PENELITIAN UNGGULAN
JUDUL PENELITIAN:
Aplikasi Metode Moving Average (MA) dan Upward Continuation Data
Bouguer Anomali Gravity Untuk
Pemodelan 3D Daerah Resiko Gempa Pulau Timor dan Flores
TIM PENGUSUL: Dr.rer.nat. Eko Minarto, M.Si.
197502051999031004
MARET 2020
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
a. Judul Penelitian : Aplikasi Metode Moving Average (MA) dan
Upward Continuation Data Bouguer Anomali Gravity Untuk Pemodelan 3D
Daerah Resiko Gempa
Pulau Timor dan Flores
2 Faridawati, MSi Anggota Optik
Instrumentasi
ITS
3 Yopiter Lukas
Alexander Titi, S.Si.,
Anggota Geofisika Unimor
c. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi
penelitian):
Data Gravity Lapangan Kepulauan Flores dan Timor
d. Masa Pelaksanaan
e. Usulan Biaya DRPM Ditjen Penguatan Risbang
Tahun ke-1 : Rp 78.000.000
f. Lokasi Penelitian (lab/studio/lapangan) Lapangan Kepulauan
Flores dan Timor
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Lulusan s1
i. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu (uraikan tidak lebih
dari 50 kata, tekankan pada
gagasan fundamental dan orisinal yang akan mendukung pengembangan
iptek)
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
j. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran untuk setiap mahasiswa
peserta (tuliskan nama
terbitan berkala ilmiah internasional bereputasi, nasional
terakreditasi, atau nasional
tidak terakreditasi dan tahun rencana publikasi)
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
k. Rencana luaran HKI, buku, purwarupa atau luaran lainnya yang
ditargetkan, tahun
rencana perolehan atau penyelesaiannya untuk setiap mahasiswa
peserta (kalau ada)
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI
....................................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR
........................................................................................
v
DAFTAR TABEL
.............................................................................................
v
2.6.Target
Luaran.......................................................................................6
3.2 Batuan
.............................................................................................
12
3.2.3. Batuan Metamorf (Metamorphyc Rocks)
.................................14
3.3 Prinsip Dasar Gravitasi
....................................................................
16
3.4 Anomali Gravitasi
............................................................................
18
3.6 Gravitasi Teoritis
.............................................................................
21
iv
3.7.3.2. Koreksi Curvature
...............................................25
3.9 Continuous Wavelet Transform (CWT)
............................................ 28
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 5 ORGANISASI TIM, JADUAL, DAN ANGGARAN BIAYA
5.1 Organisasi Tim Peneliti
....................................................................
33
5.2 Jadual Kerja Penelitian
....................................................................
34
5.3 Anggaran Biaya Penelitian
..............................................................
35
BAB 6 DAFTAR PUSTAKA
............................................................................
38
DATA DIRI
PENELITI........................................................................................42
Gambar 3.2 Gaya tarik menarik antara dua partikel massa
............................... 16
Gambar 3.3 Potensial gravitasi oleh distribusi massa kontinu
........................... 17
Gambar 3.4 Hubungan antara medan gravitasi dengan densitas
permukaan ...... 19
Gambar 3.5 Bidang referensi
...........................................................................
20
Gambar 3.6 Koreksi udara bebas terhadap data gravitasi
.................................. 23
Gambar 4.1 Diagram alir penelitian
.................................................................
25
DAFTAR TABEL
Tabel 5.2. Mahasiswa S1 yang terlibat
..............................................................
33
Tabel 5.3. Anggaran Biaya Penelitian
.................................................................35
1 | P a g e
BAB I
RINGKASAN PENELITIAN
Pulau Flores dan Timor merupakan salah satu Pulau di Kepulauan
Nusa
Tenggara yang yang sering mengalami gempa karena memiliki struktur
geologi
yang sangat rumit dan menarik untuk diteliti. Dalam penelitian yang
akan
dilakukan, akan diterapkan metode gravitasi dengan teknik Moving
Average dan
Upward Continuation untuk menginterpretasikan permukaan dangkal
(shallow
surface) pulau Flores dan Timor untuk pemodelan 3D daerah resiko
gempa di pulau
Flores dan Timor. Pemanfaatan teknik continuous wavelet transform
CWT dalam
metode gravitasi dimaksudkan untuk mengurangi masalah non-uniqness
dan faktor
ambiguity yang sering terjadi dalam analisis dan interpretasi medan
potensial
gravitasi, karena mampu menyediakan model geometri, kedalaman, dan
lokasi
sumber anomali tanpa informasi apriori.
Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan data gravitasi
sekunder
dari Bureau Gravimetric International (BGI) yang disediakan
website
http://topex.ucsd.edu/cgi-bin/get_data.cgi., dengan mengambil
daerah seluruh
pulau Flores dan Timor yang sebelumnya telah diketahui batuan
dasarnya dengan
metode gravitasi pula. Penelitian yang akan dilakukan bertujuan
untuk
menganalisis secara kualitatif untuk memetakan anomali gravitasi
pulau Flores dan
Timor, memodelkan permukaan dangkal dengan teknik CWT, dan
menginterpretasikan struktur permukaan berdasarkan anomali
gravitasi.
Teknik CWT akan dilakukan saat menganalisis data anomali lokal
untuk
memperoleh model yang dapat diinterpretasi secara kualitatif dengan
menggunakan
perangkat lunak Matlab, sedangkan interpretasi secara kuantitatif
akan dilakukan
dengan inversi menggunakan perangkat lunak Grav2DC dengan membuat
model
yang mengacu pada hasil CWT. Hasil penelitian ini diharapakan dapat
memberikan
2 | P a g e
informasi mengenai struktur permukaan dangkal pulau Flores dan
Timor untuk
pemodelan 3D daerah resiko gempa di pulau Flores dan Timor yang
diharapkan
akan berguna bagi perkembangan ilmu geofisika dan berguna bagi
penelitian
selanjutnya.
inversi, shallow Surface, ambiguity.
BAB 2
Pulau Timor merupakan salah satu pulau di kepulauan Nusa
Tenggara
Timur yang terletak pada 123o25'-127o19' Bujur Timur 8o17'-10o22'
Lintang Selatan
dan secara admisnistratif dikuasai oleh dua Negara yakni Timor
Leste di wilayah
timur, dan Indonesia di wilayah barat.
Daerah ini sebelumnya sudah seringkali diselidiki baik dan segi
geologi
maupun paleontologinya. Geologi maupun struktur geologinya sangat
rumit dan hal
ini menjadikan pulau tersebut menjadi obyek penelitian para ahli
kebumian, baik
dan dalam maupun luar negeri sejak 50 tahun terakhir.
Dalam Hamilton (1979) diperoleh informasi bahwa Pulau Timor
diduga
berada di atas pertemuan antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo
Australia.
Pulau Timor terbagi menjadi dua bagian mengikuti sumbu pulau yaitu
sebagian
besar pada sisi selatan termasuk dalam kerak benua Australia
(continental crust),
sedangkan pada bagian utara berada di atas kerak samudera (oceanic
crust) yang
termasuk dalam lempeng Eurasia.
Pulau Timor berada pada busur Banda bagian luar, busur Banda itu
sendiri
terdiri atas campuran batuan beku, sedimen, dan metamorf dengan
struktur geologi
yang kompleks. Geologi Timor yang kompleks adalah akibat dari
tumbukan
Lempeng Australia bagian barat laut dengan busur Kepulauan Banda
sehingga
kerak Benua Australia menunjam di bawah busur kepulauan dengan
arah
kecondongan ke utara. Pulau Timor sangat berbeda dengan pulau-pulau
di dalam
busur Banda. Perbedaan terjadi secara luas antara lain batuan,
kedalaman sedimen
laut, batuan metamorf dan fasies lain yang terangkat bersama-sama
pada suatu
kawasan dataran luas sebagai melange. Secara geologi pulau Timor
didominasi oleh
batuan gamping (limestone) dan lempung (soft scaly clay). Batuan
fosil tertua yang
ditemukan berumur Permian (Veevers dalam Hamilton, 1979). Fosil dan
litologi
klastik Permian pulau Timor sama dengan bagian non-glasial di barat
laut
4 | P a g e
Australia. Batuan klastik yang tersebar luas di pulau Timor berasal
dari pergerakan
massa (landmass) dari Australia.
menggunakan parameter-parameter fisika. Dalam hal ini yang menjadi
target
adalah bumi bawah permukaan. Parameter-parameter fisika yang
digunakan adalah
parameter mekanika yang meliputi metode seismik, gravitasi dan
magnetik. Metode
gravitasi merupakan salah satu metode geofisika yang berdasarkan
pada perbedaan
gaya berat yang timbul karena perbedaan massa jenis dari struktur
geologis di
bawah permukaan. Perbedaan nilai masa jenis tersebut menyebabkan
terjadinya
anomali gravitasi. Anomali gravitasi merupakan selisih antara nilai
gravitasi teoritis
dan nilai gravitasi yang diperoleh dari hasil observasi. Dengan
menganalisis
anomali dalam nilai gravitasi kita dapat memodelkan struktur bawah
permukaan
bumi (Hinze, Frese, and Saad 2013)
Teknik Continous Wavelet Transform (CWT) merupakan sebuah
teknik
analisis medan potensial yang dikembangkan untuk mengurangi masalah
non-unik
dan keambiguitas yang sering terjadi dalam analisis dan
interpretasi medan
potensial. Teknik CWT dapat menyederhanakan analisis cepat pada
data dalam
jumlah besar, serta dapat memberikan lokasi, kedalaman, dan
geometri dari sebuah
objek geologi tanpa infromasi apriori (Singh and Singh 2015). Li,
Braitenberg, and
Yang (2013) dan Singh and Singh (2015) masing-masing telah berhasil
melakukan
interpretasi data gravitasi 2 dimensi (2D) dengan menggunakan
metode tersebut.
Penelitian dengan metode gravitasi di Pulau Timor telah dilakukan
oleh
Simamora dan Untung (1983) di daratan pulau Timor bagian barat,
Tanesib (2010)
di pulau Timor dan sekitarnya, dan Ginya (2015). Tanesib membuat
kajian dan
pemodelan tektonik secara 2 dimensi (2D), Simamora dan Untung
melakukan
interpretasi secara kuantitatif mengenai batuan dasar pulau Timor
tanpa melakukan
pemodelan, Sedangkan Ginya melakukan pemodelan 3 dimensi (3D)
batuan dasar
dan diduga batuan dasar (basement rock) pulau Timor adalah batuan
metamorf.
Berdasarkan Uraian di atas maka dalam penelitian ini akan
dilakukan
pemodelan dan interpretasi permukaan dangkal (Shallow Surface)
Pulau Timor
dengan teknik Continuous Wavelet Transform (CWT) berdasarkan data
anomali
gravitasi.
2.2. Perumusan Masalah
beberapa permasalahan dalam penelitian yaitu:
1. Bagaimana memetakan pola anomali gravitasi pulau Flores dan
Timor?
2. Bagaimana model permukaan dangkal pulau Flores dan Timor
berdasarkan
medan anomali gravitasi dengan menggunakan teknik CWT?
3. Bagaimana menginterpretasikan struktur permukaan dangkal pulau
Flores dan
Timor berdasarkan medan anomali gravitasi untuk pemodelan 3D
daerah
resiko gempa di pulau Flores dan Timor?
2.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan yang
akan
dicapai dalam dalam penelitian adalah:
1. Memetakan pola anomali gravitasi regional dan pola anomali
gravitasi lokal
atau residual pulau Flores dan Timor.
2. Memodelkan struktur permukaan dangkal berdasarkan anomali
medan
gravitasi lokal dengan menggunakan teknik CWT.
3. Menginterpretasikan struktur permukaan dangkal pulau Flores dan
Timor
untuk pemodelan 3D daerah resiko gempa di pulau Flores dan
Timor.
2.4. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari penelitian yang dikerjakan yaitu:
1. Data gravitasi pulau Timor diambil dari data satelit yang
disediakan di website
http://topex.ucsd.edu/cgi-bin/get_data.cgi.
2. Pemodelan 2D dengan teknik CWT berdasarkan data anomali
lokal.
2.5. Relevansi dan Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat
berupa
informasi mengenai struktur permukaan dangkal pulau Flores dan
Timor untuk
pemodelan 3D daerah resiko gempa di pulau Flores dan Timor, dan
diharapkan
dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya untuk
pengembangan
pengetahuan geosains, geologi, dan khususnya geofisika.
Penelitian ini sejalan dengan road map yang sudah dibuat di
laboratorium
Geofisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan Analitika Data ITS
untuk 5 tahun
mendatang (Gambar 2.1). Sesuai dengan rencana strategis (renstra)
jangka pendek
yang sudah di buat ITS untuk tahun 2019-2024.
Gambar 2.1. Road map laboratorium Geofisika Departemen Fisika
Fakultas Sains dan Analitika Data ITS 2019-2024
2.6. Target Luaran
seminar dan jurnal Nasional maupun Internasional.
Target output (keluaran) Penelitian:
No. Nama/Jenis output Jumlah
1 Laporan Keberhasilan 1
3 Proceeding Internasional terindeks SCOPUS. 1
7 | P a g e
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, litostratigrafi di pulau Timor dapat dibagi menjadi
tiga
sekuen yaitu Sekuen Kekneno, Sekuen Kolbano dan Sekuen Viqueque.
Umur dari
ketiga sekuen ini berkisar dari Perm hingga Pleistosen. Menurut
Sawyer, dkk
(1993), litostratigrafi regional pulau Timor (Gambar 2.1) secara
umum disusun
oleh:
Batuan dasar adalah batuan yang mendasari lapisan di atasnya
yang
merupakan lapisan permukaan bumi. Batuan dasar mempunyai
sifat
impermeable, yaitu sulit ditembus oleh air. Dengan kata lain,
batuan dasar
mempunyai porositas yang tinggi. Menurut Sircar (2004), batuan
dasar
umumnya memiliki karakteristik keras dan brittle dengan porositas
matriks dan
permeabilitas yang rendah. Sedangkan menurut Landes, et al dalam
Sircar
(2004), batuan dasar dianggap sebagai batuan metamorf ataupun
batuan beku
(tanpa memperdulikan umur) yang ditumpangi tak selaras oleh sebuah
sekuen
batuan sedimen.
Keberadaan batuan dasar di pulau Flores dan Timor agak sulit
dimengerti. Batuan dasar berupa sekis, filit, amfibolit, dan
serpentinit pada
Kompleks Mutis/Lolotoi menunjukkan dua kisaran umur yang berbeda
yaitu
berumur Pra Perm atau berumur Jura Akhir-Kapur Awal. Kemungkinan
besar
batuan dasar berumur Pra Perm karena memiliki komposisi dan
mineralogi
yang sama dengan Kompleks Mutis/Lolotoi. Berdasarkan Ginya (2015)
diduga
bahwa batuan dasar (basement rock) pulau Timor adalah batu sabak
(slate) yaitu
batuan metamorf yang berada pada kedalaman 3 km hingga 30 km.
2. Sekuen Kekneno
8 | P a g e
Umur dari sekuen ini berkisar dari Perm Awal hingga Jura
Tengah
dengan adanya hiatus pada Jura Akhir. Sekuen ini terdiri dari
beberapa formasi,
yaitu:
Formasi ini berumur Perm Awal – Perm Akhir dengan litologi
penyusunnya
adalah biokalkarenit merah-ungu, packstone dan boundstones yang
kaya
akan rombakan cangkang koral, crinoids, byrozoids,
brachipods,
cephalopods dan fusilinids serta batuan beku ekstrusif yang
merupakan
batuan tertua di pulau Timor.
2) Formasi Atahoc
Formasi ini berumur perm Awal berdasarkan umur dari fosil
ammonoid.
Litologi dominan yang menyusun formasi ini adalah batu pasir halus
arkose
dengan ciri terpilah sedang, mineralogi terdiri atas kuarsa
monokristalin,
feldspar, plagioklas, serta terdapat fragmen filit yang berasosiasi
dengan
batuan dari Kompleks Mutis/Lolotoi.
Formasi ini diperkirakan berumur Perm Awal dan dapat dibagi
menjadi
beberapa fasies batuan yang kontinu secara lateral yaitu lapisan
batu pasir
multiwarna, batu lanau, batu lempung hitam dan batu gamping
bioklastik.
Struktur sedimen seperti ripple dan sole marks menunjukkan bahwa
arus
turbudit berperan dalam proses pengendapan formasi ini.
4) Formasi Niof
Formasi ini berumur Trias Awal – Trias Tengah yang dicirikan oleh
kontak
lapisan yang tajam serta menunjukkan banyak struktur sedimen.
Litologi
yang menyusun formasi ini adalah batu lempung berlapis tipis, batu
serpih
warna merah-hitam-coklat, batu pasir greywacke, napal dan batu
gamping
masif. Proses pengendapan formasi ini melalui mekanisme arus
turbudit.
Lingkungan pengendapan formasi ini diperkirakan terdapat pada
lingkungan laut dangkal hingga laut dalam.
5) Formasi Aitutu
Formasi ini berumur Trias Awal – Trias Akhir. Litologi penyusun
dari
formasi ini adalah batu gamping putih-merah muda dengan perselingan
batu
9 | P a g e
lempung karbonatan berwarna abu-abu hitam. Tebal lapisan konsisten
yaitu
45-60 cm dan pada bidang perlapisan dapat ditemukan makrofauna
seperti
Halobia, Daonella, Monotis, Ammonit dan fragmen fosil
lainnya.
Lingkungan pengendapan dari formasi ini adalah laut terbuka yaitu
sekitar
paparan luar.
Formasi ini disusun oleh litologi perselingan batu lempung-batu
lanau dan
batu pasir masif. Pada permukaan bidang perlapisan banyak
ditemukan
brachiopod, ammonit, fragmen tumbuhan, sole marks dan fosil
jejak.
Lingkungan pengendapan dari formasi ini berada pada area tepi
paparan.
7) Formasi Wailulu
Litologi yang menyusun formasi ini adalah batu lempung gelap
dengan
perselingan batu gamping organik, kalsilutit, batu lanau dan batu
pasir.
Umur dari formasi ini adalah Jura Awal – Jura Tengah.
Lingkungan
pengendapan dari formasi ini berkisar dari paparan dalam – paparan
tengah.
3. Sekuen Kolbano
Kisaran umur litologi pada sekuen ini berkisar dari Jura Akhir –
Pliosen
Awal dimana terdapat empat periode hiatus pada Kapur Tengah,
Paleosen
Awal, Oligosen – Miosen Awal dan Miosen Akhir – Pliosen Awal.
Sekuen ini
disusun oleh:
1) Formasi Oebaat
Formasi ini berumur Jura Akhir dan dibagi menjadi dua anggota
formasi
yaitu:
a. Batu pasir masif dengan ciri jarang memiliki kedudukan
perlapisan, tapi
saat diamati terdiri atas perlapisan batu lanau dan batu pasir.
Bagian
bawah dari unit ini terdiri dari batu lanau coklat-hitam dan batu
lempung
bernodul limonit-lanau. Lingkungan pengendapan dari unit ini
diperkirakan adalah laut.
b. Batu pasir glaukonit berlapis dengan ciri ketebalan lapisan
sekitar 40-50
cm. Fosil ammonit dan belemnit banyak ditemukan pada unit
ini.
Lingkungan pengendapan dari unit ini adalah paparan dangkal.
10 | P a g e
2) Formasi Nakfunu
packstones. Ciri khusus dari formasi Nakfunu adalah tebal lapisan
batuan
yang konsisten sekitar 3-30 cm. kehadiran fosil radiolaria sangat
melimpah
sedangkan fosil foraminifera jarang ditemukan. Umur formasi
ini
diperkirakan berumur Kapur Awal – Kapur Akhir. Lingkungan
pengendapan dari formasi ini adalah laut dalam.
3) Formasi Menu
Formasi ini berumur Kapur dan memiliki litologi yang mirip
dengan
Formasi Ofu yang berumur Tersier. Formasi ini tersusun atas batu
gamping
dimana terdapat lapisan tipis atau nodul rijing merah serta
menunjukkan
adanya belahan yang intensif. Kemiripan litologi yang dimiliki
oleh
Formasi Menu dan Formasi Ofu mengindikasikan adanya kontak
stratigrafi.
Formasi ini diendapkan dengan mekanisme turbidit pada lingkungan
laut
dalam.
Formasi ini diendapkan setelah terjadinya hiatus pada Paleosen Awal
–
Miosen Akhir. Litologi penyusun dari formasi ini adlah batu gamping
masif
berwarna putih-merah muda dengan kenampakan rekahan
konkoidal-sub
konkoidal. Pada singkapan umumnya banyak dijumpai laminasi tipis,
urat
kalsit, stilotit, kekar dan rekahan. Formasi ini diendapkan pada
lingkungan
laut dalam dengan mekanisme turbidit.
4. Sekuen Viqueque
tipe molasse yang mencakup Formasi Viqueque dan beberapa unit
melange
meskipun hubungan genetiknya sulit untuk dijelaskan. Berikut adalah
formasi
penyusun dari sekuen ini:
Secara umum formasi ini disusun oleh batuan dengan pola
suksesi
mengkasar ke atas dari kalsilutit menjadi batu pasir hingga
ditutupi aluvial
dan batu gamping terumbu Kuarter. Kisaran umur formasi ini
adalah
11 | P a g e
Miosen Akhir – Pleistosen. Formasi ini dapat dibagi menjadi dua
anggota
formasi yaitu:
a. Anggota Batu Putih, terdiri atas kalsilutit putih masif serta
napal abu-
abu dengan rombakan tumbuhan. Fosil Globigerina sangat
melimpah
pada unit batu gamping ini. Unit ini diendapkan pada lingkungan
laut
dalam yang dicirikan oleh arus tenang.
b. Anggota Noele, terdiri dari napal, napal tufaan, kalsilutit
tufaan,
biokalkarenit, batu gamping pasiran, batu lanau dan batu
pasir.
2) Melange
Secara umum terdapat dua jenis unit melange yang dapat
diidentifikasi di
pulau Timor yaitu:
Formasi Viqueque dengan batu lempung abu-abu dan blok ukuran
kerikil-bongkah di Diapir Oeleu, Pulau Semau, Oekusi dan
Halilukiuk.
b. Melange Sonnebait, merupakan endapan melange akibat proses
tektonik. Unit ini dicirikan oleh batu lempung yang mengalami
rekristalisasi dan banyak blok batuan yang menunjukkan
gerusan.
12 | P a g e
Gambar 3.1. Peta struktur geologi pulau Timor (Charlton,
2001)
Secara geologi, pulau Flores dan Timor didominasi oleh batu
gamping
(limestone) dan lempung (soft scaly clay). Batuan fosil tertua yang
ditemukan
berumur Permian (Hamilton dalam Tanesib, 2010). Fosil dan litologi
klasik
Permian pulau Timor sama dengan bagian non-glasial di barat laut
Australia.
Batuan klasik yang tersebar luas di pulau Timor berasal dari
pergerakan massa
(landmass) dari Australia. Pendapat berbeda diajukan oleh Audley,
Barber, et al.,
Carter, et al., dalam Tanesib (2010), bahwa batu gamping terbentuk
jauh di utara
dan ditransportasi ke pulau Timor hingga Australia. Laws dan Kraus
dalam Tanesib
(2010) menentang keras pendapat di atas dengan menyatakan bahwa
batu gamping
berumur upper Permian (251-260 juta tahun lalu) sangat banyak
ditemui di lepas
pantai barat laut Australia sekitar 150-250 km barat daya pulau
Timor. Fosil hewan
pada gamping adalah hewan subtropik dan bukan tropik.
3.2. Batuan
Batuan adalah kumpulan dari berbagai macam mineral yang
membentuk
satuan terkecil dari kerak bumi dan mempunyai komposisi kimia dan
mineral yang
tetap sehingga dengan jelas dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Dengan kata
lain, batuan adalah materi penyusun bumi yang terdiri dari mineral,
bahan-bahan
anorganik dan bahan-bahan vulkanik sehingga dengan jelas dapat
dipisahkan satu
dengan yang lain (Munir, 2003).
Berdasarkan terjadinya, batuan digolongkan atas batuan beku,
batuan
sedimen dan batuan metamorf. Secara umum, komposisi batuan di kerak
bumi
terdiri dari sekitar 95 % batuan beku dan hanya sekitar 5 % batuan
sedimen dan
batuan metamorf (Munir, 2003).
Batuan beku terbentuk sebagai akibat pembekuan magma di bawah
permukaan bumi dan di permukaan bumi. Berdasarkan tempat
terjadinya, batuan
beku dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Batuan Beku Intrusif (Intrusive Rocks)
13 | P a g e
Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang membeku di bawah
permukaan
bumi. Batuan beku ini terbagi menjadi:
a. Batuan beku dalam (plutonik), terjadi sebagai akibat pembekuan
magma
yang terjadi jauh di dalam perut bumi. Batuan ini dicirikan
dengan
komposisi kristal yang berukuran besar atau kasar (faneritik),
mudah
dibedakan dengan mata telanjang (megaskopis), dan tidak
berlapis-lapis.
Contohnya adalah batuan granit, diorite, sienit, dan gabro.
b. Batuan beku porfir, terbentuk di sekitar pipa magma atau kawah.
Komposisi
kristalnya beragam, mulai dari kasar sampai sedang. Contohnya
adalah
batuan granit porfir, andesit porfir, dan riolit porfir.
c. Batuan beku afanitik, memiliki tekstur krital yang halus.
Contohnya adalah
batuan latit.
2. Batuan Beku Ekstrusif (Ekstrusive Rocks)
Batuan beku ekstrusif adalah batuan yang terbentuk dari magma atau
lava yang
telah keluar ke permukaan bumi yang kemudian mendingin dan
membeku
dengan cepat. Karena proses pendinginan yang cepat maka batuan ini
memiliki
struktur kristal yang halus atau amorf. Batuan ini disebut juga
batuan vulkanik
karena terbentuk dari aktivitas vulkanik. Contohnya adalah batuan
obsidian,
basalt, dan batu apung.
Batuan sedimen terbentuk sebagai akibat dari pengendapan material
yang
berasal dari pelapukan batuan karena proses alam yang kemudian
tertransportasi ke
suatu tempat tertentu. Batuan tersebut terakumulasi dan selanjutnya
mengalami
pemampatan menjadi batuan baru. Batuan sedimen memiliki ciri
berlapis-lapis
sebagai akibat dari proses pengendapan yang berulang. Batuan
sedimen dapat
dibagi menjadi:
Terbentuk sebagai akibat dari pemampatan material hasil pelapukan
batuan
beku, batuan sedimen lain, dan batuan malihan. Ukuran butir batuan
ini
beragam. Disebut juga sebagai batuan sedimen mekanik. Contohnya
adalah
batu gamping dan batu lempung.
14 | P a g e
2. Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen organik adalah batuan sedimen yang mengandung
sisa
organisme terawetkan atau fosil. Contohnya adalah batu gamping
koral dan batu
bara.
stalagmit.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terubahkan
di
dalam bumi sebagai akibat dari tekanan dan temperatur yang sangat
tinggi. Hal ini
mengakibatkan sifat fisik dan sifat kimia batuan ini menjadi
berbeda dari batuan
asal. Batuan metamorf dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Batuan malihan kontak atau termal, terbentuk karena adanya
terobosan
magma yang mengakibatkan batuan di sekitar magma tersebut menjadi
batuan
metamorf. Contohnya adalah marmer.
2. Batuan malihan dinamik atau kinetik, terbentuk karena adanya
tekanan yang
kuat yang mengakibatkan suatu batuan berubah menjadi batuan
metamorf.
Pada Tabel 2.1 ditampilkan beberapa jenis batuan beserta nilai
densitas
masing-masing batuan.
Material Type Densitas Range
Silt
Soil
Sand
Sandstone
Shale
Limestone
Dolomite
Chalk
Halite
Phylite
Slate
Granulite
Amphibolite
Eclogite
Prinsip dasar fisika yang mendasari metode gravitasi adalah hukum
Newton
tentang gaya tarik menarik antar partikel. Hukum Newton tersebut
menyatakan
bahwa gaya tarik menarik antara dua partikel dengan massa m1 dan m2
yang terpisah
sejauh 2 – 1 dari pusat massanya sebanding dengan perkalian massa
m1 dengan
m2 dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Gaya tersebut
dijabarkan
sebagai berikut:
| |2 (2.1)
dengan 12( ) adalah gaya yang bekerja pada m2 oleh karena adanya
m1. m1 adalah
massa partikel 1 dan m2 adalah massa partikel 2. Sedangkan G adalah
konstanta
umum gravitasi yang besarnya 6,67 x 10-11 Nm2kg-2.
Gambar 3.2. Gaya tarik menarik antara dua partikel massa (Blakely,
1995)
17 | P a g e
Besaran yang terukur dalam metode gravitasi adalah kuat medan
gravitasi.
Kuat medan gravitasi dari partikel m1(1) adalah besarnya gaya per
satuan massa
pada suatu titik sejauh | − | dari 2(2), yaitu :
() = 12()
2(2) = −
Jika bumi dianggap homogen, berbentuk sferis dan tidak berotasi,
maka
besarnya kuat medan gravitasi di permukaan bumi adalah:
= () = −
2 (2.3)
dengan adalah massa bumi dan adalah jari-jari bumi. Kuat medan
gravitasi
g sering disebut sebagai percepatan gravitasi atau percepatan jatuh
bebas. Satuan g
dalam sistem cgs adalah gal (1 gal = 1 cm/s2).
Medan gravitasi merupakan medan konservatif sehingga dapat
dinyatakan
sebagai gradien dari suatu fungsi potensial skalar ∇() :
() = −∇U() (2.4)
| | merupakan potensial gravitasi massa 1(1).
Gambar 3.3. Potensial gravitasi oleh distribusi massa kontinu
(Grant and West,
1965)
Potensial gravitasi yang disebabkan oleh distribusi massa yang
kontinu
harus dihitung dengan integrasi. Jika massa terdistribusi kontinu,
mempunyai
densitas ( 0)dan volume V, maka potensial di titik P adalah :
() = ∫
| − 0| (2.5)
dengan | − 0|= √| |2+| 0|2 − 2| || 0| cos
0 adalah vektor posisi elemen massa Q terhadap O.
adalah vektor posisi titik P terhadap O.
Kuat medan gravitasi bumi dapat ditentukan dengan
mendeferensialkan
persamaan (2.5). Jika titik P berada di permukaan bumi, maka kuat
medan gravitasi
bumi g adalah:
Kuat medan gravitasi bumi yang terukur mempunyai arah vertikal
menuju
pusat bumi (sejajar sumbu z). Perubahan intensitas medan gravitasi
yang
disebabkan oleh suatu sumber anomali disebut sebagai efek
gravitasi, yang
dinyatakan sebagai:
() = − ()
= − ∫
(0)(0−)3(0)
2⁄
(2.7)
Arti fisis persamaan di atas adalah percepatan gravitasi bumi yang
nilainya
bervariasi terhadap perubahan bawah permukaan (0) (Blakely,
1995).
3.4. Anomali Gravitasi
Medan gravitasi bumi g hanya mempunyai satu arah yaitu menuju ke
pusat
bumi. Arah medan gravitasi tersebut didefinisikan sebagai arah
vertikal. Kuat
medan gravitasi bumi yang disebabkan oleh benda anomali memiliki
arah yang
bervariasi terhadap arah vertikal tergantung pada kedudukan benda
anomali.
Perubahan kuat medan gravitasi bumi yang disebabkan benda anomali
lokal ini
disebut anomali gravitasi. Anomali tersebut dilambangkan dengan dan
jika
19 | P a g e
dibandingkan dengan kuat medan gravitasi bumi bernilai sangat kecil
( << ).
Anomali gravitasi hanya dapat diukur bersama kuat medan gravitasi
bumi pada arah
yang sama.
Gambar 3.4. Hubungan antara medan gravitasi dengan densitas
permukaan (Grant
and West, 1965)
Grant dan West (1965) menjabarkan hubungan kuat medan gravitasi
dengan
densitas permukaan pada suatu bidang horizontal. Diandaikan sebuah
bidang
horizontal di z=0 memiliki densitas σ (x, y) g/cm2. Potensial
gravitasi di titik P yang
terletak pada sumbu adalah:
0 (2.8)
Karena potensial gravitasi U diakibatkan oleh massa yang
terdistribusi lokal di z=0
maka anomali gravitasi di titik P adalah:
= −
0 (2.9)
Tanda negatif pada persamaan (2.9) menyatakan bahwa Δg terukur
bersama dengan
g pada arah yang sama.
Jika posisi Q di bidang horizontal z=0 dipilih secara sebarang,
maka di peroleh:
(, ) = 2(, ) (2.10)
Anomali gravitasi pada bidang z=0 diakibatkan oleh distribusi massa
tidak
diketahui yang terletak di bawah bidang z=0. Apapun bentuk massa,
efek yang
ditimbulkan di titik manapun pada bidang z≤0 sama apabila massa
tersebut diganti
oleh distribusi permukaan pada z=0. Model densitas ini disebut
equivalent stratum.
20 | P a g e
3.5. Hubungan Antara Bidang Referensi Dengan Gravitasi
Geoid adalah bidang ekuipotensial yang mendekati permukaan laut
rata-
rata. Secara geometrik, permukaan geoid tersebut diorentasikan
relatif terhadap
suatu bidang ekuipotensial yang disebut potensial gravitasi, sama
dengan potensial
gravitasi geoid. Bentuk geometrik bidang ekuipotensial tersebut
dipilih sebagai
elipsoida putaran yang mewakili bentuk bumi sesungguhnya (bumi
normal).
Elipsoida didefinisikan memiliki kriteri-kriteria sebagai
berikut:
1. Massa elipsoida sama dengan massa bumi sesungguhnya.
2. Densitas massanya homogen.
3. Kecepatan sudut rotasi elipsoida sama dengan kecepatan sudut
rotasi bumi
sesungguhnya.
Kenyataan sebenarnya, densitas massa bumi tidak homogen dengan
adanya
gunung, lautan, cekungan, dataran yang menyebabkan elipsoida
berubah menjadi
bentuk yang disebut geoid. Secara fisis geoid disebut sebagai model
bumi yang
mendekati sesungguhnya. Geoid didefinisikan sebagai bidang
ekuipotensial yang
berhimpit dengan permukaan laut pada saat keadaan tenang dan tanpa
gangguan,
secara praktis geoid dianggap berhimpit dengan permukaan laut
rata-rata. Jarak
geoid terhadap elipsoida disebut tinggi geoid atau undulasi geoid.
Nilai undulasi
geoid tidak sama di semua tempat, disebabkan ketidakseragaman
sebaran densitas
massa bumi.
21 | P a g e
Pada prinsipnya geoid dapat diturunkan dari data gravitasi sebagai
data
utamanya yang didistribusikan mencakup seluruh permukaan bumi. Data
gravitasi
dapat diperoleh dari pengukuran secara terestris mengunakan
gravimeter dari udara
dengan teknik air-bone gravimetry, dan diturunkan dari data
satelit, serta melalui
interpolasi untuk wilayah-wilayah yang tidak ada data gaya
beratnya. Jika bumi
benar-benar ideal dalam arti elips maka orbit setelit pun akan
elips, tetapi kenyataan
bentuk fisis bumi adalah geoid maka pada saat setelit mengelilingi
bumi terjadi
pergerakan satelit naik atau turun mengikuti permukaan geoid.
Pergerakan ini
disebut defleksi vertikal.
3.6. Gravitasi Teoritis
adalah mencari nilai medan gravitasi normal. Nilai gravitasi normal
analitis, secara
fisis terletak pada bidang referensi sferoida (z=0) sebagai titik
referensi geodesi.
Perumusan tentang medan gravitasi normal diterbitkan beberapa badan
yaitu
International Association of Geodesy (IAG) National Imagery and
Mapping
Agency (NIMA). Sistem terbaru adalah Earth Gravitational Model 2008
(EGM
2008) oleh National Geospatial-Intelligence Agency (NGA). Formula
terbaru dari
NIMA dan WGS 1984 adalah
= 978032,53359 1+0,00193185265241 2
√1−0,00669437999014 2 (2.11)
dengan gn (x,y,0) adalah nilai medan gravitasi teoritis di bidang
referensi sferoida
dan adalah posisi lintang titik pengukuran.
Model terbaru yang diterbitkan NGA disebut EGM 2008. Model terbaru
ini
tetap menggunakan formula WGS 1984. Model inilah yang digunakan
Sandwell
dan Smith untuk perhitungan anomali udara bebas.
3.7. Reduksi Data Gravitasi
Anomali medan gravitasi adalah nilai medan gravitasi yang
ditimbulkan
oleh perbedaan nilai kontras densitas di bawah permukaan bumi.
Anomali medan
gravitasi bumi diukur/terukur bersama medan gravitasi bumi. Maka
untuk
memperolehnya secara matematis dapat didefinisikan bahwa anomali
medan
gravitasi di topografi atau posisi (x, y, z) merupakan selisih dari
medan gravitasi
22 | P a g e
observasi di topografi dengan medan gravitasi teoritis di
topografi. Atau dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut:
Δg (x, y, z) = gobs (x, y, z) - gteoritis (x, y, z)
(2.12)
dengan Δg (x, y, z) merupakan anomali medan gravitasi di topografi,
gobs (x, y, z)
adalah medan gravitasi observasi di topografi dan gteoritis (x, y,
z) adalah medan
gravitasi teoritis di topografi.
Nilai medan gravitasi normal yang secara fisis terdefinisi pada
posisi
referensi sferoida g (x, y, 0) dibawa ke posisi topografi g (x, y,
z). Hal ini dilakukan
karena nilai medan gravitasi observasi secara fisis berada pada
bidang topografi.
Proses ini dikenal sebagai koreksi udara bebas.
Selanjutnya medan gravitasi normal diperhitungkan atau dikoreksi
terhadap
massa yang terletak di antara bidang referensi sferoida dengan
permukaan topografi
karena massa ini turut mempengaruhi harga anomali medan gravitasi.
Koreksi ini
dikenal sebagai koreksi topografi (Susilawati, 2005).
3.7.1. Koreksi Udara Bebas
Koreksi udara bebas merupakan proses perpindahan medan gravitasi
normal
di bidang referensi sferoida (z=0) menjadi medan gravitasi normal
di permukaan
topografi.
sebagai berikut:
gfa = - (0,3087691 – 0,0004398 sin2 ) h mgal (2.13)
dengan h adalah ketinggian titik amat dari referensi sferoida.
Untuk = 45,
diperoleh:
Gambar 3.6. Koreksi udara bebas terhadap data gravitasi
(Susilawati, 2005)
Koreksi udara bebas orde satu mengasumsikan bahwa komponen
vertikal
dari gravitasi di dekat permukaan bumi dihasilkan oleh bumi yang
berbentuk sferis
dan berbanding linier dengan jarak. Tetapi pada kenyataannya,
bentuk bumi lebih
mendekati elipsoida putar dan hukum Newton tentang gaya
tarik-menarik antar
partikel yang menyatakan bahwa gaya tarik-menarik antar partikel
berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak. Sebagai akibatnya diperlukan koreksi
udara bebas
orde dua sebagai berikut:
gfa = - (0,3087691 – 0,0004398 sin2 ) h + 7,2125 x 10-8 mgal
(2.15)
Persamaan 2.15 disebut koreksi udara bebas karena hanya
memperhitungkan udara elevasi antara permukaan topografi (titik
pengukuran)
dengan referensi sferoida. Dengan koreksi udara bebas ini maka
diperoleh anomali
medan gravitasi udara bebas di topografi sebagai:
Δgfa (x, y, z) = gobs (x, y, z) – gn (x, y, z)
(2.16)
dengan gn (x, y, 0) = g0 adalah medan gravitasi normal di bidang
referensi sferoida
dan gfa adalah koreksi udara bebas.
3.7.2. Koreksi Atmosfer
massa bumi. Karena itu dalam perhitungan anomali gravitasi
diperlukan koreksi
atmosfer. Efek gravitasi massa atmosfer sampai ketinggian titik
amat 10 km dari
elipsoida diperoleh melalui persamaan Blakely (1995):
gatm (x, y, z) = 0,874 - 9,9 x 10-5 h + 3,56 x 10-9h2 (2.17)
24 | P a g e
dengan h adalah ketinggian dari titik amat dalam meter. Jika
Koreksi atmosfer
dikurangkan dari gravitasi teoritis di titik amat, maka
diperoleh:
(x, y, z) = (x, y, z) + (x, y, z) (2.18)
3.7.3. Koreksi Topografi
Pada koreksi udara bebas, tidak diperhitungkan massa yang terletak
di
antara permukaan topografi dan referensi sferoida, padahal massa
ini sangat
mempengaruhi harga anomali medan gravitasi. Jika massa ini
diperhitungkan maka
koreksi terhadap medan gravitasi normal menjadi lengkap. Grant and
West (1965)
mendefinisikan bahwa massa yang terletak antara permukaan topografi
dan bidang
datum (referensi sferoida) dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Bagian massa yang terletak antara bidang bouguer dengan bidang
datum
dimana efek dari massa ini disebut efek bouguer. Anomali yang
dihasilkan
setelah dilakukan koreksi bouguer terhadap anomali udara bebas
disebut
anomali gravitasi bouguer sederhana.
2. Bagian massa yang berada di atas bidang bouguer dan bagian massa
yang
hilang di bawah bidang bouguer. Efek massa ini disebut efek medan
(terrain
effect). Anomali yang dihasilkan setelah dilakukan koreksi medan
terhadap
anomali bouguer sederhana disebut anomali medan gravitasi
bouguer
lengkap.
dirumuskan sebagai:
(, , ) = (, , ) − [(, , ) + (, , ) + (, , )] (2.19)
Dengan (, , ) adalah anomali gravitasi bouguer lengkap, (, ,
)
adalah koreksi bouguer sederhana, dan (, , ) adalah koreksi
curvature.
Anomali medan gravitasi bouguer lengkap merefleksikan adanya
variasi
densitas dalam kerak, dimana koreksi bouguer sederhana dan
curvature adalah
fungsi dari ketinggian dan densitas topografi.
Koreksi anomali bouguer lengkap tidak menghilangkan anomali
massa
yang terdapat di atas referensi sferoida. Hal ini disebabkan karena
densitas massa
yang digunakan dalam perhitungan bouguer lengkap adalah densitas
rata-rata
dengan menganggap massa topografi homogen. Seperti halnya pada
koreksi udara
25 | P a g e
bebas, koreksi bouguer lengkap tidak berarti secara fisis
memindahkan titik-titik
observasi ke referensi sferoida dan tidak pula menimbulkan
diskontinuitas densitas
dari massa-massa yang berada di atas dan di bawah referensi
sferoida.
3.7.3.1. Koreksi Bouguer Sederhana
horisontal dengan ketebalan yang panjangnya tak hingga. Massa ini
terletak antara
bidang bouguer dan bidang referensi sferoida. Efek dari massa ini
disebut efek
Bouguer. Model koreksi ini dikenal dengan model slab horizontal tak
hingga
dengan ketebalan h relatif dari bidang referensi sferoida ke bidang
Bouguer letak
titik amat. Besarnya koreksi Bouguer sederhana adalah
gBS = 2πρGh (2.20)
dengan ρ adalah densitas masssa Bouguer (massa topografi), G adalah
konstanta
gravitasi (6,67428x10-8 cm2g-1s2) dan h adalah ketinggian titik
amat dari referensi
sferoida
Pada koreksi ini secara geometris mengandalkan permukaan bumi
yang
datar dan masih terdapat massa kosong yang turut masuk dalam
perhitungan.
Meskipun demikian, model ini masih bisa digunakan untuk daerah
penelitian yang
sempit dengan undulasi kecil. Secara geometris, makin sempit area
penelitian maka
makin rendah derajat kelengkungan atau mendekati bentuk
datar.
3.7.3.2. Koreksi Curvature
Koreksi curvature adalah bentuk pengembangan dari koreksi
bouguer
sederhana dengan memperhitungkan kelengkungan bumi. Model cangkang
bola
atau spherical shell diajukan oleh Karl (1971). Karl menganggap
bahwa bagian
massa Bouguer berbentuk cangkang bola dengan ketebalan h dari
referensi sferoida.
Besarnya koreksi adalah:
Koreksi curvature yang lain diusulkan oleh LaFehr dengan
memodifikasi
slab horisontal tak hingga ke suatu topi sferis dengan radius
permukaan 166,735
km. Radius permukaan ini dipilih untuk meminimalkan perbedaan
antara efek topi
sferis dengan efek slab horisontal tak hingga yang tidak
diperhitungkan oleh Karl.
Koreksi curvature LaFehr (1991) dapat dirumuskan sebagai:
gc = 2 πρBG (μh – λR) (2.22)
26 | P a g e
Jika ditambahkan dengan nilai koreksi bouguer sederhana
menjadi:
gBS + gC = 2 πρBG +2 πρBG (μh – λR) (2.23)
dengan μ dan λ merupakan koefisien-koefisien tanpa dimensi dan R
adalah radius
Bumi sampai di titik amat.
Whitman (1991) mengembangkan pendekatan terhadap persamaan LaFehr
sebagai:
= 2 {
2 − [1 +
2 ]} (2.24)
dengan H adalah rasio h terhadap R (dengan R = R0 + h dan R0 adalah
radius Bumi
normal sampai referensi sferoida) dan 2α adalah adalah sudut dari
pusat Bumi.
Persamaan (2.22) merupakan koreksi kelengkungan Whitman dan
pendekatan ini akurat sampai 1 μgal untuk h kurang dari 4 km.
Suku
2 adalah gaya
gravitasi vertikal akibat kelengkungan bumi dengan sudut
kelengkungan α, suku H
menunjukkan berkurangnya kelengkungan bumi dengan bertambahnya
radius
permukaan bumi R(dengan R = R0 + h) atau dengan bertambahnya
ketebalan slab
h.
gc = 1,46410−3 − 3,53310−72 + 4,510−143ga (2.25)
3.8. Metode Kontinuasi Ke Atas (Upward Continuation)
Anomali gravitasi yang telah direduksi menjadi anomali bouguer
lengkap
masih merupakan superposisi dari anomali lokal dengan anomali
regional. Anomali
regional bersifat smooth (halus) dan biasanya disebabkan oleh
batuan-batuan yang
dalam. Sedangkan anomali lokal bersifat kasar dan disebabkan oleh
batuan-batuan
yang dangkal. Kedua anomali tersebut harus dipisahkan karena
mempunyai fungsi
yang berlainan untuk mendapatkan manfaatnya secara optimum.
Pemisahan antara
anomali regional dan anomali lokal bisa dilakukan dengan proses
kontinuasi ke atas
(upward continuation) atau kontinuasi ke bawah (downward
continuation)
(Hidayat, 2011).
Prinsip dasar metode kontinuasi ke atas adalah menghilangkan efek
lokal
sehingga yang didapatkan adalah menonjolkan efek regional.
Persamaan yang
digunakan dalam melakukan kontinuasi ke atas (Blakely,1995)
adalah:
27 | P a g e
(, . 0 − ) =
2 ∫ ∫
∞
−∞
∞
Persamaan integral ini dapat digunakan untuk menghitung nilai
medan
potensial pada sembarang titik di atas permukaan yang nilai
potensialnya ada.
Untuk mempermudah maka dikonversi dalam bentuk domain
Fourier.
Persamaan (2.26) disederhanakan menjadi dua dimensi yaitu:
(, . 0 − ) = ∫ ∫ (′, ′∞
−∞
∞
(2.27)
dengan
(2.28)
Jika medan potensial U diukur pada permukaan z=0 memenuhi
ketidaksamaan ∫ |()| ∞
transformasi Fourier F[U]. Transformasi Fourier dari persamaan
(2.27) diperoleh
dengan mentransformasikan kedua sisi persamaan tersebut ke dalam
domain-
domain Fourier dan memanfaatkan teorema sehingga diperoleh :
F[Uu] = F[Uu]F[Ψu] (2.29)
dengan F[Uu] merupakan transformasi Fourier dari medan kontinuasi
ke atas.
Untuk mendapatkan F[Uu] diperlukan suatu rumusan analitik dari
F[Ψu], yang
dapat diperoleh dari transformasi Fourier persamaan (2.28) dan
dapat dinyatakan
dalam bentuk:
= − 1
Dengan demikian transformasi Fourier dari persamaan (2.30)
menjadi:
[] = − 1
28 | P a g e
Kontinuasi ke atas dari suatu permukaan ke permukaan lain dapat
dicapai dengan
mengalikan transformasi Fourier data pengukuran terhadap suku
eksponensial
persamaan (2.31).
Continuous Wavelet Transform (CWT) merupakan salah satu teknik
yang
digunakan untuk menganalisis medan potensial dan untuk menemukan
sumber
penyebabnya. Transformasi wavelet menghadirkan beberapa keuntungan
seperti;
memungkinkan analisis lokal untuk bidang yang diukur bertentangan
dengan
transformasi Fourier global, serta, transformasi wavelet memberikan
mean untuk
menangani noise yang ada dalam data dengan benar (Moreau,
1999).
Teknik Continous Wavelet Transform (CWT) dikembangkan untuk
mengurangi masalah non-unik dan keambiguitas yang sering terjadi
dalam analisis
dan interpretasi medan potensial. Teknik CWT dapat menyederhanakan
analisis
cepat pada data dalam jumlah besar, serta dapat memberikan lokasi,
kedalaman,
dan geometri dari sebuah objek geologi tanpa infromasi apriori
(Singh and Singh,
2015)
Continuous Wavelet transform (W) dari sebuah potensial terukur 0
(x)
didefenisikan sebagai:
Di mana ψ adalah wavelet yang dianalisis, b adalah parameter
posisi, a adalah
parameter dilatasi, dan operator Da didefenisikan sebagai
a
x
koefisien-koefisien wavelet pada dua ketinggian untuk tiap-tiap
wavelet.
", '
"
'
"
"
' )',(
Di mana β merepresentasikan eksponen holder, a’ dan a”
merepresentasikan
ketinggian-ketinggian berbeda, Z0 merepresentasikan kedalaman benda
penyebab
(causative body).
BAB 4
METODE PENELITIAN
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
anomali
gravitasi pulau Flores dan Timor terkoreksi free air yang diperoleh
dari
http://topex.ucsd.edu/cgi-bin/get_data.cgi.
dengan zona penelitian adalah permukaan dangkal (shallow surface)
pulau Timor.
Pengolahan data akan menggunakan beberapa perangkat lunak
diantaranya
Microsoft Word, Surfer 9.0, Matlab R2013a, Magpick, Grav2Dc. Adapun
tahapan
dalam penelitian ini yaitu:
1. Data anomali gravitasi free air dikoreksi sampai pada koreksi
Bouguer
lengkap.
2. Data digrid menggunakan program surfer untuk memperoleh peta
konturnya.
Peta kontur yang diperoleh dalam satuan koordinat derajat geografis
juga
dikonversi ke koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) dalam
satuan
meter agar pengolahan data selanjutnya lebih mudah dikerjakan
dan
diinterpretasi.
3. Tahap selanjutnya adalah pemisahan anomali lokal dan anomali
regional
dengan metode kontinuasi ke atas (upward continuation). Anomali
Bouguer
lengkap yang diperoleh masih berupa gabungan antara anomali
regional yang
disebabkan oleh sumber dalam dan anomali lokal yang disebabkan oleh
sumber
dangkal. Untuk keperluan interpretasi dan pemodelan maka anomali
ini
dipisahkan dengan metode kontinuasi ke atas. Proses kontinuasi ke
atas
dilakukan secara coba-coba (trial and error) dan bertahap tiap
ketinggiannya,
sampai diperoleh peta kontur yang relative stabil. Tahapan ini
dilakukan
dengan perangkat lunak Magpick.
4. Melakukan pemotongan (slice) pada data anomali lokal.
5. Tahapan analisis dengan teknik CWT dilakukan pada anomali lokal
di bawah
garis pemotongan (slice) dengan memanfaatkan perangkat lunak
Matlab.
6. Pemodelan 2D menggunakan perangkat lunak Grav2Dc pada anomali
lokal di
bawah garis pemotongan mengacu pada model geometri hasil dari
analisa
CWT.
kualitatif langsung dilakukan pada kontur anomali Bouguer lengkap,
sebelum dan
sesudah dikontinuasi. Data anomali ini memberikan interpretasi
secara umum yang
memperkirakan anomali dari daerah penelitian. Interpretasi
kualitatif juga
dilakukan pada hasil analisa CWT.
Interpretasi kuantitatif dilakukan dengan pemodelan inversi 2D
yaitu
dengan mencari nilai anomali sintetik dan mencocokannya dengan
kurva anomali
lapangan untuk memperoleh model bawah permukaan. Untuk pemodelan
inversi,
jika kurva yang dihasilkan sudah menunjukkan korelasi dengan nilai
error yang
kecil, maka model yang dihasilkan tersebut yang diinterpretasikan.
Interpretasi
bawah permukaan juga dilakukan dengan mengkorelasikan nilai
densitas batuan
bawah permukaan hasil pemodelan dengan data dan informasu geologi
daerah
penelitian serta nilai densitas batuan bawah permukaan berdasarkan
data jenis
batuan menurut Telford et al., (1990).
32 | P a g e
4.4. Diagram Alir Penelitian
ANOMALI REGIONAL ANOMALI LOKAL
DAN DATA
BAB 5
5.1. Organisasi Tim
No. Nama
Jabatan dalam
Fisika bumi Pengolahan data gravity
Penyusunan makalah
Penyusunan makalah
No. Nama Jabatan
NRP
5.2. Jadual Penelitian
No. Nama Kegiatan Bulan/Tahun 2020
Maret April Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nov. Des.
1 Studi literatur mengenai
proses inversi data
5.3. Anggaran Biaya Penelitian
NIP : 19750205 1999031004
:
Aplikasi Metode Moving Average (MA) dan Upward Continuation Data
Bouguer Anomali Gravity Untuk Pemodelan 3D Daerah
Resiko Gempa Pulau Timor dan Flores
Total Dana Disetujui : Rp 78.000.000,00
Rekapitulasi Penggunaan Dana
1. Belanja Bahan
Gravity meter 1 paket 5,000,000 5,000,000
Sub Total 1
2. Belanja Barang Non Operasional Lainnya
Item Barang
Volume Satuan
Publikasi di Jurnal
Seminar
Fotocopy dan
Rapat koordinasi
Rapat koordinasi
Sub Total 2 (Rp)
3. Belanja Perjalanan Lainnya
Perjalanan ke Bandung
4. Belanja
Diwek, Jombang
Peneliti 1
Alamat : Bumi Marina
Alamat : Perumdos ITS blok D 21
Peneliti 3
Alamat: Jalan Tifa
Total Keseluruhan (Rp) 78,000,000 0 0 0
38 | P a g e
BAB 6
DAFTAR PUSTAKA
Antara news., (2010), 20 Titik Semburan Gunung Api Lumpur di Pulau
Semau
Rusak Lingkungan,
https://www.antaranews.com/berita/212782/20-titik-
pada tanggal 28 Februari 2020).
Arina, I., (2019), Geologi dan Hidrogeologi Karst Pulau Semau
Selatan Nusa
Tenggara Timur, Tesis Magister, Universitas Pembangunan
Nasional
Veteran, Yogyakata.
Blakely, R.J., (1995), Potential Theory in Gravity and Magnetic
Applications, First
Edition, Cambridge University Press, New York.
Bronto, S., Asmoro, P., Efendi, M., (2017), “Gunung Api Lumpur di
Daerah
Cengklik dan Sekitarnya Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa
Tengah”,
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Vol. 18, No. 3, Hal.
147-159.
Dampney, C.N.G., (1969), “The Equivalent Source Technique”,
Geophysics, Vol.
34, No. 1, Hal. 39-53.
DeGroot-Hedlin, C., Constable, S., (1990), “Occams Invesion to
Generate Smooth
Two Dimensional Models from Magnetotelluric Data”, Geophysics,
Vol.
55, No. 12, Hal. 1613-1624.
Dzakiya, N., Sismanto., (2014), “Pemodelan Tiga Dimensi (3D)
Lapisan Bawah
Permukaan Bumi di Subcekungan Jambi Pada Lapangan Zuhro
Berdasarkan
Analisis Data AnomaLI Gravitasi”, Berkala MIPA, Vol. 24, Hal.
268-280.
Featherstone, W.E., Dentith, M.C., (1997), “A Geodetic Approach to
Gravity Data
Reduction for Geophysics”, Computers and Geosciences, Vol. 23, No.
10,
Hal. 1063-1070.
Gotze, H.J., Li, X., (2001), “Tutorial Ellipsoid, Geoid, Gravity,
Geodesy, and
Geophysics”, Geophysics, Vol. 66, No. 6, Hal. 1660-1668.
Grandis, H., (2009), Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika,
Himpunan Ahli
Geofisika Indoensia (HAGI), Bandung.
Hantoro, W.S., Arsadi, E.M., Suyatno,. Kosasih, E., (2005),
Perubahan Iklim dan
Kegiatan Teknotik Pada Pembentukan Pulau-Pulau Kecil Terumbu
Karang
di Jalur Busur Luar Non Volkanik: Pengembangan Data Proksi
dan
Implikasi Iklim Pada Neraca Hidrologi Serta Kerawanan Bencana
Geologi
Pulau Semau, Pusat penelitian Geoteknologi-LIPI, Bandung.
Hidayat, F.S., (2011), Penyelidikan Gaya Berat Untuk Pemetaan
Struktur Bawah
Permukaan di Daerah Karanganyar Bagian Barat, Skripsi
Sarjana,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Hinze, W.J., Aiken, C., Brozena, J., Coakley, B., Dater, D.,
Flanagan, G., Forsberg,
R., Hildenbarand, T., Keller, G.R., Kellogg, J., Kucks, R., Li, X.,
Mainville,
A., Morin, R., Pilkington, M., Plouff, D., Ravat, D., Roman, D.,
Urrutia-
Fucugauchi, J., Veronneau, M., Webring, M., Winester, D., (2005),
“New
Standards for Reducing Gravity Data”, Geophysics, Vol. 70, No. 4,
Hal.
J25-J32.
Indriana, R.D., (2008a), “Analisis Sudut Kemiringan Lempeng
Subduksi di selatan
Jawa Tengah dan Jawa Timur Berdasarkan Data Anomali Gravitasi
dan
Implikasi Tektonik Vulkanik”, Berkala Fisika, Vol. 11, No. 3, Hal.
89-96.
Kaho, N.R., (2019), Kajian Bentang Alam Pulau Semau, GEF SGP
Indonesia
Wilayah Kerja Pulau Semau, Kupang.
Katili, J.A., (1975), “Volcanism and Plate Tectonics in the
Indonesia Island Arcs”,
Tectonophysics, Vol. 26, Hal. 165-188.
Kearey, P., Brooks, M., Hill, I., (2002), An Introduction to
Geophysical
Exploration, 3rd Edition, Blackwell Science, Oxford.
Lewerissa, R., (2011), Pemodelan Tiga Dimensi (3D) Struktur Bawah
Permukaan
Bumi di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Analisis Data Gravitasi,
Tesis
Magister, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Li, Y., Oldenburg, D.W., (1998), “3-D Inversion of Gravity Data”,
Geophysics,
Vol. 63, No.1, Hal. 109-119.
40 | P a g e
Li, Y., Yang, Y., (2011), “Gravity Data Inversion for The
Lithospheric Density
Structure Beneath North China Craton from EGM 2008 Model”, Physics
of
The Earth and Planetary Interiors, Vol. 189, Hal. 9-26.
Ode, H., (2017), Identifikasi Daerah Zonasi Gunungapi Purba di
Daerah
Kalisongo Kabupaten Kulonprogo Berdasarkan Aanalsis Data
Gravitasi,
Tesis Magister, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Parapat, J., Hilyah, A., Utama, W., Rahadinata, T., (2017),
“Pemodelan 3D Data
Gaya Berat Untuk Mengidentifikasi Sumber Panas Daerah Panas
Bumi
Sipoholon Sumatera Utara”, Jurnal Geosaintek, Vol. 03, Hal.
167-172.
Parera, A.F.T., Bunaga, I.G.K.S., Yusuf, M., (2015), “Pemodelan
Tiga Dimensi
Anomali Gravitasi dan Identifikasi Sesar Lokal Dalam Penentuan
Jenis
Sesar di Daerah Pacitan”, Prosiding Seminar Nasional Fisika, Vol.
IV, Hal.
45-48.
Parera, A.F.T., Yusuf, M., (2015), “Pemodelan Tiga Dimensi Anomali
Gravitasi
dan Identifikasi Sesar Lokal Dalam Penentuan Jenis Sesar di
Daerah
Sidoarjo”, Konferensi Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi
dan
Geofisika, Tangerang.
Lempeng Australia,
Sandwell, D.T., Smith, W.H.F., (2009), “Global Marine Gravity from
Retracked
Geosat and ERS-1 Altimetry: Ridge Segmentation Versus Spreading
Rate”,
Journal of Geohysic Research, Vol. 114, pp. 1-18.
Setiawan, M.R., Setiawan, A., (2015), “Pemodelan Struktur Bawah
Permukaan
Zona Subduksi dan Busur Gunungapi Jawa Timur Berdasarkan
Analisis
Data Gravitasi”, Jurnal Fisika Indonesia, Vol. 19, No. 57, Hal.
13-18.
Smith, W.H.F., Sandwell, D.T., (1997), “Global Seafloor Topography
from
Satellite Altimetry and Ship Depth Sounding’, Journal of Science,
Vol. 277,
pp. 1957-1962.
Snieder, R., and Trampert, J., (1990), Inverse Problems in
Geophysics, Department
of Geophysics, Utrecht University, Utrecht.
Stern, R.J., (2002), Subduction Zone, Review of Geophysics, Vol.
40, 1012,
doi:10.1029/2001RG000108, University of Texas, Texas.
Suhadiyatno., (2008), Pemodelan Metode Gravitasi Tiga Dimensi
Dengan
Menggunakan MATLAB, Skripsi Sarjana, Universitas Indonesia,
Depok.
Supriyanto., (2007), Analisis Data Geofisika: Memahami Teori
Inversi, Edisi
Pertama, Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia,
Depok.
Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., (1990), Applied
Geophysics, 2nd
Edition, Cambridge University Press, New York.
Wulandari, F.I., Setiawan, A., (2015), “Pemodelan Struktur Bawah
Permukaan 3D
Purwokerto dan Sekitarnya Berdasarkan Data Anomali Gravitasi
Bouguer
Lengkap”, Jurnal Fisika Indonesia, Vol.15, No. 57, Hal. 6-12.
Yenusi, K.A., (2017), Pemodelan Tiga Dimensi (3-D) Strutur Geologi
Bawah
Permukaan Daerah Panas Bumi Tulehu di Kabupaten Maluku Tengah
Menggunakan Metode Gravitasi, Tesis Magister, Universitas Gadjah
Mada,
Yogyakarta.
I. IDENTITAS DIRI PENELITI
1.2 Jabatan Fungsional Lektor
1.4 Tempat dan Tanggal Lahir
Jombang, 05 Februari 1975
1.6 Nomor Telepon/Faks
1.8 Alamat Kantor Arif Rahman Hakim 1, Surabaya 60111
1.9 Nomor Telepon/Faks
031 594 3351
S-1= 6 orang; S-2 = 8 orang; S-3 = 0 orang
1.12 Matakuliah diampu 1. Seismik Eksplorasi
2. Geodinamika
Kutipan : 23, Indeks-h : 2, Indeks i10 : 1
1.14 Researchgate
https://www.researchgate.net/profile/Eko_Minarto
1.15 Scopus Kutipan : 29, Indeks-h : 2, Indeks i10 : 2
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
S-1 S-2 S-3
Bidang Ilmu Geofisika Geofisika Geofisika
Tahun Masuk-Lulus 1992-1997 2002-2004 2009-2014
Nama Pembimbing/Promotor Dr. Hendra Grandis
Dr. Hendra Grandis
III. KEANGGOTAAN ASOSIASI
HAGI - Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
HFI – Himpunan Fisika Indonesia
Tahun
1 Tim Reviewer Naskah Soal Ujian Nasional (UNAS) 2016 Tingkat SMP
dan sederajat, Pusat Pengembangan Pendidikan (Puspendik).
Pusat Penilaian
Pendidikan
(Puspendik).
2015
2 Tim Reviewer Naskah Soal Ujian Nasional (UNAS) 2016 Tingkat SMA
dan sederajat, Pusat Pengembangan Pendidikan (Puspendik).
Pusat Penilaian
Pendidikan
(Puspendik).
2015
3 Tim Focus Group Discussion (FGD) Naskah Soal SBMPTN 2016 mata
pelajaran Fisika.
Panitia Pusat
SBMPTN 2016
ITS Surabaya 2016
8 Tim Reviewer Naskah Soal Ujian Nasional (UNAS) 2017 Tingkat SMP
dan sederajat, Pusat Pengembangan Pendidikan (Puspendik).
Pusat Penilaian
44 | P a g e
9 Tim Reviewer Naskah Soal Ujian Nasional (UNAS) 2017 Tingkat SMA
dan sederajat, Pusat Pengembangan Pendidikan (Puspendik).
Pusat Penilaian
Pendidikan
(Puspendik).
2017
10 Tim Focus Group Discussion (FGD) Naskah Soal SBMPTN 2017 mata
pelajaran Fisika.
Panitia Pusat
SBMPTN 2017
2017
11 Tim Focus Group Discussion (FGD) Naskah Soal SBMPTN 2018 mata
pelajaran Fisika.
Panitia Pusat
SBMPTN 2018
Tahun
1 Workshop Wawasan Bagi Santri TrenSains Dalam Rangka Studi Lanjut
Di Perguruan Tinggi.
Jurusan Fisika
ITS Surabaya
2015
4 Pemanfaatan Laboratorium Alam Untuk Praktikum Materi Fisika Dalam
Rangka Meningkatkan Minat Belajar Siswa SMP Pada Mata Pelajaran
Fisika di SMPN 5 Tulungagung.
LPPM - Jurusan
5 Workshop Penyusunan
Medium of Instruction
(EMI) British Council –
1 Spectral Analysis Gunung Slamet 1996 Direktorat Vulkanologi
Bandung
2 2-D StructureIdentifyUsing Magnetotelurics(MT) 1-D
DataInversionMethod
1997 Bachelor thesis Geophysics program-ITB
3 Controlled-Sources Audiofrequency Magnetotellurics (CSAMT) 1-D
Data Modelling Inversion Using Simulated Annealing Method
2004 Master thesis Geophysics program-ITB
4 Identify 1-D Structure Used Geoelectric Data Analysis
2005 Course by Postgraduated program, Proceding, Vol II, No. 3,
359
5 Identify The Fault Structure Under Surface Using
Half-Schlumberger (Head-On) Configuration for Geothermal
Exploration at Mataloko, Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 1, No.
2, 16 – 19.
2005 Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 1, No. 2, 16 – 19.
6 The Earth Structure Beneath of West Indonesia With Seismogram
Analysis Three Component
2006 Fundamental Research
7 Geoelectric Data Inversion Modelling for Geothermal Exploration
at Mataloko
2007 Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 3, No. 2, 1 - 5
8 Sediment Distribution Analysis Sunda Strait Used Total Suspended
Transport and Turbidity Data Analysis
2008 Indonesian Science Institute
9 Temperature and Pressure Distribution of Sunda Strait at November
2008
2008 Indonesian Science Institute
10 Optimization of Common Reflection Surface (CRS) attributes based
on hybrid method, 15th Annual WIT meeting
2011 14th Annual WIT meeting
11 Optimization of Common Reflection Surface (CRS) attributes based
on hybrid method
2012 15th Annual WIT meeting
12 Optimization of Common Reflection Surface (CRS) attributes based
on conjugate direction (CD) method
2012 74th Annual Conference Exhibition incorporating SPE EUROPEC
2012, Denmark
13 3-D Optimization of Common Reflection Surface (CRS) attributes
based on conjugate direction (CD) method
2013 Poster presentation at the Second Sustainable Earth Science
Conference, France
14 Optimization of Common Reflection Surface (CRS) attributes based
on conjugate direction approach using Powell search method
2014 Doctoral Dissertation Institute of Geophysics University of
Hamburg
15 Penerapan Metode Resistivitas Untuk Mengidentifikasi Struktur
Bawah Permukaan Di Sekitaran Kampus ITS Surabaya
2014 Seminar dan Lokakarya Nasional Fisika 2014, UNESA
Surabaya.
16 Application Resistivity Method Wenner Configuration For
Interpreting The Spread Of Rock Archaeological Sites Images Wetan
Temple Blitar District
2015 Poster presentation at The 5th Annual Basic Science
International Conference (BaSIC 2015) Department of
Chemistry,Faculty of Science, Brawijaya University
17 Interpretation Studies of Bouguer Anomaly Data and Density Rocks
In The Region of Mount Merapi
2015 Oral presentation at The 5th Annual Basic Science
International Conference (BaSIC 2015) Department of
Chemistry,Faculty of Science, Brawijaya University
18 Aplikasi Metode Very Low Frequency Electromagnetic (VLF-EM)
untuk Karakteristik Bawah Permukaan di Daerah Kapur Desa Melirang
Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik
2015 Seminar Nasional HFI Cabang Jateng-DIY Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta
47 | P a g e
19 Penentuan Struktur Bawah Permukaan Daerah Taman Wisata Pemandian
Air Panas Tahura R Soerjo Cangar Menggunakan Metode VLF- EM
2015 2nd 2015 International Conference on Sensor, Sensor System,
and Actuator, Bali, Indonesia
20 Pemetaan Tingkat Resiko Gempa Bumi Di Sekitar Wilayah Kota
Jayapura Berdasarkan Pengukuran Mikrotremor
2015 Seminar Nasional Fisika (SNF) 2015, Univesitas Negeri Jakarta.
Physics in the Future: Education, Application, Sustainable
Development and Innovation
21 Improving of 2-D Common Reflection Surface (CRS) Attributes
Using Powell Optimization Method
2015 The 2015 International Conference on Mathematics, its
Applications, and Mathematics Education (ICMAME 2015) at Sanata
Dharma University, Yogyakarta, Indonesia
22 Utilization of Gravity Anomaly Data GEOSAT and ERS-1 Satellite
for Estimation Reservoir Layers and Heat Source of Arjuno-Welirang
Volcano Region
2015 The 10th International
Teknologi Sepuluh Nopember
23 Optimization of Common Reflection Surface (CRS) Attributes Based
on Hybrid Method
2015 4th Annual International
Conference on Geological and
- 6 October 2015, Singapore
24 Pemetaan Struktur Bawah Permukaan Untuk Penentuan Sumber Air
Tanah Dengan Menggunakan Metode Electrical Resistivity Tomography
(ERT) Tahanan Jenis Konfigurasi Schlumberger
2015 Seminar Nasional Fisika (SNF)
2015, 28 November 2015,
2016 The 6th Annual Basic Science
International Conference
2016, Brawijaya University
26 Determination Subsurface Structure of Geothermal Area in Mount
Arjuno Using Electrical Resistivity Schlumberger Array
2016 The 6th Annual Basic Science
International Conference
2016, Brawijaya University
2016 2nd ISST (International
Seminar on Science and
Nopember, ITS Campus
Sukolilo, Surabaya, Indonesia
28 APPLICATION OF VERY LOW FREQUENCY ELECTROMAGNETIC METHOD FOR
MITIGATION LANDSLIDE DISASTER IN THE AREA OF RIVER EMBANKMENT
BRANTAS MOJOKERTO
2016 2nd ISST (International
Seminar on Science and
Nopember, ITS Campus
Sukolilo, Surabaya, Indonesia
29 ESTIMATION OF THE MAGMA CHAMBER STRUCTURE OF KERINCI VOLCANO BY
GRAVITY ANOMALY DATA
2016 2nd ISST (International
Seminar on Science and
Nopember, ITS Campus
Sukolilo, Surabaya, Indonesia
30 The subsurface three dimensional modelling volcano arc of flores
island based on gravity data analysis
2016 International Conference on
SURFACE STRUCTURE
CHARACTERISTICS IN
Nopember, ITS Campus
Sukolilo, Surabaya, Indonesia
VII. PENGALAMAN PENELITIAN dan PENGABDIAN MASYARAKAT
No Judul Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Tahun Kegiatan
1 Rancang Bangun Sistem Desalinasi Air Laut Berbasis Capacitive
Deionization (CDI) Untuk Mendapatkan Air Bersih dan Sehat
2015- 2016
2 Pengembangan Prototipe Sistem Pemanas Crude Oil Dengan
Menggunakan Gelombang Mikro
2016 Penelitian Hibah Pasca – DIKTI, 2016, Anggota
3 Penyuluhan Pemetaan Daerah Rawan Longsor Menggunakan Metode
Geolistrik Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Jombang
2015 Pengabdian Kepada Masyarakat Dana BOPTN ITS 2015, Ketua
4 Pendampingan Implementasi Laboratorium Maya di SMA Hang Tuah 4
Surabaya
2015 Pengabdian Kepada Masyarakat Dana BOPTN ITS 2015,
Anggota
5 Pemanfaatan Laboratorium Alam Untuk Praktikum Materi Fisika Dalam
Rangka Meningkatkan Minat Belajar Siswa SMP Pada Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam
2015 Pengabdian Kepada Masyarakat Dana BOPTN ITS 2015,
Anggota
6 Kajian Metode Potensial Diri Untuk Identifikasi Ketidakstabilan
Tanggul dan Pembekalan Konsep Fisikanya Bagi Pegawai Badan
Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS)
2016 Pengabdian Kepada Masyarakat Dana BOPTN ITS 2016,
Anggota
7 Permitivitas Efisiensi Pengolahan Crude Oil Dengan Mengembangkan
Interdigital Capasitors (IDCs) Sebagai Alat Ukur
2017 Penelitian Kerjasama Internasional (AIC dan ASIA- UNINET),
2017, Anggota.
8 Pembinaan Olimpiade Sains Tingkat Propinsi Bagi Siswa SMP di Kota
Surabaya Tahun 2017
2017 Pengabdian Kepada
9 Identifikasi Penyebab Kerusakan Infrastruktur di Desa Tugurejo,
Kec. Slahung, Ponorogo Sebagai Dasar Perencanaan Tata Ruang
Berbasis Kebencanaan
2017 Pengabdian Kepada
2. Asisten Peneliti
A. Identitas Diri
2 Jenis Kelamin Laki-Laki
4 E-mail
[email protected]
6 Alamat Jalan Tifa Kelurahan Fatufeto Kecamatan Alak
Kupang
-
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi
Geografi Untuk Pemetaan Daerah Rawan Banjir Di
Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pemodelan 3-D Struktur Bawah Permukaan Pulau Flores Dan Zona Sesar
Belakang Busur Berdasarkan Analisis Data
Gravitasi
Dr.rer.nat. Eko Minarto, M.Si.
Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan
Tempat
volcano arc of Folres island based on gravity
data analysis