Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB)
Dewasa ini banyak sekali masyarakat yang ingin memiliki keluarga yang
sejahtera. Salah satu cara yang mereka tempuh itu dengan memperkecil jumlah anak
sehingga mereka merasa cukup dan sejahtera dengan keluarga kecil mereka. Adapun
faktor ekonomi yakni banyak masyarakat yang merasa jika banyak anak maka
kebutuhan ekonomi mereka meningkat sehingga mereka harus bekerja keras lagi.
Maka dari itu mulai muncul anggapan orang untuk melakukan program keluarga
berecana yang memang merupakan salah satu program pemerintah.
Keluarga berencana merupakan suatu proses pengaturan kehamilan agar
terciptanya suatu keluarga yang sejahtera. Adapun menurut Undang Nomor 52 Tahun
2009 pasal 1 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan
dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 pasal 1
ayat 12 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera
menyebutkan bahwa Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.
DEFINISI
1. Keluarga Berendana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara
kelahiran anak.
2. Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi
sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa
dilakukan sterilisasi.
3. Aborsi bisa digunakan untuk mengakhiri kehamilan jika terjadi kegagalan
kontrasepsi.
Tujuan KB :
1. Mencegah kehamilan karena alasan pribadi
2. Menjarangkan kehamilan
3. Membatasai jumlah anak
Sasaran KB:
1. Ibu yang menderita penyakit menahun
2. Usia ibu yang menderita penyakit menahun
3. Pasangan usia subur dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun
4. Riwayat persalinan yang buruk
5. Keguguran berulang kali
Manfaat KB Bagi Ibu :
1. Perbaikan kesehatan
2. Peningkatan kesehatan
3. Waktu yang cukup untuk mengasuh anak
4. Waktu yang cukup untuk istirahat
5. Menikmati waktu luang
6. Dapat melakukan kegiatan lain
Manfaat KB Bagi anak :
1. Dapat tumbuh dengan wajar dan sehat
2. Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup
3. Perencanaan kesempatan pendidikan lebih baik
KONTRASEPSI
Metode kontrasepsi terdiri dari:
1. PIL KB
Diminum 1 pil setiap hari
Mencegah kehamilan selama tetap diminum 1 pil setiap hari
Cara yang baik untuk menunda atau menjarakkan kehamilan
Pil harus diminum setiap hari dimulai pada hari pertama haid. Gejala yang
mungkin dirasakan : pusing-pusing, buah dada membesar dan nyeri bila disentuh,
berat badan bisa naik hingga 2 kg. Bila gejala menetap, periksakan pada
dokter/perawat. Karena pil KB ada bermacam-macam dan setiap jenis pil mempunyai
reaksi yang berbeda terhadap tubuh maka perlu ditanyakan pada dokter/perawat pil
mana yang sesuai untuk ibu.
Kontrasepsi oral (pil KB)
Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin
dengan estrogen atau progestin saja.
Pil KB mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi
(pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga kekentalan lendir
servikal sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma.
Tablet yang hanya mengandung progestin sering menyebabkan
perdarahan tidak teratur. Tablet ini hanya diberikan jika pemberian
estrogen bisa membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang
menyusui.
Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang
mengandung estrogen dosis tinggi.
Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang
mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsi).
Keuntungan pemakaian pil KB adalah mengurangi:
Resiko kanker jenis tertentu
Angka kekambuhan kram pada saat menstruasi
Ketegangan premenstruasi
Perdarahan tidak teratur
Anemia
Kista payudara
Kista ovarium
Kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan)
Infeksi tuba falopii.
Sebelum mulai menggunakan pil KB, dilakukan pemeriksaan fisik untuk
meyakinkan bahwa tidak ada masalah kesehatan yang bisa menimbulkan
resiko.
Jika wanita tersebut atau keluarga dekatnya ada yang menderita diabetes atau
penyakit jantung, biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur
kadar kolesterol dan gula darah. Jika kadar kolesterol atau gula darahnya
tinggi, maka diberikan pil KB dosis rendah.
3 bulan setelah pemakaian pil KB, dilakukan pemeriksaan ulang untuk
mengetahui adanya perubahan tekanan darah. Selanjutnya pemeriksaan
dilakukan 1 kali/tahun.
Pil KB sebaiknya tidak digunakan oleh:
Wanita yang merokok dan berusia diatas 35 tahun
Wanita penderita penyakit hati aktif atau tumor
Wanita yang memiliki kadar trigliserida tinggi d. Wanita penderita
tekanan darah tinggi yang tidak diobati
Wanita penderita diabetes yang disertai penyumbatan arteri
Wanita yang memiliki bekuan darah
Wanita yang tungkainya sedang digips
Wanita penderita penyakit jantung
Wanita yang pernah menderita stroke
Wanita yang pernah menderita penyakit kuning pada saat kehamilan
Wanita penderita kanker payudara atau kanker rahim.
Pengawasan harus dilakukan jika pil KB digunakan oleh:
Wanita yang mengalami depresi
Wanita yang sering mengalami sakit kepala migren
Wanita yang merokok tetapi berusia dibawah 35 tahun
Wanita yang pernah menderita hepatitis atau penyakit hari lainnya
tetapi telah sembuh total.
Pemakaian pil KB setelah kehamilan
Resiko terbentuknya bekuan darah di tungkai meningkat setelah kehamilan
dan akan semakin meningkat jika wanita tersebut memakai pil KB.
Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu setelah
persalinan, maka pil KB bisa langsung digunakan. Jika menstruasi terakhir
terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum
pil KB mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam
waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai
digunakan.
Wanita yang menyusui biasanya tidak mengalami ovulasi sampai 10-12
minggu setelah persalinan, tetapi mereka bisa mengalami ovulasi dan hamil
sebelum terjadinya menstruasi pertama. Karena itu, ibu yang menyusui
sebaiknya menggunakan pil KB jika tidak ingin hamil.
Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air
susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil
terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu
menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang
tidak mempengaruhi pembentukan air susu.
Pil KB yang diminum segera setelah terjadinya pembuahan atau pada awal
kehamilan (sebelum wanita tersebut mengetahui bahwa dia hamil) tidak akan
membahayakan janin.
Efek samping pil KB
Perdarahan tidak teratur. Sering terjadi pada beberapa bulan pertama
pemakaian pil KB, jika tubuh telah menyesuaikan diri dengan hormon
biasanya perdarahan abnormal akan berhenti.
Beberapa bulan setelah berhenti menggunakan pil KB, mungkin tidak akan
terjadi menstruasi, tetapi obat ini tidak menyebabkan berkurangnya kesuburan
secara permanen.
Efek samping yang berhubungan dengan estrogen adalah mual, nyeri tekan
pada payudara, perut kembung, penahanan cairan, peningkatan tekanan darah
dan depresi.
Efek samping yang berhubungan dengan progestin adalah penambahan berat
badan, jerawat dan kecemasan. Penambahan berat badan sebanyak 1,5-2,5 kg
biasanya terjadi akibat penahanan cairan dan mungkin karena meningkatnya
nafsu makan.
Bekuan darah diperkirakan 3-4 kali lebih sering terjadi pada pemakaian pil
KB dosis tinggi. Jika secara tiba-tiba timbul nyeri dada atau nyeri tungkai,
pemakaian pil KB harus segera dihentikan dan segera memeriksakan diri
karena gejala tersebut mungkin menunjukkan adanya bekuan darah di dalam
vena tungkai dan kemungkinan sedang menuju ke paru-paru. Pil KB dan
pembedahan menyebabkan meningkatnya resiko pembentukan bekuan darah,
sehingga 1 bulan sebelum menjalani pembedahan pemakaian pil harus
dihentikan dan baru mulai dipakai lagi 1 bulah setelah pembedahan.
Mual dan sakit kepala.
1-2% wanita pemakai pil KB mengalami depresi dan kesulitan tidur.
h. Melasma (bercak-bercak berwarna gelap di wajah). Jika terkena sinar
matahari, bercak semakin gelap. Melasma akan menghilang secara perlahan
setelah pemakaian pil KB dihentikan.
Resiko terjadinya kanker leher rahim tampaknya meningkat, terutama jika pil
KB telah dipakai selama lebih dari 5 tahun. Karena itu wanita pemakai pil KB
harus rutin menjalani pemeriksaan Pap smear (minimal 1 kali/tahun). Di lain
fihak, wanita pemakai pil KB memiliki resiko kanker ovarium ataupun kanker
rahim yang lebih rendah.
Interaksi pil KB dengan obat lain
Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat
tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB.
Wanita pemakai pil KB bisa hamil jika secara terus menerus mengkonsumsi
antibiotik (misalnya rifampin, penisilin, ampisilin, tetrasiklin atau golongan
sulfa). Ketika mengkonsumsi antibiotik tersebut, selain pil KB sebaiknya
ditambah dengan menggunaka kontrasepsi penghalang (misalnya kondom
atau diafragma).
Oba anti-kejang (fenitoin dan phenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan
perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil KB.
Untuk mengatasi hal ini, kepada wanita penderita epilepsi yang
mengkonsumsi anti-kejang perlu diberikan pil KB dosis tinggi.
2. SUNTIKAN KB
Disuntikan setiap 2-3 bulan
Mencegah kehamilan selama 2-3 bulan tergantung jenis suntikan
Baik untuk menunda atau menjarakkan kehamilan
Suntikan KB disuntikkan di lengan atau bokong oleh dokter/perawat. Gejala
yang mungkin timbul biasanya pusing-pusing, bercak perdarahan sedikit diluar masa
haid selama 2-8 hari, haid berkurang /tidak sama sekali. Bila gejala
ini menetap, segera periksakan pada dokter/perawat. Dan untuk mengetahui jenis
suntikan yang sesuai untuk ibu, tanyakan juga pada dokter/perawat.
Kelebihan KB Suntik dan Kekurangannya
Kelebihan KB Suntik yang efektif hingga mencapai 99% menjadi daya tarik
bagi pasangan yang mengikuti program kehamilan. Namun apakah benar metode
Kontasepsi ini tidak menyebabkan efek samping untuk anda?
KB Suntik adalah salah satu metode Mencegah Kehamilan yang saat ini
banyak digunakan di negara-negara berkembang. KB Suntik bekerja mengentalkan
lendir rahim sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma untuk pembuahan. Jenis Alat
Kontrasepsi ini juga mencegah sel telur menempel ke dinding rahim sehingga proses
kehamilan bisa dicegah.
Jenis Suntik KB
KB Suntik dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. KB Suntik 3 Bulan. Jenis Suntikan KB ini mengandung hormon Depo
Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) dengan volume 150
mg. Alat kontrasepsi ini diberikan setiap 3 bulan atau 12 Minggu.
Suntikan pertama diberikan 7 hari pertama saat periode menstruasi Anda,
atau 6 minggu setelah persalinan. Jenis Suntikan KB ini ada yang
dikemas dalam cairan 1ml atau 3ml.
2. KB Suntik 1 Bulan, adalah jenis Suntikan KB yang diberikan 1 bulan
sekali. Dengan pemberian suntikan pertama sama dengan suntik 3 bulan,
yaitu setelah 7 hari pertama periode menstruasi, atau 6 minggu setelah
melahirkan. Alat kontrasepsi ini mengandung kombinasi hormon
Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) dan Estradiol
Cypionate (hormon estrogen).
Kelebihan Suntik KB
Metode KB Suntik adalah metode kontrasepsi hormonal efektif mencegah
kehamilan hingga 99%. Memberikan kenyamanan kepada pasangan suami istri,
karena dengan satu kali suntikan anda tidak perlu memikirkan kontrasepsi selama 1
sampai 3 bulan, sesuai dengan jenis Suntik KB yang anda pilih. Anda dan pasangan
bisa lebih spontan dalam berhubungan intim tanpa harus khawatir menjadi hamil.
Kehamilan bisa anda dapatkan kembali, setelah menghentikan penggunaan KB
Suntik.
Metode KB Suntik dapat digunakan oleh ibu menyusui, dengan catatan
suntikan pertama diberikan 6 minggu setelah persalinan, Menurunkan resiko kanker
rahim dan memberikan perlindungan terhadap infeksi panggul.
Kekurangan Suntik KB
Dari beberapa kelebihan Metode KB Suntik tersebut diatas, pada beberapa
kasus KB Suntik juga memberikan efek samping terutama pada awal pemakaian,
yang diantaranya adalah:
Siklus haid menjadi tidak teratur berkepanjangan, atau bahkan anda tidak
mengalami haid sama sekali, selama beberapa bulan pertama saat pemakaian
atau berhenti melakukan KB suntik,
Beberapa ibu yang menggunakan metode KB suntik 3 bulan mengalami
penambahan berat,
Ibu mengalami jerawat, sakit kepala, nyeri payudara, perubahan suasana hati,
dan perut kembung,
Pada beberapa kasus, kesuburan wanita baru pulih setelah beberapa bulan
menghentikan penggunaan KB suntik,
Penggunaan KB suntik 3 bulan memicu terjadinya osteoporosis.
Biaya KB Suntik
Biaya KB Suntik 1 bulan Rp 25.000 - Rp 30.000, Biaya KB Suntik 3 bulan Rp
15.000 - Rp 25.000 dan untuk lebih jelasnya silahkan konsultasikan ke bidan atau
dokter kandungan anda, saat masih melakukan cek up saat kehamilan.
3. SPIRAL/IUD
Dipasang oleh dokter/perawat, dalam sekali kunjungan
Mencegah kehamilan 3-10 tahun tergantung jenis spiral atau sampai saat
dikeluarkan oleh dokter/perawat
Praktis sebagai cara KB jangka panjang
Spiral itu sendiri adalah alat yang bentuknya kecil dan dipasang di dalam
rahim. Bentuknya bermacam-macam ada yang berbentuk T, angka 7 dan multiload,
terbuat dari plastik lapis tembaga. Gejala yang mungkin dirasakan biasanya mules-
mules, haid tidak teratur, perdarahan ringan dan perut bagian bawah terasa tegang.
Gejala ini sifatnya sementara, tapi bila menetap segera periksakan ke dokter/perawat.
Mengenai spiral mana yang sesuai untuk ibu, tanyakan juga pada dokter/perawat.
Kelebihan Alat Kontrasepsi IUD / Spiral dan Kekurangannya
Kelebihan Alat Kontrasepsi IUD / Spiral adalah aspek utama banyaknya ibu
yang memilih sebagai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan saat KB. Jenis alat
kontrasepsi ini berbentuk seperti huruf T, dengan metode pemasangannya dimasukan
ke dalam rahim. IUD terbuat dari bahan dasar hormon, yang akan melepaskan
progestin dengan tujuan menghambat ovulasi. IUD biasanya dapat berfungsi selama
5 tahun mulai dari awal pemasangan.
Kelebihan Intrauterine Device (IUD)
Sebagai calon akseptor anda tentu harus mendapatkan informasi yang benar
mengenai alat kontrasepsi yang akan anda gunakan, sehingga anda lebih yakin
kepada alat kontrasepsi tersebut. Adapun beberapa point mengenai keuntungan IUD,
adalah:
Tingkat efektifitas mencapai 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 wanita yang
menggunakannya. Atau dengan kata lain 1 kegagalan pada 125 – 170
pengguna,
Langsung Efektif begitu terpasang di rahim,
Anda hanya perlu melakukan pengecekan satu tahun sekali ke dokter yang
memasang IUD.
Tidak menimbulkan efek samping hormonal seperti pada alat kontrasepsi
hormonal yang lain,
Dianjurkan untuk ibu menyusui karena tidak akan mempengaruhi volume dan
kualitas ASI,
Apabila tidak terjadi infeksi bisa dipasang setelah melahirkan,
Dapat digunakan setelah 1 tahun atau lebih masa haid terakhir (masa
menopause )
Membantu mencegah kehamilan di luar kandungan.
Dapat dipasang kapan saja, tidak perlu pada saat masa haid saja asal anda
tidak sedang hamil atau diperkirakan hamil.
Kekurangan Intrauterine Device (IUD)
Selain keuntungan tersebut diatas, Alat Kontrasepsi IUD memberikan
kerugian atau efek samping dari, yang diantaranya adalah:
Memerlukan prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik sebelum dipasang
Alat Kontrasepsi Intrauterine Device IUD, dan pemasangan harus oleh
petugas terlatih (bidan atau dokter),
Bagian organ reproduksi wanita mungkin akan terasa sakit dan kejang selama
3 - 5 hari setelah pemasangan IUD,
Terjadi perubahan siklus haid pada 3 bulan pertama, setelah pemasangan,
Terjadi pendarahan diantara masa menstruasi, hal ini dikarenakan Alat IUD
mengenai dinding rahim dan menimbulkan luka,
Darah Haid biasanya akan lebih lama dan lebih banyak. Dan apabila
pendarahan haid sangat banyak dapat menyebabkan anemia
Terjadi Keluhan pada suami saat berhubungan badan, karena pemasangan
benang IUD terlalu panjang. Hal ini bisa diatasi dengan memotong benang
lebih pendek atau melipatnya ke dalam rahim yang dilakukan oleh bidan atau
dokter spesialis kandungan,
Apabila pemasangan IUD tidak benar, menyebabkan perforasi pada dinding
uterus,
Tidak dapat mencegah infeksi penyakit menular seksual, sehingga tidak
disarankan untuk perempuan yang sering berganti pasangan. Infeksi ini akan
memicu terjadinya penyakit radang panggul.
1 dari 1000 wanita, mengalami terlepasnya IUD.
IUD hanya mencegah kehamilan normal dan tidak dapat mencegah kehamilan
ektopik atau kehamilan di luar kandungan.
Wanita yang menggunakan IUD sebagai KB harus memeriksa posisi benang
dari waktu ke waktu. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan jari ke
dalam vagina.
Biaya Intrauterine Device (IUD)
Biaya IUD bisa dikatakan sangat terjangkau apabila dibandingkan dengan
manfaat yang dicapai. Biaya IUD untuk 5 tahun adalah sekitar Rp 500.000,-.
Sedangkan untuk Biaya IUD 10 tahun biasanya sekitar Rp. 800.000,-.
Beberapa penjelasan Kelebihan Alat Kontrasepsi IUD dan Kekurangan diatas
maka alat kontrasepsi memberikan keuntungan yang lebih banyak untuk Mencegah
Kehamilan yang efektif, dibandingkan kekurangannya.
4. SUSUK KB
Ditanam di bawah kulit melalui operasi kecil
Mencegah kehamilan hingga 5 tahun atau sampai saat dikeluarkan oleh
dokter/perawat
Praktis sebagai cara KB jangka panjang
Gejala yang mungkin timbul antara lain : perdarahan tidak teratur, tidak haid
dan berat badan naik dengan cepat. Segera periksakan diri ke dokter/perawat bila
gejala ini menetap.
Kelebihan Susuk KB dan kekurangannya untuk Mencegah Kehamilan
Kelebihan Susuk KB atau KB Implan sebagai alat kontrasepsi bawah kulit
atau implant adalah mampu bekerja efektif selama 5 tahun. Alat Kontrasepsi ini
disusupkan di bawah kulit lengan atas. Susuk KB tidak akan membuat Anda lebih
awet muda dan disukai oleh banyak orang. Namun, susuk ini berfungsi untuk
mencegah kehamilan bagi anda yang melakukan program KB.
Susuk KB mengandung Hormon progestin yang akan mencegah indung telur
melepaskan sel telur yang dihasilkan dan menebalkan mukus di mulut rahim sehingga
sperma sulit untuk melewatinya. Hormon progestin juga akan menjaga dinding rahim
agar tetap tipis sehingga sulit bagi telur berhasil dibuahi untuk menempel di dinding
rahim tersebut. Susuk KB efektif mencegah kehamilan hingga mencapai 99%.
Artinya, kehamilan dapat terjadi kurang dari 1 di antara 100 wanita yang
menggunakan metode kontrasepsi ini.
Kelebihan Lain Susuk KB
Pertimbangan awal pelaku program KB memilih Alat kontrasepsi dengan
kelebihan yang sesuai dengan kriteria yang dia inginkan. Adalah kelebihan dari susuk
KB adalah sebagai berikut:
Mampu mencegah kehamilan hingga jangka waktu 5 tahun,
Berbentuk elastic, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit atau luka di dalam
kulit,
Kesuburan Wanita kembali pulih setelah Susuk KB ini dilepas,
Ketika akan dilakukan pemasangan tidak memerlukan pemeriksaan dalam,
Tidak mengandung hormon estrogen, sehingga efek samping yang
ditimbulkan lebih sedikit,
Tidak memberikan masalah saat melakukan hubungan seks.
Cocok untuk Alat Kontrasepsi Ibu Menyusui, karena tidak mengganggu
produksi ASI baik volume dan kualitasnya,
Hanya perlu pemeriksa ke tenaga kesehatan terdekat apabila terjadi efek
samping,
Bisa dilepas kapan saja, sesuai dengan keinginan anda.
Kekurangan Susuk KB
Selain kelebihan diatas, susuk KB juga mempunyai kekurangan yang
diantaranya adalah:
Setelah pemasangan biasanya pasien akan merasa mual, sakit kepala,
perubahan perasaan atau kegelisahan,
Memicu terjadinya peningkatan atau penurunan berat badan. Peningkatan
berat badan biasanya disebabkan karena,
Mengganggu penampilan, karena susuk biasanya akan terlihat sedikit
menonjol pada kulit, dan terasa apabila diraba. Saat pelepasan diperlukan
penyayatan pada kulit, sehingga bisa menimbulkan bekas luka.
Perlu dilakukan pembedahan kecil untuk pemasangan dan dan pelepasan,
Tidak dianjurkan untuk wanita yang menderita penyakit kanker payudara,hati,
penggumpalan darah, perdarahan tanpa sebab, kolesterol tinggi,pasien darah
tinggi, penyakit kandung empedu, siklus menstruasi tidak teratur, dan pasien
penyakit jantung.
Biaya Susuk KB
Biaya susuk KB atau Implan berdasarkan menteri kesehatan tahun 2010
adalah sebagai berikut:
No. Jenis Susuk KB Kemasan Harga
1. Susuk KB I:
Etonogestrel 68 mg
1 set 1 implant Rp. 269.840,-
2. Susuk KB II
Levonogestrel 75 mg
1 set 2 implant Rp. 210.270,-
3. Susuk KB II:
Levonogestrel 75
mg+Inserter
1 set 2
implant+Inserter
Rp. 275.000,-
4. Susuk KB III:
Levonogestrel 36 mg
1 set 6 implant Rp. 283.400,-
Namun berdasarkan pengalaman beberapa narasumber, Harga Susuk KB di
tahun 2013 adalah untuk menggunakan 1 susuk biayanya sekitar Rp 250.000,-,
sedangkan untuk 2 susuk sekitar Rp 100.000 – Rp 150.000.
B. Implementasi Keluarga Berencana Di Indonesia
A. Latar Belakang Masalah
Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah
mengurangi jumlah kemiskinan dengan menggunakan berbagai cara baik melalui
peningkatkan infrastruktur ekonomi seperti membangun jalan, jembatan, pasar, serta
sarana lain, maupun membangun derajat dan partisipasi masyarakat melalui
peningkatan pendidikan maupun kesehatan.
Namun demikian kendala utama yang dihadapi hampir semuanya sama, yang
umumnya bersumber pada permasalahan kependudukan. Mulai dari masih tingginya
angka kematian bayi, dan ibu melahirkan, rendahnya kesadaran masyarakat tentang
hak-hak reproduksi, serta masih cukup tingginya laju pertumbuhan penduduk, yang
tidak sebanding dengan daya dukung lingkungan.
Keprihatinan akan permasalahan kependudukan melahirkan sebuah konsep
pembangunan berwawasan kependudukan, atau konsep pembangunan yang
bekelanjutan. Dari sini pula lahirlah kesadaran dunia untuk mengurai masalah
kemiskinan dan keterbelakangan melalui pendekatan kependudukan. Langkah
pertama dan merupakan strategi yang monumental adalah kesadaran lebih dari 120
pemerintah/ negara yang berjanji melalui konferensi internasional tentang
pembangunan dan kependudukan (ICPD) di Cairo pada tahun 1994 untuk bersama-
sama menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi bagi semua orang tanpa
diskriminasi “Secepat mungkin paling lambat tahun 2015”. Langkah besar ini
dilanjutkan dengan Millenium Development summit (MDS) pada bulan 12
September 2000 di New York (Amerika Serikat) dengan kesepakatan yang dikenal
dengan Millenium Development Goals (MDGs) yang menegaskan tentang
komitmennya untuk :
1. Penghapusan kemiskinan dan kelaparan (eradicating extreme poverty and hunger).
2. Mencapai pendidikan dasar yang universal (achieving iniversal basic education).
3. Mempromosikan kesehatan gender dan pemberdayaan perempuan (promoting
gender equality and empowering women)
4. Mengurangi jumlah kematian anak (reducing child mortality).
5. Meningkatkan kesehatan ibu (improving maternal mortality).
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain (Combating HIV/AIDS,
malaria and other deseases).
7. Menjamin kelestarian lingkungan hidup (ensuring environmental sustainability).
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (developing a
global partnership for development).
(BKKBN- Fakultas Ekonomi UI,2004;3).
Semakin disadarinya bahwa betapa besar pengaruh faktor kependudukan
terhadap kesejahteraan rakyat, sejak awal orde baru, pada tahun 1967 Presiden
Suharto atas nama pemerintah Indonesia ikut menandatangani deklarasi
kependudukan dunia yang antara lain menyatakan: “ As head of governments actively
concerned with the population problem , we share convictions ; 1) We believe that the
population problem must be recornized as a principle element in long range national
planning if giferments are to achieve their economic goals and fulfil of their people,
2) Recognizing that family planning is in the vital interest of both nation and the
family, we were undersigned earnestly hope that leaders around the word will share
our 3 views and joint with us in this great challenge for the well being and happiness
of people everywhere” (BKKBN, 1990; 24).
Tindak lanjut dari deklarasi di atas pada tahun 1970 didirikan Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Melalui Keputusan Presiden
(Kepres) Nomor 8 tahun 1970 sebagai sebuah lembaga Non Departemen yang
mempunyai tanggung jawab pada bidang pengendalian penduduk di Indonesia. Atas
dasar itulah proyek besar di bidang pengendalian laju pertumbuhan penduduk
berskala nasional yang sampai saat ini masih berjalan, yang disebut Program
Keluarga Berencana Nasional dicanangkan. Lembaga resmi pelaksana tekhnis
programnya bernama BKKBN yang pelaksana kegiatannya terstruktur secara herarkis
ada mulai dari tingkat pusat hingga tingkat kecamatan dan desa. Program dan
kelembagaannya selanjutnya disempurnakan melalui Kepres Nomor 33 tahun 1972,
Kepres Nomor 38 tahun 1978, serta Kepres Nomor 109 1993 tentang Pembentukan
Kementerian Kependudukan dan BKKBN.
Pada dasa warsa awal program Keluarga Berencana (KB) berjalan (1970-
1980) Indonesia telah dapat menekan laju pertumbuhan penduduk menjadi 2,34 %
dari 2.8 % lebih pada dasa warsa sebelumnya, kemudian pada 10 tahun berikutnya
(1980-1990) laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan lagi menjadi 1,98 % dan pada
dekade berikutnya (1990-2000) tingkat pertumbuhannya menjadi 1,49 % (Haryono
Suyono; 2005:29).
Kendatipun pertumbuhan penduduk kecenderungannya semakin turun, hal
yang perlu dipahami adalah bahwa penduduk Indonesia saat ini kurang lebih
berjumlah 219 juta jiwa, sehingga dapat diperkirakan angka pertumbuhan penduduk
secara absolut kurang lebih 3 juta jiwa per tahun, 4 hampir sama banyaknya dengan
penduduk Singapura atau Selandia Baru, dan akan bertambah terus meskipun
program KB tetap berjalan baik. Diperkirakan (BAPENAS) pada tahun 2025
penduduk Indonesia akan berjumlah 273,7 juta (Kompas, 3 Agustus 2005) sehingga
keberadaan Program Keluarga Berencana saat ini dan untuk waktu yang akan masih
sangat dibutuhkan dalam rangka menjaga keseimbangan laju pertumbuhan penduduk,
pertumbuhan ekonomi, serta daya dukung lingkungan.
Hal yang menarik dari perjalanan panjang Program Keluarga Berencana di
Indonesia yang sudah menginjak tahun ke-35, dan kini menjadi persoalan baru ketika
telah diratifikasinya Deklarasi Cairo (ICPD) yang antara lain berisi tuntutan keadilan
dan kesetaraan gender, ternyata tingkat kesertaan ber-KB secara umum didominasi
oleh perempuan, sedang pada laki-laki/pria tingkat kesertaannya masih sangat rendah
(kurang dari 6 %) dari jumlah total Peserta KB Aktif (PA) yang ada atau kalau
dibandingkan secara proporsional persentase kesertaan pria dan perempuan/wanita
sangat tidak proporsional. Sumbangan terbesar dan yang mempunyai dampak sangat
signifikan terhadap laju pertumbuhan penduduk (LPP) adalah pengguna alat
kontrasepsi jangka panjang, yang salah satunya adalah Medis Operasi Pria (MOP),
atau dengan bahasa lain tingkat kesertaan KB pria masih perlu terus mendapatkan
perhatian serius dan ditingkatkan pencapaiannya.
Berdasarkan Rakernas Program KB tahun 2000, yang mengamanatkan
perlunya ditingkatkan peran pria/laki-laki dalam Keluarga Berencana, ditindak lanjuti
melalui Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan/Kepala Badan
Koordinasi Keluarga Berencana 5 Nasional Nomor 10/HK-010/B5/2001 tanggal 17
Januari 2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional, dengan membentuk Direktorat Partisipasi Pria di Bawah Deputi
Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang bertugas merumuskan
kebijakan operasional Peningkatan Partisipasi pria, diputuskan perlunya intervensi
khusus melalui program peningkatan partisipasi pria yang tujuan akhirnya
”Terwujudnya keluarga berkualitas melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan,
promosi KB dan kesehatan reproduksi yang berwawasan gender pada tahun 2015”.
Salah satu sasaran programnya adalah meningkatkan pria/suami sebagai peserta KB,
motivator dan kader, serta mendukung istri dalam KB dan kesehatan reproduksi, yang
tolok ukurnya :
(1) Meningkatnya peserta KB Kondom dan Medis Operasi Pria (MOP) 10 %,dan
(2) Meningkatnya motivator/kader pria 10 %. Untuk mendukung efektifitas
pelaksanaan di lapangan, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Kepala
BKKBN melalui Keputusan nomor : 70/HK-010/B5/2001, Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional Propinsi dan Kabupaten/Kota membentuk Seksi
khusus Peningkatan Patisipasi Pria di bawah Bidang Pengendalian Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang bertugas menyusun paket informasi
sesuai kondisi sosial, menyiapkan, dan mengembangkan segmentasi sasaran dalam
rangka peningkatan partisipasi KB pria yang pelaksanaanya secara tekhnis di
kecamatan dan desa dilaksanakan oleh PLKB dan PPLKB.
Upaya peningkatan kesertaan KB pria diperkuat Melalui Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 disebutkan bahwa : “Sasaran pembangunan
kependudukan dan pembangunan keluarga kecil berkualitas adalah terkendalinya
pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga kecil berkualitas ditandai
dengan:
(a) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per
tahun; Total fertilitas rate(TFR) menjadi 2,2 per perempuan; persentase pasangan usia
subur yang tidak terlayani menjadi 6 persen;
(b) Meningkatnya kesertaan KB laki-laki menjadi 4,5 persen,
(c) Meningkatnya penggunaan kontrasepsi yang efektif dan efisien,
(d) Meningkatnya usia kawin pertama perempuan menjadi 21 tahun,
(e) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam tumbuh kembang anak,
(f) Meningkatnya keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I yang aktif dalam uasaha
ekonomi produktif; dan
(g) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
Perkembangan pelaksanaan program peningkatan kesertaan KB pria di
lapangan ternyata belum seperti apa yang diharapkan. Dalam kenyataannya terdapat
beberapa permasalahan yang muncul dalam implementasi program yang
dilaksanakan, antara lain : Operasionalisasi program yang dilaksanakan selama ini
lebih mengarah kepada wanita sebagai sasaran, penyiapan tempat pelayanan, tenaga
pelayanan dan juga penyediaan alat dan obat kontrasepsi (Alokon) untuk pria sangat
terbatas, hampir semuanya adalah untuk wanita, demikian juga adanya prioritas
penggunaan Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) juga hampir semuanya
untuk wanita. Kondisi demikian ini ikut mempengaruhi kemampuan dan
keterampilan petugas (PLKB) dalam mengkomunikasikan dan memasarkan alat
kontrasepsi bagi pria, karena kurang terbiasa dan sangat terbatasnya pilihan
kontrasepsinya.
Kondisi lain yang juga mempengaruhi implementasi peningkatan kesertaan
KB pria adalah permasalahan kelembagaan. Keputusan Menteri Pemberdayaan
Perempuan/Kepala BKKBN yang merujuk pada Keputusan Presiden Nomor 20 tahun
2000 Tentang Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang ditandatangani
oleh Presiden Abdurrahman Wahid, dimana BKKBN merupakan instansi vertikal
menjadi tidak berarti ketika harus berhadapan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8
tahun 2003 tentang SOTK di daerah yang terbit pada masa Presiden Megawati, yang
juga menerbitkan Kepres Nomor 103 tahun 2001 yang menggariskan bahwa sebagian
besar kewenangan BKKBN harus sudah diserahkan kepada daerah maksimal akhir
tahun 2003. Kondisi yang demikian ini berdampak pada terombang-ambingnya
kelembagaan yang menangani program, karena masing-masing daerah sangat
beragam dalam menilai kepentingan program KB.
Karena Malthus hanya mempercayai bahwa hanya melalui Moral restrain
sebagai preventive checks, maka dikemudian hari timbul berbagai kritik terhadap
teorinya. Paul Ehrlich berpendapat bahwa untuk dapat keluar dari perangkap Malthus,
ia menganjurkan penggunaan semua cara “Preventive checks”, misalnya dengan
penggunaan alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran serta pengguguran
kandungan (Ida Bagus Mantra, 2004:53). Disamping itu pandangan Malthus yang
menyatakan bahwa hanya penderitaan dan ancaman akan penderitaan yang lebih
buruklah yang dapat diandalkan untuk membujuk masyarakat bawah menahan diri
dalam hal angka kelahiran, kini pandangan tersebut justru berlaku
sebaliknya,sebagaimana pendapat Frank W. Notestien (2004 : 12) menyatakan bahwa
kondisi hidup yang lebih baik dan jalan hidup yang lebih baiklah yang menjadi
motivasi kecenderungan terhadap pengaturan tingkat kelahiran.
Berbagai cara pengaturan dan pembatasan kelahiran akhirnya betul-betul
dibutuhkan oleh hampir semua negara di dunia, utamanya negara-negara sedang
berkembang. Tonggak awal penerapan konsep pengaturan dan pembatasan kelahiran
di Indonesia dengan berdirinya Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
pada tahun 1957, sedangkan secara kelembagaan dimulai pada tahun 1970. Pada
awalnya (tahun 1970-an) Keluarga Berencana merupakan Program pemerintah murni
dengan titik tekan pada pengendalian penduduk melalui penggunaan alat kontrasepsi,
konsep yang dikembangkan melalui pelembagaan Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) dengan slogan cukup dua anak, laki-laki perempuan sama saja.
Dalam posisi ini terkesan penduduk hanya sebagai obyek, sedang hegemoni
pemerintah sangat kuat, rakyat dimobilisasi sedemikian kuat untuk menggunakan alat
kontrasepsi, tanpa mempertimbangkan aspek kesehatan, kondisi tubuh, serta tanpa
mendapatkan penjelasan kekurangan dan kelebihan alat kontrasepsi yang dipakainya,
sehingga lambat laun mendapatkan kritik sangat keras yang datang dari masyarakat
sendiri, LSM dalam negeri maupun LSM luar negeri.
Tahun 1992 terjadi pergeseran makna, setelah disahkannya Undang-Undang
Nomor 10 tahun 1992 Tentang Kependudukan dan Pembangunan keluarga sejahtera,
kendatipun substansinya sebenarnya tidak berbeda jauh. Pengertian Keluarga
Berencana menjadi “Upaya peningkatan kesejahteraan keluarga melalui;
(1) Pendewasaan usia perkawinan,
(2) Pengaturan kelahiran,
(3) Peningkatan ketahanan keluarga, dan
(4) Peningkatan kesejahteraan keluarga”.
Keluarga Berencana tidak lagi menjadi program yang terkesan dipaksakan,
KB menjadi gerakan masyarakat yang semakin dibutuhkan karena konsep NKKBS
mendapatkan tanggapan positip. Konferensi Internasional Kependudukan dan
Pembangunan (ICPD) tahun 1996 yang diratifikasi Indonesia pada tahun 1996 telah
mengubah paradigma Program KB, dari yang sebelumnya melalui pendekatan target
demografi melalui pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi
pendekatan akses dan kualitas dengan memperhatikan hak-hak reproduksi dan
kesetaraan gender yang meletakkan penduduk sebagai “Pusat pembangunan”.
Keluarga berencana diartikan sebagai “Suatu program yang dimaksudkan untuk
membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai reproduksi mereka,
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan
berisiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu,
terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan,
meningkatkan mutu, nasehat, komunikasi, informasi, dan edukasi, konseling dan
pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan
meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk penjarangan kehamilan
(BKKBN,2001; 5). Keluarga Berencana tidak lagi dimobilisasi, merencanakan dan
mengatur kelahiran merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Hak azazi manusia,
artinya pengguna alat kontrasepsi (peserta KB) memiliki hak untuk mendapatkan
informasi lengkap mengenai berbagai alat kontrasepsi, kelebihan dan kekurangannya,
hak mendapatkan perawatan menyeluruh, hak otonomi perempuan untuk merawat
kesehatan dan menentukan reproduksinya, dan hak memutuskan memiliki anak, atau
tidak memiliki anak. Menentukan jumlah yang dikehendaki, serta jangka waktu
melahirkannya.
Pergeseran paradigma ini membawa konsekuensi pada pergeseran tanggung
jawab dan peran suami (pria) untuk ikut berpartisipasi dalam keterlibatan dan
kesertaan ber KB dan kesehatan reproduksi serta perilaku seksual yang sehat dan
aman bagi dirinya, pasangannya, dan keluarganya (BKKBN,2000;23).
Program KB merupakan salah satu program yang dapat dikatakan berhasil
dalam membuat pertumbuhan penduduk menjadi melambat, tidak lepas dari itu
strategi yang digunakan dalam pendekatan kepada masyarakat pun terbilang sukses.
Berikut ini strategi pendekatan / sosialisasi terhadap penduduk :
1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach).
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat
(kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
2. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach)
Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan
keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan yang
sinergik dalam mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar.
3. Pendekatan integrative (integrative approach)
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan
menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat
menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.
4. Pendekatan kualitas (quality approach)
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider)
dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat
yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan program KB nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach)
Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program KB nasional,
dimana program tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di Indonesia terhadap
ajakan KIE yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB
b. 15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB
c. 30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB
Kesimpulan
Pada intinya Keluarga berencana sebuah program dari pemerintah yang
tujuannya adalah untuk mengatur jarak kelahiran dan mempersipakan masa depan
bagi anak yang lebih baik, dalam pandangan Islam diperbolehkan apabila dilakukan
dengan cara yang sesuai syariat Islam , dilakukan dalam konteks pengaturan
keturunan bukan pembatasan keturunan dan dilakukan apabila dalam kondisi yang
darurat yang dapat mengancam keselamatan masyarakat itu sendiri .
Referensi :
- Asy sya’rawi, M.M., 1995. Anda Bertanya Islam Menjawab Jilid 1-5. Gema
Insani Press.Jakarta
- http://www.stikesyarsi.ac.id/index.php/artikel-islam/102-pandangan-hukum-
islam-tentang-keluarga-berencana-.html
- http://medicastore.com
- Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. 1998. Sinopsis Obstetri.Jakarta : EGC
- Tips-sehat-keluarga-bunda.blogspot.com
- indonesia.com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=919
Top Related