1
KAJIAN HISTOLOGI GONAD IKAN JANJAN (Pseudapocryptes elongatus) BETINA PADA BULAN NOVEMBER – JANUARI DI MUARA SUNGAI
LAMONG KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
Oleh: YUNI SETYANINGRUM WIJAYANTI
NIM. 135080500111038
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
i
KAJIAN HISTOLOGI GONAD IKAN JANJAN (Pseudapocryptes elongatus) BETINA PADA BULAN NOVEMBER – JANUARI DI MUARA SUNGAI
LAMONG KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh: YUNI SETYANINGRUM WIJAYANTI
NIM. 135080500111038
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
ii
iii
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul : KAJIAN HISTOLOGI GONAD IKAN JANJAN
(Pseudapocryptes elongatus) BETINA PADA BULAN
NOVEMBER – JANUARI DI MUARA SUNGAI LAMONG
KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR
Nama Mahasiswa : YUNI SETYANINGRUM WIJAYANTI
NIM : 135080500111038
Program Studi : Budidaya Perairan
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : DR. IR. MAHENO SRI WIDODO, MS
Pembimbing 2 : IR. M. RASYID FADHOLI, M.Si
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Dosen Penguji 1 : DR. IR. AGOES SOEPRIJANTO, MS
Dosen Penguji 2 : DR. YUNITA MAIMUNAH, S.PI, M.Sc
Tanggal Ujian : 12 Mei 2017
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini adalah hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Maret 2017
Mahasiswa
Yuni Setyaningrum Wijayanti
v
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis sadari laporan ini tidak akan selesai tanpa dukungan moril dan
materil dari semua pihak. Dengan kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya pada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Maheno Sri Widodo, MS selaku dosen pembimbing 1 dan
Bapak Ir. M. Rasyid Fadholi, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan motivasi, arahan, serta bimbingan kepada penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Agoes Soeprijanto, MS selaku dosen penguji 1 dan Ibu Dr.
Yunita Maimunah, S.Pi, M.Sc selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan
arahan dan saran kepada penulis.
4. Orangtua tercinta, Ibu Martini Sulistyowati dan Alm. Bapak Maryanto yang
tidak pernah putus memberikan dukungan baik secara moril dan materil,
do’a, serta nasihat pada penulis.
5. Saudaraku yang luar biasa, Mbak Sari dan Mbak Yanti atas motivasi serta
tantangan-tantangan yang diberikan sehingga penulis terus terpacu untuk
melakukan yang terbaik.
6. Ibu Fani Fariedah S.Pi, MP, Bapak Udin, Bapak Anto, Bapak Yit, Bapak
Isharul, Bapak Umar, Ryan Dharmawan, Cafu Oliviera Tjipto yang telah
membantu pelaksanaan penelitian baik di laboratorium maupun di lapang.
7. Teman baik penulis: Tara, Rani, Olivia, Fitri, Okta, Destina, Sera, Lintang,
Mifta, Vina, Nanda yang telah bersedia memberikan saran dan
mendengarkan keluh kesah penulis setiap saat.
8. Erwin Prasetyo Wijanarko yang telah bersedia memberikan waktu yang tidak
dapat kembali dihidupnya untuk membantu, menemani, dan memberikan
semangat kepada penulis.
vii
9. Aqua GT dan pihak-pihak lainnya yang telah berkontribusi membantu dalam
penelitian.
10. Janjan Squad: Rory Sera Ayudya, Anggi Octari Putri, Erwin Prasetyo
Wijanarko, Stefanus Hallasaputra yang telah memberikan bantuan selama
penelitian.
Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Penulis berharap
skripsi yang telah tersusun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Malang, 20 Maret 2017
Mahasiswa
Yuni Setyaningrum Wijayanti
viii
RINGKASAN
YUNI SETYANINGRUM WIJAYANTI. Kajian Histologi Gonad Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) Betina pada Bulan November – Januari di Muara Sungai Lamong Kabupaten Gresik, Jawa Timur. (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Maheno Sri Widodo, MS dan Ir. M. Rasyid Fadholi, M.Si).
Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) merupakan salah satu ikan liar yang dapat ditemukan di muara Sungai Lamong, Desa Sidorukun, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Maraknya kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat diduga telah menyebabkan menurunnya populasi ikan Janjan (P. elongatus) sehingga keberadaannya semakin sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, kegiatan budidaya merupakan upaya yang tepat untuk menjaga eksistensi ikan ini mengingat rasa dagingnya yang cukup lezat, gurih dan harganya yang cukup menjanjikan. Dalam melakukan kegiatan budidaya perlu adanya pengetahuan mengenai reproduksi bagi suatu populasi atau spesies. Tingkat kematangan gonad dapat digunakan sebagai alat penduga status reproduksi ikan, ukuran, dan umur pada saat pertama kali matang gonad. Namun, hingga saat ini belum banyak penelitian tentang aspek reproduksi yang digunakan sebagai kajian terhadap perkembangan dan kelestarian ikan Janjan (P. elongatus).
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 November 2016 sampai 31
Januari 2017 di Muara Sungai Lamong, Desa Manyar Sidorukun, Kecamatan
Manyar, Kabupaten Gresik dan Laboratorium Reproduksi Ikan divisi Budidaya
Ikan, Universitas Brawijaya, Malang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui aspek reproduksi (TKG, IKG, dan fekunditas) serta untuk mengetahui
tingkat kematangan gonad ditinjau dari histologi gonad ikan Janjan (P. elongatus)
betina di sungai Lamong pada bulan tersebut. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan parameter utama tingkat
kematangan gonad, persentase indeks kematangan gonad, kondisi histologi
gonad dan fekunditas ikan Janjan betina. Parameter penunjangnya adalah kualitas
air di muara Sungai Lamong.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kematangan gonad yang
ditemukan selama penelitian yakni TKG 2, TKG 3, TKG 4, dan TKG 5. Tingkat
kematangan gonad ikan Janjan betina pada bulan November 2016 adalah TKG 2,
TKG 3, TKG 4, dan TKG 5. Bulan Desember 2016 ditemukan TKG 2, TKG 3, TKG
4, dan TKG 5. Bulan Januari 2017 ditemukan TKG 2, TKG 3, dan TKG 4. Selama
pengamatan, puncak pemijahan ikan Janjan terjadi pada bulan November 2016.
Nilai persentase IKG selama bulan November 2016 sampai Januari 2017 tertinggi
sebesar 0,7500% pada pengamatan ketiga (30 November 2016) dan terendah
sebesar 0,0298% pada pengamatan keempat (15 Desember 2016). Fekunditas
ikan Janjan betina berkisar 68.334 butir – 255.460 butir. Hasil pengamatan
histologi gonad menunjukkan bahwa pada TKG 2 terdapat oogonium dan sebagian
besar terdapat oosit primer, pada tahap TKG 3 menunjukkan jumlah oosit primer
semakin berkurang dan oosit sekunder tampak mendominasi, sedangkan sampel
histologi ovarium pada tahap TKG 4 dan TKG 5 tidak ditemukan. Hasil pengukuran
kualitas air antara lain: suhu berkisar 27 ˚C – 31,5˚C, salinitas berkisar 7 – 29 ppt,
pH berkisar 6,46 – 8,21, dan DO berkisar 1,8 – 4,8 ppm.
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan ridhoNya sehingga penulis
bisa menyajikan skripsi yang berjudul Kajian Histologi Gonad Ikan Janjan
(Pseudapocryptes elongatus) Betina pada Bulan November – Januari di Muara
Sungai Lamong Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Di dalam laporan ini disajikan
pokok-pokok bahasan yang meliputi pengamatan tingkat kematangan gonad,
persentase indeks kematangan gonad, kondisi histologi gonad, dan fekunditas
ikan Janjan betina.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan laporan.
Maka dari itu, kritik dan saran dibutuhkan oleh penulis demi memperbaiki laporan
berikutnya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Malang, Maret 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
IDENTITAS TIM PENGUJI .................................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ..........................................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................................vi
RINGKASAN ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 3 1.3 Tujuan ...................................................................................................... 5 1.4 Kegunaan ............................................................................................... 5 1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 5
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Janjan ........................................................ 6 2.2 Habitat dan Penyebaran ........................................................................... 7 2.3 Ovarium ................................................................................................... 8 2.4 Histologi Gonad ........................................................................................ 9 2.5 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ........................................................ 12 2.6 Indeks Kematangan Gonad (IKG) .......................................................... 15 2.7 Fekunditas .............................................................................................. 16 2.8 Kualitas Air ............................................................................................. 17
2.8.1 Suhu .............................................................................................. 17 2.8.2 Salinitas ......................................................................................... 17 2.8.3 Oksigen Terlarut ............................................................................ 18 2.8.4 pH ................................................................................................. 18
xi
3. METODE PENELITIAN ................................................................................. 20 3.1 Metode Penelitian ................................................................................... 20 3.2 Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 20
3.2.1 Alat Penelitian ............................................................................... 20 3.2.2 Bahan Penelitian ........................................................................... 21
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................. 22 3.3.1 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel Ikan Janjan
(P. elongatus) ................................................................................ 22 3.3.2 Pengambilan Sampel Ikan Janjan (P. elongatus) ........................... 22 3.3.3 Pengukuran Morfometrik ............................................................... 23 3.3.4 Pengambilan Gonad Ikan dan Pengawetan Sampel ...................... 23 3.3.5 Pembuatan Preparat Histologi Gonad ........................................... 24
a. Fiksasi ....................................................................................... 24 b. Dehidrasi ................................................................................... 24 c. Penjernihan (Clearing) ............................................................... 24 d. Penanaman Sampel (Embedding) dan Pembuatan Blok (Blocking) ................................................................................. 24 e. Pengirisan (Sectioning) dan Peletakan pada Gelas Objek ......... 25 f. Pewarnaan (Staining) dan Penutupan ....................................... 25
3.3.6 Penentuan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ............................. 27 3.3.7 Penentuan Indeks Kematangan Gonad (IKG) ................................ 27 3.3.8 Penentuan Fekunditas ................................................................... 27 3.3.9 Pengamatan Kualitas Air ............................................................... 28
a. Suhu .......................................................................................... 28 b. Salinitas .................................................................................... 29 c. DO (Dissolved oxygen) .............................................................. 29 d. pH ............................................................................................. 29
3.4 Analisa Data ............................................................................................ 30 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 31
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................... 31 4.2 Morfologi dan Anatomi Ikan Janjan (P. elongatus) ................................. 32 4.3 Histologi Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina ................................. 33 4.4 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ........................................................ 41 4.5 Nilai Persentase Indeks Kematangan Gonad (%IKG) Ikan Janjan
(P. elongatus) Betina .............................................................................. 46 4.6 Fekunditas ............................................................................................. 48 4.7 Kualitas Air di Lokasi Penelitian ............................................................. 51
a. Suhu ................................................................................................. 51 b. Salinitas............................................................................................ 51 c. Oksigen Terlarut (DO) ...................................................................... 52 d. pH .................................................................................................... 53
5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 54
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 54 5.2 Saran ..................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 56 DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. 60 LAMPIRAN ........................................................................................................ 61
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) ................................................... 6 2. Bagian ovarium Denio rerio (Genten et al., 2009) ....................................... 10 3. Tahapan Perkembangan Ovarium (OECD, 2015) ....................................... 11 4. Siklus Reproduksi dan Tahap Kematangan Gonad pada mudskipper
P. papilio dari Laguna Lagos, Nigeria (Lawson, 2010) ................................ 15 5. Peta Lokasi Pengambilan Sampel .............................................................. 31 6. Anatomi Ikan Janjan (P. elongatus) Betina ................................................. 32 7. Jumlah Oosit Primer dan Oosit Sekunder ................................................... 35
8. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina dengan Perbesaran 400x. a. TKG 2 b. TKG 3 ..................................................... 36
9. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada bulan
November 2016 dengan Perbesaran 400x ................................................. 38
10. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada bulan Desember 2016 dengan Perbesaran 400x ................................................. 39
11. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada bulan
Januari 2017 dengan Perbesaran 400x Grafik Persentase Jumlah Tingkat Kematangan Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina ............ 40
12. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina di Muara
sungai Lamong, Kabupaten Gresik, Jawa Timur Grafik Rata-rata Persentase IKG Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada Bulan November 2016 – Januari 2017 ................................................................................... 42
13. Grafik Persentase Jumlah Tingkat Kematangan Gonad Ikan Janjan
(P. elongatus) Betina .................................................................................. 44
14. Grafik Rata-rata Persentase IKG Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada Bulan November 2016 – Januari 2017 ........................................................ 47
15. Hubungan Panjang Total dan Fekunditas ................................................... 49
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tingkat Kematangan Gonad Menurut Kesteven .......................................... 13
2. Tingkat Kematangan Gonad Paracpocryptes serperaster ........................... 14 3. Jumlah Sampel Ikan Janjan (P. elongatus) Berdasarkan Jenis Kelamin
Selama Penelitian ....................................................................................... 33
4. Jumlah Oosit Primer dan Oosit Sekunder pada Sampel Ikan Janjan Betina pada Bulan November 2016 – Januari 2017 .................................... 34
5. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan Kisaran Persentase Indeks Kematangan Gonad (IKG) Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada Bulan November 2016 – Januari 2017 ........................................................ 43
6. Nilai Rata-Rata Indeks Kematangan Gonad (%IKG) Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada Bulan November 2016 – Januari 2017 ............. 46
7. Hasil Perhitungan fekunditas ikan Janjan (P. elongatus) ............................. 48
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lokasi Pengambilan Sampel ........................................................................ 62
2. Tingkat Kematangan Gonad Mudskipper Periophthalmus barbarus Menurut Udo et al., (2016) ......................................................................................... 63
3. Data Hasil Pengamatan Morfometrik ............................................................ 64
4. Data Klimatologi Harian Kabupaten Gresik, Jawa Timur Periode Bulan November 2016 – Januari 2017 ......................................................... 72
5. Perhitungan Fekunditas ............................................................................... 75
6. Hasil Pengukuran Kualitas Air ...................................................................... 77
7. Telur Ikan Parapocryptes serperaster .......................................................... 78
8. Diagram Alur Penelitian ............................................................................... 79
9. Dokumentasi Alat dan Bahan ....................................................................... 87
10. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 91
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar
dan kecil dengan jumlah kurang lebih 17.504 pulau. Luas negara Indonesia
mencapai 7,7 juta km2 dimana tiga per empat wilayah Indonesia adalah laut seluas
5,9 juta km2 dengan garis pantai sebesar 95.161 km. Nilai tersebut mengantarkan
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua
setelah Kanada. Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi (Lasabuda, 2013).
Keanekeragaman ikan di Indonesia sangat melimpah. Menurut KKP (2015),
Jumlah ikan di Indonesia diperkirakan mencapai 8.000 jenis ikan yang diantaranya
terdiri dari 5.500 – 6.000 jenis ikan air laut, 800 jenis ikan air payau, dan selebihnya
1.300 jenis merupakan ikan air tawar. Keanekaragaman ikan di perairan Indonesia
telah memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat sekitar baik secara
langsung maupun tidak langsung. Masyarakat melakukan penangkapan ikan-ikan
liar yang hidup di perairan umum sebagai sumber penghasilannya. Pemanfaatan
sumberdaya ikan yang berlebih seringkali tidak memperhatikan kelestariannya.
Hal ini mendorong beberapa jenis ikan mulai mengalami kelangkaan.
Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) merupakan salah satu ikan liar
yang dapat ditemukan di muara Sungai Lamong, Desa Sidorukun, Kecamatan
Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Maraknya kegiatan penangkapan yang
dilakukan oleh masyarakat diduga telah menyebabkan menurunnya populasi ikan
Janjan (P. elongatus) sehingga keberadaannya semakin sulit untuk didapatkan.
Menurut Bucholtz et al. (2009), ikan Janjan (P. elongatus) termasuk dalam famili
Gobiidae dan sub famili Oxudercinae, atau sering dikenal sebagai mudskipper.
Ikan Janjan (P. elongatus) dapat ditemukan di kanal dan muara sungai di seluruh
2
Asia Tengara. Ikan ini memiliki cita rasa yang lezat dan memiliki nilai ekonomis
yang baik. Di Vietnam, ikan Janjan (P. elongatus) banyak ditangkap oleh
masyarakat untuk dijadikan sebagai bahan pangan. Terbatasnya ketersediaan
ikan ini di alam merupakan kendala yang serius, sehingga perlu dilakukan
budidaya untuk menjaga kelestariannya.
Pemilihan jenis ikan yang akan dibudidayakan secara komersial perlu
memperhatikan nilai ekonomis, kesukaan masyarakat, kecepatan pertumbuhan,
daya tahan ikan terhadap perubahan lingkungan dan gangguan hama-penyakit,
rasa daging ikan, ikan yang dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi, dan bibit
ikan yang mudah diperoleh (Cahyono, 2001). Ikan Janjan (P. elongatus) dapat
dikategorikan sebagai ikan yang memiliki potensi baik untuk dijadikan sebagai ikan
konsumsi. Oleh karena itu, budidaya merupakan upaya yang tepat untuk menjaga
eksistensi ikan ini mengingat rasa dagingnya yang cukup lezat, gurih dan harganya
yang cukup menjanjikan. Biasanya, nelayan di Sungai Lamong menjual hasil
tangkapan ikan Janjan (P. elongatus) sebesar Rp. 20.000,-/kg. Harga ikan Janjan
(P. elongatus) tidak kalah saing dengan ikan tawar seperti ikan mujaer yang
mencapai Rp. 28.000,-/kg di pasaran.
Menurut Patriono et al. (2010), aspek penting untuk melakukan upaya
pengelolaan dan menjaga kelestarian ikan adalah mengetahui aspek reproduksi
yang merupakan aspek dasar biologi ikan. Informasi aspek reproduksi memiliki
keterkaitan utama dengan keberlangsungan hidup ikan dalam suatu habitat.
Keberhasilan reproduksi ikan akan menunjukkan kelangsungan populasi ikan
tersebut dalam lingkungan ikan tersebut. Selanjutnya, menurut Mariskha dan
Abdulgani (2012), untuk mendapatkan pengetahuan tentang siklus reproduksi bagi
suatu populasi atau spesies, tingkat kematangan gonad dapat digunakan sebagai
alat penduga status reproduksi ikan, ukuran, dan umur pada saat pertama kali
matang gonad.
3
Menurut Effendie (2002), pengamatan tingkat kematangan gonad dapat
dilakukan dengan dua cara yakni pengamatan histologi dan pengamatan secara
umum morfologi gonad. Dari penelitian histologi akan diketahui anatomi
perkembangan gonad yang lebih jelas dan mendetail. Sedangkan hasil
pengamatan secara morfologi tidak mendapatkan gambaran sedetail
menggunakan pengamatan histologi, namun cara ini bayak digunakan oleh
banyak peneliti. Padahal dalam perkembangan gonad, selain perkembangan
morfologi gonad, di dalamnya terdapat perkembangan telur yang sejalan dengan
perkembangan berat gonad.
Menurut Than dan Zin (2014), meskipun analisis histologi gonad mahal dan
memakan waktu yang lama, metode ini merupakan teknik yang akurat untuk
menentukan tingkat perkembangan gonad. Pengamatan histologi gonad sangat
berguna untuk menilai tingkat kematangan gonad ikan. Deskripsi histologi struktur
gonad merupakan hal yang penting dalam memahami reproduksi. Periode
pemijahan suatu jenis ikan ditentukan dari perubahan yang terjadi di dalam gonad
dalam satu tahun. Pengamatan makroskopik atau observasi histologi gonad
(metode kualitatif) dan evaluasi diameter oosit (metode kuantitatif) merupakan
metode yang paling umum digunakan untuk memahami perkembangan gonad.
Namun, hingga saat ini belum banyak penelitian tentang aspek reproduksi
yang digunakan sebagai kajian terhadap perkembangan dan kelestarian ikan
Janjan (P. elongatus). Oleh karena itu perlu adanya inventarisasi data mengenai
status reproduksi ikan Janjan (P. elongatus) betina berdasarkan pengamatan
histologi gonad pada bulan November 2016 hingga Januari 2017.
1.2 Perumusan Masalah
Ikan Janjan (P. elongatus) merupakan salah satu ikan liar yang ditemukan di
muara Sungai Lamong, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Saat ini, keberadaan ikan
4
Janjan mulai sulit untuk didapatkan akibat maraknya kegiatan penangkapan yang
kurang memperhatikan kelestarian ikan oleh masyarakat sekitar. Oleh karena itu,
upaya pengelolaan sangat diperlukan untuk menjamin kelestariannya. Kegiatan
budidaya merupakan alternatif yang tepat untuk menjaga eksistensi ikan Janjan.
Aspek penting untuk melakukan upaya pengelolaan dan menjaga kelestarian ikan
adalah mengetahui aspek reproduksi yang merupakan aspek dasar biologi ikan.
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang siklus reproduksi, tingkat kematangan
gonad digunakan sebagai alat penduga status reproduksi ikan.
Pengamatan tingkat kematangan gonad dapat dilakukan dengan dua cara
yakni pengamatan histologi dan pengamatan morfologi. Dari penelitian histologi
akan diketahui anatomi perkembangan gonad yang lebih jelas dan mendetail.
Pengamatan histologi gonad sangat berguna untuk menilai tingkat kematangan
gonad ikan. Deskripsi histologi struktur gonad merupakan hal yang penting dalam
memahami reproduksi. Namun, hingga saat ini belum banyak penelitian yang
mengarah pada aspek reproduksi ikan Janjan yang dapat digunakan sebagai
dasar acuan pengembangan dan kelestarian ikan ini. Oleh karena itu perlu adanya
invetarisasi data mengenai status reproduksi ikan Janjan (P. elongatus) betina
berdasarkan pengamatan histologi gonad pada Bulan November 2016 – Januari
2017.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kematangan gonad ikan Janjan (P. elongatus) betina di
muara Sungai Lamong, Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada bulan
November 2016 hingga Januari 2017 jika ditinjau dari histologi gonadnya?
2. Bagaimana aspek reproduksi (TKG, IKG, dan fekunditas) ikan Janjan
(P. elongatus) betina di muara Sungai Lamong, Kabupaten Gresik, Jawa
Timur pada bulan November 2016 hingga Januari 2017?
5
1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat kematangan gonad ikan Janjan (P. elongatus) betina di
sungai Lamong ditinjau dari histologi gonadnya pada bulan November 2016
hingga Januari 2017.
2. Mengetahui berbagai aspek reproduksi (TKG, IKG, dan fekunditas) ikan
Janjan (P. elongatus) betina di sungai Lamong pada bulan November 2016
hingga Januari 2017.
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status reproduksi
ditinjau dari histologi gonad ikan Janjan (P. elongatus) betina yang ditangkap di
muara sungai Lamong Kabupaten Gresik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi pada masyarakat mengenai aspek reproduksi ikan Janjan
(P. elongatus) pada bulan November 2016 – Januari 2017 serta dapat dijadikan
sebagai dasar acuan pengembangan budidaya ikan Janjan (P. elongatus)
khususnya di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Muara Sungai Lamong Desa Manyar Sidorukun
Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, Jawa Timur dan Laboratorium Budidaya
Ikan divisi Reproduksi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang. Analisa uji histologi gonad dilakukan di Laboratorium Anatomi
Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan November 2016 hingga Januari 2017.
6
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Janjan Menurut Park (2003), klasifikasi ikan Janjan (P. elongatus) (Gambar 1)
adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Gobiidae
Subfamili : Oxudercinae
Jenis : Pseudapocryptes
Spesies : Pseudapocryptes elongatus
Nama lokal : Ikan Janjan (Gresik), ikan Gobi (umum)
Gambar 1. Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) (Park, 2003)
Menurut Yokouchi et al. (2016), ikan Janjan (P. elongatus) merupakan ikan
goby yang termasuk dalam sub famili Oxudercinae. Ikan goby Oxudercinae
termasuk genus amfibi yang tinggi yang biasa dikenal sebagai mudskipper.
P. elongatus memiliki kapasitas untuk menghirup udara melalui insang,
buccopharyngeal yang dimodifikasi, epitel opercular, serta melalui kulitnya.
Meskipun demikian, ikan ini tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup
7
dalam jangka waktu pendek untuk keluar dari air. Ikan ini memiliki bentuk tubuh
yang ramping. Letak anterior dari sirip punggung kedua dan sirip anal berada di
bagian tengah-tengah tubuh ikan ini. Kemudian di bagian dasar sirip analnya
terdapat satu baris melanophore.
Menurut Khaironizam dan Rashid (2000), P. elongatus merupakan
mudskipper yang paling sering menghabiskan waktunya di air. Sirip D1 dan D2
dihubungkan dengan suatu membran bening dan memiliki garis tipis kehitaman
yang berakhir menjadi titik hitam yang lebih besar. Sirip D2 dan anal terpisah dari
sirip ekor. Sirip ventral (sirip perut dan anal) memiliki warna agak kekuningan.
Pada ukuran kecil (SL: 30 – 45 mm), ikan ini memiliki warna biru keabu-abuan di
bagian kepala dan badannya. Spesies ini dibedakan oleh tubuh memanjang
dengan warna latar belakang coklat kehijauan dan hitam, diagonal, permukaan
kulit seperti bercak di bagian punggung.
2.2 Habitat dan Penyebaran
P. elongatus memiliki habitat di daerah muara yang berlumpur dan zona
pasang surut di sungai India, Cina, dan Delta Mekong di Vietnam. P. elongatus
merupakan salah satu ikan dari 34 spesies dari sub famili Oxudercinae yang
terdistribusi dari Afrika Timur ke Afrika Barat, pulau-pulau di Pasifik Selatan, dan
Australia Selatan. Mudskipper termasuk ikan eurihaline, menghirup udara, dan
spesies amfibi yang hidup di area berlumpur dengan kondisi lingkungan yang
ekstrim (Minh et al., 2010).
Mudskipper hidup di perairan payau hinga air laut, di rawa-rawa dan muara,
di lumpur, di habitat intertidal dan di ekosistem mangrove. Secara global,
mudskipper terdistribusi pada ekosistem mangrove yang berlumpur mulai dari
Afrika, Madagaskar, Bengal (India), Asia Tenggara, Australia Utara, Cina
Tenggara, Selatan Jepang, Samoa dan Kepulauan Tonga, Arab Saudi, Bay of
8
Kuwait di wilayah Teluk Arab, Polynesia dan Pulau Hoga di Indonesia. Namun,
kekayaan spesies tertinggi dilaporkan berada di wilayah pantai di Asia Tenggara,
Australia dan New Guinea (Ansari et al., 2014).
2.3 Ovarium
Reproduksi merupakan kemampuan suatu organisme untuk menghasilkan
keturunan demi melestarikan jenisnya. Tidak semua organisme dapat
meghasilkan keturunan. Meskipun demikian, kegiatan reproduksi akan
berlangsung pada sebagian besar makhluk hidup yang ada di bumi. Kegiatan
reproduksi pada ikan berbeda tergantung pada kondisi lingkungan. Ada yang
berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun (Fujaya, 2004). Organ
tubuh yang berfungsi untuk menghasilkan sel gamet (spermatozoa dan oosit)
adalah gonad.
Morfologi ovarium yang telah matang sangat bervariasi, tetapi perbedaan
tersebut hanyalah bersifat sederhana dan secara garis besar hanya menyangkut
jumlah dan ukuran kandungan kuning telurnya. Hal ini pada gilirannya merupakan
fungsi dari stadia reproduksi yang mana berhubungan erat dengan cara reproduksi
dari suatu spesies dan tingkat ketergantungan anak-anaknya pada nutrien dari
induknya (Sjafei et al., 1992).
Tipe ovarium menurut Nagahama (1983) dalam Kordi dan Tamsil (2010)
yaitu: ovarium sinkron atau serempak yang memiliki perkembangan ovariumnya
secara bersamaan, keluar bersamaan dan sesudah itu mati; ovarium sinkron
sebagian yang memiliki lebih dari dua kelompok oosit pada tahap
perkembangannya (umumnya dimiliki ikan yang memijah satu kali setahun dan
musimnya relatif pendek); asinkronis (metakrom) yang memiliki oosit pada semua
tingkatan perkembangan (ditemukan pada ikan yang memijah dalam waktu dan
musim yang panjang).
9
2.4 Histologi Gonad
Histologi merupakan disiplin biologi yang melibatkan pemeriksaan
mikroskopis jaringan yang telah diwarnai untuk dipelajari strukturnya dan
menghubungkannya dengan fungsinya (Genten et al., 2009). Menurut Pratiwi dan
Manan (2015), histologi adalah ilmu yang mempelajari mikro-anatomi, yaitu ilmu
yang mempelajari tentang sel suatu organ atau bagian tubuh dengan bantuan
mikroskop secara cermat dan rinci. Usaha atau cara untuk dapat mengamati,
mempelajari dan meneliti jaringan-jaringan tertentu dari suatu organisme dapat
ditempuh dengan jalan penyiapan spesimen histologi.
Di dalam proses reproduksi, ikan terus mengalami perubahan
perkembangan gonad. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua
cara, yakni pengamatan histologi dan pengamatan morfologi (Effendie, 2002).
Pengamatan perubahan perkembangan gonad dengan mengamatan histologi
lebih rinci sehingga dapat memberikan gambaran yang baik mengenai status
reproduksi ikan.
Menurut Lawson (2011), studi histologis merupakan metode yang cukup
sulit. Namun studi histologis sangat penting untuk dipahami terutama dalam sistem
reproduksi. Studi histologi merupakan metode yang paling akurat untuk
menentukan keadaan atau status reproduksi ikan. Dengan melakukan
pengamatan kematangan gonad pada suatu spesies ikan maka dapat memberikan
pengetahuan dasar tentang sistem reproduksi ikan tersebut dan dapat menjadi alat
yang berguna untuk aplikasi lebih lanjut.
Menurut Genten et al. (2009), melalui pengamatan histologi ovarium dapat
menunjukkan telur pada berbagai tahap perkembangan. Selama siklus ovarium,
oosit dapat dibedakan atas 5 hingga 6 tahapan berdasarkan karakteristik utama
pertumbuhan oosit. Namun, fase utama dari perkembangan telur antara lain: fase
previtellogenik, fase vitellogenik, dan fase pematangan oosit.
10
Menurut Genten et al. (2009), selama fase previtellogeneik, oosit
menunjukkan ooplasma (bersifat basofil kuat) yang homogen. Nuklei mengandung
banyak (lebih dari 20) nukleolus, seringkali ditemukan di samping membran
nuklear. Oosit dikelilingi oleh satu lapisan sel folikel skuamosa. Seiring dengan
pertumbuhan oosit, ukuran nukleus juga meningkat dan kortikal alveoli terdeteksi
pada ooplasma, struktur bola ini tampak kosong. Alveoli kortikal semakin
meningkat jumlahnya menjadi deretan perifer. Penampakan butiran kuning
(protein) dan vakuola lemak dalam ooplasma mendefinisikan oosit vitellogenik
yang mencapai ukuran maksimalnya pada akhir tahap ini. Sitoplasma mulai terisi
dengan yolk sphere, granules atau globules. Struktur ini menjaga keutuhannya
sepanjang pertumbuhan oosit, tanpa menyatu menjadi massa kuning cair yang
terus-menerus. Ooplasma tampak lebih pucat. Membran nuklear menunjukkan
bentuk yang tidak beraturan.
Gambar 2. Bagian ovarium Denio rerio yang mengandung oosit previtelogenik gelap (1), oosit vitellogenik awal (2) oosit yang hampir matang (3). Tanda panah menunjukkan penampang melintang melalui usus halus. Seperti testis, indung telur tertutup dalam jaringan ikat fibrosa yang disebut tunica albuginea (4). (Genten et al., 2009).
11
Awal tahap matang (matang) ditunjukkan oleh perifer nukleus (germinal
vesicle) yang bermigrasi ke arah animal pole dan pembubaran membran nukleus.
Setelah tahap akhir oogenesis, oosit matang dilepaskan ke dalam lumen ovarium.
Tahap akhir ini sulit diikuti karena penyusutan dan distorsi sel ini selama proses
normal. Ovarium yang dihabiskan terdiri dari folikel atretik (degenerasi), oosit yang
belum matang dan telur matang yang tidak terabaikan dan sering terlihat merah.
Gambaran ini merupakan indikator yang baik dari ikan-ikan yang baru saja
memijah serta dapat menggambarkan bahwa ikan tersebut telah mencapai tahap
kematangan. Ovarium spent terdiri dari folikel atresi (degenerasi), oosit yang
belum matang dan telur matang yang tidak keluar saat pemijahan dan seringkali
tampak berwarna merah (Genten et al., 2009).
Gambar 3. Tahapan Perkembangan Ovarium. Ovarium dari empat ikan Medaka betina matang gonad. Bar = 100 μm (Tahapan 0 dan 1), 250 μm (Tahapan 2 dan 4) (OECD, 2015).
Menurut Organisation for Economic Coorperation and Development (OECD)
(2015), kriteria untuk menentukan tahapan ovarium (Gambar 3) pada ikan betina
adalah sebagai berikut:
12
Juvenile
Gonad mengandung oogonia, sulit untuk memastikan jenis kelamin pada
individu ini.
Tahap 0 – belum berkembang
Seluruh telur berada dalam fase belum matang (oogonia hingga oosit
perinuklear), tidak terdapat kortikal alveoli.
Tahap 1 – awal perkembangan
Sebagian besar (90%) adalah folikel previtellogenik.
Tahap 2 – perkembangan
Separuh folikel terdiri atas vitellogenik awal dan vitellogenik.
Tahap 3 –perkembangan akhir
Mayoritas adalah folikel yang sedang berkembang dan vitellogenik akhir.
Tahap 4 – perkembangan akhir/ terhidrasi
Mayoritas terdiri atas vitellogenik akhir dan vitellogenik matang atau folikel
pemijahan (memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan tahap 3).
Tahap 5 – post ovulasi
Sebagian besar didominasi oleh folikel pemijahan, sisa-sia sel theca dan
granulosa.
2.5 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Setiap spesies ikan memiliki fase perkembangan gonad yang berbeda-beda.
Tingkat kematangan gonad perlu diketahui untuk mengetahui status reproduksi
ikan. Dengan melakukan pengamatan tingkat kematangan gonad, maka
didapatkan informasi apakah ikan tersebut akan melakukan reproduksi atau tidak.
Semakin tinggi tingkat kematangan gonad maka ukuran, bobot, dan diameter telur
akan semakin besar pula. Menurut Effendie (2002), pengamatan kematangan
gonad dilakukan dengan dua cara, yakni pengamatan histologi dan pengamatan
13
morfologi. Dari hasil penelitian histologi, anatomi gonad akan didapatkan lebih
jelas dan mendetail. Sedangkan dari hasil pengamatan morfologi, penilaian tingkat
kematangan gonad kurang mendetail dan subyektif. Dasar acuan yang dipakai
untuk menentukan tingkat kematangan gonad adalah bentuk, ukuran panjang dan
berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat.
Secara umum, pembagian tingkat kematangan gonad menurut Kesteven
dalam Effendie (2002) disajikan pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Tingkat Kematangan Gonad Menurut Kesteven dalam Effendie (2002)
TKG Fase Ciri-ciri
I Dara Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung. Testes dan ovarium tampak transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-abu. Telur tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
II Dara berkembang
Testes dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.
III Perkembangan I Testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad kira-kira setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk putih.
IV Perkembangan II
Testes berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada sperma jika perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur dapat jelas dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi kira-kira dua per tiga ruang bawah.
V Bunting Organ seksual mengisi ruang bawah. Testes berwarna putih, keluar tetesan sperma apabila ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari padanya jernih dan masak.
VI Mijah Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan di perut. Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal di dalam ovarium.
VII Mijah/Salin Gonad belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bulat telur.
VIII Salin Testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.
IX Pulih salin Testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu, sampai merah.
14
Pada penelitian yang dilakukan oleh Quang et al. (2015), tingkat
perkembangan gonad Parapocryptes serperaster (termasuk ikan gobii) disajikan
pada Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad Parapocryptes serperaster (Quang et al., 2015)
Tahap Ciri
I Ovarium yang terhubung oleh jaringan ikat dan tidak mudah untuk membedakan dari testis. Ovarium terdiri atas sel germinal, oogonium dan oosit primer
II Ovarium berwarna kekuningan, memiliki lebar 1 mm dan berisi pembuluh darah yang menonjol. Tekstur permukaan ovarium halus dan seragam. Ovarium terdapat oosit primer, sel germinal dan oogonium.
III Ovarium menjadi transparan dan terlihat telur berwarna oranye-kuning. Permukaan ovarium ditutupi dengan pembuluh darah yang menonjol, tetapi ovarium kiri sedikit lebih besar dibandingkan yang kanan.
IV Ovarium terdapat telur keputihan kecil di ujung posterior, dan pembuluh darah di permukaan ovarium yang menonjol. Ovarium terdiri dari banyak oosit pasca-vitellogenik dengan nukleolus di pusat inti.
V Ovarium menjadi buram dan ditutupi oleh membran halus dan tegas, yang mengandung oosit terhidrasi. Oosit pasca-vitellogenik tidak ditemukan, tetapi oogonium tersebar antara oosit vitellogenik primer dan sekunder. Serta tampak oosit matang yang terhidrasi.
VI Ovarium benar-benar habis Menurut Lawson (2010), studi mengenai 7 tingkat kematangan gonad sudah
berkembang dan divalidasi. Tingkat kematangan gonad tersebut dikelompokkan
menjadi 3 fase seperti pada gambar 4. Fase tersebut antara lain (a) fase pre-
spawning (b) fase spawning (c) fase post-spawning. Siklus reproduksi mudskipper
P. papilio dimulai pada fase 1 dan berakhir pada fase 7 dan kembali lagi pada fase
2, atau dari fase pre-spawning menuju fase spawning ke fase post-spawning, dan
kembali lagi ke fase pre-spawning. Teleostei mencapai kematangan gonad pada
berbagai umur tergantung pada spesies, lintang, suhu air, salinitas. Umur, pada
ikan yang hidup dalam kolom air di bawah kondisi lingkungan alam (dalam hal usia
dan musim) mencapai kematangan tergantung pada lintang, semakin selatan
badan air di belahan bumi bagian utara, maka ikan akan matang gonad lebih awal.
15
Faktor lingkungan seperti suhu, penyinaran, pasokan nutrisi, oksigen terlarut,
penyakit atau parasit) dapat mempengaruhi kematangan gonad dan oogenesis
pada ikan.
Gambar 4. Siklus Reproduksi dan Tahap Kematangan Gonad pada mudskipper P. papilio dari Laguna Lagos, Nigeria (Lawson, 2010)
2.6 Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Indeks Kematangan Gonad merupakan nilai dalam persen perbandingan
antara berat gonad dan berat tubuh ikan. Menurut Abubakar et al. (2016), indeks
kematangan gonad diperlukan sebagai salah satu pengukuran aktivitas yang
terjadi di dalam gonad. Sejalan dengan perkembangan gonad, maka bobot
semakin bertambah dan semakin besar hingga mencapai maksimum sesaat
sebelum ikan memijah. Selama pemijahan berlangsung bobot gonad akan
menurun dengan cepat sampai pemijahan selesai.
Menurut Effendie (2002), IKG akan meningkat nilainya dan mencapai batas
maksimum pada saat akan terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai IKG lebih
besar dibandingkan dengan ikan jantan. Setelah diketahui nilai IKGnya, maka nilai
ini dihubungkan dengan TKG yang ditentukan berdasarkan pengamatan visual
16
morfologi tingkat kematangan gonad. Dengan perbandingan tersebut, maka akan
tampak suatu hubungan antara perkembangan di dalam maupun di luar gonad.
2.7 Fekunditas
Fekunditas merupakan salah satu aspek reproduksi yang penting untuk
dipahami. Dengan mengetahui fekunditas suatu spesies, maka secara tidak
langsung kita dapat memperkirakan jumlah anak yang akan dihasilkan dalam umur
tertentu. Menurut Nikolsky (1963) dalam Effendie (2002), jumlah telur yang
terdapat dalam ovari ikan dinyatakan sebagai fekunditas individu, fekunditas
mutlak, dan fekunditas total. Dalam memperhitungkan fekunditas, telur dengan
ukuran yang berbeda harus diikutsertakan dan masing-masing mendapatkan
kesempatan yang sama. Oleh karena itu, telur harus diambil dari beberapa bagian
ovari. Fekunditas individu merupakan jumlah telur dari generasi tahun tersebut
yang akan dikeluarkan pada tahun itu juga. Fekunditas relatif merupakan jumlah
telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas total merupakan jumlah telur yang
dihasilkan selama ikan hidup.
Umumnya terdapat hubungan antara fekunditas dengan ukuran berat,
panjang, umur, dan cara penjagaan (parental care) serta ukuran telur. Semakin
berat dan panjang tubuh ikan serta semakin tua umurnya maka fekunditas
semakin tinggi pula. Ikan-ikan yang tidak menjaga telurnya memiliki fekunditas
yang tinggi. Begitupula sebaliknya, ikan yang menjaga telurnya memiliki nilai
fekunditas yang rendah. Ikan yang memiliki ukuran butiran telur kecil memiliki
kecenderungan fekunditas yang tinggi (Kordi dan Tamsil, 2010).
Menurut Dinh et al. (2015), fekunditas ikan berhubungan dengan ukuran telur
dan digunakan untuk memperkirakan pemulihan ikan dan kelimpahannya di alam,
serta memberikan informasi tentang ukuran ikan pada saat pertama kali matang
gonad yang bermanfaat dalam manajemen ketersediaan ikan di alam. Fekunditas
17
ikan gobii sangat bervariasi pada letak geografis yang berbeda. Fekunditas juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti polusi.
2.8 Kualitas Air
Air sebagai media hidup ikan, harus memiliki kriteria yang cocok bagi
kehidupan ikan. Menurut Monalisa dan Minggawati (2010), kualitas air dapat
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan makhluk hidup di air. Kualitas air
merupakan faktor pembatas terhadap biota perairan.
2.8.1 Suhu
Faktor penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan
hidup ikan adalah kualitas air terutama suhu. Suhu dapat berpengaruh pada
aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi (Kelabora,
2010). Pada suhu yang tinggi, oksigen terlarut diperairan akan berkurang dan
mempengaruhi selera makan ikan. Apabila selera makan ikan berkurang maka
pasokan energi berkurang, dan pada akhirnya akan mempengaruhi
perkembangan gonad ikan itu sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Takushima et al. (2008), menunjukkan bahwa
pada suhu 24°C, ovarium mudksipper (Periopthalmus modestus) dipenuhi oleh
oosit pada vitellogenik dan menunjukkan fase tingkat kematangan. Sedangkan
pada suhu 34°C, GSI menurun pada hari ke 14 pemeliharaan dan terjadi regresi
oosit. Regresi oosit dipercepat pada hari ke 21 dan sebagian besar ovarium terdiri
dari oosit pada tahap perinukleolus.
2.8.2 Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam yang terlarut dalam air. Salinitas air
berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, dan semakin tinggi salinitas akan
semakin besar tekanan osmotiknya yang berpengaruh terhadap biota perairan.
Menurut Latuconsina et al. (2012), setiap jenis ikan memiliki kemampuan yang
18
berbeda untuk beradaptasi dengan salinitas perairan laut, meskipun ada yang
bersifat eurihaline namun sebagian besar bersifat stenohalin.
Menurut Bucholtz et al. (2009), P. elongatus merupakan ikan eurihaline yang
mampu mentoleransi kondisi yang ekstrim. Ikan ini mampu bertahan hidup dan
berperilaku normal pada salinitas di atas 50 ppt. Meskipun demikian, pada salinitas
di atas 50 ppt, kelulushidupannya sangat rendah.
2.8.3 Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan faktor penting dalam kehidupan ikan. Apabila
dalam perairan, ketersediaan oksigen terlarut kurang maka dapat mengganggu
pernapasan ikan. Menurut Sukimin (2007), oksigen terlarut mempunyai peran
yang menentukan kelangsungan hidup organisme akuatik dan untuk
berlangsungnya proses reaksi kimia yang terjadi di dalam badan perairan. Dari
perspektif biologi, kandungan oksigen terlarut di dalam air merupakan salah satu
unsur penentu karakteristik kualitas air yang terpenting dalam lingkungan
kehidupan akuatik.
Menurut Kordi dan Tancung (2007), beberapa jenis ikan mampu bertahan
hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3 ppm, namun konsentrasi
oksigen yang baik untuk kelangsungan hidup ikan adalah 5 ppm. Pada perairan
dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 ppm, beberapa jenis ikan masih mampu
bertahan hidup, akan tetapi nafsu makannya mulai menurun.
2.8.4 pH
Menurut Andayani (2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang
diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = - log (H+). Air murni
terdiri dari ion H+ dan ion OH- dalam jumlah berimbang hingga pH air murni biasa
7. pH didefinisikan sebagai logaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. pH
didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas hidrogen dalam larutan
berpelarut air.
19
Menurut Kordi dan Tancung (2007) nilai pH 6,5 – 9,0 merupakan kisaran pH
optimal bagi pertumbuhan ikan. pH air dapat mempengaruhi tingkat kesuburan
perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan yang asam akan
kurang produktif karena kandungan oksigen terlarutnya rendah, yang berakibat
aktivitas pernafasan ikan meningkat dan nafsu makan menurun.
20
3. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Penelitian ini menggambarkan status reproduksi ikan Janjan (P. elongatus) yang
diambil di muara Sungai Lamong Kabupaten Gresik dengan melakukan survei
secara langsung dan pengamatan ikan. Menurut Budiarto (2003), penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang sederhana tanpa menggunakan
perhitungan-perhitungan statistika yang rumit. Penelitian ini melakukan
pendekatan cross-sectional yang dilakukan untuk menggambarkan suatu kondisi
tanpa menganalisis lebih dalam. Dalam penelitian deskriptif tidak membutuhkan
kelompok kontrol dan hipotesis yang spesifik. Selanjutnya menurut Frick (2008),
metode deskriptif atau penguraian empiris adalah metode penelitian yang
berdasarkan pengalaman baik pengalaman dari peneliti atau pengalaman orang
lain untuk membuktikan hipotesis dengan coba dan ralat (trial dan error).
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yakni jaring mesh size 50 mm
untuk menangkap ikan, jerigen kapasitas 30 liter untuk wadah penyimpanan
sementara ikan, aerator set untuk menyuplai oksigen terlarut, akuarium berukuran
50 cm x 30 cm x 30 cm untuk wadah pemeliharaan sementara sebelum ikan
dibedah, lap basah untuk mengkondisikan ikan agar tidak stres, nampan untuk
meletakkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian. Pengamatan
morfologi ikan menggunakan penggaris untuk mengukur morfologi ikan (total
length, standart length, panjang linea lateralis, dan head length, panjang ekor),
jangka sorong (ketelitian 0,1 mm) untuk mengukur lebar tubuh ikan dan tinggi
21
tubuh ikan, timbangan digital (ketelitian 0,01 g) untuk menimbang berat ikan,
timbangan sartorius dengan ketelitian 0,0001 g untuk menimbang berat gonad
ikan, sectio set untuk membedah ikan, botol film untuk wadah gonad yang
diawetkan.
Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat preparat histologi gonad antara
lain gelas ukur untuk clearing, gelas staining untuk wadah saat pewarnaan,
mikrotom untuk memotong gonad, oven untuk mencairkan parafin, water bath
untuk mengembangkan irisan gonad, baskom untuk wadah air dingin, hot plate
untuk memanaskan cetakan berisi blok parafin, dan pinset untuk membantu
proses penutupan cover glass.
Pengamatan histologi gonad menggunakan mikroskop sebagai alat
pengamatan preparat histologi, kamera untuk dokumentasi, hand tally counter
untuk membantu menghitung jumlah telur ikan, cawan petri untuk wadah sub-
gonad yang dicacah, objek glass dan cover glass untuk menghitung fekunditas,
pipet tetes untuk mengambil sampel sub gonad. Sedangkan pengukuran kualitas
air menggunakan DO meter untuk mengukur oksigen terlarut dalam perairan,
termometer alkohol untuk mengukur suhu perairan, pH meter untuk mengukur
derajat keasaman perairan, salinometer untuk mengukur salinitas perairan.
3.2.2 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Janjan
(P. elongatus) betina yang diamati morfologi dan status reproduksinya, gonad ikan
Janjan (P. elongatus), sampel air di lokasi pengambilan ikan sebagai media
pemeliharaan sementara, formalin 10% sebagai larutan fiksasi gonad, kertas label
sebagai penanda agar sampel tidak tertukar, kertas saring sebagai alas
penimbangan gonad, aquades sebagai larutan kalibrasi alat, tissue untuk
membersihkan alat dan bahan setelah digunakan, plastik untuk membungkus
penutup jerigen agar ikan tidak melompat keluar jerigen, dan karet untuk mengikat
22
plastik. Sedangkan bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat histologi
antara lain: alkohol (alkohol 70%, dan alkohol 90%, dan alkohol absolut) sebagai
larutan yang menghilangkan air dari jaringan, xylol sebagai pelarut parafin yang
terdapat pada jaringan, formalin 10% sebagai larutan fiksasi, larutan hematoxylin
sebagai pemberi warna pada inti dan sitoplasma pada jaringan, larutan eosin
sebagai pemberi warna merah pada sitoplasma sel, dan parafin sebagai media
pembuatan blok preparat gonad.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel Ikan Janjan (P. elongatus) Penentuan lokasi pengambilan sampel ikan Janjan (P. elongatus) dilakukan
dengan pencarian infromasi mengenai keberadaan maupun persebaran ikan
Janjan (P. elongatus) kepada nelayan sekitar lokasi pengambilan sampel sehingga
lokasi yang akan dipilih lebih akurat. Lokasi yang dipilih yaitu di Sungai Lamong,
Desa Sidorukun, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Kemudian,
ditentukan stasiun pengambilan sampel ikan Janjan (P. elongatus). Lokasi
tersebut merupakan tempat nelayan melakukan penangkapan ikan menggunakan
alat tangkap tangkul yang dipasang secara permanen di bagian tepi sungai. Lokasi
stasiun tersebut selanjutnya ditandai dan dicari titik koordinatnya.
3.3.2 Pengambilan Sampel Ikan Janjan (P. elongatus) Pengambilan sampel ikan Janjan (P. elongatus) diambil menggunakan jaring
dengan bantuan nelayan sekitar. Penangkapan menggunakan jaring bertujuan
untuk menjaga kesegaran ikan serta menerapkan sistem penangkapan yang
ramah lingkungan. Pengambilan sampel ikan Janjan (P. elongatus) dilakukan
setiap 2 minggu sekali pada bulan November 2016 hingga bulan Januari 2017.
Ikan Janjan (P. elongatus) ditangkap pada malam hari pukul 00.00 WIB sampai
dengan pukul 05.00 WIB dan dimasukkan ke dalam jerigen berisi air sekitar yang
23
sudah dipasang aerator sebagai sumber oksigen. Pagi harinya, sampel ikan
dibawa ke Laboratorium Budidaya Ikan divisi Reproduksi Ikan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang dan dipindahkan ke akuarium.
Selanjutnya, ikan dibedah dan diamati status reproduksinya berdasarkan histologi
gonadnya.
3.3.3 Pengukuran Morfometrik Pengukuran morfometrik ikan Janjan (P. elongatus) dilakukan berdasarkan
keterangan Hubbs dan Lagler (1964) dalam Burhanuddin (2014). Adapun
pengukuran morfometrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah panjang total
(TL), panjang standar (SL), panjang linea literalis (LL), panjang kepala, panjang
ekor yang diukur menggunakan penggaris dalam satuan centimeter (cm).
Kemudian diukur lebar badan dan tinggi badan dengan menggunakan jangka
sorong dalam satuan centimeter (cm). Pengukuran berat badan ikan
menggunakan timbangan digital ketelitian 0,01 dalam satuan gram (g). Sedangkan
untuk pengukuran volume kepala dihitung menggunakan beaker glass yang berisi
air dalam satuan mililiter (ml).
3.3.4 Pengambilan Gonad Ikan dan Pengawetan Sampel Pengambilan gonad ikan dilakukan dengan membedah ikan pada bagian
abdominal secara vertikal mulai dari lubang anus mengarah ke vertebrae,
kemudian secara horizontal mengarah ke sirip ventral. Setelah bagian perut ikan
terbuka, maka gonad dapat diamati untuk menentukan tingkat kematangan
gonadnya. Gonad diambil dengan memisahkannya dari saluran pencernaan dan
gelembung renang secara perlahan untuk menghindari kerusakan gonad dengan
bantuan sectio set. Kemudian gonad ditimbang dengan timbangan sartorius
ketelitian 0,0001 g beralaskan kertas saring yang telah ditimbang sebelumnya.
Selanjutnya, gonad diletakkan ke dalam botol film berisi formalin 10% hingga
gonad terendam untuk diawetkan.
24
3.3.5 Pembuatan Preparat Histologi Gonad Pembuatan preparat histologi gonad dilakukan berdasarkan metode Mujimin
(2005), berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembuatan preparat histologi
gonad: pengambilan sampel gonad, fiksasi, dehidrasi, clearing, embedding dan
blocking, sectioning dan peletakan pada gelas objek, staining dan penutupan.
a. Fiksasi
Fiksasi dilakukan dengan merendam sampel gonad dengan larutan formalin
10%. Kemudian gonad dimasukkan ke dalam botol film yang sudah berisi larutan
fiksasi dengan perbandingan sampel dan larutan adalah 1:20 dan disimpan
selama 24 jam. Diusahakan, sampel di dalam botol film tidak terjepit agar tidak
merusak jaringan. Setelah 24 jam, sampel dicuci dan diambil dengan air selama
30 menit untuk menghilangkan sisa larutan formalin.
b. Dehidrasi
Sampel yang telah difiksasi selanjutnya dimasukkan ke dalam keranjang
yang berisi 10 buah tissue-tex (kotak jaringan). Kemudian kotak jaringan tersebut
dimasukkan secara berturut-turut (masing-masing selama 45 menit) ke dalam
larutan berikut: Alkohol 70% I, Alkohol 70% II, Alkohol 90% I, Alkohol 90% II,
Alkohol absolut I, Alkohol Absolut II. Setelah selesai, kotak jaringan diangkat dan
ditiriskan.
c. Penjernihan (Clearing)
Sampel gonad yang telah didehidrasi dimasukkan ke dalam larutan Xylol I
dan Xylol II masing-masing selama 45 menit. Setelah selesai, sampel gonad
diangkat dan ditiriskan.
d. Penanaman Sampel (Embedding) dan Pembuatan Blok (Blocking)
Dalam proses penanaman sampel, parafin yang digunakan adalah parafin
cair yang telah dipanaskan menggunakan oven pada suhu 60°C. Keranjang berisi
sampel kemudian dimasukkan ke dalam parafin cair yang telah disiapkan dengan
25
2 kali pengulangan pada parafin I dan parafin II selama 45 menit. Tahapan
selanjutnya adalah tahap pembuatan blok. Pembuatan blok dimulai dengan
memasukkan gelas ukur 100 CC yang berisi parafin ke dalam oven dengan suhu
60°C hingga parafin mencair dan tampak bening. Kemudian hot plate dipanaskan
pada suhu 70°C - 80°C.
Setelah hot plate panas, cetakan disiapkan dan diletakkan di atas hot plate
kemudian dituangi parafin cair. Keranjang berisi sampel dalam parafin cair
dikeluarkan dari oven, tissue tex dipindahkan di atas panci berisi parafin yang
sudah dipanasi di atas hot plate. Selanjutnya tissue tex dibuka, sampel diambil dan
dimasukkan ke dalam cetakan. Tissue tex berisi sampel kemudian diletakkan di
atas cetakan, dan dituangi parafin cair. Setelah beku, hasil blok dimasukkan ke
dalam lemari es untuk mempermudah saat membuka dari cetakan.
e. Pengirisan (Sectioning) dan Peletakan pada Gelas Objek
Blok yang sudah didinginkan dipasang di mikrotom yang sudah diatur
ketebalannya antara 2 – 3 mikron. Untuk mengiris gonad, mikrotom diputar dengan
putaran konstan sampai blok yang berisi sampel gonad teriris. Irisan sampel gonad
yang dipilih adalah irisan gonad yang baik. Selanjutnya irisan tersebut dipindahkan
ke dalam baskom yang berisi air dingin, lalu ditempelkan pada gelas objek yang
telah diberi kode sama dengan blok yang diiris, dan dicelupkan ke dalam air hangat
dalam water bath agar irisan tadi mengembang dan ditiriskan.
f. Pewarnaan (Staining) dan Penutupan
Objek gelas yang berisi potongan yang sudah kering ditempatkan dalam
keranjang, kemudian dimasukkan secara berurutan ke dalam larutan pewarnaan
sebagai berikut:
1. Xylol selama 5 menit
2. Alkohol Absolut selama 1 menit
3. Alkohol 90% selama 1 menit
26
4. Aquades selama 1 menit
5. Hematoxylin selama 4 menit
6. Dicuci dengan air mengalir selama 1 menit
7. Larutan Eosin selama 2 menit
8. Dicuci dengan air mengalir selama 1 menit
9. Alkohol 90% selama 1 menit
10. Alkohol Absolut selama 2 menit
11. Xylol selama 4 menit
Setelah selesai langkah 1 sampai 11, sampel diangkat dan dibersihkan dari
zat warna atau kotoran yang ada pada gelas objek. Media perekat yang dipakai
untuk menempelkan gelas penutup dengan gelas objek adalah entelan.
Penutupan dilakukan secara hati-hati, kemudian diberikan perekat (entelan)
secukupnya dan tidak berlebihan. Gelas objek berisi sampel yang sudah jadi
ditutup dengan gelas penutup.
Gelas objek yang sudah diwarnai dibersihkan dari kotoran dengan tisu,
kemudian diletakkan pada meja datar
Salah satu ujung gelas penutup ditempelkan pada ujung gelas objek dan
ujung lainnya ditahan dengan pinset
Jika sudah menempel, salah satu ujung pinset yang digunakan sebagai
penyangga gelas penutup dilepaskan dengan cara ditarik secara perlahan
menjauhi gelas penutup ke arah ujung yang lain
Gelas penutup diharapkan bersentuhan dengan media perekat dari satu sisi
ke sisi yang lain secara perlahan
Penutupan preparat dilakukan secara hati-hati. Diupayakan, gelas penutup
(cover glass) tidak dijatuhkan di atas media perekat secara tiba-tiba atau terburu-
27
buru karena dapat menimbulkan gelembung udara yang dapat mengganggu
pengamatan preparat.
3.3.6 Penentuan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Pada penelitian ini tingkat kematang gonad ditentukan berdasarkan standar
penentuan tingkat kematangan gonad secara morfologi (Effendie, 2002) dan
penelitian histologi. Pengamatan TKG melalui morfologi meliputi: bentuk dan
ukuran ovarium, bobot ovarium, warna ovarium, dan halus tidaknya ovarium. Hasil
kemudian dibandingkan dengan klasifikasi TKG ikan mudksipper (Periophthalmus
barbarus) menurut Udo et al. (2016) yang dilapirkan pada Lampiran 2. Sedangkan
penilaian tingkat kematangan gonad dengan penelitian histologi diamati
keberadaan oogonia, oosit primer, oosit sekunder, ootid, serta diameter telur.
3.3.7 Penentuan Indeks Kematangan Gonad (IKG) Indeks Kematangan Gonad (IKG) dapat diketahui dengan menimbang bobot
tubuh ikan dan bobot gonad. Bobot ikan ditimbang dengan menggunakan
timbangan digital ketelitian 0,01 dalam satuan gram (g). Sedangkan bobot gonad
dihitung dengan menggunakan timbangan sartorius ketelitian 0,0001 g. Indeks
Kematangan Gonad dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie, 1979)
sebagai berikut:
𝐼𝐾𝐺 = 𝐵𝑔
𝐵𝑡 𝑥 100
Keterangan:
IKG = Indeks Kematangan Gonad
Bg = Berat gonad (g)
Bt = Berat tubuh (g)
3.3.8 Penentuan Fekunditas Sampel gonad ikan Janjan (P. elongatus) yang diperkirakan telah matang
gonad dipilih untuk menghitung fekunditas. Gonad yang telah diawetkan
sebelumnya dikering anginkan dan dicuci menggunakan aquades untuk
28
menghilangkan larutan formalin 10% yang mungkin masih menempel. Sampel
gonad kemudian diletakkan di kertas saring dan dikeringkan selama ± 10 menit.
Selanjutnya, gonad dibagi penjadi tiga bagian yakni bagian ujung, tengah, dan
pangkal gonad. Masing-masing bagian tersebut diambil 3% untuk ditimbang dan
diamati jumlah telurnya. Dalam penelitian ini, perhitungan fekunditas ikan Janjan
(P. elongatus) dilakukan dengan metode gravimetrik yang mengacu pada Effendie
(1979), adapun rumus perhitungan fekunditas yakni sebagai berikut:
𝐹 = 𝐺
𝑄 𝑥 𝑁
Keterangan:
F = Fekunditas (butir)
G = Berat gonad (g)
Q = Berat sub gonad (g)
N = Ʃ telur pada sub gonad (butir)
3.3.9 Pengamatan Kualitas Air Parameter penunjang yang diamati dalam penelitian ini yakni kualitas air.
Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan Janjan (P. elongatus). Secara tidak
langsung, parameter kualitas air dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan
termasuk kegiatan reproduksi. Pengamatan kualitas air dilakukan secara langsung
di lokasi pengambilan sampel yang telah ditetapkan sebelumnya. Parameter
kualitas air yang diamati dalam penelitian ini antara lain suhu, salinitas, DO
(Dissolved Oxygen), pH.
a. Suhu
Suhu perairan diukur dengan menggunakan termometer Hg. Termometer Hg
dimasukkan ke dalam perairan selama ± 1 menit. Diupayakan, termometer Hg
tidak tersentuh oleh tangan pengamat agar tidak terpengaruh oleh suhu tubuh
29
pengamat. Selanjutnya, skala yang ditunjukkan dibaca di dalam air agar tidak
terpengaruh oleh suhu lingkungan. Hasil yang didapatkan kemudian dicatat dan
dianalisis.
b. Salinitas
Salinitas perairan diukur dengan menggunakan salinometer. Sebelum
digunakan, salinometer dikalibrasi terlebih dahulu dengan meneteskan aquades
pada sensor salinometer dan ditekan tombol start hingga hasil muncul pada
monitor. Apabila hasil kalibrasi menunjukkan angka 1 ‰, ditekan tombol zero
hingga muncul angka 0 ‰. Penggunaan salinometer yaitu dengan meneteskan air
sampel pada sensor salinometer dan ditekan tombol start. Hasil pengukuran
salinitas akan muncul beberapa saat pada monitor salinometer dan dicatat sebagai
hasil. Pada saat pengukuran salinitas, diupayakan salinometer tidak terkena
cahaya secara langsung.
c. DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan DO meter. DO meter
dinyalakan dengan menekan tombol power. Sebelum digunakan, DO meter
dikalibrasi dengan meletakkan katoda DO meter pada botol berisi aquades.
Tombol kalibrasi diubah menjadi “%O2”. Setelah monitor menunjukkan angka 19 –
21 %O2, maka DO meter sudah siap untuk digunakan. Kemudian tombol power
ditekan dan tombol kalibrasi diubah menjadi “mg/l”. Selanjutnya, katoda DO meter
dicelupkan ke perairan dan diaduk hingga angka di monitor stabil dan dicatat
sebagai hasil.
d. pH
Derajat keasaman perairan diukur dengan menggunakan pH meter. pH
meter dinyalakan dengan menekan tombol power dan dicelupkan di dalam botol
berisi aquades untuk dikalibrasi. Kemudian tunggu selama ± 2 – 3 menit hingga
angka pada monitor pH meter menunjukkan angka dengan kisaran 6,9 – 7
30
(menunjukkan pH netral). Setelah dikalibrasi, pH meter dicelupkan ke dalam
perairan selama ± 2 – 3 menit hingga menunjukkan angka yang stabil dan dicatat
sebagai hasil.
3.4 Analisis Data
Pada penelitian ini, variabel penelitian yang di amati adalah: pengamatan
morfologi ikan, Tingkat Kematangan Gonad (TKG), Indeks Kematangan Gonad
(IKG), dan fekunditas. Analisis tingkat kematangan gonad dilakukan secara
deskriptif komparatif. Dari hasil pengamatan morfologi akan ditentukan tingkat
kematangan gonad (TKG) yang kemudian dibandingkan dengan hasil
pengamatan histologinya untuk mendapatkan kesimpulan.
31
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penellitian Lokasi penelitian berada di muara Sungai Lamong, Kecamatan Manyar,
Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pengambilan sampel ikan dan air terletak pada
titik koordinat 7o 5’ 25,29038” Lintang Selatan dan 112o 36’ 15,94018” Bujur Timur.
Peta lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Peta Lokasi Pengambilan Sampel (Google Earth, 2017)
Kondisi perairan di lokasi tersebut bersifat payau, berwarna coklat kehijauan,
dan memiliki substrat dasar berlumpur. Lokasi pengambilan sampel ikan Janjan
berdekatan dengan pemukiman warga dan pabrik sehingga menyebabkan warna
perairan berwarna kecoklatan akibat adanya limbah buangan pabrik dan limbah
rumah tangga. Pada bagian tepi sungai Lamong ditumbuhi pohon mangrove.
Lokasi pengambilan sampel ikan merupakan tempat nelayan melakukan
penangkapan ikan menggunakan tangkul yang dipasang permanen. Berdasarkan
hasil wawancara dengan nelayan sekitar, ikan Janjan banyak didapatkan pada
saat pasang sedang tinggi. Selama penelitian, ikan Janjan banyak didapatkan
pada pukul 02.00 WIB – 04.00 WIB.
32
4.2 Morfologi dan Anatomi Ikan Janjan (P. elongatus) Sampel ikan Janjan (P. elongatus) yang ditangkap di muara Sungai Lamong
setiap 2 minggu sekali pada bulan November 2016 hingga Januari 2017. Dari hasil
pengamatan morfologi menunjukkan bahwa ikan Janjan memiliki tubuh yang
ramping dan memanjang. Tubuhnya berwarna coklat kehijauan dengan corak
bintik-bintik kehitaman dibagian punggung serta bagian perutnya berwarna putih.
Ikan ini memiliki sisik sikloid (cycloid). Secara umum, ikan Janjan betina dapat
dibedakan dengan ikan Janjan jantan dengan mengamati morfologi dan anatomi
organ seks ikan Janjan. Anatomi ikan Janjan betina dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Anatomi Ikan Janjan (P. elongatus) Betina: 1. Lubang urinaria
2. Lubang genital 3. Anus 4. Gelembung renang (swim bladder) 5. Hati 6. Pankreas 7. Lemak 8. Lambung 9. Usus 10. Ovarium (Dokumentasi Pribadi, 2017)
Ikan Janjan betina memiliki 3 lubang urogenital yakni lubang urinaria, lubang
genital, dan anus. Ukuran kepala dan bagian perut ikan Janjan betina sedikit lebih
besar dibandingkan dengan ikan Janjan jantan. Corak yang terdapat pada ikan
Janjan betina memanjang hingga linea lateralis. Meskipun demikian, penentuan
jenis kelamin berdasarkan seks dimorfisme ikan Janjan cukup sulit dilakukan
sehingga perlu dilakukan pembedahan. Hal ini sependapat dengan pernyataan
Bucholtz et al. (2009), bahwa seksual dimorfisme P. elongatus betina dan jantan
tidak jauh berbeda. Gonad ikan Janjan terletak di atas gelembung renang (swim
2
10
3
9 1
8
4 5 6
7
33
bladder) dan tertutupi oleh lemak di rongga tubuhnya. Ovarium ikan Janjan
berwarna kekuningan dan berukuran jauh lebih besar dibandingkan dengan testis.
Jumlah ikan Janjan yang didapatkan selama penelitian sebanyak 252 ekor
diantaranya terdapat 120 ekor (48%) betina dan 132 ekor (52%) jantan. Panjang
total ikan Janjan betina berkisar 11,20 cm sampai dengan 19,80 cm. Berat tubuh
ikan Janjan betina berkisar 4,83 g sampai dengan 32,16 g. Sampel yang
didapatkan disetiap pengambilan dibedah untuk mengetahui tingkat kematangan
gonad (TKG) dengan mengamati keadaan morfologi serta ukuran gonad kemudian
dipilih dua sampel secara acak untuk dijadikan preparat histologi. Jumlah sampel
ikan Janjan berdasarkan jenis kelamin selama penelitian disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Sampel Ikan Janjan (P. elongatus) Berdasarkan Jenis Kelamin Selama Penelitian
Waktu Pengamatan Jumlah Individu Total
(ekor) Betina (ekor) Jantan (ekor)
Pertama (1 November 2016) 30 24 54
Kedua (15 November 2016) 23 22 55
Ketiga (30 November 2016) 8 5 13
Keempat (15 Desember 2016) 16 19 35
Kelima (29 Desember 2016) 10 10 20
Keenam (11 Januari 2017) 13 13 26
Ketujuh (26 Januari 2017) 20 39 59
Sumber: Hasil Penelitian
4.3 Histologi Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina
Selain pengamatan secara morfologi dan perhitungan persentase indeks
kematangan gonad (%IKG), salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menentukan tingkat kematangan gonad adalah dengan pengamatan secara
mikroskopis. Pengamatan histologi gonad dapat memberikan penjelasan lebih
dalam mengenai perkembangan yang terjadi di dalam gonad. Pengamatan tingkat
kematangan gonad melalui pengamatan histologi dapat dilihat dari jumlah oosit
primer dan oosit sekunder. Semakin banyak oosit sekunder di dalam gonad
34
menunjukkan bahwa tingkat kematangan gonad semakin matang demikian pula
sebaliknya. Pengamatan histologi gonad ikan Janjan betina dilakukan melalui
beberapa proses. Pertama, ikan Janjan betina dibedah untuk mendapatkan
sampel ovarium. Pembedahan gonad dilakukan secara hati-hati agar tidak
merusak struktur asli gonad serta mendapatkan gambaran asli mengenai histologi
gonad. Kemudian, sampel gonad dilakukan proses fiksasi, embedding, sectioning,
staining, mounting, dan labelling di Laboratorium Anatomi Histologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.
Preparat histologi gonad ikan Janjan betina kemudian diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 400x. Pada penelitian ini pembuatan preparat
histologi sampel gonad ikan Janjan betina dipilih secara acak sebanyak 2 sampel
disetiap pengambilan sampel, dengan total keseluruhan sebanyak 14 sampel.
Selanjutnya, dari hasil preparat histologi gonad dilakukan perhitungan oosit primer
dan sekunder secara kuantitatif. Data jumlah oosit primer dan oosit sekunder pada
tiap sampel disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Oosit Primer dan Oosit Sekunder pada Sampel Ikan Janjan Betina pada Bulan November 2016 – Januari 2017
Pengamatan Ikan Jumlah Oosit Primer Jumlah Oosit
Sekunder
Pertama (1 November 2016)
1 104 343
2 181 111
Kedua (15 November 2016)
1 211 27
2 73 58
Ketiga (30 November 2016)
1 76 20
2 216 13
Keempat (15 Desember 2016)
1 88 3
2 59 1
Kelima (29 Desember 2016)
1 190 54
2 75 51
Keenam (11 Januari 2017)
1 61 32
2 84 42
Ketujuh (26 Januari 2017)
1 33 5
2 19 0 Sumber: Hasil Penelitian
35
Dari data di atas didapatkan grafik jumlah oosit primer dan oosit sekunder
pada ikan Janjan betina pada TKG 2 dan TKG 3 yang disajikan pada Gambar 7 di
bawah ini.
Gambar 7. Jumlah Oosit Primer dan Oosit Sekunder pada Sampel TKG 2 dan
TKG 3
Selama perkembangan gonad hingga mencapai kematangan, sel-sel gamet
ikut berkembang di dalam gonad. Menurut McMillan (2007), oogonia mengalami
proliferasi melalui mitosis dan menjadi oosit primer. Selanjutnya, oosit primer
mengalami miosis pertama, memasuki tahap perkembangan, dan membesar
akibat adanya akumulasi yolk. Oosit primer dikelilingi oleh sebuah lapisan sel
folikel untuk membentuk folikel primordial. Seiring dengan perkembangan dan
kematangannya terjadi perubahan yang bervariasi pada intraselular dan
ekstraseluler.
Selama pengamatan, seluruh hasil potongan melintang hisologi ovarium ikan
Janjan betina menggambarkan kondisi ovarium pada tahap perkembangan TKG 2
dan TKG 3 saja. Potongan melintang histologi ovarium ikan Janjan (P. elongatus)
betina pada tahap perkembangan TKG 2 dan TKG 3 ditampilkan pada Gambar 8
di bawah ini.
0
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jumlah Oosit Primer Jumlah Oosit Sekunder
36
Gambar 8. a. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan Betina pada TKG 2 dengan
Perbesaran 400x (Dokumentasi Pribadi, 2017) b. Gambaran Histologi Ovarium Mudskipper Periopthalmus barbarus pada TKG 2 (Dinh et al. 2015) c. Gonad ikan Janjan Betina pada TKG 3 (Dokumentasi Pribadi, 2017) d. Gambaran Histologi Ovarium Mudskipper Periopthalmus barbarus pada TKG 3 (Dinh et al., 2015) (O: Oogonium OP: Oosit Primer OS: Oosit Sekunder OM: Oosit Matang)
Berdasarkan hasil pengamatan histologi gonad ikan Janjan betina
menunjukkan bahwa ovarium pada tahap TKG 2 terdapat oogonium dan sebagian
besar terdapat oosit primer. Ovarium yang berada pada tahap TKG 3 menunjukkan
bahwa jumlah oosit primer semakin berkurang dan oosit sekunder tampak
mendominasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dinh et al. (2015), bahwa pada
ovarium mudskipper Periopthalmus barbarus pada TKG 2 mengandung oosit
primer, sel germinal, dan oogonia. Sedangkan pada TKG 3 mengandung oosit
matang yang bermigrasi dan mengandung lebih banyak akumulasi yolk.
Gambaran histologi gonad mudskipper Periopthamus barbarus disajikan pada
gambar 8b dan 8d di atas, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di lampiran 7.
a b
OP
O
OS
c d
37
Pada TKG 2 menunjukkan bahwa ovarium terdapat oogonium dan sebagian
besar terdapat oosit primer. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar oogonium
berkembang menjadi oosit primer. Menurut Cabrita et al. (2008), oogonia
memasuki tahap pembelahan meiosis dan menjadi oosit primer. Oogonium
memiliki kisaran diameter 0,015 mm – 0,025 mm. Oogonium tampak memiliki
sitoplasma yang lebih tebal, sedangkan oosit primer tampak memiliki bentuk yang
tidak beraturan, meskipun demikian oosit primer yang sudah berbentuk bulat juga
dapat ditemukan. Oosit primer memiliki diameter 0,02 mm – 0,04 mm. Pada oosit
primer tampak dinding folikel yang terdiri atas sel granulosa dan sel teka. Pada sel
teka terdapat yolk vesicle atau titik kuning telur yang merupakan hasil
pembentukan titik kuning telur dari folikel itu sendiri. Proses ini disebut dengan
YVD (yolk vesicle deposition).
Menurut Mcmillan (2007), pada fase kortikal alveoli terdapat pembentukan
dan pengumpulan lipid droplet pada sekitar nukleus. Masa lipid terus berkembang
pada posisi perinuklear. Selanjutnya, ukuran lipid droplet meningkat. Keberadaan
yolk vesicle identik dengan struktur dan komposisi kortikal alveoli. Semenjak yolk
vesicle tidak mengandung yolk sebagai sumber nutrien, maka dapat dikatakan
sebagai tahap “kortikal alveoli awal” atau lebih sederhana disebut dengan “kortikal
alveoli”.
Ovarium yang berada pada tahap TKG 3 menunjukkan bahwa jumlah oosit
primer semakin berkurang dan oosit sekunder tampak mendominasi. Oosit
sekunder memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan oosit primer.
Kisaran diameter oosit sekunder yakni 0,04 mm – 0,06 mm. Menurut Cabrita et al.
(2008), setelah terjadi vitellogenesis, oosit mengalami pematangan, dan
pembelahan secara meiosis diteruskan dan menjadi oosit sekunder. Gonad pada
tahap TKG 4 dan TKG 5 tidak ditemukan pada sampel histologi ikan Janjan betina.
Hal ini dikarenakan gonad pada tahap TKG 5 sangat sedikit ditemukan selama
38
bulan November 2016 hingga Januari 2017 selain itu pengambilan sampel gonad
diambil secara acak.
Berikut ini adalah gambaran histologi gonad ikan Janjan betina masing-
masing sampel di setiap bulan pengambilan sampel yakni bulan November 2016,
Desember 2016, dan Januari 2017.
a. Bulan November 2016
Gambar 9. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada
bulan November 2016 dengan Perbesaran 400x. a. Sampel ikan 1 pada TKG 2 b. Sampel ikan 2 pada TKG 3 c. Sampel Ikan 3 pada TKG 2 d. Sampel ikan 4 pada TKG 3 e. Sampel ikan 5 pada TKG 2 f. Sampel ikan 6 pada TKG 2 (O: Oogonium OP: Oosit Primer OS: Oosit Sekunder) (Dokumentasi Pribadi, 2017)
OP
O
OS
a b
c d
OP
OS
OP OP
O
e f
39
Dari gambaran histologi gonad sampel ikan yang diambil di bulan November
2016 menunjukkan bahwa pada gambar 9.a, 9.c, 9.e, dan 9.f ditemukan beberapa
oogonium dan didominasi oleh oosit primer. Hal ini menunjukkan bahwa oogonium
telah berkembang menjadi oosit primer sehingga menunjukkan bahwa sampel
tersebut berada pada tahap TKG 2. Sedangkan pada gambar 9.b dan 9.d
menggambarkan bahwa banyak terdapat oosit sekunder dan masih ditemukan
oosit primer. Hal tersebut menggambarkan bahwa kedua sampel berada pada
TKG 3.
b. Bulan Desember 2016
Gambar 10. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada
bulan Desember 2016 dengan Perbesaran 400x. a. Sampel ikan 1 pada TKG 2 b. Sampel ikan 2 pada TKG 2 c. Sampel Ikan 3 pada TKG 2 d. Sampel ikan 4 pada TKG 3 (O: Oogonium OP: Oosit Primer OS: Oosit Sekunder OA: Oosit Atresia) (Dokumentasi Pribadi, 2017)
Dari gambaran histologi gonad sampel ikan Janjan betina yang diambil
dibulan Desember 2016, pada gambar 10.a – 10.c menunjukkan bahwa ditemukan
beberapa oogonium dan didominasi oleh oosit primer. Hal ini menunjukkan bahwa
OP
OP
OP
OA
OS
O
a b
c d
OA
O
O
40
oogonium telah berkembang menjadi oosit primer sehingga menunjukkan bahwa
sampel tersebut berada pada tahap TKG 2. Sedangkan pada gambar 10.d
menggambarkan bahwa banyak terdapat oosit sekunder dan masih ditemukan
oosit primer. Hal tersebut menggambarkan bahwa kedua sampel berada pada
TKG 3. Pada gambar 10.c dan 10.d ditemukan oosit yang mengalami atresia. Oosit
yang mengalami atresia dicirikan dengan mengkisutnya sel oosit dan sitoplasma
tidak tampak. Menurut Cabrita et al. (2008), atresia terjadi karena oosit mengalami
gangguan pada saat vitellogenesis karena kegagalan regulasi hormonal pada
proses reproduksi.
c. Bulan Januari 2017
Gambar 11. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada bulan Januari 2017 dengan Perbesaran 400x. a. Sampel ikan 1 pada TKG 2 b. Sampel ikan 2 pada TKG 2 c. Sampel Ikan 3 pada TKG 2 d. Sampel ikan 4 pada TKG 2 (O: Oogonium OP: Oosit Primer OA: Oosit Atresia) (Dokumentasi Pribadi, 2017)
Dari gambaran histologi gonad sampel ikan Janjan betina yang diambil
dib
Top Related