LAPORAN
PENELITIAN DASAR KEILMUAN
PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI TWEEN 60 DAN SPAN 60 SEBAGAI
SURFAKTAN TERHADAP STABILITAS FISIK TRANSETHOSOME KURKUMIN
Tim Pengusul
Yudi Srifiana, M.Farm., Apt. NIDN 0304058405 (Ketua)
Anisa Amalia, M.Farm NIDN 0316018801 (Anggota)
Nomor Surat Kontrak Penelitian : 485/F.03.07/2017
Nilai Kontrak : Rp. 14.000.000
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
2018
i
LAPORAN
PENELITIAN DASAR KEILMUAN
PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI TWEEN 60 DAN SPAN 60
SEBAGAI SURFAKTAN TERHADAP STABILITAS FISIK
TRANSETHOSOME KURKUMIN
Tim Pengusul
Yudi Srifiana, M.Farm., Apt. NIDN 0304058405 (Ketua)
Anisa Amalia, M.Farm NIDN 0316018801 (Anggota)
Nomor Surat Kontrak Penelitian : 485/F.03.07/2017
Nilai Kontrak : Rp. 14.000.000
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
2018
ii
iii
Surat Kontrak Penelitian
iv
v
IDENTITAS USULAN PENELITIAN
1. Judul Penelitian : Pengaruh Penggunaan Kombinasi Tween 60 dan Span
60 sebagai Surfaktan terhadap Stabilitas Fisik
Transethosome Kurkumin
2. Tim Peneliti
No. Nama Jabatan Bidang
Keahlian
Instansi
Asal
Alokasi Waktu
(jam/minggu)
1. Yudi Srifiana Ketua Teknologi
Farmasi
UHAMKA 10 jam/minggu
2. Anisa Amalia Anggota Teknologi
Farmasi
UHAMKA 12 jam/minggu
3. Objek Penelitian
Pengembangan sistem transethosome untuk penghantaran kurkumin melalui
rute transdermal.
4. Masa Pelaksanaan
Mulai : bulan: Agustus tahun: 2017
Berakhir : bulan: Februari tahun: 2018
5. Usulan Biaya Lemlitbang UHAMKA: Rp. 14.000.000,00
6. Lokasi Penelitian
Laboratorium Kimia Terpadu, Laboratorium Teknologi Farmasi,
Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi
dan Sains UHAMKA
7. Instansi lain yang terlibat
Laboratorium TEM Fakultas Farmasi UGM
8. Temuan yang ditargetkan
Mendapatkan formula sistem transethosome yang memiliki stabilitas fisik
yang optimal.
9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu
vi
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperoleh sistem penghantaran
alternatif yaitu transethosome yang dapat menghantarkan kurkumin melalui
rute transdermal yang memiliki stabilitas fisik optimal.
10. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran
Pharmaceutical Sciences and Research UI ISSN-e: 2477-0612.
11. Rencana luaran HAKI, buku, purwarupa, tahun rencana perolehan atau
penyelesaian: 2018.
vii
DAFTAR ISI
Halaman sampul ............................................................................................. i
Halaman Pengesahan ...................................................................................... ii
Identitas dan Uraian Umum ........................................................................... iv
Daftar Isi ......................................................................................................... vi
Daftar Tabel .................................................................................................... vii
Daftar Gambar ................................................................................................ viii
Daftar Lampiran ............................................................................................. ix
Abstrak …....................................................................................................... x
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………… 4
BAB 3. METODE PENELITIAN ………………………………………….. 12
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..…………………………... 17
Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 28
Lampiran …………………………………………………………………… 29
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rancangan formula transethosome kurkumin ................................ 13
Tabel 4.1 Pengamatan transethosome kurkumin secara organoleptis ............ 18
Tabel 4.2 Nilai indeks polidispersi transethosome kurkumin ……………… 21
Tabel 4.3 Hasil nilai potensial zeta transethosome kurkumin ........................ 22
Tabel 4.4 Hasil efisiensi penjerapan transethosome kurkumin ...................... 24
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur kimia kurkumin ............................................................ 5
Gambar 2.2 Struktur transethosome ............................................................... 6
Gambar 2.3 Metode pembuatan transethosome ............................................. 7
Gambar 2.4 Struktur lesitin ………................................................................ 9
Gambar 2.5 Struktur tween 60 ....................................................................... 9
Gambar 2.6 Struktur span 60 …….................................................................. 10
Gambar 2.7 Struktur etanol ............................................................................ 10
Gambar 4.1 Transethosome kurkumin ........................................................... 18
Gambar 4.2 Spektrum serapan transethosome kurkumin .............................. 21
Gambar 4.3 Kurva kalibrasi kurkumin dalam etanol ..................................... 22
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh perhitungan efisiensi penjerapan kurkumin dalam
transethosome …………………………….................................
27
Lampiran 2 Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan indeks
polidispersi F1 transethosome kurkumin ………………………
28
Lampiran 3 Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan indeks
polidispersi F2 transethosome kurkumin ………………………
30
Lampiran 4 Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan indeks
polidispersi F3 transethosome kurkumin ………………………
32
Lampiran 5 Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan indeks
polidispersi F4 transethosome kurkumin ………………………
34
Lampiran 6 Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas ………… 36
Lampiran 7 Biodata ketua dan anggota peneliti ………………….………… 37
Lampiran 8 Surat pernyataan ketua peneliti ……………..……….………… 41
xi
RINGKASAN
Kurkumin merupakan senyawa polifenolik yang salah satunya terdapat pada
tanaman rhizome (Curcuma longa Linn). Kurkumin memiliki kelarutan yang
rendah di dalam air, dapat mengalami metabolisme lintas pertama jika diberikan
secara oral, memiliki kemampuan penetrasi yang rendah dan memiliki stabilitas
yang buruk. Dengan demikian maka perlu suatu sistem penghantaran yang dapat
meningkatkan bioavailabilitas dari kurkumin salah satunya adalah transethosome.
Transethosome merupakan kombinasi ethosome dengan transfersom.
Transethosome terdiri dari fosfolipid, surfaktan, dan etanol dengan konsentrasi
hingga 30%. Surfaktan merupakan komponen yang dapat membantu meningkatkan
stabilitas sistem transethosome. Surfaktan dapat meningkatkan kestabilan
transethosome dengan cara meningkatkan kapasitas pelarutan minyak dan air dalam
sistem transethosome. Dalam penelitian ini menggunakan kombinasi tween 60 dan
span 60 sebagai surfaktan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kombinasi tween 60 dan span 60 sebagai surfaktan terhadap stabilitas fisik
transethosome kurkumin. Penelitian ini dilakukan dengan memformulasikan
kurkumin dalam transethosome menggunakan kombinasi tween 60 dan span 60
menggunakan metode dingin. Transethosome yang terbentuk kemudian
dikarakterisasi meliputi organoleptis, viskositas, ukuran partikel dan distribusi
ukuran partikel, potensial zeta, efisiensi penjerapan dan pH. Pengamatan
karakteristik transethosome dilakukan selama 8 minggu untuk melihat stabilitas
fiisik dari transethosome. Hasil pada minggu ke 0 menunjukkan bahwa
transethosome yang terbentuk suspensi dengan warna orange, berbau khas
fosfatidilkolin, dengan viskositas tertinggi pada formula 3, memiliki ukuran partikel
1-1000 nm, polidispersitas 0-0,571, memiliki nilai potensial zeta negatif, memiliki
efisiensi penjerapan diatas 80% dan pH 8,5-10,0. Hasil uji stabilitas fisik
menunjukkan penggunaan kombinasi tween 60 dan span 60 dapat meningkatkan
stabilitas fisik transethosome kurkumin.
Kata Kunci: kurkumin, tween 60, span 60, transethosome, stabilitas fisik
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kurkumin merupakan senyawa polifenolik yang salah satunya terdapat pada
tanaman rhizome (Curcuma longa Linn). Senyawa ini memiliki aktivitas
farmakologi yang luas seperti antiinflamasi, anti mutagenik, antioksidan, dan anti
kanker. Kurkumin memiliki sifat kelarutan rendah dalam air dan memiliki stabilitas
yang kurang baik (Anand dkk., 2007). Oleh karena itu untuk meningkatkan
stabilitas pada kurkumin perlu dilakukan pemilihan alternatif sistem penghantaran
obat yang salah satunya adalah transethosome yang dapat diberikan melalui rute
transdermal.
Transethosome merupakan kombinasi ethosome dengan transfersom yang
terdiri dari fosfolipid, surfaktan, dan etanol dengan konsentrasi hingga 30%
(Abdulbaqi et al., 2016). Surfaktan merupakan komponen yang dapat membantu
meningkatkan stabilitas sistem transethosome. Nilai hydrophilic – lipophilic
balance (HLB) surfaktan berhubungan dengan panjang rantai alkil, sehingga nilai
HLB memiliki hubungan langsung dengan kelarutan dan stabilitas sistem
transethosome. Berdasarkan nilai HLB, soybean lecithin memiliki nilai HLB butuh
6, untuk mencapai kesetimbangan dari nilai HLB butuh soybean lecithin perlu
dilakukan kombinasi surfaktan yang memiliki nilai HLB nya diantara HLB butuh
soybean lecithin. Salah satunya yaitu Span 60 memiliki nilai HLB 4,7 dan tween
60 memiliki nilai HLB 14,9.
Pada penelitian sebelumnya penggunaan tunggal surfaktan tween 60 dan
span 60 pada sistem ethosome kurang stabil dalam penyimpanan (Shen et al., 2015).
Selain itu konsentrasi surfaktan yang tinggi dapat menimbulkan efek iritasi pada
kulit, sehingga perlu kombinasi surfaktan untuk mengurangi iritasi pada kulit. Oleh
karena itu pada penelitian digunakan surfaktan non-ionik yang tidak toksis, tidak
iritatif yaitu tween 60 dan span 60. Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian
ini akan dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan kombinasi tween 60
dan span 60 sebagai surfaktan terhadap stabilitas fisik transethosome kurkumin.
2
1.2 Perumusan Masalah
Kurkumin memiliki kelarutan yang rendah di dalam air dan memiliki
stabilitas yang kurang baik (Anand et al., 2010). Oleh karena itu untuk
meningkatkan stabilitas pada kurkumin perlu dilakukan pemilihan alternatif sistem
penghantaran obat, salah satunya transethosome.
Pada penelitan sebelumnya penggunaan surfaktan tunggal tween 60 dan
span 60 kurang stabil dalam sistem ethosome. Selain itu penggunaan surfaktan
dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi. Berdasarkan hal tersebut
maka permasalahan penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penggunaan
kombinasi tween 60 dan span 60 terhadap stabilitas transethosome kurkumin?.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kombinasi
Tween 60 dan Span 60 sebagai surfaktan terhadap stabilitas fisik transethosome
kurkumin.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengaruh penggunaan surfaktan non-ionik terhadap stabilitas transethosome, baik
dalam penggunaan tunggal maupun kombinasi dari Tween 60 dan Span 60 sehingga
dapat digunakan sebagai alternatif sistem penghantaran kurkumin melalui rute
transdermal.
1.5 Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Kurkumin memiliki aktivitas farmakologi yang luas namun memiliki kelarutan
yang rendah dan stabilitas yang kurang baik. Oleh karena itu perlu dikembangkan
sistem penghantaran alternatif yang dapat meningkatkan stabilitas kurkumin. Salah
satunya adalah transethosome yang diberikan melalui rute transdermal. Transethosome
merupakan kombinasi ethosome dengan transfersom yang terdiri atas fosfolipid,
surfaktan, dan etanol dengan konsentrasi hingga 30% (Abdulbaqi et al., 2016).
Dalam penelitian ini menggunakan soybean lecithin sebagai fosfolipid yang
memiliki nilai HLB butuh 6, dan kombinasi Span 60 memiliki nilai HLB 4,7 dan
3
Tween 60 memiliki nilai HLB 14,9. Penggunaan tunggal Span 60 dan Tween 60
dengan konsentrasi tinggi kurang stabil dalam sistem ethosome dan dapat
menyebabkan iritasi. Selain itu, untuk mencapai kesetimbangan dari nilai HLB
butuh soybean lecithin perlu dilakukan kombinasi surfaktan yang memiliki nilai
HLB diantara HLB butuh soybean lecithin. Oleh karena itu pada penelitian
digunakan surfaktan non-ionik yang tidak toksik, tidak iritatif yaitu tween 60 dan
span 60.
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 State of The Art
Kurkumin diketahui memiliki kelarutan yang rendah di dalam air dan
memiliki stabilitas yang buruk dalam masa penyimpan. Stabilitas kurkumin dapat
ditingkatkan dengan cara memformulasikannya kedalam suatu bentuk sediaan.
Bentuk sediaan yang sesuai untuk kurkumin adalah bentuk sediaan yang
dihantarkan secara transdermal karena kurkumin dapat mengalami metabolisme
lintas pertama jika diberikan secara oral. Salah satu sistem penghantaran
transdermal yang dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas kurkumin adalah
transethosome.
Transethosome adalah sistem penghantaran transdermal yang
mengkombinasikan sistem penghantaran ethosome dan transfersome. Komponen
transethosome terdiri atas fosfolipid, surfaktan dan etanol hingga 30%. Surfaktan
merupakan komponen yang dapat meningkatkan stabilitas transethosome. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Shen et al. (2015), penggunakan surfaktan tunggal
pada sistem ethosome menghasilkan sistem ethosome yang kurang stabil pada
waktu penyimpanan. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian kali ini akan
dilakukan pembuatan sistem transethome kurkumin dengan menggunakan
kombinasi 2 jenis surfaktan, Tween 60 dan Span 60, sehingga diharapkan akan
dapat meningkatkan stabilitas tranethosome kurkumin.
2.2 Teori Umum
2.2.1 Kurkumin
Kurkumin merupakan senyawa yang terkandung dalam rimpang kunyit
(Curcuma longa) dicirikan oleh senyawa fenol turunan diarilheptanoid atau
kurkuminoid dan senyawa sesquiterpen. Dalam Curcuma longa ditemukan tiga zat
warna fenol turunan kurkuminoid. Ketiga senyawa fenol tersebut, yang merupakan
senyawa fenol utama masing masing adalah bisferoloimetan atau kurkumin, 4-
hidroksi sinamoil feruloil metan atau demetoksikurkumin dan bis(4-
hisroksisinamoil)-metan atau bisdemetoksikurkumin. Kandungan utama dari
5
kurkuminoid adalah kurkumin yang berwarna kuning jingga. Kandungan kurkumin
di dalam kunyit berkisar 3 - 4% (Joe et al., 2010).
Secara tradisional kunyit sering digunakan sebagai penyedap rasa, pewarna
makanan, pewarna tekstil, dan kosmetik. Pada dunia pengobatan kurkumin banyak
digunakan sebagai penyembuhan penyakit. Kurkumin merupakan senyawa aktif
yang terdapat dalam kunyit dan diketahui memiliki beberapa efek farmakologis
yang telah dibuktikan secara ilmiah, seperti aktivitas antioksidan, antiinflamasi,
antikarsinogenik, antimikroba, hepatoprotektif, dan antiarthritik (Anand et al.,
2010).
Kurkumin dimanfaatkan secara luas karena penggunaanya yang aman dan
telah di uji coba pada model hewan dan terbukti aman pada dosis tinggi sekalipun.
Kurkumin mempunyai aroma yang khas dan tidak bersifat toksik bila dikonsumsi
oleh manusia. Jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi oleh manusia adalah 100
mg/hari sedangkan untuk tikus 5 g/hari.
Gambar 2.1 Struktur kimia kurkumin (Anand et al., 2007)
Kurkumin memiliki rumus kimia C21H20O6, dengan berat molekul 368,47
g/mol dan titik didih 183oC. Serapan UV-Vis kurkumin didapatkan pada panjang
gelombang maksimum (λ maks) 420-430 nm dalam metanol dan 420 nm dalam
aseton. Sifat kimia kurkumin yang menarik adalah sifat perubahan warna akibat
perubahan pH lingkungan. Kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga pada
suasana asam, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Kurkumin dalam
suasana basa atau pada lingkungan pH 8,5-10,0 dalam waktu yang relatif lama
dapat mengalami proses disosiasi, kurkumin mengalami degradasi membentuk
asam ferulat dan feruloilmetan.
Kurkumin memiliki bioavailabilitas yang buruk jika diberikan secara oral.
Bioavailabilitas kurkumin yang buruk disebabkan karena sifat kurkumin yang tidak
larut dalam air pada pH asam atau netral, serta mengalami metabolisme dan
eliminasi yang cepat, terdegradasi pada pH basa, dan absorbsi yang buruk. Selain
itu jika digunakan peroral, kurkumin dapat mengalami metabolism lintas pertama
6
di hati dan intestine, dimana kurkumin di ubah menjadi metabolit yang inaktif.hal
ini menyebabkan kurkumin cepat dieliminasi dari tubuh, sehingga tidak efektif.
Beberapa pendekatan untuk meningkatkan bioavailabilitas dan stabilitas kurkumin
dengan pembawa liposom, nanopartikel, dan mikroemulsi, dan kompleks
fosfolipid (Liu et al., 2016; Maiti et al., 2007).
2.2.2 Transethosome
Transethosome merupakan generasi baru dari sistem ethosome.sistem
ethosome ini berisi komponen komponen dasar ethosome klasik dan senyawa
tambahan berupa edge activator atau peningkat penetrasi. Vesikel baru ini di
kembangkan untuk menggabungkan kelebihan dari ethosome dan tranfersom.
Dengan kombinasi dari keduanya di hasilkan karakterisitik yang lebih baik dari
sistem ethosome dan transfersom. Transethosome dapat menjebak obat dengan
berat molekul 130,077 Da sampai 200 - 325 kDa (Abdulbaqi et al., 2016). .
Gambar 2.2 Struktut transethosome (Ascenso et al. 2015)
Transethosme terdiri dari tiga komponen utama yaitu fosfolipid (fosfolipid
termasuk phosphatidylethanolamine, phosphatidylinositol, fosfatidilkolin, dan
terhidrogenasi phosphatidylcholine) sebagai struktur lipid primer; surfaktan
sebagai menstabilkan bilayer lipid dan meningkatkan fleksibilitas. Surfaktan dibagi
menjadi dua kelompok yaitu surfaktan anionik seperti natrium kolat, natrium
deoksikolat, deoxycholic asam dan surfaktan nonionik seperti Tween 80, Tween
7
20, Span 60, Span 80 dan Span85); dan etanol dengan konsentrasi tinggi sebagai
penetration enhancer.
Salah satu metode pembuatan transethosome dengan metode dingin. Dalam
metode ini terdapat dua fase yaitu fase organik dan fase air secara terpisah. Fase
organik diperoleh dengan melarutkan fosfolipid dan surfaktan atau penetrasi
enhancer dalam etanol pada suhu kamar 30°C. fase air digunakan seperti air,
larutan buffer,atau normal saline solution. Fasa air ditambahkan ke fase organik
tetes demi tetes atau menggunakan pompa jarum suntik secara konstan 175 atau
200 uL / min. Campuran diaduk pada kecepatan 700-2000 rpm, menggunakan
overhead atau magnetic stirrer. pencampuran dilakukan selama 5-30 menit untuk
mendapatkan suspensi ethosomal yang diperlukan. obat yang akan dimasukkan
dalam sistem ethosomal akan dilarutkan dalam baik berair atau fase organik,
tergantung pada sifat fisikokimia.
Gambar 2.3 Metode pembuatan transethosome (Abdulbaqi et al., 2016)
2.2.3 Surfaktan
Surfaktan adalah senyawa berbobot molekul rendah sampai sedang, yang
mengandung satu bagian hidrofobik yang umumnya cepat larut dalam minyak,
tetapi tidak larut dalam air atau hanya sedikit yang larut dan air, dan satu bagian
hidrofilik (atau polar) yang sedikit larut atau sama sekali tidak larut dalam minyak.
(Goeswin, 2008). Surfaktan diklasifikasikan menurut gugus polar. Klasifikasi
surfaktan adalah sebagai berikut:
a) Surfaktan anionik
8
Surfaktan anionik yaitu surfaktan dengan gugus kepala bermuatan negative.
Surfaktan anionic merupakan kelompok surfaktan terbesar yang tersedia dan
luas digunakan dalam farmasi.
b) Surfaktan kationik
Surfaktan mengandung gugus kepala dengan muatan positif dan mengandung
amin. Karena sifat muatannya seperti aktivitas permukaan atau pembentukan
struktur, pada umumnya surfaktan kationik sangat bergantung pada konsentrasi
garam dan pada valensi anionin yang ada dalam system.
c) Surfaktan nonionik
Surfaktan dengan gugus kepala polar tidak bermuatan, merupakan surfaktan
yang paling luas digunakan dalam aplikasi sistem dan penghantaran obat
dengan kekecualian pada fosfolipid.
d) Surfaktan zwitter ionic
Surfaktan dengan gugus kepala mengandung, baik muatan positif maupun
negative. Surfaktan zwitter ionic kurang banyak digunakan dibandingkan
dengan surfaktan anionic, kationik, dan nonionik.
2.2.4 Komponen Pembentukan Transethosome
a) Fosfolipid
Fosfolipid merupakan kompleksitas gliserida dengan modifikasi hidroksil
termasuk dengan gugus kepala polar membentuk fosfolipid. Fosfolipid diturunkan
namanya dari gugus fosfat terikat pada salah satu hidroksil terminal akhir dari
gliserol. Gugus fosfat yang bermuatan juga selaku jembatan antara kerangka
gliserol dan gugus kepala selanjutnya. Karena sifat amfifatiknya, fosfolipid
digunakan sebagai agen pengemulsi dan pendispersi. Selain itu fosfolipid
digunakan pada sediaan topikal liposome (Goeswin, 2012).
Lesitin umunya banyak digunakan dalam kosmetik dan produk makanan.
Lesitin juga digunakan dalam produk farmasi. Meskipun konsentrasi tertinggi
fosfolipid terdapat pada produk turunan hewan seperti daging, ikan, telur dan susu.
Sumber komersial utama terdapat pada kedelai yang mengandung 0,3-0,6%
fosfolipid. Lesitin kedelai merupakan hasil samping dari pengolahan minyak
kedelai. Proses purifikasi dalam memproduksi lesitin dapat menghilangkan minyak
9
dan akan mempengaruhi komposisi fosfolipid pada lesitin. Fosfolipid yang utama
dalam lesitin kedelai adalah fosfatidilkolin, fosfatidiletanol amin, dan
fosfatidilinositol.
Lesitin kedelai mengandung 21% fosfatidilkolin, 22% phosphatidyl
ethanolamine, dan phosphatidylinositol 19%,bersama dengan komponen lainnya.
lesitin kedelai mengandung 21% fosfatidilkolin, 22% phosphatidylethanolamine,
dan phosphatidylinositol 19%, bersama dengan komponen lainnya. Lesitin
berbentuk setengah dan bubuk, tergantung pada kandungan asam lemak bebas.
Berwarna dari coklat untuk menyalakan kuning, tergantung pada derajat kemurnian
lesitin, praktis tidak berbau, memiliki rasa hambar atau seperti minyak
kedelai.(Rowe et al., 2009)
Gambar 2.4 Struktur lesitin (Rowe et al.,2009)
2) Tween 60 (polyoxyethylene sorbitan monostearat)
Tween 60 (polyoxyethylene sorbitan monostearate) adalah salah satu
golongan surfaktan nonionic yang digunakan sebagai agen pengemulsi dalam
preparasi emulsi minyak dalam air yang stabil. Tween 60 memiliki karakteristik
bau yang khas, memberikan rasa hangat, dan sedikit pahit. Tween berupa cairan
berwarna kuning kecoklatan dengan nilai HLB 14,9. Tween memiliki rumus
molekul C64H126O26 16,7 (Rowe et al., 2009).
Gambar 2.5 Struktur tween 60 (polyoxyethylene sorbitan monostearat)
(Rowe et al.,2009)
10
3) Span 60 (sorbitan monolaurat)
Sorbitan monolaurat merupakan salah satu golongan surfaktan non-ionik
yang digunakan sebagai agen pengemulsi dalam preparasi emulsi minyak dalam
air. Span berupa cairan berwarna kuning dengan nilai HLB 4,7. Span 60 memiliki
rumus molekul C24H46O6. Span 60 secara umum larut atau terdispersi dalam
minyak, dapat larut juga dalam pelarut organik, tidak larut dalam air. (Rowe et al.,
2009)
Gambar 2.6 Struktur span 60 (Rowe et al.,2009)
4) Etanol
Pelarut etanol dan larutan etanol – air dengan berbagai konsentrasi yang
banyak digunakan dalam sediaan farmasi dan kosmetik. Meskipun etanol sering
digunakan sebagai pelarut, etanol juga digunakan sebagai disinfektan, dan bahan
pengawet. Secara topical larutan etanol digunakan dalam pengembangan
pengiriman obat transdermal sistem sebagai peningkat penetrasi. Etanol juga telah
digunakan dalam pengembangan persiapan transdermal sebagai co-surfaktan.
Gambar 2.7 Struktur etanol (Rowe et al.,2009)
11
2.3 ROAD MAP PENELITIAN
September-
Oktober 2017
PENELITIAN
November-
Desember
2017
Januari-
Februari
2018
Studi literatur dan
pembuatan proposal
Pengumpulan bahan
baku
Orientasi metode
dan pembuatan
transethosome
kurkumin
Evaluasi morfologi
transethosome
Evaluasi distribusi
ukuran partikel
Evaluasi zeta
potensial
Evaluasi viskositas
Evaluasi efisiensi
penjerapan
Pengukuran pH
Penelaahan data
hasil evaluasi
Penulisan laporan
penelitian
Penulisan jurnal
penelitian
W A K T U
12
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Pengajuan
proposal
Penulisan
proposal Pengumpulan bahan baku
Pemeriksaan karakterisasi bahan
baku
6 bulan
Orientasi metode dan pembuatan
transethosome kurkumin
Evaluasi morfologi transethosome
kurkumin dengan TEM
Pengukuran distribusi ukuran
partikel dengan PSA
Pengukuran zeta potensial dengan
flow cell PSA
Pengukuran viskositas transethosome
kurkumin
Penentuan panjang gelombang
maksimal kurkumin dengan
spektrofotometer UV-VIS
Penentuan kurva kalibrasi kurkumin
dengan spektrofotometer UV-VIS
Penentuan effisiensi penjerapan kurkumin
dalam sistem transethosome
Pengukuran pH transethosome
kurkumin
Analisis data, penulisan dan
pelaporan hasil penelitian
13
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer uv-vis,
timbangan analitik, pengaduk magnetic, labu bulat, homogenizer,
ultrasonifikasiviskometer Brookfield digital, thermometer, waterbath, hotplate,
ultrasentrifugasi dan alat-alat gelas.
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurkumin, lesitin kedelai,
Tween 60, Span 60, etanol, aquades, dan metanol. Komponen bahan dalam formula
transethosome kurkumin diperoleh dari PBF dan industri farmasi seperti Bratako,
Harum Kimia, PT. MSU dan PT. KAO Indonesia Chemicals.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1 Formulasi dan pembuatan transethosome kurkumin
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang diawali dengan
tahap pembuatan transethosome kurkumin dengan variasi konsentrasi surfaktan
(tween 60 dan span 60), dan dilanjutkan pengamatan stabilitas fisik sistem
transethosome selama 8 minggu masa penyimpanan. Rancangan formula
transethosome kurkumin dapat dilihat pada Tabel 3.1 .
Tabel 3.1. Rancangan formula transethosome kurkumin
No. Bahan Formula (%)
F1 F2 F3 F4
1. Kurkumin 1 1 1 1
2. Lechitin 10 10 10 10
3. Tween 60 - 2,5 3,33 1,67
4. Span 60 5 2,5 1,67 3,33
5. Etanol 30 30 30 30
6. Aquades sampai 100 100 100 100
Pemeriksaan karakteristik dilakukan terhadap bahan tersebut. Selanjutnya
dilakukan pembuatan transethosome kurkumin. Transethosome kurkumin dibuat
dengan menggunakan metode dingin. Lesitin didispersikan dengan etanol pada
14
suhu 30℃. Surfaktan dan kurkumin dimasukan kedalam fase lipid dan di
homogenkan dengan pengaduk magnetik pada kecepatan 700 rpm selama 5 menit
sampai membentuk sistem koloid. Kemudian tambahkan air kedalam sistem
koloidal sedikit demi sedikit dalam aliran yang konstan, diaduk selama 60 menit
hingga terbentuk suspensi vesikel transethosome kurkumin (Abdulbaqi et al.,
2016). Evaluasi mikroemulsi dilakukan di Laboratorium Terpadu, Laboratorium
Teknologi Farmasi, dan Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi dan Sains
UHAMKA, serta Laboratorium TEM Fakultas Farmasi UGM untuk melakukan
evaluasi morfologi sistem transethosome. Sediaan yang telah terbentuk disimpan
selama 8 minggu pada suhu kamar dan selama penyimpanan dilakukan evaluasi
pada minggu ke-0, 2, 4, 6 dan 8 minggu.
3.3.2 Evaluasi sistem transethosome kurkumin
Evaluasi sediaan meliputi pemeriksaan:
a. Evaluasi morfologi
Evaluasi bentuk morfologi atau bentuk fisik transethosome kurkumin
dilakukan dengan menggunakan TEM (Transmission Electron Microscopy). Tahap
pengerjaan TEM adalah dengan meneteskan sampel pada coated cumprum grid
sebanyak satu tetes sampai terbentuk lapisan tipis kemudian ditambahkan satu tetes
phosphotungstic 1%. Selanjutnya sampel dikeringkan dan diamati bentuk
vesikelnya (Ratnasari & Effionora, 2016).
b. Distribusi ukuran partikel dan potensial zeta
Distribusi ukuran partikel menggunakan PSA (Particle Size Analyzer).
Sebanyak 1 mL transethosome dilarutkan kedalam 50 mL aquadest, kemudian
sampel dimasukan kedalam kuvet flowcell. Kuvet tersebut dimasukan ke dalam
PSA. Alat diatur sesuai prosedur penelitian, setelah itu akan terukur partikel gobul-
gobul transethosome. Data yang diperoleh kemudian disimpan (Ratnasari &
Effionora, 2016).
c. Viskositas
Viskositas sangat penting dalam kemampuan menyebar formulasi pada
kulit, Viskositas formula transethosome ditentukan dengan menggunakan
Viscometer Brookfield Digital. Sebanyak 250 ml transrthosome dimasukkan
kedalam beacker glass, spindel dipasang dan diatur ketinggiannya agar spindel
15
masuk kedalam transethosome. Stop kontak dinyalakan dan kecepatan rpm diatur
kecepatannya pada 10 rpm. Nilai viskositas yang tertera pada alat dibaca dan dicatat
dalam satuan Centipoise (Cps).
e. Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan menggunakan alat pH meter. Pengukuran pH
diawali dengan pencucian elektroda dengan cara dibilas menggunakan air suling
kemudian dikeringkan. Alat dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan dapar
standar pH 4 dan pH 7. Elektroda dimasukkan ke dalam transethosome, kemudian
dicatat pHnya.
f. Efisiensi penjerapan Transetosome
1) Penentuan panjang gelombang maksimum kurkumin dan kurva kalibrasi
dengan spektrofotometer UV-VIS
Standar kurkumin ditimbang sebanyak 50,0 mg dengan seksama, kemudian
dimasukkan ke dalam labu tentukur 50,0 ml. Pelarut etanol digunakan untuk
melarutkan kurkumin standard. Etanol ditambahkan hingga garis batas labu
tentukur, kocok hingga homogen (dihasilkan kurkumin standard 1000 ppm). 1,0 ml
larutan kurkumin standard 1000 ppm dipipet dengan menggunakan pipet volume,
kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100,0 ml. Etanol ditambahkan
hingga garis batas labu tentukur, sehingga dihasilkan larutan kurkumin standard
dengan konsentrasi 10 ppm. Spektrofotometer diatur pada panjang gelombang 400
nm sampai dengan 700 nm. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam kuvet untuk
dibaca spektrumnya dengan alat spektrofotometer, sehingga diperoleh panjang
gelombang maksimum kurkumin. Setelah itu larutan standard 10 ppm dipipet 1,0
ml, 2,0 ml, 3,0 ml, 4,0 ml, 5,0 ml, dan 6,0 ml dan dituangkan masing-masing
kedalam labu tentukur 10,0 ml, lalu dicukupkan volumenya dengan Etanol, kocok
homogen. Kemudian setiap ppm kurkumin standard diukur serpannya dengan alat
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Serapan yang
diperoleh dan konsentrasi kurkumin tiap serapan diplotkan untuk menghasilkan
kurva kalibrasi, kemudian ditarik ditentukan persamaan regresi linearnya (y= a +
bx).
16
2) Efisiensi penjerapan Transethosome
Efisiensi penjerapan dilakukan dengan metode ultrasentrifugasi untuk
memisahkan zat aktif yang terjerap dan tidak terjerap dalam transethosome pada
kecepatan 4000 rpm selama 2 jam. Diambil sedimen dan supernatannya untuk
mengukur kadar kurkumin yang terjerap dan tidak terjerap dalam vesikel
transethosome. Sejumlah 1 ml dicukupkan volumenya dengan etanol hingga 10 ml,
larutan yang di peroleh diukur absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-VIS.
%EE = ((𝑄𝑡 − 𝑄𝑠)
𝑄𝑡) . 100
EE adalah efisiensi penjerapan, Qt adalah jumlah teoritis kurkumin yang
ditambahkan, dan Qs adalah jumlah kurkumin yang terdeteksi di supernatan (Shaji
& Shavari, 2014).
g. Analisa data
Data dari hasil evaluasi tranethosome yang diperoleh kemudian dianalisa
secara statistik dengan AN0VA dua arah dengan program SPSS. untuk
mendapatkan satu konsentrasi surfaktan yang optimal dalam menghasilkan
transethosome yang stabil.
3.3.3. Fishbond Penelitian
Transethosome
kurkumin
Tween 60
Span
60
Orientasi formula dan
pembuatan transethosome
kurkumin
Formulasi
Transethosome
kurkumin
Karakterisasi ukuran
partikel, potensial
zeta, efisiensi
penjerapan dan pH
Karakterisasi
organoleptik
dan viskositas
17
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Orientasi metode
Penelitian ini diawali dengan orientasi metode pembuatan transethosomeI.
Orientasi metode dilakukan untuk mendapatkan metode yang paling tepat untuk
menghasilkan transethosome yang memiliki ukuran partikel dibawah 200 nm.
Orientasi pembuatan transethome dilakukan dengan menggunakan metode
emulsifikasi dengan menggunakan magnetic stirrer pada 700 rpm selama 10 dan
60 menit. Hasil orientasi menunjukkan pengadukan selama 10 menit menghasilkan
transethosome yang tidak homogen dan terjadi pemisahan fase setelah
penyimpanan selama 24 jam. Metode yang dapat membentuk transethosome yang
homogen, memiliki ukuran partikel 200 nm (192,3 nm) dengan nilai potensial zeta
-72,79 mV dan tidak mengalami pemisahan fase selama penyimpanan adalah pada
saat pengadukan dilakukan selama 60 menit sehingga metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah pengadukan menggunakan magnetic stirrer selama 60 menit.
Orientasi metode
kemudian dilanjutkan dengan menggunakan pengadukan menggunakan
homogenizer dengan kecepatan tinggi karena diharapkan mendapatkan
transethosome yang memiliki ukuran lebih kecil. Hasil yang diperoleh
menunjukkan transethosome yang dihasilkan memiliki ukuran partikel 232, 2 nm
dengan nilai potensial zeta -57,24. Hasil dari metode tidak sesuai dengan yang
diharapakan sehingga pada penelitian pembuatan transethosome kurkumin
dilakukan dengan metode emulsifikasi menggunakan pengadukan pada 700 rpm
selama 60 menit.
Pada penelitian ini system transethosome dibuat dalam 5 formula dimana
konsentrasi tween 60 dan span 60 divariasikan berdasarkan nilai HLB butuh lesitin.
Pada formula yang menggunakan tween 60 sebagai susrfaktan tunggal sebanyak 5
% dihasilkan transethosome yang tidak homogen meskipun sudah dilakukan
pengadukan selama 60 menit. Berdasarkan hasil tersebut pada penelitian ini hanya
digunakan 4 formula dengan perbandingaan konsentrasi tween 80 dan span 80
sebesar 0:5; 0,25:0,25; 3,33:1,67 dan 1,67:3,33.
18
B. Evaluasi sifat fisik transethosome
1. Organoleptis
Transethosome yang dihasilkan berbentuk suspensi berwarna orange
dengan bau khas fosfatidilkoline, seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.
Pengamatan stabilitas transethosome dilakukan selama 8 minggu masa
penyimpanan pada suhu kamar. Hasil pengamatan organoleptis selama masa
penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Gambar 4.1 Transethosome kurkumin
Berdasarkan hasil pengamatan secara organoleptik selama 8 minggu, pada
F1, F2 dan F3 tidak mengalami perubahan warna dan bentuk. Hasil berbeda
diperoleh pada F4 yang mengalami perubahan bentuk dan warna pada minggu ke-
6. Pada minggu ke-6 terjadi pembentukan dua lapisan yang menunjukkan
ketidakstabilan pada transethosome.
Tabel 4.1 Pengamatan transethosome kurkumin secara organoleptis
Formula/Minggu
ke-
F1 F2 F3 F4
Bentuk Warna Bentuk Warna Bentuk Warna Bentuk Warna
0 x x x x x x x x
2 x x x x x x x x
4 x x x x x x x x
6 x x x x x x x o
8 x x x x x x x o
Keterangan : x = tidak mengalami perubahan, o = terjadi perubahan
19
2. Viskositas
Penentuan nilai viskositas dilakukan menggunakan alat viscometer
Brookfiled tipe LV. Hsil yang diperoleh menunjukkan nilai viskositas yang berbeda
pada setiap formula. Pada F1 dan F3 memiliki nilai viskositas yang lebih tinggi
dibandingkan nilai viskositas pada F2 dan F4. Formula dengan kombinasi span dan
tween dengan perbandingan 3:1 menunjukkan nilai viskositas yang tinggi,
sedangkan kombinasi span dan tween 1:3 nilai viskositasnya paling kecil dapat
terlihat dari bentuk suspensi transethosome yang sangat cair dan ukuran partikel
yang sangat kecil. Berdasarkan pengamatan selama 8 minggu seperti yang tertera
pada Gambar 4.2, viskositas pada F1, F2 dan F3 lebih stabil karena terjadi kenaikan
nilai viskositas setiap minggunya dibandingkan F4 yang kadang berubah-ubah nilai
viskositasnya setiap minggunya.
Gambar 4.2 Grafik nilai viskositas transethosome kurkumin
Pada analisa statistik menggunakan stastistik nonparametric Kruskal-Wallis
menunjukan p < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan nilai
viskositas antara masing masing formula. Adanya perbedaan nilai viskositas karena
adanya perbedaan jumlah perbandingan surfaktan yang digunakan pada masing –
masing formula. Sedangkan nilai viskositas terhadap waktu p > 0,05 yang artinya
nilai viskositas tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara waktu. Adanya
perbedaan nilai viskositas terhadap masing masing formula dikarenakan
perbandingan antara surfaktan yang menghasilkan nilai HLB yang berbeda.
Semakin tinggi nilai HLB, surfaktan semakin bersifat hidrofilik (Mollet dan
2450 2453
3433 3490 3643
14731987 2067 2110 2110
7777 7823 7863 8063 8243
64 67 67 66 670
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
0 2 4 6 8
MINGGU KE-
Vis
kosi
tas
(Cp
s)
F1
F2
F3
F4
20
Gruberman, 2011) sehingga sistem transethosome pada formula dengan nilai HLB
yang tinggi viskositasnya akan lebih cair. Pada F4 dengan perbandingan tween 60
dan span 60 (3:1) memiliki nilai HLB yang tinggi di bandingkan dengan F1, F2 dan
F3 sehingga menghasilkan nilai viskositas yang lebih cair dibandingkan dengan
formula lainnya.
3. Ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel transethosome kurkumin
Ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel merupakan salah satu sifat
fisik terpenting dari sistem transethosome. Ukuran partikel transethosome harus
berada dalam rentang nanometer, yaitu 1 – 1000 nm (Das & Chaudhury 2011).
Rata-rata ukuran partikel kurkumin dari masing-masing formula masih masuk
kedalam rentang ukuran nanometer, seperti yang terlihat pada Tabel 4.2. yaitu
antara 1 – 1000 nm. Berdasarkan hasil yang diperoleh, formula yang memiliki nilai
ukuran partikel transethosome yang paling stabil adalah F3. Ukuran partikel dari
masing-masing formula ini tergolong dalam ukuran transethosome, mengingat
ukuran partikel transethosome berada dalam antara nanometer sampai mikrometer.
Gambar 4.3 Grafik hasil penentuan ukuran partikel transethosome kurkumin
Pada analisa statistik menggunakan analisa stastistik nonparametric
Kruskal-Wallis menunjukan p < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang
signifikan ukuran partikel antara masing masing formula. Adanya perbedaan nilai
350.4
415.8
470 477.9 462.7
263.4 253.6292.1 305 298.6
396415.1
433.9 448.7479.5
167.9 181.7 171.2 180.8 178.7
0
100
200
300
400
500
600
0 2 4 6 8
MINGGU KE-
Uk
ura
n p
art
ikel
(n
m)
F1
F2
F3
F4
21
viskositas karena adanya perbedaan jumlah perbandingan surfaktan yang
digunakan pada masing – masing formula. Sedangkan nilai ukuran partikel terhadap
waktu p > 0,05 yang artinya ukuran partikel tidak memiliki perbedaan atau
perubahan yang signifikan terhadap penyimpanan.
Distribusi ukuran partikel dinyatakan dalam bentuk indeks polidispersi.
Semakin kecil nilai indeks polidispersi, sistem dispersi yang dihasilkan semakin
homogen ukuran partikel sistem. Kisaran nilai indeks polidispersi adalah dari 0 - 1,
jika nilai indeks < 0,7 maka sistem dikatakan bersifat monodispersi, tetapi jika nilai
indeks > 0,7 maka sistem bersifat polidispersi. Nilai indeks polidispersi
transethosome kurkumin dapat diihat pada Tabel 4.2. Indeks polidispersitas dari
masing-masing formula transethosome mengindikasikan partikel yang terbentuk
terdispersi seragam sehingga memiliki kecendrungan stabil secara fisik, tidak
terjadi agregasi pada partikel yang menyebabkan perbesaran ukuran parikel.
Tabel 4.2 Nilai indeks polidispersi transethosome kurkumin
Minggu ke- Indeks Polidispersi
F1 F2 F3 F4
0 0,000 0,571 0,000 0,571
2 0,000 0,571 0,000 0,571
4 0,000 0,571 0,000 0,571
6 0,000 0,571 0,000 0,571
8 0,000 0,571 0,000 0,571
Hasil pengukuran nilai indeks polidispersi transethosome kurkumin, seperti
yang tertera pada Tabel 4.2, menunjukan keempat formula transethosome kurkumin
dapat dikatakan bersifat monodispers karena nilai indeks polidispersitas < 0,7
(Nadhin, Indumathy Sreeram & Nair 2008). Sistem dispersi semakin seragam
ukuran partikelnya jika nilai indeks polidispersi dari sistem tersebut semakin
mendekati 0,000. Semakin seragam ukuran partikel maka akan dapat meningkatkan
stabilitas fisik dan kemungkinan terjadinya agregasi pada partikel yang
menyebabkan perbesaran ukuran parikel semakin kecil.
22
4. Potensial zeta
Potensial zeta merupakan parameter muatan listrik antara partikel koloid
yang mencerminkan potensi elektrik dari partikel dan dipengaruhi oleh komposisi
dari partikel dan media dimana partikel terdispersi. Nanopartikel dengan nilai zeta
potensial diatas (+/-) 30 mV telah terbukti stabil karena muatan permukaan
mencegah agregasi partikel (Mohanraj et al, 2006). Nilai potensial yang didapat
dari masing-masing formula lebih besar dari (+/-) 30 mV, seperti yang tertera pada
Tabel 4.3. Hasil pengujian nilai zeta potensial menunjukan zeta potensial yang
didapat dari setiap formula lebih stabil karena nilai yang didapat diatas nilai -30
mV, sehingga kemungkinan terjadinya agregasi partikel lebih kecil karena jarak
antar partikel berjauhan.
Tabel 4.3 Hasil nilai potensial zeta transethosome kurkumin
Formula Nilai potensial zeta (mV) minggu ke-
0 2 4 6 8
F1 -52.54 -48.02 -59.53 -53.15 -42.91
F2 -49.54 -32.6 -48.42 -40.95 -55.93
F3 -50.1 -40.95 -51.28 -62.35 -62.18
F4 -59.05 -55.93 -55.5 -60.92 -63.94
Nilai potensial zeta dari transethosome kurkumin menunjukan nilai negatif.
Nilai negatif pada potensial zeta transethosome kurkumin dikarenakan struktur
terluar dari transethosome terdiri dari etanol dan surfaktan yang memiliki gugus
hidroksil. Pada analisa statistik menggunakan analisa stastistik nonparametrik
Kruskal-Wallis menunjukan milai p < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang
signifikan nilai viskositas antara masing masing formula. Adanya perbedaan nilai
zeta potensial karena adanya perbedaan jumlah perbandingan surfaktan yang
digunakan pada masing – masing formula.
23
5. Efisiensi Penjerapan Kurkumin
a. Panjang gelombang maksimum kurkumin
Pembuatan spektrum serapan kurkumin bertujuan untuk memperoleh
panjang gelombang maksimum senyawa kurkumin dalam pelarut etanol. Panjang
gelombang dimana kurkumin menghasilkan absorbansi terbesar pada panjang
gelombang 425,5 nm dengan nilai absorbansi 0,8068.
Gambar 4.4 Spektrum Serapan Kurkumin dalam Etanol
b. Pembuatan Kurva Kalibrasi Kurkumin dalam Etanol
Kurva kalibrasi merupakan kurva yang dibuat dari sederetan larutan standar
yang masih dalam batas linearitas sehingga dapat diregresilinearkan. Kurva
kalibrasi dibuat dengan menggunakan etanol sebagai pelarut pada panjang
gelombang maksimum kurkumin, yaitu 425,5 nm. Kurva kalibrasi ini menunjukan
hubungan antara konsentrasi larutan (sumbu x) dengan absorbansi larutan (sumbu
y). Dari kurva kalibrasi akan dihasilkan suatu persamaan yang diregresilinearkan,
yaitu persamaan y = bx ± a.
Persamaan kurva kalibrasi kurkumin standar dalam pelarut etanol adalah y
= 0,1943x + 0,0753 dengan nilai r= 0,9995. Kurva kalibrasi digunakan untuk
menunjukan besarnya konsentrasi larutan sampel dari hasil pengukuran sehingga
konsentrasi sampel larutan bisa diperoleh dengan mudah melalui kurva kalibrasi.
24
Gambar 4.5 Kurva Kalibrasi Kurkumin dalam Etanol
c. Efisiensi penjerapan kurkumin dalam sistem transethosome
Penentuan efisiensi penjerapan dilakukan untuk menentukan jumlah
kurkumin yang terjerap dalam sistem transethosome. Pada penentuan efisiensi
penjerapan kurkumin, pertama-tama dilakukan pemisahan antara kurkumin yang
terjerap dan tidak terjerap dengan cara sentrifugasi pada 4000 rpm selama 120 menit
sehingga terjadi pemisahan fase. Kurkumin yang tidak terjerap akan mengendap
dan berada pada lapisan bawah. Setelah penyaringan, endapan kurkumin kemudian
dilarutkan menggunakan etanol kemudian diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 435 nm sehingga diperoleh
persen kadar kurkumin bebas. Pada lapisan atas dimana terdapat kurkumin yang
terjerap, diambil sampel sebanyak 10 ml yang kemudian dilarutkan kedalam etanol
dan diukur absorbansinya sehingga diperoleh nilai persen kadar kurkumin yang
terjerap.
25
Tabel 4.4 Hasil efisiensi penjerapan kurkumin dalam transethosome
Formula F1 F2 F3 F4
Jumlah senyawa
kurkumin yang terjerap
(mg)
65,31 88,21 84,32 68,96
Jumlah senyawa
kurkumin total (mg) 77,97 94,09 92,36 78,96
Persen efisiensi
penjerapan (%) 83,76 93,75 91,20 87,34
Pada Tabel 4.4 dapat terlihat hasil perhitungan nilai efisiensi penjerapan dari
masing-masing formula, dimana nilai efisiensi penjerapan kurkumin masih diatas
80% sehingga dapat disimpulkan transethosome dapat menjerap kurkumin dengan
cukup baik. Namun, dari hasil perhitungan efisiensi penjerapan (Lampiran 2)
terlihat terjadi pengurangan jumlah kurkumin total. Secara teoritis, jumlah
kurkumin yang ditimbang adalah 100 mg, tetapi hasil kurkumin total dari efisiensi
penjerapan tidak mencapai 100 mg. Hal ini mungkin disebabkan karena terjadi
kerusakan kurkumin karena pemanasan dan cahaya selama proses pembuatan.
Berdasarkan perhitungan yang didapat hasil kurkumin yang terjerap pada
F1, F2, F3 dan F4 adalah sebesar 83,76%; 93,75%; 91,20% dan 87,34%. Efisiensi
penjerapan dalam transethosome yang tidak cukup besar ini kemungkinan di
pengaruh adanya kurkumin yang rusak karena pemanasan dan cahaya, sehingga
kurkumin tidak dapat terjerap sempurna. Persentase efisiensi penjerapan pada
formula dengan kombinasi span dan tween dengan konsentrasi 1:1 lebih banyak
kurkumin yang terjerap dengan persentasi efisiensi penjerapan 93,75, tetapi ukuran
partikelnya lebih besar dibandingkan dengan F5. Tingginya konsentrasi etanol
dapat ,meninggkatkan efisiensi penjerapan selain itu konsentrasi fosfolipid dan
surfaktan dapat meningkatkan efisiensi penjerapan transethosme (Shaji & Sharvari,
2014).
26
6. Pengukuran pH
Hasil yang diperoleh dari penentuan nilai pH menunjukan nilai pH yang
didapat memenuhi persyaratan nilai pH pada penggunaan topikal dengan rentang
antara 4.5 – 6,5 (Agoes,2012). Nilai pH pada transethosme dapat mrempengaruhi
kurkumin karena kurkumin pada suasana basa pH 8,5 - 10,0 dalam waktu yang
rerlatif lama dapat mengalami proses diasosiasi, kurkumin mengalami degradasi
asam ferulat dan feruloimetan. Hasil pengukuran nilai pH dapat dilihat pada
Gambar 4.4
Gambar 4.6 Grafik hasil penentuan nilai pH transethosome kurkumin
Pada analisa statistik menggunakan stastistik nonparametrik Kruskal-Wallis
menunjukan p < 0,05 yang artinyaterdapat perbedaan yang signifikan nilai pH
antara masing masing formula. Adanya perbedaan nilai viskositas karena adanya
perbedaan jumlah perbandingan surfaktan yang digunakan pada masing – masing
formula. Sedangkan nilai pH terhadap waktu p > 0,05 yang artinya nilai pH tidak
memiliki perbedaan yang signifikan terhadap waktu penyimpanan. Adanya
perbedaan nilai pH terhadap formula dapat dikarenakan perbandingan surfaktan
yang digunakan. Sedangkan selama penyimpanan ada peningkatan nilai pH namun
tidak terlalu signifikan.
5.95
6.056.1 6.12
6.15
5.96
6.04 6.05 6.066.1
6.31
6.41 6.426.48
6.53
6.14 6.14 6.14 6.146.2
5.6
5.7
5.8
5.9
6
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
0 2 4 6 8
MINGGU KE-
pH
F1
F2
F3
F4
27
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbandingan
surfaktan antara span 60 dan tween 60 dapat meningkatkan stabilitas transethosome
kurkumin, dimana formula yang paling stabil adalah formula yang menggunakan
perbandingan surfaktan 3:1 (F3).
Saran
Perlu dilakukan penelitian mengenai uji difusi dan uji aktivitas transethosome
kurkumin.
28
BAB 6. LUARAN YANG DICAPAI
1 Nama
Jurnal
Pharmaceutical Sciences and Research (PSR)
2 Website
Jurnal
http://psr.ui.ac.id/index.php/journal
3 Status
Makalah
Submitted
4 Jenis Jurnal Nasional Terakreditasi
5 Tanggal
Submit
14 Agustus 2018
6 Bukti
Screenshoot
submit
29
DAFTAR PUSTAKA
Abdulbaqi MI, Darwis Y, Khan NA, Assi RA and Arshad A Khan. 2016. Ethosomal
Nanocarriers : The Impact of Constituents and Formulation Techniques on
Ethosomal Properties, In Vivo Studies, and Clinical Trials. Internasional
Journal of Medicine, 11, 2279 - 2304.
Anand P, Nair HB, Sung B, Kunnumakkara AB, Yadav VR, Tekmal RR and
Aggarwal BB. 2010. Design of Curcumin-loaded PLGA Nanoparticles
Formulation with Enhanced Cellular Uptake, and Increased Bioactivity In Vitro
and Superior Bioavailability In Vivo. Biochem Pharmacol, 79(3), 330 - 338.
Ascenso A, Raposo S, Batista C, Cardoso P, Mendes T, Praca FG, Bentley MVLB
and Sandra Simões. 2015. Development, Characterization, and Skin Delivery
Studies of Related Ultradeformable Vesicles: Transfersomes, Ethosomes, and
Transethosomes. Int J Nanomedicine, 10, 5837 - 5851.
Das S and A Chaudhury. 2011. Recent Advances in Lipid Nanoparticle Formulation
with Solid Matrix for Oral Drug Delivery. AAPS PharmSciTech, 12 (1), 62 –
76.
Goeswin A. 2012. Sistem Penghantaran Obat Pelepasan Terkendali, Seri III.
Penerbit ITB : Bandung. Hal : 257 - 266.
Jacob L and KR Anoop. 2013. A Review on Surfactant as Edge Activator in
Ultradeformable Vesicel for Enhanced Skin Delivery. Int J Pharm Bio Sci; 4
(3), 337 - 344.
Joe B, Vijaykumar M and BR Lokesh. 2010. Biological Properties of Curcumin-
Cellular and Molecular Mechanisms of Action. Journal Critical Review in
Food Science and Nutrition, 44, 97 - 111
Kumar L, Verma S, Singh K, Prasad DN and Amir Kumar Jain. 2016. Ethanol
Based Vesicular Carriers in Transdermal Drug Delivery: Nanoethosomes and
Transethosomes in Focus. Nano World Journal, 2 (3), 41 - 51.
Liu W, Zhai Y, Heng X, Che FY, Chen W, Sun D and Guangxi Zhai. 2016. Oral
Bioavaibility of Curcumin : Problems and Advancements. Journal of Drug
Targetting, 24 (8), 694 - 702
30
Maiti K, Mukherjee K, Gantait A, Saha BP and Pulok K Mukherjee. 2007.
Curcumin-phospolipid Complex : Preparation, Therapeutic Evaluation and
Pharmacokinetic Study in Rats. International Journal of Pharmaceutics, 330
(1 - 2), 155 – 163.
Nadhin M, Indumathy R, sreeram KJ and Nair BU. 2008. Synthesis of Iron Oxide
Nanoparticles of Narrow Size Distribution on Polysaccharide Template. Bull
Mater Science, 31 (1), 93 – 96.
Ratnasari D dan Effionora Anwar. 2016. Karakterisasi Nanovesikel Transfersom
sebagai Pembawa Rutin dalam Pengembangan Sediaan Transdermal. Jurnal
Farmamedika, 1 (1), 1 - 7.
Rowe RC, Sheskey PJ and Marian E Quinn (Ed.). 2009. Handbook of
Pharmaceutical Exipients, 6th Ed. London : Pharmaceutical Press. pp: 17 - 19,
385 - 387, 549 - 553, 675 - 678, 766 - 770.
Shaji J and Sharvari Garude. 2014. Transethosomes and Ethosomes for Enhanced
Transdermal Delivery of Ketorolac Tromethamine : A Comparative
Assessment. International Journal of Current Pharmaceutical Research, 6 (4),
88 - 93.
Shen S, Liu SZ, Zhang YS, Du MB, Liang AH, Song LH and Zu Guang Ye. 2015.
Compound Antimalarial Ethosomal Cataplasm: Preparation, Evaluation, and
Mechanism of Penetration Enhancement. International Journal of
Nanomedicine, 10, 4249 - 4253
Song CK, Balakrishnan P, Shim CK, Chung SJ, Chong S and Dae Duk Kim. 2012
A Novel Vesicular Carrier, Transethosome, for Enhanced Skin Delivery of
Voriconazole : Characterization and In Vitro / In Vivo Evaluation. Colloids and
Surface B: Biointerfaces, 92, 299 - 304.
Touitou E, Godin B, Weiss C. 2000. Enhanced Delivery of Drugs Into and Across
The Skin by Ethosomal Carriers. Drug Development Research, 50 (3 - 4), 406
- 415.
31
Lampiran 1. Bukti luaran yang didapatkan
32
Lampiran 2. Contoh perhitungan efisiensi penjerapan transethosome kurkumin
1. Kurkumin yang terjerap
Abs = 0,391
Y = 0,0753x + 0,1943
X = 2,6122ppm
FaktorPengenceran =50ml x100ml
10ml x
100ml
2ml
= 25000 ml
Bobotkurkumin = 2,6122 ppm x 25000 ml
= 65305ppm = 65,305 mg
2. Kurkumin bebas
Abs = 0,385
Y = 0,0753x + 0,1943
X = 2,5325 ppm
Faktor Pengenceran = 100 ml x 100ml
2ml
= 5000 ml
Bobot Kurkumin = 2,532 ppm x 5000 ml
= 12660 ppm = 12,660 mg
3. Persen efisiensi penjerapan
Bobot kurkumin total = 65,305 mg + 12,660 mg = 78,00 mg
Persen efisiensi penjerapan = 65,305 mg
78,00 mg x 100% = 83,72%
33
Lampiran 3. Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan nilai indeks
polidispersi F1 transethosome kurkumin
34
35
Lampiran 4. Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan nilai indeks
polidispersi F2 transethosome kurkumin
36
37
Lampiran 5. Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan nilai indeks
polidispersi F3 transethosome kurkumin
38
39
Lampiran 6. Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan nilai indeks
polidispersi F4 transethosome kurkumin
40
41
Lampiran 7. Tabel data evaluasi transethosome kurkumin
1. Data pH
Formula MINGGU KE-
0 2 4 6 8
F1 5,95 6,05 6,1 6,12 6,15
F2 5,96 6,04 6,05 6,06 6,1
F3 6,31 6,41 6,42 6,48 6,53
F4 6,14 6,14 6,14 6,14 6,2
2. Data viskositas (Cps)
Formula MINGGU KE-
0 2 4 6 8
F1 2450 2453 3433 3490 3643
F2 1473 1987 2067 2110 2110
F3 7777 7823 7863 8063 8243
F4 64 67 67 66 67
3. Data ukuran partikel
Formula MINGGU KE-
0 2 4 6 8
F1 350.4 415.8 470 477.9 462.7
F2 263.4 253.6 292.1 305 298.6
F3 396 415.1 433.9 448.7 479.5
F4 167.9 181.7 171.2 180.8 178.7
42
Lampiran 8. Hasil Data Statistik
1. Non Parametrik
a. Uji pH Terhadap formula
Kruskal-Wallis Test
Formula N Mean Rank
PH
F2 15 20.87
F3 15 13.00
F4 15 53.00
F5 15 35.13
Total 60
Test Statisticsa,b
PH
Chi-Square 45.749
Df 3
Asymp. Sig. .000
Kesimpulan : Data pH yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi < 0,05 yang
menyatakan data memiliki perbedaan yang signifikan terhadap formula.
b. Uji pH terhadap waktu
Kruskal-Wallis Test
WAKTU N Mean Rank
PH
MINGGU KE-0 12 21.83
MINGGU KE-2 12 26.08
MINGGU KE-4 12 30.25
MINGGU KE-6 12 33.54
MINGGU KE-8 12 40.79
Total 60
Test Statisticsa,b
43
PH
Chi-Square 8.287
Df 4
Asymp. Sig. .082
Kesimpulan : Data pH yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi > 0,05 yang
menyatakan data tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap waktu.
c. Uji Viskositas Terhadap Formula
Kruskal-Wallis Test
Formula N Mean Rank
VISKOSITAS
F2 15 38.00
F3 15 23.00
F4 15 53.00
F5 15 8.00
Total 60
Test Statisticsa,b
VISKOSITAS
Chi-Square 55.423
Df 3
Asymp. Sig. .000
Kesimpulan : Data Viskositas yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi < 0,05 yang
menyatakan data memiliki perbedaan yang signifikan terhadap formula.
d. Uji Viskositas terhadap waktu
Kruskal-Wallis Test
WAKTU N Mean Rank
VISKOSITAS
MINGGU KE-0 12 26.71
MINGGU KE-2 12 28.00
MINGGU KE-4 12 31.08
MINGGU KE-6 12 32.46
MINGGU KE-8 12 34.25
Total 60
44
Test Statisticsa,b
VISKOSITAS
Chi-Square 1.532
Df 4
Asymp. Sig. .821
Kesimpulan : Data Viskositas yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi > 0,05 yang
menyatakan data tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap waktu.
e. Uji Zeta Potensial Terhadap Formula
Kruskal-Wallis Test
Formula N Mean Rank
ZETA_POTENSIAL
F2 15 23.47
F3 15 24.20
F4 15 31.57
F5 15 42.77
Total 60
Test Statisticsa,b
ZETA_POTENSIAL
Chi-Square 11.842
Df 3
Asymp. Sig. .008
Kesimpulan : Data zeta potensial yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi < 0,05
yang menyatakan data memiliki perbedaan yang signifikan terhadap formula.
f. Uji Zeta Potensial Terhadap waktu
Kruskal-Wallis Test
WAKTU N Mean Rank
ZETA_POTENSIAL
MINGGU KE-0 12 25.67
MINGGU KE-2 12 18.00
MINGGU KE-4 12 25.92
MINGGU KE-6 12 46.33
MINGGU KE-8 12 36.58
Total 60
45
Test Statisticsa,b
ZETA_POTENSIAL
Chi-Square 19.214
Df 4
Asymp. Sig. .001
Kesimpulan : Data Zeta Potensiang yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi < 0,05
yang menyatakan data memiliki perbedaan yang signifikan terhadap waktu.
g. Uji ukuran Partikel Terhadap Formula
Kruskal-Wallis Test
Formula N Mean Rank
UKURAN_PARTIKEL
F2 15 45.00
F3 15 22.00
F4 15 44.00
F5 15 11.00
Total 60
Test Statisticsa,b
UKURAN_PARTIKEL
Chi-Square 41.564
Df 3
Asymp. Sig. .000
Kesimpulan : Data ukuran partikel yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi < 0,05
yang menyatakan data memiliki perbedaan yang signifikan terhadap formula.
h. Uji Ukuran Partikel Terhadap Waktu
Kruskal-Wallis Test
WAKTU N Mean Rank
UKURAN_PARTIKEL
MINGGU KE-0 12 26.58
MINGGU KE-2 12 26.00
MINGGU KE-4 12 31.75
MINGGU KE-6 12 33.08
MINGGU KE-8 12 35.08
Total 60
46
Test Statisticsa,b
UKURAN_PARTIKEL
Chi-Square 2.551
Df 4
Asymp. Sig. .635
Kesimpulan : Data Ukuran partikel yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi > 0,05
yang menyatakan data tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap waktu.
47
Lampiran 9. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas
No Nama / NIDN Instansi
Asal
Biding Ilmu Alokasi
Waktu
(Jam/Minggu)
Uraian Tugas
1. Yudi Srifiana / 0304058405 UHAMKA Farmasetika
dan
Teknologi
Farmasi
10 Melakukan pembuatan
sediaan transethoseme
kurkumin
2. Anisa Amalia / 0316018801 UHAMKA Farmasetika
dan
Teknologi
Farmasi
12 Melakukan evaluasi
sediaan dan uji stabilitas
transethoseme kurkumin
48
Lampiran 10. Biodata ketua dan anggota tim pengusul
Biodata Ketua Peneliti
49
50
Biodata Anggota Peneliti
51
52
Lampiran 10. Surat Pernyataan Ketua Peneliti
Top Related