LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
TEKNIK DIGITAL
Oleh :
Kelompok 18
NAMA MAHASISWA NIM
Riko Cippratama 131910201034
Dwiky Wirawan 131910201035
Ratna Kusuma Wardhani 131910201052
Tazkiyatun Nufus 131910201054
Mohammad Alfian Irsyadul Ibad 131910201085
Moh. Lutfi Yazid 131910201093
LABORATORIUM DASAR DAN OPTIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat, nikmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan peyusunan laporan
ini dengan baik. Adapun laporan ini disusun sebagai prasyarat telah menempuh
matapraktikum Teknik Digital.
Dalam usaha menyelesaikan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya akan
keterbatasan waktu dan pengetahuan, sehinga tanpa bantuan dan bimbingan dari semua pihak
tidaklah mungkin berhasil dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Andrita Ceriana Eska, S.T., M.T. selaku Dosen pembimbing yang telah berbaik
hati memberikan waktu, arahan, dan bimbingan kepada penulis.
2. Bapak Agus Irwan Karyawan, A.Md., S.T. selaku PLP Laboratorium Dasar dan Optik
yang telah memberikan saran prasarana serta arahan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan praktikum Teknik Digital dengan baik.
3. Citra Yanuarti, Gunawan, Harun Ismail, Widya Ika Pravita, M. Abdul Khamid, Nurul
Latif dan Choirul Umam selaku Asisten Laboratorium Dasar dan Optik yang telah
banyak memberikan arahan-arahan serta bimbingan kepada penulis.
4. Riko Cippratama, Dwiky Wirawan, Ratna Kusuma Wardhani, Tazkiyatun Nufus,
Mohammad Alfian Irsyadul Ibad dan Moh Lutfi Yazid selaku rekan satu kelompok
penulis yang telah banyak memberi dorongan, semangat dan motivasi kepada penulis.
5. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan telah
banyak membantu dalam penyusunan laporan ini.
Mengingat keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, maka penulis menyadari
bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun demikian penulis
berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan bagi
penulis khususnya.
Jember, 4 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
1. Halaman Sampul
2. Halaman Judul
3. Lembar Pengesahan
4. Lembar Asistensi
5. Kata Pengantar
6. Daftar Isi
7. Laporan
a. Percobaan1 Gerbang Dasar Logika
b. Percobaan 2 Seven Segment
c. Percobaan 3 Decoder
d. Percobaan 4 Full Adder Non Carry
e. Percobaan 5 Full Adder With Carry
f. Percobaan 6 Counter
8. DaftarPustaka
LAPORAN AKHIR PERCOBAAN 1
GERBANG DASAR LOGIKA
Oleh :
Kelompok 18
NAMA MAHASISWA NIM
Riko Cippratama 131910201034
Dwiky Wirawan 131910201035
Ratna Kusuma Wardhani 131910201052
Tazkiyatun Nufus 131910201054
Mohammad Alfian Irsyadul Ibad 131910201085
Moh. Lutfi Yazid 131910201093
LABORATORIUM DASAR DAN OPTIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Mempelajari fungsi dari gerbang dasar logika
2. Mengetahui karakteristik gerbang dasar logika
1.2 Latar Belakang
Pada saat ini perkembangan elektronika telah sampai pada saat yang
memungkinkan seseorang dapat membangun suatu peralatan hanya dengan
menghubungkan blok-blok IC. Demikian juga pada peralatan modern yang berupa
digital. Dalam sistem digital ada suatu rangkaian logika yang didalamnya terdiri dari
gerbang logika.
Gerbang logika atau gerbang logika adalah suatu entitas dalam elektronika dan
matematika Boolean yang mengubah satu atau beberapa masukan logika menjadi sebuah
sinyal keluaran logika. Gerbang logika terutama diimplementasikan secara elektronis
menggunakan dioda atau transistor, akan tetapi dapat pula dibangun menggunakan
susunan komponen-komponen yang memanfaatkan sifat-sifat elektromagnetik (relay),
cairan, optik dan bahkan mekanik.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Gerbang dasar logika terdiri dari :
a. Gerbang NOT
Gerbang NOT sering disebut juga dengan istilah inverter atau pembalik. Logika
dari gerbang ini adalah membalik apa yang di-input ke dalamnya. Biasanya input-nya
hanya terdiri dari satu kaki saja. Ketika input yang masuk adalah 1, maka hasil output-
nya adalah 0. Jika input yang masuk adalah 0, maka hasil output-nya adalah 1.
Gerbang NOT adalahgerbang yang mempunyaisebuah input dansebuah output.
b. Gerbang AND
Yaitu memiliki karakteristik logika di mana jika input yang masuk adalah bernilai
0, maka hasil outputnya pasti akan bernilai 0. Jika kedua input diberi nilai 1, maka
hasil output akan bernilai 1 pula. Logika gerbang AND bisa diumpamakan sebagai
sebuah rangkaian dengan dua buah saklar yang disusun secara seri. Jika salah satunya
memutuskan hubungan rangkaian, maka hasil yang dikeluarkan dari rangkaian
tersebut adalah 0. Tidak peduli saklar manapun yang diputuskan maka hasil akhirnya
adalah 0. Ketika kedua buah saklar terhubung dengan rangkaian bersamaan, maka
hasil akhirnya barulah bernilai 1.
c. Gerbang OR
Dimana Gerbang OR akan memberikan keluaran 1 jika salah satu dari
masukannya pada keadaan 1. Jika diinginkan keluaran bernilai 0, maka semua
masukan harus dalam keadaan 0.
d. Gerbang NAND
Gerbang logika NAND merupakan modifikasi yang dilakukan pada gerbang AND
dengan menambahkan gerbang NOT didalam prosesnya. Maka itu, mengapa gerbang
ini dinamai NAND atau NOT AND. Logika NAND benar-benar merupakan kebalikan
dari apa yang dihasilkan oleh gerbang AND. Di dalam gerbang logika NAND, jika
salah satu input atau keduanya bernilai 0 maka hasil output-nya adalah 1. Jika kedua
input bernilai 1 maka hasil output-nya adalah 0.
e. Gerbang NOR
Gerbang NOR akan memberikan keluaran 0 jika salah satu dari masukannya pada
keadaan 1. Jika diinginkan keluaran berlogika 1, maka semua masukannya harus
dalam keadaan 0.
f. Gerbang XNOR
Gerbang XNOR atau Exclusive NOR ini mungkin tidak terlalu sering terdengar,
namun aplikasinya cukup lumayan penting juga. Gerbang EXNOR ini akan
menghasilkan outputan 1 jika semua inputnya sama.
g. Gerbang XOR
Gerbang XOR atau Exclusive OR ini memiliki kerja kebalikan dari XNOR. Jika
pada gerbang logika XNOR terdapat dua input yang sama outputnya akan 1, berbeda
dengan XOR dia hanya akan menghasilkan output 1 jika input logikanya berbeda.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Gambar Rangkaian
Gerbang AND Gerbang OR Gerbang NOT
Gerbang NANDGerbang NOR Gerbang XOR
Gerbang XNOR
3.2 Alat dan Bahan
1. Trainer Kit (Gerbang logika, LED, toggle switch).
2. Power Supply
3. IC HD74LS32R, HD74LS02P, HD74LS08P, HD74LS00P, SN74LS86AN,
HD74LS66P, dan HD74LS04P.
3.3 Prosedur Percobaan
1. Memberi masukan nilai biner pada tiap gerbang AND, OR, NAND, NOR, NOT,
XNOR, dan XOR.
2. Mencatat output LEDnyala sebagai logika 1 dan padam logika 0.
3. Membahas dan membuat kesimpulan pada gerbang dasar logika.
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Data Hasil Percobaan
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut.
1. Data Gerbang NOT
Masukan Keluaran
A X
0 0
1 1
2. Data Gerbang OR
Masukan Keluaran
A B X
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
3. Data Gerbang AND
Masukan Keluaran
A B X
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
4. Data Gerbang NAND
Masukan Keluaran
A B X
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
5. Data Gerbang NOR
Masukan Keluaran
A B X
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
6. Data Gerbang X-NOR
Masukan Keluaran
A B X
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1
7. Data Gerbang X-OR
Masukan Keluaran
A B X
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
4.2 Analisa Pembahasan
Gerbang logika merupakan suatu entitas dalam elektronika dan matematika boolean
yang mengubah satu atau beberapa masukan logika menjadi sebuah keluaran logika.
Terdapat beberapa macam gerbang logika yaitu gerbang AND, OR, NOT, NAND, NOR,
XOR, dan XNOR.
Gerbang AND pada dasarnya seperti perkalian, jika input yang dimasukkan ada
angka 0, maka output bernilai 0. Gerbang OR pada dasarnya seperti penjumalahan, jika
ada input yang bernilai 1 maka output akan bernilai 1, jika keduanya 1 maka input tetap
bernilai 1. Gerbang NOT merupakan gerbang yang mengeluarkan beda nilai dengan
input. Gerbang NAND dan NOR masing-masing adalah invers atau kebalikan dari AND
dan OR. Jika gerbang XOR atau Exclusive OR dimasukkan input yang berbeda maka
nilai output adalah 1, jika gerbang XNOR atau Exclusive NOT OR adalah invers dari
gerbang XOR.
Praktikum gerbang logika dasar ini bertujuan untuk mempelajari fungsi dari
gerbang dasar logika dan mengetahui karakteristik gerbang dasar logika. Alat dan bahan
yang kami gunakan pada praktikum ini adalah kit/modul praktikum, atau trainer gerbang
logika. Rangkaian trainer gerbang logika dasar berfungsi untuk membuktikan tabel
tabel kebenaran logika yang sudah ada. Pada trainer gerbang logika terdapat berbagai
komponen salah satunya adalah IC. Kemudian alat dan bahan yang lain adalah catu daya
dan kabel jumper. Adapun langkah kerja yang dilakukan untuk langkah pertama adalah
memberi masukan nilai biner pada tiap gerbang AND, OR, NAND, NOR, NOT, XNOR,
dan XOR melalui switch. Langkah berikutnya adalah mencatat output led yaitu hidup
sebagai logika 1 dan mati sebagai logika 0.
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuktian teori tersebut menggunakan suatu
rangkaian gerbang logika. Pertama dilakukan percobaan pada rangkaian NOT. Rangkaian
gerbang NOT ini menggunakan sebuah IC yaitu IC HD74LS04P, dan memang benar
input yang dimasukkan berbeda nilai dengan output. Lalu percobaan kedua dilakukan
kepada gerbang OR. Rangkaian gerbang or ini menggunakan jenis IC HD74LS32P.
setelah dilakukan 4 kali tes denga input yang seperti pada tabel, memang benar teori
tersebut. Lalu percobaan kedua dilakukan terhadap gerbang AND. Rangkaian gerbang
AND ini menggunakan jenis IC HD74LSO8P. Setelah dimasukkan input yang seperti di
tabel, telah terbukti bahwa gerbang AND pada rangkaian sama dengan teori yang
mengatakan input dan output seperti hubungan perkalian. Percobaan keempat dilakukan
pada gerbang NAND yang menggunakan IC jenis HD74LS00P dan memang benar
bahwa output yang dihasilkan berkebalikan dengan gerbang logika AND. Percobaan
selanjutnya dilakukan pada gerbang NOR. Rangkaian gerbang NOR ini menggunakan IC
dengan jenis IC HD74LS0P. setelah dilakukan eksekusi dengan 4 input yang berbeda
seperti di tabel percobaan, dan memang benar gerbang NOR adalah invers dari gerbang
OR. Selanjutnya percobaan keenam dilakukan kepada gerbang XOR. Gerbang XOR ini
menggunakan IC yang berjenis IC 74LS86AN. Setelah dieksekusi dengan input yang
berbeda seperti pada tabel percobaan, dapat diketahui bahwa hasil percobaan sama
dengan teori. Dan yang terakhir adalah percobaan pada gerbang XNOR. Rangkaian
gerbang XNOR ini menggunakan IC yang berjenis IC DM74LS266N. setelah dilakukan
eksekusi dengan input yang berbeda seperti pada tabel percobaan, ternyata memang
terbukti bahwa gerbang XNOR adalah invers dari gerbang XOR.
Setelah menggunakan rangkaian yang telah jadi, dilakukan perangkaian manual
dengan menggunakan jumper. Pada dasarnya sama seperti rangkaian jadi, tetapi kita
harus menggunakan jumper dan tidak boleh berbeda pada setiap nomor port yang kita
gunakan contohnya adalah seperti input A1 lalu B2 dan output Y2, maka tidak akan keluar
fungsi dari rangkaian tersebut. Jadi jika kita merangkai harus memilih nomor port yang
sama, misalnya A1 harus dengan B1 dan output harus Y1, jika salah satu berbeda maka
tidak akan terjadi aliran listrik, karena mereka berbeda port dan akhirnya IC yang
digunakan tidak akan berfungsi.
Setelah dilakukan banyak eksekusi dapat ditarik kesimpulan bahwa teori yang
sudah ada terbuti tidak salah dan juga IC yang digunakan tidak boleh sembarang IC. IC
yang digunakan khusus dan sudah ada di data sheet masing-masing IC yang digunakan.
Pada rangkaian manual dapat ditarik kesimpulan bahwa jika salah
menyambungkan port, maka IC tidak akan berfungsi seperti perbedaan angka pada port
input dan port output. Dan dari 2 percobaan menggunakan 2 box yang berbeda (rangkaian
jadi dan rangkaian manual) sama- sama terbukti bahwa gerbang AND adalah seperti
perkalian, gerbang OR adalah seperti penjumlahan, gerbang NOT adalah gerbang untuk
menggunakan invers, gerbang NOR adalah invers dari OR dan gerbang NAND adalah
invers dari gerbang AND.
Gerbang XOR (Exclusive OR ) adalah gerbang yang berbeda dari gerbang yang
lain, yaitu jika input yang telah dimasukkan berbeda maka output bernilai 1 dan gerbang
XNOR adalah invers dari gerbang XNOR.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Secara teori, gerbang logika sama dengan praktikum yaitu gerbang AND seperti
perkalian, gerbang OR seperti penjumlahan, maupun semua gerbang lain sama
dengan teori.
2. Pada saat melakukan perangkaian manual tidak boleh melakukan kesalahan
penempatan jumper.
3. Jika port yang digunakan salah, maka IC tidak bias membaca input tersebut.
4. Port yang salah adalah port yang digunakan berbeda nomor seperti A1, B1 pada port
input dan Y2 pada output misalnya. Jadi harus sama nomor dari port yang
digunakan yaitu A2, B2, dan Y2.
5. IC yang digunakan berbeda pada semua rangkaian gerbang logika.
6. IC yang digunakan adalah IC series 7400 pada semua rangkaian gerbang logika.
LAMPIRAN
LAPORAN AKHIR PERCOBAAN 2
SEVEN SEGMENT
Oleh :
Kelompok 18
NAMA MAHASISWA NIM
Riko Cippratama 131910201034
Dwiky Wirawan 131910201035
Ratna Kusuma Wardhani 131910201052
Tazkiyatun Nufus 131910201054
Mohammad Alfian Irsyadul Ibad 131910201085
Moh. Lutfi Yazid 131910201093
LABORATORIUM DASAR DAN OPTIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Mahasiswa mengerti cara kerja rangkaian Seven Segment
2. Mahasiswa mampu menganalisis komponen-komponen Seven Segment
1.2 Latar Belakang
Di dalam suatu sistem digital dekoder seven segment digunakan untuk keperluan
menampilkan bilangan, pada display seven segment misalnya pada output mikrokontroler
ingin ditampilkan pada seven segment maka output pada port mikrokontoler yang berupa
bilangan biner dihubungkan dengan dekoder kemudian outputnya dihubungkan dengan
display seven segment. Atau pada aplikasi lainnya misalnya untuk menampilkan
rangkaian counter.
Praktikum kali ini dilakukan agar mahasiswa memahami cara kerja dekoder
sevensegment sebagai penerjemah bilangan biner ke dalam bilangan desimal yang akan
ditampilkan pada layar display seven segment.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Seven segment, lebih sedikit biasanya dikenal sebagai suatu indicator seven-
segment, adalah suatu format dari alat tampilan yang suatu alternatif ke tampilan dot-
matrix yang semakin kompleks. Seven segment biasanya digunakan di dalam elektronika
sebagai metoda dari mempertunjukkan umpan balik klasifikasi sistem desimal dengan
operasi yang internal tentang alat. Tujuh segmen diatur sebagai segi empat panjang dari
dua segmen yang vertikal pada [atas] masing-masing sisi dengan satu segmen yang
horizontal di bagian atas dan alas. Apalagi, segmen yang ketujuh membagi dua bagian
segiempat panjang secara horizontal.
Secara sederhana, masing-masing LED adalah secara khas dihubungkan dengan
satu terminal ke pin yang sendiri dengan diam-diam bagian luar dari paket dan LED
terminal yang lain dihubungkan secara umum dengan semua lain LED di alat dan
diterbitkan persis sama benar bersama pin. Pin yang bersama ini akan kemudian
menyusun semua katode (terminal yang negatif) atau semua kutub positip (terminal yang
positif) dari LED di alat dan demikian akan jadi yang manapun "Katode yang umum"
atau "Kutub positip yang umum" tergantung alat bagaimana dibangun. Karenanya suatu 7
paket segmen yang lebih akan hanya perlu sembilan pin untuk menyajikan dan
dihubungkan.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Gambar Rangkaian
3.2 Alat dan Bahan
1. Kit Trainer Seven Segment (LED, toggle switch).
2. IC HD74LS48P.
3. Catu daya.
3.3 Prosedur Percobaan
1. Menghubungkan trainer kit dengan catu daya.
2. Memberi masukan D0D3, 1 atau 0.
3. Memperhatikan dan mencatat output desimal.
4. Membuat kesimpulan dari hasil percobaan yang telah dilakukan.
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Data Hasil Percobaan
Input Output
D3 D2 D1 D0
0 0 0 0 0
0 0 0 1 1
0 0 1 0 2
0 0 1 1 3
0 1 0 0 4
0 1 0 1 5
0 1 1 0 6
0 1 1 1 7
1 0 0 0 8
1 0 0 1 9
4.2 Analisa Pembahasan
Seven segment adalah suatu segmen-segmen yang digunakan untuk menampilkan
angka dan huruf. Seven segment merupakan display visual umum yang digunakan dalam
dunia digital. Seven segment dapat ditemui pada jam digital, penunjuk antrian, dan
thermometer digital. Penggunaan secara umum adalah untuk menampilkan informasi
secara visual mengenai data-data yang sedang diolah oleh suatu rangkaian digital.
Seven segment tersusun atas 7 buah batang LED atau Light Emitting Diode yang
disusun membentuka angka 8 yang penyusunnya menggunakan label a sampai g dan
dalam program seven segment tersebut menggunakan 8 buah dioda yaitu diberi nama a, b,
c, d, e, f, g, dan dot atau titik. Setiap program ini terdiri dari 1 atau 2 batang LED. Salah
satu terminal LED dihubungkan sehingga menjadi 1 sebagai kaki common. Ada 2 macam
seven segment yaitu common cathode menggunakan aktif high dan common anode yang
menggunakan aktif low.
Praktikum 2 ini bertujuan agar mahasiswa mengerti cara kerja rangkaian seven
segment dan agar mahasiswa mampu menganalisis komponenkomponen seven segment.
Alat yang kami gunakan pada praktikum 2 ini adalah kit trainer seven segment yang
terdiri dari LED dan toggle switch. Kemudian terdapat IC 74LS48 dan catu daya.
Adapun langkah langkah percobaan 2 ini adalah mula mula menghubungkan trainer
kit dengan catu daya. Kemudian memberi masukan pada D0, D1, D2 dan D3 dengan
masukan 1 atau 0. Setelah itu kami memperhatikan dan mencatat output desimal dan
yang terakhir adalah membuat kesimpulan
Dari praktikum kali jni dilakukanuji coba pada seven segment, tetapi hanya
menggunakan seven segment jenis common cathode dengan aktif high. Ada 4 macam
input yang digunakan dan yang digunakan adalah bentuk heksadesimal. Jadi, jika
dimasukkan input 1000 akan keluar angka 8 pada display seven segment. Jika
dimasukkan input 1100 akan keluar output C pada display. Jadi seven segment yang
menggunakan ini bisa membaca heksadesimal.
Seven segment sendiri mempunyai program untuk LED. Jadi 7 batang LED yang
membentuk angka 8 ini mempunyai output a, b, c, d, e, f dan g. Jika input
yang dimaksud adalah 0001 maka segmen yang hidup adalah LED b dan c. Namun
yang patut dimengerti adalah bentuk angka 6 akan sama dengan huruf b.
Pertama dilakukan percobaan dengan rangkaian jadi. Untuk membuat angka atau
huruf yang diinginkan maka input yang harus dimasukkan adalah input high atau logika
1. Setelah dilakukan 10 percobaan menggunakan input yang beda seperti pada tabel
percobaan, dilakukan lagi percobaan-percobaan tambahan untuk membuktikan bahwa
seven segment yang digunakan bisa membaca heksadesimal. Dilakukan pemasukan input
untuk membuat heksadesimal 12 atau huruf C dan heksadecimal 14 atau huruf E, tetapi
karena kerusakan pada display seven segment yang digunakan, maka huruf E tidak bisa
menyerupai huruf E tetapi menyerupai huruf C dengan garis vertikal di kiri atas.
Pada percobaan dengan box yang berisi rangkaian tak jadi, jumper pada port input
dan output harus mempunyai nomor yang sama, yaitu seperti input A1 dan B1 harus
dengan output Y1 juga, jika nomor antara input maupun output berbeda maka tidak akan
berjalan IC yang digunakan tersebut.
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah teori dengan praktikum
sama tentang seven segment jenis common cathode menggunakan aktif high, seven
segment juga benar menggunakan 7 batang LED yang membentuk angka 8. IC yang
digunakan juga khusus, yaitu IC HD74LS48P.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Seven segment mempunyai program sendiri tiap batang LED yang dimilikinya.
2. Seven segment bisa membaca input heksa desimal.
3. IC yang digunakan khusus yaitu IC jenis 74LS48P.
4. Tidak boleh menempatkan portyang salah saat melakukan proses pemasangan
jumper saat merangkai rangkaian seven segment.
5. Jika port yang digunakan salah, maka IC tidak akan bisa membaca input.
6. Port yang digunakan saat merangkai harus sama nomornya, seperti port input A1
dan B1 harus dengan output Y1.
LAMPIRAN
LAPORAN AKHIR PERCOBAAN 3
DECODER
Oleh :
Kelompok 18
NAMA MAHASISWA NIM
Riko Cippratama 131910201034
Dwiky Wirawan 131910201035
Ratna Kusuma Wardhani 131910201052
Tazkiyatun Nufus 131910201054
Mohammad Alfian Irsyadul Ibad 131910201085
Moh. Lutfi Yazid 131910201093
LABORATORIUM DASAR DAN OPTIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Mahasiswa mengerti cara kerja rangkaian Decoder
2. Mahasiswa mampu menganalisis komponen-komponen Decoder
1.2 Latar Belakang
Perkembangan digitalisasi alat teknogi semakin lama semakin canggih. Segala
alat untuk kehidupan sehari-hari sudah banyak yang berubah menjadi teknologi alat
digital. Di pabrik-pabrik, jarang sekali ditemukan alat analog dan kebanyakan alat mereka
sudah digital. Sebagai mahasiswa teknik elektro sangatlah wajib untuk memahami sebuah
teknologi digital yang di dalamya terdapat materi tentang rangkaian encoder dan decoder.
Encoder merupakan rangkaian yang berfungsi untuk mengubah kode-kode tertentu
menjadi kode biner sedangkan decoder merupakan rangkaian yang berfungsi untuk
mengubah kode biner menjadi kode-kode tertentu. Karena pentingnya materi teknik
digital bagi mahasiswa elektro,maka kali ini kami melakukan praktikum tentang
rangkaian encoder dan decoder yang merupakan dasar dari teknik digital.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Decoder adalah sebuah rangkaian kombinasional logika dengan n-input/2n-output
yang berfungsi untuk mengaktifkan 2n-bit output untuk setiap bentuk input (Word) yang
unik sebanyak n-bit. Hanya satu output decoder yang aktif pada saat diberi suatu input n-
bit. Tiap output diidentifikasi oleh Minterm Code dari bentuk Word input yang di-
tampilkan. Karena itulah decoder bisa juga disebut sebagai Minterm Code Generator
atau Minterm Recognizer. Sebuah decoder biasanya dilengkapi dengan sebuah input
enable low sehingga devais ini bisa di-on/off-kan untuk tujuan tertentu.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Gambar Rangkaian
3.2 Alat dan Bahan
1. Trainer Kit (LED, toggle switch, carry switch)
2. IC 74LS139
3. Catu daya
3.3 Prosedur Percobaan
1. Menghubungkan trainer kit dengan catu daya.
2. Memberi masukan A1A2 .
3. Memperhatikan dan mencatat output.
4. Membuat kesimpulan
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Data Hasil Percobaan
Input Output
A1 A2 D0 D1 D2 D3
0 0 1 0 0 0
0 1 0 1 0 0
1 0 0 0 1 0
1 1 0 0 0 1
4.2 Analisa Pembahasan
Decoder merupakan suatu alat yang berkebalikan dari fungsi encoder. Decoder
adalah alat yang digunakan untuk dapat mengembalikan proses encoding sehingga kita
dapat melihat atau menerima informasi aslinya. Decoder juga dapat diartikan sebagai
rangkaian logika yang ditugaskan untuk menerima masukan biner dan mengaktifkan
salah satu keluarannya sesuai dengan urutan biner tersebut. Metode yang sama digunakan
untuk mengkodekan biasanya hanya terbalik dalam rangka untuk memecahkan kode.
Decoder adalah rangkaian digital yang dapat mengubah bilangan biner menjadi
bilangan desimal, dimana rangkaian ini akan menghasilkan output high (1) pada jalur
yang sesuai dengan yang ditunjuk oleh selector. Artinya input decoder merupakan
bilangan biner dan outputnya berbentuk biner. Namun akan menunjukan bilangan
desimal, yaitu menentukan output manakah yang aktif (D0, D1, D2, atau D3).
Decoder berfungsi untuk memudahkan kita dalam menyalakan seven segment.
Itulah sebabnya kita menggunakan decoder pada rangkaian seven segment tersebut.
Dalam elektronika digital, decoder bisa untuk mengambil bentuk input-ganda, multiple-
output sirkuit logika yang mengubah kode masukan (input) menjadi kode keluaran
(output), dimana kode input dan kode output berbeda. Misalnya, n-to-2n, kode biner-
desimal decoder. Aktifkan input harus selama decoder berfungsi, jika outputnya
menganggap satu cacat kata output decoder. Keluaran maksimum decoder adalah 2n .
jadi kita dapat bentuk n-to-2ndecoder. Contohnya kita dapat membuat 4-to-16 decoder
dengan menggunakan dua buah 3-to-8.
Ada dua macam decoder, yaitu BCD ke seven segment decoder dan biner menjadi
kode-kode tertentu. Pada BCD ke seven segment decoder, kombinasi masukan biner dari
jalan input akan diterjemahakan oleh decoder. Sehingga akan membentuk kombinasi
nyala LED(Light Emitting Dioda) peraga (seven segment LED), yang sesuai kombinasi
masukan biner tersebut. Sedangakan pada decoder biner ke desimal, keluarannya
dihubungkan dengan tabung indikator angka. Sebagai contoh, D = C = B = 0 dan A =1
maka akan menghidupkan lampu indikator angka 1. Lampu yang menyala akan sesuai
dengan biner dalam jalan masuk.
Rangkaian decoder menggunakan rangkaian AND atau NAND. Jika menggunakan
rangkaian AND, karena output dari gerbang AND adalah high (1) hanya ketika semua
input adalah high. Output seperti itu disebut output aktif high. Jika menggunakan
rangakaian NAND tersambung output akan menjadi low (0) saat semua input high.
Output seperti itu disebut sebagai ouput aktif low.
Praktikum 3 ini bertujuan agar mahasiswa mengerti cara kerja rangkaian decoder
dan agar mahasiswa mampu menganalisis komponen komponen decoder. Adapun alat
dan bahan yang kami gunakan adalah trainer kit decoder (LED, Togel switch), IC
74LS139 serta catu daya. mula mula kami menghubungkan trainer ke catu daya,
kemudian kami memberi masukan pada A1 dan A2 dengan masukan berlogika 1 atau 0.
Kemudian kami memperhatikan dan mencatat output desimal serta membuat kesimpulan.
Pada percobaan kali ini menggunakan decoder dengan rangkaian AND. Pada
rangakaian juga terdapat IC 74LS139. IC 74LS139 ini didalamnya terdapat 2-to-4
decoder. Jadi, dengan 2 input akan menghasilakan 4 output. Nmun pada praktikum ini
lampu LED yang mati akan berlogika 1.
Pada input berlogika 0 dan 0 diketahui output D0, D1, D2, dan D3 adalah 1000. Saat
input berlogika 0 dan 1 maka outputnya 0100. Saat input berlogika 1 dan 0 maka output
D0, D1, D2, dan D3adalah 0010. Saat input berlogika 1 dan 1 maka output berlogika 0001.
Dari penjabaran diatas diketahui bahwa decoder adalah alat untuk mengubah bilangan
biner menjadi bilangan desimal. Saat input berlogika 0 dan 0 diketahui output D0, D1, D2,
dan D3 adalah 1000. Saat input berlogika 0 dan 1 maka outputnya 0100. Saat input
berlogika 1 dan 0 maka output D0, D1, D2, dan D3 adalah 0010. Saat input berlogika 1 dan
1 maka output berlogika 0001.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Decoder adalah alat untuk mengubah bilangan biner menjadi bilangan desimal atau
kode tertentu lainnya.
2. Bilangan desimal yang merupakan keluaran decoder digunakan untuk menentukan
output manakah yang aktif (D0, D1, D2, atau D3).
3. Saat input berlogika 0 dan 0 diketahui output D0, D1, D2, dan D3 adalah 1000.
4. Saat input berlogika 0 dan 1 maka outputnya 0100.
5. Saat input berlogika 1 dan 0 maka output D0, D1, D2, dan D3 adalah 0010.
6. Saat input berlogika 1 dan 1 maka output berlogika 0001.
LAMPIRAN
LAPORAN AKHIR PERCOBAAN 4
FULL ADDER NON CARRY
Oleh :
Kelompok 18
NAMA MAHASISWA NIM
Riko Cippratama 131910201034
Dwiky Wirawan 131910201035
Ratna Kusuma Wardhani 131910201052
Tazkiyatun Nufus 131910201054
Mohammad Alfian Irsyadul Ibad 131910201085
Moh. Lutfi Yazid 131910201093
LABORATORIUM DASAR DAN OPTIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Memahami konsep rangkaian Full Adder
2. Menjelaskan konsep rangkaian Full Adder
3. Mampu merangkai Full Adder
1.2 Latar Belakang
Perkembangan teknologi digital saat ini yang semakin maju. Masyarakat saat ini
telah terpesona oleh komputer dan kalkulator modern. Ini mungkin karena mesin tersebut
menghasilkan fungsi aritmatika dengan ketelitian dan kecepatan yang sangat
menakjubkan. Bab ini membicarakan mengenai rangkaian Full Adder yang ditujukan
untuk mengetahui konsep rangkaian Full Adder. Beberapa rangkaian logika yang dapat
menjumlahkan dan mengurangkan. Operasi penjumlahan dan pengurangan dikerjakan
dalam biner. Gerbang logika biasa akan kita rangkai satu sama yang lain untuk
menghasilkan penambahan dan pengurangan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Penjumlah penuh (Full Adder) adalah rangkaian sirkuit digital atau kadang-
kadang berbentuk chip yang bisa dipakai untuk menghitung atau menjumlahkan pulsa
atau sinyal digital yang umumnya dihasilkan dari osilator. Penghitung ini hanya bisa
menghitung pulsa secara biner murni (binary counter). Dalam penghitung biner murni,
perhitungan digunakan dengan cara menjumlahkan tiap bit pada bilangan biner.
Rangkaian full adder dapat digunakan untuk menjumlahkan bilangan-bilangan biner
yang lebih dari 1bit. Penjumlahan bilangan-bilangan biner sama halnya dengan
penjumlahan bilangan desimal dimana hasil penjumlahan tersebut terbagi menjadi 2
bagian, yaitu Summary (SUM) dan Carry, apabila hasil penjumlahan pada suatu tingkat
atau kolom melebihi nilai maksimumnya maka output Carry akan berada pada keadaan
logika 1.
Pada aplikasinya, full adder menggunakan gerbang logika AND, OR, dan XOR.
Berikut tabel kebenaran full adder :
INPUT OUTPUT
A B SUM CARRY
0 0 0 0
1 0 1 0
0 1 1 0
1 1 0 1
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Gambar Rangkaian
3.2 Alat dan Bahan
1. Kit praktikum
2. Catu daya
3. Kabel jumper
4. IC HD74LS83AP
3.3 Prosedur Percobaan
1. Menghubungkan trainer kit dengan catu daya.
2. Memberi masukan A0A3 dan B0B3 1 atau 0.
3. Memperhatikan dan mencatat output dan carry out.
4. Membuat kesimpulan.
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Data Hasil Percobaan
A B Cin S Cout
0011 0001 0 0100 0
0010 0010 0 0100 0
0010 0011 0 0101 0
0110 1000 0 1110 0
1100 1000 0 0100 1
4.2 Analisa Pembahasan
Pada praktikum ke 4 ini kami membahas tentang full adder without carry.
Sebelumnya, kami akan menjelaskan tentang full adder. Rangkaian full adder adalah
rangkaian yang digunakan untuk menjumlahkan bilangan biner yang lebih dari 1 bit.
Rangkaian full adder dapat digunakan untuk menjumlahkan 3 bit input untuk
menghasilkan output berupa SUM dan Carry. Untuk pengertian dari full adder without
carry merupakan rangkaian full adder yang tidak memiliki sinyal pembawa input (carry-
in). Rangkaian full adder without carry memiliki dua buah masukan yang ditambahkan,
dimana hasil dari masukan dinyatakan dalam indikator lampu LED.
Praktikum full adder without carry ini bertujuan agar mahasiswa memahami
konsep rangkaian full adder, menjelaskan konsep rangkaian full adder, dan mampu
merangkai full adder.
Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum full adder without carry
ini adalah kit praktikum berupa trainer gerbang logika yang di dalamnya terdapat IC
HD74LS83AP. Kemudian kita memakai kabel jumper, serta catu daya.
Adapun prosedur percobaan yang kami pakai adalah yang pertama
menghubungkan trainer kit dengan catu daya, kemudian memberikan masukan pada A0,
A1, A2 dan A3 serta B0, B1, B2 dan B3 dengan input 1 atau 0. Kemudian memperhatikan
dan mencatat output dan carry out, serta membuat kesimpulan.
Pada praktikum 4 ini, kami melakukan 5 percobaan dengan berbagai macam
input. Percobaan pertama kami memberi masukan pada A0 dengan logika 1, A1 dengan
logika 1, A2 dengan logika 0, dan A3 dengan logika 0 yang membentuk input biner 00112.
Kemudian kami memberi masukan pada B0 dengan logika 1, B1 dengan logika 0, B2
dengan logika 0, B3 dengan logika 0 yang membentuk input biner 00012. Output yang
dihasilkan dengan Cin berlogika 0 adalah SUM sebesar 01002 dan menghasilkan Cout 0.
Pada percobaan kedua kami memberikan masukan pada A0 dengan logika 0, A1
dengan logika 1, A2 dengan logika 0, A3 dengan logika 0 yang membentuk input biner
00102. Kemudian kami memberi masukan pada B0 dengan logika 0, B1 dengan logika 1,
B2 dengan logika 0, dan B3 dengan logika 0 yang membentuk input biner 00102. Dengan
Cin 0, output yang dihasilkan adalah SUM sebesar 11002 dengan Cout sebesar 0.
Percobaan ketiga adalah dengan memberi masukan pada A0 dengan logika 0, A1
dengan logika 1, A2 dengan logika 0, A3 dengan logika 0 yang membentuk input biner
00102. Kemudian kami memberi masukan pada B0 dengan logika 1, B1 dengan logika 1,
B2 dengan logika 0, B3 dengan logika 0 yang membentuk input biner 00112. Dengan Cin
0, output yang dihasilkan adalah SUM sebesar 01012 dan carry out 0.
Percobaan keempat adalah dengan memberi masukan pada A0 dengan logika 0, A1
dengan logika 1, A2 dengan logika 1, A3 dengan logika 0 yang membentuk input biner
01102. Kemudian kami memberi masukan pada B0 dengan logika 0, B1 dengan logika 0,
B2 dengan logika 0, B3 dengan logika 1 yang membentuk input biner 10002. Dengan Cin
0, output yang dihasilkan adalah SUM sebesar 11102 dan carry out 0.
Percobaan kelima adalah dengan memberi masukan pada A0 dengan logika 0, A1
dengan logika 0, A2 dengan logika 1, A3 dengan logika 1 yang membentuk input biner
11002. Kemudian kita masukkan input pada B0 dengan logika 0, B1 dengan logika 0, B2
dengan logika 0, B3 dengan logika 1 yang membentuk input biner 10002. Dengan Cin 0,
output yang dihasilkan adalah SUM sebesar 01002 dan menghasilkan carry out 1.
Berdasarkan hasil - hasil percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan
memberi input pada masing - masing saklar (Saklar A dan B), output yang dihasilkan
sesuai dengan saat kita melakukan penjumlahan bilangan biner dengan cara biasa. Seperti
pada percobaan 1, input A (0011)2 adalah sama dengan 3 dalam bentuk desimal.
Kemudian input B (0001)2 adalah sama dengan 1 dalam bentuk desimal. Jadi, apabila
dijumlahkan dengan penjumlahan biasa akan menghasilkan output 4 dalam bentuk
desimal. Dan pada percobaan 1, terbukti output yang dihasilkan adalah 01002. Kemudian,
dengan input A (0011)2 dan B (0001)2, A (0010)2 dan B (0010)2, A (0010)2 dan B(0011)2,
A (0110)2 dan B (1000)2 tidak menghasilkan carry out (Cout = 0). Sedangkan input A
(1100)2 dan B (1000)2 akan menghasilkan carry out berlogika 1.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ketika A diberi input 00112 dan B diberi input 00012, SUM yang dihasilkan 01002
dan Cout 0.
2. Ketika A diberi input 00102 dan B diberi input 00102, SUM yang dihasilkan 11002
dan Cout 0.
3. Ketika A diberi input 00102 dan B diberi input 00112, SUM yang dihasilkan 01012
dan Cout 0.
4. Ketika A diberi input 01102 dan B diberi input 10002, SUM yang dihasilkan 11102
dan Cout 0.
5. Ketika A diberi input 11002 dan B diberi input 10002, SUM yang dihasilkan 01002
dan Cout 1.
6. Pada semua percobaan, Cin yang menjadi input berlogika 0 karena kami melakukan
percobaan full adder non carry.
LAMPIRAN
LAPORAN AKHIR PERCOBAAN 5
FULL ADDER WITH CARRY
Oleh :
Kelompok 18
NAMA MAHASISWA NIM
Riko Cippratama 131910201034
Dwiky Wirawan 131910201035
Ratna Kusuma Wardhani 131910201052
Tazkiyatun Nufus 131910201054
Mohammad Alfian Irsyadul Ibad 131910201085
Moh. Lutfi Yazid 131910201093
LABORATORIUM DASAR DAN OPTIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Memahami konsep rangkaian Full Adder with Carry
2. Menjelaskan konsep rangkaian Full Adder with Carry
3. Mampu merangkai Full Adder with Carry
1.2 Latar Belakang
Perkembangan teknologi digital saat ini yang semakin maju. Masyarakat saat ini
telah terpesona oleh komputer dan kalkulator modern. Ini mungkin karena mesin tersebut
menghasilkan fungsi aritmatika dengan ketelitian dan kecepatan yang sangat
menakjubkan. Bab ini membicarakan mengenai rangkaian Full Adder yang ditujukan
untuk mengetahui konsep rangkaian Full Adder. Beberapa rangkaian logika yang dapat
menjumlahkan dan mengurangkan. Operasi penjumlahan dan pengurangan dikerjakan
dalam biner. Gerbang logika biasa akan kita rangkai satu sama yang lain untuk
menghasilkan penambahan dan pengurangan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Sebuah Full Adder adalah sebuah rangkaian digital yang melaksanakan operasi
penjumlahan aritmatika dari 3 bit input. Full Adder terdiri dari 3 buah input dan 2 buah
output. Variabel input dari Full Adder dinyatakan oleh variabel X, Y, dan Z. Dua dari
variabel input (X dan Y) mewakili 2 bil signifikan yang akan ditambahkan, input ketiga,
yaitu Z mewakili Carry dari posisi yang lebih rendah. Kedua output dinyatakan dengan
symbol S (sum) dan C (carry).
Gambar Rangkaian Full Adder
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Gambar Rangkaian
3.2 Alat dan Bahan
1. Kit praktikum
2. Catu daya
3. Kabel jumper
4. IC HD74LS83AP
3.3 Prosedur Percobaan
1. Menghubungkan trainer kit dengan catu daya.
2. Memberi masukan A0A3 dan B0B3 1 atau 0.
3. Memperhatikan dan mencatat output dan carry out.
4. Membuat kesimpulan
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Data Hasil Percobaan
A B Cin S Cout
0011 0001 1 0101 0
0010 0010 1 0101 0
0010 0011 1 0110 0
0110 1000 1 1111 0
1100 1000 1 0101 1
4.2 Analisa Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita akan membahas tentang rangkaian full adder with
carry. Namun ada baiknya apabila kita mengerti tentang pengertian full adder with carry
tersebut. Full adder with carry merupakan rangkaian elektronik yang bekerja dalam
melakukan perhitungan penjumlahan sepenuhnya. Rangkaian ini memiliki tiga buah input
yaitu input A, input B, dan input pembawa (carry-in) dan dua buah output yaitu sum dan
carry-out. Dalam perhitungannya full adder with carry menyertakan sebuah input
pembawa (carry-in) yang biasa disingkat dengan Cin yang berlogika 1.
Pada praktikum ini percobaan dilakukan pada rangkaian full adder dengan carry-in
atau simpanan berlogika 1. Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu agar dapat
memahami dan menjelaskan konsep serta merangkai rangkaian full adder with carry.
Untuk melakukan praktikum ini dibutuhkan beberapa alat dan bahan, di antaranya
kit trainer full adder yang terdiri dari jumper sebagai pengatur carry-in, switch sebagai
pengatur logika input, LED sebagai lampu indikator input dan output, resistor, IC 7483
sebagai induk rangkaian, dan catu daya kemudian komponen-komponen ini dirangkai
sesuai prosedur yang telah ditentukan. Langkah pertama kami menghubungkan modul kit
trainer dengan catu daya lalu memberi masukan dengan menggeser-geser posisi switch.
Terdapat dua buah switch utama yaitu switch A dan B kemudian kedua switch ini dibagi
lagi menjadi empat bagian sehingga switch input A terbagi menjadi A0, A1, A2 dan A3 dan
untuk switch B terbagi menjadi B0, B1, B2 dan B3. Setelah menggeser-geser switch, kami
mengamati dan mencatat outputnya.
Setelah prosedur kerja dilakukan, maka diperoleh beberapa data mengenai
hubungan antara input dan output yang dihasilkan. Pada percobaan ini diasumsikan saat
lampu indikator menyala, maka dianggap berlogika 1 dan sebaliknya, saat lampu
indikator padam maka dianggap berlogika 0.
Pada percobaan pertama saat switch A0 dan A1 dalam keadaan off atau berlogika 0
sedangkan switch A2 dan A3 dalam keadaan on atau berlogika 1. Untuk saklar bagian B,
kondisi saklar B0, B1, dan B2 dalam keadaan off sedangkan B3 dalam keadaan on
sehingga input A bernilai 0011 dan input B bernilai 0001. Karena di sini menggunakan
full adder with carry maka logika Cin sama dengan 1 yang kemudian dijadikan sebagai
input ketiga setelah input A dan B. Dari ketiga input ini didapatkan output S bernilai
0101 dan indikator carry-out atau disingkat Cout memiliki logika 0 yang ditandai dengan
lampu indikator padam.
Pada percobaan kedua, dengan cara yang sama seperti halnya percobaan pertama,
kami hanya menggeser switch A dan B sehingga diperoleh input untuk A bernilai 0010
dan B 0010 serta Cin tetap bernilai 1. Dari masukan ini diperoleh output S bernilai 0101
dan Cout berlogika 0.
Pada percobaan ketiga, input dari switch A diposisikan sehingga bernilai 0010 dan
B bernilai 0011 serta Cin tetap berlogika 1. Dari masukan-masukan ini didapatkan output
S bernilai 0110 dan Cout berlogika 0. Untuk percobaan keempat input A bernilai 0110 dan
B bernilai 1000 sehingga diperoleh output bernilai 1111 dan Cout masih berlogika 0.
Pada percobaan kelima, input switch A dan B digeser lagi sehingga A bernilai 1100
dan B bernilai 1000 serta Cin berlogika 1. Dari input-input tersebut diperoleh output S
bernilai 0101 dan lampu indikator Cout menyala yang berarti memiliki logika 1. Dari hasil
S ini, apabila kita menjumlahkan input A dan B secara manual maka hasilnya adalah
10101. Akan tetapi pada output tersebut lampu indikator menunjukkan S bernilai 0101
dan lampu indikator Cout menyala atau berlogika 1. Dari sini kita mengetahui bahwa
apabila penjumlahan dari tiap-tiap input ini melebihi bit-bit yang ditentukan maka lampu
indikator pada Cout akan menyala dan dari sini pula kita mengetahui bahwa pada kit
trainer full adder ini hanya dapat menjumlahkan bilangan biner sebanyak empat bit.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Full adder merupakan rangkaian penjumlah bilangan biner.
2. Full adder with carry merupakan rangkaian penjumlahan yang memiliki carry-in
berlogika 1.
3. Apabila terdapat nilai carry, maka carry bernilai 1 dan sebalikya, jika tidak terdapat
nilai carry, maka carry atau bawaan berlogika 0.
4. Nilai carry akan dijumlahkan pada bit berikutnya. Jika tidak ada lagi bit yang akan
dijumlahkan, maka nilai carry akan disimpan dalam bentuk carry-out.
5. Full adder memiliki nilai carry-out apabila hasil penjumlahan pada suatu tingkat
atau bit melebihi batas maksimumnya.
6. Pada percobaan full adder ini, rangkaian tersebut hanya dapat menjumlahkan
bilangan biner sebanyak empat bit.
LAMPIRAN
LAPORAN AKHIR PERCOBAAN 6
COUNTER
Oleh :
Kelompok 18
NAMA MAHASISWA NIM
Riko Cippratama 131910201034
Dwiky Wirawan 131910201035
Ratna Kusuma Wardhani 131910201052
Tazkiyatun Nufus 131910201054
Mohammad Alfian Irsyadul Ibad 131910201085
Moh. Lutfi Yazid 131910201093
LABORATORIUM DASAR DAN OPTIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Mahasiswa mengerti cara kerja rangkaian Counter
2. Mahasiswa mampu menganalisis komponen-komponen Counter
1.2 Latar Belakang
Perkembangan digitalisasi alat teknologi semakin lama semakin canggih. Segala
alat untuk kehidupan sehari-hari sudah banyak yang berubah menjadi teknologi alat
digital. Di pabrik-pabrik, jarang sekali ditemukan alat analog kebanyakan alat mereka
sudah digital. Sebagai mahasiswa teknik elektro sangatlah wajib untuk memahami sebuah
teknologi digital yag didalamya terdapat materi tentang register dan counter. Dalam
sistem digital register merupakan tempat penampungan sementara sebuah grup bit data.
Sedangkan counter merupakan pencacaha atau penghitung. Karena pentingnya materi
teknik digital bagi mahasiswa elektro,maka kali ini kami melakukan praktikum tentang
register dan counter yang merupakan dasar dari teknik digital.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Penghitung atau pencacah (bahasa Inggris: counter) adalah rangkaian sirkuit
digital atau kadang-kadang berbentuk chip yang bisa dipakai untuk menghitung pulsa
atau sinyal digital yang umumnya dihasilkan dari osilator. Penghitung ini bisa
menghitung pulsa secara biner murni (binary counter) ataupun secara desimal-
terkodekan-secara-biner (decimal counter).
Dalam penghitung biner murni, angka 9 dinyatakan dalam bentuk bilangan biner
1001, dan berikutnya angka 10 dinyatakan dalam bentuk biner 1010. Sedangkan dalam
penghitung desimal-terkodekan-secara-biner, angka 9 adalah biner 1001, tetapi angka 10
dinyatakan dalam bentuk: 0001 0000. Angka desimal 100 dalam biner murni adalah
1100100, sedangkan dalam BCD adalah 0001 0000 0000 (3 buah digit desimal masing-
masing dari kelompok 4 bit).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Gambar Rangkaian
Counter
Pencacah dengan menggunakan flip-flop JK
3.2 Alat dan Bahan
1. Trainer Kit (LED, toggle switch, carry switch)
2. IC 74LS393
3. Catu daya
3.3 Prosedur Percobaan
1. Menghubungkan trainer kit dengan catu daya.
2. Menekan tombol Clock n-kali.
3. Mencatat output led hidup sebagai logika 1 dan mati logika 0.
4. Membahas dan membuat kesimpulan
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Data Hasil Percobaan
Clock D0 D1 D2 D3 D4 D5
1 1 0 0 0 0 0
3 1 1 0 0 0 0
6 0 1 1 0 0 0
8 0 0 0 1 0 0
10 0 1 0 1 0 0
12 0 0 1 1 0 0
15 1 1 1 1 0 0
18 0 1 0 0 1 0
4.2 Analisa Pembahasan
Rangkaian counter adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk melakukan
penghitungan angka secara berurutan baik itu perhitungan maju ataupun mundur. Counter
juga disebut pencacah atau penghitung yaitu rangkaian logika sekuensial yang digunakan
untuk menghitung jumlah pulsa yang diberikan pada bagian masukan.
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengerti cara kerja rangkaian counter dan
mampu menganalisis komponen-komponen counter. Dalam melakukan percobaan ini
diperlukan alat dan bahan, diantaranya trainer kit counter, IC 74LS76, dan catu daya.
Langkah kerja pada praktikum ini, yaitu yang pertama kita menghubungkan trainer kit
dengan catu daya, selanjutnya kita menekan tombol clock sebanyak yang kita inginkan.
Selanjutnya kita amati pada keluaran yang berupa 5 buah led dan mencatat hasilnya.
Pada percobaan pertama menekan tombol clock sebanyak 1x sehingga
menghasilkan keluaran D0 yang berlogika 1,sedangkan pada output D1,D2,D3,D4 dan D5
keluaran (output) berlogika 0. Maka membuktikan bahwa hanya lampu D0 yang menyala
dan pada output D1,D2,D3,D4 dan D5 tidak menyala karena output berlogika 0.
Pada percobaan kedua, menekan tombol clock 2x, karena pada percobaan pertama
telah menekan tombol clock 1x, jadi jumlah input yaitu 3x pada trigger, sehingga akan
menghasilkan keluaran (output) D0 dan D1 berlogika 1. Sedangkan pada output D2,D3,D4
dan D5 keluaran (output) berlogika 0. Jadi pada output D0 dan D1 lampu LED menyala
karena output berlogika 1 dan pada output D2,D3,D4 dan D5 lampu LED tidak menyala
karena output berlogika 0.
Pada percobaan ketiga, menekan tombol clock sebanyak 3x, karena pada percobaan
kedua jumlah input yang sudah dimasukkan adalah 3x, jadi jumlah input pada percobaan
ini adalah 6x pada trigger , sehingga menghasilkan output D1 dan D2 berlogika 1 maka
lampu akan menyala karena output berlogika 1, dan pada output D0,D3,D4 dan D5
berlogika 0 maka lampu LED tidak menyala.
Pada percobaan keempat, menekan tombol clock sebanyak 2x, karena percobaan
sebelumnya jumlah input yang sudah dimasukkan adalah 6x, jadi jumlah input pada
percobaan ini adalah 8x pada trigger, sehingga menghasilkan output D3 berlogika 1 maka
lampu LED akan menyala dan pada output D0,D1,D2,D4 dan D5 berlogika 0 maka lampu
LED tidak menyala.
Pada percobaan kelima, menekan tombol clock sebanyak 2x, karena percobaan
sebelumnya jumlah input yang sudah dimasukkan adalah 8x, jadi jumlah input pada
percobaan ini adalah 10x pada trigger, sehingga menghasilkan output D1 dan D3
berlogika 1 maka lampu LED akan menyala dan pada output D0,D2,D4 dan D5 berlogika 0
maka lampu LED tidak menyala.
Pada percobaan keenam, menekan tombol clock sebanyak 2x, karena pada
percobaan kedua jumlah input yang sudah dimasukkan adalah 10x, jadi jumlah input pada
percobaan ini adalah 12x pada trigger , sehingga menghasilkan output D2 dan D3
berlogika 1 maka lampu akan menyala karena output berlogika 1, dan pada output
D0,D1,D4 dan D5 berlogika 0 maka lampu LED tidak menyala.
Pada percobaan tujuh, menekan tombol clock sebanyak 3x, karena percobaan
sebelumnya jumlah input yang sudah dimasukkan adalah 12x, jadi jumlah input pada
percobaan ini adalah 15x pada trigger, sehingga menghasilkan output D0,D1,D2 dan D3
berlogika 1 maka lampu LED akan menyala dan pada output D4 dan D5 berlogika 0 maka
lampu LED tidak menyala.
Pada percobaan kedelapan, menekan tombol clock sebanyak 3x, karena pada
percobaan kedua jumlah input yang sudah dimasukkan adalah 15x, jadi jumlah input pada
percobaan ini adalah 18x pada trigger , sehingga menghasilkan output D1 dan D4
berlogika 1 maka lampu akan menyala karena output berlogika 1, dan pada output
D0,D2,D3 dan D5 berlogika 0 maka lampu LED tidak menyala.
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa counter berfungsi
untuk mengubah bilangan desimal menjadi bilangan biner. Jika kita bandingkan dengan
tabel yang diperoleh dari percobaan decoder terlihat bahwa counter adalah kebalikan dari
decoder dalam hal merubah biner ke desimal, selain itu logika keluaran yang dihasilkan
seperti pembalikan posisi bit bit biner yang umumnya dibaca dari kiri ke kanan, akan
tetapi pada counter dibaca dari kanan ke kiri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Output merupakan indikator biner untuk nilai clock yang diberikan.
2. Counter mengubah nilai desimal ke biner secara berurutan.
3. Nilai maksimal desimal yang diberikan pada praktikum ini adalah 18.
4. Nilai minimal desimal yang diberikan pada praktikum ini adalah 1.
5. Indikator yang ditunjukkan dengan led menandakan D0 sampai D5 dimana akan
menyala sesuai clock yang diberikan.
6. Logika keluaran yang dihasilkan seperti pembalikan posisi bit-bit biner yang
umumnya dibaca dari kiri ke kanan, akan tetapi pada counter dibaca dari kanan ke
kiri.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Maini, Anil K. 2007. Digital Electronics: Principles, Devices and Applications. Chichester:
John Wiley & Sons Ltd.
Tokheim, Roger L.1980. Schaums Outline of Theory And Problems of Digital Principles. Minnesota:The McGraw-Hill.`
Top Related