KONSEP LUKA
DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LUKA
Dosen Pembimbing : Yuni Sapto Edhy Rahayu, M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 1 :
1. Kharisma Ladynda
2. Erni Yunia Nugroho
3. Widian Listanti
4. Aisah Fitriani
5. Esty Apriani
6. Ariyanti
7. Aprilianto
8. Ade Panji Nugroho
9. Muharom
10.Ginta Septiana
11.Duaji Iftinan
12.Marfenda Dila
S1-KEPERAWATAN
STIKES AL – IRSYAD AL – ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala atas segala
anugerah dan kenikmatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan Kardiovascular dengan
membahas Anatomi dan Fisiologi jantung. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan
Keperawatan Kardiovaskuler Program Study S1 Keperawatan Stikes Al-irsyad Al-
islamiyyah Cilacap.
Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari pula bahwa kelancaran dalam
penyusunan tugas ini tidak lain berkat rahmat dari Allah Subhanahu wata’ala.
Kemudian bantuan, dorongan dan bimbingan rekan–rekan juga memudahkan kami
sehingga kendala–kendala yang dihadapi dapat teratasi dengan baik. Untuk itu, kami
ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah
ini.
Selanjutnya, kami merasa dalam penyusunan makalah ini, masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi yang tersaji mengingat
keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.
Kami berharap semoga Allah Subhanahu wata’ala memberikan imbalan
yang setimpal pada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan
bimbingan kepada kami. Amiin ya Rabbal ‘alamiin.
Cilacap, 17 November 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perawatan luka merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai oleh perawat.
Prinsip utama dalam menejemen perawatan luka adalah pengendalian infeksi karena
infeksi menghambat proses penyembuhan luka sehingga menyebabkan angka
morbiditas dan mortalitas bertambah besar disamping masa perawatan yang lebih lama,
sehingga biaya perawatan di rumah sakit menjadi lebih tinggi (Morison, 2003).
Proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam 4 fase utama yaitu
inflamasi yang ditandai dengan adanya mengeluaran mediator nyeri akibat kerusakan
integritas kulit sehingga mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah, hal ini
mengakibatkan aliran darah di sekitar luka tinggi dan muncul tanda kemerahan, hangat,
edema serta nyeri. Fase berikutnya adalah destruksi, proliferasi sel dan maturasi
(Morison, 2003).
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari luka?
2. Apa saja jenis – jenis luka?
3. Bagaimana proses penyembuhan luka?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka?
5. Masalah apa saja yang sering terjadi pada luka?
6. Apa tanda – tanda infeksi pada luka?
7. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada luka?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari luka.
2. Untuk mengetahui jenis – jenis luka.
3. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka.
5. Untuk mengetahui masalah yang sering terjadi pada luka.
6. Untuk mengetahui tanda – tanda infeksi pada luka.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada luka
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP LUKA
1. Pengertian Luka
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997).
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik
atau gigitan hewan (R.Sjamsu Hidayat, 1997).
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan
dibawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih
atau terkontaminasi, superfisial atau dalam (Koiner & Taylan).
Luka adalah terganggunya integritas normal dari kulit dan jaringan di
bawahnya. Trauma dapat terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, luka dapat terbuka
atau tertutup, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam. (kozier, 1992 hal.
43 Taylan, 1990).
Jadi luka merupakan sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh karena
suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.
2. Klasifikasi Luka
a. Berdasarkan sifatnya:
1) Luka Akut
Adalah luka yang sembuh sesuai dengan periode waktu yang diharapkan
atau dengan kata lain sesuai dengan konsep penyembuhan luka akut dengan
dikatagorikan sebagai:
a) Luka akut pembedahan, contoh insisi, eksisi dan skin graft
b) Luka bukan pembedahan, contoh luka bakar
c) Luka akut factor lain, contoh abrasi, laserasi, atau imnjuri pada lapisan
kulit superficial.
2) Luka kronis
Adalah luka yang proses penyembuhannya mengalami keterlambatan
atau bahkan kegagalan. Contoh luka dekubitus, luka diabetes dan leg ulcer.
Luka kronis berdasarkan kehilangan jaringan :
a) Superficial : luka hanya terbatas pada lapisan epodermis
b) Parsial (partial thickness) luka meliputi epidermi dan dermis
c) Penuh(full thickness) luka meliputi epidermis, dermis dan jaringan sub
kutan bahan dengan juga melibatkn otot, tendon, dan tulang
b. Berdasarakan stadium :
1) Stage 1
Lapisan epidermis utuh, namun terdengan eritema atau perubahan warna.
2) Stage 2
Kehilangan kulit superficial dengan kerusakan lapisan epidermis dan dermis,
eritema di jaringan yang nyeri panas, dan edema.
3) Stage 3
Kehilangan jaringan sampai dengan jaringan sub kutan, dengan terbentuknya
rongga (cavity), eksudat sedang sampai banyak.
4) Stage 4
Hilangnya jaringan sub kutan dengan terbentuknya rongga yang melibatkan
otot, tendon, dan atau tulang. Eksudat sedang sampai banyak.
c. Berdasarkan mekanisme terjadinya :
1) Luka insisi (incised wounds)
Terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam.
Misalnya yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih
(aseptic), biasanya tertutup oleh sutura atau setelah seluruh pembuluh darah
yang luka di ikat (ligasi).
2) Luka memar (contusion Wound)
Terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikan oleh cedar pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
3) Luka lecet (Abraded Wound)
Terjadi akibat kulit bergesekan dengan
benda lain yang biasanya dengan benda yang
tidak tajam.
4) Luka tusuk (punctured wound)
Terjadi akibat adanya benda seperti peluru
atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan
diameter yang kecil.
5) Luka gores (lacerated wound)
Terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh
kaca atau kawat
6) Luka tembus (penetrating wound)
Luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil
tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan
melebar.
7) Luka Bakar (Combutsio)
Luka yang disebabkan oleh trauma panas,
listrik, kimiawi, radiasi atau suhu dingin yang
ekstrim.
d. Berdasarkan penampilan:
1) Nekrotik, (hitam), Eschar yang mengeras dan nekrotik, mungkin kering atau
lembab.
2) Sloughy (kuning), jaringan mati yang fibrous
3) Terinfeksi (kehijauan), terdengan tanda-tanda klinis adanya infeksi seperti
nyeri, panas, bengkak, kemerahan dan peningkatan eksudat.
4) Granulasi (merah), jaringan granulasi yang sehat
5) Epitalisasi (pink), terjadi epitelisasi.
3. Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati
atau rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi.
Melihat bahwa pada luka terjadi kerusakan pada jaringan maka tubuh akan
bereaksi sama seperti yang terjadi pada peradangan. Pembuluh-pembuluh darah di
daerah yang terluka akan melebar dan mengangkut sel-sel yang mati dan rusak. Di
daerah luka akan terbentuk jaringan dari serat-serat protein (fibrin). Jaringan ini nanti
akan membentuk suatu lapisan yang keras yang melindungi luka tersebut.
Pada saat yang bersamaaan akan tumbuh pada tepi-tepi luka suatu jaringan
granulasi. Jika luka itu bersih dan karena adanya jaringan-jaringan mati (nekrosis)
yang lebih sedikit pada luka tersebut, maka pertumbuhan dari jaringan granulasi itu
yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah dan jaringan-jaringan ikat- akan berjalan
lebih baik. Jika pada seluruh permukaan luka sudah terbentuk jaringan granulasi
maka keropeng luka akan terlepas.
Kemudian akan terbentuk bekas luka tertutup oleh lapisan kulit yang tipis (bekas
luka yang tertutup lapisan kulit itu adalah lapisan granulasi). Tanda-tanda bekas ini
akan memudar dan berkerut.
Disamping faktor-faktor yang disebut tadi, ada masalah lain, yaitu tentang
terinfeksinya luka oleh mikroorganisme yang ada pada luka tersebut, yang nanti akan
sangat menentukan penyembuhan lukanya. Luka steril seperti luka operasi akan lebih
cepat sembuh daripada luka meradang.
Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor berikut akan berpengaruh
pada proses penyembuhan luka :
a. Pengaliran darah lokal. Ini harus seoptimal mungkin dalam proses
penyembuhan yang baik ;
b. Ada atau tidak adanya edema. Adanya edema dapat menghalangi penyembuhan
luka karena dengan demikian pengaliran darah akan terganggu ;
c. Zat-zat pembakar dan pembangun. Zat-zat ini harus ada dalam kadar yang
cukup dalam makanan yang dikonsumsi ;
d. Kebersihan luka. Luka yang bersih akan lebih cepat sembuh daripada luka ynag
banyak nekrosisnya ;
e. Besarnya luka. Luka ynag besar akan lebih lama sembuhnya daripada luka yang
kecil, dimana tepi luka itu lebih berdekatan ;
f. Kering atau tidaknya luka. Luka yang kering akan lebih cepat sembuh daripada
luka yang basah, karena luka kering akan lebih cepat tumbuh lapisan granulasi
dibawah keropeng luka.
Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu:
a. Pemulihan jaringan → Regenerasi jaringan pulih seperti semula baik
struktur maupun fungsinya.
b. Repair → Pemulihan atau penggantian oleh jaringan Ikat (Mawardi Hasan,
2002).
Fase penyembuhan luka terdiri dari
a. Fase koagulasi dan inflamasi (0-3 hari)
Koagulasi merupakan respon yang pertama terjadi sesaat setelah luka
terjadi dan melibatkan platelet. Pengeluaran platelet menyebabkan
vasokontriksi. Proses ini bertujuan untuk hemostasis sehingga mencegah
perdarahan lebih lanjut.
Fase inflamasi selanjutnya terjadi beberapa menit setelah luka terjadi
berlanjut sekitar 3 hari. Fase inflamasi memungkinkan pergerakan
leukosit(utamanya Neutrifil). Neotrofil selanjutnya memfagosit dan
membunuh bakteri dan masuk ke matriks fibrin dalam persiapan
pembentukkan jaringan baru .
b. Fase proliferasi/rekonstruksi (2-24 hari)
Apabila tidak ada infeksi/kontaminasi pada fase inflamasi, maka proses
penyembuhan selanjutnya memasuki tahapan proliferasi/rekonstruksi.
Tujuan utama fase ini adalah :
1) Proses granulasi (untuk mengisi ruang yang kosong pada luka)
2) Angiogenesis (pertumbuhan kapiler baru)
Secara klinis akan tampak kemerahan pada luka. Angiogenesis
terjadi bersamaan dengan fibrioplasia. Tanpa proses angiogenesis sel-sel
penyembuhan tidak dengan bermigrasi, replikasi, melawan infeksi dan
pembentukkan atau deposit komponen matriks baru.
3) Proses konstriksi (untuk menarik kedua tepi luka agar saling
berdekatan).
Menurut Hunt (2003) konstraksi adalah peristiwa fisiologi yang
menyebabkan terjadinya penutupan pada luka terbuka
c. Fase Remodilling atau Maturasi (24 hari – 3 tahun)
Fase ini merupakan fase terakhir dan terpanjang pada proses
penyembuhan luka. Aktifitas sintesis dan degradasi kolagen berada
dalam keseimbangan. Akhir dari penyembuhan didengankan parut luka
yang matang yang mempunyai kekuatan 80% disbanding kulit normal.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
a. Timbulnya pendarahan. Sebagai akibat dari suatu kerusakan, dapat timbul
ditempat-tempat berlemak yang kurang aliran darah. Pembuluh darah itu dapat
rusak pada tempat yang berlemak tadi, akibat dari tegangan pada luka atau oleh
gerakan yang dipaksakan. Pendarahan itu dapat terjadi diluar maupaun di dalam
tubuh.
b. Adanya infeksi pada luka. Luka menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Oleh karena itu cara perawatan luka harus tertuju pada usaha
untuk menghindari terjadinya pencemaran luka atau sedapat mungkin
membatasinya. Meskipun demikian higiene luka merupakan satu-satunya faktor
pada perawatan luka yang menyebabkan timbulnya infeksi karena kondisi umum
pasien dan tempat terjadinya luka juga sangat menentukan dalam hal ini.
c. Vaskularisasi yaitu proses menjadi penuh dengan pembuluh darah,
pembentukan pembuluh darah secara abnormal atau berlebihan
d. Mempengaruhi luka karena luka membutuhkan peredaran darah yang baik untuk
pertumbuhan atau perbaikan sel.
e. Usia. Kecepatan perbaikan sel berlangsung dengan pertumbuhan atau
kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya proses penuaan dapat
menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dengan memperlambat proses
penyembuhan luka.
f. Anemia. Memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel
membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu orang yang mengalami
kekurangan kadar Hb dalam darah akan mengalami proses penyembuhan yang
lebih lama.
g. Penyakit. Adanya penyakit seperti diabetes melitus & ginjal dpt memperlambat
proses penyembuhan luka.
a. Nutrisi. Merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel, terutama
karena terdengan kandungan zat gizi didalamnya
b. Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stress, mempengaruhi proses
penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk, banyak mengkonsumsi obat –
obatan, merokok atau stres akan mengalami proses penyembuhan yang lebih
lama.
5. Masalah atau Komplikasi yang Terjadi pada Luka
a. Infeksi, terjadi bila terdapat tanda - tanda seperti kulit kemerahan, demam atau
panas, rasa nyeri dan timbul bengkak, jaringan di sekitar luka mengeras, serta
adanya kenaikan leukosit.
b. Dehiscene, merupakan pecahnya luka sebagian atau seluruhnya yang dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kegemukan, kekurangan nutrisi,
terjadinya trauma, dsb. Sering ditandai dengan kenaikan suhu tubuh (demam),
dan rasa nyeri pada daerah luka.
c. Eviceration, yaitu menonjolnya organ tubuh bagian dalam kearah luar melalui
luka. Hal ini dapat terjadi jika luka tidak segera menyatu dengan baik akibat
proses penyembuhan yang lambat.
d. Perdarahan, ditandai dengan adanya perdarahan disertai perubahan tanda
vital seperti kenaikan denyut nadi, kenaikan pernapasan, penurunan tekanan
darah, melemahnya kondisi tubuh, kehausan, serta keadaan kulit yang dingin
dan lembab.
6. Tanda – Tanda Infeksi pada Luka
a. Dolor
Dolor adalah rasa nyeri, nyeri akan terasa pada jaringan yang mengalami
infeksi. Ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi mengeluarkan zat
tertentu sehingga menimbulkan nyeri. Rasa nyeri mengisyaratkan bahwa terjadi
gangguan atau sesuatu yang tidak normal (patologis) jadi jangan abaikan rasa
nyeri karena mungkin saja itu sesuatu yang berbahaya.
b. Kalor
Kalor adalah rasa panas, pada daerah yang mengalami infeksi akan terasa
panas. Ini terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah lebih banyak ke
area yang mengalami infeksi untuk mengirim lebih banyak antibodi dalam
memerangi antigen atau penyebab infeksi.
c. Tumor
Tumor dalam konteks gejala infeksi bukanlah sel kanker seperti yang
umum dibicarakan tapi pembengkakan. Pada area yang mengalami infeksi akan
mengalami pembengkakan karena peningkatan permeabilitas sel dan
peningkatan aliran darah.
d. Rubor
Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang mengalami infeksi
karena peningkatan aliran darah ke area tersebut sehingga menimbulkan warna
kemerahan.
e. Fungsio Laesa
Fungsio laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan yang mengalami
infeksi. Contohnya jika luka di kaki mengalami infeksi maka kaki tidak akan
berfungsi dengan baik seperti sulit berjalan atau bahkan tidak bisa berjalan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA LUKA
1. Pengkajian Luka
a. Anamnesa
1) Tanggal dan waktu pengkajian → Mengetahui perkembangan penyakit.
2) Biodata → Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat.
3) Keluhan utama
4) Riwayat kesehatan → Kesehatan sekarang (PQRST), riwayat penyakit
dahulu, status kesehatan keluarga dan status perkembangan.
5) Aktivitas sehari-hari
6) Riwayat psikososial
b. Pemeriksaan Kulit
Menurut Bursaids (1998), teknik pemeriksaan kulit dapat dilakukan melalui
metode inspeksi dan palpasi.
1) Melihat penampilan luka (tanda penyembuhan luka) seperti :
a) Adanya perdarahan
b) Proses inflamasi (kemerahan dan pembengkakan).
c) Proses granulasi jaringan (yaitu menurunnya reaksi inflamasi pada saat
pembekuan berkurang).
d) Adanya parut atau bekas luka (scar) akibat fibroblas dalam jaringan
granulasi mengeluarkan kolagen yang membentuknya serta
berkurangnya ukuran parut yang merupakan indikasi terbentuknya
koloid.
2) Melihat adanya benda asing atau bahan – bahan pengontaminasi pada luka
misalkan : tanah, pecahan kaca atau benda asing lain.
3) Melihat ukuran, kedalaman dan lokasi luka.
4) Adanya drainase, pembengkakan, bau yang kurang sedap dan nyeri pada
daerah luka.
2. Diagnosa Keperawatan
Dalam diagnosis keperawatan beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan pada daerah
luka.
b. Nyeri akibat terputusnya kontinuitas jaringan.
Contoh diagnosa Keperawatan NANDA
a. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan : Insisi bedah, cedera
akibat zat kimia, efek tekanan, sekresi dan ekskresi.
b. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan : Imobilisasi fisik,
paparan sekresi.
c. Risiko infeksi yang berhubungan dengan : Malnutrisi, kehilangan jaringan dan
peningkatan paparan lingkungan.
d. Nyeri yang berhubungan dengan : Insisi bedah.
e. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan : Nyeri luka operasi.
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan :
Ketidakmampuan menelan makanan.
g. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan : Nyeri insisi
abdomen.
h. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan : Gangguan aliran arteri,
gangguan aliran vena.
i. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan : Persepsi terhadap jaringan
parut, persepsi terhadap dariain operasi, reaksi terhadap pengangkatan bagian
tubuh melalui pembedahan.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan :
a. Meningkatkan hemostasis luka.
b. Mencegah infeksi.
c. Mencegah cedera jaringan yang lebih lanjut.
d. Meningkatkan penyembuhan luka.
e. Mempertahankan integritas kulit.
f. Mendengankan kembali fungsi normal.
g. Memperoleh rasa nyaman (mengurangi nyeri).
4. Rencana Tindakan
a. Mencegah terjadinya infeksi dengan cara menjaga atau mempertahankan agar
luka tetap dalam keadaan bersih.
b. Mengurangi nyeri dan mempercepat proses penyembuhan luka dengan cara
melakukan perawatan luka secara aseptic.
5. Evaluasi
a. Evaluasi terhadap masalah luka secara umum dapat dinilai dari sempurnanya
proses penyembuhan luka, tidak ditemukan adanya tanda radang, tidak ada
perdarahan, luka dalam keadaan bersih dan tidak ada keloid atau skiatrik.
b. Mengevaluasi penyembuhan luka secara terus menerus yang dilakukan selama
mengganti balutan, saat terapi diberikan dan saat klien berusaha melakukan
sendiri perawatan lukanya.
c. Mengevaluasi setiap intervensi yang dilakukan untuk mempercepat
penyembuhan luka dan membandingkan kondisi luka dengan data pengkajian.
d. Mencari tahu kebutuhan klien dan keluarga tentang peralatan bantuan tambahan.
Contoh proses diagnostik keperawatan untuk penyembuhan luka.
AKTVITAS
PENGKAJIAN
BATASAN KARAKTERISTIK DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Infeksi
permukaan kulit
Terdengan luka, dariainase dari
luka berwarna kuning dan berbau
busuk, tepi luka tidak saling
berdekatan, jahitan tetap berada di
tempatnya.
Kerusakan
integritas kulit yang
berhubungan
dengan luka yang
terkontaminasi.
Infeksi adanya
tanda-tanda
penyembuhan
luka
Tedengan dariainase berwarna
coklat kemerahan pada hari ke-5
setelah operasi, tepi luka tidak
saling berdekatan
Risiko infeksi yang
berhubungan
dengan luka
traumatik yang
terkontaminasi
Ukur suhu, nadi
dan jumlah sel
putih klien
Klien febris, Nadi 125x/m, jumlah
leukosit (sel darah putih)
12.000/mm3
Contoh rencana asuhan keperawatan untuk kerusakan integritas kulit
Dx. Kep : Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan luka yang
terkontaminasi.
TUJUAN
HASIL YANG
DIHARAPKA
N
INTERVENSI RASIONAL
Integritas kulit
pada area luka
operasi
meningkat
Luka besih dan
utuh tanpa
inflamasi,
dariainase at
Jaga agar luka tetap
bersih dan kering
Ganti balutan sesuai
program termasuk
Penyembuhan luka
bergantung pada
keadaan yang bersih
dan lembab untuk
pada 20 april maserase pada
18 april
Tepi luka saling
berdekatan
debridemen dan
pemberian obat –
obatan.
Intruksikan klien atau
orang yang penting
bagi klien untuk
mengkaji dan merawat
luka.
Minta klien
mendemonstrasikanny
a kembali
proses epitelialisasi
dan deposisi jaringan
Granulasi (Atwater,
1989;
Cooper,1992
).Pengkajian luka dan
kulit di sekitarnya
secara teratur dana
akurat merupakan hal
yang penting dalam
rencana asuhan
keperawatan untuk
manejemen luka
( Cooper, 1992 ).
Contoh Evaluasi untuk intervensi kerusakan integritas kulit
TUJUAN TINDAKAN EVALUATIFHASIL YANG
DIHARAPKAN
Integritas kulit
pada area luka
operasi
semakin baik
Inspeksi permukaan kulit didekat
luka & disekitar tempat dariain
Observasi kondisi luka & karakter
dariainase
Luka bersih & utuh tanpa
inflamasi, dariainase atau
maserasi
Tepi luka saling mendekat
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997).
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma
benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan
hewan (R.Sjamsu Hidayat, 1997).
Fase penyembuhan luka terdiri dari Fase koagulasi dan inflamasi (0-3 hari) Fase
proliferasi/rekonstruksi (2-24 hari) dan Fase Remodilling atau Maturasi (24 hari – 3
tahun)
DAFTAR PUSTAKA
Steven, P., Bordui, F., dkk. 1997. Ilmu Keperwatan Jilid 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Murwani, Arita, 2009. Keterampilan Dasar Praktek Klinik Keperawatan. Yogyakarta: Fitra
Maya.
Price & Wilson. 2001. Patofisiologi.Jakarta:EGC
http://s1-keperawatan.umm.ac.id/files/file/konsep%20luka.pdf
Top Related