1
Kwik Kian Gie: Subsidi BBM itu Bohong! http://infoindonesia.wordpress.com/2012/03/29/kwik-kian-gie-subsidi-bbm-itu-bohong/
Posted on Maret 29, 2012 2 Komentar
Di bawah adalah tulisan Kwik Kian Gie yang menyatakan
Subsidi BBM adalah bohong. Jika kita teliti, itu memang
benar.
Sesungguhnya biaya produksi minyak dari menggali
minyak, kilang, hingga distribusi ke Pom Bensin menurut
KKG adalah US$ 10/brl. Ada baiknya kita naikan saja
jadi US$ 15/brl untuk memberi keuntungan bagi
pendukung Neoliberalisme yang mengatakan Subsidi
BBM itu ada. Itu sudah termasuk keuntungan yang
cukup besar bagi para operator dan distributor.
Buat yang ragu angkanya bisa lihat data komponen biaya
dari website pemerintah AS:
http://www.eia.gov/petroleum/gasdiesel
Di situ dijelaskan biaya minyak mentah 72% dari harga jual, pengilangan 12%, Distribusi
dan Pemasaran 5%, Pajak 11%.
Taruhlah rate 1 US$ = Rp 10.000 dan 1 barrel = 159 liter.
Jika harga minyak Rp 4.500/liter, artinya Rp 715.500/brl atau US$ 71/brl.
Jadi dengan biaya produksi hanya US$ 15/brl dan harga jual US$ 71/brl, sebetulnya
pemerintah untung US$ 56/brl. Bayangkan jika produksi BBM kita 1 tahun 350 juta
barel. Pemerintah untung US$ 19,6 milyar atau Rp 196 trilyun/tahun.
Itu kalau pakai harga “Subsidi” Rp 4.500/liter. Kalau pakai harga Pertamax yang Rp
9000/liter, pemerintah untung Rp 392 trilyun/tahun.
Tapi bagaimana dengan harga minyak dunia yang misalnya US$ 120/brl? Bukankah kita
rugi US$ 79/brl?
Benar kalau kita adalah negara bukan penghasil minyak seperti Singapura atau Jepang
yang harus beli minyak dari negara lain.
Tapi Indonesia memproduksi sendiri minyaknya sebesar 907 ribu barel/hari. Bahkan
mungkin lebih jika tidak dikadali perusahaan minyak asing yang mengelola 90% minyak
kita. Sementara kebutuhan BBM “Subsidi” itu hanya 723 ribu bph (42 juta kilo
liter/tahun). Jadi masih untunglah pemerintah. Mau harga minyak dunia naik sampai
US$ 200/brl pun sebetulnya biaya produksi minyak di Indonesia tidak akan berubah.
Paling banter cuma US$ 15/brl.
2
Cuma ya itu beda pemikiran ekonom kerakyatan atau Islam dibanding ekonom
Neoliberal yang berpihak pada perusahaan-perusahaan minyak asing. Meski untung,
mereka tetap bilang rugi.
Padahal minyak itu adalah milik bersama rakyat Indonesia. Bukan milik perusahaan
minyak atau pemerintah Indonesia. Jadi tak pantas dijual dengan harga “Internasional”.
Simulasi Harga Minyak dalam bentuk XLS bisa didownload di sini:
http://www.mediafire.com/?jez4ynm4vzt
Kita akan tahu bahwa meski harga minyak dunia US$ 200/brl, Indonesia tetap untung
dgn harga Rp 4500/ltr atau US$ 71 brl mengingat biaya produksi hanya US$ 15/brl.
Lihat perbandingan beda pandangan antara pemahaman untung/rugi penjualan minyak
antara pemikiran Ekonom Islam/Rakyat dengan Ekonom Neoliberal yang dipengaruhi
Yahudi.
Di zaman Nabi ada Yahudi yang menjual air dengan harga tinggi kepada rakyat. Harap
diketahui, hingga sekarang harga air di Arab Saudi lebih mahal daripada harga minyak
karena air di sana sangat langka. Namun setelah dibeli ummat Islam sumur airnya, Nabi
membagikannya gratis kepada rakyat. Ini karena rakyat harus bisa mendapatkan
kebutuhan hidupnya dengan mudah.
Perbandingan di bawah dengan asumsi:
1 barel = 159 liter
1 US$ = Rp 10.000
Produksi minyak Indonesia = 907 ribu bph
Kebutuhan BBM “Subsidi” dgn harga Rp 4500/ltr (US$ 71/brl) = 740 ribu bph
Total biaya produksi minyak Indonesia = US$ 15/brl
HARGA MINYAK DUNIA (US$/BRL)
Persepsi Untung/Rugi 60 120 200 400
Ekonom Islam/Rakyat 56 56 56 56
Ekonom Neoliberal 11 -49 -129 -329
Orang awam memandang saat biaya produksi minyak US$ 15/brl dan dijual seharga Rp
4500/ltr (US$ 71/brl) sebagai untung sebesar US$ 56/brl.
Namun kaum Neolib memandangnya rugi sebesar US$ 49/brl saat harga minyak Dunia
naik jadi US$ 120/brl. Saat minyak dunia naik jadi US$ 400/brl juga dianggap rugi
sebesar US$ 329/brl padahal sebenarnya tetap untung.
3
Anggito Abimanyu, salah satu fundamentalis neo-liberal Indonesia yang selalu
bersikeras menaikkan harga BBM dengan alasan “mengurangi beban subsidi BBM“,
mengakui bahwa selama ini tidak pernah ada subsidi dalam BBM. “Masih ada surplus
penerimaan BBM dibanding biaya yang dikeluarkan,” katanya dalam acara talkshow
di TVOne hari Senin (13/03/2012), terkait rencana kenaikan harga BBM akibat
kenaikan harga BBM dunia. Anggito menjadi salah satu narasumber bersama Kwik Kian
Gie dan Wamen ESDM. Mungkin Anggito tidak akan pernah memberikan pengakuan
seperti itu kalau saja tidak karena ada Kwik Kian Gie yang telah lama menyampaikan
pendapatnya bahwa isu “subsidi” adalah pembohongan publik, dan pendapat itu diulangi
lagi dalam acaratalkshow tersebut di atas. http://muslimdaily.net/opini/opini-
17/anggito-abimanyu-selama-ini-tidak-pernah-ada-subsidi-bbm.html
Jika pun “benar” Pemerintah rugi, bisa jadi Pertamina dipaksa membeli minyak
Indonesia yang 90% dikelola oleh perusahaan2 minyak AS seperti Chevron dan Exxon
dengan harga New York. Jika begitu, solusinya adalah di Nasionalisasi. Cina dan
Norwegia mengelola minyak mereka dengan BUMN mereka. Arab Saudi, Iran, dan
Venezuela juga sudah menasionalisasi perusahaan minyak asing yang dulu memonopoli
minyak mereka. Sekarang mereka makmur karena penerimaannya bertambah karena
tidak dibohongi oleh perusahaan2 minyak asing.
http://infoindonesia.wordpress.com/2009/06/30/selama-kekayaan-alam-dirampok-
asing-indonesia-akan-terus-miskin/
Selama 90% kekayaan alam kita dikuasai asing, selama itu pula Indonesia melarat.
Harga minyak naik, bukannya untung malah rugi karena ceritanya “Subsidi” bertambah
berat. Harga minyak turun juga “Mengeluh” karena penerimaan berkurang. Tidak pernah
bersyukur makanya kena siksa Allah terus. “Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [Ibrahim 7]
Satu wujud syukur kita dengan kekayaan alam kita adalah dengan mengelolanya sendiri
sehingga bisa menikmati seluruh hasilnya. Bukan justru mengabaikannya dan
menyerahkannya ke pihak asing sehingga akhirnya asinglah yang menikmati hasilnya
sementara rakyat Indonesia jadi miskin dan melarat.
Angka yang diajukan KKG sebetulnya sangat masuk akal. Apalagi menurut Lembaga
Statistika Energi AS (Energy Information Administration), 42 galon minyak mentah
setelah dikilang akan menghasilkan 45 galon (6% lebih banyak) seperti Bensin, Diesel,
dan Avtuur yang harganya sangat mahal. Jadi kalau pemerintah bilang rugi…rugi…rugi..
itu cuma bohong belaka.
http://energy.gov/articles/hows-and-whys-replacing-whole-barrel
4
Referensi:
Pertamina: konsumsi BBM “Subsidi” tahun 2011 sebesar 41,69 kilo liter
http://finance.detik.com/read/2012/01/04/181554/1806847/1034/kuota-bbm-
subsidi-di-2011-jebol-13-juta-kiloliter
BP Migas: Produksi minyak Indonesia 920 ribu bph:
http://finance.detik.com/read/2011/08/02/180541/1695071/1034/akhirnya-
produksi-minyak-indonesia-mulai-merangkak-naik
http://energy.gov/articles/hows-and-whys-replacing-whole-barrel
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6494160
BBM DISUBSIDI ADALAH OMONG KOSONG Percakapan antara Djadjang dan Mamad
Oleh Kwik Kian Gie
Pemerintah berencana tidak membolehkan kendaraan berpelat hitam membeli bensin
premium, karena harga Rp. 4.500 per liter jauh di bawah harga pokok pengadaannya.
Maka pemerintah rugi besar yang memberatkan APBN.
Apakah benar begitu ? Kita ikuti percakapan antara Djadjang dan Mamad. Djadjang
(Dj) seorang anak jalanan yang logikanya kuat dan banyak baca. Mamad (M) seorang
Doktor yang pandai menghafal.
Dj : Mad, apa benar sih pemerintah mengeluarkan uang tunai yang lebih besar dari
harga jualnya untuk setiap liter bensin premium ?
M : Benar, Presiden SBY pernah mengatakan bahwa semakin tinggi harga minyak
mentah di pasar internasional, semakin besar uang tunai yang harus dikeluarkan
oleh pemerintah untuk mengadakan bensin. Indopos tanggal 3 Juli 2008 mengutip
SBY yang berbunyi : “Jika harga minyak USD 150 per barrel, subsidi BBM dan
listrik yang harus ditanggung APBN Rp. 320 trilyun. Kalau USD 160, gila lagi. Kita
akan keluarkan (subsidi) Rp. 254 trilyun hanya untuk BBM.”
5
Dj : Jadi apa benar bahwa untuk mengadakan 1 liter bensin premium pemerintah
mengeluarkan uang lebih dari Rp. 4.500 ? Kamu kan doktor Mad, tolong jelaskan
perhitungannya bagaimana ?
M : Gampang sekali, dengarkan baik-baik. Untuk mempermudah perhitungan buat kamu
yang bukan orang sekolahan, kita anggap saja 1 USD = Rp. 10.000 dan harga
minyak mentah USD 80 per barrel. Biaya untuk mengangkat minyak dari perut
bumi (lifting) + biaya pengilangan (refining) + biaya transportasi rata-rata ke
semua pompa bensin = USD 10 per barrel. 1 barrel = 159 liter. Jadi agar minyak
mentah dari perut bumi bisa dijual sebagai bensin premium per liternya
dikeluarkan uang sebesar (USD 10 : 159) x Rp. 10.000 = Rp. 628,93 – kita
bulatkan menjadi Rp. 630 per liter. Harga minyak mentah USD 80 per barrel.
Kalau dijadikan satu liter dalam rupiah, hitungannya adalah : (80 x 10.000) : 159 =
Rp. 5.031,45. Kita bulatkan menjadi Rp. 5.000. Maka jumlah seluruhnya kan Rp.
5.000 ditambah Rp. 630 = Rp. 5.630 ? Dijual Rp. 4.500. Jadi rugi sebesar Rp.
1.130 per liter (Rp. 5.630 – Rp. 4.500). Kerugian ini yang harus ditutup oleh
pemerintah dengan uang tunai, dan dinamakan subsidi.
Dj : Hitung-hitunganmu aku ngerti, karena pernah diajari ketika di SD dan diulang-
ulang terus di SMP dan SMA. Tapi yang aku tak paham mengapa kau menghargai
minyak mentah yang milik kita sendiri dengan harga minyak yang ditentukan oleh
orang lain ?
M : Lalu, harus dihargai dengan harga berapa ?
Dj : Sekarang ini, minyak mentahnya kan sudah dihargai dengan harga jual dikurangi
dengan harga pokok tunai ? Hitungannya Rp. 4.500 – Rp. 630 = Rp. 3.870 per liter ?
Kenapa pemerintah dan kamu tidak terima ? Kenapa harga minyak mentahnya
mesti dihargai dengan harga yang Rp. 5.000 ?
M : Kan tadi sudah dijelaskan bahwa harga minyak mentah di pasar dunia USD 80 per
barrel. Kalau dijadikan rupiah dengan kurs 1 USD = Rp. 10.000 jatuhnya kan Rp.
5.000 (setelah dibulatkan ke bawah).
Dj : Kenapa kok harga minyak mentahnya mesti dihargai dengan harga di pasar dunia ?
M : Karena undang-undangnya mengatakan demikian. Baca UU no. 22 tahun 2001 pasal
28 ayat 2. Bunyinya : “Harga Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi diserahkan pada
mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar.” Nah, persaingan usaha dalam
6
bentuk permintaan dan penawaran yang dicatat dan dipadukan dengan rapi di mana
lagi kalau tidak di New York Mercantile Exchange atau disingkat NYMEX ? Jadi
harga yang ditentukan di sanalah yang harus dipakai untuk harga minyak mentah
dalam menghitung harga pokok.
Dj : Paham Mad. Tapi itu akal-akalannya korporat asing yang ikut membuat Undang-
Undang no. 22 tahun 2001 tersebut. Mengapa bangsa Idonesia yang mempunyai
minyak di bawah perut buminya diharuskan membayar harga yang ditentukan oleh
NYMEX ? Itulah sebabnya Mahkamah Konstitusi menyatakannya bertentangan
dengan konstitusi kita. Putusannya bernomor 002/PUU-I/2003 yang berbunyi :
“Pasal 28 ayat (2) yang berbunyi : “Harga Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi
diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar dari Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.”
M : Kan sudah disikapi dengan sebuah Peraturan Pemerintah (PP) ?
Dj : Memang, tapi PP-nya yang nomor 36 tahun 2004, pasal 27 ayat (1) masih berbunyi :
“Harga Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi, keuali Gas Bumi untuk rumah tangga
dan pelanggan kecil, DISERAHKAN PADA MEKANISME PERSAINGAN USAHA
YANG WAJAR, SEHAT DAN TRANSPARAN”. Maka sampai sekarang istilah
“subsidi” masih dipakai terus, karena yang diacu adalah harga yang ditentukan
oleh NYMEX.
M : Jadi kalau begitu kebijakan yang dinamakan “menghapus subsidi” itu bertentangan
dengan UUD kita ?
Dj : Betul. Apalagi masih saja dikatakan bahwa subsidi sama dengan uang tunai yang
dikeluarkan. Ini bukan hanya melanggar konstitusi, tetapi menyesatkan. Uang
tunai yang dikeluarkan untuk minyak mentah tidak ada, karena milik bangsa
Indonesia yang terdapat di bawah perut bumi wilayah Republik Indonesia.
Menurut saya jiwa UU no. 22/2001 memaksa bangsa Indonesia terbiasa
membayar bensin dengan harga internasional. Kalau sudah begitu, perusahaan
asing bisa buka pompa bensin dan dapat untung dari konsumen bensin Indonesia.
Maka kita sudah mulai melihat Shell, Petronas, Chevron.
M : Kembali pada harga, kalau tidak ditentukan oleh NYMEX apakah mesti gratis,
sehingga yang harus diganti oleh konsumen hanya biaya-biaya tunainya saja yang
Rp. 630 per liternya ?
7
Dj : Tidak. Tidak pernah pemerintah memberlakukan itu dan penyusun pasal 33 UUD
kita juga tidak pernah berpikir begitu. Sebelum terbitnya UU nomor 22 tahun
2001 tentang Migas, pemerintah menentukan harga atas dasar kepatutan, daya
beli masyarakat dan nilai strategisnya. Sikap dan kebijakan seperti ini yang
dianggap sebagai perwujudan dari pasal 33 UUD 1945 yang antara lain
berbunyi : ”Barang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat” Dengan harga Rp. 2.700 untuk premium, harga minyak
mentahnya kan tidak dihargai nol, tetapi Rp. 2.070 per liter (Rp. 2.700 – Rp. 630).
Tapi pemerintah tidak terima. Harus disamakan dengan harga NYMEX yang ketika
itu USD 60, atau sama dengan Rp. 600.000 per barrel-nya atau Rp. 3.774 (Rp.
600.000 : 159) per liternya. Maka ditambah dengan biaya-biaya tunai sebesar Rp.
630 menjadi Rp. 4.404 yang lantas dibulatkan menjadi Rp. 4.500. Karena sekarang
harga sudah naik lagi menjadi USD 80 per barrel pemerintah tidak terima lagi,
karena maunya yang menentukan harga adalah NYMEX, bukan bangsa sendiri.
Dalam benaknya, pemerintah maunya dinaikkan sampai ekivalen dengan harga
minyak mentah USD 80 per barrel, sehingga harga bensin premium menjadi
sekitar Rp. 5.660, yaitu: Harga minyak mentah : USD 80 x 10.000 = Rp. 800.000
per barrel. Per liternya Rp. 800.000 : 159 = Rp. 5.031, ditambah dengan biaya-
biaya tunai sebesar Rp. 630 = Rp. 5.660 Karena tidak berani, konsumen dipaksa
membeli Pertamax yang komponen harga minyak mentahnya sudah sama dengan
NYMEX.
M : Kalau begitu pemerintah kan kelebihan uang tunai banyak sekali, dikurangi dengan
yang harus dipakai untuk mengimpor, karena konsumsi sudah lebih besar
dibandingkan dengan produksi.
Dj : Memang, tapi rasanya toh masih kelebihan uang tunai yang tidak jelas ke mana
perginya. Kaulah Mad yang harus meneliti supaya diangkat menjadi Profesor.
1. DICKY CHANDRA berkata:
Maret 31, 2012 pada 7:55 pm
Yap… Setuju pak Kwik…. !!!
Perhitungan pak kwik tersebut betul, itu bila Rakyat Indonesia yg mempumyai negara ini. Ekonom2 Indonesia sudah di racuni otaknya di Harvard dan dikirim ke negaranya kembali untuk mengekspolitasi tanah tumpah darahnya sendiri, untuk itu diberikan kpd mereka sejumlah penghargaan oleh Pemerintah yg menganut paham NEOLIB.
8
Paham NEOLIB sudah memasuki semua cabang2 ilmu pengetahuan, yang tujuannya tidak lain adalah untuk mengekspolitasi semua SDA dan SDM, dan ini merupakan gambaran kerakusan dan ketamakan mereka.
Kerakusan dan ketamakan mereka banyak melahirkan malapetaka, mulai dari pemanasan global karena ekspolitasi bumi yg terlalu berlebihan, berakhir dengan pembunuhan massal dengan legitimasi PBB mulaii dari perang Afghanistan sampai dengan krisis di Suriah, semua krisis tersebut memakai jubah demokrasi dan mengatas-namakan hak azazi manusia untuk ikut terjun secara langsung ke negeri2 tersebut. Pada hal, tujuan sebenarnya adalah demi penguasaan SDA semata.
Taktik dan Strategi yg mereka lakukan adalah dengan merekrut anak2 bangsa yg terbaik sedini mungkin, mulai dalam bentuk pemberian Beasiswa yg disponsori oleh negara2 penganut paham NEOLIB sampai dengan pembiayaan yg sukarela karena pengaruh promosi dari negara2 tersebut. Fakta yg ada, negara2 NEOLIB baik AMERIKA maupun EROPA sudah dilanda krisis ekonomi yg berkepanjangan. Artinya, ahli yang mereka miliki-pun tidak mampu untuk mengatasi krisis tersebut.
Ironinya, sampai sekarang Pemimpin Negeri Kita masih saja tetap berkiblat kpd mereka.
Bagi Saya, tidak ada yg mengherankan di Negeri ini Pak Kwik. Rakyat yg goblok tetap akan memilih Pemimpin yg goblok pula. Tugas Kaum yg tercerahkan-lah yg akan mampu untuk melahirkan Pemimpin yg bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakatnya.
Abu Bakar Siddiq berkata kepada yg memilihnya “Bila Aku benar, maka turutilah Aku. Bila Aku salah/keliru, maka tunjuki-lah Aku”.
Semua penganut ajaran Muhammad SAW. sudah tahu, Pak Kwik kasih tahu mereka atau tidak dikasih tahu, itu akan tetap sama saja bagi mereka, karena hati dan pikiran mereka sudah tuli dan buta (Summum Bukhmum). Bagi Pemimpin yg masih mempunyai hati, Ia pasti akan berkata “Aku dengar, Aku pelajari dan jika itu baik untuk masyarakat yg Aku pimpin, maka akan Aku laksanakan”.
Tugas Pak Kwik, hanya mencerahkan. Sebagai tanggung jawab kaum intelektual Pak Kwik telah menyediakan waktu membuat tulisan di atas untuk memaparkan fakta yg ada sesuai dengan keilmuan dan pengalaman yg Pak Kwik miliki.
Sebagai orang muda, Saya mengucapkan terimakasih banyak…….
SELAMAT BERJUANG LEWAT TULISAN PAK KWIK…………
Balas
2. sinarilahdunia berkata:
April 2, 2012 pada 1:03 pm
Ijin berbagi info tentang propaganda kebohongan teori peak oil
9
Sejumlah pakar mengatakan bahwa minyak sebenarnya bukan bahan bakar fosil. Teori bahwa minyak bumi berasal dari sisa fosil biologis zaman dahulu adalah sebuah kebohongan besar dari Illuminati (yang memang sejak awal menguasai bisnis minyak, media, dan institusi pendidikan). Illuminati ingin menggunakan propaganda Peak Oil untuk menaikkan harga minyak dan mengeksekusi rencana depopulasi dunia mereka…
Teori Peak Oil adalah kebohongan masif yang dirancang untuk menciptakan kelangkaan buatan demi mendongkrak harga, juga memberikan negara sebuah alasan untuk mengorbankan standar hidup yang telah kita perjuangkan dengan susah payah. Publisitas menciptakan CFR dan Club of Rome strategy manual sejak 30 tahun lalu mengatakan bahwa pemerintah global perlu mengontrol populasi dunia melalui neo-feodalisme dengan menciptakan kelangkaan buatan.
untuk bahasan selanjutnya silahkan klik link artikelnya dibawah ini
=>http://sinarilahdunia.wordpress.com/2012/03/13/propaganda-peak-oil-ternyata-minyak-bumi-bukan-berasal-dari-fosil/
Top Related