PROPOSAL PENELITIAN
ELDER ABUSE and NEGLECT FACTOR in KELURAHAN BANGKA, JAKARTA SELATAN
Pembimbing :
Dr. dr. Rina K Kusumaratna, M.Kes
Drg. Susilowati
Disusun Oleh :
Benita Putri Permata ( 030.05.050)
Andriati Nadhilah W ( 030.06.027)
Nurul Haslinda ( 030.08.
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 4 NOVEMBER 2013 – 11 JANUARI 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
i
LEMBAR PENGESAHAN
Penelitian dengan judul
“ELDER ABUSE and NEGLECT FACTORS in KELURAHAN BANGKA, JAKARTA
SELATAN”
telah diterima dan disetujui oleh pembimbing,
sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
periode 4 November 2013 – 11 Januari 2014
Jakarta, 30 November 2013
Pembimbing, Kepala Puskesmas Pasar Minggu,
(Dr. dr. Rina K Kusumaratna, M.Kes) ( drg. Susilowati )
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Mahaesa, atas segala
nikmat dan karunia yang telah diberikan sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan sebaik-baiknya.
Penelitian ini disusun untuk melengkapi tugas di kepanitraan klinik Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Trisakti.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada dr Dr. dr. Rina K
Kusumaratna, M.Kes selaku pembimbing kami di kepanitraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Trisakti yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan dalam penyusunan
penelitian ini.
Kami sadari betul bahwa Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah
yang kami buat ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga Penelitian ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan khususnya bagi mahasiswa kedokteran.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Jakarta, 30 November 2013
Penyusun,
Benita Putri Permata ( 030.05.050)
Andriati Nadhilah W ( 030.06.027)
Nurul Haslinda ( 030.08.
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................3
1.4 Hipotesis Penelitian................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................4
1.6 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
2.1 Tinjauan Pustaka....................................................................................5
2.2 Kerangka Teori......................................................................................11
BAB III KERANGKA KONSEP, VARIABEL, DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep....................................................................................12
3.2 Variabel..................................................................................................13
3.3 Definisi Operasional .............................................................................14
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................16
4.1 Jenis penelitian.......................................................................................16
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................16
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian.............................................................16
4.4 Cara Pengambilan Sampel.....................................................................19
4.5 Instrumen Penelitian..............................................................................20
4.6 Manajemen Data....................................................................................20
4.8 Organisasi Penelitian.............................................................................21
4.11 Jadwal Kegiatan Penelitian..................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keadaan masyarakat Indonesia yang beragam sangat dipengaruhi oleh
perkembangan masyarakat dari usia dini. Pemerintah telah memperhatikan
kelangsungan pekembangan usia dini ini dengan mengoptimalkan berbagai bentuk
pengembangan di usia muda, seperti peningkatan mutu pendidikan, pengembangan
pola-pola intelektual, pola pendidikan moral dan banyak aspek lainnya. Hal ini
tentu saja menggembirakan, meskipun tidak bisa menjadi jaminan bahwa upaya
tersebut dapat meningkatkan kualitas generasi selanjutnya. Begitu besar perhatian
pemerintah kepada generasi muda, dengan harapan akan membuat bangsa ini
menjadi baik. Pemerintah begitu intens memfokuskan pengembangan dan
perbaikan pada anak-anak dan remaja, sesungguhnya melupakan keberadaan para
lansia.
Lansia sering dianggap sebagai golongan yang lemah, tetapi sesungguhnya
lansia memiliki peran yang berarti bagi masyarakat. Lansia memiliki penalaran
moral yang bagus untuk generasi dibawahnya. Namun sebelum kita merasakan
keberadaan lansia yang sebenarnya dapat membantu pembelajaran moral ini, kita
senantiasa menganggap bahwa lansia adalah simbol yang merepotkan dan kurang
kontribusi. Hal ini dikarenakan kita sendiri kurang mengapresiasi para lansia
tersebut, sehingga tidak jarang para lansia itu terlantar meskipun mempunyai
keluarga. Banyak keluarga yang karena kesibukannya terkesan melalaikan orang
tua dan memasukkannya ke panti jompo (Hardin and Hudson, 2005).
Lansia merupakan periode akhir dari rentang kehidupan manusia. Melewati
masa ini, lansia memiliki kesempatan untuk berkembang mencapai pribadi yang
lebih baik dan semakin matang. Lansia masih dapat mengembangkan diri dan
berkreasi sesuai dengan minat mereka. Lansia dapat melakukan sesuatu yang
berarti untuk diri mereka sendiri dan orang lain.
Penduduk Indonesia sedang bergerak kearah struktur penduduk menua
(ageing population). Pada tahun 2000, Indonesia menduduki peringkat ke-sebelas
di dunia dalam perihal populasi lansia yaitu sebesar 7,18% dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 22% pada tahun 2050.1 Periode tahun 1980 jumlah lansia di
Indonesia mencapai 7.998.543 atau sebesar 5,45% dari jumlah penduduk, periode
1990 mencapai11.277.557 atau sebesar 6,29% dari jumlah penduduk, periode
2000 mncapai 14.439.967 atau sebesar 7,18%. Tahun 2005, jumlah penduduk
lansia di Indonesia adalah 15.814.511 orang atau 7.97 % dari jumlah penduduk
Indonesia. Periode tahun 2006 mencapai +19 juta atau sebesar 8,90% dari jumlah
penduduk, pada periode 2010 jumlah penduduk lansia mencapai +23,9 juta atau
sebesar 9,77% dari jumlah penduduk, sedangkan prakiraan periode tahun 2020
jumlah penduduk lansia mencapai +28,8 juta atau sebesar 11,34%.2 Dari sejumlah
lansia yang terdapat di Indonesia pada tahun 2005, sejumlah 112.607 orang atau
sebesar 3,16% masih aktif bekerja baik seluruh waktu maupun paruh waktu.3
Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan tingkat fertilitas
meningkatkan jumlah lansia di Indonesia yang akan berdampak pada peningkatan
rasio dependensi. Usia harapan hidup penduduk Indonesia juga mengalami
peningkatan dari periode ke periode. Periode tahun 1980 usia harapan hidup
mencapai 52,2 tahun, tahun 1990 mencapai 59,8 tahun, tahun 2000 mencapai 64,5
tahun, tahun 2006 mencapai 66,2 tahun, prakiraan tahun 2010 mencapai 67,4
tahun, dan prakiraan tahun 2020 mencapai 71,1 tahun.4
Berdasarkan Data Statistik Indonesia didapatkan jumlah populasi lansia di
DKI Jakarta pada tahun 2005 sejumlah 404.010 orang.3 Di perkotaan sendiri
presentase lansia yang bekerja pada tahun 2011 adalah 38,99%. Sebanyak 70%
dari lansia di Jakarta masih merupakan kepala rumah tangga dan tulang punggung
untuk menghidupi dirinya sendiri maupun keluarganya. Sedangkan di Kelurahan
Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan sendiri terdata sebanyak 264
lansia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah seorang Lansia merasa nyaman tinggal di rumah itu?
2. Apakah kegiatan yang dilakukan oleh lansia sehari-hari?
3. Siapa yang mengurus Lansia selama ini?
4. Pernahkah seorang Lansia bersilang pendapat dengan anak atau keluarga
dalam satu rumah? Jika iya, seberapa seringkah? Jika Lansia tidak
sependapat apa yang Lansia lakukan? Apa yang biasanya dilakukan oleh
keluarga (yang dirasa tidak nyaman menurut Lansia)?
5. Apakah lansia dapat melakukan kegiatan di luar rumah? Bagaimana
kehidupan sosial lansia selain keluarga?
6. Apakah yang dilakukan keluarga untuk menjaga lansia sehari-hari?
7. Apakah keluarga peduli tentang kesehatan lansia? Apa yang dilakukan
keluarga untuk menjaga kesehatan lansia?
8. Apakah keluarga pernah merasa kesulitan untuk merawat lansia? Apakah
pernah merasa kesal atau marah kepada lansia karena kesulitan merawat
lansia?
9. Apakah keluarga pernah berselisih paham tentang keuangan keluarga
dengan lansia?
10. Siapa yang memenuhi kebutuhan lansia sehari-hari?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui jumlah lansia yang terabaikan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menilai peran care giver atau keluarga.
2. Menilai peran kesehatan fisik terhadap penelantaran lansia.
3. Menilai peran lingkungan sekitar dan sosial terhadap penelantaran lansia.
4. Menilai peran jenjang pendidikan terhadap tingkat produktivitas lansia.
1.4 HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dalam penelitian sebagai berikut :
1. Adakah peran keluarga sebagai faktor pada penelantaran lansia.
2. Ada peran jenis kelamin terhadap tingkat produktivitas lansia.
3. Ada peran masuknya lansia dalam binaan terhadap produktivitas lansia.
4. Ada peran kesehatan fisik terhadap terhadap tingkat produktivitas lansia.
5. Ada peran jenjang pendidikan terhadap tingkat produktivitas lansia.
6. Ada peran sosial terhadap tingkat produktivitas lansia.
1.5 . MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Instalasi / profesi Kesehatan
Institusi yang terkait dapat melakukan upaya yang berkenaan dengan
peningkatan produktivitas pada lansia.
2. Bagi Pengembangan Penelitian
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang dapat
berperan dalam meningkatkan produktivitas pada lansia.
3. Bagi Masyarakat
i. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan khususnya dokter
puskesmas untuk melakukan usaha peningkatan produktivitas dan
status kesehatan lansia.
ii. Sebagai sumber informasi bagi para keluarga yang mempunyai
anggota keluarga lansia agar dapat menghindari terjadinya
pengabaian dan meningkatkan produktivitas lansia.
1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Ruang lingkup tempat pada penelitian ini adalah Kelurahan Bangka,
Jakarta Selatan
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu dalam penelitian adalah pada bulan November 2013
sampai Januari 2014.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi lanjut usia
Lanjut usia (lansia) merupakan periode akhir dari rentang kehidupan
manusia. Melewati masa ini, lansia memiliki kesempatan untuk berkembang
mencapai pribadi yang lebih baik mengembangkan diri dan berkreasi sesuai
dengan minat mereka. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, pada Bab I menjelaskan bahwa lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.5 Secara lebih rinci
menurut Setyonegoro pengelompokan lansia sebagai berikut: lansia (geriatric age)
lebih dari 65 tahun atau 70 tahun, young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), very
old (lebih dari 80).5,6
2.1.2 Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia terdiri dari : (1) Kebutuhan
fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Seorang yang
beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi secara umum akan melakukan berbagai
upaya untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya terlebih dahulu. (2) Keselamatan
dan Rasa Aman (Safety and Security Needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan
dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan
hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan Rasa Cinta,
Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging Needs) manusia pada umumnya
membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai oleh keluarga mereka dan diterima
oleh teman sebaya dan masyarakat. Kebutuhan ini secara umum meningkat setelah
kebutuhan fisiologis dan keselamatan terpenuhi hanya pada saat individu merasa
selamat dan aman, mereka mempunyai waktu dan energi untuk mencari cinta dan
rasa memiliki serta untuk membagi cinta tersebut dengan orang lain.Kebutuhan ini
meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan
yang berarti dengan orang lain, kehangatan, persahabatan, serta mendapat tempat
atau diakui dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya. (4) Kebutuhan
Harga Diri (Self Esteem Need) menggambarkan sejauhmana individu tersebut
menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga,
dan kompeten. Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain,
kompeten, serta penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. (5) Kebutuhan
aktualisasi diri (Self Actualization Needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan
kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-
masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.6,7
Kebutuhan menurut Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling
penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat
merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan
yang berada pada tingkat di bawahnya.
Manusia memiliki kebutuhan dasar bersifat heterogen. Namun pada
hakikatnya setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Kebutuhan
tersebut bersifat manusiawi dan menjadi syarat keberlangsungan hidup seorang
manusia. Menurut maslow pemenuhan berabagai kebutuhan tersebut didorong
oleh dua kekuatan (motivasi) yakni motivasi kekurang (deficiency motivation) dan
motivasi pertumbuhan atau perkembangan ( growth motivation) dan dalam
memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang
ada.9,10 Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras
dan bergerak untuk berusaha mendapatnya (Hidayat, 2009).9
Menurut Hidayat (2009) Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh
berbagai faktor berikut9:
a. Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan
pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa
fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya.
b. Hubungan keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan
pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan
hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain.
c. Konsep diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan
kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan
(wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif
terhadap diri. Orang yang merasakan positif tentang dirinya akan mudah berubah,
mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat,
sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.
d. Tahap perkembangan. Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia
mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memilki
kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun
spiritual, mengingat berbagai fungsi organ tubuh juga mengalami proses
kematangan dengan aktivitas yang berbeda.
2.1.3 Pengertian dan Tipe Pengabaian
Pengabaian adalah berhubungan dengan kegagalan pemberi perawatan
dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan untuk kebutuhan fisik dan mental
pada individu lansia (Stanhope & Lancaster, 2004). Pengabdian adalah kegagalan
pemberi pelayanan dalam menyediakan dengan baik atauy kegagalan dalam
memberikan pelayanan yang menimbulkan kondisi bahaya fisik, mental, atau
menimbulkan sakit mental, seperti meninggalkan lansia, menolak memberi makan
atau menyiapkan makan ataupun pelayanan yang berhubungan dengan kesehatan
(Maurier & Smith, 2005). Selanjutnya Maurier dan Smith menyatakan kegagalan
dalam pemberian pelayanan yang adekuat dan kenyamanan pada lansia merupakan
perlakuan pengabaian pada lansia.
Pengabaian adalan penolakan atau kegagalan seseorang dalam
melaksanakan kewajiban pada lansia. Pengabaian merupakan kegagalan seseorang
dalam melaksanakan tanggung jawab finansial untuk memberikan kegagalan
dalam menyediakan kebutuhan seperti kebutuhan makanan, air, pakaian,
perlindungan, kebersihan diri, pengobatan, kenyamanan, keamanan individu dan
kebutuhan esensial lainnya dalam pelaksanaan tanggung jawab pada lansia
(Springhouse, 2002).
Pengabaian termasuk kondisi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak
sengaja, ketika lansia memerlukan makanan, pengobatan atau pelayanan pada
lansia tidak dilakukan. Meninggalkan lansia sendirian merupakan bentuk
pengabaian. Tidak menyiapkan pelayanan pada lansia sebagai tindakan hukuman
untuk lansia yang dilakukan oleh seseorang juga merupakan bentuk pengabaian
pada lansia (Mauk, 2010). The National Research Councilin USA tahun 2003
mendefinisikan bahwa pengabaian adalah pencabutan bantuan pada individu lansia
yang dilakukan berulangkali pada kebutuhan aktifitas sehari-hari yang penting
(Stevenson, 2008).
Menurut Burke dan Laramine (2000) pengabaian dibagi atas pengabaian
aktif dan pengabaian pasif. Pengabaian aktif adalah penolakan atau kegagalan
pemberi pelayanan melakukan kewajibannya yang dilakukan dengan sadar dan
sengaja sehingga menyebabkan pemderitaan fisik dan distres emosional pada
lansia. Pengabaian pasif adalah penolakan atau kegagalan pemberi pelayanan
melakukan kewajiban dalam memenuhi kebutuhan lansia tanpa adanay unsur
kesengajaan tetapi menimbulkan distres fisik dan emosional pada lansia.
Istilah untuk pengabaian diri atau self neglect termasuk dalam pengabaian.
Istilah pengabaian diri atau self neglect digunakan pada pengabaian lansia yang
menerima jasa pelayanan dari tenaga profesional atau provider. Istilah pengabaian
diri atau self neglect lebih banyak digunakan pada kegagalan pemberian layanan
pada lansia oleh tenaga profesional (Stevenson, 2008).
Sesuai dengan pendapat yang diuraikan tersebut, disimpulkan bahwa
pengabaian merupakan tindakan yang disengaja maupun tidak disengaja yang
menimbulkan kegagalan dalam memberikan pelayanan pada lansia sehingga
kebutuhan lansia tidak terpenuhi termasuk kebutuhan kesehatan.
2.1.4 Karakteristik Pengabaian
Adanya kondisi kesulitan dalam memperkitakan angka kejadian atau
preventasi kejadian pengabaian pada lansia. Hal ini disebabkan karena kurangnya
kegiatan untuk penemuan kasus pengabaian tersebut (Mauk, 2010). Revieu
penelitian tentang perlakuan salan pada lansia menyatakan bahwa hanya sedikit
penelitian tentang faktor resiko yang berhubungan dengan bentuk perlakuan
pengabaian pada lansia yang dilakukan (National Research Council, 2002 dalam
Maurier & Smith, 2005). Kejadian pengabaian lansia dalam keluarga merupakan
satu dari empat masalah kesehatan masyarakat yang utama (Gelles, 2000; Wallace,
1996 dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003).
Menurut Mauk (2010) tanda-tanda adanya bentuk perlakuan pengabaian
pada lansia antara lain:
a. Terlambat dalam melakukan pengobatan
b. Dehidrasi, malnutrisi, ulkus dekubitus, atau kondisi kebersihan kurang.
c. Perubahan dalam pemberian pelayanan kesehatan
d. Kehilangan alat bantu seperti gigi palsu, kacamata, alat bantu dengar, serta alat
bantu lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Acierno (2009) tentang kejadian
pengabaian, beberapa hal yang merupakan kebutuhan spesifik untuk
mengidentifikasi kejadian pengabaian pada lansia yaitu transportasi, kebutuhan
makanan dan obat, kegiatan menyiapkan makanan/memasak, aktifitas makan,
aktifitas mengambil obat, berpakaian, mandi, dan membayar daftar tagihan.
Data-data yang dikaji pada penelitian yang dilakukan Acierno tersebut,
berdasarkan pada instrumen pengkajian Instrumental Activities of Daily Living
Scale menurut Lorezt (2005). Data-data yang dikaji pada pedoman pengkajian
tersebut antara lain kemampuan menggunakan telepon, berbelanja, menyiapkan
makanan, melakukan tugas rumah, mencuci pakaian (Laundry), menggunakan alat
transportasi, usaha untuk memperoleh pengobatan, kemampuan untuk menyiapkan
kebutuhan keuangan/kebutuhan finansial.
Menurut Stevenson (2008) kriteria untuk kejadian pengabaian berfokus
pada kelalaian dalam memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan dasar
pada lansia. Selanjutnya Stevenson menyatakan efek dari pengabaian dapat dilihat
pada adanya kondisi malnutrsisi yang merupakan kondisi physical neglect.
Pengabaian merupakan hal-hal yang berkaitan dengan fungsi tubuh lansia seperti
adanya kondisi meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan dan keberdihan diri
pada lansia.
Menurut Springhouse (2002) beberapa pertanyaan yang dapat diajukan
pada lansia untuk mengidentifikasi adanya kondisi pengabaian. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut antara lain :
a. “Apakah anda sering ditinggal sendiri?”
b. “Apakah seseorang tidak memberikan bantuan atau tidak memberikan
pelayanan saat anda membutuhkan bantuan?”
c. :Apakah seseorang tidak menyiapkan kebutuhan finansial anda?”
*Bila lansia menjawab ya berarti lansia beresiko untuk mengalami kondisi
pengabaian dimasa yang akan datang.
2.1.5 Faktor yang mempengaruhi Pengabaian
Diperkirakan secara umum angka kejadian pengabaian akan meningkat
sampai 30 tahun ke depan (Burke & Lamarine, 2000). Diperkirakan angka
kejadian pengabaian menignkat setiap tahun sampai 2020 (Meiner & Lueckonette,
2006). Penelitian tentang bentuk kejadian pengabaian pada lansia dengan
menyatakan bahwa terjadi peningkatan kejadian kekerasan dan pengabaian pada
lansia dari 2,6% menjadi 4%. Pengukuran dilakukan dari Maret 2006 sampai
September 2006 dan kejadian yang dominan adalah perlakuan pengabaian pada
lansia yaitu peningkatan sebesar 1,1% (Manthorpe & Biggs, 2007).
Data dari Administration on Aging (AOA) Amerika pada tahun 1998
diidentifikasi kasus kejadian pengabaian pada lansia menempati posisi dengan
kejadian dominan yaitu sebesar 49%, dan untuk kejadian lainnya adalah kekerasan
emosional 35% eksploitasi finansial 30% kekerasan fisik 26% ditinggalkan 3%
(Meiner & Lueckonette, 2006), dan data tahun 2003 sejumlah kejadian pengabaian
dalam periode satun tahun (Maurier & Smith, 2005). Penelitian oleh Acierno
(2009) tentang prevalensi kejadian kekerasan emosional, fisik, seksual, finansial
dan pengabaian pada lansia, yang dilakukan selama 1tahun dengan hasil 4,6%
mengalami kekerasan emosional, 1,65 mengalami kekerasan fisik, 0,6%
mengalami kekerasan seksual, 5,1% mengalami pengabaian dan 5,2% mengalami
kekerasan finansial.
Kejadian pengabaian pada lansia ditemukan pada seluruh tingkat sosial
ekonomi dan pada seluruh tingkat pendidikan (Maurier & Smith, 2005).
Pengabaian pada lansia di Amerika terjadi pada seluruh strata sosial maupun ras
(Burke & Laramine, 2000). Peningkatan kasus pengabaian dipengaruhi oleh faktor
yaitu individu hidup dalam jangka waktu yang lama sehingga membutuhkan
pelayanan dalam jangka waktu yang lama, terjadinya peningkatan ketergantungan
lansia pada keluarga sebagai pemberi pelayanan (Murray & DeVos, 1997 dalam
Burke & Laramine, 2000). Selanjutnya Burke dan Laramine menyatakan
pengabaian pada lansia dapat didefinisikan sumber penyebab kejadiannya.
2.1.5 Faktor Lingkungan
Pada umumnya para lanjut usia adalah pensiunan atau mereka yang kurang
produktif lagi. Secara ekonomis keadaan lanjut usia dapat digolongkan menjadi 3
(tiga) yaitu golongan mantap, kurang mantap dan rawan.7 Golongan mantap adalah
para lanjut usia yang berpendidikan tinggi, sempat menikmati kedudukan/jabatan
baik. Mapan pada usia produktif, sehingga pada usia lanjut dapat mandiri dan tidak
tergantung pada pihak lain.6-8 Pada golongan kurang mantap lanjut usia kurang
berhasil mencapai kedudukan yang tinggi , tetapi sempat mengadakan investasi
pada anak-anaknya, misalnya mengantar anak-anaknya ke jenjang pendidikan
tinggi, sehingga kelak akan dibantu oleh anak-anaknya. Sedangkan golongan
rawan yaitu lanjut usia yang tidak mampu memberikan bekal yang cukup kepada
anaknya sehingga ketika purna tugas datang akan mendatangkan kecemasan
karena terancam kesejahteraan. Pemenuhan kebutuhan ekonomi dapat ditinjau dari
pendapatan lanjut usia dan kesempatan kerja.6,11
Pendapatan orang lanjut usia berasal dari berbagai sumber. Bagi mereka
yang dulunya bekerja, mendapat penghasilan dari dana pensiun. Bagi lanjut usia
yang sampai saat ini bekerja mendapat penghasilan dari gaji atau upah.6.8 Selain itu
sumber keuangan yang lain adalah keuntungan, bisnis, sewa, investasi, sokongan
dari pemerintah atau swasta, atau dari anak, kawan dan keluarga. Upah/gaji
sebagai imbalan dari hasil kerja para lanjut usia tidaklah tinggi.
Tingkat pendidikan lanjut usia pada umumnya sangat rendah. Hal ini
berpengaruh terhadap produktivitas kerja sehingga pendapatan yang diperoleh juga
semakin kecil. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sumber utama kinerja yang efektif
yang mempengaruhi individu adalah kelemahan intelektual, kelemahan psikologis,
kelemahan fisik .
2.1.6 Faktor sosial
Faktor hubungan sosial meliputi hubungan sosial antara orang lanjut usia
dengan keluarga, teman sebaya/ usia lebih muda, dan masyarakat.8,12 Dalam
hubungan ini dikaji berbagai bentuk kegiatan yang diikuti lanjut usia dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi lanjut usia, keluarga merupakan sumber kepuasaan.
Dukungan keluarga dan masyarakat ikt mempengaruhi produktivitas lansia.6 Data
awal yang diambil oleh peneliti terhadap lanjut usia berusia 50, 60 dan 70 tahun di
kelurahan Jambangan menyatakan bahwa mereka ingin tinggal di tengah-tengah
keluarga.12,13 Mereka tidak ingin tinggal di Panti Werdha. Para lanjut usia merasa
bahwa kehidupan mereka sudah lengkap, yaitu sebagai orang tua dan juga sebagai
kakek dan nenek.13 Sistem pendukung lanjut usia ada tiga komponen menurut
Joseph. J Gallo (1998), yaitu jaringan-jaringan informal, system pendukung
formal dan dukungan-dukungan semiformal.13 Jaringan pendukung informal
meliputi keluarga dan kawan-kawan. Sistem pendukung formal meliputi tim
keamanan sosial setempat, program-program medikasi dan kesejahteraan sosial.
Dukungan-dukungan semiformal meliputi bantuan-bantuan dan interaksi yang
disediakan oleh organisasi lingkungan sekitar seperti perkumpulan pengajian,
gereja, atau perkumpulan warga lansia setempat.
BAB III
KERANGKA KONSEP, VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 KERANGKA KONSEP
3.2 VARIABEL
3.2.1 VARIABEL DEPENDEN :
Pengabaian lansia.
3.2.2 VARIABEL INDEPENDEN :
- Fisik :
o Usia
o Jenis Kelamin
o Gangguan kesehatan jasmani
- Sosial :
o Peran Masyarakat
o Peran Keluarga
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan
rancangan cross sectional (potong silang). Dalam penelitian cross sectional
peneliti mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung dengan
melakukan pengukuran pada saat tertentu. Dalam penelitian ini variabel
dependennya adalah produktivitas lansia dan variabel independennya adalah faktor
fisik, sosial, dan lingkungan.
4.2 LOKASI dan WAKTU PENELITIAN
4.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelurahan Bangka, Jakarta Selatan.
4.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan November 2013 – Januari 2014.
4.3 POPULASI dan SAMPEL PENELITIAN
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi target adalah lansia yang terabaikan oleh keluarga atau caregiver
di Jakarta Selatan. Populasi terjangkau adalah seluruh lansia yang masuk tercatat
di kelurahan Bangka pada tahun 2013.
4.3.2 Kriteria inklusi dan eksklusi
1. Kriteria inklusi
a) Usia diatas 70 tahun
b) Lansia non – binaan yang bertempat tinggal disekitar tempat
tinggal lansia binaan.
c) Lansia yang mampu berkomunikasi aktif.
d) Lansia yang bersedia berpartisipasi dengan penelitian.
2. Kriteria eksklusi
a) Lansia dengan gangguan mental.
b) Lansia yang aktif dalam kelompok binaan kelurahan
c) Lansia yang tidak bersedia berpartisipasi engan penelitian.
4.3.3 Sampel Penelitian
Besar Sampling
Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus.
Rumus populasi infinit :
No =
Zα = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96
P = Prevalensi kelompok lansia yang terabaikan 6,42%*
Q = Prevalensi atau proporsi yang tidak mengalami peristiwa yanng diteliti :
1-0,4541 = 0,5459
d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p >10% adalah 0,05
No = = 380,9 dibulatkan menjadi 381.
*Persentase didapatkan berdasarkan Data Pusat Statistik Usia Lanjut di Indonesia,
tahun 2013 dalam buletin jendela data dan infomasi kesehatan.14 (2,6 jt dari 18jt
lansia di Indonesia adalah terlantar)
Rumus populasi finit
n =
n = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit
n0 = Besar sampel dari populasi yang infinit
N = Besar sampel populasi finit
Karena jumlah lansia yang terdapat di kelurahan Kebagusan berjumlah 264 orang
maka :
n = = 155,6
antisipasi drop out = 10% x n
antisipasi drop out = 10% x 155,6 = 15,5
Total sampel = n + antisipasi drop out
Total sampel = 155,6 + 15,5
= 171,1 171 orang
4.4 CARA PENGAMBILAN SAMPLE
Cara pengambilan sampel diambil dari populasi terjangkau yang ditentukan,
kemudian dipilih sampel yang dikehendaki dengan cara Probability sampling jenis
Cluster sampling. Sampel dikelompokkan menjadi lansia yang masuk dalam
binaan dan yang tidak masuk dalam binaan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, dan
jumlah sampel diambil 1 : 1.
Sampel penelitian
( 200 orang)
Sampel penelitian
( 200 orang)
Kecamatan Pasar Minggu
Kel. Kebagusan Kel. RagunanKel. Jatipadang Kel.Pejaten BrtKel.PejatenTmr
Purposive sampling
Binaan lansia 1 Binaan Lansia 2 Binaan Lansia 3
Binaan Lansia 6 Binaan Lansia 7 Binaan Lansia 8
Binaan Lansia 5Binaan Lansia 4
Cluster sampling
Kel. PasarMinggu
4.5 INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian diambil dengan menggunakan kuesioner.
NO INSTRUMEN FUNGSI
1 Kuesioner :
Healthy Ageing Quiz :
National Seniors Australia
Productive Ageing Centre.
2010
Untuk menilai produktivitas lansia
dan apa saja yang
mempengaruhinya.
4.6 MANAJEMEN DATA
4.6.1 Data entry
Setelah data diperoleh maka dilakukan pengolahan dengan tahapan sebagai
berikut :
1. Editing
Memeriksa kelengkapan data yang diperoleh melalui kuesioner dan
wawancara.
2. Koding
Memberi kode pada masing-masing jawaban untuk dilakukan pengolahan
data.
3. Data entry
Pemindahan data ke dalam komputer agar diperoleh data masukan yang
siap diolah. Data yang telah terkumpul dari hasil kuesioner diolah dan
dianalisis dengan menggunakan program SPSS statistics 20.
4.6.2 Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa
distribusi dan persentase pada variabel-variabel yang diteliti.
b. Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara
variabel bebas dengan variabel tergantung. Dalam analisis ini, dilakukan
chi square (Kai-kuadrat) untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
variabel bebas dengan variabel tergantung. Chi square (Kai-kuadrat)
dilakukan karena variabel bebas dan variabel tergantung bersifat nominal.
Selain itu digunakan juga uji T-independent karena terdapat variabel bebas
yang bersifat numerik.
4.6.3 Penyajian Data
Data yang telah terkumpul dan diolah akan disajikan dalam bentuk :
a. Tekstular
Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat
b. Tabular
Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel
c. Grafik
Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan diagaram batang.
4.7 ORGANISASI PENELITIAN
Pembimbing
1. Dr. dr. Rina K Kusumaratna, M.Kes
2. Drg. Susilowati
Pelaksana dan Penyusun Penelitian :
1. Benita Putri Permata
2. Andriati Nadhilah W
3. Nurul Haslinda
Perkiraan Biaya Penelitian :
1. Kertas A4 + tinta Rp 250.000,-
2. Transportasi Rp 200.000,-
3. Fotocopy Rp 300.000,-
4. Biaya tak terduga Rp 250.000,-
Jumlah Rp 1.000.000,-
4.8 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Tahap Kegiatan Waktu (dalam minggu)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Perencanaan
1 Pemilihan topik dan judul
2 Penulusuran kepustakaan
3 Pembuatan proposal
4 Konsultasi dengan pembimbing
5 Presentasi proposal
B Pelaksanaan
1 Pemilihan pasien
2 Pengumpulan data dan survey
3 Pengolahan data
4 Konsultasi deengan pembimbing
C Pelaporan Hasil
1 Penulisan laporan sementara
2 Revisi
3 Presentasi hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
1. Verma SK. Working and non-working rural and urban elderly subjective
well being and quality of life. Indian Journal of Gerontology 2008; 22(1):
p.107-18.
2. BAPPENAS. Indonesia population projection 2000 - 2025. Jakarta:
BAPPENAS; 2005.
3. Data Statistik Indonesia. Jumlah penduduk menurut kelompok umur, jenis
kelamin, provinsi, dan kabupaten/ kota [online]. Data Statistik Indonesia:
2005. Accessed on 15 September 2013. Available at:
http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?
option=com_tabel&task=&Itemid=165.
4. Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2010. Jakarta : BPS;
2010.
5. Donatti C, Moorfiit L, Deans D. Discussion Paper: defining productive
aging - engaging consumers. National Seniors Productive Ageing Centre:
2005.
6. Verma SK. Working and Non-working Rural and Urban Elderly Subjective
Well being and Quality of Life. Indian Journal of Gerontology 2008; 22(1):
p.107-18.
7. Jumita R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia di
wilayah kerja puskesmas lampasi kecamatan payakumbuh utara. Padang:
Universitas Andalas Padang; 2011.
8. Komisi Nasional Lanjut Usia. Pedoman Active Ageing (Penuaan Aktif)
Bagi Pengelola dan Masyarakat [online]. Komnas Lansia: 2005. Available
at:
http://www.komnaslansia.or.id/downloads/pedoman_active_ageing_pdf.
Accessed on 15 September 2013.
9. Suhartini R. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Orang
Lanjut Usia (Studi Kasus di Kelurahan Jombangan) Tahun 2004 [thesis].
Universitas Sumatra Utara: 2004.
10. Darmojo RB, Mariono, HH. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi
ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004.
11. Sari IM. Hubungan Antara Karakteristik Personal dengan Kemandirian
dalam Activity of Daily Living (ADL) pada Lansia di Panti Wredha
Dharma Bhakti Pajang Surakarta Tahun 2009 [thesis]. Surakarta: Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah; 2009.
12. Darmojo RB, Mariono, HH. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi
ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004.
13. Sari IM. Hubungan Antara Karakteristik Personal dengan Kemandirian
dalam Activity of Daily Living (ADL) pada Lansia di Panti Wredha
Dharma Bhakti Pajang Surakarta Tahun 2009 [thesis]. Surakarta: Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah; 2009.
Top Related