BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker adalah penyakit dimana sel-sel ganas beranak-pinak berupa
keturunan yang bersifat ganas pula (Karsono, 2007).Salah satu kanker yang perlu
diwaspadai adalah kanker payudara. Kanker ini menduduki peringkat kedua
setelah kanker leher rahim di antara kanker yang menyerang wanita Indonesia
(Asrul, 2003). Menurut Noorwati, dokter spesialis hematologi dan onkologi medik
dari FK UI, pada tahun 2005 tercatat ada 502.000 orang meninggal akibat kanker
payudara di dunia.
Sel kanker payudara yang pertama dapat tumbuh sebesar 1 cm (Asrul, 2003),
sel kanker tersebut diam pada kelenjar payudara. Sel-sel kanker payudara ini
dapat menyebar melalui aliran limfe ke seluruh tubuh. Kapan penyebaran itu
berlangsung, kita tidak tahu. Sel kanker payudara dapat bersembunyi di dalam
tubuh kita selama bertahun-tahun tanpa kita ketahui, dan tiba-tiba aktif menjadi
tumor ganas.
Kanker payudara banyak dijumpai di Indonesia khususnya pada wanita,
merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker mulut rahim. Insiden kanker
payudara kira-kira sebanyak 18 per 100.000 penduduk wanita, dengan insiden
seluruh kanker di Indonesia diperkirakan 180 per 100.000 penduduk. Pria juga
mungkin mendapat kanker payudara, dengan kemungkinan 1:100 dari wanita
(Haryana dan Soesatyo, 1993).
Berikut ini adalah permasalahan dalam skenario 1:
Seorang wanita 45 tahun, seorang pekerja di perusahaan batik, dirujuk
ke dokter ahli bedah dengan benjolan di payudara kirinya. Benjolan ini
baru dirasakan 6 bulan terakhir,makin bertambah besar dan kadang-
kadang disertai nyeri.
Saat penderita di SMA pernah mengalami operasi tumor payudara
kanan
yang dinyatakan jinak. Setelah operasi penderita disarankan oleh dokter
untuk melakukan SADARI secara rutin. Terdapat riwayat keluarga, Ibu
dan kakak penderita meninggal dengan tumor payudara. Suami
penderita adalah perokok berat.
Pemeriksaan dokter didapati: benjolan pada mammae sinistra
kuadran lateral atas terdapat perubahan gambaran sebagian kulit seperti
kulit jeruk, retraksi puting susu dan teraba benjolan berdiameter lebih
kurang 1,5 cm, solid, terfiksir dan tidak berbatas jelas dengan jaringan
sekitarnya. Bekas operasi pada mammae kanan tidak tampak jelas. Pada
pemeriksaan aksila kiri dan kanan tidak didapati kelainan.Dilakukan
beberapa pemeriksaan penunjang sebelum tindakan mastektomi kiri.
Selanjutnya jaringan hasil operasi dikirim ke Laboratorium Patologi
Anatomi untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi rutin dan
immunohistokimia untuk mendapatkan diagnosa pasti.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah definisi dan pengertian neoplasma?
b. Apa saja faktor risiko dan predisposisi terjadinya carcinoma?
c. Bagaimanakah patogenesis terjadinya carcinoma?
d. Bagaimanakah klasifikasi neoplasma?
e. Bagaimanakah anatomi, histologi, dan fisiologi mammae?
f. Bagaimana diagnosis carcinoma mammae?
g. Apa saja gejala dan tanda neoplasma
h. Pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan?
i. Bagaimana cara pencegahan neoplasma?
j. Apa saja perbedaan dari tumor jinak dan ganas?
k. Bagaimana klasifikasi stadium kanker?
l. Bagaimanakah penatalaksanaan yang tepat untuk carcinoma mammae?
C. TUJUAN PENULISAN
a. Mengetahui definisi dan pengertian neoplasma.
b. Mengetahui berbagai faktor risiko dan predisposisi terjadinya
carcinoma.
c. Mengetahui patogenesis terjadinya carcinoma.
d. Mengetahui klasifikasi neoplasma.
e. Mengetahui anatomi, histologi, dan fisiologi mammae.
f. Mengetahui diagnosis carcinoma mammae.
g. Mengetahui gejala dan tanda neoplasma.
h. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
neoplasma.
i. Mengetahui cara-cara pencegahan neoplasma.
j. Mengetahui perbedaan tumor jinak dan ganas.
k. Mengetahui klasifikasi stadium kanker.
l. Mengetahui penatalaksanaan yang tepat untuk carcinoma mammae
D. HIPOTESIS
Pasien dalam kasus diatas menderita carcinoma mammae.
E. MANFAAT PENULISAN
Mahasiswa mampu:
Menjelaskan definisi dan epidemiologi neoplasma
Menjelaskan macam faktor dan risiko penyebab neoplasma
Menjelaskan gejala dan tanda (lokal symptom, systemic symptom, and
metastatic symptom)
Menjelaskan macam-macam proses dan diagnosis neoplasma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. NEOPLASMA
Neoplasma secara harfiah berarti “ Pertumbuhan Baru “. Suatu
neoplasma, sesuai definisi Willis, adalah masa abnormal jaringan yang
pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan
jaringan normal serta terus demikian walaupun rangsangan yang memicu
perubahan tersebut telah berhenti. Hal mendasar tentang asal neoplasma adalah
hilangnya responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal. Sel
neoplastik disebut mengalami transformasi karena terus membelah diri,
tampaknya tidak peduli terhadap pengaruh regulatorik yang mengendalikan
pertumbuhan sel normal. Selain itu , neoplasma beperilaku seperti parasit dan
bersaing dengan sel dan jaringan normal untuk memenuhi kebutuhan
metaboliknya (Kumar dkk, 2007).
Pembahasan mengenai definisi neoplasma dimulai dari istilah tumor.
Tumor adalah pembengkakan yang merupakan salah satu tanda kardinal
peradangan (Dorland, 2010). Tumor dapat digolongkan dalam dua kelompok
besar, yaitu tumor yang bersifat non neoplastik dan tumor yang bersifat
neoplastik. Terdapat beberapa mekanisme yang dapat menimbulkan tumor baik itu
yang bersifat neoplastik maupun non-neoplastik, antara lain; adaptasi sel dan
regenerasi sel. Regenerasi sel dapat menjadi penyebab timbulnya tumor yang
bersifat non-neoplastik. Sedangkan mekanisme adaptasi sel dapat menimbulkan
tumor non-neoplastik maupun tumor bersifat neoplastik, tegantung pada sifat dari
adaptasi itu sendiri, reversibel atau irrreversibel (Widjono, 2008).
Mekanisme adaptasi yang dapat menimbulkan tumor adalah hiperplasia,
metaplasia, dan hipertrofi. Apabila ketiga mekanisme ini terjadi dalam tahap
reversibel maka tumor yang terbentuk bersifat non-neoplastik. Namun apabila
mekanisme adaptasi yang terjadi bersifat irreversibel, kemungkinan besar tumor
yang akan terbentuk akan bersifat neoplastik. Hal ini berkaitan erat dengan ada
tidaknya mutasi yang terjadi saat proses adaptasi berlangsung (Widjono, 2008).
Setiap perubahan lingkungan yang terjadi di sekitar sel, maka akan
terjadi proses penyesuaian baik itu melalui degenerasi ataupun adaptasi.
Perubahan lingkungan yang terjadi dapat menimbulkan berbagai macam pengaruh
pada sel. Salah satu pengaruh yang dapat ditimbulkan adalah terjadinya mutasi
DNA. Ketika terjadi mutasi, maka baik itu proses degenerasi ataupun adaptasi sel
akan mengalami kegagalan dalam mencegah terjadinya kerusakan pada sel.
Sehingga ketika perbaikan itu gagal maka timbullah mekanisme yang tidak
terkontrol yang disebut neoplasma (Kumar dkk, 2007).
B. Klasifikasi Tumor
Berdasarkan karakteristik tumor dan pengaruh serta ancamannya terhadap tubuh,
tumor dibagi menjadi dua jenis yaitu tumor jinak(benigna) dan ganas(maligna)
Tumor Jinak Tumor GanasDiferensiasi tumor Baik/matur Tidak baik/imaturPembelahan inti Tidak ada/sedikit Banyak/sering patologisPola pertumbuhan Eksofitik, ekspansif Infiltratif (invasif)Hubungan dengan jaringan sekitar
Mendesak Merusak
Kapsul Sering ada Tidak adaBatas Jelas Tidak jelasLaju pertumbuhan Relatif lambat CepatPerubahan sekunder Jarang berdarah,jarang
nekrosis, dapat terjadi kalsifikasi/ kistik
Berdarah, nekrosis, ulserasi
Metastasis Tidak ada SeringPengaruh bagi tubuh Relatif kecil Relatif besar, bahkan
fatal
Klasifikasi neoplasma umumnya dipakai berdasarkan gambaran histologik.
Untuk tumor jinak dinamai dengan menambahkan akhiran –oma pada nama sel
tempat tumor itu berasal. Tumor ganas dinamai seperti tumor jinak dengan
tambahan dibelakangnya. Tumor ganas yang berasal dari jaringan mesenchym
disebut sarcoma. Misalnya, tumor ganas jaringan ikat disebut fibro-sarcoma.
Tumor ganas yang berasal dari ketiga lapis benih disebut carcinoma. Tumor ganas
yang membentuk kelenjar seperti yang terlihat pada gambaran mikroskopik
disebut adenocarcinoma dan pembagian lebih lanjut berdasarkan asal alat
tubuhnya.
C. Zat Karsinogenik
Karsinogen adalah zat, radionuklida atau radiasi, yang merupakan agen langsung
terlibat dalam menyebabkan kanker. Hal ini mungkin karena kemampuan untuk
merusak genom atau ke gangguan proses metabolisme seluler. zat radioaktif
Beberapa dianggap karsinogen, tetapi aktivitas karsinogenik mereka disebabkan
radiasi, misalnya untuk sinar gamma dan partikel alpha, yang mereka
memancarkan. Contoh umum karsinogen yang terhirup asbes, dioxin tertentu, dan
asap tembakau. Kanker adalah penyakit di mana sel-sel yang rusak tidak
mengalami kematian sel terprogram. Karsinogen dapat meningkatkan risiko
kanker dengan mengubah metabolisme seluler atau merusak DNA langsung di
dalam sel, yang mengganggu proses biologi, dan mendorong pembagian, ganas
yang tidak terkendali, pada akhirnya mengarah pada pembentukan tumor.
Biasanya kerusakan DNA, jika terlalu berat untuk memperbaiki, menyebabkan
kematian sel terprogram, tetapi jika jalur kematian sel diprogram rusak, maka sel
tidak dapat mencegah diri dari menjadi sel kanker.
Ada banyak karsinogen alami. Aflatoksin B1, yang diproduksi oleh jamur
Aspergillus flavus yang tumbuh pada biji-bijian yang disimpan, kacang-kacangan
dan mentega kacang, adalah sebuah contoh dari karsinogen mikroba kuat, yang
terjadi secara alamiah. virus tertentu seperti Hepatitis B dan virus papiloma
manusia telah ditemukan untuk menyebabkan kanker pada manusia. Yang pertama
terbukti dapat menyebabkan kanker pada hewan adalah virus sarkoma Rous,
ditemukan pada tahun 1910 oleh Peyton Rous.
Dioxin dan senyawa dioxin-seperti, benzene, kepone, EDB, asbes, dan batuan
limbah penambangan minyak shale semuanya telah diklasifikasikan sebagai
karsinogenik [1] Sejauh kembali sebagai tahun 1930-an, asap industri dan asap
tembakau diidentifikasi sebagai sumber. puluhan karsinogen, termasuk benzo [a]
pyrene, nitrosamine tembakau-spesifik seperti nitrosonornicotine, dan aldehida
reaktif seperti formaldehida-yang juga merupakan bahaya dalam pembalseman
dan membuat plastik. Vinil klorida, dari mana PVC dibuat, adalah karsinogen dan
dengan demikian bahaya dalam produksi PVC.
Co-karsinogen adalah bahan kimia yang belum tentu menyebabkan kanker pada
mereka sendiri, tapi mempromosikan kegiatan karsinogen lainnya dalam
menyebabkan kanker.
Setelah karsinogen memasuki tubuh, tubuh membuat suatu usaha untuk
menghilangkan melalui proses yang disebut biotransformasi. Tujuan dari reaksi
ini adalah membuat karsinogen lebih larut dalam air sehingga dapat dihilangkan
dari tubuh. Tetapi reaksi ini juga dapat mengkonversi karsinogen kurang beracun
menjadi karsinogen lebih beracun.
DNA nukleofilik, elektrofil karbon sehingga larut adalah karsinogenik, karena
DNA menyerang mereka. Sebagai contoh, beberapa alkena yang toxicated oleh
enzim manusia untuk menghasilkan epoksida elektrofilik. DNA serangan
epoksida, dan terikat permanen untuk itu. Ini adalah mekanisme balik
carcinogenity dari benzo [a] pyrene dalam asap tembakau, aromatik lainnya,
aflatoksin dan gas mustard.
Radiasi
CERCLA mengidentifikasi semua radionuklida sebagai karsinogen, meskipun
sifat radiasi yang dipancarkan (alfa, beta, gamma, atau neutron dan kekuatan
radioaktif), kapasitas konsekuen untuk menimbulkan ionisasi pada jaringan, dan
besarnya paparan radiasi, menentukan potensi bahaya. Karsinogenik radiasi
tergantung dari jenis radiasi, jenis paparan, dan penetrasi. Sebagai contoh, radiasi
alpha mempunyai penetrasi yang rendah dan bukan merupakan bahaya luar tubuh,
tetapi emitter bersifat karsinogenik ketika terhirup atau tertelan.
Sebagai contoh, Thorotrast, sebuah (kebetulan-radioaktif) suspensi sebelumnya
digunakan sebagai media kontras di diagnosa x-ray, merupakan karsinogen
manusia kuat dikenal karena retensi di dalam berbagai organ dan emisi gigih
partikel alpha. Marie Curie, salah satu pelopor radioaktivitas, meninggal karena
kanker yang disebabkan oleh paparan radiasi selama percobaan nya.
Tidak semua jenis radiasi elektromagnetik sebenarnya karsinogenik. Rendah
energi gelombang pada spektrum elektromagnetik pada umumnya tidak, termasuk
gelombang radio, radiasi microwave, radiasi infra merah dan cahaya tampak.
Lebih tinggi energi radiasi, termasuk radiasi ultraviolet (hadir di sinar matahari),
x-ray, dan radiasi gamma, umumnya karsinogenik, jika diterima dalam dosis yang
cukup.
Memasak makanan pada suhu tinggi, misalnya memanggang atau memanggang
daging, dapat mengarah pada pembentukan jumlah menit karsinogen kuat banyak
yang sebanding dengan yang ditemukan dalam asap rokok (misalnya, benzo [a]
pyrene). Charring makanan pirolisis menyerupai kokas dan tembakau, dan
menghasilkan karsinogen serupa. Ada beberapa produk pirolisis karsinogenik,
seperti hidrokarbon aromatik polynuclear, yang dikonversi oleh enzim manusia
menjadi epoksida, yang menempel permanen pada DNA. Pra-memasak daging
dalam microwave oven selama 2-3 menit sebelum memanggang mempersingkat
waktu pada wajan panas, dan menghapus amina heterosiklik (HCA) prekursor,
yang dapat membantu meminimalkan pembentukan karsinogen ini. [6]
Laporan dari Food Standards Agency telah menemukan bahwa akrilamida hewan
yang dihasilkan karsinogen dalam makanan karbohidrat goreng atau panas (seperti
kentang goreng dan keripik kentang). [7] Studi yang dilakukan di FDA dan badan
pengatur Eropa untuk menilai potensi risiko untuk manusia.
Pada rokok, asap tembakau mengandung senyawa kimia lebih dari 4000, banyak
yang bersifat karsinogenik atau beracun. Salah satunya adalah senyawa
dipasarkan sebagai racun tikus.
Gangguan sirkadian "shift yang melibatkan gangguan sirkadian" telah terdaftar,
pada tahun 2007, sebagai karsinogen kemungkinan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia Internasional Badan Penelitian Kanker. (IARC Siaran Pers No 180).
Beberapa studi telah mendokumentasikan hubungan antara kerja malam shift dan
peningkatan insiden kanker payudara. Gangguan sirkadian oleh paparan cahaya di
malam hari menekan produksi hormon melatonin yang menyebabkan penurunan
pertahanan imun selular dan pengawasan yang diperlukan untuk perlindungan dari
pengembangan kanker. Melatonin juga tampaknya memiliki efek perlindungan
langsung melawan kanker, mungkin sebagian karena sifat antioksidan yang kuat.
Mekanisme carcinogenicity
Karsinogen dapat diklasifikasikan sebagai genotoksik atau nongenotoxic.
Genotoxins menyebabkan kerusakan genetik ireversibel atau mutasi dengan
mengikat DNA. Genotoxins termasuk agen kimia seperti N-methylurea nitroso-N-
(NMU) atau agen non-kimia seperti sinar ultraviolet dan radiasi pengion. Virus
tertentu juga dapat bertindak sebagai karsinogen dengan berinteraksi dengan
DNA.
Nongenotoxins tidak langsung mempengaruhi DNA namun bertindak dengan cara
lain untuk meningkatkan pertumbuhan. Ini termasuk hormon dan beberapa
senyawa organik.
Menurut Robbins (2002) hal.220-226, teridentifikasi tiga golongan agen
karsinogenik (karsinogen):
Karsinogen kimiawi. Sebagian karsinogenik kimiawi bekerj secara
langsung dan tidak memerlukan transformasi kimiawi untuk
menyebabkan karsinogensis, tetapi sebagian besar bekerja secara tidak
langsung dan aktif hanya setelah perubahan metabolik (pro-
karsinogen). Contoh: Obat-obatan (siklofosfamid, klorambusil)
Karsinogn Radiasi. Dari manapun sumbernya (berkas UV sinar
matahari, sinar X, fisi nuklir, radionuklida) sudah dibuktikan
merupakan karsinogen.
Karsinogen mikroba. Banyak virus DNA dan RNA terbukti bersifat
onkogenik pada beragam hewan namun hanya beberapa virus yang
menyebabkan kanker pada manusia. Contoh: Human papiloma virus
(virus DNA) dan Virus Leukemia Sel-T Manusia tipe 1 (virus RNA).
D. Karsinogenesis
Pada dasarnya proses pertumbuhan kanker dibagi dalam tiga step dasar, yaitu :
Inisiasi
Pada step ini hanya bisa dilihat patologisnya dari segi molekuler karena
dari segi seluler masih terlihat normal dan seragam dengan sel-sel normal.
Selain itu belum ditemukan gejala klinis pada penderita.
Promosi
Pada step ini sudah bisa terlihat gejala patologis sel dari segi molekuler
dan seluler. Inti sudah terlihat hiperkromatin, ukuran selnya sudah tidak
tampak seragam dengan sel-sel disekitarnya.
Progresif
Pada step ini sudah tampak gejala klinis pada penderita. Sel-sel kanker
sudah mengalami mutasi lanjutan sehingga pertumbuhan proliferasi sel
semakin tak terkendali lagi. Dan pada step ini sudah mengarah pada
keganasan yang bisa menyebabkan metastase atau bahkan kematian.
Sebagian besar kanker mempunyai enam tanda atau sifat utama dalam
perkembangannya, yaitu :
1. Menghasilkan sendiri sinyal pertumbuhan
Kanker tidak dipengaruhi oleh growth hormone (hormon pertumbuhan)
yang dihasilkan oleh tubuh karena sel-sel kanker memiliki sifat
autoendokrin dimana dia bisa menciptakan hormon sendiri yang dapat
memacu pertumbuhannya sendiri.
2. Insensitivitas terhadap sinyal anti pertumbuhan
Pertumbuhan sel kanker ini akan terus berjalan walaupun ada sinyal anti
pertumbuhan. Pertumbuhannya benar-benar sudah tidak bisa dikontol lagi.
3. Menghindar dari apoptosis
Mutasi yang terjadi pada pertumbuhan sel kanker ini menyebabkan gen-
gen penyadi gen supresor tumor menjadi inaktif, termasuk gen penyandi
apoptosis juga menjadi inaktif.
4. Kemampuan replikasi tanpa batas
Mutasi yang terjadi pada pertumbuhan kanker itu juga berdampak pada
inaktifasi gen-gen pengendali proliferasi sel. Hal ini menyebabkan
terjadinya replikasi yang tanpa batas pada penderita kanker.
5. Angiogenesis berkelanjutan
Sel kanker memiliki kemampuan angiogenesis, yaitu kemampuan untuk
membuat aliran suplai darah sendiri untuk menunjang hidup sel –sel
kanker itu sendiri.
6. Invasi jaringan dan metastasis
Pertumbuhan sel kanker yang sudah memasuki tahap lanjut akan
mengarah pada keganasan yang ditandai dengan adanya metastasis dan
invasi ke jaringan sekitar yang normal.
E. Gejala dan Tanda Neoplasma
Manifestasi klinis menurut lokasi dan sifat tumor yang diderita mempunyai
manifestasi klinis yang beraneka macam,rangkumannya sebagai berikut:
1. Manifestasi setempat
Benjolan (tumor): keluhan utama yang sering dikemukakan pasien,
sering kali pasien merasakan benjolan dibagian tertentu tubuhnya
maka datang berobat. Benjolan dapat timbul di segala bagian tubuh,
yang lokasinya dekat atau di permukaan seperti kulit, jaringan lunak,
mamae, skrotum, anggota badan, rongga mulut, hidung, anus, rektum
bagian bawah dapat diraba; kadang kala di rahang bawah,
supraklavikula, ketiak, lipat paha teraba pembesaran kelenjar limfe
metastatik; tumor organ dalam yang besar juga teraba.
Gejala obstruksi akibat tumor:kebanyakan terjadi pada saluran
pernapasan, pencernaan, misal kanker laring, kanker pangkal lidah
menimbulkan kesulitan bernapas; kanker esofagus menimbulkan rasa
terganjal sewaktu menelan.
Gejala desakan akibat tumor: tumor mediastinum seperti limfoma,
timoma,-teratoma atau kanker metastatik mediastinum bila mendesak
vena kava timbul udem di kepala, wajah, leher, dada atas, vena dinding
toraks melebar sulit bernapas,sianosis, dan gejala lain.
Destruksi struktur dan fungsi organ tempat tumor berada:
osteosarkoma merusak tulang, mempengaruhi fungsi persendian di
dekatnya bahkan sampai fraktur, hingga fungsi tungkai tersebut hilang.
Nyeri: Pada awalnya tumor biasanya tidak nyeri, namun tumor pada
saraf atau mendesak saraf di dekatnya, atau bila tumor di dalam organ
padat dan tulang rangka tumbuh terlalu cepat menyebabkan kapsul
organ atau periosteum teregang, timbul nyeri tumpul atau nyeri samar,
tumor mengobstruksi organ berlumen seperti saluran gastro intestinal,
urinaria,timbul nyeri bahkan nyeri hebat
Sekret patologis: tumor di rongga mulut, hidung, nasofaring, saluran
pencernaan, pernapasan, urinaria, reproduktif, dan lain-lain.Bila terjadi
ulserasi ke dalam lumen atau komplikasi infeksi, sering timbul sekret
sanguineus, purulen, musinosa atau nekrotik mengalir ke luar lumen
rongga.
Ulserasi: tumor yang timbul di kulit, mukosa, rongga mulut,
nasofaring, saluran pernapasan, pencernaan, serviks uteri, vagina,
vulva dan lain-lain, mudah mengalami ulserasi dan infeksi
ikutan,timbul sekret berbau amis atau hemoragik.
2. Manifestasi sitemik
Tumor stadium awal tidak menunjukkan gejala sistemik yang jelas, dengan
berkembangnya tumor dapat timbul gejala berikut ini:
Demam: sering terjadi pada limfoma maligna, karsinoma hati, paru,
osteosarkoma, karsinoma gaster, kolon, pankreas, dan kanker stadium
lanjut.Mekanisme terjadinya demam tumor adalah: sel tumor, leukosit
dan sel normal dalam tubuh lainnya menghasilkan ‘pirogen endogen’
yang mempengaruhi hipotalamus, timbul disregulasi temperatur tubuh;
terjadinya perdarahan, nekrosis dalam tumor, timbul zat toksik
menyebabkan tubuh bereaksi alergik terhadap protein asing;
komplikasi infeksi; jarang terjadi metastasis ke pusat regulasi
temperatur otak.
Penurunan berat badan, anemia, astenia progresif: merupakan gejala
yang umum pada kanker stadium lanjut.
Ikterus: bila keluhan utama pasien adalah ikterus, pertama-tama harus
dipikirkan kemungkinan tumor di kapsul pankreas, segmen bawah
duktus koledokus. Hepatoma primer, kanker metastatik ke hati
mendesak duktus hepatikus di porta hati, juga dapat timbul ikterus.
3. Sindrom paraneoplastik
Manifestasi klinis tumor ganas mengakibatkan zat aktif biologis abnormal
yang dihasilkan tumor juga dapat timbul manifestasi klinis sistemik, yang
disebut sindrom paraneoplastik, atau ‘efek jauh; tumor. Sindrom ini
muncul sebelum muncul gejala setempat tumor.Sindrom paraneoplastik
meliputi: manifestasi kulit dan jaringan seperti pruritus dan
dermstomiositis,osteoatropati hipertrofik pulminal, manifestasi klinis saraf
seperti polimiositis, manifestasi kardiovaskular seperti endokarditis,
manifestasi endokrin dan metabolik, contohnya Cushing syndrome dan
yang terakhir manifestasi hematologik seperti polistemia,anemia kronis,
purpura fibrinoltik.
F. Diagnosis Banding Ca Mammae
Diagnosis Banding Carcinoma Mammae
Berikut adalah beberapa penyakit tumor pada payudara yang bukan
merupakan pertumbuhan abnormal (bukanneoplasma):
1. Peradangan (Mastitis)
Biasanya menimbulkan nyeri spontan dan nyeri tekan di bagian yang
terkena. Contoh peradangan payudara adalah Mastitis dan nekrosis lemak
traumatik. Peradangan tersebut dapat terjadi akibat proses infeksi maupun
bukan infeksi (Kumar dkk, 2007; Price dan Wilson, 2006).
2. Galactocele.
Adalah dilatasi kistik suatu duktus yang tersumbat yang terbentuk selama
masa laktasi. Selain menyebabkan "benjolan" yang nyeri, kista mungkin
pecah sehingga memicu reaksi peradangan lokal (Kumar dkk, 2007).
3. Perubahan Fibrokistik (Mammary dysplasia)
Adalah kelainan akibat dari peningkatan dan distorsi perubahan siklik
payudara yang terjadi secara normal selama daur haid. Perubahan
fibrokistik dibagi menjadi perubahan nonproliferatif dan perubahan
proliferatif (Kumar dkk, 2007).
4. Fibroadenomamammae (FAM)
Adalah tumor jinak tersering pada payudara dan umumnya menyerang
para remaja dan wanita dengan usia <30 tahun. Berbatas tegas, konsistensi
padat kenyal, muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah
digerakkan, dan diameter 1-10 cm (Kumar dkk, 2007; Price dan Wilson,
2006).
5. Tumor Filoides
Diperkirakan berasal dari stroma intralobulus, jarang dari fibroadenoma
yang sudah ada. Tumor ini mungkin kecil (diameter 3 hingga 4 cm), tetapi
sebagian besar tumbuh hingga berukuran besar atau massif sehingga
payudara membesar. Sebagian besar tumor ini tetap lokalisata dan
disembuhkan dengan eksisi (Kumar dkk, 2007).
6. Papiloma Intraduktus
Adalah pertumbuhan tumor neoplastik di dalam suatu duktus. Gejala klinis
berupa : (1) keluarnya discharge serosa atau berdarah dari puting
payudara; (2) adanya tumor subareola kecil, atau (3) retraksi putting
payudara (jarang terjadi) (Kumar et al, 2007).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Anatomi Kelenjar Mammae
Kelenjar mammae terletak di dalam fasia superfisialis di daerah pektoral
antara sternum dan aksila dan melebar dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai
ke iga keenam atau ketujuh. Strukturnya tersusun atas 1) Parenkim epitel 2)
Lemak, pembuluh darah, saraf, dan kelenjar getah bening 3) Otot dan Fascia
(Guyton & Hall, 2007). Kelenjar mammae dewasa adalah kelenjar tubuloalveolar
kompleks yang terdiri atas kurang lebih 20 lobi. Semua lobi berhubungan dengan
duktus laktiferus yang bermuara di putting susu. Lobi dipisahkan oleh sekat-sekat
jaringan ikat dan jaringan lemak (Eroschenko, 2003). Jaringan ikat memisahkan
payudara dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior.
Bentuk kelenjar mammae cembung ke depan dengan puting di tengahnya
yang terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua. Puting ini dilingkari
daerah berwarna coklat yang disebut areola. Dekat dasar puting terdapat kelenjar
sebaseus yaitu kelenjar Montgomery, yang mengeluarkan zat lemak supaya puting
tetap lemas (Pearce, 2006). Mammae juga dibungkus oleh fasiapektoralis
superficial dimana permukaan dan posteriornya dihubungkan oleh ligamentum
Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.
B. Molekuler Karsinoma Mammae
Kemajuan luar biasa dalam bidang genetika molekuler membuka
pengetahuan para ahli mengenai factor genetika penyebab timbulnya kanker.
Secara spesifik, telah diketahui beberapa factor onkogenik diantaranya adalah
mutasi gen BRCA1 pada lokus kromosom 17q dan BRCA2 pada lokus
kromosom 13q sebagai penyebab timbulnya kanker payudara herediter.
Gen BRCA1 merupakan gen supresor tumor yang berperan penting pada
regulasi pertumbuhan sel epitel payudar adan proses DNA repair. Mutasi pada
gen ini dideskripsikan sebagai delesi pada basa adenine dan guanin
(185delAG). Wanita yang membawa mutasi gen ini memiliki kemungkinan
87% terkena kanker payudara dan 44% risiko terkena kanker ovarium. Gen
BRCA2 merupakan gen rentan mutasi dengan delesi pada basatimin (617delT).
Penelitian menyatakan bahwa 35% keluarga berisiko tinggi kanker payudara
pasti memiliki mutasi gen ini.
Disamping kedua gen tersebut, terdapat penanda molekuler lain yang
berperan dalam kasus kanker payudara. Observasi alterasi molekuler pada
protein reseptor erbB-2 [HER-2/neu] dan p53 memberi gambaran positif
mengenai keterlibatan keduanya dalam insiden kanker payudara. Penelitian
menemukan adanya mutasi over ekspresi protein erbB-2 dan akumulasi p53
pada penderita kanker payudara invasif.
Gen erbB-2 mengkode protein transmembran. Secara normal, DNA
mengkodekan dua kopi protein erbB-2 pada lokus kromosom 17. Over
ekspresi/amplifikasi dari erbB-2 merupakan proses yang kompleks. Alterasi
pada erbB-2 biasanya memiliki prognosis buruk pada pasien kanker payudara
meskipun tanpa metastase ke kelenjar getah bening.
Gen p53 merupakan gen supresor tumor. Mutasi pada gen ini umumnya
disebabkan oleh akumulasi protein. Pada kanker payudara, mutasi timbul pada
kluster di ekson 5 sampai 9. Bukti terakhir menyatakan adanya hubungan
antara BRCA-1 dan p53 pada kanker payudara herediter. Namun, penelitian
mengenai sekuens genetic masih terus dilakukan untuk mengetahui
keterlibatan lanjutan dari gen p53 (Thor & Moore, 2000).
C. Epidemiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara
Selama 25 tahun terakhir, angka kejadian kanker payudara meningkat
secara global, dengan angka tertinggi di negara – negara Barat. Hal ini
menjadi “tren” akibat dari perubahan seperti pola reproduksi, penurunan
aktivitas, perubahan pola makan. Di tahun 2008, American Cancer Society
(ACS) mencatat sedikitnya 1,4 juta kasus baru kanker payudara invasif di
seluruh dunia.
Seluruh dunia, kanker payudara adalah kanker paling umum pada wanita
setelah kanker kulit yang mewakili 16% dari semua kanker wanita. Angka ini
lebih dari dua kali lipat dari kanker kolorektal dan kanker leher rahim dan
sekitar tiga kali lipat dari kanker paru-paru. Kematian di dunia adalah 25%
lebih besar daripada kanker paru-paru pada wanita.
Dalam dua belas wilayah dunia, tingkat kejadian tahunan usia-standar per
100.000 perempuan adalah sebagai berikut: di Asia Timur, 18; Selatan Asia
Tengah, 22; sub-Sahara Afrika, 22; Selatan-Asia Timur, 26; Afrika Utara dan
Barat asia, 28; Selatan dan Amerika Tengah, 42; Eropa Timur, 49; Eropa
Selatan, 56; Eropa Utara, 73; Oseania, 74; Eropa Barat, 78, dan di Amerika
Utara, 90.
Walaupun angka kejadian kanker payudara meningkat secara global,
tetapi angka kematiawn akibat kanker payudara menurun, terutama pada
negara – negara industri. Namun demikian, sebuah penelitian AS yang
dilakukan pada tahun 2005 oleh Masyarakat Penelitian Kesehatan Perempuan
menunjukkan bahwa kanker payudara masih penyakit yang paling ditakuti,
meskipun penyakit jantung adalah penyebab jauh lebih umum kematian di
kalangan perempuan. Banyak dokter mengatakan bahwa wanita membesar-
besarkan risiko kanker payudara.
Seperti negara-negara berkembang tumbuh dan mengadopsi budaya
Barat mereka juga menumpuk penyakit yang lebih yang timbul dari budaya
Barat dan kebiasaan nya (lemak / asupan alkohol, merokok, paparan
kontrasepsi oral, perubahan pola melahirkan dan menyusui, paritas rendah).
Sebagai contoh, Amerika Selatan telah dikembangkan sehingga memiliki
jumlah kanker payudara.
Faktor risiko kanker payudara :
1. Genetik
Kanker payudara merupakan kanker familial. Mutasi pada gen p53
menyebabkan fungsi sebagai gen penekan tumor mengalami gangguan
sehingga sel terus berproliferasi. Selain itu mutasi pada gen BRCA1 dan
BRCA2 juga menyebabkan terjadinya kanker payudara. Seseorang akan
memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara apabila pada anggota
keluarganya ada yang menderita kanker payudara atau kanker ovarium.
2. Hormonal
Laktasi atau menyusui dan penggunaan alat kontrasepsi oral merupakan
contoh faktor hormonal yang mempengaruhi perkembangan proliferasi sel.
Segera setelah proses melahirkan kadar hormon estrogen dan hormon
progesteron yang tinggi selama masa kehamilan akan menurun dengan
tajam. Kadar hormon estrogen dan hormon progesteron akan tetap rendah
selama masa menyusui. Menurunnya kadar hormon estrogen dan hormon
progesteron dalam darah selama menyusui akan mengurangi pengaruh
hormon tersebut terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan
payudara. Berlebihnya proliferasi bila diikuti dengan hilangnya kontrol atas
proliferasi sel dan pengaturan kematian sel yang sudah terprogram
(apoptosis). Hilangnya fungsi kematian sel yang terprogram (apoptosis) ini
akan menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel akibat
adanya kerusakan pada DNA, sehingga sel-sel abnormal akan berproliferasi
secara terus menerus tanpa dapat dikendalikan.
3. Riwayat kanker payudara/ neoplasma pada payudara.
Wanita dengan riwayat kanker payudara sebelumnya kemungkinan besar
akan mendapatkan kanker payudara pada sisi yang lain, hal ini terjadi
karena payudara merupakan organ berpasangan yang dilihat dari suatu
sistem dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama.
4. Umur
Bertambahnya usia merupakan salah satu faktor risiko paling kuat untuk
kanker payudara. Meskipun kanker payudara dapat terjadi pada wanita
muda,secara umum merupakan penyakit penuaan. Seorang wanita berusia
30-an risikonya kira-kira 1 dalam 250, sedangkan untuk wanita pada usia 70-
an nya,adalah sekitar 1 dari 30
Sebagian besar kanker payudara yang didiagnosis adalah setelah menopause
dan sekitar 75% dari kasus kanker payudara terjadi setelah 50 tahun.
5. Ras
Walaupun secara kesuluruhan insiden kanker payudara rendah pada wanita
Afrikan dan Amerika, tetapi pada kelompok ini ditemukanpada stadium yang
lanjut sehingga angka mortalitas lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
kulit putih. Pada wanita kulit hitam yang menderita kanker payudara umumya
dengan nuclear high-grade lebih sering tanpa reseptor hormonal dan terjadi
mutasi sporadik p53. Faktor sosial yang berpengaruh seperti keterlambatan
pemeriksaan ke pusat pelayanan kesehatan dan sedikitnya penggunaan
mammografi juga memegang peran peting.
6. Zat Kimia
Aromatik amine, benzene, jelaga batubara, anthracene, creosota, asbestos,
zat – zat yang terkandung dalam rokok (nitrosamin, hidrokarbon) dianggap
sebagai zat kimia yang bersifat karsinogenik.
7. Faktor lingkungan dan gaya hidup
Pengaruh lingkungan diduga karena beberapa faktor antara lain : diet tinggi
lemak, alkohol, kecanduan minum kopi, paparan sinar X dan infeksi virus. Hal
tersebut mungkin mempengaruhi onkogen dan gen supresi tumor pada
kanker payudara.
D. Patofisiologi Kanker Payudara pada Skenario
Usia 45 tahun, semakin bertambahnya usia berarti semakin berkurangnya
imunitas pasien. Penurunan imunitas pasien dalam mencegah munculnya
neoplasma menjadi salah salah faktor. Selain itu dengan berjalannnya waktu
berarti semakin lama pasien terkena zat-zat karsinogen, baik karsinogen
eksogen maupun karsinogen endogen yang berasal dari dalam tubuh pasien
seperti estrogen. Pasien yang bekerja di perusahaan batik ini kemungkinan
sering kontak dengan bahan pewarna kimia, yang salah satunya berbahan
senyawa aromatic amin, yang mempunyai sifat karsinogenik.
Benjolan di payudara kiri, dirasakan 6 bulan terakhir bertambah besar
dan kadang-kadang disertai nyeri. Hal ini dipengaruhi oleh semakin
banyaknya paparan terhadap hormon maupun karsinogen. Nyeri timbul akibat
mammae yang dipersarafi berbagai saraf tersebut tertekan oleh massa tumor.
Pasien pernah mengalami tumor payudara kanan yang muncul pada saat
pubertas. Menurut ciri-cirinya, tumor tersebut bukanlah tumor ganas.
Terdapat riwayat keluarga, Ibu dan kakak penderita meninggal dengan tumor
payudara. Hal ini lebih menguatkan predisposisi herediter terjadinya
carcinoma mammae, yang terkait dengan gen BRCA1 dan BRCA2 di
kromosom 17 yang juga mempengaruhi kanker prostat dan endometrium.
Mutasi pada gen ini diturunkan pada garis matternal dan patternal dengan pola
autosom dominan. Riwayat keluarga yang pernah menderita carcinoma
mammae juga meningkatkan resiko terjadinya sebanyak 3x lipat. Suami
penderita adalah perokok berat. Senyawa polisiklik aromatic hidrokarbon
yang terkandung dalam asap rokok juga merupakan salah satu karsinogen
kimiawi, walaupun karsinogen ini lebih sering terkait pada kanker paru.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan pada mammae sinistra
kuadran lateral atas. Berdasarkan data statistik, carcinoma mammae lebih
sering terdapat pada kuadran lateral atas. Gambaran sebagian kulit seperti kulit
jeruk, hal ini disebabkan oleh karena adanya metastasis pada kelenjar limfe
yang menyebabkan limfedema lokal. Pada kasus ini, kulit mengalami
penebalan di sekitar folikel rambut, suatu keadaan yang dikenal sebagai peau
d’orange (kulit jeruk).
Retraksi puting susu, gambaran ini mencakup kecenderungan untuk melekat
ke otot pektoralis atau fasia dalam dinding dada sehingga terjadi fiksasi lesi,
serta melekat ke kulit di atasnya, yang menyebabkan retraksi dan cekungan
kulit atau puting payudara.
Teraba benjolan sebesar telur ayam, solid, terfiksir dan tidak berbatas
jelas dengan jaringan sekitarnya. Hal ini menunjukkan ciri-ciri dari tumor
ganas. Tumor ganas tidak berbatas tegas karena tidak memiliki kapsul,
sehingga tidak mudah dipisahkan dengan jaringan sekitarnya. Pada
pemeriksaan aksila kanan dan kiri tidak didapati kelainan. Kemungkinan pada
saat dipalpasi, sel lanker belum bermetastasis ke jaringan sekitarnya.
Metastasis ke kelenjar getah bening ditemukan pada sekitar 40% kanker yang
bermanifestasi sebagai massa yang dapat dipalpasi, tetapi kurang dari 15%
kasus yang ditemukan dengan mammografi. Lesi yang terletak di tengah atau
kuadran luar biasanya mula-mula menyebar ke kelenjar aksila.
E. Klasifikasi dan Pembagian Stadium Kanker Payudara
Klasifikasi Ca Mammae
A. Non Invasif
Karsinoma duktus in situ (DCIS ; karsinoma intraduktus)
Karsinoma lobulus in situ (LCIS)
Invasif/ Infiltratif
Karsinoma duktus invasif
Karsinoma lobulus invasif
Karsinoma medularis
Karsinoma koloid
Karsinoma tubulus
Tipe lain
Stadium Kanker Payudara menurut American Joint Committee on Cancer
Staging of Breast Carcinoma, dibagi menjadi :
Stadium 0
DCIS (termasuk penyakit Paget pada puting payudara) dan LCIS
Stadium I
Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta kelenjar getah bening
negatif
Stadium IIA
Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai metastasis ke kelenjar
getah bening, atau karsinoma invasif dengan ukuran lebih dari 2 cm, tetapi kurang
dari 5 cm dengan kelenjar getah bening negatif
Stadium IIB
Karsinoma invasif berukuran garis tengah lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5 cm
dengan disertai metastasis ke kelenjar getah bening
Stadium IIIA
Karsinoma invasif dengan ukuran berapa pun dengan kelenjar getah bening
terfiksasi (yaitu invasi ekstranodus yang meluas di antara kelenjar getah bening
atau menginvasi ke dalam struktur lain) atau karsinoma berukuran garis tengah
lebih dari 5 cm dengan metastasis kelenjar getah benin non terfiksasi
Stadium IIIB
Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada, karsinoma yang
menginvasi kulit, karsinoma dengan nodus satelit, atau setiap karsinoma dengan
metastasis ke kelenjar getah bening mamaria interna ipsilateral
Stadium IV
Merupakan ca mamma yang telah bermetastasis ke tempat yang jauh seperti paru,
tulang, dan hati.
F. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) payudara,
mammografi,dan aspirasi dan jarum halus (FNAB) untuk menunjang diagnosis.
Untuk menentukan metastasis dapat dilakukan foto toraks, bone survey, USG
abdomen/hepar.
Pemeriksaan USG hanya dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan kistik.
Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai
jaringan lemak yang dominanserta jaringan fibroglandulair yang relative lebih
sedikit. Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tanda-tanda primer dan
sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign (stelata), adanya
perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan radiologis, adanya
mikrokalsifikasi, adanya spikulae, dan distorsi pada struktur arsitektur payudara.
Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi,
perubahan posisi papilla dan areola, adanya bridge of tumor, keadaan daerah
tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak
dibelakang mamma, dan adanya metastasis ke kelenjar (gambaran ini tidak khas).
Pemeriksaan gabungan USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnosis
lebih tinggi.
Diagnosis pasti bisa ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis yang
dilakukan dengan:
1. Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit
jaringan sehat di sekitarnya bila tumor < 5 cm.
2. Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit
jaringan sehat, dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperable atau lebih
besar dari 5 cm
G. Penatalaksanaan Kanker Payudara
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan
meliputi pembedahan,kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru
adalah terapi antibodi monoklonal. Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan
kanker atau membatasi penyebaran penyakit serta menghilangkan gejala-
gejalanya. Keberagaman jenis kanker payudara mengharuskan dilakukannya
diagnostik yang rinci sebelummemutuskan jenis terapi yang akan dipakai,
sehingga pilihannya bersifat individual.
Terapi Sistemik Primer (Neo-adjuvant Therapy)
Pemilihan terapi sistemik primer dapat dilakukan sebelum operasi pengambilan
tumor, hal ini bergantungpada jenis, penyebaran dan ukuran tumor pada saat
diagnostik awal. Terapi ini bertujuan untuk mengurangiukuran tumor sehingga
memungkinkan untuk dilakukannya operasi sekaligus mempertahankan bentuk
payudara. Hal ini juga memberikan informasi berharga tentang sensitifitas tumor
terhadap obat yangdigunakan. Informasi ini akan menentukan terapi yang tepat
untuk mengatasi tumor yang tertinggal setelahoperasi.
Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan
yang dilakukan padapasien kanker payudara tergantung pada stadium penyakit,
jenis tumor, umur dan kondisi umum pasien.Ahli bedah dapat mengangkat tumor
(lumpectomy), mengangkat sebagian payudara dan berkelenjar getahbening atau
pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan harapan
hidup,pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan (adjuvan) seperti
radiasi, hormon atau kemoterapi.
Terapi Radiasi Adjuvan
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X berintensitas tinggi untuk membunuh sel
kanker yang tidakterangkat saat pembedahan. Ini dilakukan pada pasien yang
telah menjalani operasi untuk tumor yangterlokalisasi pada suatu area. Efek
samping pada kulit berupa: gatal, kemerahan, kulit kering dan kelelahan.
Terapi Hormonal
Beberapa tumor payudara mengekspresikan banyak reseptor estrogen (RE) pada
permukaan selnya. Padajenis tumor ini, hormon estrogen wanita menunjang
pertumbuhan tumor yang berikatan dengan RE danmengatur siklus pertumbuhan
sel. Kanker payudara yang bergantung pada estrogen disebut RE-positif.Terapi
hormonal seperti tamoxifen atau penghambat aromatase, menghambat efek
pertumbuhan estrogendan dapat digunakan sebagai terapi ajuvan setelah operasi
atau pada kanker payudara stadium lanjut(metastatik).
Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada stadium awal ataupun stadium lanjut
penyakit (tidak dapat lagidilakukan pembedahan, stadium lanjut yang terlokalisasi
atau metastatik). Obat kemoterapi bisa digunakansecara tunggal atau
dikombinasikan untuk terapi kanker payudara yaitu:
Anthraycline contoh: doxorubicin, epirubicin
Taxane contoh: paclitaxel, docetaxel
Fluoropyrimidine contoh: capecitabine, 5-fluorouracil (5 – fu)
Alkylating agent contoh: cyclophosphamide
Terapi Imunologik
Sekitar 20-30% tumor payudara menunjukkan overekspresi atau amplifikasi gen
secara berlebihan. Untukpasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara
khusus dirancang untuk menyerang HER2.Trastuzumab dapat menghambat
pertumbuhan tumor dan mematikan sel tumor. Pasien sebaiknya jugamenjalani tes
HER2 untuk mendapatkan manfaat terapi dengan trastuzumab yang merupakan
satu-satunyaterapi imunologik untuk terapi kanker payudara.
Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit
Sekitar 50% pasien kanker payudara dapat sembuh, baik dengan terapi awal
ataupun tambahan terapi ajuvan.Bagi 50% lainnya, yaitu pasien yang mengalami
metastatik, pilihan terapi lebih ditujukan untukmeningkatkan angka harapan
hidup. Diantara banyak obat kanker yang diteliti, hanya sedikit yang efektifpada
kasus pasien kanker payudara metastatik, diantaranya trastuzumab dan
capecitabine.Fokus terapi pada kanker stadium akhir adalah memperpanjang
harapan hidup tanpa mengurangi kualitashidup pasien. Pada pasien kanker
payudara dengan HER2-positif, trastuzumab diberikan sebagai terapi linipertama
untuk kanker payudara metastatik dengan kombinasi obat kemoterapi lainnya
(contoh: docetaxelatau paclitaxel) juga pada lini kedua ataupun pada lini ketiga
sebagai terapi tunggal.
1. Kanker payudara stadium 0
Dilakukan : BCS ( Breast Conserving Surgery)
Terapi definitive pada T0 tergantungpadapemeriksaanblok paraffin,
lokasididasarkanhasilpemeriksaan imaging
2. Kanker payudara stadium dini /operable
Dilakukan : BCS (mastektomiradikal/mastektomiradikalmodifikasi)
Terapiadjuvant :radiasi, kemoterapi, hormonal terapi
Terapi adjuvant:
a. Radiasi
Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan aksila
beserta supraklavikula), kecuali:
Pada keadaan T0, maka tidak dilakukan radiasi KGB aksila
supraklavikula
Pada keadaan tumor dimedial/sentral diberikan tambahan
radiasi pada mamaria intern. Dosis lokoregional profilaksis
adalah 50Gy
b. Kemoterapi
Kombinasi CAF, CEF, CMF, AC
Kemoterapi adjuvant: 6 siklus
Kemoterapipaliatif : 3 siklus
Kemoterapi neoadjuvant: 3 siklus praterapi primer ditambah 3
siklus pascaterapi primer
Kombinasi CAF
Dosis C : Cyclophosfamide 500 mg/m2 hari1
A : Adriamycin = Doxorubin 50 mg/M2 hari 1
F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/m 2 hari 1
Interval : 3 minggu
Kombinasi CEF
Dosis C : Cyclophosfamide 500mg/m2 hari 1
E : Epirubicin 50 mg /m2 hari 1
F : 5 Fluoro Uracil 500mg/M2 hari 1
Interval : 3 minggu
Kombinasi CMF
Dosis C : Cyclophosfamide 100 mg/m2 hari 1 s/d 14
M : Metotrexate 40mg/m2 IV hari 1 & 8
F : % Fluoro Uracil 500 mg /m2 IV hari 1 & 8
Interval : 4 minggu
Kombinasi AC
Dosis A : Adriamycin
C : Cyclophosfamide
Optional :
Kombinasi Taxan + Doxorubycin
c. Hormonal Terapi
Macam terapi hormonal
1. Additive : pemberian tamoxifen
2. Ablative : bilateral oophorectomi (ovarektomi bilateral)
Dasar pemberian :
1. Pemberian reseptor ER+ PR +; ER+ PR - ; ER – PR +
2. Status hormonal
Additive : apabila ER- PR + ER+ PR- (menopause tanpa
pemeriksaan ER & PR) ER – PR +
Ablasi : apabila, tanpa pemeriksaan reseptor, premenopause,
menopause 1-5 tahun dengan efek estrogen (+), perjalanan
penyakit slow growing & intermediated growing.
3. Kanker payudara lokal lanjut
Operable Locally advanced
Simple mastektomi/MRM + radiasi kuratif + kemoterapi
adjuvant + hormonalterapi
Inoperable Locally advanced
Radiasi kuratif + kemoterapi + hormonal terapi
Radiasi + operasi + kemoterapi + hormonal terapi
Kemoterapineoadjuvant + operasi + kemoterapi + radiasi +
hormonal terapi
4. Kanker Payudara Lanjut Metastase Jauh
Prinsip :
o Sifat terapi paliatif
o Terapi sistemik merupakan terapi primer ( kemoterapi dan hormonal)
terapi)
o Terapi lokoregional ( radiasi &bedah)
Setelah operasi, penanganan selanjutnya disebut adjuvant therapy yang
terdiri dari terapi radiasi, chemotherapy dan hormone terapi. Yang
tujuannya adalah untuk membunuh sel kanker yang mungkin masih
tertinggal pada saat operasi.
Tahap pertama dalam terapi adalah biopsi massa payudara yang
mencurigakan. Biopsi eksisi payudara sebagai tindakan ambulans dapat diterima.
Tetapi bagi ahli bedah yang tak berpengalaman dengan teknik ini, biopsi eksisi di
bawah anastesi lokaldapat sulit dilakuakn. Lesi bias lebih profunda dalam
payudara daripada yang mula-mula diantisipasi dan perdarahan dapat
menyusahkan. Masektomi dirancang harus dilengkapi setelah konfirmasi patologi
keganasan.
Masektomi cepat dianjurkan, karena yang diciptakan oleh biopsi bias
dipotong di seluruh bidang jaringan dan menghasilkan area eksosis besar dalam
payudara. Area ekimosis ini mungkin mengandung sel kanker viable yang
dilepaskan ke dalam luka selama biopsi terbuka atau jarum. Batas yang tak tegas
dari adenokarsinoma menginfiltrasi membuat lesi ini lebih mungkin diinsisi
selama tindakan biopsi, khusunya jika ahli bedah pengoperasi menggunakan
anastesi lokal.
Bila sel ganas dilepaskan ke dalam tempat biopsi, maka ia bias ditahan lokal
untuk masa yang singkat. Bila terlewatkan beberapa hari antara biopsi insisi dan
masektomi, maka area di bawah kulit payudara yang mengandung daerah
ekimosis dan mungkin sel kanker yang variable, bias membesar. Area ekimotik ini
menunjukkan migrasi eritrosit dari tempat biopsi dan secara hipotesis, sel kanker
bias bermigrasi pada jarak yang sama. Area ekimosis ini bias telah sembuh secara
klinik sewaktu keadaan ini dievaluasi oleh ahli bedah untuk tindakan definitive.
Sehingga, sewaktu flap payudara dievaluasi, maka area kulit dan jaringan subkutis
yang mungkin mengandung sel kanker mungkin tidak dibuang secara keseluruhan
bersama bahan contoh masektomi dan kanker dinding dada bisa kambuh.
H. Metastasis Tumor Ganas Kelenjar Mammae
Istilah metastasis menunjukkan terbentuknya implan sekunder yang
terpisah dari tumor primer, mungkin di jaringan yang jauh (Kumar et al,
2011). Kejadian tersebut merupakan salah satu tanda utama tumor ganas,
sebab tumor jinak tidak mengadakan metastasis. Proses metastasis ini
terutama melalui aliran lymphe dan pembuluh darah, namun demikian dapat
juga melalui rongga dalam tubuh misalnya rongga abdomen dan melalui
cairan tubuh misalnya liquor cerebrospinalis. Penyebaran limfatik biasanya
khas untuk karsinoma, sedangkan rute hematogen lebih disenangi oleh
sarkoma. Namun, banyak hubungan antara sistem limfatik dan vaskular
sehingga semua bentuk kanker dapat menyebar melalui salah satu atau dua
sistem.
Kemampuan metastasis ini disebabkan karena kemampuan sel kanker
untuk melakukan invasi ke dalam jaringan sekitarnya dan seterusnya ke
pembuluh darah atau pembuluh lymphe. Proses terjadinya metastasis terutama
disebabkan oleh perubahan sifat sel ganas. Sifat sel ganas itu antara
lain perubahan biokimia permukaan sel, pertambahan motilitas, kemampuan
mengeluarkan zat litik, dapat membentuk pembuluh darah baru
(angiogenesis), berkurangnya adhesi sel tumor satu dengan lainnya dan
hilangnya daya pertumbuhan bersama antara sesama sel tumor dan sel normal
diantaranya.
Karsinoma payudara biasanya timbul di kuadran luar atas dan pertama kali
menyebar ke kelenjar aksila. Lesi medial mungkin mengalirkan limfenya
melalui melalui dinding dada ke kelenjar di sepanjang arteria mammaria
interna. Selanjutnya, karsinoma dapat menyebar ke kelenjar supraklavikula
dan infraklavikula (Kumar et al, 2011).
I. Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko
terkena kanker, diantaranya:
1. Menghindari mengonsumsi bahan-bahan karsinogenik semaksimal mungkin.
Misalnya dengan tidak merokok dan tidak makan makanan yang banyak
mengandung bahan pengawet.
2. Melakukan usaha penemuan kanker tingkat dini, seperti:
Pemeriksaan sitologis serviks (PAPTES) rutin tahunan pada wanita berusia
lebih dari 35 tahun.
Pemeriksaan sigmoideskopi rutin setiap 3 – 5 tahun pada wanita usia 50
tahun atau lebih untuk menemukan lesi pada rektum.
Melakukan SADARI (memeriksa payudara sendiri)rutin bulanan untuk
menemukan benjolan kecil pada payudara sendiri.
Pemeriksaan kesehatan menyeluruh secara berkala.
Agar selalu memperhatikan “waspada kanker”.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Neoplasma adalah pertumbuhan jaringan abnormal yang otonom dan
merugikan.
Faktor-faktor risiko yang terdapat dalam kasus adalah suami perokok
berat, dan bahan pewarna kimia industri batik.
Faktor predisposisi dalam kasus adalah riwayat keluarga yang
menderita kanker payudara dan penderita yang sebelumnya pada
waktu SMA pernah menjalani operasi tumor payudara
Wanita dalam skenario mengidap kanker payudara stadium I
B. Saran
Sebaiknya pasien menjalani pemeriksaan penunjang sebelum
melaksanakan tindakan mastektomi
Mastektomi perlu dilakukan untuk mencegah metastasis lebih lanjut
Suami pasien hendaknya disarankan untuk berhenti merokok
Untuk orang yang memiliki faktor predisposisi tertentu terhadap
kanker hendaknya dapat menjaga kesehatan dengan melakukan pola
hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W. A. Newman, 2010. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31.
Jakarta: EGC.
Kumar et al. 2007.Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Volume 1.Jakarta :
EGC.
Price, Sylvia A. Wilson, Loraine M. 2006. PatofisiologiKlinis Proses-
Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6.Jakarta : EGC.
Thor, Ann , Moore, Dan H. 2000. Prognostic and Predictive Markers in
Breast Cancer.In : Glenn D. Steele Jr., Theodore L. Phillips, Bruce A. Chabner
(eds). Atlas of Clinical Oncology: Breast Cancer. London : B.C. Decker Inc,
pp:119-122.
Widjono, Y.W. 2008. Kuliah Neoplasma. Surakarta : UNS.