LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM TEKNIK BIOPROSES
IDENTITAS PRAKTIKAN :
Nama : Ovia Yuliani
NIM : 03101403044
Kelompok : II (Kamis Pagi)
I. Nama Percobaan : Inokulasi
II. Tujuan Percobaan
1) Untuk mengetahui perhitungan jumlah mikroorganisme dengan
menggunakan Haemacytometer
2) Untuk mengetahui cara teknik inokulasi mikroba
3) Mengetahui cara pembiakan jamur pada medium padat
III. Dasar Teori
Isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba dengan lingkungannya dan akan
dibuat biakan murni yang akan di tanam dalam medium gula. Unsur – unsur yang
ada dalam mikroba faktor nutrisi dan faktor oksigen. Berdasarkan tujuan dan
macam media terdiri atas :
a) Media padat
b) Media miring
c) Media cair
d) Media plateh
Ada beberapa teknik dasar di dalam analisa mikrobiologi yang harus
diketahui, meliputi :
1) Teknik transfer aseptis
2) Agar slants (agar miring)
3) Turbiditas media broth (kekeruhan kaldu)
4) Teknik dilusi (pengenceran)
5) Teknik pour-plate (lempeng tuang)
6) Teknik spread plate (lempeng sebar)
7) Teknik streak plate (lempeng gores)
1. Haemacytometer
Haemacytometer adalah alat khusus yang digunakan untuk menghitung
mikroorganisme. Pada alat ini terdapat kotak-kotak kecil dengan luas 1 / 400 mm2
dan kedalaman 0,1 mm. Penggunaannya adalah dengan meletakkan kaca preparat
yang di atasnya dan ditutup dengan deck glass. Pengamatan ini dilakukan dengan
menggunakan mikroskop agar dapat mengamati sel-sel mikroba baik yang kecil
maupun yang besar, yang dibatasi oleh kotak-kotak haemacytometer. Perhitungan
dengan haemacytometer ini merupakan perhitungan langsung karena sample
langsung diambil dan diteteskan pada alat haemacytometer dan diamati di bawah
mikroskop.
Perhitungan dengan metode ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu semua
sel mikroba baik yang masih hidup atau pun sudah mati dapat dihitung.
Sedangkan kelemahannya yakni apabila pengenceran tidak homogen lagi, maka
akan terjadi kesalahan dalam perhitungan. Pengenceran yang dilakukan bertujuan
untuk memudahkan pengamatan karena sample kental dapat menjarangkan sel
mikrooranisme yang mengakibatkan pengamatan menjadi sulit dilakukan.
2. Inokulasi
Pada umumnya bakteri hanya mengenal satu macam pembiakan saja yaitu
dengan cara aseksual atau vegetatif, yang pelaksanaan pembiakannya dengan
pembelahan diri atau divisio. Sedangkan pada jamur pembiakan dapat secara
aseksual maupun seksual atau vegetatif dan generatif. Untuk mengamati sifat-sifat
suatu koloni, maka perlu ditumbuhkan pada medium padat agar-agar sifat-sifatnya
tampak jelas dan dapat dilihat dengan pandangan biasa tanpa menggunakan
mikroskop (pengamatan makroskopi). Ada empat cara menumbuhkan bakteri
pada medium padat, yaitu :
a) Piaraan Adukan (shake culture) diperoleh dengan cara mencampuradukkan
setetes suspensi bakteri ke dalam medium yang masih cair (belum membeku).
b) Piaraan Tusukan (stab culure) diperoleh dengan cara menusukkan ujung
kawat inokulasi yang membawa bakteri dalam agar-agar pada tabung reaksi
sedangkan permukaan agar ini tidak miring.
c) Piaraan Lempengan (plate streak culture) diperoleh dengan cara mengesek-
gesekkan ujung kawat inokulasi yang membawa bakteri pada permukaan agar-
agar lempengan dalam cawan petri sampai meliputi seluruh permukaan.
d) Piaraan Miring (slant culture) diperoleh dengan cara menggesek-gesekkan
ujung kawat inokulasi yang membawakan bakteri pada permukaan agar-agar
miring.
Untuk menumbuhkan suatu koloni pada suatu medium padat, maka perlu
diperhatikan sifat-sifat koloni tersebut. Di antaranya adalah :
a) Besar kecilnya koloni, di mana ada koloni yang berupa titik saja, dan
ada yang melebar di seluruh permukaan.
b) Bentuk, ada koloni yang berbentuk bulat, memanjang, tepi rata atau
tidak rata.
c) Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata dengan permukaan dan ada
yang timbul.
d) Halus kasar permukaan koloni.
e) Wajah permukaan, ada yang mengkilap dan ada yang suram.
f) Warna. Kebanyakan koloni berwarna putih kekuningan, tapi ada juga
yang berwarna coklat, kehitaman, jingga biru, hijau, kuning, ungu.
g) Kepekatan. Ada koloni yang lunak, ada yang keras, dan kering.
Sifat-sifat koloni yang tumbuh pada agar-agar lempengan, miring, dan tusukan
di antaranya :
a. Agar-agar Tusukan
Bentuk koloni dapat mengencerkan gelatin bila dilihat dari samping dapat
serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan ada yang berjonjot, serupa batang.
Sedangkan yang tidak dapat mengencerkan gelatin dapat serupa kawah, mangkuk,
corong, pundi-pundi, dan berlapis.
b. Agar-agar Lempengan
Bentuk koloninya seperti titik-titik, berbenang, bulat, tk teratur, akar, dan
serupa kumparan.
c. Agar-agar Miring
Koloninya serupa tasbih, pedang, duri, akar, batang dan titik.
3. Biakan Murni
Suatu biakan/piaraan murni yang disimpan bertahun-tahun mudah sekali
mengalami mutasi. Dan jika hal ini terjadi, maka piaraan ini bukan lagi
biakan/piaraan yang murni karena telah kehilangan tipe aslinya. Untuk
menghindari atau mengurangi terjadinya mutasi pada biakan/piaraan murni
tersebut, maka perlu dilakukan hal-hal di bawah ini :
a) Pada waktu-waktu tertentu biakan/piaraan dipindahkan ke medium yang
baru.
b) Biakan/piaraan disimpan di dalam tempat yang bersuhu rendah dan
terhindar Dari radiasi.
c) Bakteri diliofilisasikan, yaitu dimasukkan dalam ampul berisi suhu kerig
bercampur dengan CO2, kemudian disimpan di tempat yang dingin.
Ada piaraan yang sewaktu-waktu perlu diremajakan tiap dua atau tiga bulan
sekali. Untuk meremajakan itu caranya yaitu piaraan perlu dipindahkan ke
medium baru pada suhu biasa yaitu antara 25 - 27 oC yang kemudian dimasukkan
dalam lemari es untuk diperbarui dua atau tiga bulan lagi. Sedangkan untuk
penyimpanan dengan cara diliofilisasikan asal selalu ada dalam 4oC.
4. Fermentasi
Pada tahun 1837 tiga orang ahli yaitu Cagnaird Latour, Scwamn dan Kutzing
masing-masing menemukan bahwa terdapat pada cairan-cairan yang mengandung
gula yang mengalami fermentasi alkohol; perubahan zat gula menjadi alkohol dan
CO2 merupakan fungsi fisiologi dari sel-sel khamir itu. Teori biologi ini mendapat
tentangan dari ahli kimia seperti Berzelius yang berpendapat bahwa pembusukan
dan fermentasi merupakan proses kimia murni. Pasteur justru menentang pendapat
tersebut, dan berpendapat bahwa semua proses fermentasi adalah proses kegiatan
mikroba.
Selama menyelidiki fermentasi asam butirat, Pasteur menemukan adanya
proses yang tidak membutuhkan oksigen. Penyelidikan mikroskopik pada setetes
cairan yang mengandung mikroba penyebab fermentasi asam butirat,
menunjukkan bahwa mikroba yang dekat pada tepi batas cairn dengan udara akan
menjadi tidak bergerak, sedang yang ada di pusat tetesan akan menjadi bergerak
aktif. Kenyataan ini membuktikan bahwa udara merupakan penghambat kegiatan
mikroba asam butirat.
Perkataan fermentasi sering disalin dengan perkataan peragian; hal ini
sebenarnya tidak tepat. Kata-kata ragi untuk tempe, ragi untuk tape, ragi untuk
roti, ragi untuk oncom, ragi untuk membuat minuman keras, itu menurut
sistematiknya di dalam dunia tumbuh-tumbuhan banyaklah berbeda. Secara
fisiologi ragi-ragi tersebut mempunyai persamaan, yaitu mereka menghasilkan
fermen atau enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan
mendapat keuntungan berupa energi. Adapun substrat yang mereka ubah itu
berbeda-beda. Orang membatasi pengertian fermentasi hanya pada alkoholisasi
dan laktasi.
Fermentasi merupakan proses perubahan kimia dalam bahan pangan yang
disebabkan oleh enzim. Enzim berperan ini berasal dari mikroba atau jasad renik
yang digunakan dan dikenal sebagai ragi alkohol. Melalui fermentasi diperoleh
produk yang mempunyai nilai gizi, biologis, serta cita rasa dan aroma yang lebih
baik dibandingkan dengan bahan asalnya. Hal ini dikarenakan dalam ragi terdapat
mikroba yang mengandung komponen seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral
dalam jumlah tertentu. Proses fermentasi secar sederhana dapat dilihat sebagai
berikut : C6H12O6 2C2H5OH + 2 CO2 ; Sc : Sacharomyces Cereviseae
Fermentasi adalah proses oksidasi biologi dalam keadaan anaerob. Sebagai
substrat pada umumnya karbohidrat. Dalam proses fermentasi yang bekerja
sebagai pembawa hidrogen atau elektron biasanya hanya NAD dan NADF;
sedangkan sebagai akseptor hidrogen akhir adalah bahan organik. Bahan organik
yang berfungsi sebagai akseptor hidrogen akhirnya pada umumnya adalah asam
piruvat, sehingga sistem sitokhrom tidak diperlukan. Istilah fermentasi sering juga
dipakai untuk menyatakan proses yang aerob pada proses-proses industri tertentu,
penggunaan ini sebenarnya tidak tepat. Misalnya oksidasi alkohol menjadi asam
cuka secar aerob oleh Acetobacter sp., dalam pengertian industri fermentasi
disebut fermentasi asam cuka.
Fermentasi dapat dilakukan oleh jasad-jasad fakultatif anaerob dalam keadaan
yang anaerob, misalnya Saccaromyces Cereviseae; oleh mikroba obligat anaerob,
misalnya bakteri dari genus Clostridium; atau mikroba yang indiferent terhadap
oksigen misalnya spesies Lactobasilius, hasil akhir fermentasi tidak dipengaruhi
oleh atau ada tidaknya oksigen.
Pernafasan anaerob dapat terlaksana secara antarmolekul atau secara
intarmolekul. Pernafasan antarmolekul itu hampir serupa dengan pernafasan
aerob; bedanya ialah bahwa pada pernafasan antar molekul itu oksigen yang
diperlukan untuk mengoksidasikan substrat tidak diperoleh dari udara bebas,
melainkan dari suatu senyawa, sedang yang direduksi bukan oksigen, melainkan
suatu senyawa juga. Penerima hidrogen dapat berupa zat-zat seperti nitrat, nitrit,
karbonat, atau sulfat. Energi yang ditimbulkan di dalam proses ini tidak banyak.
Sebagai contoh disebutkan :
a. 2 H2O + 5 S + 6 HNO3 N2 + 5 H2SO4 + Energi
Di dalam hal ini, S dioksidasikan menjadi SO4, sedang HNO3 direduksi
menjadi N2.
b. CH3CHOHCOOH + HNO3 CH3COCOOH + HNO2 + H2O + Energi
asam susu asam piruvat
5. Starter
Ragi pasar merupakan starter yang biasanya digunakan dalam fermentasi
alkohol. Ragi merupakan suatu substrat yang terbuat dari tepung beras dengan
beberapa macam rempah. Ragi merupakan suatu starter padat tradisional. Mikroba
yang berperan ini adalah sejenis khamir (kapang). Spesies khamir yang dipakai
adalah : Saccharomyces Cereviseae var. ellipsoideus, Schizpsaccharomyces
Pombe, dan Saccharomyces Anamensis untuk membuat alkohol. Spesies-spesies
tersebut memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan untuk fermentasi alkoholik,
yaitu :
a) mempunyai kecepatan fermentasi yang tinggi,
b) mempunyai rendemen per unit substrat yang tinggi,
c) toleran terhadap alkohol yang dihasilkan,
d) tahan terhadap pH rendah,
e) mempunyai karakteristik yang sama pada suhu inkubasi yang relatif
tinggi,
f) tahan terhadap sulfat, gula pada konsentrasi tinggi,
g) sedikit memproduksi asam volatile.
6. Substrat
Substrat yang baik untuk fermentasi adalah substrat yang mengandung
komponen yang dibutuhkan seperti sumber C, N, vitamin dan mineral dalam
jumlah yang cukup. Substrat ini dimasak terlebih dahulu dengan air
(perbandingan 1:1) dan didihkan selama lebih kurang 15 menit. Pemasakan ini
bertujuan agar memudahkan kerja enzim pemecah amilum untuk
mengekstraksikan bahan yang terlarut menjadi gula dan dekstrin. Produk
fermentasi yang terbentuk tergantung pada berbagai faktor antara lain :
a) jenis dan konsentrasi ragi,
b) lama fermentasi,
c) temperatur,
d) pH,
e) konsentrasi substrat,
f) oksigen.
7. Perhitungan Mikroba
Seorang bakteriologi yang bekerja dalam suatu pabrik produk makanan yang
sudah jadi, harus menumbuhkan bakteri yang terdapat pada produk makanan
tersebut untuk menilai keamanan dari makanan tersebut. Seorang bakteriolog
selalu berhubungan dengan pertumbuhan mikroorganisme. Seperti halnya juga
bagi orang-orang yang bekerja di rumah sakit, harus menumbuhkan organisme
dari pasien yang terinfeksi sehingga dapat dibuat suatu diagnosa. Bakteri juga
sangat berperan aktif dalam dunia obat-obatan atau antibiotika untuk menentukan
apakah pengaruh bakteri itu sehingga menjadi peka atau tahan, sehingga pasien
dapat terobati dengan tepat.
Pada kenyataanya peningkatan suatu bakteri disebabkan terjadinya
pembelahan biner sel bakteri itu sendiri. Pembelahan biner diartikan bahwa setiap
bakteri membentuk dinding sel baru yang melintang dengan diameter pendeknya
lalu memisah menjadi dua sel. Masing-masing sel ini kemudian membelah lagi
menjadi dua sel dan seterusnya. Hasil keseluruhan pertumbuhn semacam ini
adalah pertambahan jumlah bakteri secara deret ukur. Jadi keturunan bakteri
tunggal akan berlipat dua pada setiap pembelahan, dengan menghasilkan 2, 4, 16,
32 bakteri dan seterusnya.
Salah satu upaya untuk menghitung pertumbuhan bakteri adalah dengan
menggunakan suatu alat yang dikenal dengan Hemaecytometer yaitu alat yang
khusus digunakan untuk menghitung mikrooragnisme, pada alat ini terdapat
kotak-kotak kecil untuk membatasi jumlah sel-sel mikroba yang akan diamati.
Pekerjaan ini dilakukan di bawah mikroskop. Perhitungan yang diperoleh dengan
mengalikan faktor pengenceran dengan jumlah mikroorganisme per kotak
didapatlah banyaknya jumlah sel. Perhitungan mikroba pada umumnya dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
a) pengenceran,
b) menggunakan ruang hitung (Hemaecytometer),
c) menggnakan turbidometer (Nefelometer)
Pengenceran biakan dilakukan dengan air steril sampai taraf yang 1 ml
enceran mengandung cukup sedikit bakteri sehingga dapat dihitung (sebaiknya
anatar 30 - 300) kemudian larutkan dengan jumlah yang diketahui dicampur
dengan medium nutrien agar cair. Campuran ini dituangkan dalam cawan petri,
dibiarkan mengeras dan diinkubasi selama satu atau dua hari supaya masing-
masing sel dapat memperbanyak diri sampai membentuk koloni untuk mengetahui
berapa bakteri hidup yang ada dalam larutan itu. Ada instrumen elektronik yang
akan menghitung koloni yang memerlukan hanya satu detik untuk menghitung
koloni yang memerlukan atau pada seluruh cawan petri.
Pertumbuhan sel konstituen merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan
hewan atau tumbuhan, dan demikian pula mikroorganisme. Jadi apabila ditaruh 10
sel bakteri dalam 1 ml medium yang cocok dan 24 jam kemudian didapat 10 juta
bakteri setiap mm, maka terjadilah pertumbuhan bakteri. Pada kenyataannya telah
terjadi pertumbuhan sel atau pertumbuhan bakteri sejuta kali.
8. Teknik Transfer Aseptik
Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik dalam memindahkan
atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar
tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer
aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus
diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi. Di dalam
teknik transfer aseptis ada beberapa teknik yang perlu dipahami, yaitu :
a) Inoculating (inokulasi) dengan jarum ose
b) Pipetting ( mentransfer dengan pipet)
c) Alcohol flaming (mentransfer dengan forsep yang dibakar dengan alkohol)
9. Teknik Streak Plate
Teknik streak plate (lempeng gores) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menggores
permukaan agar dengan jarum ose yang telah diinokulasikan dengan kultur
bakteri. Dengan teknik ini mikroorganisme yang tumbuh akan tampak dalam
goresan-goresan inokulum bekas dari streak jarum oase.
IV. Alat dan Bahan
4.1. Alat :
a) Tabung reaksi
b) Jarum oase
c) Nyala bunsen
d) Cawan petri
4.2. Bahan :
a) Medium yang telah jadi
b) Kultur murni
c) Jarum/kawat
d) Alkohol
V. Prosedur Percobaan
1) Siapkan tabung yang berisi jamur dan tabung medium.
2) Panaskan jarum oase sampai berpijar dan diamkan sebentar.
3) Buka sumbat tabung jamur, kemudian lewatkan dekat nyala bunsen.
4) Ambillah jamur dengan menggunakan jarum oase.
5) Buka sumbat tabung medium dan mulut tabung dilewatkan pada nyala api
bunsen.
6) Masukkan ujung jarum oase tadi yang telah membawa jamur dengan
menggesek-gesekkannya pada permukaan medium dari kiri ke kanan dengan
arah dari bawah ke atas medium.
7) Tabung medium kemudian disumbat lagi.
8) Simpan tabung yang telah ditanami tadi.
9) Amatilah bentuk jamur yang terjadi.
VI. Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan didapatkan sel yang berkoloni dan berbentuk bulat dan
lonjong.
VII. Perhitungan
Diketahui :
Jumlah bakteri = 179 sel
Jumlah kotak = 16
Luas kotak kecil (L) = 1 mm2
Kedalaman kotak (t) = 0,1 mm
Faktor pengenceran = 100 %
Ditanya : Jumlah sel / liter ?
Solusi :
Jumlah volume kotak (V) = Luas Kotak x tinggi
= 1 mm2 x 0,1 mm
6 21
32 16
55
3 10
18 18
= 0,1 mm3
Jumlah sel rata – rata = Jumlah sel
Jumlah kotak kecil
= 179
352
= 0,5085
Maka, jumlah sel rata – rata adalah = 0,5085
=
= 0,5085 x 100
0,1 mm3
= 508,5 sel / mm3
= 5,085 x 108 sel / liter
VIII. Pembahasan
Medium yang digunakan untuk menumbuhkan jamur ialah medium agar
kentang dekstrosa dan untuk menumbuhkan bakteri ialah medium agar nutrisi.
Jamur yang tumbuh pada medium agar kentang dekstrosa tersebut adalah jamur
Aspergilus Niger. Cara menumbuhkan jamur tersebut adalah permukaan medium
dimiringkan sehingga medium dan piaraan ini diberi nama piaraan miring (slant
culture). Pemanasan jarum hingga membara pada percobaan inokulasi ini
dimaksudkan agar jarum benar-benar steril pada waktu pengambilan jamur atau
bakteri, sehingga tidak terjadi kontaminasi dengan spesies lain. Agar koloni-
koloni tidak terbawa udara luar, maka semua prosedur inokulasi dilakukan di
dekat nyala api bunsen. Hal ini juga dimaksudkan agar koloni yang keluar dari
tabung akan mati terkena nyala api bunsen sehingga tidak mengotori udara di
dalam laboratorium.
Pada percobaan kali ini, perhitungan mikroorganisme dilakukan dengan
Hemacytometer, yaitu suatu alat khusus yang dapat digunakan untuk menghitung
mikroorganisme. Seperti yang diketahui, perhitungan mikrorganisme dapat
dilakukan dengan berbagai metode, yaitu pengenceran, menggunakan
Hemacytometer dan menggunakan turbidometer. Pada Hemacytometer ini
terdapat kotak-kotak kecil dengan luas 1 / 400 mm2 dan kedalaman 0,1 mm.
Penggunaannya adalah dengan meletakkan kaca preparat yang di atasnya sambil
ditutup dengan deck glass. Pengamatan ini dilakukan di bawah mikroskop agar
dapat mengamati sel-sel mikroba baik yang kecil maupun yang besar, yang
dibatasi oleh kotak-kotak haemacytometer.
Penanaman bakteri atau jamur dilakukan setelah medium didiamkan selama
tiga hari, tepatnya didiamkan sejak jumat hingga minggu, dan baru pada hari
seninnya dilakukan penanaman bakteri atau pun jamur. Perhitungan
haemacytometer ini merupakan perhitungan langsung karena sample langsung
diambil dan diteteskan pada alat haemacytometer dan diamati di bawah
mikroskop. Pengenceran yang dilakukan bertujuan untuk memudahkan
pengamatan karena sample kental dapat menjarangkan sel mikroorganisme yang
mengakibatkan pengamatan menjadi sulit dilakukan. Perhitungan dengan metode
ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu semua sel mikroba baik yang masih
hidup atau pun sudah mati dapat dihitung. Sedangkan kelemahannya yakni apabila
pengenceran tidak homogen lagi, maka akan mengakibatkan perhitungan menjadi
tidak benar.
Media agar untuk bakteri digunakan media NA (Nutrien Agar), fungsi
penggunaanmedium NA karena komposisinya yang terdiri dari ekstrak daging
sapi didalamnya yangmengandung protein, karbohidrat, vitamin, dan sedikit
lemak, juga terdapat adanya faktorpertumbuhan yang tidak mampu disintesis
mikroorganisme. Ditutup cawan petri, dipanasdi sekeliling cawan petri dan
diisolasi dengan selotip bening. Perlakuan ini berfungsiuntuk mensterilisasi cawan
petri dari mikroorganisme lain. Disimpan inokulum ke dalaminkubator dengan
posisi terbalik, diamati dan difoto bentuk koloni yang terbentuk setelahdiinkubasi
selama 2x 24 jam dan 4 x 24 jam. Posisi cawan petri diletakkan terbalik
karenaselama inkubasi terbentuk air yang mengembun di dalam cawan petri. Air
akan menetesdari tutup cawan ke permukaan. Hal ini akan menghasilkan suatu
masa pertumbuhan yangmenganak sungai dan menghancurkan pembentukan
koloni secara individu. Untuk menghindari hal ini, maka ketika diinkubasi, bagian
bawah cawan petri diletakkan di atasatau terbalik .
Untuk penggunaan metode gores dengan medium agar miring, mula-mula
disiapkanmedia biakan induk dari jenis mikroorganisme bakteri Escherichia coli.
Biakan induk berada di tabung reaksi yang berisi media agar miring yang
berwarna kuning. Padamedium biakan induk, koloni tampak berupa
sebaran/suspensi putih pada permukaan atasmedia. Disediakan tiga buah tabung
reaksi steril berisi medium agar padat. Medium agarmiring berwarna kekuningan
berfungsi sebagai tempat menggoreskan jamur dan tempatpertumbuhan koloni
jamur. Jarum ose dipanaskan hingga membara berfungsi untuk mensterilisasi
jarum sebelum digunakan dari mikroorganisme lain. Sumbat kapas tabungreaksi
yang berisi isolat biakan induk dibuka, kemudian bibir tabung dipanaskan
berfungsiuntuk mensterilisasi tabung dan biakan dari mikroorganisme lain
IX. Kesimpulan
1) Pembiakan akan berjalan baik bila semua alat dan medium yang digunakan
dalam keadaan steril dengan kondisi yang prima.
2) Agar dekstrosa termasuk pada medium semi buatan.
3) Tabung yang berisi jamur atau bakteri dan juga tabung yang berisikan medium
yang akan diatanam bakteri atau jamur tidak boleh dari api Bunsen.
4) Proses penanaman bakteri membutuhkan ketelitian, dan tidak bisa
sembarangan.
5) Pembiakan jamur Aspergilus Niger termasuk piaraan murni yang diperoleh
dengan piaraan turunan.
X. Daftar Pustaka
Prawirahartono, S.,” Pelajaran SMA Biologi “, 1991.Erlanga , Jakarta
Ratna Djuwita “Penuntun parktikum Mikrobiologi “ .1990. Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Teknik Unsri.
Volk dan Wheeler, “ Mikrobiologi Dasar I “.1993, Erlangga,Jakarta.
Ericka, Darmawan. 2011. Cara Perhitungan Mikroba. (http://erickbio.wordpress.
Com/2011/07/02/cara-perhitungan-mikroba/.,diakkses tanggal 25 Maret 2013)
Setiawan, Andre. 2012. Perhitungan Mikroba. (http://andre4088.blogspot.com/20
12/11/perhitungan-mikroba.html.,diakses tanggal 25 Maret 2013)