Keragaman Jenis Bambu……
Anita Mayasari & Ady Suryawan
139
KERAGAMAN JENIS BAMBU DAN PEMANFAATANNYA DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
The Diversity of Bambu Types And Its Utilization in Alas Purwo National Park
Anita Mayasari dan Ady Suryawan
Balai Penelitian Kehutanan Manado Jl. Raya Adipura, Kima Atas, Mapanget, Manado
Email : [email protected]
ABSTRACT
Bambu is monocotil and has reached 1000 types of diversity; it has been widely
used since thousands of years ago. Alas Purwo National Park is a conservation area
with high potential of bambu ecosystem; it has also been encroached. This research
aims to inventorizebthese kinds of bambu, how they are used by people, and their
further use. Data were collected through exploration, interviews, and literature
study. There are at least 13 species of bambu in the TNAP, four of them (Bambusa
spinosa, Schizostachyum blumei, Gigantochloa nigrocillata kurz, and Gigantochloa
apuz kurz havebeen widely utilized by the community. Bamboo. The pattern of
utilization of bamboo by the real impact / disturbance ecology in the management
of bamboo so we need other forms of bamboo utilization by the public needs to be
done in order to maintain the sustainability of the National Park Alas Purwo
sustainability as one conservation area in Indonesia.
Key words: diversity, bambu, Alas Purwo National Park
ABSTRAK
Bambu merupakan salah satu tumbuhan monokotil yang memiliki keragaman
mencapai 1.000 jenis dan telah banyak dimanfaatkan sejak ribuan tahun lalu.
Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) merupakan kawasan konservasi dengan
ekosistem bambu yang cukup tinggi dan telah mengalami perambahan. Penelitian
ini bertujuan untuk inventarisasi jenis-jenis bambu dan yang telah dimanfaatkan
oleh masyarakat hutan. Pengambilan data dilakukan secara eksplorasi, wawancara
dan studi pustaka. Hasil penelusuran literatur sedikitnya ada 13 jenis bambu di
TNAP dan 4 diantaranya yaitu Bambusa spinosa, Schizostachyum blumei,
Gigantochloa nigrocillata Kurz dan Gigantochloa apus Kurz telah dimanfaatkan
masyarakat untuk kehidupan. Ada sembilan macam pola pemanfaatan yang
dilakukan masyarakat yaitu untuk pembuatan bethek, congkok, lanjaran, bagang,
usuk, reng, gedhek, tampah, dan rebung. Pola pemanfaatan bambu oleh
Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012
140
masyarakat secara nyata menimbulkan dampak/gangguan ekologi pada bambu
sehingga perlu dilakukan pengelolaan bentuk-bentuk pemanfaatan bambu oleh
masyarakat demi menjaga keberlanjutan kelestarian Taman Nasional Alas Purwo
sebagai salah satu kawasan konservasi di Indonesia.
Kata kunci : keragaman, bambu, Taman Nasional Alas Purwo
I. PENDAHULUAN
Bambu merupakan salah satu tumbuhan berkeping satu (monokotil)
dan masuk dalam keluarga rumput-rumputan family Poaceae. Menurut
Krisdianto et al. (2007) jenis bambu di dunia mencapai lebih dari 1.000 jenis
yang terdiri atas 80 genus. Alamendah (2011) mengatakan jenis bambu
mencapai 1.250 jenis, dimana 159 jenis terdapat di Indonesia dan 88 jenis
diantaranya merupakan endemik Indonesia.
Husnil (2009) mengatakan bahwa bambu mampu tumbuh tinggi
dengan kecepatan 15-18 cm per hari dan mencapai tinggi maksimum dalam
waktu 4 – 6 bulan. Menurut Dransdield dan Widjaja dalam Krisdianto 2007,
batang bambu terdiri dari 50% parenkin, 40% serat dan 10% sel
penghubung (pembuluh dan sieve tuber), sifat kimiawi bambu menurut
Liese 1992 dalam Husnil 2009 tersusun dari 50-70% holoselulosa, 30%
pentose dan 20-25% lignin. Hasil pengujian sifat kimia yang dilakukan
Widnyana 2011 kandungan kadar selulosa berkisar 42,4%-53,6% , kadar
lignin 19,8% - 26,6%, kadar abu 1,24%-3,77%, kadar silica 0,10%-1,78%,
kadar ekstraktif (larut air dingin) 4,5%-9,9%, ekstraktif larut air panas 5,3%-
11,8% dan larut alcohol benzene 0,9%-6,9%.
Bambu di Indonesia pada habitat alam tumbuh secara berkelompok
karena perkembangbiakannya melalui tunas. Menurut Husnil 2009 bambu
adalah tanaman yang mampu menggunakan ruang tumbuh secara
maksimal .Produktivitas biomasa bambu per satuan luas lebih tinggi
dibanding dengan sebagian besar jenis tanaman lainnya, sehingga banyak
negara yang memilih bambu sebagai sumber energi baru yang terbarukan.
Menurut Widnyana 2011, masyarakat Indonesia tidak terlepas dari bambu
karena sifatnya yang ulet, lurus, rata, keras mudah diolah, mudah dibentuk
dan dikerjakan serta ringan. Selain itu bambu relatif lebih murah, sehingga
Keragaman Jenis Bambu……
Anita Mayasari & Ady Suryawan
141
banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan rumah, perabotan
rumah tangga, alat angkut, kerajinan, produk-produk yang menggunakan
teknologi tinggi seperti papan bambu laminasi, pulp dan kertas serta masih
banyak lagi.
Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) merupakan salah satu kawasan
konservasi yang memiliki potensi hutan bambu. Menurut Balai TNAP 1999
kawasan konservasi yang dimiliki sebesar 43.420 Ha, 17.000 Ha atau 40%
nya adalah hutan bambu. Secara ekologi, menurut Widnyana 2011 akar
rimpang bambu akan mampu menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat
tanah dan air, sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi.
Kondisi hutan bambu sangat memungkinkan adanya berbagai organisme
dapat berkembang bersama dan saling bersimbiosis. Nawari 2004
menjelaskan bahwa masyarakat sekitar hutan TNAP telah banyak
melakukan pemanfaatan bambu dari dalam kawasan konservasi hingga
banyak mengakibatkan kerusakan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keragaman jenis-jenis bambu yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar TNAP.
II. METODE PENELITIAN
Unit analisis penelitian berupa masyarakat Desa Kalipait dan Kaliasri.
Desa-desa ini dipilih dengan pertimbangan letak geografis yang berdekatan
dengan kawasan TNAP dan diasumsikan memiliki intensitas interaksi yang
tinggi dengan kawasan.
Data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer terdiri dari data bentuk-bentuk pemanfaatan bambu dan intensitas
pemanfaatan bambu (jenis, jumlah, frekuensi, dan pihak yang
memanfaatkan). Data sekunder terdiri dari data Rencana Pengelolaan TNAP
periode 1999-2014, peta situasi daerah penyangga TNAP skala 1:250.000,
peta distribusi dan kelimpahan bambu di TNAP (Supriyadi dan Hatma
Suryatmojo, 2008), dan informasi penunjang lainnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
penelitian studi kasus. Pengumpulan data dan sumber bukti dilakukan
Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012
142
dengan observasi, wawancara mendalam, studi pustaka dan dokumentasi
data terkait.
Wawancara dilakukan secara mendalam semi terstruktur dengan
menggunakan pedoman wawancara (interview guide) yang berisi daftar
pertanyaan yang disesuaikan dengan posisi/status pihak informan.
Pedoman wawancara ini bertujuan agar pembicaraan, tidak keluar dari
topik penelitian dengan tidak menutup kemungkinan pengembangan
pertanyaan untuk memperoleh informasi yang lebih detil. Wawancara
dilakukan pada waktu-waktu dan tempat yang fleksibel. Observasi
dilakukan untuk memperoleh informasi yang sifatnya terselubung, yang
mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara.
Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung objek
penelitian, sekaligus untuk mengkonfirmasi/mengkroscek informasi yang
telah diperoleh. Dalam penelitin ini dilakukan dengan mengunjungi lokasi
kawasan bambu, lokasi pengambilan bambu, lokasi pengolahan bambu, dan
lokasi peruntukan bambu.
Studi pustaka dan dokumentasi data terkait dilakukan melalui
penelusuran arsip Balai TNAP, buku-buku, jurnal, laporan-laporan
penelitian, profil desa, peta wilayah dan berbagai informasi dari dokumen
penunjang lainnya.
Data dianalisis secara deskriptif dengan langkah-langkah reduksi,
display, dan mengambil kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sebaran dan Keragaman Jenis Bambu di TNAP
Menurut Supriyadi dan Suryaatmaja (2008) kawasan TNAP memiliki
luas sebesar 43.420 ha didominasi oleh hutan bambu seluas 7.496 ha atau
17,26% dari luas kawasan. Sebaran kawasan hutan bambu digambarkan
dalam peta berikut.
Keragaman Jenis Bambu……
Anita Mayasari & Ady Suryawan
143
Keterangan (note): warna kuning adalah hutan bamboo (Yellow area indicated bamboo
forest) Sumber (Source): Supriyadi dan Suryatmojo 2008.
Gambar (Figure) 1. Peta sebaran hutan bambu di kawasan Taman Nasional Alas Purwo (Distribution map of bamboo in Alas Purwo
National Park area)
Gambar 1 menunjukkan sebaran hutan bambu di kawasan TNAP pada
zona rimba hingga zona inti. Ketinggian TNAP antara 0 – 322 mdpl dengan
jenis tanah mediteran coklat, reusol, grumusol kelabu dan alluvial
hidromorf. Kondisi iklim termasuk tipe Iklim E dengan besar Q rata-rata 100
- 167%, curah hujan 1.000 – 1.500 mm/thn, suhu rata-rata 22o – 31o C,
kelembaban 40-85% dan dipengaruhi oleh angin musim serta musim hujan
pada bulan Nopember hingga Maret. Informasi ini menjelaskan bahwa
bambu mampu tumbuh pada berbagai tipe tanah dan beriklim kering.
Menurut berbagai catatan beberapa jenis bambu mampu tumbuh di
ketinggian sampai 1000 mdpl.
Dari informasi Balai TNAP (1998) dan Supriyadi dan Suryatmojo (2008)
terdapat 13 (tiga belas) jenis bambu yang tumbuh di TNAP yang dapat
dilihat pada Table 1.
190000 mT
190000 mT
200000
200000
210000
210000
220000
220000
230000
230000
240000 mT
240000 mT
90
30
000
mU
90
30
000
mU
90
40
000
904
00
00
90
50
000
905
00
00
90
60
000
mU
90
60
000
mU
PETA DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN BAMBU
DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
4 0 4 Km
N
EW
S
Skala 1 : 250.000
Legenda :
: Batas Kawasan Taman Nasional Alas Purwo
: Kawasan Bambu
: Zone Rimba
: Zone Inti
: Zone Pemanfaatan
: Tranverse MercatorSistem Proyeksi
Sistem Grid : Universal Tranverse Mercator
Zone UTM : 50 S
Kerjasama antara :
: Balai Taman Nasional Alas Pu rwo
: Fakultas Keh utanan, Un iversitas Gadjah Mad a
7°4
9'4
5"
LS 7
°4
9'4
5" L
S
6°3
9'3
0" L
S 6°3
9'3
0" L
S
111°10'15" B T
111°10'15" B T
113°30'45"
113°30'45"
114°41'00" B T
114°41'00" B T
112°20'30"
112°20'30"
Su mber data :
1. Citra d igital Lan dsat ETM+ path/row 177 /66 d aerah Semen anjung Blam bang an dan sekitarnya,
perekaman tan ggal 28 m ei 2002
2. Fo to udara pankromatik h itam pu tih sk ala 1 : 50.000, su mber data: BAKOSURTANAL, Tah un 1994 .
Seluruh daerah penelitian terdiri dari 3 5 foto , ter susun dalam mosaik foto udara
3. Peta Ru pa B umi In donesia skala 1 : 25 .000, sum ber data : BAKOSURTANAL, tahun 2 001,
te rdiri dari delapan lembar peta , yaitu : Lem bar Sum berluhur, Pantai Plengk ung, Tg. Sem bulungan ,
G. Linggaman is, Teluk Banyub iru, Tg. Pon dokwaru , Tg. Kucur, dan Tg. Bantenan
4. Cek lapang an (ground check)
PETA INSET Propinsi Jawa T im ur
K aw asan
T. N . A las Pu rwo
Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012
144
Tabel (Table) 1. Jenis bambu yang ada di TNAP (Bamboo species in TNAP)
No Nama Lokal Nama Ilmiah BTNAP
(1998)
Supriyadi dan
Suryatmojo
(2008)
1 Bambu Apus Gigantochloa apus
2 Bambu Ampel Bambusa vulgaris
3 Bambu Jawa Gigantochloa verticillata
4 Bambu Jalar Dinochloa scandens
5 Bambu Jajang Gigantochloa nigrocillata
6 Bambu Jabal
7 Bambu Gesing Bambusa spinosa
8 Bambu Kuning Phyllostachys aureal
9 Bambu Petung Dendrocalamus asper
10 Bambu Rampal Schizostachyum
branchyladum
11 Bambu Wuluh Schizostachyum blumei
12 Bambu Wulung Gigantochloa atroviolacea
13 Bambu Manggong Gigantochloa manggong
Sumber (source) : BTNAP 1998; Supriyadi dan Suryatmojo 2008
Berdasarkan Tabel 1 di atas, diketahui bahwa TNAP memiliki potensi
bambu yang cukup besar. Bahkan disebutkan dalam laporan Balai TNAP
(1998) bahwa 40 % dari hutan yang ada di kawasan Taman Nasional Alas
Purwo didominasi oleh bambu. Namun terdapat perbedaan jumlah jenis-
jenis yang terindentifikasi antara tahun 1998 dan 2008. Terjadi penurunan
keragaman jenis-jenis bambu di kawasan TNAP yang cukup signfikan.
Sebanyak 8 (delapan) jenis bambu yang tidak dijumpai lagi yaitu: bambu
jawa (G.verticillata), bambu jalar (D. scandens), bambu jabal, bambu kuning
(P. aureal), bambu petung (D. asper), bambu rampal (S. branchyladum),
bambu wulung (G. atroviolacea) dan bambu manggong (G. manggong).
bambu Manggong (Gigantochloa manggong) diyakini oleh masyarakat dan
pihak Balai Taman Nasional Alas Purwo sebagai jenis endemik kawasan
Keragaman Jenis Bambu……
Anita Mayasari & Ady Suryawan
145
Taman Nasional Alas Purwo. Meskipun sampai saat ini identifikasi
biologinya masih menjadi perdebatan.
Jenis-jenis bambu yang tidak ditemukan sebagian merupakan jenis
bambu yang banyak diminati masyarakat seperti bambu kuning, bambu
wulung dan bambu manggong. Penurunan ini kemungkinan disebabkan
oleh adanya pemanfaatan yang berlebihan dari jenis-jenis tersebut,
sehingga tidak dijumpai lagi pada tahun 2008.
B. Bentuk-bentuk pemanfaatan bambu oleh masyarakat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di sekitar Taman
Nasional Alas Purwo memanfaatkan bambu dalam berbagai penggunaan.
Secara umum penggunaan bambu oleh masyarakat disajikan dalam Tabel 2.
Tabel (Table) 2. Penggunaan bambu oleh Masyarakat (The utilization of
bamboo by community)
No
Penggu-
naan (Utilizati-
on)
Jenis bambu yg digunakan (Bamboo species which
utilized) Fungsi
(Function)
Kebutuhan
(needs) Nama lokal (local
name)
Nama ilmiah (latin name)
1 Bethek Gesing Bambusa spinosa Pagar kebun jeruk
110 lembar untuk lahan seluas ¼ bahu (1/4 bahu=1770 m
2)
2 Congkok Gesing Bambusa spinosa Penyangga tanaman jeruk
3000-3500 batang congkok untuk lahan seluas ¼ bahu
3 Lanjaran Wuluh Schizostachyum blumei
Penyangga tanaman horikultura
3500 batanglanjaran untuk lahan seluas ¼ bahu
4 Bagang Gesing Bambusa spinosa Perangkap ikan
120-200 batang bambu bulat untuk 1 bagang
5 Usuk Gesing Bambusa spinosa Konstruksi atap rumah
Dijual per ikat, 1 ikat berisi 20-30 batang bambu bulat
Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012
146
6 Reng Gesing Bambusa spinosa Konstruksi atap rumah
Dijual per ikat, 1 ikat berisi 20 batang bambu bulat
7 Gedhek Wuluh Apus Jajang
Schizostachyum blumei Gigantochloa apus Gigantochloa nigrocillata
Dinding, plafon rumah
5 batang bambu bulat untuk membuat 1 lembar gedhek
8 Tompo, tampah
Apus
Gigantochloa apus
Wadah serbaguna
Berasal dari bambu di desa
9 Rebung Gesing Bambusa spinosa Bahan makanan
Tidak terukur
Sumber: Data primer (2008)
Dari kelima jenis yang telah ditemukan oleh Supriyadi dan Suryatmojo
2008 hanya empat jenis yang ternyata dimanfaatkan masyarakat sekitar
TNAP, sedangkan bambu yang tidak dimanfaatkan adalah bambu ampel (B.
vulgaris).
Gambar (Figure) 2. Empat jenis bambu yang dimanfaatkan masyarakat Desa Kalipait dan Kedungasri (Four bamboo species which
used by community from Desa Kalipait dan Kedung Asri)
Sumber: Data Primer (2008)
B. spinosa S. blumei G. apus G. nigrocillata
Keragaman Jenis Bambu……
Anita Mayasari & Ady Suryawan
147
Gambar (Figure) 3. Jenis-jenis pemanfaatan bambu dari dalam kawasan TNAP oleh masyarakat (the utilization of bamboo which
taken inside Alas Purwo National Park by society)
Berdasarkan bentuk penggunaan bambu oleh masyarakat maka dapat
dirumuskan menurut keperluan tertentu antara lain :
1. Bidang pertanian antara lain sebagai : Bethek, Congkok dan
Lanjaran
2. Bidang Perikanan antara lain sebagai : Bagang
3. Bahan Konstruksi rumah antara lain sebagai : Usuk, Reng, Gedhek
4. Bahan Makanan antara lain sebagai : Sayur rebung
5. Bahan baku perkakas : Tompo dan Tampah
6. Pendapatan uang tunai : Penjualan Bambu Mentah
Bambu memenuhi kebutuhan pokok hingga kebutuhan sekunder
masyarakat. Dalam bidang pertanian, penggunaan bambu dalam bentuk
bethek, congkok dan lanjaran telah dilakukan oleh masyarakat sejak dahulu
Gedhek Reng dan Usuk Lanjaran
Bagang Bethek Congkok
Sumber: Data Primer (2008)
Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012
148
untuk mendukung produktivitas pertanian, khususnya untuk kebun jeruk
dan tanaman hortikultura. Masyarakat sekitar Taman Nasional Alas Purwo
lebih memilih menggunakan bambu, meskipun sudah ada alternatif lain
berupa pagar hidup dari tanaman randu, batang kayu, dan ranting Pohon
Jati. Masyarakat lebih memilih menggunakan bambu karena keunggulan
sifat-sifat bambu, mudah diperoleh dan harganya yang murah.
Dalam bidang perikanan, penggunaan bambu sebagai bagang untuk
saat ini tidak dapat tergantikan. Bambu masih dibutuhkan oleh nelayan
sekitar Taman Nasional Alas Purwo sebagai satu-satunya alat penangkap
ikan. Bambu juga digunakan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan
konstruksi rumah, bahan baku perkakas rumah tangga, dan bahan
makanan. Bagi sebagian masyarakat bambu dijual untuk memperoleh
pendapatan tunai, baik dalam bentuk olahan maupun mentah. Besarnya
peranan yang diberikan bambu menyebabkan masyarakat begitu
bergantung pada bambu.
Bagi masyarakat sekitar Taman Nasional Alas Purwo, bambu
merupakan tanaman dengan manfaat besar untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Hal ini menyebabkan masyarakat memiliki
ketergantungan terhadap bambu. Bambu merupakan tanaman serbaguna
terutama bagi masyarakat pedesaan (Krisdiyanto et al., 2006). Hal ini
diperkuat oleh Awang (2006), bahwa bentuk ketergantungan lain
masyarakat dengan hutan, berkaitan dengan kebutuhan lahan pertanian
dan perkebunan untuk peningkatan dan pengembangan ekonomi keluarga.
Masyarakat desa sekitar kawasan Taman Nasional Alas Purwo
memanfaatkan bambu dari dalam kawasan taman nasional, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat dikategorikan menjadi tiga seperti
dalam Tabel 4.
Keragaman Jenis Bambu……
Anita Mayasari & Ady Suryawan
149
Tabel (Table) 4. Pola pemanfaatan bambu oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Alas Purwo (Patterns of bamboo utilization by society
around Alas Purwo National Park)
No. Pelaku (subject)
Aktivitas (activity)
Frekuensi (Frequency)
Lokasi (Location)
1. Pengambil dan Pengguna Langsung
Mengambil bambu dari dalam hutan
2 – 3 hari dalam seminggu
Utara Pantai Payaman, Luk Caluk (zona rimba)
2. Pengepul/pedagang bambu
Menjual bambu dari pengambil
setiap hari, khususnya pada bulan besar dan musim tanam
Pasar Sumberayu
3. Pembeli Membeli bambu
hari-hari tertentu, khususnya pada bulan besar dan musim tanam
Pasar Sumberayu
Sumber : Data Primer, 2008
1. Pengambil dan Pengguna Langsung
Pengambil dan Pengguna Langsung adalah mereka yang mengambil
bambu dari dalam hutan, baik untuk dipakai sendiri maupun dijual untuk
mendapatkan penghasilan. Mengambil bambu dari dalam hutan dilakukan
secara rutin 2 sampai dengan 3 kali dalam satu minggu. Pengambil
berangkat pukul 04.00 sampai 05.00 WIB dengan mengendarai sepeda
kayuhnya dan tiba di lokasi setelah 3 jam perjalanan. Salah seorang
pengambil bambu menuturkan lokasi pengambilan bambu sekarang
semakin jauh, mereka tidak lagi dapat menemukan bambu di lokasi yang
dekat. Mereka baru kembali pulang menjelang malam pukul 16.00 sampai
18.00 WIB. Mengambil bambu merupakan satu-satunya keahlian yang
dimiliki oleh masyarakat ini. Mereka tidak memiliki lahan untuk dikerjakan.
Masyarakat memahami Taman Nasional Alas Purwo sebagai hutan yang
harus dilindungi. Tapi karena tuntutan kebutuhan hidup mereka terpaksa
berangkat ke hutan dan mengambil bambu dengan sembunyi-sembunyi
agar tidak tertangkap petugas.
Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012
150
2. Pengepul/Pedagang Bambu
Pengepul/Pedagang Bambu adalah mereka yang mendapatkan bambu
dari para pengambil bambu yang datang menyetorkan bambu yang
diperoleh dari hutan, kemudian menjualnya pada konsumen. Pengepul
bambu di sekitar kawasan Taman Nasional Alas Purwo dibedakan menjadi
dua yaitu pengepul/pedagang bambu skala kecil dan pengepul/pedagang
bambu skala besar. Menjual bambu adalah mata pencaharian masyarakat
ini yang sudah ditekuni selama bertahun-tahun. Pengepul juga mengetahui
kalau salah satu bahan baku produknya berasal dari dalam Taman Nasional
Alas Purwo. Mereka juga mengetahui mengambil bambu dari kawasan
dilarang.
3. Pembeli/Pengguna Bambu
Pembeli/Pengguna Bambu adalah mereka yang membeli bambu
langsung dari pihak pengambil atau pun dari pihak pengepul bambu.
Masyarakat ini ada yang membeli bambu untuk keperluan kebun jeruk dan
hortikultura mereka, ada juga yang membeli bambu untuk keperluan
konstruksi bangunan rumahnya.
Bambu telah menjadi sumber matapencaharian bagi pengambil dan
pengepul/pedagang bambu. Mengambil bambu, menjual bambu dan
menggunakan bambu telah dilakukan selama bertahun-tahun dan menjadi
suatu kebiasaan masyarakat. Menurut Zain (1998), masyarakat lokal yang
bermukim di dalam dan sekitar hutan memiliki sikap, pola pikir dan
tindakan yang masih berpegang pada adat kebiasaan yang ada secara turun
temurun.
Pengambilan bambu oleh masyarakat dilatarbelakangi persoalan
keterbatasan keahlian dan keterbatasan lahan. Artinya, tidak ada alternatif
mata pencaharian lain, sehingga masyarakat ini secara tidak langsung
terpaksa masuk ke dalam hutan untuk mengambil bambu demi
mempertahankan hidupnya. (Soetrisno dalam Cristiana, 2002) menyatakan
bahwa masyarakat yang ada di dalam maupun di tepi hutan, kehidupan
ekonomi, sosial, budaya mereka sangat tergantung pada hutan atau dengan
kata lain ketahanan pangan mereka sangat tergantung pada hutan.
Keragaman Jenis Bambu……
Anita Mayasari & Ady Suryawan
151
C. Dampak Pemanfaatan Bambu oleh Masyarakat
Pola pemanfaatan bambu oleh masyarakat secara nyata menimbulkan
dampak/gangguan ekologi pada bambu. Berdasarkan hasil pengamatan di
kawasan Luk Caluk memang terlihat ada kerusakan dan bekas-bekas
tebangan pada rumpun bambu. Menurut informasi dari masyarakat, areal
sekitar Pancur dulu banyak ditumbuhi jenis Bambu Jajang, tetapi ketika
dilakukan peninjauan, hanya dijumpai sisa-sisa rumpun bambu saja.
Supriyadi dan Suryaatmaja (2008) menegaskan bahwa di beberapa lokasi
kawasan hutan bambu TNAP ditemukan kerusakan parah dan beberapa
rumpun sudah rusak dan tidak bisa tumbuh lagi permudaannya. Bahkan ada
lokasi yang dulu diketahui sebagai habitat bambu namun sudah tidak
ditemukan lagi adanya rumpun bambu yang tumbuh. Kerusakan ini terjadi
terutama di wilayah yang berbatasan langsung dengan kawasan kegiatan
pertanian/perkebunan masyarakat yang berada di dalam zona penyangga
dan wilayah yang berbatasan langsung dengan laut memiliki aksesibilitas
jauh lebih mudah karena transportasi bambu dilakukan dengan perahu dan
pengawasan petugas yang rendah, sehingga pengambilan bambu sangat
intensif (20 - 25 batang ditebang dalam satu rumpun. Perambahan bambu
oleh masyarakat sudah masuk kedalam zona rimba dan zona inti.
Pengambilan bambu telah merambah zona rimba dan zona inti dengan
cara mengambil, menebang dan memotong, serta membawa keluar dari
wilayah taman nasional. Berdasarkan peraturan pengelolaan taman
nasional yaitu PP No. 68 /1998 pasal 19, PP No. 68 Tahun 1998 Pasal 44,
dan UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 24, pemanfaatan bambu oleh masyarakat
selama ini merupakan bentuk tindakan illegal atau pelanggaran dalam
pengelolaan taman nasional. Namun seperti yang sudah dijelaskan bahwa
baik itu masyarakat pengambil, pengepul/pedagang, dan pengguna
sebenarnya mengetahui bahwa mengambil, menjual, dan membeli bambu
dari hutan Taman Nasional Alas Purwo dilarang. Namun masyarakat ini
tetap melakukan kegiatannya.
Bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan masyarakat terkait
pemanfaatan bambu menunjukkan lemahnya penegakan hukum dalam
Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012
152
pengelolaan Taman Nasional Alas Purwo. Penegakan hukum dalam
pengelolaan taman nasional merupakan hal yang sangat penting
diaksanakan, khususnya untuk memonitor pemanfaatan bambu oleh
masyarakat.
Pengambilan bambu oleh masyarakat dilakukan di dalam kawasan
taman nasional. Masyarakat mengambil bambu dari dalam hutan Taman
Nasional Alas Purwo dan memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Mengambil bambu menjadi satu-satunya mata pencaharian para
pengambil, menjual bambu menjadi mata pencaharian bagi
pengepul/pedagang, dan pengguna membeli bambu untuk kebutuhan
perkebunan/pertaniannya. Melihat bentuk-bentuk pemanfaatan bambu
oleh masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Alas Purwo,
menunjukkan besarnya ketergantungan masyarakat terhadap bambu dari
dalam kawasan. Setiyadi, dkk. (2006) menyatakan bahwa dalam banyak
kasus taman nasional merupakan daerah di mana masyarakat
menggantungkan hidupnya atas sumberdaya lahan/komoditi tertentu di
dalam taman nasional.
Oleh karena itulah pemanfaatan bambu oleh masyarakat ini perlu
untuk dikaji lebih jauh lagi demi menemukan upaya pengelolaan yang
sesuai dan diusahakan untuk menekan seminimal mungkin kerugian baik
pada pihak masyarakat yang memanfaatkan bambu maupun bagi
kelestarian ekologi bambu. Bentuk-bentuk pemanfaatan yang tidak dikelola
dengan baik justru akan mengancam kelestarian dari bambu. Pengelolaan
bentuk-bentuk pemanfaatan bambu oleh masyarakat perlu dilakukan demi
menjaga keberlanjutan kelestarian Taman Nasional Alas Purwo sebagai
salah satu kawasan konservasi di Indonesia.
IV. Kesimpulan
Keanekaragaman jenis bambu di Taman Nasional Alas Purwo pada
tahun 1999 ada 13 jenis bambu yaitu Gigantochloa apus, Gigantochloa
verticillata, Gigantochloa nigrocillata, Gigantochloa atroviolaceae,
Gigantochloa manggong, Bambusa vulgaris, Bambusa spinosa, Dinochloa
scandens, Phyllostachys aurel, Schizostachyum branchyladum,
Keragaman Jenis Bambu……
Anita Mayasari & Ady Suryawan
153
Schizostachyum blumei dan Bambu Jabal.Jenis bambu yang dimanfaatkan
masyarakat antara lain Bambusa spinosa, Schizostachyum blumei,
Gigantochloa nigrocillata Kurz dan Gigantochloa apus Kurzdengan potensi
sekitar 46.357 batang per hektar. Pemanfaatannya antara lain untuk
pembuatan bethek, congkok, lanjaran, bagang, usuk, reng, gedhek, tampah,
dan rebung. Pola pemanfaatan bambu oleh masyarakat secara nyata
menimbulkan dampak/gangguan ekologi pada bambu sehingga perlu
dilakukan pengelolaan bentuk-bentuk pemanfaatan bambu oleh
masyarakat perlu dilakukan demi menjaga keberlanjutan kelestarian Taman
Nasional Alas Purwo sebagai salah satu kawasan konservasi di Indonesia
Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012
154
Daftar Pustaka
Alamendah. 2011. Jenis-jenis bambu di Indonesia. Website: http://alamendah.wordpress.com/2011/01/28/jenis-jenis-bambu-di-indonesia/.
Balai TNAP, 1998. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Alas Purwo 1999-2024.
Departemen Kehutanan. Dirjen PHPA. Balai Taman Nasional Alas Purwo. Banyuwangi.
Faida, L.R.W dan Wianti, K.F. 2007. Potensi Sosial Ekonomi Desa-desa Penyangga
Taman Nasional Alas Purwo. Program Penelitian Pengembangan Potensi Kerjasama Fakultas Kehutanan UGM dengan Balai Taman Nasional Alas Purwo.
Husnil, Y. A. 2009. Perlakuan gelombang mikro dan hidrolisis enzimatik pada bambu
untuk pembuatan bioetanol. Fakultas Teknik UI. Departemen Teknik Kimia. Jakarta. Website: http://eprints.lib.ui.ac.id/3718/1/122682-T%2025899-Perlakuan%20gelombang-Pendahuluan.pdf.
Mayasari, A. dan Faida, L.R.W. 2008 Interaksi antara taman nasional alas purwo
dengan masyarakat sekitar dalam pemanfaatan bambu. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Nawari, 2004. Analisis Pihak-Pihak Terkait (Stakeholdes Analysis) dalam
Pengelolaan Taman Nasional Alas Purwo.Skripsi S1. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Supriyadi dan Suryatmojo, H. 2008. Distribusi dan Kelimpahan Bambu di Taman
Nasional Alas Purwo. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Top Related