LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR
INDEKS KUALITAS TANAH DAN PENGARUH BAHAN AMELIORAN
TERHADAP MUATAN KOLOID DAN FISIKOKIMIA TANAH PADA
LAHAN KERING SUBOPTIMAL KABUPATEN ACEH BESAR
Tim Peneliti
Prof. Dr. Ir. Sufardi, M.S. (NIP. 196211171987021001)
Dr. Ir. Teti Arabia, M.S. (NIP. 196109141986022001)
Ir. Khairullah, M.Agric Sc. (NIP. 196505201992031007)
Dibiayai oleh:
Universitas Syiah Kuala,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi,
sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Profesor
Tahun Anggaran 2019 Nomor: 520 /UN11/SPK/PNBP/2019
Tanggal 8 Februari 2019
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
OKTOBER 2019
LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR
INDEKS KUALITAS TANAH DAN PENGARUH BAHAN AMELIORAN
TERHADAP MUATAN KOLOID DAN FISIKOKIMIA TANAH PADA
LAHAN KERING SUBOPTIMAL KABUPATEN ACEH BESAR
Tim Peneliti
Prof. Dr. Ir. Sufardi, M.S. (NIP. 196211171987021001)
Dr. Ir. Teti Arabia, M.S. (NIP. 196109141986022001)
Ir. Khairullah, M.Agric Sc. (NIP. 196505201992031007)
Dibiayai oleh:
Universitas Syiah Kuala,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi,
sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Profesor
Tahun Anggaran 2019 Nomor: 520 /UN11/SPK/PNBP/2019
Tanggal 8 Februari 2019
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
OKTOBER 2019
iii
RINGKASAN
Karakteristik muatan koloid tanah merupakan sifat fisikokimia yang sangat erat
kaiannya dengan kualitas tanah. Kualitas fisikokimia ini dapat ditingkatkan dengan
memberikan bahan amelioran yang berpengaruh baik terhadap muatan koloid. Penelitian
ini bertujuan untuk evaluasi indeks kualitas tanah dan mengkaji aplikasi jenis dan dosis
bahan maelioran terhadap status muatan koloid dan fisikokimia tanah serta pengaruhnya
terhadap pertumbuhan, serapan hara dan hasil tanaman jagung dan kedelai pada lahan
kering suboptimal di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh dalam rangka mengembangkan
sistem pertanian berkelanjutan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu untuk
mengevaluasi indeks kualitas tanah dan sifat fisikokimia tanah dari berbagai jenis tanah
(ordo) yang terdapat di lahan kering suboptimal Aceh Besar dan menggunakan percobaan
inkubasi di laboratorium dan percobaan di rumah kasa dengan indiukator tanaman jagung
dan kedelai. Pada percobaan laboratorium dan rumah kasa, penelitian ditata dengan
rancangan acak kelompok factorial yang dibuat dalam tiga seri percobaan.
Berdasarkan hasil evaluasi lapangan dan analisis laboratorium serta berdasarkan
hasil percobaan yang telah dilakukan, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat
dihasilkan untuk sementara ini, yaitu:
(1) Indeks kualitas tanah (IKT) pada lahan kering suboptimal Kabupaten Aceh Besar
berbeda antar ordo tanah. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam
sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Indeks kualitas tanah di lahan kering
suboptimal Aceh Besar secara umum bervariasi dari kategori sedang hingga tinggi,
sedangkan status (tingkat) kesuburan tanah bervariasi dari kategori rendah hingga
tinggi. Sebagian besar ordo tanah yang mendominasi lahan kering Kabupaten Aceh
Besar seperti Entisols Jalin, Inceptisols Data Gaseu, Ultisol Jantho, dan Oxisols
Lembah Seulawah mempunyai IKT sedang dan kesuburan tanah rendah.
(2) Indeks kualitas tanah (IKT) tinggi dengan tingkat kesuburan sedang hingga tinggi
ditemukan pada Mollisols Krung Raya dan Andisols Saree.
(3) Sifat-fisikokimia tanah di lahan kering Aceh Besar umumnya dicirikan oleh reaksi
tanah yang masam hingga agak masam (kecuali pada Mollisols Krueng Raya),
memiliki nilai pHo atau titik muatan nol (PZC) lebih besar dari pH aktual sehingga
kualitas koloid tanah dinilai kurang baik. Kondisi ini juga ditandai dengan rendahnya
kandungan kation-kation tertukar (Ca, Mg, K, dan Na) serta kejenuhan basa dan C
organik tanah.
(4) Hasil analisis data percobaan inkubasi laboratorium dan percobaan di rumah kaca
menggunakan indikator tanaman jagung dan kedelai menunjukkan adanya indikasi
pengaruh dari aplikasi amelioran berbeda jenis dan dosis terhadap sifat fisikokimia
tanah dan keragaan tanaman. Pemberian Kompos, biochar, dan SP-36 secara umum
iv
memberikan pertumbuhan yang lebih baik terhadap hasil jagung dan kedelai pada
ketiga ordo tanah (Andisols Saree, Inceptisols Cucum, dan Ultisols Jantho) dan
terendah pada Inceptisols Cucum.
(5) Pertumbuhan jagung pada tanah Ultisols Jantho lebih baik dibandingkan pada
Andisols Saree dan Inceptiols Cucum, sedangkan pertumbuhan dan hasil kedelai
lebih baik juga pada Ultisols Jantho dan terendah pada Andisols Saree.
(6) Secara umum berdasarkan hasil percobaan rumah kasa, maka pemberian 10 t/ha
Kompos + 10 t/ha Biochar memberikan pertumbuhan jagung dan hasil kedelai yang
lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya.
(7) Kendala tingginya nilai PZC tanah dan kurang baiknya sifat fisikokimia tanah
(kesuburan rendah) pada sebagian besar jenis tanah (ordo) di lahan kering suboptimal
Kabupaten Aceh Besar dapat diatasi dengan memberikan bahan amandemen organik
dan pemupukan yang berimbang. Bahan amendemen yang dipilih harus mampu
memperbaiki kualitas tanah dan ciri muatan koloid.
(8) Perlu dikaji lebih mendalam hubungan antara ciri muatan koloid dengan penjerapan
ion (adsorpsi) fosfat, sulfat, dan pelepasannya (desorpsi) pada beberapa ordo tanah
dengan menggunakan isoterm adsorpsi seperti Langmuir dan Freundlisch. Penelitian
yang sama juga perlu dilanjutkan kemampuan adsorpsi dari beberapa bahan
amelioran tanah seperti biochar, kapur, kompos, dan zeolit.
(9) Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh residu amelioran terhadap
sifat-sifat tanah dan hasil tanaman khususnya jagung dan kedelai pada ketiga ordo
tanah yang diuji dari lahan kering Aceh Besar.
v
PRAKATA
Syukur kehadhirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, tim penulis telah dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Penelitian Profesor yang berjudul “Indeks Kualitas Tanah
dan Pengaruh Bahan Amelioran Terhadap Muatan Koloid dan Fisikokimia Tanah
pada Lahan Kering Suboptimal Kabupaten Aceh Besar”. Penelitian ini terlaksana atas
dukungan dana dari Program “Hibah Profesor 2019” dari Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Syiah Kuala dengan nomor kontrak: 520
/UN11/SPK/PNBP/2019, Tanggal 8 Februari 2019.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas
Syiah Kuala yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk mendapatkan hibah
professor 2018 sehingga dengan dukungan dana tersebut, penelitian ini dapat terlaksana
dengan baik. Ucapan yang sama juga kami sampaikan kepada Ketua Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unsyiah atas petunjuk dan pengarahannya sehingga
penelitian ini terlaksana sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Terima kasih juga kami
sampaikan kepada Kepala Laboratorium Penelitian Tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala beserta staf analisisnya yang telah membantu dalam analisis
sampel tanah serta Kepala/Pengelola Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unsyiah yang
telah memberi izin untuk menggunakan lokasi untuk pelaksanaan percobaan.
Kepada Dr. Ir. Hairul Basri, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala yang telah memberi izin untuk menunjuk beberapa
mahasiswa agar dapat diikutkandalam penelitian ini kami menghaturkan terima kasih. Kami
juga menyampaikan terima kasih kepada para mahasiswa Program Studi Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Unsyiah yaitu Tri Chairina, Mona Mislia, dan Raimi Nazifa yang telah
ikut serta dalam kegiatan penelitian ini. Terima kasih juga disampaikan kepada saudara
Umar dan Fakhruddin masing-masing sebagai mahasiswa Program Doktor Ilmu Pertanian
dan Program Magister Konservasi Sumberdaya Lahan atas segala bantuan yang telah
diberikan khususnya dalam membantu penyiapan Rumah Kasa di lapangan. Kepada Dr. Ir.
Teti Arabia, MS. dan Ir. Khairullah, M.Agric Sc. selaku anggota tim peneliti, kami juga
mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik sehingga penelitian dapat terlaksana
dengan lancar.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, kami
dengan tulus menerima segala bentuk kritikan dan saran serta koreksi untuk perbaikan.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu, publikasi, dan
pengembangan teknologi pertanian khususnya di bidang ilmu tanah.
Banda Aceh, 28 Oktober 2019
Penulis
vi
DAFTAR ISI
RINGKASAN iii
PRAKATA iv
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1. PENDAHULUAN 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Lahan Kering Suboptimal dan Permasalahannya 3
2.2. Konsep Pengelolaan Lahan Kering 4
2.3. Pengaruh Jenis Amelioran terhadap Kualitas Tanah 4
2.4. Indeks Kualitas Tanah 5
2.5. Produksi Tanaman Pangan pada Lahan Kering 7
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 10
3.1. Tujuan Penelitian 10
3.2. Manfaat Penelitian 10
BAB 4. METODE PENELITIAN 11
4.1. Tempat dan Waktu 11
4.2. Bahan dan Alat 11
4.3. Metode Penelitian 11
4.3.1. Evaluasi Indeks Kualitas Tanah 12
4.3.2. Percobaan Inkubasi Laboratorium 15
4.3.3. Percobaan Rumah Kasa 19
BAB 5. HASIL LUARAN YANG DICAPAI 23
5.1. Evaluasi Indeks Kualitas Tanah pada Lahan Kering Aceh Besar 23
5.1.1. Deskripsi Ordo Tanah 23
5.1.2. Indeks Kualitas Tanah 25
5.1.3. Status Kesuburan Tanah 27
5.1.4. Sifat-sifat Kimia Tanah 28
5.2. Pengaruh Amelioran Terhadap Muatan Koloid dan
Fisikokimia Tanah 31
5.2.1. Status Muatan Koloid 31
5.2.2. Sifat Fisikokimia Tanah 33
5.3. Pengaruh Amelioran Terhadap Pertumbuhan dan Serapan
Hara Tanaman Jagung 38
5.3.1. Pertumbuhan Tanaman Jagung 38
5.3.2. Serapan Hara 42
vii
5.4. Pengaruh Jenis dan Dosis Amelioran Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Kedelai 44
5.4.1. Pertumbuhan Tanaman 44
5.4.2. Hasil Kedelai 45
BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN 46
7.1. Simpulan 46
7.2. Saran 47
DAFTAR PUSTAKA 48
LAMPIRAN-LAMPIRAN 56
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Modifikasi indikator, sekor dan batas-batas fungsi asesmen 12
Tabel 2. Kriteria kualitas tanah didasarkan pada skor indeks kualitas tanah
(IKT) 12
Tabel 3. Nama subgroup tanah dan lokasi pengambilan sampel tanah pada
lahan kering Kabupaten Aceh Besar 13
Tabel 4. Kombinasi perlakuan jenis amelioran dan jenis tanah yang
digunakan dalam percobaan 16
Tabel 5. Klasifikasi subgroup tanah menurut Soil Survey Staff (2014) dari
beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh Besar 24
Table 6. Parameter indeks kualitas tanah (IKT) pada beberapa ordo tanah
di lahan kering suboptimal Aceh Besar 25
Table 7. Perhitungan indeks kualitas tanah yang didasarkan pada fungsi
tanah dan kajian indikator pada setiap ordo tanah di lahan kering
Aceh Besar 25
Table 8. Hasil perhitungan skor indikator dan indeks kualitas tanah
berdasarkan fungsi-fungsi tanah 26
Table 9. Status kesuburan tanah pada beberapa ordo tanah di lahan kering
Aceh Besar 27
Tabel 10. Nilai pH tanah, kandungan C dan N serta P tanah pada setiap
lapisan horizon pada beberapa ordo tanah di lahan kering
suboptimal Aceh Besar 29
Tabel 11. Kandungan kation basa tertukar, KTK, KB, Al-dd, H-dd, dan
DHL tanah pada setiap lapisan horizon pada beberapa ordo tanah
di lahan kering suboptimal Aceh Besar 30
Tabel 12. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap titik
muatan nol (PZC) tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering
suboptimal Aceh Besar 31
Tabel 13. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap titik
muatan nol (PZC) tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering
suboptimal Aceh Besar 32
Tabel 15. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap KTK
tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimalAceh Bes 33
Tabel 16. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap
kandungan C dan N tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering
suboptimal Aceh Besar 34
ix
Tabel 17. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap
kandungan kation tertukar (Ca, Mg, K, dan Na) pada tiga ordo
tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar 35
Tabel 18. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap
jumlah kation dan kejenuhan basa tanah pada tiga ordo tanah dari
lahan kering suboptimal Aceh Besar 36
Tabel 19. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap
kandungan Al-dd, H-dd, dan kejenuhan Al pada tiga ordo tanah
dari lahan kering suboptimal Kabupaten Aceh Besar 37
Tabel 20. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap tinggi
tanaman jagung umur 14, 21, 28, 35, dan 42 hari setelah tanam
(HST) pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh
Besar 38
Tabel 21. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap
konsentrasi N, P, dan K jaringan tanaman jagung pada umur 45
hari setelah tanam (HST) pada tiga ordo tanah dari lahan kering
suboptimal Aceh Besar 42
Tabel 22. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap
Serapan N, P, dan K jaringan tanaman jagung pada umur 45 hari
setelah tanam (HST) pada tiga ordo tanah dari lahan kering
suboptimal Aceh Besar 43
Tabel 23. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap
tinggi tanaman kedelai umur 14, 21, 28, 35, dan 42 hari setelah
tanam (HST) pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal
Aceh Besar 44
Tabel 24. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap tinggi
tanaman umur 48 HST dan komponen hasil kedelai pada tiga ordo
tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar 45
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Penampang Profil Tanah pada beberapa lokasi lahan kering
suboptimal di Kabupaten Aceh Besar 24
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi profil Inceptisol Data Gaseu (P1) 57
Lampiran 2. Deskripsi profil Entisol Jalin Atas (P3) 58
Lampiran 3. Deskripsi profil Andisol Saree (P4) 59
Lampiran 4. Deskripsi profil Oxisol Saree Bawah (P5) 60
Lampiran 5. Deskripsi profil Mollisol Lamreh/Krueng Raya (P7) 61
Lampiran 6. Deskripsi profil Ultisol Jantho/Jalin (P8) 62
Lampiran 7. Layout atau Denah Percobaan Inkubasi Pengaruh
Amelioran terhadap Status Muatan Koloid dan Fisikokimia
Tanah 63
Lampiran 8. Kompilasi Data Hasil Analisis Laboratorium dari
Percobaan Inkubasi 64
Lampiran 9. Kandungan C organik tanah pada berbagai perlakuan
pemberian amelioran berbeda jenis dan dosis 66
Lampiran 10. Kandungan pH H2O tanah pada berbagai perlakuan
pemberian amelioran berbeda jenis dan dosis 67
Lampiran 11. Kandungan pH KCl tanah pada berbagai perlakuan
pemberian amelioran berbeda jenis dan dosis 68
Lampiran 12. Layout atau Denah Percobaan Pengaruh Amelioran terhadap prtumbuhan dan hasil Jagung pada tiga ordo tanah di lahan kering Aceh Besar 70
Lampiran 13. Tinggi Tanaman 14 HST akibat Pemberian Bahan
Amelioran terhadap Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo
Tanah di Lahan Kering Aceh Besar 72
Lampiran 14. Tinggi Tanaman 21 HST akibat Pemberian Bahan
Amelioran terhadap Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo
Tanah di Lahan Kering Aceh Besar 71
Lampiran 15. Tinggi Tanaman 28 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran
terhadap Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo Tanah di Lahan
Kering Aceh Besar 74
Lampiran 16. Tinggi Tanaman 35 HST akibat Pemberian Bahan
Amelioran terhadap Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo
Tanah di Lahan Kering Aceh Besar 75
Lampiran 17. Tinggi Tanaman 42 HST akibat Pemberian Bahan
Amelioran terhadap Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo
Tanah di Lahan Kering Aceh Besar 76
xii
Lampiran 18. Kandungan Nitrogen Tanaman Jagung pada Berbagai
Perlakuan Pemberian Bahan Amelioran pada 3 Ordo
Tanah di Lahan Kering Aceh Besar 77
Lampiran 19. Kandungan Fosfor Tanaman Jagung pada Berbagai
Perlakuan Pemberian Bahan Amelioran g pada 3 Ordo
Tanah di Lahan Kering Aceh Besar 77
Lampiran 20. Kandungan Kalium Tanaman Jagung pada Berbagai
Perlakuan Pemberian Bahan Amelioran pada 3 Ordo
Tanah di Lahan Kering Aceh Besar 79
Lampiran 21. Layout atau Denah Percobaan Pengaruh Amelioran terhadap prtumbuhan dan hasil Kedelai (Glycine max (L) Merrill) pada tiga ordo tanah di lahan kering Aceh Besar 80
Lampiran 22. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis
terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai pada tiga ordo
tanah Aceh Besar 81
Lampiran 23. Tinggi Tanaman pada 14 HST akibat perlakuan pemberian
bahan amelioran dan jenis tanah pada tanaman kedelai 83
Lampiran 24. Tinggi Tanaman pada 21 HST akibat perlakuan pemberian
bahan amelioran dan jenis tanah pada tanaman kedelai 84
Lampiran 25. Tinggi Tanaman pada 28 HST akibat perlakuan pemberian
bahan amelioran dan jenis tanah pada tanaman kedelai 85
Lampiran 26. Tinggi Tanaman pada 35 HST akibat perlakuan pemberian
bahan amelioran dan jenis tanah pada tanaman kedelai 86
Lampiran 27. Tinggi Tanaman pada 42 HST akibat perlakuan pemberian
bahan amelioran dan jenis tanah pada tanaman kedelai 87
Lampiran 28. Tinggi tanaman kedelai umur 49 hari setelah tanam pada
berbagai perlakuan pemberian bahan amelioran dan ordo
tanah pada lahan kering Aceh Besar 88
Lampiran 29. Jumlah daun kedelai pada umur 34 hari setelah tanam pada
berbagai perlakuan pemberian amelioran dan ordo tanah
pada lahan kering Aceh Besar 89
Lampiran 30. Jumlah polong kedelai pada umur 60 hari setelah tanam
pada setiap perlakuan amelioran dan ordo tanah pada lahan
kering Aceh Besar 90
Lampiran 31. Bobot kering biji kedelai pada setiap perlakuan amelioran
dan ordo tanah pada lahan kering Aceh Besar 91
Lampiran 32. Hasil Kedelai per hektar pada setiap perlakuan amelioran
dan ordo tanah pada lahan kering Aceh Besar 92
Lampiran 33. Deskripsi varietas Jagung BISI 93
Lampiran 34. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro 94
Lampiran 35. Foto-foto Kegiatan Penelitian Lapangan dan Rumah Kasa. 95
1
BAB 1. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki lahan kering suboptimal yang masih cukup luas untuk
dikembangkan sebagai sasaran perluasan areal pertanian. Lahan kering ini tersebar luas di
Seluruh Kepulauan Nusantara, yang masih berpotensi menjadi sasaran perluasan areal
pertanian luasnya diperkirakan sekitar 122,05 juta hektar (Mutilaksono dan Anwar, 2014).
Di Provinsi Aceh, luas lahan kering yang belum digarap dengan baik diperkirakan mencapai
89.227,34 hektar (Pusat Data Informasi Pertanian, 2016) dan di Kabupaten Kabupaten Aceh
Besar potensi lahan kering diperkirakan mencapai 530.638 hektar, dan yang telah digarap
oleh masyarakat hanya sekitar 2.563 hektar (BPTP Aceh, 2015). Selebihnya merupakan
lahan terlantar atau lebih dikenal dengan lahan tidur.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sufardi et al. (2018) menemukan bahwa ada
beberapa ordo tanah yang terdapat pada lahan kering di Kabupaten Aceh Besar yaitu Entisol,
Inceptisol, Andisol, Ultisol, Oxisol, dan Mollisol. Lahan kering ini sebagian telah digunakan
untuk usahatani tegalan, kebun campuran dan lahan pengembalaan serta ada yang masih
berupa hutan sekunder/semak belukar. Hasil analisis kimia tanah pada beberapa ordo tanah
tersebut ditemukan ada beberapa kendala yang menyebabkan tingkat kesuburan tanah di
lahan kering Kabupaten Aceh tergolong rendah, seperti rendahnya bahan organik dan N total
tanah, rendahnya jumlah kationa basa (Ca, Mg, dan K) tertukar, serta rendahnya P tersedia
dan kapasitas tukar kation tanah (KTK) (Sufardi et al., 2017) sehingga secara umum kualitas
tanah tergolong rendah terutama ordo Ultisol, Inseptisol, dan Entisol (Martunis et al., 2016).
Hal ini menunjukkan bahwa hambatan utama dalam mendayagunakan lahan kering untuk
pertanian adalah tingkat kesuburan tanah rendah disebabkan oleh kendala kimia yang
membatasi pertumbuhan tanaman (Agus et al., 2001, Sanchez, 2004; Sufardi et al., 2017),
sehingga lahan ini diidentikasi sebagai lahan suboptimal (Lakitan dan Gofar, 2013).
Dari aspek fisikokimia tanah, permasalahan yang mendasar pada lahan kering yang
berkembang di iklim tropika basah adalah sistem koloid tanah yang kurang baik (Gillman,
1984; Arifin, 2011, Sposito, 2010). Koloid tanah di lahan kering suboptimal umumnya
didominasi oleh sistem muatan variabel karena tersusun atas mineral kalolinit (tipe 1:1) dan
oksida-hidoksi Fe dan Al sebagai komponen mineral liat yang dihasilkan dari pelapukan
tanah yang telah terjadi secara intensif (Bohn et al, 2005; Sposito, 2010). Di samping itu,
secara alami kadar bahan organik tanah di daerah tropis cepat menurun, mencapai 30-60%
2
dalam waktu 10 tahun (Suriadikarta et al. 2002). Akibatnya, tanah-tanah dilahan kering
suboptimal diperkirakan memiliki potensial muatan yang rendah yang diindikasi dengan
titik muatan nol (PZC) yang tinggi (Gillman, 1984).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kausar (2017) menunjukkan bahwa nilai PZC
tanah pada dua ordo tanah (Ultisol dan Andisol) yang terdapat di Aceh Besar memiliki PZC
tinggi (PZC = 5-6). Hal ini disebabkan karena komposisi mineral liat pada sebagian besar
tanah yang terdapat pada lahan kering Kabupaten Aceh Besar tersusun atas mineral tipe 1:1
(kaolinit, metahalysit) dan oksida hidrat Al dan Fe seperti gibsit, goethit, lepidokrosit, dan
mineral lainnya yang secara kimia memiliki PZC tinggi. Berdasarkan ciri ini, maka untuk
meningkatkan kualitas tanah, perlu diberikan bahan-bahan amelioran yang yang dapat
meningkatkan muatan negatif pada permukaan koloid tanah sehingga dapat menurunkan
status PZC tanah. Bahan tersebut antara lain bahan organik, sulfat, fosfat, dan silikat karena
secara alami, bahan-bahan amelioran ini memiliki status muatan nol rendah, sehingga jika
diaplikasikan ke dalam tanah dapat memodifikasi PZC tanah menjadi lebih rendah dari pH
aktual (Uehara dan Gillman, 1981, Gillman, 1984, Sposito, 2010). Informasi tentang status
PZC dari bahan-bahan ameliorant/pembenah tanah dan pengaruhnya terhadap fisikokimia
tanah masih sangat terbatas sehingga perlu dilakukan kajian yang mendasar dan terapannya
pada lahan kering suboptimal.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lahan Kering Suboptimal dan Permasalahannya
Di Indonesia, lahan kering suboptimal dianggap sebagai lahan potensial untuk
ekspansi pertanian, namun secara biofisik, namun lahan ini banyak permasalahannya
sehingga sering disebut sebagai lahan suboptimal yang dulu dijuluki dengan lahan marjinal
(Lakitan dan Gofar, 2013). Jika lahan kering dapat dikelola dengan baik, peningkatan produksi
pertanian pada lahan tersebut menjadi harapan besar pada masa mendatang. Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat (2004) telah memetakan lahan kering Indonesia pada sekala tinjau.
Hasil pemetaan menunjukkan bahwa sebagian besar lahan kering Indonesia didominasi oleh
ordo Ultisol, Inceptisol, Oxisol, Spodosol, Alfisol, dan Andisol, sedangkan selebihnya
adalah Entisol dan Vertisol. Tanah-tanah ini umumnya didominasi oleh mineral liat 1:1 dan
oksida-hidrat dari Al dan Fe dan campuran antara mineral tipe 2:1 dengan gibbsit yang
mempunyai muatan koloid tidak tetap, sedangkan pada Andisol didominasi oleh mineral liat
jenis alofan, imogolit, dan ferihidrit (Theng, 1980; Gillman, 1984; Sanchez, 2004).
Kelompok tanah-tanah di atas menurut Uehara dan Gillman (1981) dikelompokkan
sebagai tanah-tanah bermuatan variabel (soil with variable charge), karena sistem muatan
koloidnya tergantung pada pH dan faktor-faktor yang mempengaruhi kerapan muatan
permukaan. Tanah ini mempunyai faktor pembatas ganda bagi pertumbuhan tanaman, yaitu
terbatasnya ketersediaan air, kelangkaan bahan organik, bereaksi masam hingga sangat
masam (pH<5,5), keracunan Al dan Mn, tingginya fiksasi fosfat (P), defisiensi unsur hara
N, P, K, Ca, Mg, dan Mo, kapasitas tukar kation (KTK) rendah, kapasitas tukar anion (KTA)
tinggi, dan stabilitas agregat yang rendah sehingga mudah tererosi (Sufardi et al., 2016).
Koloid tanah merupakan partikel tanah yang berukuran sangat halus (<0,001 mm) yang
mempunyai muatan permukaan (Sposito, 2010). Dengan adanya muatan pada permukaan
partikel, maka koloid dapat berfungsi sebagai penjerap ion, air, dan senyawa-senyawa organik
yang sangat penting di dalam tanah (Bohn et al., 2005). Lebih lanjut Bohn et al. (2005)
menyatakan bahwa muatan dalam tanah dapat dibagi menjadi muatan tetap dan muatan berubah.
Muatan tetap ialah muatan yang tidak terpengaruh oleh perubahan pH tanah dan muatan ini
umumnya bersumber dari mineral liat tanah tipe 2:1 dan 1:1 yang ditimbulkan melalui proses
substitusi isomorfik (Greenland dan Mott, 2013). Muatan berubah (tidak tetap) adalah muatan
tanah yang berasal dari disosiasi oksida-hidroksida Al dan Fe dan ionisasi gugus fungsional
4
bahan organik sehingga muatan ini sangat dipengaruhi oleh perubahan pH dan faktor-faktor
yang menentukan kerapatan muatan koloid (Gillman, 1984). Konsep muatan berubah ini telah
dikembangkan oleh Uehara dan Gillman (1981) dengan memadukan teori Gouy-Chapman
dengan teori Nernst, yang menyatakan bahwa ciri-ciri tanah bermuatan berubah, dapat
dijelaskan dengan persamaan berikut:
v = 2kT 1/ 2 sinh 1,15 z (pHo - pH) (1)
dengan v adalah kerapatan muatan berubah pada permukaan koloid (e.s.u.cm-2). Berdasarkan
persamaan di atas, parameter (pHo-pH) merupakan petunjuk untuk tanda muatan berubah dari
komponen-komponen tanah. Jika pH aktual<pHo, koloid tanah bermuatan positif,
sebaliknya, jika pH aktual>pHo, koloid tanah bermuatan negatif, dan jika pH aktual sama
dengan pHo, muatan tanah adalah nol (Uehara dan Gillman, 1981). Pada titik pHo tersebut,
jumlah anion sama dengan jumlah kation atau dengan kata lain tidak ada muatan (jumlah
muatan berubah sama dengan nol).
2.2. Konsep Pengelolaan Lahan Kering
Berdasarkan konsep muatan berubah, ameliorasi tanah merupakan konsep
pengelolaan lahan khususnya pada lahan kering suboptimal. Ameliorasi suatu tindakan yang
perlu dilakukan untuk melakukan perubahan pada sistem koloid tanah muatan berubah dapat
memberikan pengaruh positif pada tanah (Sufardi, 2010). Oleh karena itu, setiap bahan
amelioran yang dipilih perlu dilihat bagaimana efeknya terhadap karakteristik muatan koloid
tanah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nilai pHo tanah-tanah yang telah berkembang
lanjut relatif tinggi sehingga terSjadi adsorpsi anion seperti fosfat, molibdat, dan sulfat dalam
kapasitas yang tinggi pula (Uehara dan Gillman, 1981, Bohn et al., 2005, Sposito, 2010,).
Oleh karena itu, meningkatkan muatan negatif pada permukaan koloid tanah dapat dilakukan
dengan pemberian bahan amelioran yang mampu menurunkan titik muatan nol tanah atau
menyumbangkan muatan negatif ke dalam tanah.
Bahan-bahan yang mempunyai titik muatan nol rendah antara lain adalah senyawa
organik dan silikat oksi-tetrahedral (Uehara dan Gillman, 1981). Menurut Greendland dan
Mott (2013), titik muatan nol bahan organik berkisar pada pH 2,0. Bukti lain rendahnya titik
muatan nol dari bahan organik adalah adanya temuan yang menunjukkan nilai pHo tanah
lapisan atas kaya humus lebih rendah daripada nilai pHo pada lapisan di bawahnya (Sufardi,
5
1998). Uraian ini menunjukkan bahwa setiap bahan amelioran akan memberikan pengaruh
yang beragam pada karakteristika muatan koloid tanah yang berkaitan dengan proses adsorpsi
dan desorpsi ion dalam tanah serta penyerapan hara oleh tanaman (Sposito, 2010). Lahan
kering suboptimal yang memiliki sejumlah permasalahan yang berkaitan dengan system
koloid tanah dan sifat fisikokimia tanah, maka pengelolaannya dapat dilakukan dengan
memodifikasi muatan koloid tanah dengan menurunkan status titik muatan nol (PZC). Titik
muatan nol tanah ini dapat diturunkan dengan memberikan bahan-bahan amelioran yang
secara alami mempunyai nilai PZC rendah seperti bahan organik berupa biochar, pupuk
kandang, kompos, silikat, fosfat dan sulfat (Sufardi. 1998, Sposito, 2010).
2.3. Pengaruh Jenis Amelioran terhadap Kualitas Tanah
Biochar didefenisikan sebagai biomasa yang mengandung karbon yang diperoleh
dari sumber-sumber yang berkelanjutan yang dapat bertahan di dalam tanah untuk
mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan dengan menjaga kualitas lingkungan
(Biochar International, 2018). Berbeda dengan arang (charcoal) yang digunakan sebagai
bahan bakar untuk panas, sebagai penyaring, dan sebagai pewarna dalam industri atau seni
(Lehmann dan Joseph, 2015), biochar merupakan bahan yang poreus yang befungsi
mempertahankan air dan unsur hara di dalam tanah untuk tanaman serta dapat memperbaiki
sifat-sifat fisik tanah (Chan et al., 2017). Biochar juga mempunyai kemampuan untuk
menjerap ion dan berpotensi untuk mengimobiliasi logam-logam berat, herbisida, dan
mencegah nitrat dari pencucian serta mengurangi emisi N2O dan CH4 dari tanah (Biochar
International, 2018).
Residu tanaman dan pupuk kandang, kompos, dan limbah-limbah pertanian lainnya
sangat penting untuk penyerapan karbon (carbon sequestration), konservasi tanah dan air,
aktivitas mikrobia, dan produktivitas pertanian (Chan et al., 2007, Steiner et al., 2017;
Biochar International, 2018). Pemberian biochar mampu meningkatkan serapan nitrogen,
fosfor, dan kalium. Adanya hara tanaman, luas permukaan, dan daya serap lami biochar
yang tinggi dan kapasitas biochar untuk bertindak sebagai media untuk mikroorganisme
diidentifikasi sebagai alasan utama biochar sebagai bahan untuk memperbaiki sifat fisik
(Chan et al. 2017). Steiner et al. (2007) menunjukkan bahwa aplikasi biochar menurunkan
kepadatan tanah, kekuatan tanah, Al dapat dipertukarkan, dan Fe dan meningkatkan
porositas, kandungan air tanah tersedia, C-organik, P tersedia, KTK, K dapat dipertukarkan
6
dan Ca dapat dipertukarkan. Penelitian yang dilakukan pada tanah sawah di Aceh juga telah
menunjukkan bahwa biochar dapat memperbaiki sifat-sifat kimia dan peningkatan hasil padi
sawah serta memberikan efek risidu pada yang baik pada tanah (Khairunnisa et al. 2011,
Samira et al., 2012, Mawardiana, 2013). Selain biochar dan bahan organik, bahan alam yang
mengandung silikat, fosfat, dan sulfat diharapkan juga dapat digunakan sebagai bahan
ameliorant karena senyawa-senyawa ini dapat teradsopsi pada permukaan koloid tanah
sehingga mengurangi kelarutan dari Fe, dan Al, serta meningkatkan muatan negatif ke dalam
tanah (Uehara dan Gillman, 1981, Gillman, 1984, Sufardi, 2010) termasuk pada tanah-tanah
tropika (Glaser, 2002, Lehmann dan Rondon. 2006).
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa peran biochar sebagai
bahan yang kaya karbon dan peran bahan organik sangat baik untuk memperbaiki kualitas
tanah sehingga diharapkan menjadi bahan alternatif untuk digunakan sebagai bahan
pembenah tanah (soil amendment) pada lahan kering suboptimal. Namun demikian, masih
sangat terbatas informasi peran bahan tersebut terhadap koloid tanah dan mekanisme
adsoprsi di dalam tanah khususnya status titik muatan nol (PZC), sehingga perlu kajian lebih
lanjut.
2.4. Indeks Kualitas Tanah
Indeks kualitas tanah dapat didefinisikan sebagai kesesuaian jenis tanah tertentu
dalam memberikan peran dan kapasitas bagi kelestarian ekosistem bagi pertumbuhan
tanaman, produktifitas ternak, pemeliharaan air dan kualitas udara dan untuk mendukung
habitas kehidupan manusia dan kesehatannya (Karlen et al. 1997, Arshad and Martin 2002).
Kualitas tanah yang baik tercermin dari komposisi bahan penyusun tanah yaitu
perimbangan antara komponen mineral, udara, air dan bahan organik (Foth, 2007). Bahan
organik yang mengandung C sekitar 56-58% (Bohn et al., 2013) mempunyai sumbangan
besar terhadap perbaikan kualitas tanah Stevesnon, 2007), karena selain berfungsi sebagai
sumber C bagi mikroorganisme di dalam tanah, juga dapat berperan dalam memperbaiki
sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah (FAO, 2005). Laishram et al. (2012) menyatakan
bahwa bahan organik merupakan komponen penting yang berkaitan erat dengan kesehatan
tanah. Kesehatan tanah merupakan konsep yang memandang fungsi tanah terhadap
kesehatan lingkungan termasuk keamanan produk pertanian (Linch, 1981).
7
Pada sistem pertanian lahan kering, kualitas tanah merupakan salah satu isu yang
sangat penting terutama jika dikaitkan dengan kandungan C tanah. Indikator kualitas tanah
antara lain dapat dinilai dari beberapa parameter fisikokimia yang dinyatakan sebagai indeks
kualitas tanah (Mausbach & Seybold, 1998, Partoyo, 2005). Indeks kualitas tanah (IKT)
telah banyak digunakan sebagai tolok ukur untuk melihat kualitas tanah. Di wilayah
dengan iklim tropika basah, kandungan dan distribusi C di dalam tanah menjadi salah satu
permasalahan besar (Sanchez, 2014) karena setiap tahunnya kehilangan C mencapai 20-30%
(Suritakatmana, 2003). Untuk meningkatkan kualitas tanah, maka diperlukan suatu upaya
untuk mempertahankan kandungan C dan distribusi C pada setiap ordo tanah dengan
pengelolan bahan organik yang tepat (FAO, 2005). Namun, informasi tentang kandungan C
dan distribusinya masih sangat terbatas. Tulisan ini menyajikan hasil evaluasi kandungan
dan distribusi C organik tanah dan indeks kualitas tanah pada beberapa ordo tanah di lahan
kering Aceh, Indonesia.
Doran & Parkin (1994) memberikan batasan kualitas tanah adalah kapasitas suatu
tanah untuk berfungsi dalam batas-batas ekosistem untuk melestarikan produktivitas
biologi, memelihara kualitas lingkungan, serta meningkatkan kesehatan tanaman dan
hewan. Johnson et al. (1997) mengusulkan bahwa kualitas tanah adalah ukuran kondisi
tanah dibandingkan dengan kebutuhan satu atau beberapa spesies atau dengan beberapa
kebutuhan hidup manusia. Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis
indikator-indikator kualitas tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah menghasilkan indeks
kualitas tanah. Indeks kualitas tanah merupakan indeks yang dihitung berdasarkan nilai dan
bobot tiap indikator kualitas tanah. Indikator-indikator kualitas tanah dipilih dari sifat-sifat
yang menunjukkan kapasitas fungsi tanah. Indikator kualitas tanah adalah sifat,
karakteristik atau proses fisika, kimia dan biologi tanah yang dapat menggambarkan kondisi
tanah (SQI, 2001).
Menurut Doran & Parkin (1994), indikator-indikator kualitas tanah harus (1)
menunjukkan proses-proses yang terjadi dalam ekosistem, (2) memadukan sifat fisika tanah,
kimia tanah dan proses biologi tanah, (3) dapat diterima oleh banyak pengguna dan dapat
diterapkan di berbagai kondisi lahan, (4) peka terhadap berbagai keragaman pengelolaan
tanah dan perubahan iklim, dan (5) apabila mungkin, sifat tersebut merupakan komponen
yang biasa diamati pada data dasar tanah. Karlen et al. (1996) mengusulkan bahwa
pemilihan indikator kualitas tanah harus mencerminkan kapasitas tanah untuk menjalankan
8
fungsinya yaitu: (1) melestarikan aktivitas, diversitas dan produktivitas biologis, (2)
mengatur dan mengarahkan aliran air dan zat terlarutnya, dan (3) menyaring, menyangga,
merombak, mendetoksifikasi bahan-bahan anorganik dan organik, meliputi limbah industri
dan rumah tangga serta curahan dari atmosfer, (4) menyimpan dan mendaurkan hara dan
unsur lain dalam biosfer, serta (5). mendukung struktur sosial ekonomi dan melindungi
peninggalan arkeologis terkait dengan permukiman manusia. Berdasarkan fungsi tanah yang
hendak dinilai kemudian dipilih beberapa indikator yang sesuai. Pemilihan indikator
berdasarkan pada konsep minimum data set (MDS), yaitu sesedikit mungkin tetapi dapat
memenuhi kebutuhan.
2.5. Produksi Tanaman Pangan pada Lahan Kering
Budidaya pangan seperti padi gogo, jagung, kacang tanah, dan kedelai pada lahan
kering umumnya belum memberikan hasil yang meuaskan sehingga produktivitas tanaman
yang diperoleh masih cukup rendah, mnika dibandingkan dengan produk tanaman pangan
seperti padi yang ditanam pada sawah beriirigasi teknis. Penyebabnya adalah karena faktor
biotis dan abiotis, teknik budidaya masih tradisional, penggunaan varietas potensi hasil
rendah, populasi tanaman rendah, dan penggunaan pupuk yang belum optimal (Balitseral,
2006). Pemupukan dengan menggabungkan antara pupuk anorganik dan organik lebih
meningkatkan produksi tanaman jagung baik itu panjang tongkol, lingkar tongkol dan bobot
pipilan kering jemur (Dewanto et al., 2013).
Kendala produksi di lahan kering adalah kondisi fisik lahan, teknologi, dan sosial
ekonomi. Oleh karena itu pengelolaan lahan kering yang tepat yang mengarah pada
peningkatan produksi yang berkesinambungan mutlak diperlukan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah mengembangkan teknologi usahatani yang sesuai dengan kondisi
setempat. Teknologi pengelolaan lahan kering yang umum dilakukan meliputi konservasi
air dan pemanfaatan bahan organik, dan akan semakin berarti apabila diintegrasikan dengan
usahatani ternak, karena dalam implementasinya konservasi lahan dan air akan terjamin
keberlanjutannya jika diintegrasikan dengan ternak. Pupuk organik dapat meningkatkan
kesuburan tanah baik fisik, kimia, dan biologi. Pupuk organik berfungsi sebagai pemantap
agregat tanah dan sebagai sumber hara penting tanah dan tanaman. Sedangkan, pemberian
pupuk anorganik dapat merangsang pertumbuhan tanaman khususnya batang, daun, biji, dan
berperan penting dalam pembentukan hijau daun (Lingga dan Marsono, 2008).
9
Kelebihan unsur hara nitrogen dapat meningkatkan kerusakan akibat serangan hama
dan penyakit, memperpanjang umur dan tanaman lebih mudah rebah. Pengaruh awal
kekurangan unsur hara nitrogen di dalam tanah yaitu pertumbuhan tanaman lambat dan
kerdil, daun sempit, pendek, dan tegak (Syafruddin, et al., 2006). Nitrogen merupakan unsur
hara makro yang menjadi pembatas utama produksi tanaman jagung di lahan kering
(Adisarwanto dan Widiastuti, 2009). Sehingga, pupuk kandang merupakan salah satu
sumber bahan organik yang dapat dimanfaatkan untuk menambah ketersediaan unsur hara
nitrogen dalam tanah (Fathan et al., 1998).
10
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji kualitas tanah dan pengaruh
berbagai jenis bahan amelioran terhadap koloid dan sifat fisikokimia tanah dan hasil
tanaman pangan pada lahan kering suboptimal di Kabupaten Aceh Besar untuk mendukung
pertanian berkelanjutan.
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
(1) Mengkaji kualitas tanah pada beberapa jenis tanah (ordo) di lahan kering suboptimal
Kabupaten Aceh Besar.
(2) Mengkaji pengaruh berbagai bahan amelioran terhadap muatan koloid dan sifat
fisikokimia pada lahan kering suboptimal Aceh Besar.
(3) Mengetahui pengaruh jenis dan dosis bahan amelioran terhadap perubahan kimia
tanah, serapan hara dan hasil tanaman pangan (jagung (Zea mays (L.) dan kedelai
(Glycine max L. Merrill) pada lahan kering suboptimal Aceh Besar.
3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat utama dari penelitian ini adalah menjadi informasi dasar tentang komposisi
kimia berbagai jenis bahan amelioran dan pengaruh aplikasinya terhadap perbaikan kualitas
tanah dan hasil tanaman pada lahan kering suboptimal di Kabupaten Aceh Besar. Dari aspek
keilmuan, hasil penelitian akan diperoleh data tentang komposisi kimia dan satus titik
muatan nol (PZC) berbagai bahan amelioran sehingga dengan informasi ini akan memberi
kontribusi terhadap pengembangan ilmu kimia dan kesuburan tanah, serta nutrisi tanaman,
khususnya pada tanah-tanah yang berkembang di kawasan iklim tropika basah.
11
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Tanah dan Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang dilanjutkan di Rumah Kasa di Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh. Penelitian menggunakan
bahan tanah lapisan atas (0-20 cm) dari beberapa ordo tanah di lahan kering suboptimal
Kabupaten Aceh Besar. Analisis tanah, tanaman, dan analisis komposisi kimia bahan
amelioran dilakukan di Laboratorium Penelitian tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian
sebelumnya yang direncanakan akan dilaksanakan pada Februari hingga November 2019.
4.2. Bahan dan Alat
Bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bahan tanah
lapisan atas (topsoil) yang diambil dari kedalaman 0-20 cm dari tiga ordo tanah yaitu
Inceptisol Cucum dsari Kecamatan Jantho, Ultisol Jalin, Kecamatan Jantho, dan Andisol
Saree (Kecamatan Lembah Seulawah, bahan amelioran (biochar, kapur giling/CaCO3,
fosfat (pupuk SP-36), KCl, Urea, soil test kits, bor tanah, cangkul, pH-meter, shaker, oven,
ember, pot tanaman, pot inkubasi, EC-meter, GPS, Spektofotometer, dan AAS (Atamic
Absorption Spectrophotemeter).
4.3. Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriftif dan metode
eksperimen yang terdiri atas tiga tahap, yaitu:
(1) Tahap I : Evaluasi indeks kualitas tanah melalui survai lapangan dan analisis
laboratorium
(2) Tahap II : Percobaan inkubasi di laboratorium
(3) Tahap III : Percobaan di Rumah Kasa.
12
4.3.1. Evaluasi Indeks Kualitas Tanah
Penelitian ini yang bertujuan “mengevaluasi indeks kualitas tanah di lahan kering
suboptimal Aceh Besar”. Penelitian ini menggunakan metode survai deskriptif yaitu melalui
observasi lapangan dan analisis laboratorium untuk pengumpulan data. Survai lapangan
dilakukan untuk pengamatan profil tanah/identifikasi ordo (subgroup) tanah dan
pengambilan sampel tanah untuk analisis di laboratorium. Penelitian ini dilakukan pada lima
ordo tanah yang terdapat pada lahan kering Kabupaten Aceh Besar yaitu Entisols Jalin (05°
15’ 55.0” LU; 95° 39’ 02.6” BT), Andisols dari Saree (05°15’55,0” LU; 95°39’02,6” BT),
Oxisols dari Lembah Seulawah (05o27’19,4” LU; 95o46’19,2” BT), Inceptisols dari Blang
Bintang (05°15’55,0” LU; 95°39’02,6” BT), Mollisols dari Krueng Raya (05°15’55,0” LU;
95°39’02,6” BT), Ultisols dari Jantho (05°15’55,0” LU; 95°39’02,6” BT).
Pengamatan Profil Tanah
Profil tanah dibuat dengan cara membuka tebing bukit yang telah tersingkap
solumnya dan selanjutnya dilakukan pembersihan dinding tebing sehingga tampak profilnya
dari lapisan atas hingga sampai terdapat lapisan bahan induk. Profil tanah yang telah dibuka
selanjutnya diamati sifat-sifat morfologi yang meliputi batas horizon, simbol/nama dan
ketebalan tiap lapisan horizon, serta sifat-sifat fisika tanah seperti warna tanah, tekstur,
struktur, konsistensi, dan ciri khusus seperti fraksi kasar, kongkresi, dan lain-lain yang
mungkin ditemukan pada saat pengamatan. Pengamatan sifat-sifat morfologi tanah dan
penentuan subgroup (ordo) tanah didasarkan pada panduan pengamatan tanah lapangan
(Soil Survey Staff, 2014). Pengambilan sampel tanah pada setiap profil dilakukan dengan
mengambil tanah menurut horizon yang telah ditentukan dari masing-masing jenis
(subgroup) tanah. Sampel-sampel tersebut dimasukkan kedalam kantong plastik berukuran
1 kg yang telah diberi kode horizon untuk dianalisis di laboratorium.
Analisis Tanah
Untuk keperluan analisis di laboratorium, sampel-sampel tanah ordo tanah diambil
1 kg pada setiap lapisan horizon. Sebelum dianalisis, sampel-sampel tanah terlebih dahulu
dikeringanginkan selama 1 minggu, kemudian ditumbuk dan diayak menggunakan ayakan
2,0 mm untuk analisis tekstur tanah, porositas, bulk density, dan ayakan 0,5 mm untuk
analisis sifat-sifat kimia tanah yang meliputi: pH, N total (Kjeldahl), C organik (metode
Walkley and Black), P tersedia (Bray II), cadangan P2O5 dan K2O (ektrak HCl 25%),
13
kapasitas tukar kation (KTK) dan excgangeable K (ekstraksi 1N CH3COONH4 pH7), serta
kejenuhan basa. Metode dan prosedur analisis tanah berpedoman pada prosedur yang
dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor (2005). Sifat-sifat tanah tersebut dipakai
sebagai data pendukung untuk penilaian status kesuburan dan penentuan subgroup tanah.
Sifat-sifat tanah tersebut digunakan sebagai parameter untuk analisis indeks kualitas tanah
dan status kesuburan.
Perhitungan Indeks Kualitas Tanah
Kualitas tanah dinilai dari indeks kualitas tanah yang dihitung berdasarkan kriteria
Mausbach dan Seybold (1998) yang dimodifikasi oleh Partoyo (2005). Analisis indeks
kualitas tanah dilakukan berdasarkan data hasil pengamatan lapangan dan analisis
laboratorium terhadapi indikator kualitas tanah yang dipilih, yaitu: pH (H2O), C-organik,
N-total, P-tersedia, K-tertukar, kedalaman perakaran, ukuran fraksi (tekstur), berat volume
(bulk density), porositas (Tabel 1). Analisis Indeks Kualitas tanah dilakukan pada sampel
tanah pewakil yang diambil dari kedalaman 0-20 cm. Iindikator kualitas tanah yang
dianalisis meliputi: pH (H2O), C-organik, N-total, N-tersedia, P-tersedia, K-tertukar,
kedalaman efektif, ukuran fraksi (tekstur), berat volume (bulk density), dan porositas.
Modifikasi beberapa indikator dapat dilihat pada Tabel 1.
Menurut Partoyo (2005), langkah-langkah perhitungan indeks dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
(a) Indeks bobot dihitung dengan mengalikan bobot fungsi tanah (bobot 1) dengan
bobot medium perakaran (bobot 2) dengan bobot kedalaman perakaran (bobot 3).
Misalnya, indeks bobot untuk porositas diperoleh dengan mengalikan 0,40 (bobot 1)
dengan 0,33 (bobot 2) dengan 0,60 (bobot 3), dan hasilnya sama dengan 0,080.
(b) Skor dihitung dengan membandingkan data pengamatan dari indikator tanah dan
fungsi penilaian. Skor berkisar dari 0 untuk kondisi buruk dan 1 untuk kondisi baik.
Penetapan skor dapat melalui interpolasi atau persamaan linier sesuai dengan kisaran
yang ditetapkan berdasar harkat atau berdasarkan data yang diperoleh. Menurut Masto
(2007), Fungsi Scoring Linear (FSL) adalah:
(Y) = (x–x2)/(x1–x2) …………………………... (1)
(Y) = 1- (x – x2)/(x1 – x2) …………………….. (2)
14
dimana, Y adalah skor linier, x adalah nilai sifat- sifat tanah, x2 adalah nilai batas atas
dan x1 nilai batas bawah.
(c) Indeks Kualitas Tanah dihitung dengan mengalikan indeks bobot dan skor dari indikator.
Penilaian kualitas tanah menggunakan persamaan indeks kualitas tanah (Liu et al.,
2014) yaitu:
IKT = ∑𝑛 1 Wi × Si ………………..…….…… (3)
Dimana: IKT = indeks kualitas tanah,
Si = skor pada indikator terpilih,
Wi = indeks bobot, n = jumlah indikator kualitas tanah. Selanjutnya nilai indeks kualitas
tanah dikatagorikan dalam lima kelas kriteria seperti terdapat pada Tabel 2.
Penilaian IKT ini dilakukan pada setiap ordo tanah mewakili lahan kering Kabupaten
Aceh Besar.
Table 1. Modifikasi indikator, skor dan batas-batas fungsi asesmen
Soil function
Soil indicators
Score
index Assessment function
Score
Score Score Lower
limit
Upper
limit
1 2 3 (1x2x3) X1 Y1 X2 Y2
Preserve
biological
activity
0.4
A. Rooting media 0.33
Soil depth (cm) 0.6 0.079 15 0 60 1
Bulk density (Mg m-1) 0.4 0.053 2.1 0 1.3 1
B. Humidity 0.33
Porosity (%) 0.2 0.027 10 0 50 1
Organic C (%) 0.4 0.053 0.2 0 3.5 1
Silt+clay (%) 0.4 0.053 0 0 100 1
C. Nutrition 0.33
pH 0.1 0.013 6 0 8 1
Available P (mg kg-1) 0.2 0.027 2.5 0 150 1
Exchangeable K (cmol kg-1) 0.2 0.027 2.22 0 35.5 1
Organic C (%) 0.3 0.040 0.20 0 3.5 1
Available N 0.2 0.027 0.02 0 0.1 1
Regulation and
distribution of
water
0.3
Silt+clay (%) 0.6 0.180 0 0 100 1
Porosity (%) 0.2 0.060 10 0 50 1
Bulk density (Mg m-1) 0.2 0.060 2.1 0 1.3 1
Filtering and
buffering 0.3
Silt+clay (%) 0.6 0.180 0 0 10 1
Porosity (%) 0.1 0.030 10 0 50 1
Biological process 0.3
Organic C (%) 0.5 0.045 0.2 0 3.5 1
Total N (%) 0.5 0.045 0.04 0 0.07 1
T o t a l 1.000
Sumber : Mausbach and Seybold (1998 setelah dimodifikasi oleh Partoyo, 2005)
15
Table 2. Kriteria kualitas tanah didasarkan pada skor indeks kualitas tanah (IKT)
No IKT value Soil quality criteria
1 0.80 - 1.00 Very high (VH) 2 0.60 – 0.79 High (H) 3 0.40 – 0.59 Medium (M) 4 0.20 – 0.39
Low (L) 5 0.00 – 0.19 Very low (VL)
4.3.2. Percobaan Inkubasi Laboratorium
Penelitian inkubasi ini bertujuan untuk mengkaji “pengaruh berbagai jenis dan dosis
bahan amelioran terhadap status muatan koloid dan sifat fisikokimia tanah”. Penelitian ini
menggunakan metode percobaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian
Tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Darussalam,
Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan tanah lapisan atas (0-20 cm) dari tiga ordo tanah
di lahan kering Kabupaten Aceh Besar. Adapun tiga bahan tanah yang dikaji dalam
percobaan ini meliputi ordo Andisols, Inceptisols, dan Ultisol. Adapun tempat pengambilan
sampel dan subgroup tanah lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nama subgroup tanah dan lokasi pengambilan sampel tanah pada lahan kering
Kabupaten Aceh Besar
No. Jenis/subgroup Tanah Lokasi Letak Geografis
1. Andisol s
(Eutric Hydrudands)
Saree
/Kec. Lembah Seulawah
05 º27’03,2”LU;
95 º43’45,2”BT
2. Inceptisols
(Oxic Drystrudepts)
Cucum
/Kecamatan Jantho
05º20’16.1" LU;
095º34’05,8” BT
3. Ultisols
(Typic Kandiaqults)
Desa Jalin,
/Kecamatan Jantho
05o16’58.41” LU;
095o37’51.82” BT
Analisis tanah dan analisis komposisi kimia bahan amelioran dilakukan di Laboratorium
Penelitian tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
16
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang direncanakan akan
dilaksanakan pada 1 April hingga September 2019.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan metode percobaan yang disusun menurut Rancangan
Acak Kelompok (RAK) faktorial, yang terdiri atas dua faktor yaitu jenis bahan amelioran
dan jenis tanah, sehingga ada 54 kombinasi perlakuan dengan 2 ulangan.
Faktor pertama adalah jenis bahan amelioran (A) dengan 9 taraf, yaitu:
A0 = 0 ton/ha (Tanpa Amelioran)
A1 = 15 ton/ha Biochar
A2 = 15 ton/ha Kompos
A3 = 2 ton/ha CaCO3
A4 = 2 ton/ha SP-36
A5 = 30 ton/ha Biochar)
A6 = 30 ton/ha Kompos
A7 = 4 ton/ha CaCO3
A8 = 4 ton/ha SP-36
Faktor kedua adalah Jenis Tanah dengan 3 taraf, yaitu:
T1 = Andisol Saree
T2 = Inceptisol Cucum Jantho
T3 = Ultisol Jantho
Setiap perlakuan diulang dua kali, sehingga terdapat 54 satuan percobaan. Adapun susunan
kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kombinasi perlakuan jenis amelioran dan jenis tanah yang digunakan dalam
percobaan
No. Simbol Perlakuan Jenis Amelioran (ton/ha) (g/pot)
1 A0T1 Tanpa Amelioran 0 0 2 A1T1 Biochar 15 1,89
3 A2T1 Kompos 15 1,89
4 A3T1 CaCO3 2 0,25
5 A4T1 SP-36 2 0,25 6 A5T1 Biochar 30 3,78
17
7 A6T1 Kompos 30 3,78
8 A7T1 CaCO3 4 0,5
9 A8T1 SP-36 4 0,5 10 A0T2 Tanpa Amelioran 0 0
11 A1T2 Biochar 15 2,36 12 A2T2 Kompos 15 2,36 13 A3T2 CaCO3 2 0,3125 14 A4T2 SP-36 2 0,3125 15 A5T2 Biochar 30 4,73
16 A6T2 Kompos 30 4,73
17 A7T2 CaCO3 4 0,625
18 A8T2 SP-36 4 0,625
19 A0T3 Tanpa Amelioran 0 0 20 A1T3 Biochar 15 2,424 21 A2T3 Kompos 15 2,424 22 A3T3 CaCO3 2 0,32 23 A4T3 SP-36 2 0,32
24 A5T3 Biochar 30 4,848
25 A6T3 Kompos 30 4,848 26 A7T3 CaCO3 4 0,64 27 A8T3 SP-36 4 0,64
Keterangan : A = Jenis Amelioran dan T = Jenis Tanah
Model matematika dari rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
Yijk = µ + Kk + Pi + Pk + (Pj x Dk) + ɛijk
Yijk = Hasil akibat perlakuan pemberian jenis bahan amelioran ke-i dan
perlakuan dosis bahan ameliorant ke-j serta pengaruh kelompok ke-kk
µ = Nilai tengah umum
Kk = Pengaruh kelompok ke-k
Pi = Pengaruh faktor jenis bahan amelioran ke-i
Dk = Pengaruh faktor dosis bahan amelioran ke-i
Pj x Dk = Interaksi faktor jenis bahan amelioran ke-j dan dosis amelioran ke-k
ɛijk = Galat percobaan akibat faktor jenis bahan amelioran ke-i dan faktor
dosis bahan amelioran ke-j pada kelompok ke-k
Pelaksanaan Penelitian
Tanah yang digunakan terdiri atas tiga ordo/subgroup yaitu Andisol Saree (Eutric
Hydrudands), Inceptisol Cucum (Oxyaquic Drystrudepts), dan Ultisol Jantho (Typic
18
Kandiaqults) yang diambil dari lapisan atas (0-20 cm), kemudian dikering anginkan di
Laboratorium Penelitian Tanah dan Tanaman lalu dihaluskan/ditumbuk dan kemudian
disaring dengan ayakan berdiameter lubang 1 mm serta dimasukkan sebanyak 250 g ke
dalam botol-botol plastik (botol inkubasi) kapasitas 500 g. Bahan amelioran dinberikan
sesuai jenis dan dosis, kemudian dicampur secara merata dan diinkubasi selama dua bulan
(60 hari) pada keadaan kapasitas lapangan. Setelah dua bulan inkubasi (60 hari), diambil
100 g tanah untuk dianalisis di laboratorium. Untuk mengetahui karakteristik fisikokimia
tanah sebelum percobaan juga dianalisis sampel tanah awal dari setiap sampel tanah yang
diambil dari masing-masing ordo tanah.
Analisis Kimia Tanah
Sebagai variabel utama dalam penelitian adalah: Titik muatan nol atau PZC (point
of zero charge) metode Uehara dan Gillman (1981), pH (H2O dan KCl) metode
Elektrometrik, ∆pH (pH KCl – pH H2O), jumlah muatan variabel metode KTK potensial –
KTK efektif dan KTK potensial metode 1N NH4OAc pH7. Selain variabel utama juga di
analisis beberapa sifat fisikokimia tanah yaitu kation dapat ditukar (Ca-dd, Mg-dd, K-dd,
dan Na-dd menggunakan metode Ektraksi 1N NH4OAc pH7 ; Al-dd dan H-dd menggunakan
metode McLean (ekstraksi 1M KCl)), KTK efektif metode ∑[(Ca+Mg+K+Na)+(Al+H)], P
tersedia metode Bray II dan Olsen, kandungan C metode Walkley and Black dan N total
metode Kjeldahl untuk mendukung pembahasan penelitian.
Analisis Titik Muatan Nol (PZC)
Penetapan PZC atau pH0 dilakukan dengan cara memasukkan 4 g tanah (ayakan 0,5
mm) ke dalan tabung plastik kapasitas 50 ml, buat sebanyak 5-8 tabung. Masing-masing
tabung diatur pH-nya dengan cara menambah 0,01M CaOH atau 0,01M HCl sehingga
didapat 5–8 tabung kisaran pH yang diharapkan (penambahan asam dan basa tidak melebihi
15 ml). Tambahkan 0,5 ml larutan 0,1M CaCl2 lalu jadikan 20 ml dengan menambahkan
akuades dan diamkan selama 4 hari, dengan setiap kali dilakukan pengadukan. Ukur pH-
nya (sebagai 0,002 M). Masukkan 0,5 ml larutan 2M CaCl2 lalu kocok selama 3 jam dengan
mesin pengocok (shaker) dan ukur pH-nya (sebagai pH 0,05M).
19
Perhitungannya adalah masing-masing tabung dicari selisih pHnya yaitu: pH – (pH 0,05M
– pH 0,002M), kemudian buat grafik hubungan antara pH – dengan pH 0,002M, sehingga
didapatkan titik dimana pH = 0 dan pH semula untuk titik ini merupakan pH0.
Analisis Data
Data hasil percobaan diolah dengan menggunakan analisis ragam (Uji F) pada taraf nyata
5% yang dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT 0,05).
BNT0,05 = (dbg) √2𝐾𝑇𝑔
𝑛 ……………. (5)
BNT0,05 = Beda nyata kecil pada taraf 5%
Dbg = Derajat bebas galat
KTg = Kuadrat tengan galat
n = Jumlah ulangan
4.3.3. Percobaan di Rumah Kasa
Penelitian bertujuan untuk mengkaji “pengaruh jenis dan dosis bahan amelioran
terhadap pertumbuhan, serapan hara, dan hasil tanaman pangan (jagung dan kedelai)
pada lahan kering suboptimal”. Penelitian ini menggunakan metode percobaan dan
dilakukan di Rumah Kasa di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unsyiah Darussalam,
Banda Aceh dengan ketinggian tempat 3 meter di atas permukaan laut.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor
yang diteliti adalah pemberian amelioran (A) dan jenis tanah (T) dan diulang sebanyak 2
kali. Adapun detail perlakuan yang diteliti adalah:
Faktor pertama (I) adalah pemberian amelioran (A), yang terdiri atas 8 (delapan) taraf,
yaitu :
A0 = Kontrol (tanpa amelioran)
A1 = Pemberian Biochar 20 t ha-1
A2 = Pemberian Kompos 20 t ha-1
A3 = Pemberian CaCO3, 4 t ha-1
A4 = Pemberian SP-36, 4 t ha-1
A5 = Pemberian Biochar 10 t ha-1 + CaCO3, 4 t ha-1
A6 = Pemberian Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1
20
A7 = Pemberian Biochar 10 t ha-1 + Kompos 10 t ha-1
Faktor kedua (II) adalah jenis tanah/ordo (T), yang terdiri atas 3 (tiga) taraf, yaitu :
T1 = Andisol Saree
T2 = Inceptisol Cucum
T3 = Ultisol Jantho
Dari kedua faktor percobaan diperoleh 8×3 = 24 kombinasi perlakuan sehingga diperoleh
48 satuan percobaan. Percobaan ini dibuat dalam 2 seri, yaitu: (1) untuk mengetahui
pengamatan pertumbuhan dan serapan hara, dan (2) untuk mengetahui komponen hasil
(produksi). Adapun susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.
Model matematika dari rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
𝑌𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝑈𝑘 + 𝐴𝑖 + 𝑇𝑗 + (𝐴 × 𝑇)𝑖𝑗 + 𝜀𝑖𝑗𝑘 …………….. (6)
𝑌𝑖𝑗𝑘 = Hasil pengamatan dari pengaruh faktor pemberian amelioran pada taraf
ke-i dan faktor jenis tanah pada taraf ke-j dan ulangan ke-k
𝜇 = Pengaruh nilai tengah (rata – rata populasi)
Uk = Pengaruh ulangan taraf ke k (k = 1, 2)
Ai = Pengaruh amelioran taraf ke i (j = 1, 2, 3, ..., 8)
Tj = Pengaruh jenis tanah taraf ke j (k = 1, 2, 3)
(AT)ij = Pengaruh interaksi antara dosis amelioran taraf ke-i dan jenis tanah taraf
ke-j.
𝜀𝑖𝑗𝑘𝑙 = Galat percobaan.
Tabel 4. Susunan kombinasi perlakuan amelioran dan ordo tanah
No Kode Perlakuan pemberian amelioran Dosis per pot
(g)* OrdoTanah
1. A0T1 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0,00 Andisol
2. A1 T1 Biochar 20 t ha-1 142,30 Andisol
3. A2 T1 Kompos 20 t ha-1 142,30 Andisol
4. A3 T1 CaCO3 sebanyak 4 t ha-1 142,30 Andisol
5. A4 T1 Pupuk SP-36 sebanyak 4 t ha-1 142,30 Andisol
6. A5 T1 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 70,65+70,65 Andisol
7. A6 T1 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 70,65+70,65 Andisol
8. A7 T1 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 70,65+70,65 Andisol
9. A0T2 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0,00 Inceptisol
10. A1 T2 Biochar 20 t ha-1 142,30 Inceptisol
21
11. A2 T2 Kompos 20 t ha-1 142,30 Inceptisol
12. A3 T2 CaCO3 sebanyak 4 t ha-1 142,30 Inceptisol
13. A4 T2 Pupuk SP-36 sebanyak 4 t ha-1 142,30 Inceptisol
14. A5 T2 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 70,65+70,65 Inceptisol
15. A6 T2 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 70,65+70,65 Inceptisol
15. A7 T2 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 70,65+70,65 Inceptisol
17. AoT3 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0,00 Ultisol
18. A1 T3 Biochar 20 t ha-1 142,30 Ultisol
19. A2 T3 Kompos 20 t ha-1 142,30 Ultisol
20. A3 T3 CaCO3 sebanyak 4 t ha-1 142,30 Ultisol
21. A4 T3 Pupuk SP-36 sebanyak 4 t ha-1 142,30 Ultisol
22. A5 T3 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 70,65+70,65 Ultisol
23. A6 T3 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 70,65+70,65 Ultisol
24. A7 T3 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 70,65+70,65 Ultisol
Catatan: *) didasarkan pada bobot kering mutlak
Pelaksanaan Percobaan
Tanah yang digunakan dalam percobaan ini diambil dari lapisan olah (0-20 cm) dari
tiga ordo tanah yaitu: Andisol Saree, Inceptisol Cucum, dan Ultisol Jalin. Percobaan Seri I
(pertama) ditanam dengan jagung (Zea mays L.) sedangkan Percobaan Seri II (kedua)
ditanam dengan kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Persiapan tanah untuk penelitian ini
diawali dengan pemilihan lokasi untuk pengambilan sampel tanah di Kabupaten Aceh
Besar. Tanah di ambil pada tiga lokasi di Aceh Besar, kemudian dimasukkan ke dalam
karung plastik dan dikering anginkan selama dua minggu. Setelah kering angin ditumbuk
dan diloloskan dengan ayakan 10 mm dan dimasukkan ke dalam pot platik. Setiap pot disi
tanah kering angin sebanyak 10 kg standar kering mutlak. Sebagai tanaman indikator
digunakan jagung varietas Bisi-2 dan kedelai varietas anjamoro. Sebelum penanaman benih,
tanah dalam pot disirimi air (air isi ulang) hingga kapasitas lapang. Setiap pot ditugal 3 (tiga)
biji benih jagung dan/atau benih kedelai, kemudian diseleksi menjadi dengan membiarkan
1 (satu) tanaman yang tumbuh terbaik untuk jagung dan 2 (dua) tanaman untuk jagung.
Pupuk dasar untuk tanaman jagung digunakan pupuk NPK Nitrofoska (15-15-15) dosis 400
kg ha-1, sedangkan untuk kedelai 100 kg ha-1 Nitrofoska yang diberikan saat penanaman
benih. Selanjutnya tanaman yang tumbuh dalam pot diperlihara dan dijaga dengan cara
menyiram, dan menjaganya dari serangan hama dan penyakit. Untuk pencegahan atau
pengendalian hama dan penyakit digunakan fungisida dan pestisida organik Antilat.
Parameter pertumbuhan yang diukur meliputi tinggi tanaman umur 7, 14, 21, 28, 35,
dan 42 hari setelah tanam (HST), serapan hara N, P, dan K umur 45 HST, jumlah
tongkol/polong, dan bobot kering biji, serta sifat kimia tanah yaitu: pH (H2O dan KCl), PZC,
22
kation tertukar KTK, C, dan N total, K dan P tersedia yang dianalisis setelah panen dari
setiap tanah dalam pot perlakuan. Data hasil percobaan dianalisis secara statistik
menggunakan Uji F (analisis ragam) dan dilanjutkan dengan uji beda antar perlakuan (BNT)
pada 5%. Serapan hara N, P, K umur 45 HST. Untuk serapan hara diambil dua daun termuda
yang telah membuka penuh (daun ke 3 dan 4) saat umur 45 HST, kemudian dibersihkan
dengan akuades dan dikeringkan pada temperatur ruangan. Setelah mengering dimasukkan
ke dalam oven pada temperatur 70 oC selama 48 jam atau hingga kering. Setelah kering
oven, sampel tanaman digerus dan disaring dengan ayakan berdiameter lubang 0,5 mm.
Analisis N, P, dan K dalam jaringan tanaman jagung dilakukan dengan menggunakan
metode destruksi basah menggunakan asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3) dan asam
perklorat (HClO4) yang dikombinasi dengan peroksida (H2O2) (Kalra, 1998). Kandungan N
dalam larutan destruksi ditetapkan dengan metode Kjeldahl yaitu dengan destilasi dan
titrasi, sedangkan P diukur dengan spektrofotometer dan kandungan K diukur dengan AAS.
Analisis sifat-sifat kimia tanah dilakukan dengan menggunakan prosedur analisis tanah rutin
yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor (2005). Parameter hasil yang
diamati pada tanaman kedelai adalah (1) jumlah polong per tanaman, (2) bobot kering 100
biji, dan (3) bobot kering biji per rumpun/pot dan dikonversi ke dalam ton/ha.
Analisis Data
Data hasil percobaan dianalisis secara statistik menggunakan Uji F (analisis ragam) dan
dilanjutkan dengan uji beda antar perlakuan (BNT) pada 5%.
23
5. HASIL LUARAN YANG DICAPAI
5.1. Evaluasi Indeks Kualitas Tanah pada Lahan Kering Aceh Besar
Indeks kualitas tanah (IKT) dapat diketahui dari hasil pengamatan lapangan dan
analisis laboratorium. Berdasarkan hasil pengamatan dan deskripsi profil tanah di beberapa
lokasi survai yang dibuat mewakili beberapa ordo tanah di lahan kering Kabupaten Aceh
Besar dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai 6.
5.1.1. Deskripsi OrdoTanah
Berdasarkan pengamatan profil, analisis tanah, dan analisis mineral maka klasifikasi
subgroup tanah dari enam profil tanah dari lahan kering Kabupaten Aceh Besar disajikan
pada Tabel 5. Ada enam ordo (subgroup) tanah yang berkembang di lahan kering Aceh
Besar yaitu Typic Udorthents (Entisols), Eutric Hydrudands (Andisols), Plinthic Kandiudox
(Oxisols), Oxic Haplustepts (Inceptisol), Typic Calcicaquolls (mollisols), dan Typic
Kandiaqults (Ultisols). Tanah-tanah tersebut merupakan lahan kering yang sebagian besar
terdapat di zona iklim lembab (udic) dan sebagian berada di zona iklim agak kering (ustic)
namun seluruh areal lahan kering di Aceh Besar ini termasuk ke dalam rezim temperature
isohyperthermic. Komposisi mineral agak bervariasi antar ordo tanah dan umunya terdiri
atas mineral campuran yang merupakan campuran antara mineral primer dan sekunder
(Intan et al., 2019).
Tabel 5. Klasifikasi subgroup tanah menurt Soil Survey Staff (2014) dari beberapa ordo
tanah di lahan kering Aceh Besar
No Soil Order /Site Subgroup Texture Soil horizon Soil
rezime
Mineral
composition
1. Entisols/Jalin Typic Udorthents Fine A, AC, C Udic, IHP Mixed
2. Andisols/Saree
Eutric
Hydrudands
Medium Ap, BA, Bw, BC Udic, IHP Allophanic
3. Oxisols/
Lembah
Seulawah
Plinthic
Kandiudox
Fine A, AB, BA, Bo1,
Bo2
Udic, IHP Ferritic
4. Inceptisols/
Blang Bintang
Oxic Haplustepts Medium AB, BA, Bw,
2Bob1, 2Bob2
Udic, IHP Mixed
5. Mollisols/
Krueng Raya
Typic Calcicaquolls Medium Ap, BA, Bk1, Bk2 Udic, IHP Mixed
6. Ultisols Jantho
Typic
Kandiaqults
Fine Ap, AB, BA, Bt1,
Bt2
Udic, IHP Kaolinitic
IHP = isohyperthermic
24
Dari Tabel 5 juga dapat dilihat bahwa tekstur tanah lapisan atas pada lahan kering
Aceh Besar bervariasi dari halus hingga sedang, sementara susunan horizonnya juga
bervariasi. Berdasarkan susunan horizon ini, maka dapat dikatakan bahwa ordo tanah yang
belum berkembang adalah Entisol Jalin karena hanya tersusun atas horizon A, AC, dan C
dengan ketebalan solum <50 cm, sedangkan ordo yang lainnya relatif telah berkembang
karena telah tejadi proses horizonisasi yang menghasilkan horizon tanah yang lebih banyak
dan lengkap (Buol et al., 2005). Kelompok yang termasuk tanah yang telah dan sedang
berkembang adalah Inceptisol Blang Bintang, Andisol Saree, Mollisol Krueng Raya, Ultisol
Jantho, dan Oxisol Lembah Seulawah. Adapun gambaran profil dari beberapa ordo tanah
dari lahan kering suboptimal Aceh Besar dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Penampang Profil Tanah pada beberapa lokasi lahan kering suboptimal di
Kabupaten Aceh Besar
5.1.2. Indeks Kualitas Tanah (IKT)
Hasil pengamatan dan analisis terhadap karakteristik fisika, kimia dan biologi tanah
sebagai parameter penentu indeks kualitas tanah disajikan pada Tabel 6. Dari Tabel 6 dapat
dilihat bahwa solum tanah pada beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh Besar bervariasi
dari 44-125 cm (agak dangkal hingga sangat dalam). Solum tanah yang dangkal (<50 cm)
hanya terdapat pada Entisols Jalin (<50 cm), sedangkan ordo tanah yang lain relatif dalam
hingga sangat dalam. Demikian pula tekstur tanah juga cukup bervariasi dan secara umum
tergolong sedang hingga halus dan tidak ada yang menjadi pembatas. Bulk density tanah
juga bervariasi dari 0.94-1.29 Mg m-1 sedangkan porositas tanah umumnya baik (31.9-
46.1%).
25
Table 6. Parameter indeks kualitas tanah (IKT) pada beberapa ordo tanah di lahan kering
suboptimal Aceh Besar
Parameter IKT Entisols
Jalin
Andisols
Saree
Oxisols
Lembah
Seulawah
Inceptisols
Blang
Bintang
Mollisols
Krueng
Raya
Ultisols
Jantho
Soil depth (cm) 44 90 104 80 75 125
- Sand (%) 34 14 10 20 17 29
- Silt (%) 61 66 49 46 23 30
- Clay (%) 05 20 41 34 50 41
Bulk density (Mg m-1) 1.28 0.94 1.28 1.26 1.15 1.29
Porosity (%) 31.9 41.2 45.4 46.1 42.1 42.3
pH (H2O) 6.41 5.56 5.43 5.36 8.36 5.97
Total N (%) 0.04 0.25 0.06 0.06 0.14 0.04
Available P (mg kg-1) 1.20 2.30 1.35 1.55 16.9 2.85
Exchangeable K (cmol kg-1) 0.03 0.56 0.18 0.10 0.65 0.19
Organic C (%) 0.53 3.95 0.48 0.71 1.82 0.53
Sumber: Hasil pengamatan dan analisis laboratorium (2019)
Table 7. Perhitungan indeks kualitas tanah yang didasarkan pada fungsi tanah dan kajian
indikator pada setiap ordo tanah di lahan kering Aceh Besar
Indeks kualitas tanah (IKT)
Soil
function
Assessment
indicators
Entisols
Jalin
Andisols
Saree
Oxisols
Lembah
Seulawah
Inceptisols
Blang
Bintang
Mollisols
Krueng
Raya
Ultisols
Jantho
A Soil depth 0.0022 0.0578 0.0480 0.0404 0.0567 0.0467
Bulk density 0.0451 0.0426 0.0458 0.0435 0.0431 0.0457
Porosity 0.0131 0.0187 0.0276 0.0216 0.0197 0.0098
Organic C 0.0186 0.0694 0.0112 0.0232 0.0190 0.0216
Silt + clay 0.0352 0.0451 0.0273 0.0280 0.0134 0.0284
pH (H2O) 0.0066 0.0056 0.0067 0.0080 0.0120 0.0054
Available P 0.0626 0.0025 0.0166 0.0267 0.2606 0.0003
Exchangeable K 0.0018 0.0129 0.0037 0.0135 0.0060 0.0002
Organic C 0.0141 0.0524 0.0085 0.0175 0.0143 0.0163
Total N 0.0006 0.0029 0.0006 0.0003 0.0008 0.0007
Total (A) 0.1998 0.3926 0.1960 0.2226 0.4439 0.1749
B Silt + clay 0.1196 0.1530 0.0929 0.0950 0.0454 0.0963
Porosity 0.0292 0.0416 0.0613 0.0481 0.0437 0.0218
Bulk density 0.0510 0.0483 0.0519 0.0493 0.0488 0.0518
Total (B) 0.2082 0.2502 0.1026 0.1924 0.0933 0.2145
C Silt + clay 0.0160 0.1530 0.0929 0.0950 0.0454 0.0963
Porosity 0.0146 0.0208 0.0307 0.0240 0.0219 0.0109
Organic C 0.0159 0.0589 0.0095 0.0197 0.0183 0.0161
Total N 0.0010 0.0048 0.0009 0.0004 0.0011 0.0014
Total (C) 0.0391 0.1475 0.2375 0.1340 0.1266 0.0820
IKT = A + B + C 0.4471 0.7903 0.5361 0.5490 0.6638 0.4714
A= Preserve biological activity, B = Regulation and distribution of water, C = Filterring and buffering
26
Berdasarkan sifat fisika tanah ini, dapat dikatakan bahwa kualitas tanah cukup baik
karena tidak banyak ditemukan kendala yang berarti. Namun dari aspek kimia tanah dapat
dilihat bahwa terdapat beberapa parameter yang bermasalah pada tanah di lahan kering Aceh
Besar yaitu pH tanah, N total, available P, exchangeable K, dan kandungan C organik. Nilai
pH tanah umumnya masam hingga agak masam (5.36-6.41) kecuali pada Mollisols Krueng
Raya yang agak alkalis (8.36). Kandungan N total pada umumnya sangat rendah hingga
rendah (0.04-0.14%) dan hanya pada Andisols Saree memiliki N total sedang (0.25%),
sedangkan kandungan C organik juga rata-rata rendah hingga sedang. Kandungan
exchangeable K bervariasi dari sangat rendah hingga tinggi (0.03-0.65 cmol kg-1). Hasil
perhitungan indeks kualitas tanah sesuai fungsinya pada setiap ordo tanah dilahan kering
Aceh Besar disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8.
Table 8. Hasil perhitungan skor indikator dan indeks kualitas tanah berdasarkan fungsi-
fungsi tanah
Soil function
Indeks Kualitas Tanah (IKT)
Entisols
Jalin
Andisols
Saree
Oxisols
Lembah
Seulawah
Inceptisols
Blang
Bintang
Mollisols
Krueng
Raya
Ultisols
Jantho
Preserve biological
activity
0.1998 0.3926 0.1960 0.2226 0.4439 0.1747
Regulation and
distribution of water
0.2082 0.2502 0.1026 0.1924 0.0933 0.2145
Filtering and buffering 0.0391 0.1475 0.2375 0.1340 0.1266 0.0820
Total 0.4471 0.7903 0.5361 0.5490 0.6638 0.4712
Criteria Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang
Sumber: Analisis parameter (2019)
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa nilai IKT pada lahan kering Aceh Besar
ternyata bervariasi antar jenis (ordo) tanah dan berkisar dari 0.4471 sampai 0.7903 (sedang
sampai tinggi). IKT tertinggi dijumpai pada Andisols Saree dan yang paling rendah
ditemukan pada Entisols Jalin. Urutan ordo tanah dari yang mempunyai IKT paling tinggi
ke paling rendah adalah: Andisols> Mollisols> Inceptisols> Oxisols > Ultisols > Entisols.
Kualitas tanah merupakan kemampuan tanah dalam menjalankan fungsinya yang
sangat pemnting dalam memainkan peran sebagai pengendali aliran permukaan dan
mendukung pertumbuhan tanaman. Praktek-praktek pengelolaan tanah sering diperlukan
untuk menjaga kualitas tanah setelah penggunaan (USDA, 2007). Indeks kualitas tanah
dihitung dengan mengalikan indeks bobot dan skor dari indikator sifat-sifat fisika, kimia
27
dan biologi tanah. Semakin tinggi nilai IKT maka kualitas tanah semakin baik atau lebih
bagus dalam menjalankan fungsinya (Mausbach and Seybold, 1998, Andrews et al., 2004).
5.3. Status Kesuburan Tanah (SKT)
Hasil analisis kriteria kesuburan tanah (Tabel 9) menunjukkan bahwa dari lima
indikator yang dianalisis ternyata status kesuburan tanah pada beberapa ordo tanah di lahan
kering Aceh Besar rendah hingga tinggi. Ordo tanah yang berstatus kesuburan rendah
ditemukan pada Oxisols Lembah Seulawah dan Inceptisols Blang Bintang sedangkan yang
medium ditemukan pada Entisols Jalin, Andisols Saree, dan Ultisols Jantho. Satu-satunya
ordo tanah dengan status kesuburan tinggi adalah Mollisols Kreung Raya. Secara berurutan
ordo tanah berdasarkan status kesuburan tanah dari tinggi ke rendah adalah: Mollisol >
Andisols = Ultisols = Entisols > Inceptisol = Oxisols.
Ada tiga kendala yang mempengaruhi kesuburan tanah di lahan kering Aceh Besar
yaitu kandungan bahan organik, KTK dan kejenuhan basa yang rendah. Selanjutnya jika
dikaji lebih jauh, maka terlihat bahwa nilai IKT tidak selalu sama dengan status kesuburan
tanah. Tabel 9 dapat dilihat bahwa IKTpada lahan kering Aceh Besar mempunyai dua
kriteria yaitu sedang dan tinggi, sedangkan kriteria status kesuburan tanah ada tiga yaitu
rendah, sedang dan tinggi. Perbedaan ini terjadi karena pada analisis IKT menggunakan
parameter lebih banyak yang meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, sedangkan pada
analisis status kesuburan tanah (SKT) hanya menggunakan lima kriteria sifat kimia tanah
yaitu KTK, kejenuhan basa, bahan organik, dan cadangan P2O5 dan K2O (Indonesian Soil
Research Centre, 2005).
Table 9. Status kesuburan tanah pada beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh Besar
Indikator Kesuburan Tanah Entisols
Jalin
Andisols
Saree
Oxisols
Lembah
Seulawah
Inceptisols
Blang
Bintang
Mollisols
Krueng
Raya
Ultisols
Jantho
Cation exchange cations/CEC
(cmol kg-1) 32.9 (T) 20.0 (S) 14.6 (R) 10.5 (R) 49.4 (T) 34.1 (T)
Base saturation/BS (%) 16.9 (R) 19.9 (R) 18.4 (R) 28.7 (R) 60.8 (T) 34.5 (R)
Organic matter (%) 1.76 (R) 1.82 (R) 0.74 (R) 0.78 (R) 0.75 (R) 0.61 (R)
P2O5 content (mg/100 g) 181 (T) 281 (T) 112 (T) 76 (T) 55 (T) 146 (T)
K2O content (mg/100 g) 81 (T) 41 (T) 25 (S) 31 (S) 105 (T) 48 (T)
Soil fertility status Sedang Sedang Rendah Rendah Tinggi Sedang
Sumber: Analisis kriteria kesuburan tanah (2019)
R/S/T = rendah/sedang/tinggi
28
Menurut Islam dan Weil (2000), klasifikasi sifat-sifat tanah yang berkontribusi
terhadap kualitas tanah didasarkan atas kepermanenannya dan tingkat kepekaannya
terhadap pengelolaan. Sifat-sifat tanah seperti, kadar air, respirasi tanah, pH, N total, K-
mineral, P-tersedia dan kerapatan isi, dapat berubah sebagai hasil dari praktek
pengelolaan secara rutin atau adanya pengaruh cuaca. Sedangkan sifat-sifat permanen
yang merupakan sifat bawaan (inherent) tanah atau lokasi (site) seperti, lereng, kedalaman
tanah, tekstur, mineralogi, lapisan pembatas sedikit terpengaruh oleh pengelolaan.
Berdasarkan hal ini, maka dalam pengelolaan tanah perlu dipilih bahan-bahan yang
mampu memperbaiki kualitas tanah sehingga dapat meningkatkan status kesuburan tanah.
Jika dilihat kendala dan fungsi tanah, maka penambahan bahan organik ke dalam tanah
merupakan salah satu tindakan perbaikan yang baik karena bahan organik selain dapat
meningkatkan cadangan karbon (C) ke dalam tanah juga mampu memperbaiki sifat-sifat
fisika, kimia, dan biologi tanah (FAO, 2005, Stevenson, 2007, Sanchez, 2012, Sufardi,
2012, Havlin et al., 2014). Pengembalian bahan organik ke dalam tanah saat ini telah
menjadi solusi pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan (Hansen, 2010) dan
dengan bahan organik dapat meningkatkan kesehatan tanah (Bonfante et al., 2019).
5.1.3. Sifat-sifat Kimia Tanah
Tabel 10 dan Tabel 11 secara ringkas dapat dikemukakan bahwa sifat-sifat kimia tanah
pada beberapa ordo tanah di lahan kering Kabupaten Aceh Besar secara relatif berbeda antar
subgrop tanah dan antar lapisan horizon. Reaksi tanah (pH) secara umum didominasi oleh
tanah-tanah yang bereaksi masam hingga agak masam. Yang tergolong dalam kelompok
tanah masam berdasarkan hasil penelitian ini adalah Inceptisol, Ultisol, Andisol, Oxisol, dan
Entisol, sedangkan yang tergolong ke dalam tanah dengan rekasi netral hingga agak alkalis
adalah ordo Mollisol. Meskipun banyak ordo tanah bereaksi masam, tetapi kandungan Al-
dd tanah relatif kecil dan tidak berpotensi menimbulkan keracunan pada tanaman karena
kejenuhan Al < 10 %, serta pH tanah umumnya > 5,5, sehingga Al—d terdapat dalam bentuk
yang mengendap (tidak larut) yaitu Al(OH)30 (Norman, 1978; Fageria et al., 1986).
Kandungan C dan N total tanah pada Ultisol, Inceptisol, Oxisols, Entisol, dan
Inceptisol secara umum juga rendah kecuali pada tanah ordo Andisol dan Mollisol.
Rendahnya C dan N ini terjadi selain karena tanah-tanah di lahan kering terbentuk dari bahan
induk mineral yang telah mengalami pencucuian sehingga meninggalkan Fe, Al, dan Si yang
miskin bahan organik yang menyebabkan tanah berwarna cerah (coklat hingga kuning
29
kemerahan). Pada ordo Mollisol dan Andisiol, C total dan N total tergolong sedang karena
bahan organik terikat bersama mineral amorf alofan pada Andisol atau tanah mengandung
mineral liat 2:1 yang dapat menjerap molekul organik sehingga tanah berwarna coklat
kehitaman (Gambar 1).
Tabel 10. Nilai pH tanah, kandungan C dan N serta P tanah pada setiap lapisan horizon
pada beberapa ordo tanah di lahan kering suboptimal Aceh Besar
No Profil Horison Kedalaman
(cm)
pH pH C
organik
N
total C/N
P C
organik
(%)
N
total
(%)
H2O KCl Bray II
(%) (%) (mg kg-1)
Entisols A 0-12 6,41 4,41 0,51 0,04 12,8 1,20 12,8 1,20
Jalin AC 12-44 6,72 4,82 0,34 0,04 8,50 1,35 8,50 1,35
C >44 5,30 4,25 4,44 0,27 16,4 0,25 16,4 0,25
Ap 0 – 20 5,56 4,35 3,95 0,25 15,8 0,30 15,8 0,30
Andisols AB 20 – 38 5,87 4,69 1,42 0,14 10,1 0,60 10,1 0,60
Saree Bw 38 – 60 6,06 4,64 0,98 0,08 12,3 0,75 12,3 0,75
BC >60 5,25 4,09 0,94 0,08 11,8 1,30 11,8 1,30
A 0 – 10 5,43 4,12 0,48 0,06 8,00 1,35 8,00 1,35
Oxisols AB 10 – 35 5,58 4,24 0,45 0,06 7,50 0,04 7,50 0,04
Lembah BA 35 – 69 5,40 4,07 0,36 0,05 7,20 0,55 7,20 0,55
Seulawah Bo1 69 – 104 5,36 4,0 0,34 0,05 6,80 0,45 6,80 0,45
Bo2 104-150 5,44 4,41 0,99 0,07 14,1 1,05 14,1 1,05
AB 0 – 25 5,36 4,48 0,82 0,06 13,7 1,55 13,7 1,55
Inceptisol BA 25 – 60 5,83 5,20 0,45 0,05 9,00 1,75 9,00 1,75
Blang Bw 60 – 80 6,00 5,49 0,37 0,04 9,25 0,05 9,25 0,05
Bintang Bob1 80 – 107 5,94 5,38 0,36 0,05 7,20 0,25 7,20 0,25
Bob2 >107 6,48 5,08 1,93 0,13 14,8 0,10 14,8 0,10
Ap 0-40 8,35 6,66 0,29 0,04 7,25 0,76 7,25 0,76
Mollisols BA 40-75 8,37 6,73 0,49 0,03 16,3 1,25 16,3 1,25
Krueng Bk1 75-110 8,44 6,77 0,32 0,04 8,00 1,55 8,00 1,55
raya Bk2 >110 5,26 3,88 1,89 0,10 18,9 0,45 18,9 0,45
Ap 0 – 10 5,97 4,00 0,53 0,04 13,25 0,85 13,25 0,85
Ultisols AB 10 – 27 6,34 4,53 0,44 0,04 11,00 0,20 11,00 0,20
Jantho BA 27 – 45 6,41 4,65 0,37 0,04 9,25 1,50 9,25 1,50
Bt1 45 – 97 6,60 4,74 0,23 0,03 7,67 1,35 7,67 1,35
Bt2 97 – 125 5,40 3,91 1,25 0,08 15,6 0,20 15,6 0,20
Sumber: Hasil analisis laboratorium (2019)
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kandungan kation basa seperti Ca, Mg, K,
dan Na pada sebagian besar tanah di lahan kering suboptimal Aceh Besar tergolong rendah
terutama Mg, K, dan Na, sedangkan Ca lebih bervariasi Antara ordo dan kedalaman tanah.
Pada ordo Oxisol, Ultisol, dan Inceptisol, kandungan kation basa tertukar Ca-dd, Mg-dd, K-
dd, dan Na-dd relatif rendah, sedangkan pada Mollisol dan Andisol termasuk kategori
sedang hingga sangat tinggi terutama kandungan Ca-dd. KTK tanah dan kejenuhan basa
juga relatif rendah kecuali pada Mollisol. Berdasarkan data ini dapat dinyatakan bahwa
ketersediaan hara kation (Ca, Mg, dan K) serta kejenuhan basa tanah menjadi salah satu
30
faktor kendala pada lahan kering suboptimal Kabupaten Aceh Besar. Hal ini berarti status
kesuburan tanah sangat berbeda Antara ordo tanah. Hasil penilaian status kesuburan tanah,
sebagian besar tanah di lahan kering Aceh Besar mempunyai status kesuburan tanah rendah
yaitu ordo Entisol, Inceptisol, Oxisol, dan Ultisol, sedangkan yang berstatus kesuburan
tanah sedang adalah Andisol dan Mollisol. Tidak ditemukan adanya ordo tanah yang
berstatus kesuburan tinggi di lahan kering suboptimal Aceh Besar.
Tabel 11. Kandungan kation basa tertukar, KTK, KB, Al-dd, H-dd, dan DHL tanah pada
setiap lapisan horizon pada beberapa ordo tanah di lahan kering suboptimal
Aceh Besar
Lokasi
Profil Horison
Kedalaman
(cm)
Kation basa tertukar Jumlah
KTK KB
Al-dd H-dd
DHL Ca Mg K Na Kation Ekstrak 1N KCl
----------------- (cmol kg-1) -----------------
- (%) (cmol kg-1) (dS m-1)
A 0-12 6,10 0,31 0,03 0,21 6,65 34,4 19,3 0,00 0,24 0,02
Entisols AC 12-44 5,78 0,31 0,03 0,22 6,34 32,8 19,3 0,00 0,24 0,01
Jalin C >44 3,08 0,34 0,24 0,18 3,84 31,6 12,2 0,80 1,00 0,02
Ap 0 – 20 2,42 0,35 0,14 0,19 3,10 29,2 10,6 0,48 0,72 0,05
Andisols AB 20 – 38 3,23 0,36 0,38 0,21 4,18 25,2 16,6 0,00 0,32 0,02
Saree Bw 38 – 60 4,14 0,36 0,19 0,22 4,91 26,4 18,6 0,00 0,24 0,02
BC >60 2,05 0,36 0,19 0,20 2,8 17,2 16,3 0,24 0,60 0,03
A 0 – 10 1,74 0,35 0,03 0,19 2,31 14,0 16,5 0,24 0,64 0,02
Oxisols AB 10 – 35 1,89 0,36 0,05 0,21 2,51 14,4 17,4 0,00 0,68 0,04
Lembah BA 35 – 69 1,77 0,36 0,03 0,23 2,39 35,2 6,8 0,24 0,68 0,04
Seulawah Bo1 69 – 104 1,56 0,36 0,03 0,24 2,19 14,4 15,2 0,48 0,60 0,02
Bo2 104-150 1,61 0,36 0,12 0,23 2,32 32,8 7,07 0,00 0,4 0,02
AB 0 – 25 2,01 0,36 0,10 0,25 2,72 10,0 27,2 0,00 0,32 0,02
Inceptisols BA 25 – 60 2,27 0,36 0,05 0,29 2,97 9,60 30,9 0,00 0,32 0,17
Blang Bw 60 – 80 2,20 0,36 0,04 0,30 2,9 16,0 18,1 0,00 0,24 0,3
Bintang Bob1 80 – 107 2,44 0,36 0,03 0,31 3,14 9,20 34,1 0,00 0,32 0,4
Bob2 >107 29,8 0,37 0,37 0,35 30,9 58,4 53,0 0,00 0,24 0,3
Ap 0-40 41,7 0,39 0,30 0,38 42,8 62,4 68,5 0,00 0,24 0,05
Mollisols BA 40-75 44,2 0,39 0,24 0,42 45,3 64,0 70,8 0,00 0,24 0,05
Krueng Bk1 75-110 43,6 0,38 0,29 0,41 44,7 60,8 73,4 0,00 0,2 0,07
Raya Bk2 >110 4,00 0,38 0,21 0,41 5,00 20,4 24,5 0,56 0,96 0,04
Ap 0 – 10 7,57 0,37 0,19 0,42 8,55 37,6 22,7 0,00 0,40 0,06
Ultisols AB 10 – 27 4,35 0,38 0,17 0,42 5,32 34,8 15,3 0,00 0,32 0,03
Jantho BA 27 – 45 8,32 0,38 0,12 0,39 9,21 32,0 28,8 0,00 0,24 0,03
Bt1 45 – 97 0,70 0,39 0,17 0,40 1,66 37,6 4,41 0,00 0,24 0,02
Bt2 97 – 125 2,14 0,38 0,20 0,35 3,07 18,8 16,3 1,60 0,96 0,02
Sumber: Hasil analisis laboratorium (2019)
31
5.2. Pengaruh Amelioran terhadap Muatan Koloid dan Fisikokimia Tanah
Hasil analisis terhadap status muatan koloid yang diukur dari nilai titik muatan nol
(PZC) tanah dan sifat fisikokimia tanah (pH, KTK, C organik, N total, kkadar kation tertukar
dan kejenuhan basa) disajikan pada Lampiran 7 sampai 8.
5.2.1. Status Muatan Koloid
(a) Titik Muatan Nol (PZC)
Titik muatan nol merupakan salah satu parameter yang sangat penting untuk
mengetahui status muatan koloid tanah. Menurut Uehara dan Gillman (1981), jika suatu
tanah mempunyai titik muatan nol atau nilai PZC tinggi, maka secara kimia tanah ini tidak
baik kualitasnya. Suatu nilai PZC dikatakan tinggi jika nilainya lebih besar atau sama dengan
dengan nilai pH actual tanah (pH H2O). Tanah yang baik adalah yang mempunyai PZC < pH
tanah. Hasil percobaan inkubasi laboratorium dengan aplikasi berbagai jenis dan dosis bahan
pembenah tanah (amelioran) menunjukkan bahwa bahan dan jenis amelioran berpengaruh
terhadap dinamika PZC tanah (Tabel 12).
Tabel 12. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap titik muatan nol
(PZC) tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar
No Kode Perlakuan pemberian amelioran Andisols
Saree
Inceptisols
Cucum
Ultisols
Jantho
1. A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 3.71 b 3.37 a 3.07 a
2. A1 15 ton/ha Biochar 3.89 b 3.34 a 3.15 a
3. A2 15 ton/ha Kompos 4.04 b 3.46 a 3.32 ab
4. A3 2 ton/ha CaCO3 4.27 b 3.88 ab 3.69 ab
5. A4 2 ton/ha SP-36 3.51 ab 3.76 ab 3.21 ab
6. A5 30 ton/ha Biochar 3.86 b 3.49 a 3.11 a
7. A6 30 ton/ha Kompos 4.82 c 3.45 a 3.39 ab
8. A7 4 ton/ha CaCO3 4.12 bc 4.31 b 4.02 b
9. A8 4 ton/ha SP-36 3.17 a 3.84 ab 3.27 ab Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ (0,05)
Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan jenis dan dosis amelioran memberikan pengaruh
terhadap perubahan status PZC tanah Andisols, Inceptisols, dan Ultisols. Pengaruh perlakuan
ini berbeda antara ordo tanah.
32
(b) pH tanah dan Muatan Permukaan Koloid
Hasil percobaan inkubasi dan uji F (0,05) menunjukkan bahwa pemberian amelioran
dengan jenis dan dosis berbeda dapat mempengaruhi pH tanah pada beberapa ordo tanah di
lahan kering Aceh Besar. Hasil analisis juga memperlihatkan bahwa ada perbedaan yang
nyata antara nilai PZC antar ordo tanah (Tabel 13).
Tabel 13. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap titik muatan nol
(PZC) tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar
Kode Perlakuan pemberian amelioran pH (H2O) pH KCl pH
Andisols Saree
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 5.49 a 4.93 a -0.56
A1 15 ton/ha (Biochar) 5.45 a 4.93 a -0.52
A2 15 ton/ha (Kompos) 5.54 a 5.03 a -0.51
A3 2 ton/ha (CaCO3) 5.74 ab 5.21 a -0.53
A4 2 ton/ha (SP-36) 5.40 a 4.88 a -0.52
A5 30 ton/ha (Biochar) 5.42 a 4.93 a -0.49
A6 30 ton/ha (Kompos) 5.82 b 5.37 a -0.45
A7 4 ton/ha (CaCO3) 5.78 ab 5.26 a -0.52
A8 4 ton/ha (SP-36) 5.39 a 4.88 a -0.51
Inceptisols Cucum
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 6.39 b 5.33 b -1.06
A1 15 ton/ha (Biochar) 6.14 b 5.19 b -0.95
A2 15 ton/ha (Kompos) 6.33 b 5.51 b -0.82
A3 2 ton/ha (CaCO3) 6.95 b 5.89 b -1.06
A4 2 ton/ha (SP-36) 5.81 b 5.04 b -0.77
A5 30 ton/ha (Biochar) 6.16 b 5.26 b -0.90
A6 30 ton/ha (Kompos) 6.30 b 5.63 b -0.67
A7 4 ton/ha (CaCO3) 7.35 c 6.38 c -0.97
A8 4 ton/ha (SP-36) 5.63 a 4.95 a -0.68
Ultisols Jantho
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 5.61 b 4.85 b -0.76
A1 15 ton/ha (Biochar) 5.67 b 4.98 b -0.69
A2 15 ton/ha (Kompos) 5.43 b 4.90 b -0.53
A3 2 ton/ha (CaCO3) 6.26 c 5.51 c -0.75
A4 2 ton/ha (SP-36) 5.15 b 4.54 b -0.61
A5 30 ton/ha (Biochar) 5.11 b 4.47 b -0.64
A6 30 ton/ha (Kompos) 5.50 b 4.99 b -0.51
A7 4 ton/ha (CaCO3) 6.15 b 5.60 b -0.55
A8 4 ton/ha (SP-36) 4.92 a 4.45 a -0.47 Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur
yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)
33
Tabel 13 menunjukkan bahwa perbedaan jenis dan dosis dapat memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap pH H2O dan pH KCl tanah tetapi tidak berpengaruh terhadap nilai delta
pH. Data menunjukkan bahwa delta pH tanah umumnya bernilai negative yang menunjukkan
bahwa muatan koloid bermuatan negatif.
5.2.2. Sifat Fisikokimia Tanah
(a) Kapasitas tukar kation (KTK)
Hasil percobaan inkubasi dan uji F (0,05) menunjukkan bahwa pemberian amelioran
dengan jenis dan dosis berbeda berpengaruh terhadap kapasitas tukar kation tanah (KTK)
pada beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh Besar. Rata-rata nilai KTK tanah pada
berbagai perlakuan jenis dan dosis amelioran pada setiap ordo tanah di lahan kering Aceh
Besar dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap KTK tanah pada tiga
ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar
Kode Perlakuan pemberian amelioran Andisols
Saree
Inceptisols
Cucum
Ultisols
Jantho
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 23.60 20.00 11.60
A1 15 ton/ha (Biochar) 23.80 22.20 9.20
A2 15 ton/ha (Kompos) 24.80 19.40 10.60
A3 2 ton/ha (CaCO3) 25.20 20.60 12.40
A4 2 ton/ha (SP-36) 24.60 20.80 13.60
A5 30 ton/ha (Biochar) 31.00 16.80 12.60
A6 30 ton/ha (Kompos) 26.00 16.20 12.00
A7 4 ton/ha (CaCO3) 25.40 18.40 11.00
A8 4 ton/ha (SP-36) 24.20 20.80 12.00
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ (0,05)
(b) Kandungan C dan N tanah
Hasil percobaan inkubasi dan uji F (0,05) menunjukkan bahwa pemberian amelioran
dengan jenis dan dosis berbeda berpengaruh terhadap kandungan C dan N tanah pada
beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh Besar. Rata-rata kandungan C dan N tanah pada
berbagai perlakuan jenis dan dosis amelioran pada setiap ordo tanah di lahan kering Aceh
Besar dapat dilihat pada Tabel 16.
34
Tabel 16. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap kandungan C dan N
tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar
Kode Perlakuan pemberian amelioran Andisols
Saree
Inceptisols
Cucum
Ultisols
Jantho
Kandungan C (%)
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 2.17 0.43 0.89
A1 15 ton/ha (Biochar) 2.34 0.34 0.86
A2 15 ton/ha (Kompos) 2.22 0.48 1.10
A3 2 ton/ha (CaCO3) 2.18 0.54 0.87
A4 2 ton/ha (SP-36) 1.91 0.36 0.89
A5 30 ton/ha (Biochar) 2.19 0.56 0.89
A6 30 ton/ha (Kompos) 2.24 0.5 1.08
A7 4 ton/ha (CaCO3) 2.06 0.52 0.90
A8 4 ton/ha (SP-36) 2.19 0.39 0.93
Kandungan N (%)
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.18 0.06 0.07
A1 15 ton/ha (Biochar) 0.19 0.04 0.07
A2 15 ton/ha (Kompos) 0.16 0.04 0.05
A3 2 ton/ha (CaCO3) 0.15 0.03 0.06
A4 2 ton/ha (SP-36) 0.16 0.02 0.06
A5 30 ton/ha (Biochar) 0.16 0.03 0.08
A6 30 ton/ha (Kompos) 0.17 0.03 0.06
A7 4 ton/ha (CaCO3) 0.16 0.03 0.06
A8 4 ton/ha (SP-36) 0.16 0.02 0.06
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ (0,05)
Tabel 16 dapat dilihat bahwa pengaruh dosis dan jenis amelioran ternyata berbeda antar
ordo tanah. Pemberian kompos dn biochar dapat meningkatkan kandungan C tanah
sebesar 0.05% jika dibandingkan dengan tanpa amelioran. Akan tetapi pemberian CaCO3
dan SP-36 tidak signifikan dalam meningkatkan kandungan C tanah.
(c) Kandungan Ca, Mg, K dan Na Tertukar
Hasil percobaan inkubasi dan uji F (0,05) menunjukkan bahwa pemberian amelioran
dengan jenis dan dosis berbeda berpengaruh terhadap kandungan kation tertukar (Ca++, Mg++,
K+, dan Na+) tanah pada beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh Besar. Rata-rata kation
tertukar (Ca++, Mg++, K+, dan Na+) tanah pada berbagai perlakuan jenis dan dosis amelioran
pada setiap ordo tanah di lahan kering Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 17.
35
Tabel 17. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap kandungan kation
tertukar (Ca, Mg, K, dan Na) pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal
Aceh Besar
Kode Perlakuan pemberian amelioran Ca-dd Mg-dd K-dd Na-dd
Andisols Saree
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 3.94 0.28 0.77 0.52
A1 15 ton/ha (Biochar) 4.22 0.28 0.83 0.55
A2 15 ton/ha (Kompos) 4.48 0.28 0.97 0.58
A3 2 ton/ha (CaCO3) 4.84 0.28 0.81 0.53
A4 2 ton/ha (SP-36) 4.83 0.28 0.81 0.57
A5 30 ton/ha (Biochar) 4.34 0.27 0.87 0.56
A6 30 ton/ha (Kompos) 4.93 0.28 1.11 0.62
A7 4 ton/ha (CaCO3) 5.13 0.28 0.82 0.56
A8 4 ton/ha (SP-36) 5.01 0.28 0.82 0.55
Inceptisols Cucum
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 4.90 0.29 0.14 0.50
A1 15 ton/ha (Biochar) 4.92 0.29 0.29 0.54
A2 15 ton/ha (Kompos) 5.06 0.29 0.54 0.59
A3 2 ton/ha (CaCO3) 5.29 0.29 0.14 0.53
A4 2 ton/ha (SP-36) 5.00 0.29 0.13 0.54
A5 30 ton/ha (Biochar) 3.96 0.29 0.24 0.54
A6 30 ton/ha (Kompos) 4.82 0.29 0.71 0.61
A7 4 ton/ha (CaCO3) 5.31 0.29 0.15 0.56
A8 4 ton/ha (SP-36) 4.78 0.29 0.19 0.59
Ultisols Jantho
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.65 0.28 0.11 0.61
A1 15 ton/ha (Biochar) 0.66 0.28 0.27 0.62
A2 15 ton/ha (Kompos) 1.18 0.28 0.76 0.65
A3 2 ton/ha (CaCO3) 1.91 0.28 0.13 0.63
A4 2 ton/ha (SP-36) 1.37 0.28 0.57 0.66
A5 30 ton/ha (Biochar) 1.04 0.28 0.45 0.65
A6 30 ton/ha (Kompos) 1.25 0.28 0.58 0.65
A7 4 ton/ha (CaCO3) 1.88 0.28 0.21 0.66
A8 4 ton/ha (SP-36) 1.40 0.27 0.20 0.61
Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur
yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)
(d) Jumlah kation dan kejenuhan basa (KB)
Hasil percobaan inkubasi dan uji F (0,05) menunjukkan bahwa pemberian amelioran
dengan jenis dan dosis berbeda berpengaruh terhadap jumlah kation tertukar (Ca++, Mg++,
K+, dan Na+) dan kejenuhan basa (KB) tanah pada beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh
36
Besar. Rata-rata jumlah kation tertukar dan KB tanah pada berbagai perlakuan jenis dan dosis
amelioran pada setiap ordo tanah di lahan kering Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap jumlah kation dan
kejenuhan basa tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh
Besar
Kode Perlakuan pemberian amelioran Andisols
Saree
Inceptisols
Cucum
Ultisols
Jantho
Jumlah Kation (cmol kg-1)
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 5.51 5.83 1.65
A1 15 ton/ha (Biochar) 5.88 6.03 1.83
A2 15 ton/ha (Kompos) 6.31 6.47 2.88
A3 2 ton/ha (CaCO3) 6.46 6.24 2.95
A4 2 ton/ha (SP-36) 6.50 5.96 2.88
A5 30 ton/ha (Biochar) 6.04 5.03 2.42
A6 30 ton/ha (Kompos) 6.93 6.43 2.77
A7 4 ton/ha (CaCO3) 6.79 6.30 3.03
A8 4 ton/ha (SP-36) 6.65 5.85 2.49
Kejenuhan Basa (%)
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 23.44 29.15 14.68
A1 15 ton/ha (Biochar) 24.89 27.18 25.88
A2 15 ton/ha (Kompos) 25.44 33.35 27.43
A3 2 ton/ha (CaCO3) 25.74 30.26 23.41
A4 2 ton/ha (SP-36) 26.42 28.65 20.71
A5 30 ton/ha (Biochar) 20.79 31.94 19.19
A6 30 ton/ha (Kompos) 26.87 43.38 23.11
A7 4 ton/ha (CaCO3) 26.76 34.08 28.74
A8 4 ton/ha (SP-36) 27.55 28.48 21.18 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ (0,05)
(e) Kandungan Al-dd, H-dd dan Kejenuhan Al
Hasil percobaan inkubasi dan uji F (0,05) menunjukkan bahwa pemberian amelioran
dengan jenis dan dosis berbeda tidak berpengaruh terhadap Al-dd dan H-dd tanah serta
kejenuhan Al pada beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh Besar. Rata-rata kandungan
Al—d, H-dd dan kejenuhan Al tanah pada berbagai perlakuan jenis dan dosis amelioran pada
setiap ordo tanah di lahan kering Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 19.
37
Tabel 19. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap kandungan Al-dd, H-
dd, dan kejenuhan Al pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal Kabupaten
Aceh Besar
Kode Perlakuan pemberian amelioran Al-dd H-dd Kejenuhan Al
---------- (cmol/kg) ------ (%)
Andisols Saree
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.08 0.32 1.45
A1 15 ton/ha (Biochar) 0.00 0.24 0.00
A2 15 ton/ha (Kompos) 0.00 0.00 0.00
A3 2 ton/ha (CaCO3) 0.00 0.00 0.00
A4 2 ton/ha (SP-36) 0.20 0.28 3.08
A5 30 ton/ha (Biochar) 0.00 0.32 0.00
A6 30 ton/ha (Kompos) 0.00 0.00 0.00
A7 4 ton/ha (CaCO3) 0.00 0.00 0.00
A8 4 ton/ha (SP-36) 0.08 0.32 1.20
Inceptisols Cucum
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.00 0.00 0.00
A1 15 ton/ha (Biochar) 0.00 0.00 0.00
A2 15 ton/ha (Kompos) 0.00 0.00 0.00
A3 2 ton/ha (CaCO3) 0.00 0.00 0.00
A4 2 ton/ha (SP-36) 0.00 0.00 0.00
A5 30 ton/ha (Biochar) 0.00 0.00 0.00
A6 30 ton/ha (Kompos) 0.00 0.00 0.00
A7 4 ton/ha (CaCO3) 0.00 0.00 0.00
A8 4 ton/ha (SP-36) 0.00 0.00 0.00
Ultisols Jantho
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.00 0.00 0.00
A1 15 ton/ha (Biochar) 0.00 0.00 0.00
A2 15 ton/ha (Kompos) 0.16 0.36 5.61
A3 2 ton/ha (CaCO3) 0.00 0.00 0.00
A4 2 ton/ha (SP-36) 0.88 0.52 34.18
A5 30 ton/ha (Biochar) 0.72 0.64 30.52
A6 30 ton/ha (Kompos) 0.00 0.32 0.00
A7 4 ton/ha (CaCO3) 0.00 0.00 0.00
A8 4 ton/ha (SP-36) 0.60 0.76 25.80
Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur
yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)
Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa ternyata kandungan Al-dd, H-dd tanah dan kejenuhan Al
secara umum tidak dipengaruhi oleh jenis dan dosis amelioran kecuali akibat pemberian
Biochar dan SP-36 pada dosis 4 t/ha.
38
5.3. Pengaruh Amelioran terhadap Pertumbuhan dan Serapan Hara Jagung
5.3.1. Pertumbuhan Tanaman Jagung
Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman jagung dan analisis N, P, dan K
daun disajikan pada Lampiran 6 hingga 11. Rata-rata tinggi tanaman jagung umur 14, 21, 28,
35, dan 42 hari setelah tanam pada setiap perlakuan bahan amelioran dan ordo tanah disajikan
pada Tabel 20.
Tabel 20. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap tinggi tanaman
jagung umur 14, 21, 28, 35, dan 42 hari setelah tanam (HST) pada tiga ordo tanah
dari lahan kering suboptimal Aceh Besar
Kode Perlakuan pemberian amelioran 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42HST
…………………. (cm) ………………...
Andisols Saree
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 34.70 50.45 78.45 115.10 149.95
A1 Biochar 20 t ha-1 35.95 63.75 99.70 137.15 168.00
A2 Kompos 20 t ha-1 43.30 77.15 115.05 154.90 175.60
A3 CaCO3 4 t ha-1 35.45 47.40 67.80 103.00 143.95
A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 46.95 93.35 133.55 167.80 188.05
A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 39.40 61.35 97.75 142.05 172.00
A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 37.75 63.10 97.40 138.65 174.15
A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 45.70 79.20 115.10 158.00 188.55
Inceptisols Cucum
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 38.55 76.40 117.70 148.00 164.50
A1 Biochar 20 t ha-1 39.55 70.90 102.75 131.50 154.00
A2 Kompos 20 t ha-1 52.65 90.75 131.00 160.15 171.80
A3 CaCO3 4 t ha-1 37.80 64.15 97.80 123.35 142.50
A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 42.85 81.25 118.25 150.35 169.80
A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 40.55 71.15 102.95 135.65 159.75
A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 40.65 78.50 101.50 145.70 165.30
A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 42.55 71.40 111.05 143.85 169.15
Ultisols Jantho
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 39.60 80.30 122.10 163.05 188.70
A1 Biochar 20 t ha-1 47.25 80.05 123.25 167.35 186.85
A2 Kompos 20 t ha-1 54.45 98.65 139.95 184.50 203.70
A3 CaCO3 4 t ha-1 37.30 66.00 96.60 130.40 162.90
A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 50.15 93.15 136.85 175.80 195.45
A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 45.65 77.05 111.85 150.20 179.35
A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 43.80 73.30 113.50 156.50 184.75
A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 45.85 85.10 123.00 166.90 188.20
Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur
yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)
39
Hasil analisis ragam (uji F) menunjukkan bahwa pemberian amelioran berpengaruh
terhadap tinggi tanaman jagung umur 14, 21, 28, 35, dan 42 hari setelah tanam (HST),
sedangkan ordo tanah belum berpengaruh pada umur 14 HST namun pada umur 21, 28, 35,
dan 42 HST sangat berpengaruh. Tabel 20a dapat dilihat pada perlakuan kontrol (tanpa
amelioran) tanaman jagung tingginya 37.62 cm, namun dengan aplikasi bahan amelioran
biochar, kompos, SP-36 dan kombinasinya tanaman lebih tinggi dan tertinggi diperoleh pada
pemberian kompos (A3) yaitu pada dosis 20 ton/ha dan terendah pada pemberian CaCO3
sebanyak 4 to/ha. Demikian pula terhadap tinggi tanamn umur 21, 28, 35, dan 42 HST
ternyata pemberian kompos baik diberikan secara mandiri maupun dikombinasi dengan
amelioran lain seperti biochar, atau SP-36 memberikan pengaruh yang lebih baik pada
tanaman jagung. Berdasarkan hasil percobaan ini menunjukkan bahwa pemberian amelioran
dari jenis bahan organik seperti kompos memberikan pengaruh lebih baik pada tanah
sehingga pertumbuhan jagung lebih sehat.
Kompos merupakan bahan amelioran organik yang berfungsi sebagai sumber C dan
memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan dengan amelioran anorganik seperti CaCO3. Hal
ini terjadi karena bahan organik kompos memiliki keunggulan sebagai bahan yang
mempunyai luas permukaan spesifik tinggi, mempunyai KTK tinggi, dapat menjerap air dan
hara, serta menjadi habitat bagi mikrobia sehingga lebih baik pengaruhnya pada tanah (FAO,
2005, Stevenson, 2007, Sufardi, 2012). Hasil penelitian Sufardi (1999) pada Ultisol Jasinga
juga menunjukkan bahwa aplikasi kompos lebih baik dari pada aplikasi kapur.
Tabel 20a. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 14 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran
terhadap Pertumbuhan Jagung di Lahan Kering Aceh Besar
Amelioran Andisols Inceptisols Ultisols Rata-rata
----------------------- (cm) ------------------------- A0 = Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 34.70 38.55 39.60 37.62 a A1 = Biochar 20 t ha-1 35.95 39.55 47.25 40.92 a A2 = Kompos 20 t ha-1 43.30 52.65 54.45 50.13 b A3 = CaCO3 4 t ha-1 35.45 37.80 37.30 36.85 a A4 = Pupuk SP-36 4 t ha-1 46.95 42.85 50.15 46.65 ab A5 = Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 39.40 40.55 45.65 41.87 a A6 = Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 37.75 40.65 43.80 40.73 a A7 = Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 45.70 42.55 45.85 44.70 a
Rata-rata 39.90 a 41.89 a 45.51 a BNJ amelioran = 11.96
40
Tabel 20b. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 21 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran
terhadap Pertumbuhan Jagung di Lahan Kering Aceh Besar
Amelioran Andisols Inceptisols Ultisols Rata-rata
----------------------- (cm) ------------------------- A0 = Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 50.45 76.40 80.30 69.05a A1 = Biochar 20 t ha-1 63.75 70.90 80.05 71.57a A2 = Kompos 20 t ha-1 77.15 90.75 98.65 88.85b A3 = CaCO3 4 t ha-1 47.40 64.15 66.00 59.18a A4 = Pupuk SP-36 4 t ha-1 93.35 81.25 93.15 89.25b A5 = Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 61.35 71.15 77.05 69.85a A6 = Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 63.10 78.50 73.30 71.63ab A7 = Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 79.20 71.40 85.10 78.57b
Rata-rata 66.97a 75.56ab 81.70b BNT amelioran : 19.17 BNT ordo tanah : 8.85
Tabel 20c. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 28 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran
terhadap Pertumbuhan Jagung di Lahan Kering Aceh Besar
Amelioran Andisols Inceptisols Ultisols Rata-rata
----------------------- (cm) ------------------------- A0 = Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 78.45 117.70 122.10 106.08ab A1 = Biochar 20 t ha-1 99.70 102.75 123.25 108.57b A2 = Kompos 20 t ha-1 115.05 131.00 139.95 128.67c A3 = CaCO3 4 t ha-1 67.80 97.80 96.60 87.40a A4 = Pupuk SP-36 4 t ha-1 133.55 118.25 136.85 129.55c A5 = Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 97.75 102.95 111.85 104.18a A6 = Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 97.40 101.50 113.50 104.13a A7 = Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 115.10 111.05 123.00 116.38bc
Rata-rata 100.60a 110.38b 120.89c BNT amelioran : 20.63 BNT ordo tanah : 9.53
Tabel 20d. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 35 HST akibat Pemberian Bahan
Amelioran terhadap Pertumbuhan Jagung di Lahan Kering Aceh Besar
Amelioran Andisols Inceptisols Ultisols Rata-rata
----------------------- (cm) ------------------------- A0 = Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 115.10 148.00 163.05 142.05a A1 = Biochar 20 t ha-1 137.15 131.50 167.35 145.33b A2 = Kompos 20 t ha-1 154.90 160.15 184.50 166.52b A3 = CaCO3 4 t ha-1 103.00 123.35 130.40 118.92a A4 = Pupuk SP-36 4 t ha-1 167.80 150.35 175.80 164.65b A5 = Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 142.05 135.65 150.20 142.63ab A6 = Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 138.65 145.70 156.50 146.95b A7 = Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 158.00 143.85 166.90 156.25b
Rata-rata 139.58a 142.32ab 161.84c BNT amelioran : 20.63 BNT ordo tanah : 9.53
41
Tabel 20e. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 42 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran
terhadap Pertumbuhan Jagung di Lahan Kering Aceh Besar
Amelioran
Ordo Tanah Rata-rata
Andisol Inceptisol Ultisol
…(cm)… A0 = Kontrol 149.95 164.50 188.70 167.72a
A1 = 20 t/ha Biochar 168.00 154.00 186.85 169.62a
A2 = 20 t/ha Kompos 175.60 171.80 203.70 183.70b
A3 = 4 t/ha CaCO3 143.95 142.50 162.90 149.78a
A4 = 4 t/ha SP-36 188.05 169.80 195.45 184.43b
A5 = 10 t/ha Biochar + 4 t/ha CaCO3 172.00 159.75 179.35 170.37ab
A6 = 10 t/ha Kompos + 4 t/ha CaCO3 174.15 165.30 184.75 174.73b
A7 = 10 t/ha Biochar +10 t/ha Kompos 188.55 169.15 188.20 181.97b
Rata-rata 170.03ab 162.10a 186.24b
BNT amelioran : 22.19 BNT ordo tanah : 10.25
Pada tinggi tanaman umur 28 hingga 42 HST, ternyata perlakuan amelioran yang lebih baik
diperoleh pada kombinasi 10 t/ha kompos + 10 t/ha biochar atau pada pemberian SP-36,
sedangkan perlakuan 4 t/ha CaCO3 tetap memberikan hasil yang paling rendah bahkan lebih
rendah dari perlakuan kontrol (tanpa amelioran). Berdasarkan percobaan ini maka dapat
dikatakan bahwa pemberian amelioran dapat meningkatkan pertumbuhan jagung ketiga ordo
tanah yang berasal dari Aceh Besar.
Selanjutnya jika dilihat perbedaan pertumbuhan jagung pada ketiga ordo tanah maka
tanpak bahwa pada Ultisols Jantho memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan dengan pada Andisols Saree dan Inceptisols Cucum. Ultisols Jantho
merupakan ordo tanah yang memiliki ciri tanah yang kurang baik karena mempunyai
beberapa kendala kesuburan tanah seperti rendahnya kandungan bahan organik tanah, N total
rendah, dan ketersediaan kation dan kejenuhan basa rendah (Mulkan et al., 2016, Sufardi et
al., 2017, Sufardi et al., 2018,). Andisols Saree pada dasarnya tergolong tanah yang lebih
subur dibandingkan dengan Ultisols Jantho dan Inceptisols Cucum akan tetapi tanah ini
memiliki masalah yaitu tingginya adsorpsi P sehingga P tersedia sangat rendah yaitu < 4
mg/kg tanah (Sufardi et al., 2018). Hasil percobaan juga menunjukkan bahwa pada
Inceptisols Cucum, pertumbuhan jagung lebih rendah dibandingkan dengan Ultisols Jantho
dan Andisols Saree. Hal ini disebabkan karena Inceptisols mempunyai ciri tanah yang lebih
jelek akibat rendahnya bahan organik, N total, kejenuhan basa dan kation tertukar serta secara
fisik tanah ini mengandung pasir lebih tinggi akibat erosi yang terjadi pada lapisan
permukaan (Hasil survai lapangan, 2019).
42
5.3.2. Serapan Hara
(a) Konsentrasi N, P, dan K dalam Jaringan Tanaman
Tabel 21. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap konsentrasi N, P,
dan K jaringan tanaman jagung pada umur 45 hari setelah tanam (HST) pada
tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar
Kode Perlakuan pemberian amelioran N P K
…………………. (cm) …………...
Andisols Saree
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.22 0.25 1.50
A1 Biochar 20 t ha-1 0.28 0.18 1.16
A2 Kompos 20 t ha-1 0.27 0.38 1.46
A3 CaCO3 4 t ha-1 0.41 0.26 1.43
A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 0.27 0.31 1.44
A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 0.27 0.37 1.42
A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 0.26 0.33 1.53
A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 0.35 0.44 1.53
Inceptisols Cucum
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.25 0.35 1.25
A1 Biochar 20 t ha-1 0.19 0.31 1.30
A2 Kompos 20 t ha-1 0.29 0.27 1.33
A3 CaCO3 4 t ha-1 0.21 0.34 1.30
A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 0.20 0.32 1.23
A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 0.26 0.28 1.35
A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 0.25 0.41 1.46
A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 0.37 0.35 1.45
Ultisols Jantho
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.40 0.20 1.14
A1 Biochar 20 t ha-1 0.62 0.34 1.38
A2 Kompos 20 t ha-1 0.50 0.22 1.02
A3 CaCO3 4 t ha-1 0.52 0.22 1.24
A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 0.48 0.45 1.09
A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 0.62 0.25 1.23
A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 0.48 0.26 1.33
A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 0.58 0.40 1.47
Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur
yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)
43
(b) Serapan Hara N, P, dan K
Tabel 22. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap Serapan N, P, dan
K jaringan tanaman jagung pada umur 45 hari setelah tanam (HST) pada tiga
ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar
Amelioran
Ordo Tanah
Rata-rata Andisol (T1) Inceptisol (T2) Ultisol (T3)
…(%)…
Serapan Nitrogen (N)
A0 = Kontrol 0.22 0.25 0.40 0.29a
A1 = Biochar 0.28 0.19 0.62 0.36a
A2 = Kompos 0.27 0.29 0.50 0.35a
A3 = CaCO3 0.41 0.21 0.52 0.38a
A4 = SP-36 0.27 0.20 0.48 0.32a
A5 = Biochar + CaCO3 0.27 0.26 0.62 0.38a
A6 = Kompos + CaCO3 0.26 0.25 0.48 0.33a
A7 = Biochar + Kompos 0.35 0.37 0.58 0.43b
Rata-rata 0.29a 0.25a 0.52b BNT amelioran : 0.13 BNT ordo tanah : 0.06
Serapan Fosfor (P)
A0 = Kontrol 0.25 0.35 0.20 0.27a
A1 = Biochar 0.18 0.31 0.34 0.28a
A2 = Kompos 0.38 0.27 0.22 0.29a
A3 = CaCO3 0.26 0.34 0.22 0.27a
A4 = SP-36 0.31 0.32 0.45 0.36ab
A5 = Biochar + CaCO3 0.37 0.28 0.25 0.30a
A6 = Kompos + CaCO3 0.33 0.41 0.26 0.33a
A7 = Biochar + Kompos 0.44 0.35 0.40 0.39b
Rata-rata 0.31a 0.33a 0.29a BNT amelioran : 0.09 BNT ordo tanah : 0.04
Andisol (T1) Inceptisol (T2) Ultisol (T3)
Serapan Kalium (K)
A0 = Kontrol 1.50 1.25 1.14 1.30a
A1 = Biochar 1.16 1.30 1.38 1.28a
A2 = Kompos 1.46 1.33 1.02 1.27a
A3 = CaCO3 1.43 1.30 1.24 1.32a
A4 = SP-36 1.44 1.23 1.09 1.25a
A5 = Biochar + CaCO3 1.42 1.35 1.23 1.33a
A6 = Kompos + CaCO3 1.53 1.46 1.33 1.44ab
A7 = Biochar + Kompos 1.53 1.45 1.47 1.48b
Rata-rata 1.43b 1.33ab 1.24a BNT amelioran : 0.22 BNT ordo tanah : 0.10
44
5.4. Pengaruh Jenis dan Dosis Amelioran Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Kedelai
5.4.1. Pertumbuhan Tanaman
Tabel 23. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap tinggi tanaman
kedelai umur 14, 21, 28, 35, dan 42 hari setelah tanam (HST) pada tiga ordo
tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar
Kode Perlakuan pemberian amelioran 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST
…………………. (cm) ………………...
Andisols Saree
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 25.78 35.15 62.40 97.60 119.80
A1 Biochar 20 t ha-1 22.93 32.48 47.93 69.20 86.93
A2 Kompos 20 t ha-1 27.30 37.83 62.18 85.03 106.05
A3 CaCO3 4 t ha-1 26.03 34.78 50.40 75.23 100.90
A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 25.73 50.25 89.68 133.00 156.88
A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 24.83 32.85 57.18 95.33 116.40
A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 23.05 33.18 60.80 97.78 119.65
A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 22.33 36.80 74.43 118.05 139.75
Inceptisols Cucum
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 25.63 44.53 90.45 133.15 152.58
A1 Biochar 20 t ha-1 21.98 38.48 77.75 115.50 134.70
A2 Kompos 20 t ha-1 24.95 44.65 73.25 117.50 151.55
A3 CaCO3 4 t ha-1 21.08 30.28 63.03 103.38 125.50
A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 21.03 33.33 61.75 91.88 114.50
A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 22.83 40.28 79.68 119.35 140.60
A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 21.25 40.85 74.38 113.70 140.30
A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 27.50 46.95 93.53 141.40 163.33
Ultisols Jantho
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 23.38 38.48 67.63 101.90 117.80
A1 Biochar 20 t ha-1 24.20 37.00 66.13 101.10 125.23
A2 Kompos 20 t ha-1 25.65 48.65 85.83 115.10 133.58
A3 CaCO3 4 t ha-1 24.55 33.15 62.98 98.20 126.38
A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 21.43 36.05 72.40 108.55 145.58
A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 22.48 38.15 73.50 121.78 143.63
A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 26.33 47.50 92.55 130.63 151.25
A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 26.18 49.70 96.98 146.25 168.73
Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur
yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)
45
5.4.2. Hasil Kedelai
Tabel 24. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap tinggi tanaman umur
48 HST dan komponen hasil kedelai pada tiga ordo tanah dari lahan kering
suboptimal Aceh Besar
Kode Perlakuan pemberian amelioran
TT 49
HST
Jumlah
daun
Jumlah
polong
BK
Biji
Hasil
biji (cm) (lembar) (bh) (g/pot) (t/ha)
Andisols Saree
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 120.53 17.50 41.00 9.84 1.23
A1 Biochar 20 t ha-1 88.00 12.50 33.00 7.92 0.99
A2 Kompos 20 t ha-1 108.68 21.00 72.00 17.28 2.16
A3 CaCO3 4 t ha-1 105.53 11.50 31.50 7.56 0.95
A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 161.08 28.00 70.50 16.92 2.12
A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 117.55 21.50 41.50 9.96 1.25
A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 121.30 23.50 70.50 16.92 2.12
A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 143.23 23.50 82.00 19.68 2.46
Inceptisols Cucum
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 152.93 26.50 73.50 17.64 2.21
A1 Biochar 20 t ha-1 139.53 20.50 36.50 8.76 1.10
A2 Kompos 20 t ha-1 151.63 32.00 71.00 17.04 2.13
A3 CaCO3 4 t ha-1 125.78 19.00 44.50 10.68 1.34
A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 120.95 18.00 62.50 15.00 1.88
A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 143.93 20.00 45.50 10.92 1.37
A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 143.23 22.50 93.00 22.32 2.79
A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 163.85 23.00 95.50 22.92 2.87
Ultisols Jantho
A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 123.40 18.50 78.50 18.84 2.36
A1 Biochar 20 t ha-1 129.35 20.50 62.00 14.88 1.86
A2 Kompos 20 t ha-1 135.70 30.00 89.50 21.48 2.69
A3 CaCO3 4 t ha-1 130.98 17.50 62.50 15.00 1.88
A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 151.98 21.00 64.00 15.36 1.92
A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 145.95 23.50 73.50 17.64 2.21
A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 152.55 26.50 90.00 21.60 2.70
A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 170.48 27.00 84.00 20.16 2.52
Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur
yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)
Keterangan: BK = bobot kering
46
BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil evaluasi lapangan dan analisis laboratorium serta berdasarkan hasil
percobaan yang telah dilakukan, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat dihasilkan
untuk sementara ini, yaitu:
(1) Indeks kualitas tanah (IKT) pada lahan kering suboptimal Kabupaten Aceh Besar
berbeda antar ordo tanah. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam
sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Indeks kualitas tanah di lahan kering
suboptimal Aceh Besar secara umum bervariasi dari kategori sedang hingga tinggi,
sedangkan status (tingkat) kesuburan tanah bervariasi dari kategori rendah hingga
tinggi. Sebagian besar ordo tanah yang mendominasi lahan kering Kabupaten Aceh
Besar seperti Entisols Jalin, Inceptisols Data Gaseu, Ultisol Jantho, dan Oxisols
Lembah Seulawah mempunyai IKT sedang dan kesuburan tanah rendah.
(2) Indeks kualitas tanah (IKT) tinggi dengan tingkat kesuburan sedang hingga tinggi
ditemukan pada Mollisols Krung Raya dan Andisols Saree.
(3) Sifat-fisikokimia tanah di lahan kering Aceh Besar umumnya dicirikan oleh reaksi
tanah yang masam hingga agak masam (kecuali pada Mollisols Krueng Raya), memiliki
nilai pHo atau titik muatan nol (PZC) lebih besar dari pH aktual sehingga kualitas koloid
tanah dinilai kurang baik. Kondisi ini juga ditandai dengan rendahnya kandungan
kation-kation tertukar (Ca, Mg, K, dan Na) serta kejenuhan basa dan C organik tanah.
(4) Hasil analisis data percobaan inkubasi laboratorium dan percobaan di rumah kaca
menggunakan indikator tanaman jagung dan kedelai menunjukkan adanya indikasi
pengaruh dari aplikasi amelioran berbeda jenis dan dosis terhadap sifat fisikokimia
tanah dan keragaan tanaman. Pemberian Kompos, biochar, dan SP-36 secara umum
memberikan pertumbuhan yang lebih baik terhadap hasil jagung dan kedelai pada
ketiga ordo tanah (Andisols Saree, Inceptisols Cucum, dan Ultisols Jantho) dan
terendah pada Inceptisols Cucum.
(5) Pertumbuhan jagung pada tanah Ultisols Jantho lebih baik dibandingkan pada Andisols
Saree dan Inceptiols Cucum, sedangkan pertumbuhan dan hasil kedelai lebih baik juga
pada Ultisols Jantho dan terendah pada Andisols Saree.
47
(6) Secara umum berdasarkan hasil percobaan rumah kasa, maka pemberian 10 t/ha
Kompos + 10 t/ha Biochar memberikan pertumbuhan jagung dan hasil kedelai yang
lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya.
6.2. Saran
1) Kendala tingginya nilai PZC tanah dan kurang baiknya sifat fisikokimia tanah
(kesuburan rendah) pada sebagian besar jenis tanah (ordo) di lahan kering suboptimal
Kabupaten Aceh Besar dapat diatasi dengan memberikan bahan amandemen organik
dan pemupukan yang berimbang. Bahan amendemen yang dipilih harus mampu
memperbaiki kualitas tanah dan ciri muatan koloid.
2) Perlu dikaji lebih mendalam hubungan antara ciri muatan koloid dengan penjerapan ion
(adsorpsi) fosfat, sulfat, dan pelepasannya (desorpsi) pada beberapa ordo tanah dengan
menggunakan isoterm adsorpsi seperti Langmuir dan Freundlisch. Penelitian yang sama
juga perlu dilanjutkan kemampuan adsorpsi dari beberapa bahan amelioran tanah
seperti biochar, kapur, kompos, dan zeolit.
3) Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh residu amelioran terhadap sifat-
sifat tanah dan hasil tanaman khususnya jagung dan kedelai pada ketiga ordo tanah yang
diuji dari lahan kering Aceh Besar.
48
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., A. Dariah, dan A. Mulyani. 2008. Strategi dan Pengelolaan Lahan Kering
Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. J. Litbang Pertanian. Vol 27(2):43-49.
Adimihardja, A., Sutono, S. 2005. Teknologi pengendalian erosi lahan berlerang. Dalam:
Marham (eds): Prosiding Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Petanian
Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat Bogor, 4- 5 Juni 2005.
Alexsandrova, L.N., O.V. Yurluva, dan L.V. Lobitskaya. 1964. The distribution and
composition of the humus subtances and their organo-mineral derivatives in the
granulometirc fraction in some types of soils. Trans. 8th International Congress. Soil
Sci. 3:109-116.
Ali, S. A., dan Sufardi. 1999. Modifikasi status muatan koloid tanah Ultisol untuk
meningkatkan kualitas fisikokimia tanah dan produksi kedelai (Glycine max L.)
Merril). Laporan Penelitian. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Anda, M., N. Suharta and S. Ritung. 2000. Development of soils derived from weathered
sedimentary, granitic and ultrabasic rocks in South Kalimantan Province: I.
Mineralogical composition and chemical properties. Jurnal Tanah dan Iklim 18:
1-10.
Anderson, T. (2003). Microbial eco-physiological indicators to assess soil quality.
Agriculture Ecosystems and Environment 98: 285-293.
Andrews, S.S, Karlen, D.L., and Mitchell, J.P. (2002). A Comparison of Soil Quality
Indexing Methods for Vegetable Production System in Northem California.
Agriculture Ecosystem and Environment. 90: 22-45
Andrews, S.S., Karlen, D.L., and Cambardella, C.A. (2004). The soil management
assessment framework: A quantitative soil quality evaluation method. Soil Sci.Soc.
Am. J. 68, 1945-1962.
Appel, C., Lena Q. Ma, R. D. Rhue and E. Kennelley. 2002. Point of Zero Charge
Determination in Soils and Minerals via Traditional Methods and Detection of
Electroacoustic Mobility. Geodema 113 (2003) 77-93. Elsevier Science.
Arabia, T. 1991. Sifat-sifat muatan tanah masam lahan kering di Daerah Sumatra Barat dan
Jawa Barat. Tesis. Program Pascasarjana. IPB, Bogor.
Arabia, T., Syakur, Basri, H., dan Khairullah. 2015. Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Darussalam, Banda Aceh.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (2017). Atlas Peta Tanah Semidetail Skala
1: 50.000 Kabupaten Aceh Besar. ISBN: 978-602-436-598-1
Basyaruddin. 1998. Karakteristik dan pedogenesis Andisol dataran rendah dan dataran
tinggi di Sumatera Utara. Tesis. Program Pascasarjana. IPB, Bogor.
Bohn, H.L., Neal, B.L. and O’Connor, G.A. 2013. Soil Chemistry. John Wiley & Sons,
New York.
49
Bolan, N.S., Kunhikrishnan, A., Choppala, G.K., Thangarajan, R. and Chung, J.W. (2012).
Stabilization of carbon in composts and biochars in relation to carbon sequestration
and soil fertility. Science of the Total Environment, 424, 264-270.
Bonfante, A., Terribile, F. and Bouma, J. (2019). Refining physical aspects of soil quality
and soil health when exploring the effects of soil degradation and climate change on
biomass production: an Italian case study. Soil, 5, 1–14, 2019.
https://doi.org/10.5194/soil-25-3-2019.
Bot, A., and Benites J. (2005). The importance of soil organic matter key to drought-resistant
soil and sustained crop production. FAO soils bulletin. 80p.
Bouma, J., Van Ittersum, M.K., Stoorvogel, J.J., Batjes, N.H., Droogers, P., Pulleman, M.M.
(2017). Soil capability: exploring the functional potentials of soils. In: Field, D.J.e.a.
(Ed.), Global Soil Security. Springer International Publishing, Switzerland, pp. 27–
44.
Bünemanna, E.K. et al. (2018). Soil quality – A critical review. Soil Biology and
Biochemistry J. 120:105–125. Published by Elsevier Ltd. An open access article.
http://creativecommons.org/.
Buurman, P., B.V. Lagen dan E.J. Velthorst. 1996. Manual for Soil and Water Analysis.
Backhuys. Netherlands.
Chatterjee, D., S.C. Datta dan K.M. Manjaijah. 2014. Fraction, uptake and fixation capacity
of phosphorus and pottasium in three contrasting soil orders. J. Soil science and plant
nutrition. ISSN 0718-9516.
Devnita, R., A. Yuniarti, dan R. Hudaya. 2005. Penggunaan metoda selective dissolution
dan spektroskopi inframerah dalam menentukan kadar alofan Andisol. Laporan
Penelitian. UNPAD, Bandung.
Dixon, J.B. and Schulze, D.G. (2002). Soil Mineralogy with Environmental Applications.
Soil Sci. Soc. America, Inc. Madison, WI, USA.
Doran, JW. & TB. Parkin, 1994. Defining and Assessing Soil Quality, In Defining Soil
Quality for a Sustainable Environment. JW. Doran, DC. Coleman, DF. Bezdicek, &
BA. Stewart (eds). SSSA Spec. Pub. No. 35. Soil Sci. Soc. Am., Am. Soc. Agron.,
Madison, WI, pp.3-21.
Eviati dan Sulaeman. 2009. Petunjuk Teknis Edisi-2 Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air
dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
FAO and ITPS. (2015). Status of the World’s Soil Resources (SWSR) – Technical
Summary. Food and Agriculture Organization of the United Nations and
Intergovernmental Technical Panel on Soils, Rome, Italy.
FAO. (2005). The roles of soil organic matter. Soil and Plant Nutrition Management
Service, FAO Bulletin, Rome.
FAO. (2017). Soil Organic Carbon. Unlocking the Potential of Mitigation and Adapting to
A Changing Climate. Global Sympossium on Soil Organic Carbon. 21-23 March
2017. FAO, Rome, Italy.
50
Fiantis, D. 2000. Collois-Surface Characteristics and Ameliorantion Problems of Some
Volcanic Soils in West Sumatera, Indonesia. Thesis. University Putra Malaysia.
Selangor.
Gillman, G.P. 1984. Using variable charge characteristics to understand the exchangeable
cation status of oxic soils. Austr. J. Soil Res. 22:71-80.
Greenland, D.J., and C.J.B. Mott. 2012. Surface of soil particles. In D.J. Greenland and
M.H.B Hayes (eds.). The Chemistry of Soil Constituent. John Wiley and Sons, New
York.
Hanafiah, K. A. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Hansen, A.L. (2010). The Organic Farming Manual: A Comprehensive Guide to Starting
and Running a Certified Organic Farm. Storey Publishing, LLC. 437 p.
Hartati, S., Minardi dan D.P. Ariyanto.2012. Muatan Titik Nol berbagai Bahan Organik,
Pengaruhnya terhadap kapasitas tukar kation di lahan terdegradasi. Jurnal Ilmu
Tanah.
Havlin, J.L. Tisdale S.L. Nelson W.L. and Beaton J.D. (2014). Soil fertility and fertilizers.
8th. Ed. Kindle Edition. John Wiley and Sons, New York.
He, L. M., L. W. Zelazny, V. C. Baligar, K. D. Ritchey, and D. C. Martens. 199.
Hydroxyl-sulfate exchange stoichiometry on y-Al2O3 and kaolinite. Soil Sci. Soc.
Am. J. 57:442-452.
Helmi, H., Basri, H., and Sufardi, S. (2017). Analysis of Soil Quality as Hydrological
Disaster Mitigation Effort in Krueng Jreue Sub-Watershed, Great Aceh. Malaysian
Soil Science Journal 6 (2): 75-85.
Hidayat dan Mulyani, 2002. Lahan Kering untuk pertanian dalam Teknologi Pengelolaan
Lahan Kering. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Higashi, T. 1983. Characterization of Al/Fe–humus complexes in Dystrandepts through
comparison with synthetic forms. J. Geoderma 31:277–288.
Huang, P.M., Bollag, J.M., and Senesi, N. (2002) Interactions Between Soil Particles and
Microorganisms: Impact on the Terrestrial Ecosystem. John Wiley & Sons, Ltd., New
York.
Husni, M.R., Sufardi, and Khalil, M. (2016). Evaluasi status kesuburan pada beberapa tanah
di lahan kering Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian.
Vol 1 (1): 147-154
Intan, A., Sufardi, Arabia, T., Khairullah. 2019. Analisis mineral tanah pada Inceptisol
Jantho, Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian 4 (2): 13-19.
Irmansyah, T. 2003. Hubungan antar fraksi-fraksi besi, aluminium dan silikat dengan
erodibilitas tanah dan erosi pada lahan kering. Tesis. Program Pascasarjana.
Unsyiah, Banda Aceh.
Islam, K.R. and Weil, R.R. (2000). Soil quality indicator properties in Mid-Atlantic Soils as
influenced by conservation management. Journal Soil and Water Conservation
55(1): 69-78.
51
Iwasaki, S., Endo, Y. and Hatano, R. (2017). The effect of organic matter application on
carbon sequestration and soil fertility in upland fields of different types of Andosols.
Soil science and plant nutrition 63(2): 200-220.
Johnson, DL., SH. Ambrose, TJ. Basset, ML. Bowen, DE. Crummey, JS. Isaacson, DN.
Johnson, P. Lamb, M. Sul & AE. Winter-Nelson. 1997. Meaning of Environmental
Terms. J. Environ. Qual.. 26:581-589.
Juo, A.S.R. dan R.L. Fox. 1981. Phosphate sorption characteristics of some denchmark soils
of West Africa. J. Soil Sci.124 : 370-376.
Karlen, D. L., Mausbach, M. J., Doran, J. W., Cline, R. G., Harris, R. F., and Schuman, G.E.
(1997). Soil quality: A Concept, Definition, and Framework for Evaluation. Soil
Science of America J. 61:4-10.
Karlen, D.L., Andrews, S.S., Doran, J.W. (2001). Soil quality: current concepts and
applications. Advances in Agronomy 74 (74), 1–40.
Karlen, DL., MJ. Mausbach, JW. Doran,RG. Cline, RF. Harris, & GE. Schuman. 1996. Soil
Quality: Concept, Rationale and Research Needs. Soil.Sci.Am.J: 60:33-43
Kautsar, M. Karakteristik muatan dan sifat fisikokimia tanah pada Ultisol dan Andisol di
lahan kering Aceh Besar. Skripsi. Unsyiah, Banda Aceh.
Kautsar, M., Ilyas dan Sufardi. 2018. Karakteristik Muatan dan Sifat Fisikokimia Tanah
pada Ultisol dan Andisol di Lahan Kering Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa,
Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Kusmiyarti, T.B., M. Mega, N. Dibia, dan D.O. Widyarshana. 2005. Kajian sebaran humus,
alofan dan senyawa humus kompleks pada tanah Andisol. Planta Tropika. Vol 1
(2):61-65
Laishram, J., Saxsena, K.G., Maikhuri, R.K., and Rao, K.S. (2012). Soil Quality and Soil
Health: A Review. International Journal of Ecology and Environmental Sciences 38
(1): 19-37.
Lal, R. (2004). Soil carbon sequestration impacts on global climate change and food
security. Science 304: 1623-1627.
Lichtfouse, E., Hamelin, M., Navarrete, M., and Debaeke, P. (2011). Sustainable
Agriculture. Vol. 2: Springer, 981 p.
Liu. Z., Zhou, W., Shen, J., Li, S., Liang, G., Wang, X., Sun, J., Ai, C. (2014). Soil quality
assessment of acid sulfate paddy soil with different productivities in Guangdong
province, China. Journal of Integrative Agriculture 13(1):177-186.
Lorenz, K. and Lal, R., (2018). Soil Carbon Stock. In Carbon Sequestration in Agricultural
Ecosystems (pp. 39-136). Springer, Cham.
Luthful, H. 2002. Strategi Perencanaan dan Pengelolaan Lahan Kering Secara
Berkelanjutan Di Kalimantan. Makalah Falsafah Sains. Program Pascasajana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Martunis, L., Sufardi dan Muyassir. 2016. Analisis indeks kualitas tanah di lahan kering
Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Jurnal Budidaya Pertanian. Vol 12 (1) : 3-40
52
Martunis, L., Sufardi, dan Muyassir. 2016. Analisis indeks kualitas tanah di lahan kering
Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Jurnal Budidaya Pertanian 12 (1): 3-40
Martunis, L., Sufardi, Muyassir. 2017. Karakteristik kimia tanah dan status kesuburan
tanah beberapa jenis tanah di lahan kering Aceh Besar, Provinsi Aceh (Indonesia).
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah.
Matus, F., Rumpel, C., Neculman, R., Panichini, M. and Mora, M.L., (2014). Soil carbon
storage and stabilisation in andic soils: a review. Catena 120: 102-110.
Mausbach, M. J, and Seybold, C.A. (1998). Assessment of Soil Quality. In Soil Quality and
Agricultural Sustainability. Ann Arbor Press. Chelsea. Michigan.
Mausbach, MJ, & CA. Seybold, 1998. Assessment of Soil Quality. Dalam R. Lal (ed). Soil
Quality and Agricultural Sustainability. Ann Arbor Press, Chelsea, Michigan,
pp.33-43.
Minardi, S. 2009. Optimalisasi Pengelolaan Lahan Kering Untuk Pengembangan Pertanian
Tanaman Pangan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Tanah. Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Mizota, C., and Van Reeuwijk, L.P. (1989). Clay mineralogy and chemistry of soils formed in volcanic material in diverse climatic regions. ISRIC, Wageningen, Netherlands.
Mulyanto, D. 2007. Perwatakan kimia tanah-tanah yang berkembang di atas batuan karbonat
Jalur Baron-Wonosari. Jurnal Ilmu-ilmu pertanian Indonesia. Vol 9 (2):139-147.
Nurlaeny, N., Saribun, D.S. dan Hudaya, R. 2012. Pengaruh Kombinasi Abu Vulkanik
Merapi, Pupuk Organik dan Tanah Mineral terhadap SIfat Fisiko-Kimia Media
Tanam serta Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal Ilmu Tanah.
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Nursyamsi, D dan Suprihati. 2005. Sifat-sifat kimia dan mineralogi tanah serta kaitannya
dengan kebutuhan pupuk untuk padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), dan kedelai
(Glycine max). Bul Agron. Vol 33 (3) : 40-47.
Partoyo. (2005). Analisis indeks kualitas tanah pertanian di Lahan Pasir Pantai Samas
Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pertanian 12 (2): 140–151.
Prasetyo, B.H., D. Subardja, dan B. Kaslan. 2005. Ultisols dari bahan volkan andesitik di
lereng bawah G. Ungaran. J. Tanah dan Iklim. Vol 23: 1-12.
Purnamayani, R., S. Sabiham, Sudarsono dan L.K. Darusman. 2004. Nilai Muatan Titik
Nol (MTN) dan Hubungannya dengan Kalium pada Tanah Gambut Pantai Jambi
dan Kalimantan Tengah. Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol. 6 No 2 Oktober
2004;
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2005. Kriteria Penilaian Data
Sifat Analisis Kimia Tanah. Bogor : Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian.
Qafoku, N.P. (2015). Climate-change effects on soils: accelerated weathering, soil carbon,
and elemental cycling. In Advances in Agronomy 131: 111-172.
53
Sakurai, K., Nakayama, A., Watanabe, T., and Kyuma, K. 1989. Influences of aluminium
ions on the determination of ZPC (zero point charge) pf variable charge soils. Soil
Sci. Plant Nutr., 35(4):623-633.
Sanchez, P.A. 2004. Properties and Management of Soils In the Tropics. John Wiley &
Sons, New York.
Sembiring, I. S M., Mukhlis, dan S. Bintang. 2013. Perubahan sifat kimia andisol akibat
pembersihan silikat dan pupuk P untuk meningkatkan produksi kentang (Solanum
tuberosum L.). Online Agroekoteknologi Vol. 1 (4): 1111-1119.
Shamshuddin, J. and M. Anda. 2008. Charge properties of soils in Malaysia dominated by
kaolinite, gibbsite, goethite and hematite. Bulletin of the Geological Society of
Malaysia 54: 27-31.
Shang, C dan L.W. Zelazny. 2008. Selective Dissolution Techniques for Mineral Analysis
of Soils and Sediments. Virginia Polytechnic and State University, Blacksburg.
Sharma, P., Abrol, V., Abrol, S., and Kumar, R. (2012). Climate Change and Carbon
Sequestration in Dryland Soils, Resource Management for Sustainable Agriculture.
http://www.intechopen.com /books/resource-management-for-sustainable-
agriculture/climate-change-andcarbon-sequestration-in-dryland-soils
Soil Quality Index (SQI). 2001. Guidelines for Soil Quality Assessment in Conservation
Planning. Soil Quality Institute. Natural Resources Conservation Services. USDA.
Soil Research Center. 2005. Procedures for Soil Analysis. Balai Besar Sumberdaya Lahan
Pertanian, Balitbang, Bogor.
Soil Survei Staff. 2014. Soil Taxonomy A Basic System of Soil Classification for Making
and Interpreting Soil Surveys. Soil Conservation Service USDA. Washington, DC.
Sposito, G. 2010. The Chemistry of Soils. 2nd
Ed. Oxford University Press, Inc. New
York.
Sposito, G., 2017. Surface complexation of metals by natural colloids. In Ion Exchange and
Solvent Extraction (pp. 211-236). Routledge.
Stevenson, F.J. 2010. Humus Chemistry. Genesis-composition-reaction. John Wiley &
Sons, New York.
Stewart, B.A. 2012. Advances in Soil Science. Ed. 2. Springer-Verlag, New York.
Sudihardjo, AM. 2000. Teknologi Perbaikan Sifat Tanah Subordo Psamments dalam Upaya
Rekayasa Budidaya Tanaman Sayuran di Lahan Beting Pasir. Prosiding Seminar
Teknologi Pertanian untuk Mendukung Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi
Wilayah dan Ketahanan Pangan. Yogyakarta.
Sufardi, Arabia, T., Khairullah, Karnilawati, Fuadi, Z. 2018. Soil physical and chemical
properties on several soil order of dryland areas of Aceh Besar District (Indonesia).
Proceeding of International Workshop and Seminar, 18-22 September. Surakarta,
Indonesia.
Sufardi, Darusman, Zaitun, S. Zakaria, and T.F. Karmil. 2017. Chemical characteristics
and status of soil fertility on some dryland areas of Aceh Besar District (Indonesia).
54
Proceeding of International Conference on Sustainable Agriculture. Yogyakarta
17-32.
Sufardi, M. Lukman, dan Muyassir. 2017. Pertukaran Kation pada Beberapa Jenis Tanah
di Lahan Kering Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh (Indonesia). Prosiding
Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah. Banda Aceh. Hal: 45-53.
Sufardi. 2012. Pengantar Nutrisi Tanaman. Universitas Syiah Kuala. Bina Nanggroe. Banda
Aceh.
Sufardi. 1995. Penggunaan fraksi-fraksi Fe, Al dan Si dalam penentuan bahan-bahan amorf
dan kristal tanah bermuatan terubahkan. J. Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian, BKS PTN
Barat. Vol 3 No. 1
Sufardi. 1998. Pengaruh beberapa Amelioran terhadap Karakteristik Muatan dan Retensi
fosfat. Agrista 24-32.
Sufardi. 1999. Karakteristik muatan, fisikokimia, dan adsorpsi fosfat pada Ultisol bermuatan
berubah akibat pemberian kompos dan pupuk fosfat. Disertasi Doktor. Program
Pascasarjana Unpad, Bandung.
Sufardi. 2012. Pengantar Nutrisi Tanaman. Bina Nanggroe, Banda Aceh.
Suhardjo M, Supriyadi & Sudihardjo. 2000. Efektifitas Pupuk Alternatif Organik, Pupuk
Mikroba Cair dan Pembenah Tanah Terhadap Tanaman Bawang Merah di Wilayah
Pesisir Pantai Selatan DIY. Prosiding Seminar Ketahanan Pangan, Yogyakarta.
Sukarman, I.GM., Subiksa, dan S. Ritung. 2012. Identifikasi Lahan Kering Potensial untuk
Pengembangan Tanaman Pangan. Prospek Pertanian Lahan Kering dalam
Mendukung Ketahanan Pangan. Badan Litbang Pertanian, Kementrian Pertanian-
Republik Indonesia (Balitbangtan).
Sukresno, Mashudi, A.B. Supangat, Sunaryo & D. Subaktini. 2000. Pengembangan Potensi
Lahan Pantai Berpasir dengan Budidaya Tanaman Semusim di Pantai Selatan
Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional. Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-
Pulau Kecil dalam Konteks Negara Kepulauan. Fak. Geografi UGM. Yogyakarta.
Sunarminto, B.H. 2000. Genesis Oxisols dan Ultisols di atas batuan Dunit (ultrabasis) di
daerah Malili, Sulawesi Selatan. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol 2 (1) : 43-52
Suriadikarta, D. A., T. Prihatini, D. Setyorini, dan W. Hartatiek. 2002. Teknologi
Pengelolaan Bahan Organik Tanah. Hlm. 183-238. Dalam Teknologi Pengelolaan
Lahan Kering menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Sutedjo M.M. dan A.G. Kartasapoetra. 1988. Pengantar Ilmu Tanah (Terbentuknya Tanah
dan Tanah Pertanian). Bina Aksara, Jakarta.
Swift, R.S. 1996. Organic matter characterization. p. 1011–1069. In D.L. Sparks (ed.)
Methods of soil analysis. Part 3. Chemical methods. SSSA Book Ser. 5. SSSA and
ASA, Madison, WI.
Syekhfani. 1993. Pengaruh sistim pola tanam terhadap kandungan bahan organik dalam
mempertahankan kesuburan tanah. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
55
Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi di Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Tan, K. H. 2010. Principles of Soil Chemistry. Fourth Edition. CRC Press.
Uehara, G. and G. P. Gillman. 1981. The Mineralogy, Chemistry, and Physics of the
Tropical Soils with Variable Charge Clays. Westview Press Berilder. Colorado.
169p.
USDA (2001). Guidelines for Soil Quality Assessment in Conservation Planning. United
States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service. Soil
Quality Institute. Part I. 48 p.
USDA (2017). Soil Quality. Natural Resources Conservation Service, Montana.
Williams, J.S., Dungait, J.A., Bol, R., and Abbott, G.D. (2016). Contrasting temperature
responses of dissolved organic carbon and phenols leached from soils. Plant and soil,
399(1-2):3-27.
Zulfikar, Zainabun dan T Arabia. 1997. Penggunaan Muatan Titik Nol dalam Menilai
Tingkat Perkembangan beberapa Jenis Tanah di Kabupaten Aceh Besar. KKI.
Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
56
LAMPIRAN-LAMPIRAN
57
Lampiran 1. Deskripsi Profil Entisol Jalin Atas (P3)
No Profil : P-03
Tanggal Pengamatan : 25 Februari 2018
Lokasi : Jalin Atas, Kecamatan Jantho, Kabupaten Aceh Besar,
Provinsi Aceh
Posisi Geografis : 05° 15’ 55.0” LU; 095° 39’ 02.6” BT
Klasifikasi Tanah
Epipedon : Okhrik
Horizon : -
Ordo : Entisol
Sub Ordo : Orthens
Great Group : Udorthen
Sub Group : Typic Udorthen
Famili : Typic Udorthen, campuran, berliat, isohiperthermik
Bentuk Wilayah/Lereng : 30-35% Bergunung
Pemakaian Tanah : Hutan sekunder
Horizon Kedalaman
(cm)
Uraian
A
0-12 Brown(7.5 YR 4/6) tekstur liat berlempung, struktur
remah, tingkat perkembangan atau kematangan tanah
lemah, agak lekat, memiliki bahan organik sedikit,
tidak ada kandungan kapur, perakaran halus.
AC 12-44 Bright Brown(7.5 YR 5/6) tekstur liat, struktur gumpal,
lekat, memiliki bahan organik sedikit, tidak ada
kandungan kapur, perakaran halus.
C >44 Bright Brown(7.5 YR 5/6) tekstur pasir, kandungan
bahan kasar Fe, struktur massive, agak lekat, memiliki
bahan organik sedikit, tidak ada kandungan kapur,
perakaran halus dan tingkat batu terdapat pada lapisan
C.
Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2018)
58
Lampiran 2. Deskripsi Profil Andisol Saree (P4)
No Profil : P-04
Tanggal Pengamatan : 11 Maret 2018
Lokasi : Kompleks Balai Benih Induk, Saree, Kecamatan Lembah
Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh
Posisi Geografis : LU BT
Klasifikasi Tanah
Epipedon : Molik
Horizon : Kambik
Ordo : Andisol
Sub Ordo : Udand
Great Group : Hydrudand
Sub Group : Eutric Hydrudand
Family : Eutric Hydrudand, medium, alofanik, isohipertermik
Bentuk Wilayah/Lereng : Bergelombang 20-30%
Pemakaian Tanah : Lahan Kebun Hortikultura
Bahan Induk : Tuff Vulkanik
Horizon Kedalaman
(cm)
Uraian
Ap 0 - 20 Brownish Black (7,5 YR 2/2),Tekstur lempung berdebu,
struktur reamah, konsistensi basah agak lekat, plastis,
konsistensi lembab gembur, tidak ada kandungan kapur,
bahan organik banyak, perakaran halus.
AB 20 - 38 Brown Black (10 YR 2/3), Tekstur lempung berdebu, Struktur
gumpal besudut, konsistensi basah agak lekat,plastis,
konsistensi lembab gembur, tidak ada kandungan kapur,
bahan organik sedikit, perakaran halus.
Bw 38 - 60 Dark Brown7,5 YR 3/4 Tekstur lempung berdebu, Struktur
gumpal besudut, konsistensi basah tidak lekat, plastis,
konsistensi lembab gembur, tidak ada kandungan kapur,
bahan organik sedikit, perakaran halus.
BC >60 Dark Brown 7,5 YR 3/4, Tekstur lempung berdebu, Struktur
gumpal besudut, konsistensi basah tidak lekat, plastis,
konsistensi lembab gembur, tidak ada kandungan kapur,
bahan organik sedikit, perakaran halus .
Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2018)
59
Lampiran 3. Deskripsi Profil Oxisol Saree Bawah (P5)
No Profil : P-05
Tanggal Pengamatan : 11 April 2018
Lokasi : Saree Bawah, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten
Aceh Besar, Provinsi Aceh
Posisi Geografis : 05o27’19,4” LU; 095o46’19,2” BT
Klasifikasi Tanah
Epipedon : Okrik
Horizon : Oksik
Ordo : Oxisol
Sub Ordo : Udox
Great Group : Kandiudox
Sub Group : Plinthic Kandiudox
Famili : Plinthic Kandiudox, berliat, verritic, isohipertermic
Bentuk Wilayah/Lereng : 20-25% (Bergelombang)
Pemakaian Tanah : Ladang Berpindah
Horizon Kedalaman
(cm)
Uraian
A 0 - 10 Brown (7,5 YR 4/4), tekstur lempung berdebu, struktur
gumpal, agak lekat, perakaran kasar dan halus.
AB 10 - 35 Brown (7,5 YR 4/6), tekstur lempung berdebu, struktur
gumpal bersudut, agak lekat, memiliki bahan kasar Fe
dan Mn, perakaran kasar dan halus.
BA 35 - 69 Dull Redish Brown (5 YR 4/4), tekstur lempung
berdebu, struktur gumpal bersudut, agak lekat,
memiliki bahan kasar Fe dan Mn, perakaran kasar dan
halus.
Bo1 69 - 104 Redish Brown (5 YR 4/8), tekstur liat, struktur gumpal
bersudut, lekat, memiliki bahan kasar Fe dan Mn,
perakaran halus.
Bo2 >104 Redish Brown (2,5 YR 4/6), tekstur lempung berdebu,
struktur gumpal bersudut, agak lekat, memiliki bahan
kasar Fe dan Mn.
Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2018)
60
Lampiran 4. Deskripsi Profil Inceptisol Blang Bintang (P6)
No Profil : 06
Tanggal Pengamatan : 18 Maret 2018
Lokasi : Uteun Sira (Pemancar), Kecamatan Blang Bintang,
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh
Posisi Geografis :
Klasifikasi Tanah
Epipedon : Okrik
Horizon : Kambic
Ordo : Inceptisol
Sub Ordo : Usteps
Great Group : Haplustept
Sub Group : Oxic Haplustept
Famili : Oxic Haplustept
Bentuk Wilayah/Lereng : 25-30% (Bergunung)
Pemakaian Tanah : Kebun campuran/Hutan Tanaman Industri
Horizon Kedalaman
(cm)
Uraian
AB
0 – 25 Yellowish brown (10 YR 5/6) tekstur lempung
berpasir, struktur gumpal, agak lekat, memiliki bahan
organik banyak, tidak ada kandungan kapur, perakaran
halus dan kasar sedikit.
BA 25 – 60 Bright brown (7,5 YR 5/8) tekstur lempung berpasir,
struktur gumpal, agak lekat, memiliki bahan organik
banyak, tidak ada kandungan kapur, perakaran halus
dan kasar sedikit.
Bw 60 – 80 Redish Brown (5 YR 4/8) tekstur lempung berpasir,
struktur gumpal bersudut, agak lekat, memiliki bahan
organik sedikit, tidak ada kandungan kapur, perakaran
halus dan kasar sedikit.
2Bob1 80 – 107 Bright Reddish Brown (5 YR 5/6) tekstur lempung
berliat, struktur gumpal bersudut, lekat, teguh,
kandungan bahan organik sedikit, tidak ada kandungan
kapur.
2Bob2 >107 Bright Brown (7.5 YR 5/6) tekstur lempung berliat,
struktur gumpal bersudut, lekat, kandungan bahan
organik sedikit, tidak ada kandungan kapur.
Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2018)
61
Lampiran 5. Deskrpsi Profil Mollisol Krueng Raya (P7)
No Profil : P-07
Tanggal Pengamatan : 18 Maret 2018
Lokasi : Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar,
Provinsi Aceh
Posisi Geografis : 05º36’36,6" LU; 095º35’12,2” BT
Klasifikasi Tanah
Epipedon : Molik
Horizon : Kalsik
Ordo : Mollisol
Sub Ordo : Aquoll
Great Group : Kalsicaquoll
Sub Group : Typic Calsicaquoll
Family : Typic Calsicaquoll, berlempung, campuran,
isohiperthermik
Bentuk Wilayah/Lereng : 10-12% (berbukit)
Pemakaian Tanah : Pengembalaan dan hutan
Bahan Induk : Batu kapur
Horizon Kedalaman
(cm)
Uraian
Ap 0 - 40 Black (10 YR 1,7/1), Tekstur lempung liat berdebu, Struktur
gumpal, konsistensi plastis, tidak berkapur, kandngan bahan
organik nya banyak, perakaran halus.
BA 40 - 75 Brownish Black (10 YR 3/2), Tekstur lempung berliat, Struktur
Massive, konsistensi plastis, bahan kapur sedikit, bahan
organik sedikit, perakaran halus.
Bk1 75 - 110 Dull yellowsnish brown (10 YR 4/3), Tekstur lempung berliat,
Struktur massive, konsistensi plastis, bahan kapur sedikit,
bahan organik banyak, perakaran halus.
Bk2 >110 Greyish yellow brown (10 YR 5/2), Tekstur liat, Stuktur
massive, konsistensi plastis, bahan kapur tidak ada, bahan
organik banyak.
Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2018)
62
Lampiran 6. Deskripsi Profil Ultisol Jantho/Jalin (P8)
No Profil : 08
Tanggal Pengamatan : 25 Maret 2018
Lokasi : Desa Jalin, Kecamatan Jantho, Kabupaten Aceh Besar,
Provinsi Aceh
Posisi Geografis : 05o16’58.41” LU; 095o37’51.82” BT
Klasifikasi Tanah
Epipedon : Okrik
Horizon : Argilik
Ordo : Ultisol
Sub Ordo : Aqult
Great Group : Kandiaqult
Sub Group : Typic Kandiaqult
Famili : Typic Kandiaqult, berliat, kaolinitik, isohiperthermik
Bentuk Wilayah/Lereng : Bergelombang/3 – 8%
Pemakaian Tanah : Bekas Lahan HTI
Bahan induk : Batuan liat
Horizon Kedalaman
(cm)
Uraian
Ap 0 - 10 Bright Brown(7,5 YR 5/6), tekstur lempung, struktur tiang, agak
lekat, memiliki bahan organik sedikit, perakaran kasar dan halus.
AB 10 – 27 Yellowish Brown(10 YR 5/6), tekstur lempung berliat, struktur
tiang, agak lekat, memiliki bahan kasar Fe, memiliki bahan
organik sedikit.
BA 27 – 45 Bright Yellowish Brown(10 YR 6/6), tekstur lempung berliat,
struktur gumpal bersudut, agak lekat, memiliki bahan kasar Fe,
memiliki bahan organik banyak.
Bt1 45 - 97 Light Gray (10 YR 7/1), tekstur liat, struktur gumpal bersudut,
agak lekat, memiliki bahan kasar Fe, memiliki bahan organik
banyak.
Bt2 97 - 125 Light Gray(10 YR 7/1), tekstur liat, struktur gumpal bersudut,
agak lekat, memiliki bahan kasar Fe, memiliki bahan organik
banyak
Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2018)
63
Lampiran 7. Layout atau Denah Percobaan Inkubasi Pengaruh Amelioran terhadap Status Muatan Koloid dan Fisikokimia Tanah
T1 T2 T3
A1
A7
A3
A5
A6
A8
A2
A1
A0
A4
A3
A6
A3
A2
A4
A6
A4
A2
A8
A0
A1
A7
A5
A7
A0
A8
A5
Blok I (T1) Blok II (T2) Blok III (T3)
Keterangan:
A (Jenis Bahan Amelioran) dan T (T1=Andisols, T2 = Inceptisols, T3 = Ultisols)
64
Lampiran 8. Kompilasi Data Hasil Analisis Laboratorium dari Percobaan Inkubasi
No Perlakuan pH H2O pH KCl Al-dd* H-
dd* KTK K-dd
Na-
dd Mg-dd
Ca-
dd
P
Bray 2
P
Olsen*
C-
Org.
N-
Total* PZC*
1 A0T1 (1) 5,48 4,36 0.08 0.32 23,2 15,33 6,01 2,74 41,18 0,24 30.6 1,52 0.18 3.71 2 A0T1 (2) 5,49 4,45 0.00 0.24 22,6 14,60 6,02 2,80 37,61 0,40 15.4 1,44 0.19 3.89
3 A1T1 (1) 5,43 4,39 - - 23,3 16,39 6,68 2,77 43,50 0,26 25.8 1,00 0.16 4.04
4 A1T1 (2) 5,47 4,47 - - 22,4 15,92 6,08 2,80 40,81 0,47 10.8 1,32 0.15 4.27
5 A2T1 (1) 5,55 4,53 0.20 0.28 22,7 18,12 6,76 2,79 46,09 0,47 31.8 1,38 0.17 3.51
6 A2T1 (2) 5,53 4,55 0.00 0.32 22,5 19,71 6,60 2,81 43,43 0,99 7.0 1,40 0.17 3.86
7 A3T1 (1) 5,75 4,69 - - 22,8 16,08 6,30 2,82 50,50 0,33 28.2 1,30 0.17 4.82
8 A3T1 (2) 5,72 4,69 - - 22,2 15,43 5,98 2,79 46,24 0,18 26.6 1,62 0.17 4.12
9 A4T1 (1) 5,40 4,35 0.08 0.32 22,5 16,02 6,65 2,81 48,98 0,01 111.0 2,02 0.15 3.17
10 A4T1 (2) 5,40 4,37 - - 22,8 15,75 6,45 2,78 47,68 0,70 46.6 1,88 0.06 3.37
11 A5T1 (1) 5,43 4,44 - - 19,0 16,52 6,68 2,73 45,06 0,09 12.8 1,48 0.04 3.34
12 A5T1 (2) 5,41 4,44 - - 23,1 17,34 6,16 2,74 41,73 0,31 39.2 1,42 0.04 3.46
13 A6T1 (1) 5,82 4,92 - - 21,7 23,19 7,56 2,78 48,71 0,40 9.4 1,66 0.03 3.88
14 A6T1 (2) 5,82 4,93 - - 22,9 19,92 6,76 2,77 49,85 0,47 76 1,06 0.03 3.76
15 A7T1 (1) 5,81 4,78 - - 22,5 15,38 6,27 2,84 54,98 0,24 21.4 2,06 0.03 3.49
16 A7T1 (2) 5,74 4,79 - - 22,4 16,57 6,59 2,79 47,71 0,49 19.6 1,30 0.03 3.45
17 A8T1 (1) 5,33 4,31 - - 22,5 15,93 6,31 2,78 49,72 1,64 13.4 1,60 0.03 4.31
18 A8T1 (2) 5,44 4,33 - - 23,0 16,07 6,27 2,75 50,50 2,10 97.8 1,30 0.02 3.84
19 A0T2 (1) 6,38 4,25 - - 23,9 2,36 5,28 2,80 49,95 0,24 14.6 4,92 0.06 3.07
20 A0T2 (2) 6,40 4,28 - - 23,7 3,01 6,24 2,90 48,11 0,29 8.4 4,28 0.07 3.15
21 A1T2 (1) 6,18 4,27 0.16 0.36 23,3 5,44 5,92 2,80 52,16 0,25 31 4,80 0.06 3.32
22 A1T2 (2) 6,10 4,28 - - 23,2 5,90 6,48 2,90 46,17 0,54 25.0 4,72 0.06 3.69
23 A2T2 (1) 6,34 4,70 0.88 0.52 23,9 10,45 6,61 2,81 55,55 0,51 89.8 4,42 0.06 3.21
24 A2T2 (2) 6,31 4,64 0.72 0.64 24,0 10,52 6,89 2,90 45,74 1,25 29.4 4,60 0.08 3.11
25 A3T2 (1) 7,12 4,99 0.00 0.32 23,6 2,73 6,03 2,84 58,96 0,46 40.4 4,32 0.07 3.39
65
26 A3T2 (2) 6,78 4,94 - - 23,7 2,76 6,08 2,86 46,79 0,21 23.6 4,46 0.06 4.02
27 A4T2 (1) 5,83 4,30 0.60 0.76 23,6 2,57 5,90 2,85 56,72 4,98 131.6 4,74 0.06 3.27
28 A4T2 (2) 5,78 4,27 0.08 0.32 23,6 2,62 6,58 2,90 43,18 4,75 51.6 4,68 0.18 3.71 29 A5T2 (1) 6,10 4,30 0.00 0.24 25,6 2,61 6,24 2,84 42,07 1,02 25.0 4,42 0.18 3.71 30 A5T2 (2) 6,22 4,30 - - 23,6 6,85 6,25 2,89 37,08 0,33 11.6 4,30 0.16 3.89
31 A6T2 (1) 6,33 4,99 - - 25,7 14,25 7,05 2,86 57,11 0,88 17.6 4,52 0.15 4.04
32 A6T2 (2) 6,27 4,96 0.20 0.28 23,8 13,43 7,06 2,89 39,22 0,99 49.4 4,42 0.16 4.27
33 A7T2 (1) 7,31 5,36 0.00 0.32 24,0 2,89 6,18 2,85 63,30 0,24 8.6 4,32 0.16 3.51
34 A7T2 (2) 7,39 5,35 - - 24,4 2,91 6,70 2,88 42,84 0,50 27.0 4,54 0.18 3.86
35 A8T2 (1) 5,63 4,28 - - 23,9 3,52 6,60 2,88 57,64 9,70 54.0 4,70 0.16 4.82
36 A8T2 (2) 5,62 4,29 0.08 0.32 23,3 3,95 6,86 2,90 38,04 10,03 114.0 4,64 0.16 4.12
37 A0T3 (1) 5,59 4,07 - - 26,3 2,05 6,72 2,85 8,30 0,29 31.8 3,76 0.06 3.17
38 A0T3 (2) 5,63 4,09 - - 25,5 2,08 7,31 2,80 4,71 0,42 8.4 3,78 0.04 3.37
39 A1T3 (1) 5,54 4,15 - - 25,3 5,37 6,86 2,81 8,72 0,28 22.6 3,82 0.04 3.34
40 A1T3 (2) 5,80 4,17 - - 27,7 5,34 7,41 2,81 4,42 0,58 16.6 3,82 0.02 3.46
41 A2T3 (1) 5,43 4,37 - - 26,0 14,89 7,42 2,82 8,77 0,71 90.2 3, 26 0.02 3.88
42 A2T3 (2) 5,42 4,28 - - 26,3 14,89 7,61 2,81 14,86 1,43 12.2 3,54 0.03 3.76
43 A3T3 (1) 6,35 4,84 - - 26,0 2,01 7,02 2,85 11,46 0,25 22.2 3,80 0.03 3.49
44 A3T3 (2) 6,17 4,78 - - 25,4 3,01 7,53 2,82 26,71 0,27 29.0 3,82 0.02 3.45
45 A4T3 (1) 5,13 3,92 - - 25,7 2,36 7,35 2,83 8,76 6,52 105.2 3,72 0.01 4.31
46 A4T3 (2) 5,16 4,07 - - 25,1 19,92 7,83 2,83 18,55 5,94 18.8 3,82 0.07 3.84
47 A5T3 (1) 5,10 3,83 - - 25,7 8,46 7,37 2,79 6,33 1,12 7.6 3,74 0.08 3.07
48 A5T3 (2) 5,11 3,81 0.16 0.36 25,6 9,02 7,62 2,81 14,55 0,88 21.8 3,80 0.05 3.15
49 A6T3 (1) 5,48 4,47 - - 25,9 20,23 7,70 2,79 8,20 1,87 30.8 3,64 0.05 3.32
50 A6T3 (2) 5,51 4,60 0.88 0.52 25,7 2,34 7,36 2,82 16,89 2,40 88.2 3,21 0.05 3.69
51 A7T3 (1) 6,08 4,98 0.72 0.64 25,7 5,03 7,54 2,82 12,20 0,28 26.0 3,88 0.08 3.21
52 A7T3 (2) 6,22 5,01 0.00 0.32 26,4 3,01 7,64 2,82 25,47 0,62 38.8 3,64 0.06 3.11
53 A8T3 (1) 4,94 4,00 - - 25,6 3,79 7,65 2,81 6,85 12,68 28.2 3,64 0.06 3.39
54 A8T3 (2) 4,89 3,85 0.60 0.76 26,0 4,08 6,47 2,53 21,23 14,35 123.4 3,74 0.06 4.02 Keterangan : (1) Ulangan pertama dan (2) Ulangan kedua *)Data khusus disusun berdasarkan ulangan (No dat 1-27 Ulangan I, 28-54 = ulangan II
66
Lampiran 9. Kandungan C organik tanah pada berbagai perlakuan pemberian amelioran
berbeda jenis dan dosis
Data Pengamatan:
No Kode Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata
I II
1 A0T1 2.15 2.19 4.34 2.17
2 A1T1 2.44 2.23 4.67 2.34
3 A2T1 2.23 2.22 4.44 2.22
4 A3T1 2.27 2.09 4.37 2.18
5 A4T1 1.87 1.95 3.82 1.91
6 A5T1 2.17 2.21 4.38 2.19
7 A6T1 2.07 2.41 4.48 2.24
8 A7T1 1.85 2.27 4.12 2.06
9 A8T1 2.10 2.27 4.38 2.19
10 A0T2 0.25 0.60 0.85 0.43
11 A1T2 0.31 0.36 0.67 0.34
12 A2T2 0.53 0.43 0.95 0.48
13 A3T2 0.58 0.50 1.09 0.54
14 A4T2 0.35 0.38 0.73 0.36
15 A5T2 0.53 0.59 1.12 0.56
16 A6T2 0.47 0.53 1.00 0.50
17 A7T2 0.58 0.46 1.04 0.52
18 A8T2 0.37 0.40 0.77 0.39
19 A0T3 0.90 0.88 1.78 0.89
20 A1T3 0.86 0.86 1.72 0.86
21 A2T3 1.18 1.02 2.19 1.10
22 A3T3 0.87 0.86 1.74 0.87
23 A4T3 0.92 0.86 1.78 0.89
24 A5T3 0.91 0.87 1.78 0.89
25 A6T3 0.96 1.20 2.17 1.08
26 A7T3 0.83 0.96 1.79 0.90
27 A8T3 0.963 0.907 1.87 0.93
Jumlah 31.50 32.53 64.03 1.19
Analisi Ragam:
SK DB JK KT F hitung F tabel
0.05 0.01
Kelompok 1 0.00035 0.00035 0.03 4.26 7.82
Faktor A 7 0.29 0.042 3.14* 2.42 3.50
Faktor T 2 0.30 0.15 11.51** 3.40 5.61
Interaksi AxT 14 0.33 0.02 1.78tn 2.13 2.93
Acak 24 0.32 0.0132
Total 47 1.24
KK=0.18%
67
Lampiran 10. Kandungan pH H2O tanah pada berbagai perlakuan pemberian amelioran
berbeda jenis dan dosis
Data Pengamatan:
No Kode
Perlakuan
Ulangan
Jumlah Rata-rata
I II
1 A0T1 5.48 5.49 10.97 5.49
2 A1T1 5.43 5.47 10.90 5.45
3 A2T1 5.55 5.53 11.08 5.54
4 A3T1 5.75 5.72 11.47 5.74
5 A4T1 5.4 5.4 10.80 5.40
6 A5T1 5.43 5.41 10.84 5.42
7 A6T1 5.82 5.82 11.64 5.82
8 A7T1 5.81 5.74 11.55 5.78
9 A8T1 5.33 5.44 10.77 5.39
10 A0T2 6.38 6.4 12.78 6.39
11 A1T2 6.18 6.1 12.28 6.14
12 A2T2 6.34 6.31 12.65 6.33
13 A3T2 7.12 6.78 13.90 6.95
14 A4T2 5.83 5.78 11.61 5.81
15 A5T2 6.1 6.22 12.32 6.16
16 A6T2 6.33 6.27 12.60 6.30
17 A7T2 7.31 7.39 14.70 7.35
18 A8T2 5.63 5.62 11.25 5.63
19 A0T3 5.59 5.63 11.22 5.61
20 A1T3 5.54 5.8 11.34 5.67
21 A2T3 5.43 5.42 10.85 5.43
22 A3T3 6.35 6.17 12.52 6.26
23 A4T3 5.13 5.16 10.29 5.15
24 A5T3 5.1 5.11 10.21 5.11
25 A6T3 5.48 5.51 10.99 5.50
26 A7T3 6.08 6.22 12.30 6.15
27 A8T3 4.94 4.89 9.83 4.92
Jumlah 156.86 156.80 313.66 5.81
Analisi Ragam:
SK DB JK KT F hitung F tabel
0.05 0.01
Kelompok 1 0.00035 0.00035 0.03 4.26 7.82
Faktor A 7 0.29 0.042 3.14* 2.42 3.50
Faktor T 2 0.30 0.15 11.51** 3.40 5.61
Interaksi AxT 14 0.33 0.02 1.78tn 2.13 2.93
Acak 24 0.32 0.0132
Total 47 1.24
KK=0.18%
68
Lampiran 11. Kandungan pH KCl tanah pada berbagai perlakuan pemberian amelioran
berbeda jenis dan dosis
No Kode
Perlakuan
Ulangan
Jumlah Rata-rata
I II
1 A0T1 4.36 5.49 9.85 4.93
2 A1T1 4.39 5.47 9.86 4.93
3 A2T1 4.53 5.53 10.06 5.03
4 A3T1 4.69 5.72 10.41 5.21
5 A4T1 4.35 5.40 9.75 4.88
6 A5T1 4.44 5.41 9.85 4.93
7 A6T1 4.92 5.82 10.74 5.37
8 A7T1 4.78 5.74 10.52 5.26
9 A8T1 4.31 5.44 9.75 4.88
10 A0T2 4.25 6.40 10.65 5.33
11 A1T2 4.27 6.10 10.37 5.19
12 A2T2 4.70 6.31 11.01 5.51
13 A3T2 4.99 6.78 11.77 5.89
14 A4T2 4.30 5.78 10.08 5.04
15 A5T2 4.30 6.22 10.52 5.26
16 A6T2 4.99 6.27 11.26 5.63
17 A7T2 5.36 7.39 12.75 6.38
18 A8T2 4.28 5.62 9.90 4.95
19 A0T3 4.07 5.63 9.70 4.85
20 A1T3 4.15 5.80 9.95 4.98
21 A2T3 4.37 5.42 9.79 4.90
22 A3T3 4.84 6.17 11.01 5.51
23 A4T3 3.92 5.16 9.08 4.54
24 A5T3 3.83 5.11 8.94 4.47
25 A6T3 4.47 5.51 9.98 4.99
26 A7T3 4.98 6.22 11.20 5.60
27 A8T3 4.00 4.89 8.89 4.45
Jumlah 120.84 156.80 277.64 5.14
Analisi Ragam:
SK DB JK KT F hitung F tabel
0.05 0.01
Kelompok 1 0.00035 0.00035 0.03 4.26 7.82
Faktor A 7 0.29 0.042 3.14* 2.42 3.50
Faktor T 2 0.30 0.15 11.51** 3.40 5.61
Interaksi AxT 14 0.33 0.02 1.78tn 2.13 2.93
Acak 24 0.32 0.0132
Total 47 1.24
KK=0.18%
69
Lampiran 12. Layout atau Denah Percobaan Pengaruh Amelioran terhadap prtumbuhan dan hasil Jagung pada tiga ordo tanah di lahan kering Aceh Besar
BARAT
ULANGAN II ULANGAN I
A7T1 A1T2 A6T3 A6T1 A4T2 A3T3
A3T1 A7T2 A3T3 A7T1 A7T2 A0T3
A4T1 A3T2 A7T3 A2T1 A2T2 A2T3
A1T1 A0T2 A2T3 A0T1 A5T2 A1T3
A2T1 A6T2 A4T3 A4T1 A6T2 A7T3
A6T1 A5T2 A1T3 A1T1 A1T2 A4T3
A5T1 A2T2 A5T3 A5T1 A0T2 A5T3
A0T1 A4T2 A0T3 A3T1 A3T2 A6T3
TIMUR
Keterangan :
A0 : Kontrol T1 : Andisol
A1 : Biochar T2 : Inceptisol
A2 : Kompos T3 : Ultisol
A3 : CaCO3
A4 : SP-36
A5 : Biochar + CaCO3
A6 : Kompos + CaCO3
A7 : Biochar + Kompos
70
Lampiran 12. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap pertumbuhan dan hasil Jagung pada tiga ordo tanah Aceh Besar
Kode Perlakuan amelioran TT
14
TT
21
TT
28
TT
35
TT
42 BKT BKA N P K Hasil
----------------------- (cm) -------------------- g/tanaman (%) (%) (%) (t/ha)
Andisols Saree
A0 Tanpa amelioran (0 ton ha-1) 34.70 50.45 78.45 115.10 149.95 0.22 0.25 1.50
A1 20 ton/ha Biochar 35.95 63.75 99.70 137.15 168.00 0.28 0.18 1.16
A2 20 ton/ha Kompos 43.30 77.15 115.05 154.90 175.60 0.27 0.38 1.46
A3 4 ton/ha CaCO3 35.45 47.40 67.80 103.00 143.95 0.41 0.26 1.43
A4 4 ton/ha SP-36 46.95 93.35 133.55 167.80 188.05 0.27 0.31 1.44
A5 10 ton/ha Biochar + 4 t/ha CaCO3 39.40 61.35 97.75 142.05 172.00 0.27 0.37 1.42
A6 10 ton/ha Kompos + 4 t/ha CaCO3 37.75 63.10 97.40 138.65 174.15 0.26 0.33 1.53
A7 10 ton/ha Kompos + 10 t/ha Biochar 45.70 79.20 115.10 158.00 188.55 0.35 0.44 1.53
Inceptisols Cucum
A0 Tanpa amelioran (0 ton ha-1) 38.55 76.40 117.70 148.00 164.50 0.25 0.35 1.25
A1 20 ton/ha Biochar 39.55 70.90 102.75 131.50 154.00 0.19 0.31 1.30
A2 20 ton/ha Kompos 52.65 90.75 131.00 160.15 171.80 0.29 0.27 1.33
A3 4 ton/ha CaCO3 37.80 64.15 97.80 123.35 142.50 0.21 0.34 1.30
A4 4 ton/ha SP-36 42.85 81.25 118.25 150.35 169.80 0.20 0.32 1.23
A5 10 ton/ha Biochar + 4 t/ha CaCO3 40.55 71.15 102.95 135.65 159.75 0.26 0.28 1.35
A6 10 ton/ha Kompos + 4 t/ha CaCO3 40.65 78.50 101.50 145.70 165.30 0.25 0.41 1.46
A7 10 ton/ha Kompos + 10 t/ha Biochar 42.55 71.40 111.05 143.85 169.15 0.37 0.35 1.45
71
Ultisols Jantho
A0 Tanpa amelioran (0 ton ha-1) 39.60 80.30 122.10 163.05 188.70 0.40 0.20 1.14
A1 20 ton/ha Biochar 47.25 80.05 123.25 167.35 186.85 0.62 0.34 1.38
A2 20 ton/ha Kompos 54.45 98.65 139.95 184.50 203.70 0.50 0.22 1.02
A3 4 ton/ha CaCO3 37.30 66.00 96.60 130.40 162.90 0.52 0.22 1.24
A4 4 ton/ha SP-36 50.15 93.15 136.85 175.80 195.45 0.48 0.45 1.09
A5 10 ton/ha Biochar + 4 t/ha CaCO3 45.65 77.05 111.85 150.20 179.35 0.62 0.25 1.23
A6 10 ton/ha Kompos + 4 t/ha CaCO3 43.80 73.30 113.50 156.50 184.75 0.48 0.26 1.33
A7 10 ton/ha Kompos + 10 t/ha Biochar 45.85 85.10 123.00 166.90 188.20 0.58 0.40 1.47
Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)
72
Lampiran 13. Tinggi Tanaman 14 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran terhadap
Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar
Perlakuan
Ulangan
Total Rerata I II
…(cm)…
Kontrol (Andisol) 36.20 33.20 69.40 34.70
Biochar (Andisol) 32.30 39.60 71.90 35.95
Kompos (Andisol) 42.10 44.50 86.60 43.30
CaCO3 (Andisol) 35.10 35.80 70.90 35.45
SP-36 (Andisol) 45.60 48.30 93.90 46.95
Biochar + CaCO3 (Andisol) 38.20 40.60 78.80 39.40
Kompos + CaCO3 (Andisol) 37.70 37.80 75.50 37.75
Biochar + Kompos (Andisol) 53.80 37.60 91.40 45.70
Kontrol (Inceptisol) 30.90 46.20 77.10 38.55
Biochar (Inceptisol) 34.50 44.60 79.10 39.55
Kompos (Inceptisol) 53.70 51.60 105.30 52.65
CaCO3 (Inceptisol) 40.20 35.40 75.60 37.80
SP-36 (Inceptisol) 41.10 44.60 85.70 42.85
Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 39.20 41.90 81.10 40.55
Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 40.10 41.20 81.30 40.65
Biochar + Kompos (Inceptisol) 27.70 57.40 85.10 42.55
Kontrol (Ultisol) 43.60 35.60 79.20 39.60
Biochar (Ultisol) 39.60 54.90 94.50 47.25
Kompos (Ultisol) 50.60 58.30 108.90 54.45
CaCO3 (Ultisol) 36.40 38.20 74.60 37.30
SP-36 (Ultisol) 50.20 50.10 100.30 50.15
Biochar + CaCO3 (Ultisol) 40.40 50.90 91.30 45.65
Kompos + CaCO3 (Ultisol) 43.90 43.70 87.60 43.80
Biochar + Kompos (Ultisol) 48.50 43.20 91.70 45.85
Jumlah 981.60 1055.20 2036.80
Rerata 42.43
Analisis Ragam:
SK DB JK KT F hitung F tabel
0.05 0.01
Kelompok 1 112.85 112.85 2.88 4.26 7.82
Faktor A 7 852.56 121.79 3.10* 2.42 3.50
Faktor T 2 258.43 129.21 3.29tn 3.40 5.61
Interaksi AxT 14 199.28 14.23 0.36tn 2.13 2.93
Acak 24 941.87 39.24
Total 47 2364.99
KK=0.31%
73
Lampiran 14. Tinggi Tanaman 21 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran terhadap
Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar
Perlakuan
Ulangan
Total Rerata I II
…(cm)…
Kontrol (Andisol) 51.80 49.10 100.90 50.45
Biochar (Andisol) 64.30 63.20 127.50 63.75
Kompos (Andisol) 80.40 73.90 154.30 77.15
CaCO3 (Andisol) 46.20 48.60 94.80 47.40
SP-36 (Andisol) 93.20 93.50 186.70 93.35
Biochar + CaCO3 (Andisol) 60.80 61.90 122.70 61.35
Kompos + CaCO3 (Andisol) 65.60 60.60 126.20 63.10
Biochar + Kompos (Andisol) 88.50 69.90 158.40 79.20
Kontrol (Inceptisol) 66.40 86.40 152.80 76.40
Biochar (Inceptisol) 59.50 82.30 141.80 70.90
Kompos (Inceptisol) 90.20 91.30 181.50 90.75
CaCO3 (Inceptisol) 66.70 61.60 128.30 64.15
SP-36 (Inceptisol) 77.80 84.70 162.50 81.25
Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 69.50 72.80 142.30 71.15
Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 79.60 77.40 157.00 78.50
Biochar + Kompos (Inceptisol) 45.30 97.50 142.80 71.40
Kontrol (Ultisol) 79.10 81.50 160.60 80.30
Biochar (Ultisol) 69.60 90.50 160.10 80.05
Kompos (Ultisol) 95.80 101.50 197.30 98.65
CaCO3 (Ultisol) 65.90 66.10 132.00 66.00
SP-36 (Ultisol) 94.70 91.60 186.30 93.15
Biochar + CaCO3 (Ultisol) 63.60 90.50 154.10 77.05
Kompos + CaCO3 (Ultisol) 68.20 78.40 146.60 73.30
Biochar + Kompos (Ultisol) 87.70 82.50 170.20 85.10
Jumlah 1730.40 1857.30 3587.70
Rerata 74.74
Analisis Ragam:
SK DB JK KT F hitung F tabel
0.05 0.01
Kelompok 1 335.49 335.49 3.33 4.26 7.82
Faktor A 7 4453.77 636.25 6.32** 2.42 3.50
Faktor T 2 1752.17 876.08 8.70** 3.40 5.61
Interaksi AxT 14 1338.98 95.64 0.95tn 2.13 2.93
Acak 24 2416.21 100.68
Total 47 10296.62
KK=0.28%
74
Lampiran 15. Tinggi Tanaman 28 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran terhadap
Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar
Perlakuan
Ulangan
Total Rerata I II
…(cm)…
Kontrol (Andisol) 81.90 75.00 156.90 78.45
Biochar (Andisol) 101.00 98.40 199.40 99.70
Kompos (Andisol) 118.10 112.00 230.10 115.05
CaCO3 (Andisol) 71.50 64.10 135.60 67.80
SP-36 (Andisol) 138.10 129.00 267.10 133.55
Biochar + CaCO3 (Andisol) 102.40 93.10 195.50 97.75
Kompos + CaCO3 (Andisol) 102.50 92.30 194.80 97.40
Biochar + Kompos (Andisol) 128.40 101.80 230.20 115.10
Kontrol (Inceptisol) 112.90 122.50 235.40 117.70
Biochar (Inceptisol) 91.00 114.50 205.50 102.75
Kompos (Inceptisol) 128.50 133.50 262.00 131.00
CaCO3 (Inceptisol) 92.20 103.40 195.60 97.80
SP-36 (Inceptisol) 119.00 117.50 236.50 118.25
Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 107.90 98.00 205.90 102.95
Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 100.50 102.50 203.00 101.50
Biochar + Kompos (Inceptisol) 86.10 136.00 222.10 111.05
Kontrol (Ultisol) 121.60 122.60 244.20 122.10
Biochar (Ultisol) 122.00 124.50 246.50 123.25
Kompos (Ultisol) 137.40 142.50 279.90 139.95
CaCO3 (Ultisol) 101.20 92.00 193.20 96.60
SP-36 (Ultisol) 141.10 132.60 273.70 136.85
Biochar + CaCO3 (Ultisol) 98.10 125.60 223.70 111.85
Kompos + CaCO3 (Ultisol) 107.00 120.00 227.00 113.50
Biochar + Kompos (Ultisol) 125.60 120.40 246.00 123.00
Jumlah 2636.00 2673.80 5309.80 2654.90
Rerata 110.62
Analisis Ragam:
SK DB JK KT F hitung F tabel
0.05 0.01
Kelompok 1 29.77 29.77 0.26 4.26 7.82
Faktor A 7 8188.30 1169.76 10.03** 2.42 3.50
Faktor T 2 3294.11 1647.06 14.12** 3.40 5.61
Interaksi AxT 14 2487.51 177.68 1.52tn 2.13 2.93
Acak 24 2799.63 116.65
Total 47 16799.32
KK=0.20%
75
Lampiran 16. Tinggi Tanaman 35 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran terhadap
Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar
Perlakuan
Ulangan
Total Rerata I II
…(cm)…
Kontrol (Andisol) 126.00 104.20 230.20 115.10
Biochar (Andisol) 149.10 125.20 274.30 137.15
Kompos (Andisol) 160.50 149.30 309.80 154.90
CaCO3 (Andisol) 109.00 97.00 206.00 103.00
SP-36 (Andisol) 165.60 170.00 335.60 167.80
Biochar + CaCO3 (Andisol) 147.40 136.70 284.10 142.05
Kompos + CaCO3 (Andisol) 142.80 134.50 277.30 138.65
Biochar + Kompos (Andisol) 170.20 145.80 316.00 158.00
Kontrol (Inceptisol) 145.20 150.80 296.00 148.00
Biochar (Inceptisol) 113.80 149.20 263.00 131.50
Kompos (Inceptisol) 157.90 162.40 320.30 160.15
CaCO3 (Inceptisol) 112.60 134.10 246.70 123.35
SP-36 (Inceptisol) 151.30 149.40 300.70 150.35
Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 136.40 134.90 271.30 135.65
Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 138.20 153.20 291.40 145.70
Biochar + Kompos (Inceptisol) 116.60 171.10 287.70 143.85
Kontrol (Ultisol) 169.20 156.90 326.10 163.05
Biochar (Ultisol) 170.10 164.60 334.70 167.35
Kompos (Ultisol) 187.80 181.20 369.00 184.50
CaCO3 (Ultisol) 140.40 120.40 260.80 130.40
SP-36 (Ultisol) 180.10 171.50 351.60 175.80
Biochar + CaCO3 (Ultisol) 136.90 163.50 300.40 150.20
Kompos + CaCO3 (Ultisol) 148.10 164.90 313.00 156.50
Biochar + Kompos (Ultisol) 168.20 165.60 333.80 166.90
Jumlah 3543.40 3556.40 7099.80 3549.90
Rerata 147.91
Analisis Ragam:
SK DB JK KT F hitung F tabel
0.05 0.01
Kelompok 1 3.52 3.52 0.02 4.26 7.82
Faktor A 7 9638.09 1376.87 7.54** 2.42 3.50
Faktor T 2 4713.69 2356.84 12.90** 3.40 5.61
Interaksi AxT 14 2739.33 195.67 1.07tn 2.13 2.93
Acak 24 4385.35 182.72
Total 47 21479.97
KK=0.19%
76
Lampiran 17. Tinggi Tanaman 42 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran terhadap
Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar
Perlakuan
Ulangan
Total Rerata I II
…(cm)…
Kontrol (Andisol) 163.40 136.50 299.90 149.95
Biochar (Andisol) 176.90 159.10 336.00 168.00
Kompos (Andisol) 182.10 169.10 351.20 175.60
CaCO3 (Andisol) 149.70 138.20 287.90 143.95
SP-36 (Andisol) 182.90 193.20 376.10 188.05
Biochar + CaCO3 (Andisol) 177.30 166.70 344.00 172.00
Kompos + CaCO3 (Andisol) 181.10 167.20 348.30 174.15
Biochar + Kompos (Andisol) 190.90 186.20 377.10 188.55
Kontrol (Inceptisol) 162.30 166.70 329.00 164.50
Biochar (Inceptisol) 137.40 170.60 308.00 154.00
Kompos (Inceptisol) 169.40 174.20 343.60 171.80
CaCO3 (Inceptisol) 128.40 156.60 285.00 142.50
SP-36 (Inceptisol) 178.10 161.50 339.60 169.80
Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 158.60 160.90 319.50 159.75
Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 156.10 174.50 330.60 165.30
Biochar + Kompos (Inceptisol) 150.60 187.70 338.30 169.15
Kontrol (Ultisol) 196.20 181.20 377.40 188.70
Biochar (Ultisol) 191.60 182.10 373.70 186.85
Kompos (Ultisol) 202.60 204.80 407.40 203.70
CaCO3 (Ultisol) 169.20 156.60 325.80 162.90
SP-36 (Ultisol) 196.70 194.20 390.90 195.45
Biochar + CaCO3 (Ultisol) 174.60 184.10 358.70 179.35
Kompos + CaCO3 (Ultisol) 178.20 191.30 369.50 184.75
Biochar + Kompos (Ultisol) 190.20 186.20 376.40 188.20
Jumlah 4144.50 4149.40 8293.90 4146.95
Rerata 172.79
Analisis ragam:
SK DB JK KT F hitung F tabel
0.05 0.01
Kelompok 1 0.50 0.50 0.004 4.26 7.82
Faktor A 7 5481.43 783.06 5.81** 2.42 3.50
Faktor T 2 4843.55 2421.78 17.96** 3.40 5.61
Interaksi AxT 14 1470.27 105.02 0.78tn 2.13 2.93
Acak 24 3236.55 134.86
Total 47 15032.30
KK=0.14%
77
Lampiran 18. Kandungan Nitrogen Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan Pemberian
Bahan Amelioran pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar
Perlakuan
Ulangan
Total Rerata I II
…(cm)…
Kontrol (Andisol) 0.21 0.24 0.45 0.22
Biochar (Andisol) 0.22 0.34 0.56 0.28
Kompos (Andisol) 0.32 0.21 0.53 0.27
CaCO3 (Andisol) 0.45 0.36 0.81 0.41
SP-36 (Andisol) 0.27 0.27 0.53 0.27
Biochar + CaCO3 (Andisol) 0.25 0.28 0.53 0.27
Kompos + CaCO3 (Andisol) 0.16 0.36 0.53 0.26
Biochar + Kompos (Andisol) 0.36 0.34 0.70 0.35
Kontrol (Inceptisol) 0.24 0.25 0.49 0.25
Biochar (Inceptisol) 0.17 0.21 0.38 0.19
Kompos (Inceptisol) 0.31 0.27 0.57 0.29
CaCO3 (Inceptisol) 0.20 0.22 0.42 0.21
SP-36 (Inceptisol) 0.24 0.17 0.41 0.20
Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 0.21 0.31 0.52 0.26
Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 0.21 0.28 0.49 0.25
Biochar + Kompos (Inceptisol) 0.38 0.36 0.74 0.37
Kontrol (Ultisol) 0.46 0.34 0.80 0.40
Biochar (Ultisol) 0.70 0.53 1.23 0.62
Kompos (Ultisol) 0.49 0.50 0.99 0.50
CaCO3 (Ultisol) 0.48 0.56 1.04 0.52
SP-36 (Ultisol) 0.43 0.53 0.97 0.48
Biochar + CaCO3 (Ultisol) 0.71 0.52 1.23 0.62
Kompos + CaCO3 (Ultisol) 0.52 0.45 0.97 0.48
Biochar + Kompos (Ultisol) 0.52 0.64 1.16 0.58
Jumlah 8.51 8.54 17.05 8.52
Rerata 0.36
Analisis Ragam:
SK DB JK KT F hitung F tabel
0.05 0.01
Kelompok 1 0.000026 0.000026 0.01 4.26 7.82
Faktor A 7 0.08 0.01 2.59* 2.42 3.50
Faktor T 2 0.70 0.35 76.15** 3.40 5.61
Interaksi AxT 14 0.09 0.01 1.44tn 2.13 2.93
Acak 24 0.11 0.0046
Total 47 0.98
KK=0.40%
78
Lampiran 19. Kandungan Fosfor Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan Pemberian
Bahan Amelioran g pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar
Perlakuan
Ulangan
Total Rerata I II
…(cm)…
Kontrol (Andisol) 0.26 0.24 0.50 0.25
Biochar (Andisol) 0.19 0.16 0.35 0.18
Kompos (Andisol) 0.38 0.37 0.75 0.38
CaCO3 (Andisol) 0.25 0.27 0.52 0.26
SP-36 (Andisol) 0.31 0.31 0.63 0.31
Biochar + CaCO3 (Andisol) 0.40 0.35 0.74 0.37
Kompos + CaCO3 (Andisol) 0.31 0.34 0.65 0.33
Biochar + Kompos (Andisol) 0.31 0.56 0.87 0.44
Kontrol (Inceptisol) 0.38 0.32 0.70 0.35
Biochar (Inceptisol) 0.30 0.32 0.62 0.31
Kompos (Inceptisol) 0.27 0.26 0.53 0.27
CaCO3 (Inceptisol) 0.38 0.29 0.67 0.34
SP-36 (Inceptisol) 0.26 0.37 0.63 0.32
Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 0.28 0.29 0.57 0.28
Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 0.41 0.41 0.82 0.41
Biochar + Kompos (Inceptisol) 0.34 0.36 0.69 0.35
Kontrol (Ultisol) 0.26 0.14 0.40 0.20
Biochar (Ultisol) 0.33 0.36 0.69 0.34
Kompos (Ultisol) 0.24 0.21 0.45 0.22
CaCO3 (Ultisol) 0.22 0.22 0.44 0.22
SP-36 (Ultisol) 0.44 0.46 0.90 0.45
Biochar + CaCO3 (Ultisol) 0.26 0.23 0.49 0.25
Kompos + CaCO3 (Ultisol) 0.27 0.25 0.52 0.26
Biochar + Kompos (Ultisol) 0.45 0.34 0.80 0.40
Jumlah 7.51 7.42 14.93 7.47
Rerata 0.31
Analisis Ragam:
SK DB JK KT F hitung F tabel
0.05 0.01
Kelompok 1 0.00015 0.00015 0.06 4.26 7.82
Faktor A 7 0.09 0.013 4.99** 2.42 3.50
Faktor T 2 0.01 0.0046 1.80tn 3.40 5.61
Interaksi AxT 14 0.16 0.01 4.32** 2.13 2.93
Acak 24 0.06 0.0026
Total 47 0.32
KK=0.34%
79
Lampiran 20. Kandungan Kalium Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan Pemberian
Bahan Amelioran pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar
Perlakuan
Ulangan
Total Rerata I II
…(cm)…
Kontrol (Andisol) 1.52 1.49 3.00 1.50
Biochar (Andisol) 1.24 1.08 2.31 1.16
Kompos (Andisol) 1.39 1.52 2.91 1.46
CaCO3 (Andisol) 1.38 1.48 2.86 1.43
SP-36 (Andisol) 1.49 1.39 2.88 1.44
Biochar + CaCO3 (Andisol) 1.36 1.47 2.83 1.42
Kompos + CaCO3 (Andisol) 1.55 1.52 3.06 1.53
Biochar + Kompos (Andisol) 1.50 1.55 3.06 1.53
Kontrol (Inceptisol) 1.27 1.22 2.49 1.25
Biochar (Inceptisol) 1.28 1.32 2.60 1.30
Kompos (Inceptisol) 1.38 1.27 2.65 1.33
CaCO3 (Inceptisol) 1.28 1.32 2.60 1.30
SP-36 (Inceptisol) 1.13 1.33 2.46 1.23
Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 1.32 1.38 2.70 1.35
Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 1.38 1.54 2.92 1.46
Biochar + Kompos (Inceptisol) 1.38 1.52 2.90 1.45
Kontrol (Ultisol) 1.43 0.84 2.27 1.14
Biochar (Ultisol) 1.29 1.47 2.76 1.38
Kompos (Ultisol) 1.00 1.04 2.05 1.02
CaCO3 (Ultisol) 1.19 1.29 2.48 1.24
SP-36 (Ultisol) 1.17 1.00 2.17 1.09
Biochar + CaCO3 (Ultisol) 1.23 1.24 2.47 1.23
Kompos + CaCO3 (Ultisol) 1.27 1.39 2.67 1.33
Biochar + Kompos (Ultisol) 1.53 1.40 2.93 1.47
Jumlah 31.96 32.09 64.04 32.02
Rerata 1.33
Analisis ragam:
SK DB JK KT F hitung F tabel
0.05 0.01
Kelompok 1 0.00035 0.00035 0.03 4.26 7.82
Faktor A 7 0.29 0.042 3.14* 2.42 3.50
Faktor T 2 0.30 0.15 11.51** 3.40 5.61
Interaksi AxT 14 0.33 0.02 1.78tn 2.13 2.93
Acak 24 0.32 0.0132
Total 47 1.24
KK=0.18%
80
Lampiran 21. Layout atau Denah Percobaan Pengaruh Amelioran terhadap prtumbuhan dan hasil Kedelai (Glycine max (L) Merrill) pada tiga ordo tanah di lahan kering Aceh Besar
BARAT
ULANGAN I ULANGAN II
A7T1 A1T2 A6T3 A6T1 A4T2 A3T3
A3T1 A7T2 A3T3 A7T1 A7T2 A0T3
A4T1 A3T2 A7T3 A2T1 A2T2 A2T3
A1T1 A0T2 A2T3 A0T1 A5T2 A1T3
A2T1 A6T2 A4T3 A4T1 A6T2 A7T3
A6T1 A5T2 A1T3 A1T1 A1T2 A4T3
A5T1 A2T2 A5T3 A5T1 A0T2 A5T3
A0T1 A4T2 A0T3 A3T1 A3T2 A6T3
TIMUR
Keterangan :
A0 : Kontrol T1 : Andisol
A1 : Biochar T2 : Inceptisol
A2 : Kompos T3 : Ultisol
A3 : CaCO3
A4 : SP-36
A5 : Biochar + CaCO3
A6 : Kompos + CaCO3
A7 : Biochar + Kompos
81
Lampiran 22. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai pada tiga ordo tanah Aceh Besar
Kode Perlakuan amelioran TT
14
TT
21
TT
28
TT
35
TT
42
TT
49
Jumlah
daun
Jml
Polong
BK*
Biji Hasil*
---------------------------- (cm) ----------------------------- (lbr) (bh) (g/pot) (t/ha)
Andisols Saree
A0 Tanpa amelioran (0 ton ha-1) 25.78 35.15 62.40 97.60 119.80 120.53 17.50 41.00 9.84 1.23
A1 20 ton/ha Biochar 22.93 32.48 47.93 69.20 86.93 88.00 12.50 33.00 7.92 0.99
A2 20 ton/ha Kompos 27.30 37.83 62.18 85.03 106.05 108.68 21.00 72.00 17.28 2.16
A3 4 ton/ha CaCO3 26.03 34.78 50.40 75.23 100.90 105.53 11.50 31.50 7.56 0.95
A4 4 ton/ha SP-36 25.73 50.25 89.68 133.00 156.88 161.08 28.00 70.50 16.92 2.12
A5 10 ton/ha Biochar + 4 t/ha CaCO3 24.83 32.85 57.18 95.33 116.40 117.55 21.50 41.50 9.96 1.25
A6 10 ton/ha Kompos + 4 t/ha CaCO3 23.05 33.18 60.80 97.78 119.65 121.30 23.50 70.50 16.92 2.12
A7 10 ton/ha Kompos + 10 t/ha Biochar 22.33 36.80 74.43 118.05 139.75 143.23 23.50 82.00 19.68 2.46
Inceptisols Cucum
A0 Tanpa amelioran (0 ton ha-1) 25.63 44.53 90.45 133.15 152.58 152.93 26.50 73.50 17.64 2.21
A1 20 ton/ha Biochar 21.98 38.48 77.75 115.50 134.70 139.53 20.50 36.50 8.76 1.10
A2 20 ton/ha Kompos 24.95 44.65 73.25 117.50 151.55 151.63 32.00 71.00 17.04 2.13
A3 4 ton/ha CaCO3 21.08 30.28 63.03 103.38 125.50 125.78 19.00 44.50 10.68 1.34
A4 4 ton/ha SP-36 21.03 33.33 61.75 91.88 114.50 120.95 18.00 62.50 15.00 1.88
A5 10 ton/ha Biochar + 4 t/ha CaCO3 22.83 40.28 79.68 119.35 140.60 143.93 20.00 45.50 10.92 1.37
A6 10 ton/ha Kompos + 4 t/ha CaCO3 21.25 40.85 74.38 113.70 140.30 143.23 22.50 93.00 22.32 2.79
A7 10 ton/ha Kompos + 10 t/ha Biochar 27.50 46.95 93.53 141.40 163.33 163.85 23.00 95.50 22.92 2.87
82
Ultisols Jantho
A0 Tanpa amelioran (0 ton ha-1) 23.38 38.48 67.63 101.90 117.80 123.40 18.50 78.50 18.84 2.36
A1 20 ton/ha Biochar 24.20 37.00 66.13 101.10 125.23 129.35 20.50 62.00 14.88 1.86
A2 20 ton/ha Kompos 25.65 48.65 85.83 115.10 133.58 135.70 30.00 89.50 21.48 2.69
A3 4 ton/ha CaCO3 24.55 33.15 62.98 98.20 126.38 130.98 17.50 62.50 15.00 1.88
A4 4 ton/ha SP-36 21.43 36.05 72.40 108.55 145.58 151.98 21.00 64.00 15.36 1.92
A5 10 ton/ha Biochar + 4 t/ha CaCO3 22.48 38.15 73.50 121.78 143.63 145.95 23.50 73.50 17.64 2.21
A6 10 ton/ha Kompos + 4 t/ha CaCO3 26.33 47.50 92.55 130.63 151.25 152.55 26.50 90.00 21.60 2.70
A7 10 ton/ha Kompos + 10 t/ha Biochar 26.18 49.70 96.98 146.25 168.73 170.48 27.00 84.00 20.16 2.52
Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05) TT = tinggi tanaman; *) Estimasi dan konversi dari hasil biji per pot; BK = berat kering
83
Lampiran 23. Tinggi Tanaman pada 14 HST akibat perlakuan pemberian bahan amelioran
dan jenis tanah pada tanaman kedelai
Perlakuan
Ulangan
Jumlah Rata-
Rata I II
…(cm)…
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 27.65 23.90 51.55 25.78
Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 22.20 23.65 45.85 22.93
Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 25.30 29.30 54.60 27.30
CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 25.10 26.95 52.05 26.03
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 24.95 26.50 51.45 25.73
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 23.90 25.75 49.65 24.83
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 23.75 22.35 46.10 23.05
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 18.20 26.45 44.65 22.33
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 24.35 26.90 51.25 25.63
Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 20.30 23.65 43.95 21.98
Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 23.90 26.00 49.90 24.95
CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 21.80 20.35 42.15 21.08
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 21.10 20.95 42.05 21.03
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 22.15 23.50 45.65 22.83
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 25.50 17.00 42.50 21.25
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 25.20 29.80 55.00 27.50
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 22.50 24.25 46.75 23.38
Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 23.80 24.60 48.40 24.20
Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 25.90 25.40 51.30 25.65
CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 24.35 24.75 49.10 24.55
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 22.00 20.85 42.85 21.43
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 21.65 23.30 44.95 22.48
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 25.25 27.40 52.65 26.33
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 25.50 26.85 52.35 26.18
Total 566.30 590.40 1156.70
Rata-Rata 24.10
Analisis Ragam:
SK DB JK KT F Hit F Tabel
5% 1%
Kelompok 1 12.10 12.10 2.51tn 4.28 7.88
A 7 57.59 8.23 1.71 tn 2.44 3.54
T 2 17.91 8.96 1.86 tn 3.42 5.66
AT 14 114.94 8.21 1.71 tn 2.15 2.97
Galat 23 110.66 4.81
Total 47 313.21 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 0.19%
84
Lampiran 24. Tinggi Tanaman pada 21 HST akibat perlakuan pemberian bahan amelioran
dan jenis tanah pada tanaman kedelai
Perlakuan
Ulangan
Jumlah Rata-
Rata I II
…(cm)…
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 34.80 35.50 70.30 35.15
Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 31.70 33.25 64.95 32.48
Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 37.85 37.80 75.65 37.83
CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 32.60 36.95 69.55 34.78
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 47.45 53.05 100.50 50.25
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 29.00 36.70 65.70 32.85
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 31.05 35.30 66.35 33.18
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 30.65 42.95 73.60 36.80
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 43.00 46.05 89.05 44.53
Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 37.65 39.30 76.95 38.48
Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 44.40 44.90 89.30 44.65
CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 29.40 31.15 60.55 30.28
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 32.15 34.50 66.65 33.33
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 36.20 44.35 80.55 40.28
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 48.00 33.70 81.70 40.85
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 43.70 50.20 93.90 46.95
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 28.70 48.25 76.95 38.48
Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 35.70 38.30 74.00 37.00
Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 48.90 48.40 97.30 48.65
CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 29.20 37.10 66.30 33.15
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 33.55 38.55 72.10 36.05
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 35.55 40.75 76.30 38.15
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 45.55 49.45 95.00 47.50
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 48.80 50.60 99.40 49.70
Total 895.55 987.05 1882.60
Rata-Rata 39.22
Analisis Ragam:
SK DB JK KT F Hit F Tabel
5% 1%
Kelompok 1 174.42 174.42 10.17** 4.28 7.88
A 7 642.28 91.75 5.35** 2.44 3.54
T 2 168.01 84.00 4.90* 3.42 5.66
AT 14 881.13 62.94 3.67** 2.15 2.97
Galat 23 394.56 17.15
Total 47 2260.39 Keterangan : * : Berpengaruh Nyata KK : 0.22%
** : Berpengaruh Sangat Nyata
85
Lampiran 25. Tinggi Tanaman pada 28 HST akibat perlakuan pemberian bahan amelioran
dan jenis tanah pada tanaman kedelai
Perlakuan
Ulangan
Jumlah Rata-
Rata I II
…(cm)…
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 56.30 68.50 124.80 62.40
Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 58.20 37.65 95.85 47.93
Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 68.90 55.45 124.35 62.18
CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 46.45 54.35 100.80 50.40
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 86.25 93.10 179.35 89.68
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 46.05 68.30 114.35 57.18
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 50.85 70.75 121.60 60.80
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 61.70 87.15 148.85 74.43
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 87.50 93.40 180.90 90.45
Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 78.75 76.75 155.50 77.75
Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 79.45 67.05 146.50 73.25
CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 59.20 66.85 126.05 63.03
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 56.95 66.55 123.50 61.75
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 71.75 87.60 159.35 79.68
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 92.30 56.45 148.75 74.38
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 88.95 98.10 187.05 93.53
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 65.50 69.75 135.25 67.63
Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 64.20 68.05 132.25 66.13
Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 96.50 75.15 171.65 85.83
CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 49.35 76.60 125.95 62.98
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 68.95 75.85 144.80 72.40
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 79.30 67.70 147.00 73.50
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 88.00 97.10 185.10 92.55
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 94.70 99.25 193.95 96.98
Total 1696.05 1777.45 3473.50
Rata-Rata 72.36
Analisi Ragam:
SK DB JK KT F Hit F Tabel
5% 1%
Kelompok 1 138.04 138.04 1.13tn 4.28 7.88
A 7 3210.73 458.68 3.76** 2.44 3.54
T 2 2052.44 1026.22 8.42** 3.42 5.66
AT 14 3453.59 246.69 2.02tn 2.15 2.97
Galat 23 2802.22 121.84
Total 47 11657.03 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 0.32%
** : Berpengaruh Sangat Nyata
86
Lampiran 26. Tinggi Tanaman pada 35 HST akibat perlakuan pemberian bahan amelioran
dan jenis tanah pada tanaman kedelai
Perlakuan
Ulangan
Jumlah Rata-
Rata I II
…(cm)…
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 87.80 107.40 195.20 97.60
Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 96.20 42.20 138.40 69.20
Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 102.40 67.65 170.05 85.03
CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 73.70 76.75 150.45 75.23
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 128.05 137.95 266.00 133.00
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 83.90 106.75 190.65 95.33
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 83.60 111.95 195.55 97.78
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 101.45 134.65 236.10 118.05
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 136.95 129.35 266.30 133.15
Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 111.30 119.70 231.00 115.50
Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 136.40 98.60 235.00 117.50
CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 99.75 107.00 206.75 103.38
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 77.75 106.00 183.75 91.88
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 106.50 132.20 238.70 119.35
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 141.25 86.15 227.40 113.70
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 127.65 155.15 282.80 141.40
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 106.20 97.60 203.80 101.90
Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 110.50 91.70 202.20 101.10
Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 138.70 91.50 230.20 115.10
CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 81.35 115.05 196.40 98.20
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 104.15 112.95 217.10 108.55
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 130.30 113.25 243.55 121.78
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 132.15 129.10 261.25 130.63
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 146.25 146.25 292.50 146.25
Total 2644.25 2616.85 5261.10
Rata-Rata 109.61
Analisis Ragam:
SK DB JK KT F Hit F Tabel
5% 1%
Kelompok 1 15.64 15.64 0.04 tn 4.28 7.88
A 7 7242.08 1034.58 2.64* 2.44 3.54
T 2 4204.79 2102.39 5.36* 3.42 5.66
AT 14 6310.17 450.73 1.15 tn 2.15 2.97
Galat 23 9020.37 392.19
Total 47 26793.05 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 0.38%
* : Berpengaruh Nyata
87
Lampiran 27. Tinggi Tanaman pada 42 HST akibat perlakuan pemberian bahan amelioran
dan jenis tanah pada tanaman kedelai
Perlakuan
Ulangan
Jumlah Rata-
Rata I II
…(cm)…
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 108.65 130.95 239.60 119.80
Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 117.50 56.35 173.85 86.93
Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 121.40 90.70 212.10 106.05
CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 92.15 109.65 201.80 100.90
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 152.55 161.20 313.75 156.88
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 107.60 125.20 232.80 116.40
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 102.15 137.15 239.30 119.65
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 126.80 152.70 279.50 139.75
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 167.15 138.00 305.15 152.58
Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 131.30 138.10 269.40 134.70
Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 159.80 143.30 303.10 151.55
CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 128.00 123.00 251.00 125.50
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 98.05 130.95 229.00 114.50
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 125.80 155.40 281.20 140.60
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 164.85 115.75 280.60 140.30
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 153.50 173.15 326.65 163.33
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 125.75 109.85 235.60 117.80
Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 128.70 121.75 250.45 125.23
Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 159.40 107.75 267.15 133.58
CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 110.00 142.75 252.75 126.38
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 152.25 138.90 291.15 145.58
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 146.70 140.55 287.25 143.63
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 158.05 144.45 302.50 151.25
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 168.30 169.15 337.45 168.73
Total 3206.40 3156.70 6363.10
Rata-Rata 132.56
Analiss Ragam:
SK DB JK KT F Hit F Tabel
5% 1%
Kelompok 1 51.46 51.46 0.13 tn 4.28 7.88
A 7 7170.24 1024.32 2.61* 2.44 3.54
T 2 4902.61 2451.31 6.25** 3.42 5.66
AT 14 6915.29 493.95 1.26 tn 2.15 2.97
Galat 23 9027.33 392.49
Total 47 28066.93 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 0.31%
* : Berpengaruh Nyata
** : Berpengaruh Sangat Nyata
88
Lampiran 28. Tinggi tanaman kedelai umur 49 hari setelah tanam pada berbagai perlakuan
pemberian bahan amelioran dan ordo tanah pada lahan kering Aceh Besar
Perlakuan
Ulangan
Jumlah Rata-
Rata I II
…(cm)…
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 111.40 129.65 241.05 120.53
Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 123.65 52.35 176.00 88.00
Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 126.75 90.60 217.35 108.68
CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 98.65 112.40 211.05 105.53
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 158.50 163.65 322.15 161.08
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 109.20 125.90 235.10 117.55
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 105.35 137.25 242.60 121.30
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 134.20 152.25 286.45 143.23
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 169.90 135.95 305.85 152.93
Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 141.60 137.45 279.05 139.53
Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 161.25 142.00 303.25 151.63
CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 125.95 125.60 251.55 125.78
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 104.45 137.45 241.90 120.95
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 131.25 156.60 287.85 143.93
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 167.75 118.70 286.45 143.23
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 154.85 172.85 327.70 163.85
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 130.35 116.45 246.80 123.40
Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 136.05 122.65 258.70 129.35
Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 157.80 113.60 271.40 135.70
CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 116.80 145.15 261.95 130.98
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 162.85 141.10 303.95 151.98
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 148.65 143.25 291.90 145.95
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 161.75 143.35 305.10 152.55
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 172.80 168.15 340.95 170.48
Total 3311.75 3184.35 6496.10
Rata-Rata 135.34
Lampiran . Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada 49 HST akibat perlakuan pemberian
bahan amelioran dan jenis tanah pada tanaman kedelai.
SK DB JK KT F Hit F Tabel
5% 1%
Kelompok 1 338.14 338.14 0.87 tn 4.28 7.88
A 7 7024.63 1003.52 2.58* 2.44 3.54
T 2 5116.82 2558.41 6.58** 3.42 5.66
AT 14 6369.27 454.95 1.17 tn 2.15 2.97
Galat 23 8939.88 388.69
Total 47 27788.74 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 0.30%
* : Berpengaruh Nyata
** : Berpengaruh Sangat Nyata
89
Lampiran 29. Jumlah daun kedelai pada umur 34 hari setelah tanam pada berbagai perlakuan
pemberian amelioran dan ordo tanah pada lahan kering Aceh Besar
Perlakuan
Ulangan
Jumlah Rata-
Rata I II
…….(lembar)..….
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 17.00 18.00 35.00 17.50
Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 20.00 5.00 25.00 12.50
Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 23.00 19.00 42.00 21.00
CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 12.00 11.00 23.00 11.50
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 26.00 30.00 56.00 28.00
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 22.00 21.00 43.00 21.50
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 24.00 23.00 47.00 23.50
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 21.00 26.00 47.00 23.50
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 30.00 23.00 53.00 26.50
Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 21.00 20.00 41.00 20.50
Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 31.00 33.00 64.00 32.00
CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 18.00 20.00 38.00 19.00
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 19.00 17.00 36.00 18.00
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 20.00 20.00 40.00 20.00
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 25.00 20.00 45.00 22.50
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 22.00 24.00 46.00 23.00
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 14.00 23.00 37.00 18.50
Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 15.00 26.00 41.00 20.50
Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 29.00 31.00 60.00 30.00
CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 14.00 21.00 35.00 17.50
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 22.00 20.00 42.00 21.00
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 19.00 28.00 47.00 23.50
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 29.00 24.00 53.00 26.50
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 29.00 25.00 54.00 27.00
Total 522.00 528.00 1050.00
Rata-Rata 21.88
Analisis Ragam:
SK DB JK KT F Hit F Tabel
5% 1%
Kelompok 1 0.75 0.75 0.05 tn 4.28 7.88
A 7 587.25 83.89 5.10** 2.44 3.54
T 2 97.13 48.56 2.95 tn 3.42 5.66
AT 14 439.88 31.42 1.91 tn 2.15 2.97
Galat 23 378.25 16.45
Total 47 1503.25 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 0.39%
** : Berpengaruh Sangat Nyata
90
Lampiran 30. Jumlah polong kedelai pada umur 60 hari setelah tanam pada setiap perlakuan
amelioran dan ordo tanah pada lahan kering Aceh Besar
Perlakuan
Ulangan
Jumlah Rata-
Rata I II
…(polong/pot)…
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 44.00 38.00 82.00 41.00
Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 35.00 31.00 66.00 33.00
Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 77.00 67.00 144.00 72.00
CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 36.00 27.00 63.00 31.50
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 72.00 69.00 141.00 70.50
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 38.00 45.00 83.00 41.50
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 74.00 67.00 141.00 70.50
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 53.00 111.00 164.00 82.00
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 79.00 68.00 147.00 73.50
Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 40.00 33.00 73.00 36.50
Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 69.00 73.00 142.00 71.00
CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 38.00 51.00 89.00 44.50
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 40.00 85.00 125.00 62.50
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 23.00 68.00 91.00 45.50
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 91.00 95.00 186.00 93.00
Biochar 10 ton ha-1+ kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 93.00 98.00 191.00 95.50
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 63.00 94.00 157.00 78.50
Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 61.00 63.00 124.00 62.00
Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 106.00 73.00 179.00 89.50
CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 61.00 64.00 125.00 62.50
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 63.00 65.00 128.00 64.00
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 69.00 78.00 147.00 73.50
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 83.00 97.00 180.00 90.00
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 87.00 81.00 168.00 84.00
Total 1495.00 1641.00 3136.00
Rata-Rata 65.33
Lampiran . Analisis Ragam Jumlah Polong akibat perlakuan pemberian bahan amelioran
dan jenis tanah pada tanaman kedelai.
SK DB JK KT F Hit F Tabel
5% 1%
Kelompok 1 444.08 444.08 2.12 tn 4.28 7.88
A 7 11777.00 1682.43 8.03** 2.44 3.54
T 2 3280.67 1640.33 7.83** 3.42 5.66
AT 14 2880.00 205.71 0.98 tn 2.15 2.97
Galat 23 4820.92 209.61
Total 47 23202.67 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 0.46%
** : Berpengaruh Sangat Nyata
91
Lampiran 31. Bobot kering biji kedelai pada setiap perlakuan amelioran dan ordo tanah
pada lahan kering Aceh Besar
Perlakuan
Ulangan
Jumlah Rata-
Rata I II
…(g/pot)…
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 10.56 9.12 19.68 9.84
Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 8.40 7.44 15.84 7.92
Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 18.48 16.08 34.56 17.28
CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 8.64 6.48 15.12 7.56
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 17.28 16.56 33.84 16.92
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 9.12 10.80 19.92 9.96
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 17.76 16.08 33.84 16.92
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 12.72 26.64 39.36 19.68
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 18.96 16.32 35.28 17.64
Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 9.60 7.92 17.52 8.76
Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 16.56 17.52 34.08 17.04
CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 9.12 12.24 21.36 10.68
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 9.60 20.40 30.00 15.00
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 5.52 16.32 21.84 10.92
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 21.84 22.80 44.64 22.32
Biochar 10 ton ha-1+ kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 22.32 23.52 45.84 22.92
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 15.12 22.56 37.68 18.84
Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 14.64 15.12 29.76 14.88
Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 25.44 17.52 42.96 21.48
CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 14.64 15.36 30.00 15.00
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 15.12 15.60 30.72 15.36
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 16.56 18.72 35.28 17.64
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 19.92 23.28 43.20 21.60
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 20.88 19.44 40.32 20.16
Total 358.80 393.84 752.64
Rata-rata 15.68
Analisis Ragam:
SK DB JK KT F Hit F Tabel
5% 1%
Kelompok 1 444.08 444.08 2.12 tn 4.28 7.88
A 7 11777.00 1682.43 8.03** 2.44 3.54
T 2 3280.67 1640.33 7.83** 3.42 5.66
AT 14 2880.00 205.71 0.98 tn 2.15 2.97
Galat 23 4820.92 209.61
Total 47 23202.67 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 3.46%
** : Berpengaruh Sangat Nyata
92
Lampiran 32. Hasil Kedelai per hektar pada setiap perlakuan amelioran dan ordo tanah pada
lahan kering Aceh Besar
Perlakuan
Ulangan
Jumlah Rata-
Rata I II
…(cm)…
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 1.32 1.14 2.46 1.23
Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 1.05 0.93 1.98 0.99
Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 2.31 2.01 4.32 2.16
CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 1.08 0.81 1.89 0.95
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 2.16 2.07 4.23 2.12
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 1.14 1.35 2.49 1.25
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 2.22 2.01 4.23 2.12
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 1.59 3.33 4.92 2.46
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 2.37 2.04 4.41 2.21
Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 1.20 0.99 2.19 1.10
Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 2.07 2.19 4.26 2.13
CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 1.14 1.53 2.67 1.34
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 1.20 2.55 3.75 1.88
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 0.69 2.04 2.73 1.37
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 2.73 2.85 5.58 2.79
Biochar 10 ton ha-1+ kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 2.79 2.94 5.73 2.87
Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 1.89 2.82 4.71 2.36
Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 1.83 1.89 3.72 1.86
Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 3.18 2.19 5.37 2.69
CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 1.83 1.92 3.75 1.88
Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 1.89 1.95 3.84 1.92
Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 2.07 2.34 4.41 2.21
Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 2.49 2.91 5.40 2.70
Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 2.61 2.43 5.04 2.52
Total 44.85 49.23 94.08
Rata-Rata 1.96
Analisis Ragam:
SK DB JK KT F Hit F Tabel
5% 1%
Kelompok 1 444.08 444.08 2.12 tn 4.28 7.88
A 7 11777.00 1682.43 8.03** 2.44 3.54
T 2 3280.67 1640.33 7.83** 3.42 5.66
AT 14 2880.00 205.71 0.98 tn 2.15 2.97
Galat 23 4820.92 209.61
Total 47 23202.67 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 5.46%
** : Berpengaruh Sangat Nyata
93
Lampiran 33. Deskripsi varietas Jagung BISI
Nama varietas : BISI-2
Tanggal dilepas : 1995
Asal : F1 dari silang tunggal antara FS 4 dengan FS 9. FS 4
dan FS 9 merupakan tropical inbred yang
dikembangkan oleh Charoen Seed Co., Ltd. Thailand
dan Dekalb Plant Genetic, USA.
Umur : 50% keluar rambut : + 56 hari
Panen : + 103 hari
Batang : Tinggi dan tegap
Warna batang : Hijau
Tinggi tanaman : + 232 cm
Daun : Panjang, lebar, dan terkulai
Warna daun : Hijau cerah
Keragaman tanaman : Seragam
Perakaran : Baik
Kerebahan : Tahan
Tongkol : Sedang, silindris, dan seragam
Kedudukan tongkol : Di tengah-tengah batang
Kelobot : Menutup tongkol dengan baik
Tipe biji : Setengah mutiara (semi flint)
Warna biji : Kuning oranye
Jumlah baris/tongkol : 12 - 14 baris
Bobot 1000 biji : + 265 g
Rata-rata hasil : 8,9 t/ha pipilan kering
Potensi hasil : 13 t/ha pipilan kering
Ketahanan : Toleran terhadap penyakit bulai dan karat daun
Keterangan : Baik ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000
m dpl.
SK Mentri No : 589/Kpts/TP.240/9/95
94
Lampiran 34. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro
Nama Varietas : Anjasmoro SK Mentan : 537/Kpts/TP.240/10/2001
Asal : Seleksi massa dari populasi galur murni Mansuria
Daya Hasil : 2,03-2,25 ton/ha
Pemulia : Takashi Sanbuichi,Nagaaki Sekiya, Jamaluddin M.,
Susanto , Darman M.A., dan M. Muchlish Adie
Nomor galur : Mansuria 9395-49-4
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Ungu
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Putih
Warna bunga : Ungu
Warna polong masak : Coklat muda
Warna kulit biji : Kuning
Warna hilum : Kuning kecoklatan
Tipe pertumbuhan : Determinate
Bentuk daun : Oval
Panjang tanaman : 64-68 cm
Percabangan : 2,9-5,6 cabang
Jumlah buku batang utama : 12,9-14,8
Umur berbunga : 35,7-39,4 hari
Umur polong masak : 82,5-92,5hari
Potensi Produksi : 2.03- 2.25 ton/ha
Bobot biji 100 biji : 14,8-15,3 g
Kandungan protein : 41,8-42,1%
Kandungan lemak : 17,2-18,6%
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan terhadap penyakit : Moderat terhadap karat daun
Sifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah
95
Lampiran 35. Foto-foto Kegiatan Penelitian Lapangan dan Rumah Kasa
Profil Lokasi survai dan pengambilan sampel tanah di lahan kering
Kabupaten Aceh Besar di Kecamtan Jantho dan Lembah Seulawah
Menuju Lokasi survai dan pengambilan sampel tanah
96
Pengumpulan sampel tanah untuk percobaan dan pengangkutan ke tempat
percobaan di Darussalam
97
Lampiran 36. Foto-foto Kegiatan Persiapan Lapangan di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian Unsyiah (Percobaan III)
Persiapan Rumah Kasa untuk Pelaksanaan Percobaan III
Persiapan Sampel Tanah untuk Percobaan Rumah Kasa (Percobaan III)
98
Penempatan pot-pot percobaan di Rumah Kasa
Kondisi tanaman Jagung Setelah 2 minggu di Rumah Kasa
99
Pertumbuhan tanaman jagung umur 3 minggu setelah tanam di Rumah Kasa
Perbedaan Pertumbuhan Tanaman antar Ordo Tanah
100
Lampiran 37. Foto-foto Kegiatan Percobaan Rumah Kasa di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian Unsyiah (Percobaan III)
Keterangan:
Perbandingan antara A1T1 (biochar dengan dosis 20 ton/ha) dengan A2T1 (kompos dengan dosis 20 ton/ha) (A1T1 = 101 cm; A2T1 = 118,1 cm).
Perbandingan antara A4T1 (Sp-36 dengan dosis 4 ton/ha) dengan A3T1 (CaCO3 dengan dosis
4 ton/ha). (A4T1 = 138,1 cm; A3T1 = 71,5 cm)
101
Perbandingan antara A2T2 (Kompos dengan dosis 20 ton/ha) dengan A7T2 (Biochar dan
kompos dengan dosis masing-masing 10 ton/ha) (A2T2 = 128,5 cm; A7T2 = 86,1 cm).
Perbandingan antara A1T2 (Biochar dengan dosis 20 ton/ha) dengan A4T2 (SP-36 dengan dosis 4 ton/ha). Untuk ketinggian tanaman A1T2 mempunyai ukuran 91 cm sedangkan untuk tanaman A4T2 mempunyai ukuran 119 cm.
102
Perbandingan antara A0T3 (Kontrol) dengan A4T3 (SP-36 dengan dosis 4 ton/ha. Tinggi tanaman A0T3 mempunyai ukuran 121,6 cm sedangkan untuk tanaman A4T3 mempunyai ukuran 141,1 cm.
Perbandingan antara A0T3 (Kontrol) dengan A7T3 (Biochar dan Kompos dengan masing-masing dosis 10 ton/ha). Untuk ketinggian tanaman A0T3 mempunyai ukuran 121,6 cm sedangkan untuk tanaman A7T3 mempunyai ukuran 125,6 cm.
Top Related