7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
1/28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Dan Tujuan
Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang sangat mudah memberikan
suatu manifestasi klinis apabila timbul gangguan pada tubuh. Salah satu gangguan
tersebut dapat disebabkan oleh reaksi alergi terhadap suatu obat.
Kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan indikasi
klinis yang sangat luas. Kortikosteroid sering disebut sebagai life saving drug.Manfaat dan preparat ini cukup besar tetapi karena efek samping yang tidak
diharapkan cukup banyak, maka dalam penggunaannva dibatasi termasuk dalam
bidang dermatologi kortikosteroid merupakan pengobatan yang paling sering
diberikan kepada pasien. Kortikosteroid adalah derivat dari hormon kortikosteroid
yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini dapat mempengaruhi volume
dan tekanan darah, kadar gula darah, otot dan resistensi tubuh.1
Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan
besar yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. erbagai jenis kortikosteroid
sintetis telah dibuat dengan tujuan utama untuk mengurangi aktivitas
mineralokortikoidnya dan meningkatkan aktivitas antiinflamasinya, misalnya
deksametason yang mempunyai efek antiinflamasi !" kali lebih kuat dan efek
retensi natrium lebih kecil dibandingkan dengan kortisol. erdasarkan cara
penggunaannya kortikosteroid dapat dibagi dua yaitu kortikosteroid sistemik dan
kortikosteroid topikal.1
Sebagian besar khasiat yang diharapkan dati pemakaian kortikosteroid
adalah sebagai antiinflamasi, antialergi atau imunosupresif. Karena khasiat inilah
kortikosteroid banyak digunakan dalam bidang dermatologi. Dibidang
dermatologi pada umumnya lebth ditekankan sebagai obat antialergi.#erapi
1
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
2/28
dengan obat ini bukan merupakan terapi kausal melainkan terapi pengendalian
atau paliatif saja, kecuali pada insufisiensi korteks adrenal.Sejak kortikosteroid
digunakan dalam bidang dermatologi, obat tersebut sangat menolong penderita.
erbagai penyakit yang dahulu lama penyembuhannya dapat dipersingkat,
misalnya dermatitis, penyakit berat yang dahulu dapat menyebabkan kematian,
misalnya pemfigus, angka kematiannya dapat ditekan berkat pengobatan dengan
kortikosteroid, demikian pula sindrom Stevens-Johnson yang berat dan nekrolisis
epidermal toksik.$
%engobatan berbagai penyakit kulit dengan menggiinakan kortikosteroid
sudah menjadi kegiatan sehari&hari di setiap poliklinik penyakit kulit. Sejak salaphidrokortison asetat pertama kali dilaporkan penggunaannya oleh Sulzbergerpada
tahun 1'($, perkembangan pengobatan dengan kortikosteroid berjalan dengan
pesat. Semakin maju ilmu pengetahuan semakin banyak pula ditemukan berbagai
jenis kortikosteroid yang dapat digunakan dengan berbagai keunggulan dan efek
samping yang semakin sedikit. Hal ini berkat kemajuan dalam pengetahuan
mengenai mekanisme kerja serta pemahaman patogenesis berbagai penyakit,
khususnya mengenai peradangan kulit. Dengan berbagai kemajuan in pemakaian
kortikosteroid menjadi semakin rasional dan efektif. $,!
2
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
3/28
BAB II
KORTIKOSTEROID SISTEMIK DALAM DERMATOLOGI
.1. KORTIKOSTEROID
.1.1. De!"n"#"
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di
bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon
adrenokortikotropik )*+#H yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis. Hormon iniberperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap
stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme
karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku.
Kelenjar adrenal terdiri dari $ bagian yaitu bagian korteks dan medulla,
sedangkan bagian korteks terbagi lagi menjadi $ -ona yaitu fasikulata dan
glomerulosa. ona fasikulata mempunyai peran yang lebih besar dibandingkan
-ona glomerulosa. ona fasikulata menghasilkan $ jenis hormon yaitu
glukokortikoid dan mineralokortikoid. /olongan glukokortikoid adalah
kortikosteroid yang efek utamanya terhadap penyimpanan glikogen hepar dan
khasiat anti&inflamasinya nyata, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air
dan elektrolit kecil atau tidak berarti.Prototip untuk golongan ini adalah kortisol
dan kortison, yang merupakan glukokortikoid alam. #erdapat juga glukokortikoid
sintetik, inisalnya prednisolon, triamsinolon, dan betametason.0
/olongan mineralokortikoid adalah kortikosteroid yang efek utamanya
terhadap keseimbangan air dan elektrolit menimbulkan efek retensi a dan
deplesi K, sedangkan pengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen hepar sangat
kecil. 2leh karena itu mineralokortikoid jarang digunakan dalam terapi. Prototip
dan golongan ini adalah desoksikortikosteron.3mumnya golongan ini tidak
3
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
4/28
mempunyai khasiat anti&inflamasi yang berarti, kecuali ' a-fluorokortisol,
meskipun demikian sediaan ini tidak pernah digunakan sebagai obat anti&
inflamasi karena efeknya pada keseimbangan air dan elektrolit terlalu besar.
erdasarkan cara penggunaannya kortikosteroid dapat dibagi dua yaitu
kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topikal.!,0
.1.. $ar%ak&l&g"
Semua hormon steroid sama&sama mempunyai rumus bangun
sikiopenranoperhidrofenantren 14&karbon dengan 0 buah cincin yang diberi label* 5 D. Modifikasi dan struktur cincin dan struktur luar akan mengakibatkan
perubahan pada efektivitas dan steroid tersebut. *tom karbon tambahan dapat
ditambahkan pada posisi 1" dan 1! atau sebagai rantai samping yang terikat pada
+ l4. Semua steroid termasuk glukokortikosteroid mempunyai struktur dasar 0
cincin kolestrol dengan ! cincin heksana dan 1 cincin pentana.!
Hormon steroid adrenal disintesis dari kolestrol yang terutama berasal dan
plasma. Korteks adrenal mengubah asetat menjadi kolesterol, yang kemudian
dengan bantuan en-im diubah lebih lanjut menjadi kortikosteroid dengan $1 atom
karbon dan androgen lemah dengan 1' atom karbon. Sebagian besar kolesterol
yang digunakan untuk steroidogenesis ini berasal dan luar )eksogen, baik pada
keadaan basal maupun setelah pemberian *+#H. !,0
Dalam korteks adrenal kortikosteroid tidak disimpan sehingga harus
disintesis terus menerus. ila biosintesis berhenti, meskipun hanya untuk
beberapa menit saja, jumlah yang tersedia dalam kelenjar adrenal tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan normal.2leh karenanya kecepatan biosintesisnya
disesuaikan dengan kecepatan sekresinya. erikut adalah tabel yang menunjukkan
kecepatan sekresi dan kadar plasma kortikosteroid terpenting pada manusia
didapat pada tabel $.1.
4
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
5/28
Kecepatan sekresi dalam
keadaan optimal )mg6hariKadar %lasma )7g6l""ml
8am 9."" 8am 1:.""
Kortisol $" 1: 0
*ldosteron 0,125 ","1 &
Tabel 1. Ke'e(atan Sekre#" Dan Ka)ar Pla#%a K&rt"kter&") Uta%a Pa)a
Manu#"a
%ada pemeriksaan sampel dengan tes saliva sebanyak 0 kali dalam satu
hari yaitu sebelum sarapan pagi han, siang, sore hari dan pada malam hari
sebelum tidur. %ada pagi hari kadar kortisol yang paling tinggi dibandingkan
;aktu lainnya yang membuat orang menjadi lebih semangat dalam menjalani
aktivitasnya. 2rang yang sehat pengeluaran kortisol mengikuti kurva dimana
dapat dibuat grafik mulai menurunnya kadar kortisol hingga kadar terendali yaitu
pada pukul 11 malam dibuktikan dengan seseorang yang dapat beristirahat dengan
cukup.0
.1.*. Bentuk Dan Sen+a,a
Kortikosteroid merupakan satu dari dua bentuk steroid yang disintesis oleh
corte< glandula adrenal. Kortikosteroid memiliki $1 atom carbon. Steroid
farmasetikal umumnya disintesis dari asam kolik )didapatkan dari produk ternak
atau steroid sapogenik, dalam partikel diosgenik dan hekopenik, dari tanaman
keluarga =iliaceae dan Dioscoreaceae. Kortikosteroid contohnya prednisolon
memiliki gugus fungsi sebagai berikut>
5
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
6/28
* dan D & gugus keton, netral.
dan + & /ugus alkohol primer dan sekunder, netral.? & /ugus alkohol tersier, cenderung mengalami eliminasi akibat dehidrasi
pada suhu tinggi.
Di tempat gugus hidroksil pada ? diubah menjadi suatu ester sepertivalerat, misalnya pada betametason valerat, eliminasi termal pada ester cukup
mudah terjadi. @eaksi dekomposisi lain pada ester valerat adalah transfer
intramolekkular gugus ester dari ? ke +. Senya;a sejenis antara lain>
deksametason, betametason, triamsinolon, hidrokortison, betametason valerat,
betametason dipropionat.0,(
.1.-. $ar%ak&k"net"k
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein.
Molekul hormon memasuki janingan melalui membran plasma secara difusi pasif
di jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor steroid. Kompleks ini
mengalami perubahan bentuk, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan
kromatin. Akatan ini menstimulasi transkripsi @* dan sintesis protein spesifik.
lnduksi sintesis protein ini merupakan perantara efek fisiologis steroid. %ada
beberapa jaringan, misalnya hepar, hormon steroid merangsang transkripsi dan
sintesis protein spesifikB pada jaringan lain, misalnya sel limfoid dan flbroblas
6
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
7/28
hormon steroid merangsang sintesis protein yang sifatnya menghambat atau
toksik terhadap sel&sel limfoid, hat ini menimbulkan efek katabolik.
Metabolisme kortikosteroid sintetis sama dengan kortikosteroid alami.
Kortisol )juga disebut hdro!ortison" memiliki berbagai efek fisiologis, termasuk
regulasi metabolisme perantara, fungsi kardiovaskuler, pertumbuhan dan
imunitas. Sintesis dan sekresinya diregulasi secara ketat oleh sistem saraf pusat
yang sangat sensitif terhadap umpan balik negatif yang ditimbulkan oleh kortisol
dalam sirkulasi dan glukokortikoid eksogen )sintetis. %ada orang de;asa normal,
disekresi 1"&$" mg kortisol setiap han tanpa adanya stres. %ada plasma, kortisol
terikat pada protein dalam sirkulasi. Dalam kondisi normal sekitar '"C berikatandengan globulin&E$ )+/6 !orti!osteroid-binding globulin", sedangkan sisanya
sekitar (&1"C terikat lemah atau bebas dan tersedia untuk digunakan efeknya
pada sel target. 8ika kadar plasma kortisol melebihi $"&!"C, +/ menjadi jenuh
dan konsentrasi kortisol bebas bertambah dengan cepat. Kortikosteroid sintetis
seperti de#ametason terikat dengan albumin dalam jumlah besar dibandingkan
+/.
Faktu paruh kortisol dalam sirkulasi, normalnya sekitar :"&'" menit,
;aktu paruh dapat meningkat apabila hdro!ortisone )preparat farmasi kortisol
diberikan dalam jumlah besar, atau pada saat terjadi stres, hipotiroidisme atau
penyakit hati. Hanya 1C kortisol diekskresi tanpa perubahan di urin sebagai
kortisol bebas, sekitar $"C kortisol diubah menjadi kortison di ginjal dan jaringan
lain dengan reseptor mineralokortikoid sebelum mencapai hati. %erubahan
struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi, mula kerja dan lama
kerja juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor, dan ikatan protein.Prednison
adalah prodrug yang dengan cepat diubah menjadi prednisolon bentuk aktifnya
dalam tubuh.
Kortisol dan analog sintetiknya dapat mencegah atau menekan timbulnya
gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, -at kimia, mekanik, atau alergen. Secara
7
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
8/28
mikroskopik obat ini menghambat fenomena inflamasi dini yaitu edema, deposit
fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktivitas fagositosis.
Selain itu juga dapat menghambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut yaitu
proliferasi kapiler dan fibroblast, pengumpulan kolagen dan pembentukan
sikatriks. Hal ini karena efeknya yang besar terhadap konsentrasi, distribusi dan
fungsi leukosit perifer dan juga disebabkan oleh efek supresinya terhadap
!tokne dan !hemokne inflamasi serta mediator inflamasi lipid dan glukolipid
lainnya. Anflamasi, tanpa memperhatikan penyebabnya, ditandai dengan
ekstravasasi dan infiltrasi leukosit kedalam jaringan yang mengalami inflamasi.
%eristi;a tersebut diperantarai oleh serangkaian interaksi yang komplek denganmolekul adhesi sel, khususnya yang berada pada sel endotel dan dihambat oleh
glukokortikoid. Sesudah pemberian dosis tunggal glukokortikoid dengan masa
kerja pendek, konsentrasi neutrofil meningkat, sedangkan limfosit, monosit dan
eosinofil dan basofil dalam sirkulasi tersebut berkurang jumlahnya. %erubahan
tersebut menjadi maksimal dalam : jam dan menghilang setelah $0 jam.
%eningkatan neutrofil tersebut disebabkan oleh peningkatan aliran masuk ke
dalam darah dan sum&sum tulang dan penurunan migrasi dan pembuluh darah,
sehingga menyebabkan penurunanjumlah sel pada tempat inflamasi.9,'
/lukokortikoid juga menghainbat fungsi makrofag jaringan dan sel
penyebab antigen lairinya.Kemanipuan sd tersebut untuk bereaksi terhadap
antigen dan mitogen diturunkan. ?fek terhadap makrofag tersebut terutama
menandai dan membatasi kemampuannya untuk memfagosit dan membunuh
mikroorgamsme serta menghasilkan tumor nekrosis factor&a, interleukin&1,
metalloproteinase dan activator plasminogen. Selain efeknya terhadap fungsi
leukosit, glukokortikoid mempengaruhi reaksi inflamasi dengan cara menurunkan
sintesis prostaglandin, leukotrien danplatelet-a!tivating fa!tor.9,',1"
?fek katabolik dari kortikosteroid bisa dilihat pada kulit sebagai gambaran
dasar dan sepanjang penyembuhan luka. Konsepnya berguna untuk memisahkan
8
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
9/28
efek ke dalam sel atau struktur&struktur yang bertanggungja;ab pada gambaran
klinis B keratinosik )atropi epidermal, re&epitalisasi lambat, produksi fibrolas
mengurangi kolagen dan bahan dasar )atropi dermal, striae, efek vaskuler
kebanyakan berhubungan dengan jaringan konektif vas!uler $telangiekiasis,
purpura", dan kerusakan angiogenesis )pembentukan jaringan granulasi yang
lambat. Khasiat glukokortikoid adalah sebagal anti radang setempat, anti
proliferatif, dan imunosupresif. Melalui proses penetrasi, glukokortikoid masuk
ke dalam inti sel5sel lesi, berikatan dengan kromatin gen tertentu, sehingga
aktivitas sel&sel tersebut mengalami perubahan. Sel&sel ini dapat menghasilkan
protein baru yang dapat membentuk atau menggantikan sel&sel yang tidakberfungsi, menghambat mitosis )anti&proliferatif, bergantung pada jenis dan
stadium proses radang. /lukokotikoid juga dapat mengadakan stabilisasi
membran lisosom, sehingga en-im&en-im yang dapat merusak jaringan tidak
dikeluarkan.
/lukokortikoid topikal adalah obat yang paling banyak dan tersering
dipakai. ?fektifitas kortikosteroid topikal bergantung pada jenis kortikosteroid
dan penetrasi. %otensi kortikosteroid ditentukan berdasarkan kemampuan
menyebabkan vasokontriksi pada kulit he;an percobaan dan pada manusia. 8elas
ada hubungan dengan struktur kimia;i. Kortison, misalnya, tidak berkhasiat
secara topikal, karena kortison di dalam tubuh mengalami transformasi menjadi
dihidrokortison, sedangkan di kulit tidak menjadi proses itu. Hidrokortison efektif
secara topikal mulai konsentrasi 1C. Sejak tahun 1'(9, molekul hidrokortison
banyak mengalami perubahan. %ada umumnya molekul hidrokortison yang
mengandung fluor digolongkan kortikosteroid poten. %enetrasi perkutan lebih
baik apabila yang dipakai adalah vehikulum yang bersifat tertutup. Di antara jenis
kemasan yang tersedia yaitu krem, gel, lotion, salep, fatty ointment )paling balk
penetrasinya. Kortikosteroid hanya sedikit diabsorpsi setelah pemberian pada
kulit normal, misalnya, kira&kira 1C dan dosis larutan hidrokortison yang
9
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
10/28
diberikan pada lengan ba;ah ventral diabsorpsi. Dibandingkan absorpsi di daerah
lengan ba;ah, hidrokortison diabsorpsi ",10 kali yang melalui daerahtelapak kaki,
",9! kali yang melalui daerah telapak tangan, %,5 kali yang melalui tengkorak
kepala, : kali yang melalui dahi, ' kali melalui vulva, dan 0$ kali melalui kulit
scrotum. %enetrasi ditingkatkan beberapa kali pada daerah kulit yang terinfeksi
dermatitis atopik B dan pada penyakit eksfoliatif berat, seperti psoriasis
eritodermik, tampaknya sedikit sa;ar untuk penetrasi.
?fektivitas kortisteroid bisa akibat dari sifat immunosupresifnya.
Mekanisme yang terlibat dalam efek ini kurang diketahui. eberapa studi
menunjukkan bah;a kortikosteroid bisa menyebabkan pengurangan sel mast padakulit. Hal ini bisa menjelaskan penggunaan kortikosteroid topikal pada terapi
urtikaria pigmentosa. Mekanisme sebenarnya dari efek antiinflamasi sangat
kompleks dan kurang dimengerti. Dipercayai bah;a kortikosteroid menggunakan
efek anti&inflamasinya dengan menginhibisi pembentukan prostaglandin dan
derivat lain pada jalur asam arakidonik. Mekanisme lain yang turut memberikan
efek antiinflamasi kortikosteroid adalah menghibisi proses fagositosis dan
menstabilisasi membran lisosom dan sel&sel fagosit. 0,(,:
a. Ab#&r(#"
Kortikosteroid sintetik seperti deksametason sebagian besar akan
berikatan dengan albumin dibandingkan corticosteroid binding globulin )+/
yang umumnya mengikat kortisol endogen. Hidrokortison dan senya;a serupa
lainnya efektif diabsorpsi secara oral. Senya;a hidrokortison yang tertentu larut
air dan dapat diberikan secara intravena untuk mencapai konsentrasi tinggi dalam
tubuh secara cepat. Sedangkan untuk efek yang lebih panjang, pemberian secara
intramuskular dapat diberikan dalam bentuk sediaan suspensi. %erubahan minor
pada senya;a kimia golongan ini akan merubah angka absorpsi, onset terjadinya
efek, dan durasi dari aksi. /lukokortikoid yang diberikan secara lokal dapat
10
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
11/28
diabsorpsi sistemik yaitu contohnya pada ruang sinovial. 8ika pemberian lokal
tersebut dalam jangka panjang, ditutup oleh penutup yang kuat dan rapat, atau
pemberiannya meliputi area kulit yang luas, absorpsi secara sistemik akan terjadi
dan cukup untuk menimbulkan efek sistemik, termasuk mengganggu aksis
hormonal.(,:
b. Tran#(&rta#" Metab&l"#%e )an Ek#kre#"
Setelah diabsorpsi, lebih dari '"C kortisol di plasma akan terikat pada
protein secara reversibel dengan kondisi normal. Hanya fraksi kortikosteroid yang
tidak terikat yang akan masuk ke dalam sel untuk menimbulkan efek. Dua protein
plasma yang mengikat yaitu corticosteroid binding&globulin )+/ atau
transcortin dan albumin. +/ merupakan globulin&G yang diproduksi hepar yang
memiliki afinitas tinggi )umumnya konstan 4,: < 1"4 M&1 untuk steroid, tetapi
dengan kapasitas ikatan yang rendah. *lbumin sebaliknya, afinitas ikatan rendah
)1, tetapi memiliki kapasitas ikatan yang besar. +/ relatif akan mengikat
kortisol )hidrokortison dan yang serupa, sedangkan albumin mengikat
glukokortikoid lainnya, sehingga konsentrasi hidrokortison relatif akan lebih
besar ditemukan dengan bentuk bebasnya.
Metabolisme hormone steroid meliputi penambahan atom hydrogen
maupun oksigen untuk merubah menjadi bentuk turunan yang larut air. @eduksi
ikatan 0,( terjadi di hepar dan di ekstrahepatik, menimbulkan senya;a inaktif.
Kemudian, reduksi gugus !&keton menjadi turunan !&hidroksil, membentuk
tetrahidrokortisol hanya terjadi di hepar. Sebagian besar steroid ring&* yang
terduksi !& hidroksil dikonjugasi oleh glukuronida atau sulfat dengan reaksi
en-imatik di hepar, juga sebagian kecil di ginjal. Hasil ester sulfat dan
glukuronida larut dalam air dan diekskresi sebagian besar di ginjal. ?kskresi juga
didapatkan melalui biliar dan feses. Metabolisme inaktivasi kortisol menjadi
bentuk turunan 11&keto, kortison. Metabolit kortison dapat dikembalikan menjadi
kortisol terjadi sebagian besar di hepar, juga terjadi di kulit, jaringan adiposa,
tulang, dan mata terkait en-im tipe 1 iso-yme )11HSD1.:
11
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
12/28
.1./. $ar%ak&)"na%"k
Sebagian besar efek&efek yang diketahui dari glukokortikoid diperantarai
reseptor glukokortikoid yang terdistribusi secara luas. %rotein&protein ini
merupakan anggota dari superfamili reseptor inti yang meliputi steroid, sterol
)vitamin D, thyroid, asam retinoid, dan reseptor lainnya yang belum atau tidak
diketahui perikatannya. Semua reseptor ini berinteraksi dengan promotor dan
regulator transkripsi dari gen target. 8ika tidak ada ikatan hormonal, reseptor
glukokortikoid )@/ terdapat di siplasma, dengan kompleks heat shock protein)Hsp. Hormon bebas dalam plasma dan cairan interstitial memasuki sel dan
berikatan dengan reseptor, menginduksi perubahan yang mendisosiasikan Hsp.
Kompleks ikatan reseptor kemudian mentransportasikan ke dalam inti sehingga
berinteraksi dengan D* dan protein inti. (
12
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
13/28
Ga%bar 1. Alur Ikatan K&rt"kter&") )ala% Sel.
Akatan kompleks reseptor ini akan mempengaruhi beberapa regulator
faktor transkripsi yang berfungsi luas dalam regulasi gro;th factors, sitokin&
sitokin proinflamasi, dan mediasi dengan antigro;th factors, antiinflamasi, dan
efek imunosupresif.
a. E!ek $"#"&l&g"#
Sekresi hormon maupun pemberian glukokortikois memiliki kerja
langsung pada sel. Kerja glukokortikoid bergantung pada dosis dan semakin besar
dengan pertambahan dosis.
b. E!ek Metab&l"k
/lukokortikoid bergantung pada dosis memiliki efek pada metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. /lukokortikoid menstimulasi dan dibutuhkan
13
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
14/28
dalam proses glukoneogenesis dan sintesis glikogen dalam keadaan puasa.
Stimulasi glukosa&:&fosfat, sintesis glikogen, dan melepas asam amino pada
katabolisme otot. /lukokortikoid meningkatkan glukosa darah dan menstimulasi
pelepasan insulin dan menghambat pengambilan glukosa sel otot, serta
menstimulasi hormon sensitif lipase dan lipolisis. %eningkatan insulin
menstimulasi lipogenesis dan sedikit menghambat lipolisis, meningkatkan
jaringan deposit lemak dikombinasikan dengan peningkatan pelepasan asama
lemak dan gliserol ke sirkulasi.
'. E!ek Katab&l"k )an Ant"anab&l"k
Meskipun glukokortikoid memicu sintesis protein dan @* di hepar, juga
memiliki efek katabolik dan antianabolik pada jaringan limfoid dan ikat, otot,
lemak, dan kulit. Sejumlah suprafisiologi glukokortikoid akan menurunkan massa
otot dan kelemahan dan menipiskan kulit. ?fek katabolik dan antianabolik pada
tulang merupakan penyebab osteoporosis pada sindrom +ushing dan menjadi
keterbatasan yang besar dalam penggunaan glukokortikoid jangka panjang. %ada
anak, glukokortikoid mereduksi pertumbuhan. ?fek tersebut dapat dicegah
sebagian dengan pemberian gro;th hormone dengan dosis tinggi.1,(
). E!ek Ant""n!la%a#" )an I%unu(re#"!
/lukokortikoid mereduksi inflamasi. Hal ini dapat terjadi akibat
pengendalian terhadap konsentrasi, distribusi, dan fungsi leukosit preifer dan efek
menyupresi sitokin inflamasi dan kemokin pada lipid dan mediator inflamasi
glukolipid. /lukokortikoid menghambat interaksi molekul sel darah putih dengan
sel endotel sehingga terjadi hambatan ekstravasasi dan infiltrasi leukosit ke
jaringan terkait. %emberian glukokortikoid kerja pendek akan meningkatkan
jumlah neutrofil dan menurunkan jumlah limfosit )sel # dan , monosit,
eosinofil, dan basofil di sirkulasi. %erubahan maksimal pada : jam dan hilangpada $0 jam. %eningkatan neutrofil dikarenakan peningkatan influ< ke darah dari
sum&sum tulang dan penurunan migrasi dari pembuluh darah. Sel&sel imun yang
tereduksi diakibatkan pergerakan sel dari kapiler ke jaringan limfoid.
14
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
15/28
/lukokortikoid juga menghambat fungsi makrofag dan antigen&presenting cell
yang lain. Kemampuan sel&sel ini mengenali antigen dan mitogen tereduksi. ?fek
glukokortikoid pada makrofag yaitu membatasi kemampuan fagositosis dan
pembunuhan mikroorganisme dan kemampuan produksi tumor necrosis factor&
alfa, interleukin&1, metalloproteinase, dan aktivator plasminogen. aik makrofag
dan limfosit memproduksi sedikit A=&1$ dan interferon&alfa, yang penting dalam
induksi aktivasi sel #H1 dan imunitas seluler.9,',1"
/lukokortikoid juga mempengaruhi respon menurunkan produksi
prostaglandin, leukotrien, dan sintesis platelet activating factor yang disebabkan
aktivasi phospholipase *$. /lukokortikoid akhirnya akan mereduksi ekspresi
cycloo
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
16/28
imun lokal mela;ah Helicobacter pilori. Kortikosteroid juga akan menimbulkan
redistribusi lemak tubuh, dengan peningkatan viseral, fasial, nuchal, serta
supraclavicular. /olongan ini juga tampak sebagai antagonis efek vitamin D pada
absorpsi kalsium. /lukokortikoid juga memiliki efek terhadap sistem
hematopoetik dengan meningkatkan jumlah trombosit dan sel darah merah.
Kekurangan hormon ini pun akan membuat vasokonstriksi mengganggu filtrasi
glomerulus sehingga terjadi retensi cairan.1,(,',1"
.1.0. Kla#"!"ka#"
Meskipun kortikosteroid mempunyai berbagai macam aktivitas biologik,
umumnya potensi sediaan alamiah maupun yang sintetik ditentukan oleh besarnya
efek retensi natrium dan penyimpanan glikogen di hepar atau besarnya khasiat
anti&inflamasinya.Kortikosteroid terdiri atas $ sediaan yaitu kortikosterojd
sistemik dan sediaan kortikosteroid topikal. Sediaan kortikosteroid sistemik dapat
dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan masa kerjanya, potensi
glukokortikoid, dosis ekuivalen dan potensi mineralokortikoid. 0
.. KORTIKOSTEROID SISTEMIK
..1. De!"n"#"
Kortikosteroid sistemik banyak digunakan dalam bidang dermatologi
karena obat tersebut mempunyai efek imunosupresan dan antiinflamasi. Sejak
16
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
17/28
kortikosteroid digunakan dalam bidang dermatologi, obat tersebut sangat
menolong penderita. erbagai penyakit yang dahulu lama penyembuhannya dapat
dipersingkat, misalnya dermatitis. %enyakit berat yang dahulu dapat menyebabkan
kematian, misalnya pemfigus, angka kematiannya dapat ditekan berkat
pengobatan dengan kortikosteroid, demikian pula sindrom Stevens 8ohnson yang
berat dan nekrolisis epidermal toksik.4
... ara Pe%ber"an
Kortikosteroid secara sistemik dapat diberikan secara intralesi, oral,
intramuskular, intravena. %emilihan preparat yang digunakan tergantung dengan
keparahan penyakit. %ada suatu penyakit dimana kortikosteroid digunakan karena
efek samping seperti pada alopesia areata, kortikosteroid yang diberikan adalah
kortikosteroid dengan masa kerja yang panjang. Kortikosteroid biasanya
digunakan setiap hari atau selang sehari. &nitial dose yang digunakan untu
mengontrol penyakit rata&rata dari 2,5 mg hingga beberapa ratus mg setiap hari.
8ika digunakan kurang dan ! I 0 minggu, kortikosteroid diberhentikan tanpa
tapering off. Dosis yang paling kecil dengan masa keija yang pendek dapat
diberikan setiap pagi untuk meminimal efek samping karena kortisol mencapai
puncaknya sekitar jam "9."" pagi dan terjadi umpan balik yang maksimal dari
sekresi *+#H. Sedangkan pada malam hari kortikosteroid level yang rendah dan
dengan sekresi *+#H yang normal sehingga dosis rendah dari prednison $2,5
sampai 5mg" pada malam han sebelum tidur dapat digunakan untuk
memaksimalkan supresi adrenal pada kasus akne maupun birsustisme.1
%ada pengobatan dengan kortikosteroid hendaknya jangan lupa mencari
penyebabnya. Kortikosteroid yang banyak dipakai ialah prednison karena telah
lama digunakan dan harganya murah. ila ada gangguan hepar digunakan
17
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
18/28
prednisolon karena prednison dimetabolisme dihepar menjadi prednisolon. %ada
penderita dengan hipertensi, gangguan kor, atau keadaan lain yang retensi garam
merupakan masalah, maka dipilih kortikosteroid yang efek kortikosteroidnya
sedikit6tidak ada, lebih&lebih bila diperlukan dosis kortikosteroid yang tinggi.
Kortikosteroid yang memberi banyak efek mineralokortikoid jangan
dipakai pada pemberian jangka panjang )lebih dan pada sebulan. #riamsinolon
lebih sering memberi efek samping berupa miopati dan anoreksia sehingga berat
badan menurun. %ada penyakit berat dan sukar menelan, misalnya toksik
epidermal nekrolisis dan sindroma steven johnson harus diberikan kortikosteroid
dengan dosis tinggi. iasanya yang digunakan yaitu deksametason i.v karenalebih praktis. 8ika masa kritis telah diatasi dan penderita telah dapat menelan
diganti dengan tablet prednison.
%ada pengobatan berbagai dermatosis dengan kortikosteroid, bila telah
mengalami perbaikan dosisnya diturunkan berangsur&angsur agar penyakitnya
tidak mengalami eksaserbasi, tidak terjadi supresi korteks kelenjar adrenal dan
sindrom putus obat. 8ika terjadi supresi korteks kelenjar adrenal, penderita tidak
dapat mela;an stress. Supresi terjadi kalau dosis prednison meebihi 5 mg per han
dan kalau lebih dan sebulan. %ada sindrom putus obat terdapat keluhan lemah,
lelah, anoreksia dan demam ringan yang jarang melebihi !'J+.
%ada pengobatan penyakit autoimun diperlukan kortikosteroid dalam
jangka ;aktu yang lama dan dicani dosis pemelihanaan. Dosis pemeliharaan
ditentukan dengan menurunkan dosisnya berangsur&angsur. 3ntuk mencegah
terjadinya supresi korteks kelenjar adrenal kortikosteroid dapat diberikan selang
sehari sebagai dosis tunggal pada pagi han )jam9, karena kadar kortisol tertinggi
dalam darah pada pagi hari. Keburukan pemberian dosis selang sehari ialah pada
hari bebas obat penyakit dapat kambuh. 3ntuk mencegahnya, pada hari yang
seharusnya bebas obat masih diberikan kortikosteroid dengan dosis yang lebih
rendah danipada dosis pada han pemberian obat. Kemudian perlahan&lahan
18
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
19/28
dosisnya diturunkan. ila dosis telah mencapi 4,( mg prednison, selanjutnya pada
hari yang seharusnya bebas obat tidak diberikan kortikosteroid lagi. *lasannya
ialah bila diturunkan berarti hanya ( mg dan dosis ini merupakan dosis fisiologik.
Seterusnya dapat diberikan selang sehari.1
#erjadinya efek samping tergantung pada dosis, lama pengobatan dan
macam kortikosterid. %ada pengobatan jangka pendek )beberapa hari 6 minggu
umumnya tidak terjadi efek samping yang ga;at. Sebaliknya pada pengobatan
jangka panjang )beberapa bulan 6 tahun harus diadakan tindakan untuk mencegah
terjadinya efek tersebut, yaitu>
1. Diet tinggi protein dan rendah garam.$. %emberian K+1 !
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
20/28
$ 2tot Hipotrofi, fibrosis, miopati panggul6bahu
! Susunan saraf pusat %erubahan kepribadian )euforia, insomnia, gelisah, mudah
tersinggung, psikosis, paranoid, hiperkinesis,
kecendrungan bunuh diri, nafsu makan bertambah.
0 #ulang 2steoporosis, fraktur, kompresi vertebra, skoliosis, fraktur
tulang panjang.
( Kulit
Hirsutisme, hipotropi, striae atrofise, dermatosis
akneiformis, purpura,
: Mata /laukoma dan katarak subkapsular posterior
4 Darah Kenaikan Hb, eritrosit, leukosit dan limfosit
9 %embuluh darah Kenaikan tekanan darah
' Kelenjar adrenal
bagian kortek
*trofi, tidak bisa mela;an stres
1" Metabolisme protein,
KH dan lemak
Kebilangan protein )efek katabolik, hiperlipidemia, gula
meninggi, obesitas, buffalo hump,perlemakan hati.
11 ?lektrolit @etensi a6air, kehilangan kalium.)astenia, paralisis,
tetani, aritmia kor
1$ Sistem immunitas Menurun, rentan terhadap infeksi, reaktivasi #h herpes
simplek,. dan keganasan dapat timbul
?fek samping pada tulang terjadi umumnya pada manula dan ;anita saat
menopause. ?fek samping lain adalah sindrom +ushing yang terdiri atas moon
face, buffalo hump, penebalan lemak suprakavikula, obesitas sentral, striae
atrofise, purpura, dermatosis akneformis dan hirsustisme. Selain itu jugagangguan menstruasi, nyeri kepala, pseudotumor serebri, impotensi,
hiperhidrosis, flushing, vertigo, hepatomegali dan keadaan ateroskierosis
dipercepat. %ada anak memperlambat pertumbuhan.4
20
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
21/28
Macam
Kortikosteroid
%otensi
glukokortikoid
Dosis ekuivalen
)mg
%otensi
mineralokortikoid
1. Kerja singkat
a. Hidrokortisonb. Kortison
1",9
$","$(,"
$$
$. Kerjasedang
a. Meprednison
b.Metilprednisolon
c. %rednisolon
d. %rednisone. #riamsinolon
0&((
0
0(
0,"0,"
(,"
(,"0,"
""
1
1"
!. Kerjalama
a. etametasonb. Deksametason
c. %arametason
$"&!"$"&!"
1"
",:"",4(
$,"
""
"
Tabel *. Mengenal la%a kerja (&ten#" gluk&k&rt"k&") )"# eku"2alen
)an (&ten#" %"neral&k&rt"k&")
Keterangan>
Masa paruh biologik kortikostreroid
Kerja singkat > 9&1$ jam
Kerja sedang > 1$&!: jam
Kerja lama > !:&4$ jam
%ada tabel diatas terlihat bah;a triamsinolon, parametason, betametason,
dan deksametason tidak mempunyai efek mineralokortikoid. Hampir semua
golongan kortikosteroid mempunyai efek glukokortikoid. %ada tabel ini obat
disusun menurut kekuatan )potensi dan yang paling lemah sampai yang paling
21
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
22/28
kuat. %arametason, betametason, dan deksametason mempunyai potensi paling
kuat dengan ;aktu paruh !:&4$ jam. Sedangkan kortison dan hidrokortison
mempunyai ;aktu paruh paling singkat yaitu kurang dari 1$ jam. Harus diingat
semakin kuat potensinya semakin besar efek samping yang terjadi. 4
..- M&n"t&r
Dasar evaluasi yang digunakan sebelum dilakukan pengobatan
kortikosteroid untuk mengurangi potensi terjadinya efek samping adalah ri;ayat
personal dan keluarga dengan perhatian khusus kepada penderita yang memilikipredisposisi diabetes, hipertensi, hiperlipidemia, glaukoma dan penyakit yang
terpengaruh dengan pengobatan steroid. #ekanan darah dan berat badan harusrus
tetap di ukur. 8ika dilakukan pengobatan jangka lama perlu dilakukan
pemeriksaan mata, test %%D, pengukuran densitas tulang spinal dengan
menggunakan !omputed tomograph )+#, dual-photon absorptiometr, atau
dual-energ # ra absorptiometr )D?L*.
Sedangakan selama penggunaan kortikosteroid tetap perlu dilakukan
evaluasi diantaranya menanyakan kepada pasien terjadinya poliuri, polidipsi,
nyeri abdomen, demam, gangguan tidur dan efek psikologi. %enggunaan
glukokortikoid dosis besar mempunyai kemungkinan terjadi efek yang serius
terhadap afek bahkan psikosis. erat badan dan tekanan darah tetap selalu di
monitor. ?lektrolit serum, kadar gula darah puasa, kolesterol, dan trigliserida tetap
diukur dengan regular. %emeriksaan tinja perlu dilakukan pada kasus darah yang
menggumpal. Selain itu, pemeriksaan lanjut pada mata karena ditakutkan
terjadinya katarak dan glaukoma. 0,(
Tabel -. Ber"kut 3al 4 3a1 +ang (erlu )" %&n"t&r #ela%a (enggunaan
gluk&k&rt"k&") jangka (anjang
22
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
23/28
N& E!ek #a%("ng M&n"t&r
1 Hipertensi #ekanan darah$ erat badan meningkat erat badan
! @eaktivasi infeksi %%D, )1$ han setelah pemakaian prednison
0 *bnormalitas metabolik ?lektrolit, lipid, glukosa )t.u penderita
diabetes
dan hiperlipidemia
( 2steoporosis Densitas tulang
: Mata
Katarak
/laukoma
%emeriksaan slit lamp )setiap : sampai 1$
bulan #ekanan intraokular )saat bulan pertama dan
ke enam
4 3lkus peptik %ertimbangkan pengunaan antagonis H$ atau
proton pump inhibitor
9 Supresi kelenjar adrenal Dosis tunggal di pagi hari, periksa serum
kortisol pada jam 9 pagi sebelum tapering off.
%ada pengobatan jangka panjang harus ;aspada terhadap efek samping,
hendaknya diperiksa tensi, berat badan )seminggu sekali, ?K/ )sebulan sekali
terutama pada usia di atas 0" tahun, dan pemeriksaan laboratorium> Hb, jumlah
leukosit, hitung jenis, =?D, urin lengkap, kadar a dan K dalam darah, gula darah
)seminggu sekali, foto toraks, apakah ada tuberkulosis paru )! bulan sekali.
?fek samping yang juga berat ialah osteoporosis yang dapat menyebabkan
fraktur. %ada pemberian kortikosteroid yang jangka panjang, misalnya pada
penyakit autoimun hendaknya sejak semula diusahakan pencegahannya. %enderita
dikonsultasikan ke sub bagian ortopedi. %ada ;anita saat menopouse
dikonsultasikan ke bagian kebidanan untuk kemungkinan terapi hormonal, karena
pada masa tersebut rentan mendapat osteoporosis.0,(
23
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
24/28
../ In)"ka#" Dan D"#
Andikasi kortikosteroid ialah dermatosis alergik atau yang dianggap
mempunyai dasar alergik, %ada tabel diba;ah lni dicantumkan berbagai penyakit
yang dapat diobati dengan kortikosteroid serta dosisnya. Kortikosteroid sistemik
banyak digunakan dalam bidang dermatologi karena obat tersebut mempunyai
efek imunosupresan dan antiinflamasi. Sejak kortikosteroid digunakan dalam
bidang dermatologi, obat tersebut sangat menolong penderita. erbagai penyakit
yang dahulu lama penyembuhannya dapat dipersingkat, misalnya dermatitis.%enyakit berat yang dahulu dapat menyebabkan kematian, misalnya pemfigus,
angka kematiannya dapat ditekan berkat pengobatan dengan kortikosteroid,
demikian pula sindrom Stevens 8ohnson yang berat dan nekrolisis epidermal
toksik.1,4
Tabel /. D"# "n"#"al k&rt"kter&") #"#te%"k #e3ar" untuk &rang
)e,a#a (a)a berbaga" )er%at"#
24
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
25/28
25
Na%a (en+ak"t Ma'a% k&rt"kter&") )an )"#n+a #e3ar"
Dermatitis %rednison 0
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
26/28
Dosis yang tertulis ialah dosis patokan untuk orang de;asa menurut
pengalaman, tidak bersifat mutlak karena bergantung pada respons penderita.
Dosis untuk anak disesuaikan dengan berat badan 6 umur. 8ika setelah beberapa
hari belum tampak perbaikan, dosis ditingkatkan sampai ada perbaikan.4
..0. K&ntra"n)"ka#"
Kontraindikasi pada kortikosteroid terdiri dari kontraindikasi mutlak dan relatif.
%ada kontraindikasi absolut, kortikosteroid tidak boleh diberikan pada keadaan
infeksi jamur yang sistemik, herpes simpleks keratitis, hipersensitivitas biasanyakortikotropin dan preparat intravena. Sedangkan kontraindikasi relatif
kortikosteroid dapat diberikan dengan alasan sebagai life saving drugs.
Kortikosteroid diberikan disertai dengan monitor yang ketat pada keadaan
hipertensi, tuberculosis aktif, gagal jantung, ri;ayat adanya gangguan ji;a,
positive purified derivative, glaucoma, depresi berat, diabetes, ulkus peptic,
katarak, osteoporosis, kehamilan.1
.
BAB III
KESIMPULAN
26
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
27/28
Kortikosteroid sistemik dalam dermatologi digunakan pada penyakit dermatologi
berat seperti dermatitis kontak tanaman )poison ivy dan untuk dermatosis
vesikobulosa yang mengancam ji;a seperti pemfigus vulgaris dan pemfigoid
bulosa.
%enggunaan dalam jangka panjang akan menyebabkan gangguan hipofisis I
adrenal& a
7/24/2019 Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi
28/28
1. /an /una;an SulistiaB S @iantoB afriadi. $""4. armakologi dan #erapi
?disi (. akultas Kedokteran 3niversitas Andonesia. 8akarta
$. Habif #%. $""0. +linical Dermatology. 0th ?dition. ?dinburgh> Mosby
!. Moschella S=, Hurley H8, editors. 1'9(. Dermatology. $nd ?dition.
%hiladelphia> F.. Saunders.
0. Fatson, D /. $""'. *nalisis armasi> uku *jar untuk Mahasis;a armasi
dan %raktisi Kimia armasi. ?d $. Finny @ Syarief. ?ditor> *malia H
Hadinata. 8akarta> ?/+.
(. Kat-ung, /. $""(. asic and +linical %harmacology. 1"th?d>*drenocorticosteroids and adrenocortical *ntagonists. Mc/ra; Hill
+ompany, =ange. San ransisco.
:. runton, =B K %arkerB D lumenthalB A u MolecularMechanisms. +linical Science. Ool. '0 pg.((4&(4$.
'. =ongui, + *. $""4. /lucocorticoid #herapy> Minimi-ing Side ?ffects. 8ornalde %ediatria. Ool. 9!. pg. 1:!&41.
1". Singh, B M 8 @iederB M 8 #ucker. $""0. Mechanisms of /lucocorticoid&
Mediated *nti&Anflammatory and Ammunosuppressive *ction. %aediatric and
%erinatal Drug #herapy. Ool. :. pg. 1"4&1(.
28