7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
1/30
Bagian Ilmu Penyakit Saraf CASE REPORT
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
MENINGOENSEFALITIS + SOL
oleh:
RAKHMADI SYABAN NUR
NIM. 04.45396.00186.09
Pembimbing:
dr. SUSILO SISWOTO, Sp. S, M,Pd,M.Si.
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Pada Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2010
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
2/30
LEMBAR PENGESAHAN
CASE REPORT
MENINGOENSEFALITIS + SOL
Dipresentasikan pada tanggal 1 Mei 2010
Disusun oleh:
RAKHMADI SYABAN NUR
NIM. 04.45396.00186.09
Pembimbing:
dr. SUSILO SISWOTO, Sp. S.M.Pd,M.Si
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
3/30
Laporan Kasus
MRS : 16 April 2010, 22.37 WITA
Waktu pemeriksaan : 17 April 2010, 09.35 WITA
Bangsal : Angsoka
Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sp. I Sebulu
Pekerjaan : Swasta
Agama : Protestan
Suku : Jawa
Anamnesis (alloanamnesis)
Keluhan Utama
Penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan kesadaran terjadi pada pasien sejak 3 jam sebelum masuk RS.
Penurunan kesadaran terjadi secara tiba-tiba. Pasien tiba-tiba terjatuh setelah
keluar dari kamarnya.
3 hari sebelum MRS, pasien berbicara pelo, dan mengalami kelemahan ditangan dan kaki kanannya. Pasien tidak bisa berjalan dengan benar, kecuali
dibopong oleh keluarga. Munculnya mendadak pada saat pasien sedang duduk-
duduk, diawali dengan perasaan kram-kram dan kesemutan pada tangan dan
kakinya.
Sebelum mengalami penurunan kesadaran, pasien sering mengeluhkan nyeri
di kepalanya. Dikatakan oleh keluarga pasien, pasien sering mengatakan kepalanya
sakit seperti di tekan beban berat di seluruh bagian kepala, paling sakit di bagian
depan kepala. Rasa sakit tidak berhenti-berhenti, hanya berkurang sekitar 30 menit
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
4/30
apabila diberi obat sakit kepala, dan tidak berkurang pula apabila pasien istirahat.
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan atau terbentur kepalanya. Keluhan sakit
kepala ini dialami pasien sejak 1 minggu sebelum MRS.
Pasien tidak ada mengalami mual-mual dan muntah, serta tidak mengalami
kejang-kejang, selama di rumah maupun hingga MRS.
Pasien mengalami demam sejak 3 minggu sebelum MRS. Demam tersebut naik
turun, tidak tentu siklusnya, terkadang naik pada malam hari, terkadang naik pada
siang hari. Demam diikuti pasien menggigil dan kemudian berkeringat. Bersamaan
dengan demam, pasien juga merasakan badannya mulai melemah, sakit-sakit pada
sendi dan badannya, dan nyeri pada ulu hati.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah didiagnosis oleh dokter puskesmas menderita malaria 2
minggu yang lalu, dan diberikan pil berwarna merah yang diminum 4 pil sekaligus.
Menurut keluarga, pasien minum obat secara teratur. Namun pasien tidak kembali
control setelah obat pasien habis, sehingga tidak diketahui apakah pasien sudah
sembuh atau belum dari malarianya
Pasien tidak mempunyai hipertensi
Pasien tidak mempunyai diabetes melitusPasien tidak pernah mengalami serangas stroke sebelumnya
Pasien tidak pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya
Pasien tidak pernah mengalami batuk lama / pengobatan TBC selama 6 bulan
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit serupa
Pemeriksaan Fisik
Status Praesens
Keadaan Umum : sakit berat
Kesadaran : apatis, GCS E2 V2 M4
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/90
Nadi : 70 x/menit, kuat angkat, reguler
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
5/30
Pernafasan : 20 x/men
Suhu : 39,3
Kepala
Bentuk : normal
Konjungtiva : tidak anemis
Pupil : isokor 3 mm | 3 mm, bulat, reflex cahaya (+)
Bibir sianosis : -
Leher
Pembesaran KGB : (-)Trakhea : teraba di tengah
Thoraks
Paru
Inspeksi : simetris, pergerakan simetris, retraksi
Palpasi : pergerakan simetris,
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, Rh -|-, Wh -|-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak terada
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1-S2 tunggal regular, murmur (-) gallop (-)
AbdomenInspeksi : flat, vena kolateral (-)
Palpasi : hepatomegali 1 cm di bawah arcus, spleenomegali
Schuffner III
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus dbn
Ekstremitas atas dan bawah
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
6/30
Akral : hangat
Oedem : (-)
Status Pskiatri
Cara berpikir, tingkah laku : menurun
Kecerdasan, perasaan hati, dan ingatan : menurun
Status neurologis
Kesadaran : apatis, GCS E2V2M4
Kepala : bulat, simetris, nyeri tekan (-)
Leher : pergerakan (+), kaku kuduk (+)
Pemeriksaan Saraf Kranialis
Pemeriksaan Kanan Kiri
N. Olfaktorius
SubjektifObjektif dengan teh
Dengan kopi
++ N+ N
++ N+ N
N Optikus
Tajam PenglihatanLapangan PandangMelihat Warna
+ N+ N+ N
+ N+ N+ N
N. OcculomotoriusRefleks cahaya + N + N
N. Trochlearis
Pergerakan mata (kebawah-keluar) + N + N
N. Trigeminus
Membuka mulutMengunyahMenggigit
Refleks kernigSensibilitas muka
+ N+ N+ N
+ N+ N
+ N+ N+ N
+ N+ N
N. Abducens
Pergerakan mata kelateral + N + N
N. Fasialis
Mengerut dahiMenutup mataMemperlihatkan gigiBersiulPerasaan lidahPerasaan muka
Dahi
Pipi Dagu
+ N+ N+ N+ N+ N
+ N+ N+ N
+ N+ N+ N+ N+ N
+ N+ N+ N
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
7/30
N. Octavus
Detik arlojiSuara berbisik
+ N+ N
+ N+ N
N. Glosopharingeus
Perasaan lidah bagian belakang + N + N
N. Vagus
BicaraMenelanNadi
+ N+ N+ N
+ N+ N+ N
N. AccesoriusMengangkat bahuMemalingkan kepala
+ N+ N
+ N+ N
N. Hipoglossus
Pergerakan lidahTremor lidahArtikulasi
+ N+ N+ N
+ N+ N+ N
Badan dan Anggota Gerak
Badan
Motorik
Respirasi : vesikuler, gerakan simetris, retraksi (-)
columna vertebralis : lurus
Sensibilitas
Taktil : normal
Nyeri : normal
Anggota gerak atas
Kanan Kiri
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Tropik
-
0-0-0-0
-
-
+ N
5-5-5-5
+ N
-
Refleks
Biceps + N + N
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
8/30
Triceps
Hoffman
Frommer
+ N
-
-
+ N
-
-
Sensibilitas
Sensibilitas taktil
Sensibilitas nyeri
Perasaan diskrim
Perasaan lokalis
+ N
+ N
+
+ N
+ N
+
Anggota gerak bawah
Kanan Kiri
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Tropik
-
0-0-0-0
-
-
+
5-5-5-5
+
-
Refleks
Patella
Achilles
Babinski
Chaddock
Clonus paha
Clonus kaki
Patrick
Laseq
Kernik
+
+
+
-
-
-
-
+
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
Sensibilitas
Sensibilitas taktil
Sensibilitas nyeri
Perasaan diskrim
Perasaan lokalis
+
+
-
+
+
-
Pemeriksaan Koordinasi, Gait, Keseimbangan :
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
9/30
Cara berjalan : tidak dilakukan
Romberg-Test : tidak dilakukan
Dysmetria : tidak dilakukan
Diaddookinesis : tidak dilakukan
Test tunjuk hidung : tidak dilakukan
Uji Dix-Hallpike : tidak dilakukan
Alat Vegetatif
Miksi : (+)normal
Defekasi : (+)normal
Ereksi : (+)normal
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
IGD : Lekosit 12.500
Hb 11,1
Ht 33,6
Platelet 516.000
DDR (-)
GDS 112
Ureum 28,7
Creatinin 0,6
Na 117
K 3,7
Cl 83
Ruangan : Lekosit 15.600
Hb 11,3
Ht 35
Platelet 448.000
LED 40
DDR (-)
GDS 134
SGOT 45
SGPT 29
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
10/30
Bil. Total 0,2
Bil. Direk 0,1
Bil. Indirek 0,1
Protein total 6,2
Albumin 2,7
Globulin 3,5
Cholestrol 143
As. Urat 5,3
Ureum 45,1
Creatinin 0,6
Na 141
K 3,6
Cl 108
CT Scan
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
11/30
Intrepertasi CT Scan
Ada massa hipodens di daerah pineal body, agak sinistra dan superior yang tampak
pada image 13 s/d 17 irisan axial polos
Pada post contrast i.v. massa ini makin jelas dengan hyper-enhancement yang pada
sebagian kecil saja dengan ukuran 2,8 x 3 cm, pada image18 axial, ukuran 2,2 x 3,1
cm, irisan coronal image 19, dan ukuran 1,9 x 2,8 cm pada image 7 irisan sagital
Ada pelebaran ringan pada ventrikel lateralis, ventrikel 3 dan 4 masih baik
Tidak tampak bleeding, shifting dari midline, struktur ataupun kalsifikasi patologis
pada intracranial
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
12/30
Ada kalsifikasi pineal body dan plexus choroideus cornu posterior ventrikel laterals,
tampak pada image 13-15 axial.
Enhancement pada post kontras i.v. dan vaskuler intra cranial lainnya dalam batas
normal.
Daerah basis crania, cavum orbitales, dan cavum nasi tidak tampak kelainan.
Ossa capitis, aerasi ossa mastoid dan sinus paranasales dalam batas normal
KESAN :
Massa daerah pineal body agak sinistra superior
Ada pelebaran ventrikel laterals
Suspect pinealocystoma, DD. Glioma
Diagnosis
Dx. Klinis : penurunan kesadaran, hemiparese dextra, dan meningeal
sign (+)
Dx. Topis : Hemisfer (d), meningen, ensefalon
Dx. Etiologis : Meningoensefalitis dan SOL
PenatalaksanaanRL 20 tetes per menit
Inj. Citicholine i.v. 2 x 1 amp
Inj. Diazepam i.v. 1 amp (k/p)
Inj. Ceftriaxone i.v. 2 x 2 gram
Inj. Metronidazole i.v. 3 x 500 mg
Inj. Dexamethasone i.v. 3 x 1 amp
Inj. Antrain i.v. 3 x 1 amp
Acyclovir tab 4 x II
Inpepsa syrup 3 x CI
Prognosis
Dubia ad Malam
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
13/30
Follow Up RuanganPera
watanS O A P
17/04/10Penurunan
kesadaran
GCS E2 V2 M3
TD 130/90
RR 24 x/mnt
Nadi 90 x/mnt
T 39,3 C
Klinis : penurunan
kesadaran + meningeal
sign (+)
Topis : meningen +
ensefalon
Etio : susp
meningoensefalitis
RL 20 tpm
Citicholine inj 2x1
Ranitidine inj 2x1
Diazepam inj 1 amp (k/p)
Ceftriaxone inj 2x2 gr
Metronidazole inf 3x500
Acyclovir 4xII tab
Dexamethasone inj 3x1
Antrain inj 3x1 amp
~ foto paru PA
~ konsul IPD cito
(hiponatremi)
14.10Penurunankesadaran
GCS E2 V2 M3Anemis -|-
Kaku kuduk (+)
Susp. Meningoensefalitis~Co. dr. Dieni, Sp.PD, adv :naCl 0,9% 3000cc/24 jam
besok cek ulang elektrolit
19/04/10
Pasien mulai
sadar, demam (-),
kejang (-),
mengigau (+)
GCS E4 V5 M6
TD 100/70
N 76 x/mnt
RR 24 x/mnt
T 37,3 C
MMT ] 1 5
1 5
Klinis : penurunan
kesadaran + meningeal
sign (+)
Topis : meningen +
ensefalon
Etio : susp
meningoensefalitis
RL 20 tpm
Citicholine inj 2x1
Ranitidine inj 2x1
Diazepam inj 1 amp (k/p)
Ceftriaxone inj 2x2 gr
Metronidazole inf 3x500
Acyclovir 4xII tab
Dexamethasone inj 3x1
Antrain inj 3x1 amp
~ MS-CT + kontras
~ cek elektrolit ulang
20/04/10
Pasien tidak bisa
komunikasi
Demam (-)
Kejang (-)
GCS E4 V2 M6
TD 110/70
N 80 x/mnt
RR 24 x/mnt
T 36,2 C
MMT ] 1 5
1 5
Na : 141
K : 3,8
Cl :98
Klinis : penurunan
kesadaran + meningeal
sign (+)
Topis : meningen +
ensefalon
Etio : susp
meningoensefalitis
RL 20 tpm
Citicholine inj 2x1
Ranitidine inj 2x1
Diazepam inj 1 amp (k/p)
Ceftriaxone inj 2x2 gr
Metronidazole inf 3x500
Acyclovir 4xII tab
Dexamethasone inj 3x1
Antrain inj 3x1 amp
~ MS-CT + kontras
~ Inpepsa syrup 3xCI
21/04/10
Pasien tidak bisa
komunikasi
Demam (-)
Kejang (-)
GCS E4 V2 M6
TD 110/70
N 80 x/mnt
RR 20 x/mnt
T 36,3 C
MMT ] 1 5
1 5
Klinis : penurunan
kesadaran + meningeal
sign (+)
Topis : meningen +
ensefalon
Etio : susp
meningoensefalitis
RL 20 tpmCiticholine inj 2x1
Ranitidine inj 2x1
Diazepam inj 1 amp (k/p)
Ceftriaxone inj 2x2 gr
Metronidazole inf 3x500
Acyclovir 4xII tab
Dexamethasone inj 3x1
Antrain inj 3x1 amp
Inpepsa syrup 3xCI
~ MS-CT + kontras
22/04/10
Pasien tidak bisa
komunikasi
GCS E4 V2 M6
TD 130/90
Klinis : penurunan
kesadaran + meningeal
RL 20 tpm
Citicholine inj 2x1
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
14/30
Demam (+)
Kejang (-)
N 80 x/mnt
RR 20 x/mnt
T 38 C
MMT ] 1 5
1 5
sign (+)
Topis : meningen +
ensefalon
Etio : susp
meningoensefalitis
Ranitidine inj 2x1
Diazepam inj 1 amp (k/p)
Ceftriaxone inj 2x2 gr
Metronidazole inf 3x500
Acyclovir 4xII tab
Dexamethasone inj 3x1Antrain inj 3x1 amp
Inpepsa syrup 3xCI
~ Omeprazole inj 2x1
17.30
GCS E1 V1 M2
TD 110/80
N 85 x/mnt
RR 28 x/mnt
T 40 C
MMT ] 1 5
1 5
Klinis : penurunan
kesadaran + meningeal
sign (+)
Topis : meningen +
ensefalon
Etio : susp
meningoensefalitis
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
15/30
Tinjauan Pustaka
MENINGITIS
Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen yang mengakibatkan munculnya gejala-
gejala meningeal seperti sakit kepala, kaku kuduk, dan fotofobia.
Patofisiologi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan meningitis bakterial,
antara lain virulensi bakteri, pertahanan host , dan interaksi antara host-bakteria.
Penyebaran bakteri biasanya terjadi secara hematogen. Biasanya invasi koloni
bakteri pada nasofaring melalui jaringan lokal dan aliran darah. Penyebaran pada
meningen dapat terjadi secara langsung melalui inokulasi bakteri pada saat trauma,
bedah saraf, atau instrumentasi. Meningitis pada neonatus terjadi melalui transmisi
vertikal oleh kolonisasi patogen yang terdapat pada usus atau traktus genital; atau
secara horisontal melalui perawat di rumah sakit/ orang yang merawat dirumah.
Cairan serebrospinalis yang keruh mengandung antibodi, komponen
komplemen, dan leukosit (WBCs). Komponen dinding sel bakteri menyebabkan
terjadinya kaskade komplemen dan sitokin yang mengakibatkan terjadinya 3 hal
berikut yaitu meningkatnya permeabilitas sawar darah otak (blood-brain barrier),
edema cerebral, dan mediator toksik pada CSF. Replikasi bakteri, meningkatkan
jumlah sel-sel inflamasi, sitokin menyebabkan terganggunya transport membran,
dan meningkatnya permeabilitas vaskuler dan membran sehingga mempermudah
terjadinya proses infeksi yang terus menerus dan perubahan karakteristik sejumlah
sel pada CSF, pH, laktat, protein, dan glukosa. Cairan eksudat yang melintasi CSF,
sebagian menuju sisterna basalis, menyebabkan kerusakan saraf kranialis (seperti
N.VIII, dengan penurunan pendengaran), obliterasi jalur CSF (menyebabkan
hidrosefalus obstruksi), dan menginduksi vaskulitis dan tromboflebitis
(menyebabkan iskemik otak lokal). Tekanan intrakranial (TIK) yang terus menerus
dan edema otak yang lama, dapat mengganggu proses autoregulasi otak.
Tanpa intervensi medis/pengobatan, menurunnya aliran darah otak dapat
memperberat edema otak dan meningkatkan tekanan intrakranial. Terjadinya
trauma endotel dapat mengakibatkan vasospasme dan trombosis, serta
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
16/30
menyebabkan stenosis pada pembuluh darah besar dan kecil. Hipotensi
sistemik(septic shock) juga dapat mengganggu cairan serebrospinal, dan pasien
dapat segera meninggal akibat komplikasi sistemik atau adanya injuri iskemik
menyeluruh pada system saraf pusat/central nervous system.
Patofisiologi bakteri nonpatogen masih kurang dimengerti. Meningitis Fungi,
patofisiologinya hampir mirip dengan meningitis bakteri tetapi kurang akut jika
dibandingkan dengan meningitis bakteri.
Gejala klinis
Gejala klasik (lebih sering terlihat pada orang dewasa) antara lain:o Sakit kepalao Kaku kuduk (secara umum tidak nampak pada anak < 1 tahun atau pada
penderita dengan gangguan/ perubahan status mental)
o Demam dan menggigilo Fotofobiao Muntaho Gejala prodromal pada infeksi saluran pernapasan atas(virus dan bakteri)o Kejang (30-40% pada anak-anak, 20-30% pada dewasa)o
Gejala neurologis fokal (termasukfocal seizures)o Perubahan sensorium (penderita merasa bingung/gelisah, terutama orang
yang lebih tua)
Gejala pada bayi:o Demamo Letargi dan perubahan tingkat kesadarano Tidak mau makan dan/atau muntaho Gangguan pernapasan, apnea, sianosis
Meningitis Tuberculosis: demam, penurunan berat badan, berkeringat malam,dan malaise, dengan atau tanpa sakit kepala dan meningismus (gejala yang
paling sering).
Diagnosis
Anamnesis
Mencari sumber/fokus infeksi dengan menanyakan riwayat penyakit penderita
seperti :
- Riwayat infeksi saluran pernapasan bagian atas atau kontak dengan orang lain.
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
17/30
- Riwayat trauma yang menyebabkan adanya hubungan terbuka antara dunia luardengan meningen. (Dengan foto terlihat adanya fraktur di mastoid, os.temporal,
atau lamina cribiformis yang secara klinis terdapat rinorrhoe, hidung terasa
selalu basah).
- Sinusitis- Otitis media- Mastoiditis- Riwayat penyakit Tuberculosis/pengobatan TB paru, imunosupresan, steroid,
atau kemoterapi.
Pemeriksaan fisik
Tanda iritasi meningeno Kaku kuduko Kernig sign (+)o Brudzinski sign (+)
Papil edema (hanya 1/3 kasus pasien dengan meningitis dengan peningkatanTIK)
Tanda neurologis focalAbnormalitas saraf kranial (III, IV, VI, VII) pada 10-20% pasien
Adanya kelainan sistemiko Infeksi ekstrakranial (sinusitis, otitis media, mastoiditis, pneumonia, infeksi
saluran kemih).
o Arthritis dijumpai pada N meningitidiso Petekiae dan perdarahan kulit klasik dijumpai pada N meningitidis; tetapi ini
juga dapat terjadi oleh infeksi virus dan bakteri lain.
o Syok endotoksik dengan kolapsnya vaskuler, merupakan karakteristik dariinfeksi N meningitidis yang berat.
o Perubahan status mental, mulai dari iritabilitas sampai somnolen, delirium,dan koma.
o Bayi Fontanela yang menonjol Irritabilitas paradoksal High-pitched cry Hipotonus
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
18/30
Pemeriksaan kulit di sekitar vertebrae dimples, sinus, saraf, dan adanyakelainan kongenital.
Diferensial diagnosis
Ensefalitis Abses otak Kejang demam Demam tifoid Perdarahan subaraknoid Neoplasma otak
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Darah dan urin lengkap Elektrolit untuk menentukan dehidrasi atau syndrome of inappropriate secretion
of antidiuretic hormone (SIADH)
Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan pungsi lumbalPungsi lumbal yaitu mengukur opening pressure, hitung jenis sel (differential
count), kadar glukosa dan protein serta pemeriksaan mikrobiologi (pewarnaan
gram dan kultur) pada cairan serebrospinalis.
Pemeriksaan BUN dan/atau kreatinin dan fungsi hepar untuk melihat fungsiorgan dan menentukan dosis obat
Kultur darah, urin, dan sputum (pemeriksaan BTA)2Dikutip dari E-medicine :
Table 5. CSF Picture of Meningitis According to Etiologic Agent
AgentOpening
Pressure
WBC count Glucose
(mg/dL)
Protein
(mg/dL)
Microbiolog
y
Bacterial
meningitis200-300
100-5000;
>80% PMNs*100
Specificpathogen
demonstrate
d in 60% of
Gram stains
and 80% of
cultures
Viral
meningitis90-200
10-300;
lymphocytes
Normal,
reduced in
LCM and
mumps
Normal
but may be
slightly
elevated
Viral
isolation,
PCR assays
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
19/30
Tuberculous
meningitis180-300
100-500;
lymphocytes
Reduced,
100
Acid-fast
bacillus
stain,
culture, PCR
Cryptococcal
meningitis180-300
10-200;
lymphocytesReduced 50-200
India ink,
cryptococcal
antigen,
culture
Aseptic
meningitis90-200
10-300;
lymphocytesNormal
Normal
but may be
slightly
elevated
Negative
findings on
workup
Normal
values80-200
0-5;
lymphocytes50-75 15-40
Negative
findings on
workup*Polymorphonuclear lymphocytes
Polymerase chain reaction2
Radiologi/ Neuroimaging
Foto polos thorax dan kepala CT scan (computed tomography scanning) dan MRI (magnetic resonance
imaging) kepala
CT scan kepala membantu diagnosis sebelum pungsi lumbal yang memiliki efeksamping yang tidak menguntungkan dan memulai terapi antibiotik.
Neuroimaging diindikasikan pada pasien panas/demam lama, adanya tanda dangejala neurologis fokal , adanya bukti peningkatan tekanan intrakranial, dan
diduga adanya fraktur basis kranii. Juga diindikasikan untuk evaluasi sinus
paranasalis. Pemeriksaan ini membantu mendeteksi komplikasi dari meningitis
bakterial seperti hidrosefalus, infark cerebral, abses otak, subdural empiema,
dan thombosis venosus sinus.
Tes Tuberkulin (positif untuk Meningitis Tuberkulosis)
Komplikasi
Syok septik
Seizures (30-40% pada anak-anak, 20-30% pada dewasa),
Hidrosefalus
Efusi subdural
Anemia hemolitik (H.influenzae)
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
20/30
TuliKebutaan/blindness
Terapi
Umum
a. Penderita harus MRSb. Pemberian cairan infus yang cukupc. Bila gelisah beri sedativa seperti fenobarbital atau penenangd. Nyeri kepala diatasi dengan analgetike. Panas diturunkan dengan kompres es, parasetamol, atau asam salisilat (dosis
anak 10 mg/ kgBB tiap 4 jam p.o)
f. Kejang diatasi dengan diazepam, fenobarbital, dan difenilhidantoing. Kenaikan tekanan intrakranial diatasi dengan :
ManitolDosis 1 1,5 mg/kg BB iv dalam 30 40 menit dapat diulangi 2 kali dengan
interval 4 jam
KortikosteroidBiasanya digunakan deksametason iv, dosis pertama 10 mg lalu diulangi
dengan 4 mg setiap 6 jam.
M. purulenta
Ditambah dengan pemberian antibiotik sesuai dengan penyebabnya.
Tetapi sambil menunggu hasil kultur, harus diberikan antibiotik spektrum luas
secepat mungkin. Pemberian antibiotik minimal 10 14 hari atau 7 hari bebas
demam. Antibiotik yang sering dipakai antara lain: ampisilin, gentamisin,
kloramfenikol, dan golongan sefalosforin.
M. Tuberkulosis
a. Virus- Simptomatis (analgetik, antipiretik)- Suportif (cairan,- AntivirusAcyclovirb. Meningitis TB
Obat anti TB : 2HRZE/ 4HR atau 2HRZE/ 4H3R3
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
21/30
Operasi
Dilakukan untuk menghilangkan sumber infeksi, dan bila terjadi hidrosefalus unruk
pemasangan shunting/pirau. Pada efusi subdural pada anak dikeluarkan 25-30 cc
setiap hari selama 2-3 minggu, bila gagal dilakukan operasi.
Fisioterapi
Dilakukan untuk mencegah dan mengurangi cacat.
Prognosis
Prognosis tergantung pada patogenitas, usia dan kondisi pasien, dan beratnya
penyakit yang terjadi secara akut
Pasien dengan gangguan neurologis yang berat atau dengan onset penyakit yang
berat, dan mendapat terapi secara langsung, memiliki angka mortalitas rata-rata
50-90% dan angka morbiditas yang lebih tinggi.
Pneumococcal meningitis has the highest rates of mortality (21%) and
morbidity (15%).2
SPACE OCCUPYING LESSION (SOL)
A. DefinisiTumor otak adalah suatu lesi ekspansifyang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Tumor otak bisa mengenai segala.usia, tapi umumnya pada usia dewasa
muda atau pertengahan, jarang di bawah usia 10 tahun atau di alas 70 tahun.
Sebagian ahli menyatakan insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding
wanita, tapi sebagian lagi menyatakan tak ada perbedaan insidens antara pria
dan wanita.
B. Manifestasi klinisGejala umum akan dijumpai gangguan fungsi akibat adanya pembengkakan
otak dan peninggian tekanan dalam tengkorak kepala seperti:
1. Nyeri kepalaBiasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi
hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
22/30
(rekuren) dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam.
Mula-mula rasa sakit bisa diatasi dengan analgetik biasa tetapi lama
kelamaan obat tidak berkhasiat lagi.3 Walaupun hampir seluruh penderita
tumor otak mengalami keluhan sakit kepala, tetapi pada gejala awal tidak
terdeteksi, disebabkan oleh banyaknya prevalensi sakit kepala yang bukan
saja hanya pada penderita tumor otak, hingga keluhan sakit kepala tidak
termasuk sebagai gejala klinis jika tidak dijumpai secara bersamaan
dengan tanda atau gejala-gejala lain yang mengarah pada tumor otak.
Serangan semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek.
Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau
mengejan (misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga
bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila
duduk. Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain
sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri
kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak yang berlokasi di
daerah lobus oksipitalis.
2. Muntah proyektilMuntah biasanya tanpa didahului oleh rasa mual yang diakibatkan
peninggian tekanan intra kranial. Terdapat pada 30% kasus dan umumnya
menyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior.
3. Gejala Tekanan Tinggi IntrakranialBerupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul
pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran.
Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan
segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat
dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang
sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi
adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma
serebelum dan craniopharingioma.
4. KejangKejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus,
dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
23/30
bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan
kejang adalah tumor otak bila:
Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun Mengalami post iktal paralisis Mengalami status epilepsi Resisten terhadap obat-obat epilepsi Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasien
dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada
glioblastoma.
C. Pemeriksaan PenunjangSetelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik
untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.
1. Elektroensefalografi (EEG)2. Foto polos kepala
Foto Rontgen untuk diagnostik sekurang kurangnya diambila dalam
dua arah, antero-posterior dan lateral.pada peninggian tekanan intrakranial
yang sudah lama, gambaran impressiones digitale makin jelas sehinggagambaran kranium mempunyai gambaran berawan. Pada anak, dapat juga
dijumpai pelebaran sutura.
3. ArteriografiBersifat invasif, sehingga sekarang jarang dilakukan lagi.
4. Computerized Tomografi (CT Scan)CT Scan adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar-X dan dengan
penggunaan komputer yang akan menghasilkan gambar organ-organ tubuh
manusia. CT Scan dapat digunakan apabila MRI tidak tersedia. Namun, low-
grade tumor pada posterior fossa dapat terlewatkan oleh CT Scan.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)Diagnosis terbaik pada brain tumor adalah dengan penggunaan
cranial MRI. MRI harus menjadi pemeriksaan pertama pada pasien dengan
tanda dan gejala kelainan pada intracranial. MRI menggunakan magnetic
fieldbertenaga untuk menentukan nuclear magnetic spin dan resonansi yang
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
24/30
tepat pada sebuah jaringan bervolume kecil. Jaringan yang berbeda memiliki
nuclear magnetic spin dan resonansi yang berbeda pula.
D. PenatalaksanaanPengobatan pada tumor otak dapat berupa initial supportive dan
definitive therapy.
1. Terapi SuportifTerapi Suportif berfokus pada meringankan gejala dan
meningkatkan fungsi neuroligik pasien. Terapi suportif yang utama
digunakan adalah anticonvulsants dan corticosteroid.
a. AntikonvulsanAntikonvulsan diberikan pada pasien yang menunjukan tanda-tanda
seizure. Phenytoin (300-400mg/d) adalah yang paling umum digunakan,
tapi carbamazepine (600-1000mg/h), Phenobarbital (90-150mg/h), dan
valproic acid (750-1500mg/h) juga dapat digunakan.
b. KortikosteroidKortikosteroid mengurangi edema peritumoral dan mengurangi tekanan
intracranial. Efeknya mengurangi sakit kepala dengan cepat.
Dexamethasone adalah corticosteroid yang dipilih karena aktivitasmineralocorticoid yang minimal. Dosisinya dapat diberikan mulai dari
16 mg/h, tetapi dosis ini dapat ditambahkan maupun dikurangi untuk
mencapai dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol gejala neurologik.
c. ManitolDigunakan untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial.
2. Terapi DefenitifTerapi defenitif meliputi pembedahan, radiotherapy, kemoterapi dan
yang sedang dikembangkan yaitu immunotherapy.
Pembedahan
Berbagai pilihan pembedahan telah tersedia, dan pendekatan
pembedahan yang dipilih harus berhati-hati untuk meminimalisir resiko
deficit neurologic setelah operasi.
Tujuan pembedahan :
Menghasilkan diagnosis histologi yang akurat
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
25/30
Mengurangi tumor pokok, Memberikan jalan untuk CSF mengalir Mencapai potensial penyembuhan.Terapi Radiasi
Terapi radiasi memainkan peran penting dalam pengobatan tumor
otak pada orang dewasa. Terapi radiasi adalah terapi nonpembedahan yang
paling efektif untuk pasien dengan malignant glioma dan juga sangat penting
bagi pengobatan pasien dengan low-grade glioma.
Kemoterapi
Kemoterapi hanya sedikit bermanfaat dalam pengobatan pasien
dengan malignant glioma. Kemoterapi tidak memperpanjang rata-rata
pertahanan semua pasien, tetapi sebuah subgroup tertentu nampaknya
bertahan lebih lama dengan penambahan kemoterapi dan radioterapi.
Kemoterapi juga tidak berperan banyak dalam pengobatan pasien dengan
low-grade astrocytoma. Sebaliknya, kemoterapi disarankan untuk
pengobatan pasien dengan oligodendroglioma.
Imunoterapi
Imunoterapi merupakan pengobatan baru yang masih perlu diteliti
lebih lanjut. Dasar pemikiran bahwa sistem imun dapat menolak tumor,khususnya allograft, telah didemonstrasikan lebih dari 50 tahun yang lalu.
Hal itu hanya sebuah contoh bagaimana sistem imun dapat mengendalikan
pertumbuhan tumor. Tumor umumnya menghasilkan level protein yang
berbeda (dibandingkan protein normal) disekitar jaringan, dan beberapa
protein mengandung asam amino substitusi atau deletions, atau mengubah
phosphorylation atau glycosylation. Beberapa perubahan protein oleh tumor
sudah mencukupi bagi sistem imun untuk mengenal protein yang dihasilkan
tumor sebagai antigenik, dan memunculkan imun respon untuk melawan
protein-protein tersebut.
G. PrognosaPrognosis tergantung pada tipe tumor. Untuk glioblastoma multiforme
yang cepat membesar rata-rata survival time tanpa pengobatan adalah 12
minggu; dengan terapi pembedahan yang optimal dan radiasi, 32 minggu.
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
26/30
Beberapa astrositoma yang tumbuh mungkin menyebabkan gejala-gejala
minimal atau hanya serangan kejang-kejang selama 20 tahun atau lebih.
Prognosa penderita tumor otak yang seluruh tumornya telah dilakukan
pengangkatan secara bersih dan luas akan mempengaruhi (recurrens rates) atau
angka residif kembali. Hasil penelitian dari The Mayo Clinic Amerika
menunjukkan bahwa; 25 persen dari seluruh penderita tumor otak yang telah
dilakukan reseksi total, 10 tahun kemudian tumornya residif kembali,
sedangkan pada penderita yang hanya dilakukan reseksi subtotal, 61 persen
yang residif kembali.
Sebagian besar (80 persen) tumor-tumor Meningioma dapat di reseksi total
dengan hasil baik. (Stafford et al, 1998). Oleh karena itu tindakan bedah masih
merupakan terapi yang terbaik. Tumor-tumor pada daerah cerebral convexities
(cembungan otak) dan pada kompartemen spinal sering dilakukan total reseksi.
Suatu hal yang sulit untuk dapat membuat pernyataan umum tentang recurrens
rates tanpa mempertimbangkan lokasi tumor dan pertumbuhannya.
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
27/30
Pembahasan
Dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, mengarahkan
kecurigaan pada terjadinya meningoensefalitis dan adanya suatu SOL pada salah
satu hemisfer otak.
Dari anamnesa pasien didapatkan
Penurunan kesadaran
Kelemahan pada kaki dan tangan kanan
Pasien berbicara pelo
Kelemahan terjadi perlahan
Tidak ditemukan muntah-muntah
Pasien merasakan sakit kepala hebat
Adanya demam yang naik turun
Dari hasil anamnesa tersebut, membawa kita ke arah diagnosa bahwa terdapat
sebuah lesi yang mendesak daerah otak, sehingga bagian otak yang terdesak
tersebut menjadi iskemik. Kemudian terjadinya kelemahan yang progresif lambat
menandakan penambahan desakan pada bagian hemisfer. Didukung dengan adanya
salah satu tanda peningkatan tekanan intrakranial, yaitu nyeri kepala hebat.
Dari hasil anamnesa dan keadaan umum pasien juga dapat dinilai bahwa terdapat
gangguan kesadaran dan terjadi demam yang fluktuatif. Hal ini membuat kecurigaan
ke arah peradangan pada otak maupunmeningen.
Dari hasil pemeriksaan fisik di dapatkan :
Tingkat kesadaran pasien menurunTemperatur febris
Kekuatan motorik ekstremitas superior dan inferior kanan menurun
Terdapat spastisitas ekstremitas tersebut
Munculnya refleks patologis
Terdapat tanda rangsang meningeal
Tingkat kesadaran pasien menurun, adanya spastisitas, munculnya refleks patologis,
menandakan bahwa terdapat lesi pada upper motor neuron (UMN). Adanya tanda
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
28/30
rangsang meningeal dan penurunan kesadaran semakin menguatkan diagnosis
meningoensefalitis.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, ditemukan adanya leukositosis dan
trombositosis, yang menunjukan terjadinya suatu proses peradangan dalam tubuh.
Dari hasil pemeriksaan radiologis sendiri, melalui CT scan, didapatkan adanya
sebuah massa di daerah pineal bodydan adanya pelebaran ventrikel lateralis. Massa
tersebut dari hasil CT scan dicurigai sebagai pinealocytoma dengan DD. Glioma.
Pada pasien ini diberikan terapi :
RL 20 tetes per menit
Sudah sesuai sebagai cairan rumatan, nutrisi parenteral bila intake pasien
kurang, dan sebagai jalur pemberian obat i.v.
Inj. Citicholine i.v. 2 x 1 amp
Sudah sesuai dengan teori sebagai neuroprotektor, yang berfungsi untuk
meningkatkan aliran darah ke otak,l meningkatkan konsumsi oksigen, dan
menurunkan resistensi vaskuler.
Inj. Diazepam i.v. 1 amp (k/p)
Diberikan hanya apabila pasien kejangInj. Ceftriaxone i.v. 2 x 2 gram
Digunakan sebagai antibiotic untu proses infeksi pada meningen. Diberikan
antibiotic spectrum luas, karena belum dilakukan kultur pada cairan
serebrospinal, untuk mengetahui jenis kuman dan antibiotic yang adekuat.
Inj. Metronidazole i.v. 3 x 500 mg
Diberikan untuk membantu mengatasi proses infeksi pada pasien,
kemungkinan pada kuman-kumanyang gram negative.
Inj. Dexamethasone i.v. 3 x 1 amp
Kortikosteroid mengurangi edema peritumoral dan mengurangi
tekanan intracranial. Efeknya mengurangi sakit kepala dengan cepat.
Dexamethasone adalah corticosteroid yang dipilih karena aktivitas
mineralocorticoid yang minimal. Dosisinya dapat diberikan mulai dari
16 mg/h, tetapi dosis ini dapat ditambahkan maupun dikurangi untuk
mencapai dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol gejala neurologik.
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
29/30
Inj. Antrain i.v. 3 x 1 ampDiberikan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakn pasien
Acyclovir tab 4 x II
Mengatasi infeksi virus yang biasanya menyebabkan ensefalitis
Inpepsa syrup 3 x CI
Membantu untuk melindungi lambung dari terjadinya stress ulcer
Inj. Ranitidin i.v. 2x1 amp
Membantu untuk melindungi lambung dari terjadinya stress ulcer
Pada pasien ini, sebaiknya dilakukan bone marrow punction untuk mengetahui
bakteri apa yang menyebabkan peradangan pada meningen. Juga perlu dilakukan
kultur dan analisis dari cairan serebrospinal untuk memastikan bakteri/virus yang
terlibat, kemudian menentukan terapi antibiotic yang adekuat untuk pasien tersebut
sesuai dengan hasil kulturnya. Sebaiknya juga pada pasien-pasien ini dilakukan test
tuberculin atau test sputum BTA, untuk melihat adanya kemungkinan ke arah
meningitis TB.
7/30/2019 Laporan Kasus Meningoesefal Sol
30/30
Daftar Pustaka
anonim.http://www.patient.co.uk/showdoc/40000781/9(diakses 20 April 2010)
anonim.www.fkuii.org/tiki-download_wiki_attachment.php(diakses 20 April 2010)
anonim.www.neuro-onkologi.com/articles/Klasifikasi%20tumor%20otak%
(diakses 20 April 2010)
Diangelis LM. Brain Tumor. N Engl J Med, Vol. 344, No. 2 January 11, 2001
Duus P. Diagnosis Topik Neurologi. Diterjemahkan oleh Ronardy DH. EGC. 1996
Gilroy J. Basic Neurology 3rd ed. New York: McGraw-Hill Caompanies, Inc. 2000.
Hakim, Adril Arsyad, Prof. dr. H. SP.S,SP.BS(K) . Permasalahan Serta
Penanggulangan Tumor Otak Dan Sumsum Tulang
Belakang.www.hjmi.net/Pustaka/Ilmiah/CPA%20tumor-x1.htm(diakses 20
April 2010)
Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis Ed.1. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.1999. Hal 207-208
Harsono. Kapita Selekta Neurologi Edisi ke-2. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta. 2000
Japardi S. Tekanan Tinggi Intrakranial. FK USU digilab 2002.
Japardi, Iskandar, dr. Gambaran CT Scan pada Tumor Otak Benigna.
(www.library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi11.pdf
(diakses 20 April 2010)
Listiono LD. Ilmu Bedah Saraf Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
1998
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. FKUI press
2007.
Mardjono M & Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2000. Hal
35-37
Masci JR et all. Meningitis. (http://www.emedicine.com. diakses 13 juni 2007)
Shah SS, et all. Infectious disease. Blackwell Publishing.USA. 2006
Shidarta P. Neurologi klinis dalam praktek umum. Jakarta: Dian Rakyat. 2004
http://www.patient.co.uk/showdoc/40000781/9http://www.patient.co.uk/showdoc/40000781/9http://www.patient.co.uk/showdoc/40000781/9http://www.neuro-onkologi.com/articles/Klasifikasi%20tumor%20otak%25http://www.neuro-onkologi.com/articles/Klasifikasi%20tumor%20otak%25http://www.neuro-onkologi.com/articles/Klasifikasi%20tumor%20otak%25http://www.neuro-onkologi.com/articles/Klasifikasi%20tumor%20otak%25http://www.neuro-onkologi.com/articles/Klasifikasi%20tumor%20otak%25http://www.neuro-onkologi.com/articles/Klasifikasi%20tumor%20otak%25http://www.neuro-onkologi.com/articles/Klasifikasi%20tumor%20otak%25http://www.hjmi.net/Pustaka/Ilmiah/CPA%20tumor-x1.htmhttp://www.hjmi.net/Pustaka/Ilmiah/CPA%20tumor-x1.htmhttp://www.hjmi.net/Pustaka/Ilmiah/CPA%20tumor-x1.htmhttp://www.hjmi.net/Pustaka/Ilmiah/CPA%20tumor-x1.htmhttp://www.hjmi.net/Pustaka/Ilmiah/CPA%20tumor-x1.htmhttp://www.hjmi.net/Pustaka/Ilmiah/CPA%20tumor-x1.htmhttp://www.neuro-onkologi.com/articles/Klasifikasi%20tumor%20otak%25http://www.patient.co.uk/showdoc/40000781/9