BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa
benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara
pada tahun 1870-an (Lubis 1992). Pembukaan perkebunan kelapa sawit terus
meluas seiring dengan meningkatnya permintaan minyak nabati di berbagai
belahan dunia.
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin,
sabun,dan kosmetika. Minyak sawit dapat digunakan untuk beragam kegunaan
karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan
tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut
lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada
tubuh dalam bidang kosmetik.
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi ekspor
yang sangat besar di Indonesia bahkan untuk di Provinsi Riau saat ini Termasuk
pengekspor Crude Palm Oil (CPO) terbesar. Bahkan di Provinsi Riau menjadi
salah satu daerah yang memiliki perkebunan sawit terluas. Banyak Perusahaan
Kelapa Sawit (PKS) swasta maupun milik negara yang luasnya mencapai ribuan
hektar. Seperti di Kabupaten Kuantan Singingi banyak berdiri perusahaan kelapa
sawit. Salah satunya adalah Perusahaan PT. Dutapalma Nusantara.
1
PT. Dutapalma Nusantara merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang perkebunan kelapa sawit dengan program pengembangan dan
pembangunan kebun kelapa sawit dilaksanakan dengan pola kemitraan.
PT.Dutapalma Nusantara, Sei. Kuantan yang memiliki luas lahan 684 Ha. Divisi
VII A terletak di Sei. Kuantan estate Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten
Kuantan Singingi. Untuk itu, penulis tertarik melaksanakan magang di PT.
Dutapalma Nusantara dikarenakan perusahaan tersebut pengembangan teknologi
budidanya cukup bagus, sehingga penulis bisa mengalih ilmu-ilmu mengenai
budidaya tanaman kelapa sawit.
Perkembangan perkebunan kelapa sawit saat ini, baik yang dilakukan
perkebunan kelapa besar maupun masyarakat Cukup baik. Hal ini dibuktikan,
bertambahnya luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga mencapai 8
Juta hekter lebih dan tersebar dari yaitu Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan .
pulau ini menjadi daerah penghasil kelapa sawit cukup besar dan juga penghasil
CPO terbesar di Indonesia. Namun perkembangan tersebut belum diimbangi
dengan penyediaan bibit Unggul yang bermutu, sehingga banyak petani swadaya
menanam bibit yang tidak memiliki rekomendasi yang jelas, (bibit asalan ).
Karena pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkain kegiatan
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya
tanaman kelapa sawit yang dilakukan pada PT. Dutapalma Nusantara.
2
1.3 Manfaat Penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis dan dalam rangka
menempuh ujian akhir Diploma III pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Unggulan Swarnadwipa ( STIP-US) Teluk Kuantan.
2. Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan pembaca ingin
melakukan budidaya tanaman perkebunan kelapa sawit
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit
Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan
dalam identitifikasi secara ilmiah, Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini
dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisi : Embryophtya siphonagma
Kelas : Angiosspermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae ( dahulu disebut palmae )
Sub Famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : 1. Elais Guinensis
2. Elais Olaifera(H.B.K ) Cortes
3. Elais Odora (Pahan. I 2010)
Kelapa sawit diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika selatan,
Asia Tenggara, Pasifik selatan serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih
kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika selatan tepatnya
Brasilia( Pahan. I 2010).
4
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
2.2.1 Tanah
Tanah atau lahan merupakan matriks tampat tanaman berada. Tanpa lahan,
tanaman kelapa sawit tidak akan ekonomis untuk diusahakan secara komersial.
Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada 3 faktor, yaitu
lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah
(Pahan,2007).
Pemilihan Tanah atau lahan yang sesuai dengan tanaman kelapa sawit
merupakan hal yang harus di perhatikan. Tanpa lahan tanaman kelapa sawit tidak
akan ekonomis untuk di usahakan secara kormelsial. Lahan yang optimal untuk
kelapa sawit harus mengacu pada tiga factor yaitu lingkungan, sifat fisik lahan,
dan sifat kimia tanah. Tanaman Kelapa Sawit dapat tumbuh dan berproduksi baik
pada tanah ultisols, Entisols, Inceprisols, Andisols, dan Histosols ( Pahan. I,
2010 ).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada banyak jenis tanah,
seperti latosol, aluvial, andosol. Dengan ketinggian tempat maksimum 400 meter
dpl dengan kemiringan lahan 0-12o atau 21%. Tanaman sawit dapat tumbuh pada
pH 4-6,5 dengan pH optimum 5-5,5 (Sunarko, 2009).
2.2.2 Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan dan produksi
tanaman yang dibudidayakan. Iklim merupakan faktor yang sulit, bahkan tidak
bisa dikendalikan. Iklim yang cocok bagi pertumbuhan kelapa sawit terletak
antara 15o LU - 15oLS (Sunarko, 2009).
5
Hadi (2004), menyatakan faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan
dan produksi kelapa, yaitu curah hujan dan penyinaran matahari. Curah hujan
yang ideal bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 2.500 – 3.000 mm/tahun.Lama
penyinaran matahari yang diinginkan kelapa sawit minimum 1.800 jam/tahun atau
6-7 jam/hari.
Untuk Meningkatkan kelapa sawit membutuhkan 1.800 jam penyinaran per tahun,
lama penyinaran optimal 2.200 jam per tahun rata-rata 5-7 jam per hari.
Kelembaban udara optimal 180-190% kelembaban dipengaruhi oleh curah hujan,
sinar matahari, dan suhu. Oleh sebab itu factor iklim penting menjadi
pertimbangan membudidayakan tanaman kelapa sawit (Midjaja.s, 1991).
2.3 Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
2.3.1 Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan pada perkebunan kelapa sawit merupakan kegiatan menanam
kecambah (dari biji) pada suatu media tanam (tanah dalam polybag), sehingga
bibit tersebut siap untuk ditanam secara permanen di areal perkebunan (setelah
berumur 12 bulan). Pembibitan pada umumnya dilakukan dengan dua tahap
(double syage). Tahap pertama disebut prenursery dan tahap kedua disebut
mainnursery (Hadi, 2008).
2.3.1.1 Persiapan Pembibitan
Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan,
yaitu memiliki areal yang rata dan berada di tengah kebun, dekat dengan sumber
air, memiliki akses jalan yang baik, dan terhindar dari gangguan hama (Purba, etl,
2008), Hadi (2004).
6
2.3.1.2 Pembibitan Prenursery
Pembibitan prenursery merupakan tempat kecambah kelapa sawit ditanam
dan dipelihara hingga berumur tiga bulan. Media yang digunakan berupa tanah
bagian atas (top soil) yang dimasukan dalam polibag berdiameter 14 cm dan
tinggi 22 cm (Purba, 2008).
Tanah Topsoil yang agak gembur dan tidak kedap air dimana tanah
tersebut sebelumnya sudah dicampur dengan pupuk dolomite 1,5-2,0 cm
( Hartonto, 2008 ).
Setelah polibag disiapkan, selanjutnya dilakukan pembuatan bedengan.
Bedengan dibuat dengan panjang 10 meter dan lebar 1,2 meter. Tinggi bedengan
berkisar 0,1-0,5 meter dengan jarak antar bedengan 0,8 meter. Pada lahan
prenursery dibutuh kan naungan untuk pelindung. Naungan dapat dibuat dari daun
kelapa atau kelapa sawit. Naungan berfungsi untuk melindungi bibit prenursery
dari sinar matahari dan cura hujan yang berlebihan. Ukuran tinggi tiang 2 meter
dan jarak antar tiang 3 meter. Naungan dipertahankan hingga kecambah berdaun
2-3 helai. Setelah itu, naungan berangsur-angsur dikurangi atau secara bertahap
(Sunarko, 2009).
Pada prinsipnya, setelah kecambah ditanam dilakukan pemeliharaan yang
bertujuan untuk menjaga bibit agar selalu dalam kondisi baik dan tumbuh dengan
baik. Penyiraman merupakan langkah awal dalam pemeliharaan bibit pada
prenursery. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada waktu pagi dan sore
hari dengan volume air yang disiramkan 0,25-0,5 L/bibit. Pengendalian gulma
dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut rumpu-rumput menggunakan
tangan dengan rotasi pengendalian 2 minggu sekali. Pemupukan pada pembibitan
7
prenursery dilakukan apabila terlihat gejala kekurangan unsur hara. Pupuk yang
digunakan pupuk urea atau pupuk majemuk dengan diaplikasikan melalui daun
dengan cara disemprotkan. Frekuensi pupuk dilakukan seminggu sekali (Purba,
2008)
2.3.1.3 Pembibitan Utama (mainnursery)
Tanahnya sama dengan sewaktu di Pre Nusery, saat pengisian tanah
polybeg diusahakan diguncang untuk menghilangkan rongga-rongga udara hingga
tanah mencapai 5 cm dari bibit polibeg ( Sunarko, 2009 ).
Setelah semua siap, bibit yang berasal dari pre nursery ditanam kedalam
polybag besar dalam barisan-barisan. Polybag bibit dari pre nursery yang telah
disiapkan dibuka dengan silet atau pisau. Selanjutnya bibit bersama tanahnya
dimasukkan (ditanam) kedalam lubang tanah pada polybag besar. Tanah hasil
pelubangan dikembalikan ke dalam polybag yang baru saja ditanami, kernudian
dipadatkan agar- bibit yang baru ditanam dapat berdiri tegak dan kuat
(Hadi, 2004).
Hama dan penyakit bibit kelapa sawit pada main nursery hanya,
dikendalikan jika terdapat gejala serangan yang dianggap dapat
mengganggu. Apabila gejala serangan tidak tampak, maka tidak perlu dilakukan
pengendalian. pengendalian hama biasanya dilakukan secara manual, yaitu
dengan memungut satu per satu kemudian membunuhnya. Secara kimia
dengan menyemprotkan insektisida yang telah dilarutkan dalam air. Insektisida
yang digunakan antara lain adalah Sevin 85 ES dan Tendion dengan dosis
rekomendasi pada lebel insektisida (Hadi, 2004).
2.3.2 Pembukaan Lahan
8
2.3.2.1 Persiapan Lahan
Lahan atau areal perkebunan merupakan faktor sumber daya alam yang
paling mendasar bagi pembangunan perkebunan karena aktivitas budidaya
tanaman hanya dapat dilakukan jika lahan atau tanah telah tersedia. Persiapan
lahan yang luas memerlukan waktu yang cukup lama. Persiapan lahan juga
tergantung pada kondisi lahan aslinya (sastrosasyono, 2003).
Pembukaan lahan pada umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu cara mekanis
dan cara kimia. Cara mekanis adalah pembukaan lahan yang dilakukan dengan
menggunakan traktor. Sedangkan cara kimia adalah menggunakan bahan kimia
untuk areal berupa padang ilalang (satyawibawa, 1999).
2.3.2.2 Pengajiran
Pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa
sawit sesuai dengann jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya,
sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur.
System jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m x
9 m. Dengan system segi tiga sama sisi ini, pada arah Utara – Selatan tanaman
berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan)
tanaman per hektar adalah 143 pohon (Sastrosayono, 2003).
2.3.2.3 Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Penanaman kacangan penutup tanah sebaiknya dilaksanakan segera setelah
pembukaan lahan selesai dilaksanakan.Jenis – jenis tanaman kacangan penutup
tanah yang umum ditanam di perkebunan kelapa sawit adalah Calopogonium
caeruleum, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica, Pueraria
9
phaseoloides, Centrocema pubescens, Psophocarphus palustries, dan Mucuna
cochinchinensis (Sastrosayono, 2003)
2.3.3 Penanaman
Penanaman bibit merupakan titik awal dimulainya usaha budidaya kelapa
sawit. Bibit yang di tanam diharapkan akan tumbuh menjadi tanaman yang
produktif. Buahnya diharapkan juga dapat memberikan nilai ekonomi yang
tinggi. Penanaman dilapangan dilakukan setelah bibit berumur 12 bula (hadi,
2004).
Pemindahan dari Pre Nusery ke Main Nusery setelah umur bibit mencapai
3s/d 4 bulan, biasanya daunya berjumlah 4 helai untuk memperkecil terjadinya
stagnasi pada bibit . Untuk mempercepat penanaman cetakan lubang dibuat dari
pipa PVC sepanjang 15 cm (Razaq, dkk , 2011).
Pupuk dasar adalah pupuk yang diberikan sebelum penanaman. Jenis
pupuk yang digunakan sebagai pupuk dasar adalah pupuk yang dapat merangsang
pertumbuhan akar misalnya pupuk RP. Teknik pemberiannya adalah pupuk dasar
dicampur dengan tanah top soil kemudian dimasukan kedalam lubang tanam
(Pahan, 2007).
2.3.4 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah kelompok umur dimana
tanaman baru ditanam hingga panen untuk pertama kali. Tanaman kelapa sawit
dipelihara sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen pada umur 30-36
bulan. Pemeliharaan masa Tanaman Belum Menghasilkan merupakan lannjutan
dan penyempurnaan pekerjaan pembukaan lahan dan persiapan untuk
mendapatkan tanaman yang berkualitas baik (Purba, 2008).
10
2.3.4.1 Penyulaman
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi hekter
+135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari, penyiagan tanah
disekitar pohon harus bersih dari gulma (Anonim, 2011)
Lebih lanjut Hadi (2004) mengatakan bahwa teknik penyulaman yang
dilakukan sama dengan penanaman bibit biasa, akan tetapi perlu ditekankan
bahwa penyulaman hanya bisa dilakukan pada areal yang umur tanamannya
belum mencapai TM 3 karena pada umur TM 3 keatas daun-daun kelapa sawit
sudah saling bergandeng satu sama lain sehingga sinar matahari tidak dapat
menembus areal dibawahnya. Akibatnya, bibit atau tanaman yang ditanam pada
areal tersebut tidak akan tumbuh secara optimal, bahkan mati.
2.3.4.2 Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma pada prisipnya merupakan usaha untuk meningkatkan
daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma.Keunggulan
tanaman pokok harus di tingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu
mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu
bersamaan dengan tanaman pokok (Pahan, 2007).
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
Pengendalian gulma secara manual, yaitu pengendalian gulma dengan
menggunakan peralatan dan upaya pengendalian secara konvensional, misalnya
dibabad, dibongkar dengan cangkul, digarpu dan sebagainya. Pengendalian
gulma secara kimia, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida,
baik yang bersifat kontak maupun sistemik. Pengendalian Secara kultur
11
teknis,yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan tanaman penutup tanah
jenis kacangan (Pahan, 2007).
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, kondisi, yang
tidak diinginkan manusia. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada disekitar
tanaman yang dibudidayakan dan berasosilisasi dengan khas. Gulma mudah
tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Umumnya,
Gulma mudah melakukan generasi sehingga unggul dalam persaigan dengan
tanaman budidaya. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya dalam
hal perolehan ruang,cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia yang
disekresikan (Purba, R.2009).
2.3.4.3 Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan yang sangat
penting. Tujuan pemupukan adalah menambah ketersediaan unsur hara didalam
tanah agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Pemupukan di
lapangan dilakukan atas rekomendasi pemupukan areal tersebut. Rekomendasi
pemupukan disuatu areal didasarkan pada hasil analisis daun dan tanah, hasil
pengamatan dilapangan, potensi produksi, serta percobaan pemupukan pada
tanaman kelapa sawit.Menambahkan pupuk yang diberikan harus tepat jenis
maupun dosisnya. Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk
dalam piringan yang dibuat melingkar disekitar tanaman. Frekuensi pemupukan
yang dianjurkan adalah dua kali dalam satu tahun, masing-masing setengah dosis.
Pemupukan dilakukan pada awal musim hujan.
Produksi dan kualitas produksi yang dihasilkan. Salah satu efek
pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah serta
12
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama penyakit, bermanfaat
melengkapi persediaan unsur hara didalam tanah sehingga kebutuhan tanaman
terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produksi)yang maksimal (Pahan,
I.2010).
2.3.4.4 Penunasan dan Kastrasi
Penunasan adalah pekerjaan memotong daun-daun tua tanaman kelapa
sawit yang tidak bermanfaat lagi bagi tanaman. Tujuan dari penunasan pada
tanaman belum menghasilkan adalah untuk sanitasi pohon. Peralatan yang
digunakan adalah chisel. Rotasi untuk melakukan penunasan 6 bulan sekali
(Purba, 2008).
Kastrasi dilakukakan pada tanaman yang mengeluarkan bunga yang
buahnya belum memenuhi syarat untuk dikirim kepabrik dan pertumbuhan sangat
kerdil. Kastrasi Merupakan kegiatan membuang bunga muda yang tumbuh pada
ketiak daun, baik bunga jantan maupun bunga betina.Kegiatan ini dilakukan tanpa
melukai batang dan pangkal pelepah daun.
Beberapa tujuan dari kastrasi adalah :
1. Merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman Kelapa Sawit.
2. Kondisi tanaman yang lebih bersih sehingga mengurangi serangan
hama dan penyakit.
3. Untuk mendapatkan buah yang berat / tandan yang relatif seragam
atau sama ( Sunarko, 2006)
2.3.4.5 Pengendalian Hama dan Penyakit
Penyakit yang umum dijumpai pada tanaman belum menghasilkan yaitu
penyakit tajuk (Crown Disease) yang disebabkan oleh faktor faktor keturunan
13
dengan gejalanya ditandai munculnya pelepah yang tidak membuka sempurna dan
membengkok. Pengendaliannya dilakukan dengan tidak memberikan pupuk N
secara berlebihan (Hadi, 2004)
Lebih lanjut Hadi (2004) menjelaskan bahwa penyakit yang sering
dijumpai selanjutnya yaitu penyakit busuk batang (ganoderma). Gejala penyakit
ini adalah daun pucuk layu dan daun tua patah-patah. Penyebabnya adalah jamur
Basidiomycetes. Tanaman kelapa sawit yang mati karena penyakit ini harus
dimusnakan dengan membakarnya sampai habis untuk menhindari terjadinya
penularan kepada tanaman yang lain.
Pengendalian ini perlu dilakukan mengingat hama dan penyakit
berpengaruh terhadap hasil produksi. Jika hama dan penyakit akan menyerang
tanaman kelapa sawit tidak cepat diberantas, produksi buah akan turun, baik
secara kuantitas maupun kualitas. Adapun hama dan penyakit yang menyerang
pada tanaman yang belum menghasilkan adalah, babi hutan, tikus, ulat kantong,
sedangkan penyakitnya tajuk sperti busuk batang. Dimana gejala serangannya
terlihat bila tajuk membuka dan membengkok. Untuk pengendalian penyakit ini
biasanya dibiarkan saja, karena penyakit ini akan sembuh dengan sendirinyaa
dalam waktu 6-12 bulan (Sunarko, 2006).
2.4 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-14 bulan dan panen
yang menguntungkan secara ekonomis adalah pada saat tanaman berumur 2,5
tahun. Bunga jantan atau bunga betina muncul pada setiap ketiak pelepah daun
dan sebagian bunga ini akan gugur. Tanaman kelapa sawit akan berproduksi
optimal jika dilakukan pemeliharaan yang baik (Purba, 2008)
14
Tanaman Menghasilkan adalah tanaman yang telah berproduksi
(menghasilkan) sejak berumur 2,5,-3 tahun keatas, disini diperlukan perawatan
yang baik supaya memperoleh hasil yang maksimal.(anonym.2011).
2.4.1 Pengendalian Gulma
Purba (2008) menambahkan pengendalian gulma pada tanaman
menghasilkan dapat dilaakukan dengan cara manual dan kimia. Secara manual
dilakukan dengan menggunakan cangkul yaitu dengan menyiang gulma
menggunakan cangkul. Sdangkan secara kimia yaitu penggendalian menggunakan
bahan kimia dengan cara menyemprotkan. Bahan kimia yang digunakan berupa
sistemik dan juga kontak.
2.4.1.1 Penunasan pelepah
Penunasan merupakan kegiatan memangkas pelepah yang tidak aktif lagi
untuk fotosintesis.selain itu juga untuk menjaga keseimbangan fisiologi tanaman
dan sanitasi serta mempermudah pemanenan . Alat yang di gunakan untuk egrek
sedangkan kapak di gunakan untuk memotong pelepah yang telah di pangkas .
Dalam penunasan perlu perhatikan jumlah pelepah yang harus di tinggalkan di
setiap pohon ,guna terpelihara nya jumlah konopi pelepah yang sangat
berpengaruh terhadap kegiatan fotosintesis pada tanaman ,sebagaimana tabel
berikut:
Tabel 1. Klafikasi jumlah pelepah yang tersisa pada penunasan
NO
Umur tanaman Jumlah pelepah / pohon Pusingan
1 < 5 Tahun 57-64 6 Bulan sekali2 5-10 tahun 49-56 6 Bulan sekali
3 >10 tahun 42-48 6 bulan sekali
15
Alat-alat yang digunakan tergantung pada cara penunasan, bisa berupa
dodos, kampak, dan bisa juga egrek. Agar rotasi tunas an dapat terpenuhi
sebaiknya dibuat rencana penunasan setiap bulan. Menurut teori, penunasan
dilakukan pada waktu panen rendah karena saat itu daun yang tidak menyangga
tandan lebih banyak. (sunarko,2009)
2.4.1.2 Pemupukan
Pemupukan kelompok TM merupakan lanjutan dari pemupukan yang
dilakukan saat tanaman masih berumur TBM. Oleh karena itu, jadwal dan
aplikasinya harus berurutan dan salin terkait. Ada satu hal yang membedakan
pemupukan pada TBM dengan pemupukan TM, yaitu pada TBM pemupukan
hanya didasarkan padakebutuhan akan unsurhara untuk pertumbuhan vegetatif,
tetapi pada TM harus mempertimbangkan berat TBS yang akan berproduksi
(Hadi, 2004).
Pemupukan Yaitu sekitar 40%-60% dari total pemeliharaan . oleh karena
itu ,agar tercapai hasil pemupukan yang optimal maka pupuk yang di gunakan
harus sesuai dengan rekomendasi yang telah di tetapkan
Jenis pupuk yang di gunakan adalah pupuk majemuk NPK Mg,dengan
rotasi pemupukan di bagi menjadi 3 periode dalam waktu 1 tahun . agar pupuk
yang di berikan hanya dapat di serap oleh tanaman secara maksimal . (Purba.
R,2009).
Waktu pemberian pupuk harus disesuaikan dengan musim. Demikian juga,
dosis pupuk harus disesuaikan dengan umur dan tingkat produksi tanaman. Untuk
pengaplikasian dilakukan dua kali dalam setahun. Teknik pemupukan dilakukan
dengan cara menebar disekeliling pkok tanaman kelapa sawit (Hadi, 2004).
16
2.4.1.3 Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakekatnya merupakan
upaya untuk mengendalikan suatu kehidupan. Oleh karena itu, konsep
pengendalian dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup
hama/penyakit itu sendiri. Pengetahuan terhadap bagian paling lemah dari siklus
hidup mata rantai sangat berguna dalam pengendalian hama dan penyakit yang
efektif. Bagian yang di nilai paling lemah dari siklus hama dan penyakit
merupakan titik kritis karena akan menjadi dasar acuan untuk mengambil
keputusan pengendaliannya(Pahan, 2006).
Pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia, dan terpadu), serta
waktu pengendalian yang dianggap paling cocok akan di latar belakangi oleh
pemahaman atas siklus hidup hama/penyakit tersebut.Upaya mendeteksi hama dan
penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak harus dilaksanakan. Selain akan
memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian, keuntungan deteksi dini
juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangan yang tak terkendali/terduga.
Secara ekonomis, biaya pengendalian melalui deteksi dini dipastikan jauh lebih
renda dari pada pengendalian serangan hama/penyakit yang sudah menyebar luas
(Pahan, 2006).
Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit di antaranya ulat API
(setora nitens.WIK), ulat kantong (Metisa palna), kumbang (0ryctes rhinoceros),
tikus (Rattus rattus, spp), serta babi hutan (Sus scrofa).Adapun penyakit yang
menjadi masalah pada tanaman kelapa sawit di antaranya yaitu penyakit-penyakit
daun pada pembibitan, penyakit busuk pangkal batang (ganoderma), penyakit
17
busuk tandan buah (marasmius), dan penyakit busuk pucuk (spear rot) (Pahan,
2006).
Kerugian akibat serangan hama yang cukup berat (explosive) dapat
menurunkan produksi sampai 40%. Oleh karena itu, untuk menjamin keberhasilan
pelaksanaan pengendalian OPT, khususnya hama dan penyakit, maka luar areal
pengendalian harus lebih besar dari luas areal serangan (termasuk areal isolasi)
(Hakim, 2007).
2.4.1.4 Panen
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur
2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan.
Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulitnya.
Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak,
kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah
kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh
tersebut disebut membrondol (Sastrosayono, 2003).
Panen adalah merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang
matang dan mengutip brondolan kemudian selanjut nya di kumpul ke tempat
pengumpulan hasil (TPH)
Sebelum kegiatan pemanenan dilakukan terlebih dahulu mempersiapkan
semua peralatan yang di gunakan . Alat yang di gunakan dalam pemanenan buah
sawit :
18
Tabel 2. Klasifikasi Penggunaan Alat Panen
Umur (tahun)
Tanaman menghasilkan
Tinggi batang (m)
Alat panen
3-45-8<8
123
0-22-45-12
DodosDodosEgrek
Sebelum kegiatan panen di lakukan , para karyawan harus memperhatikan
kriteria kematangan panen seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Kreteria Kematangan Panen
Fraksi istilah Criteria00 Mentah
sekaliBrondolan
0 Mentah Brondolan 1-12,5%(buah luar membrondol
1 Kurang matang
Brondolan 12,5-25%(permukiman luarmembrondol)
2 Matang I Brondolan 50-50% (Permukaan Luar Membrondol)
3 Matang II Brondolan 50-75% (Permukaan luar Membrondolan)
4 Lewat matang
Brondolan 75-100% ( Permukaan Luar Membrondol ).
Proses pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari perubahan warna buahnya.
Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau karena pengaruh zat
klorofil. Selanjutnya akan berubah menjadi merah atau oranye akibat pengaruh zat
warna beta karoten. (Sunarko, 2009)
Parameter dan kriteria matang panen adalah perobahan warna dan
memberondolnya buah dari tandan. Proses perubahan warna buah pada tandan
adalah dari hijau berubah ke kehitaman menjadi merah mengkilat/orange. Kriteria
matang panen tergantung pada berat tandan yaitu untuk berat tandan >10 kg
sebanyak 2 berondolan/kg tandan dan untuk brat tandan <10 kg sebanyak 1
19
berondolan/kg tandan. Mutu buah panen ditentukan oleh fraksi matang panen
yang terdiri dari 7 fraksi (Purba, 2008).
Panen pada kelapa sawit muda dan tua tentu berbeda, karena adanya
perbedaan ukuran tandan dan ketinggian batang.Tandan buah Segar (TBS),
dipotong tandannya, kemudian dilepas dari jepitan pelepah. Pada tanaman muda
daun tidak dipotong, untuk menjaga agar leaf area index (LAI) nya tidak
menurun. Alat yang digunaka adalah chisel untuk sawit yang berumur 3-4 tahun,
kampak untuk umur 6-8 tahun dan egrek untuk umur diatas 8 tahun (Hakim,
2007)
20
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan magang ini dilaksanakan pada PT. Dutapalma Nusantara
Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi. Waktu yang
digunakan untuk kegiatan magang ini selama 2 bulan dimulai tanggal 05
September 2012 sampai dengan 05 November 2012.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan kegiatan magang, ada empat metodepengumpulan data,
yaitu:
3.2.1 Metode Observasi
Mahasiswa Terjun Langsung Kelapangan Untuk Mengamati Serta Melihat
Keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan dan berpartisivasi dalam setiap
kegiatan di lapangan
3.2.2 Metode Wawancara
Mahasiswa Melakukan Dialog dan Bertanya langsung dengan pihak terkait
yang ada di lapangan serta orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan
di lapangan dan bertanggung jawab terhadap semua masalah teknis dilapangan.
3.2.3 Studi Pustaka
Penulis Menggunakan Berbagai literature yang bisa memperkuat isi tulisan
seperti buku, jurnal dan berbagai literatur lain yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan tentang Budidaya Kelapa Sawit.
21
3.24 Demonstrasi
Selama melaksanakan kegiatan dilapangan mahasiswa melakukan praktek
tentang Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.
3.2.5 Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara statistik deskriptif, dengan cara
membandingkan data dilapangan dengan literatur yang ada.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Lokasi divisi VII A
PT Dutapalma Nusantara Divisi VII A merupakan bagian dari perkebunan
Sei. Kuantan yang memiliki luas lahan 684 Ha. Divisi VII A terletak di Sei.
Kuantan estate Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi.
4.1.2 Profil Divisi VII A
Perkebunan Sei Kuantan terdiri dari 8 Divisi yaitu divisi 1, divisi II, divisi
III,divisi IV, divisi V, divisi VI, divisi VII dan divisi VIII. Divisi VII terdiri dari 2
bagian yaitu VII A dan VII B. Setiap divisi di kepalai oleh Askeb, 1 orang asisten,
2 orang staf administrasi, 2 orang mandor panen, 2 orang mandor pupuk, 2 orang
mandor Tim MHS, 2 orang mandor Tim Solo dan 1 orang Krani cek buah. Divisi
VII A dan VII B mempunyai 1 kantor, gudang penyimpanan pupuk, 1 pos satpam,
1 mesjid, perumahan karyawan, dan 2 buah tangki air yang terletak di VII A.
Dengan mempunyai luas lahan yaitu 684 ha, dengan jumlah populasi ± 97.812
pokok.
4.2 Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
4.2.1 Pembibitan
Berdasarkan wawancara,yang laksanakan di lapangan bahwa teknik
pembibitan pada PT. Dutapalma Nusantara dilakukan dengan dua tahap. Tahap
pertama dilakukan pada areal pembibitan prenursery dan tahap kedua dilakukan
pada areal pembibitan mainnursery.
23
4.2.1.1 Pembibitan prenursery
Pembibitan pada prenursery dilakukan dengan beberapa rangkaian
kegiatan yaitu :
4.2.1.1.1 Persiapan lahan pembibitan
Persiapan lahan pembibitan dilakukan untuk meratakan areal agar
mempermudah pembuatan bedengan.Tanah permukaan dibersihkan hingga merata
dan akar-akar serta kayu tunggul dicabut dan dibuang agar lahan bersih serta
terhindar dari berbagai bahan yang menyebabkan sumber penyakit. Setelah
dibersihkan kemudian dilakukan pembuatan bedengan.Bedengan dibuat dengan
lebar 1 m dan panjang 10 serta jarak antar bedengan 60 cm. Pembuatan bedengan
bertujuan agar poly bag tersusun rapi, tidak roboh dan yang terpenting adalah
untuk mempermudah pemeliharaan dan penyusunan.
4.2.1.1.2 Persiapan Media tanam
Kegiatan persiapan media tanam adalah pengisian poly bag. Poly bag
untuk media kecambah di areal prenursery berukuran 15x10 cm. Tanah yang
digunakan adalah tanah top soil, yaitu tanah permukaan yang memiliki banyak
kandungan unsur hara.
4.2.1.1.3 Penanaman Kecambah
Benih (kecambah) yang digunakan untuk pembibitan di PT. Dutapalma
Nusantara berasal dari Pusat Penelitian Marihat Medan, Sumatera Utara dengan
varietas Tenera. Penanaman kecambah harus sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan, baik dari waktu maupun metode penanaman. Kecambah harus segera
ditanam 2×24 jam dari mulai pengiriman sampai tiba di areal prenursary dengan
perlakuan yang baik.
24
Penanaman dilakukan dengan menggemburkan media tanah dengan jari.
Kedalaman lubang pada media poly bag ± 2 cm, posisi plumula yang berwarna
putih berada diatas sedangkan radikula yang berwarna coklat berada
dibawah.Lubang yang telah ditanam ditutup dengan tanah yang gembur agar
plumula tumbuh tanpa hambatan.
4.2.1.1.4 Pemeliharaan Pembibitan Prenursery
Pemeliharaan yang dilakukan pada pembibitan prenursery yaitu :
1. Penyiraman
Setelah semua media telah tertanam oleh kecambah maka barulah
penyiraman dilakukan yakni pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan
dengan intensitas rendah, hal ini dilakukan agar air bisa menyerap sempurna
kedalam poly bag tanpa merusak permukaan media sehingga kecambah tetap pada
keadaan semula.
2. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma
yang berada didalam polibag maupun disekitar polibag.
3. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman diareal prenursery dilakukan setelah satu
minggu tanaman tumbuh. Pupuk yang digunakan adalah jenis NPKyaramila dan
juga urea yang diaplikasikan dengan dua cara berbeda, yaitu disemprot dan
disiramkan (Ekstra Polya).
4. Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang biasanya mengganggu bibit pre nursery adalah semut,
ulat, dan cacing. Pengendalian yang dilakukan dengan menyemprotkan
25
racun serangga (metador dan meizet dengan dosisl masing-masing30 ml per liter
air). Biasanya penyakit di pre nursery jarang dijumpai dan
pengendaliannya dilakukan jika terdapat gejala serangan. Pengendalian
penyakit menggunakan bahan kimia tidak dianjurkan di pre nursery karena
bibit masih muda dan sangat masih peka.
5. Sortir Bibit
Penyortiran dilakukan untuk mencegah adanya bibit abnormal yang ikut
tertanam diareal mainnursery. ciri-ciri bibit yang abnormal adalah, tunas yang
memuntir, daun lalang (tegak dan kecil), daun menggulung, collante (daun seperti
pita), daun keriting dan daun yang berbentuk mangkuk.
4.2.1.2 Pembibitan mainnursery
Pembibitan mainnursery pada PT. Dutapalma Nusantara dilakukan dengan
beberapa rangkaian kegiatan, yaitu
1. Pemilihan Lokasi Pembibitan
Lokasi pembibitan mainnursery pada PT. Dutapalma Nusantara terletak
satu hamparan dengan pembibitan prenursery. Lokasinya strategis, dekat dengan
sumber air, dekat dengan jalan besar, tempatnya datar dan memudahkan dalam
pengawasan.
2. Penyiapan Media Tanam
Polybag untuk tanaman di mainnursery berukuran 40×50 cm lebih besar
dari ukuran tanaman di prenursary dengan ketebalan 0,12 mm, karenanya
pengisian memakan waktu yang cukup lama dan dipersiapkan jauh-jauh hari agar
penyelesaiannya bersamaan dengan berakhirnya masa usia tanaman di areal
26
prenursery. Tanah yang digunakan adalah tanah top soil yang memiliki banyak
kandungan hara.
3. Penanaman
Kegiatan penanaman di mainnursery dilakukan setelah tanaman
mencapai usia3 bulan. Dilakukan pengawasan ketat agar proses penanaman
berjalan dengan baik. Penanaman dilakukan dengan caramembuat lubang pada
polybag, kemudian merobek polybag dengan silet, lalu polybag dilepaskan tanpa
harus memotong bagian akar sedikitpun. Bibit kemudian dimasukan dalam
lubang, dan diatur sehingga posisinya tegak, kemudian permukaannya ditutup
dengan media tanam baru.
4.2.2 Pengolahan Lahan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dilapangan bahwa kegiatan
pembukaan lahan pada PT. Dutapalma Nusantara meliputi :
1. Pengaturan Rumpukan
Pengaturan rumpukan dilakukan setelah kegiatan penumbangan pohon dan
telah ditentukan titik tanam agar tidak mengganggu kegiatan pemancangan dan
penanaman kelapa sawit. Jarak antar rumpukan 9,2 m.
2. Kegiatan Pemancangan
Kegiatan pemancangan adalah suatu kegiatan untuk menentukan titik tanam
yang menggunakan alat kompas dan kawat seling agar barisan sawit lurus dan
berbentuk segitiga sama sisi. Apabila posisi panjang dekat parit atau jalan maka
panjang tersebut dianggap pancang Bantu, selanjutnya pancang tanam digeser
dalam barisan.
27
3. Penanaman Tanaman Penutup Tanah (Leguminosa Cover
Crop)
Penanaman LCC diareal lahan baru boleh dengan sistem larikan atau
dicangkul dengan jarak 1×1 meter.Fungsi dari penanaman LCC adalah untuk
menjaga kelembaban tanah, mengurangi pertumbuhan gulma, menambah bahan
organik tanah dan mencegah erosi.
Tanaman LCC (Leguminora cover crop) yang ditanam PT. Dutapalma
Nusantara jenis CP(Centrocemapubescent) dan PJ ( Pueraria javanica), jenis ini
dpakai karena sifatnya dapat bertahan hidup lebih lama dibandingkan dengan jenis
yang lain. Sistem yang digunakan dalam penanaman kacangan ini adalah dengan
cara penugalan dengan perbandingan 5 : 5 : 1. Setiap satu gawangan dibuat dua
jalur tanam dengan jarak 1 m dari tanaman kelapa sawit dengan jumlah kacangan
yang diperlukan adalah 5 kg/ha.
4. Penanaman Bibit Kelapa Sawit
Kegiatan yang perlu diperhatikan dalam penanaman kelapa sawit adalah
bibit yang ditanam adalah bibit yang terseleksi (bibit produktif).Tidak boleh
merusak pelepah dan tidak boleh merusak akar pada waktu membuka poly
bag.Bibit ditanam pada lubang tanam dengan ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60
cm.
Sebelum penanaman, terlebih dahulu masukkan pupuk rock phosphate
(RP) dengan dosis 0,5 Kg kedalam lubang dan ditaburkan diatas tanah galian
lubang. Bibit ditanam sebatas leher bibit, tidak boleh terlalu dalam atau terlalu
dangkal. Jarak tanam bibit adalah 8 x 9,2 m
28
.
4.2.3 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan
Berdasarkan hasil wawancara dilapangan, bahwa kegiatan yang dilakukan
pada pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) meliputi :
4.2.3.1 Konsolidasi
Kegiatan konsolidasi antara lain adalah menginventarisasi tanaman yang
mati, abnormal, tumbang dan terserang hama penyakit serta menegakkan pohon
yang tumbang dengan cara menimbun tanah disekitar pangkal batang dan
dipadatkan sehingga tanaman tegak kembali.
4.2.3.2 Penyisipan
Penyisipan dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati, sakit atau
kerdil sehingga diperoleh tanaman yang tumbuh sehat dan seragam. Untuk
penyisipan, pilih bibit yang sehat dan seumur dengan bibit yang mati.
4.2.3.3 Pemeliharaan Piringan Pohon
Penyiangan dilakukan dengan menyingkirkan semua jenis tumbuhan dari
permukaan tanah selebar piringan pohon yang telah ditentukan dengan jarak 1,75
meter, sehingga tanah bersih dari gulma. Penyiangan dapat dilakukan dengan cara
manual atau cara kimia. Cara manual dilakukan dengan menggaru piringan
menggunakan cangkul sedangkan cara kimia dilakukan dengan cara
penyemprotan.
Pengendalian gulma juga dilakukan di sekitar piringan/bokoran.
Pengendalian dapat juga dilakukan dengan cara manual dan secara kimia. Secara
manual dengan menggunakan garuk piringan. Garuk piringan bertujuan untuk
membersihkan daerah sekitar perakaran tanaman dari gulma serta memudahkan
29
panen dan pengutipan brondol. Menurut Setyamidjaja (1991) teknis pelaksanaan
dari garuk piringan adalah dengan membersihkan piringan dari sampah dan
gulma. Penggarukan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan dimulai dari
arah tanaman menuju ke luar. Sedangkan secara kimia dengan menggunakan
herbisida Roundup (smart) + Sterin (obat prakuat) dengan konsentrasi 30 cc + air
20/liter = 600 cc/liter air. Alat semprot yamg digunakan adalah MHS (mikron
herbisida sprayer), lebar piringan yang dibersihkan yaitu 1,5 - 2 m.
4.2.3.4 Pemeliharaan Tanaman Penutup Tanah
Pengendalian gulma pada tanaman penutup tanah ini bertujuan untuk
mempertahankan kondisi areal agar tetap murni kacangan, dengan jalan
menyingkirkan semua jenis gulma yang tumbuh di areal kacangan tersebut.
Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mencabut dan juga mendokel sejenis
gulma berkayu.
4.2.3.5 Pemupukan
Sebelum dilakukan pemupukan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain piringan harus dibersihkan terlebih dahulu dari rumput, alang-alang
atau kotoran lainnya. Pada areal yang datar, semua pupuk ditabur merata mulai
0,5 m dari pohon sampai pinggir piringa. Penaburan pupuk dilakukan dengan
sistem 3 M (menabur,melingkar dan merata). Bagian tanaman yang berperan aktif
dalam penyerapan unsur hara adalah akar tanaman yang masih muda (rambut
akar).
4.2.3.6 Kastrasi
Kastrasi dilakukan pada tanaman yang mengeluarkan bungga yang
buahnya belum memenuhi syarat untuk dikirim ke pabrik dan pertumbuhan
30
tanaman kerdil. Kastrasi ialah membuang bunga, baik bunga jantan ataupun bunga
betina yang tumbuh pada tanaman kelapa sawit. Kastrasi dilakukan sejak bunga
jantan/betina mulai keluar dengan tujuan untuk merangsang pertumbuhan
vegetatif. Kastrasi dapat dilakukan dengan memotong bunga yang baru keluar di
ketiak pelepah daun, sebelum membesar dipotong dengan menggunakan alat
dodos tanpa melukai batang kelapa sawit dan pangkal pelepah daun.
4.2.3.7 Pengendalian Hama Dan Penyakit
Salah satu pembantas produksi pada tanaman kelapa sawit adalah hama
dan penyakit. Ada beberapa hama dan penyakit yang dapat menurunkan produksi
kelapa sawit.
4.2.3.7.1 Hama
Hama yang sering menyerang pertanaman kelapa sawit, antara lain ulat
api, penggerek tandan buah, dan tikus.
Ulat api
Species ulat api yang sering menyerang tanaman kelapa sawit, antara lain
sentora nitens, Darna trima, dan ploneta didukta. Gejalah yang timbulkan oleh
ulat api adalah adanya lubang-lubang pada helaian daun. Pada serangan ringan,
pengendalian dilakukan secara manual yaitu dengan mengambil ulat tersebut pada
daun tanaman yang terserang . Pengendalian secara kimia dapat menggunakan
insektisida yang berbahan aktiftriazopos 242 g/l, karbaril 85% dan klorpirofos
200 g/l. Sementara itu, pengendalian secara biologis menggunakan virus B
nudaurelia.
31
Gambar 1. Hama pengganggu tanaman kelapa sawit
Tikus
Hama tikus ini menyerang bagian buah dan tandan pada tanaman kelapa
sawit. Pemberantasannya dengan memberi umpan yang diberi racun tikus yang
disebar dipinggiran pohon, dan dengan pemeliharaan burung Hantu di areal
perkebunan, dan ada juga dengan pelepasan ular pada lahan tersebut.
Penggerek tandan buah
Jenis ulat pengerek tandan buah yaitu Ttirathaba Mundela. Gejalah yang
ditimbulkan adalah berupa lubang-lubang pada daun muda dan tua. Pengenalian
secara biologis yaitu dengan mengguanakan parasitoid dari para kelompok
Hymenoptera, Famili Braconidae Dan Ichneumonidae. Sedangkan secara kimia
adalah dengan menggunakan insektisida dengan bahan aktif Triklorfon,
Endosulfan Atau Lindane.
32
4.2.3.7.2 Penyakit
a. Penyakit akar
Penyebab penyakit akar, yaitu cendawan Rhizoktonia Lamellifera dan
Phytium Sp. Akibat cendawan ini akar tanaman akan menjadi lunak, daun bibit
menjadi kusam dan berwarna kekunig-kuningan. Pengendalian secara manual
yaitu membuang tanaman yang terserang sedangkan secara kimia dengan
menggunakan fungisida yang berbahan aktif benomyl dan tiram dan juga dapat
dengan menggunakan kapur pertanian untuk meningkatkan tingkat keasaman
tanah sehingga media tanam yang digunakan tidak cocok untuk perkembangan
cendawan
4.2.4 Pemiliharaan Tanaman Menghasilkan ( TM)
Tanaman Menghasilkan adalah tanaman yang telah berproduksi
(menghasilkan) sejak berumur 2,5,-3 tahun keatas, disini diperlukan perawatan
yang baik supaya memperoleh hasil yang maksimal (Anonim.2011).
Adapun tahapan-tahapan pemiliharaan tanaman menghasilkan sebagai
berikut:
1. Cabut Anak Kayu
Kegiatan Mencabut anak kayu/gulma disekitar tanaman kelapa sawit,
pasar pikul atau TPH, tujuan dari kegiatan ini untuk mencegah terjadinya
persaingan dalam mengambil unsur hara di dalam tanah (Hadi, 2004).
2. Garuk Piringan
Garut piringan adalah kegiatan membuang gulma atau sisa brondolan yang
tertinggal dipiringan, dengan menggunakan alat cangkul yang berbentuk seperti
tangan manusia, piringan berfungsi sebagai tempat penyebaran pupuk, serta
33
tempat jatuhnya brondolan, dan mempermudah pengangkutan buah ke TPH
(Mijja, S.1991)
3. Kegiatan Pemotongan Pelepah Kelapa Sawit
Kegiatan ini adalah memangkas pelepah tanaman kelapa sawit yang
menaungi daerah jalan. Tujuannya supaya jalan tidak terlindungi oleh cabang-
cabang kelapa sawit, sehingga cahaya matahari dapat menembus langsung ke
bagian Badan jalan, dan pada musim hujan kelembaban tanah cepat diatasi
( Pahan, I.2010).
4. Pembuatan Rorak
Rorak dibuat untuk menampung limpahan air dari jalan dalam kebun dan
dari arah miring, sehingga partikel tanah yang dihasilkan dari proses erosi dapat
ditampung dalam rorak. Fungsinya meningkatkan cadangan air tanah jika terjadi
kemarau atau curah hujan rendah. Pembuatan rorak bisa juga di sebut usaha
konservasi tanah dan air (Hadi, 2004).
4.2.5 Panen
Persiapan Panen
Persiapan panen berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja dan alat-alat
panen yang diperlukan. Diantaranya yaitu dodos (tanaman yang masih rendah),
egrek (untuk tanaman yang telah tinggi), kampak, dan angkong. Kegiatan awal
lainnya dalam persiapan penen adalah akses jalan, baik itu jalan penghubung,
jalan produksi, jalan kontrol maupun jalan pasar pikul sudah siap untuk
dipergunakan.
34
Kriteria Matang Panen
Tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna.
Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau, pengaruh pigmen klorofil.
Selanjutnya, buah akan menjadi merah atau orange akibat pengaruh pigmen beta
karoten. Kondisi tersebut manandakan minyak sawit yang terkandung dalam
daging buah telah maksimal dan buah sawit akan lepas dari tangkai tandannya
(membrondol).
Rotasi Panen
Rotasi panen tergantung dari kecepatan buah matang saat panen
awal,rotasi panen 15 hari, lalu 10 hari dan terakhir 7 hari. Penentuan rotasi panen
terkait dengan kerapatan panen, yakni perbandingan jumlah pohon yang dapat
dipanen di luasan tersebut.
Rotasi panen biasanya menggunakan simbol 5/7, artinya 5 hari memanen
dengan rotasi 7 hari. Tingkat kematanagn buah menggunakan rotasi panen 5/7
masih
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari Pelaksanaan Kegiatan Magang, maka dapat di tarik kesimpulan
bahwa :
1. Pada PT. Dutapalma Nusantara pemeliharaan tanaman lebih di fokuskan
pada pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, pemeliharaan jalan
2. Untuk mencapai hasil TM yang maksimal, Pada TBM harus mendapatkan
perhatian khusus, karena pada masa TBM merupakan masa pembentukan
dari TM. Jika pemeliharaan TBM nya bagus maka hasil TM nya akan
maksimal.
5.2 Saran
Hendaknya alat penunasan ( enggerk ) yang di gunakan dalam kondisi
yang baik. Kondisi alat yang agak tumpul akan memperlambat kegiatan
penunasan maupun panen. Sehingga pekerjaan lambat terselesaikan dan
memberikan hasil yang kurang baik pula.
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1998. Orgade” Brosur Unit Pelatihan Teknologi Perkebunan ” Bogor
Barus E., Pengendalia Gulma Di Perkebunan, Yogyakarta: Kansius, 2003
Muf, Mustafa Hadi. 2004. Teknik Perkebunan Kelapa Sawit. Adi Cipta Karya Nusantara YogyakartaPurba, A. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Medan.
Midjaja, 1991 Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius Yogyakarta
Pahan, Iyung. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Adi Cipta Karya. Yogyakarta.
Purba, Razaq. 2008. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. PPKS. Medan.
Setjamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Sunarko. 2008. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit DenganSistem Kemitraan. Agromedia Pustaka. Tangerang.
Suwarto dan Yuke Oktavianty, Budi Daya12 Tanaman Perkebunan
Unggulan(Jakarta:Penebar Swadaya, 2010
Ir. Sunarko, M. Si, Budi Daya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan
Sistem Kemitraan, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2009
Barus E., Pengendalia Gulma Di Perkebunan, Yogyakarta: Kansius, 2003
37