PENENTUAN SENYAWA GLIKOSIDA, STEROIDA,
FLAVONOIDA, GULA DAN MINYAK ATSIRI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Agar mahasiswa mampu melakukan skrinning fitokimia terhadap golongan
glikosida, steroida, flavonoid, gula dan minyak atsiri.
Mengetahui senyawa apa saja yang terkandung didalam sampel yang akan di uji.
II. TINJAUN PUSTAKA
A. Glikosida
Salicin, a glikoside related to aspirin.
Glikosida adalah senyawa yang jika dihidrolsis akan menghasilkan satu
atau lebih gula dan komponen non gula. Secara kimia glikosida adalah aseatal,
dimana gugus hidroksil dari komponen non gulanya, dan gugus hirdoksil yang lain
berkondensasi kedalam gulanya sendiri membentuk cincin oksida. Komponen non
gula disebut aglikon sedangkan komponen gulanya disebut glikon.
Sebagai senyawa hidroksil, karbohidrat mampu membentuk ester dengan
alkohol lain. Sifat yang paling penting dari ester tersebut adalah mudah dihidrolisis.
Dengan cara mendidihkan sebentar dalam asam encer sudah cukup untuk
menghidrolisis bagian gula dan melepaskan dari bagian aglikon. Hampir semua
glikosida alam mempunyai konfigurasi beta. Gula yang paling sering dijumpai dalam
glikosida ialah glukosa.
Dari segi pandang biologi, glikosida berperan dalam tumbuhan terlibat
dalam fungsi pengaturan-pengaturan, perlindungan, dan kesehatan. Sedangkan untuk
manusia ada yang digunakan dalam pengobatan. Dalam segi pengobatan, glikosida
menyumbang hampir setiap kelas pengobatan, misalnya sebagai obat jantung
(kardiotonika), contohnya: glikosida digitalis, strophantus, squill, convallaria,
apocynum, dll. Sebagai obat pencahar (laxantia), misalnya antrakinon dalam sena,
aloe, kelembak, kaskara sagrada, frangula, dll. Sebagai penyedap atau lokal iritan,
misalnya alil-isotiosianat; sebagai analgesika, misalnya gaulterin dan gandapura
menghasilkan metilsalisilat.
Secara kimia, glikosida dibagi berdasarkan aglikonnya, yaitu: kardioaktif,
fenol, alkohol, aldehida, lakton, saponin, antrakuinon, isotiosianat, sianogenik dan
flavanol. Secara kimia, senyawa ini merupakan asetal, yaitu hasil kondensasi gugus
hidroksil gula dengan gugus hidroksil dari komponen aglikon, serta gugus hidroksil
sekunder di dalam molekul gula itu sendiri juga mengalami kondensasi membentuk
cincin oksida. Secara sederhana glikosida merupakan gula eter. Bentuk alfa dan beta
mungkin saja ada, namun di alam atau di dalam tanaman hanya bentuk beta (ß) yang
ada.
Biosintesis glikosida secara singkat dapat dirangkum dalam reaksi sebagai berikut:
UTP + gula-1-fosfat —-(1)——-à UDP-gula + PPi
UDP-gula + —septor —-(2)–à septon – gula + UDP (glikosida)
(1) enzim uridil tranferase (2) enzim glikosil transferase
Dengan reaksi sejalan akan terbentuk di-, tri-, bahkan tetra- sakarida. Bila
bagian aglikon digunakan sebagai dasar klasifikasi maka akan didapatkan
penggolongan sebagai berikut (menurut Claus dalam Tyler et al.,1988).
B. Steroida
Steroida merupakan suatu golongan senyawa triterpenoida yang
mangandung inti siklopentan perhidrofenantrena yang terdiri dari tiga cincin
sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana. Nama sterol dipakai khusus untuk
steroida alkohol, tapi karena semua steroida tumbuhan berupa alkohol dengan gugus
hidroksil pada C-3 maka disebut sterol. Sterol bisa terdapat dalam bentuk bebes atau
sebagai glikosida.
Lemak sterol adalah bentuk khusus dari steroid dengan rumus bangun
diturunkan dari kolestana dilengkapi gugus hidroksil pada atom C-3 , banyak
ditemukan pada tanaman, hewan dan fungsi. Semua steroid dibuat di dalam sel
dengan bahan baku berupa lemak sterol, baik berupa lanosterol pada hewan atau
fungsi, maupun berupa sikloartenol pada tumbuhan. Kedua jenis lemak sterol di atas
terbuat dari siklisasi squalena dari triterpena. Kolesterol adalah jenis lain lemak sterol
yang umum dijumpai.
Steroid meliputi empat golongan, yaitu kolesterol, hormon,
adrenokortikoid, hormone seksual dan asam empedu.
Kolesterol ditemukan dalam semua organism dan merupaka bahan awal
untuk pembentukan asam empedu, hormone steroid, dan vitamin D. Walaupun
kolesterol esensial bagi makhluk hidup, tapi berimplikasi terhadap pembentukam plek
pada dinding pembuluh nadi (suatu proses yang disebut arteosklerosis atau
pengerasan pembuluh), bahkan dapat mengakibatkan penyumbatan. Gejala ini penting
terutama dalam pembuluh yang memasuk darah ke jantung. Penyumbatan pada
pembuluh ini menimbulkan kerusakan jantung yang pada gilirannya dapat
menimbulkan kematian akibat serangan jantung.
. Beberapa steroid bersifat anabolik, antara lain testosteron, metandienon,
nandrolon dekanoat, 4-androstena-3 17-dion. Steroid anabolik dapat mengakibatkan
sejumlah efek samping yang berbahaya, seperti menurunkan rasio lipoprotein densitas
tinggi, yang berguna bagi jantung, menurunkan rasio lipoprotein densitas rendah,
stimulasi tumor prostat, kelainan koagulasi dan gangguan hati, kebotakan,
menebalnya rambut, tumbuhnya jerawat dan timbulnya payudara pada pria. Secara
fisiologi, steroid anabolik dapat membuat seseorang menjadi agresif.
C. Flavonoida
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol yang tarbesar. Gololngan
flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh
dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae.
Struktur molekuler dari rangka flavon (2-fenil-1,4-benzopiron)
Stuktur isovlavon
Struktur neoflavonoid
Flavonoid adalah jenis campuran yang dihasilkan oleh tumbuhan secara
alami, yang berfungsi sebagai anti oksidan. Campuran tersebut seperti pada zat warna
tanaman dan walaupun tidak tergolong sebagai bahan gizi penting, mereka mampu
menghasilkan vitamin C yang menjadikannya anti oksidan yang sangat kuat.
Flavonoid juga dibutuhkan untuk memelihara dinding kapiler dan melindungi dari
infeksi. Kekurangan flavonoid akan menyebabkan tubuh mudah memar.
Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deret senyawa C6 C3 C6
artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubtitusi)
disambungkan oleh rantai alifatik ketiga karbon. Flavonoid mempunyai sifat yang
khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar merupakan pigmen warna kuning,
dapat larut dalam air dan pelarut organik, mudah terurai pada temperatur tinggi..
campuran flavonoid dapat ditemui pada buah- buahan seperti: berry, apel, bawang
putih, anggur merah, the, anggur hijau, jeruk, lemon, cherry, sayur- sayuran hijau,
alga biru dan hijau, dan banyak lagi yang lain.
Flavonoid tak hanya melindungi dari zat berbahaya yang merusak sel, tapi
juga mencegah tumbuhnya bibit penyakit kanker dalam tubuh, memperlambat
pertumbuhan dan penyebaran sel kanker dalam tubuh, dan lain-lain.
Walaupun studi yang terdahulu menunjukkan bahwa hampir semua buah-buahan dan
sayuranmengandung campuran anti-kanker yang sangat ampuh, para peneliti gagal
menemukan apakah jenis antioksidan tanaman yang menghancurkan sel tumor itu dan
bagaimanacarakerjamereka.
Flavonoid punya sejumlah kegunaan. Pertama, terhadap tumbuhan, yaitu
sebagai pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimiroba dan antivirus.
Kedua, terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik terhadap penyakit kanker dan
ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu sebagai daya tarik
serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat, kegunaan lainnya adalah sebagai
bahan aktif dalam pembuatan insektisida nabati dari kulit jeruk manis (Arda Dinata).
Pemberian atom hidrogen ini akan menyebabkan radikal bebas menjadi stabil dan
berhenti melakukan gerakan ekstrim, sehingga tak merusak lipida, protein, dan DNA
(materi genetik) yang menjadi target kerusakan seluler. Hal senada dikatakan oleh
Kandaswami dan Middleton (1997), bahwa flavonoid dapat bertindak sebagai quencer
oksigen singlet dan sebagai chelator logam.
D. Gula
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk
kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan
keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi
dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan
digunakan oleh sel.
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren.
Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa.
Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga
menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa. Proses
untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan
pemurnian melalui distilasi (penyulingan).
Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim
hangat seperti Australia, Brazil, dan Thailand. Hindia-Belanda (sekarang Indonesia)
pernah menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an, namun kemudian
tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001/2002 gula yang
diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak dibandingkan gula yang
diproduksi negara maju. Penghasil gula terbesar adalah Amerika Latin, negara-negara
Karibia, dan negara-negara Asia Timur.
Lain halnya dengan bit, gula bit diproduksi di tempat dengan iklim yang
lebih sejuk, Eropa Barat Laut dan Timur, Jepang utara, dan beberapa daerah di
Amerika Serikat, musim penumbuhan bit berakhir pada pemanenannya di bulan
September. Pemanenan dan pemrosesan berlanjut sampai Maret di beberapa kasus.
Lamanya pemanen dan pemrosesan dipengaruhi dari ketersediaan tumbuhan, dan
cuaca. Bit yang telah dipanen dapat disimpan untuk di proses lebih lanjut, namum bit
yang membeku tidak bisa lagi diproses.
Pengimpor gula terbesar adalah Uni Eropa. Peraturan pertanian di EU
menetapkan kuota maksimum produksi dari setiap anggota sesuai dengan permintaan,
penawaran, dan harga. Sebagian dari gula ini adalah gula "kuota" dari industry levies,
sisanya adalah gula "kuota c" yang dijual pada harga pasar tanpa subsidi. Subsidi-
subsidi tersebut dan pajak impor yang tinggi membuat negara lain susah untuk
mengekspor ke negara negara UE, atau bersaing dengannya di pasar dunia. Amerika
Serikat menetapkan harga gula tinggi untuk mendukung pembuatnya, hal ini
mempunyai efek samping namun, banyak para konsumen beralih ke sirup jagung
(pembuat minuman) atau pindah dari negara itu (pembuat permen).
Pasar gula juga diserang oleh harga sirup glukosa yang murah. Sirup
tersebut di produksi dari jagung (maizena), Dengan mengkombinasikannya dengan
pemanis buatan pembuat minuman dapat memproduksi barang dengan harga yang
sangat murah.
E. Minyak Atsiri
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil),
minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar
minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap
sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari
wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan,
sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit
sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh
hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat
alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga
mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang
berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak
atsiri.
Ciri- ciri minyak atsiri:
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain
itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat).
Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat
menghasilkan rasa yang berbeda.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai
senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma
tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik
terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil.
Minyak atsiri biasanya dinamakan menurut sumber utamanya, misalnya:
Minyak adas (fennel/foeniculi oil)
Minyak cendana sandalwood oil)
Minyak bunga cengkeh (eugenol oil) dan minyak daun cengkeh (leaf clove oil)
Minyak kayu putih (cajuput oil)
Minyak bunga kenanga (ylang-ylang oil)
Minyak lawang
Minyak mawar
Minyak nilam
Minyak serai
Selain itu, dikenal pula beberapa "minyak" (atau dalam bentuk salep) yang
sebenarnya merupakan kombinasi antara beberapa minyak atsiri. Contohnya adalah:
Minyak telon
Minyak tawon
Minyak angin
Beberapa minyak gosok dan salep gosok.
Berdasarkan sifat fisikokimianya minyak atsiri merupakan cairan lembut,
bersifat aromatik, dan mudah menguap pada suhu kamar. Minyak atsiri umumnya
diperoleh dari ekstrak bunga, biji, daun, kulit batang, kayu, dan akar tumbuh-
tumbuhan tertentu. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai bahan
pewangi atau penyedap (flavoring). Minyak atsiri sebagai bahan pewangi dan
penyedap digunakan oleh bangsa-bangsa yang telah maju dan sudah digunakan sejak
beberapa abad yang lalu.
Selain itu minyak atsiri banyak digunakan dalam bidang kesehatan dan
kegunaan lain. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptik
internal atau eksternal, sebagai bahan analgesik, haemolitik atau sebagai enzimatik,
sebagai sedatif, stimulan untuk obat sakit perut, dll. Selain memiliki bau yang harum,
minyak atsiri dapat pula membantu pencernaan dengan merangsang sistem saraf
sekresi. Minyak atsiri dapat menetralisir bau yang tidak enak dari suatu bahan,
misalnya bau dari bahan sintetis.Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang
potensial untuk menghasilkan minyak atsiri. Pandan wangi yang dalam bahasa
latinnya Pandanus amaryllifolius Roxb., merupakan tumbuhan yang cocok dengan
iklim di daerah tropis. Terdapat di pinggir sungai, di tepi rawa, atau di tanah yang
basah, dan tumbuh subur di daerah pantai sampai ketinggian 500 meter di atas
permukaan laut. Batangnya bulat dengan bekas duduk daun,
bisa bercabang-cabang, menjalar, akar tunjang ke luar di sekitar pangkal batang dan
cabang.
III. PROSEDUR KERJA
A. Penentuan Glikosida
Sampel: Daun ketepeng dan Lidah buaya.
Sebanyak ± 2 g sampel yang telah dihaluskan, dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer, masukkan beberapa batu didih dan ditambahkan 20 ml etanol 95% dan
air (7:3), dipanaskan dengan pendingin balik selama ± 10 menit, dinginkan dan
saring, tambahkan 10 ml air dan 10 ml larutan Pb asetat 0.4M, diamkan sebentar,
saring. ± 10 ml filtratnya masukkan kedalam corong pisah, sari dengan 10 ml
campuran kloroform dan isopropanol (3:2) sebanyak 3 kali, kumpulkan sari
tambahkan asam sulfat anhidrat, saring dan uapkan pada suhu 50oC. Residu dilarutkan
dalam methanol dan uji sebagai berikut:
1. Sedikit residu didalam tabung reaksi tambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi
molish homogenkan dan tambahkan saam sulfat pekat perlahan- lahan melalui
dinding tabung, terbentuk cincin ungu.
2. Tambahkan 5 ml asam asetat dan 10 tetes asam sulfat terjadi warna biru atau
hijau.
3. 200 mg sampel tambahkan 2 ml larutan FeCl3, 8 ml air dan 5 ml HCl pekat.
Tambahkan 5 ml benzene, kocok, lapisan benzene berwarna kuning
tambahkan NaOH 2N dan kocok, lapisan air akan berwarna merah,
menunjukkan adanya glikosida.
4. Sampel tambahkan NaOH akan terjadi warna kuning sampai coklat.
B. Penentuan Steroida
Sampel: Sanggul nenas dan Daun srikaya.
Sebanyak 1 g sampel yang telah dihaluskan disari dengan 20 ml eter,
hasilnya di uapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 5 tetes asam asetat
anhidrat dan 5 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann - Burchard), apabila
terbentuk warna merah atau ungu yang kemudian akan berubah menjadi warna biru
atau biru hijau menunjukkan adanya senyawa steroida/ triterpenoid bebas.
C. Penentuan Flavonoid
Sampel: Daun kumis kucing, Kulit jeruk bali dan Daun jambu biji.
Sebanyak ± 500 mg sampel yang telah dihaluskan, dimasukkan kedalam
labu Erlenmeyer ditambahkan 10 ml etanol, direfluks selama 10 menit. Kemudian
disaring selagi panas melalui kertas saring. Setelah dingin ditambahkan 5 ml eter
minyak tanah, dikocok hati- hati, lalu didiamkan sebentar lapisan methanol di ambil,
lalu di uapkan pada temperatur 40OC. Sisanya dilarutkan dalam 5 ml etil asetat dan
kemudian disaring. Filtrat di gunkan untuk percobaan berikut:
1. Sebanyak 1 ml filtrate diuapkan sampai kring, kemudian sisanya dilarutkan
dalam 1-2 ml etanol 95% lalu ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 ml HCl
2N. Teteskan 1 tetes HCl pekat. Diamkan selama 5 menit terbentuk warna
merah intensif maka menunjukkan adanya senyawa flavonoida.
2. Sebanyak 1 ml filtrate diuapkan sampai kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml
etanol 95% kemudian ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 10 ml HCl pekat.
Jika terjadi warna merah jingga sampai ungu menunjukkan adanya senyawa
flavonoida. Jika warnanya kuning jingga menunjukkan adanya flavon, kalkon
dan auron.
3. Sebanyak 1 ml filtrat duapkan sampai kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml
etanol 95% kemudian ditambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam
oksalat, dipanaskan di atas penangas air, campurkan dengan eter, amati
dibawah sinar UV 366 nm, berflouresensi kuning intensif.
D. Penentuan gula
Sampel: Daun tebu dan Buah bit.
Sampel dihaluskan, dan direbus dengan air sampai mendidih, dinginkan
dan saring lalu lakukan uji sebagai berikut:
1. Sedikit sampel masukkan kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan
fehling A dan Fehling B, dan basakan dengan NaOH, panaskan dan amati apa
yang terjadi.
2. Sedikit sampel masukkan kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan sedikit
larutan Ag ammoniakal dan NH4OH, panaskan dan amati apa yang terjadi.
E. Penentuan minyak atsiri
Sampel: Kulit jeruk bali dan Jahe
Sedikit sampel diiris- iris secara melintang, disari dengan methanol, bagi
dua bagian, sebagian ditambahkan asam borat dan sebagian lagi ditambahkan Vnilin-
asam sulfat,amati apa yang terjadi.
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Glikosida
NO Sampel
Hasil reaksi dengan pereaksi
2 ml air +
Molish +
H2SO4
5 ml asetat +
H2SO4
2ml FeCl3 + 8
ml air + 5 ml
HCl(P) + 5 ml
benzene NaOH
2N
+ NaOH
1 Ketepeng (+)
Cincin ungu
(+)
Warna hijau
(+)
Lap. air merah,
lapisan benzene
kuning
(+)
kuning
2 Lidah buaya (+)
Cincin ungu
(+)
Warna hijau
(+)
Lap.air merah,
lap. Benzene
kuning
(+)
kuning
B. Steroida
No Sampel Pereaksi Liebermann - Burchard
1 Jambul Nenas (+) Warna Ungu
2 Daun Srikaya (+) Warna Ungu
C. Flavonoida
NO sampel
Direaksikan dengan pereaksi
Serbuk Zn + HCl
2N+ HCl(P)
Serbuk Mg +
HCl(P)
As.borat +
As.oksalat
1
Kulit
jeruk bali
(+)
Merah intensif
(+)
Merah jingga
(+)
Kuning intensif
2
Daun
jambu biji
(+)
Merah intensif
(+)
Kuning Jingga
(+)
Kuning intensif
3
Daun
kumis kucing
(+)
Merah intensif
(+)
Merah Jingga
(+)
Kuning intensif
D. Gula
No Sampel
Direaksikan dengan pereaksi
Fehling A+B + NaOH
panaskan
Ag- Ammoniakal + NH4OH
panaskan
1 Daun tebu Endapan Merah
Larutan Biru kehijauan
Cermin perak
2 Buah bit Endapan Merah bata Cermin perak
E. Minyak Atsiri
No Sampel
Direaksikan Dengan Pereaksi
As. Borat Vnilin + H2SO4
1 Kulit Jeruk Bali (+) Larutan Merah (+) Larutan Merah
2 Jahe (+) Larutan Merah (+) Larutan Merah
V. KESIMPULAN
1. Skrinning fitokimia yang dilakukan pada daun ketepeng dan lidah buaya
memberikan hasil positif. Hal Sehingga dapat disimpulkan bahwa daun
ketepeng dan lidah buaya mengandung senyawa glikosida.
2. Skrinning fitokimia yang dilakukan pada sanggul nenes dan daun srikaya
memberikan hasil positif setelah di uji dengan pereaksi Liebermann – burchard
yang menghasilkan larutan warna ungu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
didalam sanggul nenes dan daun srikaya mengandung senyawa steroid.
3. Skrinning fitokimia yang dilakukan pada daun kumis kucing, daun jambu biji
dan daun kumis kucing memberikan hasil positif. Akan tetapi setelah di uji
dengan masing- masing pereksi yang digunakan, didalam kulit jeruk bali dan
daun kumis kucing dapat disimpulkan mengandung senyawa flavonoida,
sementara pada daun jambu biji didapatkan adanya senyawa flavon, kalkon dan
auron, hal ini dikarenakan setelah penambahan serbuk magnesium dan 10 ml
HCl(P) memberikan warna kuning jingga.
4. Skrinning fitokimia yang dilakukan pada daun tebu dan buah bit yang diuji
dengan larutan fehling A dan B memberikan endapan merah bata, sementara
diuji dengan Ag- ammoniakal ditambahkan NH4OH membentuk cermin perak.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa daun tebu dan buah bit mengandung senyawa
gula.
5. Skrinning fitokimia yang dilakukan terhadap kulit jeruk bali dan rimpang jahe
dapat disimpulkan mengandung minyak atsiri. Hal ini dibuktikan setelah disari
dan direaksikan dengan penambahan asam borat yang membentuk larutan merah
serta setelah penambahan Vnilin asam sulfat juga membentuk larutan merah.
DAFTAR PUSTAKA
Harbone.J.B, 1987. Metode Fitokimia. Edisi II. Bandung : ITB Press.
Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta : Binarupa Akasra.
Dra. Nio, Kam Oey. 1989. Cermin Dunia Kedokteran No. 58. Jakarta.
Steroid. Cyberlipid Center . http://www.cyberlipid.org/simple/simple0008.htm#1. Diakses pada
21 Februari 2010.
Dewick, Paul M. , "Medicinal Natural Products: A Biosynthetic Approach" 2nd edition, 2002,
Chichester, John Wiley & Sons Ltd
SKRINNING FITOKIMIA GOLONGAN
GLIKOSIDA, STEROIDA, FLAVONOID, GULA DAN MINYAK ATSIRI
Jurnal Praktikum Fitokimia
Oleh :
Kelompok X
1. INKA TRIASNITA (104301149)
2. RUSMANIAR (1043011 )
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2011