i
KARAKTERISTIK BRIKET ARANG CANGKANG PANGI
(Pangium edule Reiwn) DENGAN MENGGUNAKAN PEREKAT
TEPUNG TAPIOKA DARI EKSTRAKSI AMPAS UBI KAYU
DAN PENAMBAHAN GETAH PINUS
SKRIPSI
SRI WAHYUNI ARY ORBANI
105950060915
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
ii
KARAKTERISTIK BRIKET ARANG CANGKANG PANGI
(Pangium edule Reiwn) DENGAN MENGGUNAKAN PEREKAT
TEPUNG TAPIOKA DARI EKSTRAKSI AMPAS UBI KAYU
DAN PENAMBAHAN GETAH PINUS
SRI WAHYUNI ARY ORBANI
105950060915
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
(S1) Pada Program Studi Kuhutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar.
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
iii
AN KOMISI PENGUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Makassar, 21 Desember 2019
Penulis,
Sri Wahyuni Ary Orbani
NIM: 105950060915
vi
Hak Cipta milik Universitas Muhammadiyah Makassar Tahun 2019
Hak Cipta dilindungi Undang – Undang.
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbnyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Universitas Muhammadiyah
Makassar.
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Dalam meraih sukses sungguh perlu usaha yang lebih gigih dan itu tidak
mudah bila kita tidak lebih sabar dalam menjalaninya. Bersabar akan waktu dan
ketentuan-Nya itu cara kita jalani hidup dan semua skenario dari-Nya.
“Sabar adalah bahan ramuan paling sehat dalam hidup kita”
(Umar bin Khatab r.a)
Kupersembahkan karya ini teruntuk:
Kedua orang tuaku, saudaraku, sahabatku, teman-teman seperjuanganku, dan semua
yang mendo’akan serta mendukung penulis dalam penyusunan serta perjalanan
hidup penulis.
viii
ABSTRAK
Sri Wahyuni Ary Orbani (105950060915) Karakteristik Briket Arang Cangkang
Pangi (Pangium edule Reiwn) dengan Menggunakan Perekat Tepung Tapioka dari
Ekstraksi Ampas Ubi Kayu dan Penambahan Getah Pinus dibawah bimbingan
Husnah Latifah dan M. Daud.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik briket arang yang dibuat
dari cangkang pangi dengan perekat tepung tapioka dari ekstraksi ampas ubi kayu
dan penambahan getah pinus. Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi
Kehutanan dan Balai Penalitian dan Pengembangan Kehutanan Makassar, Sulawesi
Selatan serta berlangsung selama dua bulan dari bulan September hingga bulan
Oktober 2019. Penelitian menggunakan rancangan factorial 2 faktor dengan
rancangan dasar rancangan acak lengkap. Faktor pertama adalah komposisi perekat
dengan konsentrasi 8%, 12%, dan 16%, sedangkan faktor kedua adalah penambahan
getah pinus 0% dan 5% dari berat serbuk kering tanur. Pengamatan ini dilakukan
dengan 3 kali ulangan. Untuk perlakuan yang berpengaruh terhadap respon
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) atau Tukey Test. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa komposisi dari setiap perlakuan menunjukkan nilai kadar air
berkisar 3,09 – 7,15 %, kadar zat menguap 20,34 – 29,48 %, kadar abu 1,99 – 2,27
%, kadar karbon terikat 67,70 – 77,67 %, kerapatan 0,60 – 0,70 g/cm2, keteguhan
tekan 3,15 – 7,19 kg/cm3, dan penyalaan awal 34 – 147 detik. Semua kombinasi
perlakuan telah memenuhi SNI 01-6235-2000 tentang Briket Arang kecuali kadar zat
mudah menguap. Dengan pemberian perlakuan yang bervariasi, pemberian perekat
tapioka mempengaruhi jumlah kadar air, kadar zat menguap, kadar abu, kadar karbon
terikat, kerapatan, keteguhan tekan, dan penyalaan awal. Sedang pemberian getah
pinus pada briket arang cangkang pangi mempengaruhi cepat nyala dan lebih cepat
pula membara pada penyalaan awal briket arang cangkang pangi. Kualitas briket
arang cangkang pangi yang dihasilkan dari pengujian beberapa taraf dipengaruhi oleh
kombinasi serta komposisi perekat tapioka dan penambahan getah pinus.Terdapat
perbedaan signifikan antara masing-masing kombinasi perlakuan kadar perekat
tapioka dan kadar getah pinus terhadap karakteristik briket arang terutama kadar air,
kadar zat menguap, kadar abu, kadar karbon terikat, kerapatan, keteguhan tekan, dan
penyalaan awal. Kombinasi perlakuan serbuk arang 83%, perekat limbah tapioka
12% dan getah pinus 5% (A2B2) merupakan perlakuan optimal dalam meningkatkan
kualitas briket arang limbah cangkang pangi dengan penambahan perekat limbah
tapioka dan aditif berbasis limbah.
Kata Kunci: Bioenergi, Cangkang pangi, Briket Arang, Limbah Tapioka, Getah
Pinus
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa untuk segala
berkat, rahmat dan Kasih-Nya sehingga penyusunan proposal ini dengan judul
Karakteristik Briket Arang Cangkang Pangi (Pangium edule Reiwn) Dengan
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka dari Ekstraksi Ampas Ubi Kayu dan
Penambahan Getah Pinus dapat diselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan skripsi
ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pelajaran, petunjuk serta bantuan
yang sangat dan akan besrmanfaat bagi penulis didalam menerapkan ilmu-ilmu yang
diperoleh di bangku perkuliahan. Karenanya, pada kesempatan ini penulis dengan
tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr.Ir. Husnah Latifah, S. Hut, M. Si, IPM selaku pembimbing I dan Bapak Ir.
Muhammad Daud, S. Hut, M. Si, IPM selaku pembimbing II yang dengan sabar
telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mengarahkan dan membantu
penulis untuk menyelesaikan proposal ini.
2. Ibu Dr. Ir. Hikmah, S. Hut, M. Si, IPM., dan Bapak Ir. Muhammad Tahnur S. Hut,
M. Hut, IPM selaku dosen penguji yang telah memberikan bantuan, saran dan
koreksi dalam penyusunan proposal ini.
3. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Pi, M.P, selaku Dekan Fakultas Pertanian.
4. Ibu Dr. Ir. Hikmah, S. Hut, M. Si, IPM., selaku Ketua Jurusan Kehutanan.
5. Ibu Ir. Muthmainnah, S. Hut, M. Hut. IPM, selaku Penasehat Akademik penulis.
x
6. Seluruh Dosen - dosen serta pegawai dan staf Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan serta
membantu mengurus administrasi yang penulis butuhkan.
7. Rekan sepenelitian ku Mutmainnah, S. Hut. dan Samsul Samrin, S. Hut.
terimakasih atas semangat dan kesabarannya serta kerja samanya selama
penelitian.
8. Teman-temanku, Ekayanti, Nur Baini Bui Nubhan, Fikri Faisal, Sri Astuti,
Tanriani M. Ds dan Nur Hidayah, terima kasih atas waktu dan tenaganya dalam
membantu dan memberikan semangat kepada penulis.
9. Keluarga besar Trembesi angkatan 2015, terima kasih telah banyak membantu
memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. Secara khusus
kebahagiaan ini kupersembahkan kepada Ayahanda tersayang Supardi S. Pd dan
Ibunda tercinta Muntatik, serta Kakak dan Adik-adikku yang terkasih Sri Rahayu
Ary Orbani S. Pd, Muhammad Saifullah, Muhammad Aris Munandar terima kasih
telah mencurahkan doa, kasih sayang, pengorbanan, motivasi, semangat dan
bimbingannya dalam mendidik dan membesarkan penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih sangat banyak
terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki, unuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran demi penyempurnaan proposal ini. Akhir kata, semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri.
Makassar, Desember 2019
Sri Wahyuni Ary Orbani
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN KOMISI PENGUJI .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................ v
HAK CIPTA ............................................................................................................ vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.4. Kegunaan ....................................................................................................... 3
1.5. Hipotesis ........................................................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Tanaman Pangi ............................................................................ 5
2.2. Karbonisasi ................................................................................................... 7
2.3. Perekat .......................................................................................................... 8
xii
2.4. Getah Pinus ................................................................................................. 9
2.5. Briket Arang ................................................................................................. 10
2.6. Kerangka Pikir ............................................................................................. 14
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat...................................................................................... 16
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................... 16
3.3. Prosedur Penelitian ..................................................................................... 16
3.4. Variabel yang diamati ................................................................................. 18
3.5. Rancangan Percobaan ................................................................................. 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kadar Air .................................................................................................... 23
4.2. Kadar Zat Menguap .................................................................................... 25
4.3. Kadar Abu................................................................................................... 28
4.4. Kadar Karbon Terikat ................................................................................. 30
4.5. Kerapatan .................................................................................................... 32
4.6. Keteguhan Tekan ........................................................................................ 35
4.7. Penyalaan Awal .......................................................................................... 37
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 40
5.2. Saran ........................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 41
LAMPIRAN ............................................................................................................ 43
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 58
xiii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Sifat Briket Arang Berdasarkan SNI 01-6235-2000 dan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan ……………………………………………........13
2. Hasil Perhitungan Rata - rata Kadar Air Briket Arang Cangkang Pangi ............ 23
3. Hasil Uji BNJ untuk Nilai Kadar Air Briket Arang Cangkang Pangi ................ 24
4. Hasil Perhitungan Rata - rata Kadar Zat Menguap Briket Arang Cangkang
Pangi. ................................................................................................................... 25
5. Hasil Uji BNJ untuk Nilai Kadar Zat Menguap Briket Arang Cangkang
Pangi .................................................................................................................... 27
6. Hasil Perhitungan Rata - rata Kadar Abu Briket Arang Cangkang Pangi........... 28
7. Hasil Perhitungan Rata - rata Kadar Karbon Terikat Briket Arang
Cangkang Pangi .................................................................................................. 30
8. Hasil Uji BNJ Nilai Kadar Karbon Terikat Briket Arang Cangkang Pangi ....... 31
9. Hasil Perhitungan Rata - rata Kerapatan Briket Arang Cangkang Pangi............ 33
10. Hasil Uji BNJ untuk Nilai Kerapatan Briket Arang Cangkang Pangi ................ 34
11. Hasil Perhitungan Rata - rata Keteguhan Tekan Briket Arang Cangkang
Pangi .................................................................................................................... 35
12. Hasil Uji BNJ untuk Nilai Keteguhan Tekan Briket Arang Cangkang Pangi .... 37
13. Hasil Perhitungan Rata - rata Penyalaan Awal Briket Arang Cangkang Pangi .. 38
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Kerangka Pikir/ Bagan Alur Penelitian …………………………………...........14
2. Diagram Rerata Nilai Kadar Air ......................................................................... 24
3. Diagram Rerata Nilai Kadar Zat Menguap ......................................................... 27
4. Diagram Rerata Nilai Kadar Abu ........................................................................ 29
5. Diagram Rerata Nilai Kadar Karbon Terikat ...................................................... 32
6. Diagram Rerata Nilai Kerapatan ......................................................................... 35
7. Diagram Rerata Nilai Keteguhan Tekan ............................................................. 37
8. Diagram Rerata Nilai Penyalaan Awal ............................................................... 40
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Hasil Pengamatan ............................................................................................... 44
2. Analisa Sidik Ragam .......................................................................................... 48
3. Dokumentasi Penelitian ..................................................................................... 52
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang terletak di daerah tropis
dan memiliki sumber biomassa yang melimpah. Menurut Supriyatno dan Crishna
(2010) dalam Budi (2015), biomassa merupakan bahan-bahan organik yang berumur
relatif muda dan berasal dari tumbuhan, hewan, produk dan limbah industri budidaya
(pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan). Saat ini sebagian
besar energi yang digunakan rakyat Indonesia berasal dari bahan bakar fosil, yaitu
bahan bakar minyak, batu bara, dan gas. Kerugian penggunaan bahan bakar fosil ini
selain tidak ramah lingkungan, juga tidak terbarukan (nonrenewable) dan tidak
berkelanjutan (unsustainable) Erwandi, (2005) dalam Diah, (2009).
Biomassa merupakan salah satu potensi sumber energi yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah penggunaan bahan bakar fosil yang tidak
ramah lingkungan serta tidak terbarukan dengan mengolah limbah menjadi sumber
energi terbarukan. Potensi biomassa pada tahun 2004 tercatat setara dengan 49.81
GW namun baru dimanfaatkan sebesar 302.4 MW. Limbah biomassa pada umumnya
berbentuk butiran, serbuk, atau potongan-potongan kecil sehingga penggunaannya
menjadi bahan bakar langsung kurang diminati masyarakat. Selain itu, penggunaan
limbah biomassa dalam bentuk aslinya sangat sulit untuk ditransportasikan, memiliki
kadar pembakaran rendah karena nilai kerapatannya (bulk density) rendah, kadar
airnya masih tinggi, dan nilai kalornya rendah. Oleh karena itu, perlu pengembangan
2
teknologi untuk meningkatkan minat penggunaan limbah biomassa yaitu dengan cara
mengempa limbah biomassa tersebut menjadi bahan bakar padat (briket) melalui
proses densifikasi.
Beberapa penelitian tentang briket arang telah banyak dilakukan diantaranya
telah dilakukan oleh Achmad (2008) dalam tulisannya berjudul Kualitas Briket Arang
Kulit Biji Kepayang (Pangium edule Reinw) dengan Penggunaan Perekat Tapioka,
menyimpulkan bahwa komposisi perekat berpengaruh nyata, penggunaan prekat
dengan komposisi 12% memiliki kualitas lebih baik, dan variabel kadar zat mudah
menguap tidak sesuai dengan standar. Serta dalam tulisan Diah (2009) dengan judul
Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji dengan Penambahan Arang
Cangkang Kelapa Sawit, menyimpulkan bahwa penambahan cangkang kelapa sawit
dapat meningkatkan kualitas briket namun nilai kadar abu juga meningkat. Dan
tulisan Budi (2015) dengan judul Pembuatan dan Karakteristik Briket Arang dari
Limbah tempurung Kemiri (Aleurites molucana) dengan Menggunakan Variasi Jenis
Bahan Perekat dan Jumlah Bahan Perekat, menyimpulkan bahwa penggunaan perekat
tapioka pada briket tempurung kemiri hasilnya lebih baik dibandingkan dengan
perekat sagu.
Adapun limbah cangkang pangi hampir tidak pernah digunakan karena selain
tidak awet orang lebih mengutamakan hasil biji dan daunnya. Produk yang dihasilkan
pada umumnya digunakan sebagai bahan makanan serta dijadikan minyak, sedang
cangkang dari pangi belum dimanfaatkan dengan baik, begitu pula dengan ampas ubi
kayu yang selama ini hanya dibuang oleh masyarakat. Oleh karena itu, perlu usaha
3
penelitian untuk memanfaatkan limbah ini dengan mengolah limbah tersebut menjadi
bahan briket arang dan perekatnya. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan
nilai tambah serta dapat menghasilkan produk baru disamping produk utamanya.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh kadar perekat Tapioka dari Ekstraksi Ampas Ubi Kayu dan
kadar Getah Pinus terhadap Karakteristik Briket Arang Pangi (Pangium edule
Reiwn)?
2. Adakah perbedaan karakteristik Briket Arang Pangi (Pangium edule Reiwn) pada
berbagai kombinasi kadar perekat Tapioka dari Ekstaksi Ampas Ubi Kayu dengan
kadar Getah Pinus?
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh kadar perekat Tapioka dari Ekstraksi Ampas Ubi Kayu dan
kadar Getah Pinus terhadap Karakteristik Briket Arang Pangi (Pangium edule
Reiwn).
2. Mengetahui perbedaan Karakteristik Briket Arang Pangi (Pangium edule Reiwn)
pada berbagai kombinasi kadar perekat Tapioka dari Ekstaksi Ampas Ubi Kayu
dengan kadar Getah Pinus.
4
1.4. Kegunaan
Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi memanfaatkan limbah
cangkang pangi sebagai bahan dasar pembuatan briket arang dengan memnggunakan
pererkat tapioka yang diekstarksi limbah ampas pengolahan ubi kayu dan
penambahan getah pinus.
1.5. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah limbah cangkang pangi dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan briket arang, variasi jumlah bahan
perekat dari ekstraksi ampas ubi kayu dan penambahan getah pinus memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap karakteristik briket arang yang dihasilkan, dan briket
arang limbah cangkang pangi dengan karakteristik terbaik memiliki kadar air, kadar
abu, dan kadar zat menguap yang paling rendah serta memiliki kadar karbon terikat
tertinggi dan nilai kecepatan penyalaan awalnya.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Tanaman Pangi
Menurut Heyne (1987) sistematika tanaman pangi adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Passiflora
Family : Flacourtiaceae
Genus : Pangium
Spesies : Pangium edule Reinw
Tanaman ini mempunyai banyak nama daerah, antara lain: kepayang
(Indonesia), pangi atau hapesong (Batak), pangi (Malaysia), kayu rubah buah
(Lampung), pacung atau picung (Sunda), pakem atau pucung (Jawa), kalowa
(Sumbawa) dan pangi (Bugis). Tanaman Pangi tersebar di seluruh nusantara dan
banyak tumbuh liar di Pulau Jawa, yakni daerah-daerah dengan ketinggian di bawah
1.000 m dari permukaan laut.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah yang mempunyai
ketinggian 10–1000 meter di atas permukaan laut. Suhu lingkungan yang tepat bagi
tanaman ini adalah suhu yang tidak banyak berubah yaitu antara 22 – 30 0C. Tanaman
pangi dapat hidup sampai umur di atas 100 tahun. Tinggi pohon dapat mencapai 40
meter. Sari dan Suhartati, (2015) dalam Nawir, (2017) menyatakan pohon pangi
6
tumbuh tersebar di daerah hutan hujan primer atau sekunder, pada daerah yang
mengalami deforestasi, tumbuh secara liar atau dipelihara pada pinggiran sungai
maupun di daerah hutan jati. Arini (2012) dalam Nawir, (2017) menyatakan pohon
pangi tidak membutuhkan persyaratan jenis tanah yang khusus, namun akan dapat
tumbuh dengan baik jika tanah memiliki pH 5.5 – 6.5.
Sunanto, (1992) dalam Achmad (2008) menyatakan batang pokoknya besar
dan pada pangkal pohon terdapat banir - banir yang lebarnya dapat mencapai 2,5
meter. Ranting muda berambut (berbulu) lembut dan berwarna coklat. Daunnya
sebagian besar terkumpul pada ujung ranting dan mempunyai tangkai daun yang
panjang.
Buah pangi berukuran beragam ada yang besar dan ada pula yang berukuran
kecil, serta berambut halus berwarna coklat yang rapat. Bentuk buah yang sudah tua
adalah bulat telur (ellipsoid). Buah pangi yang berukuran besar dapat mencapai
diameter 25 cm, sedangkan yang berukuran kecil mempunyai diameter sekitar 10 cm.
Buah pangi mengandung biji yang jumlahnya banyak dan tersusun rapi pada poros
buah seperti buah cempedak. Dalam setiap biji buah terbalut daging buah berwarna
kuning (seperti biji buah durian).
Buah yang berukuran besar mengandung biji yang jumlahnya dapat mencapai
30 biji, sedangkan buah yang berukuran kecil mengandung sekitar 12 biji. Biji buah
pangi berkulit luar yang keras yang disebut tempurung atau cangkang. Tempurung
biji berwarna coklat dengan garis-garis menonjol yang melingkar-lingkar indah. Biji
pangi mengandung inti biji (endosperm) berwarna putih dan keras, di mana antara inti
7
biji dengan tempurung dibatasi oleh selaput tipis berwarna coklat. Manfaat inti biji
pangi berbeda-beda di setiap daerah, di Banten di manfaatkan untuk mengawetkan
ikan, di Madiun (Jawa Timur) untuk pembuatan terasi, di Saparuan untuk pembuatan
kecap, di Sumatera Barat untuk pembuatan minyak dan di Toraja sebagai bahan
makanan.
2.2. Karbonisasi
Proses karbonisasi adalah reaksi eksoterm di mana panas yang dikeluarkan
lebih besar dari panas yang diperlukan. Biasanya terlihat pada suhu 300–400 0C.
Suhu meningkat dengan cepat walaupun panas yang diberikan tetap. Pada proses
pembakaran yang terjadi adalah proses karbonisasi di mana terjadi perubahan
komponen bahan baku pada suhu 100 -1000 0C, dengan perubahan terbesar pada suhu
200–500 0C (Yoyon, dkk., 2001 dalam Achmad, 2008). Syahruddin, dkk. (1987)
dalam Achmad, (2008) menyebutkan karbonisasi secara singkat adalah sebagai
berikut:
a. Pada awal pemanasan, air dalam bahan baku dilepaskan bersamaan CO dan CO2
dalam jumlah kecil.
b. Pada suhu 200 – 400 0C sebagian besar selulosa murni terurai secara intensif di
samping pembentukan gas juga di jumpai sejumlah kecil senyawa karbon.
c. Pada suhu 400 – 500 0C lignin terurai dan dihasilkan lebih banyak ter sedangkan
gas menurun dan meningkatkan suhu, maka gas CO2 semakin berkurang
sedangkan gas CO, CH4 dan CH2 semakin meningkat.
8
d. Pada suhu 500 – 700 0C pembentukan ter dan gas hidrogen semakin bertambah,
terbentuknya karbon mencapai 90%.
e. Di atas suhu 700 0C diperoleh gas yang dapat diembunkan terutama terdiri atas
gas hidrogen.
Karbonisasi atau pirolisis adalah proses penguraian kayu (bahan-bahan
organik yang lain) secara termal tanpa adanya zat asam. Semula dinamakan
penyulingan yang merusak dan di masa yang lampau telah digunakan untuk
memproduksi arang kayu, asam asetat dan metanol. Produk pirolisis adalah gas,
cairan dan bahan bakar padat. Hasbullah, (2001) menyatakan pembakaran tidak
sempurna menyebabkan senyawa karbon kompleks tidak teroksidasi menjadi karbon
dioksida. Peristiwa tersebut disebut pirolisis. Pada saat pirolisis, energi panas
mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang kompleks terurai
sebagian besar menjadi karbon atau arang. Pirolisis untuk pembentukan arang terjadi
pada suhu 150-300 0C disebut pirolisis primer, sedangkan pirolisis di mana arang
mengalami perubahan lebih lanjut menjadi karbon monoksida, gas hidrogen dan gas-
gas hidrokarbon disebut pirolisis sekunder.
2.3. Perekat
Sutigno (1986) dalam Latifah (1997) bahwa perekat adalah suatu bahan yang
dapat menahan dua benda berdasarkan ikatan permukaan. Dalam arti luas, perekat
dapat didefenisikan sebagai suatu zat dimana benda dimungkinkan untuk menempel
atau melekat pada benda lain atau suatu zat yang mampu mendekatkan beberapa
material satu sama lain dengan pengikatan permukaan.
9
Perekat kanji dibuat dari tepung tapioka ditambah dengan air. Perekat tapioka
umum digunakan sebagai bahan perekat pada briket arang, karena banyak terdapat di
pasaran dan harga relatif murah. Perekat ini dalam penggunaannya menimbulkan asap
yang relatif sedikit dibandingkan bahan yang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa briket arang dengan tepung kanji sebagai bahan perekat akan sedikit
menurunkan nilai kalornya bila dibandingkan dengan nilai kalor kayu dalam bentuk
aslinya (Sudrajat dan Soleh, 1994 dalam Triono, 2008).
2.4.Getah Pinus
Pinus adalah sebutan bagi sekelompok tumbuhan yang semuanya tergabung
dalam marga Pinus. Di Indonesia penyebutan tusam atau pinus biasanya ditujukan
pada tusam Sumatera (Pinus merkusii). Pinus kebanyakan bersifat berumah satu
(monoecious), yaitu dalam satu tumbuhan terdapat organ jantan dan betina namun
terpisah, meskipun beberapa spesies bersifat setengah berumah dua (sub-dioecious)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Coniferophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Pinaceae
10
Genus : Pinus
Spesies : Pinus merkusii
Pohon pinus kegunaanya bermacam–macam, baik untuk kebutuhan
perumahan maupun sebagai bahan baku industri. Dipandang dari segi hasil kita dapat
menlihat bahwa pinus menghasilkan manfaat ganda, selain perbaikan lingkungan
kayu dan getahnya dapat dimanfaatkan. Getah pinus dihasilkan pada bagian gubal
yang didalamnya terdapat sel – sel yang merupakan gudang pati dan persediaan
bahan lainnya untuk diubah menjadi persenyawaan baru dalam pembenukan sel – sel
kayu dan getah. Kayu gubal merupakan pabrik getah , makin tipis kayu gubal berarti
makin kecil hasil getahnya, sehingga getah yang dihasilkan berkurang. (Jungh.& De
Vries, 2012).
Didalam getah pinus terdapat beberapa bahan kimia asam abietat, OH, C, H,
O, Mo, Zr, Ca dan terpentin. Dari unsur senyawa yang terkandung didalamnya zat
terpentinlah yang mempengaruhi mudahnya getah pinus terbakar (Kencanawati. dkk,
2017).
2.5.Briket Arang
1. Teknik Pembuatan Briket Arang
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1994)
mengemukakan bahwa proses pembuatan briket arang meliputi empat cara yaitu:
a. Pengempaan serbuk gergaji menjadi briket kemudian disusul dengan karbonisasi
pada tekanan sedang.
b. Pengempaan dan proses karbonisasi serbuk kayu dilakukan secara serentak.
11
c. Pengempaan campuran arang kayu dan serbuk kayu menjadi briket disusul
dengan proses karbonisasi.
d. Pengempaan campuran arang kayu dan bahan perekat menjadi briket disusul
dengan proses pengeringan yang kadang dikarbonisasi kembali.
Proses yang umum dilakukan adalah proses yang tercantum pada butir a dan
d. Briket yang baru dibentuk dengan tekanan tertentu dikeringkan didalam oven
bersuhu 60 0C selama 24 jam atau dijemur di udara terbuka sampai mencapai kadar
air lingkungan.
Menurut Herman (1989) dalam Masturin (2002), tekanan pengempaan
diberikan untuk menciptakan kontak antara permukaan bahan yang direkat dengan
bahan perekat. Semakin tinggi tekanan pengempaan, maka semakin tinggi kerapatan
briket dengan mengikuti persamaan regresi linier. Penambahan tekanan pada suatu
batas tertentu akan menyebabkan bahan perekat ikut terbuang. Briket yang terlalu
padat akan sulit terbakar, sedangkan briket yang kurang padat akan mengakibatkan
briket mudah terurai pada saat penggunaannya seperti ditunjukkan oleh percikan bara
dan mengakibatkan kesan kurang bersih meskipun laju pembakarannya cepat.
Dengan demikian dibutuhkan tekanan densifikasi yang tepat, hal tersebut ditentukan
oleh jenis bahan yang didensifikasi. Menurut Pari et al. (1990) dalam Triono (2006)
menyatakan bahwa pada umumnya semakin tinggi tekanan yang diberikan akan
memberikan kecenderungan menghasilkan briket arang dengan kerapatan dan
keteguhan tekanan yang semakin tinggi pula.
12
Menurut Suryani (1986) dalam Rustini (2004) pengempaan dalam pembuatan
briket dapat dilakukan dengan alat-alat pengepres type cmpression atau extrussion.
Tekanan yang diberikan untuk pembentukan briket arang dibedakan menjadi dua cara
yaitu batas elastisitas bahan baku sehingga struktur sel akan runtuh dan belum
melampaui batas elastisitas bahan baku. Menurut Abdullah, dkk. (1991) beberapa alat
atau mesin pengempa yang dapat digunakan untuk densifikasi dibedakan atas empat
jenis, yaitu:(1) Piston press yang digerakkan oleh piston mekanis dan hidroulik, (2)
Conical screw press, (3) Screw press dengan mantel pemanas, (4) Rotary ring disc
press.
2. Mutu Briket Arang
Persyaratan briket arang tidak berbeda jauh dengan persyaratan arang.
Menurut Millstein dan Morkved (1960) dalam Rustini (2004), persyaratan briket
arang yang baik yaitu: bersih, tidak berdebu dan berbau, mempunyai kekerasan yang
merata, kadar abu serendah mungkin, nilai kalor sepadan dengan bahan bakar lain,
serta menyala dengan baik dan memberikan panas yang merata, harganya dapat
bersaing dengan bahan bakar lain.
Kualitas briket arang dipengaruhi oleh jenis bahan baku arang yang
digunakan, komposisi perekat serta tingkat pengempaan. Ukuran serbuk arang yang
halus untuk bahan baku briket arang akan mempengaruhi ketahanan briket arang yang
semakin meningkat. Ukuran yang besar dan tidak seragam akan menyebabkan proses
perekatan briket tidak maksimal dan keteguhan tekan briket yang dihasilkan rendah
(Nurhayati, 1983 dalam Rustini, 2004).
13
Sudrajat (1982) dalam Latifah (1997) menyatakan bahwa sifat-sifat briket
arang meliputi kadar air, zat mudah menguap, karbon terikat, kadar abu, nilai kalor,
kerapatan dan keteguhan tekan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa persyaratan umum
standar kuaitas briket arang meliputi karbon terikat tinggi (>60%), zat mudah
menguap (<30%), abu kecil (<8%), nilai kalor tinggi (>6000 kal/g), kerapatan tinggi
(>0,7 g/cm³), dan keteguhan tekan tinggi (>12,0 kg/cm2). Untuk mengetahui standar
kualitas secara bahan baku untuk briket arang Indonesia mengacu pada Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-
6235-2000) seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Sifat Briket Arang Berdasarkan SNI 01-6235-2000 dan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan.
Sifat-Sifat Briket Arang Satuan SNI (BPPK)
Kadar air (moisture content) % Maksimum 8 7,57
Kadar zat mudah terbang
(volatile matter content)
% Maksimum 15 16,14
Kadar abu (ash content) % Maksimum 8 5,51
Kadar karbon terikat (fixed
carbon content) % - 78,35
Kerapatan (density)
g/cm3 - 0,4407
Keteguhan tekan
g/cm2 - -
Sumber: Standarisasi Nasional Indonesia, 2000 dan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, 1994.
14
2.6. Kerangka Pikir
Gambar 1. Kerangka Pikir
15
Hasil hutan banyak tersedia dan dimafaatkan berupa hasil hutan bukan kayu
salah satunya ialah Pangi (Pangium edule Reinw). Bagian yang dimanfaatkan ialah
batang, daun, dan biji buahnya dari biji buah ini menghasilkan limbah berupa
cangkang yang dapat dijadikan menjadi bahan energi baru. Adapun dalam penelitian
ini cangkang pangi akan dijadikan arang sebagai bahan briket dengan perekat tapioka
yang menggunakan hasil ekstraksi limbah dari ampas ubi kayu serta akan
ditambahkan getah pinus, kemudian akan dilakukan pengujian dan analisis dari
karakteristik briket arang cangkang Pangi.
16
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan September -
Oktober 2019, pembuatan briket arang dilakukan di Program Studi Kehutanan dan
pengujian karakteristik briket dilakukan di Balai Penalitian dan Pengembangan
Kehutanan Makassar, Sulawesi Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pembuatan briket arang antara lain: alat
penggiling, alat pengempa, cetakan briket, ayakan 60 mesh, wadah plastik, pemanas
atau kompor, termometer, desikator, oven, kuas, gelas ukur, timbangan analitik,
stopwacth, cawan porselin, dan universal testing gebruder amsler. Bahan baku yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cangkang pangi yang telah jadi arang, air dan
bahan perekat adalah tapioka dengan penambahan getah pinus.
3.3. Prosedur Penelitian
1. Perlakuan Bahan Baku
Cangkang pangi dibersihkan dan dikeringkan kemudian diarangkan
dengan menggunkan tungku kiln drum selama ±4 - 6 jam. Arang cangkang
pangi dibersihkan dari kotoran, setelah itu bahan baku arang cangkang pangi
dihancurkan atau dihaluskan.
17
2. Pengayakan Serbuk Arang
Serbuk arang yang diperoleh disaring dengan menggunakan saringan 60
mesh, yaitu saringan yang memiliki 60 lubang dalam satu inch sebelum
diproses menjadi briket. Serbuk arang yang digunakan adalah serbuk yang
lolos dari saringan 60 mesh.
3. Pembuatan Briket Arang
a. Kerapatan target briket arang yang akan dibuat adalah 0.7 g/cm3. Diameter
cetakan briket arang memiliki diameter dalam 5.5 cm dan tinggi 3,5 cm,
sehingga total volume cetakan adalah 83.11 cm3, sehingga untuk
memenuhi target kerapatan maka dibutuhkan berat campuran bahan baku
briket setiap cetakan adalah 58.18 g. Sehingga, pembuatan briket arang
dalam penelitian ini menggunakan serbuk arang cangkang pangi, perekat
tapioka dari ektraksi limbah ampas ubi kayu dan getah pinus pada berbagai
komposisi dengan berat keseluruhan campuran 58.18 g. Penelitian ini
menggunakan rancangan faktorial 2 faktor yaitu faktor kadar perekat
tepung tapioka dari ekstraksi ampas ubi kayu dan faktor kadar getah pinus.
b. Adonan campuran serbuk arang, perekat dan getah pinus dimasukkan
dalam alat cetakan yang dilengkapi alat penekan, kemudian dilakukan
pengempaan.
4. Pengeringan
Briket arang yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada temperatur 60
0C selama 24 jam. Setelah itu dilakukan pengemasan dalam kantong plastik
18
dan ditutup rapat-rapat untuk menjaga agar briket arang tetap dalam keadaan
kering.
3.4. Variabel yang diamati
Variabel yang diamati untuk menentukan sifat arang meliputi sifat kimia dan
sifat fisik yang terdiri atas: (1) Pengujian dan pengukuran kadar air, zat mudah
menguap, kadar abu sesuai standar SNI 01-6235-2000, (2) Pengujian dan pengukuran
karbon terikat, kerapatan dan keteguhan tekan sesuai dengan standar ASTM 1984 No.
D 1762 – 84.
1. Kadar Air
Kadar air ditentukan dengan menimbang 1 gram contoh dalam cawan porselin
yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 115
0C selama ± 3 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam lalu
ditimbang kembali. Rumus perhitungan kadar air yang digunakan sebagai berikut:
Ba - Bkt
Kadar air (%) = x 100%
Bkt
Di mana:
Ba = Berat sampel sebelum dikeringkan (g)
Bkt = Berat sampel kering tanur (g)
2. Kadar Zat Menguap (Volatile)
Cawan porselin yang berisi 2 g contoh uji yang sudah diketahui beratnya,
dimasukkan ke dalam oven pada suhu ±950 0C selama 7 menit. Setelah penguapan
19
selesai, lalu didinginkan dalam desikator selama 1 jam selanjutnya ditimbang. Kadar
zat mudah menguap dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
(X1 - X2)
Kadar zat mudah menguap = x 100%
X1
Di mana:
X1 = Bobot awal (g)
X2 = Bobot akhir (g)
3. Kadar Abu
Cawan porselin yang berisikan 2 g contoh uji dimasukkan dalam oven pada
suhu ± 900 0C selama 2 jam, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar
abu dinyatakan dengan rumus :
Bobot abu
Kadar abu (%) = x 100%
Bobot contoh
4. Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon)
Kadar karbon terikat dinyatakan dalam persen dengan rumus:
Kadar Karbon Terikat = 100 – (Kadar abu + Kadar zat menguap) %
5. Kerapatan
Kerapatan dinyatakan dalam perbandingan berat dan volume, yaitu dengan
cara menimbang briket arang dan mengukur volumenya. Perhitungan volume briket
arang dihitung dengan menggunakan rumus:
Vsilinder = 1 πd2 . t
4
20
Kerapatan briket arang dihitung dengan menggunakan perhitungan:
Bobot briket arang (g)
Kerapatan (g/cm3) =
Volume (cm3)
6. Keteguhan Tekan
Pengukuran keteguhan tekan dilakukan dengan menggunakan alat Universal
Testing Gebruder Amsler. Penekanan yang diberikan dilakukan secara perlahan-lahan
sampai briket tersebut pecah. Angka pada skala dikonversikan dalam satuan kg/cm2
merupakan besar keteguhan tekan briket persatuan luas. Penentuan keteguhan tekan
dihitung dengan menggunakan perhitungan:
Beban penekanan (kg)
Keteguhan tekan (kg/cm3) =
Luas permukaan briket (cm2)
7. Penyalaan Awal
Pengukuran penyalaan awal pada briket yaitu berapa waktu yang dibutuhkan
sebuah briket menyala bila disulut dengan api pada lilin, waktu penyalaannya akan
dihitungan dengan stopwacth dalam satuan detik.
3.5. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan rancangan
dasar rancangan acak lengkap (RAL). Faktor kadar perekat tepung tapioka dari
ekstraksi ampas ubi kayu% masing-masing terdiri atas 3 taraf yaitu 8% (A1), 12%
(A2) dan 16% (A3) dan faktor kadar getah pinus masing-masing terdiri atas 2 taraf
21
yaitu 0% (B1), dan 5% (B2). Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
Adapun campuran masing kombinasi sebagai berikut:
(1) A1B1: Serbuk arang sebanyak 92 % (76.46 g), ditambah perekat tapioka 8 %
(6.65 g) dan getah pinus 0 % (tanpa getah pinus).
(2) A1B2: Serbuk arang sebanyak 87 % (72.30 g), ditambah perekat tapioka 8 %
(6.65 g) dan getah pinus 5 % (4.16 g).
(3) A2B1: Serbuk arang sebanyak 88 % (73.14 g), ditambah perekat tapioka 12 %
(9.97 g) dan getah pinus 0 % (tanpa getah pinus).
(4) A2B2: Serbuk arang sebanyak 83 % (68.98 g), ditambah perekat tapioka 12 %
(9.97 g) dan getah pinus 5 % (4.16 g).
(5) A3B1: Serbuk arang sebanyak 84 % (69.81 g), ditambah perekat tapioka 16 %
(13.30 g) dan getah pinus 0 % (tanpa getah pinus).
(6) A3B2: Serbuk arang sebanyak 79 % (65.65 g), ditambah perekat tapioka 16 %
(13.30 g) dan getah pinus 5 % (4.16 g).
Setiap kombinasi perlakuan diulang masing-masing sebanyak 3 kali yang
terdiri atas 3 faktor, yaitu:
1. Kadar perekat tepung tapioka dari eksraksi ampas ubi kayu yang terdiri atas 3
taraf:
A1 = Kadar perekat 8%
A2 = Kadar perekat 12%
A3 = Kadar perekat 16%
22
2. Kadar getah pinus yang terdiri atas 3 taraf:
B1 = kadar getah pinus 0% (tanpa getah pinus)
B2 = kadar getah pinus 5%
Model matematis untuk rancangan faktorial menurut Gaspertz (1991) sebagai berikut:
Yij = μ + αi + βj + (αβ)ij + Єij
Dengan,
Yij = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari
faktor B).
Μ = Nilai tengah populasi (rata-rata yang sesungguhnya)
αi = Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A.
βj = Pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor B.
(αβ)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B.
Єij = Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-j yang memperoleh
kombinasi ij.
Data diolah dengan sidik ragam yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
perlakuan yang diberikan. Untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing
perlakuan pada berbagai perbedaan komposisi, maka dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) sebagai berikut:
BNJ = ω = qα (p,n2). SY
23
Dimana:
ω = Nilai uji Tukey
qα = Nilai tabel Tukey
p = Jumlah perlakuan
n2 = Derajat bebas galat
SY = √{(KT Galat) / r}
Dimana r = Jumlah ulangan
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Kadar Air
Hasil pengamatan besarnya kadar air briket arang cangkang pangi yang diberi
perekat dengan 3 komposisi 8%, 12%, dan 16% serta penambahan getah pinus 0%
dan 5% disajikan pada Lampiran 1.1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai kadar
air berkisar antara 3,09 – 7,53 %. Rata – rata nilai kadar air briket arang cangkang
pangi tersebut disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Rata- rata Kadar Air Briket Arang Cangkang Pangi
No. Perlakuan Rerata (%)
1 A1B1 3,451
2 A1B2 5,644
3 A2B1 5,271
4 A2B2 6,010
5 A3B1 6,391
6 A3B2 7,146
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa penambahan perekat yang lebih
banyak dan penambahan getah pinus mempengaruhi kadar air briket menjadi lebih
tinggi dari nilai kadar air rata-rata arang cangkang pangi (Lasore, 2007 dalam
Achmad, 2008), yaitu 5,91%.
Untuk mengetahui pengaruh perlakukan 3 komposisi perekat dan penambahan
getah pinus terhadap kadar air briket arang cangkang pangi dilakukan analisa sidik
ragam yang disajikan pada Lampiran 2.1 menunjukkan bahwa perlakuan yang
25
diberikan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air briket arang cangkang pangi.
Untuk lebih jelas dapat diliat pengaruh perlakuan yang terdapat pada Gambar 2
Diagram rerata nilai kadar air.
Gambar 2. Diagram Rerata Nilai Kadar Air.
Untuk hasil lanjutnya perlu dilakukan uji nyata jujur (BNJ) untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap kadar air pada briket arang cangkang pangi disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji BNJ untuk Nilai Kadar Air Briket Arang Cangkang Pangi.
No. Perlakuan Rerata (%) BNJ; 0,05 ω (2,270)
1 A1B1 3,451 a
2 A2B1 5,271 ab
3 A1B2 5,644 ab
4 A2B2 6,010 b
5 A3B1 6,391 b
6 A3B2 7,146 b
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata.
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
3,451
5,644 5,271
6,010 6,391
7,146
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Kadar Air (%)
Rerata (%)
26
Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan A1B1 memberikan hasil
berbeda nyata dengan A2B1 dan A1B2 tetapi keduanya tidak berbeda nyata,
sedangkan keduanya juga berbeda nyata dengan A2B2, A3B1 dan A3B2. Nilai kadar
air yang diperoleh memenuhi SNI 01-6235-2000 yaitu maksimum 8% dan standar
BPPK yaitu 7,57%.
Nilai kadar air briket arang cangkang pangi yang diperoleh menunjukkan
kecenderungan dengan bertambahnya perekat dan pemberian getah pinus.
Peningkatan jumlah kadar pati menyebabkan jumlah gugus hidroksil bebas dalam
briket arang juga meningkat sehingga kemampuan briket arang cangkang pangi
dalam mengikat air juga cenderung meningkat.
Kadar air yang tinggi pada briket arang akan menyebabkan penurunan
kualitas briket arang yang digunakan menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Margono dkk. (2000) yang menyatakan bahwa kualitas perekat tapioka sangat
ditentukan oleh kadar air pada briket arang.
4.2.Kadar Zat Menguap (Volatile)
Hasil pengukuran besarnya kadar zat menguap briket arang cangkang pangi
yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12%, dan 16% serta penambahan getah
pinus 0% dan 5% disajikan pada Lampiran 1.2. Hasil tersebut menunjukkan nilai
kadar zat menguap pada briket arang cangkang pangi berkisar antara 20,34 – 29,48
%. Rata – rata nilai kadar zat menguap briket arang cangkang pangi tersebut disajikan
pada Tabel 4.
27
Tabel 4. Hasil Perhitungan Rata- rata Kadar Zat Menguap Briket Arang Cangkang
Pangi
No. Perlakuan Rerata (%)
1 A1B1 20,67
2 A1B2 22,69
3 A2B1 24,27
4 A2B2 26,27
5 A3B1 27,60
6 A3B2 29,15
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
Berdasarkan data Tabel 4 menunjukkan briket arang cangkang pangi yaitu
20,67%, 22,69%, 24,27%, 26,27%, 27,60%, 29,15% lebih rendah dari nilai kadar zat
menguap rata-rata arang cangkang pangi menurut (Ahmad, 2008), yaitu 33,60%.
Untuk mengetahui pengaruh perlakukan 3 komposisi perekat dan penambahan
getah pinus terhadap kadar zat menguap briket arang cangkang pangi dilakukan
analisa sidik ragam yang disajikan pada Lampiran 2.2 menunjukkan bahwa perlakuan
yang diberikan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar zat menguap briket arang
cangkang pangi, hal ini menunjukkan kualitas briket arang sangat berpengaruh
terhadap nilai kadar zat menguapnya untuk kualitas briket arang yang dimana nilai
penguapan yang lebih sedikit dengan kualitas yang lebih baik. Untuk lebih jelasnya
dapat diliat pengaruh perlakuan yang terdapat pada Gambar 3 diagram rerata nilai
kadar zat menguap.
28
Gambar 3. Diagram Rerata Nilai Kadar Zat Menguap.
Untuk hasil lanjutnya perlu dilakukan uji nyata jujur (BNJ) untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap kadar zat menguap pada briket arang cangkang pangi
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji BNJ untuk Nilai Kadar Zat Menguap Briket Arang Cangkang
Pangi.
No. Perlakuan Rerata (%) BNJ; 0,05
ω (1,814)
1 A1B1 20,67 a
2 A1B2 22,69 b
3 A2B1 24,27 bc
4 A2B2 26,27 d
5 A3B1 27,60 d
6 A3B2 29,15 e
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata.
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
20,67 22,69
24,27 26,27 27,60
29,15
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Kadar Zat Menguap (%)
Rerata (%)
29
Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan A2B1 berpengaruh nyata
terhadap A1B2 dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Nilai kadar zat menguap
yang diperoleh melampaui SNI 01-6235-2000 yaitu maksimum 15% dan standar
BPPK yaitu 16,14%.
Nilai kadar zat menguap briket arang cangkang pangi yang diperoleh
menunjukkan kecenderungan naik dengan bertambahnya perekat dan pemberian
getah pinus. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah unsur-unsur hidrogen dan
oksigen akibat penambahan pati dalam briket arang sehingga kadar zat menguap juga
cenderung meningkat.
Tinggi rendahnya kadar zat menguap briket arang diduga selain dipengaruhi
oleh kandungan zat ekstraksi dan kesempurnaan proses karbonisasi juga dipengaruhi
oleh waktu dan pada proses pengarangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhayati
(1983) dalam Rustini (2004) yang menyatakan bahwa semakin rendah suhu dan
waktu pengarangan maka semakin sedikit zat mudah menguap yang terbuang,
sehingga pada saat pengujian kadar zat mudah menguap akan diperoleh kadar zat
mudah menguap yang tinggi. Sedangkan pada briket arang diharapkan memiliki
kadar zat mudah menguap yang serendah mungkin.
4.3.Kadar Abu
Hasil pengamatan besarnya kadar abu briket arang cangkang pangi yang
diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12%, dan 16% serta penambahan getah pinus
0% dan 5% disajikan pada Lampiran 1.3. Hasil tersebut menunjukkan nilai kadar abu
30
berkisar antara 1,99 – 2,72 %. Rata – rata nilai kadar abu briket arang cangkang pangi
tersebut disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Rata- rata Kadar Abu Briket Arang Cangkang Pangi
No. Perlakuan Rerata (%)
1 A1B1 2,01
2 A1B2 2,25
3 A2B1 2,48
4 A2B2 2,71
5 A3B1 2,48
6 A3B2 2,71
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan nilai kadar abu semakin meningkat dengan
penambahan prekat dan getah pinusnya dan dari nilai rata –rata nilai kadar abu lebih
rendah dari nilai kadar abu rata-rata arang cangkang pangi (Lasore, 2007 dalam
Achmad, 2008) yaitu 4,49 %.
Untuk mengetahui pengaruh perlakukan 3 komposisi perekat dan penambahan
getah pinus terhadap kadar abu briket arang cangkang pangi dilakukan analisa sidik
ragam yang disajikan pada Lampiran 2.3 menunjukkan bahwa perlakuan yang
diberikan berpengaruh tindak nyata terhadap kadar abu briket arang cangkang pangi.
Untuk lebih jelasnya dapat diliat pengaruh perlakuan yang terdapat pada Gambar 4
diagram rerata nilai kadar abu.
31
Gambar 4. Diagram Rerata Nilai Kadar Abu.
Penelitian ini menunjukkan kadar abu tidak dipengaruhi oleh perekat dan
penambahan getah pinus. Hal ini dsebabkan oleh penambahan perekat tapioka dari
ekstraksi ampas ubi kayu (pati) tidak menyebabkan perubahan kandungan mineral
yang terdapat pada briket arang. Hal ini sesuai dengan pendapat Martawijaya, dkk
(1981) yanng menyatakan bahwa kadar abu menunjukkan banyaknya kandungan
mineral – mineral terutama unsur – unsur logam dalam bahan. Abu merupakan bagian
dari proses pembakaran yang tidak memiliki unsur karbon lagi. Unsur utama abu
adalah silika dan pengaruhnya kurang baik terhadap nilai karbon yang dihasilkan.
Semakin rendah kadar abu maka semakin baik terhadap nilai kalor briket arang.
2,01 2,25
2,48 2,71
2,48 2,71
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Kadar Abu (%)
Rerata (%)
32
4.4.Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon)
Hasil pengamatan besarnya kadar karbon terikat briket arang cangkang pangi
yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12%, dan 16% serta penambahan getah
pinus 0% dan 5% disajikan pada Lampiran 1.4. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
nilai kadar karbon terikat berkisar antara 67,70 – 77,67 %. Rata – rata nilai kadar
karbon terikat briket arang cangkang pangi tersebut disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Rata- rata Kadar Karbon Terikat Briket Arang Cangkang
Pangi
No. Perlakuan Rerata
1 A1B1 77,32
2 A1B2 75,07
3 A2B1 73,25
4 A2B2 71,03
5 A3B1 69,92
6 A3B2 68,14
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai karbon terikat cenderung menurun
dengan nilai tertinggi pada perlakuan A1B1 serta nilai terendah ditemukan pada
perlakuan A3B2.
Untuk mengetahui pengaruh perlakukan 3 komposisi perekat dan penambahan
getah pinus terhadap kadar karbon terikat briket arang cangkang pangi dilakukan
analisa sidik ragam yang disajikan pada Lampiran B.4. Hasil analisa sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh sangat nyata terhadap
33
kadar karbon terikat briket arang cangkang pangi. Untuk lebih jelasnya dapat diliat
pengaruh perlakuan yang terdapat pada Gambar 5 diagram rerata nilai kadar karbon
terikat.
Gambar 5. Diagram Rerata Nilai Kadar Karbon Terikat.
Untuk hasil lanjutnya perlu dilakukan uji nyata jujur (BNJ) untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap kadar karbon terikat pada briket arang cangkang pangi
disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Uji BNJ untuk Nilai Kadar Karbon Terikat Briket Arang Cangkang
Pangi.
No. Perlakuan Rerata (%) BNJ; 0,05
ω (1,00)
1 A3B2 68,14 a
2 A3B1 69,92 b
3 A2B2 71,03 c
4 A2B1 73,25 d
5 A1B2 75,07 e
6 A1B1 77,32 f
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata.
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
77,32 75,07
73,25 71,03 69,92
68,14
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Kadar Karbon Terikat (%)
Rerata
34
Hasil Uji BNJ menunjukkan nilai karbon terikat pada arang briket cangkang
pangi berpengaruh berbeda nyata antara perlakuan. Nilai karbon terikat lebih rendah
dari standar BPPK yaitu minimal 78,35%.
Nilai kadar karbon terikat briket arang yang diperoleh menunjukkan
keenderungan turun dengan bertambahnya jumlah perekat dan penambahan getah
pinus. Penambahan jumlah perekat akan cenderung menyebabkan peningkatan kadar
zat mudah menguap sehingga mengakibatkan kadar karbon terikat pada briket arang
cangkang pangi cenderung menurun.
Kadar karbon terikat akan bernilai tinggi apabila nilai kadar abu dan kadar zat
menguap briket arang rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, nilai kadar
karbon terikat tertinggi pada perekat 8 % tanpa penambahan getah pinus dengan rata
– rata 77, 32 %. Sedang nilai kadar karbon terikat terendah pada penggunaan perekat
12% dengan penambahan getah pinus dengan nilai rata – rata 68,14 %. Hal ini
didukung oleh Abidin (1973) dalam Masturin (2002) yang menyatakan bahwa
semakin tinggi kadar karbon terikat pada arang kayu maka menandakan arang
tersebut adalah arang yang baik.
4.5.Kerapatan
Hasil pengamatan besarnya kerapatan briket arang cangkang pangi yang
diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12%, dan 16% serta penambahan getah pinus
0% dan 5% disajikan pada Lampiran 1.5 menunjukkan nilai kerapatan briket arang
35
cangkang pangi berkisar antara 0,60 – 0,70 gr/cm2 . Rata – rata nilai kerapatan briket
arang cangkang pangi tersebut disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Perhitungan Rata- rata Kerapatan Briket Arang Cangkang Pangi
No. Perlakuan Rerata (gr/cm3)
1 A1B1 0,60
2 A1B2 0,61
3 A2B1 0,62
4 A2B2 0,64
5 A3B1 0,67
6 A3B2 0,70
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
Berdasarkan Tabel 9 data rata-rata nilai kerapatan menunjukkan nilai tertinggi
pada perlakuan pada A3B2 dan nilai terrendahnya ditemukan pada perlakuan A1B1.
Untuk mengetahui pengaruh perlakukan 3 komposisi perekat dan penambahan getah
pinus terhadap kerapatan briket arang cangkang pangi dilakukan analisa sidik ragam
yang disajikan pada Lampiran 2.5. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan yang diberikan berpengaruh sangat nyata terhadap kerapatan briket arang
cangkang pangi. Dengan kerapatan briket arang menunjang proses penyalaan pada
briket arang cangkang pangi bila nilai kerapatannya rendah maka kualitas briket
untuk memudahkan penyalaan akan lebih mudah namun apabila nilainya rendah
maka briket arang cangkang pangi akan sangat rapuh dan mudah pecah maka akan
mempengaruhi keteguhan tekannya. Untuk lebih jelasnya dapat diliat pengaruh
perlakuan yang terdapat pada Gambar 6 diagram rerata nilai kerapatan.
36
Gambar 6. Diagram Rerata Nilai Kerapatan.
Untuk hasil lanjutnya perlu dilakukan uji nyata jujur (BNJ) untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap kerapatan pada briket arang cangkang pangi disajikan
pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Uji BNJ untuk Nilai Kerapatan Briket Arang Cangkang Pangi.
No. Perlakuan Rerata (gr/cm3)
BNJ; 0,05
ω (0,0041)
1 A1B1 0,60 a
2 A1B2 0,61 b
3 A2B1 0,62 c
4 A2B2 0,64 d
5 A3B1 0,67 e
6 A3B2 0,70 f
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata.
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
0,60 0,61
0,62
0,64
0,67
0,70
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Kerapatan (gr/cm3)
Rerata (gr/cm3)
37
Pada Tabel 10 menunjukkan nilai kerapatan briket arang cangkang
berpengaruh berbeda nyata antar perlakuan. Nilai kerapatan briket arang cangkang
pangi memenuhi standar BPPK yaitu 0,4407 g/cm3
Nilai kerapatan briket arang
cangkang pangi yang diperoleh menunjukkan kecenderungan naik dengan
bertambahnya prekat dan penambahan getah pinus. Penambahan perekat dan getah
pinus menyebabkan luas permukaan lingkar partikel briket arang yang diselubungi
oleh prekat dan getah pinus meningkat, sehingga menyebabkan daya rekat (adhesi)
partikel dengan tepung tapioka ektraksi dari ampas ubi kayu dan penambahan getah
pinus meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan kerapatan briket arang cangkang
pangi dihasilkan.
4.6.Keteguhan Tekan
Hasil pengamatan besarnya keteguhan tekan briket arang cangkang pangi
yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12%, dan 16% serta penambahan getah
pinus 0% dan 5% disajikan pada Lampiran 1.6. Hasil ini menunjukkan nilai
keteguhan tekan berkisar antara 3,15 – 7,19 kg/cm3
. Rata – rata nilai kerapatan briket
arang cangkang pangi tersebut disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Perhitungan Rata- rata Keteguhan Tekan Briket Arang Cangkang
Pangi
No. Perlakuan Rerata (kg/cm2)
1 A1B1 3,45
2 A1B2 4,86
3 A2B1 5,87
38
4 A2B2 6,33
5 A3B1 6,55
6 A3B2 7,05
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
Data pada Tabel 11 menunjukkan nilai keteguhan tekan nilai tertinggi pada
perlakuan pada A3B2 dan nilai terendahnya ditemukan pada perlakuan A1B1 yang
dimana perlakuan dengan perekat lebih banyak memiliki nilai keteguhan tekan yang
semakin tinggi karena memiliki daya rekat yang sangat kuat.
Untuk mengetahui pengaruh perlakukan 3 komposisi perekat dan penambahan
getah pinus terhadap keteguhan tekan briket arang cangkang pangi dilakukan analisa
sidik ragam yang disajikan pada Lampiran 2.6. Hasil analisa sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh sangat nyata terhadap
keteguhan tekan briket arang cangkang pangi. Dapat mengetahui lebih jelasnya
dengan melihat pengaruh perlakuan yang terdapat pada Gambar 7 diagram rerata nilai
keteguhan tekan.
39
Gambar 7. Diagram Rerata Nilai Keteguhan Tekan.
Untuk hasil lanjutnya perlu dilakukan uji nyata jujur (BNJ) untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap keteguhan tekan pada briket arang cangkang pangi
disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Uji BNJ untuk Nilai Keteguhan Tekan Briket Arang Cangkang Pangi.
No. Perlakuan Rerata (kg/cm2)
BNJ; 0,05
ω (0,668)
1 A1B1 3,38 a
2 A1B2 4,86 b
3 A2B1 5,87 c
4 A2B2 6,34 cd
5 A3B1 6,55 d
6 A3B2 7,05 e
Keterangan: Huruf yang tidak sama berbeda nyata.
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
3,38
4,86
5,87 6,34 6,55
7,05
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Keteguhan Tekan (kg/cm2)
Rerata (kg/cm2)
40
Data pada Tabel 12 menunjukkan nilai hasil BNJ bahwa perlakuan A2B2
berpengaruh nyata dengan perlakuan A3B1 sedang keduanya tidak berpengaruh nyata
dengan perlakuan lainnya.
Nilai keteguhan tekan briket arang cangkang pangi yang diperoleh menunjukkan
kecenderungan meningkat dengan pertambahan perekat dan penambahan getah pinus.
Peningkatan jumlah perekat akan menyebabkan kerapatan briket arang cenderung
meningkat sehingga menyebabkan keteguhan tekan briket arang yang dihasilkan juga
meningkat. Hal ini didukung oleh pernyataan Pari et al. (1990) dalam Triono (2006)
yang menyatakan bahwa penambahan kadar perekat akan menambah daya ikat antara
perekat arang pada briket.
4.7.Penyalaan Awal
Hasil pengamatan besarnya penyalaan awal briket arang cangkang pangi yang diberi
perekat dengan 3 komposisi 8%, 12%, dan 16% serta penambahan getah pinus 0%
dan 5% disajikan pada Lampiran 1.7. Hasil yang diperoleh dari uji penyalaan awal
berkisar antara 34 – 147 detik. Rata – rata nilai kerapatan briket arang cangkang
pangi tersebut disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Perhitungan Rata- rata Penyalaan Awal Briket Arang Cangkang
Pangi
No. Perlakuan Rerata (detik)
1 A1B1 133
2 A1B2 51
3 A2B1 126
41
4 A2B2 41
5 A3B1 84
6 A3B2 42
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
Pada Tabel 13 menunjukkan nilai tertinggi pada perlakuan A1B1 dengan
tanpa penambahan getah pinus dan terendah A2B2 dengan penambahan getah pinus.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian getah pinus berpengaruh dengan kecepatan
penyalaan awal.
Untuk mengetahui pengaruh perlakukan 3 komposisi perekat dan penambahan
getah pinus terhadap penyalaan awal briket arang cangkang pangi dilakukan analisa
sidik ragam yang disajikan pada Lampiran 2.7. Hasil analisa sidik ragam
menunjukkan bahwa antar perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap
penyalaan awal briket arang cangkang pangi. Untuk lebih jelasnya dapat diliat
pengaruh perlakuan yang terdapat pada Gambar 8 diagram rerata nilai penyalaan
awal.
42
Gambar 8. Diagram Rerata Nilai Penyalaan Awal.
Nilai dari penyalaan awal briket arang cangkang pangi dengan perlakuan yang
ditambahan getah pinus cenderung lebih cepat menyala dibanding perlakuan yang
tidak diberi getah pinus hal ini menunjukkan bahwa getah pinus membantu
percepatan dalam proses penyalaan awal briket arang yang pada umumnya perlu
dicelupkan minyak sebelum penyulutan dalam penyalaan terlebih dahulu, karena
didalam getah pinus memiliki zat terpentin yang mudah tersulut api, hal tersebut juga
didukung oleh (Kencanawati dkk, 2017). Berdasarkan penelitian sebelumnya dengan
tektur bahan yang hampir mirip yaitu tempurung kelapa untuk penyalaan awal
mengalami proses yang cukup lama. Hal ini didukung oleh pernyataan (Jamilatun,
2008) cepatnya penyalaan briket batu bara disebabkan oleh kandungan air dalam
briket batu bara. Sedangkan lamanya penyalaan awal pada briket tempurung kelapa
disebabkan oleh bentuknya yang paling kompak, rapat, keras, berat jenisnya paling
133
51
126
41
84
42
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Penyalaan Awal (detik)
Rerata (detik)
43
besar dan kandungan airnya yang masih cukup besar. Namun, hal ini bisa diatasi
dengan pengeringan semaksimal mungkin hingga jumlah kadar air yang minimum.
44
V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Briket arang yang dihasilkan dari bahan arang limbah cangkang pangi dengan
menggunakan perekat tepung tapioka dari ekstraksi ampas ubi kayu dan penambahan
getah pinus. Dengan komposisi dari setiap perlakuan dalam pemberian perekat dan
penambahan getah pinus pada briket arang cangkang pangi menunjukkan nilai kadar
air berkisar 3,09 – 7,15 %, kadar zat menguap 20,34 – 29,48 %, kadar abu 1,99 – 2,27
%, kadar karbon terikat 67,70 – 77,67 %, kerapatan 0,60 – 0,70 g/cm2, keteguhan
tekan 3,15 – 7,19 kg/cm3, dan penyalaan awal 34 – 147 detik.
Pemberian perlakuan yang bervariasi, pemberian perekat tapioka
mempengaruhi jumlah kadar air, kadar zat menguap, kadar abu, kadar karbon terikat,
kerapatan, keteguhan tekan, dan penyalaan awal. Sedangkan pemberian getah pinus
pada briket arang cangkang pangi mempengaruhi kecepatan nyala dan lebih cepat
pula membara pada penyalaan awal briket arang cangkang pangi. Dan kualitas briket
arang cangkang pangi yang dihasilkan dari pengujian beberapa taraf dipengaruhi oleh
kombinasi serta komposisi perekat tapioka dan penambahan getah pinus.
5.2.Saran
Adapun saran untuk penelitian lanjutan pembuatan dan pengujian
karakteristik briket arang cangkang pangi dengan perlakuan pemberian komposisi
perekat dan penambahan getah pinus agar lebih bervariasi lagi untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kualitas briket arang cangkang pangi yang dihasilkan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, K., et al., 1991. Energi dan Listrik Pertanian. JICA. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Achmad, M. 2008. Kualitas Briket Arang Kulit Biji Kepayang (Pangium edule
Reinw) dengan Penggunaan Perekat Tapioka. Jurusan Teknologi Hasil Hutan.
Fakultas Kehutanan. Universitas Negeri Hasanuddin Makassar. Makassar. [Tidak
dipublikasikan].
Arini, D.I.D. 2012. Potensi Pangi (Pangium edule Reinw) Sebagai Bahan Pengawet
Alami dan Prospek Pengembangannya di Sulawesi utara. Info BPK Manado, Vol. 2,
No. 2, Hal. 103 – 113.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994. Pedoman Teknis Pembuatan
Briket Arang. Departemen Kehutanan. Bogor.
Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 01-6235-2000: Briket Arang Kayu. Jakarta.
Budi, U. 2015. Pembuatan dan Karakteristik Briket Arang dari Limbah Tempurung
Kemiri (Aleurites moluccana) dengan Menggunakan variasi Jenis Bhan Prekeat dan
Jumlah Bahan Perekat. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Diah, S. 2009. Karakteristik Briket Arang dari serbuk Gergaji dengan Penambahan
Aranng Cangkang Kelapa Sawit. Universitas Sumatera Utara.
Hasbullah, 2001. Arang Tempurung Kelapa. http://www.risek.go.id. [10 Mei 2019].
Heyne, K.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I dan II. Terjemahan. Badan
Litbang Kehutanan. Cetakan I. Yayasan Sarana Koperasi Keryawan. Departemen
Kehutanan.
Jamilatun, S. 2008. Sifat – Sifat Penyalaan dan Pembakaran Briket Biomassa, Briket
Batubara dan Arang Kayu. Rekayasa Proses, Vol.2, No. 02. Program Studi Teknik
Kimia. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Yogyakarta.
Jungh.& De Vries, 2012. Tanaman Pinus. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kencanawati, C. I. P. K., Sugita, I.K. G., Suardana, N. P. G., & Suyasa, I.W. B.
(2017). Karakteristik dan Analisis Awal Getah Pinus Merkusii (Pine Resin) dengan
Variasi Suhu Pemanasan sebagai Alternatif Resin pada Komposit. In Proceeding
Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XVI (SNTTMXVI).
46
Latifah, H. 1997. Pengaruh Jenis Kayu dan Perekat Terhadap Kualitas Briket
Arang. Skripsi Studi Teknologi Hasil Hutan. Jurusan Kehutanan. Fakultas Pertanian
dan Kehutanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. [Tidak dipublikasikan].
Margono, T., D. Suryati, dan S. Hartinah, 2000. Buku Panduan Teknologi Pangan.
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss
Development Cooperation. Http.//www. warintek.ristek.go.id. [22 Nov 2019].
Martawijaya, A. Dkk. 1981. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Bogor.
Masturin, A. 2002. Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari Campuran Arang
Limbah Gergajian Kayu. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor [Tidak Dipublikasikan].
Nawir, M. 2017. Pemanfaatan Tanaman Pangi (Pangium edule Reinw) Pada Lahan
Agroforestri Desa Watu Toa Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng.
Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar.
Nurhayati, T. 1983. Sifat Arang, Briket Arang dan Alkohol yang Dibuat dari Limbah
Industri Kayu. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan, (165).
Rustini. 2004. Pembuatan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus (Pinus
merkusii Jungh. et de Vr.,) dengan Penambahan Tempurung Kelapa. Skripsi Jurusan
Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sari, R & Suhartati. 2015. Pangi (Pangium edule Reinw) Sebagai Tanaman
Serbaguna dan Sumber Pangan. Info Teknis EBONI Vol. 12 No. 1: 23-37. Balai
Penelitian Kehutanan Makassar. Makassar.
Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian Kayu
Afrika (Maesopsis eminii Engl) dan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen)
dengan Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos nucifera L). Skripsi Departemen
Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
47
Lampiran 1. Hasil Pengamatan.
Lampiran 1.1. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Air (%) Briket Arang Cangkang Pangi.
No. Perlakuan Ulangan
Total Rerata
(%) 1 2 3
1 A1B1 3.09 4.17 3.09 10.35 3.45
2 A1B2 4.17 6.38 6.38 16.93 5.64
3 A2B1 6.38 5.26 4.17 15.81 5.27
4 A2B2 5.26 6.38 6.38 18.03 6.01
5 A3B1 6.38 7.53 5.26 19.17 6.39
6 A3B2 7.53 6.38 7.53 21.44 7.15
Total 32.82 36.11 32.82 101.74 33.91
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
Lampiran 1.2. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Zat Menguap (%) Briket Arang
Cangkang Pangi.
No. Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3
1 A1B1 20.34 21.33 20.34 62.01 20.67
2 A1B2 22.32 23.38 22.36 68.06 22.69
3 A2B1 24.36 25.06 23.40 72.82 24.27
4 A2B2 26.40 27.08 25.32 78.80 26.27
5 A3B1 28.06 28.32 26.42 82.80 27.60
6 A3B2 29.58 29.48 28.38 87.44 29.15
Total 151.06 154.65 146.22 451.93 150.64
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
48
Lampiran 1.3. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Abu (%) Briket Arang Cangkang Pangi.
No. Perlakuan Ulangan
Total Rerata
1 2 3
1 A1B1 1.99 2.06 1.99 6.04 2.01
2 A1B2 2.26 2.23 2.25 6.74 2.25
3 A2B1 2.49 2.47 2.48 7.44 2.48
4 A2B2 2.71 2.69 2.72 8.12 2.71
5 A3B1 2.49 2.46 2.48 7.43 2.48
6 A3B2 2.72 2.70 2.71 8.13 2.71
Total 14.66 14.61 14.63 43.90 14.63
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
Lampiran 1.4. Hasil Pengamatan Nilai Karbon Terikat (%) Briket Arang Cangkang
Pangi.
No. Perlakuan Ulangan
Total Rerata
1 2 3
1 A1B1 77.67 76.61 77.67 231.95 77.32
2 A1B2 75.42 74.39 75.39 225.20 75.07
3 A2B1 73.15 72.47 74.12 219.74 73.25
4 A2B2 70.89 70.23 71.96 213.08 71.03
5 A3B1 69.45 69.22 71.10 209.77 69.92
6 A3B2 67.70 67.82 68.91 204.43 68.14
Total 434.28 430.74 439.15 1304.17 434.72
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
49
Lampiran 1.5. Hasil Pengamatan Nilai Kerapatan (g/cm3) Briket Arang Cangkang
Pangi.
No. Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3
1 A1B1 0.60 0.60 0.61 1.81 0.60
2 A1B2 0.61 0.61 0.62 1.84 0.61
3 A2B1 0.62 0.62 0.63 1.87 0.62
4 A2B2 0.64 0.64 0.65 1.93 0.64
5 A3B1 0.67 0.67 0.67 2.01 0.67
6 A3B2 0.69 0.70 0.70 2.09 0.70
Total 3.83 3.84 3.88 11.55 3.85
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
Lampiran 1.6. Hasil Pengamatan Nilai Keteguhan Tekan (kg/cm2) Briket Arang
Cangkang Pangi.
No. Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3
1 A1B1 3.15 3.45 3.55 10.15 3.38
2 A1B2 4.47 4.98 5.12 14.57 4.86
3 A2B1 5.26 6.17 6.19 17.62 5.87
4 A2B2 6.27 6.38 6.38 19.03 6.34
5 A3B1 6.55 6.43 6.68 19.66 6.55
6 A2B2 7.19 6.82 7.15 21.16 7.05
Total 32.89 34.23 35.07 102.19 34.06
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
50
Lampiran 1.7. Hasil Pengamatan Nilai Penyalaan Awal (detik) Briket Arang
Cangkang Pangi.
No. Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3
1 A1B1 121 141 138 400 133
2 A1B2 62 50 41 153 51
3 A2B1 147 104 127 378 126
4 A2B2 45 34 44 123 41
5 A3B1 104 74 74 252 84
6 A2B2 48 36 41 125 42
Total 527 439 465 1431 477
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
51
Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam.
Lampiran 2.1. Analisis Sidik Ragam Nilai Kadar Air Briket Arang Cangkang Pangi.
SUMBER
KERAGAMAN JK db KT F Hit
F Tabel
5% 1%
P 23.698 5 4.740 5.281 ** 3.11 5.06
A 14.809 2 7.404 8.250 ** 3.89 6.93
B 6.796 1 6.796 7.572 * 4.75 9.33
A*B 2.093 2 1.047 1.166 tn 3.89 6.93
G 10.770 12 0.898
Signifikan pada taraf 1%
Keterangan: *
= berpengaruh nyata **
= berpengaruh sangat nyata
tn = berpengaruh tidak nyata
Lampiran 2.2. Analisis Sidik Ragam Nilai Kadar Zat Menguap Briket Arang
Cangkang Pangi.
SUMBER
KERAGAMAN JK db KT F Hit
F Tabel
5% 1%
P 154.803 5 30.961 54.089 ** 3.11 5.06
A 134.501 2 67.250 117.487 ** 3.89 6.93
B 19.365 1 19.365 33.831 ** 4.75 9.33
A*B 0.937 2 0.469 0.819 tn 3.89 6.93
G 6.869 12 0.572
Signifikan pada taraf 1%
Keterangan: **
= berpengaruh sangat nyata
tn = berpengaruh tidak nyata
52
Lampiran 2.3. Analisis Sidik Ragam Nilai Kadar Abu Briket Arang Cangkang Pangi.
SUMBER
KERAGAMAN JK db KT F Hit
F Tabel
5% 1%
P 1.099 5 0.220 520.632 ** 3.11 5.06
A 0.859 2 0.429 1016.895 ** 3.89 6.93
B 0.240 1 0.240 569.263 ** 4.75 9.33
A*B 0.206 2 0.103 244.416 ** 3.89 6.93
G 0.005 12 0.00042
Signifikan pada taraf 1%
Keterangan: **
= berpengaruh sangat nyata
Lampiran 2.4. Analisis Sidik Ragam Nilai Karbon Terikat Briket Arang Cangkang
Pangi.
SUMBER
KERAGAMAN JK db KT F Hit
F Tabel
5% 1%
P 187.296 5 37.459 214.066 ** 3.11 5.06
A 169.330 2 84.665 483.831 ** 3.89 6.93
B 17.268 1 17.268 98.678 ** 4.75 9.33
A*B 0.698 2 0.349 1.995 tn 3.89 6.93
G 2.100 12 0.175
Signifikan pada taraf 1%
Keterangan: **
= berpengaruh sangat nyata
tn = berpengaruh tidak nyata
53
Lampiran 2.5. Analisis Sidik Ragam Nilai Kerapatan Briket Arang Cangkang Pangi.
SUMBER
KERAGAMAN JK db KT F Hit
F Tabel
5% 1%
P 0.019 5 0.003863 139.080 ** 3.11 5.06
A 0.018 2 0.008750 315.000 ** 3.89 6.93
B 0.002 1 0.001606 57.800 ** 4.75 9.33
A*B 0.00021 2 0.000106 3.800 * 3.89 6.93
G 0.00033 12 0.000028
Signifikan pada taraf 1%
Keterangan: *
= berpengaruh nyata **
= berpengaruh sangat nyata
Lampiran 2.6. Analisis Sidik Ragam Nilai Keteguhan Tekan Briket Arang Cangkang
Pangi.
SUMBER
KERAGAMAN JK db KT F Hit
F Tabel
5% 1%
P 26.330 5 5.266 67.153 ** 3.11 5.06
A 22.655 2 11.328 144.453 ** 3.89 6.93
B 2.824 1 2.824 36.016 ** 4.75 9.33
A*B 0.850 2 0.425 5.421 * 3.89 6.93
G 0.941 12 0.078
Signifikan pada taraf 1%
Keterangan: **
= berpengaruh sangat nyata * = berpengaruh tidak nyata
54
Lampiran 2.7. Analisis Sidik Ragam Nilai Penyalaan Awal Briket Arang Cangkang
Pangi.
SUMBER
KERAGAMAN JK db KT F Hit
F Tabel
5% 1%
P 26419.167 5 5283.833 29.805 ** 3.11 5.06
A 2725.333 2 1362.667 7.687 ** 3.89 6.93
B 21980.056 1 21980.056 123.987 ** 4.75 9.33
A*B 1713.778 2 856.889 4.834 * 3.89 6.93
G 2127.333 12 177.278
Signifikan pada taraf 1%
Keterangan: *
= berpengaruh nyata **
= berpengaruh sangat nyata
55
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 3.1. Alat Pembuatan dan Pengujian Briket Arang
56
Lampiran 3.2. Bahan Pembuatan Briket Arang.
Proses Ektraksi Ampas Ubi Kayu Menjadi Bahan Perekat.
Proses Karbonisasi Arang Briket
57
Buah dan Limbah Cangkang Pangi
Arang Cangkang Pangi
Getah Pinus
58
Lampiran 3.3. Pembuatan dan Pengujian Brket Arang.
Pembuatan Briket Arang Cangkang Pangi
59
Pembuatan Briket Arang Cangkang Pangi
60
Pengujian Briket Arang Cangkang Pang
61
62
63
RIWAYAT HIDUP
Sri Wahyuni Ary Orbani, lahir di Mora I (Mamuju Tengah) 10
Agustus 1997. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara
dan merupakan buah kasih sayang dari pasangan Supardi, S. Pd
dan Muntatik. Adapun jenjang pendidikan yang penulis lalui yaitu
masuk ke SD Inpres Manggala tahun 2003 sampai tahun 2009. Kemudian pada tahun
2009 melanjutkan studi di SMP Negeri 20 Makassar dan tamat pada tahun 2012.
Selanjunya penulis menempuh pendidikan di SMA Negeri 12 Makassar pada tahun
2012 hingga tamat pada tahun 2015. Kemudian penulis berhasil lulus pada tahun
2015 pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian dan melanjutkan pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Makassar pada program strata 1 (S1). Dan pada tahun
2019, akan menyelesaikan masa perkuliahan di Universitas Muhammadiyah
Makassar dengan judul skripsi : “Karakteristik Briket Arang Cangkang Pangi
(Pangium edule Reiwn) dengan Menggunakan Perekat Tepung Tapioka dari Ekstraksi
Ampas Ubi Kayu dan Penambahan Getah Pinus.”
Top Related