KAJIAN EKONOMI REGIONAL
PROVINSI BENGKULU
Triwulan IV Tahun 2013 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis
perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam
buku ini mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran,
keuangan daerah dan prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini
bertujuan sebagai : (1) Laporan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi
perkembangan ekonomi dan keuangan di Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada
stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Yuwono : Kepala Kantor Perwakilan
H.M. Azhar Achlusyani : Deputi Kepala Perwakilan
Sarwoto : Analis Ekonomi
Neva Andina : Analis Ekonomi
Royes Otpin Saragih : Analis Ekonomi
Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat
www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Bengkulu/
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan
moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust (kepercayaan), Integrity (integritas), Professionalism (profesionalisme), Excellence (kesempurnaan), Public Interest (kepentingan publik), Coordination & Teamwork (koordinasi & kerjasama)
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya Kajian Ekonomi Regional
Provinsi Bengkulu Triwulan IV-
kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi Regional diterbitkan secara
triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu untuk
memenuhi kebutuhan informasi mengenai keadaan ekonomi makro, moneter,
perbankan dan prospek ekonomi Provinsi Bengkulu kedepan.
Kami sampaikan bahwa perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-
2013 tumbuh meningkat menjadi 7,83% (yoy). Secara akumulatif sepanjang 2013,
pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,21% (yoy). Sementara itu, dari sisi harga,
inflasi Provinsi Bengkulu tercatat cukup tinggi yaitu 9,94% (yoy). Terkait kajian
dimaksud kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu
referensi dalam pembelajaran dan/atau proses pengambilan kebijakan beberapa
pihak terkait.
Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang
disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran membangun dari pengguna/pembaca demi
penyempurnaan di masa yang akan datang.
Akhirnya, besar harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan
melindungi setiap langkah kita.
Bengkulu, 17 Februari 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI BENGKULU
Yuwono
Kepala Perwakilan
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR Iii
DAFTAR ISI V
DAFTAR TABEL Vii
DAFTAR GRAFIK Ix
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU Xi
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 5
1.1. PDRB Sisi Penggunaan 6
1.1.1. Konsumsi 7
1.1.2. Investasi 12
1.1.3. Ekspor dan Impor 13
1.2. PDRB Sisi Sektoral 17
1.2.1. Sektor Pertanian 19
1.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 20
1.2.3. Sektor Jasa-Jasa 22
1.2.4. Sektor-Sektor Lainnya 23
Boks 1 Hasil Liaison Triwulan IV-2013 26
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 29
2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa 31
2.2. Perkembangan Inflasi Fundamental 39
2.3. Perbandingan Inflasi antar Kota di Sumatera 41
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN 43
3.1. Bank Umum 43
3.1.1. Kelembagaan 44
3.1.2. Perkembangan Aset 44
3.1.3. Perkembangan Dana Masyarakat 45
3.1.4. Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan 47
3.1.5. Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM 50
vi
3.2. Bank Umum Syariah 52
3.3. Bank Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 54
3.4. Sistem Pembayaran 55
3.4.1. Sistem Pembayaran Tunai 55
3.4.2. Sistem Pembayaran Non Tunai 58
Boks 2 Penelitian Lending Model Usaha Lempok Durian 60
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 63
4.1. Realisasi Sisi Penerimaan 63
4.1.1 Realisasi Sisi Penerimaan Provinsi Bengkulu 63
4.2. Realisasi Sisi Pengeluaran 65
4.2.1 Realisasi Sisi Pengeluaran Provinsi Bengkulu 66
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH 69
5.1. Perkembangan Kesejahteraan 69
5.2 Perkembangan Kemiskinan 70
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 73
6.1. Prospek Ekonomi Makro 73
6.2. Prakiraan Inflasi Daerah 75
Boks 3 Focus Group Discussion
Meningkatkan Daya Saing Daerah Menyongsong berlakunya Komunitas
Ekonomi ASEAN
77
LAMPIRAN 81
DAFTAR ISTILAH 85
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 PDRB Provinsi Bengkulu Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan
7
Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu
14
Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu
15
Tabel 1.4. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu
17
Tabel 1.5. Porsi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu
18
Tabel 1.6. PDRB Provinsi Bengkulu Menurut Sektoral 19
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/jasa Provinsi
Bengkulu
31
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Provinsi
Bengkulu
32
Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan
Jadi/Minuman/Rokok & Tembakau Provinsi Bengkulu
34
Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas &
Bahan Bakar Provinsi Bengkulu
35
Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Provinsi Bengkulu 36
Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Provinsi Bengkulu 36
Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan
Olahraga Provinsi Bengkulu
37
Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan
Jasa Keuangan Provinsi Bengkulu
38
Tabel 2.9. Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi/Deflasi
Bulanan di Provinsi Bengkulu
39
Tabel 3.1. Jaringan Kantor Pelayanan Bank Umum Provinsi Bengkulu 44
Tabel 3.2. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Bengkulu 45
Tabel 3.3. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu
47
Tabel 3.4. Perkembangan Kredit/Pembiayaan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu
48
Tabel 3.5. Perkembangan NPL/F Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Bengkulu
49
Tabel 3.6. Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu
50
viii
Tabel 3.7. Perkembangan Non Performing Loan/Financing (NPL/F) Sektor
UMKM di Provinsi Bengkulu 51
Tabel 3.8. Perkembangan Kegiatan Usaha BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu 54
Tabel 3.9. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu 55
Tabel 3.10. Perkembangan Kliring dan Penolakan Cek/Bilyet Provinsi Bengkulu
58
Tabel 3.11. Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Provinsi Bengkulu
59
Tabel 4.1. Realisasi Penerimaan APBD 2013 Pemerintah Provinsi Bengkulu 64
Tabel 4.2. Realisasi Belanja APBD 2013 Pemerintah Provinsi Bengkulu 66
Tabel 5.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu 70
Tabel 5.2. Tingkat Kedalaman Dan Keparahan Kemiskinan Provinsi
Bengkulu
71
ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000)
5
Grafik 1.2. Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu
8
Grafik 1.3. Hasil Survei Konsumen di Provinsi bengkulu 8
Grafik 1.4. Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Perkembangan Kendaraan Milik Swasta di Provinsi Bengkulu
9
Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu 10
Grafik 1.6. Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu
10
Grafik 1.7. Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum 11
Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu
13
Grafik 1.9. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu 16
Grafik 1.10. Sumbangan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2013 Sektoral
18
Grafik 1.11. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu 20
Grafik 1.12. Indikator Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Provinsi Bengkulu
21
Grafik 1.13. Indikator Sektor Jasa-Jasa di Provinsi Bengkulu 23
Grafik 1.14. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu 23
Grafik 1.15. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu 25
Grafik 1.16. Indikator Sektor Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Bengkulu
25
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Provinsi Bengkulu 30
Grafik 2.2. Realisasi Inflasi Tahun 2013 (Tahun Kalender, ytd) 31
Grafik 2.3. Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Provinsi Bengkulu (Tahunan, yoy)
34
Grafik 2.4. Sumbangan Inflasi Triwulan IV-2013 Per Kelompok Barang/Jasa
39
Grafik 2.5. Disagregasi Inflasi Kota Bengkulu 40
Grafik 2.6. Nilai Saldo Ekspektasi Konsumen Terhadap Kondisi 3 Bulan Mendatang
41
Grafik 2.7. Inflasi Tahunan (yoy) Desember 2013 Kota-Kota di Sumatera 41
Grafik 2.8. Inflasi Tahunan (yoy) Kota-Kota di Sumatera Bagian Selatan 42
Grafik 3.1. Perkembangan Loan/Financing to Deposit Ratio (L/FDR) dan Non-Performing Loan/Financing (NPL/F) Bank Umum Provinsi Bengkulu
43
x
Grafik 3.2. Distribusi Aset Bank Umum di Provinsi Bengkulu 45
Grafik 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga di Provinsi Bengkulu 46
Grafik 3.4. Porsi DPK Per Jenisnya 46
Grafik 3.5. Perkembangan Kredit/Pembiayaan Perbankan di Provinsi Bengkulu
47
Grafik 3.6. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah di Bengkulu
52
Grafik 3.7. Pembiayaan Perbankan Syariah di Bengkulu 53
Grafik 3.8. DPK Perbankan Syariah di Bengkulu 53
Grafik 3.9. Perkembangan Net Interest Margin/Net Margin BPR/S di Provinsi Bengkulu
55
Grafik 3.10. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu
56
Grafik 3.11. Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu 57
Grafik 3.12. Perkembangan Jumlah Lembar Uang Palsu yang Ditemukan di Provinsi Bengkulu
57
Grafik 3.13. Perkembangan TUKAB di Provinsi Bengkulu di Provinsi 60
Grafik 4.1 Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu 65
Grafik 4.2 Perkembangan Dana Milik Pemerintah di Provinsi Bengkulu 67
Grafik 5.1. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu 69
Grafik 6.1. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu
73
Grafik 6.2. Hasil Survei SK dan SKDU di Provinsi Bengkulu dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu
74
Grafik 6.3. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Bengkulu 75
Grafik 6.4. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Kota Bengkulu 76
Grafik 6.5. Hasil Survei Konsumen dan SKDU di Provinsi Bengkulu 76
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih
xi
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU
a. Inflasi dan PDRB
INDIKATOR 2012 2013
Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw. III Tw.IV
MAKRO IHK Kota Bengkulu 137,82 141,97 142,35 146,43 148,69 155,51 156,50 Laju Inflasi (y-o-y) 4,80 4,14 4,61 7,68 7,89 9,54 9,94 PDRB-Harga Konstan (miliar Rp) 2.344 2.397 2.419 2,434 2,477 2,541 2,600 - Pertanian 878 883 880 891 904 918 945 - Pertambangan & Penggalian 87 85 86 85 85 83 86 - Industri Pengolahan 102 107 109 108 110 114 117 - Listrik, Gas dan Air Bersih 12 12 12 12 12 12 12 - Bangunan 74 76 79 77 76 78 83 - Perdagangan, Hotel&Restoran 461 482 483 493 506 523 527 - Pengangkutan & Komunikasi 195 198 200 202 206 213 215 - Keuangan, Persewaan dan
Jasa 119 120 125 123 126 128 131
- Jasa 417 434 445 443 452 471 485 Pertumbuhan PDRB (y-o-y, %) 6,63 7,00 5,99 5,65 5,66 6,00 7,83 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)
132 109 110 85 102 60 74
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
1.240 1.066 1.306 862 1.058 511 927
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) - 0,43 2,31 - 0,66 1,34 3,76 Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
- 0,78 1,94 - 8,42 16,88 21,84
Sumber : SEKD Provinsi Bengkulu & BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara;
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih
xii
b. Perbankan
INDIKATOR 2012 2013
Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV
PERBANKAN
Bank Umum Total Aset (Triliun Rp) 10,93 10,81 11,40 11,77 12,54 13,02 13,23 DPK (Triliun Rp) 7,11 7,49 7,37 7,57 8,07 8,38 7,68 - Tabungan (Triliun Rp) 3,69 3,80 4,18 3,69 3,93 4,38 4,83 - Giro (Triliun Rp) 2,12 2,35 1,78 2,28 2,42 2,41 1,39 - Deposito (Triliun Rp) 1,29 1,34 1,41 1,60 1,71 1,59 1,46
Kredit (Triliun Rp) Lokasi Proyek 1) 11,11 11,59 12,08 12,36 13,41 13,65 13,97
- Modal Kerja 3,46 3,45 3,67 3,96 3,92 3,95 3,95 - Konsumsi 5,97 6,39 6,58 6,40 7,22 7,41 7,67 - Investasi 1,68 1,76 1,83 1,80 2,27 2,29 2,35 - LDR (%) 156,26 154,74 163,85 169,71 162,62 162,89 181,90 Kredit (triliun Rp) Lokasi Kantor 8,42 8,78 9,36 9,74 10,53 11,03 11,29 - Modal Kerja 3,11 3,00 3,16 3,28 3,41 3,51 3,56 - Konsumsi 4,30 4,78 5,22 5,47 5,91 6,24 6,39 - Investasi 1,01 1,00 0,98 1,00 1,21 1,28 1,34 - LDR (%) 115,16 117,17 127,04 128,78 130,46 131,59 146,99 Kredit MKM Bank Umum Menurut
Lokasi Proyek 1)
Kredit MKM (Triliun Rp) 3,40 3,34 3,56 2,84 3,83 3,97 4,03 Kredit Mikro (Triliun Rp) 0,75 0,71 0,78 0,72 1,00 1,06 1,14 - Kredit Modal Kerja 0,66 0,61 0,65 0,55 0,83 0,79 0,82 - Kredit Investasi 0,09 0,10 0,13 0,14 0,17 0,28 0,32
- Kredit Konsumsi2) na na na na na na na
Kredit Kecil (Triliun Rp) 1,35 1,31 1,35 1,41 1,42 1,45 1,46 - Kredit Modal Kerja 1,11 1,08 1,13 1,10 1,17 1,16 1,15 - Kredit Investasi 0,24 0,23 0,22 0,21 0,24 0,29 0,31
- Kredit Konsumsi2) na na na na na na Na
Kredit Menengah (Triliun Rp) 1,30 1,31 1,43 1,45 1,43 1,45 1,43 - Kredit Modal Kerja 0,82 0,85 0,97 0,72 1,09 1,08 1,08 - Kredit Investasi 0,49 0,46 0,46 0,59 0,32 0,37 0,35
- Kredit Konsumsi2) na na na na na na na
NPL MKM gross (%) na na na na na na na BPR/BPRS Total Aset (Miliar Rp) 146 149 162 161 158 160 157 DPK (Miliar Rp) 90 93 99 104 102 105 94 - Tabungan (Miliar Rp) 29 30 31 32 31 32 23 - Deposito (Miliar Rp) 61 65 68 71 71 73 71
Kredit (Miliar Rp) Lokasi Proyek1) 32,6 33,1 32,2 32,3 33,7 32,7 30,62
- Modal Kerja 18,3 18,3 17,8 18,2 18,5 17,8 15,86 - Konsumsi 9,2 9,2 8,9 8,8 10,4 10,6 10,9 - Investasi 5,1 5,6 5,5 5,4 4,8 4,3 3,8
Kredit UMKM (Miliar Rp) 3) na na na na na na na
LDR 135,93 137,70 134,66 135,37 134,86 124,32 134,59
1) Data sampai dengan November 2013 2) Publikasi Statistik Keuangan Daerah Bank Indonesia Provinsi Bengkulu sejak bulan Januari 2011
mencantumkan kredit berdasarkan jenis penggunaan berdasarkan lokasi proyek yang terdiri dari kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit yang tidak teridentifikasi.
3) Publikasi Statistik Keuangan Daerah Bank Indonesia Provinsi Bengkulu sejak bulan Januari 2011 tidak mencantumkan data kredit MKM BPR
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum & BPR, SEKD Provinsi Bengkulu, Bank Indonesia Bengkulu
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih
xiii
c. Bank Umum Syariah
INDIKATOR 2012 2013
Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw. III Tw. IV
Total Aset (Miliar Rp) 526 552 641 671 711 762 847 DPK (Miliar Rp) 272 303 384 349 374 400 446 - Tabungan (Miliar Rp) 171 193 216 219 230 262 301 - Giro (Miliar Rp) 18 22 34 25 24 31 32 - Deposito (Miliar Rp) 83 88 134 106 121 107 112 Pembiayaan (Miliar Rp) Lokasi Kantor
486 511 546 590 665 714 773
- FDR (%) 178,94 168,51 142,05 168,72 177,63 178,63 173,44
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia Bengkulu
d. Sistem Pembayaran
Nominal dalam triliun Rp kecuali kliring dalam miliar, volume dalam lembar
INDIKATOR 2012 2013
Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV
SISTEM PEMBAYARAN Inflow 0,07 0,44 0,26 0,65 0,11 0,54 0,19 Outflow 1,02 0,71 0,89 0,40 0,75 1,09 1,02 Pemusnahan Uang 0,03 0,03 0,06 0,01 0,12 0,13 0,16 Nominal Transaksi RTGS 50 42 36 24 50 40 40 Volume Transaksi RTGS 21.539 21.051 22.650 16.946 19.775 19.244 21.601 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS
0,82 0,69 0,58 0.55 0,80 0,62 0,64
Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS
347 345 371 477 314 296 343
Nominal Kliring Kredit 241 236 165 97 99 103 146 Volume Kliring Kredit 22.588 23.144 15.305 4.907 4.759 4.441 5.830 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit
3,89 3,87 2,70 1,61 1,6 1,67 2,39
Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit
364 379 251 82 76 73 96
Nominal Kliring Debet 722 721 564 692 707 845 865 Volume Kliring Debet 25.349 24.915 18.430 25.154 26.335 29.505 31.846 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet
11,65 11,82 9,24 11,53 11,22 13,85 14,18
Rata-rata Harian Volume Kliring Debet
409 408 302 419 418 484 522
Nominal Kliring Pengembalian 26 26 20 30 26 30 27 Volume Kliring Pengembalian 975 976 674 813 851 933 769 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian
0,45 0,43 0,32 0,50 0,41 0,50 0,44
Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian
16 16 11 14 14 15 13
Nominal Tolakan Cek/BG Kosong
21 23 16 27 23 26 24
Volume Tolakan Cek/BG Kosong
854 849 556 722 757 844 674
Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong
0,34 0,38 0,27 0,45 0,36 0,43 0,40
Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong
14 14 9 12 12 14 11
Sumber : Bank Indonesia Bengkulu
Ringkasan Eksekutif Triwulan IV 2013 1
BANK INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian
Provinsi Bengkulu
tahun 2013
membaik
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada tahun 2013
melambat. Laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,21% (yoy), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang mencapai 6,60 %
(yoy). Perlambatan ekonomi pada tahun 2013 dipengaruhi oleh
terbatasnya permintaan domestik, terutama investasi. Selain itu, belum
pulihnya perekonomian global, terutama negara-negara mitra dagang
seperti China dan India mendorong semakin merosotnya kinerja ekspor.
Namun demikian, pada triwulan IV-2013, pertumbuhaan ekonomi
Provinsi Bengkulu mencapai 7,83% (yoy), meningkat dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya 6,19% (yoy) maupun
triwulan IV-2012 yang tumbuh 5,67% (yoy). Dari sisi penggunaan,
pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2013 terutama didorong oleh
pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi di tengah masih
berlanjutnya pelemahan kinerja ekspor. Konsumsi rumah tangga tumbuh
tinggi melebihi perkiraan sebelumnya. Hal ini cukup menggembirakan
mengingat inflasi akhir tahun yang mencapai 9,94% (yoy). Sementara itu,
percepatan proyek-proyek pemerintah terkait persiapan pelaksanaan Hari
Pers Nasional pada bulan Februari 2014 mendorong peningkatan realisasi
investasi. Dari sisi sektoral, pertumbuhan perekonomian Provinsi Bengkulu
pada triwulan laporan didorong oleh pertumbuhan sektor-sektor utama,
yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan
sektor jasa-jasa. Bahkan, sektor pertanian mengalami pertumbuhan
tertinggi dalam lima tahun terakhir.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Inflasi Provinsi
Bengkulu tercatat
tinggi mencapai
9,94% (yoy)
Inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 meningkat. Secara
tahunan, inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 mencapai 9,94%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,54%
(yoy). Tingginya realisasi inflasi pada pertengahan tahun, kenaikan harga
Ringkasan Eksekutif Triwulan IV 2013 2
BANK INDONESIA
bahan makanan pada bulan Oktober, dan meningkatnya harga jasa
transportasi pada bulan Desember mendorong inflasi ke tingkat yang lebih
tinggi pada akhir tahun 2013.
Secara musiman, perilaku inflasi masih sama dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya. Inflasi triwulanan pada triwulan laporan sebesar
0,63% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan III-2013 yang
mencapai 4,59% (qtq). Namun demikian, jika dilihat secara triwulanan
(qtq), inflasi triwulan IV-2014 lebih tinggi dibandingkan inflasi pada
periode yang sama tahun lalu sebesar 0,27% (qtq) maupun rata-rata
inflasi triwulan IV lima tahun terakhir yang sebesar 0,28%.
Menurut kelompok barang dan jasa, peningkatan inflasi tahunan
terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transpor,
komunikasi, dan jasa keuangan masing-masing sebesar 15,04% (yoy) dan
16,37% (yoy). Tingginya kenaikan harga beberapa komoditas pangan
utama seperti beras, cabai merah, dan bawang merah pada triwulan
sebelumnya sebagai dampak keterbatasan pasokan menyebabkan
pencapaian inflasi akhir tahun kelompok bahan makanan cukup tinggi.
Selaras dengan itu, pencapaian inflasi kelompok transpor, komunikasi dan
jasa keuangan yang tinggi juga disebabkan tingginya inflasi triwulan
sebelumnya sebagai dampak kenaikan BBM bersubsidi dan faktor
musiman kenaikan tarif angkutan udara pada akhir tahun. Namun, secara
triwulanan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transpor, komunikasi,
dan jasa keuangan, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar, dan kelompok kesehatan. Pemicu utama inflasi triwulanan pada
triwulan laporan adalah peningkatan tarif jasa penerbangan pada akhir
tahun, naiknya tarif tenaga listrik pada bulan November 2013 yang
mendorong inflasi subkelompok penerangan, dan pelemahan nilai tukar
rupiah yang mendorong pelaku usaha untuk menaikkan harga jual obat-
obatan impor.
Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi tahunan pada
triwulan laporan terutama terjadi pada kelompok volatile food yaitu dari
13,45% (yoy) pada triwulan III-2013 menjadi 15,49% (yoy). Sementara
inflasi komoditas core dan administered prices relatif stabil. Inflasi core
pada triwulan laporan sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu dari 5,87% (yoy) menjadi 5,52% (yoy). Selaras dengan
Ringkasan Eksekutif Triwulan IV 2013 3
BANK INDONESIA
itu, inflasi administered prices juga turun dari 12,70% (yoy) menjadi
12,64% (yoy).
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Fungsi intermediasi
perbankan dan
sistem pembayaran
Provinsi Bengkulu
berada dalam
kondisi yang cukup
kondusif
Kinerja intermediasi perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan
IV-2013 berjalan baik tercermin dari Loan/Financing to Deposit Ratio
(L/FDR) sebesar 146,99% disertai dengan tingkat Non Performing
Loan/Finanicng (NPL/F) yang rendah yaitu 1,80%. Aset bank umum
meningkat sebesar 16,08% (yoy) menjadi Rp13,23 triliun. Penyaluran
kredit/pembiayaan tumbuh sebesar 20,60% (yoy), sementara Dana Pihak
Ketiga (DPK) tumbuh 4,23% (yoy). Kinerja BPR/BPRS menunjukkan
penurunan, tercermin dari penurunan jumlah aset, DPK, dan kredit pada
triwulan laporan dibandingkan triwulan IV-2012.
Perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Bengkulu pada
triwulan IV-2013 secara umum menunjukkan perlambatan pertumbuhan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sistem pembayaran non tunai melalui
kliring mengalami peningkatan sehingga tercatat sebesar Rp881,24 miliar,
sedangkan transaksi RTGS mengalami peningkatan sebesar 0,58% (qtq)
menjadi Rp40,49 triliun. Pembayaran tunai mengalami net outflow
sebesar Rp834,87 miliar, meningkat dibandingkan net outflow triwulan
sebelumnya.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kinerja keuangan
pemerintah
membaik
Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu 2013
menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan tahun 2012 baik dari sisi
pendapatan maupun belanja. Hal tersebut terlihat dari realisasi
pendapatan dan belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Provinsi Bengkulu tahun 2013 yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Pendapatan mencatatkan persentase realisasi
sebesar 100,85% dari total anggaran dengan nilai Rp1.695, 23 miliar.
Sementara belanja mencatatkan persentase realisasi sebesar 89,86% dari
total anggaran dengan nilai Rp1.727,48 miliar.
Ringkasan Eksekutif Triwulan IV 2013 4
BANK INDONESIA
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH
Tingkat
kesejahteraan
masyarakat
membaik
Tingkat kesejahteraan masyarakat Provinsi Bengkulu secara umum
membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari
menurunnya tingkat kemiskinan pada periode Maret hingga September
2013 dan adanya perbaikan Nilai Tukar Petani (NTP) dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan laporan meningkat
1,23% (qtq) dibandingkan triwulan III-2013, sementara tingkat
kemiskinan tercatat sebesar 17,75%. Namun demikian, kondisi
kemiskinan dan NTP tidak lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada
akhir tahun 2012 lalu.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Perekonomian
Provinsi Bengkulu
optimis pada
triwulan I-2014
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan I-
2014 diperkirakan melambat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi
terutama dipengaruhi oleh terbatasnya investasi menjelang Pemilu 2014
dan belum membaiknya kinerja ekspor sebagai dampak penurunan harga
batubara di pasar internasional. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga
diperkirakan meningkat seiring dengan pelaksanaan Hari Pers Nasional.
Dari sisi sektoral, cuaca ekstrim diperkirakan menekan kinerja sektor
pertanian, terutama produksi tabama dan perkebunan. Namun,
pelaksanaan Hari Pers Nasional diperkirakan mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Perekonomian Provinsi Bengkulu diperkirakan akan tumbuh pada kisaran
5,9-6,1% (yoy).
Tekanan inflasi pada triwulan I-2013 diprediksi mereda. Meskipun
demikian, faktor risiko seperti keterbatasan pasokan beberapa komoditas
bahan makanan akibat curah hujan yang tinggi dapat memicu inflasi lebih
tinggi. Inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan I-2014 diperkirakan akan
berada pada kisaran 8,52±1% (yoy).
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 5
BANK INDONESIA
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 melambat. Laju
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,21% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
ekonomi tahun 2012 yang mencapai 6,60 % (yoy). Perlambatan ekonomi pada tahun
2013 dipengaruhi oleh terbatasnya permintaan domestik, terutama investasi. Selain itu,
belum pulihnya perekonomian global, terutama negara-negara mitra dagang seperti China
dan India mendorong semakin merosotnya kinerja ekspor.
Namun demikian, pada triwulan IV-2013, pertumbuhaan ekonomi Provinsi
Bengkulu mencapai 7,83% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang hanya 6,19% (yoy) maupun triwulan IV-2012 yang tumbuh 5,67% (yoy).
Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2013 terutama didorong
oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi di tengah masih berlanjutnya
pelemahan kinerja ekspor. Konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi melebihi perkiraan
sebelumnya. Hal ini cukup menggembirakan mengingat inflasi akhir tahun yang mencapai
9,94% (yoy). Sementara itu, percepatan proyek-proyek pemerintah terkait persiapan
pelaksanaan Hari Pers Nasional pada bulan Februari 2014 mendorong peningkatan
realisasi investasi. Dari sisi sektoral, pertumbuhan perekonomian Provinsi Bengkulu pada
triwulan laporan didorong oleh pertumbuhan sektor-sektor utama, yaitu sektor pertanian,
sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor jasa-jasa. Bahkan, sektor pertanian
mengalami pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000)
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara
Perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 tumbuh lebih
tinggi dibandingkan triwulan III-2013. Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi
7.83%
2.33%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q4
2009 2010 2011 2012 2013
Mili
ar R
p
PDRB (skala kiri) LPE (yoy; skala kanan)
LPE (qtq; skala kanan)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 6
BANK INDONESIA
Provinsi Bengkulu tercatat sebesar 7,83% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang hanya sebesar 6,19% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan
laporan juga lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Dengan
pencapaian triwulan IV-2013 yang cukup baik, pertumbuhan ekonomi kumulatif Provinsi
Bengkulu tahun 2013 mencapai 6,21% (yoy), berada di atas pertumbuhan ekonomi
nasional yang hanya sebesar 5,78% (yoy). Namun, pertumbuhan ekonomi Provinsi
Bengkulu tahun 2013 ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2012 yang
mencapai 6,61% (yoy).
Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu lebih tinggi
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan
ekonomi triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,23% (qtq), sedangkan triwulan IV-2012
hanya tumbuh sebesar 0,78% (qtq). Pertumbuhan ini terutama didorong oleh
peningkatan konsumsi, baik rumah tangga maupun pemerintah yang cukup besar. Hal ini
sejalan dengan perkembangan sektor-sektor utama di Provinsi Bengkulu, yaitu pertanian,
PHR, dan jasa-jasa yang tumbuh tinggi. Sektor PHR tumbuh paling tinggi sebesar 9,45%
(yoy), disusul sektor jasa-jasa yang tumbuh 9,17% (yoy). Sedangkan sektor pertanian yang
berkontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan tumbuh
7,63% (yoy).
1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sisi Penggunaan
Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi secara tahunan didorong
oleh membaiknya pertumbuhan konsumsi dan peningkatan investasi. Konsumsi
secara keseluruhan tumbuh sebesar 6,05% (yoy), lebih tinggi dibandingkan perumbuhan
triwulan sebelumnya yang sebesar 5,45% (yoy). Percepatan pertumbuhan konsumsi
terutama disebabkan oleh membaiknya konsumsi rumah tangga dari 5,99% (yoy) pada
triwulan III-2013 menjadi 6,25% (yoy) pada triwulan laporan. Konsumsi rumah tangga
menyumbang sebesar 3,94% terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan. Selaras dengan itu, konsumsi pemerintah tumbuh 5,62% (yoy), membaik
dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 3,97% (yoy) (Tabel 1.1).
Investasi yang direpresentasikan oleh Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto (PMTDB) tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.
PMTDB tumbuh sebesar 10,43% (yoy), meningkat dari triwulan III-2013 yang tumbuh
sebesar 9,77% (yoy). Pertumbuhan ini juga lebih baik jika dibandingkan dengan periode
yang sama tahun 2012 yang hanya tumbuh 8,19% (yoy). Membaiknya investasi
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 7
BANK INDONESIA
berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan. Sementara itu, kinerja
ekspor Provinsi Bengkulu masih lemah, meskipun terlihat adanya tren peningkatan.
Pertumbuhan ekspor Provinsi Bengkulu dalam pembentukan PDRB turun sebesar 0,44%
(yoy), lebih baik dibandingkan triwulan lalu yang turun lebih dalam sebesar 0,98% (yoy).
Tabel 1.1. PDRB Provinsi Bengkulu Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan
miliar rupiah (kecuali dinyatakan lain)
Jenis Penggunaan Q-IV 2012 Q-I 2013 Q-II 2013 Q-III 2013 Q-IV 2013
Nilai Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan
Konsumsi Rumah Tangga 1.521 6,02% 1.537 6,21% 1.555 6,20% 1.596 5,99% 1.616 6,25%
Konsumsi Lembaga Nirlaba 25 9,21% 23 -1,84% 24 -1,12% 24 -3,67% 26 0,91%
Konsumsi Pemerintah 417 8,63% 379 2,71% 392 1,76% 414 3,97% 440 5,62%
Pembentuk Modal Tetap
Domestik Bruto 293 8,19% 282 5,26% 294 7,31% 308 9,77% 324 10,43%
Perubahan stok -115 -24,46% -40 -47,44% -3 -95,89% 11 -114,80% -22 -82,26%
Ekspor 749 2,09% 744 6,94% 739 1,14% 725 -0,98% 746 -0,44%
Impor 479 16,19% 492 17,19% 523 17,84% 537 13,42% 529 10,47%
PDRB 2.411 5,67% 2.434 5,44% 2.477 5,32% 2.541 6,19% 2.600 7,83%
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara
1.1.1. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2013 meningkat. Konsumsi rumah
tangga tumbuh sebesar 6,25% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang hanya sebesar 5,99% (yoy). Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga
pada triwulan laporan juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan periode yang sama
tahun 2012 yang sebesar 6,02% (yoy). Hal ini merupakan sinyal positif terhadap
perbaikan perekonomian masyarakat, sebab di tengah inflasi tinggi Provinsi Bengkulu
yang mencapai 9,94% (yoy), konsumsi masyarakat masih tumbuh tinggi. Kondisi ini
memang selaras dengan kinerja sektor utama perekonomian Bengkulu yang membaik
pada triwulan laporan. Kinerja sektor pertanian, PHR, dan jasa-jasa tumbuh lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang berdampak pada peningkatan daya beli
masyarakat. Di samping itu, beberapa even daerah pada triwulan IV-2013 juga diprediksi
mendorong peningkatan konsumsi masyarakat, diantaranya Bengkulu Expo dan Festival
Tabot, disamping faktor musiman akhir tahun, Natal, dan libur sekolah. Secara triwulanan
konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 1,26% (qtq), lebih tinggi dibanding
pertumbuhan triwulanan pada periode yang sama tahun 2012 yang sebesar 1,01% (qtq).
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 8
BANK INDONESIA
Grafik 1.2. Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu
miliar rupiah kecuali dinyatakan lain
Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara, diolah
Grafik 1.3. Hasil Survei Konsumen di Provinsi Bengkulu
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia
Perbaikan daya beli masyarakat terindikasi dari hasil Survei Konsumen (SK)
triwulan IV-2013. Nilai Saldo (NS) Penghasilan saat ini pada Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)
masih di atas 100 yang berarti penghasilan masyarakat masih cukup baik, hal ini
berbanding terbalik dengan pandangan masyarakat yang pesimis terhadap kondisi
ekonomi saat (Grafik 1.3). Di sisi lain, Nilai Saldo (NS) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
masih di atas 100. Hal ini menyatakan bahwa masyarakat optimis terhadap kondisi
ekonomi kedepan. Namun, masyarakat masih tidak yakin terhadap ketersediaan lapangan
pekerjaan, hal ini terlihat Nilai Saldo (NS) ketersediaan lapangan kerja 6 (enam) bulan yang
akan datang yang dibawah 100. Secara keseluruhan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
6.25%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
-100
100
300
500
700
900
1,100
1,300
1,500
1,700
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013
Konsumsi RT
g(yoy)
9.94%
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
6789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2010 2011 2012 2013
Inflasi yoy (%)
101.00
86.22
115.78
45
60
75
90
105
120
135
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2010 2011 2012 2013
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 9
BANK INDONESIA
mengalami penurunan dibandingkan triwulan III-2013, namun masih dalam tingkat yang
optimis (NS IKK >100).
Indikasi peningkatan konsumsi rumah tangga juga terlihat dari
peningkatan laju pertumbuhan konsumsi listrik PLN. Pada triwulan IV-2013 (data
sampai November 2013), konsumsi listrik rata-rata untuk segmen rumah tangga tercatat
sebesar 43 juta Kwh/bulan atau tumbuh sebesar 14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
dengan konsumsi listrik rata-rata pada triwulan sebelumnya yang sebesar 13% (yoy). Di
sisi lain, jumlah pelanggan listrik rumah tangga PLN meningkat sebesar 13,04% (yoy)
(Grafik 1.4). Kondisi ini selaras dengan kinerja sektor bangunan yang tumbuh cukup baik
pada triwulan laporan.
Selain itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga dapat terindikasi
melalui peningkatan pembelian kendaraan baru (Grafik 1.4). Berdasarkan data
jumlah kendaraan baru triwulan IV-2013, terlihat adanya tren peningkatan rata-rata
bulanan jumlah pendaftaran kendaraan baru, meskipun masih lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2013, jumlah pendaftaran kendaraan baru roda
dua tercatat sebesar 13.102 unit, sementara jumlah pendaftaran kendaraan baru roda
tiga/lebih tercatat sebesar 1.776 unit.
Grafik 1.4. Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Perkembangan Kendaraan Milik Swasta di Provinsi Bengkulu
Sumber : Dispenda Provinsi Bengkulu dan PLN Bengkulu, diolah
Peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tidak diikuti
oleh peningkatan kredit konsumsi yang disalurkan perbankan. Secara tahunan,
kredit konsumsi pada triwulan laporan justru mengalami perlambatan. Kredit konsumsi
hanya tumbuh sebesar 22,38% (yoy) menjadi sebesar Rp6,4 triliun, lebih rendah
14%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011 2012 2013
Juta
Kw
h
Konsumsi Listrik Rumah Tangga
g (yoy)
4131
716
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Jumlah Kendaraan Baru
Roda 2 (kiri)
Roda 3 & lebih (kanan)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 10
BANK INDONESIA
dibandingkan pertumbuhan kredit konsumsi triwulan sebelumnya yang mencapai 30,34%
(yoy) Rp6,4 triliun (Grafik 1.5). Peningkatan suku bunga kredit seiring dengan kebijakan
Bank Indonesia yang menaikkan BI-Rate sampai 7,5% diperkirakan menjadi faktor utama
masyarakat menahan konsumsi melalui fasilitas kredit perbankan. Pada bulan Desember
2013, Suku Bunga Tertimbang (SBT) kredit konsumsi sebesar 14,08%.
Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu
Sumber : Laporan Bank Umum
Grafik 1.6. Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu
miliar rupiah kecuali dinyatakan lain
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara, diolah
Konsumsi pemerintah tumbuh lebih baik pada triwulan laporan. Konsumsi
pemerintah pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 5,62% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan III-2013 yang hanya tumbuh sebesar 3,97% (yoy) (Grafik 1.6). Namun, realisasi
pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2013 masih lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada periode yang sama tahun 2012
22.38%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
50.00%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2011 2012 2013
Juta
Rp
g(yoy)
5.62%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012 2013
Kons. Pemerintah
g(yoy)
0.91%
-20.0%
-10.0%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
17
19
20
22
23
25
26
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012 2013
Kons. Lemb. Nirlaba
g(yoy)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 11
BANK INDONESIA
yang mencapai 8,63% (yoy). Secara triwulanan, konsumsi pemerintah naik sebesar 6,38%
(qtq). Hal ini sesuai dengan pola serapan belanja pemerintah yang tinggi pada triwulan IV
setiap tahun. Namun, jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulanan triwulan IV
tahun sebelumnya, pencapaian pada triwulan laporan lebih baik. Di samping belanja
operasional, peningkatan konsumsi pemerintah diprediksi terkait dengan persiapan
pelaksanaan Hari Pers Nasional yang jatuh pada tanggal 1-10 Februari di Provinsi
Bengkulu. Persiapan tersebut antara lain pembangunan sarana dan prasara jalan raya,
fasilitas umum, dan bandara. Proyek-proyek pemerintah ini masih berlanjut sampai
dengan awal tahun 2014.
Peningkatan konsumsi pemerintah juga terindikasi dari turunnya giro milik
pemerintah yang berada di perbankan. Giro milik pemerintah tercatat turun sebesar
22,06% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.7), berbeda dengan triwulan sebelumnya
yang masih tumbuh sebesar 2,39% (yoy) dan triwulan IV-2012 yang tumbuh 49,60%
(yoy). Secara nominal, giro pemerintah berkurang dari Rp1,87 triliun pada triwulan III-
2013 menjadi Rp629 miliar pada akhir triwulan IV-2013 atau turun 66,38% (qtq).
Grafik 1.7. Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum
dalam juta rupiah kecuali dinyatakan lain
Sumber : Laporam Bank Umum, diolah
Konsumsi lembaga nirlaba mengalami peningkatan sebesar 0,91% (yoy)
pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencatat penurunan sebesar 3,67% (yoy). Secara triwulanan, konsumsi lembaga
nirlaba tumbuh sebesar 5,75% (qtq), melambat dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan III-2012 yang hanya 0,95% (qtq).
-22.06%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
100,000
350,000
600,000
850,000
1,100,000
1,350,000
1,600,000
1,850,000
2,100,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011 2012 2013
Giro Milik Pemerintah
g(yoy)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 12
BANK INDONESIA
1.1.2. Investasi
Investasi di Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 mengalami
peningkatan. Investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
(PMTDB) tumbuh sebesar 10,43% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan III-2013 yang sebesar 9,77% (yoy). Pertumbuhan investasi pada triwulan IV-2013
diperkirakan masih terkait persiapan pemerintah daerah menyelenggarakan hari Pers
Nasional di Bengkulu pada Februari 2014. Beberapa proyek jalan raya dan fasilitas umum
dilaksanakan pada triwulan IV-2013. Selain proyek pemerintah, peningkatan investasi juga
tercermin dari bertambahnya pembangunan perumahan/konstruksi yang ditandai dengan
peningkatan laju kredit perumahan/konstruksi pada triwulan IV-2013.
Pertumbuhan investasi juga dikonfirmasi oleh hasil liasion yang
menyatakan ada peningkatan investasi, meskipun terbatas. Berdasarkan liaison,
investasi yang dilakukan berupa pembangunan sarana dan prasarana pendukung
usaha,misalnya pembangunan pembangkit listrik sebagai pemasok energi di sektor
industri pengolahan, dan penambahan kantor baru di sektor jasa keuangan. Sementara
itu, dari sektor perkebunan kelapa sawit yang merupakan komoditas unggulan Provinsi
Bengkulu, investasi dilakukan dalam bentuk replanting pada lahan yang telah tersedia.
Namun demikian, kondisi perekonomian global dan nasional yang belum sepenuhnya
pulih mendorong pelaku usaha lebih berhati-hati dalam melakukan investasi pada triwulan
laporan, mengingat tibanya masa Pemilu 2014.
Investasi di bidang bangunan mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari
konsumsi semen pada triwulan laporan yang meningkat dibandingkan dengan kondisi
pada triwulan sebelumnya. Secara tahunan (Grafik 1.8), konsumsi semen meningkat
sebesar 40,84% (qtq) menjadi 162 ribu ton, lebih tinggi dibandingkan konsumsi triwulan
sebelumnya yang hanya 115 ribu ton. Namun jika dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun 2013, konsumsi semen mengalami penurunan sebesar 8,99% (yoy).
Selaras dengan itu, penyaluran kredit investasi meningkat pada triwulan
laporan. Secara tahunan, kredit investasi yang disalurkan perbankan di Provinsi Bengkulu
tumbuh 36,30% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang hanya sebesar 27,94% (yoy) maupun triwulan IV-2012 yang tumbuh
16,06% (yoy). Sampai dengan akhir triwulan IV-2013, kredit investasi yang disalurkan oleh
perbankan mencapai Rp1,34 triwulan atau meningkat sebesar 5,12% (qtq) dibandingkan
triwulan sebelumnya. Kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan sebagian besar
ditujukan kepada debitur UMKM mencapai 83% dari total kredit investasi.
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 13
BANK INDONESIA
Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu
juta rupiah kecuali dinyatakan lain `
Sumber : Laporan Bank Umum dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah
1.1.3. Ekspor dan Impor
Kinerja ekspor/impor pembentuk PDRB yang mencakup kegiatan
ekspor/impor antar provinsi maupun antar negara mulai menunjukkan perbaikan
(Tabel 1.2). Walaupun secara tahunan kinerja ekspor masih mengalami penurunan,
namun pencapaian triwulan IV-2013 lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Ekspor
turun sebesar -0,44% (yoy) pada triwulan laporan, lebih baik dibandingkan triwulan III-
2013 yang turun lebih dalam mencapai -0,98% (yoy). Porsi ekspor pembentukan PDRB
pada triwulan IV-2013 masih didominasi oleh ekspor antar daerah yang mencapai
75,84%. Ekspor antar daerah ini turun sebesar 1,46% (yoy), berbanding terbalik
dibanding ekspor luar negeri yang tercatat tumbuh 2,89% (yoy). Peningkatan ekspor luar
negeri diperkirakan sebagai respon positif membaiknya perekonomian global dan
didukung oleh peningkatan harga-harga komoditas ekspor utama Provinsi Bengkulu.
Di sisi lain, lemahnya ekspor antar daerah merupakan dampak rendahnya
produktivitas sektor pertanian pada triwulan sebelumnya, disamping permasalahan
distribusi akibat curah hujan yang tinggi sepanjang triwulan IV-2013. Sementara itu,
kinerja impor masih tertekan, terutama impor luar negeri yang turun 1,59% (yoy) dari
sebelumnya yang masih tumbuh positif 2,33% (yoy). Pelemahan nilai tukar rupiah
diperkirakan menjadi faktor utama tertekannya kinerja ekspor. Di sisi lain, impor antar
daerah tetap tumbuh sebesar 10,62% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 13,56% (yoy). Ketergantungan Provinsi Bengkulu dari daerah lain terkait
kebutuhan bahan pangan dan barang konsumsi lainnya menjadi pendorong tetap
tumbuhnya impor antar daerah. Dengan demikian, ekspor netto Provinsi Bengkulu pada
36.30%
-10%
5%
20%
35%
50%
65%
80%
350,000
500,000
650,000
800,000
950,000
1,100,000
1,250,000
1,400,000
6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2012 2013
Kredit Investasi
g(yoy)
-8.99%
-45%
-30%
-15%
0%
15%
30%
45%
60%
25,000
32,500
40,000
47,500
55,000
62,500
6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2011 2012 2013
Kons. Semen (ton)g(yoy)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 14
BANK INDONESIA
triwulan laporan mencatatkan penurunan sebesar 19,80% (yoy), lebih baik dibandingkan
triwulan sebelumnya yang turun sampai 27,32% (yoy).
Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu
miliar rupiah, %
Nominal 2012 2013
Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV
Ekspor 696 730 732 749 744 739 725 746
Impor 420 444 473 479 492 523 537 529
% yoy 2012 2013
Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV
Ekspor 3.97% 4.61% 3.00% 2.09% 6.94% 1.14% -0.98% -0.44%
Impor 21.06% 21.58% 19.68% 16.19% 17.19% 17.84% 13.42% 10.47%
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara
Sementara itu, berdasarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), ekspor
komoditas Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 meningkat (Tabel 1.3). Nilai
ekspor luar negeri pada triwulan laporan mencapai USD73,8 juta atau tumbuh 24% (qtq),
sedangkan pada triwulan sebelumnya nilai ekspor Provinsi Bengkulu hanya USD59,56 juta
atau turun 42% (qtq). Mulai membaiknya negara-negara tujuan ekspor utama seperti
China, India, Amarika Serikat, dan beberapa negara Eropa menjadi pendorong utama
peningkatan ekspor. Selain itu, harga komoditas unggulan dari Provinsi Bengkulu, yaitu
batubara, CPO, dan karet mulai membaik. Bergeraknya harga komoditas tersebut
mendorong para pelaku usaha untuk meningkatkan produksi dan volume ekspornya.
Secara keseluruhan tahun 2013, nilai ekspor Provinsi Bengkulu mencapai USD322 juta,
masih lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun 2012 yang mencapai USD443 juta.
Selaras dengan peningkatan nilai ekspor, volume ekspor pada triwulan
laporan juga meningkat. Secara tahunan, volume ekspor pada triwulan IV-2013
mencapai 928 ribu ton atau tumbuh sebesar 82% (qtq), lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang hanya melakukan ekspor sebanyak 511 ribu ton. Secara
keseluruhan tahun 2013, Provinsi Bengkulu melakukan ekspor sebanyak 3,4 juta ton,
masih lebih rendah dibandingkan volume ekspor tahun 2012 yang mencapai 4,1 juta ton.
Jika dilihat dari nilai dan volume ekspor, batubara masih mendominasi ekspor Provinsi
Bengkulu sepanjang tahun 2013, diikuti karet dan CPO.
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 15
BANK INDONESIA
Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu
nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton
Komoditas Ket. 2012 2013 Proporsi
(%) Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV
CPO Nilai 16.215 13.100 12.386 9.150 14.059 13.433 13.323 15.53
Volume 15.250 12.750 15.400 12.500 17.500 22.811 16.500 3.01
Kakao Nilai - 261 262 146 - - - 0.05
Volume - 100 100 50 - - - 0.00
Batubara Nilai 71.297 61.001 66.910 49.069 56.863 28.649 44.758 55.73
Volume 1.178.335 1.000.527 1.254.493 822.652 1.006.358 480.807 855.846 93.84
Karet Nilai 42.499 32.123 29.571 26.171 29.834 17.478 11.956 26.55
Volume 11.832 11.179 10.702 8.956 11.259 7.512 5.187 1.43
Lainnya Nilai 1.519 2.645 1.720 1.417 1.711 - 3.763 2.14
Volume 25.382 41.084 25.935 17.880 23.105 - 50.312 3.97
Total Nilai 131.530 109.129 110.849 85.954 102.467 59.559 73.801 100
Volume 1.230.800 1.065.640 1.306.630 862.039 1.058.222 511.129 927.846 100
Sumber : Dirjen Bea dan Cukai berdasarkan Harmonised System
Peningkatan nilai ekspor pada triwulan IV-2013 terutama didorong oleh
membaiknya harga komoditas CPO ditengah masih terbatasnya peningkatan
harga komoditas batubara dan karet. Nilai ekspor CPO secara tahunan mengalami
peningkatan sebesar 7,57% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
hanya tumbuh sebesar 2,54% (yoy). Sementara itu, nilai ekspor batubara secara tahunan
turun sebesar 33,11% (yoy), masih lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang
turun lebih tajam sebesar 53,04% (yoy). Di sisi lain, tekanan ekspor karet masih berlanjut,
nilai ekspor turun semakin dalam dari -45,59% (yoy) menjadi -59,57% (yoy). Kondisi ini
tidak lepas dari harga karet internasional yang terus turun sampai dengan akhir tahun
2013, berbeda dengan harga komoditas CPO yang mulai bergerak naik dan harga
komoditas batubara yang cenderung stabil.
Dari sisi volume ekspor, hanya komoditas batubara yang tercatat tumbuh
lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Walaupun masih lebih rendah
dibanding periode yang sama tahun 2012, volume ekspor batubara hanya turun 31,78%
(yoy), lebih baik dibandingkan triwulan III-2013 yang turun tajam sampai 51,94% (yoy).
Perbaikan ekspor ini terutama dipengaruhi membaiknya perekonomian India dan China
sebagai importir utama batubara dari Provinsi Bengkulu. Kebutuhan yang besar kedua
negera tersebut untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga uap mendorong
peningkatan permintaan. Namun, secara keseluruhan, volume ekspor batubara sepanjang
2013 masih lebih rendah dibandingkan tahun 2012. Berdasarkan hasil liasion, banyak
pertambangan batubara yang telah menghentikan penambangan. Beberapa faktor yang
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 16
BANK INDONESIA
menyebabkan penutupan tambang tersebut antara lain : maraknya pencurian, penolakan
masyrarakat sekitar, dan harga batubara yang terus menggerus margin perusahaan.
Sementara itu, volume ekspor karet dan CPO turun sepanjang triwulan IV-
2013. Tingginya curah hujan pada triwulan IV-2013 mengakibatkan panen getah karet
tidak maksimal, disamping harga komoditas karet yang masih belum stabil sehingga ada
kecenderungan pelaku usaha membatasi proses penyadapan. Di sisi lain, perbaikan harga
CPO belum mampu mendorong volume ekspor CPO ke tingkat yang lebih tinggi. Ekspor
CPO hanya tumbuh 7,14% (yoy), jauh lebih kecil dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang mencapai 78,91% (yoy).
Grafik 1.9. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu dalam US$/100 kg untuk karet.
US$/metric ton untuk CPO & batubara
Sumber : DSM Bank Indonesia dan Bloomberg, diolah
India, Belgia dan China merupakan negara-negara tujuan ekspor dengan
jumlah nilai pembelian terbesar komoditas dari Provinsi Bengkulu pada triwulan
laporan (Tabel 1.4). Jumlah transaksi ketiga negara tersebut sebesar USD38,81 juta atau
sekitar 52,59% dari total nilai ekspor pada triwulan IV-2013. Nilai ekspor kepada tiga
negara tersebut meningkat sebesar 42,48% (qtq) dibandingkan triwulan III-2013. Mulai
pulihnya krisis ekonomi di Eropa, China, dan India diprediksi sebagai penyebab naiknya
permintaan dari negera-negara utama tujuan ekspor tersebut. Dari negara-negara tujuan
ekspor pada triwulan IV-2013, India tercatat sebagai negara tujuan ekspor dengan
pertumbuhan nilai ekspor tertinggi, yaitu sebesar 31,42% (qtq), diikuti oleh ekspor ke
Jepang yang tumbuh 25,28% (qtq).
263
792
63
(100)
100
300
500
700
900
1,100
1,300
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2010 2011 2012 2013
Karet CPO Batubara
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 17
BANK INDONESIA
Tabel 1.4. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu
nilai dalam ribu dollar. volume dalam ton
Negara Pembeli Ket. 2012 2013
Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV
Amerika Serikat Nilai 15.933 14.935 15.551 13.292 5.945 4.441 5.208
Volume 4.486 5.302 5.662 4.527 2.230 1.955 2.265
Philipina Nilai 2.021 2.645 1.634 1.227 160 5.507 5.785
Volume 34.045 41.084 24.257 17.417 2.460 81.335 86.211
Singapura Nilai 10.498 4.714 11.118 4.690 16.621 5.312 710
Volume 2.940 1.492 58.489 1.676 6.308 2.230 302
Malaysia Nilai 4.385 7.477 5.583 7.888 6.136 4.640 4.897
Volume 55.184 94.416 80.379 118.195 72.227 73.088 82.321
Hongkong Nilai 2.970 - - - - - -
Volume 53.439 - - - - - -
Belgia Nilai 17.473 14.098 13.152 10.538 14.644 14.095 13.920
Volume 15.573 13.073 15.662 12.944 17.702 16.943 16.742
India Nilai 25.693 18.633 12.276 11.541 28.089 13.146 17.276
Volume 448.536 374.514 289.010 223.894 532.551 241.844 375.047
Jepang Nilai 10.766 11.664 5.881 5.450 6.830 3.582 4.487
Volume 34.103 40.772 40.413 58.777 58.713 18.544 31.564
China Nilai 21.539 13.731 26.098 8.287 5.924 - 7.618
Volume 386.440 259.084 519.150 155.221 99.978 - 149.267
Lainnya Nilai 20.251 21.232 19.555 23.042 18.118 8.835 13.900
Volume 196.055 235.903 273.609 269.389 166.047 75.191 184.127
Total Nilai 131.530 109.129 110.849 85.954 102.467 59.559 73.801
Volume 507.226 1.230.800 1.065.640 1.306.630 862.039 511.130 927.846
Sumber : Dirjen Bea dan Cukai; diolah
1.2. PDRB Sisi Sektoral
Berdasarkan sektoral, pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2013 ditopang
oleh percepatan pertumbuhan sektor pertanian, jasa-jasa, dan perdagangan,
hotel, dan restoran (PHR) (Tabel 1.5). Sektor pertanian berkontribusi paling besar
terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan dengan sumbangan
2,78% atau 35,50% dari pertumbuhan ekonomi. Disusul sektor PHR yang berkontribusi
sebesar 24,14% dan sektor jasa-jasa yang berkontribusi 21,58% (Grafik 1.10).
Secara tahunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh paling
tinggi pada triwulan laporan. Pertumbuhan sektor PHR mencapai 9,45% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 8,83% (yoy) maupun
terhadap triwulan IV-2013 yang sebesar 7,87% (yoy). Sementara itu, peningkatan
pelayanan pemerintahan umum mendorong percepatan pertumbuhan sektor jasa-jasa
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 9,17% (yoy), lebih
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 18
BANK INDONESIA
baik dibandingkan pencapaian pertumbuhan triwulan III-2013 yang sebesar 8,73% (yoy).
Selaras dengan itu, perbaikan kinerja subsektor tanaman bahan pangan mendorong laju
pertumbuhan sektor pertanian lebih tinggi dari perkiraan. Sektor pertanian tumbuh
7,63% (yoy), meningkat cukup tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2013 dan
triwulan IV-2012 yang masing-masing hanya tumbuh sebesar 3,71% (yoy) dan 3,02%
(yoy). Di sisi lain, kinerja sektor pertambangan dan penggalian paling rendah dibanding
sektor-sektor lainnya. Namun, walaupun masih tumbuh negatif sebesar -0,25% (yoy),
kinerja sektor ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan III-2013 yang turun
lebih tajam sebesar -0,67% (yoy). Kondisi ini selaras dengan membaiknya kinerja ekspor
batubara pada triwulan laporan.
Tabel 1.5. PDRB Provinsi Bengkulu Menurut Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000
miliar rupiah (kecuali dinyatakan lain)
Lapangan Usaha
Q- IV 2012 Q- I 2013 Q- I I 2013 Q- I I I 2013 Q- IV 2013
Nilai Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb
.
Tahunan
Pertanian 878 3,02% 891 2,40% 904 3,06% 918 3,71% 945 7,63%
Pertambangan dan
Penggalian 86 5,25% 85 5,72% 85 -0,52% 83 -0,67% 86 -0,25%
Industri Pengolahan 108 7,11% 108 8,45% 110 7,56% 114 7,04% 117 7,60%
Listrik, Air dan Gas 12 5,66% 12 5,84% 12 4,84% 12 5,13% 12 4,49%
Bangunan 79 6,41% 77 7,83% 76 3,04% 78 4,64% 83 4,85%
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 482 7,87% 493 6,46% 506 7,35% 523 8,83% 527 9,45%
Angkutan dan
Komunikasi 200 3,14% 202 5,88% 206 5,45% 213 7,52% 215 7,09%
Keuangan dan Persewaan 122 7,58% 123 8,43% 126 8,23% 128 7,77% 131 7,30%
Jasa-jasa 444 9,10% 443 8,50% 452 7,94% 471 8,73% 485 9,17%
PDRB 2.411 5,67% 2.434 5,44% 2.477 5,32% 2.541 6,19% 2.600 7,83%
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara
Grafik 1.10. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2013 Sektoral
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
35.50%
-0.13%
4.34%
0.26%
2.04%
24.14%
7.54%
4.73%
21.58%
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa Persh.
Jasa-JasaKeterangan : porsi sumbangan
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 19
BANK INDONESIA
Struktur perekonomian Provinsi Bengkulu masih sama dibandingkan
periode-periode sebelumnya. Perekonomian pada triwulan IV-2013 masih didominasi
oleh sektor pertanian dengan porsi 36,33%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan
restoran 20,28%, dan sektor jasa-jasa sebesar 18,66% (Tabel 1.5). Porsi sektor pertanian
mengalami sedikit peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tingginya
pertumbuhan sektor pertanian, baik tabama maupun perkebunan, merupakan faktor
pendorong peningkatan porsi sektor pertanian dalam struktur perekonomian Provinsi
Bengkulu.
Tabel 1.6. Struktur PDRB Atas Dasar Harga Konstan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu dalam %
Lapangan Usaha 2012 2013
Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV
1. Pertanian 36,98% 36,40% 36,61% 36,50% 36,11% 36,33%
2. Pertambangan dan Penggalian 3,50% 3,57% 3,50% 3,44% 3,28% 3,30%
3. Industri Pengolahan 4,47% 4,49% 4,42% 4,42% 4,50% 4,48%
4. Listrik. Gas dan Air 0,49% 0,50% 0,50% 0,50% 0,49% 0,48%
5. Bangunan 3,13% 3,27% 3,15% 3,07% 3,08% 3,18%
6. Perdagangan. Hotel dan Restoran 20,10% 19,98% 20,24% 20,43% 20,60% 20,28%
7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,27% 8,31% 8,31% 8,31% 8,38% 8,26%
8. Keuangan dan Persewaan 4,95% 5,05% 5,07% 5,07% 5,03% 5,03%
9. Jasa jasa 18,11% 18,43% 18,19% 18,26% 18,54% 18,66%
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara
1.2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian tumbuh tertinggi dalam lima tahun terakhir. Pada triwulan
IV-2013 sektor pertanian tumbuh sebesar 7,63% (yoy), lebih baik dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun triwulan IV-2012 yang masing-masing hanya
tumbuh 3,71% (yoy) dan 3,02% (yoy). Peningkatan produksi tabama pada triwulan
laporan diperkirakan menjadi salah satu pendorong membaiknya sektor pertanian.
Komoditas tabama tumbuh tinggi mencapai 7,90% (yoy), lebih baik dibandingkan
triwulan sebelumnya yang turun 0,15% (yoy). Peningkatan kinerja subsektor tabama
ditandai dengan pencapaian produksi beras yang mencapai 127 ribu ton pada triwulan
laporan atau naik 19,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peran pemerintah
daerah dalam pembinaan, pengawasan, dan bantuan sarana/prasarana seperti pengadaan
bibit dan pengendalian hama merupakan salah satu faktor tercapainya peningkatan
produksi padi tersebut. Hal yang sama terjadi pada subsektor perkebunan yang secara
tahunan tumbuh 10,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 20
BANK INDONESIA
tumbuh sebesar 9,59% (yoy). Pencapain ini juga masih lebih baik dibandingkan periode
triwulan IV-2012 yang naik 7,14% (yoy).
Membaiknya sektor pertanian tidak selaras dengan pandangan pelaku usaha
terhadap sektor ini. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2013
menunjukkan adanya penurunan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha sektor
pertanian triwulan IV-2013 dari 3,77 menjadi 2,83. Angka tersebut menggambarkan
realisasi kinerja sektor pertanian menurut pelaku usaha pada triwulan laporan lebih
rendah dibandingkan sebelumnya.
Percepatan pertumbuhan sektor pertanian sejalan dengan dukungan
perbankan Provinsi Bengkulu melalui penyaluran kredit di sektor pertanian
(Grafik 1.11). Walaupun sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya, penyaluran kredit di sektor pertanian masih tumbuh sebesar 57,03% (yoy).
Kondisi ini cukup menggembirakan bagi perkembangan pertanian di Bengkulu di tengah
kebijakan pengetatan suku bunga acuan kredit oleh bank sentral. Kredit pertanian yang
disalurkan perbankan sampai triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp808 miliar, dimana
93,25% disalurkan pada pertanian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dilihat dari
komoditasnya, kredit kepada perkebunan kelapa sawit dan karet merupakan yang
terbesar mencapai Rp638 miliar atau 79% dari total kredit di sektor ini. Sedangkan kredit
kepada pertanian padi hanya Rp2,5 miliar.
Grafik 1.11. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu
Sumber : Laporan Bank Umum Bank Indonesia dan Bea Cukai, diolah
1.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tumbuh paling tinggi pada
triwulan IV-2013. Sektor PHR secara tahunan tumbuh sebesar 9,45% (yoy), lebih baik
57.03%
-40%
10%
60%
110%
160%
210%
175,000
275,000
375,000
475,000
575,000
675,000
775,000
875,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011 2012 2013
Kredit Pertanian (Rp Juta)
g(yoy)
-23%-155%
-80%
-5%
70%
145%
220%
295%
370%
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
20000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2011 2012 2013
Realisasi Ekspor Perkebunan (Ton)
g(yoy)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 21
BANK INDONESIA
dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2013 yang tumbuh sebesar 8,83% (yoy).
Percepatan pertumbuhan sektor PHR ini didorong oleh peningkatan subsektor
perdagangan besar dan eceran yang mampu tumbuh 9,66% (yoy). Peningkatan
pendapatan masyarakat sebagai seiring perbaikan sektor pertanian diprediksi mendorong
membaiknya daya beli masyarakat. Selain itu, pelaksanaan beberapa event daerah di
Bengkulu seperti Bengkulu Expo dan Festival Tabot berkontribusi terhadap peningkatan
aktivitas perdagangan pada triwulan laporan. Di sisi lain, subsektor hotel dan restoran
terus tumbuh pada triwulan laporan. Penyelenggaraan event tersebut juga secara
langsung berdampak pada subsektor hotel dan restoran, hal ini selaras dengan hasil
liaison yang menyatakan tingkat hunian hotel saat penyelenggaraan event cenderung
meningkat. Secara triwulanan, sektor PHR tumbuh sebesar 0,77% (qtq), lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulanan pada triwulan IV-2012 yang sebesar
0,19% (qtq).
Namun, hasil Survei Konsumen (SK) triwulan IV-2013 Bank Indonesia
Provinsi Bengkulu menunjukkan arah pertumbuhan yang berbeda. Masyarakat
cenderung membatasi konsumsinya sehingga berdampak pada sektor PHR secara
keseluruhan. Penurunan konsumsi ini tercermin dari pendapat responden yang
menyatakan bahwa triwulan laporan adalah bukan saat yang tepat untuk melakukan
konsumsi barang tahan lama (durable goods). Selaras dengan itu, berdasarkan hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan-IV Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, realisasi
kegiatan usaha subsektor perdagangan tercatat lebih rendah dibandingkan realisasi
triwulan III-2013 dan ekspektasi pelaku usaha sebelumnya.
Grafik 1.12. Indikator Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Provinsi Bengkulu
Sumber : Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
20.51%
-23%
-3%
17%
37%
57%
77%
150,000
650,000
1,150,000
1,650,000
2,150,000
2,650,000
3,150,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 2011 2012 2013
Kredit PHR (Rp Juta)
g(yoy)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 22
BANK INDONESIA
Percepatan pertumbuhan sektor PHR berbanding terbalik dengan
pertumbuhan penyaluran kredit PHR pada triwulan laporan yang cenderung
melambat. Secara tahunan, penyaluran kredit sektor PHR pada triwulan IV-2013 tumbuh
sebesar 20,51% (yoy), turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 23,94%
(yoy). Secara triwulanan, penyaluran kredit sektor PHR pada triwulan laporan tumbuh
sebesar 2,20% (qtq) menjadi Rp2,87 triliun, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan III-2013 yang mencapai 2,77% (qtq). Kenaikan suku bunga acuan (BI Rate)
yang sampai Desember 2013 mencapai 7,5% diprediksi menjadi faktor tertahannya
pertumbuhan kredit.
1.2.3. Sektor Jasa - Jasa
Sektor jasa-jasa tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan sektor jasa-jasa lebih tinggi dibandingkan triwulan III-213 mencapai 9,17%
(yoy). Pertumbuhan disektor ini ditopang oleh subsektor jasa pemerintahan umum yang
menyumbang 6,90% terhadap pertumbuhan sektor jasa-jasa. Percepatan pembangunan
proyek-proyek pemerintah terkait persiapan sebagai tuan rumah Hari Pers Nasional pada
bulan Februari 2014 menjadi salah satu pendorong tingginya pertumbuhan sektor jasa-
jasa pada triwulan laporan. Beberapa proyek pemerintah yang terlihat dilakukan pada
triwulan IV-2013 antara lain: perbaikan jalan raya, bandara Fatmawati Soekarno, dan
fasilitas umum lainnya. Secara triwulanan sektor jasa-jasa mencatatkan pertumbuhan
sebesar 2,97% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2012 yang
sebesar 2,56% (qtq).
Pertumbuhan sektor jasa-jasa sejalan dengan pertumbuhan penyaluran
kredit perbankan kepada sektor jasa-jasa. Secara tahunan, penyaluran kredit untuk
sektor jasa pada triwulan IV-2013 meningkat sebesar 28,92% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,04% (yoy). Secara
triwulanan, penyaluran kredit sektor jasa tumbuh sebesar 4,45% (qtq), lebih tinggi
dibandingkan triwulan III-2013 yang sebesar 4,22% (yoy). Namun, peningkatan
pertumbuhan sektor jasa berbeda dengan persepsi pelaku usaha di sektor ini yang terlihat
dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2013. Hasil SKDU menunjukkan
adanya penurunan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi kegiatan usaha sektor jasa-jasa
dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya (Grafik 1.13).
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 23
BANK INDONESIA
Grafik 1.13. Indikator Sektor Jasa-jasa di Provinsi Bengkulu
Sumber : Bank Indonesia Bengkulu & BPS Provinsi Bengkulu. diolah & angka sementara
1.2.4. Sektor-Sektor Lainnya
Pada triwulan IV-2013, sektor bangunan tumbuh sebesar 4,85% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,64%
(yoy). Perkembangan sektor bangunan mengindikasikan peningkatan proyek-proyek
pemerintah dan swasta pada triwulan laporan. Pembangunan infrastruktur milik
pemerintah terlihat dari proyek-proyek jalan dan sarana publik, sedangkan pembangunan
oleh swasta terindikasi dari bertambahnya pembangunan perumahan baru di Bengkulu.
Pembangunan infrastruktur jalan salah satunya merupakan rangkaian persiapan Hari Pers
Nasional di Bengkulu pada Februari 2014. Secara triwulanan, sektor bangunan tumbuh
sebesar 5,71% (qtq), lebih baik dibandingkan triwulan IV-2012 yang tumbuh 5,49% (qtq).
Grafik 1.14. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu
Sumber : Bank Indonesia dan Asosiasi Semen Indonesia. diolah
50,000
125,000
200,000
275,000
350,000
425,000
500,000
575,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013
Kredit Sektor Jasa (juta Rp)
PDRB Sektor Jasa (juta Rp)
2.94
-11.00
-6.00
-1.00
4.00
9.00
14.00
19.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013
Realisasi Sektor Jasa (Hasil SKDU)
-8.99%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2011 2012 2013
Kons. Semen (ton)
g(yoy)
179
1,251
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011 2012 2013
Penyaluran Kredit (miliar Rp)
KonstruksiPerumahan
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 24
BANK INDONESIA
Pertumbuhan sektor bangunan juga tercermin dari peningkatan tingkat
konsumsi semen (Grafik 1.14). Konsumsi semen sepanjang Oktober-Desember 2013
tercatat sebesar 162 ribu ton, sedangkan pada triwulan III-2013 konsumsi semen hanya
115 ribu ton. Dengan demikian, konsumsi semen pada triwulan laporan tercatat naik
40,8% (qtq). Namun, bila dilihat dari penyaluran kredit perbankan pada sektor bangunan
yang meliputi kredit konstruksi dan kredit perumahan, terlihat adanya tren penurunan
pertumbuhan kredit. Kredit konstruksi turun 12,39% (qtq), sedangkan kredit perumahan
hanya tumbuh 5,92% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya dapat tumbuh 6,29% (qtq).
Terbatasnya pertumbuhan kredit sejalan dengan kenaikan BI Rate yang dilakukan oleh
bank sentral sepanjang tahun 2013.
Pada triwulan IV-2013, sektor listrik, gas dan air bersih secara tahunan
tumbuh sebesar 4,49% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 5,13% (yoy). Perlambatan sektor ini didorong oleh melemahnya kinerja
subsektor air bersih sepanjang triwulan laporan. Pada triwulan III-2013, subsektor air
bersih mampu tumbuh 3,25% (yoy), sedangkan pada triwulan IV-2013 hanya tumbuh
1,23% (yoy). Penyelesaian permasalahan distribusi air oleh PDAM Tirta Darma Bengkulu
merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja subsektor air
bersih. Pada triwulan laporan PDAM Tirta Darma telah melakukan perbaikan saluran
distribusi utama air di beberapa titik yang mengalami kerusakan. Di sisi lain, kinerja
subsektor listrik meningkat. Subsektor listrik tumbuh 7,68% (yoy), lebih baik dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya 6,96% (yoy). Perkembangan subsektor
listrik terindikasi dari tingkat konsumsi listrik rata-rata yang cenderung meningkat sejak
akhir triwulan III-2013. Selaras dengan itu, jumlah pelanggan listrik ikut meningkat dari
362 ribu pelanggan pada triwulan III-2013 menjadi 366 ribu pelanggan pada triwulan
laporan atau naik 12,8%(yoy). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan sektor bangunan,
terutama peningkatan pembangunan perumahan tempat tinggal.
Pertumbuhan sektor listrik, air dan gas tidak diikuti peningkatan
pertumbuhan penyaluran kredit di sektor ini. Kredit perbankan yang disalurkan
kepada sektor listrik, gas dan air bersih turun sebesar 3,30% (qtq), lebih dalam
dibandingkan penurunan triwulan sebelumnya yang hanya turun sebesar 0,43% (qtq).
Secara tahunan, kredit sektor ini hanya tumbuh 22,95% (yoy), melambat dibandingkan
triwulan III-2013 yang mampu tumbuh 25,66% (yoy) (Grafik 1.15). Sama seperti
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 25
BANK INDONESIA
penyaluran kredit di sektor-sektor lainnya, naiknya BI Rate diperkirakan menjadi faktor
terbatasnya penyaluran kredit pada triwulan laporan.
Grafik 1.15. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu
Sumber : PLN Bengkulu dan Bank Indonesia. diolah
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2013 perlahan
membaik. Walaupun tercatat masih turun sebesar 0,25% (yoy), lebih baik dibandingkan
triwulan sebelumnya yang turun lebih dalam sebesar 0,67% (yoy). Pertumbuhan ini
terutama disumbang oleh peningkatan volume produksi pertambangan batubara dan
berdampak pada membaiknya ekspor batubara ke mancanegara. Peningkatan permintaan
dari negara-negara importir utama seperti China dan India diperkirakan mendorong
pertumbuhan subsektor pertambangan batubara. Namun, harga internasional batu bara
yang belum membaik membatasi pertumbuhan sektor pertambangan ke level yang lebih
tinggi. Secara triwulanan, kinerja sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar
3,11% (qtq).
Grafik 1.16. Indikator Sektor Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Bengkulu
Sumber : Laporan Bank Umum, Bank Indonesia. Diolah
367
42
15
20
25
30
35
40
45
50
55
200
220
240
260
280
300
320
340
360
380
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2011 2012 2013Ju
taRib
u
Konsumsi Listrik
Jml. Pelanggan (orang, axis kiri)
Konsumsi (KWh, axis kanan)
22.95%
-40.0%
-20.0%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Kredit Sektor Listrik, Gas, Air (juta Rp)
gYOY
-40.85%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011 2012 2013
Kredit Sektor Pertambangan dan penggalian(juta Rp)
gYOY
-4.20 -5
-4
-3
-2
-1
-
1
2
3
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013
Realisasi Sektor Pertambangan (Hasil SKDU)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 26
BANK INDONESIA
Membaiknya sektor pertambangan dan penggalian juga terindikasi dari
pertumbuhan penyaluran kredit perbankan kepada sektor tersebut (Grafik 1.16).
Secara tahunan, penyaluran kredit sektor pertambangan dan penggalian tercatat turun
sebesar 40,85% (yoy), masih lebih baik dibandingkan triwulan III-2013 yang turun
42,18% (yoy). Namun, banyaknya perusahan pertambangan yang menutup usaha
mendorong perlambatan penyaluran kredit secara triwulanan. Dibandingkan triwulan III-
2013, kredit ke sektor ini turun 9,26% (qtq). Hal ini selaras dengan hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2013 yang menunjukkan adanya penurunan Saldo Bersih
Tertimbang (SBT) realisasi kegiatan usaha sektor pertambangan dibandingkan dengan
kondisi triwulan III-2013.
Bo
ks
1
Hasil Liaison KPw BI Provinsi Bengkulu Triwulan IV 2013
Kegiatan Liaison selama Triwulan IV-20131 dilakukan melalui kunjungan wawancara
terhadap 5 (lima) contact yang bergerak dalam subsektor jasa perhotelan, lembaga keuangan
bank, industri pengolahan, dan jasa angkutan. Secara umum, hasil liaison kepada pelaku usaha
menunjukkan bahwa kondisi perekonomian Provinsi Bengkulu sedang menuju arah perbaikan
meskipun belum signifikan. Perekonomian menghadapi tantangan seiring dengan terbatasnya
daya konsumsi masyarakat serta tingkat inflasi yang tinggi. Ketidakpastian kondisi ekonomi
mendorong pelaku usaha untuk membatasi ekspansi usahanya.
Peningkatan penjualan domestik (Tabel 1) terjadi pada sektor perdagangan, hotel &
restoran (PHR) dan sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Sementara itu, volume
penjualan sektor industri pengolahan, terutama CPO, serta sektor pengangkutan dan
komunikasi mengalami penurunan. Peningkatan pada sektor PHR dan keuangan didorong oleh
ekspansi kedua sektor ini yang cukup kuat sepanjang dua tahun terakhir. Sementara
penurunan pada sektor pengangkutan lebih disebabkan karena tekanan pada daya beli
masyarakat sehingga membatasi pengeluaran yang terkait dengan transportasi, khususnya
transportasi jarak jauh. Sektor industri pengolahan masih terdampak oleh kondisi harga jual
yang rendah. Meskipun demikian, pelemahan rupiah memberikan angin segar bagi
peningkatan omzet perusahaan yang berbasis ekspor. Pada tahun 2014, para pelaku usaha
secara umum menunjukkan optimisme terhadap peningkatan volume penjualan seiring dengan
1 Hasil Diary Notes per individual contact diakses terbatas
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 27
BANK INDONESIA
perbaikan harga jual komoditas pertanian, tingkat inflasi yang diperkirakan akan lebih moderat
serta adanya konsumsi menjelang perhelatan politik. Namun, sektor pengangkutan
kemungkinan masih akan tertekan karena adanya kemungkinan terbatasnya mobilitas
masyarakat pada masa Pemilu.
Tabel 1. Liaison : Volume Penjualan
Sub Sektor
Likert Scale
Saat Ini Proyeksi
Domestik Ekspor Domestik Ekspor
Industri Tanpa Migas: Makanan, Minuman dan Tembakau
-2 2 1 1
Lembaga Keuangan Bank 2 - 2 -
Jasa perhotelan 1 - 2 -
Jasa Transportasi -2 - 0 -
Tingkat kapasitas utilisasi usaha meningkat dibandingkan dengan tahun lalu pada
dua contact, yaitu pada sektor PHR (terutama pada subsektor perhotelan) dan sektor keuangan,
persewaan & jasa perusahaan. Dari subsektor perhotelan, kapasitas utilisasi hotel rata-rata
berkisar 72%, meningkat dibanding tahun lalu sebesar 10 %. Pada sektor keuangan,
persewaan & jasa perusahaan, peningkatan kapasitas utilisasi tercermin dari peningkatan LDR
perbankan yang meningkatkan dibandingkan tahun lalu. Tahun depan diperkirakan tingkat
hunian hotel mengalami kenaikan sehingga berkisar pada angka 78%. Sementara itu, dua
sektor lainnya menyatakan bahwa tingkat kapasitas utilisasi usaha akan relatif sama
dibandingkan dengan tahun ini.
Peningkatan jumlah tenaga kerja hanya terjadi pada sektor PHR, yang diwakili oleh
subsektor perhotelan. Peningkatan jumlah tenaga kerja didorong oleh kebutuhan
pengembangan perusahaan sehingga membutuhkan SDM tambahan. Sementara itu, jumlah
tenaga kerja di sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan relatif stabil dibandingkan
tahun lalu. Subsektor angkutan menyatakan adanya penurunan jumlah tenaga kerja
dibandingkan dengan tahun lalu, dimana hal tersebut merupakan dampak dari kebijakan
perusahaan untuk melakukan efisiensi serta meningkatkan penggunaan teknologi. Contact
pada semua sektor menyatakan belum ada rencana penambahan jumlah tenaga kerja yang
signifikan pada tahun depan. Namun, jika perekonomian membaik dan perusahaan mengalami
perkembangan, tidak menutup kemungkinan dilakukan penambahan tenaga kerja.
Sebagian besar contact menyatakan bahwa harga jual produk meningkat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, yaitu contact yang berasal dari subsektor perhotelan, subsektor
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 28
BANK INDONESIA
lembaga keuangan bank, dan subsektor angkutan. Peningkatan harga jual terutama didorongn
oleh kenaikan biaya operasional perusahaan. Sedangkan dari subsektor industri pengolahan,
harga jual komoditas belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Margin subsektor keuangan dan industri pengolahan karet menunjukkan peningkatan.
Dari subsektor lembaga keuangan bank, peningkatan margin terutama disumbangkan oleh
perkembangan penyaluran kredit. Kenaikan margin perusahaan juga dicatatkan oleh subsektor
industri pengolahan yang berorientasi ekspor akibat depresiasi rupiah. Sementara itu, subsektor
perhotelan dan jasa angkutan menyatakan tidak ada perubahan margin. Kenaikan harga jual
dianggap tidak meningkatkan margin karena biaya operasional yang juga meningkat.
Pada tahun 2013 contact yang melakukan realisasi investasi berasal dari subsektor
lembaga keuangan bank dan subsektor industri pengolahan. Investasi tersebut meliputi
pembangunan pembangkit listrik, replanting, dan penambahan jaringan kantor baru.
Sementara itu, contact subsektor perhotelan menyatakan tidak melakukan investasi pada tahun
2013. Di sisi lain, sektor pengangkutan dan komunikasi menyatakan bahwa tingkat investasi
tahun 2013 lebih rendah dibandingkan tahun 2012. Untuk tahun depan, secara umum pelaku
usaha cukup optimis dalam melakukan investasi, terutama sektor perhotelan. Prospek
perhotelan yang semakin tinggi setiap tahun mendorong perusahaan untuk meningkatkan
investasinya untuk memenuhi permintaan yang masih sangat besar. Sementara contact dari
subsektor industri pengolahan dan pengangkutan menyatakan tidak akan meningkatkan
investasi pada tahun depan. Hal ini dilakukan oleh perusahaan mengingat tahun 2014 sebagai
tahun politik sehingga kestabilan ekonomi masih belum dapat diprediksi.
Ditinjau dari strukturnya, biaya untuk semua sektor yang menjadi contact didominasi
oleh biaya pembelian bahan baku. Biaya operasional lainnya seperti biaya upah dan biaya
energi merupakan komponen kedua dalam komposisi biaya perusahaan/pelaku usaha. Secara
umum, biaya yang dikeluarkan masing-masing contact mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun lalu. Menurut contact, kenaikan biaya bahan baku terutama
didorong oleh peningkatan inflasi dan persaingan perolehan bahan baku. Sedangkan dari sisi
biaya upah, kenaikan dinilai wajar mengingat adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP)
dari tahun ke tahun, disamping adanya peningkatan jumlah tenaga kerja. Kenaikan Bahan
Bakar Minyak (BBM) subsidi dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) juga mendorong kenaikan biaya
energi.
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 29
BANK INDONESIA
Inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 meningkat. Secara tahunan, inflasi
Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 mencapai 9,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 9,54% (yoy). Tingginya realisasi inflasi pada
pertengahan tahun, kenaikan harga bahan makanan pada bulan Oktober, dan
meningkatnya harga jasa transportasi pada bulan Desember mendorong inflasi ke tingkat
yang lebih tinggi pada akhir tahun 2013.
Secara musiman, perilaku inflasi masih sama dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Inflasi triwulanan pada triwulan laporan sebesar 0,63% (qtq), lebih rendah
dibandingkan inflasi triwulan III-2013 yang mencapai 4,59% (qtq). Namun demikian, jika
dilihat secara triwulanan (qtq), inflasi triwulan IV-2014 lebih tinggi dibandingkan inflasi
pada periode yang sama tahun lalu sebesar 0,27% (qtq) maupun rata-rata inflasi triwulan
IV lima tahun terakhir yang sebesar 0,28%.
Menurut kelompok barang dan jasa, peningkatan inflasi tahunan terutama terjadi
pada kelompok bahan makanan dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan
masing-masing sebesar 15,04% (yoy) dan 16,37% (yoy). Tingginya kenaikan harga
beberapa komoditas pangan utama seperti beras, cabai merah, dan bawang merah pada
triwulan sebelumnya sebagai dampak keterbatasan pasokan menyebabkan pencapaian
inflasi akhir tahun kelompok bahan makanan cukup tinggi. Selaras dengan itu,
pencapaian inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang tinggi juga
disebabkan tingginya inflasi triwulan sebelumnya sebagai dampak kenaikan BBM
bersubsidi dan faktor musiman kenaikan tarif angkutan udara pada akhir tahun. Namun,
secara triwulanan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, dan kelompok
kesehatan. Pemicu utama inflasi triwulanan pada triwulan laporan adalah peningkatan
tarif jasa penerbangan pada akhir tahun, naiknya tarif tenaga listrik pada bulan November
2013 yang mendorong inflasi subkelompok penerangan, dan pelemahan nilai tukar rupiah
yang mendorong pelaku usaha untuk menaikkan harga jual obat-obatan impor.
Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi tahunan pada triwulan laporan
terutama terjadi pada kelompok volatile food yaitu dari 13,45% (yoy) pada triwulan III-
2013 menjadi 15,49% (yoy). Sementara inflasi komoditas core dan administered prices
relatif stabil. Inflasi core pada triwulan laporan sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu dari 5,87% (yoy) menjadi 5,52% (yoy). Selaras dengan itu, inflasi
administered prices juga turun dari 12,70% (yoy) menjadi 12,64% (yoy).
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 30
BANK INDONESIA
Inflasi Provinsi Bengkulu1 pada triwulan IV-2013 meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013
mencapai 9,94% (yoy), meningkat dari triwulan III-2013 yang sebesar 9,54% (yoy).
Pencapaian inflasi Provinsi Bengkulu tercatat berada di atas inflasi nasional triwulan IV-
2013 yang sebesar 8,38% (Grafik 2.1). Selain itu, tingkat inflasi pada tahun 2013 lebih
tinggi dibandingkan inflasi pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,30% (yoy),
bahkan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Provinsi Bengkulu
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Pencapaian inflasi triwulanan pada triwulan IV-2013 lebih tinggi
dibandingkan rata-rata inflasi triwulanan tiga tahun terakhir. Secara triwulanan,
inflasi triwulan laporan mencapai 0,64% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulanan
pada periode yang sama pada tahun 2012 yang sebesar 0,27% (qtq). Kenaikan tarif
tenaga listrik (TTL) sebesar 4,3% pada bulan Oktober 2013 mendorong inflasi listrik
sebesar 3,41% (qtq). Kenaikan tarif tenaga listrik telah disepakati untuk dilakukan secara
bertahap per triwulan sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 30 Tahun 2012 yang
berlaku untuk seluruh pelanggan baik dari kelompok rumah tangga, sosial, bisnis, industri,
dan publik dengan daya mula 1.300 volt ampere (VA). Sementara itu, harga obat-obatan
yang banyak didatangkan melalui impor mulai meningkat pada triwulan laporan sebagai
dampak berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini mendorong inflasi pada
subkelompok kesehatan yang mencapai 1,01% (qtq).
1 Inflasi yang terjadi di kota Bengkulu diasumsikan dapat mewakili inflasi Provinsi Bengkulu secara keseluruhan
9.94%
8.38%
0.64%
0.75%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2010 2011 2012 2013
Bengkulu (yoy) Nasional (yoy) Bengkulu (qtq) Nasional (qtq)
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 31
BANK INDONESIA
Grafik 2.2. Realisasi Inflasi Tahun 2013 (Tahun Kalender, ytd)
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Inflasi pada keseluruhan tahun 2013 terutama didorong oleh kenaikan
harga pada komoditas bahan makanan dan transportasi. Tingginya inflasi bahan
makanan pada akhir tahun 2013 merupakan dampak dari inflasi triwulan sebelumnya
yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan terbatasnya pasokan beberapa bahan makanan
utama di Provinsi Bengkulu pada puncak konsumsi bulan Agustus 2013. Selain itu,
kenaikan harga BBM bersubsidi pada triwulan II-2013 mempengaruhi pencapaian inflasi
pada subkelompok transportasi pada akhir tahun 2013. Secara keseluruhan tahun 2013,
subkelompok transportasi berkontribusi sebesar 2,51% terhadap pencapaian inflasi 2013.
2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa Provinsi
Bengkulu
Kelompok Barang/Jasa Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013
IHK Inflasi
(% yoy)
Inflasi
(% qtq) IHK
Inflasi
(% yoy)
Inflasi
(% qtq)
IHK Inflasi
(% yoy)
Inflasi
(% qtq)
Bahan makanan 181,29 11,40 2,73 190,70 13,14 5,19 190,70 15,04 0,00
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
159,28 5,75 0,43 165,87 8,49 4,13 167,12 6,36 0,75
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
144,20 5,57 2,14 145,04 5,61 0,58 146,58 6,54 1,06
Sandang 145,50 0,66 (3,14 ) 154,28 1,10 6,03 154,11 2,09 -0,11
Kesehatan 132,70 7,71 3,71 135,49 7,05 2,10 136,86 6,92 1,01
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
145,75 12,47 0,35 150,12 4,18 3,00 150,12 3,11 0,00
Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
112,31 8,41 3,78 122,85 15,66 9,38 124,84 16,37 1,62
Inflasi Umum 148,69 7,89 1,80 155,51 9,54 4,59 156,50 9,94 0,64%
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
9.94%
8.83%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011 2012 2013
Bengkulu ytd Nasional ytd
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 32
BANK INDONESIA
Pada triwulan IV-2013, inflasi terjadi pada seluruh kelompok barang dan
jasa (Tabel 2.1). Secara tahunan, inflasi tertinggi terjadi pada komoditas kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 16,37% (yoy), diikuti oleh komoditas
kelompok bahan makanan yang naik 15,04% (yoy). Sementara itu, kelompok sandang
mencatatkan inflasi paling rendah sebesar 2,09% (yoy). Kondisi ini sama dengan triwulan
sebelumnya dimana inflasi komoditas kelompok bahan makanan dan kelompok
transportasi/komunikasi/jasa keuangan naik paling tinggi. Namun, jika dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu, terdapat pergeseran kelompok komoditas dengan
inflasi tertinggi. Pada triwulan IV-2012, inflasi kelompok bahan makanan dan kelompok
transportasi/komunikasi/jasa keuangan relatif rendah. Berkurangnya pasokan bahan
makanan utama karena permasalahan produksi di sentra pertanian Bengkulu dan kendala
distribusi dari daerah lain diperkirakan menjadi faktor utama inflasi bahan makanan pada
triwulan laporan. Sementara itu, kenaikan harga BBM bersubsidi secara langsung
mendorong inflasi subsektor transportasi.
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Provinsi Bengkulu
Subkelompok
Barang/Jasa Tw IV-2012 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
Padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya
3,67 0,31 5,09 2,85 5,32 (2,28) 4,08 3,24 10,52 6,51
Daging-dan hasil-hasilnya
10,82 1,34 1,07 (6,82) 5,95 20,84 23,50 8,23 1,43 (16,77)
Ikan segar 13,15 (11,89) 10,42 5,10 12,24 5,37 6,32 8,97 12,73 (6,58)
Ikan diawetkan 7,29 1,22 7,82 1,29 14,69 7,97 19,87 8,29 14,24 (3,53)
Telur, susu dan hasil-hasilnya
(0,82) (0,53) (0,39) 3,07 3,53 0,15 6,07 3,30 9,70 2,87
Sayur-sayuran 1,64 (1,77) 14,70 7,65 17,49 0,47 31,03 23,32 31,46 (1,44)
Kacang-kacangan 14,95 (0,02) 10,73 (3,55) 10,70 0,08 3,55 7,29 0,34 (3,11)
Buah-buahan 16,19 0,92 21,07 9,16 29,23 7,28 23,96 4,90 38,28 12,58
Bumbu-bumbuan (22,79) 3,90 75,82 49,84 29,57 (0,59) 37,12 (11,40
) 39,48 5,69
Lemak dan minyak 7,18 (1,91) 4,62 (0,82) 2,61 0,22 (5,01) (2,58) (1,22) 2,00
Bahan makanan lainnya
(2,50) 1,87 (2,68) (0,66) 2,98 1,76 6,11 3,04 4,64 0,45
Inflasi Bahan Makanan
3,35 (1,65) 12,48 6,46 11,40 2,73 13,14 5,19 15,04 0,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Inflasi tahunan kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2013 tertinggi
dalam tiga tahun terakhir. Hal ini mencerminkan semakin berkurangnya pasokan bahan
makanan di tengah permintaan yang semakin meningkat. Hampir semua subkelompok
komoditas bahan makanan mengalami inflasi, kecuali subkelompok lemak dan minyak.
Namun, secara triwulanan, harga kelompok bahan makanan relative stabil. Hal ini
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 33
BANK INDONESIA
menggambarkan bahwa pencapaian inflasi bahan makanan yang tinggi pada akhir tahun
merupakan dampak dari tingginya inflasi pada triwulan sebelumnya. Secara tahunan,
subkelompok bumbu-bumbuan tercatat mengalami inflasi tertinggi sebesar 39,48% (yoy),
diikuti oleh buah-buahan sebesar 38,28% (yoy). Kondisi ini sama dengan inflasi triwulan
sebelumnya. Sementara itu, inflasi subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya
sebagai komoditas konsumsi terbesar tercatat sebesar 10,52%, lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun 2012. Realisasi inflasi subkelompok
padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya berbanding terbalik dengan capaian produksi
padi 2013 di Provinsi Bengkulu yang justru naik sebesar 7,6% dibandingkan tahun 2012.
Inflasi komoditas subkelompok bumbu-bumbuan terutama disebabkan
oleh berkurangnya produksi cabai merah dan bawang merah sebagai dampak
curah hujan yang tinggi sejak pertengahan tahun. Selain itu, terbatasnya produksi
lokal Bengkulu mengharuskan pemasok mendatangkan pasokan dari daerah lain seperti
Pulau Jawa dan Padang. Sehingga kenaikan harga cabai merah dan bawang merah di
daerah pemasok mempengaruhi harga jual di Bengkulu. Pada triwulan IV-2013, inflasi
cabai merah telah mencapai 77,02% (yoy), sedangkan bawang merah naik 60,25% (yoy).
Tingginya tingkat inflasi kedua komoditas tersebut merupakan kontribusi inflasi triwulan
sebelumnya. Sehingga walaupun, kenaikan harga cabai merah pada triwulan laporan
relatif kecil dan bawang merah bahkan mencatatkan deflasi, pencapaian inflasi pada
triwulan IV-2013 tetap tinggi.
Secara umum, hampir seluruh komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran
mengalami inflasi pada triwulan IV-2013. Inflasi subkelompok sayur-sayuran lebih
disebabkan pada keterbatasan pasokan sebagai dampak cuaca ekstrim yang terjadi pada
pertengahan tahun. Komoditas yang mengalami inflasi tertinggi adalah kacang panjang
dan kentang masing-masing sebesar 156,19% (yoy) dan 102,07% (yoy). Di sisi lain, inflasi
pada subkelompok buah-buahan didorong kenaikan harga buah impor seperti apel dan
jeruk seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Inflasi subkelompok buah-buahan
mencapai 38,28% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada periode yang sama tahun
lalu sebesar 16,18% (yoy).
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 34
BANK INDONESIA
Grafik 2.3. Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Provinsi Bengkulu (Tahunan, yoy)
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Inflasi subkelompok daging dan hasilnya relatif rendah, sedangkan
subkelompok ikan segar meningkat. Inflasi subkelompok daging dan hasilnya
hanya sebesar 1,43% (yoy). Pasokan yang mencukupi dan permintaan yang turun
menyebabkan beberapa komoditas daging mengalami deflasi pada triwulan IV-2013
sehingga inflasi akhir tahun cukup rendah. Di sisi lain, harga komoditas subkelompok ikan
segar mengalami peningkatan sebagai dampak cuaca ekstrim yang memicu gelombang
tinggi di perairan tangkapan ikan.
Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi/Minuman/Rokok & Tembakau Provinsi Bengkulu
Subkelompok
Barang/Jasa
Tw IV-2012 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
Makanan jadi 6,56 2,98 6,34 1,52 6,75 0,63 10,34 4,88 8,46 1,23
Minuman tidak
beralkohol 6,77 0,55 8,57 (0,34) 5,18 0,34 1,69 1,13 1,16 0,03
Tembakau dan
minuman beralkohol 4,31 3,47 3,77 0,29 3,77 0,00 7,87 3,95 4,25 0,00
Inflasi Makanan Jadi/Minuman/Rokok & Tembakau
7,31 2,77 5,95 0,94 5,75 0,43 8,49 4,13 6,36 0,76
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Tekanan inflasi komoditas kelompok makanan jadi/minuman/rokok dan
tembakau mereda. Inflasi tahunan tercatat sebesar 6,36% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,49% (yoy). Pencapaian inflasi
subkelompok makanan jadi/minuman/rokok dan tembakau triwulan laporan juga lebih
rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Koreksi harga terjadi pada
beberapa komoditas minuman seperti gula pasir dan air kemasan yang mengalami deflasi
12.7%
39.5%
10.5%
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Ikan SegarBumbu-bumbuanPadi, Umbi dan hasilnya
1.4%
31.5%
38.3%
-20.0%
-10.0%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Daging dan hasilnya Sayur-sayuran Buah-buahan
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 35
BANK INDONESIA
masing-masing sebesar 4,93% (yoy) dan 3,35% (yoy). Keputusan pemerintah yang
melakukan penambahan kuota impor gula diprediksi menekan laju inflasi gula pada akhir
triwulan IV-2013. Namun, beberapa komoditas subkelompok makanan jadi masih
mengalami inflasi cukup tinggi seperti makanan olahan. Kenaikan tarif tenaga listrik pada
Oktober 2013 diperkirakan menjadi salah satu faktor para pelaku usaha menaikkan harga
jual. Secara triwulanan, inflasi kelompok makanan jadi/minuman/rokok dan tembakau
relatif stabil. Hanya subkelompok makanan jadi yang sedikit mengalami inflasi sebesar
1,23% (qtq).
Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Provinsi Bengkulu
Subkelompok
Barang/Jasa
Tw IV-2012 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
Biaya tempat tinggal 1,17 0,31 4,48 3,77 6,60 2,88 7,54 0,42 8,22 0,94 Bahan bakar,
penerangan dan air 1,92 0,17 3,32 1,32 4,78 1,41 4,70 1,73 6,04 1,46
Perlengkapan rumah
tangga 1,07 0,00 1,21 0,18 2,15 1,02 1,54 0,33 2,46 0,91
Penyelenggaraan
rumah tangga 2,78
(0,36 )
4,64 2,23 5,06 1,15 1,21 (1,76) 2,29 0,70
Inflasi Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
1,53 0,18 3,89 2,62 5,57 2,14 5,61 0,58 6,54 1,07
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Pada kelompok perumahan/air/listrik/gas dan bahan bakar, inflasi tahunan
tercatat sebesar 6,54% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang sebesar 5,61% (yoy). Peningkatan inflasi terutama didorong oleh tekanan inflasi
pada subsektor biaya tempat tinggal berupa sewa rumah dan tukang. Semakin tingginya
permintaan terhadap rumah sewaan dengan ketersediaan yang terbatas mendorong
kenaikan harga sewa. Sementara itu, inflasi jasa tukang merupakan inflasi pada triwulan
awal 2013 sebagai realisasi UMP 2013. Hal ini tercermin dari tidak terjadinya inflasi
triwulanan baik pada triwulan III-2013 maupun triwulan IV-2013. Selain itu, inflasi
kelompok perumahan/air/listrik/gas dan bahan bakar juga didorong oleh inflasi subsektor
bahan bakar/penerangan/air dengan naiknya tarif tenaga listrik pada Oktober 2013.
Kenaikan tarif tenaga listrik pada triwulan IV-2013 merupakan tahapan kenaikan TTL
keseluruhan tahun 2013 yang direncanakan pemerintah sebesar 15%. Selaras dengan itu,
subkelompok bahan bakar/penerangan/air tercatat mengalami inflasi triwulanan tertinggi
pada kelompok ini sebesar 1,46% (qtq).
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 36
BANK INDONESIA
Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Provinsi Bengkulu
Subkelompok
Barang/Jasa
Tw IV-2012 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
Sandang laki-laki 5,42 1,10 3,90 0,23 3,34 0,00 4,15 2.77 5,72 2,63
Sandang wanita 5,61 0,41 5,73 0,12 7,46 1,89 6,17 3.65 7,20 1,38
Sandang anak-anak 6,29 0,18 6,29 0,00 6,17 0,34 6,92 6.37 6,83 0,10
Barang pribadi dan
sandang lainnya 3,01 ( 4,20) 0,57 (1,67) (9,04) (10,98) (7,49) 10.32 (6,70) (3,39)
inflasi Sandang 4.80 (1.09) 3.64 (0.48) 0,66 (3,14)
1,10
6.03
2,09 (0,11)
sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Inflasi tahunan kelompok sandang tercatat sebesar 2,09% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,10% (yoy) (Tabel 2.5).
Peningkatan inflasi kelompok sandang didorong inflasi pada sebagian besar komponen
kelompok sandang sebagai dampak musimam belanja akhir tahun dan libur panjang.
Namun jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, inflasi
tahunan kelompok sandang pada triwulan laporan mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan koreksi harga emas perhiasan sehingga mengalami deflasi sebesar 8,47%
(yoy). Penurunan harga emas perhiasan dipengaruhi oleh koreksi harga emas dunia
sebagai dampak positif membaiknya perekonomian global.
Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Provinsi Bengkulu
Subkelompok
Barang/Jasa
Tw IV-2012 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
Jasa Kesehatan 1,81 - 2,29 0,91 14,07 11,52 14,36 1,62 14,36 0,00
Obat-obatan 1,02 0,18 - 1,39 - 2,11 -1,22 0,17 (1,62) 0,15 1,38 3,23
Jasa Perawatan Jasmani 13,28 12,64 13,28 - 17,65 3,84 17,34 0,31 4,17 0,00
Perawatan Jasmani dan kosmetika
9,42 0,67 7,68 0,30 6,39 0,35 4,98 3,61 5,22 0,90
Inflasi Kesehatan 5,67 1,14 4,57 (0,04) 7,71 3,71 7,05
2,10 6,92 1,01
sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Inflasi tahunan kelompok komoditas kesehatan pada triwulan laporan
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi triwulan IV-2013 tercatat
sebesar 6,92% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan III-2013 yang sebesar 7,05%
(yoy) (Tabel 2.6). Secara umum, hanya subkelompok obat-obatan yang mengalami
pergerakan harga pada triwulan IV-2013. Harga obat-obatan naik sebesar 3,23% (qtq)
sehingga inflasi tahunan sebesar 1,38% (yoy). Pelemahan nilai tukar rupiah yang masih
berlanjut mendorong kenaikan harga obat-obatan impor. Di sisi lain, walaupun tidak ada
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 37
BANK INDONESIA
pergerakan pada triwulan IV-2013, inflasi subkelompok jasa kesehatan, jasa perawatan
jasmani, dan kosmetika meningkat cukup tinggi. Pada subkelompok jasa kesehatan,
peningkatan tarif yang signifikan terjadi pada tarif rumah sakit dan dokter spesialis yang
naik masing-masing sebesar 25,30% (yoy) dan 24,66% (yoy). Di sisi lain, parfum
merupakan komoditas kelompok kosmetika yang mengalami inflasi cukup tinggi. Hal ini
diperkirakan masih terkait dengan pelemahan nilai tukar rupiah, sebab bahan baku
maupun produk parfum banyak didatangkan melalui impor.
Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Provinsi Bengkulu
SubKelompok
Barang/Jasa Tw IV-2012 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
Jasa pendidikan 21,05 1,76 21,05 0,00 21,06 0,00 6,37 4,53 4,53 0,00 Kursus-kursus /
pelatihan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,03 0,03 0,00 0,03 0,00
Perlengkapan /
peralatan pendidikan 3,89 0,00 3,89 0,00 2,89 (0,23) 1,62 1,85 1,62 0,00
Rekreasi 0,41 0,03 1,56 0,00 2,17 0,73 0,80 0,03 0,77 0,00
Olahraga 0,41 0,41 2,74 2,32 1,99 (0,73) 1,99 0,00 1,78 0,21
Inflasi Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
12,32 1,04 12,60 0,05 12,47 0,06 4,18 3,00 3,11 0,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Inflasi kelompok pendidikan/rekreasi dan olahraga relatif stabil. Inflasi
tahunan sebesar 3,11% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 4,18% (yoy) (Tabel 2.7). Realisasi inflasi triwulan IV-2013 juga lebih
rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang mencapai 12,32% (yoy).
Pergerakan inflasi pada triwulan laporan umumnya merupakan dampak inflasi triwulan
sebelumnya, tercermin dari realisasi inflasi triwulanan sebesar 0%. Secara umum, hanya
subkelompok jasa pendidikan yang berkontribusi signifikan terhadap inflasi, khususnya
oleh tarif Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), SLTP, dan SMA. Inflasi jasa
pendidikan sebesar 4,53% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
dan triwulan IV-2012. Penyaluran Bantuan Siswa Miskin (BSM) pasca kenaikan
BBM bersubsidi oleh pemerintah menjadi salah satu pendorong berkurangnya
tekanan biaya yang dikeluarkan masyarakat pada subkelompok jasa pendidikan.
Tekanan inflasi kelompok transportasi/komunikasi dan jasa keuangan
meningkat. Inflasi tahunan tercatat sebesar 16,37% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 15,66% (yoy) (Tabel 2.8).
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 38
BANK INDONESIA
Peningkatan inflasi kelompok ini juga jauh lebih tinggi dibandingkan pencapain inflasi
pada triwulan IV tahun lalu yang hanya sebesar 4,11% (yoy). Subsektor transportasi
merupakan pendorong utama inflasi pada kelompok ini. Meskipun demikian, tekanan
inflasi lebih disebabkan oleh dampak lanjutan inflasi triwulan III-2013 pasca kenaikan
harga BBM bersubsidi, disamping faktor musiman kenaikan tarif angkutan udara. Secara
tahunan, komoditas transportasi yang berkontribusi paling tinggi terhadap pembentukan
inflasi adalah bensin, angkutan dalam kota dan angkutan udara masing-masing sebesar
1,25%, 0,89%, dan 0,50%. Jika dilihat secara triwulanan, hanya komoditas angkutan
udara yang mengalami pergerakan harga. Namun, tingkat inflasi triwulanan komoditas
angkutan udara pada triwulan laporan masih lebih rendah dibanding triwulan III-2013
sesuai dengan pola musimannya.
Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Provinsi Bengkulu
SubKelompok
Barang/Jasa
Tw IV-2012 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
Transpor 5,73 1,32 7,09 1,20 11,19 4,75 20.38 12.08 21,38 2,16
Komunikasi dan
pengiriman
(
0,38) 0,00 (0,17) 0,00 0,03 0,07 0.07 0,00 0,07 0,00
Sarana dan penunjang
transpor
0,73 0,49 0,67 0,00 3,70 3,19 9.25 5.36 8,71 0,00
Jasa keuangan 1,53 0,00 2,42 0,88 2,42 0,00 0.88 0,00 0,88 0,00
Inflasi Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
4,11 1,00 5,12 0,88 8,41 3,78 15.66 9.38 16,37 1,62
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Pada triwulan laporan, komoditas bahan makanan mengalami pergolakan
harga yang cukup tinggi (Tabel 2.9). Hal ini disebabkan ketersediaan pasokan yang
tidak stabil. Selain permasalahan produksi lokal yang terbatas, pasokan bahan pangan di
Bengkulu masih sangat bergantung dari daerah lain. Sehingga jika terjadi permasalahan
distribusi seperti cuaca ekstrim, harga-harga bahan pangan akan bergolak. Namun, secara
keseluruhan, kelompok transpor/komunikasi/jasa keuangan berkontribusi paling besar
terhadap pembentukan inflasi triwulanan triwulan IV-2013 sebesar 41,1%. Hal ini
disebabkan faktor musiman kenaikan tarif angkutan udara pada bulan Desember. Selain
itu, kenaikan tarif tenaga listrik sebagai tahapan kebijakan pemerintah terkait listrik pada
2013 berkontribusi sebesar 32,6% dari total inflasi triwulanan. Sementara itu, kelompok
bahan makanan dan kelompok pendidikan/rekreasi/olahraga berkontribusi paling kecil
terhadap pembentukan inflasi triwulanan pada akhir triwulan IV-2013 Grafik 2.4.
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 39
BANK INDONESIA
Tabel 2.9. Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi/Deflasi Bulanan di Provinsi Bengkulu
Persen (%)
No
Oktober 2013 November 2013 Desember 2013
Komoditas Andil*
(%) Komoditas
Andil* (%)
Komoditas Andil*
(%)
1. Cabe merah 0,57 Tarif listrik 0,08 Angkutan udara 0,36
2. Daging ayam ras -0,42 Beras 0,08 Cabe merah -0,33
3. Beras 0,32 Nasi 0,08 Jengkol 0,10
4. Tongkol -0,21 Daging ayam ras -0,07 Tongkol -0,08
5. Semangka 0,16 Jengkol -0,05 Kacang panjang -0,08
6. Bawang merah -0,10 Minyak goreng -0,04 Jeruk 0,07
7. Angkutan udara -0,10 Cabe merah -0,03 Beras 0,06
8. Emas perhiasan -0,09 Sewa rumah 0,03 Daging ayam ras -0,06
9. Senangin 0,05 Tahu mentah -0,02 Bawang merah 0,05
10 Tomat buah -0,05 Bayam 0,02 Minyak goreng 0,04
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
*Diurutkan dari andil terbesar hingga kecil berdasarkan angka absolut
Keterangan :
Kelompok Bahan Makanan Kelompok Pendidikan/Rekreasi/Olahraga
Kelompok Makanan Jadi/Minuman/Rokok/ Tembakau
Kelompok Transpor/Komunikasi/Jasa Keuangan
Kelompok Perumahan/Air/Listrik/Gas/ Bahan Bakar
Kelompok Kesehatan
Kelompok Sandang
Grafik 2.4. Sumbangan Inflasi Triwulanan Triwulan III-2013 Per Kelompok Barang/Jasa
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
2.2. Perkembangan Inflasi Fundamental
Berdasarkan pendekatan kelompok disagregasi, inflasi tahunan volatile
food (VF) mengalami peningkatan, sedangkan inflasi core dan administered price
(AP) relatif stabil. Inflasi VF pada triwulan laporan sebesar 15,49% (yoy), lebih tinggi
Bahan Makanan; 0.0% Makanan Jadi,
Minuman, Rokok, Tembakau; 21.6%
Perumahan, Air, Listrik, Gas, Bahan
Bakar; 32.6%Sandang; -1.1%
Kesehatan; 5.9%
Pendidikan, Rekreasi,
Olahraga; 0.0%
Transpor, Komunikasi, Jasa
Keuangan; 41.1%
Keterangan : Kelompok komoditas; % sumbangan
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 40
BANK INDONESIA
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,45% (yoy) dan triwulan IV-2012 yang
hanya 3,51% (yoy). Sementara itu, inflasi core relatif stabil sepanjang triwulan IV-2013
sebesar 5,52% (yoy), hampir sama dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar
5,87% (yoy). Selaras dengan itu, inflasi kelompok AP pada triwulan IV-2013 bergerak
turun, yaitu dari 12,70% (yoy) pada triwulan III-2013 menjadi sebesar 12,64% (yoy)
Grafik 2.5.
Keterbatasan pasokan beras dan cabai merah pada triwulan IV-2013
merupakan pendorong utama peningkatan inflasi kelompok VF dan inflasi
keseluruhan triwulan laporan. Keterbatasan pasokan ini disebabkan para petani lokal
pada triwulan IV-2013 baru mulai memasuki musim tanam dan pemupukan. Di sisi lain,
minimnya pergerakan harga pada komoditas-komoditas core mengakibatkan pergerakan
inflasi komoditas ini relatif stabil. Kenaikan tarif tenaga listrik dan transportasi udara pada
triwulan IV-2013 hanya berkontribusi relatif kecil terhadap inflasi kelompok AP. Dengan
demikian, pencapaian inflasi kelompok AP pada akhir tahun lebih disebabkan tingginya
inflasi pada triwulan sebelumnya sebagai dampak kenaikan BBM bersubsidi.
Grafik 2.5. Disagregasi Inflasi Provinsi Bengkulu
5.52
12.64
15,49
-10
-5
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112
2011 2012 2013
%,yoy
Inflasi IHK (yoy) Core Adm Price Volatile Foods
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu (diolah dengan pendekatan sub kelompok)
Peningkatan harga-harga yang terjadi pada triwulan IV-2013 telah
terindikasi sebelumnya melalui hasil Survei Konsumen (SK) triwulan III-2013,
dimana hasil survei menunjukkan adanya peningkatan Nilai Saldo (NS) ekspektasi harga
tiga bulan yang akan datang sebagaimana terlihat pada Grafik 2.6 di bawah. Adanya
peningkatan ekspektasi inflasi/harga di masyarakat disebabkan antara lain oleh faktor
kenaikan tarif tenaga listrik yang naik per triwulan sepanjang tahun 2013, keterbatasan
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 41
BANK INDONESIA
pasokan bahan pangan, dan peningkatan permintaan terhadap barang/jasa pada akhir
tahun.
Grafik 2.6. Nilai Saldo Ekspektasi Konsumen Terhadap Kondisi 3 Bulan
Mendatang
Sumber : Survei Konsumen. Bank Indonesia
2.3. Perbandingan Inflasi Antar Kota di Sumatera
Grafik 2.7. Inflasi Tahunan (yoy) Bulan Desember 2013 Kota-Kota di Sumatera
Sumber : Badan Pusat Statistik
Secara umum, laju inflasi tahunan kota-kota di Sumatera pada triwulan IV-
2013 lebih tinggi dibanding inflasi triwulan III-2013 dan triwulan IV-2012. Tercatat
ada 10 kota dengan inflasi di atas inflasi nasional (8,38% yoy), termasuk Bengkulu. Kota-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011 2012 2013
IEK 99. 99. 101 112 136 132 117 118 95. 117 105 121 105 122 110 115 132 114 109 115
Ekpektasi Harga 3 bln yad (kanan) 143 86.7 88.7 118 160 176 156 176 174 177 154 153 189 177 145 156 164 173 176 177
115.78
176.67
0
25
50
75
100
125
150
175
200
75.0
85.0
95.0
105.0
115.0
125.0
135.0
145.0
IEK Ekpektasi Harga 3 bln yad (kanan)
12.02%
10.87%10.09%
10.08%
10.08% 9.94%Inflasi Nasional =
8,38%
0.0%
1.5%
3.0%
4.5%
6.0%
7.5%
9.0%
10.5%
12.0%
13.5%
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 42
BANK INDONESIA
kota dengan inflasi tahunan tertinggi adalah Pematang Siantar (12,02% yoy), Padang
(10,87% yoy), Medan (10,09% yoy), Tanjung Pinang (10,08% yoy), Sibolga (10,08% yoy),
dan Bengkulu (9,94% yoy). Dengan demikian, Kota Bengkulu berada pada peringkat 6
inflasi tertinggi di Sumatera Grafik 2.7.
Grafik 2.8. Inflasi Tahunan (yoy) Kota-Kota di Sumatera Bagian Selatan
Sumber : Badan Pusat Statistik
Sementara itu bila dibandingkan dengan kota lain di wilayah Sumatera
Bagian Selatan, inflasi tahunan Kota Bengkulu tercatat lebih tinggi dibandingkan
kota lainnya. Kondisi ini masih sama dibandingkan periode sebelumnya. Kota Palembang
mencatatkan inflasi terendah dengan inflasi sebesar 7,04% (yoy), kemudian diikuti oleh
Kota Lampung dan Pangkal Pinang dengan inflasi masing-masing sebesar 7,56% (yoy)
dan 8,71% (yoy).
9.94%
7.04%
7.56%
8.71%
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
14.0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011 2012 2013
Bengkulu Palembang Lampung Pangkal Pinang
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 43
BANK INDONESIA
Kinerja intermediasi perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013
berjalan relatif baik yang tercermin dari peningkatan Loan/Financing to Deposit Ratio
(L/FDR) menjadi 146,99% disertai dengan tingkat Non Performing Loan/Finanicng (NPL/F)
yang rendah sebesar 1,80%. Pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan tercatat sebesar
20,60% (yoy) menjadi Rp11,29 triliun, sementara itu Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh
4,23% (yoy) menjadi Rp7,68 triliun. Aset bank umum meningkat sebesar 16,08% (yoy)
menjadi Rp13,23 triliun. Sementara itu, kinerja BPR/BPRS menunjukkan penurunan,
tercermin dari penurunan jumlah aset, DPK, dan kredit pada triwulan laporan
dibandingkan triwulan IV-2012.
Perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013
secara umum menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Sistem pembayaran non tunai melalui kliring mengalami peningkatan
sebesar 4,34% (qtq) menjadi Rp881,24 miliar, sedangkan transaksi RTGS mengalami
peningkatan sebesar 0,58% (qtq) menjadi Rp40,49 triliun. Sementara pembayaran tunai
mengalami net outflow sebesar Rp834,87 miliar, meningkat dibandingkan net outflow
triwulan sebelumnya yang sebesar Rp547,06 miliar.
3.1 Bank Umum
Grafik 3.1 Perkembangan Loan/Financing to Deposit Ratio (L/FDR) dan Non-
Performing Loan/Financing (NPL/F) Bank Umum Provinsi Bengkulu.
Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Pada triwulan IV-2013, kinerja bank umum baik konvensional maupun
syariah di Provinsi Bengkulu berada dalam kondisi baik. Kondisi ini tercermin dari
peningkatan aset bank umum, penyaluran kredit/pembiayaan serta membaiknya rasio
146.99%
1.80%
1.00%
1.20%
1.40%
1.60%
1.80%
2.00%
2.20%
2.40%
80%
90%
100%
110%
120%
130%
140%
150%
160%
III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013
LDR (kiri) NPL (kanan)
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 44
BANK INDONESIA
penyaluran kredit/pembiayaan terhadap simpanan (Loan/Financing to Deposit Ratio) dan
Non Performing Loan/Financing (NPL/F) dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun
demikian, perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan penurunan dibandingkan
triwulan III-2013.
3.1.1 Kelembagaan
Bank umum di wilayah Provinsi Bengkulu berjumlah 19 bank yang terdiri
dari 1 Bank Pembangunan Daerah (BPD), 4 bank pemerintah dan 14 bank swasta
dengan 5 diantaranya merupakan bank syariah. Jaringan kantor pelayanan bank
umum di Provinsi Bengkulu tertera pada Tabel 3.1 dibawah.
Tabel 3.1 Jaringan Kantor Pelayanan Bank Umum Provinsi Bengkulu
KP KC KCP KK Unit PP ATM
Kota Bengkulu 1 21 24 14 12 2 109
Bengkulu Selatan - 2 12 1 7 - 6
Bengkulu Utara - 2 17 5 9 - 11
Rejang Lebong - 2 14 4 6 - 20
Lebong - 1 3 1 3 - 1
Kepahiang - 1 5 2 2 - 7
Kaur - - 4 1 4 - 2
Seluma - - 4 2 3 - 3
Muko-Muko - 1 12 2 4 - 6
Jumlah 1 30 94 33 50 2 162 Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, hingga data Desember 2013
3.1.2 Perkembangan Aset
Aset perbankan umum di Provinsi Bengkulu menunjukkan pertumbuhan
yang melambat. Pada periode laporan, aset perbankan Provinsi Bengkulu tumbuh
sebesar 16,08% (yoy) menjadi sebesar Rp13,23 triliun (Tabel 3.2). Tingkat pertumbuhan
ini melambat dibandingkan pertumbuhan pada tahun sebelumnya yang sebesar 23,18%
(yoy). Bila dilihat dari pergerakan triwulanannya, terlihat adanya perlambatan
pertumbuhan DPK sejak semester II-2013. Pada triwulan IV-2013, pertumbuhan DPK
tercatat sebesar 1,59% (qtq), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 3,86% (qtq). Selain itu, pertumbuhan DPK pada triwulan IV-2013 juga melambat
bila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK triwulan IV-2012 yang sebesar 5,42% (qtq).
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 45
BANK INDONESIA
Tabel 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Bengkulu
dalam juta rupiah kecuali disebutkan lain
Kelompok Bank
2012 2013 Pangsa
Pert. yoy Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4
Bank Pemerintah
7.918.585 8.330.132 8.675.469 9.270.080 9.568.942 9.659.966 73,00% 15,96%
Bank Swasta 2.894.704 3.069.390 3.099.249 3.270.275 3.455.948 3.572.361 27,00% 16,39%
Bank Umum (Total)
10.813.289
11.399.522 11.774.719 12.540.355 13.024.890 13.232.327 100% 16,08%
Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum syariah
Berdasarkan pangsanya, aset bank pemerintah mendominasi total aset yang
terdapat di Provinsi Bengkulu dengan pangsa 73%. Sebaran aset bank umum saat ini
masih terkonsentrasi di wilayah Kota Bengkulu dengan porsi sebesar 66,08% (Grafik 3.2).
Sementara aset perbankan terkecil terdapat di Kabupaten Lebong dan Kabupaten
Kepahiang. Pertumbuhan aset perbankan tahunan terbesar terjadi di Kabupaten Bengkulu
Selatan, Seluma dan Kaur yaitu sebesar 31,81% (yoy)
Grafik 3.2 Distribusi Aset Bank Umum di Provinsi Bengkulu
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia Bengkulu, termasuk bank umum syariah
3.1.3 Perkembangan Dana Masyarakat
Penghimpunan DPK oleh bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan
IV-2013 meningkat 4,23% (yoy) atau menjadi Rp7,68 triliun (Grafik 3.3).
Pertumbuhan ini melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
11,81% (yoy). Kondisi ini didorong oleh penurunan jumlah giro yang cukup signifikan
pada bulan Desember 2013. Bila dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya, DPK
mengalami penurunan sebesar 8,34% (qtq).
Berdasarkan porsinya, tabungan memiliki porsi terbesar mencapai 62,90%
dari total DPK, sedangkan giro dan deposito memiliki pangsa masing-masing
Kab. Bengkulu Selatan, Seluma, Kaur, 11.63%
Kab. Bengkulu Utara, Mukomuko,
11.17%
Kab. Rejang Lebong, Lebong &
Kepahiang, 11.13%Kota Bengkulu,
66.08%
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 46
BANK INDONESIA
18,06% dan 19,04% (Grafik 3.4). Tabungan mengalami pertumbuhan tertinggi
mencapai 15,50% (yoy), sedangkan deposito tumbuh sebesar 4,07% (yoy). Giro
mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 22,10% (yoy). Bila
dibandingkan dengan triwulanan sebelumnya, giro perbankan pada triwulan laporan turun
sebesar 42,39% (qtq). Penurunan giro pada periode triwulan IV bersifat siklikal, namun
penurunan pada triwulan laporan tercatat lebih tajam dibandingkan dengan triwulan IV-
2012 yang hanya sebesar 24,17% (qtq). Penurunan jumlah giro ini diindikasikan karena
pencairan dana milik pemerintah yang disimpan di perbankan guna percepatan
pembangunan fisik menyambut pelaksanaan Hari Pers Nasional pada awal tahun 2014.
Grafik 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga di Provinsi Bengkulu
Grafik 3.4 Porsi DPK per Jenisnya
Triliun Rp % yoy
Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan
laporan masih terkonsentrasi di bank pemerintah dengan porsi mencapai 78,44%,
sedangkan 21,56% berada di bank swasta. DPK yang berada di bank pemerintah
tumbuh sebesar 1,63% (yoy), sementara DPK pada bank swasta tumbuh sebesar 14,95%
(yoy) (Tabel 3.3). Baik pada bank pemerintah maupun bank swasta, komponen tabungan
mencatatkan pertumbuhan yang tertinggi masing-masing yaitu 13,12% (yoy) dan 23,94%
(yoy). Sementara itu, giro pada bank pemerintah tercatat menurun sebesar 24,68% (yoy)
dan deposito pada bank swasta menurun sebesar 2,82% (yoy).
Jika dilihat dari struktur kepemilikan dana, dana perorangan masih
merupakan komponen terbesar pembentuk DPK perbankan. Porsi kepemilikan dana
perorangan pada periode laporan mencapai 73,54%, diikuti oleh dana milik pemerintah
4.23 0
5
10
15
20
25
30
35
3
4
5
6
7
8
9
10
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011 2012 2013
DPK g (yoy)18.06%
62.90%
19.04%
Giro Tabungan Deposito
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 47
BANK INDONESIA
sebesar 11,21%, dana milik BUMN dan BUMD sebesar 5,33%, dana milik swasta sebesar
9,87%, dan dana milik lainnya sebesar 0,05%.
Tabel 3.3 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu
dalam juta rupiah
Keterangan 2012 2013 Ptumb.
Q-3 Q-4 Q-1 Q2 Q-3 Q-4 yoy
Bank Umum(Total) 7.494.178 7.367.997 7.569.279 8.070.497 8.378.872 7.679.757 4,23%
Giro 2.347.906 1.780.510 2.280.764 2.424.232 2.407.368 1.386.932 -22,10%
Tabungan 3.797.112 4.182.231 3.686.361 3.931.331 4.378.492 4.830.444 15,50%
Deposito 1.349.159 1.405.255 1.602.154 1.714.934 1.593.012 1.462.381 4,07%
Bank Pemerintah 6.179.038 5.927.289 6.205.890 6.631.787 6.830.516 6.023.618 1,63%
Giro 2.203.314 1.614.587 2.126.284 2.268.467 2.226.813 1.216.059 -24,68%
Tabungan 2.918.773 3.261.316 2.813.932 2.983.582 3.373.007 3.689.073 13,12%
Deposito 1.056.952 1.051.386 1.265.675 1.379.738 1.230.696 1.118.485 6,38%
Bank Swasta 1.315.139 1.440.707 1.363.388 1.438.710 1.548.356 1.656.139 14,95%
Giro 144.592 165.923 154.480 155.765 180.555 170.873 2,98%
Tabungan 878.340 920.915 872.430 947.749 1.005.485 1.141.371 23,94%
Deposito 292.207 353.869 336.479 335.196 362.316 343.895 -2,82%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum
syariah
3.1.4 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit/pembiayaan Perbankan di Provinsi Bengkulu
Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum syariah
20.60
0
5
10
15
20
25
30
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013
Kredit
Pertumbuhan
Triliun Rp %, yoy
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 48
BANK INDONESIA
Penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank umum di Provisi Bengkulu pada
triwulan IV-2013 mencapai Rp11,29 triliun atau tumbuh 20,60%(yoy) (Grafik 3.5).
Tingkat pertumbuhan ini melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya
yang sebesar 25,57% (yoy). Selain itu, bila dibandingkan dengan pertumbuhan di tahun
2012 yang sebesar 26,51% (yoy), pertumbuhan kredit/pembiayaan menunjukkan
perlambatan yang cukup signifikan. Secara triwulanan, pertumbuhan kredit/pembiayaan
bank umum Provinsi Bengkulu tercatat sebesar 2,39% (qtq), melambat dibandingkan
triwulan IV-2012 yang tumbuh 6,60% (qtq).
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit/Pembiayaan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu
Dalam juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)
Keterangan 2012 2013 Pertumbuhan yoy
Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Rp. %
Jenis Penggunaan
8.780.766 9.360.558 9.747.850 10.528.747 11.025.685 11.288.765 1.928.207 20,60%
Modal Kerja 2.997.765 3.155.777 3.278.286 3.409.363 3.512.105 3.558.306 402.529 12,76%
Investasi 997.365 984.172 999.097 1.212.610 1.276.064 1.341.382 357.210 36,30%
Konsumsi 4.785.636 5.220.609 5.470.466 5.906.774 6.237.516 6.389.077 1.168.468 22,38%
Sektor Ekonomi
8.780.766 9.360.558 9.747.850 10.528.747 11.025.685 11.288.765 1.928.207 20,60%
Pertanian 467.892 514.738 588.389 662.287 740.017 808.309 293.571 57,03%
Pertambangan 147.135 130.505 120.144 91.755 85.072 77.194 -53.311 -40,85%
Perindustrian 268.040 299.435 282.239 304.867 300.138 302.474 3.039 1,01%
Listrik, Air, Gas 20.421 20.183 23.238 25.772 25.661 24.815 4.632 22,95%
Konstruksi 159.090 135.003 123.471 184.057 204.235 178.927 43.924 32,54%
Perdagangan 2.267.682 2.383.597 2.445.527 2.734.974 2.810.641 2.872.434 488.837 20,51%
Pengangkutan 69.631 55.553 55.302 49.141 52.038 52.292 -3.261 -5,87%
Jasa dunia usaha
310.968 307.773 339.400 406.046 402.178 406.869 99.096 32,20%
Jasa sosial 134.041 135.780 140.487 160.818 167.599 175.053 39.273 28,92%
Lain-lain 4.935.867 5.377.990 5.629.653 5.909.030 6.238.106 6.390.397 1.012.407 18,82%
Kelompok Bank
8.780.766 9.360.558 9.747.850 10.528.747 11.025.685 11.288.765 1.928.207 20,60%
Bank Pemerintah
6.179.908 6.658.203 6.934.035 7.532.028 7.939.343 8.141.444 1.483.241 22,28%
Bank Swasta 2.600.858 2.702.355 2.813.815 2.996.719 3.086.343 3.147.320 444.965 16,47%
Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum syariah
Berdasarkan jenis penggunaannya, pangsa kredit/pembiayaan perbankan
masih didominasi oleh kredit/pembiayaan konsumsi yang mencapai 56,60%,
diikuti kredit/pembiayaan modal kerja 31,52%, dan kredit/pembiayaan investasi
11,88%. Pada triwulan laporan, kredit/pembiayaan konsumsi tumbuh sebesar 22,38%
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 49
BANK INDONESIA
(yoy) menjadi sebesar Rp6,39 triliun, melambat dibandingkan dengan triwulan III-2013
yang tumbuh 30,34% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit/pembiayaan konsumsi juga
diikuti oleh kredit/pembiayaan modal kerja yang tumbuh melambat menjadi 12,76% (yoy)
dari 17,16% (yoy) pada triwulan III-2013. Sementara itu, kredit/pembiayaan investasi
tumbuh 36,30% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 27,94%
(yoy).
Ditinjau dari penyaluran kredit/pembiayaan berdasarkan sektoral,
pertumbuhan kredit/pembiayaan terbesar terjadi pada sektor pertanian yang
tumbuh sebesar 57,03% (yoy) (Tabel 3.4). Sektor lainnya yang mencatatkan
pertumbuhan kredit/pembiayaan yang besar yaitu, sektor konstruksi sebesar 32,54%
(yoy). Meskipun demikian, sebagian besar sektor mengalami perlambatan pertumbuhan
kredit/pembiayaan bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2013. Sektor
industri pengolahan mengalami perlambatan penyaluran kredit/pembiayaan tertinggi
yaitu dari 11,97% (yoy) pada triwulan III-2013 menjadi 1,02% (yoy). Berbagai
perlambatan yang terjadi merupakan dampak dari kondisi perekonomian yang masih
belum stabil. Berdasarkan pangsanya, sektor lainnya masih mendominasi penyerapan
kredit/pembiayaan terbesar, diikuti sektor perdagangan dan sektor pertanian.
Tabel 3.5 Perkembangan NPL/F Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan di
Provinsi Bengkulu
Jenis Penggunaan
2012 2013 Pertumbuhan deviasi (%) Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4
Modal Kerja 2,72% 2,31% 3,16% 2,93% 3,19% 3,06% 0,26%
Investasi 3,06% 2,69% 5,44% 3,81% 3,50% 3,82% -0,31%
Konsumsi 0,70% 0,61% 0,69% 0,65% 0,71% 0,67 0,06%
Total 1,66% 1,40% 2,01% 1,76% 1,82% 1,80% 0,06%
Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Kualitas kredit/pembiayaan bank umum di Provinsi Bengkulu
menunjukkan kinerja membaik. Hal ini tercermin dari pengukuran rasio Non
Performing Loan/Financing (NPL/F) yang pada triwulan laporan berada pada level 1,80%.
Pencapaian ini sedikit menurun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 1,82%
dan masih dalam batasan yang aman (Tabel. 3.5). Relatif rendahnya rasio NPL/F
mengindikasikan keberhasilan perbankan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
menyalurkan kredit/pembiayaan.
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 50
BANK INDONESIA
3.1.5 Perkembangan Kredit//Pembiayaan UMKM
Kredit/pembiayaan UMKM pada triwulan IV-2013 mengalami perlambatan
dibandingkan periode sebelumnya. Kredit/pembiayaan UMKM tumbuh sebesar
19,22% (yoy) menjadi Rp4,15 triliun. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan III-2013 yang mencapai 19,86% (yoy). Bila dibandingkan secara
triwulanan, kredit/pembiayaan UMKM tumbuh sebesar 3,47% (qtq), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulanan pada triwulan IV-2012 yang sebesar 4,03% (qtq).
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu
juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)
Keterangan 2012 2013
Pertumbuhan yoy
Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Rp. %
Jenis Penggunaan
3.348.880 3.483.674 3.648.159 3.913.451 4.013.811 4.153.146 669.472 19,22%
Modal Kerja 2.557.901 2.688.815
2.836.624 292.7085 2.976.220 3.053.121 364.306 13,55%
Investasi 765.724 758.444 773.416 973.914 1.024.504 1.085.683 327.239 43,15%
Konsumsi 25.256 36.415 38.118 12.452 13.087 14.342 -22.073 -60,62%
Sektor Ekonomi 3.348.880 3.483.674 3.648.159 3.913.451 4.013.811 4.153.146 669.472 19,22%
Pertanian 408.020 458.873 531.207 602.573 683.287 753.756 294.883 64,26%
Pertambangan 86.125 80.791 77.678 55.050 55.121 50.274 -30.517 -37,77%
Perindustrian 71.764 73.959 80.576 79.069 84.785 87.562 13.603 18,39%
Listrik, Air, Gas 20.421 20.183 23.238 25.772 25.661 24.815 4.632 22,95%
Konstruksi 137.203 123.192 113.450 170.433 169.735 148.398 25.206 20,46%
Perdagangan 2.092.261 2.198.086 2.267.072 2.540.076 2.557.326 2.633.947 435.861 19,83%
Pengangkutan 65.434 51.908 51.816 45.034 45.324 47.124 -4.784 -9,22%
Jasa dunia usaha 173.241 171.068 190.786 246.034 240.227 248.194 77.126 45,08%
Jasa social 118.924 111.818 115.031 134702 138.668 143.414 31.596 28,26%
Lain-lain 175.486 193.796 197.304 14.708 13.677 15.661 -178.135 -91,92%
Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Perlambatan pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM mempengaruhi
perlambatan pertumbuhan kredit/pembiayaan secara keseluruhan, mengingat
kontribusinya yang cukup tinggi yaitu mencapai 36,79% dari total
kredit/pembiayaan/pembiayaan bank umum. Dari jumlah tersebut, sebesar 73,51%
atau Rp3,05 triliun merupakan kredit/pembiayaan modal kerja, sedangkan
kredit/pembiayaan investasi dan kredit/pembiayaan konsumsi masing-masing berkontribusi
sebesar 26,14% dan 0,35%.
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 51
BANK INDONESIA
Secara sektoral, kredit/pembiayaan UMKM bank umum Provinsi Bengkulu
utamanya disalurkan kepada sektor perdagangan dan pertanian dengan pangsa
masing-masing sebesar 63,42% dan 18,15% (Tabel 3.6). Pada sektor perdagangan,
penyaluran kredit/pembiayaan UMKM utamanya diserap oleh sub sektor perdagangan
eceran. Perdagangan eceran didominasi perdagangan makanan, minuman dan tembakau
sebesar Rp736,53 miliar dan sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan
makanan, minuman, atau tembakau) sebesar Rp358,17 miliar. Sementara itu, pada sektor
pertanian, sub sektor perkebunan kelapa sawit menyerap kredit/pembiayaan UMKM
terbesar mencapai Rp423,68 miliar, disusul oleh sub sektor perkebunan karet dan
penghasil getah lainnya sebesar Rp213,15 miliar.
Penyaluran kredit/pembiayaan UMKM sektor pertanian tumbuh stabil,
sementara sektor perdagangan mencatatkan perlambatan pertumbuhan.
Kredit/pembiayaan UMKM sektor pertanian tumbuh sebesar 64,26% (yoy), sedikit
melambat dibandingkan triwulan III-2013 yang tumbuh 67,46% (yoy). Sementara itu,
sektor perdagangan tumbuh melambat dari 22,23% (yoy) pada triwulan III-2013, menjadi
19,83% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan kredit/pembiayaan UMKM yang terjadi
hampir diseluruh sektor ditengarai terjadi karena kondisi perekonomian yang masih belum
stabil sehingga mendorong pelaku usaha membatasi ekspansi usahanya.
Tabel 3.7 Perkembangan Non-Performing Loan/Financing (NPL/F) SektorUMKM
di Provinsi Bengkulu
dalam juta rupiah (kecuali persentase NPL)
KOLEK-TIBILITAS
KETERANGAN 2012 2013
Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4
1 Lancar 2.930.011 3.145.814 3.230.970 3.436.791 3,529,801 3,753,231
2 Dalam Perhatian Khusus
321.506 250.590 282.106 341.770 343,197 254,880
3 Kurang Lancar 18.072 18.258 37.923 34.144 34,567 29,911
4 Diragukan 33.589 18.535 40.782 29.605 29,335 25,331
5 Macet 45.703 50.477 56.378 71.140 76,910 89,792
NPL 2,91% 2,51% 3,70% 3,45% 3,51% 3,49%
Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Kualitas penyaluran kredit/pembiayaan UMKM menunjukkan
kecenderungan yang membaik dibandingkan kondisi pada triwulan III-2013. Hal
ini tercermin dari rasio NPL/F sektor UMKM pada triwulan laporan yang sebesar 3,49%,
sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya menjadi 3,51% (Tabel 3.7). Rasio NPL/F
kredit UMKM ini masih berada pada batas wajar, namun demikian rasio NPL/F
kredit/pembiayaan/pembiayaan UMKM masih lebih tinggi dibandingkan NPL/F penyaluran
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 52
BANK INDONESIA
kredit/pembiayaan/pembiayaan secara keseluruhan yang hanya sebesar 1,80%. Pada
triwulan laporan, penyaluran kredit/pembiayaan/pembiayaan UMKM pada sektor
pertambangan mencatatkan NPL/F tertinggi yaitu sebesar 13,25%, kemudian diikuti oleh
sektor perdagangan yang sebesar 4,12%. Sementara NPL/F sektor UMKM terendah
dicatat oleh sektor listrik, gas dan air.
3.2 Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah Bank Umum
Pada triwulan laporan, kinerja intermediasi perbankan syariah di Provinsi
Bengkulu terbilang baik. Hal ini tercermin dari Financing to Deposit Ratio (FDR) yang
cukup tinggi yaitu sebesar 173,44% (Grafik 3.6). Kondisi FDR yang menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya dipicu oleh peningkatan jumlah Dana PIhak Ketiga
(DPK) yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah peningkatan pembiayaan. Apabila
dibandingkan dengan nasional, FDR perbankan syariah di Provinsi Bengkulu masih berada
di atas FDR nasional yang sebesar 121,46%. Tingginya FDR perbankan syariah Provinsi
Bengkulu ini didukung dengan kualitas pembiayaan yang baik. Hal ini tercermin dari
tingkat NPF perbankan syariah yang relatif masih rendah pada level 2,78%. Meskipun
demikian, perlu ada perhatian dari pihak perbankan syariah mengingat terdapat indikasi
tren kenaikan NPF pada periode dua tahun terakhir.
Grafik 3.6 Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah di Bengkulu
Sumber : LBUS Bank Pelapor & Statistik Perbankan
Pembiayaan perbankan syariah pada periode laporan mengalami
pertumbuhan sebesar 41,72% (yoy) atau menjadi sejumlah Rp773,31 miliar.
Pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah meningkat bila dibandingkan pertumbuhan
pembiayaan pada triwulan III-2013 yang sebesar 39,72% (yoy). Pembiayaan perbankan
173.44%
121.46%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
FDR Bengkulu
FDR Nasional
173.44%
2.78%
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
2.5%
3.0%
3.5%
4.0%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
FDR NPF
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 53
BANK INDONESIA
syariah didominasi oleh pembiayaan modal kerja dengan porsi sebesar 41,06%,
sementara pembiayaan konsumsi dan investasi masing-masing mengambil porsi sebesar
36,66% dan 22,28%. Pembiayaan modal kerja pada triwulan laporan tumbuh sebesar
31,37% (yoy) atau menjadi senilai Rp317,53 miliar, meningkat dibandingkan
pertumbuhan triwulan III-2013 yang sebesar 24,16% (yoy). Peningkatan pertumbuhan
juga terjadi pada jenis pembiayaan investasi yaitu tumbuh sebesar 73,31% (yoy) atau
menjadi senilai Rp172,31 miliar. Sementara pembiayaan untuk konsumsi tumbuh
melambat menjadi 38,58% (yoy) dari 51,80% (yoy) di triwulan sebelumnya.
Secara sektoral, pembiayaan didominasi oleh sektor lainnya sebesar
36,66%, kemudian diikuti oleh sektor jasa dunia usaha sebesar 31,34% dan
sektor perdagangan sebesar 17,32%. Sektor dunia usaha mencatat pertumbuhan
pembiyaan sebesar 55,33% (yoy) atau menjadi senilai Rp242,33 miliar, sementara sektor
perdagangan tumbuh sebesar 25,59% (yoy) atau menjadi senilai Rp133,94 miliar.
Dari sisi aset, perbankan syariah Provinsi Bengkulu mencatatkan
pertumbuhan sebesar 32,10% (yoy), sementara DPK tumbuh sebesar 16,06%
(yoy). Pertumbuhan aset perbankan syariah ini lebih rendah dibandingkan triwulan III-
2013 yang sebesar 37,93% (yoy), sehingga tercatat menjadi senilai Rp846,77 miliar.
Sementara itu, pertumbuhan DPK perbankan syariah melambat signifikan dari 31,80%
(yoy) di triwulan sebelumnya, tercatat menjadi senilai Rp445,86 miliar. DPK perbankan
syariah mengambil porsi 5,81% dari total DPK bank umum.
Grafik 3.7 Pembiayaan Perbankan Syariah di Bengkulu
Grafik 3.8 DPK Perbankan Syariah di Bengkulu
miliar Rp yoy (%) miliar Rp yoy (%)
Sumber : LBUS-Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
41.72%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
Pembiayaan
Growth
16.06%
0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%
-50
100 150 200 250 300 350 400 450 500
III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
Dana Pihak KetigaGrowth
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 54
BANK INDONESIA
3.3 Bank Perkreditan/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Jumlah Bank Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPR/BPRS) di Provinsi Bengkulu saat ini sebanyak 5 BPR/BPRS yang terdiri dari 3
BPR konvensional dan 2 BPR syariah. Adapun jumlah kantor BPR/S sebanyak 22 kantor
dengan sebaran kantor di Kota Bengkulu, Kab. Seluma, Kab. Bengkulu Utara, Kab.
Rejang Lebong, Kab. Bengkulu Selatan dan Kab. Kepahiang.
Tabel 3.8 Perkembangan Kegiatan Usaha BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu
dalam juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)
Keterangan 2012 2013 Pertumb.
(yoy) Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4
Total Aset 155.337 161.967 161.355 158.224 160.068 157,331 -2,86%
Kredit/pembiayaan/Pembiayaan
129.875 133.934 140.122 137.311 131.077 126,986 -5,19%
DPK 95.763 99.457 103.507 101.817 105.432 94,351 -5,13%
L/FDR (%) 135,62 134,66 135,37 134,86 124,32 134,59 -
Sumber : LBPR/S Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Kinerja BPR/BPRS Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 menunjukkan
penurunan. Pada periode laporan, aset BPR/BPRS Provinsi Bengkulu mengalami
penurunan dari 3,05% (yoy) pada triwulan III-2013 menjadi -2,86% (yoy). Selain itu, aset
BPR/BPRS turun sebesar 1,71% (qtq) dibandingkan triwulan III-2013. Penurunan yang
serupa juga dialami oleh komponen Dana PIhak Ketiga (DPK) dan penyaluran
kredit/pembiayaan.
Meskipun demikian, intermediasi BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu tercatat
meningkat dengan rasio LDR/FDR sebesar 134,59%. Dengan demikian, rasio LDR/FDR
pada periode ini kembali ke tingkat rata-ratanya sepanjang dua tahun terakhir.
Penyaluran kredit/pembiayaan BPR/BPRS turun sebesar 5,19% (yoy) menjadi senilai
Rp126,99 miliar. Kendala pada penyaluran kredit/pembiayaan ini sudah terindikasi sejak
triwulan sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit/pembiyaan yang
cukup rendah yaitu 0,93% (yoy). Sementara itu, DPK BPR/BPRS turun sebesar 5,13% (yoy)
atau menjadi senilai Rp94,35 miliar, menurun dibandingkan triwulan III-2013 yang
mencatatkan peningkatan DPK sebesar 10,10% (yoy).
Dari sisi pencapaian laba usaha, laba yang diperoleh masih tergolong
cukup baik. Pencapaian laba didekati melalui perhitungan spread bunga/marjin antara
pendapatan dengan biaya bunga/bagi hasil BPR/BPRS sebagaimana dicerminkan oleh Net
Interest Margin (NIM)/Net Margin. Net Interest Margin (NIM)/Net Margin pada triwulan IV-
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 55
BANK INDONESIA
2013 tercatat sebesar 12,79%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan III-2013 yang
sebesar 12,31%. Kondisi perekonomian, khususnya disektor pertanian, yang belum
membaik sepanjang 2013 mengakibatkan tekanan pada kinerja BPR/BPRS di Provinsi
Bengkulu sebagaimana terlihat pada grafik perkembangan Net Interest Margin/Net
Margin BPR/S (Grafik 3.9).
Grafik 3.9 Perkembangan Net Interest Margin/Net Margin BPR/S di Provinsi Bengkulu
Sumber : LBPR/S Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu; diolah
3.4 Sistem Pembayaran
3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai
Pada triwulan IV-2013, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia
Bengkulu mengalami net cash outflow. Net cash outflow mencapai Rp834,89 miliar,
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan net cash outflow
sebesar Rp547,01 miliar (Tabel 3.9).
Tabel 3.9 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu juta rupiah
Keterangan 2012 2013 Pert.
q-t-q Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4
Inflow 453.572 259.622 653.052 107.185 543.719 188.814 -65,27%
Outflow (717.724 ) (890.057 ) ( 404.585) (754.227) 1.090.781 1.023.700 -6,15%
Netflow (264.152) (630.435) 248.467 (647.043) (547.062) (834.886) 52,61% Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu;
Net cash outflow yang cukup tinggi pada triwulan laporan mencerminkan
peningkatan kebutuhan uang kartal di masyarakat menjelang akhir tahun. Jika
dilihat pertumbuhannya, cash outflow tumbuh hingga 52,61% (qtq), berlawanan arah
dengan triwulan sebelumnya yang mencatatkan penurunan cash outflow sebesar -
12.79%
10%
14%
17%
21%
24%
28%
31%
III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 56
BANK INDONESIA
15,45% (qtq) . Di sisi lain cash inflow mengalami penurunan sebesar 65,27% (qtq),
sementara pada triwulanan sebelumnya tumbuh sebesar 402,27% (qtq). Peningkatan
aliran uang kartal yang keluar dari kas Bank Indonesia yang terbesar terjadi di bulan
Desember 2013 yaitu mencapai 70,82% (mtm) atau naik Rp213,20 miliar dibandingkan
bulan sebelumnya (Grafik 3.10). Peningkatan aliran uang kartal pada periode triwulan IV,
khususnya pada bulan Desember, bersifat siklikal. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh
percepatan realisasi proyek-proyek pemerintah maupun swasta sehingga meningkatkan
kebutuhan uang kartal pada periode tersebut. Pertumbuhan triwulanan net cash outflow
pada triwulan VI-2013 lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV-
2012 yang sebesar 138,70% (qtq). Sementara itu, secara keseluruhan tahun 2013
mencatatkan net cash outflow sebesar Rp1,78 triliun, turun dibandingkan tahun 2012
sebesar 5,25% (yoy).
Grafik 3.10 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu
juta rupiah
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
i. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar
Rasio jumlah PTTB terhadap inflow pada triwulan laporan sebesar 86,10%,
mengindikasikan meningkatnya kelusuhan uang yang masuk ke Bank Indonesia.
Dalam rangka menjaga kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean money policy),
maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu melakukan kegiatan
pemusnahan Uang yang Tidak Layak Edar (UTLE) secara rutin. UTLE selanjutnya akan
dimusnahkan melalui proses peracikan atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
dengan menggunakan mesin racik. Jumlah PTTB pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar
Rp162,56 miliar, naik 22,59% (qtq) dari triwulan III-2013 yang tercatat Rp132,61 miliar.
53,886
514,257
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2011 2012 2013
Inflow Outflow
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 57
BANK INDONESIA
Namun demikian, peningkatan rasio jumlah PTTB terhadap inflow ini juga didorong oleh
penurunan jumlah inflow pada periode laporan. Berdasarkan data sepanjang 2013, rasio
jumlah PTTB terhadap inflow meningkat menjadi 34,59% dibandingkan rasio pada tahun
2012 yang sebesar 24,90%.
Grafik 3.11 Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu
%
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu:
ii. Penemuan Uang Palsu
Grafik 3.12 Perkembangan Jumlah Lembar Uang Palsu yang Ditemukan di
Provinsi Bengkulu
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Jumlah uang palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Bengkulu pada
triwulan IV-2013 meningkat baik dari jumlah lembar maupun nominal. Bank
Indonesia Bengkulu menerima pelaporan uang palsu sebanyak 112 lembar dengan
nominal Rp10.970.000. Jenis pecahan uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama
periode laporan adalah pecahan Rp100.000,00 sejumlah 101 lembar, dan pecahan
68.62
119.33
47.34
99.40
63.70
71.40
35.91
59.99
42.98 39.17
6.81
23.14
15.26
113.39
24.39
86.10
0
20
40
60
80
100
120
140
Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4
2010 2011 2012 2013
15 22
293
28 23 5 6
37 28 4 6 13 9 18 23
112
0
50
100
150
200
250
300
Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4
2010 2011 2012 2013
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 58
BANK INDONESIA
Rp50.000,00 sejumlah 9 lembar. Persentase jumlah uang palsu terhadap jumlah cash
inflow pada triwulan laporan sangat kecil yaitu hanya sebesar 0,0165%. Sepanjang tahun
2013, jumlah uang palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Bengkulu berjumlah
sebanyak 160 lembar dengan nilai sebesar Rp13.665.000, meningkat dibandingkan tahun
2012.
3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai
i. Perkembangan Kliring Lokal
Pada triwulan IV-2013, transaksi kliring secara nominal mengalami
peningkatan, yaitu dari Rp844,57 miliar di triwulan sebelumnya menjadi Rp881,24
miliar atau meningkat 4,34% (qtq). Pertumbuhan nominal transaksi kliring triwulan
laporan melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang
sebesar 4,77% (qtq). Sejalan dengan peningkatan nominal kliring, jumlah warkat kliring
meningkat sebesar 9,63% (qtq). Arah yang serupa juga terlihat dari rata-rata kliring per
hari, dimana nominal kliring meningkat 7,65% (qtq) atau senilai Rp13,99 miliar per hari.
Tabel 3.10. Perkembangan Kliring dan Penolakan Cek/Bilyet Provinsi Bengkulu
Keterangan 2012 2013 Ptumb.
qtq Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4
Bank Peserta Kliring 15 18 19 19 19 19 %
Perputaran Kliring
Nominal (juta Rp.) 653.406 1.026.779 788.149 806.112 844.566 881.238 4,34%
Warkat (lembar) 32.801 51.416 30.061 31.114 29.505 32.347 9,63%
Rata-Rata Perputaran Kliring per Hari
Nominal (juta Rp.) 10.712 16.832 13.136 12.795 12.993 13.988 7,65%
Warkat (lembar) 538 843 501 494 454 513 13,11%
% Penolakan Cek dan Bilyet Giro
Nominal 2,65% 2,16% 3,82% 3,19% 3,58% 2.76% -
Warkat 2,02% 1,45% 2,70% 2,74% 3,15% 2.08% -
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Jumlah penolakan cek dan bilyet giro mengalami penurunan baik dari sisi
jumlah warkat maupun nominal dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan
laporan, jumlah warkat cek dan bilyet giro yang tertolak sebanyak 2,08% dari total
warkat yang ditransaksikan (Tabel 3.10). Jumlah ini lebih rendah dibandingkan
penolakan cek dan bilyet giro pada triwulan sebelumnya yang tercatat 3,15%. Sementara
bila dilihat dari nominal, penolakan cek dan bilyet giro mencapai 2,76% dari total
transaksi kliring. Penolakan transaksi kliring dapat terjadi antara lain karena tidak
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 59
BANK INDONESIA
dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank penerima pada fisik warkat, rekening tutup,
dan saldo tidak cukup.
ii. Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS)
Perkembangan transaksi pembayaran melalui sistem Real Time Gross
Settlement (RTGS) mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan, nominal transaksi
masuk turun sebesar 2,83% (qtq) atau menjadi sebesar Rp24,81 triliun. Namun demikian,
jumlah warkat transaksi RTGS masuk Bengkulu meningkat sebesar 5,35% (qtq). Dilain sisi,
transaksi keluar Provinsi Bengkulu serta antar nasabah di dalam Provinsi Bengkulu
mengalami peningkatan nominal transaksi masing-masing sebesar 3,51% (qtq) dan
22,44% (qtq). Peningkatan ini diperkirakan didorong oleh meningkatnya konsumsi pada
akhir tahun, khususnya yang terkait dengan konsumsi pemerintah maupun swasta.
Sepanjang tahun 2013, seluruh jenis transaksi RTGS menunjukkan arah
pergerakan yang serupa dengan kondisi pada triwulan IV-2013. Transaksi RTGS masuk
Bengkulu tahun 2013 mencatatkan penurunan nominal hingga 21,59% dibandingkan
tahun 2012. Sementara nominal transaksi RTGS keluar dan antar nasabah di Bengkulu
masih tumbuh masing-masing sebesar 30,31% (yoy) dan 121,98% (yoy).
Tabel 3.11 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Provinsi Bengkulu
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
iii. Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)
Sejak akhir tahun 2007, Bank Indonesia memberlakukan sistem Transaksi Uang
Kartal Antar Bank (TUKAB) dimana melalui sistem ini pemenuhan kebutuhan uang oleh
perbankan yang kekurangan uang kartal (short) tidak lagi langsung melalui kas Bank
Indonesia melainkan terlebih dahulu melalui bank lainnya yang berada dalam kondisi
Keterangan 2012 2013 Ptumb.
qtq Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4
Transaksi Keluar Daerah (from)
Nominal (miliar Rp.) 10.604 11.070 7.876 15.275 12.411 12.846 3.51%
Warkat (lembar) 10.483 11.703 8.492 9.172 9.298 11.058 18.93%
Transaksi Masuk Bengkulu (to)
Nominal (miliar Rp.) 30.553 23.224 15.063 30.761 25.528 24.806 -2.83%
Warkat (lembar) 8.104 8.192 6.466 7.843 7.401 7.797 5.35%
Transaksi Antar Nasabah di Dalam Bengkulu (from-to)
Nominal (miliar Rp.) 1.127 1.276 1.127 4.023 2.319 2.839 22.44%
Warkat (lembar) 2.464 2.755 1.988 2.760 2.545 2.746 7.90%
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 60
BANK INDONESIA
kelebihan uang kartal (long). Selanjutnya, apabila seluruh bank berada dalam posisi short
(atau long) maka akan dipenuhi dari (atau disetorkan ke) kas Bank Indonesia.
Jumlah transaksi TUKAB pada triwulan laporan menunjukkan
kecederungan meningkat (Grafik 3.13). Transaksi uang kartal antar bank pada
triwulan laporan mencapai Rp1,10 triliun, jumlah ini lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang hanya sebesar Rp947,96 miliar, meningkat sebesar 16,07% (qtq).
Peningkatan volume TUKAB dapat mencerminkan kebutuhan uang kartal di masyarakat.
Jika volume TUKAB tinggi dan pada waktu yang sama perbankan masih melakukan
penarikan uang kartal dari Bank Indonesia, makamengindikasikan kebutuhan uang tunai
pada periode tersebut sedang tinggi. Sepanjang tahun 2013, transaksi TUKAB meningkat
sebesar 25,74% (yoy) dibandingkan tahun 2012 atau menjadi senilai Rp3,64 triliun.
Grafik 3.13 Perkembangan TUKAB di Provinsi Bengkulu juta rupiah
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Bo
ks
2
Penelitian Lending Model Usaha Lempok Durian
Kajian yang dilakukan oleh KPJU unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Provinsi Bengkulu menyimpulkan bahwa durian merupakan salah satu unggulan untuk
subsektor tanaman buah-buahan selain pisang, sawo, mangga, dan buah jeruk. Produksi buah
durian ini tersebar di seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu dengan potensi yang
cukup besar. Data yang dipublikasikan oleh BPS tahun 2012 menunjukkan bahwa total
produksi buah durian mencapai 311.917 kuintal pada tahun 2011. Produksi ini meningkat lebih
dari 600 % dibandingkan produksi tahun sebelumnya, yakni 50.408 kuintal. Peningkatan
produksi tertinggi terjadi di Kabupaten Bengkulu Utara, disusul dengan Kabupaten Lebong,
Seluma, dan Kepahiyang.
128.64%
0%20%40%60%80%100%120%140%160%180%
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
g (yoy)
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 61
BANK INDONESIA
Buah durian selain dikonsumsi sebagai buah segar, sebagian juga diolah menjadi
panganan lempok durian. Lempok Durian dianggap sebagai makanan tradisional di Bengkulu
merupakan satu ikon penting, selain batik bersurek dan kulit lantung yang telah lama digeluti
oleh pengrajin dalam skala kecil dan menengah. Usaha lempok durian di Bengkulu meliputi
usaha pengolahan, usaha penyedia pasokan, dan usaha penjualan. Meskipun lempok durian
sebagai panganan khas Bengkulu didukung oleh ketersediaan bahan bakunya yang melimpah,
tidak banyak pengusaha yang berkecimpung dalam usaha panganan ini. Salah satu kendala
yang diduga menghambat pengembangan usaha ini, seperti juga kebanyakan UMKM yang
lain, adalah lemahnya modal atau pembiayaan yang dimiliki oleh pengrajin.
Sulitnya akses bagi pelaku usaha lempok durian ke lembaga keuangan formal, khususnya
perbankan, menjadi permasalahan tersendiri bagi pengrajin untuk mengembangkan usahanya.
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor teknis maupun non teknis. Faktor teknis ini antara lain
adalah tidak adanya jaminan, kalaupun ada jumlahnya kurang sehingga tidak mencukupi
persyaratan yang diminta. Pengrajin juga menghadapi kendala terbatasnya akses informasi ke
lembaga keuangan perbankan, termasuk diantaranya adalah terbatasnya informasi mengenai
pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Sementara itu, pihak perbankan juga memiliki
informasi yang kurang ataupun terbatas terkait dengan komoditi, produk atau jasa UMKM
yang berpotensi atau layak untuk dibiayai. Akibatnya, aksesibilitas UMKM ke perbankan juga
terkendala dan semakin terbatas.
Guna menutup kesenjangan informasi ini, maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Bengkulu bekerjasama dengan Laboratorium Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu (Lab. Sosektan FP UNIB) telah melakukan penelitian Pola
Pembiayaan Usaha (Lending Model) untuk komoditas pengolahan lempok durian. Diharapkan
dengan penelitian ini akan dapat diperoleh pola pembiayaan yang dapat menjadi rujukan atau
informasi bagi pihak perbankan untuk dapat memperluas dan memperbesar akses bagi
pengrajin lempok durian. Dengan demikian, pengrajin dapat melakukan perluasan dan
pengembangan usahanya dimana tidak saja dapat meningkatkan kesejahteraan pengrajin dan
keluarganya, tetapi juga menyerap tenaga kerja yang dapat berkontribusi pada pengembangan
ekonomi Provinsi Bengkulu.
Kesimpulan dan saran dari penelitian tersebut antara lain yaitu :
Kesimpulan
1. Usaha lempok durian di Provinsi Bengkulu berjalan baik, ketersediaan produk juga terjaga
dengan baik sepanjang tahun, sehingga secara potensial dapat disampaikan bahwa usaha
lempok durian memiliki prospek pengembangan yang baik dan dapat diunggulkan.
2. Perkembangan usaha pengolahan lempok durian merupakan faktor pendukung terbesar
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 62
BANK INDONESIA
bagi usaha penjualan lempok durian agar dapat memasok lempok durian sebagai komoditi
usaha penjualan dengan jaminan kontinuitas, harga yang kompetitif, dan kualitas yang
baik.
3. Dua faktor terpenting bagi keberhasilan usaha lempok durian selain faktor bahan baku
adalah tingkat kemasakan proses pengolahan dan kualitas pengemasan produk. Tingkat
kemasakan lempok pada proses pengolahan akan menjadi faktor pembeda satu produsen
dengan produsen lainnya, dimana akan timbul keterikatan antara konsumen dengan
produsen lempok durian tertentu.
4. Total biaya investasi untuk usaha penjualan lempok durian sebesar Rp 3.371,05 juta dan
biaya modal kerja adalah sebesar Rp 752,43 juta, sementara untuk pemasok investasinya
sebesar Rp 3,02 juta dan biaya modal kerja sebesar Rp 1.743,32 juta
5. Analisis keuangan dan kelayakan proyek usaha penjualan lempok durian sesuai asumsi yang
digunakan adalah layak untuk dilaksanakan dengan nilai NPV Rp 4.777.052,06 juta, IRR 1,8
%, Net B/C 2,52, BEP Rp 59,53 juta dan PBP 3,5 tahun. Industri ini juga mampu melunasi
kewajiban angsuran kredit kepada bank.
6. Kelayakan usaha pemasok juga ditunjukkan oleh kriteria yang digunakan yakni NPV Rp.
3.266,66 juta, IRR 1,8 %, Net B/C 2,08; BEP Rp. 6,54 juta; dan PBP 0,5 tahun.
7. Industri lempok durian ini sangat tahan terhadap kenaikan biaya variabel maupun
penurunan produksi dan harga jual produk, karena usaha ini masih dianggap layak
walaupun kenaikan biaya variabel atau penurunan pendapatan terjadi lebih dari 10%.
8. Pengembangan industri lempok durian memberikan manfaat yang positif dari aspek sosial
ekonomi wilayah dengan terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan
masyarakat, namun dari sisi dampak lingkungan, masalah limbah dan hygiene sanitasi
produk masih sangat perlu diperhatikan.
Saran
1. Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, tingkat teknologi proses, dan aspek
finansial, industri lempok durian ini, layak untuk dibiayai.
2. Untuk menjamin kelancaran pengembalian kredit, pihak perbankan seyogyanya juga turut
berpartisipasi dalam pembinaan usaha ini, khususnya pada aspek perencanaan produksi
dan manajemen persediaan.
3. Perlu adanya informasi mengenai pendampingan/pembinaan kepada kelompok/pengrajin
dalam rangka menjaga keberlanjutan usaha, terutama bagi UMKM.
4. Perlu adanya informasi alternatif pembiayaan dengan menggunakan 2 (dua) pola, yaitu
pembiayaan kepada kelompok dan kepada individu untuk penyesuaian kebijakan pada
masing-masing bank/lembaga keuangan.
Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan IV 2013 63
BANK INDONESIA
Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu 2013 menunjukkan perbaikan
dibandingkan dengan tahun 2012 baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Hal tersebut
terlihat dari realisasi pendapatan dan belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Provinsi Bengkulu tahun 2013 yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pendapatan mencatatkan persentase realisasi sebesar 100,85% dari total
anggaran dengan nilai Rp1.695, 23 miliar. Sementara belanja mencatatkan persentase
realisasi sebesar 89,86% dari total anggaran dengan nilai Rp1.727,48 miliar.
4.1 Realisasi Sisi Penerimaan
4.1.1 Realisasi Sisi Penerimaan Provinsi Bengkulu
Realisasi pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu pada tahun
2013 lebih tinggi dibandingkan tahun 2012. Total pendapatan mencapai Rp1.695,23
miliar atau 100,85% dari anggaran yang ditetapkan pada APBD-P sebesar Rp1.681,00
miliar. Dilihat dari strukturnya, porsi komponen Dana Perimbangan/Transfer mendominasi
penerimaan APBD sebesar 68,96%, diikuti Pendapatan Asli Daerah (30,91%) dan Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah (0,12%). Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tercatat
sebesar 102,16% dari target, lebih tinggi dibandingkan realisasi pendapatan transfer yang
sebesar 99,84%.
Realisasi pendapatan terbesar berasal dari pendapatan dana bagi hasil
pajak yaitu sebesar 148,914% dari target APBD-P dengan nilai Rp53,93 miliar.
Realisasi dana bagi hasil pajak ini lebih tinggi dibandingkan dengan realisasinya pada
tahun 2012 yang hanya sebesar 100,45% dari APBD-P. Realisasi penerimaan Dana
Alokasi Umum (DAU) dari Pemerintah Pusat menjadi sumber utama penerimaan untuk
komponen Dana Perimbangan yang mencapai Rp854,65 miliar dengan realisasi sebesar
100%. Proporsi DAU yang tinggi menggambarkan keuangan pemerintah daerah masih
sangat bergantung dari transfer dana pemerintah pusat.
Secara umum, realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih
tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun 2012. Realisasi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) mencapai Rp524,07 miliar atau terealisasi 102,16% dari anggaran yang ditetapkan.
Realisasi PAD tersebut terutama bersumber dari Pendapatan Pajak Daerah sebesar
Rp394,14 miliar dan pendapatan yang berasal dari pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
Yang Sah yang tercatat sebesar Rp105,53 miliar. Bila dibandingkan dengan pencapaian
tahun 2012 lalu, realisasi PAD mengalami peningkatan sebesar 8,33% (yoy), sementara
pendapatan transfer meningkat sebesar 8,64% (yoy). Berimbangnya pertumbuhan
Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan IV 2013 64
BANK INDONESIA
realisasi PAD dan pendapatan transfer serta besarnya pangsa pendapatan transfer
terhadap pendapatan daerah, mencerminkan masih belum adanya perbaikan tingkat
ketergantungan keuangan daerah terhadap pemerintah pusat.
Tabel 4.1 Realisasi Penerimaan APBD Triwulan IV-2013 Pemerintah Provinsi
Bengkulu
Dalam juta rupiah (kecuali dinyatakan lain)
Uraian APBD Realisasi % Realisasi
2012 2013 2012 2013 2012 2013
Pendapatan Asli Daerah 477.029 512.962 483.768 524.066 101,41 102,16
1. Pendapatan Pajak Daerah 362.692 393.560 370.248 394.142 102,08 100,15
2. Pendapatan Retribusi Daerah 8.432 9.315 7.656 12.326 90,79 132,32
3. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan
7.602 12.146 7.636 12.069 100,45 99,36
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
98.303 97.941 98.229 105.529 99,92 107,75
Pendapatan Transfer 1.076.965 1.163.714 1.076.080 1.169.073 99,92 99,84
1. Dana Bagi Hasil Pajak 61.571 54.018 61.848 53.934 100,45 148,91
2. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
7.942 11.537 17.217 17.179 216,77 100
3. Dana Alokasi Umum 775.311 854.648 775.311 854.648 100,00 100
4. Dana Alokasi Khusus 28.621 51.587 28.621 51.587 100,00 99,9
5. Dana Penyesuaian 203.519 191.924 193.083 191.725 94,87 99,84
Lain-lain Pendapatan yang Sah 4.326 4.326 2.677 2.089 61,89 48,3
Total Pendapatan 1.558.320 1.681.002 1.562.525 1.695.228 100,27 100,85
Sumber : Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu
Pendapatan Pajak Daerah memiliki porsi sebesar 75,21% dari total realisasi
PAD 2013, kemudian diikuti oleh Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
dengan porsi 20,14% dari realisasi PAD. Pendapatan Pajak Daerah salah satunya
bersumber dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor.
Berdasarkan data jumlah kendaraan bermotor sepanjang 2013 terdapat tren penurunan
pembelian kendaraan bermotor roda dua, baik kendaraan baru maupun mutasi masuk
kendaraan bermotor ke Provinsi Bengkulu. Kondisi ini selaras dengan hasil liaison yang
dilakukan kepada pelaku usaha finance untuk kendaraan bermotor yang menyatakan
adanya penurunan volume penjualan jasa pada tahun 2013. Penurunan ini selain
diakibatkan oleh peraturan mengenai batas uang muka kredit kendaraan dan kondisi
pendapatan yang cukup tertekan, juga disebabkan karena mulai jenuhnya pasar
kendaraan roda dua di Provinsi Bengkulu. Namun demikian, jumlah kendaraan roda
Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan IV 2013 65
BANK INDONESIA
empat/truk/bus terlihat mengalami peningkatan. Selain itu pajak kendaraan , pemerintah
daerah masih dapat memporoleh pemasukan dari pajak lainnya dan retribusi.
Grafik 4.1 Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu
Sumber : Dinas Pendapatan Provinsi Bengkulu
4.2 Realisasi Sisi Pengeluaran
4.2.1 Realisasi Sisi Pengeluaran Provinsi Bengkulu
Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu pada 2013 lebih
baik dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar 88,86% dari total anggaran yang
ditetapkan. Realisasi belanja pemerintah daerah tercatat sebesar Rp1.727,48 miliar.
Realisasi tertinggi tercatat pada belanja operasi yaitu sebesar 92,48% dengan nilai
Rp1.305,76 miliar. Kemudian, diikuti oleh belanja modal sebesar 84,46% dengan nilai
Rp277,28 miliar. Belanja operasi mengambil porsi sebesar 75,59% dari total anggaran,
sementara belanja modal mengambil porsi sebesar 16,05% dan sisanya merupakan
belanja tidak terduga dan transfer.
Realisasi belanja pegawai dan belanja barang merupakan pos dengan nilai
belanja tertinggi, masing-masing yaitu Rp517,13 miliar dan Rp563,49 miliar.
Belanja pegawai dan belanja barang masing-masing mengambil porsi 29,94% dan
32,62% dari total belanja daerah. Realisasi nilai belanja pegawai tahun 2013 meningkat
sebesar 7,63%, sementara belanja barang meningkat tajam sebesar 52,85%
dibandingkan realisasi 2012. Bila dilihat secara keseluruhan anggaran belanja operasi, nilai
realisasi belanja operasi meningkat 21,54% dibandingkan tahun 2012. Persentase realisasi
keseluruhan pos belanja operasional tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
2012 lalu.
13,102
167
90
110
130
150
170
190
210
230
250
270
290
2,000
7,000
12,000
17,000
22,000
27,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013
Roda 2
Kendaraan Baru (kiri)
Mutasi Masuk (kanan)
1754
815
150250350450550650750850950
105011501250135014501550165017501850195020502150
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013
Roda 4 & Bus/Truk
Kendaraan Baru (kiri)Mutasi Masuk (kanan)
Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan IV 2013 66
BANK INDONESIA
Tabel 4.2 Realisasi Belanja APBD 2013 Pemerintah Provinsi Bengkulu
Dalam juta rupiah (kecuali dinyatakan lain)
Uraian APBD Realisasi % Realisasi
2012 2013 2012 2013 2012 2013
Belanja Operasi 1.114.576 1.411.973 1.074.350 1.305.755 90,16 92,48
1. Belanja Pegawai 496.799 550.347 480.477 517.128 92,98 93,88
2. Belanja Barang 379.462 633.673 368.722 563.492 85,02 88,92
3. Belanja Bunga - - - - - 0
4. Belanja Subsidi - - - - - 0
5. Belanja Hibah 234.409 210.575 221.706 209.508 93,46 99,49
6. Belanja Bantuan Sosial - - - - - 0
7. Belanja Bantuan Keuangan 3.904 17.378 3.445 15.628 88,24 89,93
Belanja Modal 321.610 328.434 290.265 277.279 79,06 84,46
1. Belanja Tanah 4.830 4.280 1.240 1.943 9,82 45,39
2. Belanja Peralatan dan Mesin 89.844 62.224 81.984 58.768 81,00 94,44
3. Belanja Gedung dan Bangunan
87.710 61.409 67.324 59.144 67,86 96,31
4. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
129.185 195.589 128.458 153.746 90,44 78,61
5. Belanja Aset Tetap Lainnya 10.041 4.932 11.259 3.779 93,45 76,62
6. Belanja Aset Lainnya - - - - - 0
Belanja Tidak Terduga 11.936 5.156 - 1.821 - 35,32
Transfer 138.032 176.850 153.838 142.627 83,96 80,65
Total Belanja 1.586.155 1.922.414 1.518.453 1.727.482 86,49 89,86
Sumber : Pemerintah Provinsi Bengkulu
Belanja modal terealisasi sebesar Rp66,88 miliar, lebih rendah 4,47% (yoy)
dibandingkan tahun 2012. Realisasi tertinggi pas pos belanja modal tercatat pada pos
belanja gedung dan bengunan yang sebesar 96,31% dari total anggarannya, kemudian
diikuti oleh pos belanja peralatan dan mesin sebesar 94,44%. Bila dilihat dari porsi
anggaran, anggaran belanja jalan, irigasi dan jaringan menyumbang porsi realisasi terbesar
yaitu 55,45% dari total anggaran belanja modal. Pos belanja tanah mencatatkan
persentase realisasi anggaran yang terendah yaitu hanya sebesar 45,39% dari total yang
dianggarkan atau senilai Rp1,94 miliar.
Sebagian besar pos-pos belanja modal mencatatkan nilai realisasi yang
lebih rendah dibandingkan tahun 2012. Pertumbuhan nilai realisasi hanya terjadi pada
pos belanja tanah dan belanja jalan, irigasi dan jaringan, masing-masing yaitu sebesar
56,59% (yoy) dan 19,69% (yoy). Turunnya realisasi pada pos belanja peralatan dan mesin,
belanja gedung dan bangunan, dan pos belanja asset tetap lainnya disebabkan oleh
Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan IV 2013 67
BANK INDONESIA
turunnya anggaran tahun 2013 untuk pos-pos belanja tersebut. Minimnya belanja modal
bila dibandingkan dengan belanja operasional mengindikasikan minimnya pertumbuhan
sarana dan prasarana pendukung kegiatan perekonomian. Kondisi ini dapat mengganggu
pertumbuhan perekonomian daerah karena tingkat daya dukung pemerintah terhadap
infrastruktur merupakan hal yang vital dalam mendorong laju perekonomian daerah.
Grafik 4.2 Perkembangan Dana Milik Pemerintah di Provinsi Bengkulu
Sumber : LBU Bank Umum, BI Bengkulu
Bila dilihat dari dana milik pemerintah yang terdapat di perbankan daerah,
dana milik pemerintah pusat pada triwulan IV-2013 terlihat mengalami
penurunan sebesar 39,11% (qtq) atau menjadi Rp77,71 miliar. Seiring dengan itu,
dana milik pemerintah daerah mengalami penurunan sebesar 63,69% (qtq) atau menjadi
Rp770,50 miliar. Penurunan dana pemerintah di perbankan disebabkan
peningkatan belanja pada triwulan IV-2013, ditengarai karena peningkatan
pembangunan infrastruktur seperti pembangunan bandar udara dan perbaikan
jalan menjelang pelaksanaan Hari Pers Nasional pada awal 2014.
-39.11%-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2010 2011 2012 2013
Pemerintah Pusat
g(QTQ)
-63.69%-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2010 2011 2012 2013
Pemerintah Daerah
g(QTQ)
Perkembangan Kesejahteraan Triwulan IV 2013 69
BANK INDONESIA
Tingkat kesejahteraan masyarakat Provinsi Bengkulu secara umum membaik dibandingkan
triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari menurunnya tingkat kemiskinan pada periode
Maret hingga September 2013 dan adanya perbaikan Nilai Tukar Petani (NTP)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan laporan
meningkat 1,23% (qtq) dibandingkan triwulan III-2013, sementara tingkat kemiskinan
tercatat sebesar 17,75%. Namun demikian, kondisi kemiskinan dan NTP tidak lebih baik
dibandingkan dengan kondisi pada akhir tahun 2012 lalu.
5.1 Perkembangan Kesejahteraan
Daya beli petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan
laporan menunjukkan perbaikan namun belum memenuhi standar (NTP 100).
Secara triwulanan, NTP mengalami peningkatan sebesar 1,23% (qtq). Peningkatan ini
terjadi sejak triwulan III-2013 sebagai dampak dari berkurangnya tekanan terhadap kinerja
sektor pertanian. Peningkatan yang signifikan terjadi pada periode Desember 2013.
Kondisi NTP triwulan laporan mengindikasikan tingkat kesejahteraan petani yang semakin
membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai NTP menggambarkan indeks harga
hasil produksi pertanian yang diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan indeks
harga yang dibayar petani berupa barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi rumah tangga
maupun untuk keperluan produksi pertanian (NTP dibawah 100).
Grafik 5.1 Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, diolah
Secara tahunan NTP Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 mengalami
penurunan sebesar -1,26% (yoy). Penurunan tahunanan ini menggambarkan tingkat
kesejahteraan hidup petani masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Nilai NTP yang
1.35%
-2%
-2%
-1%
-1%
0%
1%
1%
2%
2%
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12
2011 2012 2013
NTP g (mtm)
Perkembangan Kesejahteraan Triwulan IV 2013 70
BANK INDONESIA
berada di bawah 100 menunjukkan penerimaan petani lebih kecil dari pengeluarannya. Di
sisi lain, indeks Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada Desember 2013 tercatat sebesar
102,31. Indeks tersebut menggambarkan adanya keuntungan yang diperoleh petani dari
selisih antara indeks harga pengeluaran yang terkait dengan keperluan produksi dan
penambahan barang modal (BPPBM) dengan indeks harga yang diterimanya.
Secara umum indeks yang diterima petani mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan III-2013 sebesar 1,69% (qtq). Peningkatan indeks diterima
petani yang tertinggi terjadi pada subkelompok tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar
2,67% (qtq). Di sisi lain, indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,45%
(qtq), dengan kenaikan tertinggi terjadi pada subkelompok tanaman perkebunan rakyat
sebesar 0,53% (qtq). Pencapaian NTP Provinsi Bengkulu ini masih lebih rendah
dibandingkan dengan NTP Nasional yang mencapai 101,96.
5.2 Perkembangan Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin pada bulan September 2013 di Provinsi Bengkulu
berjumlah 320.410 jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Provinsi
Bengkulu, penduduk miskin mencapai 17,75%. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan
dengan persentase jumlah penduduk miskin pada bulan September tahun 2012 sebesar
17,51%. Namun bila dibandingkan dengan kondisi pada awal tahun 2013, jumlah dan
persentase penduduk miskin menunjukkan penurunan.
Jumlah penduduk miskin meningkat terutama di daerah perkotaan. Jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2013 sebanyak 91,91 ribu jiwa atau
16,64% dari total penduduk miskin, naik menjadi 17,29% atau 97,66 ribu jiwa pada
September 2013. Peningkatan kemiskinan diperkotaan ditengarai karena tekanan
kenaikan harga-harga yang cukup kuat pada periode Maret hingga September 2013.
Sementara jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan pada September 2013 menurun,
yaitu dari 235,44 ribu jiwa pada Maret 2013 menjadi 222,75 ribu jiwa atau turun menjadi
17,97% dari total penduduk.
Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu
Kemiskinan 2011 2012 2013
Mar Mar Sep Mar Sep
Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah (orang) 303,60 311.660 310.470 327.350 320.410
%* 17,5 17,70 17,51 18,34 17,75
*Persentase terhadap jumlah penduduk Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Perkembangan Kesejahteraan Triwulan IV 2013 71
BANK INDONESIA
Garis Kemiskinan naik sebesar 10,53% dari Rp296.171/kapita/bulan pada
bulan Maret 2013 menjadi Rp327.358/kapita/bulan pada bulan September 2013.
Naiknya Garis Kemiskinan terutama bersumber dari pengeluaran makanan yang terlihat
dari besaran nilai Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang berkontribusi sebesar 78,02%.
Sedangkan pengeluaran bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan
kesehatan) yang diindikasikan oleh Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM)
berkontribusi sebesar 28,58%. Peningkatan GKM ditingkat pedesaan (11,77%) lebih
tinggi dibandingkan dengan peningkatan di daerah perkotaan (7,90%).
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
mengalami peningkatan dibandingkan dengan data Maret 2013. P1 meningkat dari
3,00 pada Maret 2013menjadi 3,24. Sementara P2 meningkan dari 0,74 menjadi 0,89
pada bulan September 2013. Peningkatan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa
rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauh dari Garis Kemiskinan
dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga makin melebar.
Tabel 5.2 Tingkat Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di Provinsi Bengkulu
Daerah
2011 2012 2013
Mar Mar Sep Mar Sep
P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
Perkotaan 2,83 0,73 3,14 0,86 2,72 0,66 2,29 0,51 3,11 0,82
Pedesaan 2,49 0,56 4,63 1,65 3,20 0,87 3,32 0,84 3,30 0,92
Perkotaan+Pedesaan 2,59 0,62 4,17 1,40 3,05 0,80 3,00 0,74 3,24 0,89
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 73
BANK INDONESIA
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan I-2014 diperkirakan
melambat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama dipengaruhi oleh terbatasnya
investasi menjelang Pemilu 2014 dan belum membaiknya kinerja ekspor sebagai dampak
penurunan harga batubara di pasar internasional. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga
diperkirakan meningkat seiring dengan pelaksanaan Hari Pers Nasional. Dari sisi sektoral,
cuaca ekstrim diperkirakan menekan kinerja sektor pertanian, terutama produksi tabama
dan perkebunan. Namun, pelaksanaan Hari Pers Nasional diperkirakan mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Perekonomian Provinsi Bengkulu diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 5,9-6,1% (yoy).
Tekanan inflasi pada triwulan I-2013 diprediksi mereda. Meskipun demikian, faktor
risiko seperti keterbatasan pasokan beberapa komoditas bahan makanan akibat curah
hujan yang tinggi dapat memicu inflasi lebih tinggi. Inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan
I-2014 diperkirakan akan berada pada kisaran 8,52±1% (yoy).
6.1. Prospek Ekonomi Makro
Grafik 6.1. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu
PDRB dalam juta Rp, LPE dalam persen yoy
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu dan Bank Indonesia Bengkulu, angka sementara dan perkiraan
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan I-2014
diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2013. Perekonomian Bengkulu
pada triwulan I-2014 diprediksi hanya tumbuh pada kisaran 5,9-6,1% (yoy). Perlambatan
ini didorong oleh minimnya realisasi investasi, baik pemerintah maupun swasta menjelang
Pemilu 2014. Selain itu, kinerja ekspor masih tumbuh terbatas di tengah belum
membaiknya harga batubara internasional. Dari sektoral, cuaca ekstrim dengan curah
hujan yang tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja sektor pertanian. Sektor jasa-jasa
Proyeksi 5,9-6,1%
1.00%
3.00%
5.00%
7.00%
9.00%
11.00%
1,650,000
1,800,000
1,950,000
2,100,000
2,250,000
2,400,000
2,550,000
2,700,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1p
2010 2011 2012 2013 2014
PDRB Konstan (axis kiri)LPE (axis kanan)
Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 74
BANK INDONESIA
dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran diprediksi tumbuh paling tinggi pada
triwulan I-2014.
Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2014
diperkirakan ditopang oleh menguatnya konsumsi rumah tangga. Pelaksanaan
Pemilu 2014 dan meredanya tekanan inflasi diperkirakan mendorong peningkatan
konsumsi masyarakat. Selain itu, tingginya pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan
sebelumnya mencerminkan adanya perbaikan daya beli rumah tangga, terutama para
petani. Kondisi ini terlihat dari optimisme masyarakat terhadap perekonomian ke depan
sebagaimana ditunjukkan oleh hasil SK dan SKDU (Grafik 6.2).
Grafik 6.2. Hasil Survei SK dan SKDU di Provinsi Bengkulu dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu
Sumber : Hasil SK & SKDU, BI Bengkulu
Sumber : Laporan Bank Umum
Peningkatan konsumsi dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen (SK)
triwulan IV-2013 yang menunjukkan optimisme masyarakat akan kondisi
penghasilan enam bulan mendatang serta adanya indikasi peningkatan
pengeluaran masyarakat 3 bulan mendatang. Hal tersebut terlihat dari Nilai Saldo
(NS) kedua indikator tersebut yang masih berada diatas 100 yaitu masing-masing 136,67
dan 161,33. Namun, konsumsi masyarakat melalui fasilitas perbankan diperkirakan akan
terbatas, hal ini tercermin dari semakin melambatnya penyaluran kredit konsumsi (Grafik
6.2). Kebijakan bank sentral dengan menaikkan BI Rate sepanjang tahun 2013
diperkirakan akan direspon oleh perbankan dengan menaikkan suku bunga kredit.
Dari sisi penawaran, sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel, dan
restoran diperkirakan akan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi
triwulan I-2014. Pelaksanaan Hari Pers Nasional (HPN) pada Februari 2014 diperkirakan
115.78
13.14
-
5
10
15
20
25
30
35
-
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
SK & SKDU
IEK (kiri)
Ekspektasi Kegiatan Usaha- 3 bln ke depan (kanan)
22.38%
-10%
5%
20%
35%
50%
65%
80%
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2012 2013
Juta
Rp
Kredit Konsumsi
g(yoy)
Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 75
BANK INDONESIA
mendorong kinerja perdagangan dengan banyaknya aktivitas jual-beli pada setiap
pameran HPN. Berdasarkan hasil liaison, event ini juga secara langsung mendorong
meningkatnya tingkat hunian hotel 75% lebih tinggi dari sebelumnya. Selaras dengan itu,
jasa pemerintahan diperkirakan ikut tumbuh sebagai dampak persiapan HPN sehingga
mendorong pertumbuhan sektor jasa-jasa. Selain itu, pelaksanaan Pemilu legislatif 2014
pada bulan April diprediksi semakin meningkatkan kinerja kedua sektor ini. Di sisi lain,
sektor pertanian diprediksi tumbuh terbatas. Tingginya curah hujan berdampak pada
produksi tabama maupun perkebunan. Berdasarkan informasi dari BMKG, curah hujan
yang tinggi masih akan terjadi sampai awal bulan Maret 2014.
Grafik 6.3. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Bengkulu
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia
Pelaku usaha mengindikasikan adanya optimisme terhadap kondisi
perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan I-2014 (Grafik 6.3). Hal ini tercermin
pada hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2013 yang menunjukkan
adanya peningkatan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi kegiatan usaha pada masa
tiga bulan mendatang dibandingkan dengan SBT tingkat realisasi kegiatan usaha pada
triwulan IV-2013 yang hanya sebesar 1,09 (Grafik 6.3). Hasil SKDU juga menunjukkan
hampir seluruh sektor ekonomi mengindikasikan peningkatan ekspektasi kegiatan usaha
dibandingkan realisasi kegiatan usaha pada triwulan IV-2013.
6.2. Perkiraan Inflasi Daerah
Pada triwulan I-2014, tekanan inflasi diperkirakan akan lebih rendah
dibandingkan triwulan IV-2013. Tekanan inflasi pada triwulan I-2014 diperkirakan
terbatas pada kenaikan harga-harga bahan pangan. Produksi bahan pangan diprediksi
akan berkurang karena cuaca ekstrim dengan curah hujan yang tinggi terjadi pada
1.09
15
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2010 2011 2012 2013
SBT Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha
Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 76
BANK INDONESIA
triwulan I-2014. Di Bengkulu sendiri, beberapa ha sawah terendam banjir dan terancam
gagal panen. Selain itu, pengaruh cuaca akan berdampak pada terhambatnya pasokan
dari daerah-daerah lain yang selama ini memasok kebutuhan barang konsumsi Bengkulu,
seperti Jakarta dan Lampung. Selaras dengan itu, penurunan tingkat inflasi juga
diperkirakan terjadi dengan tidak adanya kebijakan pemerintah yang dapat memicu inflasi
menjelang Pemilu 2014. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, pada
triwulan I-2014 inflasi Bengkulu diperkirakan akan mencapai kisaran 8,52±1% (yoy).
Grafik 6.4. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Kota Bengkulu
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu dan Bank Indonesia Bengkulu
Grafik 6.5. Hasil Survei Konsumen dan SKDU di Provinsi Bengkulu
Sumber : Survei Ekspektasi Konsumen dan Survei Kegiatan Dunia Usaha, BI Bengkulu
Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) triwulan IV-2013 yang dilakukan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, menunjukkan penurunan
ekspektasi konsumen mengenai kondisi harga-harga pada tiga bulan mendatang
(Triwulan IV-2013). Hal ini tercermin dari Nilai Saldo kondisi harga-harga tiga bulan ke
depan yang menurun dibandingkan nilai saldo triwulan IV-2013. Dari sisi pelaku usaha
Proyeksi8,52±1%
0%
2%
3%
5%
6%
8%
9%
11%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1p
2010 2011 2012 2013 2014
12.00
177
-
50
100
150
200
-
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2010 2011 2012 2013
Ekspektasi Harga Jual (axis kiri) Inflasi 3 bulan kedepan (axis kanan)
Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 77
BANK INDONESIA
juga terlihat adanya ekspektasi yang menurun terhadap inflasi sebagaimana terlihat dari
nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi harga jual triwulan IV-2013 (Grafik 6.5).
Bo
ks
3
Focus Group Discussion
Pada tahun 2011 yang lalu, pemerintah menerbitkan Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI dimaksudkan untuk mendorong
terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berimbang, berkeadilan dan berkelanjutan.
Dengan adanya masterplan ini, diharapkan Indonesia (dan Provinsi Bengkulu) mampu
mempercepat pengembangan berbagai program pembangunan yang ada, terutama dalam
mendorong peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan ekonomi, pembangunan
infrastruktur dan energi, serta pembangunan SDM dan Iptek. Percepatan pembangunan ini
diharapkan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi kedepannya.
Berdasarkan MP3EI, koridor ekonomi Sumatera memfokuskan diri menjadi sentra
produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi Nasional. Di dalam strategi
pembangunan ekonominya, Koridor Ekonomi Sumatera berfokus pada tiga kegiatan ekonomi
utama, yaitu kelapa sawit, karet, serta batubara yang memiliki potensi yang sangat besar untuk
menjadi mesin pertumbuhan ekonomi koridor ini.
Terkait dengan hal tersebut, KPwBI Bengkulu mengadakan Focus Group Discussion
(FGD) bersama-sama dengan beberapa instansi di Provinsi Bengkulu. FGD mengambil tema
berlakunya Komuni , perwakilan
Bappeda Provinsi Bengkulu dan perwakilan PLN area Bengkulu hadir sebagai narasumber. FGD
juga dihadiri oleh perwakilan Diskoperindag Provinsi Bengkulu, Biro Administrasi Perekonomian
Provinsi Bengkulu, Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, dan PT.Pelindo Cabang Bengkulu.
Beberapa hal yang disampaikan pada kegiatan tersebut yaitu :
1. Terkait prospek perekonomian daerah
Pada RPJMD Provinsi Bengkulu 2010-2015 Pemerintah Provinsi Bengkulu menargetkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8-7,0 % tahun 2014. Bappeda Provinsi Bengkulu optimis
target tersebut dapat tercapai dengan kebijakan-kebijakan yang akan dilaksanakan, antara
lain: meningkatkan iklim investasi dan mendorong kinerja ekspor. Kebijakan ini diterapkan
dengan langkah-langkah:
Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 78
BANK INDONESIA
Menyederhanakan prosedur perijinan
Mengurangi tumpang tindih kebijakan antara pusat dan daerah serta antar sektor
Meningkatkan kepastian hukum terhadap usaha
Menyehatkan iklim ketenagakerjaan
Meningkatkan penyediaan infrastruktur
Menyederhanakan prosedur perpajakan
Mendorong peningkatan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit
kepada sektor usaha.
Selain itu, menurut Pelindo II Bengkulu, kinerja ekspor Bengkulu yang melalui Pelabuhan
Pulau Baai terus mengalami peningkatan, dan tahun 2014, tingkat ekspor yang melalui
pelabuhan ini diproyeksikan tetap meningkat. Kapasitas pelabuhan telah memadai untuk
menampung komoditas ekspor Provinsi Bengkulu. Namun demikian, masi terdapat
kendala, terutama masalah infrastruktur jalan dari sentra produksi komoditas ekspor ke
Pelabuhan Pulau Baai.
2. Terkait perkembangan implementasi MP3EI dan tantangan dalam peningkatan
daya saing daerah
Proyek MP3Ei di Provinsi Bengkulu terdiri dari tiga proyek investasi infrastruktur, yaitu
terkait kelistrikan: Pembangunan PLTA Simpang Aur (2 x 6 MW) dan (2 x 9MW),
pembangunan PLTP Hululais Kapasitas 2x55 MW, dan pembangunan transmisi listrik di
Provinsi Bengkulu (6 titik). Namun, dalam perkembangannya, proyek MP3EI di Provinsi
Bengkulu direncanakan akan diperluas menjadi 12 proyek, yang terbagi menjadi: 3 proyek
perbaikan jalan, 1 proyek perhubungan laut, 7 proyek terkait energi, dan 1 proyek terkait
SDA dengan total nilai proyek mencapai Rp17,2 Triliun. Dalam realisasi proyek kelitrikan,
terdapat beberapa kendala yang cukup krusial khususnya terkait dengan proses perizinan
(lahan instalasi), pembebasan lahan dan kendala sosial.
3. Terkait peningkatan daya saing daerah melalui pengendalian dan pengembangan
iklim investasi.
Target realisasi investasi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 ditetapkan sebesar
Rp.600M, relatif kecil dibandingkan target nasional. Sampai dengan triwulan III-2013,
target realisasi investasi Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) telah mencapai Rp 2,6
triliun yang mencakup puluhan unit usaha. Sementara itu, Penanaman Modal Asing (PMA)
telah terealisasi sebesar USD 514 ribu. Hambatan utama pengembangan investasi di
Provinsi Bengkulu secara umum yaitu masalah pembebasan lahan, pembiayaan, pasokan
energi (terutama listrik), dan infrastruktur yang kurang memadai (terutama jalan) serta
Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 79
BANK INDONESIA
peraturan daerah yang saling tumpang tindih. Untuk mengatasi ini, dilakukan perbaikan
kebijakan iklim investasi melalui upaya:
Efisiensi perijinan (pelayanan terpadu satu pintu PTSP) Perpres 27/2009.
Pengaturan barrier to entry (tertutup, terbuka, terbuka bersyarat).
Alih teknologi baru.
Insentif fiskal dan non fiscal.
Sistem administrasi pajak dan pabean yang sederhana, efektif & efisien (daftar tertutup,
bukan terbuka).
Klasifikasi proyek investasi (pionir, prioritas tinggi & prioritas).
Mempromosikan dan mencarikan investor yang layak.
4. Terkait persiapan Provinsi Bengkulu menuju era Komunitas Ekonomi Asean (KEA)
2015
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing Provinsi
Bengkulu yaitu :
1. Pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia.
2. Penguatan ekonomi internal yaitu dengan mengembangkan dan memberdayakan
UMKM.
3. Meningkatkan peran dan daya saing sektor UMKM dengan melakukan program
penguatan UMKM, pengembangan infrastruktur keuangan. atau sarana dalam rangka
peningkatan akses UMKM kepada keuangan.
4. Penciptaan iklim usaha yang baik bagi para pelaku usaha melalui kebijakan dan regulasi
perdagangan yang berpihak pada pengusaha lokal terutama UMKM tapi juga terbuka
bagi pelaku usaha asing.
5. Meningkatkan pembangunan infrastruktur.
6. Memperkuat standar nasional Indonesia sebagai safeguard terhadap derasnya arus
impor.
Lampiran Data Triwulan IV-2013 79
BANK INDONESIA
LAMPIRAN DATA PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN PROVINSI BENGKULU
Periode Triwulan II-2012 s.d Triwulan IV 2013
Lampiran Data Triwulan IV-2013 81
BANK INDONESIA
1. Data Ekonomi Makro
TABEL DATA PDRB
(dalam juta Rp)
Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV
Berdasarkan penggunaan
a. Harga berlaku 5,873,186 6,166,758 6,385,278 6,519,304 6,690,482 6,950,066 7,228,394
3,466,953 3,682,803 3,744,190 3,874,925 3,977,873 4,192,589 4,265,989
54,934 57,681 59,009 55,644 57,444 59,348 63,420
Konsumsi Pemerintah 934,446 998,617 1,054,653 979,059 1,025,105 1,104,958 1,187,914
637,430 662,188 701,080 689,247 728,211 781,401 828,928
Perubahan stok (359,955) (347,288) (348,409) (145,972) (111,244) (145,409) (180,180)
Ekspor 1,930,362 1,969,042 2,054,278 1,982,127 2,000,560 1,991,824 2,094,557
Impor 790,984 856,284 879,523 915,727 987,467 1,034,646 1,032,234
b. Harga konstan 2,332,837 2,397,214 2,418,637 2,433,980 2,477,132 2,541,024 2,600,173
1,463,392 1,505,443 1,520,690 1,536,889 1,554,802 1,595,571 1,615,750
24,130 25,076 25,314 23,421 23,859 24,155 25,544
Konsumsi Pemerintah 375,007 397,932 416,736 379,355 392,215 413,748 440,145
274,116 280,887 293,133 281,789 294,160 308,338 323,693
Perubahan stok (97,318) (80,940) (121,641) (39,702) (3,372) 11,143 (21,581)
Ekspor 737,218 741,424 762,884 744,207 738,718 724,661 745,810
Impor 443,708 472,608 478,479 491,980 523,250 536,592 529,188
Berdasarkan sektor ekonomi
a. Harga berlaku 5,873,186 6,166,758 6,385,278 6,519,304 6,690,482 6,950,066 7,228,394
Pertanian 2,307,825 2,382,992 2,434,714 2,511,291 2,577,907 2,645,512 2,765,265
Pertambangan & Penggalian 249,975 255,969 263,803 261,460 263,187 263,288 275,903
Industri Pengolahan 257,636 275,186 288,647 291,584 297,944 313,893 327,325
Listrik, Gas dan Air 31,929 33,386 35,234 34,856 35,738 36,702 37,692
Bangunan 214,762 234,209 248,909 243,463 244,361 265,346 286,379
1,090,420 1,169,881 1,226,914 1,261,810 1,302,663 1,364,111 1,387,442
Pengangkutan & Komunikasi 492,015 502,428 516,943 526,566 542,382 565,952 576,643
288,691 302,130 317,005 321,828 332,745 341,921 354,496
939,932 1,010,579 1,053,110 1,066,446 1,093,556 1,153,341 1,217,249
b. Harga konstan 2,332,837 2,397,214 2,418,637 2,433,980 2,477,132 2,541,024 2,600,173
Pertanian 855,881 883,263 879,484 890,996 904,133 917,627 944,694
Pertambangan & Penggalian 83,670 85,007 86,057 85,265 85,134 83,251 85,841
Industri Pengolahan 101,896 106,862 108,882 107,642 109,599 114,386 116,527
Listrik, Gas dan Air 11,706 11,818 12,161 12,151 12,273 12,424 12,473
Bangunan 71,627 75,980 78,925 76,733 76,153 78,286 82,754
459,148 482,519 482,683 492,736 506,119 523,360 527,364
Pengangkutan & Komunikasi 202,950 197,993 200,475 202,184 205,808 212,881 214,695
131,635 119,929 124,812 123,410 125,558 127,721 130,755
414,324 433,844 445,158 442,862 452,356 471,089 485,070
Pertumbuhan (%)
Triwulanan (q-t-q) 1.76% 2.25% 0.89% 0.63% 1.77% 2.58% 2.33%
Tahunan (y-o-y) 6.63% 7.00% 5.99% 5.65% 5.66% 6.00% 7.83%
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perhubungan
2012
Pembentuk Modal Tetap
Domestik Bruto
Pembentuk Modal Tetap
Domestik Bruto
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perhubungan
Konsumsi Lembaga Swasta
Konsumsi Rumah Tangga
2013
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Lembaga Swasta
Perdagangan, Hotel & Restoran
Perdagangan, Hotel & Restoran
Lampiran Data Triwulan IV-2013 82
BANK INDONESIA
TABEL DATA INFLASI
Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV
1. Inflasi
Bulanan (m-t-m) 1.04% -0.14% 0.58% 0.71% 1.72% 0.33% 0.35%
Tahunan (y-o-y) 4.80% 4.14% 4.61% 7.44% 7.89% 9.24% 9.94%
Kumulatif (y-t-d) 1.28% 4.33% 4.61% 2.60% 4.45% 9.54% 9.94%
20132012
TABEL DATA EKSPOR IMPOR
Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV
1.
91,359 109,129 73,611 85,954 102,467 59,559 73,801
- Minyak Sawit 10,428 13,100 5,801 9,150 14,059 13,433 13,323
- Karet 25,767 32,123 19,762 26,171 29,834 17,478 11,956
- Batubara 54,140 61,001 46,066 49,069 56,863 28,649 44,758
- Kakao - 261 262 146 - - -
- Lainnya 1,025 2,645 1,720 1,417 1,711 - 3,763
2.
- 430 2,311 - 664 1,344 3,756
3. Net ekspor 91,359 108,699 71,300 85,954 101,803 58,215 70,045
4. 907,815 1,065,640 910,516 862,039 1,058,222 511,129 927,846
- Minyak Sawit 10,000 12,750 6,900 12,500 17,500 22,811 16,500
- Karet 7,010 11,179 7,230 8,956 11,259 7,512 5,187
- Batubara 873,925 1,000,527 870,350 822,652 1,006,358 480,807 855,846
- Kakao - 100 100 50 - - -
- Lainnya 16,881 41,084 25,935 17,880 23,105 - 50,312
* Data hingga Desember 2013
2012
Realisasi ekspor (Ribu
US$)
Realisasi impor (Ribu
US$)
Realisasi ekspor (Ton)
2013
2. Perbankan
TABEL DATA KELEMBAGAAN, ASET DAN DPK BANK UMUM
(dalam miliar Rp)
Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV
1. Kelembagaan
a.Jumlah Bank Umum (dlm
satuan) 18 19 19 19 19 19 19
b.Jumlah kantor & ATM bank
(dlm satuan) 314 349 350 358 366 398 372
2. Total Asset 10,395 10,813 11,400 11,775 12,540 13,025 13,232
3. 7,108 7,494 7,368 7,569 8,070 8,379 7,680
a. Giro 2,121 2,348 1,781 2,281 2,424 2,407 1,387
b. Tabungan 3,694 3,797 4,182 3,686 3,931 4,378 4,830
c. Deposito Berjangka 1,293 1,349 1,405 1,602 1,715 1,593 1,462
2012
Total Dana yang dihimpun
2013
Lampiran Data Triwulan IV-2013 83
BANK INDONESIA
TABEL DATA PERKREDITAN BANK
(dalam juta Rp)
Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV
1.8,415,019 8,780,766 9,360,558 9,747,850 10,528,747 11,025,685 11,288,765
- Lancar 7,883,430 8,183,773 8,855,288 9,134,358 9,867,520 10,324,414 10,709,057
-
Dalam Perhatian
Khusus 376,882 451,528 373,779 417,678 476,366 500,158 376,942
- Kurang Lancar 54,591 25,260 25,637 53,717 43,463 50,825 41,890
- Diragukan 25,035 45,868 23,793 49,550 36,393 38,455 33,977
- M a c e t 75,081 74,337 82,060 92,546 105,005 111,833 126,898
NPL - nominal 149,830 145,465 131,490 195,814 184,861 201,113 202,766
NPL - % 1.83% 1.66% 1.40% 2.01% 1.76% 1.82% 1.80%
115.16% 117.17% 127.04% 128.78% 130.46% 131.59% 146.99%
2.8,415,019 8,780,766 9,360,558 9,747,850 10,528,747 11,025,685 11,288,765
- Pertanian 482,707 467,892 514,738 588,389 662,287 740,017 808,309
- Pertambangan 171,458 147,135 130,505 120,144 91,755 85,072 77,194
- Industri 264,591 268,040 299,435 282,239 304,868 300,138 302,474
- Listrik, gas & air 14,019 20,421 20,183 23,238 25,772 25,661 24,815
- Konstruksi 133,498 159,090 135,003 123,471 184,057 204,235 178,927
- Perdagangan 2,264,090 2,267,682 2,383,597 2,445,527 2,734,974 2,810,641 2,872,434
- Pengangkutan 84,943 69,631 55,553 55,302 49,141 52,038 52,292
- Jasa dunia usaha 307,399 310,968 307,773 339,400 406,046 402,178 406,869
- Jasa sosial 144,497 134,041 135,780 140,487 160,818 167,599 175,053
- Lainnya 4,547,818 4,935,867 5,377,990 5,629,653 5,909,030 6,238,106 6,390,397
3.8,415,019 8,780,766 9,360,558 9,747,850 10,528,747 11,025,685 11,288,765
- Modal kerja 3,106,088 2,997,765 3,155,777 3,278,286 3,409,363 3,512,105 3,558,306
- Investasi 1,006,205 997,365 984,172 999,097 1,212,610 1,276,064 1,341,382
- Konsumsi 4,302,726 4,785,636 5,220,609 5,470,466 5,906,774 6,237,516 6,389,077
2012 2013
Kredit yang diberikan
per kolektibilitas
Kredit berdasarkan
sektor ekonomi
Kredit berdasarkan jenis
penggunaan
Loan to Deposit Ratio
(LDR)
Daftar Istilah Triwulan IV 2013 85
BANK INDONESIA
LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH
Administered price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan
tarif dasar listrik.
Aktiva Produktif Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan
penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan dana antar
bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Andil inflasi
Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap
tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bank Pemerintah
Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah
(persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Dalam buku ini bank
pemerintah daerah (Bank Bengkulu) juga dikelompokkan dalam bank pemerintah.
BI Rate
Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur
setiap bulannya.
BI-RTGS
Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian
kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk
setiap instruksi transfer dana.
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara
keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap
komoditas tersebut.
Cash inflows
Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dan
penukaran uang masyarakat dalam periode tertentu.
Daftar Istilah Triwulan IV 2013 86
BANK INDONESIA
Cash Outflows
Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dan penukaran
uang masyarakat dalam periode tertentu.
Clean Money Policy
Merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Ekspor
Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil
maupun bukan komersil.
Financing to deposit ratio (FDR) atau loan to deposit ratio (LDR)
Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik
dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank
konvensional.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini
dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunujukkan level keyakinan kensumen
terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap
ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.
Indeks Pembangunan Manusia
Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal
kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.
Inflasi
Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).
Daftar Istilah Triwulan IV 2013 87
BANK INDONESIA
Inflasi IHK
Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan
indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa
yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.
Inflasi Inti
Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered price.
Impor
Keseluruhan barang yang masuk dari suatu wilayah /daerah baik yang bersifat komersil
maupun bukan komersil.
Investasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.
Kliring
Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar kliring baik atas nama
peserta maupun atas nama nasabah.
Kredit
Adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga, termasuk :
1. Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement
(NPA)
2. Pengembalian tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.
Kualitas Kredit
Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran
pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam
Perhatian Khusus (DPK), kurang lancar, diragukan dan macet.
Liaison Bank Indonesia
Salah satu kegiatan rutin untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi aktual
sektor riil/usaha beserta prospeknya melalui wawancara langsung antara Bank Indonesia
dengan pelaku usaha/sumber data.
m-t-m
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
Net Cashflows
Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri
dari Netcash Outflows bila terjadi cash outlows lebih tinggi dibandingkan cash inflows,
dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.
Daftar Istilah Triwulan IV 2013 88
BANK INDONESIA
Non Performing Loans (NPL)
Kredit/pembiayaan yang bermasalah atau non-lancar yang terdiri dari kredit dengan
klasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
tentang kualitas aktiva produktif.
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Kegiatan pemusnahan uang bagi uang yang sudah tidak layak edar.
Pertumbuhan ekonomi
Perubahan nilai PDRB atas harga konstan dalam suatu periode tertentu (triwulanan atau
tahunan).
Porsi Ekonomi
Konstribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu
wilayah.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku
Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga di periode tersebut sebagai
dasar perhitungan.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan
Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga pada satu waktu tertentu
sebagai dasar perhitungan.
Produk Domestik Regional Bruto satu tahun
Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu
wilayah dalam satu tahun.
Produk Domestik Regional Bruto triwulanan
Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu
wilayah dalam satu triwulan tertentu.
qtq
Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)
Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio
ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik
Daftar Istilah Triwulan IV 2013 89
BANK INDONESIA
kondisi bank ybs. Terminologi NPL untuk bank konvensional, sedangkan NPF untuk bank
syariah.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) NET
Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit.
Sektor Ekonomi Dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh
dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Surat berharga atas unjuk yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang.
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)
Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time)
dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai
perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang
penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.
Uang giral
Uang terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang
sudah jatuh waktu, yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah dan
sistem moneter.
Uang kartal
Uang yang terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang
kas pada KPKN dan bank umum.
Volatile foods
Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat
fluktuatif.
yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Top Related