LAPORAN PRAKTIKUM
BIOSISTEMATIKA HEWAN
“Insekta”
Nama : Muhammad Dzaky AlfawwazNIM : 1147020044Kelompok : 5 (Tupaiidae)Asdos : Nurul Afiah Fauziah
Gaestro Orly HDosen : Bahiyah, M.Si.Tanggal Praktikum : Rabu, 30 September 2015Tanggal Pengumpulan : Jum’at, 16 Oktober 2015
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015 1436 H
I. Pendahuluan
1.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk memahami arti
identifikasi serangga serta mengetahui cara-cara identifikasi secara
morfologi dengan menggunakan kunci dentifikasi secara manual maupun
multimedia.
1.2. Dasar Teori
Keanekaragaman merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan
keadaan bermacam-macam suatu benda yang dapat terjadi akibat adanya
perbedaan dalam hal ukuran, bentuk, tekstur dan lainnya. Pada dasarnya
semua makhluk hidup memiliki keanekaragaman. Keanekaragaman
makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antar makhluk
hidup. Keanekaragaman ada yang terjadi secara alami dan ada juga yang
terjadi secara buatan. Keanekaragaman alami merupakan keanekaragaman
yang terjadi akibat adaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan
lingkungannya. Keanekaragaman hewan menunjukkan berbagai variasi
dalam bentuk, struktur tubuh, warna, jumlah, dan sifat lainnya di suatu
daerah. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat
dengan adanya persamaan ciri antar makhluk hidup (Putra, 1994).
Serangga adalah kelompok utama dari hewan beruas / Arthropoda yang
bertungkai enam / tiga pasang, karena itulah mereka disebut pula Hexapoda
yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti berkaki enam. Kajian
mengenai kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga termasuk
dalam kelas insekta dan subfilum Uniramia yang dibagi lagi menjadi 29
ordo. Di Indonesia memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Tak heran
jika beberapa jumlah spesies kelompok utama makhluk hidup hanya
ditemukan di daerah atau pulau tertentu. Dalam dunia entomologi,
pengawetan serangga termasuk kedalam kegiatan koleksi serangga atau
insektarium. Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas
reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan
tercukupinya kebutuhan sumber makanannya (Suin, 1997).
Serangga adalah hewan-hewan yang bersegmen dengan eksokeleton
berkitin dan alat-alat tambahan bersegmen. Segmensi itu nampak jelas
secara eksternal. Jumlah jenis dalam filum ini lebih banyak dari jumlah jenis
dari semua filum lainnya. Baik laut, air tawar, maupun habitat terestial di
diami oleh serangga coelon pada arthropoda tereduksi. Homocoel
merupakan sebagian dari sistem sirkulasi. Jenis kelamin terpisah, namun
demikian pada jenis-jenis tertentu reproduksi parthenogenesis merupakan
karakteristik sirkulasi terjadi karena gerakan pulsai jantung dorsal.
Pernapasan dengan trakea selalu dicirikan dengan adanya porus
berpasangnya pada tiap segmen (Hala, 2007).
Insekta dalam bahasa latin adalah insect yang berarti serangga. Banyak
anggota hewan ini sering kita jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu,
nyamuk, lalat, lebah, semut, capung, jangkrik, belalang,dan lebah. Ciri
khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam. Karena itu pula sering
juga disebut hexapoda. Insekta dapat hidup diberbagai habitat, yaitu air
tawar, laut, dan daratan. Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok
invertebrate yang dapat terbang. Insekta ada yang hidup bebas dan ada yang
sebagai parasit. Tubuh insekta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu caput,
toraks, dan abdomen. Caput memiliki organ yang berkembang biak, yaitu
adanya sepasang antenna, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal
(oseli). Insekta memiliki organ perasa yang disebut palpus. Insekta yang
memiliki sayap pada segmen kedua dan ketiga. Bagian abdomen insekta
tidak memiliki anggota tubuh (Iskandar, 2013).
Menurut Jasin (1987), bahwa kelas insekta dikenal sebagai hama
tanaman, namun ada beberapa yang bertindak sebagai musuhalami hama
(parasitoid dan predator) serta sebagai serangga penyerbuk.Secara umum
morfologi anggota kelas Insekta ini adalah tubuh terdiri dari ruas-ruas
(segmen) dan terbagi kedalam tiga daerah, yaitu caput, thoraks, dan
abdomen, kaki berjumlah 3 pasang pada thoraks, dan antene satu pasang.
Berdasarkan sayap, Insecta dibedakan menjadi dua sub-kelas:
1. Apterigota (tidak bersayap), tubuh apterigota berukuran kecil sekitar 0.5
cm dan memiliki antenna panjang. Umumnya berkembang secara
ametabola. Contoh hewan kelas ini adalah kutu buku.
2. Pterigota (bersayap), merupakan kelompok Insecta yang sayapnya
berasal dari tonjolan luar dinding tubuh yang disebut Eksopterigota.
Menurut Lilies (1991), bahwa Eksopterigota dibedakan menjadi beberapa
ordo berdasarkan tipe sayap, mulut, dan metamorfosisnya, yaitu :
1. Orthoptera memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang sempit.
Misalnya kecoa, jangkrik, dan gansir.
2. Hemiptera memiliki dua pasang sayap yang tidak sama panjang.
Contohnya walang sangit dan kutu busuk.
3. Homoptera memiliki dua pasang sayap yang sama panjang. Contohnya
wereng coklat, kutu daun, dan kutu kepala.
4. Odonata memiliki dua pasang sayap seperti jala. Contohnya adalah
capung
Menurut Levine (1990), bahwa Endoptrogota dibedakan menjadi
beberapa ordo berdasarkan tipe sayap, mulut, dan metamorfosisnya, yaitu :
1. Coleptera memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang keras
dan tebal, misalnya kumbang tanduk, dan kutu gabah.
2. Hymenoptera memiliki dua pasang sayap yang seperti selaput, dengan
sayap depan lebih besardaripada sayap belakang. Misalnya semut
rangrang, semut hitam, lebah madu, dan tawon.
3. Diptera hanya memiliki satu pasang sayap. Misalnya nyamuk malaria,
nyamuk demam beradarah, lalat rumah, lalat buah, dan lalat tse-tse.
4. Lepidoptera memiliki dua pasang sayap yang bersisik halus dan tipe
mulut penghisap, misalnya kupu-kupu sutera dan kupu-kupu elang.
Biasanya bersayap dua pasang, namun ada yang hanya memiliki satu
pasang atau bahkan tidak punya sayap sama sekali.
Sistem pencernaan pada insecta memiliki sistem pencernaan yang
lengkap dan organ yang jelas untuk perombakan makanandan penyerapan
zat-zat makanan. Sistem pernafasan pada insekta bernafas dengan sistem
trakea yang berupa tabung bercabang yang dilapisi dengan kitin. Oksigen
masuk secara langsung dari trakea ke sel-sel tubuh. Sistem trakea membuka
bagian luar tubuh melalui spirakel, yaitu pori-pori yang dapat membuka dan
menutup untuk mengatur aliran udara dan membatasi hilangnya air
(Soulsby, 1982).
Sistem sirkulasi insecta berupa sistem sirkulasi terbuka dengan organ
sebuah jantung pembuluh yangberfungsi memompa hemolimfa melalui
sinus homosol (rongga tubuh). Sistem pengeluaran (ekskresi) pada insekta
berupa tubulus malphigi yang melekat pada bagian posterior saluran
pencernaan. Sistem saraf insecta terdiri dari pasangan tali saraf ventral
dengan beberapa ganglia segmental. Beberapa segmen ganglia anterior
menyatu membentuk otak yang terletak dekat antena, mata, dan organ
indera lain yang terpusat dikepala (Jasin, 1987).
Manfaat serangga antara lain sebagai penyerbuk (pollinator) andal
untuk semua jenis tanaman. Di bidang pertanian serangga berperan
membantu meningkatkan produksi buah-buahan dan biji-bijian. Produksi
buah-buahan dan biji-bijian meningkat sebesar 40 % berkat bantuan
serangga dengan kualitas yang sangat bagus. Di Eropa dan Australia
berkembang jasa penyewaan koloni serangga untuk penyerbukan yang
melepas kawanan lebah menjelang tanaman berbuah. Serangga juga
berperan sebagai organisme perombak (dekomposer) yang mendegradasi
kayu yang tumbang, ranting, daun yang jatuh, hewan yang mati dan sisa
kotoran hewan (Jumar, 2000).
II. Metode Kerja
2.1. Alat dan Bahan
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Kompas 1 buah Rayap 1 ekor
Insect net 1 buah
Plastik 1 buah
Mikroskop 1 buah
Kaca preparat 1 buah
2.1. Cara Kerja
III. Hasil Pengamatan
1. Rayap
Sumber : (Slactron, 2010) (Dokumen Pribadi, 2015)
2. Bagian Kepala Rayap
Specimen (Rayap)
1. dikoleksi dari berbagai tempat2. diidentifikasi morfologinya3. diamati bagian mulutnya pada
mikroskop4. dituliskan ciri-ciri morfologinya
Hasil
Sumber : (Ismaharto, 2010) (Dokumen Pribadi, 2015)
Keterangan :1. Kepala (caput)2. Thorax (dada)3. Abdomen (perut)4. Oseli5. Pasang kaki6. Antenna7. Mandible8. Labrum9. Fontanelle10. Pronotum
IV. Pembahasan
Rayap terdapat diseluruh dunia, dan dapat ditemukan di antara garis-garis
lintang 50o utara dan 50o selatan. Rayap yang merupakan serangga berukuran
kecil ini hidup berkelompok dengan system kasta yang berkembang biak dengan
sempurna. Serangga ini masuk ordo Isoptera yang dari bahasa Yunani, iso berart
sama, dan ptera yang berarti sayap. Rayap memakan tanaman, pohon kayu, serta
bahan makanan lain seperti humus, rumput dan jamur. Bahan-bahan tersebut
merupakan sumber makanan yang mengandung selulosa. Rayap adalah serangga
yang bersifat sosial oleh karena itu berada dalam koloni-koloni yang jelas
dengan kondisi yang berdesakan (secara positif bersifat tigmotaksik). Ukuran
koloni ini mungkin bervariasi dari beberap individu sampai berjuta-juta rayap.
Kebanyakan spesies bersifat kriobiotik. Rayap memerlukan tingkat kelembaban
dan karbondioksida yang tinggi, serta menghindari sinar (fototaksik negative),
dengan demikian rayap ditemukan secara umum dalam keadaan di bawah tanah.
Seperti yang dinyatakan oleh Suin (1997), bahwa rayap hidup di tempat
yang temperaturnya hangat serta karakteristik tanahnya subur. Kisaran
temperature yang disukai rayap adalah 21,1 oC – 26,6oC dan kelembapan optimal
95-98%. Tidak mengherankan bila di Indonesia menjadi istana rayap karena
temperature udara antara 25,7oC -28,9 oC dan kelembapan 84-98 %. Rayap
termasuk ordo Isoptera. Isoptera adalah serangga yang bersifat sosial dengan
system kasta yang dikembangkan dengan baik. Wakil-wakil kelompok ini
dicirikan oleh pemilikan dua pasang sayap mirip membran berukuran sama
(dalam bentuk tahap bersayap), bagian-bagian mulut pengunyah, dan
metamorphosis sederhana. Mulutnya bersambung secara lebar pada toraks, yang
sifat khasnya adalah berperan untuk memisahkan kelompok itu dari semut.
Menurut Lilies (1991), bahwa klasifikasi dari rayap tanah yang ditemukan
dari koleksi adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Artropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Isoptera
Family : Rhinotermitidae
Genus : Coptotermes
Spesies : Coptotermes curvignathus
Morfologi rayap terdiri dari caput (kepala), thorax (dada), dan abdomen
(perut). Caputnya berupa prognathous. Mempunyai mata majemuk, kadang-
kadang mengecil, mempunyai dua ocellus atau tidak mempunyai. Antena
panjang tersusun atas sejumlah segmen, sampai tigapuluh segmen. Kepala
berwama kuning, antena, labrum, dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala
bulat ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya. Antena terdiri dan 15
segmen. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya, batas
antara sebelah dalam dan mandibel kanan sama sekali rata. Panjang kepala
dengan mandibel 2,46-2,66 mm, panjang mandibel tanpa kepala 1,40-1,44 mm
dengan leban pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm, panjang badan
5,5-6 mm. Tipe mulut pengunyah. Thoraxnya mempunyai dua pasangan sayap
yang bersifat membran, kedua pasang sayap ini mempunyai bentuk dan ukuran
yang sama, pada keadaan istirahat pasangan sayap melipat bagi kasta
reproduksional di bagian dorsal abdomen. Kebanyakan pekerja dan tentana tidak
bersayap. Pasangan pasangan kaki pendek, coxae sangat berkembang, tansus
terdiri atas empat sampai lima segmen, dengan sepasang ungues. Abdomennya
tersusun atas sebelas segmen. Sternum segmen abdomen pertama mengecil.
Sternum segmen abdomen kesebelas menjadi panapnoct. Cercus pendek
tersusun atau enam sampai delapan segmen. Bagian abdomen ditutupi dengan
rambut yang menyerupai duri. Abdomen berwarna putih kekuning- kuningan.
Seperti yang dinyatakan oleh Putra (1994), bahwa tubuh rayap, seperti
pada umumnya tubuh serangga, ditutupi oleh suatu lapisan tipis epitikula yang
tersusun dari lilin (parafin). Lapisan ini berfungsi untuk mencegah rayap dari
kekeringan, menjaga kelembaban, dan mencegah infeksi oleh organisme lain.
Tubuh terbagi atas tiga bagian yaitu kepala, dada (toraks), dan abdomen. Setiap
bagian memiliki ruas yang jelas kecuali pada bagian kepala.
Saluran pencernaan rayap terdiri atas usus depan, usus tengah, dan usus
belakang. Saluran pencernaan ini menempati sebagian besar dari abdomen. Usus
depan terdiri atas esofagus dan tembolok yang dilengkapi dengan kelenjar saliva.
Esofagus dan tembolok memanjang pada bagian posterior atau bagian tengah
dari thorak. Kelenjar saliva mensekresikan endoglukanase dan enzim lain ke
dalam saluran pencernaan. Usus tengah merupakan bagian yang berbentuk
tubular yang mensekresikan suatu membrane peritrofik di sekeliling material
makanan. Usus tengah pada rayap tingkat tinggi juga diketahui mensekresikan
endoglukonase. Usus belakang merupakan tempat bagi sebagian besar simbion
seperti yang dinyatakan Iskandar (2013), bahwa rayap bersimbiosis dengan
bakteri dan protozoa pada saluran pencernaannya. Pada rayap tingkat rendah
lebih banyak bersimbiosis dengan protozoa dibandingkan dengan bakteri,
sebaliknya pada rayap tingkat tinggi lebih banyak bersimbiosis dengan bakteri
dibandingkan dengan protozoa.
Sistem pernafasan rayap dengan Trakea merupakan lubang-lubang halus yang
terdapat pada antar ruas badan serangga. Dengan gerakan otot yang teratur dan
aktif, maka udara akan masuk ke dalam tubuh serangga melalui trakea. Seperti
yang dinyatakan Soulsby (1982), bahwa sistem pernafasan pada insekta bernafas
dengan sistem trakea yang berupa tabung bercabang yang dilapisi dengan kitin.
Oksigen masuk secara langsung dari trakea ke sel-sel tubuh. Sistem trakea
membuka bagian luar tubuh melalui spirakel, yaitu pori-pori yang dapat
membuka dan menutup untuk mengatur aliran udara dan membatasi hilangnya
air.
Sistem peredaran darahnya masih terbuka (lacuner). Darah tidak memiliki
haemoglobin (Hb), tetapi zat haemocinin sehingga tidak berwarna merah.
Haemocinin berfungsi mengedarkan makanan dan hasil metabolism. Sistem
syarafnya berupa tangga tali, yaitu berupa simpul syaraf otak (ganglion otak)
yang bercabang dua kearah perut dan ekor. Sistem ekskresinya berupa saluran
Malphigi yang berfungsi mengeluarkan zat sisa metabolisme.
Sistem reproduksinya dengan seksual dan siklus hidupnya dengan
metamorfosisi. Telur yang menetas yang menjadi nimfa alcan mengalami 5-8
instar. Jumlah telur rayap bervariasi, tergantung kepada jenis dan umur. Saat
pertama bertelur betina mengeluarkan 4-15 butir telur. Telur rayap berbentuk
silindris, dengan bagian ujung yang membulat yang berwarna putih. Panjang
telur bervariasi antara 1-1,5 mm. Telur C. curvignathus akan menetas setelah
berumur 8-11 hari. Dalam perkembangan hidupnya berada dalam lingkugan
yang sebagian besar diatur dalam koloni dan terisolir dari pengaruh nimfa sesuai
dengan kebutuhan koloni. Nimfa-nimfa yang sedang tumbuh dapat diatur
menjadi anggota kasta, yang diperlakukan bahwa nasib rayap dewasa dan siap
terbang dapat diatur. Nimfa muda akan mengalami pergantian kulit sebanyak 8
kali, sampai kemudian berkembang menjadi kasta pekenja, prajurit dan calon
laron. Kasta pekerja jumlahnya jauh lebih besar dan seluruh kasta yang terdapat
dalam koloni rayap. Nimfa yang menetas dan telun pertama dan selunuh koloni
yang baru akan berkembang menjadi kasta pekerja. Waktu keseluruhan yang
dibutuhkan dan keadaan telur sampai dapat bekerja secana efektif sebagai kasta
pekerja path umumnya adalah 6-7 bulan. Umun kasta pekerja dapat mencapai
19-24 bulan. Kasta pekerja berikutnya berbentuk dan nimfa-nimfa yang cukup
besar dan mempunyai wama yang lebih gelap dibandingkan denan anggota
penbentukan pertama. Kepala dilapisin dengan polisachanida yang disebut chitin
dan menebal pada bagian rahangnya. Pada segmen terakhin dan pangkal stenink
terdapat alat kelamin yang tidak benkembang dengan sempuma sehingga
membuat kasta pekerja ini menjadi mandul.
Seperti yang dinyatakan oleh Soulsby (1982), bahwa rayap mengalami
metamorphosa gradual atau bertahap. Kelompok hewan ini pertumbuhannya
melalui tiga tahap, tahap telur, tahap nimfa dan tahap dewasa. Telur Rayap
berbentuk silinder dengan ukuran panjang yang bervariasi antara 1-1,5 mm.
Telur akan menetas setelah berumur 8-11 hari.
Menurit Iskandar (2013), ada beberapa kasta yang ditemukan pada koloni
rayap. Terdapat 4 kasta, yaitu :
1. Rayap Pekerja, dengan jumlah terbanyak di koloni. Tugas mereka mencari
dan menyimpan makanan, merawat induk dan larva, membangun &
memperbaiki sarang. Rayap dari kasta inilah yang dapat merusak bangunan
kayu karena memiliki kemampuan mencerna selulosa dalam kayu, dimana
hasil pencernaan akan dimuntahkan dan dipersembahkan sebagai makanan
induk, prajurit dan para larva. Jenis rayap paling merusak adalah rayap
Formosa karena memiliki koloni sangat besar.
2. Rayap Prajurit yang bertugas menjaga sarang dan keseluruhan koloni. Kasta
prajurit memiliki spesialisasi anatomi dan perilaku untuk melawan serangan
musuh utama mereka, semut. Rayap jenis ini memiliki rahang yang besar
sehingga mereka tidak mampu makan sendiri. Mereka bergantung pada rayap
pekerja untuk menyediakan mereka dengan makanan muntahan. Rayap
prajurit dan rayap pekerja sama-sama tidak memiliki mata dan biasanya hidup
maksimal dua tahun.
3. Rayap Reproduksi (Alates), rayap-rayap ini adalah calon raja dan ratu koloni
baru nantinya. Untuk menjadi laron, nimfa rayap harus melalui proses
metamorfosis tidak sempurna. Bentuk tubuh mereka saat ini masih ramping
dan hanya mereka yang punya sayap di kerajaan rayap. Sayap ini diperlukan
untuk berpindah tempat untuk membangun koloni baru, dua pasang sayap
dengan ukuran sama akan muncul dari punggung mereka. Karena hal inilah
rayap diklasifikasikan dalam ordo Isoptera (iso = sama dan pteron = sayap).
Rayap reproduksi ini sering kita sebut sebagai laron dan muncul sebelum
hujan. Rayap reproduksi memiliki mata yang tidak dimiliki oleh rayap
pekerja atau rayap prajurit. Bentuk tubuh mereka yang indah untuk golongan
rayap (ramping dan bersayap) tidak akan bertahan lama. Sayap mereka sangat
rapuh, dan akan segera rontok begitu mereka telah menemukan tempat untuk
membangun koloni baru. Jika terpilih menjadi ratu, tubuh laron betina tidak
akan ramping lagi dan akan mengalami obesitas, karena tujuan hidupnya
hingga ajal adalah bertelur untuk koloni.
4. Ratu & Raja. Setelah tiba di calon tempat tinggal baru, rayap reproduksi
terpilih akan menjadi Ratu & Raja dalam koloni. Dimana dalam koloni hanya
terdapat satu raja dan satu ratu. Ratu rayap merupakan serangga dengan umur
terpanjang di dunia, ratu rayap dapat hidup 50 tahun pada kondisi ideal.
Menurut Levine (1990), terdapat beberapa perilaku yang dimiliki oleh
rayap antara lain:
1. Cryptobiotik yaitu sifat rayap yang tidak tahan terhadap cahaya;
2. Trofalaksis yaitu saling menjilati dan tukar menukar makanan antar sesama
individu;
3. Kanibalistik yaitu memakan individu lain yang sakit atau lemas ;
4. Neurophagy yaitu memakan bangkai individu lainnya.
V. Kesimpulan
Rayap yang merupakan serangga berukuran kecil ini hidup berkelompok
dengan system kasta yang berkembang biak dengan sempurna. Serangga ini
masuk ordo Isoptera yang dari bahasa Yunani, iso berart sama, dan ptera yang
berarti sayap. Rayap memakan tanaman, pohon kayu, serta bahan makanan lain
seperti humus, rumput dan jamur.
Morfolgi rayap terdiri dari Tubuh terbagi atas tiga bagian yaitu kepala,
dada (toraks), dan abdomen. Setiap bagian memiliki ruas yang jelas kecuali pada
bagian kepala. Sistem pencernaannya terdiri darusus depan, usus tengah, dan
usus belakang dan dibantu dengan protozoa. Sistem pernafasannya dengan
Trakea. Sistem peredaran darahnya masih terbuka. Sistem syarafnya berupa
tangga tali, yaitu berupa simpul syaraf otak (ganglion otak) yang bercabang dua
kearah perut dan ekor. Sistem ekskresinya berupa saluran Malphigi yang
berfungsi mengeluarkan zat sisa metabolisme. Sistem reproduksinya dengan
seksual dan siklus hidupnya mengalami metamorfosis, dengan diawali dengan
telur, nimfa, individu muda, dan individu dewasa. Kastanya terdiri dari pekerja,
prajurut, reproduksi (alates), dan ratu dan raja.
VI. Daftar Pustaka
Hala, Yusminah, 2007. Dasar Biologi Umum II. Makassar : Alauddin Press.
Iskandar, 2013. Dasar-Dasar Ekologi Serangga. Bandung : Insitut Teknologi
Bandung Press.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.
Jasin, M. 1987. Zoologi Invertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.
Levine, N. D, 1990. Parasitologi Veteriner. Surabaya : Terjemahan Gatut
Ashadi. UGM Press.
Lilies, Christina, 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta : Kanisius.
Putra, N.S, 1994. Serangga Disekitar Kita. Yogyakarta : Kanisius.
Suin, Muhammad, 1997. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta : PT Bumi Aksara
Soulsby, E. J. L, 1982. Helminthes, Arthropods, and Protozoa of Domesticated
Animals 7th Edition. London : Bailliere Tindal London.
VII. Daftar Pustaka Gambar
Slacktron, 2010, Termite Global Anatomy (Online). https://forums.penny-
arcade.com/discussion/109134/resolutions-2010-nsfw/p13. Diakses pada
Kamis, 15 Oktober 2015, 19.50 WIB.
Timmy, Hopkins., 2010, Termite Anatomy in Species Identification (Online).
http://www.termiteweb.com/termite-anatomy-in-species-identification/.
Diakses pada Kamis, 15 Oktober 2015, 19.56 WIB.
Top Related