LAPORAN PENELITIAN
STUDI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DENGAN PEMANFAATAN JAMU
DISUSUN OLEH
FANIE INDRIAN MUSTOFA, DKK
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL
2017
ii
SK PENELITIAN
iii
iv
SUSUNAN PENELITIAN
Susunan personalia pada penelitian ”Studi Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pemanfaatan Jamu” berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional No. HK.02.03/22/231/2017adalah
sebagai berikut:
No Nama Keahlian/Kesarjanaan Kedudukan dalam tim
1. Fanie Indrian Mustofa, S,Si.,MPH Magister Kesmas Ketua Pelaksana
2. Dr. Fatwa Sari Tetra
Dewi,MPH.,Ph.D.
Doktor Kesmas Peneliti UGM
3. Nuning Rahmawati, M.Sc.,Mpt Magister Farmasi Peneliti
4. Dr.Zuraida Zulkarnain Dokter Peneliti
5. Nurul Husniyati,SP Sarjana Pertanian Peneliti
6. Amalia Damayanti, M.Si Magister Teknik Kimia Peneliti
7. Fitriana, S.Farm Sarjana Farmasi Pembantu Peneliti
8. Asri Wuryani,AMd Diploma Peternakan Pembantu Peneliti
9 Widhiyantoro, AMd Diploma Pertanian Pembantu Peneliti
10 Riyanto, Amd.KL Diploma Kesmas Pembantu Peneliti
11 Ali Musthofa, AMK Diploma Kesmas Pembantu Peneliti
v
PERSETUJUAN ETIK
Penelitian dengan judul Studi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pemanfaatan Jamu,
telah mendapatkan persetuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan dengan No.
LB.02.01/2/KE.210/2017 tanggal 31 Mei 2017.
vi
PERSETUJUAN ATASAN
Laporan penelitian dengan judul Studi Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pemanfaatan Jamu, telah dibahas oleh Panitia Pembina Ilmiah (PPI) Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional.
Ketua PPI
Tawangmangu,Januari 2018
Ketua Pelaksana
Dr.Ir. Yuli Widiyastuti, MP. Fanie Indrian Mustofa, S.Si.,MPH
NIP. 196707161993032002 NIP. 197804032003122001
Menyetujui
Kepala
Akhmad Saikhu, M.Sc.PH
NIP. 196805251992031004
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNya yang luar biasa, sehingga penelitian ini dapat tertuntaskan. Apresiasi yang
setinggi-tingginya kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberi
kesempatan, kepercayaan, bantuan, dukungan, bimbingan dan juga doa kepada kami
untuk melaksanakan penelitian ini.
Penelitian ‘Studi pemberdayaan masyarakat dengan pemanfaatan jamu’ ini
diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dengan
menggunakan jamu dan dapat memanfaatkan pekarangan mereka secara produktif
dengan budidaya tanaman obat.
Penelitian ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran sangat kami harapkan
agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi. Karena sesungguhnya, sebuah akhir
akan melahirkan sebuah awal. Kata tamat akan menggiring kita ke pendahuluan yang
baru (Dee, 2016). Semoga bermanfaat.
Penulis
viii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Bukti empiris telah menunjukkan bahwa jamu dapat menjaga dan meningkatkan
kesehatan, terutama dalam upaya promotif dan preventif. Jamu juga memiliki dimensi
manfaat yang luas, di antaranya adalah kesehatan, perekonomian dan sosial budaya.
Pemanfaatan tanaman obat oleh masyarakat Indonesia telah dilakukan secara turun
temurun, dengan menggunakan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam
yang tersedia. Pemerintah telah melakukan banyak upaya kesehatan dengan melibatkan
partisipasi aktif masyarakat. Upaya kesehatan tradisional dengan menggunakan obat
tradisional ini merupakan bentuk partisipasi masyarakat yang memiliki potensi untuk
mendukung pembangunan kesehatan. Selama ini masih banyak ditemukan pula
penggunaan jamu yang tidak tepat, sehingga dapat membahayakan kesehatan.
Masyarakat masih memerlukan informasi yang benar tentang penggunaan jamu yang
aman, berkhasiat dan berkualitas.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatkan tanaman
obat untuk upaya kesehatan preventif dan promotif keluarga di Kecamatan Kedungjati,
Kabupaten Grobogan. Tujuan khususnya adalah mengetahui pengaruh intervensi
terhadap pengetahuan, sikap, norma subjektif, dan niat kader kesehatan dan ibu rumah
tangga dalam pemanfaatan jamu dan tanaman obat untuk upaya kesehatan keluarga,
serta mengetahui pengaruh usia, tingkat pendidikan dan penghasilan terhadap
pengetahuan, sikap dan praktek ibu rumah tangga dalam pemanfaatan jamu dan
tanaman obat upaya kesehatan keluarga
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mix method. Jenis penelitian
kuantitatif adalah quasi experimental (eksperimental semu) dengan rancangan pre-test
dan post-test with control group design. Penelitian kualitatif dilakukan dengan
kelompok diskusi terarah. Subjek penelitian adalah kader dan ibu rumah tangga (IRT)
pada 12 desa di Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. Pemilihan subjek secara
purposive sampling dan memenuhi kriteria inklusi. Intervensi berupa pelatihan bagi
kader, dan kader akan menyampaikan hasil pelatihan kepada para IRT. Subjek IRT
dibagi menjadi dua, yaitu kelompok intervensi dengan melibatkan peran kader, dan
kelompok pembanding yang tidak ada peran kader.
Hasil penelitian menunjukkanbahwa dari empat kategori katakteristik subjek
penelitian, hanya penghasilan yang berhubungan secara signifikan dengan pengetahuan
IRT. Karakter lain tidak berhubungan secara signifikan dengan pengetahuan, dan juga
dengan variabel lainnya. Hasil analisis komparatif menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan pada pengetahuan dan niat IRT antara sebelum, satu bulan dan tiga
bulan setelah penyuluhan, baik pada kelompok intervensi maupun pembanding.
Sedangkan untuk variabel lainnya hanya niat pada kelompok intervensi saja yang
menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada 3 kelompok waktu tersebut.Hasil
analisis menunjukkan bahwa hanya pengetahuan IRT saja yang memiliki perbedaan
secara signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok pembanding. terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap terhadap niat IRT dalam
ix
pemanfaatan dan budidaya tanaman obat. Sebaliknya,secara statistik tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara norma subjektif terhadap niat IRT dalam pemanfaatan
dan budidaya tanaman obat.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa kader berperan dalam meningkatkan
pengetahuan ibu rumah tangga di Kecamatan Kedungjati melalui penyuluhan tentang
pemanfaatan jamu dan budidaya tanaman obat. Namun demikian masih diperlukan
upaya lebih dari kader untuk meningkatkan niat dan praktek IRT dalam pemanfaatkan
jamu dan budidaya tanaman obat. Budidaya tanaman obat yang berhasil dilakukan oleh
sebagian IRT, dapat ditindaklanjuti dengan pembuatan demplot atau kebun percontohan
tanaman obat tiap desa agar IRT yang tidak ikut berpartisipasi dalam program dapat
belajar tentang jamu dan tanaman obat. IRT yang telah memperoleh penyuluhan
disarankan untuk menyebarluaskan informasi yang diperolehnya pada IRT lain di
lingkungannya.
x
ABSTRAK
Jamu memiliki dimensi manfaat yang luas, di antaranya adalah kesehatan,
perekonomian dan sosial budaya. Pemanfaatan tanaman obat oleh masyarakat Indonesia
telah dilakukan secara turun temurun, dengan menggunakan kearifan lokal dalam
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Namun demikian, selama ini masih
banyak ditemukan pula penggunaan jamu yang tidak tepat, sehingga dapat
membahayakan kesehatan. Masyarakat masih memerlukan informasi yang benar
tentang penggunaan jamu yang aman, berkhasiat dan berkualitas.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh intervensi terhadap
pengetahuan, sikap, norma subjektif, dan niat kader kesehatan dan ibu rumah tangga
dalam pemanfaatan jamu dan tanaman obat untuk upaya kesehatan keluarga, serta
mengetahui pengaruh usia, tingkat pendidikan dan penghasilan terhadap pengetahuan,
sikap dan praktek ibu rumah tangga dalam pemanfaatan jamu dan tanaman obat upaya
kesehatan keluarga.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mix method. Jenis penelitian
kuantitatif adalah quasi experimental (eksperimental semu) dengan rancangan pre-test
dan post-test with control group design. Penelitian kualitatif dilakukan dengan
kelompok diskusi terarah. Subjek penelitian adalah kader dan ibu rumah tangga (IRT)
pada 12 desa di Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghasilan berhubungan secara signifikan
dengan pengetahuan IRT. Hasil analisis komparatif menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan pada pengetahuan dan niat IRT antara sebelum, satu bulan dan tiga
bulan setelah penyuluhan, baik pada kelompok intervensi maupun pembanding.
Sedangkan untuk variabel lainnya hanya niat pada kelompok intervensi saja yang
menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada 3 kelompok waktu
tersebut.Pengetahuan IRT diketahui memiliki perbedaan secara signifikan antara
kelompok intervensi dan kelompok pembanding.
xi
DAFTAR ISI
SK PENELITIAN ................................................................................................................................ii
SUSUNAN PENELITIAN .................................................................................................................. iii
PERSETUJUAN ETIK ......................................................................................................................... v
PERSETUJUAN ATASAN ................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ vii
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................................... viii
ABSTRAK ......................................................................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................................... xv
I . PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 4
II. METODE PENELITIAN ............................................................................................................ 6
A. Kerangka Konsep, Hipotesis Dan Definisi Operasional .................................................... 6
B. Desain Penelitian .............................................................................................................. 6
C. Tempat Dan Waktu Penelitian ......................................................................................... 7
D. Populasi Dan Sampel ........................................................................................................ 7
E. Instrumen Pengumpul Data ............................................................................................. 8
F. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................... 13
G. Pengolahan Dan Analisis Data ........................................................................................ 16
III. HASIL ...................................................................................................................................... 19
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................................... 19
B. Karakteristik subjek penelitian ....................................................................................... 19
C. Pengaruh intervensi pemanfaatan jamu dan budidaya tanaman obat pada kader dan
IRT 22
D. Perbandingan variabel antar kelompok............................................................................. 25
F. Tingkat pengetahuan, sikap, norma subjektif dan niat IRT secara deskriptif ..................... 26
E. Pengaruh pengetahuan, sikap dan norma subjektif terhadap niat dalam pemanfaatan
jamu dan budidaya tanaman obat .......................................................................................... 28
xii
IV. PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 29
A.Karakteristik Responden ...................................................................................................... 29
B.Pengaruh intervensi pemanfaatan jamu dan budidaya tanaman obat pada perilaku kader
dan IRT .................................................................................................................................... 30
C.Tingkat pengetahuan, sikap, norma subjektif dan niat IRT ................................................. 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................... 35
A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 35
B. Saran ................................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 36
LAMPIRAN ................................................................................................................................... 39
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Uji validitas variabel pengetahuan ...................................................................... 9
Tabel 2. Uji validitas variabel sikap ............................................................................... 11
Tabel 3. Uji validitas variabel norma subjektif ............................................................... 12
Tabel 4. Uji validitas variabel niat .................................................................................. 12
Tabel 5. Uji reliabilitas semua variabel .......................................................................... 13
Tabel 6. Distribusi data variabel kader sebelum dan setelah pelatihan .......................... 22
Tabel 7. Perbandingan variabel kader sebelum dan setelah pelatihan ............................ 23
Tabel 8. Distribusi data variabel IRT sebelum penyuluhan , serta satu bulan dan tiga
bulan setelah penyuluhan ................................................................................................ 23
Tabel 9. Perbandingan variabel IRT sebelum penyuluhan, sebulan dan tiga bulan setelah
penyuluhan ...................................................................................................................... 24
Tabel 10. Uji Post hoc perbandingan nilai variabel yang signifikan .............................. 24
Tabel 11. Distribusi data variabel IRT masing-masing kelompok ................................. 26
Tabel 12. Perbandingan nilai variabel antara kelompok intervensi dan kelompok
pembanding ..................................................................................................................... 26
Tabel 13. Korelasi antara pengetahuan, sikap, dan norma subjektif IRT terhadap niat
dalam pemanfaatan jamu dan budidaya tanaman obat ................................................... 28
Tabel 14. Deskripsi tingkat pengetahuan, sikap, norma subjektif dan niat IRT dalam
pemanfaatan jamu dan budidaya tanaan obat ................................................................. 27
Tabel 15. Korelasi antara karakteristik IRT dengan pengetahuan, sikap, norma subjektif
dan niat IRT dalam pemanfaatan jamu dan budidaya tanaman obat .... Error! Bookmark
not defined.
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian ............................................................................ 6
Gambar 2. Pendahuluan dan rancangan Intervensi ......................................................... 14
Gambar 3. Pelaksanaan Intervensi berupa pelatihan dan penyuluhan ............................ 15
Gambar 4. Intervensi Tahap 2 (Penyuluhan pada IRT oleh Kader) ............................... 16
Gambar 5. Jumlah IRT berdasarkan umur ...................................................................... 20
Gambar 6. Jumlah IRT berdasarkan tingkat pendidikan ................................................ 20
Gambar 7. Jumlah IRT berdasarkan pekerjaan ............................................................... 21
Gambar 8. Jumlah IRT berdasarkan jumlah penghasilan/bulan ..................................... 21
xv
DAFTAR LAMPIRAN
I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan paradigma pelayanan kesehatan menjadi paradigma sehat banyak
dipengaruhi oleh transisi epidemiologi dari penyakit infeksi menjadi penyakit
kronis sebagai penyebab utama kematian. Paradigma sehat merupakan cara
pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif
dan antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang
dipengaruhi oleh banyak faktor, serta mengarah pada tindakan untuk
mempertahankan kondisi sehat dan produktif. Upaya ini lebih mengutamakan
promotif dan preventif daripada kuratif yang hanya menekankan pada upaya
penanganan orang sakit (Glanz et al. 2008; Endra 2010). Namun demikian upaya
kesehatan kuratif tetap menjadi perhatian penting.
Selain untuk pengobatan, tanaman obat sebagai bahan obat tradisional juga
digunakan untuk upaya promotif dan preventif. Hal ini sesuai dengan definisi obat
tradisional, yaitu jumlah total dari pengetahuan, keterampilan dan praktik berdasar
teori, kepercayaan dan pengalaman asli untuk budaya yang berbeda, dapat
dijelaskan atau tidak, digunakan untuk memelihara kesehatan, juga tindakan
pencegahan, diagnosis, peningkatan atau perawatan penyakit fisik dan mental
(WHO 2000; WHO 2013). Bukti empiris telah menunjukkan bahwa jamu dapat
menjaga dan meningkatkan kesehatan, terutama dalam upaya promotif dan
preventif. Jamu juga memiliki dimensi manfaat yang luas, di antaranya adalah
kesehatan, perekonomian dan sosial budaya (Kemenko Bidang Perekonomian RI,
2011).
Pemanfaatan tanaman obat oleh masyarakat Indonesia telah dilakukan secara
turun temurun, dengan menggunakan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber
daya alam yang tersedia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010
menunjukkan bahwa 49,53% penduduk Indonesia menggunakan jamu, baik untuk
menjaga kesehatan maupun untuk pengobatan karena sakit. Dari penduduk yang
mengonsumsi jamu, sebanyak 95,6% menyatakan merasakan manfaat minum
jamu. Hasil Riskesdas tahun 2010 juga menunjukkan bahwa dari masyarakat yang
2
mengonsumsi jamu, 55,3% mengomsumsi jamu dalam bentuk cairan
(infusum/decoct), sementara sisanya (44,7%) mengonsumsi jamu dalam bentuk
serbuk, rajangan, dan pil/kapsul/tablet (Balitbangkes, 2010). Namun, pada
Riskesdas 2013 (Balitbangkes 2013), parameter ini mengalami penurunan.
Disebutkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional oleh masyarakat
Indonesia, sebesar 30,4%, dan 49% di antaranya menggunakan ramuan (jamu).
Pemerintah telah melakukan banyak upaya kesehatan dengan melibatkan
partisipasi aktif masyarakat. Upaya kesehatan tradisional dengan menggunakan
obat tradisional ini merupakan bentuk partisipasi masyarakat yang memiliki
potensi untuk mendukung pembangunan kesehatan (Ministry of Health 2010).
Penelitian di Tamil Nadu, India menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat
antara inisiatif komersial yang berpusat pada ethnomedicine, peningkatan
kehidupan masyarakat lokal, pemberdayaan gender, dan konservasi, dengan
peningkatan pengetahuan tradisional melalui peningkatan kapasitas masyarakat.
Artikel ini menunjukkan yang pentingnya mempromosikan dan mempertahankan
inisiatif komunitas dengan kebijakan yang tepat dan menegaskan perlunya
memperkuat link antara budaya, konservasi, dan sosial ekonomi pengembangan
masyarakat lokal. (Costanza Torri, 2010).
Peran ibu rumah tangga sangat penting terhadap kesehatan keluarga, mulai dari
penyediaan makanan sehat hingga perawatan bila ada anggota keluarga yang
sakit. Terkait dengan penggunaan tanaman obat, pada analisis peran
gendermenemukan bahwa preparasi, penyimpanan dan penggunaan tanaman obat
lebih banyak dilakukan oleh wanita. Demikian pula halnya dengan transfer
pengetahuan pada generasi berikutnya merupakan tanggung jawab wanita
(Singhal, 2005). Wanita juga memiliki kecenderungan lebih besar untuk mencari
informasi kesehatan dibandingkan pria. Seperti disebutkan dalam penelitian
Manierre (2015), bahwa wanita lebih mungkin untuk mencari informasi tentang
cancer dan informasi kesehatan secara umum. Dengan demikian pemberian
intervensi ini lebih tepat dilakukan pada Ibu-ibu rumah tangga yang merupakan
garda terdepan dalam pemeliharaan kesehatan keluarga.
3
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan, Provinsi
Jawa Tengah. Menurut data RISKESDAS 2013, kabupaten ini memiliki Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) nomer 3 terendah di Provinsi Jawa
Tengah dan merupakan salah satu dari 3 kabupaten di Jawa Tengah yang
merupakan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). Kecamatan Kedungjati dipilih
berdasarkan lokasi kecamatan yang berada di daerah perbatasan antara Kabupaten
Grobogan dan Kabupaten Semarang, merupakan kecamatan dengan jarak paling
jauh dari ibu kota kabupaten dibandingkan kecamatan lainnya. Kondisi geografis
berupa perbukitan dengan desa-desa yang terpencar diantara hutan karet dan jati.
Puskesmas merupakan satu-satunya fasilitas pelayanan kesehatan formal di
kecamatan ini. Kondisi tersebut menyebabkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan menjadi sangat terbatas.
Theory of Planned Behavior dapat membantu untuk menentukan desain
implementasi program kesehatan dengan mempertimbangkan 3 keyakinan, yaitu
keyakinan berperilaku, keyakinan normatif dan keyakinan kontrol. Masing-
masing dari ke 3 keyakinan tersebut membentuk sikap berperilaku, norma
subjektif dan persepsi tentang dukungan atau hambatan dalam berperilaku, yang
dapat memprediksi niat berperilaku dan perilaku aktual yang sebenarnya
(Montano & Kasprzyk 2008). Dengan melakukan intervensi pemanfaatan tanaman
obat pada keluarga ini, diharapkan akan ada peningkatan keyakinan masyarakat,
yang berpengaruh pada niat dan perilaku masyarakat untuk menggunakan
tanaman obat dalam upaya perawatan kesehatan keluarga.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh intervensi terhadap pengetahuan, sikap, norma
subjektif, dan niat kader kesehatan dalam pemanfaatan tanaman obat untuk
upaya kesehatan keluarga?
2. Bagaimana pengaruh intervensi terhadap pengetahuan, sikap, norma
subjektif, niat dan perilaku ibu rumah tangga dalam pemanfaatan tanaman
obat untuk upaya kesehatan keluarga?
4
3. Bagaimana pengaruh usia, tingkat pendidikan dan penghasilan terhadap
pengetahuan, sikap dan praktek ibu rumah tangga dalam upaya kesehatan
keluarga?
4. Bagaimana peran kader dalam meyebarluaskan informasi tentang tanaman
obat dan jamu.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pemanfaatkan tanaman obat untuk upaya kesehatan
preventif dan promotif keluarga di Kecamatan Kedungjati, Kabupaten
Grobogan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh intervensi terhadap pengetahuan, sikap, norma
subjektif, dan niat kader kesehatan dalam pemanfaatan jamu dan
tanaman obat untuk upaya kesehatan keluarga.
b. Mengetahui pengaruh intervensi terhadap pengetahuan, sikap, norma
subjektif, niat dan perilaku ibu rumah tangga dalam pemanfaatan jamu
dan tanaman obat untuk upaya kesehatan keluarga melalui kader
kesehatan
c. Mengetahui pengaruh usia, tingkat pendidikan dan penghasilan
terhadap pengetahuan, sikap dan praktek ibu rumah tangga dalam
pemanfaatan jamu dan tanaman obat upaya kesehatan keluarga
D. Manfaat Penelitian
1. Masyarakat dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan keluarga secara
mandiri dengan memanfaatkan tanaman obat dan jamu
2. Masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan rumah yang kurang produktif
untuk budidaya tanaman obat.
3. Masyarakat dapat menyebarluaskan informasi tentang pemanfaatan jamu
dan budidaya tanaman obat.
4. Masyarakat dapat memanfaatkan tanaman obat yang ada disekitarnya
untuk upaya esehatan keluarga
5
5. Masyarakat dapat mengurangi biaya pengobatan maupun biaya perjalanan
ke pelayanan kesehatan formal
6. Pemerintah daerah setempat dapat menerapkan model pemberdayaan
masyarakat dengan pemanfaatan jamu
6
II. METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep, Hipotesis Dan Definisi Operasional
1. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian
B. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mix method. Jenis penelitian
kuantitatif adalah quasi experimental (eksperimental semu) dengan rancangan
pre-test dan post-test with control group design (Cresswell, 2009).
Rancangan ini dipilih dengan pertimbangan bahwa tujuan penelitian adalah
untuk melihat pengaruh perbedaan perilaku sebelum dan sesudah intervensi
oleh kader diantara dua kelompok tersebut. Penambahan kontrol diharapkan
akan meningkatkan validitas internal penelitian dan memperlihatkan bahwa
pengaruh yang terjadi adalah benar-benar berasal dari intervensi kader.
Penelitian kualitatif dilakukan dengan diskusi kelompok terarah.
Pendidikan kesehatan dengan metode ceramah interaktif dan praktek melalui kader
Sikap terhadap pemanfaatan jamu
Norma subjektif terhadap pemanfaatan jamu
Pengetahuan tentang pemanfaatan jamu
Karakteristik individu: umur, pendidikan, penghasilan
Niat untuk menggunakan jamu
Perilaku menggunakan jamu
7
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada 12 desa di Kecamatan Kedungjati, Kabupaten
Grobogan. Waktu penelitian 10 bulan dari bulan Februari sampai dengan
November 2017. Desa-desa tersebut adalah Ngombak, Kedungjati, Klitikan,
Kalimaro, Jumo, Wates, Padas, Deras, Kentengsari, Karanglangu, Panimbo
dan Prigi
D. Populasi Dan Sampel
Populasi pada penelitian adalah kader kesehatan dan ibu rumah tangga di
kecamatan Kedungjati. Subjek Kader Kesehatan sebanyak 36 orang dan
subjek Ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 120 orang, dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu perlakuan dan pembanding. Pengambilan sampel kader
secara purposif yang memenuhi kriteria inklusi:
Kriteria inklusi untuk kader kesehatan sebagai berikut:
1. Aktif menjadi kader kesehatan di desa/kelurahan ybs selama 2 tahun
terakhir
2. Belum pernah mendapat pelatihan mengenai obat tradisional/jamu
sebelumnya
3. Berumur 25 – 50 tahun
4. Bersedia untuk memberikan penyuluhan/pelatihan pada
IRTdesa/kelurahan ybs
Kriteria inklusi untuk IRT sebagai berikut:
1. Berumur 19 – 50 tahun
2. Dapat membaca dan menulis
3. Bertempat tinggal satu desa dengan kader
4. Bersedia menjadi responden
Sebagian subjek yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari dari
kelompok sampel karena masuk dalam kriteria eksklusi sebagai berikut:
8
1. Kader/IRT berada pada kondisi yang membuatnya tidak bisa menulis atau
membaca dengan baik (tidak memiliki kacamata atau menderita penyakit
yang mengganggu fungsi mata atau tangan)
2. Kader/IRT menolak untuk berpartisipasi
E. Instrumen Pengumpul Data
Instrumen pengumpulan data berupa 1) kuesioner, 2) form observasi, dan 3)
panduan Focus Group Discussion (FGD), sebagai berikut:
1. Kuesioner, alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis,
untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, norma subjektif dan niat
subjek penelitian meliputi:
a. Data karakteristik responden
b. Instrumen Pengetahuan
c. Instrumen Sikap
d. Instrumen Norma Subjektif
e. Instrumen Niat
2. Form observasi (terlampir)
3. Panduan FGD (terlampir)
Uji validitas instrumen (analisis terlampir)
Uji validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen
dalam mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas diperoleh dengan
caramengkorelasi setiap skor indikator dengan total skor indikator variabel.
Kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada tarafsignifikan
0,05. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannyadengan nyata dan
benar. Uji validitas pada penelitian ini menggunakan uji korelasi product
moment pearson. Berikut ini adalah kriteria pengujian validitas :
1. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05), instrumenatau item-item
pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total(dinyatakan valid).
Dalam uji coba penelitian ini N=30 subjek, r hitung=0,34
9
2. Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumenatau
item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor
total(dinyatakan tidak valid).
Tabel 1. Uji validitas variabel pengetahuan
N
O
Pernyataan
R
hitung
Status Tindakan
1 Jamu adalah obat tradisional Indonesia
0,598 Valid Tetap
2 Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan.
0,501 Valid Tetap
3 Jamu saintifik adalah jamu yang keamanan dan
khasiatnya telah diteliti secara ilmiah
0,538 Valid Tetap
4 Selain untuk mengobati penyakit, jamu dapat digunakan
untuk mencegah penyakit
0,484 Valid Tetap
5 Jamu dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan
0,484 Valid Tetap
6 Jamu tidak dapat digunakan untuk kesehatan bayi dan
anak-anak
0,294 Tidak valid Modifikasi
7 Jamu sering digunakan untuk ibu bersalin dan paska
melahirkan
0,371 Valid Tetap
8 Semua jamu aman digunakan karena terbuat dari bahan
alami
0,485 Valid Tetap
9 Jamu dapat menimbulkan efek samping bila
penggunaannya tidak tepat
0,271 Tidak valid Modifikasi
10 Jamu dapat menyebabkan ketergantungan 0,321 Tidak valid Excluded
11 Jamu hanya terbuat dari tumbuh-tumbuhan saja
0,526 Valid Tetap
12 Bahan jamu mudah diperoleh di sekitar kita
0,367 Valid Tetap
13 Bahan jamu tidak boleh dibeli di pasar 0,522 Valid Tetap
14 Pekarangan atau halaman rumah dapat digunakan untuk
menanam tanaman obat
0,364 Valid Tetap
15 Untuk menanam tanaman obat diperlukan lahan yang
luas
0,440 Valid Tetap
16 Tanaman obat di alam tidak akan habis meskipun
diambil terus menerus
0,506 Valid Tetap
17 Tanaman obat dapat ditanam di pot atau polybag 0,367 Valid Tetap
18 Salah satu cara mengolah bahan jamu adalah dengan
merebus
0,367 Valid Tetap
19 Cara menggunakan jamu hanya dengan diminum saja 0,369 Valid Tetap
20 Merebus jamu dengan panci alumunium diperbolehkan
karena tidak berbahaya
0,363 Valid Tetap
10
21 Bahan jamu dapat langsung digunakan tanpa dicuci
terlebih dahulu
0,437 Valid Tetap
22 Bahan jamu dapat dikeringkan bila tidak langsung
digunakan
0,484 Valid Tetap
23 Jati belanda digunakan sebagai jamu penurun kolesterol
0,301 Tidak valid Tetap
24 Salah satu penyusun ramuan jamu asam urat adalah kayu
secang
0,217 Tidak valid Tetap
25 Seledri tidak dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi
0,378 Valid Modifikasi
26 Daun katuk tidak dapat digunakan untuk memperlancar
ASI
0,271 Tidak valid Modifikasi
27 Untuk ramuan penambah nafsu makan anak dapat
menggunakan temulawak atau daun pepaya segar
0,433 Valid Tetap
28 Pucuk daun jambu biji dapat digunakan untuk mengobati
diare
0,484 Valid Tetap
29 Daun dadap serep dapat diminum untuk menurunkan
demam pada anak
0,234 Tidak valid Tetap
30 Daun sirih dapat digunakan untuk menghentikan
pendarahan
0,293 Tidak valid Tetap
Hasil uji validitas pada tabel 1 diatas diperoleh hasil 8 item dinyatakan
tidak valid, sehingga perlu dilakukan tindakan pada beberapa item, yaitu
modifikasi dengan perbaikan kalimat (3 item), excluded(1 item)yaitu pertanyaan
dikeluarkan atau tidak dipakai lagi, dan tetap (4 item), yaitu tidak dilakukan
perbaikan kalimat maupun dikeluarkan. Pada instrumen ini terdapat 1 item
pertanyaan yang valid tapi kalimatnya di modifikasi, dan terdapat 3 tambahan
pertanyaan baru. Setelah itu akan dilakukan uji validitas ulang untuk semua item
(32 item) pada semua subjek penelitian (N=120). Adapun 3 tambahan item
pertanyaan adalah item nomer 10, 18 dan 32 sebagaimana tercantum dalam
kuesioner terlampir (Lampiran.....)
Pada uji validitas kedua untuk variabel pengetahuan diperoleh 4 item
pertanyaan yang tidak valid dan dikeluarkan dari analisis data, yaitu item nomer
12, 16, 29 dan 31 pada kuesioner terlampir (Lampiran......). Pada uji kedua ini
item dinyatakan tidak valid bila r hitung>r tabel, dengan r tabel=0,179 untuk
N=120 orang subjek penelitian.
11
Tabel 2. Uji validitas variabel sikap
No Pernyataan
r
hitung
Status
1 Meskipun tidak sakit, saya akan menggunakan jamu untuk
meningkatkan kesehatan 0,390 valid
2 Saya akan minum jamu supaya tidak sakit 0,562 valid
3 Saya malas menggunakan jamu karena pembuatannya merepotkan 0,098 Tidak valid
4 Jika ada keluarga yang sakit saya akan mengobati dengan jamu 0,416 valid
5 Saya enggan menggunakan jamu karena rasanya pahit 0,421 valid
6 Penyuluhan tentang penggunaan jamu sebaiknya diberikan pada
petugas kesehatan saja -0,054 Tidak valid
7 Masyarakat sebaiknya diberi penyuluhan pemanfaatan kesehatan, tidak
hanya kader kesehatan saja 0,436 valid
8 Jika ada penyuluhan tentang manfaat jamu saya akan hadir 0,660 valid
9 Setiap orang sebaiknya memanfaatkan pekarangan untuk menanam
tanaman obat 0,473
valid
10 Saya tidak perlu menanam tanaman obat karena dapat tumbuh sendiri 0,411 valid
11 Saya akan berupaya menanam tanaman obat sendiri 0,462 valid
12 Saya tidak akan menanam tanaman obat karena memerlukan tanah yang
luas 0,447
valid
13 Saya menggunakan jamu karena obat kimia mahal 0,456 valid
14 Saya tidak menganjurkan orang lain minum jamu, karena tidak semua
jamu baik untuk kesehatan
-0,088 Tidak valid
15 Penggunaan jamu secara mandiri dapat mengurangi biaya kesehatan
keluarga 0,420 valid
16 Saya akan memberitahu keluarga tentang manfaat jamu 0,773 valid
17 Saya akan membantu kader dalam menyebarluaskan informasi manfaat
jamu 0,749 valid
18 Saya menggunakan jamu karena efek sampingnya kecil 0,536
valid
19 Saya menggunakan jamu karena ingin melestarikan warisan leluhur 0,514
valid
20 Budaya minum jamu tidak boleh hilang karena merupakan warisan
nenek moyang yang harus dilestarikan 0,662 valid
21 Saya belum pernah minum jamu karena tidak tahu khasiat dari tanaman
obat
0,125 Tidak valid
Untuk uji validitas variabel sikap diperoleh 4 item tidak valid, yaitu item nomor 3,
6, 14 dan 21 dan keempatnya dikeluarkan dari kuesioner pengumpulan data
(terlampir).
12
Tabel 3. Uji validitas variabel norma subjektif
No Pernyataan
r
hitung
Status
1 Saya akan menggunakan jamu karena keluarga saya mendukung 0,389 valid
2 Saya mau menggunakan jamu karena saran dari teman 0,725 valid
3 Saya ingin menggunakan jamu karena nasihat tetangga 0,533 valid
4 Saya akan menggunakan jamu karena penyuluhan dari kader kesehatan 0,656 valid
5 Saya akan menggunakan jamu karena nasihat dari petugas kesehatan
(dokter, bidan, mantri, dll selain kader kesehatan)
0,672 valid
6 Pengaruh berita di media cetak (koran, majalah, tabloid, dll), membuat
saya menggunakan jamu
0,553 valid
7 Berita di media elektronik (televisi, radio, internet,dll) berpengaruh
pada saya untuk menggunakan jamu
0,507 valid
Tabel 4. Uji validitas variabel niat
No Pernyataan
r
hitung
Status
1 Saya akan menanam tanaman obat dalam 3 bulan ke depan 0,525 valid
2 Dalam 3 bulan ke depan, saya akan menggunakan jamu untuk
meningkatkan kesehatan
0,754 valid
3 Dalam 3 bulan ke depan saya akan menggunakan jamu bila ada keluhan
kesehatan
0,404 valid
4 Dalam 3 bulan ke depan, saya akan menggunakan jamu supaya tidak
sakit
0,605 valid
5 Dalam 3 bulan ke depan saya akan menyarankan keluarga saya agar
menggunakan jamu
0,769 valid
6 Dalam 3 bulan ke depan saya menyarankan orang lain (selain keluarga)
agar menggunakan jamu
0,622 valid
Tabel 3 dan 4 menunjukkan bahwa semua item dalam variabel norma
subjektif dan niat adalah valid. Dengan demikian variabel sikap, norma subjektif
dan niat tidak dilakukan uji validitas ulang pada N=120 orang
2.Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah untuk mengetahui konsisten alat ukur, apakah alat
pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran
tersebut diulang. Untuk uji realibilitas digunakan ujiCronbach Alpha, dimana
suatu instrument dapat dikatakan handal (reliable) bila memiliki koefisien
keandalan atau alpha sebesar 0,6 atau lebih.
13
Tabel 5. Uji reliabilitas semua variabel
No Variabel Koefisien
Cronbach α (N=30)
Koefisien
Cronbach α (N=120)
1 Pengetahuan 0,791 0,667
2 Sikap 0,838 -
3 Norma Subjektif 0,827 -
4 Niat 0,833 -
Dari uji reliabilitas dengan diperoleh hasil yang valid untuk semua variabel
F. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Bahan
Bahan pengumpulan data berupa materi tertulis dan materi praktek sebagai
berikut:
a. Materi tertulis
Buku saku Saintifikasi Jamu (B2P2TOOT), diberikan pada semua
subjek penelitian
Buku saku Taman Obat Keluarga (TOGA) disusun berdasar Buku
Pedoman Pengelolaan dan Pemanfaatan TOGA (Dirjen
Yankestradkom), diberikan pada semua subjek
Materi pengelolaan TOGA di pekarangan rumah (Salinan PPT
template), diberikan pada semua subjek
Materi komunikasi intrapersonal (Salinan PPT Template), yang
diberikan pada kader di desa perlakuan saja
b. Materi praktek
Bibit tanaman obat, terdiri dari 8 jenis tanaman obat untuk tiap
subjek penelitan, yaitu jati belanda, sembung, lidah buaya,
pegagan, sirih, daun ungu, kumis kucing
Alat perebus jamu (kendil) dari tanah liat
14
2. Prosedur
Gambar 2. Pendahuluan dan rancangan Intervensi
Need Asessent dan mengurus
perijinan
Penyusunan kuesioner dan penyiapan media intervensi
Uji coba kuesioner
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner
Perbaikan kuesioner
Sosialisasi
Intervensi tahap 1 (pelatihan kader)
Intervensi tahap 2 (penyuluhan IRT oleh kader)
15
a. Pelaksanaan Intervensi berupa pelatihan dan penyuluhan
Gambar 3. Pelaksanaan Intervensi berupa pelatihan dan penyuluhan
Kec.Kedungjati: 12 desax@3kader=36 kader
3 kader x 12
@
Kelompok 1 (desa
intervensi/perlakuan):
6 desa (18 kader)
3 kader x 12
@
Kelompok 2 (desa
pembanding): 6 desa
(18 kader)
@
Pemanfaatan jamu
Budidaya tanaman obat
Komunikasi Interpersonal
Pemanfaatan jamu
Budidaya tanaman obat
Pemberian bahan intervensi
(Buku,bibit tanaman obat dan
kendil jamu)
Penyuluhan dan monitoring
pada IRT oleh kader
INTERVENSI TAHAP 1
(PELATIHAN KADER)
INTERVENSI TAHAP 2
Pemberian bahan intervensi
(Buku,bibit tanaman obat dan
kendil jamu)
Focused Group Discussion (FGD)
1 kelompok kader (12 orang)
1 kelompok IRT (12 orang)
16
b. Intervensi Tahap 2 (Penyuluhan pada IRT oleh Kader)
Gambar 4. Intervensi Tahap 2 (Penyuluhan pada IRT oleh Kader)
G. Pengolahan Dan Analisis Data
1. Data kuantitatif
Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan
pengolahan data sebagai berikut:
a. Editing, memeriksa kelengkapan kuesioner, memastikan tidak ada
jawaban yang kosong, dan melakukan konfirmasi pada responden bila
ada jawaban yang meragukan. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki
kualitas data
b. Koding, data yang berupa jawaban responden perlu diberi kode untuk
memudahkan analisis data. Koding meliputi pemberian kode untuk
jawaban dari pertanyaan tertutup tentang pendapat responden, jawaban
Penyuluhan 1
(Kader didampingi tim peneliti)
Penyuluhan 2 (Kader ) dilakukan
selambatnya 1 minggu setelah penyuluhan 1
Monitoring (dilakukan oleh kader minimal
1x sebelum evaluasi 1)
Monitoring (dilakukan oleh kader minimal
1x sebelum evaluasi 2)
Evaluasi 1 (Postes 1) dilakukan oleh tim
peneliti, 1 bulan setelah Penyuluhan 1
Evaluasi 2 (Postes 2) dilakukan oleh tim
peneliti 3 bulan setelah penyuluhan 1
FGD
17
bertingkat dan pada pertanyaan terbuka mengenai penyakit yang
diderita atau keluhan pasien.
c. Tabulasi, dilakukan input data dalam bentuk tabel untuk memudahkan
dalam analisis data.
Dalam analisis data dilakukan uji statistik yang disesuaikan dengan
jenis data, distribusi data dan tujuan penelitian (Jaykaran, 2010), sebagai
berikut:
a. Analisis univariabel
Analisis univariabel dilakukan secara deskriptif kategorik untuk
menggambarkan karakteristik responden dan deskriptif numerik untuk
menggambarkan rerata (simpang baku) masing-masing indikator yang
menyusun variabel.
b. Analisis bivariabel
Analisis bivariabel dilakukan untuk analisis hubungan antara dua
variabel. Dalam penelitian ini digunakan analisis korelasi Pearson,untuk
mengetahui hubungan antara masing-masing sikap dan norma subjektif
konsumen terhadap niat dan praktek subjek dalam pemanfaatan jamu
dan budidaya tanaman obat
c. Analisis multivariabel
Analisis multivariabel dilakukan dengan analisis, untuk mengetahui
pengaruh antara sikap dan norma subjektif secara bersama – sama
terhadap niat berperilaku konsumen Klinik SJ Hortus Medicus dalam
menggunakan jamu.
d. Analisis komparatif
Analisis pada penelitian ini menggunakan analisis berpasangan lebih dari
dua kelompok, untuk membandingkan variabel antara pretes dan 2
postes.Bila sebaran data normal, analisis yang digunakan adalah uji
repeated anova, dilanjutkan dengan uji t berpasangan terkoreksi (post
hoc). Bila sebaran data tidak normal digunakan uji Friedman,
dilanjutkan dengan uji Wilcoxon (Post hoc).
18
2. Data kualitatif
Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Cresswell, 2009):
a. Mengatur dan menyiapkan data untuk analisis, termasuk diantaranya
mentranskrip hasil wawancara mendalam dan memilah materi.
b. Membaca keseluruhan data untuk mendapatkan pemahaman umum dan
untuk merefleksikan keseluruhan dari informasiyang diperoleh
c. Melakukan koding data, yaitu proses mengatur materi menjadi
potongan atau segmen teks sebelum membawa arti dari informasi.
d. Menggunakan proses koding untuk menghasilkan deskripsi dari
kategori atau topik analisis.
e. Mengembangkan deskripsi dan topik yang akan ditampilkan dalam
narasi hasil.
f. Menginterpretasikan atau mengartikan data, memghubungkan dengan
hasil analisis kuantitatif.
19
III. HASIL
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Kedungjati merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Grobogan yang terletak paling jauh dari kota kabupaten (Purwodadi)
dibandingkan dengan kecamatan lainnya (43 km). Kecamatan ini berbatasan
dengan Kabupaten Semarang. Akses dari Kedungjati ke Kota Salatiga lebih
dekat daripada menuju Kota Purwodadi (Ibu kota Kabupaten Grobogan).
Gambar 5. Peta Kedungjati, Kabupaten Grobogan
B. Karakteristik subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah kader kesehatan dan ibu rumah
tangga (IRT), masing-masing berjumlah 36 dan 120 orang. Jumlah Subjek
IRT dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok
pembanding. Kategori umur dibagi menjadi 3 bagian seperti tampak pada
tabel di bawah ini:
20
Gambar 6. Jumlah IRT berdasarkan umur
Baik pada kelompok intervensi maupun kelompok pembanding,
sebagian besar responden berusia 36-45 tahun (42%), disusul oleh kelompok
umur 23-19 tahun, dan sisanya masuk dalam kelompok umur 46-55 tahun.
Tingkat pendidikan IRT dibedakan dalam 4 kategori, yaitu SD, SMP,
SMA/SMAK dan pendidikan tinggi (D3,S1,dsb), sebagai berikut:
Gambar 7. Jumlah IRT berdasarkan tingkat pendidikan
Sebagian besar IRT pada kelompok intervensi memiliki tingkat
pendidikan SD (40%), sedangkan sebagian besar IRT pada kelompok
pembanding memiliki pendidikan SMP (42%). Hanya sebagian kecil IRT
2325
12
19
25
16
25-35thn 36-45thn 46-55thn
kel.intervensi
kel.pembanding
24
21
13
2
20
25
11
4
SD SMP SMA/SMK Pend.tinggi
Kel.Intervensi
Kel.Pembanding
21
yang berpendidikan SMA/SMK dan pendidikan tinggi pada kedua kelompok
tersebut.
Jumlah subjek IRT berdasar pekerjaan, dibedakan dalam beberapa
kategori seperti tampak pada tabel dibawah ini.
Gambar 8. Jumlah IRT berdasarkan pekerjaan
Hampir seluruh IRT mengaku bahwa pekerjaan utama mereka adalah
sebagai ibu rumah tangga. Pada desa intervensi sebesar 97 persen subjek IRT
merupakan ibu rumah tangga, sedangkan pada desa pembanding sebesar 87
persen.
Jumlah IRT berdasarkan jumlah penghasilan keluarga per bulan
dibedakan dalam 3 kategori sebagai berikut:
Gambar 9. Jumlah IRT berdasarkan jumlah penghasilan/bulan
0 2
58
26
52
Peg.swasta/honor Petani/peternak IRT
kel.intervensi
kel.pembanding
42
17
1
35
21
4
< 1 juta 1j-4 juta >4 juta
Series 1
Series 2
22
Sebagian besar subjek IRT pada dua kelompok memiliki penghasilan
kurang dari satu juta per bulan, kemudian disusul oleh kelompok IRT dengan
penghasilan 1-4 juta per bulan, dan hanya sedikit IRT yang berpenghasilan
lebih dari 4 juta per bulan.
Tabel 6. Korelasi antara karakteristik IRT dengan variabel perilaku IRT
dalam pemanfaatan jamu dan budidaya tanaman obat pada saat 3 bulan
setelah penyuluhan (N=120).
No Variabel umur pendidikan pekerjaan penghasilan
1 Pengetahuan r=0,08 r=0,01 r=0,18 r=-0,04 p=0,40 p=0,96 p=0,04* p=0,67
2 Sikap r=0,17 r=-0,03 r=0,14 r=-0,13 p=0,06 p=0,76 p=0,76 p=0,15
3 Norma subj. r=0,10 r=-0,03 r=0,08 r=-0,10 p=0,28 p=0,78 p=0,35 p=0,27
4 Niat r=-0,02 r=0,01 r=0,01 r=0,07 p=0,85 p=0,97 p=0,91 p=0,46
Dari 4 kategori katakteristik subjek penelitian, hanya penghasilan yang
berhubungan secara signifikan dengan pengetahuan IRT. Karakter lain tidak
berhubungan secara signifikan dengan pengetahuan, dan juga dengan variabel
lainnya.
C. Pengaruh intervensi pemanfaatan jamu dan budidaya
tanaman obat pada kader dan IRT
Sebelum memberikan penyuluhan pada IRT, kader terlebih dahulu
diberikan pelatihan selama 2 hari tentang pemanfaatan jamu dan budidaya
tanaman obat. Sebelum dilakukan uji perbandingan pengetahuan, sikap,
norma subjektif dan niat antara sebelum dan sesudah pelatihan, perlu
diketahui normalitas sebaran data untuk menentukan uji beda yang sesuai.
Untuk mengetahui sebaran data, dilakukan tranformasi terhadap semua data
nilai variabel kader, dengan hasil sebagai berikut
Tabel 7. Distribusi data variabel kader sebelum dan setelah pelatihan
N
o
Variabel Sebelum
pelatihan
Setelah
pelatihan
P(chi2) Normalitas P(chi2) Normalitas
1 Pengetahuan 0,67 normal 0,26 normal
2 Sikap 0,10 normal 0,39 normal
3 Norma Subjektif 0,33 normal 0,10 normal
4 Niat 0,14 normal 0,08 normal
23
Seluruh variabel memiliki nilai p>0,05, sehingga semua data variabel
memiliki sebaran data normal. Dari uji paired t-testdiperoleh hasil sebelum
dan sesudah pelatihan.
Tabel 8. Perbandingan variabel kader sebelum dan setelah pelatihan
Variabel Rerata
p Sebelum pelatihan Setelah pelatihan
Pengetahuan 69,56 (3,46) 75,19 (2,39) 0,01*
Sikap 69,61(4,95) 70,36 (5,69) 0,37
Norma subjektf 22,92 (2,69) 23,31 (3,30) 0,54
Niat 24,89 (4,44) 26,03 (3,88) 0,23
Sebaran data variabel IRT pada kelompok intervensi seluruhnya
normal, sedangkan pada kelompok pembanding variabel niat pada 1 bulan
dan 3 bulan setelah penyuluhan tidak tersebar normal.
Tabel 9. Distribusi data variabel IRT sebelum penyuluhan,
serta satu bulan dan tiga bulan setelah penyuluhan
No Waktu Variabel Kel.
intervensi
Kel.
Pembanding P(chi2) Normalitas P(chi2) Normalitas
1 Sebelum
penyuluhan
Pengetahuan 0,70 normal 0,85 normal
Sikap 0,32 normal 0,21 normal
Norma subjektif 0,20 normal 0,37 normal
Niat 0,18 normal 0.05 normal
2 1 bulan
setelah
penyuluhan
Pengetahuan 0,22 normal 0,16 normal
Sikap 0,10 normal 0,06 normal
Norma subjektif 0,90 normal 0,06 normal
Niat 0,06 normal 0,01 Tidak normal
3 3 bulan
setelah
penyuluhan
Pengetahuan 0,06 normal 0,08 normal
Sikap 0,07 normal 0,07 normal
Norma subjektif 0,53 normal 0,20 normal
Niat 0,12 normal 0,01 Tidak normal
24
Tabel 10. Perbandingan variabel IRT sebelum penyuluhan, sebulan dan
tiga bulan setelah penyuluhan
Variabel
Rerata
p Sebelum
penyuluhan
Satu bulan
setelah
penyuluhan
Tiga bulan
setelah
penyuluhan
Pengetahuan
Kel.intervensi 68 (4,67) 74,1(3,58) 76,58 (4,13) 0,01(1) *
Kel.pembanding 68,02 (3,78) 72,23 (4,64) 72,51 (5,70) 0,01(1) *
Sikap
Kel.intervensi 70,25 (5,29) 69,92 (4,64) 70,48 (4,10) 0,60(1)
Kel.Pembanding 65,87 (3,94) 67,13 (4,10) 66,80 (2,96) 0,13(1)
Norma Subjektif
Kel.intervensi 25,47 (5,14) 25,58 (3,50) 25,83 (4,60) 0,80(1)
Kel.Pembanding 25,12 (3,34) 25,53 (3,31) 25,77 (3,59) 0,55(1)
Niat
Kel.intervensi 24,77 (2,29) 24,68 (2,77) 25,72 (2,11) 0,01(1)*
Kel.Pembanding 23,95 (1,70) 24,50 (2,42) 24,40 (1,44) 0,06(2)
(1)
Uji Repeated Anova; (2)
Uji Friedman; *)
Signifikan pada α=0,05
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada
pengetahuan dan niat IRT antara sebelum, satu bulan dan tiga bulan setelah
penyuluhan, baik pada kelompok intervensi maupun pembanding. Sedangkan
untuk variabel lainnya hanya niat pada kelompok intervensi saja yang
menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada 3 kelompok waktu tersebut.
Untuk hasil analisis yang menunjukkan perbedaan signifikan pada tabel
9 diatas dilanjutkan post hoc dengan uji t berpasangan terkoreksi (bonferroni),
sebagai berikut:
Tabel 11. Uji Post hoc perbandingan nilai variabel yang signifikan
Interval Waktu
Post hoc (bonferroni) Variabel yang signifikan
Kelompok
intervensi
Kelompok
pembanding
Pengetahuan Niat Pengetahuan
Selisih
rerata
p Selisih
rerata
p Selisih
rerata
p
Sebelum dan 1 bulan
sesudah penyuluhan
6,1 0,01 (-) 0,08 0,85 4,22 0,01
Sebelum dan 3 bulan
setelah penyuluhan
8,6 0,01 0,95
0,03 4,5 0,01
1 bulan dan 3 bulan
setelah penyuluhan
2,4 0,01 1,03
0,02 0,28 1,00
25
Pengetahuan IRT pada kelompok intervensi menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan pada semua kelompok interval waktu. Terlihat
adanya peningkatan pengetahuan mulai dari sebelum hingga satu bulan
sesudah penyuluhan, satu bulan sesudah hingga 3 bulan sesudah, dan dari
sebelum hingga 3 bulan sesudah penyuluhan. Dari selisih rerata nilai
pengetahuan, tampak peningkatan pengetahuan yang tertinggi terjadi pada
waktu antara sebelum hingga 3 bulan sesudah penelitian (8,6 poin),
sedangkan terendah terjadi pada waktu antara 1 bulan sesudah hingga 3 bulan
sesudah penyuluhan (2,4 poin).
Niat IRT pada kelompok intervensi menunjukkan perbedaan yang
signifikan pada waktu antara sebelum dan 3 bulan sesudah penyuluhan, dan
antara 1 bulan dan 3 bulan sesudah penyuluhan. Pada waktu antara sebelum
dan 1 bulan penyuluhan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Dari rerata selisih nilai niat, peningkatan tertinggi terjadi pada
waktu antara sebelum hingga 3 bulan sesudah penyuluhan (1,03 poin).
Pengetahuan IRT pada kelompok pembanding menunjukkan perbedaan
yang signifikan pada waktu antara sebelum hingga 1 bulan sesudah
penyuluhan, dan pada waktu 1 bulan dan 3 bulan sesudah penyuluhan.
Sedangkan pengetahuan IRT pada waktu sebelum dan 3 bulan sesudah
penyuluhan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
D. Perbandingan variabel antar kelompok
Perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok pembanding
adalah adanya peran kader dalam menyampaikan informasi secara 2 arah dan
memberikan motivasi pada IRT dalam pemanfaatan jamu dan budidaya
tanaman obat. Sebaran data variabel IRT pada masing-masing kelompok
adalah sebagai berikut:
26
Tabel 12. Distribusi data variabel IRT masing-masing kelompok No Variabel Kel.
intervensi
Kel.
Pembanding
P(chi2) Normalitas P(chi2) Normalitas
1 Pengetahuan 0,43 normal 0,01 Tidak normal
2 Sikap 0,32 normal 0,21 normal
3 Norma Subjektif 0,14 normal 0,01 Tidak normal
4 Niat 0,78 normal 0,11 normal
Seluruh variabel pada kelompok intervensi memiliki nilai p>0,05,
sehingga memiliki sebaran data normal, dilanjutkan dengan paired t-test.
Demikian pula halnya untuk data dan niat pada kelompok pembanding.
Sedangkan pengetahuan dan norma subjektif pada kelompok pembanding
menunjukkan sebaran data tidak normal, sehing uji komparatif dilanjutkan
dengan uji Wilcoxon.
Tabel 13. Perbandingan nilai variabel antara kelompok intervensi dan
kelompok pembanding
Variabel Selisih rerata
p Kel. intervensi Kel.pembanding
Pengetahuan 8,60 (-2 sd 23) 4,50 (-19 sd 16) 0,003(1)*
Sikap 0,23 (5,59) 0,93 (4,67) 0,45(2)
Norma subjektf 0,37 (-17 sd 13) 0,65 (-15 sd 11) 0,58(1)
Niat 0,95 (2,33) 0,45 (2,26) 0,23(2)
(1)Uji Wilcoxon;
(2)paired t-test;
*)Signifikan pada α=0,05
Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya pengetahuan IRT saja yang
memiliki perbedaan secara signifikan antara kelompok intervensi dan
kelompok pembanding.
F. Tingkat pengetahuan, sikap, norma subjektif dan niat IRT
secara deskriptif
Tingkat pengetahuan, sikap, norma subjektif dan niat IRT secara
deskriptif dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Tabel
berikut ini menampilkan persentase IRT berdasar kategori tersebut, sebagai
berikut:
27
Tabel 14. Persentase jumlah IRT berdasar tingkat pengetahuan, sikap, norma
subjektif dan niat IRT dalam pemanfaatan jamu dan budidaya tanaman obat
No Variabel
Sebelum
penyuluhan
1 bulan sesudah
penyuluhan
3 bulan sesudah
penyuluhan
Kel.1 Kel.2 Kel.1 Kel.2 Kel.1 Kel.2
1 Pengetahuan
Tinggi 71,67 80 100,00 88,33 98,33 90,00
Sedang 28,33 20 0 11,67 1,67 10,00
Rendah 0 0 0 0 0 0
2 Sikap
Tinggi 95,00 86,67 98,33 93,33 98,33 95,00
Sedang 5,00 23,33 1,67 6,67 1,67 5,00
Rendah 0 0 0 0 0 0
3 Norma Subjektif
Tinggi 58,33 46,67 56,67 55,00 66,67 65,00
Sedang 36,67 46,67 41,67 43,33 26,67 30,00
Rendah 5,00 0,00 1,67 1,67 6,67 5,00
4 Niat
Tinggi 36,67 13,33 46,67 21,67 48,33 18,33
Sedang 63,33 86,67 51,56 76,67 51,67 81,67
Rendah 0 0 1,67 1,67 0 0 Kel.1: Kelompok intervensi; Kel.2: Kelompok pembanding
Secara umumpersentase jumlah IRT pada kelompok intervensi dengan
kategori pengetahuan, sikap, norma subjektif dan niat tinggi, lebih besar
daripada kelompok pembanding, kecuali pengetahuan pada saat sebelum
penyuluhan. Namun demikian pada saat sebulan setelah penyuluhan, seluruh
IRT pada kelompok intervensi memiliki pengetahuan yang tinggi.
Kedua kelompok tidak memiliki IRT dengan pengetahuan dan sikap
yang rendah. Pada variabel norma subjektif terdapat IRT dengan kategori
yang rendah. Sebagian besar IRT memiliki niat dalam pemanfaatan jamu
yang sedang.
r
28
E. Pengaruh pengetahuan, sikap dan norma subjektif terhadap
niat dalam pemanfaatan jamu dan budidaya tanaman obat
Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dan sikap terhadap niat IRT dalam
pemanfaatan dan budidaya tanaman obat. Sebaliknya, secara statistik tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara norma subjektif terhadap niat IRT
dalam pemanfaatan dan budidaya tanaman obat.
Tabel 15. Korelasi antara pengetahuan, sikap, dan norma subjektif IRT
terhadap niat dalam pemanfaatan jamu dan budidaya tanaman obat pada
waktu 3 bulan setelah penyuluhan
Variabel
(N=120) pengetahuan sikap
Norma
subjektif
Niat r = 0,18 r = 0,50 r = 0,16 p = 0,04 p = 0,01 p = 0,07
Nilai r positif menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan dan
semakin baik sikap yang dimiliki IRT.
29
IV. PEMBAHASAN
A.Karakteristik Responden
Sebagian besar subjek penelitian ini berumur 36-45 tahun. Pada usia
tersebut biasanya seorang ibu sudah mandiri dalam mengambil keputusan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh keluarganya. Sebagian besar subjek
penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan utama di
luar rumah. Apabila mereka bekerja di luar rumah, seperti ke sawah atau
berjualan di rumah, hal tersebut hanya sebagai pekerjaan sampingan saja.
Hanya sebagian kecil subjek penelitian yang berpendidikan SMA/SMK atau
lebih tinggi. Penghasilan rata-rata perbulan sebagian besar subjek penelitian
adalah kurang dari satu juta per bulan.
Menurut penelitian sebelumnya, tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat penghasilan dengan faktor-faktor yang berkontribusi pada
ketertarikan konsumen untuk menggunakan produk obat alami (Kountur &
Huo, 2013). Pada penelitian ini hanya penghasilan yang berhubungan secara
signifikan dengan pengetahuan. Karakter lain yaitu, umur, pendidikan dan
pekerjaan secara statistik tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan. Semua
karakter tersebut juga tidak berhubungan secara signifikan dengan sikap,
norma subjektif dan niat IRT dalam pemanfaatan jamu dan budidaya tanaman
obat.
Menurut Theory of Reasoned Action (TRA) dalam Montano &
Kasprzyk (2008), faktor demografi, kepribadian dan perbedaan individu secara
tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku. Faktor-faktor tersebut dapat
berpengaruh melalui konstruk teori, dan tidak secara independen berkontribusi
dalam menjelaskan kemungkinan munculnya suatu tindakan tertentu.
Penelitian tentang sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku terhadap
traditional Chinese Medicine (TCM) di Afrika Selatan melaporkan bahwa
sikap terhadap TCM dipengaruhi oleh faktor demografi, jenis kelamin dan
penghasilan. Faktor yang membedakan antar jenis kelamin adalah besarnya
ketergantungan wanita akan informasi medis untuk mengevaluasi efektivitas
TCM (Luo et al., 2013).
30
Penelitian sebelumnya juga menyebutkan bahwa jenis kelamin dan
umur berpengaruh pada sikap dan penggunaan CAM. CAM dalam penelitian
tersebut termasuk di dalamnya adalah penggunaan herbal. Wanita lebih banyak
menggunakan CAM sebelumnya dibandingkan dengan pria. Ketidakpuasan
terhadap pengobatan konvensional dan kesesuaian filosofi tentang CAM juga
menjadi faktor penentu wanita lebih banyak menggunakan CAM (McFadden et
al., 2008).
Terkait dengan penghasilan, dari hasil FGD IRT menyatakan bahwa
pemanfaatan tanaman obat disekitarnya untuk kesehatan, dapat mengurangi
biaya kesehatan, terutama bagi warga desa yang teretak jauh dari pelayanan
kesehatan formal. Walaupun biaya berobat di puskesmas gratis untuk sebagian
besar penduduk, namun tetap harus memperhitungkan biaya transport dari desa
mereka ke kota kecamatan. Dari Desa Panimbo dan Desa Prigi menuju ke kota
kecamatan memerlukan waktu tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan,
B.Pengaruh intervensi pemanfaatan jamu dan budidaya
tanaman obat pada perilaku kader dan IRT
Dari analisis perbandingan perilaku kader antara sebelum dan sesudah
pelatihan, diperoleh hasil bahwa hanya pengetahuan yang berbeda nyata.
Variabel lain yaitu, sikap, norma subjektif dan niat kader belum menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini kemungkinan karena waktu antara
untuk mengukur perubahan perilaku terlalu pendek. Pengetahuan merupakan
perilaku yang paling mudah untuk diubah, dibandingkan dengan sikap, norma
subjektif maupun niat seseorang.
Menurut Theory of Reasoned Action (TRA), seseorang dengan sadar
mempertimbangkan beberapa konsekuensi dan kemudian memilih salah satu
yang mengarah pada konsekuensi yang paling diinginkan (Peter & Olson,
1996). Sikap menggambarkan keyakinan akan konsekuensi positif berupa
manfaat penggunaan jamu dan budidaya tanaman obat, kemudian subjek
melakukan evaluasi terhadap manfaat tesebut, yang akan menentukan niat
untuk menggunakan jamu kembali. Penelitian sebelumnya tentang niat dan
kesediaan seseorang untuk menggunakan complementary and alternative
31
medicines (CAMs), menemukan bahwa dia lebih mungkin berniat untuk
menggunakan CAMs bila mereka meyakini akan mendapatkan manfaat
kesehatan dari CAMs (O’Connor & White, 2009).Dalam TRA, niat
diasumsikan sebagai determinan penting yang langsung mempengaruhi
tindakan (Montano & Kasprzyk, 2008).
Analisis perbandingan pada IRT, diketahui bahwa pengetahuan dan niat
IRT pada kelompok intervensi antara sebelum penyuluhan, 1 bulan dan 3 bulan
setelah penyuluhan menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sedangkan pada
kelompok pembanding hanya pengetahuan saja yang menunjukan perbedaan
signifikan. Adanya peran kader dapat memotivasi IRT dapat menimbulkan niat
yang kuat untuk menggunakan jamu.
Dari analisis post hoc kelompok intervensi, diketahui bahwa pada
pengetahuan IRT terdapat perbedaan yang signifikan pada semua interval
waktu, yaitu pengetahuan antara sebelum dan sebulan sesudah penyuluhan,
sebelum dan 3 bulan setelah penyuluhan, serta sebulan dan 3 bulan sesudah
penyuluhan. Selisih rerata nilai pengetahuan yang tertinggi adalah pada selang
waktu antara sebelum dan 3 bulan setelah penyuluhan.
Niat IRT pada kelompok intervensi mengalami penurunan pada selang
waktu antara sebelum dan sebulan setelah penyuluhan, namun secara statistik
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Niat IRT dalam pemanfaatan
jamu dan budidaya tanaman obat menunjukkan perbedaan yang signifikan pada
selang waktu antara sebelum dan 3 bulan setelah penyuluhan, serta pada selang
waktu antara sebulan dan 3 bulan setelah penyuluhan. Selisih rerata tertinggi
terdapat pada waktu antara 1 bulan dan 3 bulan setelah penyuluhan, atau pada
waktu 2 bulan terakhir sebelum rentang waktu evaluasi selama 3 bulan.
Hasil analisis post hoc pengetahuan IRT pada kelompok pembanding
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sebulan dan 3 bulan
setelah penyuluhan. Sehingga ada kemungkinan proses pembelajaran IRT
hanya pada masa awal program yaitu setelah buku saku dan bibit tanaman obat
dibagikan. Setelah itu pada waktu 2 bulan terakhir program, mereka tidak lagi
termotivasi untuk belajar.
32
Dari hasil analisis perbandingan variabel antara kelompok intervensi dan
kelompok pembanding, ditemukan hanya pengetahuan saja yang memiliki
perbedaan signifikan. Adanya peran kader dalam menyebarluaskan informasi
dan memotivasi IRT untuk memanfaatkan jamu dan budidaya tanaman obat
tidak berkontribusi pada sikap, norma subjektif dan niat IRT untuk
menggunakan jamu.
Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dan sikap terhadap niat IRT dalam pemanfaatan
dan budidaya tanaman obat. Sebaliknya, secara statistik tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara norma subjektif terhadap niat IRT dalam
pemanfaatan dan budidaya tanaman obat.
Dalam penelitian lain ditemukan bahwa suatu tindakan akan lebih
mungkin terjadi bila terdapat niat yang berasaldari sikap, daripada niat yang
berasal dari norma subjektif. Disebutkan pula bahwa tindakan yang dikontrol
oleh sikap memiliki skor niat yang lebih tinggi dibandingkan dengan tindakan
yang dikontrol oleh norma subjektif (Sheeran et al., 1999). Niat yang muncul
dari sikap merupakan ekspresi dari diri sendiri dan perasaan memilih yang
kuat. Sebaliknya, niat yang muncul dari norma subjektif lebih banyak
dipengaruhi oleh pemikiran dari luar dirinya sendiri, sehingga berimbas pada
motivasi yang kurang kuat (Sheeran et al., 1999)
C.Tingkat pengetahuan, sikap, norma subjektif dan niat IRT
Sebagian besar IRT memiliki tingkat pengetahuan yang masuk dalam
kategori tinggi, sebagian kecil memiliki tingkat pengetahuan sedang dan tidak
ada seorangpun yang berpengetahuan rendah. Bahkan semua IRT pada
kelompok intervensi pada waktu 1 bulan setelah penyuluhan memiliki tingkat
pengetahuan tinggi, namun jumlah ini mengalami penurunan pada saat 3 bulan
setelah penyuluhan. Hal ini mungkin terjadi karena jeda waktu yang cukup
lama sejak penyuluhan berupa materi pemanfaatan jamu dan budidaya tanaman
obat oleh kader.
Dari hasil FGD diketahui bahwa sebelum mendapatkan penyuluhan dari
kader, para IRT ini sebagian besar telah mengenal berbagai ramuan jamu,
33
karena sudah sering menggunakan sedari masih kecil. Mereka mendapatkan
pengetahuan tersebut secara turun temurun dari orang tua.
Demikian pula halnya dengan sikap IRT terhadapa pemanfaatan jamu
dan budidaya tanaman obat juga menunjukkan persentase besar untuk IRT
yang bersikap sangat positif, hanya sebagian kecil yang bersikap sedang, dan
tidak ada yang bersikap negatif. Bahkan sebelum penyuluhan jumlah IRT yang
bersikap sangat tinggi memiliki proporsi yang besar.
Norma subjektif merupakan representasi keyakinan IRT atas pengaruh
atau pemikiran orang-orang disekitarnya, seperti keluarga, teman, kader
kesehatan, petugas kesehatan dan media untuk menggunakan jamu dan
budidaya tanaman obat. Proporsi IRT yang memiliki norma subjektif tinggi
lebih dari separuh jumlah subjek, namun demikian tidak sebesar proporsi IRT
yang bersikap positif. Pada variabel ini, terdapat sebagian kecil IRT yang
memiliki norma subjektif rendah. Artinya IRT tersebut cenderung tidak
dipengaruhi oleh kelompok acuannya dalam memanfaatkan dan budidaya
tanaman obat.
Berbeda dari variabel lainnya, sebagian besar IRT memiliki niat yang
sedang untuk memanfaatkan jamu dan budidaya tanaman obat, sementara
pengetahuan dan sikap mereka sangat tinggi. Berdasarkan hasil FGD IRT,
disebutkan bahwa untuk mengaplikasikan informasi yang terdapat dalam buku
saku terkendala oleh ketersediaan bahan baku jamu yang tidak ditemui di
sekitar mereka. Faktor kesulitan air kemungkinan juga menjadi alasan
kurangnya niat IRT untuk mempraktekkan pengetahuan mereka.
Pemanfaatan pekarangan dengan TOGA sangat dirasakan manfaat dan
kegunaannya, hal ini tampak dari partisipasi seluruh anggota PKK dan
keterlibatan ketika demplot taman TOGA, dan kelanjutan perawatannya(Duaja
et al. 2011). Berdasarkan temuan (Singhal 2005), dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan tanaman obat yang berkelanjutan bukan merupakan pilihan selain
keharusan untuk kesehatan pedesaan dan kesejahteraan masyarakat, terutama
kesehatan primer. Hasilnya menekankan pada pentingnya memasukkan peran
wanita dalam pengelolaan tanaman obat dan sistem perawatan kesehatan.
34
Kendala terkait masalah sosial budaya, ekonomi, belum membudayanya
budidaya tanaman obat dilahan pekarangan, kurangnya teknologi budidaya
pekarangan dan pengolahan hasil pertanian serta belum berorientasi pasar
merupakanmasalah yang harus segera diatasi untuk mewujudkan kemandirian
pangan ((Sumarmiyati & Rahayu 2015)
Pentingnya peranan kader dalam memberdayakan masyarakat di
Indonesia tidak diragukan lagi.Peningkatan motivasi dan komitmen kader perlu
diberikan tidak saja dalam bentuk insentif materil namun juga dalam bentuk
apresiasi dan dukungan moral. Kader harus memiliki persyaratan dasar baik
pengetahuan dan keterampilan agar mereka dapat efektif dalam menjalankan
perannya (Iswarawanti 2010)
35
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pelatihan kader secara statistik hanya berpengaruh pada pengetahuan
kader , namun tidak berpengaruh pada sikap, norma subjektf dan niat
kader dalam pemanfaatan jamu dan budidaya tanaman obat.
2. Penyuluhan pada ibu rumah tangga (IRT) kelompok intervensi
berpengaruh terhadap pengetahuan dan niat IRT. Sedangkan pada
kelompok pembanding hanya berpengaruh pada pengetahuan saja
3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada pengetahuan IRT antara
kelompok desa intervensi dan pembanding. Namun tidak terdapat
perbedaan yang signifikan untuk sikap norma subjektif dan niat IRT
diantara kedua kelompok desa tersebut.
4. Pada karakateristik IRT, hanya penghasilan saja yang berhubungan secara
signifikan terhadap pengetahuan IRT.
B. Saran
1. Pemilihan kader sebaiknya dilakukan secara selektif dan ketat, sehingga
perannya dapat benar-benar berpengaruh pada perubahan perilaku
masyarakat
2. Pemerintah daerah dapat menerapkan program ini untuk lokasi lainnya.
3. B2P2TO2T perlu melakukan evaluasi terhadap buku saku TOGA dan
Saintifikasi Jamu sehingga dapat dengan mudah diterapkan oleh
masyarakat
36
DAFTAR PUSTAKA
Andika Rismayanti Hadi, Irwan Effendi, T.H., 2013. Peranann Kader
pemberdayaan masyarakat Desa (KPMD) dan partisipasi masyarakat pada
program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan (PNPM-MP)
di Kecamatan Wonosobo Kab. Tanggamus. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis,
1(1), pp.66–72.
Balitbangkes, 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010, Jakarta.
Balitbangkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta.
Costanza Torri, M., 2010. Increasing Knowledge and Traditional Use of
Medicinal Plants by Local Communities in Tamil Nadu: Promoting Self-
Reliance at the Grassroots Level Through a Community-Based
Entrepreneurship Initiative. Complementary Health Practice Review, 15(1),
pp.40–51.
Cresswell, J., 2009. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mix Method
Approaches 3th ed., USA: Sage Publication, Inc.
Duaja, M.D., E. Kartika & dan F. Mukhlis, 2011. Pemberdayaan wanita dalam
pemanfaatan pekarangan dengan tanaman obat keluarga ( TOGA ). Jurnal
Pengabdian pada Masyarakat, (52), pp.74–79. Available at: http://online-
journal.unja.ac.id/index.php/jlpm/article/viewFile/107/95.
Endra, F., 2010. Paradigma Sehat. Jurnal Saintika Medika, 6(12), pp.69–81.
Glanz, K., Rimer, B.K. & Viswanath, K., 2008. The scope of health behavior and
health education. In K. Glanz, B. K. Rimer, & K. Viswanath, eds. Health
behavior and health education: theory, research and practice. San Francisco,
CA,USA: Jossey-Bass A Wiley Imprint, pp. 3–18.
Iswarawanti, D.N., 2010. Kader posyandu: Peranan dan Tantangan
Pemberdayaannya dalam usaha peningkatan gizi anak di Indonesia. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan, 13(4), pp.169–173. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/22566-ID-kader-posyandu-
peranan-dan-tantangan-pemberdayaannya-dalam-usaha-peningkatan-giz.pdf.
Jaykaran, 2010. How to select appropriate statistical test ? Journal of
Pharmaceutical Negative Result, 1(2), pp.2–4.
Kemenko Bidang Perekonomian RI, 2011. Roadmap Pengembangan Jamu 2011-
2025,
Kountur, R. & Huo, Y., 2013. Contributing Factors to the Attractiveness of
Natural Medicine Products. Universal Journal of Management, 1(3), pp.148–
152. Available at: http://www.hrpub.org/journals/article_info.php?aid=790.
Luo, Z., Grundling, J. & Steynberg, L., 2013. Attitudes , Subjective Norms and
Behavioural Control towards Traditional Chinese Medicine in South Africa.
37
Proceedings of 8th Annual London Business Research, Conference Imperial
College London, UK, pp.1–13. Available at:
http://www.wbiworldconpro.com/uploads/london-conference-
2013/management/1374052944_419-Jan.pdf.
Manierre, M.J., 2015. Gaps in knowledge: Tracking and explaining gender
differences in health information seeking. Social science & medicine, 128C,
pp.151–158.
McFadden, K.L., Hernández, T.D. & Ito, T.A., 2008. Attitudes Towards
Complementary and Alternative Medicine Influence Its Use. Explore (NY)
Author Manuscript, 15(10), pp.1203–1214.
Ministry of Health, R.I., 2010. Guidelines for The Use of Herbal Medicines in
Family Health Care 6th ed., Jakarta: Directorate of Community
Participation,Directorate General of Public Health,Indonesia Ministry of
Health.
Montano, D.E. & Kasprzyk, D., 2008. Theory of Reasoned Action, Theory of
Planned Behavior, and The Integrated Behavioral Model. In K. Glanz, B. K.
Rimer, & K. Viswanath, eds. Health behavior and health education: theory,
research and practice. San Francisco, CA,USA: Josey-Bass A Wiiley
Imprint, pp. 68–92.
O’Connor, E.L. & White, K.M., 2009. Intentions and willingness to use
complementary and alternative medicines: what potential patients believe
about CAMs. Complementary therapies in clinical practice, 15(3), pp.136–
40.
Peter, J.P. & Olson, J.C., 1996. Consumer behavior and marketing strategy 4th
ed. N. Barbaour, ed., USA: Times mirror higher education group.
Singhal, R., 2005. Medicinal Plants and Primary Health Care: The Role of
Gender. Journal of Health Management, 7(2), pp.277–293. Available at:
http://jhm.sagepub.com/cgi/content/abstract/7/2/277.
Suleiman, A.K., 2014. Community Medicine & Health Education Attitudes and
Beliefs of Consumers of Herbal Medicines in Riyadh , Saudi Arabia.
Community Medicine & Health Education, 4(2), pp.2–7.
Sumarmiyati & Rahayu, S., 2015. Potensi pengembangan tanaman obat lokal
skala rumah tangga untuk mendukung kemandirian pangan dan obat di
Samarinda, Kalimantan Timur. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(2),
pp.330–336. Available at:
http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/M/M0102/M010227.pdf.
WHO, 2000. General Guidelines for Methodologies on Research and Evaluation
of Traditional Medicine World Health Organization. , p.80.
WHO, 2013. WHO Traditional Medicine Strategy: 2014-2023. , pp.11–17.
38
39
LAMPIRAN
Top Related