8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
1/24
Laporan kasus
TINEA CORPORIS
ET CRURIS
Oleh:
TUTI SELI SUGIARTI
10101023
Pembimbing :
Dr. Imawan Hardiman. Sp.KK
KKS BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD. BANGKINANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
2014
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
2/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah
dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul tinea corporis et cruris yang diajukan sebagai persyaratan untuk
mengikuti KKS Ilmu Kulit dan Kelamin. Terima kasih penulis ucapkan kepada
dokter pembimbing yaitu dr. Imawan Hardiman, Sp.KK yang telah bersedia
membimbing penulis, sehingga laporan kasus ini dapat selesai pada waktunya.
Penulis memohon maaf jika dalam penulisan laporan kasus ini terdapat
kesalahan, dan penulis memohon kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan
laporan kasus ini. Atas perhatian dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih.
Bangkinang,16 november 2014
Penulis
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
3/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I : PENDAHULUAN 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1Definisi 5
2.2Epidemiologi 5
2.3Etiologi 6
2.4Klasifikasi 6
2.5Patogenesis 7
2.6Manifestasi klinis 8
2.7Diagnosis banding 12
2.8Penatalaksanaan 13
2.9Prognosis 15
BAB III : LAPORAN KASUS 16
DAFTAR PUSTAKA 21
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
4/24
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
5/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi1,2
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung
zat tanduk,misalnya stratum korneum pada epidermis,rambut dan kuku
yang disebabkan jamur golongan dermatofita.
Salah satu pembagian dermatofitosis berdasarkan lokasi bagian
tubuh manusia yang diserang, salah satunya adalah Tinea Korporis yaitu
dermatofitosis yang menyerang daerah kulit tak berambut (glabrous skin)
pada wajah, badan, lengan, dan tungkai.Sedangkan dermatofitosis yang
sering ditemukan pada kulit lipat paha, genitalia, daerah pubis, perineum
dan perianal disebut tinea kruris.
2.2 Epidemiologi4,5
Tinea korporis merupakan infeksi yang umumnya sering dijumpai
didaerah tropis, Tricophyton tonsuran merupakan dermatofit yang lebih
umum menyebabkan tinea korporis, sekitar 47 %. Walaupun prevalensi
tinea korporis dapat disebabkan oleh peningkatan Tricophyton tonsuran,
Microsporum canis merupakan organisme ketiga sekitar 14 %
menyebabkan tinea korporis.
Tinea korporis mungkin ditransmisikan secara langsung dari
infeksi manusia atau hewan melalui autoinokulasi dari reservoir, sepertikolonisasi T.rubrumdi kaki. Anak-anak lebih sering kontak pada zoofilik
patogen seperti M.canispada kucing atau anjing. Pakaian ketat dan cuaca
panas dihubungkan dengan banyaknya frekuensi dan beratnya erupsi.
Maserasi dan oklusi kulit lipatan menyebabkan peningkatan suhu dan
kelembaban kulit yang memudahkan infeksi. Penularan juga dapat
terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
6/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 6
tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya
handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-lain.
Infeksi dermatofit tidak menyebabkan mortalitas yang signifikan
tetapi mereka bisa berpengaruh besar terhadap kualitas hidup. Tinea
korporis prevalensinya sama antara pria dan wanita. Tinea korporis
mengenai semua orang dari semua tingkatan usia tapi prevalensi
nya lebih tinggi pada preadolescen. Tinea korporis yang berasal dari
binatang umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak.
Sedangkan Tinea cruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling
banyak di daerah tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang
dewasa, terutama laki-laki dibandingkan perempuan. Tidak ada
kematian yang berhubungan dengan tinea cruris. Jamur ini sering
terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau
lingkungan sekitar yang kotor dan lembab.
2.3 Etiologi1,3,4
Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan
dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin.
Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi menjadi tiga
genus, yaitu Trichophyton spp, Microsporum spp, dan Epidermophyton
spp.
Walaupun semua dermatofita bisa menyebabkan tinea
korporis, penyebab yang paling umum adalah Trichophyton Rubrum
dan Trichophyton Mentagrophytes, begitupun dengan penyebab utama
dari tinea cruris yaitu Trichopyhton rubrum (90%) , Trichopyhton
tonsurans (6%), dan Trichophyton mentagrophytes (4%).
Gambar 1 : etiologi dermatomikosis
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
7/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 7
2.4 Klasifikasi1,7
Dermatofitosis dibagi oleh beberapa penulis, misalnya SIMONS dan
GOHAR (1954), menjadi dermatomikosis, trikomikosis dan onikomikosis
berdasarkan bagian tubuh manusia yang terserang. Pembagian yang lebih
praktis dan dianut oleh para spesialis kulit adalah yang berdasarkan lokasi.
Dengan demikian dikenal bentuk :
Tinea kapitis : dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.
Tinea barbe : dermatofitosis pada dagu dan jenggot
Tinea kruris : dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar
anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
Tinea pedis : dermatofitosis pada kaki.
Tinea manus : dermatofitosis pada tangan.
Tinea unguium: dermatofitosis pada kuku jari kaki dan tangan
Tinea korporis : dermatofitosis pada bagian lain yang tidak
termasuk 5 bentuk tinea diatas.
Selain 6 bentuk tinea masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus,
yang dianggap sebagai sinonim tinea korporis. yaitu :
Tinea imbrikata : dermatofitosis dengan susunan squama
yang konsentris dan disebabkan oleh trichophyton concentricum.
Tinea favosa (favus) : dermatofitosis yang disebabkan oleh
tricophyton schoenleini, secara klinis antara lain terbentuk skutula
dan berbau seperti tikus (mousy odor)
Tinea fasialis, tinea aksilaris, yang juga menunjukkan daerah
kelainan
Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif
morfologis.
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
8/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 8
Pada akhir-akhir ini dikenal nama tinea incognito, yang berarti
dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati
dengan steroid topical kuat.
2.5 Patogenesis1,5,6
Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan
dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin.
Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi menjadi tiga
genus, yaitu Trichophyton spp, Microsporum spp, dan Epidermophyton
spp.Jalan masuk yang mungkin pada infeksi dermatofita adalah
kulit yang luka, jaringan parut, dan adanya luka bakar. Infeksi ini
disebabkan oleh patogen yang menginvasi lapisan kulit yang paling
atas, yaitu pada stratum korneum, lalu menghasilkan enzim keratinase dan
menginduksi reaksi inflamasi pada tempat yang terinfeksi. Inflamasi
ini dapat menghilangkan patogen dari tempat infeksi sehingga patogen
akan mecari tempat yang baru di bagian tubuh. Perpindahan organisme
inilah yang menyebabkan gambaran klinis yang khas berupa central
healing. Infeksi dermatofita melibatkan 3 langkah utama, yaitu :
Adhesi pada keratinosit
pertama ialah perlekatan ke keratinosit, jamur superfisial harus
melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada jaringan
keratin di antaranya sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi
dengan flora normal lain, sphingosin yang diproduksi oleh
keratinosit. Dan asam lemak yang diproduksi oleh kelenjar
sebasea bersifat fungistatik.
Penetrasi
penetrasi melalui ataupun di antara sel, setelah terjadi
perlekatan spora harus berkembang dan menembus stratum
korneum pada kecepatan yang lebih cepat daripada proses
deskuamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
9/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 9
lipase dan enzim mucinolitik yang juga menyediakan nutrisi
untuk jamur. Trauma dan maserasi juga membantu penetrasi jamur
ke jaringan. Fungal mannan di dalam dinding sel dermatofita
juga bisa menurunkan kecepatan proliferasi keratinosit.
Pertahanan baru muncul ketika begitu jamur mencapai lapisan
terdalam epidermis.
Perkembangan respon host
derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan
organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau
Delayed Type Hypersensitivity (DHT) memainkan peran yang
sangat penting dalam melawan dermatifita.pada pasien yang belum
pernah terinfeksi dermatofita sebelumnya menyebabkan inflamasi
minimal dan trichopitin test hasilnya negatif. Infeksi
menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang dihasilkan oleh
peningkatan pergantian keratinosit. Dihipotesakan bahwa antigen
dermatofita diproses oleh sel langerhans epidermis dan
dipresentasikan oleh limfosit T di nodus limfe. Limfosit T
melakukan proliferasi dan bermigrasi ke tempat yang terinfeksi
untuk menyerang jamur. Pada saat ini, lesi tiba-tiba menjadi
inflamasi dan barier epidermal menjadi permaebel terhadap
transferin dan sel-sel yang bermigrasi. Segera jamur hilang dan lesi
secara spontan menjadi sembuh.Selain reaksi hipersensitivitas
tipe lambat, infeksi jamur juga dapat menginduksi reaksi
hipersensitivitas tipe cepat (tipe 1). Mekanisme imun yang terlibat
di dalam patogenesis infeksi jamur masih perlu diteliti lebih
jauh lagi. Penelitian yang baru menunjukkan bahwa munculnya
respon imun berupa reaksi hipersensitivitas tipe cepat (tipe I)
atau tipe lambat (tipe IV) terjadi pada individu yang berbeda.
Antigen dari dermatofita menstimulasi produksi IgE, yang
berperan dalam reaksi hipersensitivitas tipe cepat, terutama pada
penderita dermatofitosis kronik. Dalam prosesnya, antigen
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
10/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 10
dermatofita melekat pada antibodi IgE pada permukaan sel
mast kemudian menyebabkan cross-linking dari IgE. Hal ini
dapat menyebabkan terpicunya degranulasi sel mast dan
melepaskan histamin serta mediator proinflamasi lainnya.
2.6 Gejala Klinis2,4,5
Tinea korporis
Tinea korporis bisa mengenai bagian tubuh manapun
meskipun lebih sering terjadi pada bagian yang terpapar. Pada
penyebab antropofilik biasanya terdapat di daerah yang tertutup
atau oklusif atau daerah trauma.
Keluhan berupa rasa gatal. Pada kasus yang tipikal
didapatkan lesi bulat yang berbatas tegas, pada tepi lesi tampak
tanda radang lebih aktif dan bagian tengah cenderung menyembuh.
Lesi yang berdekatan dapat membentuk pola gyrate atau polisiklik.
Derajat inflamasi bervariasi, dengan morfologi dari eritema
sampai pustula, bergantung pada spesies penyebab dan status imun
pasien. Pada penyebab zoofilik umumnya didapatkan tanda
inflamasi akut. Pada keadaan imunosupresif, lesi sering menjadi
lebih luas.
Tinea korporis dapat bermanifestasi sebagai gambaran
tipikal, dimulai sebagai lesi eritematosa, plak yang bersisik yang
memburuk dan membesar, selanjutnya bagian tengah dari lesi akan
menjadi bentuk yang anular dan mengalami resolusi. Bentuk lesi
menjadi anular berupa skuama, krusta, vesikel, dan papul sering
berkembang, khususnya pada bagian tepinya. Kadang-kadang
terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi pada umumnya
merupakan bercak terpisah satu dengan yang lainnya.
Tinea korporis lebih sering ditemukan sebagai
asimptomatik atau gatal ringan. Secara obyektif tipikal lesinya
mulai sebagai makula eritematosa atau papul yang menjalar dan
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
11/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 11
berkembang menjadi anular, dan lesi berbatas tegas, skuama atau
vesikel, tepi yang berkembang dan healing center. Tinea korporis
lebih sering pada permukaan tubuh yang terbuka antara lain wajah,
lengan dan bahu.
Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang akut
biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap
bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha.
Dalam hal ini disebut tinea korporis dan kruris.Bentuk khas tinea
korporis yang disebabkan oleh Trichophyton concentricum
disebut tinea imbrikata. Tinea imbrikata mulai dengan bentuk
papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar. Stratum
korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar.
Proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah,
sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang konsentris.
Tinea kruris
Gambaran klinik lesi simetris dilipat paha kanan dan kiri
mula-mula lesi berupa bercak eritematosa, gatal lama
kelamaan meluas sehingga dapat meliputi scrotum, pubis
ditutupi skuama, kadang-kadang disertai banyak vesikel kecil-
kecil. Diagnosis berdasar gambaran klinis yang khas dan
ditemukan elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit
dengan mikroskopis langsung memakai larutan KOH 10-20%.
2.7
Pemeriksaan Penunjang 1,5
Gejala klinis dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan
diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan.
Pemeriksaan lain seperti pemeriksaan histopatologik dan imunologik
tidak diperlukan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur
diperlukan bahan klinis yang berupa kerokan kulit.
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
12/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 12
Bahan untuk pemeriksaan mikologik diambil dan dikumpulkan
kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH lalu diperiksa langsung
dengan mikroskop. Pemeriksaan kerokan kulit dengan ditambahkan KOH
akan dijumpai adanya hifa. Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan
untuk menyokong pemeriksaan langsung dengan sediaan basah dan
untuk menentukan spesies jamur.
Pembiakan dilakukan pada medium agar Sabouraud karena
dianggap merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan
jamur.Pemeriksaan lainnya dengan lampu wood (sinar ultraviolet), pada
tinea kapitis akan memunculkan fluoresensi berwarna kehijauan.
2.8 Diagnosis Banding1,7
DERMATITIS SEBOROIK
Dermatitis kronik yang terjadi pada daerah yang mempunyai
banyak kelenjar sebasea.Seperti pada muka,kepala,dada.
Efloresensi : Patch / plak eritematosa dengan skuama berwarna
kekuningan berminyak dengan batas tidak tegas.
PSORIASIS
Merupakan penyakit kulit yang bersifat kronik,residif,dan tidak
infeksius. Efloresensi : plak eritematosa berbatas tegas ditutupi
skuama tebal,berlapis-lapis dan berwarna putih mengkilat.Terdapat
tiga fenomena,yaitu bila di gores dengan benda tumpul
menunjukkan tanda tetesan lilin. Kemudian bila skuama dikelupas
satu demi satu sampai dasarnya akan tampak bintik-bintik
perdarahan,dikenal dengan nama Auspitz sign.Adanya fenomena
Gambar 2 : pemeriksaan sinar wood
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
13/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 13
Koebner / reaksi isomorfik yaitu timbul lesi-lesi yang sama dengan
kelainan psoriasis akibat bekas trauma / garukan.
PITIRIASIS ROSEA
Merupakan keradangan kulit akut berupa lesi papuloskuamosa
pada badan,lengan atas bagian proksimal dan paha atas.
Efloresensi:papul / plak eritematosa berbentuk oval dengan skuama
collarette(skuama halus di pinggir).Lesi pertama (Mother
patch/Herald patch) berupa bercak yang besar,soliter,oval dan
anular berdiameter dua sampai enam cm.Lesi tersusun sesuai
lipatan kulit sehingga memberikan gambaran menyerupai pohon
cemara (Christmas tree).
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
14/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 14
DIAGNOSIS
BANDING
Tinea korporis
et kruris
Dermatitis
seboroik
Psoriasis Pitiriasis rosea
Definisi Dermatofitosispada glabrous
skin dan sela
paha.
Kelainan kulityang didasari
oleh faktor
konstitusi.
Penyakitautoimun
bersifat
kronik residif.
Penyakit kulityang belum
diketahui
penyebabnya.
Etiologi Jamur
trichophyton
rubrum
Belum
diketahui
(diduga
karena
pityrosporum
ovale)
Faktor
genetik,
imunologik,
dan faktor
pencetus
seperti stress
psikis, infeksi
fokal, trauma,endokrin,
metabolik,
obat, alkohol
dan merokok
Belum
diketahui
(hipotesis :
virus) karna
penyakit self
limiting
disease.
predileksi kulit tak
berambut
(glabrous skin)
pada wajah,
badan, lengan,
dan tungkai.Serta kulit lipat
paha, genitalia,
daerah pubis.
Diberbagai
tempat
seboroik.
Scalp,
perbatasan
daerah
tersebut
dengan muka,
siku, lutut,dan daerah
lumbosakral.
Badan, lengan
atas bagian
proksimal dan
paha atas,
seperti
pakaianrenang wanita
zaman dahulu.
Efloresensi Lesi bulat
sirkumskrip,
makula eritem,
skuama bahkan
sampai erosi,
vesikel/papul
di tepi dengan
daerah tengahnya lebih
tenang.
Macula
eritema dan
skuama
berminyak
dan agak
kekuningan.
Batas agak
kuang tegas.
Plak eritema,
sirkumskrip
dan merata.
Skuama
berlapis-lapis,
kasar,dan
berwarna
putih sepertimika, serta
transparan.
Dimulai
dengan lesi
pertama
(herald patch)
berbentuk
pohon cemara
terbalik,
berbentuksoliter, oval
dan anular,
serta skuama
halus,
Khas Pemeriksaan
kerokan kulit
dengan KOH
20%
ditemukan
hifa.
Pemeriksaan
sediaan
langsung kulit
kepala
ditemukan
p.ovale.
Fenomena
tetes lilin,
Auspitz dan
koebner (+)
Pemerksaan
keroan kulit
dengan KOH
(-)
Gambar 3 : diagnosis banding
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
15/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 15
2.9
Penatalaksanaan 1,5,6
A.Terapi topikal
Terapi direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit biasanya
hidup pada jaringan. Berbagai macam preparat imidazol dan alilamin
tersedia dalam berbagai formulasi. Dan semuanya memberikan
keberhasilan terapi (70-100%). Terapi topikal digunakan 1-2 kali sehari
selama 2 minggu tergantung agen yang digunakan. Topikal azol dan
allilamin menunjukkan angka perbaikan perbaikan klinik yang tinggi.Berikut obat yang sering digunakan :
Topical azol terdiri atas :
a. Econazol 1 %
b. Ketoconazol 2 %
c. Clotrinazol 1%
d. Miconazol 2% dll.
Derivat imidazol bekerja dengan cara menghambat enzim 14-alfa-dimetilase pada pembentukan ergosterol membran sel jamur.
Allilamin bekerja menghambat allosterik dan enzim jamur
skualen 2,3 epoksidase sehingga skualen menumpuk pada proses
pembentukan ergosterol membran sel jamur. yaitu aftifine 1 %,
butenafin 1% Terbinafin 1% (fungisidal bersifat anti inflamasi )
yang mampu bertahan hingga 7 hari sesudah pemakaian selama 7
hari berturut-turut.
Sikloklopirosolamin 2% (cat kuku, krim dan losio) bekerja
menghambat masuknya bahan esensial selular dan pada
konsentrasi tinggi merubah permeabilitas sel jamur merupakan
agen topikal yang bersifat fungisidal dan fungistatik, antiinflamasi
dan anti bakteri serta berspektrum luas.
Kortikosteroid topikal yang rendah sampai medium bisa
ditambahkan pada regimen anti jamur topikal untuk menurunkan
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
16/24
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
17/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 17
2.10 Prognosis
Untuk dermatofitosis yang bersifat lokal, prognosisnya akan baik
dengan tingkat kesembuhan 70-100% setelah pengobatan dengan azol
topikal atau allilamin atau dengan menggunakan anti jamur sistemik.
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
18/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 18
BAB III
ILUSTRASI KASUS
3.1Identitas Pasien
Nama : Fernando Pendidikan : SMA
Umur : 15 tahun Agama : Islam
Jenis kelamin : laki-laki Suku : Domu
Pekerjaan : pelajar No.MR : --
Alamat : muara jale Tanggal : 06-12-2014
Status perkawinan: -
3.2Anamnesis
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan terdapat
kemerahan dan keropeng disertai rasa gatal di kaki, paha, selangkangan
kiri, perut bagian bawah, leher dan pipi kiri sejak 2 minggu yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan terdapat
kemerahan dan keropeng disertai rasa gatal di kaki, paha, selangkangan
kiri, perut bagian bawah, leher dan pipi kiri sejak 2 minggu yang lalu.
Awalnya timbul kemerahan pada kulit yang terasa gatal kemudian setelah
digaruk timbul gelembung sebesar jarum pentul yang semakin lama
semakin menyebar setelah pecah membentuk keropeng dan keropeng itu
dikelupasi oleh pasien hingga membentuk sisik. Gatal dirasa sama pada
riang dan malam hari, hanya saja jika berkeringat lebih gatal.Pasien adalah pelajar yang tinggal di pesantren yang 1 kamar nya
berisi 18 orang dengan tempat tidur yang terpisah. 1 kamar terdapat 3
kamar mandi dan pasien mengaku menggunakan anduk dan baju yang
terpisah dengan teman-temannya.
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
19/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 19
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengeluh seperti ini sebelumnya, tetapi 3
tahun lalu pasien pernah mengeluh gatal-gatal ditangan nya yang
kemudian sembuh setelah berobat kedokter dengan diberi obat oles.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Teman 1 kamar pasien memiliki keluhan gatal-gatal disela jari
tetapi berbeda dengan keluhan pasien.
5. Riwayat Pengobatan
Pasien pernah sekali menggosok gatal nya dengan daun
gelanggang gaja.
6. Riwayat kebiasaan
Mandi 2x sehari menggunakan air sumur
3.3Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalisata
a.
Keadaan umum : Tidak tampak sakit
b.
Kesadaran : Composmentis kooperatif
2 Tanda vital
a.
Tekanan darah : Tidak diperiksa
b. Nadi : Tidak diperiksa
c. Nafas : Tidak diperiksa
d.
Suhu : Tidak diperiksa
e. Keadaan gizi : Baik
f.
Pemeriksaan thorax : Tidak diperiksa
g.
Pemeriksaan abdomen : Tidak diperiksa
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
20/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 20
3 Status Dermatologis
a. Lokasi : Regio dorsum pedis sinistra, region paha sinistra,
regio inguinal, leher dan pipi sinistra.
b.
Distribusi : Regional
c. Bentuk : Bulat hingga tidak teratur dengan permukaan yang
tidak rata dan kasar.
d. Susunan : Berkelompok
e. Batas : Sirkumskrip
f. Ukuran : Miliar, lentikular, numular sampai plakat
g.
Efloresensi : Primer (makula eritem dengan vesikel miliar)
Sekunder (Plak hiperpigmentasi, krusta, skuama,
dan erosi)
Gambar 4 : kondisi pasien saat datang ke poli
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
21/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 21
4 Kelainan mukosa : Tidak ditemukan kelainan
5 Kelainan Mata : Tidak ditemukan kelainan
6 Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan
7 Kelainan Rambut : Tidak ditemukan kelainan
8 Kelainan KGB : Tidak ditemukan pembesaran KGB
3.4Pemeriksaan Penunjang
Kerokan kulit dengan KOH 20%
3.5Resume
Tn. F umur 15 tahun datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan
terdapat kemerahan dan keropeng disertai rasa gatal di kaki, paha,
selangkangan kiri, perut bagian bawah, leher dan pipi kiri sejak 2 minggu
yang lalu. Awalnya timbul kemerahan pada kulit yang terasa gatal
kemudian setelah digaruk timbul gelembung sebesar jarum pentul yang
semakin lama semakin menyebar setelah pecah membentuk keropeng dan
keropeng itu dikelupasi oleh pasien hingga membentuk sisik. Gatal dirasa
sama pada riang dan malam hari, hanya saja jika berkeringat lebih
gatal.Pasien adalah pelajar yang tinggal di pesantren yang 1 kamar nya
berisi 18 orang dengan tempat tidur yang terpisah. 1 kamar terdapat 3
kamar mandi dan pasien mengaku menggunakan anduk dan baju yang
terpisah dengan teman-temannya.
Pasien tidak pernah mengeluh seperti ini sebelumnya, tetapi 3
tahun lalu pasien pernah mengeluh gatal-gatal ditangan nya yang
kemudian sembuh setelah berobat kedokter dengan diberi obat oles.
Teman 1 kamar pasien memiliki keluhan gatal-gatal disela jari tetapi
berbeda dengan keluhan pasien. Pasien pernah sekali menggosok gatal nya
dengan daun gelanggang gaja. Mandi 2x sehari menggunakan air sumur.
Lokasi lesi pada Regio dorsum pedis sinistra, region paha sinistra,
regio inguinal, leher dan pipi sinistra dengan Distribusi Regional, Bentuk
Bulat hingga tidak teratur dengan permukaan yang tidak rata dan kasar,
Susunan Berkelompok, Batas Sirkumskrip, Ukuran Miliar, lentikular,
numular sampai plakat dengan Efloresensi Primer (makula eritem dengan
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
22/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 22
vesikel miliar) dan efloresensi Sekunder (Plak hiperpigmentasi, krusta,
skuama, dan erosi)
3.6Diagnosis Kerja
Tinea corporis et cruris
3.7Diagnosis Banding
DIAGNOSIS
BANDING
Tinea korporis
et kruris
Dermatitis
seboroik
Psoriasis Pitiriasis rosea
Definisi Dermatofitosis
pada glabrous
skin dan sela
paha.
Kelainan kulit
yang didasari
oleh faktor
konstitusi.
Penyakit
autoimun
bersifat
kronik
residif.
Penyakit kulit
yang belum
diketahui
penyebabnya.
Etiologi Jamur
trichophyton
rubrum
Belum
diketahui
(diduga
karena
pityrosporum
ovale)
Faktor
genetik,
imunologik,
dan faktor
pencetus
seperti stresspsikis, infeksi
fokal, rauma,
endokrin,
metabolik,
obat, alkohol
dan merokok
Belum
diketahui
(hipotesis :
virus) karna
penyakit self
limitingdisease.
predileksi kulit tak
berambut
(glabrous skin)
pada wajah,
badan, lengan,dan tungkai.
Serta kulit lipat
paha, genitalia,
daerah pubis.
Diberbagai
tempat
seboroik.
Scalp,
perbatasan
daerah
tersebut
denganmuka, siku,
lutut, dan
daerah
lumbosakral.
Badan, lengan
atas bagian
proksimal dan
paha atas,
seperti pakaianrenang wanita
zaman dahulu.
Efloresensi Lesi bulat
sirkumskrip,
makula eritem,
skuama
bahkan sampai
erosi,
vesikel/papul
Macula
eritema dan
skuama
berminyak
dan agak
kekuningan.
Batas agak
Plak eritema,
sirkumskrip
dan merata.
Skuama
berlapis-
lapis,
kasar,dan
Dimulai
dengan lesi
pertama
(herald patch)
berbentuk
pohon cemara
terbalik,bentuk
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
23/24
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 23
di tepi dengan
daerah tengah
nya lebihtenang.
kuang tegas. berwarna
putih seperti
mika, sertatransparan.
soliter, oval
dan anular,
serta skuamahalus,
Khas Pemeriksaan
kerokan kulit
dengan KOH
20%
ditemukan
hifa.
Pemeriksaan
sediaan
langsung kulit
kepala
ditemukan
p.ovale.
Fenomena
tetes lilin,
Auspitz dan
koebner (+)
Pemerksaan
keroan kulit
dengan KOH (-
)
3.8
Penatalaksanaan1. Umum
a.
Menjaga kebersihan dengan mandi 2x sehari dengan sabun
b. Jangan menggaruk lesi
c. Menggunakan pakaian yang menyerap keringat
d.
Tidak menggunakan peralatan pribadi seperti handuk, spay dan
baju secara bersamaan
2. Khusus
a.
Sistemik : Ketokonazol 200 mg/hari selama 3 minggu
b.Topical : asam salisilat 5%
3.9Prognosis
1. Quo ad sanam : Bonam
2. Quo ad vitam : Bonam
3.
Quo ad functionam : Bonam
4. Quo ad kosmetikum : Bonam
8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)
24/24
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Nugroho SA. Pemeriksaan penunjang diagnosis dermatomikosis superfisialis.
In : Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty
S, editors. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2011.
2. Siregar, RS. Atlas Bewarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta:
EGC; 2013
3.
Amiruddin MD. Ilmu penyakit kulit. Makassar: Percetakan LKiS, 2013
4.
Rushing ME. Tinea corporis. Online journal. 2011 June 29; availablefrom; http://www.emedicine.com/asp/tinea corporis/article/page
type=Article.htm
5. Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosi dan Terapi Penyakit Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. 2010
6. Budimulja, U.: Infeksi Jamur. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta. 2009
7. Gupta, Aditya K.; Chaudhry, Maria; Elewski, Boni (July 2008). Tinea
coeporis, tinea cruris, tinea nigra, and piedra. Dermatologic Clinics
(Philadelphia;Elsevier Health Sciences Division) 21 (3); 395-400.
Top Related