i
KATA PENGANTAR
Maksud dan tujuan penerbitan Pedoman Teknis ini adalah dalam rangka memberikan acuan dan panduan bagi para petugas Dinas lingkup Pertanian (Hortikultura dan Perkebunan) baik Propinsi, Kabupaten/kota maupun petugas lapangan dalam melaksanakan kegiatan Konservasi DAS Hulu (KDH) yang dananya bersumber baik dari APBN maupun APBD TA 2009.
Para petugas terkait diharapkan dapat mempelajari dan mencermati pedoman ini dengan saksama. Disamping itu dengan memahami Pedoman Teknis ini, diharapkan tidak akan terjadi keraguan dalam implementasi kegiatan di lapangan.
Muatan pedoman teknis ini bersifat umum karena berlaku secara nasional, oleh karenanya pihak Dinas lingkup Pertanian Propinsi dapat menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan dan Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota menerbitkan Petunjuk Teknis yang akan menjabarkan secara lebih rinci Pedoman Teknis ini sesuai dengan kondisi spesifik daerah masing-masing.
Akhirnya, sangat diharapkan komitmen berbagai pihak untuk dapat melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya dalam bingkai waktu yang telah ditentukan, agar hasil pembangunan melalui kegiatan ini benar-benar dapat dinikmati manfaatnya bagi sebesar-besarnya kesejahteraan petani di Indonesia.
Jakarta, Januari 2009 Direktur Pengelolaan Lahan
Ir, Suhartanto, MM
NIP. 080.048.854
ii
D A F T A R I S I
Halaman KATA PENGANTAR ...................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................... 1 1.2. Tujuan ....................................................... 6
1.2.1. Tujuan Pedoman Teknis................... 6 1.2.2. Tujuan Kegiatan................................ 6
1.3. Sasaran ..................................................... 7 1.4. Pengertian................................................... 7
BAB II. RUANG LINGKUP KEGIATAN.......................... 15
2.1. Pengembangan Pertanian (Farm Development) ............................................. 15 2.2. Peningkatan SDM (Capacity Building)........ 15 2.3. Pengembangan Masyarakat (Community Development).......................... 16
BAB III. SPESIFIKASI TEKNIS ...................................... 17
3.1. Norma ........................................................ 17 3.2. Standar Teknis ............................................ 17 3.3. Kriteria......................................................... 18
BAB IV. PELAKSANAAN KEGIATAN.............................. 19
4.1. Mendukung Hortikultura ............................. 19 4.2. Mendukung Perkebunan ............................. 19 4.3.Cara Pelaksanaan ....................................... 20
4.3.1. Persiapan Pelaksanaan........................ 20 4.3.2. Pelaksanaan Teknis di Lapangan......... 25 4.3.3. Waktu Pelaksanaan............................... 31 4.3.4. Tempat/Lokasi Kegiatan ....................... 32 4.3.5. Sumber Pendanaan dan Biaya
iii
Pelaksanaan Kegiatan............................ 32
BAB V. PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN.............................................. 36
5.1. Tugas Propinsi dan Kabupaten...................... 36 5.2. Alur Pelaporan ............................................... 37 5.3. Format Laporan ………................................ 39
BAB VI. INDIKATOR KINERJA......................................... 41
6.1. Indikator Masukan/Input ............................ 41 6.2. Indikator Keluaran/Output .......................... 41 6.3. Indikator Hasil/Outcome ............................. 42 6.4. Indikator Manfaat/Benefit ......................... 42 6.5. Indikator Dampak/Impact .......................... 42
BAB.VII. PENUTUP ....................................................... 43
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Desain 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 3. Sebaran Lokasi Kegiatan Konservasi DAS Hulu TA 2009 4. Contoh RUKK 5. Format Laporan (Form 01, 02, 03, 04) 6. Format Laporan Akhir 7. Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) dan SKB
Menhut, Mentan dan MenPU.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu 2009
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu kebijakan nasional di bidang pertanian masih
dititikberatkan pada peningkatan produksi beras dalam rangka
mencapai kemantapan ketahanan pangan nasional. Sebagai
akibat program pembangunan terlalu terfokus pada padi sawah,
di satu sisi produksi padi meningkat sangat nyata sedangkan di
sisi lain pembangunan lahan kering semakin tertinggal.
Ketidakseimbangan bobot penekanan antara program lahan
basah dan lahan kering ini telah menimbulkan banyak
permasalahan lahan kering, terutama pada lahan-lahan usaha
tani di Daerah Aliran Sungai (DAS) hulu.
Permasalahan tersebut antara lain: teknologi konservasi tanah
dan air kurang diterapkan dalam budi daya di lahan kering;
degradasi lahan terus berlanjut akibat erosi; tutupan dan
produktifitas lahan semakin menurun; pendapatan dan
kesejahteraan petani semakin menurun dan umumnya jauh lebih
rendah dari petani padi sawah; tingginya tingkat urbanisasi dan
masalah sosial ekonomi lainnya.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu 2009
2
Dengan meningkatnya jumlah penduduk pada DAS hulu,
sempitnya lapangan pekerjaan diluar sektor pertanian,
terbatasnya lahan pertanian, kurangnya pembinaan terhadap
petani lahan kering, lemahnya penegakan hukum dan lain-lain,
maka petani cenderung mencari alternatif lahan garapan baru
non sawah berupa lahan kering perbukitan atau lahan kering
berlereng. Semakin intensif dan tak terkendalinya kegiatan usaha
tani tersebut telah memberikan kontribusi terhadap peningkatan
beban dan tekanan stabilitas DAS yang mengarah pada
kerusakan DAS secara nyata.
Tingkat kerusakan DAS ini diindikasikan dengan fluktuasi debit
sungai yang tajam antara musim penghujan dan kemarau,
pendangkalan sungai, danau, dan waduk, terjadinya tanah
longsor, banjir dan kekeringan sebagaimana sering terjadi akhir-
akhir ini. Dari 458 DAS yang ada di Indonesia, 60 diantaranya
dalam kondisi kritis berat sampai dengan sangat berat.
Dalam rangka mewujudkan kebijakan pelestarian lingkungan,
upaya yang harus dilakukan di sektor pertanian untuk
mengurangi dampak negatif kerusakan DAS adalah melakukan
pembinaan intensif terhadap petani hulu untuk meningkatkan
tutupan vegetasi dengan tanaman produktif dan menerapkan
tindakan konservasi tanah dan air pada lahan-lahan usaha tani
kritis diluar kawasan hutan. Upaya ini harus sekaligus
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu 2009
3
meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kondisi sosial
ekonomi petani.
Fakta studi JICA (2003) pada hulu DAS Bengawan Solo dengan
tangkapan air seluas + 2.700 km2 menunjukkan bahwa + 80 - 90
persen material sedimen yang terhampar didepan mulut “pintu
pengambilan (intake)” waduk Gadjah Mungkur berasal dari lahan-
lahan usaha tani kritis yang berada di bagian hulunya. Demikian
pula sedimentasi yang terjadi pada waduk Sudirman di Jateng,
Saguling di Jabar, Sutami di Jatim dan lain-lain.
Untuk mendapatkan hasil kegiatan yang optimal sehingga lahan
kritis dapat berfungsi kembali sebagai unsur produksi, media
pengatur tata air, maupun sebagai unsur perlindungan alam dan
lingkungannya, upaya konservasi DAS hulu harus mampu
memberdayakaan dan mampu meningkatkan kesejahteraan
petaninya. Oleh karena itu, disamping peningkatan kesadaran,
pengetahuan, dan penggalakan partisipasi petani, suatu paket
rakitan teknologi usaha tani konservasi terpadu dengan
pengembangan berbagai komoditas perlu diintroduksikan.
Dalam paket ini, tindakan sipil teknis harus dipadukan dengan
kegiatan peningkatan tutupan vegetasi berupa penanaman
tanaman tahunan produktif bernilai ekonomi tinggi (buah-
buahan/perkebunan), pengusahaan ternak ruminansia,
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu 2009
4
penanaman rumput pakan ternak dan polongan penguat
teras/gulud, pemupukan organik dan lain-lain.
Guna mengawal dan merubah perilaku, sikap dan ketrampilan
petani maka upaya pendampingan tenaga penggerak masyarakat
tani (Community Organizer) sangat diperlukan. Disamping itu
usaha peningkatan kapasitas SDM (Capacity building) berupa
pelatihan CO, petugas teknis kabupaten, petani, local leader,
wanita tani, dan petugas lapangan sangat diperlukan.
Selanjutnya dalam rangka pemantapan kelembagaan, koordinasi
dengan instansi terkait seperti PU, Kehutanan, Pemda, dan lain-
lain dalam wadah kegiatan Gerhan/GNRHL, GNKPA dan lain-lain
dalam memperbaiki kondisi DAS yang telah kritis itu perlu lebih
ditingkatkan.
Oleh karena itu kegiatan konservasi DAS hulu bukan kegiatan
bagi-bagi bibit tanaman semata, tetapi didalamnya disamping
kegiatan peningkatan kemampuan SDM petani, petugas, dan
Community Organizer (CO) dilakukan pula kegiatan Community
Development berupa pemberdayaan petani untuk mengelola
ternak, mengolah pupuk organik, menyiapkan pembibitan
bersama, pertemuan dan pendampingan rutin petani dan lain-
lain. Upaya dimaksudkan untuk menggerakkan kelompok agar
kegiatan dapat berjalan terus menerus dan berkesinambungan.
Dengan adanya penanganan fisik maupun non fisik pada DAS
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu 2009
5
hulu, diharapkan dapat mengatasi terjadinya degradasi lahan,
longsor, banjir, dan kekeringan pada DAS Hulu.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Pedoman Teknis Pedoman Teknis Konservasi Lahan DAS Hulu bertujuan
untuk memfasilitasi petugas Dinas lingkup Pertanian
Propinsi dan Kabupaten dalam membuat Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak), Petunjuk Teknis (Juknis) sebagai
bahan acuan dalam melaksanakan kegiatan yang
berkaitan dengan aspek teknis dan non teknis rehabilitasi
dan konservasi lahan pada DAS hulu T.A. 2009.
1.2.2 Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan konservasi lahan pada DAS Hulu
adalah:
1. Mengembalikan dan meningkatkan produktivitas
lahan.
2. Mencegah degradasi lahan, erosi, banjir dan lain-lain.
3. Melakukan usahatani konservasi lahan pada DAS.
4. Meningkatkan partisipasi dan kesadaran petani.
5. Menekan laju pertambahan lahan kritis
6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
pendapatan, serta kesejahteraan petani.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu 2009
6
1.3. Sasaran Lahan-lahan kering pada lokasi DAS-DAS kritis prioritas yang
memiliki potensi untuk pengembangan pertanian seluas 14.221
Ha yang tersebar di 6 propinsi propinsi dan mencakup 30
kabupaten.
1.4. Pengertian
1. Konservasi lahan Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam
usahatani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan
dengan menerapkan kaidah-kaidah konservasi tanah agar
lahan dapat digunakan secara lestari.
2. Rehabilitasi lahan Rehabilitasi lahan adalah kegiatan pemulihan kemampuan
sumberdaya lahan pertanian yang telah mengalami
degradasi lahan.
3. Usahatani Konservasi Lahan Terpadu Usahatani konservasi lahan terpadu adalah suatu usahatani
yang menekankan pada upaya pelestarian pemanfaatan
lahan semaksimal mungkin sepanjang tahun untuk
meningkatan produksi pertanian (tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, maupun ternak) dengan
memperhatikan kaidah dan menerapkan teknik-teknik
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu 2009
7
konservasi tanah dan air (terasering, pembuatan guludan
dan penanaman tanaman penguat teras dll).
4. Daerah Aliran Sungai (DAS) Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah di hulu
yang dibatasi oleh pembatas topografi berupa punggung-
punggung bukit atau gunung yang menampung air hujan
yang jatuh diatasnya dan kemudian mengalirkannya melalui
anak sungai dan sungai ke laut atau ke danau.
5. Lahan Potensial Kritis
Lahan potensial kritis adalah tanah-tanah yang masih
produktif bila diusahakan untuk usaha pertanian. Tetapi bila
dalam pengelolaannya tidak menggunakan kaidah-kaidah
konservasi tanah, maka tanah akan rusak dan cenderung
menjadi lahan semi kritis atau lahan kritis.
6. Lahan Semi kritis
Lahan semi kritis adalah tanah-tanah yang kurang produktif
akibat terjadinya erosi, tetapi masih dapat diusahakan untuk
usaha pertanian, namun demikian produktivitasnya relatif
rendah.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu 2009
8
7. Lahan Kritis Lahan kritis adalah tanah-tanah yang tidak produktif, dengan
kondisi yang tidak memungkinkan untuk diusahakan sebagai
lahan pertanian, tanpa usaha-usaha rehabilitasi lebih dahulu.
8. Bangunan Konservasi
Dalam pelaksanaannya kegiatan konservasi DAS hulu di
perlukan adanya bangunan konservasi, misalnya terasering,
guludan, saluran pembuangan air (SPA), banguna terjunan
(drop structure), dan rorak (saluran buntu).
Terasering Terasering adalah bangunan konservasi tanah yang
dibuat sejajar garis kontur yang dilengkapi saluran
peresapan, saluran pembuangan air (SPA) serta tanaman
penguat teras yang berfungsi sebagai pengendali erosi.
Guludan Guludan adalah bangunan konservasi tanah berupa
pematang dengan ukuran tinggi dan lebar tertentu yang
dibuat sejajar garis kontur/memotong arah lereng yang
dilengkapi tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai
pengendali erosi.
Saluran Pembuangan Air (SPA) Saluran pembuangan air adalah saluran dengan ukuran
tertentu yang dibuat tegak lurus kontur serta dilengkapi
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu 2009
9
dengan bangunan terjunan yang berfungsi menampung
dan menyalurkan aliran permukaan.
Bangunan Terjunan (Drop Structure) Bangunan terjunan (drop structure) adalah suatu
konstruksi yang dapat dibuat dari batu, bambu/kayu, dan
gebalan rumput yang berfungsi untuk memperlambat
aliran permukaan.
Rorak/Saluran Buntu Rorak/saluran buntu adalah suatu bangunan berupa
got/saluran buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat
pada bidang olah teras dan sejajar garis kontur yang
berfungsi untuk menjebak/menangkap aliran permukaan
dan juga tanah yang tererosi.
9. Kemiringan Lahan Kemiringan lahan adalah besaran yang dinyatakan dalam
derajat/persen (%) yang menunjukkan sudut yang dibentuk
oleh perbedaan tinggi tempat.
Kemiringan lahan dapat digolongkan dalam 7 (tujuh)
golongan sebagai berikut: a. Datar : kemiringan lahan antara 0-3%
b. Landai/berombak: kemiringan lahan antara 3-8%
c. Bergelombang : kemiringan lahan antara 8-15%
d. Berbukit : kemiringan lahan antara 15-30%
e. Agak Curam : kemiringan lahan antara 30-45%
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu 2009
10
f. Curam : kemiringan lahan antara 45-65%
g. Sangat Curam : kemiringan lahan > 65%
10. GNKPA (Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air) GNKPA adalah merupakan Gerakan Nasional Penyelamatan
Sumberdaya Air yang dilakukan oleh seluruh sektor dan
pemangku kepentingan terkait (Stakeholder) yang bertujuan
untuk mengembalikan keseimbangan sikluts hidrologi pada
seluruh wilayah DAS kritis di seluruh Indonesia. Gerakan ini
telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada
tanggal 28 April 2005 dan kemudian ditindaklanjuti oleh
seluruh sektor/pemangku kepentingan lainnya melalui
kegiatan nyata dan terpadu baik di tingkat Pusat, Propinsi,
Kabupaten/Kota maupun lapangan.
11. Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK)
Merupakan rincian usulan kegiatan kelompok yang berisi
komponen bahan/material atau konstruksi yang di susun
melalui musyawarah kelompok yang nantinya dipakai
sebagai dasar pencairan dan pembelanjaan dana bantuan
sosial.
12. Bantuan Sosial (Bansos)
Merupakan jenis mata anggaran keluaran (MAK) dalam
bentuk transfer uang, barang atau jasa yang diberikan
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu 2009
11
langsung kepada masyarakat dan atau lembaga
kemasyarakatan non pemerintah guna melindungi dan
mengantisipasi kemungkinan terjadinya resiko sosial.
13. Dana Tugas Perbantuan (TP)
Merupakan dana yang berasal dari APBN, merupakan
bagian anggara kementerian negara/lembaga yang
dialokasikan berdasarkan rencana kerja dan anggaran
kementerian/lembaga dalam rangka pelaksanaan tugas
pembantuan.
14. Dana Dekonsentrasi Merupakan dana yang berasal dari APBN, merupakan
bagian anggara kementerian / lembaga yang dialokasikan
berdasarkan rencana kerja dan anggaran kementerian /
lembaga dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi.
15. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah
yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pertanian/
Gubernur / Bupati / Walikota.
16. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Pejabat yang ditetapkan dengan Keputusan Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang tugasnya
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu 2009
12
membantu Kuasa Pengguna Anggaran dalam melaksanakan
anggaran sesuai dengan unit kerjanya.
17. Rumah Kompos
Rumah Kompos adalah rumah sederhana yang berfungsi
sebagai tempat menyimpan Alat Pengolah Pupuk Organik
(APPO), pengolahan pupuk organik dan hasilnya yang
dilakukan secara swadaya.
18. Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO) APPO terdiri dari alat pemotong/pencacah dan mesin
penggerak yang berfungsi untuk memotong bahan-bahan
organik (rumput, daun kering, jerami dan lain-lain) menjadi
ukuran lebih kecil agar lebih mudah diolah menjadi pupuk
organik.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu 2009
13
BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN
Komponen utama kegiatan Konservasi DAS Hulu terdiri dari:
2.1. Pengembangan pertanian (Farm Development) dikelola oleh kelompok tani.
a. Pengadaan pupuk organik dan anorganik
b. Pengadaan bibit hortikultura dan atau perkebunan
c. Pengadaan rumput penguat teras/gulud
d. Pengadaan ternak
e. Pengadaan Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO)
f. Pembangunan kebun bibit desa (KBD)
g. Material pembibitan (polibag, benih bibit induk, peralatan)
h. Pembangunan saung meeting (swadaya)
i. Pembangunan Rumah Kompos (swadaya)
2.2. Peningkatan SDM (Capacity Building) dikelola oleh Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota.
a. Pelatihan petugas dan Community Organizer (CO) b. Pelatihan Petani (Ketua Kelompok) c. Sekolah Lapang d. Rapat koordinasi
2.3. Pengembangan Masyarakat (Community Development) dikelola oleh Dinas lingkup Pertanian Kabupaten / Kota.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu 2009
14
a. Pembentukan/penetapan Kelembagaan Kelompok Tani
b. Pendampingan Petani
c. Temu Lapang Petani
d. Pembuatan leaflet
e. Pembuatan baliho/papan kampanye
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 17
BAB III SPESIFIKASI TEKNIS
Pelaksanaan kegiatan konservasi DAS Hulu hendaknya mengacu pada
norma, standar teknis dan kriteria, sebagai berikut :
3.1. Norma
Kegiatan konservasi DAS Hulu diarahkan pada lahan-lahan pada
DAS hulu yang memiliki potensi penurunan daya dukung lahan
terutama pada lahan-lahan kering potensial kritis. Kegiatan
usahatani ini dilaksanakan dengan menerapkan teknologi tepat
guna dan spesifik lokalita, secara vegetatif sehingga lahan-lahan
tersebut dapat dipertahankan dan ditingkatkan produktivitasnya
secara berkelanjutan dalam rangka penyelamatan DAS.
3.2. Standar Teknis
Standar teknis kegiatan konservasi DAS Hulu adalah sebagai
berikut:
1. Lahan berupa lahan kering/upland dan terletak dalam satu
wilayah hulu DAS / sub DAS. Lapisan top soil sudah mulai
terkikis dan jeluk perakaran atau kedalaman solum tanah masih
cukup dalam untuk diusahakan tanaman keras.
2. Lahan masih dapat diusahakan tapi produktivitasnya cenderung
menurun.
3. Kemiringan lahan antara 20 – 30 %.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 18
4. Ketinggian tempat masih memungkinkan berbagai komoditas
pertanian (hortikultura dan atau perkebunan) untuk diusahakan.
5. Lahan berpotensi menjadi lahan kritis.
3.3. Kriteria
Kriteria lokasi kegiatan konservasi lahan DAS Hulu adalah sebagai
berikut:
1. Lokasi merupakan kawasan pertanian lahan kering pada DAS hulu dengan kelerengan antara 20-30 %.
2. Status pemilikan tanah jelas dan bukan merupakan kawasan hutan.
3. Pada lokasi tersebut terdapat petani yang telah tergabung dalam wadah kelompok tani. Apabila belum terbentuk maka harus dibentuk Kelompok Tani.
4. Petani bersedia mengikuti kegiatan dan melakukan pemeliharaan selanjutnya serta tidak menuntut ganti rugi.
5. Terdapat petugas lapangan (PPL, Mantri Tani) yang aktif.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 19
BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan Konservasi DAS Hulu mendukung sub sektor
Hortikultura dan Perkebunan pada dasarnya komponen kegiatannya
sama dan yang membedakan adalah komoditi utama yang
dikembangkan.
4.1 Mendukung Hortikultura
Pelaksanaan Konservasi DAS Hulu mendukung Hortikultura
yaitu tanaman utama yang dikembangkan adalah tanaman
hortikultura (buah-buahan). Sambil menunggu tanaman buah-
buahan tersebut menghasilkan maka di antara tanaman buah
dapat ditanami dengan tanaman semusim (jagung, kedele,
kacang-kacangan dan lain-lain). Selain itu harus mengadakan
ternak (kambing/domba) sebagai usaha kelompok.
4.2 Mendukung Perkebunan
Pelaksanaan Konservasi DAS Hulu mendukung Perkebunan
yaitu tanaman utama yang dikembangkan adalah tanaman
perkebunan (kopi, kakao, mete dan lain-lain). Sambil menunggu
tanaman tersebut menghasilkan maka di antara tanaman
perkebunan dapat ditanami dengan tanaman semusim (jagung,
kedele, kacang-kacangan dan lain-lain). Selain itu harus
mengadakan ternak (kambing/domba) sebagai usaha kelompok.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 20
4.3 Cara Pelaksanaan
4.3.1. Persiapan Pelaksanaan 1.a. Pembuatan SK Tim Pelaksana.
Sebelum pelaksanaan kegiatan dimulai, terlebih dahulu
dibuat SK Pelaksana seperti :
1. Surat Keputusan (SK) Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA).
2. SK Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
3. SK Bendahara
4. SK Tim Teknis
5. SK Koordinator Lapangan (Korlap)
b. Menerbitkan petunjuk pelaksanaan oleh Dinas lingkup
pertanian propinsi dan petunjuk teknis oleh Dinas lingkup
pertanian kabupaten.
c. Koordinasi dengan instansi terkait, antara lain GNKPA,
Balai Pengelolaan DAS, Dinas PU Pengairan/SDA,
Dinas Kehutanan, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS),
Bapedalda dan lain-lain.
d. Inventarisasi Calon Petani Calon Lokasi (CPCL).
e. Rekruitmen Community Organizer (CO)
• Persyaratan CO adalah minimal Sarjana (S1) dan
tidak merangkap pekerjaan lain.
• CO mempunyai tugas sebagai berikut:
Membimbing petani dalam melaksanakan
kegiatan konservasi DAS Hulu, mulai dari
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 21
persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan
pemeliharaan.
Melakukan koordinasi dengan dinas-dinas terkait.
Sebagai penghubung antara kelompok tani
dengan dinas lingkup pertanian kabupaten.
Membuat laporan perkembangan dan laporan
akhir kegiatan.
f. Pembuatan Leaflet.
2. Penetapan Lokasi dan Petani
Penetapan lokasi dilaksanakan setelah dilakukan CPCL.
Lokasi tempat pelaksanaan konservasi DAS Hulu
ditetapkan melalui SK Kepala Dinas lingkup Pertanian
Kabupaten/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
. 3. Desain
Berdasarkan SK Penetapan Lokasi selanjutnya dibuat
desain yaitu peta yang mengambarkan letak dan luas
kepemilikan lahan masing-masing petani dalam satu
kelompok di satu hamparan lokasi pelaksanaan
konservasi DAS hulu. Peta tersebut dilengkapi batas
administrasi desa, jalan, sungai dan bangunan penting
lainnya, serta dilampiri dengan daftar petani peserta.
Sumber dana desain berasal dari APBD II. Contoh Desain
lampiran 1.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 22
4. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK) Petugas, CO dan Ketua Kelompok Tani yang telah
mendapat pelatihan dan pembekalan tentang konservasi
DAS hulu, dianggap dapat membimbing kelompok tani
dalam menyusun Rencana Usulan Kegiatan Kelompok
(RUKK) sesuai kondisi lokasi dan kebutuhan kelompok.
Contoh RUKK sebagaimana terdapat pada Lampiran 4.
5. Perjanjian Kerjasama dan Pembukaan Rekening Kelompok
Sebelum pelaksanaan kegiatan di lapangan terlebih
dahulu dibuat Perjanjian Kerjasama antar ketua kelompok
tani dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang
diketahui oleh Kepala Dinas lingkup Pertanian Kabupaten.
Perjanjian Kerjasama tersebut merupakan ikatan hukum
untuk memayungi penggunaan dana oleh kelompok.
Contoh Perjanjian kerjasama dapat dilihat pada Pedoman
Pengelolaan Dana Bantuan Sosial. Untuk mencairkan
dana kebutuhan pelaksanaan konservasi DAS Hulu
sesuai RUKK yang diajukan, maka harus membuka
rekening. Karena dana terebut akan ditransfer langsung
oleh KPPN ke rekening kelompok.
6. Transfer Dana Transfer dana akan dilakukan oleh KPPN ke rekening
kelompok tani setelah semua persyaratan dipenuhi, yaitu:
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 23
petani membuat usulan permohonan pencairan dana
dilampiri dengan :
1. RUKK 2. Nama Ketua Kelompok 3. Nomor rekening kelompok 4. Nama bank 5. Jumlah dana bantuan sosial yang akan ditransfer dan
kuitansi yang telah ditandatangani oleh ketua kelompok.
Skema Alur Pencairan Dana Bantuan Sosial
Keterangan:
Contoh surat usulan pencairan dana serta syarat dan kelengkapannya, mengacu pada Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial.
K E L O M P O K
T A N I
Kelompok membuat
usulan pencairan
dana
Dicek oleh
Korlap/Tim Teknis
Disetujui oleh PPK
Disetujui oleh KPA
Transfer dana oleh
KPPN
Rekening Kelompok
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 24
7. Pelatihan Teknis Petugas dan CO
Pelatihan teknis petugas dan CO dimaksudkan untuk
memberi pemahaman dan pembekalan kepada petugas
dan pendamping (CO) tentang kegiatan konservasi DAS
hulu. Dengan demikian petugas dan CO dapat melakukan
pembinaan dan bimbingan kepada kelompok tani dalam
melaksanakan konservasi DAS hulu di lapangan sesuai
pedoman yang ada.
8. Pelatihan Ketua Kelompok
Pelatihan ketua kelompok di maksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kepada
petani tentang pelaksanaan teknis konservasi DAS hulu.
Setelah pelatihan ketua kelompok di harapkan dapat
mentransfer ilmunya ke anggota kelompok melalui
pertemuan kelompok.
4.3.2. Pelaksanaan Teknis di Lapangan Komponen kegiatan teknis adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan sarana produksi pertanian (pupuk, bibit
horti/bun, rumput dll)
Pemilihan bibit tanaman horti/bun disesuaikan
dengan kondisi agroklimat, potensi pasar, dan
budaya petani setempat.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 25
Jumlah bibit horti/bun per hektar disesuaikan
dengan luas lahan serta jarak tanam yang akan
ditanami
Bibit tanaman hortikultura/perkebunan adalah bibit
berlabel yang telah cukup dewasa dengan
ketinggian 75 – 150 cm.
2. Pengadaan ternak
Ternak sebaiknya adalah jenis ruminansia kecil
(kambing/domba) dengan populasi minimal 3 ekor per 10 Ha
Ternak kambing/domba lebih dipilih karena alternatif
sumber pakan yang mudah dan reproduksi yang
cepat.
Ternak harus dikelola secara kelompok sebagai
usaha bersama yang akan menjadi cikal bakal
koperasi petani.
Rasio populasi ternak antara betina dan jantan
adalah 9 : 1.
Kandang ternak disiapkan secara swadaya oleh
kelompok.
Kotoran ternak dimanfaatkan sebagai bahan
pengomposan kelompok yang dicampur dengan
cacahan jerami atau sisa hijauan lainnya.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 26
3. Pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD) Jenis tanaman untuk pembibitan adalah tanaman
yang mudah tumbuh, menjadi pilihan petani, terbuka
pasarnya, dan cocok secara agroklimat.
Bibit dapat diperoleh dari biji atau pohon intuk
terpilih, tergantung jenis tanaman yang akan
dikembangkan.
Bibit dapat dimanfaatkan sebagai tanaman sulaman
atau menjadi usaha kelompok.
Sedapat mungkin jenis tanaman yang akan
dibibitkan sama dengan tanaman yang
ditanam/dibagikan sebelumnya untuk dipakai
sebagai bahan penyulaman.
4. Pembuatan saung meeting (swadaya) Saung meeting merupakan tempat pertemuan
petani dan diskusi dengan gaslap dan CO serta
antar petani sendiri.
Saung meeting dilengkapi dengan peta, daftar
anggota dan struktur organisasi kelompok. Luas dan
wilayah kegiatan.
Letak saung meeting seyogyanya mudah dikunjungi
dan strategis.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 27
5. Pembangunan/Rehabilitasi bangunan konservasi (swadaya) Pembuatan/penyempurnaan bangunan konservasi
dilakukan secara swadaya oleh para petani pada
saat penyiapan lahan.
Bangunan konservasi dapat berupa teras, gulud,
rorak, gully plug dll.
Bibir teras atau gulud harus diperkuat dengan
tanaman rumput pakan ternak dan tanaman
legume/polongan lainnya
6. Pembangunan Rumah Kompos (swadaya)
Pembangunan Rumah Kompos sederhana
dimaksudkan untuk menyimpan Alat Pengolah
Pupuk Organik (APPO) serta pembuatan pupuk
organik / kompos. Rumah kompos sederhana
dibuat secara swadaya oleh kelompok.
7. Pengomposan Pengomposan dipersiapkan berbasis kotoran ternak
dan jerami serta hijauan lainnya.
Jerami dicacah dengan APPO atau manual.
Kompos dimanfaatkan untuk meningkatkan
produktifitas lahan setempat atau sumber
penghasilan kelompok.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 28
Untuk keamanan, APPO disimpan di rumah
kompos.
8. Pertemuan rutin petani
Pertemuan rutin petani dilakukan setiap bulan
secara berkala.
Pertemuan dilaksanakan di balai desa/kediaman
ketua kelompok pada awal bulan untuk membahas
evaluasi, permasalahan dan mecari solusi
pemecahannya.
Pertemuan rutin harus dihadiri oleh CO sebagai
pengarah, fasilitator, dan pendamping.
9. Temu lapang tani
Temu lapang tani dilakukan sebagai ajang tukar
informasi dan pengalaman antara kelompok
Menyamakan persepsi tentang pengelolaan
Konservasi DAS Hulu antar kelompok
Temu lapang tani dihadiri oleh instansi terkait, CO,
Petugas Lapangan, anggota dan tokoh masyarakat,
dan petani pelaksana dll.
10. Pemasangan baliho
Baliho/papan kampanye adalah merupakan media
dan alat sosialisasi / penyadaran masyarakat /
penyuluhan dll
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 29
Baliho dipasang ditempat yang strategis dan
mewakili kondisi lokasi kegiatan.
Baliho mengandung pesan atau ajakan dari pejabat
publik untuk menyelamatkan sumber daya lahan.
11. Penanaman Penanaman dilaksanakan pada awal musim
penghujan
Untuk meningkatkan partisipasi anggota masyarakat
lainnya perlu dilibatkan generasi muda, karang
taruna, anak sekolah dll.
12. Pemeliharaan tanaman dan ternak Ternak dan bibit tanaman yang telah dibagikan dan
ditanam perlu dilakukan upaya pemeliharaan.
Pemeliharaan perlu dilakukan hingga tanaman
menghasilkan dan ternak bereproduksi
Ternak adalah merupakan aset kelompok dan
sumber bahan organik/pupuk kandang.
Pengelolaan ternak sebagai usaha bersama
kelompok diatur lebih lanjut secara musyawarah
antar anggota.
4.3.3. Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan dimulai segera setelah anggaran
(Tugas Pembantuan/TP dan pendamping) tersedia dan
dapat dicairkan. Namun demikian sebelum pencairan
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 30
dana, kegiatan persiapan awal dapat dilakukan seperti
persiapan administrasi (SK KPA, PPK dan lain-lain),
informal meeting dan lain-lain. Adapun jadwal
pelaksanaan kegiatan konservasi DAS hulu sebagaimana
tersaji dalam lampiran 2. 4.3.4. Tempat/Lokasi Kegiatan
a. Kegiatan konservasi lahan pada DAS hulu di 6
Propinsi meliputi 30 kabupaten, pada lokasi yang
terdapat DAS-DAS kritis prioritas sebagaimana
terlampir.
b. Lokasi kegiatan konservasi DAS hulu sebaiknya tidak
dipecah-pecah dan lebih baik terterkonsetrasi dalam
satu desa untuk memudahkan pengelolaan,
pembinaan, dan pengukuran manfaat dan dampaknya.
c. Sebaran lokasi-lokasi kegiatan per kabupaten pada
DAS prioritas sebagaimana dapat dilihat dalam
lampiran 3.
4.3.5. Sumber Pendanaan dan Biaya Pelaksanaan Kegiatan
Sumber dana kegiatan pelaksanaan kegiatan Konservasi
DAS Hulu TA. 2009 terdiri dari:
1. Dana Tugas Pembantuan dipergunakan untuk
kegiatan antara lain :
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 31
a. Pengembangan pertanian (farm development)
dengan biaya pelaksanaan sebesar Rp.
1.400.000,- per Ha dan dikelola oleh kelompok
tani, dengan komponen kegiatan sebagai berikut:
Pengadaan pupuk organik dan anorganik
Pengadaan bibit hortikultura dan atau
perkebunan
Pengadaan rumput penguat teras/gulud
Pengadaan ternak
Pengadaan Alat Pengolah Pupuk Organik
(APPO)
Pembangunan kebun bibit desa (KBD)
Material pembibitan (polibag, benih bibit induk,
peralatan)
Pembangunan saung meeting (swadaya)
Pembangunan Rumah Kompos (swadaya) b. Peningkatan SDM (Capacity Building) dan
Pemantapan Kelembagaan dikelola oleh Dinas
lingkup Pertanian Kabupaten / Kota yang
meliputi:
Pelatihan petugas dan Community Organizer
(CO)
Pelatihan Petani (Ketua Kelompok)
Sekolah Lapang
Rapat koordinasi
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 32
c. Pengembangan Masyarakat (Comunity
Development) dikelola oleh Dinas lingkup Pertanian
Kabupaten / Kota yang meliputi:
Pembentukan/penetapan Kelembagaan
Kelompok Tani
Pendampingan Petani
Temu Lapang Petani
Pembuatan leaflet
Pembuatan baliho/papan kampanye.
2. Dana dukungan APBD Kabupaten, digunakan untuk
kegiatan yang bersifat non fisik lainnya antara lain
Sosialisasi, Inventarisasi CPCL, Desain Sederhana,
Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi serta
Pelaporan.
3. Dana Sharing Petani Penerima Manfaat. Digunakan
untuk melengkapi bangunan konservasi,
pemeliharaan, dan keberlanjutan kegiatan lainnya.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 33
BAB V PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Pelaksanaan pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan
Konservasi DAS Hulu dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
5.1. Tugas Propinsi dan Kabupaten/kota
1. Tingkat Propinsi
Kegiatan bersifat non fisik di tingkat Propinsi dilaksanakan
oleh Dinas lingkup pertanian dengan tugas :
a. Melakukan koordinasi secara vertikal dan horisontal
dengan instansi terkait.
b. Menyusun petunjuk pelaksanaan sebagai penjabaran
dari pedoman teknis pusat.
c. Melakukan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi.
d. Menyusun rekapitulasi laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan konservasi dari kabupaten yang
melaksanakan konservasi DAS Hulu dan disampaikan
ke Direktorat Pengelolaan Lahan.
2. Tingkat Kabupaten/Kota Kegiatan yang bersifat fisik dilaksanakan oleh Dinas lingkup Pertanian Kabupaten dengan tugas : a. Melakukan koordinasi secara vertikal dan horizontal
dengan instansi terkait.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 34
b. Menyusun petunjuk teknis sebagai penjabaran dari petunjuk pelaksanaan yang dibuat oleh propinsi dan disesuaikan dengan kondisi lokalita setempat.
c. Melakukan pengawasan langsung pelaksanaan fisik konservasi DAS hulu.
d. Melaksanakan bimbingan teknis kepada para CO petugas lapangan dan petani peserta/pelaksana kegiatan.
e. Menyusun laporan dan dokumentasi (sebelum, sedang san setelah pelaksanaan fisik) dan disampaikan ke Direktorat Pengelolaan Lahan secara berkala.
5.2. Alur Pelaporan
Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan kegiatan dan permasalahan serta upaya
pemecahan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Pelaporan juga merupakan salah satu bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Beberapa aspek penting yang perlu dilaporkan adalah :
gambaran umum lokasi, hasil penentuan calon lokasi dan calon
petani, desain sederhana, realisasi fisik dan keuangan,
penanaman, permasalahan yang dihadapi, saran dan
pemecahannya dll.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 35
Alur laporan adalah sebagai berikut :
1. Laporan bulanan dibuat oleh petugas kabupaten dan dikirim
ke propinsi untuk diolah lebih lanjut dengan tembusan ke
pusat.
2. Laporan bulanan yang dibuat oleh Dinas Lingkup Pertanian
Kabupaten selanjutnya direkapitulasi oleh Dinas Lingkup
Pertanian Propinsi.
3. Laporan bulanan yang dibuat oleh Dinas Lingkup Pertanian
Propinsi kemudian dikirim ke Pusat dengan alamat Direktorat
Pengelolaan Lahan, Ditjen. Pengelolaan Lahan dan Air,
Kanpus Departemen Pertanian - Gedung D Lt. 9 Jl. Harsono
RM No. 3 Ragunan, Jakarta Selatan 12550.
4. Laporan akhir dibuat oleh petugas kabupaten dan dikirim ke
propinsi untuk diolah lebih lanjut dengan tembusan ke pusat.
5. Laporan akhir dibuat oleh propinsi berdasarkan hasil laporan
dari kabupaten kemudian dikirim ke pusat.
6. Waktu pengiriman
• Laporan bulanan kabupaten dikirim paling lambat
tanggal 5 bulan berikutnya.
• Laporan bulanan propinsi dikirim paling lambat tanggal
10 bulan berikutnya.
7. Pelaporan perlu dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi
pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 36
5.3. Format Pelaporan
Adapun jenis laporan adalah sebagai berikut: 1. Laporan Bulanan
Dinas Lingkup Pertanian Kabupaten wajib membuat laporan bulanan sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan. Format laporan bulanan yang dibuat oleh Dinas lingkup pertanian kabupaten/kota sesuai format laporan form PLA 01, 02, 03, 04.
2. Laporan Akhir
Laporan akhir akan lebih informatif dan komunikatif bila dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi (sebelum, sedang dan selesai pelaksanaan kegiatan).
3. Pembobotan Fisik.
Untuk mempermudah monitoring tingkat kemajuan pelaksanaan kegiatan di lapangan perlu dilakukan pembobotan fisik sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan mulai dari tahap persiapan sampai dengan tahap pelaksanaan. Skoring pembobobotan pelaksanaan kegiatan Konservasi DAS Hulu terdapat 2 bagian yaitu : 1) Persiapan dan 2) Pelaksanaan. Skoring pembobotan tersebut lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 37
Tabel 1. Pembobotan fisik pelaksanaan kegiatan Konservasi DAS Hulu
No T AHAP PELAKSANAAN BOBOT (%)
A PERSIAPAN 20 1 SK Tim Pelaksana 2 2 Penetapan CPCL 3 3 Disain 4 4 RUKK 4
5 Perjanjian Kerjasama & Pembukaan Rekening 4
6 Transfer Dana 3
B PELAKSANAAN 80
1. Pengadaan Sarana produksi 40 2. Penyiapan Lahan 20 3. Pembuatan lubang tanam 10 4. Penanaman 10
TOTAL 100
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 38
BAB VI INDIKATOR KINERJA
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan
konservasi DAS Hulu maka diperlukan indikator kinerja sebagai tolok
ukur keberhasilannya.
Adapun indikator kinerja kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
6.1. Indikator Masukan/Input
1. Penyediaan anggaran baik berasal dari pemerintah (APBN,
APBD), bantuan luar negeri, pihak swasta maupun
masyarakat.
2. Perangkat peraturan pemerintah, perda, kebijakan dan
pedoman .
3. Data potensi lahan kritis yang dapat dikembangkan melalui
konservasi lahan.
4. Sumber Daya Manusia (SDM)
5. Prasarana Penunjang Kerja (fasilitas kantor dan lapangan).
6.2. Indikator Keluaran (Outputs)
Terlaksananya kegiatan konservasi lahan pada DAS Hulu seluas
14.221 ha.
6.3. Indikator Keberhasilan (Outcomes) 1. Berkembangnya tanaman hortikultura dan perkebunan
bernilai ekonomis tinggi dan usaha peternakan.
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 39
2. Meningkatnya tutupan vegetasi lahan-lahan kritis pada DAS
hulu. 6.4. Indikator Manfaat (Benefit)
1. Berkurangnya run-off dan erosi di lokasi kegiatan.
2. Meningkatnya produktivitas lahan.
6.5. Indikator Dampak (Impacts)
1. Berkurangnya laju penambahan lahan kritis.
2. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani
Pedoman Teknis Konservasi DAS Hulu TA 2009 40
BAB VII PENUTUP
Dalam rangka mendapatkan hasil kegiatan yang optimal sehingga
lahan kritis dapat berfungsi kembali sebagai unsur produksi, media
pengatur tata air, maupun sebagai unsur perlindungan alam dan
lingkungannya, upaya konservasi DAS hulu diharapkan mampu
memberdayakan dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
Kegiatan konservasi DAS hulu mencakup multi kegiatan disamping
kegiatan peningkatan kemampuan SDM petani, petugas, dan CO
dilakukan pula kegiatan pemberdayaan petani untuk mengelola ternak,
mengolah pupuk organik, menyiapkan pembibitan bersama, magang
petani, musyawarah kelompok tani, pertemuan dan pendampingan
rutin petani, dll. Upaya ini diharapkan akan lebih memberikan hasil
optimal dan lebih berkesinambungan.
Untuk lebih menjamin keberhasilan kegiatan konservasi lahan DAS
Hulu tahun anggaran 2009 ini, koordinasi vertikal maupun horizontal
dengan instansi terkait serta pemberdayaan petani dan petugas,
terutama petugas CO yang mendampingi petani setiap hari harus
menjadi prioritas utama.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1.
CONTOH DISAIN
Lampiran 2.
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN KDH
No. Jenis Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Penerbitan Juklak & Juknis
2 Koordinasi Instansi terkait
3 Inventarisas (CPCL)
4 Penetapan Lokasi
5 Sosialisasi kegiatan
6 Desain Sederhana
7 Pelatihan Teknis petugas
8 Penyusunan RUKK
9 Pembukaan Rekening Kelompok
10 Pengadaan sarana produksi
11 Pengadaan Ternak
12 Pembersihan Lahan
13 Pembuatan Bangunan Konservasi
14 Penanaman
15 Pemeliharaan
Minggu ke Minggu ke Minggu ke
April
Minggu ke
Januari Pebruari Maret
Minggu ke
Agustus
Minggu ke
Mei
Minggu ke
Juni
Minggu ke Minggu ke
Desember
Minggu ke
September
Minggu ke
Oktober
Minggu ke
Bulan
JADWAL KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHATANI KONSERVASI LAHAN TERPADU
TAHUN 2009
NopemberJuli
Lampiran 3.
SEBARAN LOKASI KDH 2009
Sekolah No Propinsi Nama DAS Horti Bun Jml Luas Lapang
(ha) (ha) (ha) (Unit)
1 Banten Ciujung Teluk Lada 1 Pandeglang 250 250 500 22 Jabar Citarum 2 Bogor 250 250 500 2
3 Cianjur 250 250 500 24 Bandung 250 250 500 25 Bandung Barat 250 250 500 26 Subang 250 250 500 2
Cimanuk 7 Garut 250 250 500 28 Sumedang 250 250 500 2
Citanduy 9 Sukabumi 250 250 500 210 Ciamis 250 250 500 2
3 Jateng Jratun Seluna/Pemali 11 Boyolali 300 300 600 2Serayu Bogowonto 12 Magelang 300 300 600 2
13 Banyumas 300 300 600 214 Purbalingga 300 300 600 215 Banjarnegara 0 300 300 116 Wonosobo 300 300 600 2
Bengawan Solo 17 Wonogiri 300 300 600 2Segara Anakan 18 Cilacap 300 300 600 2
4 Jatim Bengawan Solo 19 Pacitan 250 250 500 2Brantas 20 Malang 200 200 400 2
21 Kota Batu 200 300 500 2
5 NTB Palung 22 Lombok Timur 225 196 421 2
6 Sulsel Jeneberang 23 Gowa 250 250 500 224 Sinjai 250 250 500 2
Saddang 25 Pinrang 250 0 250 126 Enrekang 250 200 450 227 Tator 200 250 450 228 Soppeng 250 0 250 129 Takalar 250 0 250 130 Luwu 250 0 250 1
7.425 6.796 14.221 55 Jumlah
Mendukung
SEBARAN LOKASI KEGIATAN PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI HULU
MENDUKUNG AGRIBISNIS (HORTI DAN BUN) TA. 2009
Kabupaten
Lampiran 4.
CONTOH R U K K
Tugas Pembantuan
APBD Swadaya Petani
a Penyediaan Sarana Produksi Pertanian
- Bibit Hortikultura / Perkebunan ……… batang
- Rumput penguat teras ……… batang
- Pupuk organik ……… Kg
- Pupuk anorganik ……… Kg
- Pengadaan ternak (kambing/domba) ……… ekor
- Perajang / chopper / APPO Kecil ……… unit
- Pembangunan Kebun Bibit ……… unit
- Material Pembibitan (polibag, dll) ……… unit
- Lain-lain ………………….(sebutkan) ………
b Pelaksanaan
- Pembukaan dan pembersihan lahan ……… HOK
- Pengolahan lahan sampai siap tanam ……… HOK
- Pembuatan bangunan konservasi ……… HOK
- Penanaman ……… HOK
- Pemeliharaan ……… HOK
- Lain-lain ………………….(sebutkan) ………
TOTAL DANA
…….…………………...….,………………. 2009Mengetahui,Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) TimTeknis/ Korlap Ketua Kelompok Tani
( ) ( ) ( )
Contoh
Jumlah Biaya & Sumber Dana
RENCANA USULAN KEGIATAN KELOMPOK (RUKK)KONSERVASI DAS HULU
Metode Pelaksanaan
Harga Per Satuan (Rp.)
Jenis Pekerjaan Satuan/ Volume
Lampiran 5.
FORMAT LAPORAN (FORM 01, 02, 03, 04)
Form PLA.01
Dinas : ……………………………..Kabupaten : ……………………………..Provinsi : ……………………………..Subsektor : ……………………………..Program : ……………………………..Bulan : ……………………………..
Keuangan Fisik Fisik Nama Desa/ Koordinat(Rp) (Ha/Km/Unit) (Rp) (%) (%) Kelompok Kecamatan
A. Pengelolaan Air1. JITUT2. JIDES3. dst……….
B. Pengelolaan Lahan1. PUKLT2. PLTB3. Konservasi DAS Hulu4. dst ……..
C. Perluasan Areal1. Peral sawah2. Peral lahan kering3. Peral hortikultura4. dst….
Catatan :1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected]
………………………., ……………………. 2009
Penanggung jawab kegiatan Kabupaten
Aspek/KegiatanLokasi Kegiatan
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGANKEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR
T.A. 2009
Pagu DIPA KetRealisasi Terhadap Pagu DIPAKeuanganNo.
Form PLA.02
Dinas : ……………………………..Propinsi : ……………………………..Subsektor : ……………………………..Program : ……………………………..Bulan : ……………………………..
Keuangan Fisik Fisik(Rp) (Ha/Km/Unit) (Rp) (%) (%)
1 Dinas……………………Pengelolaan AirKab/Kota ………………1. JITUT
2. JIDES3. dst ……
Pengelolaan Lahan1. PUKLT2. PLTB3. Konservasi DAS Hulu4. dst ……..
Perluasan Areal1. Peral sawah2. dst ……..
2 Dinas……………………*)Kab/Kota …………………
1. JUTJUMLAH 2. Optimasi Lahan
3. Peral sawah4. dst ……..
Catatan :1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jakarta Selatan via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected]
*) Diisi nama Dinas Kabupaten/Kota yang melaksanakan kegiatan PLA
………………………., ……………………. 2009Penanggung jawab kegiatan Propinsi
Anggaran KeteranganAspek/Kegiatan
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGANKEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR
T.A. 2009
No.Dinas Kabupaten/Kota*Pagu DIPA Realisasi Terhadap Pagu DIPA
Form PLA.03
Dinas : ………………………………..Kabupaten : ………………………………..
Provinsi : ………………………………..
Subsektor : ………………………………..Tahun : ………………………………..
A. Aspek Pengelolaan Air1. JITUT2. JIDES3. TAM4. dst ……
B. Aspek Pengelolaan Lahan1. PUKLT2. PLTB3. Konservasi DAS Hulu4. dst ……..
C. Aspek Perluasan Areal1 Cetak Sawah2 Perluasan Areal Hortikultura3 Perluasan Areal Perkebunan4 dst
Catatan :1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA pada akhir Tahun Anggaran2. Laporan ke Ditjen PLA cq. ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected]
3. Manfaat harus terukur, contoh :a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produktivitas 5 ton/Ha, sehingga manfaat kegiatan berupa peningkatan produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 ton b. Rehab JUT/JAPROD Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg atau Rp. 25.000; / Ton pada areal dgn tingkat produksi 1.000 ton sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000;c. Cetak Sawah Seluas 200 Ha Menyebabkan perluasan areal tanam seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton/Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiatan cetak sawah berupa peningkatan produksi = 200 X 2,5 ton X 1,5 = 750 ton
4. *) coret yang tidak perlu
……………………….., …….……………. 2009Penanggungjawab Kegiatan Kabupaten
LAPORAN MANFAAT
No.Target Fisik
DIPA Realisasi
Fisik ManfaatKegiatan
KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIRTA. 2006/2007/2008*)
Form PLA.04
Dinas : ………………………………..
Provinsi : ………………………………..
Subsektor : ………………………………..
A. Aspek Pengelolaan Air1. JITUT2. JIDES3. TAM4. dst ……
B. Aspek Pengelolaan Lahan1. PLTB2. PUKLT3. KDH4. dst ……..
C. Aspek Perluasan Areal1 Cetak Sawah2 Perluasan Areal Hortikultura3 Perluasan Areal Perkebunan4 dst
Catatan :1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA pada akhir Tahun Anggaran2. Laporan ke Ditjen PLA cq. ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected]
3. Manfaat harus terukur, contoh :a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produktivitas 5 ton/Ha, sehingga manfaat kegiatan berupa peningkatan produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 ton b. Rehab JUT/JAPROD Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg atau Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan tingkat produksi 1.000 ton sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000;c. Cetak Sawah Seluas 200 Ha Menyebabkan perluasan areal tanam seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton/Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiatan cetak sawah berupa peningkatan produksi sebesar 200 X 2,5 ton X 1,5 = 750 ton
4. *) coret yang tidak perlu
……………………….., …….……………. 2009Penanggungjawab Kegiatan Popinsi
KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIRTA. 2006/2007/2008*)
REKAPITULASI LAPORAN MANFAAT
No.Target Fisik
DIPA Realisasi
Fisik ManfaatKegiatan
Lampiran 6.
FORMAT LAPORAN AKHIR DAN LAMPIRAN
Outline Laporan Akhir Kegiatan I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Sasaran
II. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2.1. Dukungan pada Kawasan Komoditi
2.2. Komponen Kegiatan
III. LOKASI KEGIATAN IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
4.2. Realisasi Kegiatan (Fisik & Keuangan)
V. PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA VI. INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
6.1. Indikator Input
6.2. Indikator Keluaran (Outputs)
6.3. Indikator Keberhasilan (Outcomes)
6.4. Indikator Manfaat (Benefits)
6.5. Indikator Dampak (Impacts)
VII. MANFAAT KEGIATAN VIII. PENUTUP Lampiran Photo-photo Dokumentasi
Lampiran 7.
SKB GNKPA
Top Related