan untuk kemudian didiskusikan bersama. �
Pada 23-24 Agus-
tus VECO memfasi l i t-
asi pembuatan renca-
na usaha (business
plan) bagi petani ang-
gota Asosiasi Petani
Bituna di Kabupaten
Timor Tengah Utara
(TTU), Nusa Teng-
gara Timur (NTT).
Selama pelatihan,
peserta belajar tentang kerangka rencana usaha yang akan di-
jalankan asosiasi petani dengan komoditi utama kacang tanah,
asam, dan sapi ini . Peni Agustiyanto, Koordinator Lapangan
VECO Indonesia memfasi l i tasi pelatihan.
Selama pelatihan, peserta merumuskan strategi dan
tindakan untuk mendukung rencana usaha tersebut. Dari sisi
pendanaan, setiap gabungan kelompok tani (lopotani) siap
menyetor modal awal Rp 1 juta selain juga mengintensifkan
honor pemasaran dan iuran anggota. Untuk penguatan kelom-
pok tani, para anggota akan melakukan pertemuan asosiasi per
tiga bulan maupun pertemuan kelompok tiap bulan. �
Pelatihan ICS untuk TingkatkanKualitas Kakao
Petani Timor Belajar Rencana Usaha
13LONTAR - #3 - 2011
Pada 7 Agustus
201 1 lalu tim Healthy
Food Healthy Living
(HFHL) VECO Indone-
sia di Solo Raya meng-
adakan kegiatan Heal-
thy Food Clinic di
Carrefour Solo. Kegi-
atan ini pertama kali
diadakan dan ke depan akan di lakukan setiap bulan. Selama
kegiatan ini , ada 24 pengunjung, terdiri dari 21 perempuan dan
3 laki laki, yang berkonsultasi. Ada dokter, ibu rumah tangga,
dan kalangan masyarakat lainnya.
Sebagian besar pengunjung tersebut mengaku ingin mem-
peroleh informasi tentang pangan organik. Mengapa dia bisa
jadi alternatif pangan sehat, apa jaminannya kalau bahan pa-
ngan tersebut organik, bagaimana mengolahnya, dan
seterusnya. Kegiatan sehari i tu membuktikan bahwa peluang
pasar pangan sehat di Boyolal i maupun Solo masih terbuka le-
bar. Buktinya, beras sehat yang di jual pun dengan segera
habis dibel i pengunjung. �
Mengenalkan Pangan Sehat keSupermarket
VECO Indonesia menerima rombongan Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dirjen PMD) Departe-
men Dalam Negeri pada pertengahan September lalu. Kun-
jungan tersebut di ikuti sekitar 30 peserta dari berbagai provinsi,
seperti Aceh, Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Sulawesi
Selatan. Mereka mengunjungi lokasi program lembaga donor
VECO Indonesia di Bali yaitu Healthy Food Healthy Living (HF-
HL) di Blahbatuh, Gianyar dan penyadaran konsumen di Den-
pasar.
Di Blahbatuh, sekitar 30 orang tersebut melihat program
sistem pertanian terintegrasi yang lebih dikenal dengan nama
Simantri . Di lokasi Simantri 31 ini , VECO Indonesia mengelola
program HFHL yang bekerja sama dengan petani. Peserta kun-
jungan juga berdiskusi dengan petani. Di Denpasar, Dirjen
PMD mengunjungi kios organik mil ik Konsorsium Penyadaran
Konsumen Bali dan berdiskusi tentang program penyadaran
konsumen. �
Dirjen PMD Kunjungi Program VECOIndonesia
Kabar Veco
Foto-foto: VECO Indonesia
14 LONTAR - #3 - 2011
Kuliner Indonesia PerluDipromosikan ke Dunia
BersamaMitra MendiskusikanRantai Komoditi Kopi
Untuk mengampanyekan pangan sehat pada masyarakat lebih lu-
as, Konsorsium Solo Raya (KSR) menyelenggarakan jalan sehat
bekerjasama dengan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Keci l , dan
Menengah (UMKM) Kabupaten Boyolal i pada 1 5 Jul i 201 1 lalu. Kegi-
atan bertema Jalan Sehat Pangan Sehat ini dalam rangka Hari Ko-
perasi ke-64 tingkat Kabupaten Boyolal i , Jawa Tengah. Sekitar 2.500
peserta dari instansi pemerintah, unit koperasi, organisasi massa,
kelompok konsumen, dan lain-lain mengikuti kegiatan ini .
Selain jalan sehat, pada kegiatan ini ada pameran berbagai
produk sehat oleh 1 0 orang petani produsen. Produk tersebut antara
lain beras, sayur mayur, dan makanan olahan. Penyebaran informasi
seputar pangan sehat juga di lakukan melalui brosur, buletin, poster
dan buku saku, dan lain-lain. Kegiatan juga dimeriahkan oleh hiburan
kesenian lokal berupa reog dan ditutup dengan pembagian hadiah
untuk peserta. �
14 LONTAR - #3 - 2011
Mitra VECO Indonesia di Nusa Tenggara Timur
(NTT) 1 mengikuti pertemuan tahunan mitra di komoditi
kopi. Pertemuan diadakan di kantor lapangan VECO In-
donesia NTT 1 di Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT
pada 4 Jul i 201 1 lalu. Dalam pertemuan sehari tersebut,
hadir 33 peserta dari organisasi petani maupun lembaga
swadaya masyarakat (LSM) mitra, seperti Lembaga Ad-
vokasi dan Pengembangan Masyarakat (Lapmas), Del-
sos, Perhimpunan Petani Watuata (Permata), Komunitas
Cinta Indonesia (KCI), dan lain-lain.
Agenda utama pertemuan tahunan tersebut adalah
refleksi konteks dan hasi l-hasi l kerjasama program serta
refleksi internal organisasi petani dan agenda pengu-
atannya ke depan. Peserta, misalnya, sepakat bahwa or-
ganisasi petani mitra VECO Indonesia bisa mengubah
pola pikir petani dalam budi daya kopi. Melalui pen-
dampingan oleh VECO Indonesia dan mitra, petani juga
semakin banyak yang bergabung dalam keanggotaan
koperasi kredit. Hal positi f lainnya adalah meningkatnya
budaya kerjasama dan gotong royong melalui pemasa-
ran bersama kopi oleh petani. �
Konsorsium Penyadaran Konsumen Bali bersama
Forum Fair Trade Indonesia mengadakan fair trade
lunch pada 1 1 Agustus 201 1 lalu. Pembicara dalam
diskusi setengah hari tersebut adalah Janet De Neef,
pemil ik tiga restoran di Ubud, Bali yang juga penulis
buku tentang masakan Bali . Sekitar 30 peserta dari ibu
PKK, aktivis LSM, serta pegawai negeri hadir dalam
diskusi di kantor FFTI di Sanur, Denpasar tersebut.
Tema fair trade lunch kali ini adalah tentang ba-
gaimana mengangkat makanan Indonesia dan Bali
khususnya agar bisa lebih dikenal di pasar internasio-
nal. Menurut Janet, masakan Bali maupun Indonesia
punya potensi besar selain karena unik juga karena
memil iki ni lai budaya dan kesehatan tersendiri .
Namun, promosi masakan Bali ini perlu di lakukan pe-
merintah dan seluruh masyarakat. “Kalau kul iner In-
donesia maju, maka faktor lain, seperti pariwisata dan
pertanian juga akan terdorong maju,” kata Janet. �
Jalan Sehat Kampanye Pangan Sehat
Foto: VECO Indonesia
Foto: Konsorsium Penyadaran Konsumen Bali
Foto: Konsorsium Solo Raya
Kabar Mitra
15LONTAR - #3 - 2011
Perhimpunan Indonesia Berseru (PIB), mitra VECO
Indonesia untuk program pangan sehat, melaksanakan
diskusi konsumen kerja sama Respect Magazine
dengan Tupperware Home pada awal Agustus lalu di
Jakarta. Dalam diskusi ini , pembaca diajak mengingat
kembali bahwa apa yang kita makan tidak hanya me-
nentukan kesehatan tubuh kita tetapi juga mendefinisi-
kan sikap apa yang kita ambil dalam membantu sesama
rakyat Indonesia. ‘You Are What You Eat’!
Peserta diskusi mendengarkan penjelasan Dr. Ama-
rul lah, pakar homeopathyc, naturophatic antiaging
medicine, mengenai manfaat pangan organik pada
kesehatan manusia. Pembicara mengingatkan kembali
kebiasaan-kebiasaan dalam mengolah dan mengon-
sumsi makanan dan apa akibatnya pada sel-sel tubuh
kita. Penjelasan manfaat pangan organik dari sisi medis
ini kemudian di lengkapi dengan penjelasan manfaat
pangan lokal dan organik bagi produsen pangan itu
sendiri , yaitu petani skala keci l . Diskusi ditutup dengan
acara berbuka bersama dengan menu beras organik. �
Kader pangan sehat bertemu dalam Forum Kader Pangan Sehat
yang diadakan Konsorsium Solo Raya (KSR) pada 1 5 Agustus 201 1
di Balai Kelurahan Kadipiro, Banjarsari , Solo. Sekitar 20 kader pa-
ngan sehat di Solo dan Boyolal i hadir dalam forum tersebut. Mereka
bertukar informasi dan pegalaman dalam kegiatan pangan sehat di
wi layah masing-masing. Misalnya, pengalaman mengampanyekan
pangan sehat melalui kelompok serta bagaimana mengelola stokis
pangan sehat sekaligus memberikan pelayanan produk dan in-
formasi.
Forum kader ini juga di isi materi dan praktik dari I r. Daryanti , MP,
Dosen Universitas Tunas Pembangunan Surakarta tentang kandung-
an zat berbahaya dalam makanan, cara mendeteksi dan cara mengu-
rangi kandungan dalam makanan tersebut. Beberapa produk yang
diuj i coba adalah mie basah, ikan segar, tahu, ikan kering, dan lain-
lain. Nantinya, peserta diharapkan meneruskan informasi ini pada
kelompok pangan sehat di wi layahnya masing-masing. �
Tiga organisasi petani tingkat nasional, yaitu Ali-
ansi Petani Indonesia (API) , Serikat Petani Indonesia
(SPI) dan Wahana Masyarakat Tani dan Nelayan In-
donesia (Wamti) mengadakan pertemuan konsultasi
nasional petani Indonesia. API merupakan mitra VECO
Indonesia yang fokus pada advokasi, terutama di
tingkat nasional. Pertemuan pada 1 0-1 1 Agustus ini
bekerja sama dengan IFAD-FAO dalam program Medi-
um Term Cooperation (MTCP) Wilayah Asia Pasifik.
Dalam pertemuan tersebut, hadir Menteri Pertanian
Suswono, Ketua Komisi IV DPR RI yang membidangi
pertanian, wakil dari Kementrian Perekonomian, wakil
dari BULOG, wakil dari FAO dan IFAD Indonesia, serta
perwakilan petani dari berbagai organisasi petani In-
donesia. API, SPI , dan Wamti menyampaikan tiga hal
penting tentang tantangan petani Indonesia saat ini ,
yaitu produksi, distribusi serta kebijakan pertanian. �
15LONTAR - #3 - 2011
‘You AreWhat You Eat’!
Berbagi Informasi Seputar PanganSehat
Organisasi Petani AdakanKonsultasi Nasional PetaniIndonesia
Foto: Konsorsium Solo Raya
Foto: Perhimpunan Indonesia Berseru
Foto: Aliansi Petani Indonesia
Kabar Mitra
16 LONTAR - #3 - 2011
gian besar petani mengalami kecanduan opium dan kelaparan.
Sembilan tahun kemudian, mereka berubah menjadi petani ter-
organisir dan bahkan memil iki perusahaan pengolahan dan pe-
masaran. Pendapatan mereka meningkat. Kelaparan tinggal
masa lalu.
Pada tahun 201 0, Vredesei landen menghentikan dukungan
pada kelompok tani tersebut dan mengalihkan dukungan untuk
mendukung perempuan setempat.
Ekspedisi Benin
Delapan tahun lalu, Vredesei landen mulai fokus pada budi
daya beras di Benin, Afrika Barat. Beberapa tahun setelahnya,
5.000 petani berhasi l meningkatkan kualitas padi mereka. Pada
tahun 201 0, untuk pertama kalinya, organisasi petani setempat
mengekspor beras melalui praktik perdagangan berkeadi lan
(fair trade).
Beras Benin dengan mudah ditemukan di Belgia, seperti
Colruyt, Okay dan Spar. Untuk mengeksplorasi peluang dan
VREDESEILANDEN , induk VECO Indonesia di Belgia,
mengeluarkan Laporan Tahunan 201 0 pada Jul i 201 1 lalu.
Dalam laporan sepanjang 92 halaman tersebut, Vredesei lan-
den menyampaikan pencapaian dan dampak program di selu-
ruh VECO regional, antara lain Ekuador, Peru, Togo, Benin,
Uganda, Indonesia, dan Vietnam sepanjang tahun 201 0.
Berikut adalah beberapa hal penting dalam Laporan Tahu-
nan Vredesei landen 201 0 tersebut.
Selesainya Program di Laos
Organisasi pembangunan sering dikritik. Mereka bisa mem-
bantu orang lain namun di satu sisi justru mereka sendiri ter-
gantung pada pihak lain. Ketergantungan ini merupakan risiko.
Karena itu, Vredesei landen berusaha menghubungkan bantuan
ekonomi untuk tujuan yang jelas sekaligus sebagai skenario
jalan keluar.
Ketika Vredesei landen memulai dukungan pada keluarga
petani di 53 desa pegunungan di Laos pada tahun 2002, seba-
Laporan Pencapaian GlobalVredeseilanden
Foto: VredeseilandenFoto: Vredeseilanden
Foto: Vredeseilanden
17LONTAR - #3 - 2011
Kabar Internasional
tantangan proyek untuk keluarga petani, delegasi pemimpin
bisnis terkemuka Belgia berkunjung ke Benin. Cerita ini bisa
dengan mudah ditemukan di media massa. Bersama Colruyt
Group, Vredesei landen juga mengorganisir kegiatan khusus.
Kegagalan Paling Brilian
Tidak ada kesuksesan dan kemajuan tanpa kegagalan. De-
mikian prinsip Institut Kegagalan Bri l ian Belanda (Dutch Insti-
tute for Bri l l iant Fai lures). Lembaga ini mencoba membuka sisi
lain dari kegagalan, hal yang jarang dibuka oleh lembaga pem-
bangunan. Untuk mendorong keterbukaan sekaligus menghar-
gai kemauan untuk membaginya, lembaga ini mengadakan
penghargaan Kegagalan Paling Brilian dalam Kerjasama Pem-
bangunan, September 201 0 lalu. Vredesei landen dengan
bangga menerima hadiah pertama dalam penghargaan terse-
but. Kami mengirimkan cerita kegagalan koperasi petani di
Kongo.
Kongo, Setelah 50 Tahun Kemerdekaan
Tak seorang pun di Belgia yang ketinggalan besarnya jum-
lah artikel, buku, atau pameran tentang Kongo. Vredesei landen
ingin sekali mengubur pembicaraan nostalgia tentang masa
lalu Kongo, dan sebaliknya mendiskusikan masa depan negara
ini . Fotografer Jimmy Kets berkunjung ke North Kivu untuk
memotret pekerjaan mitra kami. Selanjutnya, Vredesei landen
juga merintis kerja bersama antara lembaga swadaya
masyarakat Belgia dan organisasi petani Kongo, AgriCongo.
Jaringan baru ini berhasi l mendorong lahirnya aturan pertanian
baru dengan mempertimbangkan pertanian keluarga (family
agriculture) sebagai batu loncatan dalam pembangunan per-
tanian Kongo.
Lebih Fokus pada Keberlanjutan Pangan
Di Belgia, kampanye FairTradeTown terus di lakukan. Se-
panjang tahun 201 0, ratusan plakat FairTradeTown diberikan.
Ada satu fokus penting dari enam kriteria, mempromosikan
pangan lokal berkelanjutan. Di Selatan, kami juga meluncurkan
program kampanye menarik tentang pangan sehat, bekerja
sama dengan Zuiddag Foundation, kami melaksanakan pilot
project healthy food healthy living. Seluruhnya dirancang dan
dikerjakan oleh anak-anak muda.
Foto: Vredeseilanden Foto: Vredeseilanden
JimmyKetsJimmyKets
18 LONTAR - #3 - 2011
Apa hubungan antara isu HIV & AIDS
dengan pangan sehat?
Hubungan keduanya sangat erat.
Kualitas manusia salah satunya diten-
tukan oleh kebiasaan makan dan peri-
laku sehat. Segala sesuatu berawal
dari makanan. You are what you eat.
Jadi makanan yang masuk ke tubuh
akan memengaruhi kesehatan. Kita
yang sehat maupun yang sakit, terma-
suk yang terinfeksi HIV & AIDS, tetap
butuh makanan. Menjadi manusia se-
hat memerlukan asupan gizi sehat dan
berimbang apalagi j ika dalam keadaan
sakit. Nutrisi gizi ini didapat dari
makanan yang diproduksi secara sehat
tanpa input bahan kimia disertai cara
pengolahan dan mengonsumsi yang
benar.
Apa pentingnya program HFHL bagi
petani dan anak-anak muda?
HFHL adalah program kampanye
membangun kesadaran konsumen
pangan sehat agar hidup sehat. Pro-
gram ini dimotori kaum muda tapi
ditujukan kepada seluruh lapisan
pangsa pasar. HFHL dirancang,
dikemas dan di lakukan dengan ciri
khas kaum muda. Fresh and trendy,
fun and stay healthy. Program ini
berkaitan erat antara produsen, dalam
hal ini petani, dan konsumen, kaum
muda dan lainnya. Jika semakin ba-
nyak kaum muda mengonsumsi pa-
ngan sehat, maka akan semakin
meningkat pula permintaan terhadap
beras sehat petani kita. Jika didukung
mekanisme rantai pemasaran yang fair,
maka petani akan semakin diun-
tungkan.
Kesan selama mengoordinir program
HFHL dan ke Belgia akhir tahun lalu?
Sangat menarik, berbobot dan
mengesankan. HFHL kerjasama antara
VECO Indonesia dan ZuidDag atau
The South Day Foundation di Belgia.
Selama di Belgia akhir tahun lalu, 1 2
Youth Ambassadors dari Solo dan Bali
presentasi di hampir 1 00 sekolah se-
tingkat SMP & SMA di sana. Menyaksi-
kan kaum muda Indonesia mengajak
kaum muda Belgia untuk peduli ter-
hadap keberlangsungan kualitas ke-
hidupan manusia dan alam melalui
pangan sehat merupakan pengalaman
sangat berharga.
Saya sampai menitikan air mata
ketika HFHL Youth Ambassador
presentasi di depan hampir 350 kaum
muda Belgia di Theatre Room di Halle
salah satu kota di Belgia. Mereka pe-
nuh percaya diri , berbicara dalam ba-
hasa Inggris fasih dan penuh
semangat. Hasi lnya, pada 21 Oktober
201 0 lalu hampir 1 0.000 kaum muda
Belgia beserta 1 2 Youth Ambassadors
ikut dalam program Work for Change
untuk mendukung peningkatan
kesadaran konsumen akan pangan se-
hat melalui program HFHL ini .
Bagaimana pola pangan kaum muda
saat ini?
Saat ini kaum muda diuntungkan
dengan beragamnya variasi makanan.
Pengalaman saya bertemu kaum muda
melalui program HFHL maupun kesem-
patan lain, kecenderungannya banyak
yang menyukai santapan-santapan
praktis dan modern meski belum tentu
junk food. Menjamurnya restoran, kedai
dan food centre di perkotaan maupun
pedesaan memberikan kesempatan
kaum muda memil ih pangan di mana
sepertinya makanan cepat saji lebih
menjadi pi l ihan. Saya punya kerinduan
kaum muda tetap trendy dan sehat
dengan mengenal pola pangan dari lu-
ar Indonesia tetapi juga bangga me-
ngonsumsi bahkan kalau bisa mampu
mengolah sendiri santapan-santapan
nusantara yang juga sangat lezat, ber-
gizi dan elok. Nasi pecel disertai tahu
dan tempe, misalnya, tidak kalah
dengan spaghetti bologneise dan
garden saladnya.
Di mana peran kaum muda untuk
mewujudkan pangan sehat?
Nah, ini penting. Saya sangat per-
caya kaum muda mampu mewujudkan
kebiasaan baru untuk mengonsumsi
pangan sehat. Perubahan bisa dimulai
dari diri sendiri , misal di rumah, dengan
mengonsumsi beras sehat. Sejalan
dengan itu, kita sebarkan kepada yang
lain, di sekolah atau kampus misalnya.
Kaum muda dapat menjadi inisiator,
motivator bahkan memimpin upaya
mewujudkan pangan sehat ini . Sudah
waktunya kaum muda berdaya dan
menjadi trendsetter kalau kita tidak
mau ketinggalan dengan yang lain.
IIssuu kkeesseehhaattaann ddaann kkaauumm mmuuddaa ttaakk jjuuggaa ppeerrggii ddaarrii hhiidduupp MMeerrccyyaa SSooeessaannttoo
sseetteellaahh ddiiaa bbeekkeerrjjaa ddii VVEECCOO IInnddoonneessiiaa sseebbaaggaaii KKoooorrddiinnaattoorr PPrrooggrraamm
HHeeaalltthhyy FFoooodd HHeeaalltthhyy LLiivviinngg.. SSeebbeelluummnnyyaa,, iibbuu dduuaa aannaakk iinnii jjuuggaa bbeekkeerrjjaa
ddii iissuu HHIIVV//AAIIDDSS ddii mmaannaa ddiiaa jjuuggaa tteerrlliibbaatt bbaannyyaakk ddeennggaann aannaakk--aannaakk mmuuddaa..
DDiiaa mmeemmbbaaggii ggaaggaassaannnnyyaa tteennttaanngg ppeerraann aannaakk mmuuddaa uunnttuukk mmeewwuujjuuddkkaann
ppaannggaann sseehhaatt bbaaggii sseemmuuaa..
MMeerrccyyaa SSaammppaaiiMMeenniittiikkkkaann AAiirr MMaattaa
Profil
19LONTAR - #3 - 2011
BINA Desa menerbitkan tiga buku dalam satu paket seri Per-
tanian Alami. Tiga buku tersebut adalah Natural Farming, Ra-
hasia Sukses Bertani Masa Kini; 19 Kiat Sukses Bertani Alami;
dan Berbagi Pengalaman Sukses Bertani Alami. Ketiganya diter-
bitkan Bina Desa bekerja sama dengan Misereor & ACC-21 .
Sebagai buku panduan, tiga buku ini relatif mudah dipahami.
Selain memberikan kajian teori dia juga menyertakan contoh-
contoh bagaimana penerapan pertanian alami ini . Bahkan, di
buku terakhir pun ada berbagai pengalaman keberhasi lannya.
Natural Farming, Rahasia Sukses BertaniMasa Kini
Seri pertama ini terdiri dari enam
bab termasuk pengantar. Sebagai
pendahuluan, buku ini memberikan
pemahaman dan fi lolosofi terlebih
dulu tentang pertanian selaras alam.
Buku setebal 27 halaman ini menulis
dalam pengantarnya bahwa pertani-
an alami tak sekadar mengejar
produksi atau keuntungan material
tapi selarasnya manusia dengan
lingkungan.
Bab Lebih Dekat dengan Pertani-
an Alami, editor memberikan lan-
dasan sejarah lahirnya gerakan
pertanian selaras alam. Setelah Dr. Cho Han Kyu memulai pada
tahun 1 962 di Korea, praktik pertanian alami yang digagasnya
kemudian menyebar ke berbagai negara. Pertanian alami terse-
bar di tingkat desa di lebih dari 30 negara, termasuk Indonesia.
Metode ini juga telah mendapat ISO 9001 an ISO 1 4001 .
Prinsip utama pertanian alami ini adalah penghormatan dan
penghayatan terhadap alam agar bisa menghasi lkan produk se-
suai kebutuhan. Tidak perlu mengeksploitasi alam semata demi
kebutuhan manusia. Perhatikan pula sebaliknya, kebutuhan
alam, seperti tanah, hewan, dan tanamannya untuk mendukung
kebutuhan manusia.
Karena itulah, sayangi tanaman Anda dengan menerapkan
ni lai-ni lai luhur dalam pertanian selaras alam. Nilai tersebut ada-
lah menghargai, menyayangi, membebaskan, sal ing berbagi, ke-
setaraan, dan keberlanjutan. Tak hanya konsep besar, buku ini
juga memberikan contoh dalam bentuk praktis, seperti menyiangi
gulma, mengolah tanah, memberikan pupuk kompos dan meng-
endalikan hama.
19 Kiat Sukses Bertani Alami
Jika buku pertama lebih banyak memberikan dasar pema-
haman tentang pertanian selaras alam, maka buku kedua ini
memberikan panduan lebih praktis bagaimana metode pertanian
ini sebaiknya diterapkan. Buku ini
menjelaskan 1 9 kiat tersebut dalam
77 halaman.
Melalui buku kedua ini , pembaca
bisa belajar lebih teknis ramuan ra-
hasia kenapa pertanian alami ini lebih
mudah diterapkan siapa saja. Buku ini
menjelaskan rahasia-rahasia kenapa
pelaku pertanian alami justru lebih
mandiri dibandingkan pelaku pertani-
an dengan bahan kimiawi. Salah satu
rahasinya adalah siklus nutrisi
dengan memberikan asupan nutrisi
yang benar agar tepat jumlah, tepat waktu, tepat dosis, tepat sa-
saran, dan tepat tahapan.
Pada dasarnya, rahasia nutrisi dalam pertanian alamai terse-
but terbagi jadi dua, yaitu nutrisi penyubur tanah dan nutrisi pe-
nyubur tanaman. Tiap bab buku ini menjelaskan lebih detai l
masing-masing nutrisi tersebut, seperti mikroorganisme, fer-
mentasi jus tanaman, nutrisi rempah, bakteri asam laktat, air mi-
neral bakteri , bahkan air laut. Sebagai contoh, ikan lele atau
tongkol pun ternyata bisa diolah menjadi nutrisi penyubur daun
karena mengandung unsur nitrogen. Tak hanya nutrisi , buku ini
juga memberikan panduan cara membuat benih dan bahan anti-
hama.
Dengan bahasa amat praktis, buku seri kedua ini akan mem-
bantu pelaku pertanian alami untuk mempraktikkannya membuat
sendiri nutrisi untuk tanah maupun tanaman. Jadi, tak perlu pu-
sing kalau harga pupuk, benih, ataupun pemberantas hama me-
lambung tinggi. Toh, kita bisa memproduksinya sendiri .
Berbagi Pengalaman Sukses Bertani Alami
Sebagai seri penutup, buku ini men-
ceritakan pengalaman dan kiat-kiat
yang ditemukan para petani dan peng-
giat pertanian alami. Tak hanya pertani-
an tanaman tapi juga peternakan dan
perikanan. Keberhasi lan para pelaku
pertanian alam ini menjawab masalah-
masalah petani selama ini karena
mudah dipraktikkan, biaya produksinya
rendah, meningkatnya kesuburan ta-
nah, memandirikan petani, dan
seterusnya.
Salah satu cerita sukses datang dari Yasim, anggota Pagu-
yuban Mekar Tani di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Dari
semula tergantung pada bahan kimia, Yasim sekarang beral ih ke
pertanian selaras alam. Dia, misalnya, menggunakan bahan-ba-
han alami, seperti jantung pisang, sisa sampah, tulang sapi,
bahkan air laut sebagai nutrisi tanaman. Hasi lnya, ketika tana-
man padi lain dimakan tikus, padi Yasim justru selamat.
Bab lain buku ini juga menyampaikan pengalaman peternak
unggas dan ikan. Menggunakan bahan-bahan alami, semua
petani yang bercerita di buku ini membuktikan bahwa mereka tak
hanya berhasi l meningkatkan produksi, tapi juga mandiri . Sebagi-
an besar pemil ik cerita ini adalah petani-petani keci l .
Melalui cerita-cerita sukses di dalamnya, buku setebal 75
halaman ini membuktikan bahwa pertanian selaras alam itu bisa
di lakukan. Petani bisa lebih berdaya dan tak tergantung pada
asupan bahan kimia sekaligus meningkatkan kualitas hidupnya.
Tiga PanduanPertanian SelarasAlam
19LONTAR - #3 - 2011
Resensi
20 LONTAR - #3 - 2011
Top Related