Kajian Pustaka1. Pengertian Anemia
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008)
Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah
eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer,
2006)
Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan di
mana level Hb rendah karena kondisi patologis.
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit di mana
kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
2. Tanda-tanda Anemia
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi:
a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan
menjadi pucat.
10
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi tiga
golongan besar yaitu sebagai berikut:
1) Gejala Umum anemia
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome.
Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua
jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di
bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme
kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila
diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:
a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat
beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
c) Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta
rambut tipis dan halus.
2) Gejala Khas Masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut:
a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
b) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
d) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
3) Gejala Akibat Penyakit Dasar
Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul karena
penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi
besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala
seperti pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.
Menurut Yayan Akhyar Israr (2008) anemia pada akhirnya menyebabkan
kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas
dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :
a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang
b. Glositis : iritasi lidah
c. Keilosis : bibir pecah-pecah
d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.
12
3. Penyebab Anemia
Menurut Tarwoto, dkk (2010) adalah:
a. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak
mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan
dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi
b. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan
makanan
c. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khusunya
melalui feses (tinja)
d. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ±1,3
mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya gejala anemia timbul
karena dua hal berikut ini:
a. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa
oleh darah kejaringan.
b. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap Anemia.
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), Anemia Gizi Besi dapat terjadi karena:
a. Kandungan zat besi dari makanan yang di konsumsi tidak mencukupi
kebutuhan
13
1) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan yang berasal
dari hewani (seperti ikan, daging, hati, ayam)
2) Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau tua, yang
walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik
oleh usus.
b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi
1) Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan tubuh akan
zat besi meningkat tajam.
2) Pada masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena zat besi diperlukan
untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan ibu sendiri.
3) Pada penderita menahun seperti TBC.
c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. Perdarahan atau kehilangan
darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita:
1) Kecacingan (terutama cacing tambang), infeksi cacing tambang menyebabkan
perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi terjadi terus menerus yang
mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi.
2) Malaria pada penderita Anemia Gizi Besi, dapat memperberat keadaan
anemianya.
14
3) Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat besi yang ada
dalam darah.
4. Dampak anemia
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), dampak anemia pada remaja putri ialah:
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
c. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
d. Mengakibatkan muka pucat.
Menurut Reksodiputro (2004) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010), komplikasi
dari anemia yaitu: Gagal jantung kongesif; Parestesia; Konfusi kanker; Penyakit
ginjal; Gondok; Gangguan pembentukan heme; Penyakit infeksi kuman;
Thalasemia; Kelainan jantung; Rematoid; Meningitis; Gangguan sistem imun.
Menurut Moore (1997) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010) dampak anemia
pada remaja adalah:
a. Menurunnya produktivitas ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena
tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi
b. Mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan menjadi tidak
sempurna
c. Daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit
15
d. Menurunnya produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot
5. Pencegahan anemia
Menurut Tarwoto, dkk (2010), upaya-upaya untuk mencegah anemia, antara lain
sebagai berikut:
a. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,
ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua,
kacang-kacangan, dan tempe).
b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan nanas.
c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid.
d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan ke dokter
untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), mencegah anemia dengan:
a. Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran
berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
b. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C
(daun katuk, daun singkong, bayam,
16
jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan
penyerapan zat besi dalam usus
c. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah
Darah (TTD)
Menurut Lubis (2008) dalam referensi kesehatan.html, tindakan penting yang
dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain:
a. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang
cukup secara rutin pada usia remaja.
b. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas,
makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam
askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi
minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum
susu pada saat makan.
c. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah
dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1
mg/KgBB/hari.
d. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi
bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat,
multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium.
17
e. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan
pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi.
Menurut De Maeyer (1995) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010),
pencegahan adanya anemia defisiensi zat besi dapat dilakukan dengan tiga
pendekatan dasar yaitu sebagai berikut:
a. Memperkaya makanana pokok dengan zat besi, seperti: hati, sayuran berwarna
hijau dan kacang-kacangan. Zat besi dapat membantu pembentukan hemoglobin
(sel darah merah) yang baru
b. Pemberian suplemen zat besi. Pada saat ini pemerintah mempunyai Program
Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri, untuk mencegah
dan menanggulangi masalah Anemia gizi besi melalui suplementasi zat besi
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran
makanan siap saji (fast food) dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan
siap saji umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan asam folat.
Makanan
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terbanyak baik di Negara
maju maupunNegara yang sedang berkembang. Padahal besimerupakan suatu
unsur terbanyak pada lapisankulit bumi, akantetapi defisiensi besi merupakan
penyebab anemia yang tersering. Hal inidisebabkan tubuh manusia mempunyai
kemampuan terbatas untuk menyerap besi danseringkali tubuh mengalami
kehilangan besi yang berlebihan yang diakibatkan perdarahan (Hoffbrand.AV,
etal, 2005, hal.25-34 dalam kartamihardja, 2008)
Besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin, dengan berkurangnya
besi makasintesa hemoglobin akan berkurang dan mengakibatkan kadar
hemoglobin akan turun. Hemoglobin merupakan unsur yang sangat vital bagi
tubuh manusia, karena kadar hemoglobin yang rendah mempengaruhi
kemampuan menghantarkan O2 yang sangat dibutuhkan oleh seluruh jaringan
tubuh (Kartamihardja, 2008).
Remaja putri lebih rentan terkena anemia karena remaja berada pada masa
pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang lebih tinggitermasuk zat besi.
Adanya siklus menstruasi setiap bulan merupakan salah satu faktor penyebab
remaja putri mudah terkena anemia defisiensi besi. Selain itu, remaja putri
biasanya sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi
konsumsi makan dan banyak pantangan terhadap makanan seperti pada diet
vegetarian(Sediaoetama, 2006).
Pengetahuan remaja putri mengenai anemia defisiensi besi dapat diperoleh
dari berbagai sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja
puteri tentang anemia defisiensi besi mayoritas diperoleh informasi dari media
(elektronik, cetak, internet) (50%), dari guru (25,5%), dari keluarga (16%), dari
petugas kesehatan (7,4%), dan dari teman (1,1%). Hal ini dapat dimaklumi karena
sumber informasi berupa media massa adalah media informasi yang cukup
berkembang dan mudah diakses sehinggan dapat kita lihat bahwa hampir sebagian
masyarakat menggunakan media (elektronik, cetak, internet) sebagai sumber
informasi. Selain itu, guru, keluarga dan teman merupakan orang terdekat bagi
individu untuk mendapatkan informasi.
Senada dengan Notoatmodjo (2005) yang mengatakan bahwa pengetahuan
dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri dan orang lain, dalam kaitannya
dengan hal ini adalah guru, keluarga, teman dan petugas kesehatan.Pengetahuan
sering diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun pengalaman yang diperoleh
dari orang lain, pengetahuan yang baik akan mendorong seseorang untuk
menampilkan sikap yang sesuai dengan pengetahuannya yang telah didapatkan.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa mayoritas remaja putri berpengetahuan
cukup (77,7%). Hal ini disebabkan karena masih kurangnya informasi yang
diperoleh remaja putri tentang anemia defisiensi besi. Hal ini dapat dimaklumi
karena memang di dalam kurikulum sekolah tidak terdapat topik yang membahas
tentang anemia ataupun anemia defisiensi besisecara khusus.
Faktor lain yang menyebabkan hal ini adalah faktor lingkungan dan
pengalaman individu itu sendiri. Lingkungan berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. Pengalaman sebagai sumber
pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan
cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan
masalah yang dihadapi masa lalu. Dari pengalaman individu akan belajar yang
dapat mempengaruhi pengetahuan (Azwar, 2005).
Tanda-tanda Anemia menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda
Anemia meliputi:
a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan
menjadi pucat.
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic
syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul
pada semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun
sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ
target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-
gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:
a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat
beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
c) Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta
rambut tipis dan halus.
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut:
a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
b) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
d) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), Anemia Gizi Besi dapat terjadi
karena:
a. Kandungan zat besi dari makanan yang di konsumsi tidak mencukupi
kebutuhan
1) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan yang berasal
dari hewani (seperti ikan, daging, hati, ayam)
2) Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau tua, yang
walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik
oleh usus.
b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi
1) Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan tubuh akan
zat besi meningkat tajam.
2) Pada penderita menahun seperti TBC.
c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. Perdarahan atau kehilangan
darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita:
1) Kecacingan (terutama cacing tambang), infeksi cacing tambang menyebabkan
perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi terjadi terus menerus yang
mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi.
2) Malaria pada penderita Anemia Gizi Besi, dapat memperberat keadaan
anemianya.
3) Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat besi yang ada
dalam darah.
Menurut Moore (1997) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010) dampak
anemia pada remaja adalah:
a. Menurunnya produktivitas ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena
tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi
b. Mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan menjadi tidak
sempurna
c. Daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit
d. Menurunnya produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot
Menurut De Maeyer (1995) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010),
pencegahan adanya anemia defisiensi zat besi dapat dilakukan dengan tiga
pendekatan dasar yaitu sebagai berikut:
a. Memperkaya makanana pokok dengan zat besi, seperti: hati, sayuran berwarna
hijau dan kacang-kacangan. Zat besi dapat membantu pembentukan hemoglobin
(sel darah merah) yang baru
b. Pemberian suplemen zat besi. Pada saat ini pemerintah mempunyai Program
Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri, untuk mencegah
dan menanggulangi masalah Anemia gizi besi melalui suplementasi zat besi
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran
makanan siap saji (fast food) dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan
siap saji umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan asam folat
Daftar rujukan
Kartamihardja, 2008. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kedokteran (online). Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.(diakses 3 September 2014).
Sediaoetama, A.D. (2006). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi jilid II. Jakarta: Dian Rakyat.
Azwar, S.(2005). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Sitohang. 2012.Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia defisiensi besi
di SMA Negeri 15 Medan. Jurnal Keperawatan (online). Vol 1, No 2. Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah. (diakses 3 September 2014)
Top Related