Sugeng Purwanto FA 07944
Ferawati Purwaningtyas FA 07945
Lucia Wiwin FA 07952Azatul Shima FA 08231 Suraiya Hani FA 08237
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).
Type sel darah : - sel darah putih : berfungsi sebagai daya
tahan tubuh melawan infeksi - sel darah merah : berfungsi membawa
oxygen kedalam tubuh - platelet : bagian kecil sel darah yang
membantu proses pembekuan darah
Leukemia akut cepat, mematikan, dan memburuk
Leukemia kronis tidak begitu cepat, harapan hidup lebih lama
Berdasarkan jenis sel : Leukemia limfositik akut (LLA) paling sering terjadi pada anak-anak. pada dewasa
(≥65 tahun). Leukemia mielositik akut (LMA) sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak. Leukemia limfositik kronis (LLK) sering diderita oleh orang dewasa (> 55 tahun.),
dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak.
Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa., anak-anak.
Keganasan atau maligna yang muncul dari perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah yang tidak terkontrol.
Mekanisme kontrol seluler normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat adanya perubahan pada kode genetik yang seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan pertubuhan sel dan diferensiasi.
Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat dibandingkan sel normal. Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap dan bertahan hidup lebih lama dibandingkan sel sejenis yang normal
RadiasiLeukemogenikHerediterVirus
Penurunan berat badanMalaiseKelelahanPalpitasiDyspnea Gejala lain : demam, chills,
rigor,kulit memar, nyeri tulang, kejang, sakit kepala, dan diplopia
Diagnosa umum Leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan :
BiopsyPemeriksaan darah(CBC)CT or CAT scanMagnetic Resonance Imaging (MRI)X-ray Ultrasound Spinal tap/lumbar puncture.
Terapi non farmakologi :HSCT (transplantasi stem cell)
a. Autologous :ekstraksi HSC dari pasien dan penyimpanan sel ke dalam freezer kemoterapi dosis tinggi dengan atau tanpa radioterapi Stem cell dikembalikan ke dalam tubuh pasien memperbaiki jaringan yang rusak dan mengembalikan produksi sel darah menjadi normal kembali.b. Allogenic transplantasi stem cell dari pasien donor (sehat) ke pasien resipien (sakit). Syarat pendonor adalah memiliki tipe jaringan (HLA) yang cocok dengan resipien. Sumber stem cell dapat diambil dari umbilical cord blood.
Radioterapi
Alkilator : klorambusil dan siklofosfamid
Antrasiklin : daunorubisin,doksorubisin
Antimetabolit : metotreksate, merkaptopurin
Enzim : asparaginase Produk alamiah : alkaloid vinka,antibiotik
Fase remisiTujuan : membunuh sel-sel tumor dan
menghasilkan perbaikan klinis dan hematologi secara cepat.
Anak-anak : vinkristin, deksametason atau prednisone, dan asparaginase atau pegasparase,
LLA yang berisiko tinggi, ditambahkan antrasiklin.Pasien dewasa :four-drug regimen, yang terdiri
dari antrasiklin (daunorubisin/doksorubisin), vinkristin, asparaginase, dan prednisone
Pasien dewasa diberikan pengobatan yang lebih intensif daripada pengobatan pada anak-anak karena tingginya resiko.
Terapi profilaksisKemoterapi intratekal, irradiasi cranial, dan
metotreksat atau sitarabin i.v. dosis tinggi dapat mengatasi dan mencegah penyakit SSP.
Fase konsolidasiTujuan : menghilangkan penyakit yang tidak terdeteksi agar kondisi pasien tetap baik, terutama untuk anak-anak. Pengobatannya meliputi vinkristin, merkaptopurin, dan metotreksat intratekal.
Fase intensifikasi tertunda/pemeliharaan sementara Tujuan : untuk menjaga perbaikan kondisi dan menurunkan
tokisitas kumulatif. Pengobatan : deksametason, vinkristin, doksorubisin,
pegaspargase, siklofosfamid, tiguanin atau merkaptopurin, sitarabin dosis rendah, dan metotreksat intratekal.
Sedangkan untuk fase pemeliharaan sementara meliputi deksametason, vinkristin, metotreksat tiap minggu, merkaptopurin, dan metotreksat intratekal.
Fase pemeliharaan Tujuan : untuk menghilangkan sisa-sisa sel leukemia dan
memperpanjang durasi kesembuhan. Pengobatannya terdiri dari metotreksat dan merkaptopurin
oral, dengan atau tanpa vinkristin dan kortikosteroid tiap bulan.
Terapi remisiDiberikan sitarabin dengan dosis
100-200 mg/m2 infus secara kontinyu selama 7 hari ditambah dengan antrasiklin (idarubisin atau daunorubisin) selama 3 hari (regimen 7+3). Untuk regimen ini membutuhkan 2 siklus.
Terapi suportifTransfusi darah untuk pasien dengan Hb ≤8 mg/dL
atau dengan gejala anemia atau platelet <10.000/mcL atau adanya tanda-tanda perdarahan.
Pemberian produk darah yang telah diradiasi untuk pasien yang menerima terapi imunosupresif (fludarabin, HSCT).
Berhasilnya terapi ditunjukkan dengan tercapainya respon komplit yang ditandai dengan:
jumlah netrofil absolut >1000/mcLplatelet ≥100.000/mcLtidak ada penyakit ekstramedularespon morfologi-pasien bebas dari transfusi darahrespon sitogenetik-sitogenetik normalrespon molekuler-tidak adanya mutasiJika respon komplit tidak tercapai, maka
dipertimbangkan dilakukan HSCT atau terapi suportif.
Terapi konsolidasi (postremission)
Terapi ini dilakukan setelah respon komplit telah tercapai.
Sitarabin dosis tinggi pada terapi induksi selama 3 jam tiap 12 jam pada hari ke-1, 3, 5 selama 4 kali.
KemoterapiTerapi awal : agen pengkhelat (klorambusil dan
siklofosfamid) atau analog purin, (fludarabine.) Kombinasi klorambusil-siklofosfamid berefek
lebih tinggi dibandingkan penggunaan tunggal.Selain itu, dapat digunakan alemtuzumab yang
lebih banyak digunakan pada pasien yang memiliki resiko yang tinggi.
Kambuh : kombinasi obat, seperti fludarabine dengan siklofosfamid/epirubicin.
Dapat juga dapat digunakan metilprednisolon dosis tinggi (1 g/m2 i.v./p.o. per hari selama 5 hari tiap bulan) selama 12 bulan. Obat ini kontraindikasi pada pasien dengan tukak peptik dan diberikan secara hati-hati pada pasien DM atau gagal jantung.
Transplantasi stem cell transplantasi allogeneic
karena kurang beresponnya kemoterapi yang diberikan (telah mengalami resistensi). Biasanya pada pasien anak-anak dengan LLK yang terus memburuk.
transplantasi autologous pada pasien yang menunjukkan remisi yang komplit atau parsial yang baik dengan kemoterapi dosis tinggi dan irradiasi total.
RadioterapiIrradiasi splenic untuk mengurangi ukuran splenic dan meringankan nyeri abdominal.
Pembedahan (splenektomi) untuk pasien dengan splenomegali masif yang menunjukkan gejala, ataupun refractory cytopenia (karena autoimun atau hipersplenism). Respon : pengurangan gejala karena spenomegali, dan perbaikan cytopenia.
Kemoterapi (lini pertama ) : Imatinib mesilat. Jika berhasil dilanjutkan selama pasien berespon. Jika gagal atau penyakit bertambah buruk, alternatif terapi :transplantasi stem cell allogeneicmeningkatkan dosis imatinib mesilat
hingga 800 mg/haripertimbangkan penggunaan terapi lini
kedua, seperti dasatinib (70 mg 2x sehari), ilotinib (400-600 mg 2x sehari), ataupun interferon-alfa
Monitoring sewaktu terapi
Pemeriksaan fisik harianComplete blood countBiopsi sumsum tulang
dan aspirasi setelah 7-10 pengobatan kemoterapi. Diulang setelah pemulihan hematologik untuk mendokumentasi respon komplit
Koagulasi (PT,PPT,D-dimers, fibrinogen [jika APL])
Kurva suhu
Monitoring setelah terapi
Pemeriksaan fisik rutin setiap lawatan klinik
Complete blood countBiopsi sumsum tulang
dan aspirasi pada interval yang ditentukan untuk mengevaluasi pengobatan yang diterima, dan, jika peripheral blood count abnormal, atau, jika pasien tidak pulih 5 minggu setelah terapi
Leukemia kronisMonitoring terhadap pengobatan Imatinib
pada pasien.Respon hematologi yang komplit
diharapkan diperoleh setelah 3 bulan penggunaan Imatinib
Top Related